View of Linguistik Syahrur Merekostruksi Hukum Islam
Linguistik Syahrur Merekostruksi Hukum Islam
Mia Fitriah Elkarimah*
Abstract: Muslims believe that the Qur’an is authored and revealed by God. It contains Islamic principles, values, and norms by which human should embrace. T herefore the Qur’an is framed in the light of many perspective or approach. Inspite of linguistic approach. this Holy Scripture develops in the form of human experiences as the language it uses is Arabic. This later understanding leads some Qur’anic experts to expand the study of the Qur’an in the lights of linguistic analysis. The purpose of this research is mapping and
describing the concept Syahrur in reviewing texts of the Qur'an by using language approach (linguistic) and the implications of such an approach to Islamic law.Syahrur would to show the public that the assessment the texts of the Qur'an with the linguistic approach is the potential for dinamitating words and phrases in the Qur `an and will give the progressive, liberate, and humanist Islamic interpretation.This reseach used library research models, and focus on analytical descriptions. The aim is elaborating of Syahrur ’s linguistic approach. And the terms in linguistics will help clarify the exposition of
Syahrur’s linguistic concepts against Islamic law
Keywords : Syahrur, Linguistic Approach, Implications, Islamic Law
Pendahuluan * yang belum tersingkap, menjadikan Menurut Esack ‚berbicara masalah
Al-Qur’an menarik untuk selalu dikaji Al-Qur’an tak bisa dilepaskan dari
baik dari kalangan umat Islam ketinggian bahasanya yang melam- 1 maupun luar‛.
paui zaman dan waktu. Gelarnya yang Selain itu menurut Syamsudin dan menyandang kitab suci umat Islam
Dzikir dalam kata pengantar Prinsip dan sekaligus mukjizat terbesar Rasul,
dan Dasar Hermeneutika AL-Quran dan kandungan maknanya yang sangat
menambahkan Kontemporer 2 ‚Al- luas dan masih banyak rahasia Tuhan
Qur’an merupakan korpus terbuka
Mia Fitriah Elkarimah, lahir di Bekasi, 25
juli 1982, S1 di UIN 2005 jurusan Dirasah . Farid Esack, Al-Qur'an, Liberalisme, Islamiyah dan STBA Nusa Mandiri jurusan
Pluralisme; Membebaskan Yang Tertindas: Sastra Inggris pada tahun 2007. Dan tahun
Authors, terj. Watung A. Budiman, (Bandung: 2009 menyele-saikan S2 nya di PTIQ
Mizan, 2000), hlm. 85 kosentrasi Tafsir Wa Ulumuh.
2 . Syahrur, Muhmmad. 2004. Prinsip dan Dasar Hermeneutika AL-Quran Kontemporer.
Ter. Sahiron Syamsuddin dan Burhanuddin Dzikir. (Yogyakarta: ElSAQ Press, 2004), hlm. 15
131 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 131 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015
pendekatan yang memegang peran bagi suatu landasan hukum, baik
cukup penting dalam memahami teks- berupa pembacaan, penerjemahan, pe-
teks keagamaan. Khususnya yang nafsiran dan pengambilan sumber
termaktub dalam Al-Qur’an. Terkait rujukan. Sejarah mencatat bahwa
dengan pendekatan bahasa dalam Al- pembacaan teks Al-Quran telah
Qur’an menarik apa yang diung- dilakukan sejak pertama diturunkan,
kapkan Izutsu, bahwa Allah me- sampai sekarang kebutuhan pengka-
wahyukan melalui bahasa, dan bukan jian teks al-Qur`an tak pernah kering‛.
dalam bahasa yang misterius me- Aktivitas interpretasi ini bukan hanya
lainkan bahasa manusia yang jelas dan merupakan hal yang diperbolehkan, 4 dapat dimengert. Itulah sebabnya
bahkan lebih dari itu, interpretasi ter- manusia dapat mempelajari al-Qur’an hadap al-Qur'an merupakan suatu ke-
dari berbagai aspek, termasuk bahasa harusan dan keniscayaan.
atau linguistiknya. Karena keniscayaan inilah, mun-
Sebenarnya kajian tentang teks culnya berbagai macam alat, metode,
bahasa al-Qur’an adalah kajian ten- dan pendekatan. Dengan tujuan, me-
tang hakikat, konsep dan fungsi Al- nguak isi makna terdalam dari Al-
Qur’an sebagai teks bahasa, namun Qur’an. Sebagaimana yang dikatakan
tidak berarti bahwa Al-Qur’an sama oleh Izutsu ‚Al-Qur’an bisa didekati
dan sejajar dengan teks-teks bahasa dengan sejumlah cara pandang yang
kemanusiaan lainnya. Sebaliknya, beragam seperti teologi, psikologi,
menurut Esack ‚penempatan Al-Qur- sosiologi, tata bahasa, tafsir dan lain
3 ’an sebagai teks bahasa tetap menem- sebagainya‛. patkannya sebagai teks sakral ber-
Pendekatan bahasa adalah sebuah bahasa Arab yang di dalamnya pendekatan studi Al-Qur’an yang
mengandung mu’jizat abadi‛. 5 menjadikan lafal-lafal Al-Qur’an se-
Muhammad Syahrur (yang selan-- bagai obyek. Pendekatan ini mene-
jutnya peneliti menyebutnya dengan kankan analisisnya pada sisi kebaha-
Syahrur), seorang Ilmuwan dalam saan dalam memahami Al-Qur’an. Se-
bidang teknik berkebangsaaan Syiria cara praktis, pendekatan ini dilakukan
dengan spesialisasi mekanika perta- dengan memberikan perhatian pada
hanan dan geologi, yang belakangan ketelitian redaksi dan bingkai teks
lebih kesohor sebagai pemikir muslim ayat-ayat Al-Qur’an.
progresif.
4 . Toshihiko, 2003, hlm. 166
3 .Toshihiko. 2003. Relasi Tuhan dan
Manusia Pendekatan Semantik Terhadap Al- 5 . Farid Esack, Samudera Al-Qur’an. terj Qur'an, terj. Aguslim Fahri Husein dkk,
Nuril Hidayah. cet 1. (Yogyakarta: Diva Press: (Yogyakarta: Tiara Wacana , 2003), hlm. 1
2007), hlm. 41-42
Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 132
Pendekatan ini membuka peluang dinamis, menepis pendapat sebagian bagi Syahrur untuk merumuskan
yang mengklaim bahwa produk krea- prinsip-prinsip baru dalam disiplin
tivitas sarjana Islam dahulu bersifat keilmuan Islam yang bersumber dari
sakral, sehingga muncul slogan ‚pintu Al-Qur’an sebagai sumber utama
ijtihad telah tertutup‛, ini yang ajaran Islam sekaligus petunjuk bagi
menyebabkan umat Islam enggan manusia, dengan berargumentasikan
untuk melakukan terobosan-terobosan bahwa Al-Qur’an bersifat relevan
baru terhadap permasalahan-permasa- pada setiap ruang dan waktu, maka
lahan yang dihadapi umat. harus dipahami secara mendalam
Keadaaan umat Islam sekarang ini bahwa teks Al-qur’an diturunkan
ditunjukan Syahrur sebagai keadaan dalam sebentuk media yang sesuai
yang tidak bisa memahami hakikat dengan kapasitas pemahaman manu-
Islam, atau salah memandang Islam. sia, media tersebut berupa linguistik
Syahrur mengambil analogi sebuah Arab Murni ( al-Lisan al-Arabi al-
cermin yang memantulkan bayangan Mubin. 6 secara terbalik sebagai perumpamaan
Argumentasi Al-Qur’an bersifat bagi posisi umat Islam ketika me- relavan dimaksudkan Syahrur bahwa
mandang Islam. Artinya apa yang Al-Qur’an realitas ilahiyah yang
menjadi pandangan umat Islam abadi, kekal dan absolut yang me-
selama ini terbalik dan salah. Ke- miliki kesempurnaan pengetahuan dan
mudian untuk memperkuat analisis- tidak memiliki sifat relatif. Namun,
nya, Syahrur mengilustrasikan keada- pada sisi pemahamannya ( al-fahm al-
an masyarakat yang ketika itu me- Insani ) ia harus memuat unsur-unsur
nganggap pusat alam semesta adalah yang relatif selaras dengan konteks
bumi (teori Geosentris oleh Ptole- zaman dan perkembangan ilmu pe-
mens), kemudian berganti dengan ngetahuan. Dengan kata lain, pema-
anggapan adalah matahari (teori haman manusia terhadap realitas 8 Heliosentris oleh Copernicus)‛.
