PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK THINK-PAIR-SHARE (TPS)YANG BERORIENTASI PADA KECERDASAN VERBAL : Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Semester I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti.

(1)

(Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Semester I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memeroleh gelar

Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Lilis Amaliah Rosdiana

NIM 1201145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti)

Oleh

Lilis Amaliah Rosdiana

NIM 1201145

M.Pd. UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

© Lilis Amaliah Rosdiana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Semester I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Kosadi Hidayat, M.Pd. NIP 130350089

Pembimbing II

Dr. Isah Cahyani, M.Pd. NIP 196407071989012001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana UPI


(4)

Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share

(TPS)

yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal

(Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Semester I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh mahasiswa yang masih sulit menuangkan ide, gagasan, dan pendapatnya ke dalam sebuah karangan argumentasi juga metode dan teknik yang digunakan dosen dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi kurang bervariasi sehingga hasilnya pun tidak optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi dengan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal, mengetahui kemampuan mahasiswa dalam mengekspresikan ide ke dalam bentuk karangan argumentasi setelah mendapat perlakuan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal, mengujicobakan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi, dan mengukur keefektifan kemampuan menulis karangan argumentasi mahasiswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen terhadap mahasiswa semester I Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yang terdiri atas dua kelas dengan jumlah mahasiswa 60 orang. Masing- masing kelas mempunyai jumlah mahasiswa sebanyak 30 orang. Kelas A menjadi kelas eksperimen dan kelas B menjadi kelas kontrol. Data penelitian dikumpulkan melalui tes tertulis, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, dan angket untuk memperoleh respons mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Setelah dilakukan analisis data, kedua teknik pembelajaran yang digunakan di kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi. Kelas eksperimen dari rata-rata 53,167 meningkat menjadi 75, sedangkan kelas kontrol dari rata-rata 53,333 menjadi 61 dengan t-hitung (6,211) > t-tabel (2,002) pada dk=58 untuk (α=0,05). Dengan demikian, ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis karangan argumentasi di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Artinya, teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal mampu meningkatkan hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi dibandingkan dengan pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan teknik konvensional. Hasil angket menunjukkan bahwa respon mahasiswa terhadap pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan teknik

Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal sangat baik. Mahasiswa

juga menyetujui bahwa teknik Think-Pair-Share (TPS) ini dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan argumentasi karena mereka menjadi lebih leluasa dalam mengeluarkan ide atau pendapatnya dalam proses berdiskusi menjadi lebih logis, teratur, dan sistematis.


(5)

Application of Learning Essay Writing Arguments with Technique Think-Pair-Share (TPS)

Verbal Intelligence Oriented

(Quasi-Experiment in the first semester student of Agribusiness Programe , Faculty of Agriculture, Winaya Mukti University)

Writing is a skill to change a mind to be an essay. To be able to write, we must have knowledge about something to be written. It is can’t be apart from intensive trainning and guidance, one of this is to write argumentation essay. The purpose of this study is to measure the effectiveness of teaching about writting argumentation essay between the experimental class and control class, trying-out Think-Pair-Share (TPS) techniques that is intelligent verbal oriented to improve student ability on writting an argumentation essay and describing about student response after treated with Think-Pair-Share (TPS) techniques. In this techniques, the student devide in a group, that the smalliest group of two student, they share what they think of the friends who become his partner and discuss more about of learning materials. This study used an experimental methode on the first semester student of Agribusiness Programe , Faculty of Agriculture, Winaya Mukti University. The sampling technique used in this study was purposive sampling, consist of two classes with 60 student, each class have population of 30 student. Class A is become an experimental class and class B is an control class. Data were collected throught written test, observation sheet of learning implementation, and quisionary to obtain student response of learning implementation. Result of study showed that both learning techniqeu can improve student ability on writting an argumentation essay. Average score of experimental class increase from 53,167 to 75,0 while avereage score of control clas increase from 53,33 to 61.0, with t-test (6,211)  t-table (2,002) at df = 58 (α = 0,05). It’s means that Think-Pair-Share (TPS) techniques that is intelligent verbal oriented can improve student ability on writting an argumentation essay better than using convensional technique. The response of student showed that there are a good response on Think-Pair-Share (TPS) techniques that is intelligent verbal oriented. Student also agreed that Think-Pair-Share (TPS) techniques that is intelligent verbal oriented can improve the ability on writt ing an argumentation essay becouse they become more flexible in issuing an idea or opinion inthe discussion, more logical, organized, and systematic.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

1.3 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penenlitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II PENERAPAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK THINK – PAIR – SHARE (TPS) YANG BERORIENTASI PADA KECERDASAN VERBAL (Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Semester I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti) ... 8

2.1 Keterampilan Berbahasa untuk Perguruan Tinggi ... 8

2.2 Menulis ... 8

2.2.1 Pengertian Menulis ... 8

2.2.2 Fungsi Menulis ... 9

2.2.3 Tujuan Menulis ... 10

2.3 Paragraf ... 12

2.3.1 Pengertian Paragraf ... 12

2.3.2 Ciri-ciri Paragraf ... 13

2.3.3 Fungsi Paragraf ... 14

2.3.4 Syarat-syarat Pembentukan Paragraf ... 15

2.3.5 Pola Pengembangan Paragraf ... 16


(7)

2.4.1 Karangan Argumentasi ... 21

2.4.1.1 Pengertian Karangan Argumentasi ... 21

2.4.1.2 Ciri-ciri Karangan Argumentasi ... 22

2.4.1.3 Langkah-langkah Menulis Karangan Argumentasi. 23 2.4.1.4 Organisasi Tulisan Karangan Argumentasi ... 24

2.5 Teknik Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) ... 26

2.5.1 Teknik Think-Pair-Share (TPS) dalam Cooperative Learning ... 26

2.5.2 Pengetian Teknik Think-Pair-Share (TPS) ... 27

2.5.3 Prosedur Teknik Think-Pair-Share (TPS) ... 27

2.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Think-Pair-Share (TPS) ... 28

2.6 Kecerdasan Majemuk ... 29

2.6.1 Kecerdasan Verbal ... 2.7 Kegiatan Penerapan Pembelajaran Menulis Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada KecerdasanVerbal... 31

2.8 Prosedur Penilaian Penerapan Pembelajaran Menulis Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal ... 34

2.8.1 Pengertian Penilaian Penerapan Pembelajaran Menulis Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdaan Verbal ... 34

2.8.2 Bentuk Penilaian Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal 35

2.8.3 Ruang Lingkup Penilaian Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal... 36

2.9 Asumsi Dasar ... 38

2.10 Hipotesis ... 39

2.11 Definisi Operasional ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41


(8)

3.2 Prosedur Penelitian ... 42

3.3 Data dan Sumber Data ... 43

3.4 Instrumen Penelitian ... 43

3.5 Teknik Analisis Data ... 50

3.6 Paradigma Penelitian ... 53

3.7 Persiapan Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal ... 54

3.8 Penyusunan Satuan Acara Perkuliahan Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal ... 55

BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 68

4.1 Data dan Analisis Data ... 68

4.1.1 Deskripsi Profil Kemampuan Awal Mahasiswa dalam Menulis Karangan Argumentasi ... 68

4.1.2 Deskripsi Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal ... 80

4.1.3 Analisis Hasil Observasi Kegiatan Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal ... 88

4.1.4 Analisis Hasil Respons Mahasiswa terhadap Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal ... 89

4.1.5 Deskripsi Profil Kemampuan Akhir Menulis Karangan Argumentasi ... 90

4.1.6 Deskripsi dan Rekapitulasi Data Prates dan Pascates Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 101

4.1.7 Keefektifan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal dalam Menulis Karangan Argumentasi ... 110

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 114

4.2.1 Pembahasan Proses Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal ... 114


(9)

4.2.2 Pembahasan Keefektifan Teknik Think-Pair-Share

(TPS) dalam Pembelajaran Menulis Karangan

Argumentasi ... 116

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 119

5.1 Simpulan ... 119

5.2 Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

RIWAYAT HIDUP ... 124 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.

Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya. Di antara keempat keterampilan tersebut, keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit. Keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri.

Tarigan (1994, hlm. 4) mengatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini memang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Hal senada dikemukakan juga oleh Sambodja (2007, hlm. 1), menulis adalah sebuah keterampilan yang dapat dilatih, seperti belajar bersepeda, bermain musik, belajar bahasa asing, dan sebagainya.

Dalam kehidupan modern ini, keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat/merekam, meyakinkan, melaporkan/memberitahukan, dan mempengaruhi. Maksud dan tujuan seperti ini hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas.

