IDING ROSYIDIN FISIP 2013

(1)

Penelitian Kolektif

Konstruksi Citra Partai Islam di Media Nasional

Pemetaan Pemilu 2014

Disusun Oleh:

Dr. Iding Rosyidin, M.Si (Koordinator)

NIP. 197010132005011003

Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si (Anggota Tim)

NIP. 19760812 200501 1005

Pusat Penelitian dan Penerbitan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

UIN Sayrifa Hidayatullah Jakarta


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL

KONSTRUKSI CITRA PARTAI ISLAM DI MEDIA NASIONAL PEMETAAN PEMILU 2014

TIM PENELITI

DR. IDING ROSYIDIN, M.Si (Koordinator) DR. GUN GUN HERYANTO (Anggota Tim)

DOSEN PENDAMPING


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah akhirnya penelitian tentang Konstruksi Citra Partai Islam di Media Nasional: Pemetaan Pemilu 2014 dapat diselesaikan sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan. Tentu penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan di sana-sini, namun kami berharap bahwa ia dapat memberikan manfaat yang cukup signifikan khususnya terkait dengan bidang komunikasi massa.

Penelitian ini tentu tidak dapat terlaksana tanpa ada pihak yang membantu pelaksanaannya. Dalam hal ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia mendanai biaya penelitian ini.

Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar kepada beberapa nara sumber kami yang menjadi key informan penelitian ini, yakni jajaran redaksi, wakil manajemen dan reporter, baik di Harian Republik maupun Sindo. Tanpa kerja sama mereka tentu hasil penelitian ini tidak dapat tersajikan.

Akhirnya, kami hanya bisa berkata, ini yang dapat kami persembahkan dengan segenap kekurangannya. Saran dan kritik dari pembaca tentu akan terima sepenuh hati dengan perbaikan penelitian ini.

Bandung, 12 Nopember 2013

Peneliti

IDING ROSYIDIN


(4)

Konstruksi Citra Partai Islam di Media Nasional Pemetaan Pemilu 2014

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan Penelitian ………. 4

C. Tujuan Penelitian ……… 4

BAB II KERANGKA TEORETIK DAN KONSEPTUAN A. Kerangka Teori ... 5

A.1. Konstruksi Sosial Media Massa……….. 5

A.2. Hirarki Pengaruh ……… 9

B. Kerangka Konseptual ………. 12

B.1. Partai Politik ………. 12 BAB III METODOLOGI A. Metode Penelitian... 14

B. Teknik Pengumpulan Data ………. 14

C. Teknik Analisis Data ……….. 16

D. Jadwal Penelitian ……… 20

BAB IV GAMBARAN UMUM HARIAN REPUBLIKA DAN SINDO A. Harian Republika ... 20

B. Koran Sindo ………. ……… . 25

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemberitaan Partai Islam di Harian Republika dan Sindo . 27 A.1. Karakteristik Pemberitaan 27

A.2. Berdasarkan Data Teks di Harian Republika……….. 30

A.3. Berdasarkan Teks di Harian Sindo……….. 83

A.4. Aspek Kognisi Sosial……… 105

A.5. Aspek Konteks Sosial……….. 106

B. Hirarki Pengaruh dalam Pemberitaan Partai Islam pada Harian Republika dan Sindo………. 107

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ……….. 116


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partai-partai politik Islam atau berbasis massa Islam1 di Indonesia dalam kurun waktu terakhir kurang mendapatkan pemberitaan yang baik (good news) di media-media massa baik pada tingkat nasional maupun lokal. Hal ini boleh jadi disebabkan antara lain karena hampir tidak adanya raihan prestasi atau gebrakan-gebrakan politik yang ditampilkan oleh partai-partai Islam tersebut, yang kemudian dapat diapresiasi dengan baik oleh publik. Dengan kata lain, partal-partai Islam seolah-olah tenggelam oleh berbagai pemberitaan tentang parpol-parpol lainnya, khususnya dari kalangan partai-partai nasionalis.

Tidak heran kalau partai Islam diduga tidak akan mampu bersaing dengan partai-partai nasionalis dalam Pemilu 2014. Salah satu hasil survei yang dirilis oleh salah satu lembaga survei, yaitu Lingkaran Survei Indonesia (LSI), misalnya, menyebutkan bahwa partai-partai Islam tidak akan mampu mendapatkan suara lebih dari 5 persen. Menurut survei yang dilakukan pada 1 – 8 Maret 2013 tersebut PKB memeroleh 4,5 persen, PPP meraih 4,0 persen, PAN mendapatkan 4,0 persen, dan PKS hanya meraih 3,7 persen.

Beberapa media massa nasional kemudian menurunkan berita terkait dengan rilis hasil survei tersebut dengan kalimat-kalimat yang cenderung menyudutkan partai-partai Islam atau

berbasis massa Islam. Di Harian Kompas, misalnya, judul pemberitaan (headline) adalah ―Krisis Kepempimpinan Partai Islam Belum Usai,‖ sementara Harian Republika menurunkan judul tulisan dengan frasa ―Partai Islam Alami Masa Kritis.‖ Demikian pula judul di media-media massa lainnya hampir memperlihatkan nada yang serupa.

1

Partai-partai Islam yang dimaksud adalah PKS, PPP dan PBB yang secara tegas mencantumkan Islam sebagai asasnya. PPP yang merupakan fusi dari partai-partai Islam pada masa Orde Baru pernah menggantikan asasnya de ga Pa alisa de ga e gga ti pula la a g ya dari Ka’ ah e jadi i ta g. Tetapi sejak asa refor asi PPP ke ali ke jati diri ya se ula, erasaska Isla da erla a gka Ka’ ah. “eda gka partai-partai berbasis massa Islam adalah PAN dan PKB yang mencantumkan Pancasila sebagai asasnya tetapi sebagian besar konstituennya adalah kalangan Islam. Meskipun kedua partai ini menyatakan terbuka terhadap semua kalangan termasuk non-muslim, tetapi faktnya mayoritas pemilihnya tetap umat Islam, lebih khusus warga NU untuk PKB dan Muhammadiyah untuk PAN.


(6)

Selain itu, ada pula kasus yang sangat memprihatinkan terkait pemberitaan-pemberitaan tentang partai-partai Islam atau berbasis massa Islam di media-media massa yang cenderung memperlihatkan sisi keburukan (bad news), yaitu kasus korupsi yang melibatkan bukan saja kader melainkan tokoh partai Islam. Hal ini, misalnya, terjadi ketika Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Lutfie Hasan Ishaaq, ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena dugaan korupsi kasus impor daging sapi. Tentu saja penangkapan tersebut mendapatkan pemberitaan yang seluas-luasnya di media-media massa karena memiliki nilai berita (media value) yang tinggi (Denis McQuail, McQuali‟s Mass Communication Theory, 2002).2

Penangkapan Lutfie jelas sangat berpengaruh terhadap citra partai Islam. Ketua PP Muhammadiyah, Din Symasuddin, dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa kasus tersebut bukan hanya berdampak pada diri pribadi Lutfie sendiri, melainkan juga partainya, yakni PKS dan partai-partai Islam secara keseluruhan.3 Kasus-kasus korupsi apalagi yang menimpa partai-partai Islam seperti PKS tentu saja akan menjadi masalah besar terutama menyangkut citra partai-partai tersebut di mata publik. Bukan tidak mungkin citra partai-partai tersebut akan semakin merosot di masa mendatang setidaknya pada Pemilu 2014 yang tinggal menyisakan waktu kurang lebih satu setengah tahun.

Berbagai pemberitaan media massa yang terkait dengan citra partai-partai Islam atau berbasis massa Islam tentu tidak dapat dilepaskan dari konstruksi sosial media massa. Menurut teori konstruksi sosial media massa yang bersumber dari teori konstruksi social dari Peter L. Berger dan Thomas Luckman (The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological Knowledge: 1966), realitas di media massa adalah realitas konstruktif. Artinya, apapun yang disajikan oleh media massa, baik dalam bentuk pemberitaan, iklan, editorial dan sebagainya merupakan hasil konstruksi dari para redaktur media massa tersebut.

Dalam teori konstruksi social media massa ada beberapa tahapan yang biasa dilakukan para redaktur media massa, yakni tahap penyiapan materi, sebaran konstruksi, pembentukan konstruksi dan tahap konnfirmasi. Pada tahap penyiapan materi konstruksi, media biasanya memprioritaskan materi-materi media (media content) yang dapat memberikan keuntungan bagi

2

Dalam salah satu teori komunikasi massa, prominence atau keterlibatan tokoh terkemuka yang menjadi elite atauopinio memiliki nilai berita (media value) yang tinggi sehingga semua media pasti akan memberitakannya terlepas dari kecenderungan good news atau bad news

3


(7)

perusahaannya, yang dikenal dengan keberpihakan pada kapitalisme (Burhan Bungin, 2006: 209). Dalam konteks pemberitaan partai-partai Islam atau partai berbasis massa Islam, media massa juga tidak akan terlepas dari keberpihakannya terhadap nilai-nilai kapitalistik tersebut.

Hal ini juga termasuk ketika media massa melakukan tahap pembentukan konstruksi termasuk di dalamnya pembentukan citra, yang biasanya dilakukan dengan menggunakan dua model, yaitu model good news dan model bad news (Burhan Bungin, 2006: 213). Ketika media massa memberitakan kasus yang menimpa partai-partai Islam atau berbasis massa Islam, maka dua model pembentukan citra tersebut dapat dilihat dengan jelas. Pada kasus-kasus terakhir, yang lebih banyak diadopsi oleh media massa adalah model bad news, khususnya terkait dengan keterlibatan salah seorang ketua umum atau presiden partai Islam yang ditangkap akibat dugaan kasus korupsi.

