Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa.

(1)

Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013

dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa

Asri Widowati, Putri Anjarsari, dan Laila Katriani FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRACT

The aims of this activity are to: (1) disseminating the results of research from a team of stewards on the development of integrated science worksheets guided inquiry based to develop thinking skills and scientific attitude in order to support the implementation of ‘kurikulum 2013’; (2) improving the skills of teachers in guiding students to form a concept (concept formation); (3) improving the skills of teachers in inquiry approach in worksheet; (4) improving the creativity of teachers in developing worksheet.

The target participant of this activity is 34 teacher members of MGMP IPA SMP / MTs Magelang regency. This activity is done in three stages, including the stage of theoretical training, practical training phase and the evaluation phase. The methods used are: modeling (simulation), lectures, discussions, and workshops.

The results showed that the overall activity of PPM activity has been successful in reaching the target activity. Most of the participants are already skilled in guiding students to form a concept (concept formation) IPA. Most participants also been able to apply the guided inquiry approach in student worksheet. In addition, the final product student worksheet also shows most of the participants have been creative in developing worksheets with student worksheet develop their own (not copy and paste) and includes the development of higher order thinking skills in student worksheet.

Keywords: science, student worksheet, guided inquiry, thinking skill, scientific attitude

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Orientasi tujuan pendidikan untuk pengembangan keterampilan berpikir merupakan isu vital pada pendidikan abad 21. Cubukcu (2006: 22 ) mengemukakan “The aim of education should not only cover the transfer of knowledge but also the organization of high-disposition thinking strategies and their improvement”. Kurikulum 2013 merupakan antisipasi adanya pergeseran paradigma belajar abad 21, bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Sebagaimana dikemukakan. Kerangka kompetensi abad 21 yang menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum 2013 menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang membekali pengetahuan saja tidak cukup, sehingga harus dilengkapi dengan


(2)

kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki arti penting dalam membangun bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa dalam pergaulan internasional ditentukan oleh beberapa paramater, tiga diantaranya adalah science literacy, mathematic literacy, serta language literacy. Program-program seperti Programme for International Student Assessment (PISA), Trends in Mathematics and science Study (TIMS) dirancang untuk menilai literasi sains dan kemampuan berpikir siswa. Sampai saat ini, anak-anak di Indonesia selalu berada pada ranking rendah dalam perolehan sains di dunia. Namun kondisi yang terjadi saat ini, Keterampilan berpikir tingkat tinggi khususnya dalam bidang IPA yang dimiliki siswa di Indonesia belum berkembang secara optimal. Hal ini berdasarkan data hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assessment (PISA). Unttuk hasil studi TIMSS tahun 2007, rata rata skor prestasi sains posisis Indonesia berada pada peringkat 35 dari 49 negara. Survey PISA tahun 2009 menempatkan Indonesia pada posisi ke 60 dari 65 negara (Balitbang, 2011). Tentunya hasil tersebut, menuntut adanya upaya perbaikan kualitas pendidikan Indonesia. Salah satunya upayanya adalah menerapkan kurikulum 2013 yang berorientasi kepada keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Hal penting untuk mempersiapkan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 yakni salah satunya dengan mengembangkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS IPA SMP dengan pendekatan guided inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skills dan sikap ilmiah dalam mendukung implementasi kurikulum 2013. Sebagaimana hasil penelitian Asri Widowati dan Putri Anjarsari (2013) yang menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan berpotensi untuk mengembangkan keterampilan berpikir serta scientific attitude siswa SMP.

Guided inquiry merupakan salah satu tipe inquiry yang sebaiknya dikembangkan terhadap siswa yang belum terbiasa berinkuiri. Sebagian besar


(3)

pembelajaran IPA yang berlangsung di sekolah ternyata masih kurang membelajarkan siswa dengan inkuiri. Hal tersebut sebagaimana hasil wawancara dengan guru IPA Kabupaten Magelang yang mengakui bahwa pembelajaran IPA yang berlangsung berorientasi terhadap produk IPA yang berupa konsep-konsep ataupun bersifat membuktikan suatu teori (verifikatif) dan masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan konsep. Pembelajaran yang demikian menyebabkan kemampuan berpikir siswa direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat (Ratno Harsanto, 2005). Selain itu, hal tersebut juga berakibat siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif (Iwan Sugiarto, 2004: 14). Tentunya hal tersebut dapat menyebabkan pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA tidak bermakna dan terkesan ‘kering’.

Berdasarkan hasil diskusi dengan rekan guru IPA SMP Magelang diperoleh informasi bahwa (1) guru masih belum siap melaksanakan kurikulum 2013; (2) pembelajaran IPA yang dilaksanakan di sekolah-sekolah belum terpadu; (3) 80% guru belum mampu mengembangkan LKS yang dapat membelajarkan siswa secara aktif untuk berinkuiri; (4) 85% LKS IPA SMP masih berupa latihan soal dan bukan penuntun kegiatan; (5) 80% LKS yang beredar di SMP masih terdapat lompatan-lompatan rantai kognitif dalam pembentukan konsep (concept formation); (6) LKS yang tersedia di pasaran yang tidak cocok dengan kondisi/potensi sekolah maupun karakteristik siswa. Hal tersebut masih diperparah dengan kenyataan buku-buku dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) saat ini sangat kaku dan menjenuhkan bagi siswa sehingga siswa kurang tertarik terhadap IPA (Asa, 2011). Tentunya gambaran tersebut menunjukkan secara real adanya masalah ketersediaan LKS IPA terpadu yang berpendekatan guided inquiry agar siswa dapat aktif, baik hands on maupun minds on. Guru harus dibekali kemampuan mengembangkan dan mengimplementasikan LKS IPA SMP yang berpendekatan guided inquiry agar dapat mendukung implementasi kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan scientific, termasuk membelajarkan IPA dengan berinkuiri.

Mengingat masalah tersebut penting untuk segera diatasi maka perlu dilaksanakan workshop pengembangan LKS IPA SMP berpendekatan guided


(4)

inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skill dan sikap ilmiah siswa untuk mendukung implementasi kurikulum 2013. Adapun tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat berbasis penelitian ini untuk:

a.Menyebarluaskan hasil penelitian dari tim pengabdi tentang pengembangan LKS IPA terpadu berpendekatan guided inquiry untuk mengembangkan thinking skill dan sikap ilmiah dalam rangka mendukung implementasi kurikulum 2013.

b.Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA Terpadu.

c.Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam LKS.

d.Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS.

2.Kajian Teori

IPA bukanlah suatu badan ilmu pengetahuan (body of knowledge) dan cara untuk mengetahui (way of knowing) yang sederhana, tetapi IPA merupakan suatu cara untuk melakukan (way of doing), yang dapat meliputi berbagai aktivitas, contohnya menginterpretasi, mengkomunikasikan, memprediksi, bereksperimen dan observasi, dengan tujuan untuk memahami alam dan mencari lebih dalam tentang hal tersebut. Oleh karena itu, objek-objek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah yang disederhanakan (baca: pendekatan saintifik). Sejalan dengan pemikiran tersebut, pembelajaran sains (IPA) merupakan sesuatu yang harus “dilakukan” oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakan National Research Council (1996: 20) bahwa ”Learning science is an active process. Learning science is something student to do, not something that is done to them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on.

Untuk belajar IPA, sangat penting agar guru melatih peserta didik melakukan “penyelidikan” terhadap berbagai fenomena alam. Observasi dan eksperimentasi melalui proses inquiry untuk menemukan konsep-konsep IPA. Untuk memandu peserta didik melakukan proses inkuiri sains digunakanlah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS didefinisikan sebagai bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus


(5)

dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang dicapai (Andi Prastowo, 2011: 204). LKS merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan kegiatan terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Untuk LKS IPA maka kegiatan yang dimaksud berupa kegiatan ilmiah (observasi, eksperimen ataupun diskusi).

Lembar Kerja Siswa (LKS) biasanya digunakan untuk tiap mata pelajaran sebagai alat bantu bagi guru dalam menyediakan materi ringkas beserta soal-soal yang dapat dikerjakan siswa. Hal tersebut kemudian menjadi salah kaprah dalam pembelajaran IPA, bahwa LKS IPA yang digunakan di sekolah-sekolah berupa latihan-latihan soal. Padahal tidaklah demikian. LKS yang baik harus mencerminkan karakteristik mata pelajaran yang dikembangkan. Karena itu perlu rambu-rambu penyusunan LKS yang benar atau perlu menetapkan kriteria LKS untuk menunjang pembelajaran IPA.

LKS yang dapat mewujudkan pembelajaran IPA yang berorientasi pada proses harus menerapkan pendekatan yang dapat membelajarkan siswa secara aktif baik hands on maupun minds on. Salah satu pendekatan yang dapat dipilih adalah pendekatan guided inquiry.

Pendekatan guided inquiry merupakan salah satu tipe pendekatan inquiry. Adapun pendekatan inquiry didefinisikan sebagai Kubicek (2005)“...an approach which engages students in activities which mirror methods of scientific investigation, with content interwoven with or addressed in the context of inquiry”. Pembelajaran inquiry membelajarkan siswa sebagaimana ilmuwan bekerja untuk memecahkan masalah ilmiah. Untuk tipe guided inquiry, maka siswa dalam melakukan inquiry masih dibimbing oleh guru. Hal tersebut menjadi pilihan karena siswa belum terlatih untuk berikuiri.

Adapun tahapan inquiry beserta kemampuan yang dapat dikembangkan sebagai berikut.

Tabel 1. Kemampuan pada Setiap Tahap Inquiry

Tahap Inkuiri Kemampuan yang dikembangkan 1. Merumuskan masalah 1. Kesadaran terhadap masalah

2. Melihat pentingnya masalah 3. Merumuskan masalah 2. Merumuskan jawaban

sementara (hipotesis)

1. Menguji dan menggolongkan jenis data yang diperoleh

2. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis


(6)

Tahap Inkuiri Kemampuan yang dikembangkan

tentatif a. mengidentifikasikan peristiwa yang dibutuhkan b. Mengumpulkan data

c. Mengevaluasi data 2. Menyusun data

a. Mentranslasikan data b. Menginterpretasikan data c. Mengklasifikasikan 3. Analisis data

a. Melihat hubungan

b. Mencatat persamaan dan perbedaan c. Mengidentifikasikan tren, sekuensi, dan keteraturan

4. Menarik Kesimpulan 1. Mencari pola dan makna hubungan 2. Merumuskan kesimpulan

5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

(Sumber: Adopsi dari W. Gulo, 2002:96) Tabel 1 menunjukkan bahwa inquiry dapat melatihkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Uno bahwa pendekatan inkuiri memfasilitasi siswa berpikir tingkat tinggi untuk mengembangkan suatu proses pemahaman prinsip dan konsep (Friedel, et.al, 2008: 72). Pratt & Hackett menambahkan bahwa “...teaching science by inquiry involves teaching students science process skills, critical thinking, scientific reasoning skills used by scientists (Ergul, et.al, 2011: 48). Selain itu, inquiry dapat menumbuhkan scientific attitude. Yager & Akçay mengindikasikan bahwa pembelajaran inquiry dapat mengasah keterampilan proses dan pemahaman konsep yang lebih baik, dan sekaligus mengembangkan sikap ilmiah siswa (Ergul, et.al: 63).

