IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MANDIRI DALAM PEMBELAJARAN TEROMPET : Penelitian Tindakan Dalam Pembelajaran Terompet Pada Mata Kuliah Instrumen Pilihan Wajib I Di Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia.

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MANDIRI

DALAM PEMBELAJARAN TEROMPET

(Penelitian Tindakan Dalam Pembelajaran Terompet Pada Mata Kuliah

Instrumen Pilihan Wajib I Di Jurusan Pendidikan Seni Musik

Universitas Pendidikan Indonesia)

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari

syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni

Oleh,

Febbry Cipta

1009633

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012


(2)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MANDIRI

DALAM PEMBELAJARAN TEROMPET

(Penelitian Tindakan Dalam Pembelajaran Terompet Pada Mata Kuliah

Instrumen Pilihan Wajib I Di Jurusan Pendidikan Seni Musik

Universitas Pendidikan Indonesia)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH,

Pembimbing,

Dr. Sukanta, M.Hum.

NIP 196209171989031002

Diketahui oleh,

Ketua Program Studi,

Dr. Sukanta, M.Hum.

NIP 196209171989031002


(3)

Febbry Cipta, 2013

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MANDIRI DALAM PEMBELAJARAN TEROMPET Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia. Mengacu pada langkah kerja yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu pendekatan pada penelitian tindakan, peneliti memaparkan secara lebih

mendalam tentang perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan refleksi dalam setiap siklus. Setiap

siklus diorentiasikan kepada materi-materi yang disampaikan selama pembelajaran. Alasannya

adalah melalui materi yang disampaikan tersebut pada dasarnya mengarah pada praktik-praktik

tentang aspek-aspek musik dan aspek-aspek fisik dalam memainkan terompet, yang mana keduanya

harus diperhatikan secara bersamaan selama implementasi sebagai bagian dari tindakan. Siklus

pertama, materi pembelajaran mengarah pada bagaimana membentuk warna suara, intonasi, dan

artikulasi. Sedangkan siklus kedua, materi pembelajaran mengarah pada bagaimana mempertahankan

jangkauan wilayah nada, dan durasi. Data-data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan

telaah literatur, kemudian dianalisis dan dijabarkan secara kualitatif. Pembahasan dalam penelitian

ini dilandasi oleh teoriteori yang terdiri dari, konsep pembelajaran mandiri, dan

konsep-konsep dalam memainkan terompet dengan didukung oleh teori-teori lain yang meliputi, paradigma

pendidikan musik, pandangan psikologi dan perkembangan dalam proses pembelajaran musik,

teknik-teknik dalam memainkan terompet, dan evaluasi pendidikan musik. Pada dasarnya, dalam

rangka mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya dalam memainkan terompet, mahasiswa

telah melakukan pembelajaran mandiri melalui praktik-praktik mandiri yang dilakukan di luar jadwal

tatap muka mata kuliah. Hanya saja proses yang dilakukan kurang terfokus pada tujuan sehingga

berdampak pada kurang efektifnya waktu yang dihabiskan untuk praktik tersebut. Implementasi

pembelajaran mandiri telah memberikan dampak yang diharapkan terhadap proses pembelajaran.

Mahasiswa mampu menunjukkan cara berpikir kritis untuk meningkatkan keterampilannya melalui

rutinitas praktik-praktik mandiri dengan fokus pada spesifikasi yang harus dipelajari, dan

mengoptimalkan waktu dalam mempelajari setiap materi. Melalui proses yang terorganisir,

memberikan pemahaman kepada mahasiswa dalam membangun aspek-aspek fisik (pernapasan,

embouchure

, lidah, dan penjarian) dan aspek-aspek musikal (warna suara, intonasi, artikulasi,

dinamika, dan durasi) sebagai penunjang teknik-teknik memainkan terompet.


(4)

Febbry Cipta, 2013

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MANDIRI DALAM PEMBELAJARAN TEROMPET Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 19

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Asumsi Penelitian ... 20

F. Struktur Organisasi Penulisan ... 21

BAB II LANDASAN TEORETIS ... 23

A. Prinsip-Prinsip Pendidikan Musik ... 23

B. Konsep Pembelajaran Mandiri ... 30

C. Strategi Pembelajaran ... 40

1. Orientasi Pembelajaran Untuk Menentukan Tujuan ... 41

2. Partisipasi Murid Sebagai Penguatan Diri ... 43

3. Penilaian Diri Melalui Tes ... 45

D. Pembelajaran Mandiri Ditinjau Dari Manajemen Diri

Dalam Pembelajaran ... 46

E. Kajian Terdahulu Yang Pernah Dilakukan ... 50

F. Instruksi Langsung Dalam Pembelajaran Mandiri ... 53

G. Aspek-Aspek Fisik Penunjang Keterampilan

Memainkan Terompet ... 55

1. Pengolahan dan Pengaturan Pernapasan ... 56

2.

Embouchure

... 57

3. Lidah ... 61

4. Penjarian ... 62

5. Tahap-Tahap Dalam Praktik Memainkan Terompet ... 65

H. Evaluasi Pembelajaran Terompet ... 69

1. Model Evaluasi Pembelajaran ... 73

2. Tujuan Instruksional dalam Pembelajaran ... 75

3. Membangun Partisipasi Murid Dalam Proses Evaluasi ... 78

4. Jenis Tes Dalam Pembelajaran Terompet ... 79

vii

BAB III METODE PENELITIAN ... 82

A. Desain Penelitian ... 82

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 86

C. Sampel Penelitian ... 87

D. Instrumen Penelitian ... 87

E. Teknik Pengumpulan Data ... 92

1. Observasi ... 82

2. Wawancara ... 82

3. Dokumentasi ... 83


(5)

Febbry Cipta, 2013

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MANDIRI DALAM PEMBELAJARAN TEROMPET Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pelaporan ... 100

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 102

A. Standar Kompetensi Dalam Pembelajaran Terompet di

DI Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI ... 104

B. Materi Pembelajaran Terompet Pada Mata Kuliah IPW I

Di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI ... 110

C. Pembelajaran Terompet Dengan Implementasi

Pembelajaran Mandiri ... 117

D. Proses Penilaian Tingkat Keberhasilan ... 144

E. Hasil Diskusi ... 157

F. Efektivitas Pembelajaran Mandiri ... 161

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 164

A. Kesimpulan ... 164

B. Saran ... 168

DAFTAR PUSTAKA ... 170

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 173

RIWAYAT HIDUP ... 226

viii

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Bagan permasalahan penelitian tindakan ... 16

Gambar 2. Bagian-bagian terompet ... 18

Gambar 3. Bagan alur pembelajaran mandiri ... 37

Gambar 4.

Embouchure

dan posisi

mouthpiece

pada bibir ... 59

Gambar 5. Anatomi

mouthpiece

... 60

Gambar 6. Contoh beberapa ukuran

mouthpiece

untuk alat tiup logam ... 60

Gambar 7. Partitur

double tonguing

... 61

Gambar 8. Partitur

triple tonguing

... 61

Gambar 9. Partitur

tonguing

... 62

Gambar 10. Partitur

fingering chart

... 63

Gambar 11. Cara memegang terompet ... 64

Gambar 12. Cara memegang terompet ... 64

Gambar 13. Partitur materi

First Studies

1-3 ... 67

Gambar 14. Partitur materi

Sluring

No. 1 ... 68

Gambar 15. Partitur materi

Sluring

No. 3 ... 68

Gambar 16. Partitur materi

Scales

... 69

Gambar 17. Bagan proses pembelajaran terompet ... 73

Gambar 18. Bagan alur penelitian tindakan ... 86

Gambar 19. Contoh lembar kuesioner ... 88

Gambar 20. Contoh lembar kuesioner ... 89

Gambar 21. Contoh lembar monitoring pembelajaran mandiri ... 90

Gambar 22. Contoh format penilaian unjuk kerja mahasiswa ... 92

Gambar 23. Bagan desain penelitian ... 101

Gambar 24. Partitur materi

long tones

... 111

Gambar 25. Partitur materi

tonguing

... 113


(6)

Febbry Cipta, 2013

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MANDIRI DALAM PEMBELAJARAN TEROMPET Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 30. Contoh salah satu tangga nada minor harmonik ... 116

Gambar 31. Contoh salah satu karya ... 116

Gambar 32. Materi

long tones

... 120

Gambar 33. Partitur dalam Arban

First Studies

No. 1 ... 121

Gambar 34. Partitur dalam Arban

Sluring

No. 1 ... 124

Gambar 35.

Long tones

dalam tangga nada C Mayor ... 129

Gambar 36. Partitur

Range Builders

#1 ... 135

Gambar 37. Partitur dalam Arban bab

Tonguing

... 135

Gambar 38. Partitur dalam Arban bab

The Art of Phrasing

... 136

Gambar 39.

Range Builders

#1 bar 9

12 ... 139

ix

Gambar 40. Partitur materi

high range

... 140

Gambar 41. Partitur materi t

riple tonguing

yang dimainkan mahasiswa ... 142

Gambar 42. Partitur, wilayah nada-nada dari g sampai g1 ... 146

Gambar 43. Partitur dalam Arban

First Studies

No. 1 ... 147

Gambar 44. Partitur C mayor dengan

long tones

... 148

Gambar 45. Partitur tangga nada C mayor yang dibangun oleh not ½ ... 149

Gambar 46. Partitur diambil dari Arban bab

The Art of Phrasing

... 154

Gambar 47. Foto kegiatan mahasiswa pada saat melakukan

praktik-praktik mandiri ... 205

Gambar 48. Foto kegiatan mahasiswa pada saat melakukan

praktik-praktik mandiri (secara berkelompok) ... 205

Gambar 49. Foto kegiatan mahasiswa pada saat melakukan

mouthpiece buzzing

... 206

Gambar 50. Foto kegiatan peneliti pada saat demonstrasi alat

bersama mahasiswa ... 206


(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian

Keterampilan memainkan alat musik sebagai salah satu aspek dalam

mengungkapkan gagasan-gagasan musik, penting untuk dimiliki oleh setiap orang

yang memilih profesi baik sebagai pengajar musik maupun seniman/musisi. Oleh

sebab itu, belajar menjadi suatu proses mutlak yang harus dilalui guna memperoleh

keterampilan tersebut, dan rutinitas melakukan praktik mandiri merupakan bagian

yang terintegrasi di dalam kegiatan pembelajaran.

