Perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y.

(1)

PERBEDAAN PERILAKU PREMARITAL SEKSUAL PADA REMAJA GENERASI X DAN GENERASI Y

Pramundika Tungga Dewi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y. Subjek penelitian ini adalah 50 responden berusia 39-51 tahun dan 50 responden berusia 17-18 tahun. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah purposif sampling. Metode dalam pengumpulan data menggunakan skala. Skala yang digunakan skala tunggal yaitu skala perilaku seksual. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas pada skala diperoleh 52 item valid dengan koefiensi alpha cronbach

sebesar 0,970. Data penelitian dianalisis menggunakan

Independent Sample t-test menunjukkan bahwa nilai signifikan yang didapatkan ,0315 (> 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y.


(2)

THE DIFFERENCES PRE-MARITAL SEXUAL BEHAVIOR IN ADOLESCENTS GENERATION X AND GENERATION Y

Pramundika Tungga Dewi

Abstrack

This research aims to test differences pre-marital sexual behavior in adolescents generation X and generation Y. The subject of this study is 50 respondents, aged 39-51 years old and 50 respondents aged 17-18 years old. The data was collected in purposive sampling. The scale used in this research is premarital sexual scale for adolesent, developed by the researcher. The scale is consist of 52 item with coeficient validity, alpha cronbach 0.970. The analize of te data using independent sample t-test. And, the result of this study show significant 0,315 (p= >0.05). This study show that there is no difference

between Generation x & Generation Y in adolescent’s pre -marital sexual behavior.


(3)

i

PERBEDAAN PERILAKU PREMARITAL SEKSUAL

PADA REMAJA GENERASI X DAN GENERASI Y

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

PRAMUNDIKA TUNGGA DEWI 119114129

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

- Hidup ini bagaikan skripsi,

banyak bab dan revisi yang harus dilewati. Tapi akan selalu berakhir indah,

bagi yang pantang menyerah ( Alitt Susanto )

- Every morning you have two choices :

continue to sleep with dreams or.. wake up and chase your dreams ! and the choice is yours..

- Semua perempuan harus punya kecerdasan.

Karena dunia terlalu keras jika hanya mengandalkan kecantikan. Dipuji karena cantik memang menyenangkan,

tetapi dikagumi karena prestasi jauh lebih membanggakan.

- Wanita berpendidikan tinggi

bukan untuk menyaingi para lelaki, tetapi untuk membangun generasi ( @dikaadikuul )


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Bapak Ibuku tercinta..

Adikku yang tersayang..

Teman-teman yang ku kasihi..


(8)

(9)

vii

PERBEDAAN PERILAKU PREMARITAL SEKSUAL PADA REMAJA GENERASI X DAN GENERASI Y

Pramundika Tungga Dewi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y. Subjek penelitian ini adalah 50 responden berusia 39-51 tahun dan 50 responden berusia 17-18 tahun. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah purposif sampling. Metode dalam pengumpulan data menggunakan skala. Skala yang digunakan skala tunggal yaitu skala perilaku seksual. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas pada skala diperoleh 52 item valid dengan koefiensi alpha cronbach sebesar 0,970. Data penelitian dianalisis menggunakan Independent Sample t-test

menunjukkan bahwa nilai signifikan yang didapatkan ,0315 (> 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y.


(10)

viii

THE DIFFERENCES PRE-MARITAL SEXUAL BEHAVIOR IN ADOLESCENTS GENERATION X AND GENERATION Y

Pramundika Tungga Dewi

Abstrack

This research aims to test differences pre-marital sexual behavior in adolescents generation X and generation Y. The subject of this study is 50 respondents, aged 39-51 years old and 50 respondents aged 17-18 years old. The data was collected in purposive sampling. The scale used in this research is premarital sexual scale for adolesent, developed by the researcher. The scale is consist of 52 item with coeficient validity, alpha cronbach 0.970. The analize of te data using independent sample t-test. And, the result of this study show significant 0,315 (p= >0.05). This study show that there is no difference between Generation x & Generation Y in adolescent’s pre-marital sexual behavior.


(11)

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Ridho, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya dengan judul PERBEDAAN PERILAKU PREMARITAL SEKSUAL PADA REMAJA GENERASI X DAN GENERASI Y. Karena tanpa campur tangan-Nya penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dan tidak dapat mewujudkan cita dan cinta dalam hidup ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidaklah sendiri, melaikankan banyak pihak yang turut serta dan terlibat serta meluangkan waktunya untuk membantu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Kasih yang terus memberikan kekuatan dan karunia-Nya, yang tak akan pernah lelah membimbing setiap langkah kehidupanku, menguatkan aku untuk berjuang dan menyadarkan bahwa aku tidak pernah sendirian.

2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah mendampingi selama proses perkuliahan dari awal hingga akhir.


(13)

xi

5. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M, M..Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih banyak telah membimbing, mendukung, dan mengarahkan selama proses pengerjaan skripsi. Terimakasih juga untuk ide, waktu, masukan dan saran yang sangat bermanfaat dan berarti sehingga penulis mampu menyelesaian skripsi ini.

6. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Si., selaku Penguji Skripsi 2. Terimakasih atas segala saran dan masukan yang sangat berguna bagi kelengkapan skripsi ini. 7. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Penguji Skripsi 3. Terimakasih atas

segala saran dan masukan yang sangat berguna bagi kelengkapan skripsi ini. 8. Para Dosen Psikologi yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, terimakasih

untuk ilmu yang sudah diberikan dan segala masukan serta bimbingannya selama proses perkuliahan.

9. Para Staf Sekretariat dan Lab Psikologi yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam melayani kepentingan mahasiswa dan juga kelancaran studi selama ini.

10.Agus Riyanto dan Agustin S. Dewi, Bapak Ibuku tercinta yang telah dengan sabar mendorongku, membimbingku, mendampingiku serta senantiasa tidak pernah lelah mendoakanku sampai saat ini. Terimakasih untuk segala sesuatunya, maafkan kalau sudah membuat menunggu terlalu lama dan menghabiskan banyak waktu dan materi. Tapi inilah hasil perjuanganku, karya kecil sederhana yang tidak sempurna, tetapi ini aku persembahkan untuk bapak dan ibu.

11.Khrisna Ryan Wijaya, adik kecilku yang ngeyel kalau disuruh.. Terimakasih untuk semangat dan doanya selama ini, tetap jadi adik kecil yang manis yaa :)


(14)

xii

12.Tabita Ardi Primasari, “my angel” yang sudah menjadi guru, kakak, sekaligus sahabat yang menemaniku dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada,

Thanks for your love and everything to me”.

13.Kak Nicolaus Adi, teman pramuka seperjuangan yang sudah membantu dan mendampingi dalam pengerjaan skripsi, terimakasih untuk waktu-waktu yang sudah diberikan. Terimakasih untuk segala perhatian, bantuan, dukungan, pengertian, serta kesabarannya selama ini.

