PEMBELAJARAN DENGAN METODE GUIDED INQUIRY UNTUK MENGEMBANGKAN RASA INGIN TAHU DAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA

(1)

i

PEMBELAJARAN DENGAN METODE

GUIDED

INQUIRY

UNTUK MENGEMBANGKAN RASA INGIN TAHU DAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Lilanamami Arya Yuritantri 4201409111

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

INQUIRY UNTUK MENGEMBANGKAN RASA INGIN TAHU DAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari: Selasa

Tanggal: 27 Agustus 2013

Semarang, 15 Agustus 2013 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Drs.Nathan Hindarto, Ph.D Dr. Achmad Sopyan, M.Pd NIP. 195206131976121002 NIP. 196006111984031001


(3)

iii

Ingin Tahu dan Keterampilan Komunikasi Siswa disusun oleh

Lilanamami Arya Yuritantri 4201409111

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 27 Agustus 2013

Panitia

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si. NIP. 196310121988031001 NIP. 196306101989011002

Ketua Penguji

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. NIP. 196310121988031001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Drs.Nathan Hindarto, Ph.D Dr. Achmad Sopyan, M.Pd. NIP. 195206131976121002 NIP. 196006111984031001


(4)

iv sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 15 Agustus 2013

Lilanamami Arya Y. 4201409111


(5)

v

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. (Al-Insyirah: 5)

Jangan memaksakan hasil tapi maksimalkanlah usaha karena usaha di tangan kita dan hasil di tangan Allah.

Jadikan kesalahan itu pelajaran bukan penyesalan. Semangat!

Karya ini ku persembahkan untuk:

Bapak Rusman, Ibuk Sulasmi, Adek Balistha tersayang yang selalu memberikan dukungan serta mencurahkan kasih sayang dan doa


(6)

vi

senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang Pembelajaran dengan Metode Guided Inquiry untuk Mengembangkan Rasa Ingin Tahu dan Keterampilan Komunikasi Siswa. Penyusunan skripsi bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Penyelesaian skripsi tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran, bimbingan, petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M. Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Isa Akhlis, S.Si. M.Si., selaku Dosen Wali.

5. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Prof. Dr. Wiyanto, M. Si., Dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.


(7)

vii

bersedia membimbing dan memberikan arahan serta menyediakan waktu dalam pelaksanaan penelitian.

10.Siswa kelas VIII 2 MTs Negeri Sulang Tahun Ajaran 2012/2013, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

11.Seorang pria yang menyayangiku, Bagus Setyo Kurniawan. Terimakasih untuk semua semangat dan motivasi yang diberikan.

12.Dian, Ninis, Ikok, Irma, Mey, dan teman-teman Rinata Guest House. Terimakasih atas semuanya. Kalian keluargaku disini.

13.Evin, Ayu, Eva, Rulin, Luthfia, Diflaa, Rina, Mbak Wati, Wiwit dan teman-teman seperjuangan pendidikan fisika angkatan 2009. Terimakasih atas persahabatan, dan bantuan yang diberikan.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan doa dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat, dan pembaca pada umumnya.

Semarang,27 Agustus 2013


(8)

viii

Inquiry untuk Mengembangkan Rasa Ingin Tahu dan Keterampilan Komunikasi Siswa. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D. dan Pembimbing II: Dr. Achmad Sopyan, M.Pd. Kata Kunci: Pembelajaran, Guided Inquiry, Rasa Ingin Tahu, Keterampilan Komunikasi.

Guided inquiry adalah metode pembelajaran dimana siswa diberi permasalahan kemudian siswa menemukan jawaban dari permasalahan itu dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pembelajaran dengan metode guided inquiry dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental design dengan one group pretest-posttest design. Perkembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi diukur dengan menggunakan skala sikap yang setiap item mengandung indikator yang dapat mengukur rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa. Skala sikap ini diberikan kepada siswa sebagai pretest untuk mengetahui sikap awal siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan metode guided inquiry dan posttest diberikan kepada siswa untuk mengetahui sikap siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode guided inquiry. Selain digunakan skala sikap, juga digunakan lembar observasi untuk mengukur keterampilan komunikasi siswa.

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode guided inquiry dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata skala sikap siswa sebelum dilaksanakannya pembelajaran dengan metode guided inquiry sebesar 68,43, sedangkan nilai rata-rata setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan metode guided inquiry sebesar 78,39. Berdasarkan uji gain diperoleh perkembangan sebesar 0,32 yang termasuk dalam kategori sedang, sehingga penelitian pembelajaran dengan metode guided inquiry ini dikatakan berhasil dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa.


(9)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Pembatasan Masalah ... 4

1.6 Penegasan Istilah ... 5

1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Metode Guided Inquiry ... 8

2.2 Rasa Ingin Tahu ... 10

2.3 Keterampilan Komunikasi... 13

2.3.1 Keterampilan Komunikasi secara Lisan ... 14


(10)

x

2.7.1 Getaran ... 19

2.7.2 Gelombang ... 21

2.8 Kerangka Berpikir... 24

2.9 Hipotesis ... 26

3. METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian ... 27

3.2 Faktor yang Diteliti ... 27

3.3 Desain Penelitian ... 27

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4.1 Metode Dokumentasi ... 30

3.4.2 Metode Observasi ... 30

3.4.3 Metode Skala Sikap ... 30

3.5 Instrumen Penelitian ... 31

3.6 Analisis Uji Coba Instrumen ... 31

3.6.1 Perangkat Pembelajaran ... 31

3.6.2 Lembar Observasi ... 31

3.6.3 Skala Sikap ... 32

3.7 Metode Analisis Data ... 34

3.7.1 Analisis Hasil Observasi... 34

3.7.2 Analisis Skala Sikap ... 35

3.7.3 Uji Gain ... 35

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian ... 37

4.1.2 Hasil Analisis Skala Sikap ... 39

4.1.3 Hasil Analisis Soal Pilihan Ganda ... 40


(11)

xi

4.2.3 Peningkatan Komunikasi Lisan ... 47

4.2.4 Kendala-Kendala dalam Penelitian ... 48

5. SIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Simpulan ... 50

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(12)

xii

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Guided Inquiry ... 9

Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Soal ... 33

Tabel 4.1 Hasil Uji Gain Skala Sikap ... 40

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 41

Tabel 4.3 Hasil Uji Gain Soal Pilihan Ganda ... 42


(13)

xiii

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Getaran pada Ayunan Sederhana ... 20

Gambar 2.2 Gelombang Transversal ... 22

Gambar 2.3 Gelombang Longitudinal ... 23

Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Skala Sikap ... 40

Gambar 4.2 Perbandingan Pretest dan Posttest Soal Pilihan Ganda ... 41


(14)

xiv

Lampiran Halaman

1. Silabus ... 54

2. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Getaran ... 56

3. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Gelombang ... 59

4. Lembar kerja Siswa (LKS) Getaran ... 62

5. Lembar kerja Siswa (LKS) Gelombang ... 66

6. Indikator Rasa Ingin Tahu dan Keterampilan Komunikasi ... 73

7. Kisi-Kisi Angket Rasa Ingin Tahu dan Keterampilan Komunikasi ... 74

8. Item Rasa Ingin Tahu ... 75

9. Item Keterampilan Komunikasi ... 76

10. Lembar Skala Sikap ... 78

11. Kisi-Kisi Soal Uji Coba... 81

12. Soal Uji Coba ... 82

13. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 88

14. Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Item Skala Sikap ... 89

15. Perhitungan Validitas Item ... 90

16. Perhitungan Reliabilitas Item ... 91

17. Tabel Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Beda Soal Pilihan Ganda ... 92

18. Daftar Nama Siswa ... 93

19. Lembar Skala Sikap ... 94

20. Soal Pilihan Ganda ... 96

21. Kunci Jawaban Soal Pilihan Ganda ... 100

22. Analisis Skala Sikap (Pretest) ... 101

23. Analisis Skala Sikap (Posttest) ... 102

24. Uji Gain Skala Sikap ... 103


(15)

xv

30. Pedoman Penilaian Observasi Keterampilan Komunikasi Lisan ... 109

31. Analisis Lembar Observasi Pertemuan I ... 110

32. Analisis Lembar Observasi Pertemuan II ... 111

33. Uji Gain Keterampilan Mengajukan Pertanyaan ... 112

34. Uji Gain Keterampilan Menjawab Pertanyaan ... 113

35. Uji Gain Keterampilan Mengajukan Pendapat ... 114

36. Uji Gain Keterampilan Menanggapi Pendapat ... 115

37. Uji Gain Lembar Observasi... 116

38. Foto ... 117

39. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ... 118

40. Surat Ijin Penelitian ... 119


(16)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Metode pembelajaran menurut Amien (1987: 98) adalah cara yang digunakan guru untuk mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, hendaknya dipilih suatu metode yang paling tepat supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dewasa ini, proses pembelajaran fisika yang ada di sekolah-sekolah cenderung menggunakan metode mengajar secara informatif. Secara tradisional, dimana guru mengajarkan fakta-fakta, rumus-rumus, hukum-hukum atau problem-problem tertentu dan siswa hanya menghafalkan saja. Guru hanya tertuju pada hasil belajar siswa dan kurang memperhatikan proses untuk mencapai hasil tersebut. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran karena siswa hanya diberi pengetahuan secara tradisional (metode ceramah) sehingga siswa menerima pengetahuan secara abstrak dengan lebih banyak mendengar dan mencatat tanpa mengalami atau melihat sendiri. Padahal menurut Koes (Yulianti dan Wiyanto 2009: 2) salah satu kunci untuk belajar fisika adalah pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif untuk berinteraksi dengan objek konkret.