Teori lain yang relevan untuk melihat sajian media massa adalah teori hierarki pengaruh (hierarchy of influence) (Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese, 1996). Menurut teori ini, teks-teks pemberitaan yang ada di media massa dipengaruhi oleh beberapa level, yaitu individu (redaksi, wartawan), rutinitas media (lingkungan kerja di media terkait), level organisasi (termasuk pemilik atau owner yang paling berpengaruh), ektra media (organisasi lain di luar organisasi media itu sendiri termasuk negara) dan, ideologi (nilai-niali dan filosofi hidup yang dianut oleh media massa terkait. Kelima level hierarki tersebut saling memberikan pengaruh terhadap apa yang disajikan media.

Dalam konteks pemberitaan kasus partai-partai Islam atau partai berbasis massa Islam, kelima level tersebut juga memberikan pengaruh. Pada level individu, misalnya, ada tiga hal mendasar dari para pekerja media yang berpengaruh terhadap isi media yaitu, karakteristik dan latar belakang, kebiasaan serta nilai atau kepercayaan (agama), dan orientasi atau profesionalisme para pekerja media. Para pekerja media dengan latar belakang kepercayaan (Islam), misalnya, boleh jadi akan memproduksi pemberitaan yang berbeda dengan mereka yang berlatar belakang berbeda. Demikian pula terkait level organisasi di mana keberadaan pemilik (owner) berperan sangat penting.

Berdasarkan pada latar belakangan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Konstruksi Citra Partai-Partai Islam atau Berbasis Massa Islam di Media-Media Nasional: Pemetaan Pemilu 2014. Media massa nasional dalam penelitian ini hanya dibatasai pada dua harian nasional, yaitu Republika dan Sindo. Alasan dipilihnya


(8)

kedua harian tersebut adalah bahwa yang pertama, yakni Republika mewakili media yang membawa kepentingan Islam sedangkan yang kedua, Sindo, mewakili media yang bersifat netral.

B. Permasalahan Penelitian

Untuk memperjelas permasalah penelitian ini, akan difokuskan pada perumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konstruksi citra partai-partai Islam atau berbasis massa Islam di Harian Republika dan Sindo?

2. Bagaimana hierarki pengaruh dalam konstruksi citra partai-partai Islam atau berbasis massa Islam di Harian Republika dan Sindo?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konstruksi citra partai-partai Islam atau berbasis massa Islam di media-media massa nasional, Republika dan Sindo

2. Untuk mengetahui hierarki pengaruh dalam konstruksi citra partai-partai Islam atau berbasis massa Islam di media-media massa nasional, yaitu Republika dan Sindo


(9)

BAB II

KERANGKA TEORETIK DAN KONSEPTUAL D. Kerangka Teori

A.1. Konstruksi Sosial Media Massa

Asal usul kontruksi sosial dari filsafat Kontruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagsan pokok Konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemologi dari Italia, ia adalah cikal bakal Konstruktivisme.

Dalam aliran filsasat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan id (K. Bertens, 1999: 89-106). Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah fakta. Aristoteles pulalah yang telah memperkenalkan ucapannya ‗Cogito ergo sum‟ yang

berarti ―saya berfikir karena itu saya ada‖. Kata-kata Aristoteles yang terkenal itu menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme sampai saat ini. Pada tahun 1710, Vico dalam „De Antiquissima Italorum Sapientia‟, mengungkapkan filsafatnya dengan

berkata ‗Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan‘. Dia menjelaskan bahwa ‗mengetahui‘ berarti ‗mengetahui bagaimana membuat sesuatu ‘ini berarti

seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurut Vico bahwa hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa ia membuatnya, sementara itu orang hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikontruksikannya. Sejauh ini ada tiga macam Konstruktivisme yakni konstruktivisme radikal; realisme hipotesis; dan konstruktivisme biasa.

1. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologisme obyektif, namun sebuah realitas yang


(10)

dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individdu yang mengetahui dan tdak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran terjadinya konstruksi itu.

2. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.

3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri.

Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di dekitarnya. Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial.

Asumsi Dasar Teori

Jika kita telaah terdapat beberapa asumsi dasar dari Teori Konstruksi Sosial Berger dan Luckmann. Adapun asumsi-asumsinya tersebut adalah:

a. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial terhadap dunai sosial di sekelilingnya

b. Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan

c. Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus

d. Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.


(11)

Konsep-Konsep Kunci

Berger dan Luckman mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupannya.

Proses konstruksinya, jika dilihat dari perspektif teori Berger & Luckman berlangsung melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas yang menjadi entry concept, yakni subjective reality, symbolic reality dan objective reality. Selain itu juga berlangsung dalam suatu proses dengan tiga momen simultan, eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi.

a. Objective reality, merupakan suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk ideologi dan keyakinan ) serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum sebagai fakta.

b. Symblolic reality, merupakan semua ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai

―objective reality‖ misalnya teks produk industri media, seperti berita di media cetak atau elektronika, begitu pun yang ada di film-film.

c. Subjective reality, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi itulah individu secara kolektif berpotensi melakukan objectivikasi, memunculkan sebuah konstruksi objektive reality yang baru (Deddy N. Hidayat: 2003). Melalui sentuhan Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis, Berger menemukan konsep untuk menghubungkan antara yang subjektif dan objektif melalui konsep dialektika, yang dikenal dengan eksternalisasi-objektivasi-internalisasi.


(12)

1. Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai produk

manusia. ―Society is a human product‖.

2. Objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami institusionalisasi. “Society is an objective reality”.

3. Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-lembaga sosial atau

organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi anggotanya. ―Man is a social product‖ (Basrawi Sukidin: 206).

Konstruksi Sosial Media Massa

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan Luckmann telah direvisi dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses eksternalisasi,

subyektivasi dan internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai ―konstruksi sosial media massa‖. Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: (a) tahap menyiapkan materi konstruksi; (b) tahap sebaran kostruksi; (c) tahap pembentukan kosntruksi; (d) tahap konfirmasi.

Proses Konstruksi Sosial Media Massa4

4

Burhan Bungin, hlm. 205 Objektivasi

Internalisasi

P r o s e s S o s i a l S i m u l t a n

M E D I A

Eksternalisasi

Source Message Channel Receiver Effect - Objektif

- Subjetif - Inter Subjektif

Realitas Terkonstruksi: - Lebih Cepat

- Lebih Luas - Sebaran Merata

- Membentuk Opini Massa - Massa Cenderung

Terkonstruksi

- Opini Massa Cenderung Apriori


(13)

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi : Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahap sebaran konstruksi : prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kedua kesediaan dikonstruksi oleh media massa ; (3) sebagai pilihan konsumtif.

4. Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun khalayak memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi.5

A.2. Teori Hierarki Pengaruh

Teori Hierarki Pengaruh pertama kali diungkapkan oleh Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese. Teori ini menjelaskan bahwa isi (content) dari media massa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang luas dari dalam dan luar organisasi media (―media content, is influenced by a wide variety of factors both inside and outside media organizations‖).6 Ada lima level yang memengaruhi teks-teks media, yaitu individu (redaksi, wartawan); rutinitas media (lingkungan kerja di media terkait); level organisasi (termasuk pemilik atau owner yang paling berpengaruh); ektra media (organisasi lain di luar organisasi media itu sendiri termasuk negara); dan ideologi (nilai-niali dan filosofi hidup yang dianut oleh media massa terkait. Kelima level hierarki tersebut saling memberikan pengaruh terhadap apa yang disajikan media.

5

Ibid, hlm. 14 6


(14)

Media massa merupakan organisasi sosial yang secara internal memiliki standar kualitas penilaian, struktur, dan hirarki dalam menjalankan mekanisme kerjanya. Mekanisme serta pilihan politik representasi yang dijalankan media memberi penegasan bahwa secara intra-organisasi, media pasti bersikap aktif dan bahkan penuh kontradiksi serta konflik di dalamnya. Sementara secara ekstra-organisasi, media bersifat interdependen karena saling mempengaruhi dengan berbagai institusi sosial lain di luar dirinya.7

Dalam menganalisis isi suatu media, terdapat lima perspektif mengenai tahapan yang berpengaruh terhadap isi suatu media, yaitu :

1. Individual Media Workers Level.8

Dalam tahapan ini, sikap, kepentingan, dan latar belakang pekerja media dianggap mempengaruhi isi media. Para pekerja media seperti, redaktur, wartawan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan isi media. Mereka memiliki orientasi tertentu dalam mengambil keputusan atau menentukan isi media. Tiga hal mendasar dari para pekerja media yang berpengaruh terhadap isi media yaitu, karakteristik dan latar belakang, kebiasaan serta nilai atau kepercayaan (agama), dan orientasi atau profesionalisme para pekerja media.

2. Media Routines Level.9

Rutinitas para pekerja media cetak dalam membuat pemberitaan dianggap mempengaruhi isi media. Suatu rutinitas akan menimbulkan dampak positif atau negatif. Dalam media, dampak rutinitas dilihat dari tiga hal yaitu, apa yang diterima oleh pembaca, kapabilitas organisasi media dalam menghasilkan atau membuat pesan berita , serta produk apa yang tersedia (naskah, pemilihan narasumber, gambar dll.).