Keterampilan seseorang memainkan alat musik berangkat dari motivasi diri

yang kemudian berdampak terhadap tekad kuat untuk tekun belajar dan rutin

melakukan praktik-praktik (praktik diambil dari kata

practice

yang berarti berlatih,

baca Sandoval:1994). Semakin seseorang rutin mempraktikan setiap teknik, semakin

orang tersebut memiliki kemampuan dalam meningkatkan dan mempertahankan

keterampilannya. Maka semakin seseorang terampil memainkan alat musik, orang

tersebut akan mampu menyampaikan gagasan-gagasan musik pada suatu karya

tertentu yang dimainkannya.

Materi yang dipelajari dalam pembelajaran keterampilan memainkan alat

musik terkait pada uraian tentang teknik-teknik penunjang yang dilakukan melalui

praktik tertentu. Teknik-teknik penunjang yang digunakan dalam memainkan

terompet pada dasarnya meliputi pengolahan, pengaturan, dan pengkoordinasian


(8)

aspek-aspek yang terdiri dari pernapasan,

embouchure

, lidah, dan penjarian, yang

tujuan akhirnya adalah untuk membentuk dan mempertahankan aspek-aspek musik

seperti, warna suara dan dinamika, ketepatan membunyikan nada-nada, serta

kelenturan dan kelincahan memainkan frase-frase melodi. Dengan demikian terdapat

mekanisme kerja yang perlu diperhatikan dalam konsep pembelajaran terompet

sehingga dimiliki kemampuan yang solid.

Keberhasilan pembelajaran terompet dipengaruhi oleh semangat murid untuk

tekun melakukan praktik teknik-teknik secara menyeluruh. Sedangkan pengajar

memiliki tanggung jawab untuk melakukan pendekatan dalam pembelajaran sebagai

upaya membangun dan mengembangkan semangat tersebut. Dilakukannya

pendekatan dalam pembelajaran berangkat dari alasan bahwa setiap murid memiliki

gaya belajar yang berbeda dalam mencapai hasil akhir yang diharapkan, yang

selanjutnya disusun rancangan strategi untuk diimplementasikan melalui

metode-metode yang relevan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Penelitian ini bermaksud mengungkapkan secara mendalam tentang

pembelajaran terompet melalui pendekatan

self learning

(pembelajaran mandiri) yang

dilakukan pada mata kuliah Instrumen Pilihan Wajib di Jurusan Pendidikan Seni

Musik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Mata kuliah Instrumen Pilihan Wajib

(IPW) merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang keterampilan memainkan

alat musik yang disesuaikan dengan pilihan mahasiswa. Dalam kurikulum UPI tahun

2011, mata kuliah IPW termasuk pada sebaran Mata Kuliah Keahlian (MKK), dan

merupakan mata kuliah berjenjang yaitu dari IPW I sampai dengan V. Kemudian di


(9)

dalam Ketentuan Pokok Pengembangan Kurikulum UPI tentang struktur kurikulum

dan sebaran mata kuliah, dijelaskan bahwa MKK adalah kelompok mata kuliah yang

ditujukan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan keahlian

bidang studi atau ilmu terkait. Berkaitan dengan implementasi kurikulum, dijelaskan

bahwa perkuliahan dilaksanakan melalui pendekatan multi metode serta multi media

dan berbagai sumber pembelajaran, sehingga memberikan kesempatan kepada para

pengajar untuk menggunakan metode pembelajaran secara bervariasi terkait dengan

mata kuliah.

Tujuan umum dari pembelajaran keterampilan memainkan alat musik pada

mata kuliah IPW di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI, (disampaikan oleh

Firmansah, Kurdita, Supiarza, Virgan, Setiawan, dan Gunara, selaku staf pengajar di

Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI) yaitu untuk mengembangkan kemampuan

musikal mahasiswa melalui keterampilan memainkan alat musik. Melalui

keterampilannya diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan gagasan-gagasan

musik yang ada dalam karya/etude tertentu, yang mana gagasan-gagasan musik

tersebut terbentuk dari berbagai unsur-unsur musiknya, yang terdiri dari warna suara,

tinggi rendah nada, durasi, dinamika, dan artikulasi. Setiap jenjang mata kuliah IPW

dari I sampai V memiliki tuntutan-tuntutan berbeda pada tingkat capaian

keterampilan yang harus dikuasainya. Tuntutan tersebut dibedakan berdasarkan

kekompleksitasan unsur-unsur musik yang terdapat pada suatu karya/etude yang

disampaikan kepada mahasiswa selama proses pembelajaran (wawancara, April

2012).


(10)

Salah satu jenis alat musik pilihan yang dipelajari dalam mata kuliah IPW di

Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI adalah alat musik tiup Barat, yang terdiri dari

woodwind

dan

brasswind.

Supiarza (wawancara, Oktober: 2012) selaku staf pengajar

alat tiup Barat, menjelaskan tentang beberapa hal pokok yang perlu disampaikan

pengajar kepada mahasiswa dalam mata kuliah IPW alat tiup Barat, dari IPW I

sampai dengan IPW V. Pada IPW I, pembelajaran menitik beratkan pada

penyampaian pengetahuan, pemahaman, dan penerapan teknik-teknik dasar

memainkan alat musik. Kemudian teknik-teknik dasar memainkan alat musik yang

diperoleh mahasiswa pada mata kuliah IPW I tersebut, dikembangkan pada mata

kuliah IPW II. Tujuan dari IPW II yaitu untuk meningkatkan kemampuan

keterampilan memainkan alat musik yang sebelumnya diperoleh melalui mata kuliah

IPW I, sehingga mahasiswa mampu menyampaikan gagasan-gagasan musik yang

terbentuk dari unsur-unsur musik yang lebih kompleks pada karya yang harus

dimainkan.

Selanjutnya, pada mata kuliah IPW III, selain mengembangkan kemampuan

teknik memainkan alat musik yang telah dimiliki mahasiswa, pengajar juga

mengarahkan dan membimbing mahasiswa agar mampu mengungkapkan

gagasan-gagasan kreatif mereka dalam musik pada karya yang sudah ditentukan oleh pengajar

dengan melihat pada kemampuan dan kesanggupan mahasiswa. Dalam IPW III ini

pengajar menyampaikan kepada mahasiswa tentang bagaimana melakukan

improvisasi untuk bagian tertentu pada suatu karya musik. Mata kuliah IPW IV alat

tiup Barat merupakan pengembangan dari mata kuliah IPW III. Tujuan pada mata


(11)

kuliah IPW IV ini diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan gagasan-gagasan

musik dengan menerapkan teknik-teknik memainkan alat secara lebih solid sesuai

materi yang diberikan oleh pengajar. Potensi kreatif yang dimiliki setiap mahasiswa

diharapkan lebih meningkat dari jenjang sebelumnya.

Pada IPW V, pengajar mengarahkan dan membimbing mahasiswa untuk

mampu membentuk dan memimpin sebuah kelompok musik (kombo), kemudian

menampilkan hasil aransemen sebuah karya musik yang dibuat oleh mahasiswa.

Selain itu, pada jenjang ini, setiap mahasiswa (sebagai calon pendidik musik)

diarahkan untuk mampu mengaitkan keterampilannya pada kajian-kajian pendidikan

musik. Secara keseluruhan proses pembelajaran alat tiup Barat pada mata kuliah IPW

I sampai dengan V dilakukan melalui pendekatan individual dan dilakukan di dalam

kelas.

Dari uraian tentang pembelajaran IPW alat tiup Barat tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa mata kuliah IPW I merupakan suatu proses pembelajaran awal

dalam rangka membangun pondasi keterampilan memainkan alat musik tiup bagi

mahasiswa untuk melanjutkan pembelajaran pada tingkat berikutnya.

Melalui suatu observasi awal, peneliti melakukan pemetaan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan proses pembelajaran terompet pada mata kuliah IPW di

Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI. Pada aspek pengajar, spesialisasi alat musik

yang dikuasai oleh pengajar adalah

woodwind

(yang mana teknik-teknik dalam

memainkan alat musik

woodwind

berbeda dengan

brasswind

), sehingga proses yang

dilakukan selama pembelajaran tidak didukung oleh demonstrasi pengajarnya dalam


(12)

memainkan alat

brasswind

. Menurut Uno (2007), demonstrasi sebagai salah satu

metode pembelajaran, yang apabila dilakukan secara langsung oleh pengajar dalam

suatu pembelajaran keterampilan, dapat memberikan stimulus tertentu terhadap

murid.

Sebagaimana proses pembelajaran pada umumnya, pembelajaran

keterampilan memainkan terompet berpijak kepada konsep-konsep yang menjadi

landasan tentang belajar. Thorndike, salah seorang penggagas aliran teori belajar

tingkah laku, dalam Uno (2007:191), mengemukakan bahwa belajar adalah proses

interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan)

dengan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan), yang jelas

bahwa perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati),

atau yang non konkret (tidak dapat diamati). Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa ketika pengajar memberikan perintah kepada mahasiswa untuk melakukan

unjuk kerja merupakan stimulus, dan mahasiswa dengan menggunakan pemikirannya

menampilkan unjuk kerja merupakan respons yang hasilnya langsung dapat diamati.

Maka kegiatan belajar yang dikemukakan oleh Thorndike dalam teori belajar tingkah

laku apabila dilakukan dalam pembelajaran terompet, mengarah pada hasil belajar

langsung yaitu berupa tingkah laku yang ditunjukkan murid.

Namun demikian, secara umum para pakar pendidikan berpendapat bahwa

kajian stimulus-respons dalam proses pembelajaran memiliki kompleksitas yang luas

dan rumit. Hal tersebut menurut Skinner dalam Uno (2007:193), bahwa pada

dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya,


(13)

yang mana stimulus ini akhirnya mempengaruhi respons yang dihasilkan, sedangkan

respons yang diungkapkan dapat berupa berbagai hasil konsekuensi, yang pada

gilirannya mempengaruhi tingkah laku. Oleh karena itu, untuk memahami tingkah

laku murid secara tuntas, pengajar harus memahami respons itu sendiri, dan berbagai

konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut.

