SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN UMAT AKAN EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

  SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN UMAT AKAN EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS, BANTUL, YOGYAKARTA S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Andreas Ardhana Prihatmoko NIM: 051124020

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  PERSEMBAHAN

  Dengan penuh syukur dan cinta skripsi ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai, bapak, ibu yang selalu menyemangatiku, buah hatiku tercinta Vincentia Paska Galuh Palupi, istriku Bernadeta Reni Meidi Wijayanti, kedua adikku Bernardinus Narendra Widyasmoro dan

  Clara Gresswasti Nareswari serta seluruh keluarga bapak, ibu mertua beserta keluarga besar,

  alma mater, serta teman-teman mahasiswa angkatan 2005 dan 2006.

  MOTTO

  “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

  (Mat 11: 28)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 14 Januari 2011 Penulis,

  Andreas Ardhana Prihatmoko

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Andreas Ardhana Prihatmoko Nomor Mahasiswa : 051124020 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN UMAT

AKAN EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS, BANTUL,

YOGYAKARTA.

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal 14 Januari 2011 Yang menyatakan, (Andreas Ardhana Prihatmoko)

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA

  

PENGHAYATAN IMAN UMAT AKAN EKARISTI DI PAROKI SANTO

YAKOBUS, BANTUL, YOGYAKARTA. Pemilihan judul skripsi ini didasari

  oleh keprihatinan penulis akan seni budaya yang mulai hilang dan rasa keingintahuan penulis akan seni karawitan yang digunakan oleh Gereja sebagai media penghayatan iman dan sebagai bentuk pelestarian budaya. Banyak paroki khususnya di Yogyakarta yang setia menyelenggarakan Ekaristi dengan iringan seni karawitan terutama pada hari-hari raya Gerejani.

  Skripsi ini akan menguraikan tentang seni karawitan sebagai sarana penghayatan iman umat akan Ekaristi. Pembahasan masalah dikaji dengan pengumpulan data-data melalui wawancara lisan tentang gambaran seni karawitan di Paroki Santo Yakobus, Bantul yang diberikan kepada beberapa umat Paroki Santo Yakobus Bantul secara pilihan. Wawancara tersebut meliputi pelaksanaan seni karawitan di dalam Ekaristi di Paroki Santo Yakobus, Bantul dan sumbangan seni karawitan terhadap penghayatan iman umat akan Ekaristi di Paroki Santo Yakobus, Bantul.

  Melalui studi pustaka, penulis akan menguraikan seni karawitan dalam inkulturasi Ekaristi. Seni adalah ungkapan ekspresi jiwa manusia dan karawitan berarti rumit, halus, dan merdu, instrumen sebagai pernyataan musikal atau seni karawitan adalah ungkapan ekspresi manusia yang tertuang dalam instrumen yang rumit, halus, dan merdu. Ekaristi berarti syukur atas perbuatan-perbuatan ajaib Allah dalam mencipta dan menyelamatkan umat manusia melalui Yesus Kristus. Seni karawitan di dalam perayaan Ekaristi berfungsi sebagai musik pengiring. Musik di dalam Liturgi merupakan bagian liturgi meriah yang penting karena bertujuan sebagai sarana untuk memuliakan Allah dan menguduskan umat beriman.Seni karawitan sebagai usaha inkulturasi di dalam perayaan Ekaristi khususnya di Jawa mempengaruhi emosi umat di dalam mengikuti perayaan Ekaristi. Sifat dari musik karawitan bersifat ‘kontemplatif’ mengarahkan pada pemusatan perasaan atau konsentrasi. Maka, fungsi seni karawitan dapat dikatakan mendukung umat didalam suasana doa. Ekaristi yang inkulturatif merupakan sarana yang cocok untuk membantu umat menghayati iman kristiani karena umat menyelami iman kristiani melalui budayanya sendiri.

  Melalui Ekaristi yang inkulturatif umat paroki Santo Yakobus Bantul diharapkan lebih menghayati Ekaristi dan memetik nilai-nilai dari Ekaristi dengan diwujudnyatakan dalam kehidupan konkret sehari-hari. Ekaristi bukan hanya sebagai rutinitas tetapi merupakan kebutuhan umat yang selalu dirindukan. Penulis menawarkan suatu usulan program Ekaristi inkulturatif yang dapat membantu umat Paroki Santo Yakobus Bantul menghayati iman Kristiani secara mendalam. Usulan program ini ditujukan kepada Paroki Santo Yakobus, Bantul untuk tahun 2011 agar dapat digunakan oleh seksi Liturgi Dewan Paroki dalam menentukan tema-tema Ekaristi yang sesuai dengan situasi umat.