Rutinitas yang dimaksud adalah kuantitas atau frekwensi pekerja media sebuah media cetak atau organisasi media dalam memproduksi sebuah berita. Tingkat rutinitas yang tinggi dapat berpengaruh buruk terhadap kualitas isi media dikarenakan kurangnya observasi tentang realitas

7

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0407/19/swara/1136657.html. Diakses pada tanggal 23 oktober 2008, pukul 23.53 WIB

8

Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese. Op.Cit. 1996. hlm. 63 9


(15)

yang akan diangkat. Dalam tingkatan ini pula dapat dilihat tujuan yang ingin dicapai oleh industri media, apakah berdasarkan kepada kualitas naskah yang mengedepankan suatu realitas, atau hanya berorientasi keuntungan semata.

3. Organization Level.10

Pada tingkatan organisasi, pemilik atau pemegang saham memiliki kekuatan paling besar dalam pengambilan keputusan atau kebijakan. Hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap isi suatu media. Kepemilikan suatu organisasi dapat terdiri dari perseorangan atau lebih. Semakin besar saham yang dimiliki, semakin besar pula pengaruh kekuasaan yang dimiliki. Dalam industri media, sebuah media cetak memiliki identitas sendiri yang biasanya identik dengan pemiliknya. Isi media (media content) yang dihasilkannya juga cenderung dipengaruhi oleh kepemilikan rumah produksi itu.

4. Extramedia Level.11

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa kekuatan atau kebijakan dari pihak luar organisasi media memiliki pengaruh terhadap kinerja media televisi. Hal tersebut dipercaya memiliki pengaruh terhadap isi media. Pengaruh yang berasal dari eksternal bukan hanya terbatas pada unsur politik saja, tetapi berkaitan dengan permodalan atau profit. Kebijakan pemerintah atau negara juga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap isi media. Negara, misalnya, merupakan pihak eksternal yang cukup berpengaruh terhadap isi media di sebuah media.

5. Ideological Level.12

Definisi ideologi menurut Raymond williams seperti yang dikutip oleh Pamela J.

Shoemaker & Stephen D. Reese : ―ideology as a „relatively formal and articulated system of meanings, values, and beliefs, of a kind that can be abstracted as a „world view‟ or a „class outlook‖.13 (ideologi merupakan sebuah relativitas dan sekumpulan suatu sistem dari arti, nilai, dan kepercayaan yang dapat digambarkan sebagai sebuah cara pandang terhadap dunia luar dan

10

Ibid. Hal.139 11

Ibid. Hal.175 12

Ibid. Hal.221

13


(16)

sekitarnya). Pada tahapan ini, ideologi seseorang atau suatu organisasi media memiliki pengaruh terhadap isi media. Nilai-nilai serta kepercayaan yang dijadikan sebagai landasan mereka memiliki pengaruh yang cukup besar. Media massa seperti televisi merupakan wujud dari apa yang dilihat di sekitarnya sebagai suatu realitas dan digambarkan menurut ideologi atau cara pandang mereka.

Gambar: Teori Hirarki Pengaruh14

Idiological Level Extramedia Level

Organizational level

Media routine level Individual level

E. Kerangka Konsep

B.1. Partai Politik

Partai politik seperti diungkapkan Joseph LaPalombara dalam Abdul Rashed Moten and Serajul Islam (Introduction to Political Science, 2005) adalah a formal organization whose

14


(17)

conscious, prima ry purpose is to place and maintain in public office persons who will control, alone or in coalition, the machinery of government (sebuah organisasi formal di mana tujuannya adalah untuk menempatkan dan mempertahankan orang dalam jabatan publik yang akan mengontrol, baik sendiri atau berkoalisi, mesin pemerintahan).

Menurut Miriam Budiarjo (1999: 160-161), partai politik suatu kelompok yang terorganisir yang angota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik

–biasanya dengan cara konstitusional—untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.

Konsep partai politik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah partai politik Islam di mana secara definisi sama dengan partai politik, hanya saja dengan menggunakan label Islam. Dengan demikian partai politik Islam adalah partai yang secara tegas mencantumkan Islam sebagai asas partainya. Ada pula kategori lain, yaitu partai berbasis massa Islam. Yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah partai politik dengan mayoritas pemilih atau konstituennya adalah umat Islam. Penggunaan partai Islam dan partai berbasis massa Islam digunakan secara silih berganti di dalam penelitian ini.


(18)

BAN III

METODOLOGI PENELITIAN

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan sejumlah data deskriptif, baik yang tertulis maupun lisan dari orang-orang serta tingkah laku yang diamati. Dalam hal ini individu atau organisasi harus dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Artinya tidak boleh diisolasikan ke dalam variabel atau hipotesis.

Menurut Crasswell sebagaimana dikutip oleh Eriyanto, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu pertama, peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi di lapangan. Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.15

G. Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga langkah penelitian yang akan diambil peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Documentation : caranya mengumpulkan dokumen-dokumen terkait dengan naskah pemberitaan tentang partai-partai Islam atau berbasis massa Islam di Harian Republika dan Sindo dan dokumen pendukung lainnya yang relevan dengan substasni penelitian.

15


(19)

2. Depth interviewing : wawancara mendalam dengan key informan yang relevan dengan substansi masalah penilitian. Ada pun wawancara mendalam akan dilakukan dengan reporter, pimpinan redaksi dan wakil manajemen perusahaan.

3. Unstructure observation, observasi langsung tidak terstruktur dengan mengamati perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam pemberitaan tentang partai-partai Islam atau berbasis massa Islam di keempat harian tersebut. Observasi atau disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.16 Observasi dalam penelitian ini dilakukan lebih pada observasi teks dalam kaitannya dengan konstrusksi social dan hirarki pengaruh terhadap teks pemberitaan.

Untuk prosedur pengumpulan data, akan digunakan model Craswell yang digambarkan sebagai berikut:

16

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, cet-5 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 133.


(20)

Lingkaran Prosedur

Pengumpulan Data ( a data collection circle)

Model lingkaran pengumpulan data dari Creswell tersebut di atas mengandung pemahaman bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan tidak bisa terpisah melainkan satu sama lain saling terhubung dan menjadi kesatuan utuh prosedur. Titik permulaan prosedur dalam pandangan Creswell adalah penentuan tempat atau individu.

H. Tekni Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis melalui tiga alur kegiatan yang akan dilakukan secara bersamaan, yakni melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verfikasi.

Reduksi data merupakan sebuah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

Akses & membuat

hub (2)

Penentuan Informan

(3)

Mengumpul kan Data (4) Merekam

informasi (5) Memilih isu

Data (6) Menyimpan data (7)

Menentu-kan Lokasi (1)


(21)

tertulis di lapangan. Data kualitatif disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka ragam cara, seperti seleksi dan penyortiran ketat ringkasan atau uraian singkat penggolongan dengan mencari pola yang lebih luas.

Penyajian data merupakan susunan sekumpulan informasi yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Peneliti berupaya menggunakan matriks teks, grafik, jaringan dan bagan, di samping teks naratif.

Analisis data kualitatif mulai dengan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Peneliti akan menarik kesimpulan-kesimpulan secara longgar, tetap terbuka dan skeptis namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan tersebut diverifikasi selama proses penelitian melalui peninjuan atau pemikiran kembali pada catatan lapangan secara terperinci dan seksama, bertukar pikiran dengan informan peneliti. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga membentuk validitasnya.

Setelah data diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data. Adapun analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dalah analisis wacana. Wacana sendiri dapat dipahami sebagai rekaman kebahasaan yang utuh tentang persitiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan dan dapat pula memakai bahasa tulisan.17

Dalam penelitian ini akan digunakan analisis wacana (critical discourse analysis) model Teun A. Van Dijk. Menurut Van Dijk analisis wacana tidak cukup didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanyalah hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. Wacana model Van Dijk ini yang terdiri dari tiga elemen, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Elemen teks, terdiri dari : Struktur Makro, yaitu makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks, elemennya adalah Tematik. Superstrukur, yaitu kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan,

17

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya),hlm10


(22)

isi, penutup, dan kesimpulan, elemennya adalah skematik. Sementara elemen Struktur Mikro, makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks, elemennya adalah Semantik , Sintaksis, Stalistik, Retoris.

Tabel Analisis Wacana

STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN

Struktur Makro Tematik :

Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu ceita

Topik

Superstruktur Skematik :

Bagaimana bagian dan urutan cerita diskemakan dalam teks (skenario) cerita utuh

Skema

Struktur Mikro Semantik :

Makna yang ingin ditekankan dalam teks cerita diskemakan dalam teks (skenario) cerita utuh

Latar, detail, maksud, praanggapan,

nominalisasi

Sintaksis :

Bagaimana kalimat (bentuk susunan) yang di

Bentuk kalimat,


(23)

dipilih

Stilistik :

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks (finsal sript) cerita

Leksikon

Rhetoris :

Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan

Grafis, Mtefora, Ekspresi

Elemen kognisi didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi pembuat pesan dalam memproduksi suatu pesan. Karena setiap teks terlebih pada film pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Dalam kognisi ini ada skema/model yang dimaksud, yakni : (1) skema person (person schemes) berhubungan dengan bagaimana seseorang mencitrakan dan memandang oranglain. (2) Skema diri (self schemes), skema ini berhubungan dengna bagaimana individu memahami dirinya sendiri. (3) Skema peran (role shemes) skema yang berhubungan dengan bagaimana invidu memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakt. Skema peristiwa (event Schemes) yang berhubungan dengasn proses individu menafsirkan sebuah peristiwa.

Elemen terakhir adalah konteks sosial. Wacana selalu berkembang, sehingga untuk meneliti teks diperlukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.


