PENGARUH RUTINITAS MELAKSANAKAN PUASA SENIN KAMIS TERHADAP KESEHATAN MENTAL SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI SUSUKAN SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikn Islam (S.Pd)

  

PENGARUH RUTINITAS MELAKSANAKAN PUASA SENIN KAMIS

TERHADAP KESEHATAN MENTAL SANTRI PONDOK PESANTREN

MODERN BINA INSANI SUSUKAN SEMARANG TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikn Islam (S.Pd)

  

Oleh:

NUR ASRI’UL CHUSNA

NIM. 111-12-011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

TAHUN 2017

  

MOTTO

مِئاَص اَنَأَو يِلَمَع َضَرْعُ ي ْنَأ ُبِحُأَف ِسْيِمَخْلاَو ِنْيَ نْ ثلاا َمْوَ ي ُلاَمْعَلأا ُضَرْعُ ت

  

Amal perbuatan di angkat pada hari senin dan kamis, sehingga aku senang jika amalku

diangkat ketika aku sedang berpuasa.

  ”Shahih: Takhrij Al-Misykah (2056), Ta’liq Ar- Raghib(84/2), dan Irwa’ Al-Ghalil(949).

  

نِإَو َََمِِِْْلاَو َبَتِِْلا ُمُهُمِّلَعُ يَو ْمِهْيََُِِّّ ي َو ِهِتَياَء ْمِهْيَلَع اوُلْ تَ ي ْمِهِسُفْ نَأ ْنِّم ًلاْوُسَر ْمِهْيِف َثَعَ ب ْذِإ َنْيِنِم ْؤُمْلَا ىَلَع ُهّللا َّنَم ْدَقَل

) 461 َِّ ( ٍنْيِبُّم ٍلَلاَض ىَفَل ُلْبَ ق ْنِم اوُنا

  

“ sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah

mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan

kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada

mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka

adalah benar-benar dalam kesesatan yang ny ata”(Q.S. Ali-Imran: 164)

  PERSEMBAHAN Yang utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.

  Segala kasih dan sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu, serta mengenalkanku dengan rasa tanggung jawab sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Persembahan karya sederhana ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan tujuanku:

  1. Kedua orang tuaku, Bapak Ratno dan Ibu Muzaro’ah atas kasih sayang, do’a dan pengorbanan tanpa syarat demi kebaikan masa depanku 2. Kakakku Ahmad Arif Karyanto dan adikku Alisa Indi Ruqmana beserta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi dan do’a untukku

  3. Semua teman-teman PAI angkatan 2012, PAI (A) Laa Tansa 2012, serta teman-teman KKL dan PPL yang melukis begitu banyak kenagan

4. Para Dosen yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepadaku.

  KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb.

  Alhamdulillah dengan rendah hati penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat merasakan kenikmatan dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang-benerang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis haturkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul

  “Pengaruh Rutinitas Melaksanakan Puasa

Senin Kamis Terhadap Kesehatan Mental Santri Pondok Pesantren Modern

Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2016

  

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan didalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3.

  Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pndidikan Agama Islam 4. Dra.Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

  

ABSTRAK

  Chusna, Nur Asri’ul. 2017. Pengaruh Rutinitas Melaksanakan Puasa Senin Kamis Terhadap

  Kesehatan Mental Santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2016 . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I Kata Kunci: Puasa, Kesehatan, Mental,Santri.

  Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui rutinitas melaksanakan puasa senin kamis, kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan. Objek penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016 yaitu kelas 10, 11, dan 12 dengn sample penelitian sebanyak 80 responden. Pertanyaan utama yang ingin peneliti jawab adalah: (1) Bagaimana tingkat rutinitas pelaksanaan puasa senin kamis di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Semarang tahun 2016? (2) Bagaimana tingkat kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016? (3) Adakah pengaruh rutinitas puasa Senin Kamis terhadap kesehatan mental santri Pondok Pesanten Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016?.

  Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan tehnik statistik sederhana yang merupakan prosentase analisis dan analisis uji hipotesis menggunakan rumus korelasi product moment dibantu program Microsoft Office Exel 2007.

  Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa

  (1) Variabel rutinitas melaksanakan puasa senin kamis dari 80 responden yang berada dalam kategori baik sebanyak 57 santri atau 71,25%, adapun dengan kategori sedang sebanyak 23 santri atau 28,75%, dan dalam kategori sedang atau kurang baik sebanyak 0%. (2) Variabel kesehatan mental santri dari 80 responden yang berada dalam kategori baik sebanyak 67 santri atau 83,75%, adapun dalam kategori sedang sebanyak 13 santri atau 16,25%, dan dalam kategori sedang atau kurang baik ada 0%. (3) Dari hasil perhitungan korelasi product moment menghasilkan r hitung sebesar 0,275. Kemudian langkah mengkonsultasikan r hitung dengan r tabel, harga r tabel untuk jumlah responden 80 dan signifikan pada taraf kepercayaan 5% adalah 0,143. Dari uraian di atas terlihat bahwa harga rxy hitung lebih besar dari rxy tabel signifikan pada taraf kepercayaan 5%. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengaruh rutinitas melaksanakan puasa senin kamis terhadap kesehatan mental santri Pondok Pesntren Modern Bina Insani Susukan. Kesimpulanya, hipotesis yang berbu nyi “ada hubungan antra Pengaruh rutinitas melaksanakan puasa senin kamis dengan kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016” dapat diterima.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL............................................................................................................i HALAMAN BERLOGO......................................................................................................ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING...................................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................................v MOTTO.................................................................................................................................vi PERSEMBAHAN................................................................................................................vii KATA PENGANTAR.........................................................................................................viii ABSTRAK...........................................................................................................................x DAFTAR ISI........................................................................................................................xi DAFTAR TABEL.................................................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................xiv

  BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1 B. Rumusan Masalah..................................................................................................5 C. Tujuan Penelitian...................................................................................................5 D. Hipotesis Penelitian...............................................................................................6 E. Manfaat Penelitian.................................................................................................6 F. Penegasan Istilah...................................................................................................7 G. Metode Penelitian..................................................................................................11 H. Sistematika Penulisan............................................................................................18 BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................20 A. Rutinitas Puasa Senin Kamis.................................................................................20 B. Kesehatan Mental..................................................................................................39

  B.

  Temuan Penelitian................................................................................................68

  BAB IV ANALISIS DATA.................................................................................................. 99 A. Analisis Deskriptif................................................................................................99 B. Pengujian Hipotesis.............................................................................................110 C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis..........................................................................117 BAB V PENUTUP................................................................................................................119 A. Kesimpulan..........................................................................................................119 B. Saran....................................................................................................................120 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Nota Pembimbing Skripsi 2. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 3. Surat keterangan Melakukan Penelitian 4. Daftar SKK 5. Lembar Konsultasi 6. Instrumen Pengembangan Indikator 7. Pedoman Angket 8. Hasil Angket 9. Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak bisa luput dari kebutuhan semua orang. Pendidikan tidak

  harus didapatkan di sekolah-sekolah formal. Selain sekolah, pendidikan dapat diperoleh di pesantren. Pesantren tidak hanya mengajarkan tentang agama saja akan tetapi juga mendapatkan pelajaranan umum. Hal tersebut dapat diperoleh di pesantren-pesantren di zaman modern ini. Pesantren dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja, antara lain pesantren dapat mencegah remaja untuk melakukan perbuatan yang menyimpang seperti mabuk, seks bebas, penggunaan narkoba, dll yang dapat menyebabkan penyakit jiwa (mental).

  Sesungguhnya untuk menyelamatkan generasi yang akan datang, pembangunan mental harus sangat diperhatikan dan dilaksanakan dengan intensif.

  Disamping itu kita juga tidak boleh melupakan anak-anak yang sekarang telah terganggu kesehatan mentalnya, dan telah terlanjur kosong dadanya dari jiwa agama, demikian pula keadaan masyarakat umum yang tidak sedikit pengaruhnya dalam pembangunan mental anak (Daradjat.1975: 41). Dengan begitu untuk meminimalisir perbuatan menyimpang dari anak atau remaja tempat yang lebih tepat adalah dengan memasukkan disebuah lembaga yang kental dengan agama yaitu dipesantren. Hal tersebut dapat dilakukan denagan alasan karena kegiatan- kegiatan di pesantren bersifat positif dan berbau agama.

  Remaja di zaman modern ini sering kali terbawa arus globalisasi yang condong ke arah negatif. Semakin majunya teknologi memudahkan remaja membuka berbagai situs yang kurang baik dan mempengaruhi prilakunya dalam bergaul di masyarakat. Pengaruh teman sepermainan juga dapat mempengaruhi perilakunya. Apabila remaja sering kali berperilaku menyimpang maka itu didasari oleh pola berpikirnya yang salah.

  Perubahan psikis remaja biasanya berupa ketidak stabilan emosi dan perasaan, sehingga ia tidak memiliki kepastian cita-cita dan perasaannya. Memang masa remaja sering juga disebut dengan “strom and stress”, masa pancaroba, yakni suatu masa yang penuh kegoncanggan jiwa. Hal ini dikarenakan oleh keadaannya yang masih dalam masa peralihan atau transisi dari masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan menuju masa dewasa yang matang dan mandiri (Musbikin, 2004: 210). Begitu pula pada masa ini keinginannya untuk mengetahui, mempraktekan dan mengadakan eksperimen sangat kuat. Juga dorongan nafsu seks dan juga ingin mencintai lain jenis sangat besar. Maka dari itu bila didikan moral dan agama tidak kuat, si remaja itu bisa terjerumus ke hal- hal negatif, seperti kumpul kebo, homoseks, dan lain sebagainya.