  

ABSTRACT

  This thesis is entitled THE TRADITIONAL JAVANESE

  

ORCHESTRA AS A MEANS TO HELP THE PARISHIONERS OF

PAROKI SANTO YAKOBUS, BANTUL, YOGYAKARTA. The choosing of this

  title was based by the author’s concern Javanese traditional arts and cultures which start disappearing and the curiosity to the arts of karawitan (Javanese traditional music instruments) used by the Churches as the faith comprehension media and as the form of culture reservation. There are many churches especially in Yogyakarta which always run Eucharists using karawitan especially in church’s special events.

  This thesis discusses karawitan as the medium for the people to live through their faith of the Eucharist. The data were be gathered through interviews to the people about the use of these Javanese musical instruments in Paroki Santo

  

Yakobus Bantul . The samples were some of the parishioners were chosen

  randomly. The interviews covered the implementation of karawitan in Eucharists in the Parish and its contribution to the people’s faith comprehension.

  Through the library study, the author gathered data of this traditional musical orchestra in Eucharist enculturation. Arts is human’s soul expression and this Javanese orchestra is complicated, soft, and gentle which is expressed through the instrument. Where as the Eucharist means a gratitude expression to the God’s magical deeds in creating and saving humans through Jesus Christ. In the Eucharist, the orchestra functions as accompanying instruments. In liturgy, music is an important part of liturgy because it is used as the medium to praise God and to hallow the faithful people. Using the traditional Javanese orchestra as the enculturation affort in Eucharists especially in Java has affected people’s emotion in joining the Eucharists. Karawitan is completative and directs people to centralized the mind or concentration. Therefore, it can be said that karawitan supports the prayer atmosphere. Enculturative Eucharist is a suitable medium to help the people to comprehend Christianity’s faith because they live through the Christianity’s faith using their own culture.

  Through inculturative Eucharist parishioners of Paroki Santo Yakobus,

  

Bantul are expected to experience Eucharist better than before and get the values

  of Eucharist by realizing it in a real daily life. Eucharist is not only a routine but also people’s needs which are always missed. The author has proposed a programme of enculturative Eucharists which can help the people of Paroki Santo

  

Yakobus Bantul to deeply comprehend their Christianity’s faith. This proposal is

  addressed to Paroki Santo Yakobus Bantul for the year of 2011 so this can be adopted the Liturgy division of the Church Council in deciding the Eucharist themes which are suitable with the parishioners situation.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Allah Bapa atas segala rahmat, kasih dan bimbingan-Nya yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN

  

IMAN UMAT AKAN EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS,

BANTUL, YOGYAKARTA . Skripsi ini disusun atas ketertarikan penulis pada

  seni karawitan yang sering digunakan dalam perayaan Ekaristi di Paroki Santo Yakobus Bantul. Penyusunan skripsi ini bukan hanya menambah wawasan, pemahaman penulis mengenai seni karawitan dan Ekaristi, tetapi diharapkan dapat memberi masukan baru bagi umat yang melaksanakan perayaan Ekaristi menggunakan seni karawitan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini karena bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan penuh kegembiraan, kesabaran, semangat dan perhatian, memberi masukan-masukan serta kritikan sehingga penulis semakin terdorong dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

  2. F. X. Dapiyanta SFK., M.Pd., selaku dosen penguji II dan juga sebagai dosen wali, yang selalu mendampingi dan berkenan memberi masukan, perhatian dan semangat untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Yoseph Kristianto SFK., M.Pd., selaku dosen penguji III, yang telah mendidik dan membimbing penulis dengan segala perhatian selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

  4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

  5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK-USD, dan seluruh karyawan lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  6. Bapak, Ibu, kedua adikku, dan semua sanak saudara yang memberikan semangat dan dukungan moral, material dan spiritual selama penulis menempuh studi di IPPAK-USD Yogyakarta.

  7. Istriku Bernadeta Reni Meidi Wijayanti dan anakku Vincentia Paska Galuh Palupi, yang telah memberikan perhatian, semangat, inspirasi, dan cinta selama ini.

  8. Teman-teman mahasiswa IPPAK-USD khususnya angkatan 2005 dan 2006 yang telah memberikan semangat, perhatian, peneguhan, dan turut berperan dalam pembentukan pribadi penulis sebagai seorang pewarta Kabar Gembira di tengah masyarakat zaman ini.

  9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selama ini telah memberikan semangat, perhatian, dan bantuan banyak hal sehingga selesainya skripsi ini.

  Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sumbangan berupa saran dan kritikan dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini.

  Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.

  Yogyakarta, 14 Januari 2011 Penulis

  Andreas Ardhana Prihatmoko

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv MOTTO ......................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................ vii ABSTRAK ................................................................................................... viii

  

ABSTRACT ................................................................................................... ix

  KATA PENGANTAR ................................................................................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xviii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................