Memandang pada pendapat Uno tentang demonstrasi sebagai metode yang

digunakan dalam pembelajaran keterampilan, serta pendapat Thorndike dan Skinner

tentang stimulus dan respons tersebut di atas, yang apabila dikaitkan pada proses

belajar terompet di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI, demonstrasi yang dilakukan

oleh pengajar dalam setiap tatap muka dengan alat musik yang sama menjadi hal

yang penting untuk diperhatikan. Mahasiswa dapat secara langsung memperhatikan

dan mengalami bagaimana aspek-aspek fisik dan musik dibangun dalam keterampilan

memainkan terompet. Kemudian dari pengalaman yang diperoleh dalam tatap muka

mata kuliah tersebut, sebagai penguatan terhadap hasil dari proses tatap muka,

mahasiswa melakukan praktik-praktik mandiri di luar jadwal tatap muka perkuliahan.

Aspek selanjutnya mengenai perbandingan antara jumlah pengajar dengan

mahasiswa. Perbandingan antara jumlah pengajar dengan jumlah mahasiswa yang

memilih spesialisasi tiup Barat, yaitu satu orang pengajar berbanding pada sekitar 30

orang mahasiswa, maka pelaksanaan pembelajaran cenderung dipadatkan (30 menit

bagi setiap mahasiswa dalam satu kali pertemuan untuk 2 SKS), sehingga sisa waktu

pada setiap pertemuan dilakukan oleh mahasiswa melalui praktik mandiri. Peneliti

memiliki anggapan bahwa proses praktik mandiri yang dilakukan mahasiswa tersebut


(14)

masih perlu ditingkatkan mengingat pada setiap ujian akhir semester mata kuliah IPW

alat tiup terompet, peneliti memperoleh gambaran masih terdapatnya kesulitan yang

dihadapi mahasiswa dalam mempertahankan unsur-unsur musik pada karya yang

harus dimainkan. Misalnya, ketika mahasiswa memainkan suatu karya, sering di

bagian tengah lagu, atau di bagian akhir lagu, bahkan ketika ada pengulangan lagu,

kualitas unsur-unsur musiknya cenderung semakin menurun.

Setiap mahasiswa yang memilih spesialisasi terompet di Jurusan Pendidikan

Seni Musik pada umumnya tidak memiliki latar belakang pengalaman belajar

terompet secara khusus, baik secara formal maupun non formal. Sehingga dapat

dikatakan bahwa mereka mulai mempelajari terompet yaitu ketika mereka masuk ke

Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI. Dapat dibayangkan bagaimana hasilnya apabila

setiap mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang pengalaman tersebut hanya

mempelajari terompet pada jam perkuliahan saja, dan itupun dilakukan dalam waktu

30 menit. Mengingat terbatasnya waktu yang dibutuhkan pada setiap tatap muka,

maka penting bagi mahasiswa untuk memperdalam materi-materi yang disampaikan

oleh pengajar melalui pembelajaran mandiri secara terstruktur.

Namun demikian, masih perlu dilakukan upaya pengajar untuk membangun

spesifikasi praktik yang harus dilakukan mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran

mandiri sehingga prosesnya akan benar-benar memberikan dampak yang diharapkan.

Dampak yang diharapkan dimaksud adalah keterampilan memainkan terompet

berdasarkan pada tujuan akademik sebagaimana tertuang dalam silabus mata kuliah.

Sedangkan walaupun apabila alokasi waktu dalam tatap muka mata kuliah dilakukan


(15)

sesuai dengan ketentuan SKS, bagaimanapun tetap memerlukan proses praktik

mandiri oleh setiap mahasiswa dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan

kemampuannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa proses praktik mandiri

membutuhkan alokasi waktu yang lebih banyak dari pada alokasi tatap muka mata

kuliah.

Melalui alasan bahwa keterampilan memainkan alat musik merupakan salah

satu kompetensi yang perlu dimiliki, tidak hanya bagi musisi tetapi juga bagi

pengajar musik, maka hal tersebut menjadi faktor penting yang mendukung seorang

musisi maupun pengajar musik dalam mengungkapkan gagasan dan kreativitas

bermusik dan pengajaran musik, sehingga peneliti memandang perlu dilakukan upaya

penyusunan model pembelajaran secara terstruktur guna mendukung tercapainya

kompetensi dengan kemampuan yang mantap dan berkualitas. Berkaitan dengan itu,

adapun model pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan melalui implementasi

pendekatan pembelajaran mandiri.

Pembelajaran mandiri merupakan salah satu aplikasi dalam pembelajaran dan

pengajaran kontekstual, menurut Johnson (2007:171), proses belajar mandiri adalah

suatu metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang meliputi beberapa

langkah, dan menghasilkan baik hasil yang tampak maupun yang tidak tampak.

Pembelajaran mandiri sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran, meliputi

aktivitas-aktivitas setiap individu pada proses pembelajaran.

Pembelajaran mandiri merupakan salah satu strategi dalam rangka

pengembangan potensi mahasiswa. Hal tersebut, menurut Cahyono (1996:3),


(16)

dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan seseorang melalui pendidikan dan

pelatihan guna meningkatkan prestasi kerja. Maka implementasi pendekatan

pembelajaran mandiri dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi

akademik dengan mengangkat semangat kesadaran diri dan kemandirian dalam tata

kelola bagaimana perencanaan, pengorganisasian, motivasi, pengawasan, dan

penilaian dibangun oleh setiap murid. Siagian (1990) mendefinisikan bahwa, (1)

perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang

tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditentukan, (2) pengorganisasian merupakan

keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung

jawab, dan wewenang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan, (3)

pemberian motivasi merupakan proses pemberian motif-motif penggerak bagi

seseorang untuk rela berbuat demi tercapainya tujuan, (4) pengawasan merupakan

proses pengamatan terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan sebagai jaminan bahwa

kegiatan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan, dan (5) penilaian merupakan proses pengukuran dan perbandingan

terhadap hasil-hasil kegiatan, antara yang seharusnya dicapai dengan apa yang

sebenarnya telah dicapai.

Pembelajaran mandiri merupakan kegiatan di mana pengajar mengarahkan

dan membimbing mahasiswa untuk melakukan rangkaian proses tata kelola diri

dalam belajar berdasarkan orientasi pembelajaran, perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian yang telah disepakati sesuai dengan tujuan pembelajaran. Uno (2007)


(17)

berpendapat bahwa, melalui pembelajaran mandiri murid mungkin terlibat dalam

berbagai langkah untuk mengimplementasikan program perubahan prilaku dasar,

mereka berani untuk menentukan tujuan, mengobservasi pekerjaannya sendiri,

mencatatat perkembangan kemampuan, dan mengevaluasi kinerjanya sendiri, yang

pada akhirnya murid dapat memilih dan memberikan penguatan untuk meningkatkan

kompetensi dirinya sendiri berdasarkan pada orientasi pembelajaran.

Dengan demikian dapat dikatakan, proses implementasi pembelajaran mandiri

dapat membangun pemahaman dalam diri mahasiswa terhadap makna-makna

pendidikan musik, yang mana apabila dikaitkan pada pendapat Elliot (1995) dalam

Gunara (2008:33), hal tersebut meliputi, (1)

education in music

, yang berkaitan

dengan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam pembelajaran musik, (2)

education about music

, yang berkaitan dengan pengetahuan musik yang berhubungan

dengan pembelajaran musik, seperti teori musik, harmoni, dan sejarah musik, (3)

education for music

, berkaitan dengan tujuan mempelajari musik, dan (4)

education

by means of music

, yang merupakan gabungan dari ketiga komponen di atas. Maka di

dalam lingkup pendidikan, pembelajaran terompet tidak terbatas pada mempelajari

teknik-teknik tertentu saja, melainkan lebih dari itu, yaitu mengaitkan pada

makna-makna pendidikan musik yang berangkat dari pengalaman belajar untuk membangun

aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik bagi setiap murid.

Selain itu, pembelajaran mandiri sebagai salah satu upaya dalam rangka

membangun peran aktif mahasiswa, penting untuk diimplementasi dalam proses

belajar keterampilan. Melalui proses belajar mandiri, pengetahuan dibangun oleh


(18)

pengalaman-pengalaman mahasiswa dalam meningkatkan keterampilannya. Hal

tersebut dapat memberikan keragaman sumber belajar yang sesuai dengan landasan

untuk mengonstruksi bagaimana aspek-aspek fisik dan musik harus dibangun dalam

keterampilan memainkan terompet.

Mengadaptasi pendapat Dembo (2004), peneliti mengidentifikasikan

komponen-komponen yang perlu dikontrol oleh pengajar dan mahasiswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran mandiri. Komponen-komponen tersebut meliputi

motivasi, metode pembelajaran, manajemen waktu, lingkungan fisik dan sosial, serta

unjuk kerja.

Berkaitan dengan motivasi, dapat dikatakan bahwa secara umum pengajar

memiliki pandangan yang sama bahwa motivasi merupakan faktor penting yang harus

dibangun dalam diri setiap mahasiswanya. Karena dengan dilandasi motivasi yang

kuat diharapkan mahasiswa berani menghadapi berbagai resiko yang harus ditempuh

dalam rangka memperoleh penguasaan penuh memainkan terompet. Pemerolehan

keterampilan memainkan terompet dipengaruhi oleh motivasi untuk melakukan

proses belajar dan rutin melakukan praktik-praktik mandiri. Cahyono (1996:261)

berpendapat bahwa, motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seorang

individu yang dipengaruhi rangsangan-rangsangan internal dan eksternal untuk

melakukan tindakan-tindakan yang didasari oleh orientasi, tujuan, dan persepsi

pribadi melalui perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Pada implementasi pendekatan

pembelajaran mandiri, pengajar memiliki tugas untuk membimbing murid mencapai

tujuan belajarnya.


(19)

Pembelajaran terompet pada umumnya dilakukan melalui praktik dan

demonstrasi. Sebagai penunjang dalam praktik pembelajaran tersebut, hampir setiap

pengajar terompet yang peneliti jumpai mengacu pada metode Arban. Allen Vizzutti

dan Wesley Jacobs (2007) dalam

Arban Complete Method for Trumpet

,

mengungkapkan bahwa metode Arban telah secara rinci dan terstruktur

menyampaikan materi-materi dan suplemen-suplemen pembelajaran untuk

memperoleh kemampuan yang mantap dalam praktik terompet. Maka sangat penting

bagi pengajar dan murid menyusun waktu yang diperlukan untuk mempelajari setiap

tahap dalam metode Arban.