ilahiah tersebut, sesuatu yang bisa Hal yang demikian ini, telah ter- berubah, bukan harus terjebak pada
jadi pada dunia Islam lebih dari 15 pemahaman tekstual-literal yang me-
abad. Bahkan hingga kini, dunia Islam nyebabkan ajaran Islam yang dinamis
masih saja menyuguhkan Islam se- dan universal hilang. 7 bagai agama yang mengatur cara
Al-Qur’an dipandang sebagai ob- beraqidah, syariah dan etika yang jek kajian ilmiah Islam yang
dilihat dari sisi tekhnisnya, tanpa berangkat dari proses dialog antara
menyentuh dimensi filosofis dan teks yang statis dan realitas yang
dibangun di atas doktrin dan pendapat yang dianggap tidak perlu dikaji
7 Syahrur, 1992: 44.
. Chistmann, 2004:267. 8 . Syahrur (1992: 29)
133 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 133 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015
dobrak kejumudan pemaknaan al- memecahkan problem fundamental
Qur’an. Semua proyek Syahrur ini pengkajian Islam. 9 bisa terlihat dalam bukunya al-Kitab
Peneliti melihat inilah motivasi wal al-Qur’an ; Qira’ah Muashirah. Syahrur ketika mengkaji teks Al-
Penelitian ini hanya sebatas meng- Qur’an dengan pendekatan bahasa.
analisa salah satu metode pende- Yang membuat wajah baru bagi peng-
katannya, yaitu pendekatan bahasa. kajian Islam adalah karena ia
Dari sini akan terlihat konstruksi melakukan
pemikirannya dalam kajian hukum besaran terhadap seluruh kajian ke-
pembongkaran
besar-
Islam. Dari menganalisa pende- islaman dan merumuskan kembali
katannya juga, akan terlihat dengan beberapa istilah penting melalui
jelas bagaimana ide-ide baru yang premis-premis ilmiah yang digali dari
merupakan terobosan dalam kajian ini Al-Qur’an, yang berimplikasi pada
tercetus.
kesimpulan baru atau hukum baru. Padahal, ini sangat bersebrangan
Metodologi Penelitian dengan pemikiran mayoritas ulama,
Model penelitian ini adalah sepe- ditambah dengan tidak liniernya
nuhnya studi kepustakaan, terkait background pendidikan dengan apa
dengan pendekatan bahasa Syahrur. yang ia geluti. Sehingga memun-
Dalam hal ini data primer adalah culkan respon yang beraneka ragam
karya master piece syahrur, berjudul baik dari kalangan islamisis yang nota
al-Kitab wal al-Qur’an; Qira’ah bene para akademisi berlatar belakang
Muashirah yang menjelaskan kerang- pendidikan barat yang cenderung
ka metodologi serta pendekatan yang apresiatif, akademisi-akademisi indo-
dipergunakan dalam mengkaji teks nesia, maupun ulama sekitar timur
Al-Qur’an. Sedangkan referensi pri- tengah yang cenderung kontradiktif.
mer lainnya buku-bukunya, tulisannya Pemikiran Syahrur bisa disebut
yang berbentuk artikel yang tersebar sebagai sebuah kritik terhadap kebi-
di berbagai jurnal dan website. jakan agama konvensional maupun
Sedangkan Sumber data sekunder, doktrin-doktrin mazhab yang meru-
mencakup referensi-referensi lain pakan akumulasi pemikiran abad
yang ditulis para intelektual, baik pertengahan yang menurutnya terbi-
berupa kritikan, komentar, analisa lang tidak toleran. Maka dari itu,
maupun karya-karya akademik. Syahrur menganggap perlunya ‚pem-
Sebagai sebuah kajian yang ber- bacaan‛ ulang terhadap ayat-ayat al-
sifat deskriptif analitis, peneliti Qur’an sesuai perkembangan dan
menegaskan bahwa aspek metodologi- nya yang cenderung pada pendekatan
. Syahrur, 2004 : 37. bahasa yang akan dikeluarkan di
Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 134 Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 134
al-Asfahani, sebuah karya monu- kan, objek kajian penelitian ini,
mental yang menjadi standar rujukan adalah memaparkan secara jelas kon- 11 analisis lek s ikal Al-Qur’an.
sep-konsepnya, mempertemukan ayat- Menurut Jansen 12 ‚analisis bahasa ayat dengan didasarkan bahwa kata
dalam mengkaji teks Al-Qur’an me- adalah ekspresi dari makna, meme-
ngalami akselerasi pertumbuhan pasca takan kerangka metodogis penafsiran-
abad pertama Hijriyah yang ditandai nya pada text Al-Qur’an dengan
oleh banyaknya hasil karya yang kamera bahasa. Mengingat penelitian
dipublikasikan dengan tokoh-tokoh ini adalah upaya menggali model
seperti Ibn Abbas (w. 687 M), Abu pendekatannya. Maka istilah-istilah
Ubaidah (w. 825 M), as-Sijistani (w. dalam bahasa akan sangat membantu
942M) dan az-Zamakhsyari (w. 14 peneliti untuk memperjelas alasan
M)‛. Jika Ibn Abbas menganalisa berbedanya Syahrur dengan ulama
filologis, maka az- terdahulu dalam kajian hukum Islam.
linguistik
Zamakhsyari dengan karyanya al- Kasyaf menganalisa sintaksis Al-
Hasil Penelitian
Qur’an.