14.Pak Muryanta - Bu Muryanti, dan Bu Tri Kundari yang sudah mau di repotkan dalam menyebar skala penelitian. Doa, dukungan, dan semangat dari kalian sangat berarti untuk kelancaran skripsi ini.

15.Saudara-saudara yang setiap waktu nanyain “kapan lulus?”, “sampai mana

sekarang?”, terimakasih juga untuk kalian semua, pertanyaan kalian menjadi motivasi tersendiri untukku dalam menyelesaikan skripsi.

16.Raratiaraayu yang sudah menjadi sahabat dekatku kurang lebih 8 tahun ini. Makasih udah mau bantuin dan direpotin setiap aku butuh bantuan. Semoga

persahabatan kita awet sampai tuak yaa :’D

17.Mba Intun dan Maria Komar sahabat pertamaku dibangku kuliah, kita ngga lengkap kalo ngga bertiga kemana-mana, miss you all:’)

18.Buat teman-teman seperjuanganku Nina, Lindut, Rintan, Woro, dan Butet

yang selalu memberikan semangat, dorongan, kebersamaan selama ini serta doa dalam menggapai angan, cita dan cinta. Makasih ya kalian udah jadi sahabatku. Dan makasih juga buat kebersamaannya selama ini.


(15)

(16)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7


(17)

xv

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Remaja ... 9

1. Pengertian Remaja ... 9

2. Aspek Aspek Perkembangan Remaja ... 10

3. Remaja dan Perilaku Seksual ... 12

B. Perilaku Premarital Seksual ... 13

1. Pengertian Perilaku Premarital Seksual ... 13

2. Bentuk-bentuk Premarital Seksual ... 14

3. Faktor-faktor Penyebab ... 18

4. Dampak Perilaku Premarital Seksual ... 20

C. Generasi X ... 21

D. Generasi Y ... 22

E. Dinamika Perbedaan Perilaku Premarital Seksual Pada Remaja Generasi X Dan Generasi Y ... 24

F. Bagan Kerangka Penelitian ... 26

G. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 27

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27

1. Perilaku Premarital Seksual ... 27

2. Generasi X ... 28


(18)

xvi

D. Subjek Penelitian ... 28

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 30

1. Metode... 30

2. Alat Pengumpulan Data ... 30

G. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Ukur ... 33

1. Validitas ... 33

2. Reliabilitas ... 33

H. Metode Analisis Data ... 34

1. Uji Asumsi ... 34

2. Uji Hipotesis ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Persiapan Penelitian ... 36

B. Pelaksanaan Penelitian ... 37

C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 38

D. Deskripsi Data Penelitian ... 39

E. Hasil Penelitian ... 41

1. Uji Asumsi ... 41

2. Uji Hipotesis ... 42

F. Pembahasan ... 44


(19)

xvii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Penilaian Skala Premarital Seksual ... 31

Tabel 2. Blue Print Skala Perilaku Seksual Sebelum Uji Coba ... 32

Tabel 3. Blue Print Skala Perilaku Seksual Sesudah Uji Coba ... 32

Tabel 4. Interpretasi Reliabilitas ... 34

Tabel 5. Deskripsi Rentang Usia Subjek Penelitian ... 39

Tabel 6. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 39

Tabel 7. Deskripsi Pendidikan Terakhir Subjek Penelitian ... 39

Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian mean empirik teoritik ... 40

Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian ... 41

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ... 42

Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas ... 43


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian ... 57

Lampiran 2. Data Desktiptif ... 66

Lampiran 3. Reliabilitas ... 67

Lampiran 4. Hasil Penelitian ... 71

Lampiran 5. Uji Normalitas ... 72

Lampiran 6. Uji Homogenitas ... 73


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Era globalisasi yang digerakkan oleh kemajuan teknologi mampu meningkatkan konektivitas antar manusia menjadi lebih mudah dan mempercepat penyebaran ide, informasi dan persepsi yang hasilnya mampu membawa perubahan sosial dan budaya secara luas (WHO, 2014). Secara serentak, saat ini generasi muda dihadapkan pada perubahan norma sosial yang begitu cepat dan secara intensif mendapat stimulasi seksual melalui internet dan media massa. Hal itu berpengaruh terhadap sikap, perilaku dan norma seksual remaja yang berevolusi pada kebebasan (Tangmunkongvoraklu, Kane, Welling dalam J., Peter, & Valkenburg, 2011).

Remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan, demikian juga bahaya dan godaan yang tampaknya lebih banyak dan kompleks ketimbang yang dihadapi remaja generasi yang lalu (Feldman & Elliot dalam Santrock, 2002). Remaja mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana masalah-masalah akan muncul dalam kehidupan mereka. Masalah yang sering dialami oleh remaja pada masa peralihan adalah masalah seputar seksualitas, terutama seks pranikah. Seks pranikah merupakan salah satu fenomena yang kian hari makin marak di kalangan remaja dan semakin memprihatinkan (Twenge, dkk, 2015).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan seks pranikah remaja membawa dampak dalam berbagai aspek, yaitu secara fisik misalnya tertularnya penyakit menular, kehamilan yang bila digugurkan bisa membawa risiko fisik, rusaknya selaput dara pada wanita (hilangnya kegadisan) yang dalam budaya timur menimbulkan masalah psikologis dan emosional seperti beban emosional, dan rasa tertekan karena menjadi


(23)

2

sorotan masyarakat. Selain itu, muncul juga efek sosial seperti keterpaksaan menikah pada usia remaja yang seringkali menimbulkan persoalan baru seperti konflik dalam rumah tangga dan dampak persoalan ekonomi, serta beban emosional maupun fisik pada orang tua yang memiliki anak remaja yang terpaksa menikah karena hamil (Nugroho dalam Alfiani, 2013). Sementara itu, hal senada juga diungkapkan oleh dr Boy Abidin, Sp.OG (Kompasiana, 2010), yang menyatakan bahwa “Ancaman yang paling nyata adalah kehamilan di luar nikah serta aborsi yang tidak aman. Selain kehamilan yang tidak diinginkan, hubungan seks yang dilakukan pada usia dini meningkatkan risiko penularan penyakit menular seksual dan kanker serviks”.