Komponen selanjutnya, yang mendukung tercapainnya tujuan pembelajaran

yaitu lingkungan fisik dan sosial. Ketika seorang mahasiswa melibatkan diri dalam

suatu kelompok musik tertentu, maka mahasiswa tersebut sedang berada dalam

proses pembelajaran pada lingkungan sosial. Mahasiswa tersebut membutuhkan

interaksi dengan orang lain untuk meningkatkan kompetensinya. Kemudian ketika

seorang mahasiswa berupaya melakukan praktik dengan memanfaatkan media iringan

minus one

(sarana musik komputer), maka mahasiswa tersebut sedang berada dalam

proses pembelajaran pada komponen lingkungan fisik. Mahasiswa tersebut

membutuhkan suatu kondisi bagi dirinya sendiri dalam berkonsentrasi selama proses

belajar.

Adapun komponen unjuk kemampuan merupakan komponen pembelajaran

yang digunakan dalam rangka mengevaluasi tingkat capaian keterampilan seseorang.

Proses evaluasi dilakukan sebelum, sedang, dan setelah proses pembelajaran melalui


(20)

unjuk kemampuan, sehingga pengajar dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan

yang harus diperbaiki dan ditingkatkan oleh mahasiswa.

Permasalahan mengenai pentingnya pemahaman konsep pembelajaran

mandiri yang dibangun oleh komponen-komponen tersebut di atas, menarik perhatian

peneliti untuk mengimplementasikannya sebagai upaya untuk mendukung proses

pembelajaran agar tercapai hasil yang lebih optimal. Maka, berkaitan dengan hal

tersebut, penelitian berjudul

Implementasi Pembelajaran Mandiri dalam

Pembelajaran Terompet ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

pentingnya proses belajar mandiri dalam pembelajaran terompet sebagai bagian dari

proses belajar dalam setiap tatap muka.

B.

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pemaparan tersebut di atas merupakan salah satu upaya peneliti dalam

mendeskripsikan tentang pentingnya implementasi pembelajaran mandiri sebagai

penunjang keberhasilan proses tatap muka mata kuliah IPW I alat tiup terompet.

Adapun penelitian implementasi tersebut dilakukan melalui pendekatan

action

research

(penelitian tindakan).

Konsep pembelajaran mandiri yang digunakan dalam penelitian tindakan ini

mengacu pada konsep Zimermann (1996). Kemudian peneliti melakukan upaya untuk

mengadaptasi konsep tersebut ke dalam proses belajar keterampilan memainkan

terompet. Konsep pembelajaran mandiri dimaksud dibangun oleh langkah kerja

sebagai berikut, (1) berangkat dari observasi dan peniliaian diri kemudian mahasiswa


(21)

(sebagai sampel penelitian) menentukan tujuan dan strategi, (2) selama melakukan

proses untuk mencapai tujuan dengan strategi yang digunakannya, (3) mahasiswa

melakukan monitoring diri terhadap proses yang sedang dilakukan, dan terakhir, (4)

mahasiswa mengamati serta menilai dampak dari implementasi pembelajaran

mandiri.

Langkah-langkah kerja implementasi pembelajaran mandiri tersebut dilakukan

sebagai upaya penguatan terhadap proses tatap muka mata kuliah. Hal tersebut

penting dilakukan dalam rangka meningkatkan proses belajar menjadi lebih optimal.

Hasil yang diharapkan adalah mengarah pada kemampuan mahasiswa dalam

memproyeksikan diri pada setiap langkah kerja belajar mandiri untuk meningkatkan

keterampilan memainkan terompet.

Pada dasarnya, pembelajaran mandiri telah dilakukan oleh mahasiswa Jurusan

Pendidikan Seni Musik UPI khususnya mahasiswa yang memilih spesialisasi

terompet. Hanya saja, peneliti memantau, pembelajaran mandiri yang dilakukan

belum terfokus pada bagaimana mempraktikkan aspek-aspek penting dalam

memainkan terompet, serta bagaimana memaksimalkan waktu yang ada untuk

melakukan praktik-praktik. Peneliti beranggapan bahwa, dengan memfokuskan

terhadap setiap aspek tersebut, serta memaksimalkan setiap waktu luang untuk

melakukan praktik mandiri akan berdampak pada pemerolehan kemampuan yang

diharapkan.


(22)

Gambar 1. Bagan permasalahan penelitian tindakan Implementasi Pembelajaran

Mandiri Dalam Pembelajaran Terompet, diadaptasi dari Gunara (2008:20).

Dari gambaran di atas, penelitian ini memfokuskan masalah pada, "bagaimana

implementasi proses pembelajaran mandiri sebagai upaya untuk meningkatkan

keterampilan memainkan terompet pada mata kuliah Instrumen Pilihan Wajib I di

Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia?". Kemudian dari

fokus masalah tersebut diurai menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1.

Bagaimana konsep pembelajaran mandiri diimplementasikan dalam pembelajaran

terompet pada mata kuliah IPW I di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI?


(23)

2.

Bagaimana efektivitas pembelajaran mandiri dalam pembelajaran terompet pada

mata kuliah IPW I di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI?

Terdapat dua variabel pokok yang diangkat dalam penelitian ini yaitu,

pembelajaran mandiri dan keterampilan memainkan terompet. Berangkat dari

pendapat Zimmerman (1996), peneliti mendifinisikan bahwa, pembelajaran mandiri

merupakan serangkaian langkah kerja kontrol diri yang dilakukan mahasiswa

terhadap proses kegiatan belajarnya yang didasari oleh tanggung jawab untuk

mengembangkan potensi melalui penguasaan penuh pada materi-materi ajar

berdasarkan tujuan pembelajaran. Watson dan Tharp (2006), serta Cooper, Heron,

dan Howard (2007) dalam Choi dan Chung (2011) menyampaikan gagasannya bahwa

hal tersebut dilakukan dalam rangka pengembangan kemampuan diri untuk

memodulasi pikiran sendiri melalui kontrol prilaku dan mengatur proses internal

sebagai strategi efektif untuk mencapai tujuan akhir.

Terompet termasuk pada jenis alat musik tiup

(aerophone)

yang terbuat dari

logam kuningan sebagai bahan dasarnya. Terompet memiliki bagian-bagian yang

terdiri dari,

mouthpiece

sebagai penghubung antara bibir dengan terompet, di mana

getaran bibir (yang disebabkan oleh hembusan angin/napas) diterima oleh

mouthpiece

receiver.

Selanjutnya dari

mouthpiece receiver

getaran tersebut disalurkan melalui

lead pipe

dan diolah pada bagian

valve

untuk menghasilkan nada-nada lebih luas,

yang akhirnya keluar pada bagian

bell

(yang memiliki bentuk seperti corong,

berfungsi untuk mengeraskan suara).

Tuning slide

merupakan penala utama yang


(24)

berfungsi menala nada.

1st valve saddle

, berhubungan dengan valve no. 1, yang

berfungsi untuk menala nada-nada tertentu, digerakan dengan ibu jari tangan kanan.

3rd valve slide ring

, memiliki fungsi yang sama seperti

1st saddle valve

, yaitu untuk

menala nada-nada tertentu, berhubungan dengan valve no. 3, digerakan dengan jari

manis tangan kiri.

Finger hook

berfungsi untuk membantu menahan terompet dengan

mengaitkan jari kelingking tangan kanan.

Tuning slide water key

dan

3rd valve water

key

memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk membuang air ludah.

Gambar 2. Bagian-bagian terompet diunduh dari http://www.trumpetstudio.com

(20 September 2012).


(25)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan lebih dalam mengenai,

konsep pembelajaran mandiri yang diimplementasikan dalam pembelajaran terompet

pada mata kuliah IPW I di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI, dan efektivitas

pembelajaran mandiri dalam pembelajaran terompet pada mata kuliah IPW I di

Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu

sumber informasi, baik bagi peneliti, pengajar, mahasiswa, maupun lembaga, tentang

proses pencapaian tujuan pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran mandiri.

Berdasarkan pendapat Choi dan Chung (2011), pembelajaran mandiri dapat dijadikan

sebagai metode efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran melalui langkah-langkah

yang secara umum terdiri dari perencanaan diri, pelaksanaan, dan penilaian diri.

Peneliti sendiri berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk

dijadikan sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran khususnya perkuliahan

keterampilan alat musik di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI.

Manfaat bagi peneliti yaitu, melalui penelitian ini diharapkan memperoleh

pemahaman untuk dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan hasil penelitian

pada tahap selanjutnya.


(26)

Manfaat bagi pengajar, melalui hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk

mengembangkan suatu model pembelajaran berbasis pembelajaran mandiri sebagai

upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Manfaat bagi mahasiswa yaitu, melalui tahap-tahap pembelajaran yang terdiri dari

orientasi pembelajaran, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian diharapkan dapat

meningkatkan tanggung jawab, semangat, dan disiplin belajar guna mencapai tujuan

pembelajaran.

Manfaat bagi lembaga pendidikan yaitu, hasil dari penelitian ini dapat menjadi

salah satu sumber informasi dalam mengembangkan kompetensi lembaga melalui

peran pengajar dan murid terkait dengan implementasi pembelajaran mandiri dalam

proses pembelajaran.

E. Asumsi Penelitian

Implementasi pembelajaran mandiri dalam pembelajaran terompet pada mata

kuliah IPW I di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI memberikan dampak yang

positif dalam meningkatkan hasil belajar. Langkah-langkah pembelajaran mandiri

yang dijalankan selama proses pembelajaran memperlihatkan hasil yang diharapkan.