Kajian teks Al-Qur’an yang digu- Merujuk pada penjelasan diatas, nakan Syahrur menggunakan berbagai
bahwa pendekatan bahasa dalam macam
kajian keIslaman bukan perdana, saintifik,
pendekatan,
diantaranya;
tetapi sudah lama dipraktekkan oleh Sedangkan peneliti hanya membatasi
bahasa dan
filosofis.
ulama klasik. Perbedaan yang cukup pendekatan bahasa. Seperti yang
tajam adalah ketika pendekatan ditegaskan Haris, 10 bahwa ‚pendekat- bahasa Syahrur hanya sekedar baha-
an bahasa yang diambil oleh Syahrur sa, dan tanpa faktor lain atau kaidah- ini sebenarnya hanya digunakan untuk
kaidah yang disepakati ulama ketika membangun suatu landasan teori da-
ingin mengkaji Al-Qur’an. lam rangka penafsiran ulang terhadap
Contoh ketika Syahrur menolak tema-tema yang terdapat dalam Al-
konsep asbabul wurud, dengan alasan Qur’an sesuai dengan konteks ruang
al-Qur’an sama pengertiannya dengan dan waktu abad kedua puluh‛.
Mahfudz, yaitu media Kajian teks Al-Qur’an dengan
Lauhil
penetapan hukum yang berlaku di pendekatan ini bukan sesuatu yang
alam semesta yang diciptakan secara baru. Hampir seluruh karya besar
serta merta yang didalamnya terdapat tafsir Al-Qur’an merupakan hasil dari
penetapan hukum bebas konteks, yang analisis bahasa terhadap Al-Qur’an. Menunjuk suatu contoh, Mufadarat Li
. sebagaimana yang dicontohkan Radiana
10 dan Munir (1996:13). Haris (2003:46) 12 Jansen (1997:90)
135 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 135 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015
44), analisis sinkronik ini juga sangat dari teks ( nash ) al-Qur’an itu
kuat ini terlihat dari pernyataan- sendiri. 13 pernyataan Syahrur yang secara tidak
Syahrur juga menolak konsep langsung mencerminkan asumsi dasar nasikh-mansukh (abrogasi) dengan
tersebut. Misalnya, dia mengatakan argumentasinya bahwa setiap ayat
(1992: 53) ‚bahwa dalam menafsirkan atau kalimat memiliki ruang ekspresi
harus memandangnya dan penampakannya sendiri-sendiri.
al-Qur’an
seakan-akan ia baru saja diwahyukan Artinya, suatu ayat selalu menyatakan
untuk generasi kita‛. kehendak dan maknanya sendiri- sendiri dan bukan untuk menyam-
Pendekatan Linguistik Syahrur dalam paikan kehendak ayat lain. 14 Teks Qur’an
Ia Juga menolak penjelasan hadis Berangkat dari pendekatan bahasa atau pemahaman sahabat. Padahal
diatas, Disini peneliti akan memapar- salah satu fungsi hadis terhadap Al-
kan satu-persatu pendekatannya; Per- Qur’an sebagai menjelaskan makna
tama , konsep Syahrur pada diakronik yang tidak ada dalam Al-Qur’an,
dan sinkronik yang muaranya pada sebagaimana Zenrif (2008: 51) me-
penolakan sinonimitas, kemudian me- ngatakan bahwa ‚pendekatan bahasa
redifinisi terminologi sejumlah kata dalam mengkaji Al-Qur’an yang
yang bersinonim, dengan menelusiri dilakukan ulama terdahulu dengan
text Al-Qur’an yang menjadi rujukan cara menukil hadits atau pendapat
atau dasar pengambilannya. Sebelum- ulama yang berkaitan dengan makna
nya perlu dikemukakan dahulu lafal yang sedang dikaji‛.
konsepsinya tentang peristilahan di Perbedaan pendekatan bahasa
seputar istilah Al-Qur`an itu sendiri. Syahrur, sebagiman dijelaskan oleh
Pada umumnya Al-Qur’an dipa- Syamsuddin lebih berorientasi pada
hami sebagai ‚Kalam Allah SWT pendekatan Semantik dengan analisa
diturunkan kepada Nabi Paradigmatis dan Sintagmatis dengan
yang
Muhammad Shallahu ‘alaihi wa teknik 15 intratekstualitas , selain itu Sallam , melalui perantaraan Jibril
juga Syahrur juga mengikuti keba- selama kurang lebih dua puluh tiga hasaan al-Jurjani yang tidak mengakui
tahun, ditulis dalam mushaf-mushaf, sinonimitas (1992:23), untuk itulah ia
disampaikan secara mutawatir dan mengacu pada kamus Maqayis al-
diawali surat al-Fatihah dan diakhiri Lughah karya Ibnu Faris yang jelas
surat an-Nas dan bernilai ibadah‛. 16 Dan penyebutan Al-Qur’an dengan 13 . Syahrur, (1992:118) ‚
nama apapun (bersinonim) menurut
15 . Syahrur, (2000:88) ‚
. Syamsuddin (2002:9) 16 . al-Salih, (1997:21 ).
Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 136 Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 136
memiliki arti yang berbeda satu Qur’an dengan nama-nama tertentu
sama lain. Terlihat dalam bukunya berhubungan dengan ciri-ciri dan
yang pertama, dimana Syahrur sifat-sifat yang dimiliki Al-Qur’an.
menamakan Mushaf Usmani de- Misalnya, penamaan Al-Qur’an de-
al-Kitab dalam bentuk ngan al-Furqan yang menunjukan
ngan
ma’rifat. al-Kitab jika ditulis bahwa fungsi Al-Qur’an adalah
menggunakan atribut lam ta’rif , 20 pembeda antara yang benar dan yang
berarti "kumpulan dari berbagai salah, yang kafir dan yang muslim,
topik yang diwahyukan Allah ke- yang mukmin dan yang munafiq
pada Muhammad dalam bentuk seperti yang tertera pada surah al-
teks (nash), dimana topik-topik Furqan/25:1. 17 tersebut tersusun dalam sekelom-
Senada juga yang dinyatakan pok ayat dari awal surah al- dalam Madkhal Ila Al-Qur’an Al-
Fatihah hingga akhir surah al-Nas. Karim bahwa ‚nama al-kitab dise-
Sementara itu, jika kata kitab butkan untuk Al-Qur’an karena
dalam bentuk nakiroh ditulis tan- pensifatan al-Kitab ini bertujuan
menggunakan atribut lam untuk merubah masyarakat arab
pa
ta’rif , berarti hanya menyakup sa- sebagai masyarakat ummi yang tidak
tu tema, seperti yang ia buktikan memiliki kitab menuju masyarakat
ketika ia melihat ayat di al- yang memiliki kitab. 18 Pada saat yang Zumar:23 ‚ kitaban mustasyabih-
sama, hal ini juga merupakan sebuah
yakni sekumpulan ayat-ayat batas monopoli para penganut Yahudi
an
mutasyabih, bukan seluruh ayat- dan Nasrani yang memiliki label ahl
ayat al-Qur’an, atau ayat yang kitab ‛. Berbeda dengan pendapat az-
berbunyi kitaban mu’ajjalan seba- Zakarsyi dalam memaknai kata al-
gaimana terdapat pada surah ali kitab sebagai ‚kumpulan huruf-huruf