  1 A. Latar Belakang ........................................................................................

  1 B. Rumusan Permasalahan .........................................................................

  3 C. Tujuan Penulisan ....................................................................................

  3 D. Manfaat Penulisan ..................................................................................

  3 E. Metode Penulisan ...................................................................................

  4 F. Sistematika Penulisan ............................................................................

  4 BAB II. GAMBARAN UMUM SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN UMAT DALAM EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL ..................................................................

  7 A. Gambaran Umum Paroki Santo Yakobus Bantul ....................................

  7 1. Letak Geografis Paroki Santo Yakobus Bantul ...................................

  8 2. Situasi Umat Paroki Santo Yakobus Bantul ........................................

  9 B. Pelaksanaan Perayaan Ekaristi di Paroki Santo Yakobus Bantul ............

  10

  1. Pelaksanaan Ekaristi Secara Umum di Gereja Santo Yakobus Bantul ..................................................................................................

  10 a. Misa Harian .....................................................................................

  10 b. Misa Hari Minggu ...........................................................................

  11

  c. Misa Khusus ....................................................................................

  28 4. Fungsi Seni Karawitan .......................................................................

  51 3. Struktur Ekaristi ..................................................................................

  50 c. Ekaristi sebagai Ungkapan Iman .....................................................

  49 b. Ekaristi sebagai Perjamuan Sakramental ........................................

  49 a. Ekaristi sebagai pusat dan puncak sakramen-sakramen ..................

  48 2. Tujuan Ekaristi ....................................................................................

  48 1. Arti Ekaristi .........................................................................................

  48 B. Pengertian Ekaristi dalam Gereja ............................................................

  47 e. Sinden/penggerong ..........................................................................

  38 d. Niyaga musisi gamelan ...................................................................

  34 c. Tembang ..........................................................................................

  29 b. Gending ...........................................................................................

  29 a. Gamelan ...........................................................................................

  28 5. Unsur-unsur di dalam Seni Karawitan ................................................

  25 b. Sejarah Perkembangan Karawitan ..................................................

  11

  24 a. Sejarah Musik Jawa .........................................................................

  23 3. Sejarah Seni Karawitan .......................................................................

  22 2. Pengertian Karawitan ..........................................................................

  22 1. Pengertian Seni ....................................................................................

  22 A. Pengertian Seni Karawitan ......................................................................

  20 BAB III. SENI KARAWITAN DALAM INKULTURASI EKARISTI ....................................................................................

  2. Seni Karawitan sebagai Salah Satu Sarana Penghayatan Iman di Paroki Santo Yakobus Bantul ........................................................

  20

  1. Sumbangan Seni Karawitan dalam Penghayatan Iman Umat Paroki Santo Yakobus Bantul .........................................................

  19

  15 C. Seni Karawitan dalam Penghayatan Iman Umat di Paroki Santo Yakobus Bantul ...........................................................................

  14 b. Tata Laksana Ekaristi dengan Karawitan .......................................

  13 a. Seni Karawitan di Paroki Santo Yakobus Bantul ............................

  2. Pelaksanaan Ekaristi menggunakan Seni Karawitan di Paroki Santo Yakobus Bantul ..........................................................

  51

  a. Ritus Pembuka .................................................................................

  57 C. Seni Karawitan dalam Usaha Inkulturasi Ekaristi ...................................

  70 B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan ........................................................

  70 A. Latar Belakang Pemilihan Program ........................................................

  67 BAB IV. USULAN PROGRAM EKARISTI INKULTURASI UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT DI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL .............

  64 b. Contoh Struktur Ekaristi Inkulturatif ..............................................

  64 a. Contoh Unsur-unsur Budaya Jawa dalam Ekaristi ..........................

  63 4. Contoh Ekaristi Inkulturatif yang Menggunakan Seni Karawitan ......

  62 b. Bentuk-bentuk Inkulturasi dalam Liturgi Ekaristi ..........................

  61 a. Tahapan-tahapan Inkulturasi dalam Gereja Katolik ........................

  61 3. Inkulturasi dalam Liturgi Ekaristi .......................................................

  59 b. Fungsi Seni Karawitan di dalam Gereja ..........................................

  59 a. Awal Mula Karawitan di Lingkungan Gereja .................................

  57 2. Seni Karawitan di dalam Gereja .........................................................

  57 1. Inkulturasi dalam Gereja .....................................................................

  56 j. Penumpangan Tangan ......................................................................

  52 b. Liturgi Sabda ...................................................................................

  56 i. Berjabat Tangan/Berpelukan/Mencium ...........................................

  56 h. Menyembah .....................................................................................

  55 g. Berlutut ............................................................................................

  55 f. Tanda Salib Kecil di Dahi, Bibir, dan Dada ....................................

  55 e. Duduk ..............................................................................................

  54 d. Menundukkan Kepala dan Membungkuk .......................................

  54 c. Berdiri ..............................................................................................

