PENETAPAN KADAR ASIKLOVIR PADA SEDIAAN TABLET MENGGUNAKAN PELARUT HCl SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

  PENETAPAN KADAR ASIKLOVIR PADA SEDIAAN TABLET MENGGUNAKAN PELARUT HCl SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

  Oleh: Tiwi Anggraini

  NIM : 078114106 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  2011

  

PENETAPAN KADAR ASIKLOVIR PADA SEDIAAN TABLET MENGGUNAKAN

PELARUT HCl SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  

Program Studi Farmasi

  Oleh: Tiwi Anggraini

  NIM : 078114106 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  2011 Persetujuan Pembimbing

  

PENETAPAN KADAR ASIKLOVIR PADA SEDIAAN TABLET MENGGUNAKAN

PELARUT HCl SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

  Skripsi yang diajukan oleh: Tiwi Anggraini

  NIM : 078114106 telah disetujui oleh: Pembimbing Utama Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt.

  Tanggal : 10 Agustus 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 8 Oktober 2011 Penulis

  Tiwi Anggraini

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Tiwi Anggraini Nomor Mahasiswa : 078114106

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

PENETAPAN KADAR ASIKLOVIR PADA SEDIAAN TABLET

MENGGUNAKAN PELARUT HCl SECARA SPEKTROFOTOMETRI

ULTRAVIOLET

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 8 Oktober 2011 Yang menyatakan (Tiwi Anggraini)

  

PRAKATA

  Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan bimbingan-Nya kepada penulis selama menyelesaikan penelitian ini.

  Skripsi berjudul “Penetapan Kadar Asiklovir pada Sediaan Tablet Menggunakan Pelarut HCl secara Spektrofotometri Ultraviolet” ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang telah memberikan saran, kritik, dan dukungan kepada penulis, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

  1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan pengarahan, masukan, kritik dan saran baik selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

  3. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang bermanfaat untuk skripsi ini.

  4. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang bermanfaat untuk skripsi ini.

  5. PT. Novell Pharmaceutical Laboratories yang telah bersedia memberikan baku Asiklovir yang berguna dalam skripsi.

  6. Mike dan Ibu Endang Wijayanti yang telah bersedia memberikan HCl untuk penelitian ini.

  7. Segenap dosen dan karyawan atas ilmu dan pengalaman yang berharga sehingga berguna dalam proses penyusunanan skripsi.

  8. Pak Parlan, Mas Kunto, dan Mas Bimo selaku laboran Laboratorium Kimia Analisis, Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium Kimia Analisis Instrumental, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak membantu selama proses penelitian di laboratorium.

  9. Papa, Mama, dan Adjie yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan sampai akhirnya skripsi ini selesai.

  10. Teman-teman FST 07 dan kelas C 2007 atas segala dukungan, semangat dan persahabatan yang terjalin selama perkuliahan.

  11. Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak tertulis di sini, terima kasih atas semua bantuannya.

  Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….….. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………........... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………… iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………………… v PRAKATA ……………………………………………………………… vi DAFTAR ISI ……………………………………………………………. viii DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xiii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xiv

  INTISARI ……………………………………………………………….. xv

  

ABSTRACT ……………………………………………………………… xvi

  BAB I PENGANTAR …………………………………………………... 1 A. Latar Belakang ………………………………………………........... 1

  1. Permasalahan ………………………………………………….. 3

  2. Keaslian Penelitian …………………………………………….. 3

  3. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 4

  B. Tujuan Penelitian ……………………………………………........... 4

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ……………………………............ 5 A. Asiklovir ……………………………………………………………. 5 B. Penetapan Kadar Asiklovir yang Pernah Dilakukan ……….............. 6

  C. Spektrofotometri Ultraviolet ……………………………………….. 7

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….. 19 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………………. 19 B. Variabel Penelitian ………………………………………................. 19

