TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENT
TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Oleh :
FARIDA NIM : 08010210
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH BANDA ACEH DIPLOMA III KEBIDANAN TAHUN 2011
PENGESAHAN PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, 21 November 2011
TandaTangan
Ketua : ANDA SYAHPUTRA, M. Kes ( )
Penguji I : ISMAIL, SKM. M . pd ( )
Penguji II : SITI WAHYUNI, SST ( )
MENGETAHUI : MENGETAHUI :
KETUA PRODI DIPLOMA III KETUA STIKes U’BUDIYAH KEBIDANAN
BANDA ACEH
(MARNIATI, M.KES) (CUT EFRIANA, SST)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, 21 November 2011 Pembimbing
(ANDA SYAHPUTRA, S. Kep, M. Kes)
Nip : 19781225 200604 1 005
MENGETAHUI : KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH
(CUT EFRIANA, SST)
iii
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S Alam Nasyrah: 6-7) Syukur Alhamdullilah…
Akhirnya sebuah perjalanan telah berhasil ku tempuh walaupun terkadang aku tersandung dan jatuh, tapi semangatku tak pernah rapuh untuk berdiri kembali. Namun aku tahu ini
bukan akhir dari perjalanan melainkan awal dari suatu perjalanan.
Ibunda…. Tangismu tanda kasih sayangmu untukku Disetiap detik dalam langkahku selalu ada doa yang Engkau kirimkan Disetiap detik perbuatanku selalu bayangmu menghampiriku Ibunda Engkaulah lilin penerang jalanku
Ayahanda….. Tanganmu adalah petunjukku, suaramu adalah pendorongku
Tatapanmu adalah semangatku Keringat jernihmu menuntun setiap langkahku Pengorbananmu begitu besar untukku Demi keberhasilan ananda meraih cita- cita…..
Seiring doa dan Ridha-Mu yaAllah SWT Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepangkuan teristimewa Ayahanda H.M.Yusuf dan Ibunda Hj. Salbiah Abangku tersayang (M.Hasan) kakakku tersayang Alm Nursiah serta keponakanku Abdul Latif, Tiva, Amelia yang telah memberikan dorongan beserta doa
demi keberhasilanku.
Tak terlukiskan terima kasih untuk Bapak Anda Syahputra, S.Kep.M.Kes selaku pembimbing, Bapak Ismail, SKM, M.pd Dan Ibu Siti Wahyuni, SST selaku penguji yang
telah banyak membantu dan memberikan bimbingan serta arahan dalam pembuatan KTI ini dan juga para dosen staf. Dan yang teristimewa untuk my best friends : Riski Mauleni, Mulida, Amrizal. terima kasih atas kebersamaan dan yang selalu ada menemani dalam suka, duka, canda dan tawaku dan buat teman-teman seperjuangan angkatan 2008, Semoga persahabatan kita
tak lekang oleh waktu.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan badan dan fikiran sehingga peneliti telah dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2011”. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak mendapatkan
kesulitan, namun berkat bimbingan dan arahan serta bantuan dari berbagai pihak maka peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dedi Zefrizal, ST selaku Ketua yayasan U’Budiyah Banda Aceh.
2. Ibu Marniati, M.Kes, selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
3. Ibu Cut Efriana, SST, selaku Ketua Prodi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
4. Bapak Anda Syahputra, S. Kep, M. Kes selaku pembimbing yang telah banyak memberi petunjuk serta bimbingan, arahan dan masukan dalam penyelesain Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak Ismail, SKM. M. pd selaku penguji I dan Ibu Siti Wahyuni, SST
selaku penguji II yang telah memberikan kritikan dan saran kepada peneliti.
6. Teristimewa untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang memberikan semangat
dan dorongan untuk keberhasilan peneliti dalam menempuh pendidikan.
7. Kepada Seluruh Dosen dan Staf STIKes U’Budiyah Banda Aceh Prodi D-III Kebidanan yang telah memberikan ilmu, kesempatan dan bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Terakhir tidak lupa peneliti mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
seperjuangan yang telah membantu penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penyusun Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang, meskipun demikian peneliti sangat berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat.