Imran/3:145, berarti tema yang yang memuat banyak hal (kisah,
hanya berkaitan dengan kema- berita, hukum, dan lainnya)‛, tetapi
tian‛. 21
tetap bermuara pada satu kesepakatan Lebih lanjut Syahrur mengata- bahwa semua nama-nama itu untuk
kan bahwa al-Qur`an hanya meru- merujuk kepada Al Qur'an itu sen-
pakan bagian dari Mushaf, 22 yang diri. 19 merupakan kumpulan sistem per-
Berbeda bagi Syahrur bahwa aturan obyektif bagi eksistensi term
al-Qur`an, al-Kitab, al-Fur- dan realitas perilaku dan peris-
17 20 . az-Zakarsyi,(1957:1/280). Syahrur, (1992:54)
22 . az-Zakarsyi (1957:1/280) .Syahrur, (1992:53) Syahrur, (1992:56-57)
137 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 137 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015
dengan sifat ilmu pengetahuan yang Baqarah/2:185 28 penyebutan al- relatif ; Ketiga,ayat la muhkamat wa
Qur’an diikuti dengan fungsinya la mutasyabihat adalah kategori ayat sebagai petunjuk bagi manusia,
yang tidak muhkamat juga tidak berbeda dengan penyebutan al-
mutasyabihat atau disebut dengan Kitab dalam surah al-Baqarah/2:2
istilah Tafsil Al-Kitab. 29 petunjuk bagi orang yang ber-
Menurut Syahrur al-Kitab dari taqwa karena al-Kitab mengan-
jenis muatannya dibagi menjadi dua; dung ketentuan hukum beribadah,
yaitu al-Risalah dan al-Nubuwah yang mu’amalah dan hukum. 24 diturunkan kepada Nabi Muhammad
Shallalahu ‘Alaihi Wasallam sesuai al-Qur`an dimana al-Qur’an ber- 30 kedudukannya sebagai Rasul, kitab
Adapun al-Zikr
adalah sifat
al-Risalah berkaitan dengan tasyri’ dang al-Furqan adalah salah satu
bentuk teks bahasa Arab. 25 Se-
(perundang-undangan). Ia berisi kai- bagian dari ummu al-kitab dan
dah-kaidah pedoman manusia untuk disamakan
bertindak yang meliputi. Pertama, al- commandements sebagai kualitas
dengan
the
ten
sya’air (salat, zakat, puasa, haji). moral minimal yang harus dimi-
Kedua, al-akhlak , dan yang ketiga, liki oleh setiap manusia berdasar-
ayat-ayat tasyri’ wa ahkam (ayat-ayat kan surah al-An’am/6: 151-153. 26 hukum) yang di dalamnya berisi
Selanjutnya menurut Syahrur al- masalah hudud. Ayat-ayat yang Kitab dilihat dari jenis ayat-ayatnya
terdapat dalam kitab al-risalah ber- menjadi tiga bagian: Pertama , al-Ayat
fungsi membedakan antara yang halal Muhkamat , adalah ayat-ayat yang
dan haram, dan menurut Syahrur menandai kerasullan Muhammad
‚bahwa tasyri bisa berubah sesuai Shallallahu ‘alaihi Wasallam , atau
dengan perubahan kondisi zaman juga disebut ummu al-kitab, dari sini
yang penting masih berada dalam kemudian Syahrur memunculkan teori
wilayah batas-batas hukum Allah batasnya (
) nadzariyat al-hudud 27 ;
ta’ala‛. 31
Kedua , al-Ayat al-Mutasyabihat Kitab al-Nubuwah bagi Syahrur adalah ayat-ayat akidah, ayat-ayat ini
mencakup ayat-ayat mutasyabihat, juga disebut al-Qur’an Wa Sab’ul
yakni al-Qur’an, al-Sab’ al-Matsani Matsani yang dapat dikaji melalui
dan Tafsil al-Kitab merupakan kum- pulan yang berisi pengetahuan penge-
25 . (Syahrur, 1992:63). Syahrur (1992:58). 29 . (1992:113-122). (1992: 56)
27 (Syahrur, 1992:65). 31 . (1992:54-55 & 116) . (1992:54-55) . (1992: 55)
Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 138 Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 138
dasar yang sama, 35 seperti ketika untuk menjelaskan hakikat wujud
Syahrur menemukan arti baru pada objektif tanpa subjektifitas manusia
term al-Qur`an, al-Kitab, al-Furqan, al- dan membedakan antara hak dan batil
Zikr . Bahkan juga ketika menganalisi seperti informasi kematian, hari kia-
beberapa ayat hukum, tetapi disini mat, kebangkitan, surga dan neraka. 32 peneliti hanya memberikan contoh
Pada akhirnya, diferensiasi atas teknik ini pada kata al-istiqamah dan dasar pemilahan al-kitab kepada
al-hanif.
nubuwah dan risalah, muhkamat dan Menurut Syahrur al-istiqamah mutasyabihat menuntut konsekuensi
dan al-hanif, dua kata- inilah sebagai pembedaan konsep yang lainnya, yak-
kunci pangkal dalam memahami ni antara Muhammad sebagai Nabi 36 kajian keIslaman khususnya hukum.
dan sebagai Rasul. Sebagai nabi, Kedua sifat ini banyak disebutkan Muhammad menerima Informasi yang
dengan jelas dalam ayat-ayat Al- terkait dengan kenabian, agama dan
Qur’an. Term al-hanif berasal dari sejenisnya. Sebagai Rasul, selain
hanafa yang berarti bengkok, meleng- menerima informasi dalam kapasitas
kung; ahnafa , orang yang berjalan di kenabiannya, dia menerima sebuah
atas kakinya; atau hanufa, orang yang
bengkok kakinya. Terhadap term ini, menutut juga perbedaan antara ijtihad
kitab yang berisi ajaran hukum. 33 Dan
Syahrur melacak beberapa term itu dan penafsiran, Penafsiran meliputi
dalam Al-Qur’an seperti pada surah perubahan makna. Sedangkan ijtihad
al-An`am/6: 79, 161; al-Rum/30: 30; adalah proses di mana bahasa hukum
al-Bayyinah/98: 5; al-Hajj/22: 31; al- digunakan untuk menghasilkan ter-
Nisa`/4: 125, al-Nahl/16: 120, 123, dan tentu yang sesuai dengan waktu dan
lain-lain. 37
tempat tertentu pula, dan mungkin Adapun term al-istiqamah , yang akan menghasilkan hukum lain
merupakan mustaq dari qaum , mem- ditempat yang lain. Dalam konteks
punyai dua arti: kumpulan manusia inilah kemudian dia memunculkan
laki-laki, dan berdiri tegak ( al-intis- teori Batas/limit ( Nadzariyyat al-
hab ) atau kuat ( al-`azm ), bersumber Hudud ). 34 dari term al-intishab ini, muncullah
Meredifinisi beberapa kata yang kata al-mustaqim dan al-istiqamah , bersinonim, dengan penelusiri text
sebagai lawan dari melengkung ( al- Al-Qur’an juga ia kaji dengan teknik
inhiraf ), sementara dari term al-`azm , at-Tartil, yaitu dengan mengum-
muncul term al-din al-qayyim (agama
32 35 . (1992:55 &103) . (Syahrur, 1992: 196-197)
. ( Syahrur, 1992:573-628). 37 . (1992: 448) . (Syahrur, 1992: 448).