Metode pembelajaran inquiry dalam fisika merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, karena menurut Amin (1987:


(17)

126) inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problem, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. Disamping itu, inquiry juga cara yang sangat tepat untuk mengembangkan kebiasaan berpikir siswa. Dalam hal ini menurut Llewellyn (2005: 2) kebiasan berpikir dalam sains meliputi komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, kerajinan, kejujuran, fleksibilitas, inovasi, daya imajinasi, integritas, keterbukaan, ketekunan, refleksi, sinsitifitas, skeptik, keprihatinan. David L. Haury (1993) dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak yaitu inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dilihat bahwa inquiry itu dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

Menurut National Research Council (NRC), inquiry meliputi berbagai aktifitas, diantaranya melakukan pengamatan, menjawab pertanyaan, mengkaji buku dan sumber informasi yang lain untuk melihat apa yang telah diketahui dari penemuan-penemuan yang sudah terbukti dengan cara mengumpulkan, menganilisis, menginterpretasikan data, menyusun jawaban, penjelasan dan memprediksi dan mengkomunikasikan hasil penemuan (Llewllyn, 2005: 4). Ketika siswa mengkomunikasikan hasil penemuannya berarti dalam hal ini siswa mengembangkan keterampilan komunikasinya.


(18)

Metode guided inquiry merupakan salah satu bagian dari metode inquiry. Dalam hal ini siswa juga melakukan segala sesuatu yang dilakukan dalam metode inquiry, hanya saja guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa, misalnya perencanaan serta bagaimana menyusun dan mencatat (Amien 1987: 126-127).

Dari uraian tersebut, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai “Pembelajaran dengan Metode Guided Inquiry untuk Mengembangkan Rasa Ingin Tahu dan Keterampilan Komunikasi Siswa”.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah pembelajaran dengan metode guided inquiry dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa?

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penilitian ini adalah untuk mengetahui bahwa pembelajaran dengan metode guided inquiry dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa.

1.4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain.


(19)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang metode pengembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa melalui menerapkan metode guided inquiry pada pembelajaran Fisika pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya, serta dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian pendidikan selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi guru, peneliti, dan sekolah penelitian. Bagi Peneliti, yaitu memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pembelajaran di sekolah dan usaha untuk mengatasinya serta memberikan pengalaman menyusun karya ilmiah berdasarkan penelitian di bidang pendidikan. Bagi guru, yaitu memberikan gambaran tentang proses pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran guided inquiry, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran di kelas. Bagi Sekolah, yaitu memberikan metode pembelajaran yang inovatif untuk mengembangkan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.

1.5

Pembatasan Masalah

Penelitian ini menitikberatkan pada pengembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa melalui penerapan metode pembelajaran guided inquiry pada pembelajaran fisika di kelas VIII 2 MTs N Sulang.


(20)

1.6

Penegasan Istilah

Penegesan isitilah diperlukan untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun istilah-istilah yang digunakan antara lain.

1.6.1 Metode Guided Inquiry

Menurut Amin (1987: 137) guided inquiry atau inkuiri terbimbing yaitu pembelajaran yang perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem/masalah.

Pada penelitian ini, siswa diajak untuk melakukan percobaan dengan dipandu LKS (lembar kerja siswa). Guru dalam hal ini peneliti menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.

1.6.2 Mengembangkan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mengembangkan memiliki arti menjadi maju (baik, sempurna, dsb).

Pada penelitian ini yang dimaksud mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa adalah membuat rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa menjadi lebih baik.

1.6.3 Rasa Ingin tahu

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Kemendiknas, 2010: 10).

Pada penelitian ini ketika melakukan percobaan yang dipandu dengan LKS (lembar kerja siswa). LKS ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang memancing


(21)

rasa ingin tahu siswa sehingga siswa berupaya mengetahui lebih mendalam dan meluas dari materi yang mereka percobakan.

1.6.4 Komunikasi

Komunikasi adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Kemendiknas, 2010: 10). Komunikasi juga mengandung pengertian memberitahukan dan menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan, nilai, dan pikiran dengan maksud agar menggugah partisipasi dan selanjutnya orang yang diberitahukan tersebut menjadi milik bersama antara orang yang memberi atau menyampaikan informasi (komunikator) dan orang yang menerima informasi (komunikan) (Sugiyo 2005:1). Pada penelitian ini, keterampilan komunikasi yang dikembangkan adalah keterampilan komunikasi lisan antar siswa dengan siswa dan antar guru dengan siswa serta komunikasi tulisan.

1.7

Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1) Bagian Awal

Bagian awal terdiri atas judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

(2) Bagian Isi


(22)

a. BAB I Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

b. BAB II Kajian Pustaka dan Landasan Teori

Kajian pustaka berisi tentang hasil-hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian.

c. BAB III Metode Penelitian

Metode penelitian berisi tentang desain penelitian, lokasi dan subyek penelitian, prosedur penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

d. BAB IV Hasil dan Pembahasan

Hasil dan pembahasan berisi hasil penelitian yang telah diperoleh dan pembahasan dari hasil penelitian tersebut.

e. BAB V Penutup

Penutup berisi tentang simpulan dari pembahasan yang telah dipaparkan dan saran kepada pembaca untuk memperbaiki kekurangan hasil penelitian yang telah dilakukan.

(3) Bagian Akhir


(23)

8

2.1

Metode

Guided Inquiry

Metode guided inquiry merupakan salah satu bagian dari metode inquiry. Inquiry berasal dari Bahasa Inggris yang artinya menyelidiki. Sedangkan arti dari metode inquiry adalah suatu teknik intruksional dalam proses pembelajaran dengan cara siswa diberikan suatu permasalahan (Yulianti dan Wiyanto 2009: 19). Dalam hal ini siswa mencari sendiri penyelesaian permasalahan tersebut dengan cara merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan dan sebagainya.

Pembelajaran menggunakan metode guided inquiry, guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa (Amien 1987: 126-127). Guided inquiry ini dicirikan dengan permasalahan yang telah diidentifikasikan oleh guru dan berbagai pertanyaan-pertanyaan arahan yang menunjukkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran (Wenning 2005: 7). Seperti halnya Martin dalam Ozdilek dan Bulunuz (2009) yang menyatakan bahwa: “dalam guided inquiry, guru menetapkan petunjuk dan menyarankan aktifitas yang bersifat open-ended, yang mengajarkan siswa untuk mencari apa yang dapat mereka selidiki dan temukan terhadap sesuatu yang mereka tidak mengerti.”

Selama proses pembelajaran, guru mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa melalui pertanyaan arahan yang dapat memancing rasa ingin tahu


(24)

siswa. Siswa belajar dari pengalaman nyata yang dipandu dengan petunjuk di LKS (lembar kerja siswa).

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran ini mengadaptasi dari tahpan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak (Trianto, 2007: 141) sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Guided Inquiry

Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan permasalahan atau pertanyaan

Guru memberikan permasalahan atau pertanyaan yang berhubungan dengan materi percobaan kepada siswa.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat dalam membentuk hipotesis dari masalah yang akan dilakukan percobaan.

3. Merancang percobaan

Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada siswa.

4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.

5. Mengumpulkan dan menganalisis data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil data yang terkumpul. Kemudian guru membimbing siswa menganalisis/ mengolah data tersebut (terjadi diskusi kelompok).

