STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs SUNAN KALIJAGA DESA.BAWANG KECAMATAN.BAWANG KABUPATEN.BATANG TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar
STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs SUNAN KALIJAGA
DESA.BAWANG KECAMATAN.BAWANG
KABUPATEN.BATANG TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Naely Murodah
NIM. 111 13 079
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
.
MOTTO
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri (QS.Ar-Ra’d:11)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan penting dalam hidupnya
1. Kepada kedua orang tuaku Bapak Marwazi dan Ibu Chotim terimakasih telah menjadi orang tua yang baik yang telah mendidiku, merawatku dengan penuh kasih sayang dan penuh kesabaran yang tak ternilai harganya
2. Terimakasih banyak buat Nizam Mahbub dan saudara-saudaraku yang selama ini telah setia mendukungku, dan memberi semangat untuk mengerjakan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai.
3. Untuk sahabat-sahabatku seperjuangan, Rastrid Dita Nugraheni, Sarifatul „Alawiyah, Wahyu Anggun Safitri, yang selalu memberi saya semangat dengan ikhlas
4. Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya PAI angkatan 2013 5.
Kepada pembaca yang budiman.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah Swtyang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad Saw., yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan baik moral maupun material, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga 2.
Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4.
Bapak Drs. Bahroni, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik 5. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, MM.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi.
6. Kepada seluruh dosen tarbiyah khususnya pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di FTIK IAIN Salatiga.
ABSTRAK
Murodah, Naely. 2017. Strategi Pengembangan Kompetensi Guru
Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa.Bawang Kecamatan. Bawang Kabupaten. Batang Tahun Ajaran 2016/201 . Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H.Wahyudhiana, M.M.Pd.
Kata Kunci: Strategi Pengembangan Kompetensi Guru PAI
Penelitian ini merupakan strategi pengembangan Kompetensi untuk guru PAI dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1). Bagaimana pemahaman kompetensi guru oleh guru PAI di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kec. Bawang Kab. Batang Tahun Ajaran 2016/2017 (2). Bagaimanakah strategi pengembangan kompetensi guru PAI di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kec. Bawang Kab. Batang Tahun Ajaran 2016/2017 (3) Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi strategi pengembangan kompetensi guru di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kec. Bawang Kab. Batang Tahun Ajaran 2016/2017.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif di mana penulis harus mendapatkan data dengan cara melakukan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul maka data dapat dianalisis dengan reduksi data, melakukan penyususnan data dan kemudian baru bisa di analisis.
Setelah melakukan analisis maka penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Pemahaman kompetensi guru oleh guru di MTs Sunan Kalijaga, adalah Profesionalisme yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan bidangnya, dan memiliki mutu pembelajaran agar tercapainya KBM yang efektif dan tepat sasaran. (2) Strategi pengembangan kompetensi guru adalah dengan meningkatkan kemampuan guru melalui seminar, mengikuti pertemuan MGMP, mengikuti diklat dan giat mengikuti kegiatan pelatihan lainnya dalam usaha memajukan kompetensi guru. (3) Faktor yang mempengaruhi pengembangan kompetensi guru adalah kurangnya sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran dan minimnya pengadaan sosialisasi. Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi serta masukan bagi kepala sekolah dan guru, siswa dan lingkungan sekitar.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... .. i
HALAMAN BERLOGO ............................................................................... . ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... . v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... . x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7 C. Tujuan PenulisanSkripsi ................................................................ 7 D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8 E. Penegasan Istilah ........................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan ................................................................ 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Guru ........................................................................ 14 B. Strategi Pengembangan……………………............................. ... 20 C. Berbagai Macam Kompetensi Guru......................................... ... 28
D.
Urgensi Kompetensi Guru........................................................ 39 E. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ......................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan ................................... ............................................... 45 B. Jenis Penelitian ...... ..................................................................... 45 C. Kehadiran Peneliti................................................................... ..... 46 D. Lokasi Penelitian .......................................................................... 47 E. Sumber Data ................................................................................ 47 F. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 48 G. Analisis Data ................................................................................ 49 H. Konfirmasi Keabsahan Data ........................................................ 50 I. Tahap-tahap Penelitian ................................................................ 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum penelitian ............... ........................................ 53 1. Waktu dan Tempat Penelitian .............. ........................... 53 2. Profil Sekolah MTs Sunan Kalijaga.. .. ........................... 53 3. Visi dan Misi MTs Sunan Kalijaga .................................. 67 B. Hasil Temuan Data . .................................................................... 68 1. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ...................... 68 2. Hasil Wawancara dengan Guru PAI ................................ 70 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan........................................................... ..... ................. 80 B. Saran-saran ................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83 LAMPIRAN-LAMPIRAN A.