Sejalan dengan fenomena di atas, Sumadiria (2007, hlm. i) mengungkapkan bahwa menulis itu penting. Menulis bahkan erat kaitannya


(11)

dengan peradaban. Menulis adalah tradisi kalangan terpelajar, pemikir, sekaligus para pemimpin dunia pada zamannya sejak ratusan tahun silam.

Dalam kurikulum perguruan tinggi, khususnya dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) Bahasa Indonesia, terdapat penekanan yang mengharuskan mahasiswa dapat menulis karangan argumentasi. Namun, keterampilan menulis tampaknya masih sangat sedikit mendapat perhatian. Meskipun telah disadari bahwa keterampilan menulis sangat diperlukan dalam kehidupan modern, namun pada kenyataannya masih banyak mahasiswa yang belum menguasai keterampilan menulis. Banyak mahasiswa yang menganggap bahwa kegiatan menulis sebagai kegiatan yang sulit dan membosankan. Mereka terlihat malas, tidak bergairah, dan jenuh ketika diberi tugas untuk menulis.

Melihat kenyataan di lapangan, memang masih banyak mahasiswa yang mendapatkan kesulitan untuk menulis karangan, khususnya menulis karangan argumentasi. Ini pula yang dialami oleh mahasiswa semester I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Winaya Mukti. Mahasiswa sebenarnya mampu membuat sebuah karangan argumentasi yang baik. Sayangnya mereka hanya menulis jika ada tugas mata kuliah dari dosen, bukan atas kesadaran sendiri.

Pengenalan menulis karangan argumentasi sangat penting karena mahasiswa diharapkan dapat berpikir kritis dan logis dalam mengungkapkan gagasannya. Hal ini sesuai dengan definisi karangan argumentasi yakni karangan yang menggunakan alasan, bukti, contoh yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan tersebut.

Agar dapat menumbuhkan kegairahan mahasiswa dalam proses pembelajaran menulis karangan argumentasi, maka seorang dosen diharapkan dapat menyajikan metode, teknik, strategi, maupun media yang bervariasi. Dosen harus kreatif dalam memilih metode pembelajaran, karena itu merupakan hal yang mampu mewujudkan rangsangan dalam mengembangkan kecerdasan serta pengalaman mahasiswa.

Sebagaimana dengan kenyataan di atas, Sihotang (2012, hlm. 2) menyatakan dosen harus mendorong mahasiswa memiliki sikap dan kemampuan menafsirkan suatu informasi berdasarkan teori tertentu, menghubungkan teori


(12)

dengan praktik, mengajukan klaim dan justifikasinya, memanfaatkan data-data untuk mendukung argumentasi, membuat relasi atau mengevaluasi pengetahuan, memprediksi, mengidentifikasi masalah dan memecahkannya.

Kesulitan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi di antaranya adalah mereka sering kesulitan dalam menuangkan ide ke dalam suatu bentuk tulisan. Selain itu menulis karangan itu memerlukan pikiran dengan konsentrasi tinggi juga waktu yang tidak sedikit. Maka itu, mahasiswa enggan untuk melakukan kegiatan menulis karangan apalagi karangan argumentasi yang membutuhkan pendapat yang logis serta ditunjang dengan fakta-fakta yang ada.

Keraf (2007, hlm. 3) mengungkapkan bahwa argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukan apakah suatu pendapat tertentu itu benar atau tidak.

Zainurrahman (2011, hlm. 51) mendefinisikan karangan argumentasi adalah tulisan yang menyuguhkan rasionalisasi, pembantahan, juga berisi seperangkat penguatan beralasan terhadap sebuah pertanyaan.

Ada beberapa penelitian yang terkait dengan pembelajaran menulis argumentasi, di antaranya Mastia (dalam http//publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/). Dalam penelitian ini, Mastia menyebutkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan argumentasi mengalami peningkatan setelah menggunakan majalah sekolah sebagai bahan pengajaran.

Berhasil tidaknya pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk mencapai keberhasilan pembelajaran menulis ditunjang oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Beberapa faktor tersebut yaitu faktor dosen, metode, teknik pembelajaran, dan kurikulum, serta oleh faktor mahasiswa sebagai pengguna teknik.

Sebagai alternatif pemecahan masalah-masalah di atas, penulis tertarik untuk mencoba menggunakan teknik pembelajaran Think-Pair-Share (TPS). Sebuah penelitian di Nicholls State University yang ditulis oleh Trent (dalam


(13)

www.etd.isu.edu) menerangkan bahwa performansi mahasiswa di depan kelas saat berdiskusi mengalami peningkatan yang baik karena Trent menggunakan teknik

Think-Pair-Share (TPS) untuk mendorong mahasiswa agar dapat berbicara dan

mengeluarkan pendapat pada saat berdiskusi. Untuk kelas yang tidak menggunakan teknik tersebut hasilnya tidak sebaik kelas yang digunakan untuk kelas eksperimen. Dilihat dari hasil pretest ke postest kemampuan menjawab soal-soal yang diberikan melalui teknik Think-Pair-Share (TPS) ini mengalami peningkatan sebanyak 39%.

Teknik pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan ide-idenya dengan orang lain. Membantu mahasiswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.

Kirschenbaum dalam Jasmine (2012, hlm. 18) menyebutkan bahwa orang dengan kecerdasan verbal yang tinggi dapat tumbuh dan berkembang dalam atmosfer akademik stereotipikal yang lazimnya tergantung pada mendengarkan kuliah, mencatat, dan diuji dengan tes-tes tradisional.

Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis.

Berorientasi pada kecerdasan verbal ini tidak lain mempunyai tujuan agar mahasiswa mampu mengungkapkan ide atau gagasannya secara verbal dan logis serta mampu berbicara menggunakan bahasa Indonesia baku dalam diskusi maupun pada saat menulis karangan argumentasi.


(14)

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal (Eksperimen Kuasi pada Mahasiswa Semester I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti).”

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut.

1) Mahasiswa masih sulit menuangkan ide atau gagasan ke dalam sebuah karangan argumentasi.

2) Metode dan teknik yang digunakan dosen dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi kurang bervariasi sehingga hasilnya pun tidak optimal.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1) Bagaimana kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi dengan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal?

2) Sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam mengekspresikan ide ke dalam bentuk karangan argumentasi setelah mendapat perlakuan teknik

Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal?

3) Apakah teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi?

4) Berapa perbedaan yang signifikan kemampuan menulis karangan argumentasi mahasiswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol?


(15)

1.4 Tujuan Penelitian

Pada dasarnya, setiap penelitian memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi dengan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal.

2) Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam mengekspresikan ide ke dalam bentuk karangan argumentasi setelah mendapat perlakuan teknik

Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal.

3) Mengujicobakan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi.

4) Mengukur keefektifan kemampuan menulis karangan argumentasi mahasiswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1.5 Manfaat Penelitan

Penelitian yang akan penulis lakukan diharapkan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber acuan atau sumber kepustakaan berkenaan dengan proses pembelajaran menulis karangan argumentasi khususnya yang berhubungan dengan teknik

Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal sebagai upaya

meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa.

Secara praktis diharapkan penelitian ini memberi manfaat khususnya kepada pihak-pihak sebagai berikut.

1) Manfaat bagi penulis, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan

mengenai pembelajaran menulis karangan argumentasi, serta mampu menggunakan metode atau teknik pembelajaran bahasa Indonesia yang menarik minat mahasiswa dalam meningkatkan prestasi belajar.

2) Manfaat bagi dosen, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi dosen bahasa Indonesia untuk memilih metode atau teknik pengajaran yang sesuai agar mampu menarik minat mahasiswa


(16)

serta dapat menjadi masukan bagi dosen dalam menyusun bahan pembelajaran yang lebih bervariasi.

3) Manfaat bagi mahasiswa, mahasiswa diharapkan memperoleh pengalaman

dan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan motivasi menulis mahasiswa, khususnya dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi.


(17)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas metode penelitian, prosedur penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Hal-hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi. Sugiyono (2008, hlm. 72) mengemukakan bahwa dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment). Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu, yaitu dengan sengaja mengusahakan timbulnya variabel-variabel yang selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar (Arikunto, 2002, hlm. 77-78).