Seks pranikah juga memiliki dampak yang sangat negatif terhadap kondisi psikologis remaja. Dampak psikologis seks pranikah antara lain hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan dari masyarakat. Keputusan untuk melakukan hubungan seks tersebut tidak dengan konsekuensi yang kecil, terutama untuk remaja wanita. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa perilaku seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri seseorang wanita yaitu penderitaan kehilangan keperawanan (82%), rasa bersalah (51%), merasa dirinya kotor (63%), tidak percaya diri (41%), dan rasa takut tidak diterima (59%) (Subandriyo dalam Kompas, 2001). Penelitian yang sama yang pernah dilakukan sebelumnya juga menunjukan adanya dampak psikologis lainnya, diantaranya perasaan - perasaan negatif seperti hilangnya keperawanan, rasa malu, rasa bersalah, rasa berdosa, kotor, takut, khawatir dan lainnya akan timbul setelah mereka melakukan hubungan seks pranikah (Conger, 1991). Curran (dalam Conger, 1991) juga memaparkan bahwa hubungan seks tidak menyebabkan ganguan pada fisik saja, tetapi


(24)

3

juga gangguan psikis pada diri remaja putri yang telah melakukan hubungan seks pranikah. Gangguan psikis itu dapat berupa perasaan terhina, rendahnya harga diri, bahkan depresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akses terhadap internet memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perilaku seksual remaja. Penelitian pada awal 2010, seperti yang dimuat di Science Daily, 3 Januari 2010, School of Social Work Universite de Montreal, Kanada, melakukan penelitian mengenai pengaruh pornografi pada pria usia 20-an tahun. Ia mewawancarai 20 mahasiswa laki-laki heteroseksual yang mengkonsumsi pornografi. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa 90% pornografi dikonsumsi di internet, sedangkan 10% berasal dari toko video (Harian Tempo, 2010). Perkembangan teknologi yang semakin modern dan canggih ini bukan hanya memberi manfaat bagi penggunanya tapi juga menimbulkan pengaruh yang negatif bagi penggunanya, terutama bagi kalangan pelajar. Informasi-informasi atau situs-situs yang dapat diakses dari internet ada yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan tapi ada juga yang dapat merusak mental dari kalangan pelajar yaitu situs-situs porno (Kompasiana, 2015).

Mengamati data tersebut di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja Indonesia saat ini berada dalam ancaman perilaku seksual pranikah. Hal tersebut semakin mengkawatirkan sebab jaringan internet semakin mudah diakses oleh remaja. Ratih Ibrahim (Kompasiana, 2010), memaparkan bahwa "Saat ini akses terhadap materi pornografi semakin mudah, misalnya lewat internet atau telepon seluler, belum lagi pressure dari temannya, misalnya pendapat yang mengatakan kalau masih perawan berarti kuno. Hal ini sedikit banyak mendorong remaja melakukan seks pranikah".


(25)

4

Studi eksperimental menunjukkan bahwa paparan konten seksual dapat menyebabkan sikap lebih permisif tentang seks pranikah (Huston, Wartella, & Donnerstein, 1998). Eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja (Seotjiningsih dalam Darmasih, 2009). Faktor lain yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja adalah fakor lingkungan seperti VCD, buku, dan film porno (Taufik dalam Darmasih, 2009). Paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet) juga mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah (Rohmahwati dalam Darmasih, 2009). Hal senada ditemukan dalam penelitian Salisa (2010) yang menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab munculnya perilaku seks pranikah adalah adanya pengaruh media.

Lund, S & Blaedon,. L (2003) menjelaskan bahwa paparan media massa yang berbau seksual secara signifikan mampu memberikan pengaruh terhadap sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah. Remaja menjadi lebih bersikap permisif terhadap perilaku seksual pranikah. Hasil penelitian Wright, P (2009) menjelaskan bahwa media massa memaparkan model perilaku seksual yang dipelajari oleh para remaja. Misalnya melalui pemaparan video klip musik yang mengandung pornografi hingga game atau permainan yang sarat dengan pornografi. Media massa mampu memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap perilaku seksual pada remaja. Dalam penelitian tersebut, diketahui bahwa remaja di Amerika semakin bertambah tahun, usia remaja yang melakukan hubungan intim semakin dini.

Gruber, E & Grube, J (2000) menjelaskan bahwa internet memberi pengaruh bukan hanya kepada perilaku seksual remaja, bahkan memberi pengaruh terhadap sikap,


(26)

5

pandangan dan keyakinan mengenai seksualitas. Semakin tinggi tingkat paparan materi seksualitas, semakin tinggi perngaruhnya terhadap sikap, perilaku dan keyakinan remaja mengenai seksualitas itu sendiri. Bahkan berpengaruh meningkatkan aktivitas seksual pada remaja sebab remaja memiliki model dan contoh nyata yang dipaparkan oleh media melalui internet. Dan semakin banyak paparan konten seksual di internet bagi remaja, membuat remaja menolak atau mengabaikan nilai-nilai yang diajarkan di lingkungan keluarga, sekolah maupun ajaran agama.

Hasil penelitian yang ditemukan di Nigeria, 9 dari 10 remaja merasa bahwa internet memiliki dampak yang besar terhadap aktivitas seksual mereka. Penelitian itu juga menyatakan bahwa remaja yang memiliki kesempatan lebih banyak untuk melihat paparan konten seksual melalui media massa, memiliki intensi aktivitas seksual yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang jarang melihat konten seksual di media massa (Olarinmonye, OSK, dkk; 2014). Mengacu pada penelitian Olarinmonye, OSK, dkk (2014), menunjukkan bahwa akses internet maupun media massa lain yang memaparkan konten seksualitas memberi pengaruh terhadap perilaku seksual pada remaja.

Penelitian di Amerika menemukan bahwa presentase sikap persetujuan akan premarital seksual semakin meningkat pada generasi yang semakin muda. Pandangan

bahwa “premarital seksual sama sekali tidak salah” pada tahun 1970an adalah 29%,

tahun 1980an & 1990an adalah 42%, tahun 2001an adalah 49%, dan pada tahun 2010-2012 adalah 58%. Penerimaan mengenai seks tanpa menikah sudah berkembang sejak generasi Tradisionalis (1901-1924) & generasi Boomers (lahir tahun 1946-1964), meningkat pada generasi X (lahir tahun 1965-1981) dan generasi Y (generasi


(27)

6

Miilennials/ Generasi Me) yang lahir tahun 1982-1999 adalah generasi yang paling menerima seksualitas tanpa pernikahan. (Twenge, dkk, 2015).

Penelitian di Thailand ditemukan bahwa saat ini usia pencetusan perilaku premarital seksual pada remaja semakin dini. Pada generasi yang semakin muda terlihat adanya angka yang meningkat tajam pada tingkat penerimaan premarital seksual (J., Peter, & Valkenburg, 2011). Masa remaja berada pada masa perkembangan seksual yang kritis. Sikap dan norma terhadap perilaku seksual remaja menjadi fokus pada kesehatan masyarakat (Olarinmonye, OSK, dkk; 2014). BKKBN (2013) menyatakan besarnya angka seks pranikah yang terjadi di kalangan remaja di Indonesia menjadi sebuah ancaman yang cukup serius dan dapat menyebabkan kehancuran moral bangsa. Risiko hubungan seksual yang di lakukan pada usia dini adalah menularnya penyakit seksual. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2014) juga menyatakan bahwa HIV dan AIDS menjadi penyebab kedua kematian pada kelompok remaja. Akan tetapi, penelitian secara empirik mengenai perubahan sikap dan perilaku seksual masih sangat sedikit. Terutama di Indonesia, penelitian mengenai perubahan perilaku seksual antar generasi masih jarang dilakukan.