  Seseorang yang didalam mengarungi hidup dan kehidupan apabila di dominasi oleh syahwat perut dan seks maka akan cenderung menjadi perusak (Winarno.2013: 02). Untuk mengantisipasi bentuk-bentuk penyimpangan tersebut maka di sinilah pondok pesantren yang menjadi salah satu lembaga pendidikan

  Kegiatan di pondok pesantren yang diharapkan dapat memperbaiki mental remaja adalah salah satunya dengan berpuasa sunnah, yaitu puasa senin kamis.

  Karena puasa bertujuan membentuk manusia yang takwa, maka ia tentu memiliki hikmah dan faedah yang besar bagi para remaja. Remaja yang masih dalam keadaan transisi yang penuh krisis dan gejolak itu sangat membutuhkan bimbingan dan pegangan yang mantap, sehingga ia akan mampu melewati masa itu dengan selamat dan sukses. Bimbingan dan pegangan yang ampuh untuk mengatasi segala gejolak itu tiada lain hanyalah puasa dan pendidikan agam (Musbikin, 2004: 211). Dengan berpuasa kita juga dapat lebih dekat dengan Allah SWT. Puasa yang dimaksud tidak hanya sekedar menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa yang sifatnya dzahir saja, lebih dari itu puasa berarti menahan diri dalam arti yang sangat luas, yakni menjaga seluruh anggota tubuh kita dari hal-hal yang tidak sesuai de ngan syari‟at-Nya, bahkan bagi orang-orang ahlul ma‟rifah puasa juga menghindarkan diri dari memikirkan selain-Nya (Ash-

  Shiddieqy,2010: 35).Oleh karena itulah wajar jika puasa merupakan tangga takwa bagi orang-orang yang beriman. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah: 183.

  ) 385 (َنْوُقَّ تَ ت ْمُكَّلعَل ْمُكِلْبَ ق ْنِم َنْيِذَّلا ىَلَع َبِتُك ُماَيِّصلا ُمُكْيَلَع َبِتُك اوُنَماَء َنْيِذَّلا اَهُّ يَأَي 183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa

  Dalam ayat tersebut tujuan dari disyari‟atkannya berpuasa adalah agar manusia bertakwa. Karena dengan takwa, perkara akhlak dan moralitas umat kerusakan maupun penyimpangan. Orang yang bertakwa senantiasa mendapat pimpinan dan bimbingan dari Allah SWT dan dalam penghidupan dan perjuangannya akan memperoleh kemenangan (Musbikin, 2004: 206).

  Mengingat bahwa puasa merupakan suatu cara yang menjadi bagian dari kehidupan manusia maka puasa dapat menjadi sarana untuk mengendalikan kesehatan mental atau jiwa. Agar puasa yang dijalankan tidak sia-sia maka ada beberapa hal yang harus ditaati dalam berpuasa. Beberapa aturan yang harus ditaati seseorang dalam berpuasa di antaranya adalah menjaga syarat dan rukun puasa, “menjauhi penyakit-penyakit hati seperti: iri, dengki, sombong, nafsu amarah, berkata bohong, ghibah, menipu, mengadu domba dan lain-lain (Faridl, 2007: 66). Penyakit-penyakit tersebut yang menjadikan mental seseorang sakit. ibadah puasa adalah suatu upaya pengendalian diri untuk tidak melakukan sesuatu secara berlebih-lebihan. Maka, dapat dipahami bahwa agar manusia dapat menjaga kesehatan mentalnya, Allah memberi sarana yaitu melalui ibadah puasa.

  Di dalam pesantren ini puasa yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh para santrinya adalah puasa Senin Kamis. Karena dengan menjalankan puasa ini santri tidak akan merasa terbebani dalam menjalankannya. Tujuan dianjurkannya Puasa Senin Kamis itu sendiri karena merupakan didikan salafiyah ulama terdahulu, yaitu untuk tirakat, riyadhoh (membiasakan diri), berlatih kesederhanaan, dan mandiri. Dengan dibiasakannya puasa Senin Kamis itu terlihatlah bagaimana tingkah laku, maupun kepribadian santri. Meskipun seorang tentu kesehatan mental santri itu baik dengan melakukan puasa, karena memang tidak ada kontrol dari lembaga itu sendiri. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh rutinitas puasa Senin Kamis terhadap kesehatan mental santri. Judul yang diangkat penulis adalah:

  “Pengaruh Rutinitas Melaksanakan

Puasa Senin Kamis TerhadapKesehatan Mental Santri Pondok Pesantren

Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2016

   B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana tingkat rutinitas pelaksanaan puasa senin kamis di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016? 2. Bagaimana tingkat kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern

  Bina Insani Susukan KabupatenSemarang tahun 2016? 3. Adakah pengaruh rutinitas puasa Senin Kamis terhadap kesehatan mental santri Pondok Pesanten Modern Bina Insani Susukan

  Kabupaten Semarang tahun 2016? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui tingkat rutinitas melaksanakan puasa senin kamis di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016.