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu pada design ini kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak dipilih secara random. Dalam teknik ini design penelitian tersebut, kelompok eksperimen diberi perlakuan yaitu berupa teknik Think-Pair-Share (TPS) setelah diberi pengukuran pertama (prates). Kemudian diberi pengukuran kedua (pascates) setelah mereka diberi perlakuan. Perlakuan akan terlihat setelah prates dan pascates diberikan.

Semester I pada Program Studi Agribisnis terdiri atas dua kelas dengan jumlah mahasiswa 60 orang. Kemudian kelas A menjadi kelompok eksperimen dan kelas B menjadi kelas kontrol. Kedua kelas tersebut melakukan prates secara tes objektif. Setelah itu kelas eksperimen melakukan pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal. Sedangkan kelompok kelas kontrol melakukan pembelajaran dengan teknik konvensional. Kemudian pada akhir pembelajaran mahasiswa melakukan tes akhir menulis karangan argumentasi. Secara diagram rancangan penelitian ini adalah:

E O

X

O


(18)

Keterangan:

E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol

O : uji awal pada kelas eksperimen O : uji akhir pada kelas eksperimen

X : perlakuan pada kelas eksperimen berupa pembelajaran menggunakan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal

Y : perlakuan pada kelas kontrol berupa pembelajaran menggunakan teknik konvensional

O : uji awal di kelas kontrol O : uji akhir pada kelas kontrol

3.2 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan mengacu pada prosedur eksperimen. Tahapan ini berlangsung sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, dengan respons mahasiswa yang diharapkan, maka penelitian ini dapat dilaksanakan hingga tahapan akhir.

Prosedur penelitian eksperimen dapat dipaparkan sebagai berikut.

1) Penelitian dan pengumpulan data. Pengukuran kebutuhan, studi literatur, dan pertimbangan-pertimbangan dari tim penilai.

2) Perencanaan. Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan penelitian yang hendak dicapai, dan langkah-langkah penelitian.

3) Merancang jadwal dengan Dosen Bahasa Indonesia. Proses belajar mengajar dilaksanakan satu kali seminggu, yaitu pada hari Selasa.

4) Memberikan prates kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada awal pelaksanaannya, untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol mahasiswa ditugaskan menulis karangan argumentasi.

5) Rentang waktu prates dengan pascates tiga minggu. Waktu yang tersedia ini digunakan untuk mengukur kemampuan menulis argumentasi mahasiswa dengan menerapkan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal.


(19)

3.3 Data dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan di Universitas Winaya Mukti Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis semester I sebagai sumber data penelitian. Populasi penelitian adalah kemampuan mahasiswa Semester I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti dalam menulis karangan argumentasi.

Sampel penelitian adalah hasil belajar (karangan) dari dua kelas yang dipilih, yaitu kelas Agribisnis A dan kelas Agribisnis B yang masing-masing berjumlah 30 orang. Dari kelas tersebut ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari penentuan tersebut, diperoleh kelas A sebagai kelas eksperimen dan kelas B sebagai kelas kontrol.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah sebagai berikut.

1. Tes

Teknik tes yang digunakan adalah prates dan pascates, dilakukan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi yang berorientasi pada kecerdasan verbal.

Dalam penelitian ini, hasil prates dan pascates dinilai dengan menggunakan kriteria berdasarkan aspek kecerdasan verbal pada isi karangan argumentasi, kecerdasan verbal pada organisasi karangan argumentasi, kecerdasan verbal pada pengembangan struktur argumentasi, kecerdasan verbal pada penggunaan bahasa, dan kecerdasan verbal pada mekanik. Penilaian terhadap karangan argumentasi ini didasarkan pada skala lima, yaitu dimulai dari bilangan 0, 1, 2, 3, dan 4. Untuk mempertahankan objektivitas dan konsistensi penilaian maka disusun pedoman penilaian sebagai berikut.


(20)

Tabel 3.1

Pedoman Penilaian Menulis Karangan Argumentasi

ASPEK KATEGORI

NILAI SKOR INDIKATOR BOBOT

SKOR IDEAL Kecerdasan Verbal pada Isi Karangan Argumentasi

Sangat Baik 4 1. Pengembangan tesis sesuai topik dan pokok permasalahan.

2. Menyajikan gagasan dan fakta yang lengkap.

3. Menyodorkan sikap penulis terhadap masalah yang didukung contoh dan alasan yang jelas. 4. Mengusahakan solusi sesuai

dengan permasalahan dari topik yang diangkat

5 20

Baik 3 Jika hanya mengandung 3 dari 4 indikator aspek isi pada kategori SB Cukup 2 Jika hanya mengandung 2 dari 4

indikator aspek isi pada kategori SB Kurang 1 Jika hanya mengandung 1 dari 4

kategori aspek isi pada kategori SB Sangat Kurang 0 Jika tidak ada indikator yang

terkandung pada kategori SB Kecerdasan

Verbal Organisasi Karangan Argumentasi

Sangat Baik 4 1. Berisi bagian introduksi, tubuh argumen, dan simpulan

2. Penyajian argumentasi secara komunikatif tinggi

3. Menyajikan paparan yang logis dan menyakinkan

4. Memperlihatkan pertautan ide dengan kohesi-koherensi yang tepat

5 20

Baik 3 Jika hanya mengandung 3 dari 4 indikator aspek organisasi karangan argumentasi pada kategori SB Cukup 2 Jika hanya mengandung 2 dari 4

indikator aspek organisasi karangan argumentasi pada kategori SB Kurang 1 Jika hanya mengandung 1 dari 4

kategori aspek organisasi karangan argumentasi pada kategori SB Sangat Kurang 0 Jika tidak ada indikator yang

terkandung pada kategori SB Kecerdasan

Verbal pada Pengembang an Struktur Karangan Argumentasi

Sangat Baik 4 1.Fakta dan evidensi disajikan sesuai topik

2.Fakta dan evidensi mendukung topik

3.Argumen disajikan dengan tepat dan sistematis

4.Nalar deduktif/induktif digunakan secara tepat


(21)

Baik 3 Jika hanya mengandung 3 dari 4 indikator aspek pengembangan struktur karangan argumentasi pada kategori SB

Cukup 2 Jika hanya mengandung 2 dari 4 indikator aspek struktur karangan argumentasi pada kategori SB Kurang 1 Jika hanya mengandung 1 dari 4

kategori aspek struktur karangan argumentasi pada kategori SB Sangat Kurang 0 Jika tidak ada indikator yang

terkandung pada kategori SB Kecerdasan

Verbal pada Penggunaan Bahasa

Sangat Baik 4 1. Menunjukan struktur kalimat yang lengkap.

2. Menguasai makna kalimat yang jelas.

3. Menggunakan pilihan kata yang tepat.

4. Menggunakan bentukan kata yang tepat.

5 20

Baik 3 Jika hanya mengandung 3 dari 4 indikator aspek penggunaan bahasa pada kategori SB

Cukup 2 Jika hanya mengandung 2 dari 4 indikator aspek penggunaan bahasa pada kategori SB

Kurang 1 Jika hanya mengandung 1 dari 4 kategori aspek penggunaan bahasa pada kategori SB

Sangat Kurang 0 Jika tidak ada indikator yang terkandung pada kategori SB Kecerdasan

Verbal pada Mekanik

Sangat Baik 4 1. Tulisan rapi dan mudah dibaca. 2. Menunjukan keapikan dari segi

penggunaan ejaan .

3. Menunjukan keapikan dari segi tanda baca.

4. Menguasai aturan penulisan paragraf

5 20

Baik 3 Jika hanya mengandung 3 dari 4 indikator aspek mekanik pada kategori SB

Cukup 2 Jika hanya mengandung 2 dari 4 indikator aspek mekanik pada kategori SB

Kurang 1 Jika hanya mengandung 1 dari 4 kategori aspek mekanik pada kategori SB

Sangat Kurang 0 Jika tidak ada indikator yang terkandung pada kategori SB


(22)

Nilai Mahasiswa = Skor Total Mahasiswa x 100 Skor Maksimal

2. Observasi

Observasi merupakan upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama kegiatan perbaikan itu berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu. Merekam di sini dalam arti observasi berperan dalam melihat, mendengar, dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran berlangsung. Berikut format observasinya.