Hal itu dapat diketahui dari paparan angka statistik tentang perilaku seks pranikah anak remaja dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan drastis. Pada Era tahun 1970, remaja yang melakukan hubungan seks pranikah sampai pada tahap sexual intercourse. sebanyak 7-9% orang . Dekade tahun 1980, angka tersebut meningkat menjadi 12-15%. Pada tahun 1990 meningkat menjadi 20%., dan di era tahun 2000 ini, ditemukan 26,35% remaja telah melakukan hubungan seks pranikah. Angka tersebut terus mengalami peningkatan, terutama 10 tahun terakhir. Data BKKBN menunjukan peningkatan jumlah remaja Indonesia yang melakukan hubungan seks pranikah, tahun


(28)

7

2005-2006 di kota-kota besar di Indonesia, angka hubungan seks pranikah pada remaja sebesar 47,54%. Namun, hasil survei terakhir tahun 2008 meningkat menjadi 63% (BKKBN, 2008).

Hasil survei yang dilakukan secara umum dilakukan oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) pada 12 provinsi di Indonesia pada tahun 2013, khususnya pada kota-kota besar menunjukkan hasil yang cukup mencengangkan dimana 93,7% anak SMP dan SMU telah melakukan petting (menempelkan alat kelamin), ciuman, dan oral seks (seks melalui mulut), 62,7% anak SMP sudah tidak perawan, 21,2% remaja SMA telah melakukan aborsi dan sekitar 97% pelajar SMP maupun SMA sering menonton film porno. Data mutakhir yang ditunjukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2013) menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara nomor empat pengakses video porno terbesar di dunia, dimana hampir setengah (41,8%) dari anak usia 14-19 tahun melakukan hubungan seks bebas.

Berdasarkan paparan fakta tersebut di atas, peneliti ingin mengetahui secara ilmiah, apakah ada perbedaan perilaku seksual pranikah pada remaja generasi X dan generasi Y, dimana kedua generasi tersebut memiliki perbedaan akses informasi melalui media massa. Internet masuk ke Indonesia pada awal tahun 1990an (wikipedia.org). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa remaja Indonesia pada generasi X (lahir tahun 1965-1977) tidak memiliki akses internet sama sekali. Sementara itu, generasi Y (Lahir 1978-2000) dimungkinkan hidup pada era akses informasi yang begitu mudah dan tanpa batas. Jaringan internet sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan generasi Y. Berpijak dari fenomena itu, peneliti ingin menemukan apakah ada perbedaan perilaku premarital seksual antara remaja pada generasi X dan remaja pada generasi Y di Indonesia.


(29)

8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan menjadi pertanyaan yang merumuskan masalah dari penelitian ini, yaitu : Apakah ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengembangan ilmu pada Psikologi khususnya psikologi perkembangan yang terkait dengan perbedaan perilaku premarital seksual pada dua generasi yaitu generasi X dan generasi Y.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi orangtua agar mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya agar mereka dapat mengontrol perilaku seksualnya.

b) Bagi guru agar lebih mengetahui gambaran dan dapat memberikan masukan serta menerapkan metode-metode untuk mengatasi perilaku seksual yang ada di lingkungan sekolah.

c) Bagi masyarakat agar dapat melakukan tindakan pencegahan untuk mencegah semakin luasnya perilaku premarital seksual pada remaja.


(30)

9

d) Bagi Peneliti lain yang ingin meneliti dengan topik yang sama agar dapat menjadi acuan dengan memperhatikan kekurangan dalam penelitian ini.


(31)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Remaja

1. Pengertian Remaja

Secara etimologi, kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang memiliki arti to grow atau to grow maturity (Golinko dalam Jahja,

2011). Papalia & Olds (2009) mendefinisikan “masa remaja sebagai masa

transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

akhir belasan atau awal dua puluhan tahun.” Sedangkan menurut Stanley Hall masa remaja berkisar antara 12 hingga 23 tahun dimana pada masa itu diwarnai oleh pergolakan yang depenuhi oleh konflik dan perubahan suasana hati (Santrock, 2007).Steinberg membagi masa remaja menjadi tiga periode usia, yaitu remaja awal dengan rentang usia 10 hingga 13 tahun. Kemudian remaja tengah dengan rentang usia 14 sampai 18 tahun. Terakhir remaja akhir dengan rentang usia 19 hingga 22 tahun. WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, dimana kurun usia tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun, dan remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono, 2007). Sedangkan menurut Depkes RI batasan usia remaja 10-19 tahun, merupakan masa khusus dan penting, karena masa periode pematangan organ reproduksi manusia yang sering disebut masa pubertas (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari remaja adalah individu yang berada pada masa transisi atau


(32)

11

peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang mengalami perubahan cepat dan ditandai dengan adanya perubahan aspek baik fisik, psikis maupun psikososial yang diwarnai dengan konflik dan perubahan suasana hati. Rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 22 tahun, dimana sedang mengalami masa pubertas.

2. Aspek Perkembangan Remaja

Menurut Papalia & Olds (2009) masa remaja adalah suatu tahap peralihan perkembangan yang ditandai oleh perkembangan fisik, kognisi, emosional, dan perubahan-perubahan sosial. Senada dengan itu Santrock (2003) juga menyatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan yang meliputi perkembangan biologis atau fisik, kognitif, dan sosio-emosional. Tahap perkembangan tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :

a) Perkembangan Fisik

Santrock (2003) menjelaskan bahwa diantara perubahan fisik yang terjadi, yang paling tampak nyata semasa pubertas adalah meningkatnya tinggi dan berat, serta kematangan seksual.

Perkembangan fisik yang terjadi pada remaja pria meliputi: meningkatnya ukuran penis atau testis, keluarnya rambut kemaluan yang lurus, perubahan sedikit pada suara, ejakulasi pertama (biasanya terjadi ketika melakukan masturbasi atau mimpi basah), munculnya rambut kemaluan yang kaku, terjadinya pertumbuhan maksimal, tumbuhnya


(33)

12

rambut di ketiak, perubahan suara yang terlihat lebih jelas, dan pertumbuhan rambut di wajah.