Banda Aceh, 21 November 2011
Peneliti,
ABSTRAK
Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011.
x + VI Bab + 51 halaman : 9 tabel, 3 gambar, 10 lampiran
Dari data hasil penjajakan awal penulis, terdapat Tenaga Bidan di RSUD Cut Meutia sebanyak 42 orang. Dimana hasil wawancara pada 7 orang bidan dengan berisi pertanyaan tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan, hanya 4 orang yang dapat memberikan jawaban yang mengarah sesuai dengan teori, sedangkan 3 bidan kurang memahami tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan. Hal ini dilihat juga dari tugas yang di laksanakan Bidan di RSUD Cut Meutia, seperti memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan ibu hamil, pelayanan persalinan dan pelayanan Keluarga Berencana.
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap bidan tentang pencegahan infeksi pada proses persalinan di RSUD Cut Meutia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif Analitik dan data yang digunakan adalah data primer dengan populasi seluruh Bidan di RSUD Cut Meutia tahun 2011. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 responden. Alat ukur yang di gunakan adalah kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 25 – 27 Oktober 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori berpengetahuan baik, yang melakukan pencegahan infeksi pada ibu bersalin sebanyak 30 responden (80,55%), kategori berpengetahuan cukup, yang melakukan pencegahan infeksi pada ibu bersalin sebanyak 6 responden (11,11%), kategori berpengetahuan kurang atau yang tidak melakukan pencegahan infeksi sebanyak 6 responden (8,33%), di lihat dari segi sikap katagori positif yang melakukan pencegahan infeksi sebanyak 37 responden (89,18%), dan katagori negatif yang melakukan pencegahan infeksi sebanyak 5 responden (10,81% ).
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap bidan di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe sudah berada pada katagori yang baik, disarankan agar para bidan bisa lebih optimal dalam penerapan pencegahan infeksi, juga terhadap pihak rumah sakit agar lebih memperhatikan para bidan dalam melakukan tindakan pencegahan infeksi.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Bidan, Pencegahan Infeksi Sumber : 13 buku (2002 - 2010) + 5 internet
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program – program yang berhasil untuk mencegah penyebaran penyakit infeksi melalui rute darah, duh tubuh , percikan, atau kontak di fasilitas pelayanan kesehatan didasarkan pada pemahaman tentang lingkup masalah ,prioritas kegiatan dan secara efektif menggunakan sumber yang tersedia, sumber tersebut lah dibeberapa tempat yang membuat fungsi system surveilan infeksi sangat kurang ( JHPIEGO,2004).
Persalinan yang bersih dan aman sebagai pilar ketiga Safe Motherhood yang di kategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pada tahun 1997 baru mencapai 60 % (Saifuddin, 2006). Pencegahan infeksi merupakan aspek ketiga dari Lima Benang Merah yang terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman dan juga merupakan salah satu usaha untuk untuk melindungi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008).
Mengingat bahwa infeksi dapat ditularkan melalui darah, sekret vagina, semen, cairan amnion dan cairan tubuh lainnya maka setiap petugas yang bekerja di lingkungan yang mungkin terpapar hal-hal tersebut mempunyai resiko untuk tertular bila tidak mengindahkan prosedur pencegahan infeksi (Saifuddin, 2006).
Kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun. kematian ibu akibat masalah persalinan di negara berkembang dengan rasio 450/ 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia yaitu 263/ 100.000 kelahiran hidup yang bisa disebabkan oleh perdarahan (28%), eklamsi (24%) dan infeksi (11%), Peranan tenaga kesehatan sangat penting dalam pencegahan infeksi seperti yang tercantum dalam Safe Motherhood dan Lima Benang Merah Asuhan Persalinan (Purwanti, 2010).
Infeksi juga merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir, sebenarnya itu semua dapat dicegah. Dunia internasional saat ini sudah berpedoman kepada Universal Precaution Standard sebagai upaya mengatasi berbagai penyakit infeksi terutama penyakit menular. Dalam rangka pencapaian visi Indonesia Sehat 2010, yang menekankan paradigma sehat, berupa orientasi peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan sangat terpadu (Bascommetro, 2010).
Menurut Al Varado (2000) Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau pun klinik di hadapkan
kepada resiko terinfeksi kecuali kalau di lakukan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya infeksi. Infeksi rumah sakit dan infeksi dari
pekerjaan merupakan masalah terpenting di seluruh dunia dan terus pekerjaan merupakan masalah terpenting di seluruh dunia dan terus
Menurut Al Varado (2000) Angka infeksi nosokomial terus meningkat mencapai sekitar 9% atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap dirumah sakit seluruh dunia. Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu di terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (Depkes RI, 2007).
Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran berdasarkan hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 per 100.000 kelahiran pada tahun 2004. Kasus kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tergolong cukup tinggi. Padahal berdasarkan Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs), kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka 103 per 100.000 kelahiran. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari
hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu
Jumlah kematian ibu di Provinsi NAD mencapai 172 kasus. Kabupaten dengan jumlah kematian ibu tertinggi terdapat di Kabupaten Pidie sebanyak 24 kasus. Urutan kedua dan ketiga berturut-turut adalah Kabupaten Aceh Selatan (17 kasus) dan Kabupaten Bireuen (15 kasus), Rata-rata hampir seluruh kabupaten yang ada di Propinsi NAD cakupan pertolongan persalinan oleh nakes mencapai lebih dari 50%. Hanya Kabupaten Gayo Lues yang cakupannya pertolongan persalinannya tidak mencapai 50%. Dilaporkan penyebab kematian ibu di Propinsi NAD berturut-turut sebagai berikut Perdarahan post partum (33,72%), Eklampsia (18,02%), Infeksi jalan lahir (11,05%) (Provinsi NAD, 2007).
Jumlah kematian Ibu akibat persalinan tercatat 15 orang dari januari sampai desember 2010,penyebab kematian perdarahan 6 orang , eklamsia 5 orang, infeksi jalan lahir 4 orang (RSUCM,2011)
Dari data hasil penjajakan awal penulis, terdapat Tenaga Bidan di RSUD Cut Meutia sebanyak 42 orang. Dimana hasil wawancara pada 7 orang bidan dengan berisi pertanyaan tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan, hanya 4 orang yang dapat memberikan jawaban yang mengarah sesuai dengan teori, sedangkan 3 bidan kurang memahami tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan. Hal ini dilihat juga Dari data hasil penjajakan awal penulis, terdapat Tenaga Bidan di RSUD Cut Meutia sebanyak 42 orang. Dimana hasil wawancara pada 7 orang bidan dengan berisi pertanyaan tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan, hanya 4 orang yang dapat memberikan jawaban yang mengarah sesuai dengan teori, sedangkan 3 bidan kurang memahami tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan. Hal ini dilihat juga
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dengan adanya kasus infeksi baik data NAD dan RSUCM Maka penulis merumuskan permasalahannya adalah “Bagaimana Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan Di rumah Sakit Umum Cut Meutia Tahun 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan Di RSUD Cut Meutia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada proses persalinan.
b. Untuk mengetahui sikap bidan tentang pencegahan infeksi pada proses persalinan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai penambah literature tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan di Perpustakaan Akademi Kebidanan Ubudiyah.
2. Manfaat Praktis
Sebagai Penambah informasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada bidan tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan DI RSUD Cut Meutia Sehingga menambah pengetahuan yang lebih spesifik.
3. Manfaat bagi Penulis
Melalui Penelitian ini Peneliti dapat mengaplikasikan dan memperdalam ilmu yang telah di pelajari di bangku perkuliahan sehingga dapat mengerti tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan.
4. Manfaat bagi Bidan
Diharapkan bisa menjadi masukan sehingga bisa menerapkan tehnik pencegahan infeksi dengan baik dalam memberikan pelayanan kesehatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pencegahan Infeksi
1. Pengertian
Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat menatalaksana penyulit. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya. Juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya (Depkes RI, 2008)
2. Tujuan utama pencegahan infeksi
a. Mencegah infeksi umum
b. Meminimalkan resiko penyebaran penyakit yang berbahaya saperti hepatitis B dan HIV/AID kepada pasien, kepada petugas kesehatan, termasuk petugas kebersihan dan rumah tangga (Sarwono, 2002)
3. Prinsip-Prinsip dasar Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
a. Setiap individu (ibu, bayi baru lahir, maupun penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
b. Setiap individu harus dianggap beresiko terkena infeksi.
c. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh/selaput mukosa atau darah, harus diangap terkontaminasi sehinga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
d. Apabila tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (Widyastuti, 2009).
4. Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi
Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang membantu mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi lahir, dan para penolong persalinan) dan Ada berbagai praktek pencegahan infeksi yang membantu mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi lahir, dan para penolong persalinan) dan
a. Cuci tangan Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Prosedur cuci tangan :
1) Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.
2) Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.
3) Gosok dengan kuat kedua tangan, gunakan sabun biasa atau yang mengandung anti mikroba selama 15 sampai 30 detik (pastikan menggosok sela – sela jari). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
4) Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.
5) Biarkan tangan kering dengan cara diangin–anginkan atau keringkan dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
6) Bila menggunakan sabun padat (misalnya sabun batangan), gunakan dalam potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah yang berlubang-lubang untuk mencegah air menggenangi sabun tersebut.
7) Jangan mencuci tangan dengan jalan mencelupkannya ke dalam wadah berisi air meskipun air tersebut sudah ditambah larutan 7) Jangan mencuci tangan dengan jalan mencelupkannya ke dalam wadah berisi air meskipun air tersebut sudah ditambah larutan
8) Bila tidak tersedia air mengalir:
a) Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika akan membilas
b) Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir
c) Minta orang lain menyiramkan air ke tangan
d) Gunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba berbahan dasar alkohol (campurkan 100 mL 60-90% alkohol dengan 2 mL gliserin. Gunakan kurang lebih 2 mL dan gosok
kedua tangan hingga kering, ulangi tiga kali).
9) Keringkan tangan anda dengan handuk bersih dan kering. Jangan menggunakan handuk yang juga digunakan oleh orang lain. Handuk basah/lembab adalah tempat yang baik untuk mikroorganisme berkembang biak
10) Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan, kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di kamar mandi (Depkes RI, 2008).
b. Pemakaian Sarung Tangan Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya) atau peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.
Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk menangani setiap ibu atau bayi baru lahir setelah terjadi kontak langsung untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula. Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika sarananya sangat terbatas, sarung tangan bisa digunakan berulang kali jika dilakukan dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi. Jika sarung tangan sekali pakai digunakan berulang kali, jangan diproses lebih dari tiga kali karena mungkin telah terjadi robekan / lubang yang tidak terlihat atau sarung tangan dapat robek pada saat sedang digunakan (Depkes RI, 2008).
DISTRIBUSI TINDAKAN YANG MEMERLUKAN SARUNG TANGAN
Tabel 2.1 (Distribusi tindakan yang memerlukan sarung tangan)
Sarung Tangan Sarung Prosedur / Tindakan
Sarung
Tangan Yang
Desinfeksi Tangan Steril
Diperlukan
Tingkat Tinggi
Tidak atau suhu, menyuntik Mengambil contoh darah /
Memeriksa tekanan darah
Tidak
Tidak
Tidak pemasangan IV Menghisap lendir dari jalan
Ya
Tidak
Tidak napas bayi baru lahir Memegang dan
Ya
Ya
Tidak membersihkan peralatan yang terkontaminasi Memegang sampah yang
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak Tidak
Tidak Tidak darah atau cairan tubuh Sumber : Depkes RI, 2008
Ya
c. Pengelolaan Cairan Antiseptik Cara pencegahan kontaminasi larutan antiseptik dan desinfektan :
1) Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika pengenceran diperlukan)
2) Jika yang tersedia kemasan antiseptik besar, untuk pemakaian sehari –hari tuangkan ke dalam wadah lebih kecil (untuk mencegah penguapan dan kontaminasi)
3) Buat jadwal rutin yang tetap (misalnya tiap minggu) untuk menyiapkan larutan dan membersihkan wadah pemakaian sehari –hari (resiko kontaminasi pada cairan yang disimpan lebih dari satu minggu)
4) Berhati–hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil (pinggiran wadah larutan utama tidak boleh bersentuhan dengan wadah yang lebih kecil)
5) Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air serta membiarkannya kering dengan cara diangin –anginkan setidaknya sekali seminggu (tempelkan label bertuliskan tanggal pengisian ulang).
6) Menuangkan larutan antiseptik ke gulungan kapas atau kasa (jangan merendam gulungan kapas atau kasa di dalam wadah ataupun mencelupkannya ke dalam larutan antiseptik)
7) Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap (Depkes RI, 2008)
d. Pemrosesan Alat Bekas Pakai Pemrosesan peralatan (terbuat dari logam, plastik, dan karet) serta benda –benda lainnya dengan upaya pencegahan infeksi, direkomendasikan untuk melalui tiga langkah pokok yaitu :
1) Dekontaminasi Dekontaminasi adalah langkah pertama yang penting dalam menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks, jika menangani peralatan yang sudah digunakan atau kotor. Segera setelah digunakan, masukkan benda –benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Daya kerja larutan klorin akan cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh.
Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair adalah sebagai berikut:
% Larutan Konsentrat Jumlah Bagian Air 1 % Larutan Yang Diinginkan
Contoh: Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin
a) Jumlah Bagian Air
b) Tambahkan 9 bagian (pembulatan ke bawah dari 9,5) air ke dalam 1 bagian larutan klorin konsentrat (5,25%) Catatan: Air Tidak Perlu Dimasak (Depkes RI, 2008)
2) Pencucian dan pembilasan Pencucian adalah cara paling efektif mikroorganisme pada peralatan/perlengkapan yang kotor atau sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah dikontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci tangan dengan seksama secepat mungkin. Perlengkapan / bahan – bahan untuk mencuci peralatan :
a) Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks.
b) Sikat halus (boleh menggunakan sikat gigi)
c) Tabung suntik (minimal ukuran 10 ml, untuk membilas bagian dalam kateter, termasuk kateter penghisap lendir) c) Tabung suntik (minimal ukuran 10 ml, untuk membilas bagian dalam kateter, termasuk kateter penghisap lendir)
e) Air bersih.
f) Sabun atau deterjen Tahap –tahap pencucian dan pembilasan :
1) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan
2) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi
3) Agar tidak merusak benda – benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam
4) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati–hati : (1) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran. (2) Buka engsel gunting dan klem. (3) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan
pojok peralatan. (4) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal
pada peralatan. (5) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen. (6) Bilas benda–benda tersebut dengan air bersih
5) Ulangi prosedur tersebut pada benda–benda lain
6) Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT.
7) Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.
8) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan menggunakan air bersih
9) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan. Untuk mencuci kateter (termasuk kateter penghisap lendir), lakukan tahap- tahap berikut ini : (1) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan. (2) Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk
kateter penghisap lendir).
(3) Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen.
(4) Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih
(5) Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum dilakukan proses DTT (Depkes RI 2008).
3) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dan Sterilisasi Desinfeksi adalah suatu proses yang terjadi pada pembuangan semua mikroorganisme pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desinfeksi dilakukakan dengan melakukan bahan desinfektan melalui cara mencuci, mengoles, merendam dan menjemur, dengah tujuan mencegah terjadinya infeksi, dan mengondisikan alat bahan keadaan siap pakai.
Sterilisasi adalah upaya pembunuhan atau penghacuran semua bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi atau bahan kimia (Uliyah, 2008).
1) DTT dengan cara merebus: - Gunakan panci dengan penutup yang rapat - Gunakan air setiap kali mendesinfeksi peralatan - Rendam peralatan sehingga semuanya terendam di dalam air - Mulai panaskan air - Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih
- Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih - Pakai alat tersebut sesegera mungkin atau simpan dalam wadah tertutup dan kering yang telah di DTT.simpan selama satu minggu (Prawirohardjo, 2003).
- Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus. - Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan (jika peralatan dalam keadaan lembab maka tingkat pencapaian desinfeksi tingkat tinggi tidak terjaga).
- etelah peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka (Depkes RI, 2008).
2) DTT dengan uap panas :
a. Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap DTT dengan uap tanpa diberi talek
b. Gunakan panci perebus yang memiliki tiga susun nampan pengukus.
c. Gulungkan bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai, sarung tangan dapat dipakai tanpa membuat terkontaminasi baru.
d. Letakkan sarung tangan pada baki atau nampan pengukus yang berlubang di bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari d. Letakkan sarung tangan pada baki atau nampan pengukus yang berlubang di bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari
e. Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor
f. Letakkan penutup di atas panci pengukus paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat dan bahan bakar akan terbuang.
g. Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci pengukus, mulailah penghitungan waktu. Catat lamanya pengukusan sarung tangan dalam buku khusus
h. Kukus sarung tangan selama 20 menit
i. Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar i. Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar
kosong di sebelah kompor. k. Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung tangan tersusun di atas panci perebus yang kosong. Letakkan penutup di atasnya hingga sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi.
l. Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai kering di dalam panci selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera, biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau digunakan (Depkes RI, 2008).
m. Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering, gunakan cunam penjepit atau pinset desinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan tersebut dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi lalu tutup rapat (sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengukus yang berpenutup rapat). Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu.