B. METODE PELAKSANAAN PPM

Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh tim pengabdi yang merupakan dosen Prodi Pendidikan IPA. Ketua tim pengabdi pernah mendapatkan pelatihan kurikulum 2013 selaku asesor PLPG. Tim pengabdi sudah melakukan penelitian tentang ” Pengembangan

Worksheet of Integrated Science Berbasis Guided Inquiry Learning Guna Mengembangkan

Keterampilan Berpikir dan Scientific Attitude Siswa SMP Dalam Rangka Menyongsong Kurikulum 2013” yang didanai DIPA UNY dan menghasilkan tiga LKS yang berhasil dikembangkan bersama mahasiswa.

Khalayak sasaran kegiatan ini adalah direncanakan diikuti oleh 34 (tiga puluh empat) orang guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Adapun langkah-langkah


(7)

kegiatan yang akan dilakukan adalah pelatihan intensif dengan rincian materi sebagaimana Tabel 2.

Tabel 2. Metode Kegiatan PPM Hari

ke-

Tatap muka ke-

Materi Media dan Alat Metode Jam Pertemuan

(JP) I 1 Inventarisasi kendala-kendala yang dialami

guru terkait dengan implementasi kurikulum 20013 dan pengembangan LKS IPA Terpadu berbasis guided inquiry.

Kertas, Pin Up, White board, Spidol Brainstorming (curah gagasan) 2 JP

2 (a) Scientific approach dalam implementasi kurikulum 2013; (b) Pendekatan guided-inquiry dalam pembelajaran IPA; (c) Metode Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IPA berpendekatan guided inquiry;

LCD,Laptop, slide Power Point materi

Ceramah Interaktif

6 JP

II 3 Simulasi Pembelajaran dengan LKS berbasis Guided inquiry

Kurikulum 2013 mata pelajaran IPA untuk jenjang SMP/MTs Pemodelan (simulasi), Ceramah, Diskusi 4 JP 4 Menginventarisasi Kebutuhan LKS

(Kompetensi Inti & Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013)

4 JP

III 5 Workshop dan pendampingan Pengembangan LKS IPA Terpadu berpendekatan guided inquiry

Alat & Bahan untuk

mengembangkan LKS

Workshop 16 JP

TOTAL JUMLAH JAM PERTEMUAN (JP) 32 JP

Kegiatan PPM ini secara garis besar dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut.

1.Tahap Pelatihan Teori

Tahap pelatihan teori ditujukan agar peserta memperoleh pemahaman tentang: (a) Scientific approach dalam implementasi kurikulum 2013; (b) Pendekatan guided-inquiry dalam pembelajaran IPA; (c) Metode Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IPA berpendekatan guided inquiry. Untuk mendukung tahap ini, narasumber memberikan makalah dan menggunakan slide power point serta contoh lembar kerja siswa berbasis guided inquiry yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA.

2.Kegiatan Pelatihan Praktik

Tahap pelatihan praktik meliputi:

a.Praktik simulasi pembelajaran yang diperuntukkan agar peserta memperoleh gambaran dan pengalaman pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry. Dalam tahap ini narasumber berperan sebagai guru dan memodelkan


(8)

pembelajaran IPA berbasis guided inquiry dengan materi “Pencemaran Lingkungan Perairan”. Peserta diminta berperan sebagai siswa.

b.Praktik analisis kebutuhan bahan ajar untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan analisis bahan ajar.

c.Praktik pengembangan LKS berbasis guided inquiry dengan orientasi mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

3. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini diberi penilaian terhadap: portfolio terhadap hasil karya berupa LKS yang dihasilkan oleh peserta, dan kaidah keberterapan guided inquiry untuk menuntun siswa belajar IPA dengan kegiatan penyelidikan (inkuiri) dalam LKS. Instrumen yang digunakan dalam kegiatan evaluasi hasil kegiatan yakni dengan menggunakan lembar penilaian karya portofolio LKS ditinjau dari aspek kreativitas, kelayakan materi, kebahasaan, dan penyajian Adapun rincian indikator evaluasi masing-masing tujuan adalah sebagaimana Tabel 3.

Tabel 3. Tujuan, Indikator, dan Luaran Kegiatan PPM

NO TUJUAN INDIKATOR INSTRUMEN

1 Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA

LKS memuat langkah-langkah kegiatan ilmiah.

Lembar penilaian LKS

LKS mengembangkan keterampilan berpikir

Lembar penilaian LKS

2. Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam LKS

Menggunakan pendekatan inquiry secara efektif dan efisien dalam LKS

Lembar penilaian LKS

3 Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS

Variasi hasil pengembangan LKS yang dikembangkan peserta

Lembar observasi

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan PPM ini berbasis pada penelitian “Pengembangan Worksheet of Integrated Science Berbasis Guided Inquiry Learning Guna Mengembangkan Keterampilan Berpikir dan Scientific Attitude Siswa SMP dalam Rangka Menyongsong Kurikulum 2013” oleh Asri Widowati dan Putri Anjarsari (2013) yang menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan berpotensi untuk mengembangkan keterampilan berpikir serta scientific attitude siswa SMP. Untuk membangun kompetensi pada aspek kerja ilmiah itu dipandang perlu adanya bimbingan dan pancingan guru. Penggunaan guided inquiry dirasa


(9)

tepat untuk maksud ini. Latihan berpikir kritis dan kreatif, latihan mengembangkan keingintahuan (curiosity), berpikir analitis dan juga latihan menggunakan indera dan alat bantu indera serta alat-alat lain, sangat diperlukan untuk keterampilan melakukan kerja ilmiah tersebut. Dalam posisi yang sedemikian, Kuhlthau & Todd (2007), melihat penggunaan guided inquiry dalam pembelajaran IPA sangat tepat. Guided inquiry melatih siswa dengan bimbingan guru dalam membangun pengetahuan dan pemahaman mengenai objek dan persoalan IPA dan secara perlahan guru membekali mereka untuk mampu melakukan investigasi secara mandiri. Tentunya kegiatan pembelajaran yang demikian sangat sesuai dengan amanat kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini yakni kurikulum 2013. Kurikulum 2013 mengamanatkan agar pembelajaran, termasuk pembelajaran IPA diorientasikan ke berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) dan sikap.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan mitra serta hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka tim pelaksana melaksanakan kegiatan PPM “Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa”. Kegiatan PPM ini dilaksanakan pada tanggal 23, 31 Agustus 2014 dan 6, 13 September 2014 di Pengurus Cabang NU Kabupaten Magelang. Kegiatan diikuti oleh 34 anggota MGMP IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Berdasar metode yang telah direncanakan untuk memecahkan persoalan meliputi ceramah, diskusi, simulasi, dan workshop. Secara garis besar, kegiatan dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pelatihan teori, tahap pelatihan praktik, dan tahap evaluasi.

1. Hasil Evaluasi Produk Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Analisis kebutuhan bahan ajar dilakukan secara berkelompok dengan pembagian KD dalam kurikulum 2013 dikerjakan satu kelompok (2-3 peserta) untuk mata pelajaran IPA jenjang kelas VII, VIII dan IX dalam kurikulum 2013. Hasil workshop analisis kebutuhan bahan ajar berupa data kebutuhan bahan ajar, yang dikumpulkan sebanyak 18 buah. Analisis kebutuhan bahan ajar tersebut memuat beberapa komponen, yaitu identitas (mata pelajaran, kelas, semester), kompetensi (Kompetensi inti/KI dan Kompetensi Dasar/KD), materi pokok, indikator, kegiatan, macam sumber belajar dan bahan ajar yang diperlukan . Adapun hasil penilaian terhadap 18 produk hasil analisis kebutuhan bahan ajar yang terkumpul sebagaimana Tabel 4.


(10)

Kurikulum 2013 (N=18)

Nilai Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik (<60) 2 11,11

Baik (60-80) 6 33,33

Sangat Baik (>80) 10 55,55

Kriteria:

Sangat baik = jika lengkap komponen analisis kebutuhan bahan ajar (identitas, kompetensi, materi pokok, indikator, kegiatan, kebutuhan sumber belaar dan bahan ajar) ,kesesuaian antara KD-indikator-kegiatan-bahan ajar.

Baik =jika salah satu komponen tidak terpenuhi Kurang Baik =jika lebih dari satu komponen tidak terpenuhi

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta (55%) sudah sangat baik dan 33,33% sudah baik dalam melakukan analisis kebutuhan bahan ajar. Sebagian kecil (11,11%) peserta melakukan analisis kebutuhan bahan ajar secara kurang baik karena belum mencantumkan kompetensi dan indikator pencapaian serta ketidaksesuaian antara penentuan kegiatan pembelajaran dengan kompetensi yang akan dicapai. Hal tersebut mencerminkan bahwa sebagian kecil peserta masih mengalami kesulitan dalam memahami kompetensi dalam kurikulum 2013. Kegiatan workshop analisis kebutuhan ajar menghasilkan produk berupa peta kebutuhan bahan ajar dalam kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPA jenjang kelas VII, VIII, dan IX.

2. Hasil Evaluasi Produk LKS IPA

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan bahan ajar tersebut, peserta mendapatkan data pemetaan kompetensi dasar IPA dalam kurikulum 2013 yang membutuhkan bahan ajar berupa LKS beserta macam kegiatan pembelajaran. Hasil pemetaan tersebut kemudian didistribusikan kepada tiap-tiap peserta untuk dapat ditindaklanjuti dengan mengembangkan LKS yang dibutuhkan. Adapun LKS yang dikembangkan diharapkan dapat berbasis guided inquiry dengan berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap ilmiah.

Peserta mengembangkan LKS secara individu, dan dilakukan dengan workshop. Workshop pengembangan LKS tahap 1 dihasilkan draf awal LKS. Produk draf awal LKS yang terkumpul sebanyak 34 buah. Narasumber melayani konsultasi atau bimbingan secara langsung dan online. Selain umpan balik dari


(11)

fasilitator, antar peserta diharapkan dapat saling sharing jika mengalami kesulitan dalam pengembangan LKS. Berdasarkan hasil umpan balik dari narasumber, peserta melakukan revisi draf awal untuk ditindaklanjuti menjadi draf final LKS. Untuk umpan balik dan tindak lanjut sebagaimana dalam Tabel 5.