Kemudian perkembangan fisik yang terjadi pada remaja wanita meliputi: Payudara yang mulai membesar serta rambut kemaluan yang mulai muncul, tumbuh rambut di ketiak, seiring dengan pertumbuhan ini, anak perempuan bertambah tinggi serta pinggulnya melebar melebihi bahunya. Kemudian perubahan yang terjadi selanjutnya di tandai dengan manarche atau menstruasi pertama pada wanita.

b) Perkembangan Kognitif

Secara kognitif, remaja mulai berpikir abstrak dan mulai tertarik dengan apa yang ada dihadapannya saat ini termasuk dalam masalah karir, mimpi, ataupun masa depan. Seiring dengan perkembangannya, remaja akan tertarik dengan hal-hal yang berifat intelektual dan akan mulai belajar untuk mengarahkan energi psikisnya pada kreatifitas yang dimiliki untuk menunjang ketertarikan remaja terhadap suatu bidang karir tertentu hingga pola kerjanya semakin terbentuk.

c) Perkembangan Sosial

Penyesuaian sosial adalah salah satu tugas perkembangan tersulit yang ada pada masa remaja. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Dalam masa ini, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru dengan kelompok sebaya, perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi


(34)

13

persahabatan, nilai baru dalam dukungan dan penolakan, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.

d) Perkembangan Emosi

Masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu

masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Namun meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampaknya irasional tetapi seiring perkembangannya akan terjadi perbaikan perilaku emosional pada diri remaja.

Dari paparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa remaja merupakan tahapan perkembangan yang berada diantara masa kanak-kanak dan dewasa, yang mana terdapat berbagai aspek yang terus berkembang, baik secara fisik, intelek/ kognitif, sosial, maupun emosi.

3. Remaja dan Perilaku Seksual

Seksualitas merupakan suatu bagian yang normal dari kehidupan remaja (Nichols dkk dalam Santrock, 2007). Perilaku seksual remaja merupakan bagian dari perilaku sosial yang bersifat wajar, disebut perilaku sosial karena perilaku seksual remaja melibatkan orang lain terutama lawan jenis. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan oleh individu dalam


(35)

14

masa peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa. Meski begitu, mayoritas remaja memiliki sikap seksual yang sehat dan terlibat dalam perilaku seksual yang akan mendukung perjalanan mereka memasuki masa dewasa (Crockettt, Raffaelli, & Moilanen dalam Santrock, 2003).

B. Premarital Seksual

1. Pengertian Premarital Seksual

Premarital seksual atau hubungan seksual pranikah merupakan tindakan seksual tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu (Anonim, 2002). Indrijati (2001), menyebutkan bahwa perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang yang saling menyukai atau saling mencintai, yang dilakukan sebelum perkawinan. Sedangkan menurut Sarwono (2005), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, ataupun diri sendiri.

Crooks & Carla (dalam Daryanto, 2009) mendefinisikan hubungan seksual pranikah sebagai hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita yang terjadi sebelum ada ikatan resmi (pernikahan) atau dalam istilah asing disebut premarital heterosexual intercourse. Senada dengan itu, Simanjuntak (dalam Prastawa & Lailatushifah, 2009)


(36)

15

menyatakan bahwa perilaku seksual pranikah adalah segala macam tindakan seperti bergandengan tangan, berciuman sampai dengan bersenggama yang dilakukan dengan adanya dorongan hasrat seksual yang dilakukan sebelum ada ikatan pernikahan yang sah. Seks pranikah adalah suatu aktivitas seksual yang didorong oleh hasrat seksual, yang dilakukan oleh pria dan wanita sebelum adanya ikatan resmi (pernikahan) menurut agama dan hukum, mulai dari bentuk perilaku seks yang paling ringan sampai tahapan senggama (Daryanto & Tifanni, 2009).

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, melalui perbuatan yang tercermin dalam tahap-tahap perilaku seksual dari tahap yang paling ringan seperti bergandengan tangan hingga tahap yang paling berat seperti bersenggama yang dilakukan sebelum pernikahan yang resmi secara hukum maupun agama.

2. Bentuk-Bentuk Premarital Seksual

Steinberg (2002) menyebutkan bahwa tahapan aktivitas seksual pada remaja dibedakan atas dua kategori yaitu perilaku seksual yang dilakukan sendiri (Auto-erotic Behavior) dan perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain (Sosiosexual Behavior).

Seperti yang diuraikan tersebut mengenai bentuk-bentuk aktivitas seksual, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:


(37)

16

1) Perilaku seksual yang dilakukan sendiri, meliputi: a. Masturbasi

Masturbasi adalah melakukan rangsangan seksual dengan berbagai cara termasuk memasukkan sesuatu benda ke alat kelamin dengan tujuan mencapai kepuasan.

b. Fantasi seksual

Biasanya dilakukan remaja untuk melakukan rangsangan pada diri sendiri dengan membayangkan sesuatu objek yang menggairahkan.

c. Mimpi basah atau noctural orgasm

d. Membaca buku, gambar-gambar porno atau melihat pornografi di internet dan VCD.

2) Perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain, meliputi: a. Berpegangan Tangan

Pada awal berpacaran biasanya remaja melakukan hal seperti saling bersentuhan dan berpegangan tangan untuk saling memberikan rangsangan pada pasangan.

b. Berpelukan

Berpelukan dilakukan untuk saling memberikan rasa nyaman dan saling melindungi dalam berpacaran. Berpelukan dapat menjadi bentuk afeksi seseorang kepada pasangan, teman, ataupun kerabatnya.


(38)

17 c. Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif. Kissing dapat dilakukan dengan dua cara, yang umum dilakukan adalah ciuman dengan mulut tertutup, dan yang kedua adalah ciuman dengan mulut terbuka atau biasa disebut dengan french kiss/ soul kiss.

d. Necking

Yaitu berciuman disekitar leher ke bawah. Necking merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan yang lebih mendalam.

e. Petting

Perilaku saling menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif seperti payudara dan organ kelamin, termasuk mengusap-usap tubuh pasangan seperti lengan, dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik di dalam maupun di luar pakaian.

f. Berhubungan intim (Intercouse)

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk kedalam vagina wanita untuk mendapatkan kepuasan seksual.


(39)

18

Sedangkan menurut Sarwono (2005), bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah antara lain:

a. Berpelukan, perilaku seksual ini akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu. b. Ciuman, Perilaku ciuman terbagi menjadi dua jenis yaitu ciuman

kering dan ciuman basah. Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir. Aktifitas cium basah berupa sentuhan bibir, dampak cium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual sehingga tidak terkendali.

c. Meraba bagian tubuh yang sensitif, yaitu Perilaku seksual dengan cara meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, vagina dan penis.

d. Petting, merupakan upaya membangkitkan dorongan seksual antar jenis kelamin dengan tanpa melakukan tindakan intercourse atau hubungan seksual. Petting merupakan aktifitas erotis yang umum dilakukan dalam masa remaja dan menimbulkan ketagihan.

e. Oral Genital Seks, yaitu hubungan oral seks dengan cara memberi rangsangan dengan mulut pada organ seks yang pada laki-laki adalah ketika seseorang mengunakan bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita melibatkan bagian disekitar vagina tanpa melakukan penetrasi. Tipe hubungan seksual model oral-genital sex ini merupakan


(40)

19

alternatif aktifitas seksual yang dianggap cukup aman oleh remaja.

f. Intercourse atau bersenggama, yaitu aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. Hubungan seks ini yang terjadi pada remaja belasan cenderung kurang direncanakan dan lebih bersifat spontan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya romantisme aktifitas seks, ketidakpastian identitas seksual, sifat impulsif remaja serta dipengaruhi oleh tingkat kematangan kognitif dan sosial.