  53 b. Perarakan .........................................................................................

  a. Mencelupkan Tangan ke Tempat Air Suci dan Membuat Tanda Salib .....................................................................................

  53

  53 4. Sikap-sikap di dalam Ekaristi .............................................................

  53 d. Ritus Penutup ..................................................................................

  52 c. Liturgi Ekaristi ................................................................................

  71

  C. Rumusan Tema dan Tujuan ......................................................................

  72 D. Penjabaran Program .................................................................................

  75 E. Petunjuk Pelaksanaan Program ................................................................

  77 F. Contoh Persiapan: Buku Panduan Ekaristi ..............................................

  77 1. Identitas Pelaksanaan Ekaristi .............................................................

  78 a. Tema ................................................................................................

  78 b. Tujuan .............................................................................................

  78 c. Peserta .............................................................................................

  78 d. Tempat .............................................................................................

  78 e. Waktu ..............................................................................................

  78 f. Sarana ...............................................................................................

  78 g. Bacaan .............................................................................................

  78 2. Susunan Perayaan Ekaristi ..................................................................

  78 a. Ritus Pembuka .................................................................................

  78 b. Liturgi Sabda ...................................................................................

  81 c. Liturgi Ekaristi ................................................................................

  84 d. Ritus Penutup ..................................................................................

  87 BAB V. PENUTUP ......................................................................................

  89 A. Kesimpulan ............................................................................................

  89 B. Saran .......................................................................................................

  91 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

  92 LAMPIRAN .................................................................................................

  95 Lampiran 1: Peta Paroki Santo Yakobus Bantul .................................... (1) Lampiran 2: Panduan Wawancara untuk Umat Paroki Santo Yakobus Bantul ................................................................. (2) Lampiran 3: Rangkuman Hasil Wawancara Umat Paroki Santo Yakobus Bantul ................................................................. (3) Lampiran 4: Notasi Gamelan yang Dipakai di Paroki Santo Yakobus Bantul ................................................................. (9) Lampiran 5: Lagu Antar Bacaan dan Alleluya ...................................... (14) Lampiran 6: Gambar-gambar Gamelan ................................................. (15) Lampiran 7: Perbandingan Laras Slendro dan Pelog ............................. (21) Lampiran 8: Lagu-lagu Usulan Program Ekaristi

  Tanggal 9 Januari 2011 .................................................. (22) Lampiran 9: Notasi Gamelan Lagu-lagu Usulan Program Ekaristi Tanggal 9 Januari 2011 ..................................................... (30)

DAFTAR SINGKATAN

  A. Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

  kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  CD : Christus Dominus , Dekrit Konsili Vatikan II tentang Tugas Pastoral para Uskup dalam Gereja, 28 Oktober 1965.

  GS Gaudium et Spes , Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

  : Gereja dam Dunia Modern, 7 Desember 1965.

  LG Lumen Gentium , Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

  : Gereja, 21 November 1964.

  PO : Presbyterorum Ordinis , Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pelayanan dan Kehidupan para Imam, 7 Desember 1965.

  SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1965.

  C. Singkatan Lain

  art : artikel deparo : dewan paroki

  FKIP h HIS HKTY

  IPPAK KA KBP KGK KK KWI lansia LCD MB PASIKA PUMR TPE USD

  : : : : : : : : : : : : : : : : : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

  halaman

  Holland Inlandsche School

  Hati Kudus Tuhan Yesus Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  Kidung Adi, buku doa dan nyanyian diterbitkan oleh Pusat Musik Liturgi, tahun 2001.

  Karya Bakti Paroki Katekismus Gereja Katolik Kepala Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia lanjut usia

  Liquid Cristal Display Madah Bakti , buku doa dan nyanyian diterbitkan oleh Pusat

  Musik Liturgi, tahun 2001. Paguyuban Siswa-siswi Katolik kabupaten Bantul Pedoman Umum Misale Romawi Tata Perayaan Ekaristi Universitas Sanata Dharma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi memberi banyak pengaruh terhadap segala tatanan

  kehidupan manusia, termasuk kebudayaan. Kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang terbentuk di dalam sejarah dan diteruskan dari angkatan ke angkatan melalui tradisi yang mencakup organisasi sosial, ekonomi, agama, kepercayaan, kebiasaan, hukum, seni, teknik, dan ilmu pengetahuan.