  1. Pembuatan Larutan Asam Klorida 0,1 N ……………………… 20

  F. Tata Cara Penelitian …………………………………………........... 20

  E. Alat …………………………………………………………………. 20

  D. Bahan ……………………………………………………………….. 20

  C. Definisi Operasional …………………………………………........... 19

  3. Variabel Pengacau Terkendali ………………………………… 19

  2. Variabel Tergantung ……………………………………........... 19

  1. Variabel Bebas ………………………………………………… 19

  F. Hipotesis ……………………………………………………………. 18

  D. Validasi Metode Analisis ……………………………………........... 13

  E. Landasan Teori ………………………………………………........... 17

  6. Akurasi (ketepatan) ……………………………………………. 15

  5. Presisi (keterulangan) ………………………………………….. 14

  14

  4. Batas deteksi (Limit of Detection) dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation ) …………………………………...........................

  3. Rentang …………………………………………………........... 14

  2. Linearitas ………………………………………………………. 13

  1. Spesifisitas …………………………………………………….. 13

  2. Pembuatan Larutan Induk Asiklovir 1 mg/mL …………........... 21

  3. Pembuatan Larutan Intermediet Asiklovir 0,1 mg/mL …........... 21

  4. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum …………. 21

  5. Pembuatan Larutan Seri Kurva Baku Asiklovir ………............. 21

  6. Penentuan rentang ………………………………………........... 22

  7. Penentuan nilai batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) …………………………………………………………..

  22

  8. Preparasi sampel ………………………………………………. 22

  9. Pengujian spesifisitas ………………………………………….. 22

  10. Pengujian akurasi …………...…………………………………. 23

  11. Penentuan presisi…………...…………………………………... 23

  G. Analisis Hasil ………………………………………………………. 24

  1. Panjang gelombang serapan maksimum ……………...………… 24

  2. Spesifisitas ………………………………………………………. 24

  3. Penentuan linearitas dan rentang …………………………........... 25

  4. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) ………………. 25 5.

  Penentuan nilai absorptivitas molar (ε) ......................................... 25

  6. Penentuan presisi …………………………………………........... 25

  7. Penentuan akurasi ……………………………………………….. 26

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 27 A. Pemilihan Sampel ……………………………………………........... 27 B. Pembuatan Larutan Asiklovir …...………………………………… 28 C. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Pengukuran … 28 D. Pembuatan Kurva Baku Asiklovir ………………………….……… 30

  E. Penentuan Nilai Absorptivitas Molar ( ) ........................................... 32

  ε

  F. Validasi Metode ………………………………………….………… 33

  1. Spesifisitas ……………………………………….……………… 33

  2. Linearitas ……………………………………………….….......... 34

  3. Rentang ………………………………………………………….. 35

  4. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) ……….……… 37

  5. Akurasi …………….……………………………………………. 39

  6. Presisi ……..……………………………………………….......... 40

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………............ 43 A. Kesimpulan ……................................................................................ 43 B. Saran …………………………………………………………........... 43 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………........... 44 LAMPIRAN …………………………………………………………….. 47 BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………….. 69

  DAFTAR TABEL

  Tabel I. Kriteria penerimaan presisi pada konsentrasi analit

  yang berbeda …………………………………….……

  15 Tabel II. Kriteria penerimaan akurasi pada konsentrasi analit

  yang berbeda …………………………………………

  16 Tabel III. Parameter analitik yang harus dipertimbangkan untuk tipe prosedur analitik yang berbeda ………………….

  17 Tabel IV. Data replikasi seri kurva baku asiklovir ……………..

  30 Tabel V. Data replikasi seri kurva baku asiklovir dengan penyesuaian satuan kadar …………………………….

  31 Tabel VI. Perhitungan nilai absorptivitas molar .……………….

  32 Tabel VII. Data replikasi seri kurva baku dalam penetapan rentang ………………………………………………...

  36 Tabel VIII. Data absorbansi blangko larutan HCl 0,1 N …..……… 38 Tabel IX. Hasil penetapan perolehan kembali asiklovir dalam tablet asiklovir “X” secara spektrofotometri UV.….….