6. Membuat kesimpulan

Siswa membandingkan hasil akhir yang didapat dengan hipotesis awal. Guru membimbing siswa untuk melaksanakan diskusi kelas dalam membuat kesimpulan

Enam langkah pada guided inquiry ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi, dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapinya serta dapat memancing rasa ingin


(25)

tahu siswa. Tugas guru hanya mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar.

2.2

Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu merupakan kodrat yang membuat manusia selalu bertanya-tanya “itu apa?”, “mengapa begitu?” Kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut berkembang menjadi pertanyaan-peertanyaan seperti “bagaimana itu bisa terjadi?”, “bagaimana menemukannya?”, dan seterusnya. Pertanyaan tersebut muncul sejak manusia mulai bisa berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh jalan pikiran manusia, makin banyak pertanyaan yang muncul, makin banyak usaha manusia untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya. Manusia akan merasa puas ketika sudah menemukan jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaan tersebut, namun jika belum terjawab maka mereka akan mencari cara untuk menemukan jawaban yang mereka inginkan.

Rasa ingin tahu pada diri siswa perlu dikembangkan tidak hanya pada hal-hal positif tetapi juga pada informasi mengenai hal-hal negatif dengan tujuan agar mereka tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif setelah mereka mengetahui sebab dan akibatnya. Menurut Kemendiknas (2010: 10) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Totalitas psikologis dan sosiologis kultural mengelompokkan rasa ingin tahu dalam olah pikir. Rasa ingin tahu yang kuat merupakan motivasi kaum ilmuwan.


(26)

Samani dan Harianto (2011: 119) menyatakan bahwa rasa ingin tahu merupakan keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahan terhadap rahasia alam atau peristiwa sosial yang sedang terjadi. Sedangkan Raka, dkk (2011: 38) menyatakan bahwa rasa ingin tahu adalah minat mencari kebaruan, keterbukaan, terhadap pengalaman baru, menaruh perhatian pada hal-hal atau pengalaman baru, melihat berbagai hal atau topik sebagai hal-hal menarik, menjelajah dan berusaha menemukan sesuatu. Berdasarkan penyataan-pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa rasa ingin tahu tidak hanya muncul untuk membuktikan sesuatu yang sudah ada tetapi juga untuk menemukan hal-hal yang baru.

Mustari (2013) dalam bukunya Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan Karakter, menyatakan bahwa untuk mengembangkan rasa ingin tahu pada siswa, hendaknya siswa tersebut diberi kebebasan untuk melakukan dan melayani rasa ingin tahu mereka sendiri. Siswa hanya diberikan cara-cara untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang mereka dapatkan. Apabila pertanyaannya tentang Bahasa Inggris, maka siswa tersebut diberi kamus, apabila pertanyaannya tentang pengetahuan, maka siswa tersebut diberi Ensiklopedia, sedangkan dalam hal ini siswa diberi pembelajaran dengan metode guided inquiry supaya siswa dapat menemukan pertanyaan serta menemukan jawaban dari pertanyaan itu sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Adapun indikator rasa ingin tahu untuk SMP menurut Kemendiknas (2010: 42) adalah sebagai berikut:


(27)

(2) Menunjukkan sikap tertarik dan tidak tertarik terhadap pembahasan suatu materi,

(3) Mencari informasi dari berbagai sumber tentang materi pelajaran,

(4) Mencari informasi dari berbagai sumber tentang pengetahuan umum yang berkaitan dengan materi pelajaran.

Berdasarkan indikator tersebut disusun item-item pernyataan untuk mengukur rasa ingin tahu. Pada item-item tersebut mengandung komponen-komponen sikap yaitu komponen-komponen kognitif (cognitive), komponen-komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative) (Azwar, 2003: 24).

Komponen kognitif (cognitive) merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, dengan kata lain komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar dari objek sikap. Mengapa orang percaya atau mempunyai kepercayaan? Menurut Azwar (2003: 25) kepercayaan datang dari apa yang kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek.

Komponen afektif (affective) merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Aspek emosional atau reaksi emosional yang ini banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud.

Komponen konatif (conative) merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang berkaitan


(28)

dengan objek sikap yang dihadapi. Kaitan ini diidasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tertentu.

2.3

Keterampilan Komunikasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mendefinisikan komunikasi sebagai pengiriman atau penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan menurut Kemendiknas (2010: 10) komunikasi adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Komunikasi juga mengandung pengertian memberitahukan dan menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan, nilai, dan pikiran dengan maksud agar menggugah partisipasi dan selanjutnya orang yang diberitahukan tersebut menjadi milik bersama antara orang yang memberi atau menyampaikan informasi (komunikator) dan orang yang menerima informasi (komunikan) (Sugiyo 2005:1). Menurut Widjaja dalam skripsi Fahriani (2012: 10) fungsi komunikasi dalam pendidikan yaitu sebagai pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. Kemampuan komunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kemampuan komunikasi secara lisan dan kemampuan komunikasi melalui tulisan.


(29)

2.3.1 Keterampilan Komunikasi secara Lisan

Komunikasi secara lisan adalah penyampaian informasi yang dilakukan melalui ucapan kata-kata atau kalimat. Menurut Liaw (Fahriani 2012: 11) ada dua tipe komunikasi seseorang yaitu extravert (terbuka) dan introvert (tertutup). Seseorang yang memiliki tipe extravert akan lebih terbuka dalam berkomunikasi sedangkan seseorang yang bersifat introvert akan lebih diam dan menutup diri. Adapun indikator kemampuan komunikasi secara lisan yang akan diuraikan disini adalah kemampuan berdiskusikan hasil percobaan yang sudah dilaksanakan, yaitu (1) kemampuan mengajukan pertanyaan, (2) menjawab pertanyaan, (3) mengajukan pendapat, dan (4) menanggapi pendapat saat diskusi.

(1) Kemampuan mengajukan pertanyaan

Hal yang paling penting dan perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar, adalah kemampuan mengajukan pertanyaan. Terlebih lagi pada saat kegiatan diskusi. Arifin (Fahriani 2012: 12) mengatakan bahwa bertanya merupakan indikator berpikir seseorang. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung lebih sering bertanya dibandingkan dengan siswa-siswa yang memiliki motivasi rendah. Dengan demikian, supaya siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran, maka guru hendaknya memberikan kesempatan untuk bertanya. (2) Kemampuan menjawab pertanyaan

Kemampuan menjawab pertanyaan merupakan respon siswa dalam kegiatan pembelajran. Pertanyaan yang dijawab oleh siswa dapat berasal dari guru atau temannya. Ketika siswa menjawab pertanyaaan, berarti siswa berlatih untuk berani mengemukakan jawaban, berlatih menyusun kata-kata, berlatih


(30)

demokrasi di kelas dan memacu siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Keadaan ini dapat menjadikan suasana kelas menjadi lebih hidup, dinamis, dan komunikatif.

(3) Kemampuan mengajukan pendapat

Ketika siswa mengajukan pendapat, dalam hal ini berarti siswa menyampaikan informasi, gagasan, dan fakta yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran ataupun pengetahuan yang siswa dapatkan dari luar pembelajaran, misalnya dari televisi, radio, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Kemampuan mengajukan pendapat ini dapat dilihat ketika siswa melakukan diskusi. Diskusi merupakan suatu proses yang teratur dan melibatkan banyak orang yang bertujuan untuk memecahkan masalah atau mengambil kesimpulan. Oleh sebab itu pada saat diskusi inilah saat yang tepat bagi siswa untuk berlatih mengajukan pendapat. (4) Kemampuan menanggapi pendapat

Kemampuan menanggapi pendapat dapat diartikan juga sebagai kemampuan untuk mendukung atau menyanggah suatu pendapat yang dikemukakan oleh orang lain ketika melakukan diskusi. Pada saat diskusi akan terjadi proses tukar pendapat antara kelompok. Untuk menjaga diskusi tetap berjalan teratur dan tujuan diskusi tercapai maka hendaknya pendapat yang disampaikan menarik untuk dibahas kembali. Disamping itu cara penyampaiannya harus komunikatif, sehingga mudah dipahami orang lain. Jika hendak menolak, mengomentari atau mengoreksi kata yang digunakan hendaknya yang sopan dan tidak menyakiti perasaan orang lain.


(31)

2.3.2 Kemampuan Komunikasi Melalui Tulisan

Komunikasi melalui tulisan adalah penyampaian informasi melalui grafik, bagan, peta, diagram, atau persaman. Pada suatu penyelidikan/percobaan tidak semua indikator tersebut dilakukan. Guru dapat memilih sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan alat dan bahan, kemampuan siswa dan alokasi waktu.