Tabel 3.2

Format Observasi Kegiatan Pembelajaran

Tahapan

Pembelajaran No Kegiatan Pembelajaran Ya Tidak

Think 1 Dosen memberikan sebuah isu/pertanyaan pada mahasiswa yang bisa memicu sebagai bahan diskusi

2 Mahasiswa menunjukan perhatian terhadap

isu/pertanyaan yang diberikan oleh dosen

3 Mahasiswa membuat catatan kecil berbagai persoalan seperti penyebab, fakta, atau solusi dari isu tersebut

4 Dosen memantau aktivitas berpikir mahasiswa

Pair 5 Dosen meminta mahasiswa untuk berpasangan dengan teman di sampingnya untuk membahas catatan kecil yang mereka tulis

6 Mahasiswa berdiskusi dengan pasangannya tentang catatan kecil yang sudah ditulis masing-masing

Share 7 Dosen meminta mahasiswa untuk berdiskusi dengan skala lebih besar dan memantau jalannya aktivitas share 8 Satu persatu mahasiswa


(23)

mengeluarkan pendapatnya mengenai isu yang diberikan 9 Mahasiswa harus menggunakan

kata-kata dan kalimat yang efektif dalam mengeluarkan pendapatnya

10 Mahasiswa mengeluarkan pendapat secara logis 11 Dosen mengarahkan agar

mahasiswa mengeluarkan kecerdasan verbalnya yaitu konsisten menggunakan kata-kata dan kalimat efektif 12 Dosen mengingatkan

mahasiswa apabila verbal/bahasa yang digunakannya terdapat kekeliruan

13 Mahasiswa mampu

menganalisis dan menelaah fakta dan opini

14 Semua mahasiswa berusaha memunculkan kemampuan verbalnya mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, dan intonasi dari kata yang diucapkan

15 Setiap ide atau gagasan dipertimbangkan dengan baik 16 Mahasiswa memberikan

penjelasan dengan

menggunakan kemampuan verbalnya untuk

menginformasikan gagasannya 17 Mahasiswa bisa lebih baik

berdiskusi/debat dari diskusi biasanya

18 Mahasiswa dapat

berkomunikasi dengan cara lisan yang sangat baik

19 Mahasiswa menuliskan ide-ide tambahan yang didapat dari hasil diskusi ke dalam catatan kecil masing-masing

20 Mahasiswa antusias dalam mengikuti seluruh tahapan kegiatan pembelajaran


(24)

Observer,

3. Angket

Angket atau disebut juga kuesioner menurut Arikunto (2007, hlm. 27) adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Berikut format angketnya.

Tabel 3.3

Angket Respon Mahasiswa terhadap Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think -Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal

No Pernyataan Ya Tidak

1 Kemampuan menulis itu penting karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir.

2 Saya senang menulis karena dengan menulis saya bisa bercerita tentang apapun ke dalam tulisan saya. 3 Pembelajaran menulis banyak melatih saya dalam

mengekspresikan ide, pendapat, perasaan, dan pikiran.

4 Sebelum menggunakan teknik Think-Pair-Share

(TPS) saya merasa kesulitan ketika harus mengembangkan ide menjadi sebuah tulisan yang utuh.

5 Pembelajaran menulis karangan argumentasi ini membuat saya harus berpikir logis.

6 Pembelajaran menulis karangan argumentasi ini menuntut saya untuk mencari fakta dan evidensi untuk mendukung topik.

7 Kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan membuat saya lebih mudah untuk menemukan ide dan mengeluarkan pendapat.

8 Membuat catatan kecil itu memudahkan saya dalam menyusun kerangka karangan argumentasi.

9 Pada saat berpasangan saya menjadi lebih mudah untuk mengeluarkan pendapat.


(25)

10 Saat proses berdiskusi dalam kelas saya menjadi lebih bersemangat untuk bertukar ide dan bertukar pendapat.

11 Proses berdiskusi membuat ide saya semakin berkembang.

12 Saya suka berdebat, memberi pendapat beserta penjelasan mendetail maka dari itu saya antusias dalam mengikuti diskusi pembelajaran ini.

13 Saya kesulitan untuk menggunakan kata-kata, kalimat efektif serta pendapat-pendapat yang logis dalam diskusi maupun dalam menulis karangan argumentasi.

14 Saya perlu menggunakan kata-kata yang efektif dalam mengeluarkan pendapatnya.

15 Struktur kalimat yang saya ucapkan harus sesuai dengan aturan struktur kalimat.

16 Kata-kata yang disampaikan dalam diskusi membuat saya semakin memahami isu persoalan yang sedang dibahas.

17 Pada saat berdiskusi setiap ide mahasiswa sangat dipertimbangkan dan dibahas sebagai penghargaan khusus atas pemikiran asli mahasiswa.

18 Kemampuan verbal lisan maupun tulisan saya menjadi lebih berkembang dengan pembelajaran teknik Think-Pair-Share (TPS) berorientasi pada kecerdasan verbal ini.

19 Cara mengomunikasikan gagasan saya menjadi lebih baik dengan pembelajaran teknik

Think-Pair-Share (TPS) berorientasi pada kecerdasan verbal

ini.

20 Teknik Think-Pair-Share (TPS) berorientasi pada kecerdasan verbal ini membuat saya lebih percaya diri dalam menggunakan kemampuan verbal saya saat berdiskusi.

21 Teknik Think-Pair-Share (TPS) berorientasi pada kecerdasan verbal ini memotivasi saya untuk menanggapi masalah dan menawarkan solusinya baik secara lisan pada saat berdiskusi maupun tulisan dalam menulis karangan argumentasi.

22 Kegiatan berdiskusi ini dapat menumbuhkan perasaan saling menghargai.

23 Waktu yang dipergunakan untuk perkuliahan dengan teknik Think-Pair-Share (TPS) berorientasi pada kecerdasan verbal ini cukup memadai.

24 Saya ingin teknik Think-Pair-Share (TPS) ini diterapkan dalam pembelajaran yang lain.


(26)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti untuk pengolahan data dilaksanakan setelah kegiatan pengumpulan data selesai. Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa karangan argumentasi. Data sekunder berupa skor, hasil angket, dan observasi.

Data yang dihasilkan masih berupa data mentah yang belum memiliki makna berarti. Agar data tersebut bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang diteliti, maka perlu adanya proses pengolahan data untuk memberikan arahan agar dapat menganalisis lebih lanjut.

Untuk hasil tes, pengolahan data dilakukan terhadap skor prates dan skor pascates kemampuan menulis karangan argumentasi di kelas ekperimen dan di kelas kontrol. Pengukuran prates adalah untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam menulis karangan argumentasi, sedangkan pengukuran pascates adalah untuk mengukur keefektifan teknik Think-Pair-Share (TPS) memengaruhi kemampuan menulis karangan argumentasi mahasiswa.

Langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis hasil tulisan mahasiswa dari setiap aspek yang dinilai.

2. Menentukan jumlah hasil skor siswa dari prates dan pascates pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dan mengubahnya ke dalam nilai dengan rumus:

Nilai Mahasiswa = Skor Total Mahasiswa x 100 Skor Maksimal

(Adaptasi dari Nurgiantoro, 2001: 415) Setelah melalui penyekoran dan penilaian, nilai rata-rata akhir ditafsirkan sebagai berikut.


(27)

Tabel 3.4

Konversi Nilai PAP Skala Lima

Interval Persentase Tingkat Penguasaan

Nilai Ubah Skala Lima

Keterangan 0 – 4 E – A

85% – 100% 4 A Sangat Baik

75% – 84% 3 B Baik

60% – 74% 2 C Cukup

40% – 59% 1 D Kurang

0% – 39% 0 E Gagal

(Adaptasi dari Nurgiantoro, 2001:399) 3. Uji hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t. Pengujian statistik dengan uji-t diawali dengan pengujian lain, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua rata-rata. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

a. Uji normalitas data kedua kelompok dengan menggunakan uji chi-kuadrat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi hasil tes. Rumus yang digunakan, yaitu:

X

2 =

Σ

(Oi –Ei ) 2

Ei

Keterangan

Oi = frekuensi observasi atau pengamatan

Ei = frekuansi ekspektasi (yang diharapkan) Hipotesis yang diujinya adalah:

H0: data berasal dari distribusi normal

Hi: data tidak berasal dari distribusi tidak normal Kriteria Pengujiannya, yaitu:

Jika χ2 hitung < χ2 (1-α)(k-1) maka terima H0 Jika χ2 hitung ≥ χ2 (1-α)(k-1) maka tolakH0

(Sudjana, 1996:273)

b. Uji homogenitas dua varians melalui uji F. Rumus yang digunakan untuk menguji homogenitas varians, yaitu:

F = Varians terbesar


(28)

Hipotesis yang diujinya adalah:

H0 : σ = σ , varians populasi adalah identik (varians kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama).