2. Untuk mengetahui tingkat kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016.

  3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh rutinitas puasa senin kamis terhadap kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang 2016.

  D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis berasal dari kata "hypo" yang berati "dibawah" dan "thesa"yang artinya "kebenaran". Pengertian hipotesis menurut Sugiyono adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih terus diuji secara empiris (Sugiyono, 2011: 64).

  Adapun hipotesis yang akan penulis ajukan pada penelitian ini sebagai berikut: Adanya hubungan antara rutinitas melaksanakan puasa senin kamis dengan kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang tahun 2016.

  E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan secara praktik dan teoritik.

1. Praktis a.

  Bagi lembaga pesantren dapat di jadikan masukan dalam upaya meningkatkan kesehatan mental bagi santri.

  b.

  Bagi santri sebagai motivasi untuk melaksanakan puasa senin kamis.

  c.

  Bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu permasalahan dan menemukan solusinya.

2. Teoritik

  Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pesantren di indonesia dan dapat memperkaya khasanah dunia pesantren dan santrinya yang di peroleh dari penelitian lapangan.

F. Penegasan Istilah

  Dalam pembahasan penelitian ini, penulis melakukan telaah pustaka pada sejumlah penelitian sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan dengan tema yang sedang penulis angkat. Serta untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian, maka perlu di jelas beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:

  1. Pengaruh Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia. pengaruh berarti daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Poerwadarminta. 2006: 865). Jadi pengaruh yang di maksud dalam skripsi ini adalah kesehatan mental atau watak yang timbul akibat kegiatan puasa senin kamis.

  2. Rutinitas puasa senin kamis Rutinitas berasal dari kata “rutin” yang dalam Kamus Umum

  Bahasa Indonesia, “rutin” memiliki dua arti yaitu pertama, kecakapan (kepandaian) yang diperoleh karena telah kerap kali melakukan; kedua,

  Dari pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa rutinitas yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kebiasaan puasa senin kamis yang biasa dilakukan oleh para santri di pindok pesantren.

  Dalam bahasa arab, puasa disebut”shaum”atau “shiam”. Menurut arti bahasa, Ash-shiam (puasa) artinya Al-Imsak yang berarti menahan, maksudnya menahan diri dari melakukan sesuatu. Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan puasa adalah “menahan diri dari yang membatalkan puasa seperti makan, minum, bersenggama, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat karena Allah SWT yang di sertai syarat- syarat ”(El-Hamdy, 2010: 02). Ada beberapa puasa sunnah yang dianjurkan untuk di kerjakan, tetapi dalam penelitian ini hanya meneliti tentang puasa senin kamis. Puasa Senin Kamis memiliki beberapa keutamaan, sebagaian dari hari-hari yang umat islam di anjurkan untuk mengerjakan puasa setiap pekannya adalah senin dan kamis. Jadi puasa senin kamis adalah puasa yang dilakukan pada hari senin dan kamis.

  Adapun indikator rutinitaspuasa senin kamis dengan memasukkan unsur kebiasaan dalam beribadah dan , sebagai berikut: a.

  Selalu melakukan puasa senin kamis b. Melakukan puasa atas kehendak diri sendiri c. Merasa tenang ketika berpuasa d. Semangat ketika melakukan puasa

3. Kesehatan Mental

  Menurut Ka mus Umum Bahasa Indonesia “sehat” adalah keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya(bebas dari sakit), dan yang kedua adalah mendatangkan kebaikan pada badan. Sedangkan pengertian “kesehatan” sendiri adalah perbuatan menyehatkan (Poerwadarminta.2006: 1051)

  Menuruk Kamus Umum Bahasa Indonesia “mental” adalah sesuatu yang mengenai batin (Poerwadarminta.2006: 762). Pendapat lain menjelaskan kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala- gejala gangguan jiwa dan dari gejala-gejla penyakit jiwa. Atau kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan orang lain, dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup (Daradjat, 1979: 11).