Bentuk-bentuk perilaku seksual yang di jelaskan diatas merupakan perilaku seks yang biasa di lakukan oleh remaja, namun dalam penelitian ini yang digunakan terkait pada aktivitas seksual yang dilakukan sendiri seperti masturbasi, fantasi seksual, dan menonton pornografi, serta aktivitas seksual yang dilakukan dengan orang lain mulai dari berpegangan tangan, berpelukan, kissing, petting, hingga tingkatan paling serius yaitu bersenggama atau sexual intercouse.

3. Faktor Penyebab Premarital Seksual

Sarwono (2005) menyebutkan, faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja antara lain:

1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksual) remaja.

2. Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menenetukan batas usia


(41)

20

menikah, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dll) yang menyebabkan tidak segera dilakukan penyaluran kebutuhan biologis yang tepat.

3. Adanya tabu atau larangan dalam masyarakat untuk melakukan perilaku seksual sebelum menikah. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku. Seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan, larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah-tingkah laku lain seperti berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan tredapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut.

4. Kurangnya informasi tentang seks. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja mencari akses dan mengeksplorasi sendiri. Penyebaran informasi lewat media massa dan adanya teknologi canggih seperti majalah, buku, VCD, film pornografi, telepon genggam, internet, dll) yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang dan resiko yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.


(42)

21

5. Pergaulan yang semakin bebas. Perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas dimana pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan orang tua.

Berdasarkan paparan diatas, dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja selain perubahan hormonal yang terjadi pada diri individu, penundaan usia pernikahan, kurangnya informasi tentang seksualitas karena di lingkungan masih dianggap tabu, namun juga pengaruh dari luar seperti pergaulan yang semakin bebas.

4. Dampak Premarital Seksual

1. Fisik

Menurut Susanto (2012) dampak perilaku seksual pranikah yang nyata secara fisik adalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi pada remaja. Akibat lainnya adalah terganggunya kesehatan seperti terkena penyakit menular seksual (PMS) dan terserang HIV/AIDS.

2. Psikis

Sarwono (2005) menyebutkan bahwa perilaku seksual pranikah pada remaja memang tidak berdampak secara langsung, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, dan marah, misalnya para gadis-gadis yang terpaksa menggugurkan kandungannya.


(43)

22 3. Sosial

Susanto (2012) memaparkan bahwa akibat psikososial lainnya adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah jika seorang gadis tiba-tiba-tiba-tiba hamil. Terjadi cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Selain itu, akibatnya bisa putus sekolah dan akibat secara ekonomis karena diperlukan ongkos perawatan dan lain-lain (Sarwono, 2012).

Berdasarkan paparan diatas, dapat dilihat bahwa dampak dari perilaku premarital seksual tidak hanya pada masalah fisik saja seperti kehamilan pada remaja putri, aborsi yang penuh risiko, serta terganggunya masalah kesehatan seperti tertularnya penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS, tetapi juga memiliki dampak sosial seperti terjadinya cemoohan dan penolakan dari masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak pada masalah psikologis individu seperti perasaan malu, perasaan bersalah, perasaan marah, dan puncaknya adalah depresi.

C. Generasi X

Menurut Howe dan Strauss (2000), generasi X adalah generasi yang lahir antara tahun 1955 sampai 1981. Sedangkan menurut Lancaster & Stilmmal (2002), generasi X adalah sekelompok orang yang lahir antara tahun 1965 sampai 1980. Martin & Tulgan menyebutkan rentang usia generasi X adalah individu yang lahir pada tahun 1965 sampai pada tahun 1977. Generasi ini memiliki level kepercayaan yang rendah terhadap otoritas.


(44)

23

Lowe, et. al. (2008) menyebutkan bahwa generasi X adalah generasi pertama yang dibangkitkan dalam karir. Ciri-ciri utama generasi X adalah skeptis terhadap otoritas dan kemerdekaan, mereka adalah individu yang tidak berbicara dari pengalaman dan pegetahuan dasar tetapi mereka memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang kegiatan pemasaran dari generasi sebelumnya atau Baby Boomer. Generasi X melihat diri mereka sebagai individu independen secara politik dan sering menyebut diri mereka sebagai kaum liberal (Oblinger & Oblinger, 2005). Menurut Zemke et al. (2000) generasi X ini cenderung ingin berwirausaha dan sudah memulai bisnis sendiri. Hidup stabil, punya keluarga sebagai tujuan hidup, bukan kesuksesan materi.

Berdasarkan paparan diatas, rentang umur untuk mendefinisikan generasi X bermacam-macam, namun dalam penelitian ini rentang umur yang dipakai adalah generasi yang lahir antara tahun 1965 sampai tahun 1977. Generasi X dibesarkan dalam keluarga dengan kedua orang tua bekerja, memiliki sifat independen, hidup stabil, dan punya keluarga sebagai tujuan hidup.

D. Generasi Y

Generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir antara tahun 1981 sampai 1999 (Lancaster & Stilmmal, 2002). Banyak orang dari generasi ini tumbuh dalam dua pendapatan rumah tangga, kedua orang tua mereka bekerja, dan dengan perceraian yang menjadi norma di banyak keluarga. Generasi Y juga tumbuh dengan komputer, email, dan komunikasi mobile.


(45)

24

Mereka menggunakan internet sebagai sumber utama informasi dan sosial. (Bakewell dan Mitchell, 2003).

Zemke et al. (2000) menyebutkan bahwa generasi Y dibesarkan dalam situasi yang damai dan makmur sehingga mereka cenderung bersifat optimis dan senang berbagi pengalaman dengan orang tua. Generasi ini memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka. Generasi Y hidup dengan nilai sosial yang hampir sama dengan orang tua mereka namun tetap melihat generasi mereka berbeda dengan generasi lainnya. Generasi Y hidup dengan sikap optimis sekaligus rasa takut. Mereka juga memiliki cara dalam mendefinisikan sudut pandang mereka. Dunia mereka terinterkoneksi melalui komunikasi global dan mereka menyukai keragaman. Dalam literatur ada beberapa perbedaan pendapat mengenai rentang usia dari Generasi Y. Sebagai contoh, Martin & Tulgan (2002) menyebutkan bahwa Generasi Y meliputi orang-orang yang lahir antara tahun 1978 sampai 2000. Sedangkan Tapscott (1998) menggambarkan Generasi Y sebagai digital generation yang dilahirkan antara tahun 1976 sampai 2000. Lebih lanjut, Oblinger & Oblinger (2005) mengatakan kohort Generasi Y adalah antara tahun 1981 sampai tahun 1995.