Hi : σ ≠ σ , varians populasi adalah tidak identik (varians kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak sama).

Kriteria pengujiannya yaitu:

Jika F hitung < F (1/2α) (dk1,dk2) maka terima H0 Jika F hitung ≥ F (1/2α) (dk1,dk2) maka tolak H0

(Sudjana, 1996:250)

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Untuk menguji perbedaan dua rata-rata untuk n (sampel) ≥ 30 digunakan rumus uji t sebagai berikut.

Keterangan:

X1 = mean sampel kelompok eksperimen X2 = mean sampel kelompok kontrol t = varians total

S = varians kelas eksperimen

S = varians kelas kontrol

n1 = banyak data kelas eksperimen

n2 = banyak data kelas kontrol

Untuk menguji perbedaan dua rata-rata:

Ho : µ1 - µ2 = 0, tidak ada perbedaan antara dua rata-rata yang diuji H1 : µ1 - µ2 ≠ 0, ada perbedaan antara dua rata-rata yang diuji Untuk menentukan teknik yang paling baik:

Ho : µ1 - µ2 = 0, kedua teknik yang digunakan sama baik

H1 : µ1 - µ2  0, teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal lebih baik dari teknik konvensional

Kriteria pengujian:

Jika -t(1-;dk)˂ t ˂ t(1-;dk) maka terima H0 Jika t ˂ -t(1-;dk) atau t  t(1-;dk) maka tolak H0


(29)

4. Mendeskripsikan data observasi hasil pengamatan observer. 5. Menganalisis dan mengolah data angket mahasiswa.

a. menghitung jumlah seluruh responden yang memilih item-item yang tersedia, kemudian data tersebut diubah ke dalam bentuk persentase dengan cara sebagai berikut.

Persentase alternatif jawaban = Frekuensi alternatif jawaban x 100 Jumlah mahasiswa

b. membuat klasifikasi interpretasi persentasi tiap-tiap kategori menurut Kuntjaraningrat (dalam Arfiyanti, 2010:95)

Tabel 3.5

Interpretasi Perhitungan Persentase

Besar Persentase Interpretasi

0% Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil

26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian besar

76% - 99% Pada umumnya

100% Seluruhnya

3.6 Paradigma Penelitian

Berdasarkan penelitian dalam tesis ini, paradigma penelitian berpijak pada fenomena pembelajaran menulis yang masih memprihatinkan. Penulis mengamati keefektifan sebuah teknik pembelajaran yang diujicobakan pada kelas eksperimen. Untuk lebih menguatkan keefektifan teknik yang diujicobakan, penulis pun mengamati pembelajaran dengan teknik pembanding pada kelas kontrol. Setelah mengamati pembelajaran di dua kelas tersebut, penelitian ini hendak membandingkan hasil pembelajaran baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya, penulis menyajikan bagan berikut.


(30)

Bagan 3.1 Paradigma Penelitian

3.7 Persiapan Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal

Untuk mencapai hasil pengajaran yang diharapkan, maka diperlukan persiapan kegiatan belajar mengajar yang sebaik-baiknya. Persiapan yang diperlukan untuk suatu kegiatan belajar mengajar adalah penjelasan materi, penyesuaian pendekatan, metode dan sarana dalam proses belajar mengajar,

Kelas Eksperimen

Fenomena:  Pelajaran menulis

karangan argumentasi

 Mahasiswa masih sulit menuangkan ide atau gagasan ke dalam sebuah karangan argumentasi

 Banyak mahasiswa yang belum terampil menggunakan unsur kebahasaan

 Kurangnya motivasi mahasiswa dalam menulis karangan argumentasi

 Metode dan teknik yang digunakan kurang bervariasi

Kelas Kontrol

Prates Pascates

Perlakuan dengan menggunakan Teknik

Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal Perlakuan dengan menggunakan Teknik Pembanding (Teknik Konvensional)

Hasil belajar kelas eksperimen

Hasil belajar kelas kontrol Bandingkan


(31)

pengalokasian waktu, menyusun satuan pelajaran, dan rencana pengajaran, serta menyusun pokok ujian.

Penelaahan materi pelajaran, mulai mengkaji materi dan menjabarkannya serta merancang cara penyajiannya. Hal tersebut berguna bagi acuan untuk menyusun rencana satuan acara perkuliahan. Satuan acara perkuliahan tersebut berfungsi sebagai acuan bagi dosen untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih terarah serta lebih efisien dan efektif.

3.8 Penyusunan Satuan Acara Perkuliahan Penerapan Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi dengan Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang Berorientasi pada Kecerdasan Verbal

Satuan Acara Perkuliahan Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Semester : I (satu)

SKS : 2

A. Pokok Bahasan:

Jenis-jenis Karangan

B. Sub Pokok Bahasan:

Karangan Argumentasi

C. Indikator:

1) menyebutkan ciri-ciri karangan argumentasi 2) mengidentifikasi struktur karangan argumentasi 3) menentukan topik karangan argumentasi

4) membedakan fakta dan opini

5) menulis karangan argumentasi dengan menggunakan bahasa baku dan kalimat yang efektif

D. Tujuan:

1) Tujuan Instruksional Umum:

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa mampu memahami pengertian jenis-jenis karangan


(32)

2) Tujuan Instruksional Khusus:

a. Mahasiswa mampu menyebutkan ciri-ciri karangan argumentasi. b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi struktur karangan

argumentasi.

c. Mahasiswa mampu menentukan topik karangan argumentasi. d. Mahasiswa mampu membedakan fakta dan opini dalam

argumentasi.

e. Mahasiswa mampu menulis karangan argumentasi dengan menggunakan bahasa baku serta kalimat efektif.

E. Materi Pembelajaran

a) Jenis-jenis Karangan

Nursalim (2011, hlm. 78) menyebutkan terdapat beberapa jenis karangan, yaitu:

a) Narasi

Narasi merupakan suatu uraian untuk menceritakan sesuatu atau peristiwa dan di dalamnya diuraikan bagaimana peristiwa-peristiwa itu berlangsung sedemikian rupa, sehingga pembaca benar-benar menghayati seolah-olah kejadian itu benar-benar di hadapannya. b) Deskripsi

Karangan jenis deskripsi menghendaki penggunaan kata-kata yang tidak melahirkan makna ganda. Ungkapan-ungkapan yang digunakan harus tepat atau akurat dan kata-katanya harus konkrit. Pemakaian kata-kata itu membuat pembaca seolah-olah dapat melihat sendiri apa yang diuraikan penulis.

c) Eksposisi

Eksposisi merupakan suatu bentuk karangan yang menjelaskan atau menguraikan suatu topik, sehingga pembaca atau pendengar dapat memahami topik atau masalah itu.

d) Argumentasi

Argumentasi adalah bentuk tulisan yang ingin mempengaruhi pembaca atau pendengar, agar pembaca tersebut mengubah sikap


(33)

mereka menyesuaikan dengan sikap penulis. Argumentasi lebih menekankan pembuktian-pembuktian atas hal yang dikemukakan. e) Persuasi

Karangan jenis persuasi cenderung bersifat mengajak. Dalam persuasi penulis tidak hanya membuktikan kebenaran suatu hal, tetapi penulis juga ingin mengajak pembaca dan menyetujui pendapatnya. Dalam hal diperlukan kata-kata atau ungkapan yang sugestif.

b) Karangan Argumentasi

Pengertian Karangan Argumentasi

Menurut Keraf (2007, hlm. 3) argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis.

Parera (dalam Mastia, 2012, hlm. 2) argumentasi mempunyai pengertian suatu bentuk karangan eksposisi yang khusus. Pengarang argumentasi berusaha untuk meyakinkan atau membujuk pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apa yang dikatakan. Pengarang argumentasi selalu memberikan pembuktian objek dan keyakinan.

Kasupardi (2010, hlm. 38) kata argumentasi berasal dari bahasa Inggris argumentation yang berarti alasan, penjelasan, uraian, atau pembuktian. Maka wacana yang disebut argumentasi ialah wacana (karangan) yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan sehingga orang akan terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagasan, sikap dan keyakinan kita.

c) Ciri-ciri Karangan Argumentasi

Menurut Kasupardi (2010, hlm. 39) karangan argumentasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya,


(34)

b) mengusahakan pemecahan suatu masalah,

c) mendiskusikan suatu permasalahan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.

d) Struktur Karangan Argumentasi

Kasupardi (2010, hlm. 39) menyebutkan bahwa seperti jenis tulisan lain, argumentasi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu.

a) Pendahuluan

Pendahuluan berfungsi menarik minat pembaca dengan cara menyajikan fakta-fakta pendahuluan untuk memusatkan perhatian dan memahami argumentasi yang akan disampaikan dalam isi karangan.

b) Isi Argumentasi

Seluruh isi argumentasi diarahkan kepada usaha untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran dari masalah yang dikemukakannya sehingga kesimpulan benar. Menguji data dan informasi adalah proses untuk menetapkan apakah data dan informasi itu adalah fakta dan informasi faktual dan mengandung kebenaran.