  Kesanggupan untuk menyesuaikan diri itu, akan membawa orang kepada kenikmatan hidup dan terhindar dari kecemasan, kegelisahan, dan ketidak puasan. Disamping itu, ia penuh dengan semangat dan kebahagiaan dalam hidup. Untuk dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri, kita harus lebih dulu mengenal diri kita dan menerimanya sebagaimana adanya, lalu bertindak sesuai dengan kemampuan dan kekurangan yang ada pada kita.

  Adapun indikator kesehatan mental dengan memasukkan unsur keimanan dan ketaqwaan, sebagai berikut: b. Terwujudnya keserasian antara unsur-unsur kejiwaan

  c. Mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri secara

  fleksibel dan menciptakan hubungan yang bermanfaat dan menyenangkan antar individu

  d. Mempunyai kemampuan dalam mengembangkan potensi yang

  dimiliknya serta memanfaatkannya untuk dirinya dan orang lain

  e. Terhindar dari penyakit hati, yang bertentangan dengan

  keesaan Allah SWT 4.

  Santri Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

  “ santri” adalah orang yang mendalami pengajiannya dalam agama Islam (dengan pergi berguru ketempat yang jauh seperti pesantren dan sebagainya), atau orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang shaleh (Poerwadarminta. 2006: 1032). Jadi santri yang di maksud dalam skripsi ini adalah orang yang mendalami agama Islam di pondok pesantren dengan sungguh-sungguh.

5. Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang

  Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesa “pesantren” adalah asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji dan menuntut ilmu, terutama yang berkaitan dengan agama Islam (Poerwadarminta. 2006: 884).

  Pondok Pesantren Modern Bina Insani ini terletak di daerah susukan, PPM Bina Insani berdiri di atas naungan yayasan pendidikan Islam. Selain itu di dalam PPM ini masih ada lembaga yang lain yaitu, sekolah menengah pertama ( SMP ) dan sekolah menengah atas(SMA ) yang kesemuanya sudah terakreditasi oleh dinas pendidikan. Lembaga ini telah aktif mulai tahun 1999 yang diawali oleh pondok pesantren yang berbasis modern di tambah dengan sekolah menengah pertama ( SMP ). Setelah sukses, kemudian yayasan ini mendirikan lembaga sekolah menengah atas ( SMA ) pada tahun 2002 yang sampai sekarang masih aktif dalam hal pendidikan.

  G.

  Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang cenderung menggunakan statistik atau data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (scoring)(Sugiono, 2007:23). Adapun pengertian kuantitatif menurut Moh. Kasiram adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Kasiram, 2010: 172).

  Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Hal ini disebabkan karena penulis meneliti tentang pengaruh atau hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Suryabrata, 2009:71).

  Menurut Abdullah Fadjar (1989) penelitian kuantitatif memiliki beberapa ciri antara lain: a.

  Dapat menyongkong menggunakan metode kualitatif b. Menggunakan logika positivisme dan menghindari sifat obyektif c. Menggunakan pengukuran yang terkendali d. Obyektif e. Data dipandang dari sudut pandang (isi) orang luar atau peneliti (Kasiram, 2010: 173).

  2. Kehadiran peneliti Peneliti merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini karena hanya manusia sebagai alat saja lah yang dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan dilapangan(Moleong, 2008: 9)

  3. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Moderen Bina

  Insani, Dsn. Baran, Ds. Ketapang, Kec. Susukan, Kab. Semarang 50777 Telp (0298) 615145. Penelitian ini dilakukan dalam rentan waktu juni-agustus 2016. Penelitian ini memilih lokasi di Pondok Pesantren Modern Bina Insani karena dipondok pesantren tersebut para santri dianjurkan untuk melakasanakan puasa senin kamis.

  4. Populasi dan sample Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2012: 117). Populasi dalam penelitian ini di ambil dari santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan, yang diambil secara random sampling yaitu pengambilan sample secara acak. Dari jumlah santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susuakan yang berjumlah 800 santri, peneliti mengambil sebanyak 10 % santri.

  Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karna keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2012: 118).

  Didalam penelitian ini penulis menggunakan Random Sampling, yaitu pengambilan sample secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012: 120). Dalam penelitian ini peneliti mengambil sample dari santri karena peneliti ingin mengetahui pengaruh rutinitas puasa senin kamis yang dilakukan para santri terhadap kesehatan mental mereka. Dari jumlah santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susuakan yang berjumlah 800 santri, peneliti mengambil sebanyak 10% santri. Jadi sample yang peneliti ambil adalah 80 santri.

5. Metode pengumpulan data

  Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode angket atau kuesioner dan metode dokumentasi.

  a.

  Metode Observasi Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2012: 203). Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

  b. Metode Angket atau Kuesioner Kuesioner adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2012: 199). Metode ini digunakan untuk mengungkap dua data yaitu data tentang rutinitas puasa Senin Kamis dan kesehatan mental santri. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006:231). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan objek penelitian serta memberikan gambaran umum tentang obyek penelitian.