(24)

H. Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai Oktober 2013 dengan penggambaran sebagai berikut:

NO. BULAN KEGIATAN

1. Mei Mencari naskah pemberitaan terkait obyek penelitian di Harian Komps, Media Indonesia, Republika dan Sindo

2 Juni Obersevasi terkait perkembangan pemberitaan di keempat harian tersebut

3. Juli Wawancara mendalam dengan redaktur dan wakil manajemen di keempat harian tersebut

4. Juli Membuat analisis hasil

5. Agustus Membuat analisis

6. September Membuat evaluasi secara keseluruhan


(25)

BAB IV

GAMBARAN UMUM REPUBLIKA DAN SINDO

A. Harian Republika

Republika terbit pada tanggal 4 Januari 1993 yang diorientasikan untuk pembaca muslim di Indonesia. Hadirnya harian Republika ini di tengah-tengah publik merupakan suatu dinamisasi yang panjang di kalangan umat Islam. Hadirnya Republika merupakan representasi kegelisahan para wartawan profesional muda yang dipimpin oleh Zaim Uchrowi untuk menciptakan koran yang berideologi Islam dan mewakili suara kalangan muslim menjadi cikal bakal koran ini.

Saat itu Soeharto sedang dekat dengan kalangan Muslim, sehingga terbitnya harian ini mendapatkan jalan mulus untuk izin penerbitan. Konon dicatat dalam sejarah bahwa yang memberikan nama Republika adalah Soeharto sendiri. Kemudian kehadiran Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang saat itu diketuai BJ Habibie juga mengambil andil dalam terbitnya koran ini.

Awalnya koran ini terbit di bawah bendera perusahaan PT Abdi Bangsa. Adapun orang-orang yang terlibat di dalamnya terdiri dari beberapa menteri, pejabat tinggi negara, cendikiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Antara lain, Ginanjar Kartasasmita, Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Probosutejo, Aburizal Bakrie dan lain-lainnya.

Pada akhir tahun 2000 saham PT Abdi Bangsa sudah tidak menjadi saham mayoritas, saham mayoritas koran Republika sampai dengan sekarang dimiliki oleh kelompok Mahaka Media. Di bawah Mahaka Media, kelompok ini juga mengembangkan sayap bisnisnya di line yang sama menerbitkan majalah Golf Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia, stasiun radio Jak FM, Gen FM, Delta FM, Female Radio, Prambors, Jak tv dan Alif TV.

Dicatat dalam buku Pers di Masa Orde Baru, David T Hill mencatat bahwa koran Republika merupakan harian berkualitas yang menyebarluaskan nilai-nilai Islam Progresif, yang diproduksi secara profesional dengan pola pikir liberal.18 Dalam usahanya menghasilkan surat

18


(26)

kabar ‗berkualitas‘. Secara mengesankan Republika menggalang sejumlah intelektual dan

Jurnalis Islam Liberal paling berpengaruh di negeri ini. Secara umum, surat kabar ini sekuler dalam memilih liputan peristiwa dan masalah yang diangkat. Sekalipun demikian, harian ini secara ideologis menginformasikan nilai-nilai Islami.

A.1. Visi dan Misi

Republika memilih berposisi untuk mempersiapkan masyarakat yang dinamis, memiliki kualitas kemudian siap dan sigap menghadapi masa depan. Adapun motto Republika

―Mencerdaskan Kehidupan Bangsa‖ menunjukkan semangat mempersiapkan masyarakat

memasuki era baru.

Keterbukaan dan perubahan telah dimulai dan tak ada langkah kembali ke belakang, yang ada terus maju ke depan untuk mencapai tujuan. Meski demikian, mengupayakan perubahan, yang juga berarti pembaharuan tidak harus mengganggu stabilitas yang telah susah payah dibangun.

Adapun Misi Republika di berbagai bidang kehidupan seperti, antara lain: 1. Politik

Dalam bidang politik Republika mendorong demokratisasi dan optimalisasi lembaga-lembaga negara, partisipasi politik semua lapisan masyarakat dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik

2. Ekonomi

Keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian Republika, mempromosikan profesinalisasi yang mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam manajemen. Menekankan perlunya pemerataan sumber-sumber daya ekonomi dan mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis

3. Budaya

Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, dari mana pun datangnya, mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani, serta bersikap kritis terhadap


(27)

bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan

4. Agama

Dalam bidang agama, Republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer, mempromosikan semangat toleransi yang tulus, mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan kerangka pemahaman yang segar dan tajam, serta mendorong pencarian titik temu di antara agama-agama.

A.2. Redaksi Republika

Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Nasihin Masha

Wakil Pemimpin Redaksi: Arys Hilman Nugraha

Redaktur Pelaksana Koran: Elba Damhuri

Redaktur Pelaksana Newsroom: Maman Sudiaman

Redaktur Pelaksana Online: M Irwan Ariefyanto

Redaktur Senior: Agung P Vazza

Wakil Redaktur Pelaksana:

Irfan Junaidi, Syahrudin El-Fikri, Kumara Dewatasari Asisten Redaktur Pelaksanan:

Firkah Fansuri, Heri Ruslan, Johar Arief, Joko Sadewo, Nur Hasan Murtiaji, Subroto

Sekretaris Redaksi Hamidah Sagaf Direktur Utama: Daniel JP Wewengkang


(28)

Direktur Pemberitaan: Ikhwanul Kiram Mashuri Direktur Operasional: Mira R Djarot

Direktur Business Development: Tommy Tamtomo

Komisaris Utama: Adi Sasono

Wakil Komisaris Utama: Erick Thohir

Komisaris: R Harry Zulnardy Komisaris: Adrian Syarkawi GM Keuangan: Didik Irianto

GM Marketing dan Sales: Yulianingsih

Manajer Iklan: Indra Wisnu Wardhana Manajer Produksi: Nurrokhim

Manajer Sirkulasi: Darkiman Ruminta Manajer Keuangan: Hery Setiawan

B. Koran SINDO

Telah berganti nama yang sebelumnya dinamai Harian Seputar Indonesia, kini menjadi Koran SINDO. Surat kabar ini terbit perdana pada tanggal hari Rabu, 29 Juni 2005 di Jakarta.


(29)

Koran SINDO terbit selama 7 hari selama 1 minggu, dengan format ukuran panjang 7 kolom dan tinggi 54 cm. Edisi Nasional terbit 44 halaman dengan 3 bagian koran.19 Koran ini diterbitkan oleh PT Media Nusantara Informasi (MNI), sub dari PT. Media Nusantara Citra (MNC) yang juga menaungi RCTI, MNCTV, Global TV, SINDO Trijaya, Tabloid Genie, Majalah Trust, dan OkeZone.

Dalam perjalanannya PT MNC sudah sangat berpengalaman dalam mengelola media serta terbilang mapan dan berpengaruh, baik di kalangan masyarakat maupun pengambilan keputusan. Sebagai surat kabar baru, Koran SINDO ditujukan untuk memudahkan sekaligus memenuhi kebutuhan pembaca dalam satu keluarga. Misalnya pada saat Bapak memilih news atau berita politik, si Ibu bisa membaca lifestyle dengan leluasa dan si anak bisa membaca sport.

Koran SINDO hadir setiap pagi dengan sajian berita-berita nasional, internasional, lifestyle dan sport dengan kreatifitas visual yang progresif dan tidak konservatif. Dengan banyaknya warna dalam koran tersebut menjadikan koran SINDO sebagai media yang unik.

Target pembaca koran SINDO adalah masyarakat kelas menengah ke atas, pendidikan Sarjana. Segmentasi usia dari usia 18 tahun sampai dengan 40 tahun. Dengan diferensiasi pembaca laki-laki sebanyak 60% dan pembaca wanita sebanyak 40%. Target distribusi Koran SINDO adalah kota-kota besar di seluruh Indonesia dengan jumlah oplah sebesar 336.000 pembaca.20

C. Visi dan Misi koran SINDO a. Visi

Sebagai koran keluarga yang hadir dengan berita aktual, akurat, dan mendalam namun tetap bergaya dan penuh warna.

b. Misi

Menjadi pelopor media nasional terbesar di Indonesia dengan menguasai jaringan di seluruh Indonesia

D. Redaksi Koran SINDO

Pemimpin Umum: Syarif Nasution

Wakil Pemimpin Umum Redaksi: Nevy AN Hetharia, Pung Purwanto

19

http://id.m.wikipedia.org/wiki/koran_sindo diakses pada 24 Agustus 2013

20


(30)

Redaktur Pelaksana: Djaka Susila, Dwi Sasongko, Masirom Wakil Redaktur Pelaksana: Alex Aji Saputra, Hanna Farhana

Redaktur: Achmad Faisal Nasution, Abdul Hakim, Alviana Harmayani Masrifahh, Armi Dian Kurniawan

Manager Litbang: Wiendy Hapsari

Redaktur Bahasa: Jaelani Ali Muhammad Direktur Keuangan: Ahmad Sugiri

Direktur Sirkulasi & Distribusi: Sugeng H Santoso VP Sales: Lia Marliana

GM Biro: Kiki Subarkah

VP Marketing & Communications: Caecillia Hamzah GM Sirkulasi & Distribusi: Donny Irawan


(31)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemberitaan Partai Islam di Harian Republika dan Sindo

A.1. Karakteristik Pemberitaan

Pemberitaan tentang partai-partai Islam atau berbasis massa Islam mendapatkan porsi yang cukup besar dari Harian Republika dan Sindo. Hal ini terutama ketika partai-partai tersebut mendapatkan posisi yang kurang baik dalam berbagai survei yang dilakukan lembaga-lembaga survei. Kesemua lembaga survei tersebut melansir bahwa partai-partai Islam tersebut diprediksi akan mengalami keterpurukan pada Pemilu 2014. Terlepas dari berbagai faktor yang menjadi penyebab kemerosotan partai-partai Islam, realitas social tersebut pada gilirannya mendapatkan perhatian yang cukup luas dari media massa termasuk Harian Republika dan Sindo.