3) DTT Kimiawi:
a) Letakkan peralatan yang kering, sudah didekontaminasi dan dicuci ke dalam wadah. Kemudian isi wadah tersebut dengan larutan kimia. Ingat : jika peralatan masih dalam kondisi basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka dapat terjadi pengeceran tambahan terhadap larutan tersebut dan membuatnya menjadi kurang efektif.
b) Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam
larutan kimia.
c) Rendam peralatan selam 20 menit
d) Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan
kimia di buku khusus.
e) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup.
f) Setelah kering peralatan dapat digunakan dengan segera atau disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup rapat (Depkes RI, 2008).
4) DTT kateter secara kimiawi:
a) Siapkan larutan klorin 0,5 %.
b) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan.
c) Letakkan kateter yang sudah dicuci dan kering di dalam larutan klorin. Gunakan tabung suntik steril atau desinfeksi tingkat tinggi yang besar untuk membilas bagian dalam kateter dengan larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter terendam dalam larutan.
d) Biarkan kateter terendam selama 20 menit.
e) Gunakan tabung suntik desinfeksi tingkat tinggi atau steril yang besar dan air yang direbus sedikitnya 20 menit untuk membilas kateter.
f) Biarkan kateter kering dengan cara diangin-anginkan dan kemudian segera digunakan atau disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi yang bersih (Depkes RI, 2008).
Selain DTT, petugas dapat menggunakan metode sterilisasi pada instrumen logam dan sarung tangan, yaitu :
(1) 0 Sterilisasi dengan otoklaf 106 kPa pada temperatur 121 C selama 30 menit jika instrumen terbungkus dan 20 menit jika
tidak terbungkus. (2) 0 Panas kering pada temperatur 170 C selama 60 menit.
(3) Instrumen disimpan dalam wadah steril yang berpenutup rapat.
Langkah –langkah pemrosesan alat bekas pakai tersebut dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut :
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0,5 % Selama 10 menit
CUCI DAN BILAS
Gunakan deterjen dan sikat Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam
Metode yang dipilih
STERILISASI
Metode alternatif
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI
Otoklaf
Panas Kering
Rebus / Kukus
Kimiawi
106 kPa 0 170 C Panci
Rendam 20
121 0 C 60 menit
jika terbungkus
20 menit jika tidak terbungkus
DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN
(Peralatan yang sudah diproses biasa disimpan dalam wadah tertutup yang didesinfeksi tingkat tinggi sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka)
Sumber : Depkes RI, 2008
Gambar 2.1 Dekontaminasi
PEMROSESAN PERALATAN BEKAS PAKAI DISTRIBUSI EFEKTIVITAS TINDAKAN DALAM PEMROSESAN ALAT BEKAS PAKAI
Tabel 2.2 (Pemrosesan peralatan bekas pakai distribusi efektivitas tindakan dalam pemrosesan alat bekas pakai)
Dekontaminasi DTT Sterilisasi
(hanya air)
dan pembilasan)
Efektivitas Membunuh Hingga50% Hingga 80% 95 % 100 % (menghilangkan virus AIDS dan atau menon-
Hepatitis aktifkan mikro organisme) Waktu kerja
Rendam selama Cuci Cuci hingga Rebus Kukus : yang di
kukus 20-30 perlukan agar
atau menit 106 proses berjalan
bersih
bersih
secara kPa, aktif 0 kimiawi 121 C
20 Panas menit
kering :
60 menit pada suhu
170 0 C Sumber : Depkes RI, 2008
e. Pengelolaan Sampah Medis Sampah merupakan suatu bahan yang berasal dari kegiatan manusia dan sudah tidak dipakai atau sudah di buang oleh manusia. sampah di bagi menjadi 3, yaitu sampah padat, cair dan gas (Uliyah, 2008).
a) Tujuan pembuangan sampah Mencegah penyebaran infeksi dan luka tusuk kepada petugas pelayanan kesehatan yang menangani sampah, mencegah pada penyebaran infeksi kemasyarakat setempat (Depkes RI, 2008).
Sampah terdiri dari yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini difokuskan kepada sampah terkontaminasi (darah, nanah, urin, kotoran manusia, dan benda-benda yang tercemar oleh cairan tubuh) yang berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut, termasuk anggota masyarakat.