6. Instrumen penelitian

  Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006:160). Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang terdapat dalam lampiran. Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini antara lain: a.

  Perencanaan b. Penulisan soal c. Penyuntingan d. Uji coba instrumen e. Penganalisaan hasil f. Menggunakan refisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh

7. Analisis Data

  Menurut Bogdan dan Bigliklin (dalam Moleong.2008: 248) adalah upaya yang di lakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat di kelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain.

  Adapun pendapat lain Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategori dan suatu uraian dasar (Iqbal, 2004:15). Analisis data ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan antara fenomena yang terdapat dalam penelitian (Iqbal, 2004:30). Fenomena tersebut yaitu kondisi yang terjadi pada santri Pondok Pesantren Moderen Bina Insani, kaitannya dengan pengaruh rutinitas puasa Senin Kamis terhadap kesehatan mental. Dalam menganalisa data yang ada, penulis menggunakan data sebagai berikut: a.

  Analisis kuantitatif Yaitu tehnik statistik sederhana yang merupakan prosentase analisis. Adapun rumusan yang digunakan untuk mencari prosentase tingkat rutinitas melaksanakan puasa senin kamis dan kesehatan mental adalah menggunakan rumusan:

  Keterangan : P = Prosentase yang dicapai F = Frekuensi N = Jumlah 100% = Bilangan konstan

  b. Analisis kedua(Analisis uji Hipotesis) Dalam analisis ini penulis mengadakan perhitungan lebih lanjut pada tabel distribusi frekuensi dilanjutkan dengan menguji hipotesis.

  Dalam analisis ini penulis menggunakan rumus korelasi Product Moment (Arikunto, 2006:276). sebagai berikut:

  rxy = ∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑

  ∑ ∑

  Keterangan: Rxy :Koefisien korelasi antara X dan Y Xy : Perkalian antara X dan Y

  : jumlah kuadrat variabel x :jumlah kuadrat variabel y

  ∑ : Sigma (jumlah)

  N : Jumlah responden

H. Sistematika penulisan

  Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman, dan penelaahan terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan di kaji maka perlu adanya sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut seperti berikut:

  BAB I: PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,hipotesis penelitian,manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB II: KAJIAN PUSTAKA Berisi tentang variabel-variabel dan teori mengenai hubungan antara variabel. Variabel pertama yaitu tentang rutinitas melaksanakan puasa senin kamis. Dan variabel kedua yaitu tentang kesehatan mental

  BAB III: HASIL PENELITIAN Bab ini berisi kondisi umum Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang yang meliputi gambaran umum lokasi dan subyek meliputi sejarah singkat pondok pesantren, letak geografis, sistem pendidikan dan pengajaran,

  BAB IV: ANALISIS DATA Bab ini berisi pembahasan tentang rutinitas melaksanakan puasa senin kamis pada santri, kesehatan mental santri, dan pengaruh rutinitas melaksanakan puasa senin kamis terhadap kesehatan mental santri Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2016.

  BAB V: PENUTUP Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran dan penutup.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Rutinitas Puasa Senin Kamis 1. Pengertian rutinitas Rutinitas berasal dari kata “rutin” yang dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “rutin” memiliki dua arti yaitu pertama, kecakapan

  (kepandaian) yang diperoleh karena telah kerap kali melakukan; kedua, kebiasaan; apa-apa yang biasa dilakukan (Poerwadarminta. 2006: 999).

  Dari pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa rutinitas yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kebiasaan puasa senin kamis yang biasa dilakukan oleh para santri di pindok pesantren.

2. Pengrtian Puasa

  Dalam Kamus bahasa Arab, puasa di sebut “shaum” atau “shiyam”. Kata tersebut berasal dari kata “shama – yashuumu – shauman wa

  shiyaaman ).(Yunus, 224: 1989). Menurut

  ” (

  • – – – َم اَص ٌمْوُصَي اًمْوَص اًم اَيِصَو

  arti bahasa, Ash-shiam (puasa) artinya Al-Imsak yang berarti menahan, maksudnya menahan diri dari melakukan sesuatu. Pengertian tersebut terdapat dalam firman Allah SWT:

  ) 381 ( ِرْجَفْلا َنِم ِدَوْس َْلأا ِطْيَخْلا َنِم ُضَيْ ب َلأا ُطْيَخْلا ُمُكل َنَّيَ بَتَ ي ىَّتَح اْوُ بَرْشاَو اْوُلُكَو

  “ Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang

  hitam, Yaitu fajar

  ”(Q.S. Al- Baqarah: 187) Sedangkan menurut istilah, yang di maksud dengan puasa adalah bersenggama, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat karena Allah SWT yang di sertai syarat- syarat” (El- Hamdy, 2010: 02).