Baik Harian Republika maupun Sindo yang notabene merupakan harian nasional tentu menjadikan realitas sosial yang menimpa partai-partai Islam atau berbasis massa Islam sebagai objek pemberitaan. Bahkan keduanya memberikan rukrik khusus meskipun tentu saja dengan penekanan dan penonjolan yang tidak sama di antara keduanya. Harian Republika yang memang dikenal sebagai koran umat agaknya lebih banyak memberikan porsi pemberitaan yang besar terhadap partai-partai Islam.

Untuk mengetahui secara lebih terperinci bagaimana karakteristik pemberitaan yang dilakukan Harian Republika dan Sindo berikut ini penjelasan data-data mengenai pemberitaan tersebut.


(32)

Table-1

Sampel Berita Republika

NO Tanggal

Tayang

Judul

Berita Sumber Berita

1. Senin, 22 Juli 2013 PPP: Rakyat Terganggu Survei Pesanan

Romahurmuziy (Sekretaris Jendral Partai Persatuan Pembangunan) 2. Kamis, 25 Juli 2013 Marwan: 2014 Momentum

Konsolidasi Nasional

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI Marwan Ja‘far 3. Kamis, 25 Juli 2013 Said Agil Tegaskan PKB

Partainya NU

Said Agil Siroj (Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) & Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar 4. Kamis, 25 Juli 2013 Khofifah Ungkap Dugaan

Kartel Politik

Khofifah Indar Parawansa (calon Gubernur Jawa Timur), Herman Otto Hasibuan (kuasa hukum

Khafifah), Ferry Kurnia Rizkiyansyah (Komisioner KPU) 5. Senin, 29 Juli 2013 Khofifiah Segera

Ditetapkan

Tri Cahya Indra Permana (Ketua Majelis Hakim PTUN) 6. Senin, 29 Juli 2013 PBB Bidik Suara di Jateng

dan Jatim

Yusril Ihza Mahendra (Ketua Dewan Syura PBB)


(33)

7. Selasa, 30 Juli 2013 Fathanah Mengaku Utusan LHI

Syukur Iwantoro (Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian) 8. Selasa, 30 Juli 2013 PKS Minta 3 Nama Calon

Kapolri

Nasir Jamil (Anggota Komisi III Fraksi PKS) 9. Rabu, 31 Juli 2013 PKB Menyangsikan Hasil

Klarifikasi KPU

Syaifullah Ma‘sum

(Ketua Badan Pemenangan Pemilu PKB)

Table-2

Sampel Berita Koran SINDO

NO Tanggal

Tayang

Judul

Berita Sumber Berita

1.

Selasa, 11 Mei 2013 Drama Perlawanan PKS Abraham Samad (Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi) 2. Selasa, 30 Juli 2013 Indoguna Setor Rp 1

Miliar untuk PKS

Maria Elizabeth Liman (pemilik PT Indoguna Utama),Luthfi Hasan Ishaaq, Made Hendra (anggota Majelis Hakim 1), Elda Devianne Adiningrat, Suharyono (Kepala Pusat Perlindungan


(34)

Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementan), Hatta Rajasa (Menko

Perekonomian), Yahdi Abdi Harap (Wakil Sekretaris Jenderal DPP PAN)

3. Selasa, 30 Juli 2013 Khofifah Optimis DKPP Kembalikan Haknya

Khofifah Indar Parawansa (calon Gubernur Jawa Timur)

Dari sampel pemberitaan yang dilakukan Harian Republika dan Sindo mengenai konstruksi citra partai-partai Islam atau berbasis massa Islam diperoleh karakteristik sebagai berikut:

a. Dari segi nara sumber berita baik Harian Republika maupun Sindo tampaknya cukup beragam bukan hanya dari kalangan politisi dalam hal ini pengurus partai-partai Islam atau berbasis massa Islam seperti Marwan Jafat (Ketua DPP PKB), Romahurmuziy (Sekretaris Jendral Partai Persatuan Pembangunan), melainkan juga dari kalangan lainnya seperti Jimly Asshiddiqie (Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu DKPP), Said Agil Siroj (Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) & Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan sebagainya. Hal ini cukup baik karena memberikan perspektif yang luas terhadap kasus yang menimpa partai-partai Islam atau berbasis massa Islam.

b. Berita umumnya model stright news (berita langsung), artinya berita yang menekankan pada berita cepat dan menyesuaikan dengan dinamika yang terjadi atau sedang berlangsung. Mengandalkan pada pandangan atau pernyataan narasumber, tanpa banyak melakukan investigasi.


(35)

Berita 1: PPP: Rakyat Terganggu Survei Pesanan a. Struktur Makro

Struktur makro merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks. Singkatnya gambaran umum dari suatu teks, atau biasa disebut gagasan inti, dan ringkasan yang utama dari suatu teks. Elemen ini juga disebut dengan tematik, yaitu tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita.

Adapun tema besar yang dikedepankan atau ditemukan pada berita pertama adalah: ―PPP Terganggu oleh Survei Pesanan‖. Tema ini bisa terlihat dari narasi berita:

―Sekretaris Jendral Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy

mengatakan, rakyat terganggu oleh survei elektabilitas pesanan untuk menggiring pada opini tertentu.

Tema ini diperkuat oleh kutipan pernyataan langsung Romahurmuziy:

―Menurutnya, jika dibiarkan, rakyat akan terus mendapatkan informasi kehidupan

politik nasional dengan cara yang sesat‖

b. Superstruktur

Superstruktur adalah kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Singkatnya skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Yang merupakan elemen superstruktur adalah skematik, yaitu bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh.

Dalam berita ini, urutan-urutan berita dimulai dengan lead pernyataan Romahurmuziy selaku Sekretaris Jendral PPP tentang survei pesanan:

―Sekretaris Jendral Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy

mengatakan, rakyat terganggu oleh survei elektabilitas untuk menggiring pada opini tertentu. Menurutnya jika dibiarkan, rakyat akan terus mendapatkan informasi kehidupan politik nasional dengan cara yang sesat.

Kemudian diikuti kutipan langsung ―PPP tidak terganggu oleh survei. Tapi rakyat

terganggu dengan survei pesanan yang membolak-balik opini atas nama metode ilmiah,‖


(36)

―Lembaga survei harus mengakreditasi dirinya dengan kesepakatan yang mereka

bangun dalam asosiasi lembaga-lembaga survei,‖

Berita dilanjutkan dengan penegasan Romahurmuziy tentang perlunya aturan untuk lembaga survei:

―...beberapa hal yang perlu diatur lembaga survei, di antaranya, kualifikasi para

peneliti, periode sampling, jumlah sampel untuk setiap tingkat kepercayaan, metodologi

survei, dan akuntabilitas publikasi,‖

Kemudian berita ditutup dengan tambahan komentar dari Endang Rudiatin Wakil Sekretaris Jendral Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Bulan Bintang:

―Susah memang untuk menentukan mana lembaga survei yang kredibel, mereka

terkadang ada yang mendanai demi tujuan tertentu,‖

c. Struktur Mikro

Menurut skema Van Dijk yaitu makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Yaitu makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misalnya dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.21

Adapun elemen dari struktur mikro yaitu: pertama, semantik yakni makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Adapaun elemen yang diamati dalam semantik adalah:

1) Latar

Merupakan bagian berita yang memengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Biasanya seorang wartawan ketika menulis berita mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Dalam konteks berita pada harian Republika yang ditulis oleh Muhammad Fakhruddin, ia menekankan bahwa survei pesanan mengganggu opini publik.

2) Detil

21


(37)

Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Detil yang hendak disampaikan penulis naskah bisa kita tangkap dari kutipan-kutipan langsung Sekretaris Jendral PPP Romahurmuziy yang mengatakan rakyat terganggu dengan survei pesanan yang membolak-balik opini atas nama metode ilmiah, kemudian lembaga survei seharusnya mengakreditasi dirinya dengan kesepakatan yang mereka bangun dalam asosiasi lembaga-lembaga survei.

3) Maksud

Yakni melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Berita tersebut seolah memaksudkan 3 hal. Pertama, bahwa rakyat terganggu oleh survei elektabilitas pesanan untuk menggiring pada opini tertentu. Kedua, seharusnya lembaga survei diakreditasi. Ketiga, perlu adanya aturan yang mengatur lembaga survei. Dan ini secara eksplisit menguntungkan PPP dan secara implisit memojokkan banyaknya lembaga survei. Elemen kedua dalam struktur mikro adalah sintaksis.

a) Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tanpak koheren. Fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan. Ada koherensi yang ditemukan di dalam naskah.

Fakta bahwa lembaga survei menempatkan partai-partai Islam di luar posisi tiga besar menyebabkan komentar-komentar Romahurmuziy tentang lembaga survei menjadi miring.

b) Bentuk kalimat adalah yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Misalnya PPP tidak terganggu oleh survei. Tapi, rakyat terganggu dengan survei pesanan yang membolak-balik atas nama metode ilmiah. Kemudian lanjutnya jika dibiarkan, rakyat akan terus mendapatkan informasi kehidupan politik nasional dengan cara yang sesat. Nah dalam bentuk kalimat seperti itu seakan PPP tidak menjadi masalah jika banyak lembaga survei pesanan, namun PPP mengkhawatirkan rakyat yang opininya digiring pada kehidupan politik yang sesat.