Pengelolaan sampah terkontaminasi meliputi:
1) Setelah selesai melakukan suatu tindakan dan sebelum melepaskan sarung tangan, letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dan lain-lain) ke dalam tempat sampah kedap air/kantong plastik sebelum dibuang.
2) Hindarkan terjadinya kontak sampah terkontaminasi dengan permukaan luar kantong.
3) Pembuangan benda–benda tajam yang terkontaminasi dengan menempatkannya dalam wadah tahan bocor (misalnya botol air mineral dari plastik atau botol infus), kotak karton yang tebal atau wadah yang terbuat dari logam.
4) Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya.
5) Bersihkan percikan darah dengan larutan klorin 0,5% kemudian seka dengan kain atau pel.
6) Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi debu.
7) Bersihkan tempat tidur, meja, dan troli dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen.
8) Seka celemek dengan klorin 0,5%.
9) Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu, Seka lantai
dengan campuran klorin 0,5% dan deterjen.
10) Gunakan sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks.
11) Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah terkumpulnya debu. Bila terpecik darah segera bersihkan dengan klorin 0,5% (Depkes RI, 2008)
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan Terhadap suatu objek penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni penginderaan, penglihatan, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan , yaitu:
a. Tahu (Know) Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya termasuk di dalamnya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang bersifat spesifik dari seluruh bahan yang telah di pelajari atau rangsangan yang telah di terima
oleh karena itu ,”Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension) Memahami di artikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek. yang di ketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah di pelajari.
c. Aplikasi (Application) Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumusan, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen , tetapi masih di dalam suatu sruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata ini sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi –formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian- penilaian yang didasarkan pada suatu kriteria- kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
3. Sumber Pengetahuan
Menurut Muliono (2007), pengetahuan di pengaruhi oleh beberapa sumber di antaranya:
a. Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat a. Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat
b. Media Media Yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media masa ini adalah televisi, radio, Koran, dan majalah.
c. Keterpaparan informasi Pengertian informasi menurut oxford English Dictionary,
adalah “that of which one aspprised or rold “intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat
di ketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana di artikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi di karenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat di uraikan (intangible), sedangkan informasi itu di jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
menyimpan,
C. Sikap
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus tertentu atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Neucomb salah seorang psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan pre disposisi tindakan atau prilaku (Notoatmojo, 2007).
Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbedas suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan sikap adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu (Purwanto, 1998).
Dalam bagian lain Alfort (1945) dalam Sukidjo Notoadmojo (2007) menjelaskan bahwa setiap mempunyai komponen pokok yaitu kepercayaan (kayakinan), keluarga dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Sikap terdiri dari berbagai tindakan:
1. Menerima (receiving) Diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan atau objek.
2. Merespon (responding) Yaitu jawaban apabila ditanya mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valving) Yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible) Merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.
D. Kerangka Teori
Berdasarkan tujuan dan tinjauan pustaka maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:
Domain Kognitif
- Tahu - Memahami
- Aplikasi
- Analisis - Sintesis
Kategori
- Evaluasi - Baik - Cukup
- Kurang - Media
Pengetahuan dan sikap
- Pendidikan
bidan tentang
Kategori
- Keterpaparan
- Positif Informasi
pencegahan infeksi
pada proses persalinan -negatif
- Pengertian pencegahan infeksi pada
proses persalinan - Tujuan utama pencegahan infeksi
- Prinsip dasar pencegahan infeksi - Cara pencegahan infeksi
- Sikap