Pada penelitian ini yang diteliti adalah kemampuan menyusun laporan. Kemampuan menyusun laporan merupakan kemampuan yang sangat penting yang perlu dikembangkan dalam kegiatan laboratorium. Terdapat beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan laporan. Aspek-aspek ini yang dikemudian akan dinilai dari suatu laporan. Di sekolah pada umumnya laporan dinilai dari isi, susunan dan penguasaan bahasa. Aspek isi mencangkup kesesuaian teori dengan masalah yang diselidiki, kebenaran teori yang disajikan, kelengkapan data observasi, kebenaran cara melakukan perhitungan, dan ketepatan merumuskan kesimpulan. Aspek susunan materi laporan meliputi kerapihan tulisan, kelogisan sistematika laporan, kejelasan penyajian data melalui tabel dan grafik, kesesuaian tata cara penulisan daftar pustaka dengan aturan, dan sebagainya. Aspek penggunaan bahasa, mencangkup pemakaian ejaan, kelugasan gaya bahasa, kejelasan bahasa.

Seperti halnya indikator rasa ingin tahu, pada indikator keterampilan komunikasi juga digunakan untuk menyusun item-item pernyataan untuk mengukur keterampilan komunikasi baik lisan maupun tulisan. Pada item-item tersebut juga mengandung komponen-komponen sikap yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative).


(32)

2.4

Belajar

Belajar menurut Rifa’i dan Anni (2009: 82), merupakan proses terpenting bagi perubahan perilaku manusia tentang yang dipikirkan dan dikerjakannya serta memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan tentang presepsi. Belajar memiliki arti yang cukup luas sehingga banyak pendapat mengenai definisi dari kata belajar. Sebagaimana pernyataan para ahli yang dikutip dari Rifa’i dan Anni (2009: 82):

(1) Gage dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

(2) Morgan et.al. menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi kerena hasil dari praktik atau pengalaman.

(3) Salvin menyatakan belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

(4) Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Dari pengertian-pengertian di atas tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama yaitu belajar berkaitan dengan perubahan perilaku, perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman, dan perubahan perilaku karena belajar bersifat permanen.


(33)

2.5

Hasil Belajar

Menurut Rifa’i dan Anni (2009: 85), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.

Benyamin S. Bloom (Rifa’i dan Anni 2009: 86) menjelaskan terdapat tiga ranah belajar, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain). Ranah kognitif (cognitive domain) berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah afektif (affective domain) berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Sedangkan ranah psikomotorik (psychomotoric domain) berkaitan dengan kemampuan fisik seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi obyek, dan koordinasi syaraf.

Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalahhasil belajar afektif, yaitu hasil pengamatan pada aspek rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa.

2.6

Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk


(34)

peserta didik) dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik (Permendiknas 2007: 10).

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2011: 14). Pembelajaran diupayakan untuk mencapai hasil yang diinginkan serta membentuk atau mengubah karakter siswa melalui prosedur-prosedur tertentu.

2.7

Kajian Materi Getaran dan Gelombang

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi tentang getaran dan gelombang. Berikut adalah kajian materi getaran gelombang.

2.7.2 Getaran

2.7.2.1 Pengertian Getaran

Setiap gerak yang berulang merupakan gerak periodik. Jika suatu partikel dalam gerak periodik bergerak bolak-balik melalui lintasan yang sama, maka gerakannya disebut gerak osilasi atau getaran (Halliday & Resnick, 1999:442). Getaran selaras atau getaran harmonik adalah gerak bolak-balik suatu benda yang selalu bergetar melalui titik setimbangnya dengan simpangan yang hampir sama. Satu getaran sempurna adalah gerak bolak-balik yang terjadi dari posisi samapi kembali lagi ke posisi semula.


(35)

Gambar 2.1 getaran pada ayunan sederhana

Pada ayunan sederhana (Gambar 2.1), bandul dikatakan melakukan satu getaran jika beban bergerak dari A-B-C-B-A. Titik B adalah titik kesetimbangan.

2.7.2.2 Simpangan dan Amplitudo

Simpangan getaran adalah posisi partikel yang disimpangkan terhadap titik setimbangnya. Sedangkan amplitudo adalah simpangan terbesar yang dilakukan oleh suatu getaran.

2.7.2.3 Periode dan Frekuensi

Periode getaran adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu lintasan lengkap dari geraknya, yaitu satu getaran penuh atau satu putaran (cycle). Frekuensi getaran adalah banyaknya getaran (putaran) tiap satuan waktu. Jadi frekuensi adalah kebalikan dari periode (Halliday & Resnick, 1999:443). Rumusan matematis dari periode dan frekuensi serta hubungan antara periode dan frekuensi yaitu:

= (2.1)

= (2.2)

= 1 (2.3)

C

B


(36)

Keterangan:

T = periode getaran (s) f = frekuensi getaran (Hz) n = banyaknya getaran 2.7.3 Gelombang

2.7.3.1 Pengertian Gelombang

Gelombang adalah getaran yang merambat. Gerak gelombang dapat dipandang sebagai perpindahan energi dan momentum dari suatu titik di dalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan materi (Tipler, 1998: 471).

2.7.3.2 Jenis-jenis Gelombang

Berdasarkan medium perambatannya, gelombang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromegnetik.

1) Gelombang Mekanik

Gelombang air, gelombang bunyi, gelombang tali, dan gelombang pada slinki merupakan contoh gelombang mekanik. Gelombang-gelombang ini memerlukan medium untuk dapat merambatkan gelombang. Air, udara, tali, slinki adalah medium yang digunakan untuk merambatkan gelombang air, gelombnag bunyi, gelombang tali, dan gelombang slinki. Gelombang-gelombang ini ditimbulkan oleh adanya getaran mekanik. Oleh karena itu, gelombang-gelombang tersebut dikelompokkan ke dalam gelombang-gelombang mekanik.

2) Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik dapat merambat meskkipun tidak ada medium untuk menjalarkan gelombangnya. Contohnya gelombang sinar matahari


(37)

dapat sampai ke bumi meskipun antara matahari dan bumi tidak terdapat medium untuk menjalarkan gelombang. Gelombang yang dapat merambat tanpa membutuhkan medium disebut gelombang elektromagnetik.

Berdasarkan arah rambatnya dan arah getarannya, gelombang dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Gelombang Transversal

Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarannya. Gelombang transversal terdiri dari bukit dan lembah. Contoh: gelombang pada tali, gelombang pada permukaan air, gelombang cahaya. Adapun bentuk gelombang transversal adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Gelombang transversal

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bagian-bagian gelombang transversal adalah:

A-B-C disebut bukit gelombang C-D-E disebut lembah gelombang F-F’ disebut amplitudo gelombang

A-B-C-D-E disebut satu panjang gelombang A

B

C

D

E F

G

H I F’


(38)

2) Gelombang Longitudinal

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarannya. Gelombang longitudinal terdiri dari rapatan dan regangan. Rapatan adalah daerah dimana bagian-bagian gelombang mendekat selama sesaat. Renggangan adalah daerah dimana bagian-bagian gelombang menjauh selama sesaat. Contoh: gelombang pada pegas dan gelombang pada bunyi (Giancoli 2001: 384). Adapun bentuk gelombang longitudinal adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Gelombang Longitudinal

Panjang gelombang pada gelombang longitudinal adalah jarak antara rapatan yang berurutan atau jarak antara renggangan yang berurutan (Giancoli 2001: 384). Satuan untuk panjang gelombang adalah meter (m).

2.7.3.3 Periode dan Frekuensi Gelombang

Periode gelombang adalah selang waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu gelombang, sedangkan frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi tiap sekon.

Hubungan periode dan frekuensi gelombang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

rapatan


(39)

= 1 (2.4)

= 1 (2.5)

Dengan,

T = periode (s) f = frekuensi (Hz)

2.7.3.4 Cepat Rambat Gelombang

Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang setiap satuan waktu. Hubungan antara cepat rambat gelombang, frekuensi, dan panjang gelombang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

= � . (2.6)

Dengan,

= cepat rambat gelombang (m/s)

� = panjang gelombang (m) = frekuensi (Hz)

2.8

Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran fisika yang ada di sekolah-sekolah cenderung menggunakan metode mengajar secara informatif dan tradisional, dimana guru mengajarkan fakta-fakta, rumus-rumus, hukum-hukum atau problem-problem tertentu dan siswa hanya menghafalkan saja. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran karena siswa hanya diberi pengetahuan secara tradisional (metode ceramah) sehingga siswa menerima pengetahuan secara abstrak dengan lebih banyak mendengar dan mencatat tanpa mengalami atau melihat sendiri.