  39 Tabel X. Hasil penetapan keterulangan asiklovir dalam tablet asiklovir “X” secara spektrofotometri UV …................

  40

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Struktur Asiklovir ……………………………………... 5 Gambar 2. Diagram Tingkat Energi Elektronik …………………... 9 Gambar 3. Reaksi antara asiklovir dan HCl ………………………. 28 Gambar 4. Spektra absorbansi maksimum asiklovir HCl pada 3 konsentrasi …………………………………………......

  29 Gambar 5. Konsentrasi asiklovir versus absorbansi (replikasi II) … 32 Gambar 6. Spektra sampel dan baku asiklovir kadar 2; 4; dan 7 µg/mL ………………………………………………….

  34 Gambar 7. Grafik linearitas larutan asiklovir pada kadar 3 – 14 µg/mL (replikasi I) ….……………………………..…..

  37

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Sertifikat Analisis Asiklovir dari PT. Novell Pharmaceutical Laboratories ………………………

  48 Lampiran 2. Data penimbangan baku asiklovir …………………

  49 Lampiran 3. Spektra hasil penentuan panjang gelombang maksimum asiklovir ………………………………...

  53 Lampiran 4. Data pengujian spesifisitas ………………………...

  57 Lampiran 5. Perhitungan persamaan kurva baku asiklovir ……….. 61 Lampiran 6. Perhitungan nilai koefisien variansi pada penentuan rentang ……………………………………………….

  63 Lampiran 7. Perhitungan LOD dan LOQ ………………………….

  64 Lampiran 8. Perhitungan akurasi tablet asiklovir “X” ……………. 65 Lampiran 9. Perhitungan presisi tablet asiklovir “X” …………….. 67

  

INTISARI

  Asiklovir merupakan obat antiviral yang biasanya terdapat dalam sediaan tablet, injeksi, dan salep. Aktifitas farmakologi asiklovir tergantung pada ketepatan dan keseragaman dosis. Perlu adanya penelitian untuk menetapkan kadar asiklovir dalam bentuk sediaan untuk menjamin mutu dan kualitas sediaan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menetapkan kadar asiklovir dalam sediaan tablet.

  Penelitian ini bersifat non eksperimental deskriptif. Asiklovir merupakan basa lemah dengan satu gugus amina primer yang memiliki gugus kromofor dan auksokrom sehingga dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet. Penetapan kadar Asiklovir dilakukan dengan memasukkan hasil serapan asiklovir ke dalam persamaan kurva baku yang didapat dari hasil analisis regresi linier antara kadar asiklovir dan absorbansinya. Kevalidan metode ini dilihat dari parameter spesifisitas, linearitas, batas deteksi, batas kuantitasi, rentang, presisi, dan akurasi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r) persamaan garis linier kurva baku sebesar 0,999; LOD dan LOQ masing-masing 0,025 µg/mL dan 0,083 µg/mL; perolehan kembali sebesar 99,05%; dan koefisien variansi sebesar 0,43%. Aplikasi metode penetapan kadar pada sediaan tablet asiklovir menunjukkan kadar rata-rata asiklovir dalam tablet adalah 402,33 mg. Disimpulkan bahwa tablet asiklovir yang diuji memenuhi persyaratan kadar tablet dalam Farmakope Indonesia.

  Kata kunci : Asiklovir, spektrofotometri ultraviolet, penetapan kadar.

  

ABSTRACT

  Acyclovir is an antiviral drug that is usually contained in tablets, injections, and ointments dosage form. Pharmacological activity of acyclovir depends on the accuracy and uniformity of dosage. Need for research to establish levels of acyclovir in dosage forms to ensure the quality and the quality of such preparations. This study aims to determine levels of acyclovir in tablets dosage form.