Tabel 5. Umpan Balik Fasilitator dan Tindak Lanjutnya

Catatan pada Draf Awal Saran Perbaikan Keterangan

Tujuan yang kurang operasional dan kurang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Contohnya: tujuan mengetahui/memahami....

Kata “mengetahui” ataupun “memahami” bukanlah kata kerja operasional, sebagiknya diganti dengan kata kerja yang operasional dan sesuai dengan bentuk kegiatan. Jika kegiatan berupa eksperimen maka contoh tujuan LKS adalah “menyelidiki pengaruh..”, jika pengamatan maka tujuan LKSnya adalah “mengidentifikasi...”

Saran ditindaklanjuti

Sebagian kecil LKS memuat alat dan bahan kegiatan belum lengkap

Alat dan bahan dapat ditentukan dan disesuikan dengan kebutuhan dalam melakukan kegiatan ilmiah menggunakan LKS tersebut.

Saran ditindaklanjuti

Langkah kerja yang belum sistematis, ada sebagian kecil yang menggunakan kalimat aktif.

Langkah kerja dibuat sistematis dan dalam bentuk kalimat instruksi (tanpa tanda seru). Agar langkah dapat sistematis maka fasilitator menyarankan agar peserta guru ketika menuliskan langkah kerja LKS sembari membayangkan posisi sebagai siswa yang sedang melakukan atau bahkan guru mencoba praktik menggunakan langkah yang tersaji dalam LKS yang dikembangkannya.

Saran ditindaklanjuti

Bahasa yang digunakan di langkah kerja ada yang masih ambigu, sebaiknya langkah dibuat sistematis dan bahasa yang lugas dan tidak bermakna ganda.

Bahasa dibuat lugas dan tidak ambigu. Sebaiknya peserta guru sembari membayangkan posisi sebagai siswa yang sedang melakukan atau bahkan guru mencoba praktik menggunakan langkah yang tersaji dalam LKS yang dikembangkannya.

Saran ditindaklanjuti

Sebagian kecil tabel hasil kegiatan masih belum tepat karena kurang komunikatif (belum menampakkan variabel yang diamati).

Tabel dibuat lebih komunikatif dengan konsisten dengan apa yang tertera dalam langkah kerja, mencantumkan variabel yang diamati beserta satuannya.

Saran ditindaklanjuti

Pertanyaan diskusi masih terlalu mudah dan kurang sinkron dengan kegiatan

Pertanyaan tidak hanya sekedar pertanyaan hafalan yang dapat dijawab dengan melihat buku, namun pertanyaan bersifat analisis data kegiatan dan berdasarkan data kegiatan.

Saran ditindaklanjuti

Sebagian besar peserta menindaklanjuti umpan balik yang diberikan fasilitator pada draf awal mereka. Hal tersebut menjadikan produk LKS hasil revisi (LKS final) lebih baik dibandingkan draf awal.


(12)

Adapun aspek penilaian LKS final berdasarkan kriteria sebagaimana menilai bahan ajar text dengan memperhatikan aspek materi (kesesuaian kompetensi: berbasis guided inquiry, mengembangkan keterampilan berpikir, kejelasan langkah atau prosedur kerja, keruntutan langkah). Untuk penilaian kualitas LKS dengan kriteria sebagaimana Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Penilaian Kualitas LKS

Kriteria Keterangan

Sangat baik jika komponen materi, penyajjian, tampilan, dan bahasa sudah sesuai dengan kriteria.

Baik jika salah satu komponen tidak terpenuhi Kurang Baik jika lebih dari satu komponen tidak terpenuhi

Penilaian LKS dengan menggunakan lembar penilaian kualitas LKS menunjukkan hasil sebagaimana Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Penilaian Kualitas LKS

Penilaian produk LKS final sebagai produk kegiatan PPM ini maka dapat diperoleh gambaran bahwa produk LKS yang dihasilkan peserta dapat membelajarkan siswa secara aktif karena sebagian besar (lebih dari 70%) sudah berbasis guided inquiry. LKS tersebut mendukung berlangsungnya pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa, yang berpotensi melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah melalui kegiatan ilmiah baik ekperimen maupun observasi. Selain itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa juga memungkinkan terjadinya diskusi yang merupakan cara efektif untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir. Hal ini disebabkan karena melalui diskusi, siswa dapat berbagi pendapat, berpikir perspektif, dan mendapatkan pengalaman. Melalui diskusi, siswa juga dapat belajar mempertimbangkan, menolak atau menerima pendapat sendiri atau orang lain.


(13)

Pembelajaran yang menggunakan LKS demikian akan membelajarkan siswa dengan orientasi proses (process-oriented) bukan hanya produk pengetahuan (konsep, teori, prinsip, hukum) semata.

Langkah kerja dalam LKS yang disajikan secara sistematis dan menerapkan pendekatan guided inquiry melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, atas bantuan dan bimbingan guru. Hal tersebut menuntun siswa dalam membentuk konsep (concept formation) yang akan ditemukan melalui kegiatan ilmiah, dan bukan sekedar mendengarkan penjelasan guru.

3. Evaluasi Kreativitas Guru dalam Mengembangkan LKS

Kreativitas guru berdasarkan hasil observasi selama kegiatan workshop pengembangan LKS tahap awal dan akhir, diperoleh hasil bahwa bentuk LKS yang dikembangkan antar peserta bervariasi dalam hal macam kegiatan pembelajaran IPA (observasi, eksperimen, project, diskusi), tampilan atau lay out LKS juga bervariasi. Hampir keseluruhan peserta berusaha mengembangkan produk LKS berbasis guided inquiry. Hasil produk akhir berupa draf final LKS yang dikumpulkan ada 34 produk. Sebanyak 33 produk (97,06%) merupakan hasil karya peserta (bukan copy paste).

Sebagian besar produk LKS final (70,59%) sudah melatih siswa untuk mengembangkan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut tercermin dari pemberian kesempatan kepada siswa untuk memiliki kebebasan berpikir dan bertindak dalam memahami pengetahuan dan memecahkan masalah. Siswa diminta melakukan penurunan ide-ide dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan terbuka serta kesempatan berdiskusi, merelasikan (menganalisis keterhubungan suatu kejadian baik alat maupun proses dengan konsep IPA), mensintesis (membuat kombinasi unsur-unsur materi pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk laporan tertulis atau gambar) dan menginferensi (membuat kesimpulan dari materi-materi dan kegiatan yang telah siswa pelajari dan lakukan).

Secara umum kegiatan PPM ini dapat dikatakan berhasil dikarenakan semua target kegiatan dapat tercapai dengan baik. Kegiatan PPM ini dapat terlaksana dengan baik untuk ketiga tahapan, yang meliputi tahap pelatihan teori , pelatihan praktik dan workshop. Secara umum, hasil evaluasi kegiatan PPM sebagaimana dalam Tabel 6.


(14)

Inquiry”

Tujuan Ketercapaian (%)

Target (%)

Ket.

Menyebarluaskan hasil penelitian terkait pembelajaran IPA berbasis guided inquiry

100 100 Target

tercapai Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa

untuk membentuk konsep (concept formation) IPA

75 75 Target

tercapai Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan

pendekatan inquiry dalam LKS

80 75 Target

tercapai Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS 25 25 Target

tercapai

Tabel 7 menunjukkan bahwa secara umum kegiatan PPM ini dapat dikatakan berhasil dikarenakan semua target kegiatan dapat tercapai dengan baik. Hanya saja ada beberapa hambatan yang dialami antara lain: alokasi waktu yang cukup sulit untuk mempertemukan semua guru dari banyak SMP/MTs, tagihan final berupa LKS jadi masih dirasa sulit oleh peserta, melakukan perubahan paradigma LKS berupa latihan soal IPA ke LKS yang berpendekatan guided inquiry bukanlah hal yang mudah.

Untuk mengatasi hambatan tersebut maka tim pengabdi melakukan hal-hal sebagai berikut: alokasi waktu disesuaikan dengan jam pertemuan MGMP (waktu luang guru IPA), penyusunan draft dan finalisasi produk LKS dapat berkonsultasi dengan narasumber secara online, dan dilakukan pemodelan pembelajaran guided inquiry menggunakan LKS (produk penelitian) agar peserta memperoleh gambaran dan pengalaman pembelajaran IPA dengan LKS berpendekatan guided inquiry di kelas serta termotivasi untuk mengimplementasikannya.

D. PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan kegiatan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Kegiatan pengabdian ini sudah dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA.

b. Kegiatan pengabdian ini sudah dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan guided inquiry dalam LKS

c. Kegiatan pengabdian ini sudah dapat meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS.

Ucapan Terimakasih

Kami mengucapkan terimakasih kepada Rektor UNY dan Ketua Lembaga Penelitian UNY yang telah memberi kesempatan kepada tim pengabdi untuk melaksanakan


(15)

kegiatan ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ketua MGMP IPA MTs Kabupaten Magelang dan MGMP IPA SMP Kabupaten Magelang yang telah bekerjasama untuk kelangsungan kegiatan PPM, dan guru-guru IPA SMP dan MTs Kabupaten Magelang yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan PPM ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo. 2011. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif: menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.

Asa. (2011). Sains dan Matematika Kurang Diminati. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat. Balitbang. 2011. Survey Internasional TIMSS. Diunduh dari

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss, pada tanggal 1 November 2014.

Cubukcu, Zuhal. 2006. Critical Thinkking Dispositions of the Turkish Teacher Candidates. The Turkish Online Journal of Educational Technology, Vol.5 Issue 4 Article 4. p 22-36.

Ergul, R., Yeter S.., Sevgül Çalu, Zehra Özd Leku G., Meral A.. 2011. The Effect of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes [versi elektronik]. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Volume 5, Number 1. Diunduh dari http://bjsep.org/getfile.php?id=88, pada tanggal 11 November 2014. p..48

Friedel, C., Tracy Irani, Rick Rudd, Maria Gallo, Erin Eckhardt, & John Ricketts. 2008. Overtly Teaching Critical Thinking and Inquiry-Based Learning: a Comparison of Two Undergraduate Biotechnology Class. Journal of Agricultural Education [versi elektronik]. Volume 49, Number 1, pp. 72 - 84 , DOI: 10.5032/jae.2008.01072. Iwan Sugiarto. (2004). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berpikir Holistik & Kreatif. Jakarta: Gramedia Utama.