(40)

Hal ini menyebabkan rasa ingin tahu dan keterampilan siswa tidak berkembang. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat untuk dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa, yaitu pembelajaran dengan metode guided inquiry.

Rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi dianggap penting untuk dikembangkan pada siswa, karena untuk dapat mempelajari Fisika dengan baik siswa harus mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan keterampilan komunikasi yang baik.

Rasa ingin tahu merupakan kodrat manusia yang membuat manusia selalu bertanya-tanya. Manusia akan mencari jawaban dari pertanyaan tersebut untuk mengobati rasa ingin tahunya. Jawaban tersebut dapat diperoleh dengan cara apapun, misalnya dengan cara bertanya kepada orang lain, berdiskusi, ataupun melakukan suatu percobaan. Ketika manusia berdiskusi, maka akan terjadi saling komunikasi. Apabila manusia sering melakukan komunikasi maka manusia akan semakin terampil dalam berkomunikasi.

Rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi dapat dikembangkan dengan metode pembelajaran guided inquiry. Hal ini dikarenakan, pada awal pembelajaran siswa sudah diberikan suatu permasalahan yang memancing rasa ingin tahunya. Kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang memancing rasa ingin tahunya tersebut dengan melakukan kegiatan laboraturium (percobaan) dipandu Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang digunakan siswa tersebut berisi pertanyaan yang menuntun siswa untuk menemukan jawaban dari permasalahan dan juga


(41)

pertanyaan yang membuat siswa menggali lebih dalam lagi rasa ingin tahunya. Ketika kegiatan percobaan berlangsung, siswa melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan di LKS. Siswa saling mengungkapkan semua yang ada dipikirannya sampai ditemukan jawaban yang dianggap paling benar. Pada tahap inilah siswa mulai melatih keterampilan komunikasinya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat terlihat seberapa pentingnya rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi dikembangkan pada diri siswa, dan pembelajaran dengan metode guided inquiry dianggap dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa.

2.9

Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

Pembelajaran dengan metode guided inquiry dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa.


(42)

27

3.1

Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MTs N Sulang Kabupaten Rembang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII 2 yang berjumlah 28 orang.

3.2

Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah proses pembelajaran Fisika dengan metode guided inquiry yang dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa.

3.3

Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2010: 107). Bentuk desain eksperimen yang digunakan adalah quasi experimental design yaitu one group pretest-posttest design. Pada desain ini sebelumnya siswa diberi pre-test kemudian diberi perlakuan yaitu metode pembelajaran guided inquiry selanjutnya siswa diberikan post-test. Adapun desain penelitian one group pretest-posttest design yaitu sebagai berikut:


(43)

Keterangan: O1 = nilai pretest

X = pembelajaran dengan metode guided inquiry O2 = nilai posttest

(Sugiyono, 2010: 112) Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

b. Tahap Persiapan Penelitian

1) Melakukan studi pustaka mengenai metode pembelajaran guided inquiry. 2) Melakukan studi kurikulum mengenai materi yang akan digunakan dalam

penelitian.

3) Melakukan observasi awal ke sekolah yang akan digunakan untuk penelitian.

4) Merancang perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan dalam penelitian.

5) Mengkonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian kepada dosen pembimbing.

6) Melakukan uji coba instrumen.

7) Melakukan analisis terhadap hasil uji coba instrumen.

O

1

X

O

2


(44)

c. Tahap Pelaksanaan Penelitian

1) Memberikan pretest di kelas penelitian sebelum diterapkan metode pembelajaran guided inquiry untuk mengetahui rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi awal siswa.

2) Melakukan treatment yaitu melakukan pembelajaran dengan metode guided inquiry.

3) Memberikan posttest di kelas penelitian setelah diterapkan metode pembelajaran guided inquiry untuk mengetahui rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi akhir siswa.

d. Analisis Data

1) Melakukan analisis data hasil pretest dan posttest yang berupa skala sikap.

2) Melakukan analisis hasil observasi siswa.

3) Melakukan analisis dan pembahasan terhadap hasil pengolahan data penelitian.

4) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

3.4

Metode Pengumpulan Data

Pada suatu penelitian diperlukan metode pengumpulan data berkualitas. Kualitas ini berkaitan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:


(45)

3.4.1 Metode Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen atau data-data yang mendukung penelitian yaitu daftar nama siswa yang menjadi sampel penelitian dan dokumentasi ketika penelitian berlangsung.

3.4.2 Metode Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010: 203) observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Sedangkan Marshall (Sugiyono 2010: 310) menyatakan bahwa “through observation, the reseacher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.

Metode observasi ini dilakukan untuk memperoleh data keterampilan komunikasi siswa secara lisan ketika melakukan presentasi saat diskusi.

3.4.3 Metode Skala Sikap

Menurut Suharsimi (2002: 21) sikap merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Tes ini berupa skala yang disebut skala sikap atau attitude scale.

Dalam penelitian ini skala yang digunakan untuk mengukur sikap rasa ingin tahu siswa dan keterampilan komunikasi siswa adalah skala Likert. Pada skala Likert ini, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator variabel tersebut dijadikan pedoman untuk menyusun item-item


(46)

instrumen berupa pernyataan. Jawaban setiap item instrumen mempunyai gradiasi sangat positif sampai sangat negatif. Dalam penelitian ini menggunakan kata-kata, sangat setuju, setuju, tidak berpendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.

3.5

Instrumen Penelelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam atau fenomena sosial yang diamati (Sugiyono, 2010: 148). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi, lembar skala sikap.

3.6

Analisis Uji Coba Instrumen

Analisis uji coba instrumen dilakukan untuk menganalisis instrumen yang sudah diujicobakan kepada siswa. Hal ini berkenaan dengan validitas dan reabilitas dari sebuah instrumen.

3.6.1 Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi, dan lembar kerja siswa (LKS) dikonsultasikan kepada dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2.

3.6.2 Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan untuk memperoleh data keterampilan komunikasi siswa secara lisan ketika melakukan eksperimen dan diskusi dikonsultasikan kepada dosen pembimbing 1.


(47)

3.6.3 Skala Sikap

Skala sikap yang digunakan untuk mengukur rasa ingin tahu siswa dan keterampilan komunikasi siswa dilakukan uji tes untuk mengetahui validitas dan realibilitas instrumen.

a. Validitas

Analisis validitas tes dilakukan untuk mengetahui ketepatan tiap butir soal pada pengukuran hasil tes siswa. Menurut Suharsimi (2002: 213), validitas butir soal tes uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

rxy =

N XY−( X) ( Y)

N X2− ( X)2 N Y2− ( Y)2 Keterangan:

rxy = koefisien korelasi X = skor tiap item

Y = skor total yang benar dari tiap subyek N = jumlah responden

Harga r yang diperoleh dibandingkan dengan harga r tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga rhitung > rtabel product moment maka item yang diuji bersifat valid. Hasil analisis dari 30 item yang diujicobakan didapatkan 22 item valid dan 8 item tidak valid. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 14.


(48)

Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Soal

Kriteria Nomor Soal Jumlah Keterangan Valid

Tidak valid

2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 30

1, 29

10, 13, 14, 17, 18, 23, 26, 28

20

2 8

Dipakai

Tidak dipakai Tidak dipakai

b. Realibilitas

Reabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kestabilan hasil tes apabila soal tersebut diberikan kepada siswa berulang kali. Menurut Suharsimi (2002: 109), reliabilitas soal tes dapat diketahui dengan menggunakan rumus alpha seperti berikut ini:

11 = 1 1−

�2

�2 Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen n = banyaknya item

�2 = jumlah varians butir

�2 = varians total.

Skala sikap dikatakan reliable jika r11 > rtabel dengan taraf signifikansi 5% (Suharsimi 2002: 103). Hasil analisis uji coba (Lampiran 16) didapatkan harga


(49)

realibilitas sebesar 0,402. Jika diambil tingkat kesalahan (α) 5% dengan banyaknya item adalah 30 item maka diperoleh rtabel = 0,361. Karena r11 > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa skala sikap yang diujikan reliable.

3.7

Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh ketika penelitian. Berdasarkan analisis data ini dapat diketahui skor siswa, hasil penelitian, dan perkembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa. 3.7.1 Analisis Hasil Observasi

Hasil observasi dianalisis dengan menghitung presentase skornya. % =

�× 100%

(Suharsimi, 2002: 245) Keterangan:

% = presentase skor yang diharapkan = jumlah skor yang diperoleh

� = jumlah skor maksimum

Adapun kriteria penskoran adalah sebagai berikut: 91,66% - 100% = sangat baik

75% - 85,33% = baik 58,33% - 66,66% = cukup 33,33% - 50,00% = kurang


(50)

3.7.2 Analisis Skala Sikap

Skala sikap dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Menjumlahkan skor jawaban setiap aitem. Item yang favorable skor 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai, skor 2 untuk jawaban tidak sesuai, skor 3 untuk jawaban netral, skor 4 untuk jawaban sesuai, skor 5 untuk jawaban sangat sesuai, dan sebaliknya untuk item yang nonfavorable.