  This research is a type of non-experimental descriptive studies. Acyclovir is a weak base with a primary amine group which has a chromophore group and auxochrome so its level can be determined by spectrophotometry ultraviolet levels. Assay of acyclovir is done by spectrophotometry method using standard curve equation derived from the results of linear regression analysis between acyclovir standard concentration and absorbance. Validity of this method is seen from specificity, linearity, detection limit, quantitation limit, range, precision, and accuracy.

  The results showed that the correlation coefficient (r) linear equation for standard curve 0.999; LOD and LOQ respectively 0.025 µg/mL and 0.083 µg/mL; recoveries of 99.05%; and 0.43% coefficient of variance. Application of the assay method in tablets acyclovir showed average levels of acyclovir in tablets was 402.33 mg. It can be concluded that the tablets acyclovir levels is fulfill the requirements of tablets in Indonesian Pharmacopoeia.

  Keywords: acyclovir, ultraviolet spectrophotometry, determination

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Asiklovir adalah obat antivirus yang secara klinis terbukti efektif untuk

  pengobatan infeksi virus herpes simplex tipe I dan II, virus varicella zoster, herpes genital primer dan sekunder, juga herpes neonatorum (Hardjasaputra, Budipranoto, Sembiring, dan Kamil, 2002). Whitley et al. (1986) menyebutkan, dibanding obat antivirus lain, misalnya vidarabine, asiklovir lebih efektif dalam mengobati penyakit akibat virus DNA (deoxyribonucleic acid ) dan lebih aman bila dibandingkan dengan Ganciclovir dalam mengobati penyakit akibat

  citomegalovirus .

  Asiklovir memiliki bioavailabilitas rendah (hanya 15% hingga 30% dosis yang diabsorpsi dari saluran gastrointestinal). Asiklovir diserap secara lambat dan sedikit dalam saluran gastrointestinal dan waktu untuk mencapai kadar puncak adalah 1,5 hingga 2 jam. Dengan pemberian secara multidosis, kadar tunak plasma dapat dicapai dalam waktu 2 hari (Dollery, 1999). Asiklovir aman digunakan pada individu yang mengalami masalah pada sistem imunnya. Selain digunakan untuk pengobatan penyakit-penyakit akibat virus seperti disebutkan di atas, penelitian menunjukkan bahwa asiklovir juga dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan pasien penderita AIDS (Dollery, 1999) sehingga asiklovir berpotensi untuk pengobatan penyakit AIDS.

  Bentuk sediaan asiklovir yang beredar di pasaran yaitu berupa tablet, salep, dan larutan injeksi. Tablet asiklovir mengandung asiklovir 200 dan 400 mg.

  Pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapeutik yang diharapkan. Salah satu persyaratan mutu adalah kadar yang dikandung harus memenuhi persyaratan kadar seperti yang tercantum dalam Farmakope Indonesia. Tablet asiklovir mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari kadar yang tertera pada label.

  Penetapan kadar asiklovir dalam sediaan tablet bertujuan untuk menetapkan kadar asiklovir dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran apakah memenuhi persyaratan mutu obat sehingga dengan kadar yang tepat obat dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki. Penetapan kadar asiklovir dalam Farmakope Indonesia IV tahun 1995 dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Metode kromatografi cair kinerja tinggi memiliki kepekaan analisis yang tinggi. Berdasarkan British Pharmacopoeia 2011 tahun 2010, asiklovir dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet. Asiklovir memiliki gugus kromofor dan gugus auksokrom sehingga asiklovir dapat menyerap radiasi pada panjang gelombang di daerah ultraviolet. Pelarut yang digunakan yaitu HCl 0,1 N karena berdasarkan strukturnya, asiklovir merupakan basa lemah dengan satu gugus amina primer sehingga sukar larut dalam pelarut air, namun lebih mudah larut dalam pelarut HCl 0,1 N (Anonim, 2005).

  Metode penetapan kadar asiklovir secara spektrofotometri ultraviolet menggunakan pelarut HCl 0,1 N ini merupakan metode alternatif yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar asiklovir secara rutin agar sediaan asiklovir yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu. Metode spektrofotometri merupakan metode yang cukup mudah dan cepat untuk dilakukan, serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik, sehingga dapat digunakan untuk menetapkan kadar suatu senyawa.