Insih Wilujeng. (2012). Core Pedadogi untuk SMP. Yogyakarta:Prodi IPA UNY

Kubicek, John P. 2005. Inquiry-based learning, the nature of science, and computer technology: New possibilities in science education [versi elektronik]. Canadian Journal of Learning and Technology. Volume 31 winter. Diunduh dari http://www.cjlt.ca/index.php/cjlt/article/view/149/142, tanggal 10 November 014. Lawson, Anton E. (1995). Science Teaching anf The Development of Thinking.

Califronia: Wadsworth Publishing Company.

National Research Council. (1996). National science education standards. Washington, DC: National academic Press.

Ratno Harsanto. (2005). Melatih Anak Berpikir Analisis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta: Gramedia.


(16)

Indonesia

Biodata singkat Penulis Utama

Penulis utama bernama Asri Widowati. Lahir di Cilacap pada tanggal 16 Agustus 1983. Jabatan fungsional: Lektor . Alamat Kantor: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Bidang keahlian: Pendidikan Sains


(17)

ARTIKEL INOTEKS PROGRAM PPM

JUDUL KEGIATAN PPM

Diusulkan Oleh:

Asri Widowati, M.Pd /NIP 19830816 200604 2 002 Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd /NIP 19860225 201212 2 001 Laila Katriani, M.Si /NIP 19850415 201212 2 001

Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Tahun Anggaran 2014 sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM)

Berbasis Penelitian Nomor:51 a/PM-RT/UN34.21/2014, Tanggal 28 Mei 2014 Universitas Negeri Yogyakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

LEMBAGA PENELITAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NOVEMBER 2014

Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013

dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa


(18)

i

LAPORAN AKHIR

PROGRAM PPM BERBASIS PENELITIAN

Tahun 1 dari rencana 1 tahun Diusulkan oleh:

Asri Widowati, M.Pd /NIP 19830816 200604 2 002 Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd /NIP19860225 201212 2 001 Laila Katriani, M.Si /NIP19850415 201212 2 001

Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Tahun Anggaran 2014 sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM)

Berbasis Penelitian Nomor:51 a/PM-RT/UN34.21/2014, Tanggal 28 Mei 2014 Universitas Negeri Yogyakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NOVEMBER 2014

Judul:

Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013

dengan Workshop Pengembangan LKS IPA BerpendekatanGuided-Inquiry


(19)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop

Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk MengembangkanThinking Skilldan Sikap Ilmiah Siswa

Pelaksana :

Nama Lengkap : Asri Widowati, M.Pd

NIDN : 0016088301

Jabatan Fungsional : Lektor

Program Studi : Pendidikan IPA

Nomor HP : 081804758907

Alamat surel (email) : [email protected]

Anggota (1) :

Nama Lengkap : Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

NIDN :

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

Anggota (2) :

Nama Lengkap : Laila Katriani, M.Si

NIDN :

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta Institusi Mitra : SMP dan MTs Kabupaten Magelang

Alamat : Kabupaten Magelang

Penanggung Jawab : Evi Hikmah dan Taufik P.

Tahun Pelaksanaan : 2014

Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp 15.000.000;

Biaya Keseluruhan : Rp 15.000.000;

Mengetahui, Dekan FMIPA UNY

Dr. Hartono

NIP19620329 198702 1 002

Yogyakarta, 11 November 2014 Ketua Tim Peneliti,

Asri Widowati, M.Pd. NIP 19830816 200604 2 002 Menyetujui,

Ketua LPPM UNY

Prof.Dr.Anik Ghufron NIP19621111 198803 1 01


(20)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat allah subhanahu wata’ala, karena atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kegiatan PPM yang berjudul “Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa ” dapat diselesaikan dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada tim pengabdi untuk melaksanakan kegiatan ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ketua MGMP IPA SMP dan Ketua MGMP IPA MTs Kabupaten Magelang yang telah bekerjasama dengan tim pengabdi, dan anggota MGMP IPA SMP & MTs Kabupaten Magelang yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan PPM ini.

Semoga hasil PPM ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam PPM ini. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi keberlanjutan kegiatan ini.

Yogyakarta, November 2014 Tim Pengabdi


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

PRAKATA iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

RINGKASAN viii

BAB I. PENDAHULUAN 1

BAB II.KAJIAN PUSTAKA 5

BAB III.TUJUAN DAN MANFAAT 11

BAB IV. METODE KEGIATAN PPM 12

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 16

BAB VI. PENUTUP 24

DAFTAR PUSTAKA 25


(22)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.Six Principles of Guided Inquiry 8

Tabel 2. Kualifikasi, Skill dan Tugas tiap Personel Tim Pelaksana 13

Tabel 3. Metode Kegiatan PPM 13

Tabel 4. Tujuan, Indikator dan Luaran Kegiatan PPM 15

Tabel 5. Hasil Penilaian Produk Analisis Kebutuhan Bahan Ajar dalam Kurikulum 2013 (N=18)

16

Tabel 6. Penilaian Kualitas LKS (N=34) 18

Tabel 7. Umpan Balik Fasilitator dan Tindak Lanjutnya 20

Tabel 8.Hasil Evaluasi Kegiatan PPM “Pengembangan LKS BerbasisGuided Inquiry”


(23)

DAFTAR GAMBAR


(24)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Kegiatan Lampiran 2. Biodata Tim Pelaksana

Lampiran 3. Contoh Produk-produk Kegiatan Lampiran 4. Foto-foto Kegiatan


(25)

RINGKASAN

Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013

dengan Workshop Pengembangan LKS IPA BerpendekatanGuided-Inquiry

untuk MengembangkanThinking Skilldan Sikap Ilmiah Siswa

Oleh: Asri Widowati, Putri Anjarsari, Laila Katriani

Tujuan kegiatan ini adalah untuk: (1) menyebarluaskan hasil penelitian dari tim pengabdi tentang pengembangan LKS IPA terpadu berpendekatan guided inquiry untuk mengembangkan

thinking skill dan sikap ilmiah dalam rangka mendukung implementasi kurikulum 2013; (2) meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA Terpadu; (3) meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan

inquirydalam LKS; (4) meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS.

Khalayak sasaran kegiatan ini adalah 34 guru anggota MGMP IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Kegiatan ini dilakukan dengan tiga tahap, meliputi tahap pelatihan teori, tahap pelatihan praktik, dan tahap evaluasi. Metode yang digunakan yakni: pemodelan (simulasi), ceramah, diskusi, dan workshop.

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa secara umum kegiatan PPM ini sudah berhasil dalam mencapai semua target kegiatan. Sebagian besar peserta sudah terampil dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA. Sebagian besar peserta juga sudah mampu menerapkan pendekatan guided inquiry dalam LKS. Selain itu, produk LKS final juga menunjukkan sebagian besar peserta sudah kreatif dalam mengembangkan LKS dengan mengembangkan LKS sendiri (tidak copy paste) dan memuat pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam produk LKS final.


(26)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

Kurikulum 2013 merupakan antisipasi adanya pergeseran paradigma belajar abad 21, bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Kerangka kompetensi abad 21 yang menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum 2013 menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang membekali pengetahuan saja tidak cukup, sehingga harus dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, berkarakter, serta didukung dengan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki arti penting dalam membangun bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa dalam pergaulan internasional ditentukan oleh beberapa paramater, tiga diantaranya adalah science literacy, mathematic literacy, serta language literacy. Program-program seperti Programme for International Student Assessment (PISA), Trends in Mathematics and science Study (TIMS) dirancang untuk menilai literasi sains dan kemampuan berpikir siswa. Sampai saat ini, anak-anak di Indonesia selalu berada pada rangking rendah dalam perolehan sains di dunia. Berdasarkan hasil PISA, hampir 25% dari siswa di Indonesia belum mampu menggunakan keterampilan sains, sedangkan berdasarkan hasil TIMS, kemampuan berpikir siswa Indonesia belum mencapai level tertinggi (kemampuan reasoning with incomplete information), hanya 3% yang memiliki kemampuan reasoning, 10% kemampuan appliying, 23% kemampuan low (knowing), dan sisanya memiliki kemampuanvery low.

Kebutuhan akan pembelajaran yang berorientasi life skills, khususnya thinking skill

sangat nyata. Hal tersebut karena pada kenyataannya, pendidikan seringkali masih menciptakan penganggur terpelajar. Data Badan Pusat Statistik, menunjukan hingga Februari 2007, jumlah sarjana yang menganggur sebanyak 409.890 orang. Belum lagi lulusan diploma III yang belum mendapatkan pekerjaan sebanyak 179.231 orang serta diploma I dan diploma II yang menganggur berjumlah 151.085 orang. Total penganggur


(27)

keluaran institusi pendidikan tinggi berjumlah 740.206 orang (Kompas - Rabu, 6 Februari 2008 dalam Erwin 2008).

Darmaningtyas melakukan studi kasus pada iklan lowongan kerja di harian Kompas Minggu, 6 Januari 2008. Ada 405 lowongan pekerjaan, 4,19% mensyaratkan indeks prestasi minimum, yang lainnya menekankan pada kemampuan kerja individu dan tim, kemampuan berbahasa asing, terutama Inggris, kemampuan mengoperasikan program komputer, kemampuan berkomunikasi, dan pengalaman kerja. Persyaratan tersebut justru tidak diperoleh secara formal di bangku sekolah, sebaliknya didapat dari inisiatif dan kreativitas individu. Individu kreatif cenderung memiliki tingkat keberhasilan tinggi.

Karakter Bangsa Indonesia semakin lama semakin terpuruk. Hal ini ditunjukan dengan berbagai permasalahan moral yang ada mulai dari level pemerintahan pusat hingga ke pemerintahan desa. Selain itu, permasalahan juga sangat luas dari permasalahan non formal hingga bidang akademik. Mencontek, kekerasan, tawuran antar pelajar, hingga narkoba, prostitusi dan plagiasi karya ilmiah merupakan contoh permasalahan yang ada dibidang pendidikan. Berita-berita di media massa menginformasikan banyak terjadi tawuran antar pelajar dan perjokian dalam seleksi masuk ke perguruan tinggi dan ujian nasional terjadi dalam dunia pendidikan. Sementara itu, Kompas (2012) menyatakan bahwa plagiasi terjadi pada karya ilmiah mahasiswa maupun dosen. Hal ini menunjukkan rendahnya karakter bangsa Indonesia. Rendahnya karakter bangsa itu merupakan tanggungjawab bersama, termasuk dalam dunia pendidikan. Untuk itu, perlu dikembangkan pendidikan yang dapat meningkatkan karakter bangsa Indonesia.

Oleh karena persoalan dan latar belakang tersebut maka penting untuk mempersiapkan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 yakni salah satunya dengan mengembangkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS IPA SMP dengan pendekatan guided inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skills dan sikap ilmiah dalam mendukung implementasi kurikulum 2013. Sebagaimana hasil penelitian Asri Widowati dan Putri Anjarsari (2013) yang menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan berpotensi untuk mengembangkan keterampilan berpikir sertascientific attitudesiswa SMP.