  Syekh Abdul Qadir Al- Jilani, menerangkan bahwa selain makan syariat puasa juga memiliki makna ruhani yaitu membersihkan semua panca indra dan pikiran dari hal-hal yang di haramkkan, selain menahan diri dari perkara-perkara yang dapat membatalkan puasa sebagaimana yang telah di tetapkan dalam syariat itu (Winarno,2013: 01).

  Puasa yang diperintahkan, yang dituangkan nashnya dalam Al- Qur‟an dan Sunah, berarti meninggalkan dan menahan diri. Dari kata lain menahan dan mencegah diri dari memenuhi hal-hal yang boleh, meliputi keinginan untuk makan, minum, bersetubuh dan hal yang lain selama sehari penuh. Yaitu dari kemunculan fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat memenuhi perintah Allah SWT (Qardhawi. 2007: 18).

  Dan dari pengertian tersebut dapat di simpulkan, bahwa tujuan puasa adalah terletak pada menahan makan dan minum, hubungan seksual, termasuk menahan diri dari segala panca indra kita kepada sesuatu yang kurang baik. Dengan begitu puasa merupakan sebuah tuntutan dari Allah SWT untuk manusia supaya mereka mendidik jiwanya.

  3. Pengertian rutinitas Puasa

  Dari pengertian rutinitas dan puasa tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan rutinitas puasa adalah kebiasan menjalankan puasa yang dilaksanakan dengan sungguh- sungguh dan penuh semangat dan keikhlasan untuk meraih ridha Allah. Sehingga tujuan utama dari berpuasa yakni menjadi tangga takwa bagi orang-orang yang beriman benar-benar terwujud.

  4. Macam-macam Puasa a.

  Puasa Fardhu/ Wajib 1) Puasa Ramadhan 2) Puasa Qadha (mengganti puasa Ramadhan) 3) Puasa Nadzar 4) Puasa Kifarat (denda karena suatu pelanggaran) b. Puasa yang Disunahkan

  1) Puasa Syawal

  Puasa syawal yaitu, puasa enam hari setelah bulan Ramadhan, terhitung sejak tanggal dua syawal. Sabda Rasulullah SAW:

  اَص ْنَم َّمُث َناَضَمَر َم

اَّوَش ْنَم اَّتِس ُوَعَ بْ تَأ )ملسمو هاور( ِرْىَّدلا ٍماَيِصَك َناَك ٍل

  “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian

  mengikutinya enam hari dari bulan syawal,maka sama seperti berpuasa selama satu tahun.

  ” (Ibnu Majah dan Imam Muslim) (Al-Albani, 2013:599).

  2) Puasa Senin Kamis

  Puasa senin kamis adalah puasa yang paling sering dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana sabbda Rasulullah SAW:

   ٌمِئ اَص اَنَاَو يِلَمَع َضَرْعُ ي ْنَأ ُّبِحُأَف ِسْيِمَخْلاَو ِنْيَ نْ ث لاا َمْوَ ي ُل اَمْع َلأا ُضَرْعُ ت

  “Amal perbuatan diangkat pada hari senin dan kamis,

  

sehingga aku senang jika amalku diangkat ketika aku sedang

berpuasa .

  ”(Sahih: Takhrij Al-Misykah(2056), Ta’liq Ar-

  

Raghib (84/2), dan Irwa’ Al-Ghalil(949)) (Al-Albani,2013:

  591) 3)

  Puasa Arafah (tanggal 9 bulan Dzulhijjah) Puasa Arafah dianjurkan untuk kaum muslimin yang tidak sedang mengerjakan rangkaian ibadah haji di Mekah. Namun, bagi mereka yang sedang mengerjakan ibadah haji tidak diperkenankan untuk melakukannya. Adapun penegasan dari para sahabat yaitu:

  4552 ( اَق , ٍساَّبَع ِنْبا ىَلْوَم ,َةَمِرْكِع ْنَع) ,ِوِتْيَ ب ىِف َةَر ْ يَرُى ىِبَاَدْنِع اَّنُك : َل اَنَ ثَّدَحَف .َةَفَرَعِب َةَفَرَع ِمْوَ ي ِمْوَص ْنَع ىَهَ ن ,َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا َلْوُسَر َّنَا ).ةج ام نباو ّئع اسّنلا وجرخاو( Dari Ikrimah, maula Abdullah bin Abbas R.A. di berkata:

   kami pernah didekat Abi Hurairah di rumahnya. Lalu ia menuturkan hadist kepada kami, Bahwa Rasulullah SAW melarang puasa Arofah(tgl, 9 dzulhijjah)di Arofah. Hadis ini

   dikeluarkan oleh Nasai dan Ibnu Majah (Arifin, 1992:249).