  Kebudayaan menunjuk pada relasi hidup manusia, misalnya: kebersamaan, kerja sama, dan media yang mengungkapkan diri dalam acara bersama. Manusia tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan, lebih-lebih dari kebudayaan lokal atau tradisional di mana seseorang itu berada. Oleh sebab itu budaya tradisi selalu mewarnai Gereja-gereja di Indonesia. Dalam konstitusi pastoral Gaudium et Spes art 53 kebudayaan dideskripsikan sebagai berikut:

  Kebudayaan dimaksudkan segala sarana dan upaya manusia untuk menyempurnakan dan mengembangkan pelbagai bakat-pembawaan jiwa- raganya. ... Akhirnya di sepanjang masa ia mengungkapkan, menyalurkan, dan melestarikan pengalaman-pengalaman rohani serta aspirasi- aspirasinya yang besar melalui karya-karyanya, supaya berfaedah bagi kemajuan banyak orang, bahkan segenap manusia. ... Begitulah dari tata hidup yang diwariskan muncullah pusaka nilai-nilai khas bagi setiap masyarakat manusia.

  Salah satu corak Gereja Indonesia, termasuk Gereja di tanah Jawa, mempunyai ciri dialog dengan budaya setempat. Dalam pola budaya Jawa, Gereja menghayati iman tidak dalam pola yang memisahkan antara tata cara keagamaan (seperti peribadatan) dan lingkungan hidup sehari-hari. Budaya dan tradisi Jawa, seperti seni karawitan, tari, wayang, ketoprak, berkembang sedemikian rupa sehingga media penghayatan iman Gereja di tanah jawa (Gereja Lokal) mengalami proses inkulturasi.

  Meskipun sudah tidak seperti saat berdiri dan berkembangnya Gereja di Jawa, dewasa ini masih banyak paroki khususnya di Yogyakarta yang setia menyelenggarakan Ekaristi dengan iringan seni karawitan terutama pada hari-hari raya. Hal ini menggambarkan bahwa ada kerinduan untuk terus melestarikan, menghidupkan, dan bahkan mengembangkan budaya jawa khususnya seni karawitan agar tetap dapat menjadi media penghayatan iman umat.

  Seni karawitan dalam pandangan Gereja Katolik ditempatkan sebagai pengiring perayaan liturgi yang membawa pesan keagamaan, sehingga umat lebih menghayati di dalam perayaan liturgi. Alunan musik karawitan yang khas menggugah hati umat untuk dapat mendekatkan diri saat berdialog langsung dengan Tuhan, serta mempertegas suasana upacara liturgi ekaristi.

  Di Paroki St. Yakobus Bantul di dalam perayaan-perayaan Ekaristi secara khusus sering menggunakan karawitan, seperti perayaan ekaristi peringatan ulang tahun Gereja, Natal, Paska, maupun di tempat umat dalam perayaan ekaristi ulang tahun perkawinan, perayaan Ekaristi pelindung wilayah, dan perayaan ekaristi peringatan 1000 hari kematian seseorang. Seni karawitan dipandang oleh umat memiliki nuansa tersendiri di dalam perayaan Ekaristi yang membantu umat menghayati iman akan Ekaristi. Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengambil judul SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA

  

PENGHAYATAN IMAN UMAT AKAN EKARISTI DI PAROKI SANTO

  B. Rumusan Permasalahan

  1. Sejauh mana penghayatan iman umat Paroki Santo Yakobus, Bantul akan Ekaristi melalui Ekaristi menggunakan seni karawitan?

  2. Apakah peranan seni karawitan dalam inkulturasi Ekaristi?

  3. Bagaimana Ekaristi inkulturatif dapat membantu umat Paroki Santo Yakobus, Bantul menghayati iman Kristiani?

  C. Tujuan Penulisan

  1. Untuk mengetahui sejauh mana penghayatan iman umat Paroki Santo Yakobus, Bantul akan Ekaristi melalui Ekaristi menggunakan seni karawitan.

  2. Untuk melihat bagaimana peranan seni karawitan dalam inkulturasi Ekaristi.

  3. Untuk melihat bagaimana Ekaristi inkulturatif dapat membantu umat Paroki Santo Yakobus, Bantul menghayati iman Kristiani.

  4. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  D. Manfaat Penulisan

  1. Bagi Gereja Gereja memiliki gambaran yang konkret tentang sumbangan seni karawitan yang dipergunakan sebagai iringan musik di dalam perayaan Ekaristi.

  Penulisan ini juga sebagai bahan referensi Gereja untuk mengadakan Ekaristi

  2. Bagi Umat Umat terdorong untuk semakin mencintai budayanya dan mendalami imannya kepada Yesus. Umat juga memperoleh wawasan tentang seni karawitan dan dapat melestarikan seni karawitan.

  E. Metode Penulisan

  Penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode deskriptif analisis yaitu menguraikan kenyataan konkret umat pada bab II, memaparkan idealitasnya pada bab III dan menganalisa realitasnya pada usulan program dalam keterkaitannya dengan sumbangan seni karawitan terhadap penghayatan iman umat. Data-data diperoleh melalui wawancara lisan yang diberikan kepada umat Paroki St. Yakobus Bantul dan diolah dengan studi pustaka. Wawancara dilakukan oleh penulis dengan mengambil sejumlah 23 umat yang terdiri dari 30 % umat pengurus dewan paroki, 30 % orang tua, 30 % pemuda-pemudi katolik (mudika), dan 10 % remaja.