DaftarTabel 1.
Tabel 4.1 Jumlah Siswa 9 (sembilan) tahun terakhir ............ 56 2.Tabel 4.2 Data Kelulusan Siswa ............................................ 57 3.Tabel 4.3 Data RuangKelas ................................................... 58 4.Tabel 4.4 Data Ruang Laboratorium dan ketrampilan .......... 59 5.Table 4.5 Data Guru dan Staff ............................................... 59 6.Table 4.6 Data Infrastruktur ................................................... 60 7.Table 4.7 Data Meubelair ,Perabot dan Inventarisasi Per JenisRuang ..................................................................................... 61 8.
Table 4.8 Data Sanitasi .......................................................... 65 9.Table 4.9 Data Sumber Air Bersih ......................................... 65 10.Table 4.10 Data Sumber Listrik ............................................. 66BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang paling penting dalam
mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dan watak bangsa. Harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh mutu pendidikannya (Priansa, 2014: 10). Peranan pendidikan harus dilihat dalam konteks pembangunan secara menyeluruh, yang bertujuan membentuk manusia sesuai cita-cita bangsa. Pembangunan tidak mungkin berhasil jika tidak melibatkan manusianya sebagai pelaku dan sekaligus sebagai tujuan pembangunan. Untuk mensukseskan pembangunan perlu ditata suatu sistem pendidikan yang relevan. Sistem pendidikan ini dirancang dan dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Tanpa keahlian yang memadai, yang ditandai oleh kompetensi yang menjadi persyaratan, maka pendidikan sulit berhasil. Keahlian yang dimiliki oleh tenaga kependidikan, tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya, melainkan hanya dimiliki orang-orang tertentu yang telah mengalami pendidikan guru secara berencana dan sistematik (Hamalik, 1991: 6).
Tujuan pendidikan perlu dicapai dengan partisipasi berbagai pihak, terutama guru melalui peran strategis yang diembannya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan diperlukan guru yang profesional dengan kompetensi yang sesuai. Tujuan pendidikan tersebut didukung oleh optimalisasi strategi pembangunan pendidikan seperti sistem pendidikan nasional yang meliputi : pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis, penyediaan sarana prasarana belajar yang mendidik, pelaksanaan wajib belajar, pemberdayaan peran masyarakat (Priansa, 2014: 82-83).
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan oleh suatu lembaga pendidikan maka seorang pendidik ditandai dengan keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yang meliputi keterpaduan antara pendidik dan pesertadidik, sarana prasarana yang memadai dengan kegiatan siswa. Dalam pengajaran seorang guru harus memiliki rumusan atau tujuan pembelajaran yang jelas sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan terciptanya masyarakat Indonesia yang lebih baik. Allah SWT dalam firman-
Nya terdapat pada Qur‟an surat Al- Mujadilah ayat 11 yaitu:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan
kepadamu: “berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.Guru adalah figur yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik, guru adalah orang yang identik dengan pihakyang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Ditangan para gurulah tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini. Pribadi susila yang cakap adalah yang di harapkan ada pada diri setiap anak didik. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Oleh sebab itu, tetaplah dikatakan orang bahwa karena guru kita menjadi pintar, karena gurulah kita pandai, karena gurulah kita cemerlang, maka naïf rasanya kalau kita melupakan jasa dan pengorbanan para guru yang telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya (Asdiqoh, 2013: 17).
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak (Mahanani, 2011: 17).
Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, khususnya dalam memberikan layanan pembelajaran kepada peserta didik. Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya karena setiap tanggung jawab memerlukan sejumlah kompetensi dan setiap kompetensi dapat dijabarkan (Mulyasa, 2013: 65-66).
Secara umum kompetensi guru mencakup, kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi paedagogik, dan kompetensi sosial.
Keempat kompetensi tersebut dijadikan landasan dalam rangka mengembangkan sistem pendidikan tenaga kependidikan (Asdiqoh, 2013: 27-36).
Undang-undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa tugas guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan . selanjutnya undang- undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Priansa, 2014: 78)
Kompetensi guru sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum.Ini dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh guru.Tujuan, program pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi,dan sebagainya, hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum. Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik mungkin (Asdiqoh, 2013: 25-26).