Terlihat dari kemampuan memainkan terompet yang ditunjukkan oleh mahasiswa

pada setiap tugas. Mahasiswa mampu menyampaikan gagasan-gagasan musik seperti

warna suara, dan intonasi, dengan ditunjang aspek-aspek fisik seperti pernapasan,

embouchure, tonguing

, dan penjarian yang terdapat pada karya yang harus

dimainkannya. Walaupun demikian, nampaknya instruksi langsung yang dilakukan


(27)

oleh pengajar terkait pembelajaran mandiri membantu mahasiswa dalam mengatur

waktu dan mengarahkan diri untuk fokus pada apa yang dipelajari. Selain itu peneliti

menyadari bahwa faktor bakat dan lingkungan juga memberikan dampak terhadap

kemampuan mahasiswa dalam memainkan terompet, namun hal tersebut tidak

diungkapkan secara mendalam pada penelitian ini, melainkan menjadi salah satu

landasan saja dalam memandang keberhasilan mahasiswa.

F. Struktur Organisasi Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini mengacu pada Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah UPI tahun 2011. Bab I sebagai bab pendahuluan, meliputi beberapa sub bab

yang terdiri dari, latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat

penelitian. Uraian tentang penjelasan istilah terdapat pada sub bab rumusan masalah,

dan uraian tentang asumsi penelitian terdapat pada sub bab manfaat penelitian.

Bab II meliputi berbagai teori-teori yang relefan terhadap penelitian ini guna

melakukan analisis berbagai temuan yang diperoleh di lapangan. Beberapa landasan

teoretis dalam melakukan penelitian ini berpijak pada landasan filosofis pendidikan,

kosep-konsep tentang pendidikan musik, pembelajaran mandiri, teknik-teknik

memainkan terompet, dan evaluasi pembelajaran.

Bab III berisi tentang penjabaran terhadap metode penelitian yang meliputi,

konsep dan definisi metode yang digunakan, lokasi dan sampel penelitian, instrumen

penelitian, dan teknik pengumpulan data.


(28)

Bab IV merupakan bab pembahasan. Setiap data yang diperoleh dalam

penelitian ini, dideskripsikan secara rinci dengan penguatan melalui analisis data

berdasarkan teori-teori yang digunakan serta pendapat narasumber yang peneliti

anggap memiliki relefansinya terhadap penelitian ini.

Bab V merupakan bab kesimpulan dan implikasi. Berdasarkan pada Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah UPI (2011:60), dalam bab ini disajikan penafsiran dan

pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian. Kesimpulan ditulis

melalui uraian padat. Implikasi ditunjukkan kepada, para pembuat kebijakan, para

pengguna hasil penelitian, dan para peneliti berikutnya yang berminat melakukan

penelitian selanjutnya.


(29)

82

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada langkah kerja

action research

(penelitian tindakan). Data-data yang diperoleh selanjutnya

dianalisis dan dijabarkan secara kualitatif. Sasaran akhir yang diharapkan yaitu

diperolehnya gambaran secara lebih mendalam tentang perencanaan, pelaksanaan

dan monitoring, serta tingkat keberhasilan dari implementasi pembelajaran

mandiri dalam pembelajaran terompet pada mata kuliah IPW I di Jurusan

Pendidikan Seni Musik UPI.Kurt Lewin (1940) dalam Sukmadinata (2011:142)

mengutarakan bahwa, penelitian tindakan merupakan suatu proses yang

memberikan kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir reflektif, diskusi,

penentuan keputusan, dan tindakan-tindakan bagi setiap individu yang terlibat di

dalamnya. Selanjutnya, Geoffrey E. Mills (2000) dalam Sukmadinata (2011:143)

mengutarakan bahwa konsep kunci penelitian tindakan yaitu, (1) bersifat

partisipatif dan demokratis, (2) sebagai respon terhadap masalah-masalah sosial

dalam suatu konteks, (3) guna memperoleh solusi untuk memperbaiki dan

meningkatkan pekerjaan profesional. Berangkat dari hal tersebut, dalam

melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti melakukan diskusi dengan

pengajar guna menyampaikan gagasan tentang implementasi pembelajaran

mandiri secara lebih spesifik kepada mahasiswa yang memilih spesialisasi alat

tiup Barat, khususnya terompet. Gagasan tersebut merupakan suatu upaya yang


(30)

harus dilakukan dalam rangka meningkatkan fokus serta memaksimalkan waktu

selama mahasiswa melakukan pembelajaran mandiri. Diharapkan melalui

pembelajaran mandiri yang terfokus, serta memaksimalkan waktu selama

melakukan pembelajaran mandiri, akan berdampak pada keberhasilan terhadap

tuntutan akademik yang harus dicapai oleh mahasiswa selama proses perkuliahan.

Tuntutan akademik dimaksud adalah standar kompetensi yang telah ditetapkan

dalam bentuk silabus.

Melalui lembar kuesioner yang disampaikan kepada mahasiswa IPW

angkatan sebelumnya (angkatan 2009 dan 2010), dapat dikatakan bahwa pada

dasarnya setiap mahasiswa sering melakukan praktik-praktik mandiri, namun

praktik yang dilakukan kurang terfokus kepada materi-materi tugas yang

diberikan oleh pengajar, sehingga tugas yang harus ditampilkan mahasiswa ketika

pada pertemuan perkuliahan berikutnya masih ditemukan banyak kekurangan

maka perlu ditingkatkan dengan mengacu pada standar kompetensi. Lembar

kuesioner yang peneliti sampaikan kepada mahasiswa IPW tersebut di atas

merupakan daftar lis yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang (1) penilaian

mahasiswa terhadap dirinya (refleksi diri) berkaitan dengan pembelajaran

terompet, dan (2) penilaian mahasiswa terhadap proses belajar mengajar (evaluasi

pembelajaran). Adapun pertanyaan dalam lembar refleksi diri pada dasarnya

meliputi uraian tentang kemampuan musikal dan rutinitas berlatih mahasiswa,

sedangkan dalam lembar evaluasi pembelajaran meliputi proses pengajaran

termasuk waktu dan media. Melalui lembar kuesioner tersebut, mahasiswa

diminta untuk mengisi tanda (

√) pada kolom kategori penilaian yang telah


(31)

disediakan. Penilaian dibedakan pada tingkatan seperti sangat baik, baik, cukup,

kurang, dan sangat kurang.

Selanjutnya, peneliti melibatkan diri secara langsung dalam setiap proses

perkuliahan IPW I, melakukan observasi, wawancara, dan demonstrasi. Selain itu

peneliti melakukan diskusi-diskusi dengan pengajar, serta berdialog dengan

mahasiswa guna menentukan langkah-langkah perencanaan, tindakan, dan

penilaian dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan hasil ya ng diraih

sebagaimana sasaran yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya

dalam menghimpun data-data yang diperlukan. Sukmadinata menuliskan bahwa,

Penelitian tindakan berisi rangkaian kegiatan pengumpulan data,

penyusunan rencana, pelaksanaan rencana dalam bentuk tindakan, evaluasi

dan penyempurnaan tindakan yang telah dilakukan. Meskipun pada suatu

saat mungkin terjadi kekurangan bahkan kekeliruan, karena akan segera

dievaluasi dan disempurnakan maka kekurangan dan kekeliruan tersebut

tidak akan berlarut-larut (2011:143).

Sehubungan dengan apa yang diutarakan oleh Sukmadinata tersebut di

atas, data-data kemudian dianalisis guna menyusun rencana-rencana tindakan,

pelaksanaan, dan penilaian. Sebelum melakukan tindakan, peneliti berdiskusi

dengan pengajar tentang rencana tindakan yang telah disusun oleh peneliti.

Setelah memperoleh kesepakatan antara peneliti dengan pengajar tentang rencana

tindakan yang akan dilakukan, peneliti dan pengajar berdiskusi dengan mahasiswa

untuk membangun kesepakatan-kesepakatan dan menentukan proses yang akan

dilakukan.

Pembelajaran mandiri yang dilakukan mahasiswa mencakup pada rutinitas

praktik-praktik di luar jam tatap muka mata kuliah berdasarkan pada tugas-tugas


(32)

di setiap pertemuan. Praktik-praktik yang harus dilakukan dibangun oleh

materi-materi tentang teknik penunjang keterampilan memainkan terompet. Dikarenakan

menuntut rutinitas, pengajar mengarahkan kepada mahasiswa agar mereka dapat

meluangkan waktu untuk melakukan praktik-praktik tersebut.

Penilaian dilakukan pada setiap tatap muka dalam perkuliahan. Tugas

unjuk kerja yang ditampilkan serta lembar monitoring pembelajaran mandiri

mahasiswa dijadikan instrumen penilaian. Kemudian dilanjutkan pada kegiatan

diskusi serta melakukan refleksi.

Apabila digambarkan, kegiatan tersebut di atas membentuk suatu alur

seperti yang dikemukakan oleh Stephen Kemmis (1990) dalam Sukmadinata

(2011:145) bahwa, langkah-langkah penelitian tindakan meliputi pengamatan,

perencanaan, tindakan, monitoring, refleksi, berpikir ulang, dan evaluasi.

Arikunto (2009:16) berpendapat bahwa, secara garis besar model penelitian

tindakan terdiri dari empat tahapan yang dilalui yaitu, (1) perencanaan, (2)

pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Maka mengacu pada Kemmis dan

Arikunto, desain penelitian tindakan ini adalah seperti pada gambar sebagai

berikut.


(33)

Gambar 18. Bagan alur penelitian tindakan diadaptasi dari Kemmis (1990) dalam

Sukmadinata (2011), dan Arikunto (2009).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI pada

mata kuliah IPW I (alat tiup Barat/terompet) tahun akademik 2012/2013 semester

ganjil selama kurang lebih tiga bulan yaitu pada awal September 2012 sampai

dengan akhir November 2012.


(34)

C. Sampel Penelitian

Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan

Pendidikan Seni Musik yang mengontrak mata kuliah IPW I (spesialisasi

terompet) yaitu mahasiswa angkatan 2011 (semester tiga).

D. Instrumen Penelitian

Berdasarkan pernyataan Sugiyono (2011:305) bahwa yang menjadi

instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, maka

peneliti berupaya membangun hubungan sebaik mungkin dengan setiap responden

penelitian agar penelitian ini memperoleh hasil yang diharapkan. Menurut

Alwasilah (2011:101), hubungan dimaksud adalah hubungan yang ditandai oleh

kesesuaian, kesepakatan, persetujuan, atau kedekatan antara peneliti dengan yang

diteliti. Mengacu pada hal tersebut, peneliti berdiskusi dengan pengajar guna

melakukan upaya menyusun instrumen penelitian yang berupa lembar kuesioner,

monitoring pembelajaran mandiri mahasiswa, dan lembar penilaian unjuk kerja

mahasiswa.