(38)

c) Kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti juga merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam

naskah berita ini tidak menggunakan kata ganti ―saya‖, namun selalu menyebut

sumber berita yakni Romahurmuziy.

Elemen ketiga dalam struktur mikro itu adalah stilistik. Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita. Adapun elemennya adalah style, adalah cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dalam berita ini sangat mudah sekali dipahami oleh pembaca, karena gaya penulisan yang naratif-deskriptif tidak menggunakan bahasa yang sulit. Berita ini hanya mengutip perkataan dari Romahurmuziy tentang lembaga survei pesanan.

ELEMEN SUB ELEMEN ISI

TEMATIK PPP: Rakyat

Terganggu Survei Pesanan

PPP keberatan jika banyak lembaga survei yang hanya menggiring opini publik pada kepentingan partai tertentu

SKEMATIK Skema: lead

(Romahurmuziy

mengatakan bahwa rakyat terganggu oleh survei elektabilitas

pesanan yang

menggiring pada opini publik tertentu)

Pernyataan langsung Romahurmuziy

Sekretaris Jendral Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy mengatakan, rakyat terganggu oleh survei elektabilitas pesanan untuk menggiring pada opini tertentu. Jika dibiarkan, rakyat akan terus mendapatkan informasi kehidupan politik nasional dengan cara yang sesat

―PPP tidak terganggu oleh


(39)

Usulan Romahurmuziy

Penegasan Romahurmuziy

dengan survei pesanan yang membolak-balik opini atas nama

metode ilmiah‖

―Lembaga survei harus

mengakreditasi dirinya dengan kesepakatan yang mereka bangun dalam asosiasi

lembaga-lembaga survei‖

―beberapa hal yang perlu diatur

lembaga survei, di antaranya, kualifikasi para peneliti, periode sampling, jumlah sampel untuk setiap tingkat kepercayaan, metodologi survei, dan

akuntabilitas publikasi‖

SEMANTIK Latar: Survei Pesanan Mengganggu Opini Publik

Detil: kutipan langsung dari Romahurmuziy yang mengatakan bahwa rakyat terganggu dengan survei pesanan

Jika survei elektabilitas pesanan dibiarkan, rakyat akan terus mendapatkan informasi kehidupan politik yang menyesatkan

Romahirmuziy dengan

gamblang mengomentari lembaga-lembaga survei yang dipesan oleh partai politik tertentu


(40)

yang membolak-balik opini atas nama metode ilmiah

Maksud: Pertama,

bahwa rakyat

terganggu oleh survei elektabilitas pesanan untuk menggiring pada opini tertentu.

Kedua, seharusnya lembaga survei diakreditasi.

Ketiga, perlu adanya aturan yang mengatur lembaga survey

Rakyat merasa terganggu oleh survei elektabilitas pesanan untuk menggiring pada opini tertentu

Lembaga survei harus mengakreditasi dirinya dengan kesepakatan yang mereka bangun dalam asosiasi lembag-lembaga survei

Beberapa hal yang perlu diatur lembaga survei, di antaranya, kualifikasi para peneliti, periode sampling, jumlah sampel untuk setiap tingkat kepercayaan, metodologi survei, dan akuntabilitas publikasi

SINTAKSIS Koherensi: ada Fakta bahwa setiap hasil dari lembaga survei yang menempatkan partai-partai Islam di luar posisi tiga besar.

Dengan pertanyaan ―apakah

masyarakat percaya pada survei atau masyarakat memang tidak


(41)

Bentuk Kalimat: berpikir logis

Kata Ganti: ―dia‖ dan ―ia‖

pernah percaya. Ini penting sebagai bentuk kejujuran keberadaan lembaga survei yang mengklaim menggunakan metode ilmiah

Jika lembaga-lembaga survei banyak yang dipesan, maka rakyat merasa terganggu oleh elektabilitas pesanan yang menggiring pada opini tertentu

Menurut dia, beberapa hal yang perlu diatur lembaga survei...

Ia menambahkan, perlu dilakukan survei atas tingkat kepercayaan masyarakat terhadap survei

STILISTIK Pilihan kata yang digunakan mudah dipahami dengan menjelaskan akronim, tidak menggunakan istilah asing

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dewan Pimpinan Pusat (DPP)

RETORIS Grafis: tidak ada Metafora: tidak ada

Berita 2: Marwan: 2014 momentum Konsolidasi Nasional a. Struktur Makro


(42)

Tema besar yang dikedepankan dan ditemukan pada berita 2 adalah: ―2014 Momentum Konsolidasi Nasional‖. Tema ini bisa terlihat dari narasi berita:

―ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI Marwan Ja‘far mengatakan

Indonesia perlu perubahan secara menyeluruh. Menurutnya, tahun politik (2014)

merupakan momentum penting untuk melakukan konsolidasi nasional.‖ Tema ini diperkuat oleh kutipan pernyataan langsung dari Ja‘far saat itu: ―sehingga bangsa ini semakin diperhitungkan oleh bangsa lain,‖

b. Superstruktur

Dalam berita ini, dapat diurutkan dan dimulai dengan lead yang menegaskan bahwa Indonesia perlu perubahan secara menyeluruh. Kemudian dilanjutkan dengan kutipan langsung tahun politik 2014 merupakan momentum penting untuk melakukan konsolidasi nasional. Hal ini dapat dilihat dari naskah berita:

―Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI Marwan Ja‘far mengatakan

Indonesia perlu perubahan secara menyeluruh. Menurutnya, tahun politik 2014 merupakan momentum penting untuk konsolidasi nasional.‖

Kemudian diikuti dengan kutipan pernyataan langsung Marwan, sehingga bangsa ini semakin diperhitungkan oleh bangsa lain.

Tubuh berita bisa kita baca dari sangat mungkin terjadi manakala seluruh komponen bangsa menumbuhkan kembali moralitas.

―perubahan seperti itu, sangat mungkin terjadi manakala seluruh komponen bangsa

menumbuhkan kembali moralitas. Moralitas, lanjut Marwan, harus terus menerus ditanamkan agar bangsa ini tidak mudah goyah oleh pemahaman dan pendirian mereka akibat pengaruh adanya berbagai paham yang berkembang dewasa ini.‖

Diakhir berita Marwan menginginkan seluruh komponen bangsa bisa merevitalisasi kemampuan untuk mewujudkan cita-cita bersama.

―lanjut anggota Komisi V DPR RI ini, seluruh komponen bangsa perlu merevitalisasi kemampuan yang dimiliki guna mewujudkan cita-cita bersama.‖

c. Struktur Mikro Semantik


(43)

Adapun elemen yang diamati dalam semantik adalah: 1. Latar

Pemilu 2014 merupakan momentum konsolidasi partai politik secara nasional. Dengan begitu, bangsa Indonesia bisa diperhitungkan oleh bangsa lain.

2. Detil

Abdullah Sammy menulis beritanya dengan mengutip Ketua Fraksi Partai

Kebangkitan Bangsa DPR RI Marwan Ja‘far tentang konsolidasi nasional pada pemilu 2014. Bagi Ja‘far Konsolidasi sangat diperlukan dalam menumbuhkan moralitas bangsa.

3. Maksud

Dengan Konsolidasi Nasional tentu bangsa kita mampu menumbuhkan moralitas, karena moralitas sangat penting dalam laju perkembangan politik di Indonesia. Agar tidak goyah terhadap berbagai paham yang berkembang dewasa ini. Tujuannya adalah untuk mewujudkan cita-cita bersama.

Elemen kedua dari struktur mikro adalah sintaksis. a) Koherensi

2014 menjadi ajang penting konsolidasi nasional. Sehingga bangsa ini semakin diperhitungkan oleh bangsa lain. Dalam kalimat tersebut, dua fakta yang berbeda tapi

nampak koheren disebabkan kata ―sehingga‖ yang menghubungkan kalimat

selanjutnya. b) Bentuk kalimat

Tahun politik 2014 merupakan momentum penting untuk konsolidasi nasional. Sehingga bangsa ini semakin diperhitungkan oleh bangsa lain. Kemudian dilanjutkan dengan bentuk kalimat. Perubahan, sangat mungkin terjadi manakala seluruh komponen bangsa menumbuhkan kembali moralitas. Dalam bentuk kalimat tersebut bisa kita cermati, dengan konsolidasi nasional bisa menaikkan citra bangsa dan menumbuhkan kembali moralitas.


(44)

Dalam berita ini menggunakan kata ganti ―kita‖. Kita di sini seolah-olah bukan hanya Marwan yang menginginkan perubahan dan sikap moral yang baik bagi perkembangan bangsa. Namun semua elemen yang menginginkannya. Bisa kita cermati dalam kalimat, kita tidak mungkin menghindar dari paham tersebut. Kita harus hadapi dengan paham, sikap dan pendirian kita sebagai bangsa yang tangguh.

Elemen ketiga dalam struktur mikro itu adalah stilistik. Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita. Adapun elemennya adalah style, adalah cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dalam berita ini sangat mudah sekali dipahami oleh pembaca, karena gaya penulisan yang naratif-deskriptif tidak menggunakan bahasa yang sulit.

Berita ini hanya mengutip perkataan dari Marwan Ja‘far tentang pentingnya konsolidasi

nasional.