Pendidikian Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional
(Thoha dan Mu‟ti, 1998: 180). Tujuan Pendidikan Agama Islam pada sekolah untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Sebuah kasus yang terjadi dalam lingkup pendidikan baru-baru ini yaitu. Selasa 28, Juni 2016 seorang guru bernama Samsudi 45 tahun guru di SMP Raden Rahmat, Balongbendo Sidoarjo. di disidang karena mencubit siswanya ketika menyuruh siswanya mengerjakan sholat Dhuha dimana kegiatan sholat Dhuha adalah salah satu kebijakan sekolah untuk menumbuhkan sikap bertaqwa kepada siswanya. Kejadian ini terjadi di Sidoarjo, dimana ratusan guru melakukan aksi long march dari alun-alun menuju PN (pengadilan negeri) Sidoarjo, sambil menyerukan tindakan keterlaluan aparat hukum yang menyidangkan seorang guru karena permasalahan sepele. Kemudian ketua PGRI (persatuan guru republik Indonesia) Jawa Timur, Ichwan mengatakan penyidangan terhadap guru tersebut berada di luar akal sehat. Katakanlah, seorang guru itu mencubit siswa namun yang dilakukannya itu dalam koridor mendidik (http:/regiona.kompas.com/read/2016/07/01/17403801/di unduh pada hari sabtu, 18MARET2017:16.46).
Dari contoh permasalahan di atas maka seorang guru harus lebih tegas dalam mengembangkan sikap spiritual anak didiknya sehingga tidak akan terulang kembali permasalahan seperti itu. Dan guru Pendidikan Agama Islam yang kompeten akan lebih mampu menguasai situasi kelas yang sedang diampunya, sehingga proses pembelajaran berada pada taraf yang optimal. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai hal ini ditandai dengan lingkungan belajar yang kondusif agar berhasil dan efektif . Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam harus melengkapi dan meningkatkan kompetensinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis terdorong untuk menyusun skripsi dengan judul STRATEGI PENGEMBANGAN
KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM di MTs
SUNAN KALIJAGA DESA.BAWANG KECAMATAN. BAWANG
KABUPATEN. BATANG TAHUN AJARAN 2016/2017.
B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana pemahaman kompetensi guru di kalangan para guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017 ? 2. Bagaimana Strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan
Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017 ? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga
Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017 ? C.
Tujuan Penulisan Skripsi 1.
Untuk mengetahui pemahaman kompetensi guru di kalangan para guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017.
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan kompetensi guru
Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017.
D. Kegunaan Penelitian
Dalam pengkajian suatu ilmu diharapkan mampu memberikan informasi-informasi yang baru dan dapat diambil manfaatnya. Manfaat bagi yang mengkaji maupun bagi umum yang membaca serta mempelajari dari kajian itu. Dalam skripsi ini diharapkan mengandung manfaat secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan mutu pembelajaran sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal.
2. Manfaat praktis a.
Adanya pemahaman di kalangan guru tentang pentingnya kompetensi dalam kegiatan belajar mengajar.
b.
Ditemukannya strategi yang tepat untuk mengembangkan kompetensi guru pendidikan agama islam di sekolah.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari pengertian dan penafsiran judul di atas, serta membatasi ruang lingkup dalam pembahasan penelitian ini maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung yaitu : 1.
Strategi Strategi merupakan rencana besar yang bersifat meningkat, efisien dan produktif guna mengefektifkan tercapainya tujuan. Strategi yang dimaksud disini merupakan rencana yang cermat untuk mencapai sasaran khusus (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2007,1092).
Strategi adalah suatu proses berfikir yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep dan prinsip dari apa yang yang diketahui seseorang (Yamin, 2005: 5).
Jadi, strategi adalah salah satu taktik untuk meningkatkan mutu pembelajaran secara bertahap untuk menghasilkan suatu pembelajaran.
Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2007, 538). Jadi pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih baik dari tujuan sebelumnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pengembangan adalah rencana untuk mencapai sasaran dan tujuan untuk dikembangkan secara optimal dan lebih baik.
2. Kompetensi
Kompetensi menurut Charles E. Johnson, merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi merupakan suatu tugas yang memadai atas kepemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Kompetensi juga berarti sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Asdiqoh, 2013: 24).
Kompetensi profesional guru selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peran yang sangat penting. Pendidikan guru sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru (Hamalik, 2003: 38).