Guided inquiry merupakan salah satu tipe inquiry yang sebaiknya dikembangkan terhadap siswa yang belum terbiasa berinkuiri. Sebagian besar pembelajaran IPA yang


(28)

3

berlangsung di sekolah ternyata masih kurang membelajarkan siswa dengan inkuiri. Hal tersebut sebagaimana hasil wawancara dengan guru IPA Kabupaten Magelang yang mengakui bahwa pembelajaran IPA yang berlangsung berorientasi terhadap produk IPA yang berupa konsep-konsep ataupun bersifat membuktikan suatu teori (verifikatif) dan masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan konsep. Pembelajaran yang demikian menyebabkan kemampuan berpikir siswa direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat (Ratno Harsanto, 2005). Selain itu, hal tersebut juga berakibat siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif (Iwan Sugiarto, 2004: 14). Tentunya hal tersebut dapat menyebabkan pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA tidak bermakna dan terkesan ‘kering’.

Guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif belajar. Salah satu cara untuk membelajarkan siswa secara aktif yaitu melalui pendekatan inkuiri, namun apabila siswa belum terbiasa melakukan pembelajaran menggunakan inkuiri, maka dapat digunakan pendekatan guided inquiry yaitu suatu pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri yang lebih terbimbing. Pembelajaran inkuiri berusaha membantu siswa belajar dan memperoleh pengetahuan serta membangun konsep-konsep mereka sendiri. Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri siswa belajar cara mengorganisasikan dan mengadakan penelitian secara mandiri sehingga konsep yang didapatkan mudah diingat. Oleh karena itu, penting untuk membelajarkan IPA menggunakan pendekatan inkuiri.

Pemerintah pada tahun ini sedang mempersiapkan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum 2013. Namun, ketersediaan buku saja dalam kegiatan pembelajaran belum cukup untuk menunjang keberhasilan pembelajaran. Dalam kegiatan eksplorasi yang berupa penyelidikan, diperlukan adanya Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS yang saat ini beredar di lapangan belum sesuai dengan kurikulum 2013 yang akan diterapkan. Selain karena materi yang disajikan masih dalam satu disiplin ilmu saja, kegiatan dalam LKS juga masih belum menekankan kegiatan inkuiri ilmiah. Untuk itu, dirasa sangat perlu diadakan workshop untuk mengembangkan LKS IPA terpadu (worksheet of integrated science) menggunakan pendekatan guided inquiry guna mengembangkan


(29)

keterampilan berpikir (kritis, kreatif dan pemecahan masalah) serta sikap ilmiah (scientific attitude)untuk mendukung implementasi kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil diskusi dengan rekan guru IPA SMP Magelang diperoleh informasi bahwa (1) guru masih belum siap melaksanakan kurikulum 2013; (2) pembelajaran IPA yang dilaksanakan di sekolah-sekolah belum terpadu; (3) 80% guru belum mampu mengembangkan LKS yang dapat membelajarkan siswa secara aktif untuk berinkuiri; (4) 85% LKS IPA SMP masih berupa latihan soal dan bukan penuntun kegiatan; (5) 80% LKS yang beredar di SMP masih terdapat lompatan-lompatan rantai kognitif dalam pembentukan konsep (concept formation); (6) LKS yang tersedia di pasaran yang tidak cocok dengan kondisi/potensi sekolah maupun karakteristik siswa. Hal tersebut masih diperparah dengan kenyataan buku-buku dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) saat ini sangat kaku dan menjenuhkan bagi siswa sehingga siswa kurang tertarik terhadap IPA (Asa, 2011). Tentunya gambaran tersebut menunjukkan secara real adanya masalah ketersediaan LKS IPA terpadu yang berpendekatan guided inquiry agar siswa dapat aktif, baik hands on

maupun minds on. Guru harus dibekali kemampuan mengembangkan dan mengimplementasikan LKS IPA SMP yang berpendekatan guided inquiry agar dapat mendukung implementasi kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan scientific,

termasuk membelajarkan IPA dengan berinkuiri. Mengingat masalah tersebut penting untuk segera diatasi maka perlu dilaksanakan workshop pengembangan LKS IPA SMP berpendekatan guided inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skilldan sikap ilmiah siswa untuk mendukung implementasi kurikulum 2013.


(30)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pembelajaran IPA

Pembelajaran merupakan kegiatan pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada diri seseorang ketika berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Rezba (2006 :4) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA dalam era baru menekankan pada

“science as a ways of thinking and investigating, as well as a body knowledge”. Sejalan dengan pemikiran tersebut, pembelajaran sains (IPA) merupakan sesuatu yang harus “dilakukan” oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakanNational Science Educational Standart(1996: 20) bahwa ”Learning science is an active process. Learning science is something student to do, not something that is done to them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya mencakup aktivitashands-ontetapi jugaminds-on.

Pembelajaran sains semestinya memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif. Guru hendaknya dapat mengembangkan proses pembelajaran aktif sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat meningkat. Hal tersebut dikarenakan kegiatan aktif siswa merupakan titik awal dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada diri seseorang ketika berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Dengan adanya partisipasi yang optimal maka pengalaman belajar yang diperoleh akan semakin mantap dan pencapaian tujuan belajar lebih efektif dan efisien.

Pembelajaran yang berpusat pada guru sudah saatnya beralih menjadi berpusat pada siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa memandang siswa sebagai komponen terpenting dalam sistem dan proses pengajaran sehingga siswa dapat mengembangkan dan menentukan cara-cara belajarnya. Proses keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan memungkinkan terjadinya asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan, serta pengalaman langsung terhadap balikannya dalam pembentukan keterampilan dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan nilai dan sikap. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar yang lebih


(31)

bermakna. Pembelajaran yang lebih bermakna tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.

Pembelajaran IPA hendaknya dilaksanakan secara terpadu. Pengertian terpadu dalam penelitian ini lebih merujuk pada makna yang dianjurkan Depdiknas (2011: 3) yaitu pembelajaran IPA terpadu dilaksanakan sebagai upaya agar peserta didik dapat memahami obyek secara utuh (holistik) dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari secara kontekstual. Materi diajarkan dengan memadukan beberapa bidang kajian dalam IPA agar peserta didik dapat berpikir holistik.

Pembelajaran IPA terpadu untuk mengoptimalkan keterampilan dan sikap dalam IPA lebih ditekankan dalam kurikulum 2013 yang sebentar lagi akan diterapkan., kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar (KD) dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang biasanya berupa petunjuk atau langkah-langah untuk menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS termasuk dalam bahan ajar. Iif Khoiru Ahmadi,dkk. (2011: 208) menyatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Azhar Arsyad (2009: 87) menyatakan bahwa LKS termasuk media pembelajaran berbasis cetakan. Teks berbasis cetakan menuntut perhatian saat perancangan yaitu: (1) konsistensi, (2) format, (3) organisasi, (4) daya tarik, (5) ukuran huruf, serta (6) penggunaan spasi kosong.

Poppy Kamalia Devi, dkk. (2009: 36), menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan LKS dari segi penyajian dan segi tampilan. Dari segi penyajian terdiri dari: (1) judul LKS harus sesuai degan materinya, (2) materi sesuai dengan perkembangan anak, (3) materi disajikan secara sistematis dan logis, (4) materi disajikan secara sederhana dan jelas, seta (5) menunjang keterlibatan dan kemauan peserta didik untuk ikut aktif. Selanjutnya, dari segi tampilan LKS harus memperhatikan, yaitu: (1)


(32)

7

penyajian sederhana, jelas dan mudah dipahami, (2) gambar dan grafik sesuai dengan konsepnya, (3) tata letak gambar, tabel dan pertanyaan harus tepat, (4) judul, keterangan, instruksi, pertanyaan harus jelas, serta (5) mengembangkan minat dan mengajak peserta didik untuk berpikir.

Langkah-langkah menyiapkan LKS menurut Depdiknas (2005:5) adalah sebagai berikut: (1) analisis kurikulum; (2) menyusun kebutuhan LKS; (c) menentukan judul-judul LKS; (4) penulisan LKS yang meliputi perumusan kompetensi dasar, menentukan alat penilaian, penyusunan materi, dan menentukan struktur LKS.

3. PendekatanGuided Inquiry

Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Menurut Martin et al (2005: 184-185), inkuiri adalah penggunaan proses-proses sains, pengetahuan ilmiah, dan sikap-sikap ilmiah untuk menganalisa suatu permasalahan dan berpikir kritis. Sedangkan menurut Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari, A.K (2007:2),Inquiry is an approach to learning whereby students find and use a variety sources of information and ideas to increase their understanding of a problem, topic, or issue. Jadi, pendekatan inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk pemahaman konsep-konsep sains, belajar bagaimana mempelajari sesuatu, menjadi seseorang pembelajar yang mandiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir secara ilmiah. Hasil dari pembelajaran inkuiri, siswa dapat memahami cara menemukan sendiri konsep-konsep dan melakukan eksperimennya sendiri atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh pada lingkungannya.

Trowbridge dan Bybee (1986: 185-186) menyatakan bahwa apabila peserta didik tidak memiliki cukup pengalaman dalam pembelajaran menggunakan inkuiri, maka pembelajaran dilakukan secara tersusun terlebih dahulu. Setelah mereka memiliki pengalaman dalam penyelidikan, penyusunan tersebut harus dikurangi. Guided Inquiry

merupakan istilah dengan kondisi pembelajaran pada awalnya dilakukan dengan sangat tersusun. Prinsip-prinsip dalam guided inquiry menurut Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari, A.K (2007:25) disajikan pada Tabel 1.


(33)

Tabel 1.Six Principles of Guided Inquiry The Six Principles of Guided Inquiry

Children learn by being actively engaged in and reflecting on an experience Children learn by building on what they already know

Children develop higher-order thingking through guidance at critical points in the learning process

Children have different ways and modes of learning Children learn through social interaction with others

Children learn through social interaction and experience in accord with their cognitive

Berdasarkan prinsip-prinsip dari pendekatan guided inquiry seperti pada Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa melalui guided inquiry siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi selama proses pembelajaran. Berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah termasuk dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi.

4. Keterampilan Berpikir

Keterampilan berpikir merupakan keterampilan dalam menggabungkan sikap-sikap, pngetahuan-pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk dapat membentuk lingkungannya agar lebih efektif. Keterampilan berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif.