(2) Menentukan kriteria-kriteria penskoran siswa. Adapun kriteria penskoran siswa adalah:

< 47 = rendah 47≤ < 73 = sedang 73≤ = tinggi

(Azwar, 2012: 149) 3.7.3 Uji Gain

Perkembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi dapat diketahui dengan menggunakan uji gain. Adapun persamaannya adalah:

<g> =

< >−< >

100%−< >

(Hake, 1998: 66) Keterangan:

<g> = faktor gain

<Spre> = skor rata-rata awal (%) <Spost> =skor rata-rata akhir (%)


(51)

Kriteria faktor gain <g>: g > 0,7 = tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 = sedang


(52)

37

4.1

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berisi uraian pelaksanaan penelitian dan hasil analisis data yang telah diperoleh ketika penelitian.

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 sampai dengan tanggal 17 Mei 2013 di MTs Negeri Sulang Kabupaten Rembang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri Sulang, sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Dalam hal ini sampel yang terpilih adalah kelas VIII 2 dengan jumlah siswa 28 siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design sehingga hanya diperlukan satu kelas saja untuk penelitian.

Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode guided inqury. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) yang sudah disesuaikan dengan materi pembelajaran disusun sebagai penunjang pelasanaan pembelajaran. Untuk mengetahui perkembangan rasa ingin tahu dan keterampilan siswa digunakan skala sikap (Lampiran 19) yang berjumlah 20 item dengan 10 item bersifat positif dan 10 item yang bersifat negatif.


(53)

Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak empat kali pertemuan. Diawali dengan memberikan pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa berupa skala sikap untuk mengukur rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi awal siswa dan tes soal pilihan ganda tentang materi getaran dan gelombang.

Langkah berikutnya yaitu, siswa diberikan pembelajaran dengan metode guided inqury pada materi getaran dan gelombang. Pembelajaran ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pembelajaran tentang materi getaran dan pertemuan kedua pembelajaran tentang materi gelombang.

Pada pertemuan pertama siswa belajar tentang materi getaran. Siswa melakukan percobaan di laboraturium untuk melakukan inquiry antara lain mengidentifikasi getaran pada kehidupan sehari-hari dan mengukur periode serta frekuensi suatu getaran dengan dibantu lembar kerja siswa (LKS). LKS yang digunakan oleh siswa adalah LKS yang isinya pertanyaan-pertanyaan yang memunculkan rasa ingin tahu siswa. Siswa harus mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan itu terlebih dulu untuk dapat melaksanakan percobaan. Setelah melakukan percobaan, siswa memaparkan hasil pekerjaan. Pada tahap inilah terjadi diskusi kelas. Pada diskusi kelas ini dilakukan observasi untuk mengetahui keterampilan komunikasi lisan siswa.

Pertemuan kedua, sama halnya pertemuan pertama yaitu siswa melakukan pembelajaran dengan melakukan percobaan di laboraturium untuk melakukan kegiatan inquiry. Namun, pada pertemuan ini materi yang dibahas adalah materi tentang gelombang antara lain menyelidiki karakteristik gelombang transversal dan longitudinal, menemukan hubungan antara v, λ, T, dan f, serta


(54)

menghubungkan konsep gelombang dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya pada pertemuan pertama, pada pertemuan kedua ini juga dilakukan diskusi kelas. Keterampilan komunikasi lisan juga diobservasi dalam pertemuan ini.

Pada pertemuan terakhir diberikan posttest untuk mengukur kemampuan akhir siswa setelah diberikan pembelajaran dengan metode guided inquiry. Posttest ini berupa skala sikap dan soal pilihan ganda seperti halnya dengan pretest. Berdasarkan hasil pretest dan posttest ini dapat diketahui perkembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa serta peningkatan kemampuan siswa dalam menjawab soal pilihan ganda tentang materi getaran dan gelombang. 4.1.2 Hasil Analisis Skala Sikap

4.1.2.1 Hasil Skala Sikap

Rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa diukur dengan menggunakan skala sikap. Seperti yang telah diuraikan di atas, skala sikap ini diberikan pada siswa untuk pretest dan posttest. Dilakukannya pretest dan posttest ini supaya dapat diketahui perkembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran guided inquiry. Dari analisis yang telah dilakukan terlihat bahwa rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode guided inquiry mengalami perbedaan. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 4.1 dan perhitungan analisis selengkapnya disajikan di Lampiran 22 dan Lampiran 23.


(55)

Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Skala Sikap

4.1.2.2 Uji Gain Skala Sikap

Uji gain skala sikap dilakukan untuk mengetahui perkembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi lisan siswa. Perkembangan ini berdasarkan nilai rata-rata sebelum dilakukan pembelajaran dengan metode guided inquiry dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode guided inquiry. Hasil uji gain skala sikap ini disajikan pada Tabel 4.1, sedangkan hasil perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 24.

Tabel 4.1 Hasil Uji Gain Skala Sikap Nilai Rata-rata

Pretest

Nilai Rata-rata

Posttest Gain Keterangan

68,43 78,39 0,32 Sedang

4.1.3 Hasil Analisis Soal Pilihan Ganda

4.1.3.1 Hasil Soal Pilihan Ganda

Soal pilihan ganda digunakan untuk mengukur nilai kognitif siswa atau dengan kata lain adalah pemahaman siswa terhadap materi getaran dan gelombang. Data ini digunakan sebagai data pendukung dalam mengukur rasa

44 80 68,43 63 89 78,39 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata

pretest posttest

N

il


(56)

ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa. Soal pilihan ganda ini juga diberikan sebagai pretest dan postest. Dari analisis yang telah dilakukan (Lampiran 25 dan Lampiran 26), dapat terlihat terjadi perbedaan pencapaian nilai siswa sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran dengan metode guided inquiry. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Perbandingan Pretest dan Posttest Soal Pilihan Ganda

4.1.3.2 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi kenormalan data. Uji normalitas juga digunakan untuk menentukan statistik yang digunakan, menggunakan statistik parametris atau non parametris (Sugiono, 2007: 75). Hasil perhitungan uji normalitas disajikan pada Tabel 4.2 dan perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 27 dan Lampiran 28.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Keterangan Pretest Posttest

�� � 3,41 3,39

�� �� 7,81 7,81

Hasil 2 < 2 2 < 2

Keterangan terdistribusi normal terdistribusi normal 25 65 45,89 55 95 74,46 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata

pretest posttest

N

ila


(57)

Berdasarkan perhitungan uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi normal sehingga statistik parametris dapat digunakan.

4.1.3.3 Uji Gain Soal Pilihan Ganda

Uji gain soal pilihan ganda dilakukan untuk mengetahui peningkatan nilai kognitif siswa atau dengan kata lain adalah pemahan siswa terhadap materi getaran dan gelombang. Peningkatan ini berdasarkan nilai rata-rata sebelum dilakukan pembelajaran dengan metode guided inquiry dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode guided inquiry. Hasil uji gain soal pilihan ganda ini disajikan pada Tabel 4.3, sedangkan hasil perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 29.

Tabel 4.3 Hasil Uji Gain Soal Pilihan Ganda Nilai Rata-rata

Pretest

Nilai Rata-rata

Posttest Gain Keterangan

45,89 74,46 0,53 Sedang

4.1.4 Hasil Analisis Observasi Komunikasi Lisan

4.1.4.1 Hasil Observasi Komunikasi Lisan

Observasi ini digunakan untuk mengukur keterampilan komunikasi lisan siswa. Dalam hal ini, observasi digunakan sebagai data pendukung dalam mengukur keterampilan komunikasi siswa. Digunakan sebagai data pendukung karena keterampilan komunikasi juga diukur dengan skala sikap. Observasi dilakukan ketika siswa memaparkan hasil percobaan mereka. Dari analisis yang telah dilakukan dapat terlihat perbedaan pencapaian siswa. Masing-masing indikator terdapat perbedaan pencapaian. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 4.3 dan perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 31 dan Lampiran 32.