Kompetensi atau penguasaan bahan ajar harus dimiliki semua lapisan guru (Sutadipura, 1984: 10). Jadi kompetensi guru adalah suatu penguasaan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Guru adalah unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam pendidikan. Selain itu guru juga sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Drajat dan Effendi, 2014: 47).
Jadi guru adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa dan mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif .
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami menghayati dan mengamalkan tentang Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kekurangan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional (Thoha dan Mukti, 1998: 180).
Jadi dengan adanya Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami isi skripsi ini, maka peneliti menulis skripsi ini secara sistematis. Skripsi ini terdiri dari 5 bab yaitu meliputi:
BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II : KAJIAN TEORI Berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan landasan
teori tentang strategi pengembangan, kompetensi guru, guru Pendidikan Agama Islam, pentingnya kompetensi guru, macam-macam kompetensi guru.
BAB III : METOGOLOGI PENELITIAN Berisi tentang pendekatan, jenis penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode analisis data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi data dan temuan peneliti yang menggambarkan
gambaran umum tentang Strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang yang meliputi letak geografis, keadaan sekolah, keadaan pendidikan, keadaan sosial ekonomi,kegiatan keagamaan, struktur organisani, dan hasil wawancara.
Kemudian setelah hasil penelitian selesai maka diteruskan dengan pembahasan yang merupakan bagian yang menjelaskan temuan peneliti tentang Strategi pengembangan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di MTs Sunan Kalijaga Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2016/2017.
BAB V : PENUTUP Menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian, saran- saran dalam penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Guru Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan
atau kecakapan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal (Asdiqoh, 2013: 23).
Johnson (2004), mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (Mulyasa, 2013: 63).
Kualitas seorang guru harus menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan sebuah pola pendidikan yang efektif. Kualitas seorang guru ditandai dengan tingkat kecerdasan, ketangkasan, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi serta ikhlas dalam memajukan dan mencerdaskan anak didik (Asmani, 2009: 39-40).
Guru yang profesional harus memiliki kompetensi yang baik karena kompetensi guru adalah suatu penguasaan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya (Asdiqoh, 2013: 23). Dalam Panduan Sertifikasi Guru bagi LPTK tahun 2006 yang dikeluarkan direktur ketenagaan Dirjen Dikti Depdiknas disebut bahwa kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang di tampilkan melalui unjuk kerja (Mahanani, 2011: 44).
Pada intinya guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.
Istilah kompetensi memiliki banyak makna yang di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan seuatu, misalnya akan dapat melakukan proses berpikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berpikir ilmiah.
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalam kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat memecahkan masalah ekonomi manakala ia memahami konsep-konsep ekonomi.
3. Keterampilan (skill),adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan. Misalnya siswa hanya mungkin dapat melakukan pengamatan tentang mikroorganisme manakala ia memiliki keterampilan bagaimana cara menggunkan microscope sebagai alat.
4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara spikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya. Misalnya standar perilaku siswa dalam melaksanakan proses berpikir seperti keterbukaan, kejujuran, demokratis, kasih sayang, dan lain sebagainya.
5. Sikap (attitut), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya perasaan senang atau tidak senang terhadap munculnya aturan baru, reaksi terhadap diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan lain sebagainya.
6. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari dan memperdalam materi pelajaran (Sanjaya, 2006: 6-7).
Kompetensi merupakan kemampuan dasar yang dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai landasan melakukan proses pembelajaran dan penilaian siswa (Yamin, 2005: 127-128).
Menurut McAshan, kompetensi adalah suatu pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya (Sanjaya, 2006: 6).
Dalam pengertian yang lebih substansi kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif perilaku seseorang. Menurut Lefrancois, kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Kompetensi diartikan oleh Cowell sebagai suatu keterampilan atau kemahiran yang bersifat aktif. Kategori kompetensi dimulai dari tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar yang terdiri dari : (1) penguasaan minimal kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, (3) penambahan penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan. Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau pengembangan kompetensinya (Khoiri, 2010: 36-37).
Dari uraian di atas, maka kompetensi bukan hanya ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambarkan dalam pola perilaku. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan satu gambaran yang utuh tentang potensi, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terkait dengan profesi tertentu.
Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak dapat berdiri sendiri, melainkan di pengaruhi oleh faktor-faktor latar belakang suatu pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru.