Kebenaran faktual ini harus didukung dengan proses penalaran yang sahih dan logis sehingga pendapat atau kesimpulan yang diturunkan tidak dapat dibantah siapapun.

c) Kesimpulan

Penulis harus memperhatikan bahwa kesimpulan yang diturunkan tetap menjaga pencapaian tujuan, yaitu membuktikan kebenaran untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca.


(35)

e) Syarat Keefektifan Kalimat:

a) Kepaduan

Hubungan timbal balik di antara kata atau frase dengan jelas, logis, dan benar.

Contoh:

Pelaksanaan seminar itu karena jalan macet harus ditunda satu jam kemudian. (salah)

Karena jalan macet, pelaksanaan seminar itu ditunda satu jam kemudian. (benar)

b) Kehematan Kalimat

Penulisan kalimat yang langsung menyampaikan gagasan atau pesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis.

Contoh:

Dalam ruangan ini kita dapat menemukan barang-barang antara lain: meja, kursi, buku, dan lemari. (salah)

Dalam ruangan ini kita dapat menemukan meja, kursi, buku, dan lemari. (benar)

c) Penekanan

Upaya penulis untuk memfokuskan kata atau frase dalam kalimat. Penekanan dapat dilakukan dalam kalimat lisan dan kalimat tulis. Pada kalimat lisan, penekanan dapat dilakukan dengan intonasi yang disertai mimik muka dan bentuk nonverbal lainnya. Penekanan dalam kalimat tulis dapat dilakukan dengan menghitamkan atau ditulis miring pada kata-kata yang dianggap penting.

Contoh:

Dia sebetulnya pintar tetapi malas kuliah.

Kami ditugasi menyusun acara perpisahan.

d) Variasi

Upaya penulis menggunakan berbagai pola kalimat dan jenis kalimat dan jenis kalimat untuk menghindari kejenuhan pembaca terhadap teks.


(36)

Contoh:

Pohon itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat

ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.

(Variasi kalimat dengan kata berawalan me- dan berawalan di-)

f) Penalaran dalam Kalimat Efektif

a. Premis Mayor : Suatu generalisasi yang meliputi semua unsur kategori, banyak di antaranya atau hanya beberapa unsur saja. b. Premis Minor : Penyamaan suatu objek atau ide dengan unsur yang

dicakup oleh premis mayor.

c. Kesimpulan : Gagasan yang dihasilkan oleh penerapan generalisasi dalam premis mayor pada peristiwa yang khusus dalam premis minor.

Contoh:

PM : Semua dokter tulisannya jelek. Pm : Ayah saya seorang dokter. K : Ayah saya tulisannya jelek.

Rumus Penarikan Kesimpulan: PM : Semua dokter tulisannya jelek. A B

Pm : Ayah saya seorang dokter. C D K : Ayah saya tulisannya jelek. C B

Jadi:

PM A = B Pm C = D K C = B


(37)

g) Faktor Ketidakefektifan Kalimat

Ketidakefektifan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi:

a) kontaminasi atau kerancuan b) pleonasme

c) ambiguitas atau keambiguan d) ketidakjelasan subjek e) kemubaziran preposisi f) kesalahan logika

g) ketidaktepatan bentuk kata h) ketidaktepatan makna kata i) pengaruh bahasa daerah, dan j) pengaruh bahasa asing

Kesepuluh faktor penyebab ketidakefektifan kalimat tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

a) kontaminasi atau kerancuan

Kontaminasi ialah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa Indonesia diistilahkan dengan kerancuan. Yang dirancukan ialah susunan, perserangkaian, dan penggabungan. Dua yang masing-masing berdiri sendiri disatukan dalam satu perserangkaian baru yang tidak berpasangan atau berpadanan.

contoh:

Di sekolah kami dipelajarkan beberapa kepandaian wanita.

seharusnya

Di sekolah kami diajarkan beberapa kepandaian wanita. b) Pleonasme

Pleonasme berarti pemakaian kata-kata yang berlebihan. Penampilannya bermacam-macam. Ada penggunaan dua kata yang searti yang sebenarnya tidak perlu karena menggunakan salah satu di antara kedua kata itu sudah cukup.


(38)

Contoh:

Para guru-guru sedang rapat.

seharusnya

 Para guru sedang rapat.  Guru-guru sedang rapat. c) Ambiguitas atau keambiguan

Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih menimbulkan tafsiran ganda tidak termasuk kalimat yang efektif.

Contoh:

Datanglah pada ulang tahun anakku yang kedua.

seharusnya

 Datanglah pada ulang tahun yang kedua untuk anakku.  Datanglah pada ulang tahun anakku yang kedua. d) Ketidakjelasan Unsur Inti Kalimat

Kelengkapan unsur kalimat itu sekurang-kurangnya harus memenuhi dua hal, yaitu subjek dan predikat.

Contoh:

Pembangunan itu untuk menyejahterakan masyarakat. Subjek Keterangan

seharusnya

Pembangunan itu menyejahterakan masyarakat. Subjek Predikat Objek

e) Kemubaziran Preposisi dan Kata

Ketidakefektifan kalimat sering disebabkan oleh pemakaian kata depan (preposisi) yang tidak perlu.

Contoh:

Kaki dari meja itu patah.

seharusnya


(39)

f) Kesalahan Nalar

Nalar menentukan apakah kalimat yang kita tuturkan adalah kalimat yang logis atau tidak. Nalar ialah aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis. Pikiran yang logis ialah pikiran yang masuk akal yang berterima.

Contoh:

Hadirin yang kami hormati. Kini tiba sekarang pada acara berikut yaitu sambutan bapak bupati. Waktu dan tempat kami persilakan.

seharusnya

Hadirin yang kami hormati. Kita tiba sekarang pada acara berikut yaitu sambutan bapak bupati. Bapak bupati kami persilakan.

g) Ketidaktepatan Bentuk Kata

Seperti kita ketahui, dewasa ini banyak kita jumpai bentukan kata yang menyimpang (tidak tepat) dari aturan yang ada.

Misalnya:

 pengrusakan  pengluasan  pengrawatan  perletakan

h) Ketidaktepatan Makna Kata

Jika sebuah kata tidak dipahami maknanya, pemakaiannya pun mungkin tidak akan tepat. Hal itu akan menimbulkan keganjilan, kekaburan, dan salah tafsir.

Contoh:

Kemarin Ria diberikan baju baru oleh Raminra, kakaknya. Dengan

senang hati dia menerimanya. “Terima kasih,” kilahnya kepada

Raminra.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, akan kita temukan kata kilah dengan makna „tipu daya‟ atau „dalih‟. Jadi, pemakaiannya seperti pada wacana di atas tidaklah tepat.


(40)

i) Pengaruh Bahasa Daerah

Banyak kata dari bahasa daerah masuk ke dalam bahasa Indonesia, memperkaya perbendaharaan kata-katanya. Kata-kata seperti heboh,

becus, lumayan, mendingan, gagasan, gembleng, ganyang, cemooh, semarak, bobot, macet, seret, awet, dan melempen, semua berasal dari

bahasa daerah.

j) Pengaruh Bahasa Asing

Salah satu contoh yang dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia ialah masuknya kata-kata tertentu yang tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia. Kata pikir, saleh, dongkrak, kursi, dan fakultas misalnya merupakan kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang sekarang tidak terasa sebagai kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang sekarang tidak terasa sebagai kata-kata dari bahasa asing.

F. Alokasi waktu :

8 x 50 menit (4 pertemuan)

G. Metode/Teknik Pembelajaran:

a) Ceramah b) Diskusi c) Tanya Jawab

d) Think-Pair-Share (TPS)

H.Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan ke-1 (pelaksanaan tes awal)

1) Kegiatan Awal (10 menit)

a) Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti (prates) (80 menit)

a) Mahasiswa diminta untuk menulis karangan argumentasi dengan topik yang telah ditentukan oleh dosen.