ELEMEN SUB ELEMEN ISI

TEMATIK Marwan: 2014

Momentum

Konsolidasi nasional

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan

Bangsa DPR RI Marwan Ja‘far

mengatakan Indonesia perlu perubahan secara menyeluruh. Menurutnya, tahun politik 2014 merupakan momentum penting untuk melakukan konsolidasi nasional

SKEMATIK Skema: lead (Marwan mengatakan bahwa konsolidasi nasional sangat penting bagi perubahan Indonesia)

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan

Bangsa DPR RI Marwan Ja‘far

mengatakan Indonesia perlu perubahan secara menyeluruh. Menurutnya, tahun politik 2014 merupakan momentum penting untuk melakukan konsolidasi nasional


(45)

Pernyataan langsung

Marwan Ja‘far

Usulan Marwan Ja‘far

Penegasan Marwan Ja;far

Sehingga bangsa ini semakin diperhitungkan

Perubahan seperti itu, sangat mungkin terjadi manakala seluruh komponen bangsa menumbuhkan kembali moralitas

Kita tidak mungkin menghindar dari pengaruh paham tersebut. Kita harus hadapi dengan

paham, sikap, dan pendirian kita sebagai bangsa tangguh

SEMANTIK Latar: Pentingnya

konsolidasi nasional

Detil: Dengan konsolidasi nasional, maka akan terciptanya perubahan dan meumbuhkan kembali moralitas bangsa.

Tahun Politik 2014 merupakan momentum penting untuk melakukan konsolidasi nasional

Bangsa ini semakin

diperhitungkan oleh bangsa lain. Perubahan seperti itu, sangat mungkin terjadi manakala seluruh komponen bangsa

menumbuhkan kembali


(46)

Maksud: ketika moralitas tercipta, maka bangsa ini tidak mudah goyah oleh pemahaman dan pengaruh yang berkembang saat ini

Moralitas kata Marwan harus terus-menerus ditanamkan agar bangsa ini tidak mudah goyah oleh pemahaman dan pendirian mereka akibat pengaruh adanya berbagai paham yang berkembang dewasa ini

SINTAKSIS Koherensi: ada

Bentuk Kalimat: berpikir logis

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan

Bangsa DPR RI Marwan Ja‘far mengatakan Indonesia perlu perubahan secara menyeluruh. Tahun politik 2014 merupakan momentum penting untuk melakukan konsolidasi nasional. Sehingga bangsa ini semakin diperhitungkan oleh bangsa lain

Tahun politik merupakan momentum penting konsolidasi nasional. Kemudian dengan adanya konsolidasi nasional, maka akan menumbuhkan kembali moralitas bangsa


(47)

Kata Ganti: ―kita‖ Kita tidak mungkin menghidar dari pengaruh paham tersebut. Kita harus hadapi dengan paham, sikap, dan pendirian kita sebagai bangsa yang tangguh STILISTIK Pilihan kata yang

digunakan mudah dipahami dengan menjelaskan akronim, tidak menggunakan istilah asing

Merevitalisasi kemampuan

RETORIS Grafis: tidak ada Metafora: tidak ada


(48)

Berita 3: Said Aqil Tegaskan PKB Partainya NU a. Struktur Makro

Tema besar yang ditemukan dalam narasi berita 3 adalah Said Aqil Tegaskan PKB Partainya NU. Hal ini bisa dilihat dari narasi berita:

―Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj menegaskan,

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) didirikan oleh oleh Nahdhatul Ulama (NU). Partai ini

dilahirkan untuk membawa visi misi NU dalam ranah politik‖.

Kemudian tema ini diperkuat dengan kutipan langsung:

―PKB dideklarasikan oleh lima ulama besar yakni, Ilyas Ruhyat, Munasir Ali,

Abdurrahman Wahid, Muhith Muzadi, dan Mustafa Bisri. Ini merupakan partainya ulama

NU, makanya jangan ragu terhadap PKB‖.

b. Superstruktur

Dalam berita ini dapat diurutkan dan dimulai dengan lead bahwa Partai Kebangkitan Bangsa didirikan oleh Nahdhatul Ulama. Partai ini dilahirkan membawa visi misi NU dalam ranah politik. Bisa kita lacak dalam narasi berita:

―Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj Menegaskan,

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) didirikan oleh Nahdhatul Ulama (NU). Partai ini dilahirkan untuk membawa visi misi NU dalam ranah politik‖.

Diikuti dengan pernyataan langsung Said Aqil Siroj yang bisa kita lacak dalam narasi berita:

―ini merupakan partainya para ulama NU, makanya jangan ragu terhadap PKB‖.

Kita bisa melihat tubuh berita ini dari pernyataan Said bahwa PKB sulit untuk dibantah sebagai partainya NU. Kita bisa melihat dari narasi berita:

―sulit dibantah kalau PKB partainya NU. Sebab Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) PKB sama persis dengan AD dan ART-nya NU. Bedanya kalau NU ormas, kalau PKB itu partai‖.


(49)

Dengan demikian berita ini diakhiri oleh komentar Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, sudah 15 tahun PKB mengarungi hidup. Dilahirkan dari NU diabadikan untuk bangsa. Bisa kita telusuri dari narasi berita:

―Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mangatakan, sudah 15 tahun PKB mengarungi hidup. Dilahirkan dari NU diabadikan untuk bangsa. Menurutnya, perjuangan politik

PKB banyak kemajuan dan pematangan diri‖.

c. Struktur Mikro Semantik

Adapun elemen yang diamati dalam semantik adalah: 1. Latar

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj menegaskan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) didirikan oleh Nahdhatul Ulama (NU). Partai ini dilahirkan untuk membawa visi misi NU dalam ranah politik.

2. Detil

Muhammad Fakhruddin menulis beritanya dengan mengutip Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, PKB dideklarasikan oleh lima ulama besar yakni, Ilyas Ruhyat, Munasir Ali, Abdurrahman Wahid, Muhith Muzadi, dan Mustafa Bisri. Ini merupakan partainya para ulama NU. Makanya jangan ragu terhadap PKB.

3. Maksud

Dengan memilih PKB sebagai Partainya NU, maka PKB mendorong masyarakat Indonesia untuk beriman kepada Allah. Kewajiban pertama PKB memperkuat masyarakat Indonesia untuk beriman pada Allah SWT, disiplin dalam menjalankan perintahNya, dan meninggalkan larangan-Nya.

Elemen kedua dari struktur mikro adalah sintaksis. a) Koherensi

PKB didirikan oleh NU. Partai ini dilahirkan untuk membawa visi misi NU dalam ranah politik. PKB dideklarasikan oleh lima ulama besar. Ini merupakan partainya para ulama NU. Makanya jangan ragu terhadap PKB.


(50)

Makanya jangan ragu terhadap PKB. Karena PKB partainya NU. Sulit dibantah kalau PKB partainya NU. Sebab, Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) PKB sama persis dengan AD dan ART-nya NU. Bedanya kalau NU ormas, kalau PKB itu partai. Dalam bentuk kalimat tersebut bisa kita cermati, NU dan PKB adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

c) Kata ganti

Dalam berita ini tidak menggunakan kata ganti. Tetapi selalu menyandarkan berita pada narasumber yang menjadi berita yakni, Said Aqil Siroj

Elemen ketiga dalam struktur mikro itu adalah stilistik. Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita. Adapun elemennya adalah style, adalah cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dalam berita ini sangat mudah sekali dipahami oleh pembaca, karena gaya penulisan yang naratif-deskriptif tidak menggunakan bahasa yang sulit.

ELEMEN SUB ELEMEN ISI

TEMATIK Said Aqil Siroj

Tegaskan PKB Partainya NU

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama Said Aqil Siroj menegaskan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) didirikan oleh NU. Partai ini dilahirkan untuk membawa visi misi misi NU dalam ranah politik

SKEMATIK Skema: lead bahwa

Partai Kebangkitan Bangsa didirikan oleh Nahdhatul Ulama. Partai ini dilahirkan membawa visi misi NU dalam ranah

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama Said Aqil Siroj menegaskan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) didirikan oleh NU. Partai ini dilahirkan untuk membawa visi misi misi NU dalam ranah


(51)

politik

Pernyataan langsung Said Aqil Siroj

Usulan Said Aqil Siroj

Penegasan Said Aqil Siroj

politik

―ini merupakan partainya para

ulama NU, makanya jangan ragu

terhadap PKB‖.

PKB mendorong masyarakat untuk beriman pada Allah. Kewajiban pertama PKB memperkuat masyarakat Indonesia agar beriman pada Allah, disipilin dalam

menjalankan perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya

Sulit dibantah PKB partainya NU. Sebab Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) PKB sama persis dengan AD dan ART-nya NU. Bedanya kalo NU ormas, kalau PKB itu partai

SEMANTIK Latar: Partai ini dilahirkan untuk membawa visi misi NU dalam ranah

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj menegaskan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)


(52)

politik.

Detil: PKB

dideklarasikan oleh lima ulama besar yakni, Ilyas Ruhyat, Munasir Ali,

Abdurrahman Wahid, Muhith Muzadi, dan Mustafa Bisri. Ini merupakan partainya para ulama NU. Makanya jangan ragu terhadap PKB.

Maksud: Dengan memilih PKB sebagai Partainya NU, maka PKB mendorong masyarakat Indonesia untuk beriman kepada Allah

didirikan oleh Nahdhatul Ulama (NU). Partai ini dilahirkan untuk membawa visi misi NU dalam ranah politik.

PKB dideklarasikan oleh lima ulama besar yakni, Ilyas Ruhyat, Munasir Ali, Abdurrahman Wahid, Muhith Muzadi, dan Mustafa Bisri. Ini merupakan partainya para ulama NU. Makanya jangan ragu terhadap PKB.

Dengan memilih PKB sebagai Partainya NU, maka PKB mendorong masyarakat

Indonesia untuk beriman kepada Allah. Kewajiban pertama PKB memperkuat masyarakat

Indonesia untuk beriman pada Allah SWT, disiplin dalam menjalankan perintahNya, dan


(53)

meninggalkan larangan-Nya.