139 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 139 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015
memperlawankan konsep hanafa
34 dan al-Baqarah/2: 255. Hal ini dengan konsep al-istiqamah, yang selanjutnya mengantarkan Syahrur
kemudian tersimpulkan olehnya bah- pada arti agama yang hanif sekaligus
wa tidak pernah ditemukan ihdina ila mustaqim, dan kekuatan Islam berada
al-hanifiyyah , tetapi ihdina al-shirath pada dua sifat tersebut secara bersa-
al-mustaqim , yang kemudian muncul maan, sebagaimana dinyatakan dalam
sebagai landasan teori limitnya ber- surah al-An`am/6: 161. 39 gerak pada dengan bahwa al-shirath
َةَّلِم اًمَيِق اًنيِد ٍميِقَت al-mustaqim ْسُم ٍطاَرِص ىَلِإ يِّبَر يِناَدَه يِنَّنِإ ْلُق inilah yang menjadi
َنيِكِرْشُمْلا َنِم َناَك اَمَو اًفيِنَح َميِهاَرْ بِإ dinamika
batasan
ruang gerak
manusia dalam menetapkan hukum Kedua , dalam mempertemukan
Allah. 42
ayat-ayat yang bertempat di berbagai Adapun Analisa sintagmatis nya, macam surah, dengan berdasarkan
nampak ketika Syahrur mengaitkan kepada teorinya bahwa kata adalah
hanafa dengan kata-kata seperti ekspresi dari makna dan yang
fithrata Allah, fathara al-samawat wa terpenting dari suatu bahasa adalah
43 millah Ibrahim, maknanya, Syahrur sebagaimana dije-
al-ardh,
dan
sebagaimana tertera pada surah al- laskan oleh Syamsudin bahwa is
An`am/6: 79
menggunakan pendekatan semantik
dengan analisa paradigmatis dan اًفيِنَح َضْرَْلْاَو ِتاَواَمَّسلا َرَطَف يِذَّلِل َيِهْجَو ُتْهَّجَو يِّنِإ sintaksmatis. 40 َنيِكِرْشُمْلا َنِم اَنَأ اَمَو
Analisa paradigmatis nya atau Menurut Syahrur kata hanifa di dengan melihat hubungan mata rantai
atas merupakan hal , sedangkan hal dalam berbagai rangkaian ujaran, baik
mensifati fi’il . Dalam ayat di atas yang serupa maupun berbeda dalam
terdapat fi’il ‘fatara’ sebelum kata bentuk dan makna. Tampak ketika
hanif yang berarti hukum alam, dibandingkannya
maksudnya bahwa tabiat langit, bumi janafa —yang artinya condong kepada
hanafa dengan
dan materi-materi yang ada dalam kebagusan seperti yang tertera pada
alam ini bergerak dan berubah-ubah. 44 surah al-Baqarah/2: 182. 41 Dengan kata lain al-hunafa ` adalah
َمْثِإ َلََف ْمُهَ نْ يَ ب َحَلْصَأَف اًمْثِإ ْوَأ اًفَ نَج ٍصوُم ْنِم َفاَخ ْنَمَف sifat alami dari seluruh tatanan alam
ٌميِحَر ٌروُفَغ َهَّللا َّنِإ ِهْيَلَع semesta. Langit dan bumi seba-
gai struktur kosmos, bergerak dalam garis
lengkung, bahkan elektron
40 43 (1992: 449), 41 . Syamsudin (2002:131) . (Syahrur, 1992: 448)
44 . (Syahrur, 1992: 447-448) . (1992: 449)
Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 140 Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 140
takaran 2 banding 1 untuk laki-laki. dikan tata kosmos itu menja-
Al Qur’an mengatakan bahwa hu- di teratur. 45 kuman untuk seorang pencuri adalah
Dari sinilah, lagi-lagi Syahrur potong tangan. Tetapi tidak dijelas- memperkenalkan apa yang disebutnya
kan pencurian yang bagaimana yang teori
harus dipotong tangannya. Sedangkan si dasarnya adalah bahwa Allah, di
hudud/batas /limit.
Asum-
realitas yang ada pada saat ini, dalam al-Qur`an, menetapkan konsep-
pencurian itu sendiri terbagi pada be- konsep hukum maksimum dan mini-
berapa tingkatan. Tentu saja tidak mum ( al-istiqamah ), dan manusia se-
sama hukuman antara seorang pencuri nantiasa bergerak dari dua batasan ini
ayam satu ekor dengan koruptor yang ( 46 al-hanifiyyah ). mencuri uang rakyat dalam skala
Atas dasar semua ini, Syahrur ya- besar. Disinilah kemudian teori batas kin bahwa letak kekuatan Islam
digunakan.
sebenarnya adalah pada dua sifat ini, Penerapkan teori ini juga berimbas sebab dari dua sifat yang berla-
pada ayat tentang poligami. Pada wanan ini akan muncul beragam
prinsipnya, Syahrur pun mengakui alternatif dalam penetapan hu-
poligami menjadi bagian dari syari’at kum Islam sesuai dengan perkem-
Islam, akan tetapi penerapannya da- bangan tata kehidupan manusia.
lam praktek harus memperhatikan beberapa persyaratan, agar poligami
Implikasi dari Linguistik Syahrur itu membawa hikmah. Persyaratan Implikasi dari pendekatan bahasa
esensial dalam praktek poligami Syahrur memunculkan Teori hudud/
menurut Syahrur adalah, pertama pe- batas /limit, yang mana teori itu
libatan janda yang memiliki anak mempermudah kita melihat hukum
sebagai istri kedua, ketiga dan Allah dengan lensa yang lebih jelas,
keempat. Kedua, harus ada keadilan yaitu
diantara para anak dari istri pertama minimal, juga terbukanya manusia
dengan batas
maksimal,
dan anak-anak yatim para janda yang untuk berijtihad terhadap hukum yang
dinikahi berikutnya. Jika ini yang ada dalam al Quran yang sebelumnya
dipraktekkan oleh kalangan Muslim, tidak elastis. Dalam masalah warisan
maka esensi hukum ( hikmah al-tasyri ) misalnya, dengan teori barunya ini
adanya praktek poligami dalam perempuan menjadi punya hak yang
perkawinan Islam menjadi menonjol sama seperti laki-laki, padahal ulama’
ketimbang sebagai sarana untuk memuaskan nafsu para laki-laki yang tidak cukup dengan satu orang istri.
141 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015
Pembahasan dengan itu ia melakukan pembacaan Pendekatan bahasa Syahrur dalam
terhadap Al-Qur’an dengan pendekat- mengkaji teks Al-Qur’an juga diung-
an ilmiah historis diambil dari aliran kapkan oleh Ja’far Dek al-Bab bahwa
linguistik Abu Ali al-Farisi. ‚ia terilhami ilmu linguistik, yang
Dalam bukunya yang berjudul al- tepatnya menggunakan metode al-
Kitab wa al-Qur’an: Qira’ah Mu’a- Manhaj at-Tarikh al-Ilmi (metode syirah . yang diterjemahkan dalam
historis ilmiah).‛ 47 tetapi Syahrur Bahasa Indonesia Oleh Syahiron sendiri tidak membahas secara detail
Syamsuddin, Prinsip dan Dasar Her- tentang manhaj yang dipergunakan-
meneutika al-Qur’an Kontemporer. nya, bahkan ia sendiri meminta Ja’far
Syahrur mengatakan bahwa sebagai- untuk menjelaskannya pada kata
mana yang dikutip Budiman ‚al- pengantar dalam penerbitan karya
Qur’an merupakan kitab berbahasa perdananya al-Kitab wa Al-Qur’an :
Arab otentik yang mempunyai dua Qira’ah Mu’ashirah. sisi kemu’jizatan, sastrawi ( al-i’jaz al-
Syahrur memadukan studi Diakro- balaghi ) dan kemukjizatan ilmiah ( al- nis ( al-dirasah al-tatawwuriyah ) Ibnu
i’jaz al-ilmi ). Untuk memahami aspek Jinni dan studi Sinkronis ( al-dirasah
sastrawi Al- Qur’an perlu diterapkan al-tazamuniyah ) al-Jurjani. Perpaduan
pendekatan Deskriptif Signifikatif dua studi itu disebut dengan istilah al-
( al-Manhaj al-Washfi) ; yang diiden- manhaj al-tarikh al-ilmi fi dirasah al-
tikkan dengan Semiosis. Sedangkan lugawiyyah sebagai Pendekatan His-
aspek ilmiahnya harus dipahami de- toris Ilmiah dalam studi linguistik.