Selain itu kompetensi guru mencerminkan tugas dan kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan guru yang menuntut suatu kompetensi tertentu (Uno, 2011: 64).
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan perannya secara bertanggung jawab dan layak (Sanjaya, 2006: 15).
Kompetensi guru diperlukan untuk menjalankan fungsi profesi. Dan kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran, sebagaimana seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar untuk mencerdaskan anak bangsa.
Perilaku pendidikan tersebut harus dijunjung oleh aspek-aspek lain seperti bahan yang dikuasai, teori-teori pendidikan, serta kemampuan mengambil keputusan yang situasional berdasarkan nilai, sikap dan kepribadian. Dengan demikian, Lembaga Pendidikan Guru, yang dulu dikenal dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan (LPTK) harus membekali lulusannya dengan perangkat kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang akan diemban para lulusan, serta sesuai pula dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan zaman yang senantiasa berubah (Mulyasa, 2008: 31).
Permasalahan kompetensi guru yang pada dasarnya adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai alat pendidikan, maka agar kompetensi guru dapat dimiliki oleh guru, maka mereka seharusnya: (1). Memahami hakekat ilmu yang diajarkan, (2). Memahami kiat pembelajaran ilmunya, (3). Memiliki kemampuan strukturisasi ilmunya menjadi peta konsep, (4). Memiliki kemampuan meneliti dan menyediakan sumber belajarnya, (5). Memiliki kemampuan menyediakan media belajarnya, (6). Memiliki kemampuan organisasi ilmunya menjadi bahan ajar, (7). Memiliki kemampuan memaknakan kurikulum menjadi objek dan persoalan belajar, (8).
Memiliki kemampuan menentukan evaluasi hasil pembelajaran ilmunya (Djohar, 2006: 55-56).
Nana Sudjana telah membagi kompetensi guru menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut:
1. Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang admisistrasi kelas, pengetahuan mengenai cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta pengetahuan umum lainnya.
2. Kompetensi bidang sikap, kesiapan dan kesediaan guru terhadap bebagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya misalnya, sikap menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.
3. Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/berperilaku, seperti kemampuan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, keterampilan menyusun persiapan perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas (Uno, 2011: 67-68).
B. Strategi Pengembangan
Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya harus mengembangkan kompetensinya, baik profesional, sosial, pedagogik maupun personal sebagai seorang guru. Selain itu instansi dimana guru itu berkerja akan ikut andil berusaha agar mengembangkan kompetensi yang dimiliki guru tersebut, agar pelaksanaan tugas seorang guru dapat berjalan dengan lancar dan berkembang sesuai kebutuhan siswa dan perkembangan zaman.
Menurut Hendyat untuk dapat mengembangkan profesi guru , ada dua jalan yang dapat di tempuh yaitu melalui pengembangan diri guru itu sendiri.
Dalam pengembangan diri ada beberapa cara dan usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengembangkan profesinya, antara lain: berusaha memahami tujuan pendidikan dan pengajaran secara jelas dan konkrit, berusaha memahami dan memilih bahan pengajaran sesuai dengan tujuan.
Agar profesi guru dapat dikembangkan maka harus berusaha memahami problem minat, dan kebutuhan dalam proses belajar subyek didik, mengorganisasi bahan dan pengalaman belajar, berusaha memahami, menyeleksi, dan menerapkan metode pembelajaran, berusaha memahami dan sanggup membuat, mendayagunakan berbagai alat pelajaran.
Guru harus berusaha membimbing dan mendorong kemajuan pertumbuhan dan perkembangan belajar subyek didik, mampu menilai program dan hasil pembelajaran yang telah dicapai.
Guru sebaiknya mengadakan penilaian diri sendiri (self evalution) untuk melihat kekurangan dan keberhasilan pelaksanaan tugasnya,
profesional reading (berusaha membaca buku-buku yang relevan dengan
tugas profesinya), profesional writing (berusaha mengembangkan diri dengan menulis karya ilmiah di berbagai media).
Agar menjadi guru yang mempunyai wawasan maka guru mengadakan individual conference (pertemuan pribadi antara sejawat dan dengan ahli lain dalam mengembangkan wawasan keilmuan dan wawasan proses dan strategi pembelajaran), experimentation (berusaha melakukan percobaan-percobaan atas inovasi yang ditemukan atau strategi pembelajaran baru) (Afifah, 2010: 14-15),
Selain pengembangan diri dalam mengembangkan profesi guru, ada pengembangan kelembagaan yaitu sebagai berikut.