SINTAKSIS Koherensi: ada

Bentuk Kalimat: berpikir logis

Kata Ganti: tidak ada

PKB didirikan oleh NU. Partai ini dilahirkan untuk membawa visi misi NU dalam ranah

politik. PKB dideklarasikan oleh lima ulama besar. Ini merupakan partainya para ulama NU. Makanya jangan ragu terhadap PKB.

Makanya jangan ragu terhadap PKB. Karena PKB partainya NU. Sulit dibantah kalau PKB partainya NU. Sebab, Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) PKB sama persis dengan AD dan ART-nya NU. Bedanya kalau NU ormas, kalau PKB itu partai. Dalam bentuk kalimat tersebut bisa kita cermati, NU dan PKB adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan

Menurut Said, warga Indonesia secara individu beriman. Namun, korupsi masih


(54)

merajalela, artinya negara ini belum beriman pada Allah STILISTIK Pilihan kata yang

digunakan mudah dipahami dengan menjelaskan akronim, tidak menggunakan istilah asing

AD- ART, PKB, PBNU

RETORIS Grafis: tidak ada Metafora: tidak ada


(55)

Berita 4: Khofifah Ungkap Dugaan Kartel Politik a) Struktur Makro

Tema besar yang ditemukan dalam narasi berita 4 adalah Khofifah Ungkap Dugaan Kartel Politik. Hal ini bisa dilihat dari narasi berita:

―Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan kartel politik yang dilakukan calon

incumbent gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo. Menurutnya, telah terjadi politik borong partai yang menyebabkannya terjegal dari arena Pemilihan Gubernur (Pilgub)

Jawa Timur‖.

Kemudian tema ini diperkuat dengan kutipan langsung:

―terjadi sabotase politik dalam pengumpulan dukungan untuk pencalonan pasangan sebagai calon gubernur‖.

b) Superstruktur

Dalam berita ini dapat diurutkan dan dimulai dengan lead, Khofifah mengungkapkan kartel politik yang diduga dilakukan calon incumbent gubernur Jawa Timur (Jatim). Telah terjadi politik borong partai yang menyebabkan terjegal dari arena Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur. Bisa kita lacak dalam narasi berita:

―Khofifah mengungkapkan kartel politik yang diduga dilakukan calon incumbent

gubernur Jawa Timur (Jatim). Telah terjadi politik borong partai yang menyebabkan terjegal dari arena Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur‖.

Diikuti dengan pernyataan langsung Khofifah Indar Parawansa yang bisa kita lacak dalam narasi berita:

―terjadi sabotase politik dalam pengumpulan dukungan untuk pencalonan pasangan sebagai calon gubernur‖. Kemudian dilanjutkan dengan kutipan langsung. Ada

kejahatan, ada intimidasi untuk memindahkan dukungan‖.

Kita bisa melihat tubuh berita ini dari pernyataan Khofifah bahwa telah terjadi kartel politik yang menyebabkan sabotase politik dalam pengumpulan dukungan. Khofifah melakukan konsolidasi dengan sejumlah partai di Jakarta. Didukung oleh delapan


(1)

2004 S2 Universitas Indonesia Jakarta

Ilmu Politik

2013 S3 Universitas

Padjadjaran Bandung

Ilmu

Komunikasi/Komunikasi Politik

PENGALAMAN PENELITIAN Tahun

Judul Penelitian Ketua/anggota Tim

Sumber Dana 2009

Politik Media: Analisis Framing

atas Pemberitaan Agresi Israel ke

Gaza

di

Harian

Kompas,

Republika dan Media Indonesia

Ketua Lembaga

Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2010

Hirarki

Pengaruh

dalam

Keberpihakan Media Massa: Studi

pada Pemberitaan Kasus Century

Sebelum dan Sesudah Paripurna

DPR-RI di Stasiun Berita tvOne

Anggota Lembaga

Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2011

Optimalisasi

Peran

Dewan

Perwakilan

Daerah

Republik

Indonesia (DPD RI)

Ketua Fakultas Syariah dan Hukum

2012

Retorika Politik Selebritis: Studi

atas Anggota Legislatif Selebritis

di Komisi X DPR RI

Ketua Lembaga

Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta


(2)

Tahun

Judul Kegiatan Penyelenggara Panitia/ peserta/pembicara 2010 Promotion of Teaching on

International Refugee Law and Human Rights for State Islamic Universities

UNHCR PBB

bekerja sama dengan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

Peserta

2010 Seminar Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

Pembicara

2010 Seminar Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

Pembicara

2009 Seminar Komunikasi

Kesehatan

Fakultas

Komunikasi UNPAD Bandung

Peserta

2011 Dialog Sabtu Suara Tangsel “Prediksi Pemilukada Banten”

Koran Suara Tangsel

Pembicara

2011 Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah

HMI Komfaksy UIN Ciputat

Pembicara

Bedah Buku “Dinamika Komunikasi Politik.”

FidKom UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Moderator

Talkshaw tentang “Pendidikan Politik Kaum Muda.”

Fakultas Komunikasi Universitas Pancasila

Pembicara

Talkshaw tentang Pendidikan Demokrasi di kalangan anak SMA

SMK al-Maarif Bandung

Pembicara

06/06/2012 Bedah Buku “Public Relation Politik.”

Prodi Ilmu

Komunikasi

Universitas Al-Azhar Indonesia

Moderator

15/06/2012 Talkshaw tentang “Partisipasi Politik.”


(3)

22/06/2012 Talkshaw tentang “Teo-Demokrasi.”

MNC Muslim Nara Sumber

IDENTITAS DIRI

Nama : Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si

Tanggal Lahir : 12 Agustus 1976

Alamat Rumah : Jl. Kemanggisan Utama V No.6 Rt. 03 Rw.07, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat 11480

Telp./Hp. : (021) 5326203/ HP 081314272883

Alamat Kantor : JJll.. IIrr.. HH.. JJuuaannddaa NNoo.. NNoo..9955 CCiippuuttaatt,, JJaakkaarrttaa 1155441122 T

Tllpp//HHpp :: ((002211)) 7744001199222255

E-mail : gun_heryanto@yahoo.com,

Blog : www.gunheryanto.blogspot.com

RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Tahun

Jenjang Perguruan Tinggi

Jurusan/ Bidang Studi

2013 S3 UNPAD Bandung Komunikasi Politik

(Disertasi soal:

Konvergensi Simbolik dalam Komunikasi Politik


(4)

di Era Pemerintahan SBY-Boediono dalam Kasus Century di Situs Jejaring Sosial dan Weblog Interaktif)

2003 S2 UI Jakarta Ilmu Komunikasi (Tesis

soal: Ekonomi-Politik Lembaga Penyiaran Publik)

2000 S1 UIN Jogja Komunikasi Penyiaran

Islam (Skripsi soal Komunikasi Politik Partai-Partai Islam di Pemilu 1999)

2010 Professional Study

Georg August Universitaat Goettingen, Germany

Media and Politics

2010 Course Max Planck Institute for Social Anthropology, Germany

Research Methodology

PENGALAMAN PEKERJAAN

Jabatan Institusi Tahun

Dosen Tetap Komunikasi Politik

UIN Jakarta 2006-sekarang

Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute 2009-sekarang Dosen Komunikasi Politik

& Public Relations Politik

Universitas Paramadina 2005-sekarang

Dosen Komunikasi Politik Universitas Al Azhar Indonesia 2007-sekarang Dosen Komunikasi Politik Universitas Multimedia Nusantara 2012-sekarang


(5)

PENGALAMAN ORGANISASI Tahun

Organisasi Jabatan

2005-sekarang Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media (P2KM) di UIN Jakarta

Peneliti

2003-2006 Lembaga Pengkajian dan

Pengembangan Masyarakat Informasi (LPPMI), Jakarta

Kepala Departemen Studi Media

2002-2005 Institute of Social Transformation for Democracy (Inst@d)

Koordinator Kajian Media & Kebijakan Strategis

AKTIVITAS LAIN Aktivitas

Media/Forum Jenis Kegiatan

Penulis/Kolomnis KOMPAS, Seputar Indonesia, Media Indonesia, Republika, Koran Jakarta, Jurnal Nasional, Pikiran Rakyat, Suara Pembaruan, Sinar Harapan dll

Kolomnis

Pembicara dan partisipan

Foru-forum nasional, regional dan internasional

Menjadi Narsum dan Partisipan sejumlah seminar, workshop, dll Menulis Buku 1. Komunikasi Politik di Era

Industri Citra (PT.Lasswell Visitama, 2010)

2. Studi Pada Pemberitaan Kasus Century: Sebelum dan Sesudah Paripuran (Lemlit UIN Jakarta, 2011)

3. Dinamika Komunikasi Politik (PT. Lasswell Visitama, 2011) 4. Public Relations Politik (PT.

Ghalia Indonesia, Februari 2012)

5. Komunikasi Politik (Lemlit UIN Jakarta, Desember 2010)

Menulis dan menjadi editor sejumlah publikasi buku


(6)

Kontributor Tulisan di Buku

Editor Buku

6. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar (PT. Ghalia, 2013)

1. Literasi Politik dan Konsolidasi Demokrasi (Churia Press, 2012)

2. Literasi Politik dan

Pelembagaa Pemilu (Proses terbit di Churia Press)

1. Menabur Inklusivisme Mengubur Ekslusivisme, editor, (PT. Mitra Cendekia, 2005)

2. NU di Tengah badai

Pragmatisme Politik (PT. Mitra Cendekia PT. 2008)

Kampanye “Youth Political Outlook” (YPO)

Kampus-kampus dan sekolah-sekolah

Pengarusutamaan Literasi Politik