Gambar 2.2
Kerangka teori Modifikasi Machfoedz (2009), Notoatmodjo (2005),
Muliono (2007) , Depkes RI (2008)
Keterangan :
= Tingkat domain yang digunakan dalam penelitian = Ada hubungn / ada pengaruh (tidak diteliti) = Diperoleh dari (tidak diteliti) = Dimensi tingkat pengetahuan pencegahan infeksi pada proses
persalinan = Yang diteliti = Kategori yang digunakan
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Variabel Penelitian
Dari hasil tinjauan kepustakaan dan kerangka teori, maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian ini yang terdiri dari input proses output. Dalam penelitian ini secara sistematis dapat digambarkan menurut Notoadmojo (2010) sebagai berikut:
- Bidan RSUD
Baik
Pengetahuan tentang
Cukup Cut Meuti
pencegahan infeksi
Kurang
pada prsoses persalinan
- Sikap tentang pencegahan infeksi
pada proses persalinan
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional NO Variabel
Skala Hasil
ukur Ukur
1. Pengetahuan Hasil tahu Penyebaran Kuesioner Ordinal Baik bidan
Cukup tentang
seseorang
Kuesioner
Kurang pencegahan menyelesaikan infeksi pada program proses
yang telah
pendidikan
persalinan
bidan dan telah di akui oleh pemerintah
2. Sikap bidan Respond an Penyebaran Kuesioner Ordinal Baik dalam
Cukup pencegahan ditunjukkan
prilaku yang
Kuesioner
Kurang Infeksi
bidan dalam menerapkan bagian esensial dalam pertolongan persalinan
C.Cara Pengukuran Variabel
1. Untuk Mengetahui Pengetahuan Untuk variabel pengetahuan penulis memasukkan kuesioner berisi 10 pertanyaan. Dalam memberi nilai penulis mengunakan:
a. Jika responden mampu menjawab dengan benar maka di beri nilai 1
b. Jika responden tidak mampu menjawab maka di beri nilai 0 Kemudian penulis melakukan pengkatagori, Menurut teori (Macfoedz, 2009) sebagai berikut:
1. Baik : Jika responden mampu menjawab dengan benar maka di beri Nilai 76- 100%
2. Cukup : Jika responden mampu menjawab sebagian maka di beri Nilai
56- 75%
3. Kurang : Jika responden tidak mampu menjawab maka di beri Nilai
40- 55%
2. Untuk mengetahui Sikap Pengukuran sikap berupa pertanyaan yang berjumlah 10 pertanyaan dengan membuat kuesioner sikap atau pendapat dalam bentuk cheklist. Pengukuran sikap dilakukan dengan skala likert yaitu : sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk pernyataan positif nilainya: SS = 5, S = 4, RR = 3, TS = 2, STS = 1 Untuk pernyataan negatif nilainya: SS = 1, S =2, RR =3, TS = 4, STS = 5.
Untuk mengetahui sikap berdasarkan dari jawaban yang telah diberikan atas pertanyaan maka diperoleh kategori sikap yaitu : positif, bila x ≥ mean dan negatif, bila x ≤ mean. Dengan menggunakan rumus
mean :
Keterangan : x : rata-rata ∑ x : jumlah variabel n : jumlah kasus dari data variabel (Notoatmojo, 2003)
3. Variabel pencegahan infeksi pada persalinan
1) Jika responden menjawab dilakukan maka diberi nilai 1
2) Jika responden menjawab tidak dilakukan maka diberi nilai 0 Kemudian penulis melakukan pengkatagori, Menurut teori (Macfoedz, 2009) sebagai berikut:
1. Baik : Jika responden mampu menjawab dengan benar maka di beri Nilai 76- 100%
2. Cukup : Jika responden mampu menjawab sebagian maka di beri Nilai
56- 75%
3. Kurang : Jika responden tidak mampu menjawab maka di beri Nilai
40- 55%
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif Notoatmodjo (2005). Untuk melihat gambaran pengetahuan dan Sikap bidan tentang pencegahan infeksi di pada proses persalinan RSUD Cut Meutia.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua bidan yang bertugas diruang bersalin dan nifas berjumlah 42 bidan.
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh populasi dijadikan sampel yaitu 42 orang.
C. Lokasi dan waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Cut Meutia Tahun 2011
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini pada 25 – 27 Oktober 2011
D. Cara Pengumpulan Data
Data yang diperoleh adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dilapangan dengan membagi kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan jawabannya dan responden mengisi jawaban sesuai dengan pendapatnya.
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.
F. Pengolahan Data
Sesudah dilakukan pengumpulan data maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara sebagai berikut:
a. Editing Yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner.
b. Coding Yaitu mengklasifikasi jawaban menurut macamnya dan memberikan kode tertinggi yang bertujuan untuk mempermudah pengolahan data.
c. Tabulasi Yaitu memasukkan data dalam bentuk table untuk dianalisa (budiarto 2002)
G. Analisa Data
Penelitian ini hanya bersifat deskriptif, semua data yang diperoleh dari hasil kuesioner dianalisis dan dihitung dengan menggunkan rumus: (Mahfoedz, 2009)
f P=
x 100 %
N Dimana : P = persentase
f = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah soal
H. Kesulitan Peneliti