1. Permasalahan

  a. Berapakah kadar asiklovir dalam sediaan tablet asiklovir merk “X” yang beredar di pasaran? b. Apakah kadar asiklovir dalam tablet memenuhi ketentuan yang tertera dalam

  Farmakope Indonesia edisi IV yaitu tablet asiklovir mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih 110% C

8 H

  

11 N

  5 O 3 yang tertera pada label kemasan? 2.

   Keaslian Penelitian

  Penelitian tentang penetapan kadar asiklovir pada sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet mengunakan pelarut HCl 0,1 N ini mengacu pada penetapan kadar dalam British Pharmacopoeia 2011 tahun 2010. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dalam acuan yakni sampel yang digunakan, laboratorium, spesifikasi alat, dan peneliti.

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat metodologis . Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai metode penetapan kadar asiklovir secara spektrofotometri ultraviolet.

  b. Manfaat praktis . Penelitian ini dapat menyediakan metode alternatif untuk penetapan kadar asiklovir yang dapat dimanfaatkan oleh industri dan peneliti lain.

B. Tujuan Penelitian

  a. Mengetahui kadar asiklovir dalam sediaan tablet asiklovir merk “X” yang beredar di pasaran.

  b. Mengetahui apakah kadar asiklovir dalam tablet memenuhi ketentuan yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi IV yaitu tablet asiklovir mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih 110% C

  8 H

  11 N

  5 O 3 yang tertera pada label kemasan.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Asiklovir Asiklovir (gambar 1) adalah analog nukleosida purin sintetik dengan

  aktivitas inhibisi secara in vitro dan in vivo pada jenis virus herpes simpleks 1 (HSV-1), 2 (HSV-2), dan virus varicella-zoster (VZV) (Anonim, 2007).

  Toksisitas akut (LD

  50 ) asiklovir ketika diberikan secara oral lebih besar dari 1

  g/kg, karena bioavailabilitas oral yang rendah (15-30%). Aktivitas antiviral asiklovir yaitu dengan bertindak sebagai substrat yang menghambat DNA polymerase pada virus (Testereci et al., 1998). Di dalam sel yang terinfeksi virus herpes, asiklovir mengalami fosforilasi menjadi bentuk aktif asiklovir-trifosfat, 30-100 kali lebih cepat daripada di dalam sel yang tidak terinfeksi. Asiklovir trifosfat menghambat sintesa DNA virus tanpa mempengaruhi proses sel yang normal (Hardjasaputra dkk., 2002).

  Asiklovir berupa serbuk berbentuk kristal berwarna putih, dengan rumus molekul C

  8 H

  11 N

  5 O 3 dan bobot molekul 225 g/mol. Kelarutan maksimum dalam

  air pada suhu 37 C adalah 2,5 mg/mL. Nilai pKa asiklovir yaitu 2,27 dan 9,25 (Anonim, 2007). Nama kimia asiklovir adalah 9-(2-hidroksi-etoksi)metil guanin.

  Rumus struktur asiklovir yaitu sebagai berikut: O N H N N 2 HN

N

H C CH 2 2 OH H C O

2

  Tablet asiklovir yang beredar di pasaran mengandung asiklovir 200 mg dan 400 mg. Tablet asiklovir yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tablet asiklovir yang mengandung asiklovir 400 mg. Tiap tablet mengandung 400 mg asiklovir, magnesium stearat, microcrystalline cellulose, povidone, dan sodium

  

strach glycolate (Anonim, 2007). Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995

  menyebutkan bahwa tablet asiklovir mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% C

  8 H

  11 N

  5 O 3 jumlah yang tertera pada label. Tablet asiklovir harus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar terkendali.