Lembar kuesioner yang digunakan adalah suatu format

chek list

yang

mana mahasiswa diminta untuk memberikan tanggapannya atas

pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan. Sebagai upaya untuk memahami bagaimana

mahasiswa memberikan penilaian terhadap dirinya, peneliti melakukan diskusi

dengan mahasiswa bersangkutan. Sedangkan upaya untuk mengetahui kenyataan

atas penilaian tersebut, peneliti meminta kepada mahasiswa untuk memainkan

tangga nada, dan salah satu karya yang pernah dimainkan. Berangkat dari diskusi


(35)

dan unjuk kerja tersebut, dapat diperoleh gambaran tentang kemampuan

mahasiswa dalam mempertahankan setiap unsur musik masih perlu ditingkatkan,

dan salah satu upaya dalam rangka meningkatkannya adalah melalui proses

belajar mandiri. Maka dapat dikatakan bahwa, penilaian diri yang dilakukan oleh

setiap mahasiswa terhadap dirinya (melalui lembar kuesioner yang disampaika n

oleh peneliti), memiliki kesesuaian dengan kenyataan yang sebenarnya. Adapun

lembar kuesioner dimaksud, peneliti lampirkan di bagian lampiran-lampiran tesis

ini.

Gambar 19. Contoh lembar kuesioner yang disampaikan kepada mahasiswa

tentang penilaian diri.


(36)

Gambar 20. Contoh lembar kuesioner yang disampaikan kepada mahasiswa

tentang proses pengajaran.

Monitoring pembelajaran mandiri adalah suatu format isian mahasiswa

dari kegiatan-kegiatan belajar mandirinya yang meliputi tempat di mana belajar

mandiri dilaksanakan, waktu yang dihabiskan untuk belajar mandiri, dan

materi-materi yang dipraktikkan dalam belajar mandiri tersebut. Melalui lembar

monitoring yang telah diisi oleh mahasiswa, kemudian peneliti melakukan diskusi

dengan mahasiswa bersangkutan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana


(37)

langkah kerja yang telah dilakukan oleh setiap mahasiswa dalam mempelajari

materi-materi guna meningkatkan keterampilannya.


(38)

Lembar penilaian unjuk kerja adalah suatu format penilaian terhadap

penampilan-penampilan setiap mahasiswa, yang mana pengajar memberikan nilai

untuk materi-materi yang ditampilkan mahasiswa. Materi-materi yang

ditampilkan terdiri dari tangga nada (mayor, minor, pentatonik, dan kromatik),

trinada (mayor dan minor), sight reading, dan karya. Penilaian setiap materi

didasari pada warna suara, artikulasi, ketepatan nada, frasering, dan dinamika.

Adapun format penilaian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan format

yang diadaptasi dari format penilaian unjuk kerja yang digunakan oleh pengajar

dalam mata kuliah IPW alat tiup Barat

(woodwind dan brasswind)

di Jurusan

Pendidikan Seni Musik UPI.

Berangkat dari diskusi tentang proses belajar mandiri, dan unjuk kerja

yang dilakukan oleh mahasiswa dalam setiap tatap muka mata kuliah, dapat

dikatakan bahwa, dengan melakukan langkah-langkah kerja yang spesifik dalam

setiap praktik-praktik mandiri, memberikan dampak terhadap peningkatan

keterampilan mahasiswa dalam memainkan terompet. Mahasiswa dapat

menunjukkan kemampuannya sesuai dengan apa yang diharapkan.


(39)

Gambar 22. Contoh format penilaian unjuk kerja mahasiswa

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Walcott (1992) dalam Sukmadinata (2011:151), terdapat tiga

kelompok teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan

penelitian tindakan yaitu, (1)

experiencing

(pengalaman) yang dilakukan dalam

bentuk observasi, (2)

enquiring

(pengungkapan) yang dilakukan melalui


(40)

wawancara, dan (3)

examining

(pengujian) yang dilakukan dengan mencari

bukti-bukti dokumenter.

1. Observasi

Mengacu pada Walcott, peneliti melakukan pengumpulan data melalui

observasi secara partisipatif. Peneliti ikut serta dalam kegiatan yang sedang

berjalan sambil memberikan bimbingan dan mencatat kegiatan-kegiatan tersebut.

Adapun observasi partisipatif yang dilakukan peneliti adalah partisipasi lengkap

yaitu, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data

(Sugiyono, 2011:312). Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah sering

terlibat dalam proses pembelajaran terompet pada mata kuliah IPW I di Jurusan

Pendidikan Seni Musik sejak tahun akademik 2010/2011 semester ganjil. Dari

pengalaman tersebut, berkaitan dengan fokus penelitian, peneliti memperoleh

gambaran bahwa, pada dasarnya setiap mahasiswa sering melakukan proses

belajar mandiri, namun tidak setiap mahasiswa melakukannya dengan fokus pada

tujuan akademiknya. Maka untuk membangun fokus tersebut peneliti dan

pengajar menyusun suatu format monitoring pembelajaran mandiri yang meliputi

waktu, tempat, dan materi praktik-praktik yang dilaksanakan mahasiswa.

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara yang bersifat

informal. Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang dianggap relevan

terhadap penelitian ini guna memperoleh data-data yang diperlukan. Peneliti


(41)

melakukan wawancara secara tak berstruktur dengan pedoman wawancara berupa

garis besar topik yang akan ditanyakan. Menurut Sugiyono (2011:320) untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendalam, peneliti dapat menggunakan

wawancara tidak terstruktur. Artinya, pada awal wawancara, yang dibicarakan

adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan, dan bila sudah terbuka

kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera

ditanyakan. Adapun secara umum, wawancara yang peneliti lakukan baik kepada

pengajar maupun kepada mahasiswa, meliputi pertanyaan-pertanyaan tentang

pengalaman, pengetahuan, dan pendapat mereka terhadap keterampilan

memainkan terompet, dan praktik-praktik pembelajaran mandiri. Peneliti

mencatat setiap kegitan wawancara dengan menggunakan alat

handphone

yang

memiliki fasilitas program

words

serta didokumentasikan melalui foto.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dokumentasi dilakukan melalui telaah literatur,

mencatatan kegiatan lapangan, dan arsip-arsip yang berkaitan dengan penelitian

ini.

F. Analisis Dan Interpretasi Data

Peneliti melakukan analisis dan interpretasi data selama proses penelitian

guna memperoleh jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian ini.

Peneliti berupaya menghindari data-data penelitian yang menumpuk, maka dari

itu analisis dan interpretasi data dilakukan oleh peneliti pada setiap akhir kegiatan.


(42)

Teknik analisis yang digunakan bersifat naratif-kualitatif (Sukmadinata,

2011:156). Setelah peneliti memperoleh data-data yang diperlukan, selanjutnya

data-data tesebut dianalisis dan dijabarkan secara kualitatif. Sedangkan teknik

interpretasi data yang digunakan mengacu pada apa yang dikemukakan oleh

Stringer dalam Sukmadinata (2001:157) yaitu, menghubungkan temuan dengan

pengalaman peneliti, meminta saran dari nara sumber yang dianggap berkompeten

dan relevan, serta menghubungkan setiap hasil analisis pada literatur-literatur dan

teori-teori yang digunakan.

G. Tahapan Penelitian

Pada pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan penyampaian

tentang ruang lingkup pembelajaran. Pengajar menyampaikan hal -hal yang harus

ditempuh oleh setiap mahasiswa selama proses belajar untuk memiliki standar

kompetensi yang diharapkan. Pada pertemuan ini peneliti, selain melakukan

observasi juga diberi kesempatan oleh pengajar untuk menjelaskan kepada

mahasiswa tentang aspek-aspek penunjang keterampilan memainkan terompet,

serta mendemonstrasikan teknik-teknik dasar memainkan terompet berdasarkan

materi yang telah ditentukan oleh pengajar. Kemudian peneliti meminta

mahasiswa untuk mempraktikan hal yang sama dari materi yang dicontohkan

dalam demonstrasi. Melalui kegiatan tersebut, peneliti memperoleh anggapan

yaitu, dapat dikatakan setiap mahasiswa mampu melakukan praktik-praktik dasar

dengan tidak terlalu sulit. Maka untuk memantapkannya, pengajar memberikan


(43)

tugas kepada mahasiswa untuk mempelajari materi yang telah disampaikan dan

materi tersebut harus ditampilkan dalam unjuk kerja pada pertemuan kedua.

Namun pada pertemuan kedua, unjuk kerja yang disampaikan oleh

mahasiswa hasilnya tidak seperti yang diharapkan, sehingga materi tugas

pertemuan pertama tersebut harus diulang sebagai tugas unjuk kerja untuk

ditampilkan pada pertemuan ketiga. Selain itu materi yang disampaikan pengajar

pada pertemuan kedua menjadi tugas penampilan unjuk kerja mahasiswa pada

pertemuan ketiga. Artinya, mahasiswa harus menampilkan unjuk kerjanya

sebanyak dua materi tugas untuk pertemuan ketiga, yaitu memantapkan materi

tugas pertemuan pertama dan mempelajari materi tugas pertemuan kedua.

1. Siklus I

1. a. Perencanaan

Melihat kondisi tersebut di atas, peneliti dan pengajar melakukan diskusi

serta wawancara dengan mahasiswa untuk mengetahui kendala yang dihadapi.

Berangkat dari diskusi dan wawancara tersebut peneliti dan pengajar memperoleh

gambaran tentang kesulitan mahasiswa dalam mengatur waktu untuk melakukan

praktik-praktik mandiri. Mengingat pentingnya mengatur waktu untuk melakukan

praktik-praktik mandiri secara rutin, peneliti dan pengajar merencanakan

implementasi pembelajaran mandiri yang harus dilaksanakan mahasiswa. Peneliti

dan pengajar beranggapan bahwa sebenarnya mahasiswa memiliki potensi untuk

mengembangkan kemampuannya melalui proses praktik-praktik secara rutin dan

terfokus di luar jam pertemuan.