3) Penutup (10 menit)

a) Dosen menginformasikan materi pembelajaran yang akan datang.  Penilaian:


(41)

Pertemuan ke-2

1) Kegiatan Awal (10 menit)

a) Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti (80 menit)

a) Dosen memberikan materi yang berkenaan dengan karangan argumentasi, yaitu ciri-ciri argumentasi, struktur atau organisasi karangan argumentasi, pola pengembagan paragraf, membedakan fakta dan opini, langkah-langkah menulis karangan argumentasi. 3) Penutup (10 menit)

a) Dosen menginformasikan materi pembelajaran yang akan datang yaitu menulis karangan argumentasi dengan teknik Think-Pair-Share

(TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal.

Pertemuan ke-3

1) Kegiatan Awal (10 menit)

a) Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti (80 menit)

a) Mahasiswa diarahkan pada pembelajaran yang nyaman dan santai. b) Dosen menjelaskan pada mahasiswa bahwa pembelajaran ini

membutuhkan kreativitas kemampuan verbal mereka. c) Mahasiswa diperlihatkan contoh karangan argumentasi.

d) Mahasiswa diberikan penjelasan mengenai karangan argumentasi dan aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

e) Mahasiswa disajikan sebuah isu atau topik permasalahan. Dosen memberikan beberapa pertanyaan seperti penyebab-penyebab dari topik permasalahan tersebut.

f) Tiap mahasiswa menuliskan hal-hal apa saja yang ia ketahui dan tidak diketahui/tidak dipahami seputar topik permasalahan yang dipilih ke dalam bentuk catatan kecil yang tersedia dalam Lembar Kerja. (Think)


(42)

g) Mahasiswa diminta untuk berpasangan antara 2-3 orang secara heterogen, kemudian mahasiswa mengomunikasikan hasil catatan yang telah dibuat dengan pasangannya. (Pair)

h) Setelah mengomunikasikan catatannya. Mahasiswa berdiskusi dengan skala yang lebih besar. Ini bertujuan untuk mendapatkan ide, gagasan, pendapat, fakta, dan opini yang lebih banyak. (Share) i) Dalam tahap ini, mahasiswa dituntut untuk mengemukakan ide dan

pendapatnya. Kemampuan verbal mahasiswa harus terlihat. Dalam mengemukakan pendapatnya, mahasiswa harus menggunakan bahasa yang baku, kalimat yang efektif, serta EYD yang benar. Setiap mahasiswa harus berbicara dan saling mengomentari.

3) Penutup (10 menit)

a) Dosen menginformasikan materi pembelajaran yang akan datang yaitu menulis karangan argumentasi (pascates).

Pertemuan ke-4 (pelaksanaan tes akhir)

1) Kegiatan Awal (10 menit)

a) Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti (80 menit)

a) Mahasiswa menulis karangan argumentasi. 3) Penutup (10 menit)

a) Dosen menginformasikan materi bahwa ini adalah pertemuan terakhir mengenai pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal.

Penilaian:


(43)

I. Sumber Belajar:

1) Alek dan Ahmad. (2011). Bahasa Indonesia untuk perguruan

tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

2) Keraf, Gorys. (2007). Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia. 3) Tim Depdiknas (2013). Materi kuliah mata kuliah Bahasa


(44)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data prates, pascates, angket, serta observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

Peningkatan kemampuan menulis argumentasi mahasiswa di kelas eksperimen terlihat dari adanya peningkatan setiap aspek, seperti aspek kecerdasan verbal pada isi karangan argumentasi sebelum mendapat perlakuan mempunyai rata-rata sebesar 10. Setelah mendapat perlakuan aspek tersebut mengalami peningkatan hingga menjadi 15. Aspek kecerdasan verbal pada organisasi karangan argumentasi sebelum mendapat perlakuan mempunyai rata-rata sebesar 10,667. Setelah mendapat perlakuan meningkat menjadi 14,833. Aspek kecerdasan verbal pada pengembangan struktur karangan argumentasi sebelum mendapat perlakuan mempunyai rata-rata 9,833. Setelah mendapat perlakuan meningkat menjadi 14,167. Aspek kecerdasan verbal pada penggunaan bahasa sebelum mendapat perlakuan mempunyai rata-rata sebesar 10,333. Setelah mendapat perlakuan mengalami peningkatan menjadi 14,500. Aspek kecerdasan verbal pada mekanik sebelum mendapat perlakuan mempunyai rata-rata sebesar 12,333. Setelah mendapat perlakuan mengalami peningkatan menjadi 16,500.

Kemampuan mahasiswa dalam mengekspresikan ide atau gagasan ke dalam bentuk karangan argumentasi setelah diberi perlakuan teknik

Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal jauh lebih baik bila

dibandingkan dengan sebelum diberi perlakuan. Ketika diminta untuk melakukan pascates tidak ada lagi mahasiswa yang kesulitan mendapatkan ide, hal ini juga dibantu oleh proses diskusi yang tentunya dapat memperkaya ide atau gagasan mereka.

Kedua teknik pembelajaran yang digunakan di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis


(45)

karangan argumentasi. Kelas eksperimen dari rata-rata 53,167 meningkat menjadi 75 dan kelas kontrol dari rata-rata 53,333 menjadi 61. Berdasarkan perhitungan statistik, t hitung diperoleh 6,211. Adapun t tabel diperoleh 2,002. Karena t hitung > t

tabel, hasil tersebut sekaligus menunjukan bahwa t hitung berada di luar daerah

wilayah kritis sebelah kanan. Dengan demikian, ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis karangan argumentasi di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Artinya, teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal lebih baik dari segi peningkatan kualitas hasil menulis karangan argumentasi dibandingkan dengan pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan teknik konvensional.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa pada pembelajaran menulis karangan argumentasi sebagai berikut.

1. Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal layak dipertimbangan sebagai teknik pembelajaran alternatif karena teknik ini dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran karangan argumentasi. Oleh karena itu, sebaiknya dosen menggunakan teknik tersebut dalam menyampaikan pembelajaran menulis karangan argumentasi.

2. Dosen yang akan menerapkan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal harus dapat memilih topik permasalahan yang menarik agar dapat memotivasi mahasiswa untuk mengemukakan pendapat dan bertukar ide.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S., dkk. (1988). Pembinaan kemampuan menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alek dan Ahmad. (2011). Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Alwasilah, A.C. (2007). Pokoknya menulis: Cara baru menulis dengan metode

kolaborasi. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Armstrong, T. (2013). Kecerdasan multipel di dalam kelas. Jakarta: PT. Indeks. Dalam Dyah W. Prabaningrum (Penerjemah).

Arfiyanti, R. (2010). Peningkatan kemampuan kreativitas menulis paragraf

melalui penggunaan model jejaring ide berorientasi imajinasi pada siswa kelas X SMAN 24 Bandung tahun pelajaran 2009/2010. (Tesis). Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Barkley, E.E. (2012). Collaborative learning techniques. Bandung: Nusa Media. Dalam Narulita Yusron (Penerjemah).

Bas, G., dan Omer Beyhan. (2010). “Effects of multiple intelligences supported

project-based learning on student’s achievement levels and attitudes

towards english lesson”. International Eletronic Journal of Elementary Education. [Online] 2, 365-285. Tersedia: http://iejee.com/ [11 Desember 2013]

Borg, W.R., Gall, J.P. & Gall, M.D. (2003) Educatinal research: An introduction

(7th Ed). New York: Longman.

Bouwmeester, O. (2013). “Field dependency of argumentation rationality in

decision-making debates”. Journal of Management Inquiry. [Online] 22,

(4), 415-433. Tersedia: http://jmi.sagepub.com/ [11 Desember 2013] Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (2012). How to design and evaluate research in

education: eight edition. New York: McGraw-Hill.

Jasmine, J. (2012). Metode mengajar multiple intelligences. Bandung: Nuansa Cendekia.

Jauhari, H. (2008). Pedoman penelitian karya ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Keraf, G. (2007). Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia.


(47)

Matia. (2012). Model pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan

menggunakan media majalah di kelas VIII SMPN Cikajang Garut tahun ajaran 2011/2012. STKIP Siliwangi Bandung. [Online] Tersedia: http//publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/ [11 Desember 2013]

Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Nursalim. (2011). Pengantar kemampuan berbahasa Indonesia. Pekanbaru: Zanafa Publishing.