ngan pendekatan historis-ilmiah al- ( Sesungguhnya dalam keseluruhan
Manhaj al-Tarikhi al-‘Ilmi) , yang upayanya, tampak ada dua hal yang
keduanya diletakkan dalam kerangka menjadi obsesi besar Syahrur; Per-
studi linguistik. tama, obsesi menempatkan hasil pemikiran ulama terdahulu pada
Kerangka Linguistik semestinya, dalam kata lain, menuru-
Beberapa
Syahrur: 48
tnya bahwa ijtihad mereka memiliki
A. Studi Diakronik Al-Jurjani dan nilai keberlakuan sesuai dengan
Sinkronik Ibnu Jinni konteks dan masanya, dan generasi
Menurut Saussure analisis Diak- yang hidup sekarang harus melakukan
ronik lebih adalah analisis tentang upaya ijtihad sendiri sesuai dengan
perubahan waktu, perkembangan dan kondisi dan situasi saat ini. Kedua ,
perubahannya. Sedangkan Analisis bagaimana melakukan bahwa ajaran
Sinkronik mengkaji bahasa dalam Islam adalah ajaran yang cocok untuk
waktu tertentu saja, tidak melibatkan seluruh tempat dan zaman. Berkaitan
perubahan waktu, perubahan dan
47 48 . Ja’far Dek al-Bab (Syahrur, 1992: 19), . Budiman (1999:107-108)
Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 142 Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 142
mudian Syahrur melakukan analisis Strukturalisme. 49 sinkronik melalui analisis struktural
Ditambahkan oleh Bertens bahwa dengan memahami makna kata de- perspektif diakronis dalam kajian
ngan makna kata lainnya, karena linguistik ini banyak digunakan oleh
menurutnya bahasa bersifat dinamis para ahli linguistik abad ke-19, 51 dan evolutif. Dalam analisa sinkro-
mereka berusaha mempelajari bahasa nik, cara pandangnya sebagai orang dari sudut pandangan
yang bergelut dalam ilmu alam sangat Historis dengan menelusuri proses
Komparataif-
mewarnai model analisanya, sehingga evolusi bahasa-bahasa tertentu, eti-
dari sini juga muncul konsep gagasan mologi, perubahan fonetis dan lain
teori hudud/batas/limit. sebagainya. Sedangkan perspektif sin- kronis, mereka mampu menyelidiki
B. Menolak Sinonimitas suatu bahasa sebagai sistem yang
Verhaar dalam Abdul Chaer men- berfungsi pada saat yang tertentu, dan
definisikan sinonim ‚sebagai ungkap- dapat menyoroti perkembangan ba-
an (bisa berupa kata, frase, atau hasa sepanjang waktu. 50 kalimat) yang maknanya kurang lebih
Disini tampak bahwa Syahrur 52 sama dengan ungkapan lain‛. menggabungkan antara studi diakro-
Bagi Syahrur sinonomitas berarti nik dan sinkronik. Baginya al-Kitab
reduksi terhadap konsep-konsep yang sebagai wahyu memang ditujukan
terkandung dalam setiap term-term kepada semua manusia di segala tem-
kunci khususnya dalam Al-Qur’an. pat dan segala zaman. Untuk itu
Pandangan ini didasarkan pada argu- menurut Syahrur pemahaman kita
mentasi teologis bahwa penggunaan terhadap teks al-Kitab tidak bisa
kata dan struktur kalimat dalan Al- dibatasi atau ditentukan oleh satu
Qur’an adalah sempurna, karena ia 53 pemahaman dari periode masyarakat
adalah wahyu tuhan. tertentu termasuk periode nabi
Inilah rujukan Syahrur ketika Muhammad saw. Pemahaman yang
membedakan Al-Qur’an dengan al- dilakukan nabi dan sahabat dianggap
Kitab, berdasarkan pada surah al- Syahrur sebagai contoh pertama pe-
Hijr/15: 1
mahaman terhadap al-Qur`an.
Pada analisa diakronik, Syharur Kata al-Qur`an pada ayat itu di meneliti makna kata dan menelu-
ataf-kan dengan al-Kitab, sementara surinya dengan mengacu kepada
menurut kaidah bahasa, `ataf memiliki kamus Ibn Faris, Maqayis al-Lugah
50 . Saussure (1996: 219--225)
52 . Verhaar dalam Abdul Chaer (2007:83) . Bertens (1996:184-185)
143 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 143 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015
yang terdiri dari dua kelompok besar dengan ma’tuf ‘alaihi ada perbedaan;
yaitu ‚al-Qur’an dan sab’i al-masani‛ Kedua, ‘ ataf al-khass ‘ala al-‘amm. sebagaimana ditunjukan pada surah
Artinya apa yang disebutkan secara al-Hijr/15: 87. 55 Dan menurutnya khusus itu penting dan merupakan
Ayat Muhkamat yang disebut Ummu bagian dari yang umum. Ini menun-
al-Kitab bagi Syahrur tertuang pada jukkan adanya variabel antara satu
surah Ali- Imran/3:7. 56 Adapun ayat sama lain, atau untuk menunjukkan
yang dikategorikan sebagai Ayat La yang khusus atau yang umum;. Dalam
Muhkamat Wa Ala Mutasyabihat ayat tersebut menurut Syahrur huruf
yang disebut dengan Tafsil al-Kitab ataf yang pertama berfungsi sebagai 57 didasarkan pada surah Yunus/10:37.