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis situasi yang kompleks dengan menggunakan objektifitas dan konsistensi sebagai standar. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir “unreflective”, yaitu mengambil keputusan, menerima suatu pernyataan, membuat keputusan tanpa pertimbangan lebih matang. Berpikir kritis membutuhkan intepretasi dan evaluasi dari suatu pengamatan, komunikasi dan sumber informasi lainnya. Berpikir kritis juga membutuhkan kemampuan dalam membuat asumsi, membuat suatu hubungan, dan dalam mengambil kesimpulan (Fisher, 13-14).

Berdasarkan beberapa definisi dan karakteristik berpikir kritis dapat diamati bahwa terdapat kemiripan sifat pengembangan berpikir kritis dengan karakteristik inkuiri. Peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri.

Berpikir kreatif akan mudah diwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberikan peluang bagi siswa untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa adanya rasa takut atau malu. Sebagai contoh, situasi belajar yang dibentuk harus


(34)

9

memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasan. Carin & Sund (1975: 307) mengemukakan untuk menimbulkan kreativitas dalam pembelajaran perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: (1) mengembangkan kepercayaan yang tinggi dan meminimalisir ketakutan; (2) mendorong terjadinya komunikasi secara bebas; (3) mengadakan pembatasan tujuan dan penilaian secara individu oleh siswa; (4) pengendalian tidak terlalu ketat

5. Sikap Ilmiah

Salah satu aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA di sekolah adalah aspek sikap. Martin (2005: 12) mengemukakan bahwa “attitudes are mental predispositions towards people, objects, subjects, events, and so on”, yang berarti bahwa sikap merupakan kecenderungan mental terhadap orang, objek, subjek, kejadian, dan sebagainya.

Sikap yang dikembangkan dalam IPA merupakan sikap ilmiah yang biasa disebut dengan scientific attitude. Harlen (2000:73) menyatakan bahwa sikap ilmiah merupakan komponen dalam kegiatan inkuiri. Sikap ilmiah menurut Carin dan Sund (1970: 2) adalah “certain beliefs, values, opinions, for example, suspending judgement until enough data has been collected relative to the problem. Constantly endeavoring to be objective.” Sikap ilmiah berkaitan dengan kepercayaan tertentu, nilai-nilai, opini-opini, misalnya, melakukan penilaian setelah semua data terkumpul, berusaha untuk bersikap objektif. Pengelompokan/dimensi sikap ilmiah yang dikembangkan oleh Harlen (2000: 150) meliputi : (1) sikap ingin tahu, (2) sikap respek terhadap fakta, (3) sikap fleksibel dalam cara berpikir, (4) sikap berpikir kritis, dan (5) sikap peka terhadap lingkungan sekitar.

C. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kualitas pembelajaran IPA ditentukan salah satunya oleh kualitas guru yang membelajarkan IPA. Sebagaimana kita tahu, guru merupakan sebuah profesi. Hal ini berarti bahwa ada keterampilan unik yang hanya dimiliki oleh seorang guru. Pengetahuan tentang bagaimana membelajarkan IPA dengan menggunakan LKS yang menuntun siswa melakukan penyelidikan (inquiry)merupakan hal yang harus guru pahami dan penting untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 yang berorientasikan pendekatan ilmiah (scientific approach), yang mengedepankan pembelajaran


(35)

siswa aktif (student centered) dan berorientasikan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking).

Dari kenyataan tersebut maka permasalahan yang kemudian diidentifikasi di sebagian besar SMP/MTs Kabupaten Magelang antara lain:

a. Pembelajaran yang ada di lapangan masih kurang sesuai dengan arahan dari kurikulum 2013 yang mengamanatkan pembelajaran IPA secara terpadu.

b. LKS yang dipergunakan oleh guru masih tipecook book(resep) sehingga siswa hanya melakukan apa yang ada di LKS, dan ada juga yang hanya sekedar menyampaikan tugas apa yang dikerjakan secara lisan.

c. Guru masih mengalami kebingungan dalaam mengimplementasikan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran IPA.

d. Sebagian besar Lembar Kegiatan Siswa (LKS) masih berupa latihan soal, bukan penuntun penemuan konsep melalui kegiatan penyelidikan atau inkuiri.

e. Sebagian besar guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang belum terampil dalam mengembangkan LKS sebagai pendukung pembelajaran dengan penuntun pembentukan konsep dengan berproses ilmiah.

f. Kreativitas sebagian besar guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang masih belum dikembangkan dalam hal pengembangan ataupun pembuatan LKS penggunaannya dalam pembelajaran IPA.

g. Sebagian besar guru merasa kesulitan dalam mengembangkan LKS IPA Terpadu. Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimana upaya peningkatan kemampuan guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang melalui workshop pengembangan dan pengimplementasian LKS IPA SMP yang berpendekatan guided inquiry

agar dapat mendukung implementasi kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatanscientific,

termasuk membelajarkan IPA dengan berinkuiri. Mengingat masalah tersebut penting untuk segera diatasi maka perlu dilaksanakan workshop pengembangan LKS IPA SMP berpendekatan guided inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skill dan sikap ilmiah siswa untuk mendukung implementasi kurikulum 2013.


(36)

11

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT A. Tujuan Kegiatan

Kegiatan pengabdian pada masyarakat berbasis penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menyebarluaskan hasil penelitian dari tim pengabdi tentang pengembangan LKS IPA terpadu berpendekatan guided inquiry untuk mengembangkan thinking skill dan sikap ilmiah dalam rangka mendukung implementasi kurikulum 2013.

2. Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep

(concept formation)IPA Terpadu, dengan target ketercapaian 75%.

3. Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam LKS, dengan target ketercapaian 75%.

4. Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS, dengan target ketercapaian 25%.

B. Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah berlangsungnya kegiatan pelatihan ini adalah:

1. Bagi peserta pelatihan

a. Membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan menyelenggarakan pembelajaran IPA yang berpendekatan ilmiah sebagai implementasi kurikulum 2013. b. Memotivasi peserta untuk mengembangkan LKS IPA Terpadu berpendekatan guided

inquiry.

c. Memotivasi peserta untuk mengembangkan kreativitas dalam penyelenggaraan pembelajaran IPA terpadu.

2. Bagi sekolah

Kegiatan ini dapat digunakan sebagai sarana meningkatkan sumber daya insani. 3. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta

a. Kegiatan ini dapat menjadi sarana UNY untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang potensi dan layanan yang dapat diberikan kepada masyarakat.

b. Kegiatan ini dapat menunjukkan bahwa UNY dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA.

4. Bagi sekolah dan UNY

Kegiatan ini dapat menjadi sarana mengembangkan jalinan kerja sama antara kedua pihak yang terlibat.


(37)

BAB IV

METODE KEGIATAN A. Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil survey pra-kegiatan PPM diperoleh informasi bahwa: (1) Sebagian besar (85%) LKS IPA SMP/MTs masih berupa latihan soal dan bukan penuntun kegiatan; (2) jikapun ada penuntun pembentukan konsep, masih terdapat lompatan-lompatan rantai kognitif sehingga siswa bingung atau kurang paham dalam belajar konsep IPA; (3) Guru-guru IPA belum banyak berkarya untuk mengembangkan LKS IPA Terpadu ; (4) Guru masih banyak menggunakan sumber belajar maupun LKS yang tersedia di pasaran yang tidak cocok dengan kondisi/potensi sekolah maupun karakteristik siswa. .

Pemecahan masalah untuk menjawab masalah adalah dengan menyelenggarakan workshop secara intensif yang mencakup bagaimana cara mengembangkan LKS berpendekatan guided inquiry dan sekaligus pengimplementasiannya. Hal tersebut ditujukan agar dapat mengoptimalkan implementasi kurikulum 2013 yang mengedepankan pendekatan ilmiah sehingga dapat mewujudkan pembelajaran IPA yang meaningful, yang dapat melibatkan siswa secara aktif, baik hands-onmaupunminds-on.Adapun diagram air kegiatan PPM dapat digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah

Survei di lapangan

Perumusan Masalah

Merencanakan kegiatan

Melaksanakan rencana kegiatan workshop

Evaluasi Memilih

sasaran

Memilih Peserta workshop

Pemilihan Tempat workshop

Menentukan sarana workshop Menentukan jadwal

workshop Membuat juklak dan

juknis workshop

Merumuskan materi workshop


(38)

13

B. Khalayak Sasaran

Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh tim pengabdi yang merupakan dosen Prodi Pendidikan IPA. Ketua tim pengabdi pernah mendapatkan pelatihan kurikulum 2013 selaku asesor PLPG. Tim pengabdi sudah melakukan penelitian tentang ” Pengembangan Worksheet

of Integrated Science Berbasis Guided Inquiry Learning Guna Mengembangkan Keterampilan

Berpikir dan Scientific Attitude Siswa SMP Dalam Rangka Menyongsong Kurikulum 2013” yang didanai DIPA UNY dan menghasilkan 3 LKS yang berhasil dikembangkan bersama mahasiswa. Selain itu, tim pengabdi juga melakukan penelitian tentang pendekataninquirysebagai karya tesis.

Tabel 2. Kualifikasi, Skill dan Tugas tiap Personel Tim Pelaksana

No Nama Kualifikasi Skill Tugas dalam

kegiatan

1. Asri Widowati, M.Pd. Magister Pendidikan Sains

- Pendidikan IPA - Strategi Pembelajaran - Bahan Ajar

- Pelatih guru

- Pemateri IPA aspek biologi

-Pendekatan Ilmiah dalam implementasi kurikulum 2013 -Pengembangan LKS IPA Terpadu berpendekatan guided inquiry

2. Putri Anjarsari, M.Pd Magister Pendidikan Sains

- Pendidikan IPA - Bahan Ajar - Pelatih guru

- Pemateri IPA aspek kimia

Orientasi

Pembelajaran sains berorientasikan pada proses dan sikap

ilmiah(pendekatan

guided inquiry) 3. Laila Katriani, M.Sc Magister Fisika - Pemateri IPA aspek fisika Pembelajaran sains

SMP dan potensi keterpaduannya Kegiatan ini direncanakan diikuti oleh minimal 35 (tiga puluh lima) orang guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Peserta pelatihan ditargetkan berjumlah maksimal 40 (empat puluh) orang, di mana masing-masing sekolah diharapkan mengirimkan satu atau dua wakilnya yang merupakan perwakilan guru IPA dari sekolah masing-masing.

C. Metode Kegiatan

Adapun langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan adalah pelatihan intensif dengan rincian materi sebagaimana Tabel 3.


(39)

Tabel 3. Metode Kegiatan PPM Hari ke-Tatap muka

ke-Materi Media dan Alat Metode Jam

Pertemuan (JP)

I 1 Inventarisasi kendala-kendala yang dialami guru terkait dengan implementasi kurikulum 20013 dan pengembangan LKS IPA Terpadu berbasisguided inquiry.