  F. Sistematika Penulisan

  Judul dari skripsi ini adalah SENI KARAWITAN SEBAGAI

  

SARANA PENGHAYATAN IMAN UMAT AKAN EKARISTI DI PAROKI

SANTO YAKOBUS, BANTUL, YOGYAKARTA . Untuk menguraikan judul

  tersebut, maka skripsi ini dipaparkan oleh penulis dalam lima bab yaitu sebagai berikut: Bab I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan

  Bab II terdiri dari tiga bagian. Bab ini membahas tentang gambaran umum sumbangan seni karawitan terhadap penghayatan umat dalam Ekaristi di Paroki Santo Yakobus, Bantul. Bagian pertama membahas gambaran umum Paroki Santo Yakobus yang meliputi letak geografis Paroki Santo Yakobus, Bantul dan situasi umat Paroki Santo Yakobus, Bantul. Bagian kedua membahas tentang pelaksanaan perayakan Ekaristi di Paroki Santo Yakobus yang meliputi pelaksanaan Ekaristi secara umum di Gereja Santo Yakobus, Bantul dan pelaksanaan Ekaristi menggunakan seni karawitan di Paroki Santo Yakobus, Bantul. Bagian terakhir membahas tentang seni karawitan dalam penghayatan iman umat di Paroki Santo Yakobus, Bantul yang terdiri dari sumbangan seni karawitan dalam penghayatan iman umat dan seni karawitan sebagai salah satu sarana media penghayatan iman.

  Bab III terdiri dari tiga bagian. Bagian ini membahas tentang seni karawitan dalam inkulturasi Ekaristi. Pada bagian pertama menguraikan gambaran umum pengertian seni karawitan diantaranya: pengertian seni, pengertian karawitan, sejarah seni karawitan, fungsi seni karawitan, dan unsur-unsur seni karawitan. Bagian kedua membahas pengertian Ekaristi dalam Gereja yang terdiri dari arti Ekaristi, tujuan Ekaristi, struktur Ekaristi, dan sikap-sikap di dalam Ekaristi. Bagian terakhir membahas tentang seni karawitan dalam usaha inkulturasi Ekaristi yang terdiri dari inkulturasi dalam Gereja, seni karawitan di dalam Gereja, inkulturasi dalam Liturgi Ekaristi, dan contoh Ekaristi yang menggunakan seni karawitan.

  Bab IV menguraikan usulan bentuk perayaan Ekaristi inkulturatif pemilihan program, alasan pemilihan tema dan tujuan, rumusan tema dan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program, dan contoh panduan Ekaristi inkulturatif.

  Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi mengenai keseluruhan skripsi. Sedangkan saran ditujukan kepada umat paroki St. Yakobus Bantul.

  

BAB II

GAMBARAN UMUM SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA

PENGHAYATAN IMAN UMAT DALAM EKARISTI DI PAROKI SANTO

YAKOBUS, BANTUL, YOGYAKARTA

Banyak cara umat untuk menghayati iman di dalam perayaan Ekaristi. Ekaristi menjadi milik umat apabila Ekaristi benar-benar dekat dan dirindukan

  oleh umat. Ekaristi yang dekat dengan umat adalah Ekaristi yang memiliki unsur- unsur kehidupan umat atau sesuai dengan situasi dan kondisi umat. Salah satu cara tersebut menggunakan media seni, misalnya: seni karawitan. Seni karawitan sering digunakan Paroki Santo Yakobus Bantul untuk mendukung perayaan Ekaristi dan sebagai media umat untuk menghayati Ekaristi. Seni karawitan dalam Ekaristi di Paroki Santo Yakobus Bantul menjadi suatu ciri khas tersendiri yang sering dipakai oleh umat.

  A. Gambaran Umum Paroki Santo Yakobus Bantul

  Paroki Santo Yakobus Bantul merupakan salah satu paroki tua di Yogyakarta. Paroki ini berdiri pada tahun 1934, dan terletak di pusat kota kabupaten Bantul, dengan alamat di Jalan MGR. Soegiyopranoto No. 1 tepatnya di dusun Klodran, Bantul Warung RT 08, Bantul. Luas bangunan gedung gereja

  

2

  2 Santo Yakobus Bantul adalah 1.188 m dan luas tanah 8.099 m (Paroki Santo Yakobus Bantul, 2009: 62).

1. Letak Geografis Paroki Santo Yakobus Bantul

  Batas-batas wilayah Paroki Santo Yakobus Bantul adalah sebagai berikut (Paroki Santo Yakobus Bantul, 2009: 62): sebelah Utara : Paroki Pugeran

  • : Paroki Ganjuran sebelah Selatan
  • sebelah Timur : Paroki Administratif Bandung Wonosari
  • sebelah Barat : Paroki Sedayu dan Paroki Wates
  • Paroki Santo Yakobus Bantul meliputi 7 kecamatan, yaitu kecamatan

  Bantul, Sewon, Jetis, Dlingo, Imogiri, Pajangan, Pandak, dan 1 kelurahan brosot dari kabupaten Kulon Progo.