( li al-taghayur ) berarti al-Qur’an dan
( Qs.
al-Kitab merupakan dua substansi
al-Hijr/15: 87) yang berbeda, sedangkan huruf ataf
yang kedua berarti al-Qur`an merupa-
54 kan salah satu dari al-kitab. ِباَتِكْلا ُّمُأ َّنُه ٌتاَمَكْحُم ٌتاَيآ
(Qs. Ali-
ُد ْنِم ىَرَ تْفُ ي ْنَأ ُنآْرُقْلا اَذَه َناَك اَمَو Imran/3:7)
Menurut Syahrur fungsi al-kitab dan al-Qur’an yang berbeda pada
umumnya, terambil dari surah al-
(Qs. Yunus/10:37) َنيِمَلاَعْلا ِّبَر ْنِم ِهيِف
Maidah/5:47, juga surah al-Baqarah/ Sedangkan az-Zikr berdasarkan 2:2 & 185
argumentasi terdapat pada tiga
َنِم ِهْيَدَي َنْيَ ب اَمِل اًقِّدَصُم ِّقَحْلاِب َباَتِكْلا َكْيَلِإ اَنْلَزْ نَأَو tempat yaitu surah al-Hijr/15:6 & 9
dan surah Shad/38:1. 58 Ia mengatakan
az-Zikr dengan bentuk Adapun pengklasifikasian al-kitab
bahwa
dalam surah Shad/38:1 dari jenis ayat-ayatnya menjadi tiga
makrifat
berbunyi
macam, mutasyabihat, muhkamat dan
la muhkamat wa la mutasyabihat ِرْكِّذلا يِذ ِنآْرُقْلاَو ص
berdasar pada surah al-Imran/3:7 Ada kata يِذ yang menghubungkan
ُّمُأ َّنُه ٌتاَمَكْحُم ٌتاَيآ ُهْنِم َباَتِكْلا َكْيَلَع َلَزْ نَأ يِذَّلا َوُه antara al-Qur’an dan az-Zikr, kata
tersebut oleh Syahrur ketika dikaitkan
dengan beberapa ayat yang lainnya, ُمَلْعَ ي اَمَو ِهِليِوْأَت َءاَغِتْباَو ِةَنْ تِفْلا َءاَغِتْبا ُهْنِم َهَباَشَت اَم َنوُعِبَّتَيَ ف seperti ِداَتْوَ ْلْا يِذ َنْوَعْرِفَو tertera pada surah al-Fajr/89:10 dan
ِنْيَنْرَقْلا يِذ Qs. al-Kahf/18:83, juga ْنَأ ِباَبْلَْلْا وُلوُأ َّلَِّإ ُرَّكَّذَي اَمَو اَنِّ بَر ِدْنِع
56 . (Syahrur, 1992: 56) . (Syahrur, 1992: 54-55)
54 58 . (Syahrur, 1992: 122). . (1992:58) . (Syahrur, 1992:63)
Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 144
َنيِنَبَو 61 لاَم اَذ َناَك Qs. al-Qalm/68:14, ini 6:151-153, dan itu diturunkan secara menunjukan bahwa dua kata tersebut
dengan kitab mereka, berbeda, bukan sesuatu itu sendiri,
terpisah
sedangkan al-Furqan yang diturunkan dan itu menurutnya menunjukan suatu
kepada Muhammad dalam bulan sifat atas sesuatu, sehingga tersim-
Ramadhan sebagaimana tertera pada pulkan bahwa az-Zikr menyipati al-
surah al-Baqarah/2:185 adalah satu Qur’an. Dalam pandangannya bahwa
kesatuan dari al-Kitab, dan bagian al-Qur’an
dari Umm al-Kitab. berbentuk bahasa, tetapi ketika ia
pada awalnya
tidak
Al-Furqan ini sebagai titik temu diturunkan kepada manusia barulah ia
tiga agama samawi, yang setiap berbentuk bahasa, hal ini ditegaskan
penganut agama memahaminya, maka pada surah az-Zukhruf/43:3. Transfor-
akan terbentuk ketaqwaan bersama masi bahasa al-Qur’an ke dalam
yang diitilahkan oleh Syahrur sebagai bahasa yang dapat dipahami oleh
akhlak. Ia bukan penjelasan tentang manusia dilakukan dengan cara
ibadah ritual, melainkan wahyu yang diucapkan dalam dialek bahasa arab
mengandung karakter universal dan inilah disebut az-Zikr. Dengan begitu
manusiawi (1992: 68). az-Zikr bukanlah al-Qur’an. 59 Adapun as-Sab al-Matsani oleh Selanjutnya al-Furqan yang Syah-
Syahrur diistilahkan dengan ahsanal rur temukan pada enam tempat, yaitu
hadis diambil dari surah az- surah
Zumar/39:23, dan dari ayat ini juga ia Imran/3:3&4, al-Anbiya/21: 48, al-
al-Baqarah/2:53&185,
Ali
menegaskan bahwa ia as-Sab al- Furqan/25:1 dan al-Anfal/8:41, kese-
Matsani bagian dari ayat mutasya- mua kata al-Furqan menggunakan
bihat dan juga bukan bagian al-Qur’an bentuk makrifat, ada juga dengan
dengan alasan peletakannya sebelum bentuk nakirah pada surah al-
lafaz al-Qur’an sebagaimana tertera Anfal/8:29. 60 Peneliti tidak menda-
pada surah al-Hijr/15:87 (1992:96). patkan menjelaskan perbedaan itu.
Adapun mastani yang berarti atraf Hanya menurutnya al-Furqan diturun-
(sesuatu yang mengawali) dalam kan masing-masing kepada nabi
Maqayis. Sehingga ia yang menyim- Musa, Isa dan Muhammad yang
pulkan bahwa as-Sab al-Matsani berbeda pemaknaan. Al-Furqan yang
adalah Fawatih As-Suwar bukan diturunkan kepada Nabi Musa dan Isa
penamaan sura h al-fatihah (1992:97). hanya istilah itu dikenal dengan ten
(Qs.az- َيِناَثَم اًهِباَشَتُم اًباَتِك ِثيِدَحْلا َنَسْحَأ َلَّزَ ن ُهَّللا
commendent atau al-washoya al-asyr Zumar/39:23) dikalangan Nasrani dan Yahudi yang
didapatnya dari surah al-An’am/
(Qs.al-Hijr 15:87) َميِظَعْلا َنآْرُقْلاَو
145 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015
C. Al-Tartil /Maudu’i/ Inter- landasan berbedanya konsep penama- tektualitas
an Al-Qur’an.
Metode at-Tartil bagi Syahrur Istilah intertekstualitas yang oleh (1992: 197). berarti ‚menggabungkan
Syamsudin selalu digunakan dalam atau mengkomparasikan seluruh ayat
memahami metode at-Tartil Syahrur yang memiliki topik pembahasan
adalah hubungan antara sebuah teks yang sama‛. Perangkat metode ini
tertentu dengan teks lain. menurutnya, memperoleh justifikasi
Istilah intertekstual diadapsi dari dari Q.S. al-Muzammil: 4
istilah intratekstualitas yang berarti
hubungan antara sebuah teks lain. Jika Kata ‚ tartil ‛ yang memiki kata
intertekstualitas terdiri dari jaringan dasar al-ritlu dalam bahasa Arab
teks yang berbeda-beda, intrateksua- bermakna barisan pada rangkaian
litas mengacu pada jaringan antar tertentu, ditafsirkan Syahrur dengan
satuan teks di dalam teks itu sendiri. "mengambil ayat-ayat yang berkaitan
Dalam konteks tafsir Al-Qur’an, dengan satu topik dan mengurutkan
satuan teks ini disejajarkan dengan sebagiannya di belakang sebagian
pengertian ayat. Teknik metodis ini yang lain". 62 Berbeda dengan mayo-
muncul dari konsep Al-Qur’an yufis- ritas ulama yang dipahami sebagai
siru ba’duhu ba’dan dan diaplikasikan membaca ( tilawah ) atau musikalisasi
secara lebih sistematis pada abad ke- dan pelaguan bacaan. 63 Metode ini
20 dengan tafsir maudu’i (tafsir bagi Syahrur, perlu dilakukan sebab
tematik) . Dalam konteks metodis banyak topik tertentu seperti pencip-
yang digunakan Syahrur, menurut taan alam, penciptaan manusia, dan
Syamsudin lebih tepat disebut kisah para Nabi, disebutkan dalam al-
istilah ‚ Interqur’anic Qur`an di berbagai surah-surah. Maka 64 Interpretation ‛.