Dalam Pengembangan Kelembagaan dimana guru itu bekerja harus berusaha mengembangkan profesinya agar dapat bekerja secara profesional. Kompetensi guru disiapkan oleh program studi pada jurusan bidang studi yang relevan yang dapat mefasilitasi kompetensi guru tertentu. Contohnya kompetensi guru bidang MIPA disiapkan oleh masing-masing jurusan yang ada di MIPA, kompetensi guru seni tari atau seni musik dapat dibina sekaligus oleh jurusan seni pertunjukan. Maka lembaga penyelenggara kompetensi guru bidang studi atau matapelajaran ini adalah pada jurusan masing-masing yang sesuai atau serumpun dengan bidang studi pada Universitas-LPTK. Jurusan bidang studi membekali guru agar mampu mengolah setiap bidang studi menjadi bidang sudi dalam pendidikan, dan mengembangkan kekhususan pembelajaran dari bidang studinya (Djohar, 2006: 21-22).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang profesional dapat mengembangkan profesinya misalnya guru dalam bidang matapelajaran PAI maka guru harus mengajar sesuai dengan rumpun bidang studi yang dimilikinya.
Perilaku guru dapat diperoleh dari keterlatihannya terhadap sejumlah ketrampilan pembelajaran. Dimana guru memperoleh pendidikan dan latihan sejumlah keterampilan mengajar, mencermati karakteristik siswa, cara-cara mendeteksi kegagalan siswa, cara-cara memerikan bantuan yang tepat, cara memaknakan kurikulum secara proposional, dan cara-cara memilih dan menyediakan media belajar serta cara evaluasi mengajar- belajar yang mencapai sasaran.
Maka perlu merumuskan standar performance guru, dengan demikian lebih mudah untuk menilai actual performance di sekolah. Agar kriteria guru dapat diperoleh oleh setiap peserta pendidikan calon guru, maka dibutuhkan kontrol terhadap kualitas standard performance maupun terhadap actual performance calon guru. Untuk keperluan itu sangan diperlukan adanya keterbukaan, sehingga masyarakat yang tergabung dalam Educational Watch dapat melakukan supervise dan evaluasi kinerja guru dan lembaga pendidikan dan pembinaan atau penataran guru menjadi lebih terbuka (Djohar, 2006: 22-23).
Guru yang sudah mengikuti banyak kegiatan keprofesian maka bisa mengembangkan profesinya dengan membuat penerbitan buletin atau majalah atau surat kabar, penyelenggaraan kursus-kursus, penyelenggaraan penataran-penataran, konseling yang diberikan kepada guru baik secara individual maupun secara kelompok, pertemuan umpan balik bergelombang berdasarkan pada masalah dan tema yang telah diberikan sebelumnya, pengembangan program testing dan pola-pola baru secara bersama, penyelenggaraan penelitian-penelitian yang diikuti oleh para guru.
Pengertian lain menyebutkan bahwa pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik ketika dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
a.
Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru menilai pendidiknya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, ketrampilan dan bahkan sikap profesional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan.
b.
Pengembangan sikap selama dalam jabatan Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Seperti yang telah disebutkan, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, atau pun secara informal melalui media masa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya.
Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2007: 54-55).
Kinerja guru menjadai tanggung jawab dua lembaga. Kinerja awal guru sangat ditentukan oleh kemampuan awal hasil pendidikan guru, meskipun kemampuan awal itu selanjutnya akan berkembang sesuai pengalaman mereka. Maka dengan kemampuan awal guru ini sangat penting dan mendasar, karena menjadi awal budaya guru berkembang lebih lanjut ke arah yang sesuai dengan kompetensi dan profesi yang optimal.
Oleh karena kerjasama yang fungsional antara Universitas LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan), LPPG (lembaga pendidikan profesi guru) dan sekolah akan menghasilkan sinergi yang konstruktif dalam upaya peningkatkan mutu pendidikan kita (Djohar, 2006: 57).
Adapun cara untuk pengembangan kompetensi guru dengan cara sebagai berikut:
1. Program sertifikasi
Sertifikasi guru adalah proses perolehan sertifikat pendidik bagi guru. Sertifikasi pendidik bagi guru berlaku sepanjang yang bersangkutan menjalankan tugas sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sertifikasi pendidik ditandai dengan satu nomor registrasi guru yang dikeluarkan oleh Deparemen Pendidikn Nasional.