(58)

Gambar 4.3 Hasil Observasi Keterampilan Komunikasi Lisan

4.1.4.2 Uji Gain Observasi Komunikasi Lisan

Uji gain hasil obserrvasi komunikasi lisan dilakukan untuk mengetahui perkembangan keterampilan komunikasi lisan siswa. Perkembangan ini berdasarkan nilai yang didapatkan siswa pada setiap indikator. Hasil uji gain observasi komunikasi lisan tiap indikator disajikan pada Tabel 4.3, hasil uji gain nilai rata-rata observasi komunikasi lisan disajikan pada tabel 4.4, sedangkan hasil perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 33 sampai dengan Lampiran 37.

31 31

28 28

35,12 50

64

45

42

59,82

0 10 20 30 40 50 60 70

1 2 3 4 Nilai

Rata-rata

Pertemuan I Pertemuan II

Keterangan:

1. Kemampuan mengajukan pertanyaan 2. Kemampuan menjawab pertanyaan 3. Kempampuan mengajukan pertanyaan 4. Kemampuan menanggapi pendapat


(59)

Tabel 4.3 Hasil uji gain observasi komunikasi lisan tiap indikator

Keterampilan Komunikasi Lisan

Pertemuan I Pertemuan II

<g> Keterangan Total

Skor %

Total

Skor %

Mengajukan Pertanyaan 31 36,90 50 59,52 0,36 sedang Menjawab Pertanyaan 31 36,90 64 76,19 0,62 sedang Mengajukan Pendapat 28 33,33 45 53,57 0,30 sedang Menanggapi Pendapat 28 33,33 42 50,00 0,25 rendah

Tabel 4.4 Hasil uji gain nilai rata-rata observasi komunikasi lisan Nilai Rata-rata

Pertemuan I

Nilai Rata-rata

Pertemuan II Gain Keterangan

35,12 59,82 0,32 Sedang

4.2

Pembahasan

Pembahasan ini membahas hasil analisis penelitian yang telah dipaparkan pada hasil penelitian. Jawaban dari permasalahan penelitian disajikan pada pembahasan penelitian ini.

4.2.1 Perkembangan Rasa Ingin Tahu dan Keterampilan Komunikasi (Skala Sikap)

Rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi ini diukur dengan skala sikap yang diberikan sebelum siswa diberi pembelajaran dengan metode guided inquiry (pretest) dan setelah siswa diberi pembelajaran dengan metode guided inquiry (posttest). Skala sikap ini mengandung komponen kognitif, afektif dan konatif seperti yang telah dijelaskan pada Bab II. Hasil rata-rata nilai pretest pada penelitian ini (Gambar 4.1) berada pada kategori sedang dengan nilai rata-rata sebesar 68,43, dengan nilai terendah 44 dan nilai tertinggi 80. Pretest ini


(60)

bertujuan untuk mengetahui pencapain sikap siswa sebelum siswa diberi pembelajaran dengan metode guided inquiry. Selanjutnya siswa diberi pembelajaran dengan metode guided inquiry.

Pembelajaran dengan metode guided inqury memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa. Hal ini sejalan dengan definisi dari Alfred Novak dalam artikel David L. Haury (1993), Teaching Science Through Inquiry yang mengatakan bahwa inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Ketika rasa ingin tahu siswa terpancing, maka rasa ingin tahu siswa akan lebih besar daripada sebelumnya. Selanjutnya, Llewllyn (2005:4) menurut National Research Council (NRC), menyatakan inquiry meliputi berbagai aktifitas, diantaranya melakukan pengamatan, menjawab pertanyaan, mengkaji buku dan sumber informasi yang lain untuk melihat apa yang telah diketahui dari penemuan-penemuan yang sudah terbukti dengan cara mengumpulkan, menganilisis, menginterpretasikan data, menyusun jawaban, penjelasan dan memprediksi dan mengkomunikasikan hasil penemuan. Ketika mengkomunikasikan hasil penemuan, siswa melatih keterampilan komunikasinya.

Pembelajaran dengan metode guided inqury ini dilakukan selama empat kali pertemuan. Adapun materinya adalah getaran dan gelombang. Pertemuan pertama diadakan pretest, pertemuan kedua dan ketiga pembelajaran dengan metode guided inquiry, dan pertemuan yang terakhir diberikan posttest untuk mengetahui pencapaian sikap siswa setelah diberikan pembelajaran dengan


(61)

metode guided inquiry. Berdasarkan hasil posttest nilai rata-rata hasil posttest (Gambar 4.1) siswa berada pada kategori tinggi dengan rata-rata 78,39 dengan nilai terendah 63 dan nilai tertinggi 89.

Nilai rata-rata pretest dan posttest dari skala sikap tersebut kemudian dihitung besar perkembangannya dengan uji gain. Berdasarkan uji gain pretest dan posttest pada Tabel 4.1 diperoleh bahwa perkembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa sebesar 0,32 dengan kategori sedang.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode guided inquiry dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa.

4.2.2 Peningkatan Hasil Soal Pilihan Ganda (Nilai Kognitif) Siswa

Soal pilihan ganda digunakan untuk mengukur nilai kognitif siswa atau dengan kata lain adalah pemahan siswa terhadap materi getaran dan gelombang. Data ini digunakan sebagai data pendukung dalam mengukur rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa, karena tidak termasuk dalam rumusan masalah. Seperti halnya pada skala sikap, soal pilihan ganda ini juga diberikan sebagai pretest dan postest.

Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 4.2, dapat terlihat nila rata-rata pretest adalah sebesar 45,89 dengan nilai terendah 25 dan nilai tertinggi 65, sedangkan nilai rata-rata posttest adalah sebesar 74,46 dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 95.

Data nilai pretest dan postest tersebut kemudian di uji normalitas untuk mengetahui data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji


(62)

normalitas pada Tabel 4.2 terlihat bahwa data pretest dan posttest yang didapatkan terdistribusi normal, sehingga dapat menggunakan statistik parametris.

Nilai rata-rata pretest dan posttest dari skala sikap tersebut kemudian dihitung besar perkembangannya dengan uji gain. Berdasarkan uji gain nilai pretest dan posttest pada Tabel 4.3 diperoleh peningkatan sebesar 0,53 dengan kategori sedang.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode guided inquiry tidak hanya mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa saja, tetapi juga dapat meningkatkan nilai kognitif siswa.

4.2.3 Peningkatan Komunikasi Lisan

Komunikasi lisan siswa diukur dengan observasi. Dalam hal ini, observasi digunakan sebagai data pendukung dalam mengukur keterampilan komunikasi siswa. Digunakan sebagai data pendukung karena keterampilan komunikasi juga diukur dengan skala sikap. Observasi dilakukan ketika siswa memaparkan hasil percobaan mereka.

Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat pencapaian siswa pada pertemuan I dan pertemuan II pada setiap indikator mengalami perkembangan. Nilai rata-rata dari skor total semua indikator juga mengalami perkembangan. Pada pertemuan I, siswa rata-rata masih malu untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan, beberapa yang bertanya dan menjawab itu karena dorongan dari peneliti. Pada pertemuan I ini siswa juga masih ragu-ragu untuk mengajukan pendapat dan menanggapi pendapat. Akan tetapi, pada pertemuan II siswa mulai berani


(63)

bertanya, menjawab pertanyaan, mengajukan pendapat dan menanggapi pendapat. Siswa mulai menjawab pertanyaan dengan bahasa mereka sendiri.

Besar perkembangan keterampilan komunikasi lisan siswa pada setiap indikator terlihat pada Tabel 4.3 dan besar perkembangan keterampilan komunikasi lisan rata-rata terlihat pada Tabel 4.4. Pada indikator pertama, yaitu kemampuan mengajukan pertanyaan mengalami perkembangan sebesar 0,36 pada kategori sedang. Pada indikator kedua, yaitu kemampuan menjawab pertanyaan mengalami perkembangan sebesar 0,62 pada kategori sedang. Pada indikator ketiga, yaitu kemampuan mengajukan pendapat mengalami perkembangan sebesar 0,30 pada kategori sedang. Pada indikator keempat, yaitu kemampuan menanggapi pendapat mengalami perkembangan sebesar 0,25 pada kategori rendah. Meskipun perkembangan pada setiap indikator ada yang berada pada kategori rendah, namun perkembangan nilai rata-rata yang didapat termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 0,32.

Rendahnya perkembangan pada indikator keempat disebabkan karena sebagian siswa kurang percaya diri untuk menanggapi pendapat yang telah diajukan temannya.