B. Penetapan Kadar Asiklovir yang Pernah Dilakukan

  Penetapan kadar asiklovir secara spektrofotometri ultraviolet menggunakan pelarut HCl 0,1 M pernah dilakukan sebelumnya dalam British Pharmacopoeia 2011 tahun 2010. Larutan uji asiklovir di-scanning pada panjang gelombang 230-350 nm. Panjang gelombang maksimum yang didapatkan yaitu pada 255 nm dan lebar bahu spektra di sekitar panjang gelombang 274 nm.

  Penelitian mengenai penetapan kadar asiklovir secara spektrofotometri ultraviolet juga pernah dilakukan oleh Gandhi et al. (2006). Asiklovir dilarutkan dalam akuades lalu diukur absorbansinya pada λmaks 253 nm. Absorbansi yang terukur dimasukkan ke persamaan kurva baku yang telah diperoleh sehingga dapat diketahui kadarnya.

  Penelitian lain mengenai penetapan kadar asiklovir secara spektrofotometri yang pernah dilakukan oleh Darwish et al. (2006) yaitu menggunakan agen pengoksidasi amonium sulfat, kalium permanganat, amonium metavanidate, kromium trioksida, dan kalium dikromat. Penetapan kadar ini dilakukan dengan mereaksikan asiklovir menggunakan beberapa agen pengoksidasi tersebut dimana agen pengoksidasi dibuat berlebih. Larutan yang terbentuk diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer visibel dan kadar asiklovir sebanding dengan absorbansi larutan.

  Penelitian lain mengenai penetapan kadar asiklovir secara spektrofotometri yang pernah dilakukan yaitu menggunakan kompleksasi logam yang pernah dilakukan oleh Mustafa et al. (2001). Asiklovir direaksikan dengan

  

copper (II) dan cobalt (II) menggunakan bufer NaOH, Na-borat pH 9 dalam

  medium berair 1% piridin dalam metanol. Kompleks yang terbentuk memiliki absorbansi maksimum pada panjang gelombang 290 nm dan 287 nm.

  Metode lainnya yaitu penetapan kadar asiklovir dalam serum menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor fluoresensi yang pernah dilakukan oleh Testereci et al. (1998). Sampel dideproteinisasi dengan asam lalu diektraksi dengan 30% HClO untuk mengendapkan protein yang masih

  4

  tersisa. Fase gerak yang digunakan yaitu pelarut organik HClO

  4 0,02 M yang disiapkan dalam akuabides yang dialirkan secara isokratik.

C. Spektrofotometri Ultraviolet

  Spektrofotometri ultraviolet adalah teknik analisis spektroskopik yang menggunakan sumber sinar ultraviolet (190-380 nm) dengan instrumen spektrofotometer. Hasil pembacaan absorbansi disebut sebagai absorban (A) dan tidak memiliki satuan, sedangkan hasil pembacaan transmitansi disebut transmitan dan memiliki satuan %T (Mulja dan Suharman, 1995).

  Absorpsi energi direkam sebagai absorban, dan pada suatu panjang gelombang didefinisikan sebagai:

  A = log (1)

  dengan A = absorban

  Io = intensitas berkas cahaya rujukan I = intensitas berkas cahaya contoh (Fessenden dan Fessenden, 1994).

  Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang (Fessenden dan Fessenden, 1994).

  Adanya radiasi ultraviolet dan cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia.

  Absorbsi cahaya tampak meningkatkan energi elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton memungkinkan elektron-elektron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar ke orbital baru yang lebih tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah tampak karena mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi (Day dan Underwood, 2002).

  Transisi elektron yang mungkin terjadi seperti ditunjukkan pada gambar 2, yaitu:

  

Gambar 2. Diagram Tingkat Energi Elektronik

  1) Transisi σ → σ*

  Transisi ini terjadi pada daerah ultraviolet jauh, membutuhkan energi yang besar dan terjadi pada molekul yang memiliki ikatan tunggal. Elektron di orbital

  σ bonding akan tereksitasi ke orbital σ* antibonding (Mulja dan Suharman, 1995).