Kertas, Pin Up, White board, Spidol Brainstorming (curah gagasan) 2 JP

2 (a) Scientific approach dalam

implementasi kurikulum 2013; (b) Pendekatan guided-inquiry dalam pembelajaran IPA; (c) Metode Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IPA berpendekatanguided inquiry;

LCD,Laptop, slide Power Point materi

Ceramah Interaktif

6 JP

II 3 Simulasi Pembelajaran dengan LKS

berbasis Guided inquiry

Kurikulum 2013 mata pelajaran IPA untuk jenjang SMP/MTs Pemodelan (simulasi), Ceramah, Diskusi 4 JP

4 Menginventarisasi Kebutuhan LKS

(Kompetensi Inti & Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013)

4 JP

III 5 Workshop dan pendampingan

Pengembangan LKS IPA Terpadu berpendekatan guided inquiry

Alat & Bahan untuk

mengembangkan LKS

Workshop 16 JP

TOTAL JUMLAH JAM PERTEMUAN (JP) 32 JP

D. Langkah-langkah Kegiatan

Kegiatan PPM ini secara garis besar dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut. 1. Tahap Pelatihan Teori

Tahap pelatihan teori ditujukan agar peserta memperoleh pemahaman tentang: (a)

Scientific approach dalam implementasi kurikulum 2013; (b) Pendekatan guided-inquiry

dalam pembelajaran IPA; (c) Metode Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IPA berpendekatan guided inquiry. Untuk mendukung tahap ini, narasumber memberikan makalah dan menggunakan slide power point serta contoh lembar kerja siswa berbasis guided inquiry yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA.

2. Kegiatan Pelatihan Praktik

Tahap pelatihan praktik meliputi:

a. Praktik simulasi pembelajaran yang diperuntukkan agar peserta memperoleh gambaran dan pengalaman pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry. Dalam tahap ini


(40)

15

narasumber berperan sebagai guru dan memodelkan pembelajaran IPA berbasis guided inquiry dengan materi “Pencemaran Lingkungan Perairan”. Peserta diminta berperan sebagai siswa.

b. Praktik analisis kebutuhan bahan ajar untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan analisis bahan ajar.

c. Praktik pengembangan LKS berbasis guided inquiry dengan orientasi mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

3. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini diberi penilaian terhadap: portfolio terhadap hasil karya berupa LKS yang dihasilkan oleh peserta, dan kaidah keberterapan guided inquiry untuk menuntun siswa belajar IPA dengan kegiatan penyelidikan (inkuiri) dalam LKS. Instrumen yang digunakan dalam kegiatan evaluasi hasil kegiatan yakni dengan menggunakan lembar penilaian karya portofolio LKS ditinjau dari aspek kreativitas, kelayakan materi, kebahasaan, dan penyajian Adapun rincian indikator evaluasi masing-masing tujuan adalah sebagaimana Tabel 4.

Tabel 4. Tujuan, Indikator dan Luaran Kegiatan PPM

NO TUJUAN INDIKATOR INSTRUMEN

1 Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation)IPA

LKS memuat langkah-langkah kegiatan ilmiah.

Lembar penilaian LKS

LKS mengembangkan keterampilan berpikir

Lembar penilaian LKS

2. Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam LKS

Menggunakan pendekatan inquiry

secara efektif dan efisien dalam LKS

Lembar penilaian LKS

3 Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS

Variasi hasil pengembangan LKS yang dikembangkan peserta


(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan PPM ini dilaksanakan pada tanggal 23, 31 Agustus 2014 dan 6, 13 September 2014 di PC NU Kabupaten Magelang. Kegiatan diikuti oleh 34 anggota MGMP IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Berdasar metode yang telah direncanakan untuk memecahkan persoalan meliputi ceramah, diskusi, simulasi, dan workshop . Secara garis besar, kegiatan dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pelatihan teori, tahap pelatihan praktik, dan tahap evaluasi.

1. Hasil Evaluasi Produk Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Analisis kebutuhan bahan ajar dilakukan secara berkelompok dengan pembagian KD dalam kurikulum 2013 dikerjakan satu kelompok (2-3 peserta) untuk mata pelajaran IPA jenjang kelas VII, VIII dan IX dalam kurikulum 2013. Hasil workshop analisis kebutuhan bahan ajar berupa data kebutuhan bahan ajar, yang dikumpulkan sebanyak 18 buah. Analisis kebutuhan bahan ajar tersebut memuat beberapa komponen, yaitu identitas (mata pelajaran, kelas, semester), kompetensi (Kompetensi inti/KI dan Kompetensi Dasar/KD), materi pokok, indikator, kegiatan, macam sumber belajar dan bahan ajar yang diperlukan . Adapun hasil penilaian terhadap 18 produk hasil analisis kebutuhan bahan ajar yang terkumpul sebagaimana Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Penilaian Produk Analisis Kebutuhan Bahan Ajar dalam Kurikulum 2013 (N=18)

Nilai Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik (<60) 2 11,11

Baik (60-80) 6 33,33

Sangat Baik (>80) 10 55,55

Kriteria:

Sangat baik = jika lengkap komponen analisis kebutuhan bahan ajar (identitas, kompetensi, materi pokok, indikator, kegiatan, kebutuhan sumber belaar dan bahan ajar) ,kesesuaian antara KD-indikator-kegiatan-bahan ajar.

Baik =jika salah satu komponen tidak terpenuhi Kurang Baik =jika lebih dari satu komponen tidak terpenuhi

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian peserta (55%) sudah sangat baik dan 33,33% sudah baik dalam melakukan analisis kebutuhan bahan ajar. Sebagian kecil (11,11%) peserta


(42)

17

melakukan analisis kebutuhan bahan ajar secara kurang baik.

2. Hasil Evaluasi Produk LKS IPA

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan bahan ajar tersebut, peserta mendapatkan data pemetaan kompetensi dasar IPA dalam kurikulum 2013 yang membutuhkan bahan ajar berupa LKS beserta macam kegiatan pembelajaran. Hasil pemetaan tersebut kemudian didistribusikan kepada tiap-tiap peserta untuk dapat ditindaklanjuti dengan mengembangkan LKS yang dibutuhkan. Adapun LKS yang dikembangkan diharapkan dapat berbasis guided inquiry dengan berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap ilmiah.

Peserta mengembangkan LKS secara individu, dan dilakukan dengan workshop. Workshop pengembangan LKS tahap 1 dihasilkan draf awal LKS. Produk draf awal LKS yang terkumpul sebanyak 34 buah. Narasumber melayani konsultasi atau bimbingan secara langsung dan online. Ada beberapa catatan dari fasilitator untuk draf awal LKS yang dikonsultasikan, antara lain:

1)Sebagian besar draf awal LKS masih mencantumkan tujuan yang kurang operasional dan kurang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Contohnya:

LKS “Alat Ukur” dengan kegiatan berupa eksperimen tetapi tujuan yang dicantumkan adalah memahami/mengetahui bagian alat ukur...

2)Alat dan bahan yang dicantumkan belum lengkap atau belum tepat. Contohnya: LKS “Gerak pada Tumbuhan” mencantumkan alat dan bahan berupa macam-macam tumbuhan di alam.

3)Langkah kerja belum sistematis dan masih menggunakan kalimat aktif. Contoh LKS “Ciri-ciri Makhluk Hidup” memuat langkah siswa diminta mengelompokkan benda yang diamati ke dalam makhluk hidup dan tak hidup padahal sebelumnya belum ada pengantar tentang ciri-ciri makhluk hidup.

4)Tabel hasil belum komunikatif. Contohnya LKS Uji Vitamin C Pada tabel LKS draf awal tertulis di bagian bawah tabel

Ket : Kandungan vitamin C + : jika mengandung vitamin C - : jika tidak mengandung vitamin C


(43)

Keterangan pada tabel tersebut kurang komunikatif karena pada langkah kerja yang dituliskan dalam LKS adalah sebagai berikut:

6. ...berilah tanda silang (X) pada buah yang tidak mengandung Vitamin C .

5) Pertanyaan diskusi masih terlalu mudah dan kurang sinkron dengan kegiatan. Conthnya “LKS Alat Gerak pada Manusia” hanya bertanya “Sebutkan macam tulang berdasarkan penyusunnya!

6) Sebagian kecil LKS masih belum menerapkan pendekatan guided inquiry. Contohnya: LKS Reproduksi Organisme yang masih hanya berupa latihan soal yang bersifat hafalan semata, dan belum memancing rasa ingin tahu siswa.

Selain umpan balik dari fasilitator, antar peserta diharapkan dapat saling sharing jika mengalami kesulitan dalam pengembangan LKS. Berdasarkan hasil umpan balik dari narasumber, peserta melakukan revisi draf awal untuk ditindaklanjuti menjadi draf final LKS. Adapun aspek penilaian LKS final berdasarkan kriteria sebagaimana menilai bahan ajar text dengan memperhatikan aspek materi (kesesuaian kompetensi: berbasis guided inquiry, mengembangkan keterampilan berpikir, kejelasan langkah atau prosedur kerja, keruntutan langkah). Untuk penilaian kualitas LKS dengan menggunakan lembar penilaian kualitas LKS secara umum sebagaimana Tabel 6.

Tabel 6. Penilaian Kualitas LKS (N=34)

Kategori Kualitas LKS Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 1 2,94

Baik 14 41,18

Sangat Baik 19 55,88

Kriteria:

Sangat baik = jika komponen materi, penyajjian, tampilan, dan bahasa sudah sesuai dengan kriteria. Baik =jika salah satu komponen tidak terpenuhi

Kurang Baik =jika lebih dari satu komponen tidak terpenuhi

3.Evaluasi Kreativitas Guru dalam Mengembangkan LKS


(44)

19

LKS tahap awal dan akhir, diperoleh hasil bahwa bentuk LKS yang dikembangkan antar peserta bervariasi dalam hal macam kegiatan pembelajaran IPA (observasi, eksperimen, project, diskusi), tampilan atau lay out LKS juga bervariasi. Hampir keseluruhan peserta berusaha mengembangkan produk LKS berbasis guided inquiry. Hasil produk akhir berupa draf final LKS yang dikumpulkan ada 34 produk. Sebanyak 33 produk (97,06%) merupakan hasil karya peserta (bukan copy paste) dan 1 produk ( 2,94%) merupakan Lembar Kerja yang ada di buku pegangan siswa SMP. Jika ditilik dari muatan LKS untuk pengembangan berpikir tingkat tinggi maka terdapat 24 buah (70,59%) LKS yang sudah melatih siswa untuk mengembangkan berpikir tingkat tinggi, sedangkan 10 buah (29,41%) LKS yang masih mengembangkan tingkat berpikir rendah.