(44)

Selanjutnya, mengawali siklus pertama ini (yaitu pertemuan ketiga),

pengajar memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang prinsip-prinsip dasar

pembelajaran mandiri, dan membagikan lembar monitoring pembelajaran mandiri

kepada setiap mahasiswa. Pada kegiatan ini peneliti membantu menjelaskan

tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan dicatat dalam lembar

monitoring pembelajaran mandiri tersebut. Adapun konsep langkah kerja

pembelajaran mandiri yang dilaksanakan mengacu pada Zimmerman yaitu, (1)

observasi dan penilaian diri terhadap kemampuan, (2) menentukan tujuan dan

strategi pelaksanaan pembelajaran mandiri, (3) monitoring diri terhadap

pelaksanaan, (4) monitoring diri terhadap hasil.

Sedangkan materi praktik-praktik selama pembelajaran mandiri berupa

materi-materi musik yang terdiri dari, (1)

long tones, tonguing, lip slur,

tangga

nada,

range study

, dan karya.

1. b. Tindakan Dan Monitoring

Pelaksanaan tindakan dan monitoring dalam siklus pertama dilakukan

selama tiga minggu. Pengajar meminta kepada mahasiswa agar setiap minggunya

pembelajaran mandiri dilaksanakan selama lima hari. Adapun materi yang

dipelajari berangkat dari tugas pada setiap pertemuan.

Monitoring dilakukan peneliti dan pengajar pada setiap pertemuan, yang

mana monitoring berangkat dari unjuk kerja mahasiswa dalam menyampaikan

tugas. Indikator-indikator penilaian unjuk kerja tersebut meliputi warna suara,

ketepatan nada, artikulasi, frasering, dan dinamika. Selain itu monitoring


(45)

dilakukan juga melalui wawancara kepada mahasiswa berangkat dari lembar

monitoring pembelajaran mandiri mahasiswa.

Berdasarkan lembar monitoring pembelajaran mandiri yang harus diisi

oleh mahasiswa setiap kali melaksanakan pembelajaran mandiri, serta unjuk kerja

yang ditampilkan mahasiswa, dapat diketahui peningkatan keterampilan mereka

dari minggu ke minggunya.

1. c. Evaluasi Hasil Tindakan

Berangkat dari monitoring tersebut di atas, peneliti dan pengajar

melakukan diskusi tentang peningkatan yang telah dicapai. Namun, setelah

menganalisis lebih lanjut mengenai lembar monitoring, dan tes unjuk kerja

mahasiswa, diperoleh gambaran bahwa mahasiswa pada dasarnya mampu

menampilkan unjuk kerja tugas-tugas dengan lebih baik dari sebelumnya,

walaupun masih terdapat kekurangan dalam membunyikan nada-nada tinggi

dengan mempertahankan warna suara, artikulasi, dan intonasi. Selain itu,

berdasarkan monitoring pembelajaran mandiri mahasiswa, dapat diketahui bahwa

rata-rata waktu yang dihabiskan mahasiswa untuk melakukan praktik-praktik

mandiri adalah di bawah satu jam.

Selanjutnya pada kegiatan ini dilakukan diskusi bersama antara pengajar,

peneliti, dan mahasiswa. Diskusi tersebut menghasilkan kesepakatan yaitu,

mahasiswa sanggup untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan kemampuan

yang telah dimiliki melalui penambahan waktu dalam melakukan praktik -praktik

mandiri.


(46)

2. Siklus II

2. a. Perencanaan Dan Tindakan

Siklus kedua dilakukan selama dua minggu yang setiap minggunya

mahasiswa melaksanakan pembelajaran mandiri selama lima hari yang sama

dengan siklus pertama. Pada siklus kedua ini terdapat tindakan berupa

penambahan waktu bagi mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran mandiri.

Tindakan tersebut yaitu, menekankan mahasiswa agar sanggup menyempatkan

waktu melaksanakan pembelajaran mandiri selama dua jam setiap harinya. Tujuan

dilakukannya siklus kedua adalah untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan

keberhasilan yang telah dicapai mahasiswa.

2. b. Tindakan Dan Monitoring

Pada dasarnya perbedaan tindakan dalam siklus pertama dan siklus kedua

terletak pada alokasi waktu untuk melaksanakan pembelajaran mandiri.

Sebelumnya peneliti, pengajar, dan mahasiswa melakukan diskusi tentang jadwal

setiap mata kuliah yang dikontrak mahasiswa IPW I (terompet) pada semester ini.

Dari diskusi tersebut diperoleh gambaran bahwa pada dasarnya, mahasiswa masih

memiliki sisa waktu luang yang cukup banyak setiap harinya, sehingga pengajar

membuat kesepakatan dengan mahasiswa yaitu, mahasiswa melaksanakan

pembelajaran mandiri selama dua jam setiap hari.


(47)

2. c. Evaluasi Hasil Tindakan

Evaluasi hasil tindakan siklus kedua dilakukan seperti pada siklus pertama.

Peneliti memperoleh gambaran bahwa terdapat peningkatan kemampuan

mahasiswa dalam menampilkan unjuk kerja tugas-tugasnya dengan lebih baik dari

sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa melalui rutinitas praktik-praktik

secara rutin dengan terfokus dan memaksimalkan waktu yang ada, akan diperoleh

kemampuan memainkan terompet dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dapat

dikatakan, semakin rutin melakukan praktik-praktik, semakin cepat diperoleh

keterampilan yang diharapkan.

3. Pelaporan

Peneliti menyampaikan laporan penelitian yang disusun berdasarkan

kegiatan-kegiatan penelitian. Identifikasi dan analisis masalah, rancan gan dan

tindakan, evaluasi dan refleksi, dideskripsikan secara kualitatif.


(48)

Gambar 23. Bagan desain penelitian tindakan Implementasi Pembelajaran

Mandiri Dalam Pembelajaran Terompet, diadaptasi dari Model Lewin dalam


(49)

164

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Implementasi pembelajaran mandiri dalam proses belajar terompet pada mata

kuliah IPW I di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI dibangun oleh pemahaman

bahwa hasil akhir yang dicapai merupakan dampak dari proses yang ditempuh.

Mahasiswa menjadi lebih menghargai waktu, memanfaatkan setiap kesempatan yang

ada untuk melakukan praktik-praktik mandiri.

Implementasi pembelajaran mandiri dalam mata kuliah IPW I (terompet)

menunjukkan bahwa, (1) perkembangan kemampuan mahasiswa tidak hanya dalam

hal keterampilannya saja melainkan mahasiswa dapat mengungkapkan pemikiran

kritisnya untuk mengeksplorasi bagaimana teknik-teknik dibangun dalam rangka

mengembangkan sensitivitas musikal, (2) kegiatan ini dapat memberikan ruang

kepada mahasiswa untuk menentukan bagaimana mengoptimalkan potensi yang

mereka miliki dalam mengungkapkan gagasan-gagasan musik melalui instrumen

terompet, (3) melalui diskusi dan penilaian yang dilakukan bersama-sama antara

pengajar dan mahasiswa di setiap pertemuan dapat membangun motivasi dalam diri

mahasiswa untuk rutin melakukan praktik-praktik mandiri di luar jam pertemuan, (4)

mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan selain musik yaitu kemampuan

dalam membuat keputusan untuk melakukan praktik-praktik mandiri dengan lebih

terfokus pada setiap materi dengan lebih spesifik, (5) praktik-praktik mandiri yang


(50)

dilakukan mahasiswa dibangun oleh suasana-suasana yang tidak membosankan

sehingga mereka sanggup berlama-lama menghabiskan waktu mempraktikkan teknik

yang harus dikuasainya.

Implementasi pembelajaran mandiri telah menunjukkan keberhasilan proses

belajar keterampilan secara optimal seperti apa yang diharapkan. Hal ini berdasarkan

pada hasil observasi yang peneliti lakukan. Peneliti sebagai

observer partisipant

,

melibatkan diri secara langsung dalam setiap pertemuan. Selama proses berlangsung,

peneliti dihadapkan pada kejadian-kejadian menarik diperoleh di lapangan yang tidak

diduga sebelumnya. Implementasi pembelajaran mandiri telah membangun

pengalaman bagi mahasiswa dalam menentukan tujuan sebagai fokus untuk

melakukan praktik-praktik mandiri secara lebih spesifik. Mahasiswa memiliki

kemampuan untuk menilai setiap capaian yang telah diraihnya, kemudian melakukan

upaya-upaya untuk meningkatkannya.

Secara umum analisis refleksi dalam setiap siklus telah membantu peneliti

dalam memperoleh faktor-faktor yang menjadi kelebihan dan kelemahan dari proses

pembelajaran. Adapun faktor-faktor dimaksud adalah sebagai berikut.

1.

Demonstrasi melalui instrumen yang sama.

Walaupun demonstrasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan bantuan media

audio-video, yaitu mengapresiasi bagaimana seorang ahli membahas tentang

langkah-langkah dalam memainkan terompet, namun demonstrasi dengan alat

yang sama secara langsung kepada mahasiswa dapat membangun pengetahuan

dan pemahaman secara konkrit. Faktor ini tidak dilakukan oleh pengajar dalam


(51)

pembelajaran terompet karena spesialisai pengajar adalah

woodwind

, yang mana

antara

woodwind

dengan

brasswind

(terompet) masing-masing memiliki

konsep-konsep yang berbeda.

2.

Peran aktif mahasiswa.

Pada dasarnya pengajar memiliki kemampuan untuk membangun peran aktif

mahasiswa melalui diskusi dan praktik bersama, yang mana diskusi dan praktik

bersama dapat menumbuhkan kepercayaan diri mahasiswa. Namun hal tersebut

tidak dilakukan dalam jadwal khusus, sehingga kurang memberi dampak dalam

penguatan pemahaman mahasiswa.

3.

Menyesuaikan materi terhadap kemampuan mahasiswa.

Pengajar mempercayai bahwa setiap mahasiswa pada dasarnya memiliki

kemampuan yang berbeda dalam memainkan terompet. Namun hal tersebut tidak

diiringi dengan penyesuian terhadap materi sebagai salah satu strategi yang

dilakukan.

4.

Melakukan penilaian di setiap pertemuan.