  4) Puasa „Asyura (tanggal 10 Muharram)

  Rasulullah pernah memerintahkan umatnya untuk puasa „Asyura hingga datang kewajiban puasa Ramadhan tahun

  154 ( .ُوَلْ بَ ق يِتَّلاَرِّفَكُي ْنَأ ِوَّللا ىَلَع ُبِسَتْحَأ يِّنِإ َعاَروُشاَع ِمْوَ ي ُماَيِص)

  752.“Puasa hari Asyura‟, sesungguhnya aku mohon kepada Allah agar menghapus dosa satu tahun sebelumnya.

  ” Hadist ini Sahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Shahih Muslim (Al- Albani, 2013:594).

  5) Puasa tiga hari setiap bulan Qamariyah (tanggal 13,14, dan 15)

  Puasa tiga hari pada tanggal 13,14, dan 15 setiap bulan qamariyah, di sebut juga dengan puasa putih atau syiyamul bidh. Disebut puasa putih karena dilaksanakan pada tanggal- tanggal ketika terang bulan atau bulan purnama. Tata cara pelaksanaanya tidak berbeda dengan puasa Ramadhan atau puasa sunah lainnya. Adapun hadist yang mendukung yaitu:

  4552 ( ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا ُلْوُسَر َناَك :َلاَق ,ِوْيِبَا ْنَع ّىِسْيَقْلا َناَحْلِم ِنْبا ِنَع) :َلاَق ,َةَرْشَع َسْمَخَو ,َةَرْشَع َعَبْرَاَو ,َةَرْشَع َث َلََث :َضْيِبْلاَم ْوُصَنْ نَا اَنُرُمْأَي ,َمَّلَسَو .)ةج اَم نباو ُّيِع اسَّنلا وجرخ او( .ِرْى َّدلا ِةَئْيَهَك َّنُى :َلاَقَو

  2339.“Dari Ibnu MilhanAl-Qaisi, dari ayahnya RA dia

  berkata: Rasulullah SAW biasa memerintah kami berpuaa pada hari-hari putih(terang), yaitu: tanggal 13, 14, dan 15. Kata Milham: dan beliau bersabda: Hari-hari itu sama halnya dengan setahun

  ”(Arifin, 1992: 255). 6)

  Puasa Nabi Daud Puasa Nabi Daud yakni puasa selang seling, sehari puasa, sehari berbuka. Puasa Nabi Daud ini menjadi syari‟at puasa bagi umat Nabi Muhammad. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

   ِماَيِصلا ُّبَحَا :َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوّللا ىَّلَص ِوّللا ُلْوُسَر َلاَق :ِلاَق ,وٍرْمَع ِنْب ِوّللاِدْبَع ْنَع

   ّىراخبلا وجرخاو( .اًمْوَ ي ُموُصَيَو ,اًمْوَ ي ُرِطْفُ ي َناَكَو ,ُوَسُدُس ُماَنَ يَو ,ُو َثُلُ ث ُمْوُقَ يَو ,ُوَفْصِن

.)ةجام نباو ملسمو

ُّىِئاسّنلاو

  Dari Abdullah bin Amr RA. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

  “Puasa yang paling di cintai Allah Ta‟ala adalah

  puasa Dawud. Dan sholat yang yang palin dicintai Allah Ta‟ala adalah sholat Dawud. Dan biasa tidur setengah malam, dan bangun sepertiganya lalu tidur lagi seperenamnya. Dia biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari

  ”.(Arifin,1992:254) 7)

  Puasa pada bulan Sya‟ban Puasa Sya‟ban merupakan puasa yang sangat di anjurkan oleh Rasulullah. Rasulullah sering berpuasa pada bulan

  Sya‟ban lebih banyak daripada bulan-bulan lain (El- Hamdy. 2010: 52). Dalam hadist dijelaskan:

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEWIBAWAAN PENGASUH TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA GEDANGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 103

PERAN PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI TERHADAP KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 117

IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI PENDIDIKAN HUMANISME RELIGIUS PADA PONDOK PESANTREN BAGI MASYARAKAT (STUDI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO, GEDANGAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 134

SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMAL FALAH SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

0 0 125

METODE PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN BUSTANU USYSYAQIL QUR’AN DESA GADING KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

1 16 113

PERANAN SHALAT TAHAJUD DALAM KESEHATAN MENTAL SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 98

MOTIVASI SANTRI DALAM MENGIKUTI KEGIATAN MUHADHARAH DI PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI SUSUKAN, KABUPATEN SEMARANG, TAHUN 2016 SKRIPSI

0 3 152

PENERAPAN METODE SIMA’I DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN TA’MIRUL ISLAM LAWEAN SURAKARTA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 142

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 170

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 132