B. Pembahasan

Kegiatan PPM ini berbasis pada penelitian “Pengembangan Worksheet of Integrated Science Berbasis Guided Inquiry Learning Guna Mengembangkan Keterampilan Berpikir dan

Scientific Attitude Siswa SMP dalam Rangka Menyongsong Kurikulum 2013” oleh Asri Widowati dan Putri Anjarsari (2013) yang menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan berpotensi untuk mengembangkan keterampilan berpikir serta scientific attitude siswa SMP. Untuk membangun kompetensi pada aspek kerja ilmiah itu dipandang perlu adanya bimbingan dan pancingan guru. Penggunaan guided inquiry dirasa tepat untuk maksud ini. Latihan berpikir kritis dan kreatif, latihan mengembangkan keingintahuan (curiosity), berpikir analitis dan juga latihan menggunakan indera dan alat bantu indera serta alat-alat lain, sangat diperlukan untuk keterampilan melakukan kerja ilmiah tersebut. Dalam posisi yang sedemikian, Kuhlthau & Todd (2007), melihat penggunaan

guided inquiry dalam pembelajaran IPA sangat tepat. Guided inquiry melatih siswa dengan

bimbingan guru dalam membangun pengetahuan dan pemahaman mengenai objek dan persoalan IPA dan secara perlahan guru membekali mereka untuk mampu melakukan investigasi secara mandiri. Tentunya kegiatan pembelajaran yang demikian sangat sesuai dengan amanat kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini yakni kurikulum 2013. Kurikulum 2013 mengamanatkan agar pembelajaran, termasuk pembelajaran IPA diorientasikan ke berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) dan sikap.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan mitra serta hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka tim pelaksana melaksanakan kegiatan PPM “Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry


(45)

untuk Mengembangkan Thinking Skilldan Sikap Ilmiah Siswa”.Kegiatan PPM ini dilaksanakan pada tanggal 23, 31 Agustus 2014 dan 6, 13 September 2014 di PC NU Kabupaten Magelang. Kegiatan diikuti oleh 34 anggota MGMP IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Berdasar metode yang telah direncanakan untuk memecahkan persoalan meliputi ceramah, diskusi, simulasi, dan workshop. Secara garis besar, kegiatan dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pelatihan teori, tahap pelatihan praktik, dan tahap evaluasi.

Peserta berpartisipasi aktif dalam keseluruhan tahapan. Adapun tiap tahapan mencerminkan bahwa peserta terlibat secara aktif. Sebagimana dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian peserta (55%) sudah sangat baik dan 33,33% sudah baik dalam melakukan analisis kebutuhan bahan ajar. Sebagian kecil (11,11%) peserta melakukan analisis kebutuhan bahan ajar secara kurang baik karena belum mencantumkan kompetensi dan indikator pencapaian serta ketidaksesuaian antara penentuan kegiatan pembelajaran dengan kompetensi yang akan dicapai. Hal tersebut mencerminkan bahwa sebagian kecil peserta masih mengalami kesulitan dalam memahami kompetensi dalam kurikulum 2013. Kegiatan workshop analisis kebutuhan ajar menghasilkan produk berupa peta kebutuhan bahan ajar dalam kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPA jenjang kelas VII, VIII, dan IX.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan bahan ajar tersebut, peserta mendapatkan data pemetaan kompetensi dasar IPA dalam kurikulum 2013 yang membutuhkan bahan ajar berupa LKS beserta macam kegiatan pembelajaran. Hasil pemetaan tersebut kemudian didistribusikan kepada tiap-tiap peserta untuk dapat ditindaklanjuti dengan mengembangkan LKS yang dibutuhkan. Adapun LKS yang dikembangkan diharapkan dapat berbasis guided inquiry dengan berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap ilmiah. Peserta mengembangkan LKS secara individu, dan dilakukan dengan workshop. Workshop pengembangan LKS tahap 1 dihasilkan draf awal LKS. Produk draf awal LKS yang terkumpul sebanyak 34 buah. Narasumber memberikan pembimbingan saat pengembangan desain dan finalisasi produk, baik secara langsung maupun via on line. Ada beberapa umpan balik yang diberikan oleh fasilitator sebagai terhadap catatan kekurangan pada LKS draf awal sebagaiman Tabel 7.

Tabel 7. Umpan Balik Fasilitator dan Tindak Lanjutnya

Catatan pada Draf Awal Saran Perbaikan Keterangan

Tujuan yang kurang operasional dan kurang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Contohnya:

Kata mengetahui ataupun memahami

bukanlah kata kerja operasional, sebagiknya diganti dengan kata kerja yang operasional

Saran ditindaklanjuti


(46)

21

Catatan pada Draf Awal Saran Perbaikan Keterangan

tujuan mengetahui/memahami.... dan sesuai dengan bentuk kegiatan. Jika

kegiatan berupa eksperimen maka contoh tujuan LKS adalah “menyelidiki pengaruh..”, jika pengamatan maka tujuan LKSnya adalah “mengidentifikasi...”

Sebagian kecil LKS memuat alat dan bahan kegiatan belum lengkap

Alat dan bahan dapat ditentukan dan

disesuikan dengan kebutuhan dalam

melakukan kegiatan ilmiah menggunakan LKS tersebut.

Saran ditindaklanjuti

peserta

Langkah kerja yang belum

sistematis, ada sebagian kecil yang menggunakan kalimat aktif.

Langkah kerja dibuat sistematis dan dalam bentuk kalimat instruksi (tanpa tanda seru).

Agar langkah dapat sistematis maka

fasilitator menyarankan agar peserta guru

ketika menuliskan langkah kerja LKS

sembari membayangkan posisi sebagai siswa yang sedang melakukan atau bahkan guru mencoba praktik menggunakan langkah yang tersaji dalam LKS yang dikembangkannya.

Saran ditindaklanjuti

peserta

Bahasa yang digunakan di langkah kerja ada yang masih ambigu,

sebaiknya langkah dibuat

sistematis dan bahasa yang lugas dan tidak bermakna ganda.

Bahasa dibuat lugas dan tidak ambigu.

Sebaiknya peserta guru sembari

membayangkan posisi sebagai siswa yang sedang melakukan atau bahkan guru mencoba praktik menggunakan langkah yang tersaji dalam LKS yang dikembangkannya.

Saran ditindaklanjuti

peserta

Sebagian kecil tabel hasil kegiatan masih belum tepat karena kurang komunikatif (belum menampakkan variabel yang diamati).

Tabel dibuat lebih komunikatif dengan

konsisten dengan apa yang tertera dalam langkah kerja, mencantumkan variabel yang diamati beserta satuannya.

Saran ditindaklanjuti

peserta

Pertanyaan diskusi masih terlalu mudah dan kurang sinkron dengan kegiatan

Pertanyaan tidak hanya sekedar pertanyaan hafalan yang dapat dijawab dengan melihat buku, namun pertanyaan bersifat analisis data kegiatan dan berdasarkan data kegiatan.

Saran ditindaklanjuti

peserta

Sebagian besar peserta menindaklanjuti umpan balik yang diberikan fasilitator pada draf awal mereka. Hal tersebut menjadikan produk LKS hasil revisi (LKS final) lebih baik dibandingkan draf awal.

Penilaian produk LKS final sebagai produk kegiatan PPM ini maka dapat diperoleh gambaran bahwa produk LKS yang dihasilkan peserta dapat membelajarkan siswa secara aktif karena sebagian besar (lebih dari 70%) sudah berbasisguided inquiry. LKS tersebut mendukung berlangsungnya pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa, yang berpotensi melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah melalui kegiatan ilmiah baik ekperimen maupun observasi. Selain itu, pembelajaran yang berpusat pada siswa juga memungkinkan terjadinya diskusi yang merupakan cara efektif untuk melatih dan


(47)

mengembangkan keterampilan berpikir. Hal ini disebabkan karena melalui diskusi, siswa dapat berbagi pendapat, berpikir perspektif, dan mendapatkan pengalaman. Melalui diskusi, siswa juga dapat belajar mempertimbangkan, menolak atau menerima pendapat sendiri atau orang lain. Pembelajaran yang menggunakan LKS demikian akan membelajarkan siswa dengan orientasi proses (process-oriented) bukan hanya produk pengetahuan (konsep, teori, prinsip, hukum) semata.

Langkah kerja dalam LKS yang disajikan secara sistematis dan menerapkan pendekatan

guided inquiry melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, atas bantuan dan bimbingan guru. Hal tersebut menuntun siswa dalam membentuk konsep (concept formation) yang akan ditemukan melalui kegiatan ilmiah, dan bukan sekedar mendengarkan penjelasan guru.

Kreativitas guru berdasarkan hasil observasi selama kegiatan workshop pengembangan LKS tahap awal dan akhir, diperoleh hasil bahwa bentuk LKS yang dikembangkan antar peserta bervariasi dalam hal macam kegiatan pembelajaran IPA (observasi, eksperimen, project, diskusi), tampilan atau lay out LKS juga bervariasi. Hampir keseluruhan peserta berusaha mengembangkan produk LKS berbasisguided inquiry. Hasil produk akhir berupa draf final LKS yang dikumpulkan ada 34 produk. Sebanyak 33 produk (97,06%) merupakan hasil karya peserta (bukan copy paste). Sebagian besar produk LKS final (70,59%) sudah melatih siswa untuk mengembangkan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut tercermin dari pemberian kesempatan kepada siswa untuk memiliki kebebasan berpikir dan bertindak dalam memahami pengetahuan dan memecahkan masalah. Siswa diminta melakukan penurunan ide-ide dimunculkan dengan melibatkan peserta didik pada pertanyaan-pertanyaan terbuka serta kesempatan berdiskusi. Keterampilan relasi dimunculkan dengan memberikan kesempatan peserta didik menganalisis keterhubungan suatu kejadian baik alat maupun proses dengan konsep IPA. Sintesis dimunculkan dengan penugasan yang menjadikan peserta didik membuat kombinasi unsur-unsur materi pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk laporan tertulis atau gambar. Inferensi dimunculkan dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membuat kesimpulan dari materi-materi dan kegiatan yang telah mereka pelajari dan lakukan.

Secara umum kegiatan PPM ini dapat dikatakan berhasil dikarenakan semua target kegiatan dapat tercapai dengan baik. Kegiatan PPM ini dapat terlaksana dengan baik untuk ketiga tahapan, yang meliputi tahap pelatihan teori , pelatihan praktik dan workshop. Secara


(1)

36 Lampiran 3. Contoh Produk-produk Kegiatan Produk 1: Analisis Kebutuhan bahan Ajar


(2)

(3)

(4)

(5)

40 Lampiran 4. Foto-foto Kegiatan

Gambar 2. Pemateri menyampaiakan tentang LKS


(6)