4.2.4 Kendala-kendala dalam Penelitian

Kendala-kendala dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu terbatasnya waktu sehingga mengakibatkan pelaksanaan pembelajaran kurang maksimal. Kuranglengkapnya alat untuk mendukung pembelajaran juga mempengaruhi, karena mengakibatkan tiap kelompok harus bergiliran ketika melakukan


(64)

eksperimen. Hal ini juga menyebabkan perkembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa kurang maksimal.

Kendala yang lain yaitu siswa yang masih malu dan kurang percaya diri, serta masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dan hanya menggantungkan kepada teman sekelompoknya. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan keterampilan komunikasi lisan kurang tinggi. Di samping itu, siswa tidak antusias dalam membuat laporan yang mengakibatkan perkembangan komunikasi tulisan siswa kurang maksimal.


(65)

52

BAB V

PENUTUP

5.1

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perkembangan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode guided inquiry dan dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pembelajaran dengan metode guided inquiry dapat mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi siswa dengan bukti nilai rata-rata skala sikap siswa sebelum dilaksanakannya pembelajaran dengan metode guided inquiry sebesar 68,43, sedangkan nilai rata-rata setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan metode guided inquiry sebesar 78,39. Berdasarkan uji gain diperoleh perkembangan sebesar 0,32 yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini juga diperkuat dengan hasil observasi keterampilan komunikasi yang nilai rata-rata seluruh indikator mengalami perkembangan sebesar 0,32 dan dalam kategori sedang, sehingga penelitian ini dikatakan berhasil.


(66)

5.2

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka beberapa saran yang telah diajukan antara lain:

1) Diharapkan peneliti dan penelitian selanjutnya, mencari waktu yang cukup dan mengatur waktu dengan baik untuk melaksanakan penelitian supaya rasa ingin tahu dan keterampilan komunikasi dapat berkembang dengan maksimal. 2) Peneliti diharapkan menyiapkan alat yang lengkap untuk mendukung

pembelajaran, supaya hasil yang didapatkan maksimal.

3) Peneliti diharapkan bisa dan mahir mengarahkan siswa untuk berperan aktif, tidak hanya menggantungkan pada temannya.

4) Peneliti hendaknya bisa dan mahir menumbuhkan rasa percaya diri siswa. 5) Peneliti diharapkkan mampu membuat siswa antusias dalam membuat


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. 1978. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: Dikti.

Azwar, S. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fahriani, V.P. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (MPKTGI) Terhadap Kemampuan Berkomunikasi Siswa Kelas XI pada Topik Titrasi Asam-Basa. Skripsi, Jurusan Kimia, FPMIPA. UPI: tidak diterbitkan.

Giancoli, D. C. 2001. Physics Fifth Edition. Jakarta: Erlangga.

Hake, R.R. 1998. Interactive-engagement vs traditional methods : A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. American Journal of Physics. 66, p : 64-74.

Halliday & Resnick. 1999. Fisika jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Haury, David L. 1993. Teaching Science through Inquiry. ERIC Clearinghouse for Science Mathematics and Environmental Education Columbus OH. Tersediadi http://www.uhu.es [diakses 30-04-2013].

Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Pedoman Sekolah. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Llewllyn, D. 2005. Teaching High School Science Through Inquiry. California: Corwin Press.

Mustari, M. 2011. Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Ozdilek, Z. & N. Bulunuz. 2001. The Effect of a Guided Method on Pre-service Teachers’ Science Teaching Self-Efficacy Beliefs. Journal of Turkish Science Education, 6(2): 26. Tersedia di http://www.pegem.net [diakses 26-12-2012].


(1)

Nama Skor

Siswa 1 2 3 4 Total

1 S-1 1 2 1 1 5 41,67 42% KURANG

2 S-2 2 1 2 1 6 50,00 50% KURANG

3 S-3 2 2 2 1 7 58,33 58% CUKUP

4 S-4 1 2 2 1 6 50,00 50% KURANG

5 S-5 2 2 2 2 8 66,67 67% CUKUP

6 S-6 1 3 2 2 8 66,67 67% CUKUP

7 S-7 2 3 1 2 8 66,67 67% CUKUP

8 S-8 2 2 1 2 7 58,33 58% CUKUP

9 S-9 2 2 2 1 7 58,33 58% CUKUP

10 S-10 1 3 2 1 7 58,33 58% CUKUP

11 S-11 1 2 2 3 8 66,67 67% CUKUP

12 S-12 1 2 2 1 6 50,00 50% KURANG

13 S-13 3 2 2 2 9 75,00 75% BAIK

14 S-14 2 2 1 1 6 50,00 50% KURANG

15 S-15 2 3 1 1 7 58,33 58% CUKUP

16 S-16 1 2 2 1 6 50,00 50% KURANG

17 S-17 3 2 3 3 11 91,67 92% SANGAT BAIK

18 S-18 2 2 1 2 7 58,33 58% CUKUP

19 S-19 2 3 1 1 7 58,33 58% CUKUP

20 S-20 2 2 2 1 7 58,33 58% CUKUP

21 S-21 3 3 2 3 11 91,67 92% SANGAT BAIK

22 S-22 2 3 2 2 9 75,00 75% BAIK

23 S-23 2 2 1 1 6 50,00 50% KURANG

24 S-24 2 2 1 1 6 50,00 50% KURANG

25 S-25 2 3 1 1 7 58,33 58% CUKUP

26 S-26 1 2 2 1 6 50,00 50% KURANG

27 S-27 2 2 1 1 6 50,00 50% KURANG

28 S-28 1 3 1 2 7 58,33 58% CUKUP

50 64 45 42 201 1675,00 1675%

59,52% 76,19% 53,57% 50,00%

59,82 59,82% CUKUP %

%

Jumlah

Rata-rata

Keterangan HASIL OBSERVASI KOMUNIKASI LISAN

PERTEMUAN II


(2)

keterampilan mengajukan pertanyaan

= skor rata-rata tes awal (%)

= skor rata-rata tes akhir (%)

kriteria nilai g

g > 0,7 tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang

g < 0,3 rendah

awal akhir

36,90% 59,52%

UJI GAIN

59,52% - 36,90%

= = 0,36 SEDANG

100% - 36,90%

Uji Gain digunakan untuk mengetahui perkembangan

Skor rata-rata(% )

UJI GAIN KETERAMPILAN MENGAJUKAN PERTANYAAN

pre pre post

S

S

S

g

0 0

100

pre

S

post

S


(3)

keterampilan menjawab pertanyaan

= skor rata-rata tes awal (%)

= skor rata-rata tes akhir (%)

kriteria nilai g

g > 0,7 tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang

g < 0,3 rendah

awal akhir

36,90% 76,19%

UJI GAIN

76,19% - 36,90%

= = 0,62 SEDANG

100% - 36,90%

Uji Gain digunakan untuk mengetahui perkembangan

Skor rata-rata(% )

UJI GAIN KETERAMPILAN MENJAWAB PERTANYAAN

pre pre post

S

S

S

g

0 0

100

pre

S

post

S


(4)

keterampilan mengajukan pendapat

= skor rata-rata tes awal (%)

= skor rata-rata tes akhir (%)

kriteria nilai g

g > 0,7 tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang

g < 0,3 rendah

awal akhir

33,33% 53,57%

UJI GAIN

53,57% - 33,33%

= = 0,30 SEDANG

100% - 33,33%

Uji Gain digunakan untuk mengetahui perkembangan

Skor rata-rata(% )

UJI GAIN KETERAMPILAN MENGAJUKAN PENDAPAT

pre pre post

S

S

S

g

0 0

100

pre

S

post

S


(5)

keterampilan menanggapi pendapat

= skor rata-rata tes awal (%) = skor rata-rata tes akhir (%) kriteria nilai g

g > 0,7 tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang

g < 0,3 rendah

awal akhir

33,33% 50,00%

UJI GAIN

50,00% - 33,33%

= = 0,25 RENDAH

100% - 33,33%

Uji Gain digunakan untuk mengetahui perkembangan

Skor rata-rata(% )

UJI GAIN KETERAMPILAN MENANGGAPI PENDAPAT

pre pre post

S

S

S

g

0 0

100

pre

S

post

S


(6)

hasil observasi komunikasi lisan

= skor rata-rata tes awal (%)

= skor rata-rata tes akhir (%) kriteria nilai g

g > 0,7 tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang

g < 0,3 rendah

awal akhir

35,12% 59,82%

UJI GAIN

59,82% - 35,12%

= = 0,38 SEDANG

100% - 35,12%

Uji Gain digunakan untuk mengetahui perkembangan

Skor rata-rata(% )

UJI GAIN HASIL OBSERVASI KOMUNIKASI LISAN

pre pre post

S

S

S

g

0 0

100

pre

S

post

S