Rumita. (2007). Penerapan model kreatif pemecahan masalah dalam

pembelajaran menulis karangan argumentasi (Eksperimen kuasi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Susukan Kabupaten Cirebon tahun pelajaran 2006/2007). (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sambodja, A. (2007). Cara mudah menulis fiksi. Jakarta: Bukupop.

Setianingsih, Y. (2008). Peningkatan kemampuan menulis argumentatif dan

keterampilan berpikir kritis berbahasa Indonesia mahasiswa melalui model pembelajaran logika Toulmin (Kuasi eksperimen pada mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).

(Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sihotang, K., dkk. (2012). Critical thinking – membangun pemikiran logis.

Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan.

Slavin, Robert E. (2009). Cooperative learning: Teori, riset, dan praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. (1996). Metode statistika. Bandung: Tasito

Sumadiria, AS Haris. (2007). Menulis artikel dan tajuk rencana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Syamsudin, A.R. (2011). Menuju menulis efektif. Bandung:Geger Sunten

Tarigan, H.G. (1994). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trent, K.S. (2013). The effects of the peer instruction technique Think-Pair-Share

on students performance in chemistry. [Online] www.etd.isu.edu [12 Desember 2013]


(48)

Tim Depdiknas. (2012). Pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan. Bandung: Yrama Widya.

Tim Depdiknas (2013). Materi kuliah mata kuliah Bahasa Indonesia. Jakarta: Dikti.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI Press.

Yaumi, M. (2012). Pembelajaran berbasis multiple intelligence. Jakarta: Dian Rakyat.


(1)

I. Sumber Belajar:

1) Alek dan Ahmad. (2011). Bahasa Indonesia untuk perguruan

tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

2) Keraf, Gorys. (2007). Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia. 3) Tim Depdiknas (2013). Materi kuliah mata kuliah Bahasa


(2)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data prates, pascates, angket, serta observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

Peningkatan kemampuan menulis argumentasi mahasiswa di kelas eksperimen terlihat dari adanya peningkatan setiap aspek, seperti aspek kecerdasan verbal pada isi karangan argumentasi sebelum mendapat perlakuan mempunyai rata-rata sebesar 10. Setelah mendapat perlakuan aspek tersebut mengalami peningkatan hingga menjadi 15. Aspek kecerdasan verbal pada organisasi karangan argumentasi sebelum mendapat perlakuan mempunyai rata-rata sebesar 10,667. Setelah mendapat perlakuan meningkat menjadi 14,833. Aspek kecerdasan verbal pada pengembangan struktur karangan argumentasi sebelum mendapat perlakuan mempunyai rata-rata 9,833. Setelah mendapat perlakuan meningkat menjadi 14,167. Aspek kecerdasan verbal pada penggunaan bahasa sebelum mendapat perlakuan mempunyai rata-rata sebesar 10,333. Setelah mendapat perlakuan mengalami peningkatan menjadi 14,500. Aspek kecerdasan verbal pada mekanik sebelum mendapat perlakuan mempunyai rata-rata sebesar 12,333. Setelah mendapat perlakuan mengalami peningkatan menjadi 16,500.

Kemampuan mahasiswa dalam mengekspresikan ide atau gagasan ke dalam bentuk karangan argumentasi setelah diberi perlakuan teknik

Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal jauh lebih baik bila

dibandingkan dengan sebelum diberi perlakuan. Ketika diminta untuk melakukan pascates tidak ada lagi mahasiswa yang kesulitan mendapatkan ide, hal ini juga dibantu oleh proses diskusi yang tentunya dapat memperkaya ide atau gagasan mereka.

Kedua teknik pembelajaran yang digunakan di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis


(3)

karangan argumentasi. Kelas eksperimen dari rata-rata 53,167 meningkat menjadi 75 dan kelas kontrol dari rata-rata 53,333 menjadi 61. Berdasarkan perhitungan statistik, t hitung diperoleh 6,211. Adapun t tabel diperoleh 2,002. Karena t hitung > t tabel, hasil tersebut sekaligus menunjukan bahwa t hitung berada di luar daerah wilayah kritis sebelah kanan. Dengan demikian, ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis karangan argumentasi di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Artinya, teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal lebih baik dari segi peningkatan kualitas hasil menulis karangan argumentasi dibandingkan dengan pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan teknik konvensional.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa pada pembelajaran menulis karangan argumentasi sebagai berikut.

1. Teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal layak dipertimbangan sebagai teknik pembelajaran alternatif karena teknik ini dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran karangan argumentasi. Oleh karena itu, sebaiknya dosen menggunakan teknik tersebut dalam menyampaikan pembelajaran menulis karangan argumentasi.

2. Dosen yang akan menerapkan teknik Think-Pair-Share (TPS) yang berorientasi pada kecerdasan verbal harus dapat memilih topik permasalahan yang menarik agar dapat memotivasi mahasiswa untuk mengemukakan pendapat dan bertukar ide.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S., dkk. (1988). Pembinaan kemampuan menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alek dan Ahmad. (2011). Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Alwasilah, A.C. (2007). Pokoknya menulis: Cara baru menulis dengan metode

kolaborasi. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Armstrong, T. (2013). Kecerdasan multipel di dalam kelas. Jakarta: PT. Indeks. Dalam Dyah W. Prabaningrum (Penerjemah).

Arfiyanti, R. (2010). Peningkatan kemampuan kreativitas menulis paragraf

melalui penggunaan model jejaring ide berorientasi imajinasi pada siswa kelas X SMAN 24 Bandung tahun pelajaran 2009/2010. (Tesis). Sekolah

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Barkley, E.E. (2012). Collaborative learning techniques. Bandung: Nusa Media. Dalam Narulita Yusron (Penerjemah).

Bas, G., dan Omer Beyhan. (2010). “Effects of multiple intelligences supported project-based learning on student’s achievement levels and attitudes

towards english lesson”. International Eletronic Journal of Elementary

Education. [Online] 2, 365-285. Tersedia: http://iejee.com/ [11 Desember 2013]

Borg, W.R., Gall, J.P. & Gall, M.D. (2003) Educatinal research: An introduction

(7th Ed). New York: Longman.

Bouwmeester, O. (2013). “Field dependency of argumentation rationality in decision-making debates”. Journal of Management Inquiry. [Online] 22,

(4), 415-433. Tersedia: http://jmi.sagepub.com/ [11 Desember 2013] Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (2012). How to design and evaluate research in

education: eight edition. New York: McGraw-Hill.

Jasmine, J. (2012). Metode mengajar multiple intelligences. Bandung: Nuansa Cendekia.

Jauhari, H. (2008). Pedoman penelitian karya ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Keraf, G. (2007). Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia.


(5)

Matia. (2012). Model pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan

menggunakan media majalah di kelas VIII SMPN Cikajang Garut tahun ajaran 2011/2012. STKIP Siliwangi Bandung. [Online] Tersedia:

http//publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/ [11 Desember 2013]

Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Nursalim. (2011). Pengantar kemampuan berbahasa Indonesia. Pekanbaru: Zanafa Publishing.

Rumita. (2007). Penerapan model kreatif pemecahan masalah dalam

pembelajaran menulis karangan argumentasi (Eksperimen kuasi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Susukan Kabupaten Cirebon tahun pelajaran 2006/2007). (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sambodja, A. (2007). Cara mudah menulis fiksi. Jakarta: Bukupop.

Setianingsih, Y. (2008). Peningkatan kemampuan menulis argumentatif dan

keterampilan berpikir kritis berbahasa Indonesia mahasiswa melalui model pembelajaran logika Toulmin (Kuasi eksperimen pada mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).

(Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sihotang, K., dkk. (2012). Critical thinking – membangun pemikiran logis.

Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan.

Slavin, Robert E. (2009). Cooperative learning: Teori, riset, dan praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. (1996). Metode statistika. Bandung: Tasito

Sumadiria, AS Haris. (2007). Menulis artikel dan tajuk rencana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Syamsudin, A.R. (2011). Menuju menulis efektif. Bandung:Geger Sunten

Tarigan, H.G. (1994). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trent, K.S. (2013). The effects of the peer instruction technique Think-Pair-Share

on students performance in chemistry. [Online] www.etd.isu.edu [12 Desember 2013]


(6)

Tim Depdiknas. (2012). Pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang

disempurnakan. Bandung: Yrama Widya.

Tim Depdiknas (2013). Materi kuliah mata kuliah Bahasa Indonesia. Jakarta: Dikti.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI Press.

Yaumi, M. (2012). Pembelajaran berbasis multiple intelligence. Jakarta: Dian Rakyat.