  Secara geografis wilayah Paroki Santo Yakobus Bantul meliputi kecamatan Dlingo, Imogiri, Jetis, Bantul, Sewon bagian selatan, Pajangan, Pandak bagian utara, Srandakan bagian utara, dan satu kelurahan dari Kabupaten Kulon Progo yaitu kelurahan Brosot. Batas-batas wilayah Paroki Santo Yakobus Bantul secara geografis adalah sebagai berikut [Lampiran 1: (1)]: sebelah Utara : kelurahan Sedayu, Sewon bagian utara, dan kelurahan

  • Pleret. : Samudra Hindia, kelurahan Srandakan bagian selatan, sebelah Selatan
  • Pandak bagian selatan, Pundong, dan kabupaten Gunung Kidul.

  sebelah Timur : kabupaten Gunung Kidul.

  • sebelah Barat : kabupaten Kulon Pr

2. Situasi Umat Paroki Santo Yakobus Bantul

  Berdasarkan data statistik per September 2009 jumlah umat Paroki Santo Yakobus Bantul terdiri dari 1.291 KK yang meliputi 3.948 jiwa (Paroki Santo Yakobus Bantul, 2009: 60).

  Untuk memudahkan di dalam pengkoordinasian umat, Paroki Santo Yakobus Bantul dibagi menjadi 7 Wilayah: Wilayah Santa Maria Tak Bernoda, Cepit; Wilayah Santa Maria Assumta, Melikan; Wilayah Santa Maria Immaculatae Cordis, Bantul Krajan; Wilayah Santo Yusuf, Palbapang; Wilayah Brayat Minulyo, Nogosari; Wilayah Fransiscus Xaverius, Gabusan; dan Wilayah Santa Theresia, Brosot dan 2 Stasi yaitu Stasi Santa Maria Rosari, Gesikan dan Stasi Santa Maria Mater Dei, Imogiri [Paroki Santo Yakobus Bantul, 2009: 60; bdk. Lampiran 1: (1)].

  Sebagian besar umat Paroki Santo Yakobus Bantul adalah orang asli suku Jawa dengan bahasa Jawa sebagai pengantar kehidupan sehari-hari. Umat Paroki Santo Yakobus Bantul memiliki ciri masyarakat ‘urban yang tanggung’, artinya: masyarakat yang bertempat tinggal bukan di kota tetapi bukan juga di desa.

  Kondisi sosial ekonomi umat bervariasi seperti guru, petani, buruh, polisi, dan lain-lain (Deparo Santo Yakobus Bantul, 2010: 3).

  Hal yang menarik dari umat Paroki Santo Yakobus Bantul adalah rasa persaudaraan yang besar antar anggota Gereja. Di dalam setiap kegiatan seluruh umat, entah sebagai panitia atau peserta membantu pelaksanaannya. Umat Paroki Santo Yakobus Bantul hidup di antara umat agama lain dalam masyarakat tetapi memiliki hubungan yang baik antar agama. Hubungan yang baik ini dilihat dalam kehidupan bermasyarakat, seperti pada waktu gempa bumi 2006 umat Paroki Santo Yakobus Bantul ikut membantu korban gempa bumi tanpa membedakan agama.

B. Pelaksanaan Perayaan Ekaristi di Paroki Santo Yakobus Bantul

  Paroki Santo Yakobus Bantul adalah sebuah paroki yang memusatkan kehidupan iman umat di dalam Ekaristi. Umat Paroki ini memiliki pola hidup sebagai jemaat yang berhimpun untuk merayakan Ekaristi. Semua kegiatan di Paroki selalu menggunakan Ekaristi sebagai puncak kegiatannya.

1. Pelaksanaan Ekaristi Secara Umum di Gereja Santo Yakobus Bantul

  Perayaan Ekaristi di gereja Paroki Santo Yakobus Bantul dilaksanakan setiap hari. Perayaan Ekaristi di gereja Santo Yakobus Bantul menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

  Dalam perayaan Ekaristi di gereja Paroki Santo Yakobus Bantul, umat sekarang merasakan senang karena gedung gereja lama yang rusak akibat gempa telah dibangun dan diresmikan dengan Ekaristi Syukur pada 27 Desember 2009 [Paroki Santo Yakobus Bantul, 2009: 107-130; bdk. Lampiran 3: (3)].

  a. Misa Harian Misa harian di Gereja Santo Yakobus Bantul dilaksanakan pada Senin sampai dengan Sabtu pukul 05.30 WIB dengan menggunakan bahasa Indonesia.