Penilaian dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui

peningkatan-peningkatan kemampuan yang diperoleh mahasiswa. Melalui penilaian yang

dilakukan bersama-sama anatara pengajar dan mahasiswa dalam setiap

pertemuan, dapat dijadikan salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi


(52)

mahasiswa. Pengajar telah melakukan penilaian di setiap pertemuan, yang mana

penilaian tersebut dilakukan secara lisan.

5.

Tugas yang spesifik.

Spesifikasi setiap tugas penting dijelaskan kepada mahasiswa untuk membangun

pemahaman mereka terhadap proses yang harus ditempuh. Namun karena

spesialisasi pengajar adalah

woodwind

, tugas yang diberikan kepada mahasiswa

terompet kurang spesifik, sehingga mahasiswa dihadapkan pada ketidakfokusan

dalam melakukan praktik-praktik mandiri di luar jadwal tatap muka.

6.

Menumbuhkan kepercayaan kepada mahasiswa.

Setiap individu memiliki pola pikirnya sendiri dalam menentukan proses yang

harus mereka lakukan untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang

dihadapi dengan dilandasi kepercayaan diri. Melalui pengalaman konkrit dan

penjelasan tentang uraian-uraian dalam mengimplementasikan pembelajaran

mandiri secara lebih spesifik, dapat membangun kepercayaan tersebut sehingga

berdampak pada kemauan mahasiswa untuk melakukan praktik-praktik mandiri

secara rutin.

7.

Gaya belajar.

Pada dasarnya setiap mahasiswa memiliki gaya belajarnya masing-masing,

namun tidak semua mahasiswa memiliki pemahaman tentang hal itu. Berkaitan


(53)

dengan hal tersebut, maka pengajar memiliki peran untuk membimbing

mahasiswa pada bagaimana mahasiswa memahami gaya belajarnya dalam rangka

mengembangkan kemampuannya.

Adapun dicapainya keberhasilan implementasi ini tidak terlepas dari, (1)

tersedianya sarana yang memadai untuk keperluan pembelajaran, (2) kerjasama

antara peneliti dan pengajar untuk bagaimana membangun motivasi mahasiswa, (3)

potensi yang dimiliki mahasiswa dalam mengembangkan minat dan kemampuannya.

B. Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian tindakan dalam proses belajar terompet

pada mata kuliah IPW I ini masih terdapat banyak kelemahan yang perlu

ditindaklanjuti oleh calon peneliti lain. Maka dari itu, peneliti bermaksud

menyampaikan rekomendasi sebagai saran membangun kepada pihak-pihak yang

berkaitan dengan hal ini.

1. Bagi Jurusan

Ditinjau dari segi praktik yang dilakukan pengajar, proses pembelajaran terompet

pada mata kuliah IPW di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI masih perlu

dikembangkan. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi pihak

jurusan untuk melakukan kegiatan pengayaan guna meningkatkan hasil belajar

terompet.


(1)

167

mahasiswa. Pengajar telah melakukan penilaian di setiap pertemuan, yang mana penilaian tersebut dilakukan secara lisan.

5. Tugas yang spesifik.

Spesifikasi setiap tugas penting dijelaskan kepada mahasiswa untuk membangun pemahaman mereka terhadap proses yang harus ditempuh. Namun karena spesialisasi pengajar adalah woodwind, tugas yang diberikan kepada mahasiswa terompet kurang spesifik, sehingga mahasiswa dihadapkan pada ketidakfokusan dalam melakukan praktik-praktik mandiri di luar jadwal tatap muka.

6. Menumbuhkan kepercayaan kepada mahasiswa.

Setiap individu memiliki pola pikirnya sendiri dalam menentukan proses yang harus mereka lakukan untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang dihadapi dengan dilandasi kepercayaan diri. Melalui pengalaman konkrit dan penjelasan tentang uraian-uraian dalam mengimplementasikan pembelajaran mandiri secara lebih spesifik, dapat membangun kepercayaan tersebut sehingga berdampak pada kemauan mahasiswa untuk melakukan praktik-praktik mandiri secara rutin.

7. Gaya belajar.

Pada dasarnya setiap mahasiswa memiliki gaya belajarnya masing-masing, namun tidak semua mahasiswa memiliki pemahaman tentang hal itu. Berkaitan


(2)

dengan hal tersebut, maka pengajar memiliki peran untuk membimbing mahasiswa pada bagaimana mahasiswa memahami gaya belajarnya dalam rangka mengembangkan kemampuannya.

Adapun dicapainya keberhasilan implementasi ini tidak terlepas dari, (1) tersedianya sarana yang memadai untuk keperluan pembelajaran, (2) kerjasama antara peneliti dan pengajar untuk bagaimana membangun motivasi mahasiswa, (3) potensi yang dimiliki mahasiswa dalam mengembangkan minat dan kemampuannya.

B. Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian tindakan dalam proses belajar terompet pada mata kuliah IPW I ini masih terdapat banyak kelemahan yang perlu ditindaklanjuti oleh calon peneliti lain. Maka dari itu, peneliti bermaksud menyampaikan rekomendasi sebagai saran membangun kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan hal ini.

1. Bagi Jurusan

Ditinjau dari segi praktik yang dilakukan pengajar, proses pembelajaran terompet pada mata kuliah IPW di Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI masih perlu dikembangkan. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi pihak jurusan untuk melakukan kegiatan pengayaan guna meningkatkan hasil belajar terompet.


(3)

169

2. Bagi Pengajar

Bagi pengajar, melalui refleksi-refleksi terhadap setiap pelaksanaan pembelajaran, diharapkan dapat lebih meningkatkan keberhasilan dalam mengembangkan potensi mahasiswa.

3. Bagi Peneliti Berikutnya

Peneliti berharap, dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, ada tindak lanjut dari peneliti lain untuk menyempurnakan kekurangan sebagai upaya dalam pengembangan ilmu, sehingga proses pembelajaran keterampilan memainkan alat musik khususnya terompet dapat ditingkatkan secara optimal.

4. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia

Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu kekayaan intelektual UPI, dan dijadikan sebagai salah satu sumber referensi untuk pengayaan pelaksanaan pembelajaran keterampilan memainkan alat musik dalam rangka meningkatkan hasil yang telah diperoleh sebelumnya.


(4)

170

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (2011). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Bumi Aksara.

Cahyono, B. T. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Badan Penerbit

IPWI.

Campos, F. G. (2005). Trumpet Technique. New York: Oxford University Press.

Choi, J. H., dan Kyong-Mee Chung. (2011). Effectiveness of a College-Level

Self-Management Course on Successful Behavior Change. [Online]. Tersedia: http://bmo.sagepub.com/content/36/1/18.full.pdf+html [3 Oktober 2012].

Dembo, H. M. (2004). Motivation and Learning Strategies for College Success – A

Self-Management Approach. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. (2003). Quantum Learning – Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Dimyati, dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunara, S. (2008). Implementasi Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran

Musik Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas 7 SMPN 27 Bandung. Bandung: Tesis UPI, tidak diterbitkan.


(5)

171

Hargreaves, D. J. (1986). The Developmental Psychology of Music. New York:

Cambridge University Press.

Haynie, J. J. (2007). Inside John Haynie's Studio - A Master Teacher’s Lesson on

Trumpet and Life. Texas: University of North Texas Press.

Johnson, E. B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC.

Jorgensen, E.R. (2001). What Are Roles of Philosophy in Music Education?.

[Online]. Tersedia: http://rsm.sagepub.com/content/17/1/19.full.pdf+html [3 Oktober 2012].

Joyce, B., Marsha Weil, dan Emily Calhoun. (2009). Models of Teaching.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sandoval, A. (1994). Playing Technique and Performance Studies Volume One. New

York: Hal Leonard.

Siagian, S. P. (1990). Filsafat Administrasi. Jakarta: Haji Masagung.

Sukardi, H.M. (2011). Evaluasi Pendidikan - Perinsip dan Operasionalnya. Jakarta:

Bumi Aksara.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Supiarza, H. (2012). Silabus Mata Kuliah Instrumen Pilihan Wajib I (tiup/Trompet).

Bandung: tidak diterbitkan.

Uno, Hamzah B. (2007). Model Pembelajaran – Menciptakan Proses Belajar


(6)

Vizzutti, A., dan Wesley Jacobs. (2007). Arban Complete Methode for Trumpet. Maplecity: Encore Music Publishers.

Zimmerman, Barry J., Sebastian Bonner, dan Robert Kovach. (1996). Developing

Self-Regulated Learners - Beyond Achievement to Self Efficacy. Washington: American Psychological Association.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI Press.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN JAM SESSION DALAM PEMBELAJARAN GITAR PILIHAN 4 DI PRODI PENDIDIKAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.

1 8 23

PENGGUNAAN MEDIA BACKING TRACK DALAM PEMBELAJARAN GITAR PILIHAN DI PRODI PENDIDIKAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.

1 15 23

MODEL PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH VOKAL WAJIB I DI PRODI SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN T.A 2013/2014.

0 2 26

METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA KULIAH INSTRUMEN PILIHAN WAJIB (FLUTE) DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN MUSIK FPSD UPI.

0 0 28

MODEL PEMBELAJARAN VOKAL DAERAH PADA MATA KULIAH INSTRUMEN PILIHAN WAJIB IV TAHUN AJARAN 2013/2014 DI JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FPBS UPI.

0 7 33

PENERAPAN TEKNIK ORNAMENTASI SULING SUNDA LUBANG ENAM PADA LAGU TEMBANG SUNDA CIANJURAN :Penelitian Tindakan dalam Pembelajaran Suling Sunda pada Mata Kuliah Instrumen Pilihan Wajib IV di Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia.

6 68 55

STUDI TENTANG PERILAKU BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH INSTRUMEN PILIHAN WAJIB GITAR II DI JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FPBS UPI.

0 0 35

METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA KULIAH INSTRUMEN PILIHAN WAJIB (FLUTE) DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN MUSIK FPSD UPI - repository UPI S SMS 1001380 Title

0 0 2

MODEL PEMBELAJARAN VOKAL DAERAH PADA MATA KULIAH INSTRUMEN PILIHAN WAJIB IV TAHUN AJARAN 2013 2014 DI JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FPBS UPI - repository UPI S PSM 1000032 Title

0 0 3

Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akuntansi Pendahuluan - Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akuntansi

0 0 10