  2) Transisi n → π* dan π → π*

  Transisi n → π* terjadi pada senyawa yang memiliki elektron n

  nonbonding yang tereksitasi ke orbital

  π* antibonding. Sedangkan transisi π → π* terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan rangkap dua atau tiga (alkena dan alkuna) yang menyerap energi yang sesuai dan terjadi pada daerah ultraviolet dekat (Mulja dan Suharman, 1995). Sebagian besar penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa organik didasarkan pada transisi ini. Energi yang diperlukan untuk transisi ini menghasilkan absorban maksimum pada daerah 200- 700 nm (Khopkar, 1990). 3) Transisi n

  → σ* Senyawa-senyawa jenuh yang mengandung hetero atom seperti nitrogen, oksigen, belerang, atau halogen memiliki elektron n menyendiri (unshared). Senyawa-senyawa hetero atom menunjukkan jalur serapan yang kemungkinan disebabkan oleh transisi elektron-elektron dari orbital tak berikatan atom-atom hetero ke orbital anti ikatan σ*. Transisi n → σ* membutuhkan tenaga yang lebih sedikit daripada transisi σ → σ*. Namun demikian kebanyakan senyawa -senyawa dalam kelas ini tidak menunjukkan serapan di daerah ultraviolet dekat (Mulja dan Suharman, 1995).

  Keadaan dasar suatu molekul organik mengandung elektron-elektron valensi dalam 3 tipe utama orbital molekul: orbital sigma (

  σ); orbital phi (π); dan

  orbital terisi tetapi tak terikat (n). Baik orbital

  σ maupun π dibentuk dari tumpang

  tindih 2 orbital atom atau hibrid. Oleh karena itu, masing-masing orbital molekul ini mempunyai suatu orbital

  σ* atau π* antibonding yang berikatan dengannya.

  Suatu orbital yang mengandung elektron

  π tidak mempunyai suatu orbital

  antibonding. Transisi-transisi elektron mencakup promosi suatu elektron dari salah satu dari 3 keadaan dasar (

  σ, π, atau n) ke salah satu dari 2 keadaan eksitasi

  (

  

σ* atau π*). Pada daerah UV, transisi yang berguna (200-400 nm) adalah ππ*

  untuk senyawa dengan ikatan rangkap berkonjugasi serta beberapa transisi n σ* dan n

  → π* (Fessenden dan Fessenden, 1994).

  Pemisahan tenaga yang paling tinggi diperoleh bila elektron-elektron dalam ikatan tereksitasi yang menimbulkan serapan dalam daerah dari 120-200 nm. Daerah ini dikenal sebagai daerah Ultra Violet (UV) vakum dan relatif tidak banyak menimbulkan keterangan. Transisi yang terjadi yaitu: π → π* untuk ikatan rangkap menyendiri dan σ → σ* untuk ikatan -ikatan karbon biasa. Daerah yang paling berguna dari spektrum UV adalah daerah dengan panjang gelombang di atas 200 nm. Transisi yang terjadi pada daerah ini adalah π → π* untuk senyawa dengan ikatan rangkap berkonjugasi serta beberapa transisi n → σ* dan n → π* (Fessenden dan Fessenden, 1994).

  Absorbsi untuk transisi elektron seharusnya tampak pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu spektrum garis atau peak tajam namun ternyata berbeda. Baik spektrum UV maupun spektrum tampak terdiri dari pita absorbsi, lebar pada daerah panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar dan keadaan eksitasi sebuah molekul dalam subtingkat-subtingkat rotasi dan vibrasi. Transisi elektronik dapat terjadi dari subtingkat apa saja keadaan dasar ke subtingkat apa saja keadaan eksitasi. Karena berbagai transisi ini berbeda energi sedikit sekali, maka panjang gelombang absorpsinya juga berbeda sedikit dan menimbulkan pita lebar yang tampak dalam spektrum itu (Sastrohamidjojo, 2001).

  Panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorban maksi mum disebut sebagai panjang gelombang maksimum (λmaks).

  Penentuan panjang gelombang maksimum yang pasti (tetap) dapat dipakai untuk identifikasi molekul yang bersifat karakteristik sebagai data sekunder. Dengan demikian, spektrum visibel dapat dipakai untuk tujuan analisis kualitatif (data sekunder) dan kuantitatif (Khopkar, 1990).

  Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih pendek.

  Molekul yang menyerap energi lebih sedikit akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak memiliki elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap cahaya pada panjang gelombang UV yang lebih pendek (Mulja dan Suharman, 1995).

  Prinsip spektrofotometri pada analisis kuantitatif yaitu suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur. Intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan (Gandjar dan Rohman, 2007 ).

  Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan antara absorban dan panjang jalan melewati medium yang menyerap, dan hubungan antara konsentrasi spesies penyerap dan tingkat absorbsi. Hukum ini menyatakan absorban zat terlarut adalah proporsional dengan konsentrasi sebagai:

  (2) A = ε. b. C dimana A = absorban

  ε = koefisien ekstingsi molar

  • 1

  C = konsentrasi solut (mol/L ) b = tebal kuvet dalam cm (Mulja dan Suharman, 1995).

  Nilai koefisien ekstingsi molar ( ε) adalah karakteristik untuk molekul atau ion penyerap dalam suatu pelarut tertentu, pada panjang gelombang tertentu, dan tidak bergantung pada konsentrasi dan panjang gelombang lintasan radiasi (Sastrohamidjojo, 2001). Nilai

  ε sangat mempengaruhi puncak spektrum yang dihasilkan oleh suatu zat. Rincian nilai ε terhadap puncak spektrum adalah: 1 - 10

  2

  2

  

3

  3

  4

  4

  5

  = sangat lemah; 10 - 10 = lemah; 10 - 10 = sedang; 10 - 10 = kuat; 10 - 10 = sangat kuat (Mulja dan Suharman, 1995). Semakin besar nilai ε, maka semakin mudah senyawa tersebut untuk dianalisis menggunakan spektrofotometri UV, karena semakin besar absorbansi yang diperoleh untuk kadar analit yang sama.

D. Validasi Metode Analisis

  Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) edisi 28 tahun 2005 dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Aktivitas validasi

  

harus didokumentasi dengan tepat dan dilakukan pada instrumen dan alat yang

memenuhi persyaratan dan terkalibrasi (Basset et al., 1994).

  1. Spesifisitas

  Spesifisitas merupakan kemampuan pengukuran analit secara akurat dan spesifik dengan kehadiran komponen lain (zat aktif, eksipien, pengotor, dan produk degradasi) dalam matriks sampel (United States Pharmacopeial Convention , 2005).

  2. Linearitas

  Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Linearitas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara konsentrasi (x) dengan respon (y).

  Linearitas dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan

  

(slope), intersep, dan koefisien korelasinya (Mulja dan Hanwar, 2003) . Syarat

  suatu metode dikatakan memiliki linearitas yang baik adalah bila nilai koefisien korelasi (r)-nya ≥ 0,999 (Snyder et al.,1997).

  3. Rentang

  Rentang pada metode analisis dapat didefinisikan sebagai interval antara batas atas dan batas bawah pada analit yang dapat diukur dan memenuhi syarat presisi, akurasi, dan linearitas (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

  4. Batas deteksi (Limit of Detection) dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation)

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

0 0 105

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 83

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 120

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 115

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL MENGGUNAKAN PEREAKSI o-FENANTROLINA PADA PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM SIMULASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 73

PENETAPAN KADAR LIDOKAIN HCl DALAM SEDIAAN INJEKSI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM TIDAK LANGSUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 86

KARAKTERISASI EKSTRAK ETANOLIK DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 106

PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM LARUTAN PENCERAH MEREK “A” YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 92

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

0 0 105

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 137