  Umat yang hadir dalam Misa harian antara 400-500 orang. Pelaksanaan Ekaristi lagu pembuka dan lagu penutup. Tuhan Kasihanilah Kami, Kemuliaan, Kudus, Bapa Kami, Anak Domba Allah tidak dinyanyikan tetapi didoakan dan Lagu Komuni tidak ada. Bacaan yang digunakan hanya dua bacaan yaitu bacaan pertama dan Injil, untuk mazmur tanggapan dibacakan. Homili Imam sangat singkat berupa peneguhan. Ekaristi harian ditutup dengan doa Malaikat Tuhan (Paroki Santo Yakobus Bantul, 2010: 26).

  b. Misa Hari Minggu Misa Minggu di gereja Paroki Santo Yakobus Bantul dilaksanakan pada

  Sabtu dan Minggu. Misa Sabtu dilaksanakan pukul 16.00 WIB dengan menggunakan bahasa Jawa, Misa Minggu pagi pertama dilaksanakan pukul 05.30 WIB dengan menggunakan bahasa Indonesia, dan Misa Minggu ke dua dilaksanakan pukul 07.30 WIB menggunakan bahasa Indonesia (Paroki Santo Yakobus Bantul, 2010: 26). Jumlah umat yang hadir mengikuti misa Minggu antara 800-1500 orang: Misa Sabtu sore antara 800-1000 orang, Misa Minggu pertama antara 800-1000 orang dan Misa Minggu ke dua antara 1200- 1500 orang.

  Umat Paroki Santo Yakobus Bantul memaknai pentingnya mengikuti perayaan Ekaristi sebagi suatu kebutuhan dan ungkapan syukur. Beberapa umat masih menganggap Ekaristi khususnya Ekaristi hari minggu sebagai suatu rutinitas belaka kewajiban orang katolik [Lampiran 3: (3)].

  c. Misa Khusus juga melaksanakan misa-misa khusus. Perayaan Ekaristi di Gereja Paroki Santo Yakobus Bantul secara khusus adalah sebagai berikut: 1) Misa Jumat Pertama

  Misa jumat pertama dilaksanakan pada hari jumat minggu pertama dalam bulan pukul 16.00 WIB, pada saat jumat pertama misa pagi ditiadakan. Misa jumat pertama menggunakan bahasa Indonesia. Jumlah umat yang datang pada misa harian ± 800 orang.

  Secara keseluruhan pelaksanaan perayaan Ekaristi jumat pertama sama dengan pelaksanaan Ekaristi yang lain. Pelaksanaan perayaan Ekaristi jumat pertama yang berbeda dengan perayaan Ekaristi lain adalah adanya astuti atau penghormatan pada sakramen Maha Kudus pada akhir perayaan Ekaristi (Paroki Santo Yakobus Bantul, 2010: 27).

  2) Misa Hari Raya Misa hari raya adalah perayaan-perayaan Ekaristi hari raya yang telah terjadwal dalam penanggalan Liturgi, seperti Paska, Natal, Kenaikan Tuhan, Rabu

  Abu, Kamis Putih. Pelaksanaan Misa hari raya di gereja Santo Yakobus Bantul selalu meriah karena dipersiapkan khusus dan dengan lagu-lagu yang diolah secara khusus. Umat yang hadir dalam perayaan misa hari raya sangat banyak ± 2.000 orang.

  3) Misa Yakobusan

  Yakobus Bantul, yang dilaksanakan pada minggu terakhir bulan Juli setiap tahun. Pada Misa Yakobusan selalu menggunakan bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristinya dan menggunakan seni karawitan sebagai pengiring koornya. Selain itu, dalam misa Yakobusan sangat kental sekali dengan nuansa Jawa. Umat yang hadir saat misa Yakobusan sangat banyak ± 4.000 orang (Paroki Santo Yakobus Bantul, 2010: 1).

  4) Misa Pelajar Misa pelajar dilaksanakan oleh para pelajar Katolik di kabupaten Bantul di bawah organisasi Paguyuban Siswa-siswi Kabupaten Bantul (PASIKA). Misa pelajar dilaksanakan setiap bulan sekali tetapi tidak terjadwal hari dan minggunya. Misa pelajar menggunakan lagu-lagu yang bersifat meriah.

  5) Misa Lansia Misa lansia adalah misa yang diperuntukkan bagi umat yang berusia lanjut. Misa lansia dilaksanakan satu bulan sekali yaitu setiap hari Kamis kliwon pukul 15.00 WIB. Jumlah yang hadir dalam misa lansia sangat sedikit ± 50 orang. Misa lansia dilaksanakan di bawah organisasi Paguyuban Santa Monika (Paroki Santo Yakobus Bantul, 2010: 27).