dengan
agar memperoleh gambaran kompre-
hensif dan afirmatif tentang suatu
D. Pendekatan Paradigma-Sintag- topik, ayat-ayat berserakan itu harus
matis
dipertemukan. Semantik menurut Chaer ‚mene- Berdasarkan asumsi ragam tema-
laah lambang –lambang atau tanda- tik ini, Syahrur mendefinisikan ayat-
tanda yang menyatakan hubungan ayat berdasarkan status metafisiknya,
makna yang satu dengan yang lain, baik yang bersifat kekal, abadi, ab-
dan pengaruhnya terhadap manusia solut dan memiliki kebenaran yang
dan masyarakat. Oleh karena itu, bersifat temporal, relatif dan memiliki
semantik mencakup makna kata, kondisi subyektif. Ini juga sebagai
. (al-Zuhaili, 1991: 29/ 190-192) 64 . (2002:138)
Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 146 Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 146
Pendekatan semantik di dalam nurut Syahrur ‚setiap kata mempu- kajian Islam ini adalah salah satu pen- 68 nyai kekhususan makna‛. Satu kata
dekatan yang digunakan untuk bahkan bisa memiliki lebih dari satu meninjau suatu permasalahan dari
potensi makna. Penentuan makna sudut tinjauan makna bahasa, dalam
yang tepat adalah tergantung pada kaitannya dengan Al-Quran berarti
konteks logis kata tersebut dalam pemaknaan yang mereposisikan teks
suatu kalimat ( siyag al-kalam ). Al-Quran pada tekstual, leksikal,
Dengan kata lain, makna kata pasti gramatikal
dan kontekstualnya. pengaruhi oleh hubungannya secara Selanjutnya, semantik sebagai bagian
linear dengan kata-kata di sekeliling- dari ilmu kebahasaan memberikan
nya (struktur). Dalam kacamata daya tambah terhadap dimensi bahasa
strukturalisme linguistik konsep ini dan makna yang terkandung dalam
disebut dengan analisis sintagmatis. 69 Al-Quran. 66 ia sebagai kitab suci yang
paradigmatik adalah membawa segala simbol yang me-
Analisis
suatu analisa pencarian dan pema- nyertai teksnya, baik secara idiologi,
haman terhadap sebuah konsep kesejarahan, hukum dan segala seg-
(makna) suatu simbol (kata) dengan men kehidupan kemanusiaan.
cara mengaitkannya dengan konsep- Sebagaimana dikutip oleh Ridwan
konsep dari simbol-simbol lain yang menyatakan bahwa untuk mendapat-
mendekati atau bahkan berlawanan. kan ide yang relatif mendekati kebe-
Dalam tradisi strukturalisme linguis- naran, Syahrur menggunakan pende-
tik konsep ini disebut dengan analisis katan semantik dengan analisis para- 70 paradigmatik. Kedua konsep ini juga
digmatis. Yaitu suatu analisis pen- yang digunakan Syahrur sebagai titik carian dan pemahamam terhadap
kunci dalam membahas setiap per- sebuah konsep (makna) suatu simbol
soalannya.
(kata) dengan cara mengaitkannya Dari uraian singkat tentang pende- dengan konsep-konsep dari simbol-
katan linguistik yang digunakan simbol lain yang mendekati dan yang
Syahrur, dapat kita ketahui bahwa berlawanan. 67 Syahrur merekonstruksi beberapa
Syntagmatik yaitu analisis yang makna, terlebih pemaknaan al-Qur’an, bertujuan untuk menentukan makna
tapi keseluruhan rekonstruksi itu ia mana yang lebih tepat dari potensi-
hadirkan untuk menjadikan ajaran potensi makna yang ada yakni
65 68 . Chaer, (2007:2) . (1992: 196) 66 . (Umar, 1982)
67 . Ridwan (2008: 51) . (Saussure, 1996: 219—225). 70 . (Saussure, 1996: 219—225)
147 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015
Islam relevan / shalihun likulli zaman seorang muslim masih berada dalam wa makan. wilayah hudûd-u-lLâh
(ketentuan Allah antara batas minimum dan
E. Beberapa Implikasi
maksimum tadi), maka dia tidak Linguistik Syahrur
dari
dapat dianggap keluar dari hukum Teori Batas/limit ( Nadzariyyat al-
Allah.
Hudud ), sebuah teori yang merupakan terobosan dalam bidang ushul fiqh.
Penutup
Yang menurut Hallaq sangat dipe- Pendekatan linguistiknya secara ngaruhi oleh latar belakang pendi-
substantif memuat dua hal yang pen- dikan dibidang ilmu-ilmu alam
ting, yaitu pemikiran-pemikiran dasar terutama Matematika dan Fisika. 71 yang terdiri dari kaidah-kaidah meto-
Disinilah rekonstruksi hukum Islam dologis yang menjadi landasan rentet- Syahrur menjadi menarik dan memi-
an pemikirannya dalam interpretasi liki keunikan.
teks al-Qur’an dan hasil pemikiran Konsekwensi dari metodologi dan
dari metodologi dasar tersebut. cara pembacaan al-Qur’an model
Dari kaidah-kaidah linguistik Shahrur telah membuahkan teori
Syahrur; perpaduan diakronik dan batas ( hudud ). Terma hudud ini
sinkronik, penolakan sinonimitas, sangat berarti untuk memberikan
analisa intertekstualitas dan paradig- jalan kepada kebuntuan perkem-
ma-sintagmatis yang cenderung se- bangan Ushul Fiqih. Ia menjelaskan
mantis, memunculkan hasil pemi- bahwa dalam hukum tuhan terdapat
kiran atau padangan yang berbeda batas-batas yang telah di tetapkan,
pada kajian hukum Islam. Salah yakni antara batas minimal dan batas
satunya adalah rekonstruksi hukum maksimum (al-hadd al-a`lâ) . Artinya,
Islam.
hukum-hukum Allah diposisikan be- Rekostruksi ini muncul karena rsifat elastis, sepanjang tetap berada
munculnya teori batas/hudud/limit, di antara batas minimum dan mak-
Syahrur ingin membuktikan bahwa simum yang telah ditentukan. Wila-
ajaran Islam benar-benar merupakan yah ijitihad manusia, menurut Syahrur
ajaran yang relevan untuk tiap ruang berada di antara batas minimum dan
dan waktu. Kerangka analisis teori maksimum itu tadi. Elastisitas dan
limit yang berbasis dua karakter fleksibilitas hukum Allah tadi dapat
utama ajaran Islam ini (aspek yang digambarkan seperti posisi pemain
konstan dan yang lentur) akan bola yang bebas bermain bola, asalkan
Islam tetap survive tetap berada pada garis-garis lapangan
membuat
sepanjang zaman. Dua hal yang yang telah ada. Pendek kata, selagi
beroposisi secara biner itu kemudian melahirkan
gerak
dialektik (al-
. Hallaq (1997: 246).
harakah al-jadaliyah) dalam penge-