Berangkat dari paparan diatas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa generasi Y adalah generasi yang tumbuh dengan komputer, email, dan komunikasi mobile. Mereka menggunakan internet sebagai sumber utama informasi dan sosial. Sudut pandang mereka terkoneksi melalui komunikasi global. Rentang tahun untuk mendefinisikan generasi Y


(46)

25

bermacam-macam, namun dalam penelitian ini generasi Y yang digunakan adalah tahun 1978 sampai pada tahun 2000.

E. Dinamika antara Perilaku Premarital Seksual dengan Remaja Generasi X dan Generasi Y

Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak menuju dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan yang terjadi pada remaja tidak hanya perubahan fisik saja, tetapi juga secara kognitif dan sosio-emosi (Santrock, 2003).

Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi yang semakin modern dan canggih bukan hanya memberi manfaat tetapi juga menimbulkan pengaruh negatif bagi penggunanya yang kebanyakan adalah remaja. Informasi-informasi atau situs-situs yang dapat diakses dari internet ada yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan tapi ada juga yang dapat merusak mental misalnya situs-situs porno. Penggunaan internet untuk hal yang negatif yang semakin tak terkendali membuat para remaja semakin bebas untuk mengakses pornografi yang berdampak pada nilai yang lebih permisif terhadap premarital seksual.

Pada waktu bersamaan, secara kognitif remaja mulai berpikir abstrak dan mulai tertarik dengan yang ada dihadapannya. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa (sarwono, 2005). Semakin mudahnya media massa untuk mengakses pornografi menjadi salah satu


(47)

26

faktor penyebab premarital seksual pada remaja generasi Y saat ini. Hal ini membuat sikap remaja menjadi semakin permisif dan cenderung mengabaikan norma dan nilai dalam masyarakat dan agama. Berbeda dengan generasi X yang pada masa remaja belum mengenal dan belum mendapatkan paparan pornografi dari media massa seperti internet. Hal itu akan membuat kedua generasi memiliki perbedaan nilai dan pandangan terhadap premarital sekual, yang pada akhirnya akan menimbulkan perbedaan perilaku.


(48)

27

Perilaku premarital seksual pada remaja Generasi X dan Generasi Y dapat digambarkan dalam bagan berikut ini :

F. HIPOTESIS

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti menarik hipotesis: Ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y mengingat adanya perbedaan pola hidup serta akses media massa yang begitu mudah dan tanpa batas saat ini.

Remaja Generasi X

Remaja Generasi Y

Perbedaan Perilaku Premarital Seksual Perbedaan Persepsi Dan Nilai Mengenai

Seks Pranikah Media Massa Internet

Belum Berkembang

Media Massa Internet Sudah Berkembang

Menambah wawasan/ pengetahuan remaja tentang

perilaku seksual

Remaja menjadi memiliki wawasan tentang perilaku seksual yang lebih luas


(49)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif non eksperimental. Menurut Creswell (2008), penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan oleh peneliti adalah analisis komparatif deskriptif yang mengkaji perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y. Analisis komparatif deskriptif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama dengan variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda (Siregar, 2013).

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel-variabel yang masuk dalam penelitian ini adalah :

Variabel bebas (Vi) : Generasi (generasi X dan generasi Y) Variabel tergantung (Vd) : Perilaku Premarital Seksual

C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Premarital Seksual

Premarital seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, melalui perbuatan yang tercermin dalam tahap-tahap perilaku seksual dari tahap yang paling ringan hingga


(50)

29

tahap yang paling berat yang dilakukan sebelum pernikahan yang resmi secara hukum maupun agama. Tahapan aktivitas seksual dibedakan atas dua kategori yaitu perilaku seksual yang dilakukan sendiri (Auto-erotic Behavior) dan perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain (Sosioseksual Behavior).” Perilaku seksual yang dilakukan sendiri, meliputi fantasi seksual, masturbasi/ onani, dan membaca buku, gambar-gambar porno atau melihat pornografi di internet. Sedangkan perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain, seperti berpegangan tangan, berpelukan, ciuman/ kissing, necking, petting, dan puncaknya adalah berhubungan intim/ bersenggama (Intercouse).

2. Generasi X

Generasi X adalah generasi yang lahir antara tahun 1965 sampai 1977 yang sekarang pada tahun 2016 berusia sekitar 39 sampai 51 tahun.

3. Generasi Y

Generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir antara tahun 1978 sampai 2000 yang pada tahun 2016 berusia sekitar 16 sampai 38 tahun.

D. SUBJEK PENELITIAN

Sampel penelitian diambil secara purposif sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan ciri-ciri atau kriteria-kriteria dari sebuah populasi yang telah ditentukan (Siregar, 2013). Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah dua kelompok, yaitu :


(51)

30

Kelompok generasi X dengan kriteria : 1. Laki-laki dan perempuan

2. Usia berkisar antara 39-51 tahun

3. Mampu membaca dan Berbahasa Indonesia 4. Pernah pacaran sebelum menikah

Kelompok generasi Y dengan kriteria : 1. Laki-laki dan perempuan

2. Usia berkisar antara 17-18 tahun 3. Mampu Berbahasa Indonesia

4. Sedang berpacaran dan belum menikah

E. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan skala yang disebarkan kepada remaja untuk mewakili generasi Y dan orang tua untuk mewakili generasi X yang bersedia mengisi kuesioner. Peneliti membagikan kuesioner yang berisi skala penelitian yang dikemas dalam sebuah amplop. Sebelum pengisian kuesioner peneliti memberikan informasi singkat tentang tujuan, manfaat dan peran serta responden dalam penelitian. Kemudian peneliti membagikan amplop yang sudah disediakan dan meminta subjek untuk membuka dan membaca lembar inforned consent serta meminta responden untuk memberikan tanda tangan sebagai tanda persetujuan untuk menjadi subjek penelitian dalam lembar kuesioner. Peneliti menunggu pengisian kuesioner sampai selesai. Kemudian peneliti meminta responden untuk memeriksa kelengkapan data di tempat pengambilan data yang bertujuan agar bila ada kekurangan dapat segera dilengkapi. Kuesioner yang


(52)

31

telah diisi akan dimasukkan kembali ke dalam amplop yang telah disediakan lalu ditutup kembali dengan rapat untuk menjaga kerahasiaan data mengingat data ini bersifat sangat privacy.

F. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA 1. Metode

Dalam penelitian ini, teknik dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala Guttman. Menurut Supratiknya (2014) Skala Guttman yaitu skala yang terdiri atas serangkaian pernyataan yang menunjukkan sikap seseorang terhadap sebuah objek atau menunjukkan pemilikan seseorang atas atribut psikologis tertentu, dan harus dijawab

secara biner atau dikotomis (“ya” atau “tidak”) oleh sekelompok subjek.

Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas dan jelas serta konsisten. Alternatif jawaban pada skala jenis ini hanya terdiri dari dua alternatif, pernyataan yang diberikan pada responden dapat berupa checklist ataupun pilihan berganda (Siregar, 2013).

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data atau instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan skala tunggal, yaitu skala perilaku premarital seksual. Skala ini mengukur seberapa jauh keterlibatan seseorang dalam perilaku seksual. Skala perilaku premarital seksual yang digunakan adalah skala yang dibuat oleh peneliti yang didasarkan pada aspek-aspek perilaku


(53)

32

premarital seksual yang dikemukakan oleh Steinberg (2012). Butir-butir pernyataan dibuat secara bertahap mulai dari tingkatan sederhana yaitu fantasi seksual, membaca buku, gambar-gambar porno atau melihat pornografi di internet dan VCD kemudian onani/ masturbasi, berpegangan tangan, berpelukan, dan bertahap sampai pada tingkatan yang lebih berat seperti ciuman/ kissing, necking, petting, dan puncaknya yaitu berhubungan intim/ senggama (Intercouse).

Dari ke 9 indikator tersebut terdapat 56 item yang terdiri dari item favorable. Masing-masing item disediakan jawaban PERNAH dan TIDAK PERNAH. Selanjutnya subjek diminta untuk memberi tanda

centang (√) pada salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Subjek yang

memberi jawaban “pernah” pada setiap pernyataan akan diberi skor 2 sedangkan yang menjawab “tidak pernah” akan diberi skor 1.

Tabel 1. Skor Penilaian Skala Premarital Seksual

No Jawaban Nilai

1 Pernah 2

2 Tidak Pernah 1

Sebelum melakukan uji coba atau try out, peneliti menyusun 56 item berdasarkan 2 aspek dengan 9 indikator yang dikemukakan oleh Steinberg. Berikut tabel blue print sebelum uji coba :


(54)

33

Tabel 2. Blue-print skala Premarital Seksual sebelum try-out

No Aspek Indikator Nomer Item Jumlah

1. Perilaku seksual yang dilakukan tanpa bantuan orang lain

Fantasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13

13 Membaca dan

melihat gambar/ video porno

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21

8

Masturbasi 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28

7 2 Perilaku

seksual

yang di

lakukan dengan bantuan orang lain Berpegangan tangan

29, 30, 31, 32 4

Berpelukan 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40

8

Berciuman 41, 42, 43, 44, 45 5

Necking 46, 47, 48 3

Petting 49, 50, 51 3

Intercouse 52, 53, 54, 55, 56 5

TOTAL 56

Tabel 3. Blue-print Skala Premarital Seksual sesudah try-out

No Aspek Indikator Nomer Item Jumlah

1. Perilaku seksual yang dilakukan tanpa bantuan orang lain

Fantasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13

13 Membaca dan

melihat gambar/ video porno

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21

8

Masturbasi 22, 23*, 24, 25*, 26, 27, 28

5 2 Perilaku

seksual

yang di

lakukan dengan bantuan orang lain Berpegangan tangan

29, 30, 31, 32* 3

Berpelukan 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40

8

Berciuman 41, 42, 43, 44, 45 5

Necking 46, 47, 48 3

Petting 49, 50, 51* 2

Intercouse 52, 53, 54, 55, 56 5


(55)

34

Berdasarkan tabel diatas terdapat 4 item yang gugur karena kurang memenuhi syarat yaitu memiliki Correted Item-Total < 0,30. Item yang gugur tersebut antara lain nomor 23, 25, 32, dan 51.

3. VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1) Validitas Skala

Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono, 2006). Validitas berasal dari validity yang mempunyai arti sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar, 2012).

Uji validitas dalam skala ini menggunakan validitas isi dimana item-item skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Menurut Prasetyo (2005), suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas isi jika keseluruhan isi definisi tercangkup dalam perangkat ukur yang digunakan. Validitas ini diperoleh dengan cara meminta pendapat ahli atau profesional judment terhadap kesesuaian bagian tes dan konstruk yang diukur (Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini, pengujian validitas isi dilakukan dengan meminta pendapat dari dosen pembimbing.

2) Reliabilitas Skala

Reability adalah sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2012). Reliabilitas menunjuk pada adanya


(56)

35

konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Relibilitas berkonsentrasi pada masalah akuransi pengukuran dan hasilnya (Sarwono, 2006). Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang angkanya berada pada rentang 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya dan begitu pula sebaliknya.

a. Hasil Uji Reliabilitas Skala Perilaku Premarital Seksual

Hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien sebesar 0,970 yang berarti koefisien reliabititas dalam skala ini berada pada kategori tinggi berdasarkan pada jenjang yang dikemukakan oleh Arikunto (2010) sebagai berikut :

Tabel 4. Interpretasi Reliabilitas

Besaran linear r Interpretasi

0,80 - 1,00 Tinggi 0,60 - 0,80 Cukup 0,40 - 0,60 Agak rendah 0,20 - 0,40 Rendah 0,00 - 0,20 Sangat rendah

4. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebenarnya normal. Uji normalitas diukur menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov Z dengan bantuan SPSS for windows 16.0. Suatu data


(57)

36

dikatakan memiliki sebaran normal jika nilai p > 0,05. Sedangkan jika nilai p < 0,05 maka sebaran data tidak normal (Santosa, 2010). b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan uji dua kelompok. Hal ini dilakukan untuk melihat varian dari dua kelompok. Uji homogenitas dilakukan dengan Lavene’s test menggunakan mean sebagai ukuran tendensi sentral karena lebih peka terhadap ketidaknormalan data (Santoso, 2010)

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Independent Sample T-Test dengan program SPSS Windows 16.0. Analisis ini bertujuan agar peneliti dapat mengetahui perbedaan nilai rata-rata (mean) antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua sampelnya (Santosa, 2014).


(58)

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.PERSIAPAN PENELITIAN

Persiapan pertama yang dilakukan adalah membuat skala perilaku seksual yang disusun oleh peneliti dengan beberapa rekan dan dosen melalui proses diskusi. Dosen pembimbing berperan untuk melakukan professional judgement agar semua item dalam skala ini sesuai dengan konteks pengukuran. Skala perilaku seksual ini dibuat dengan 56 item pernyataan.

Persiapan kedua adalah melakukan uji coba terpakai atau try out di sekolah yang sudah di tentukan dengan tujuan agar skala siap digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya. Peneliti melakukan uji coba untuk memastikan apakah bahasa dalam skala tersebut mudah dipahami oleh orang lain. Pengambilan data uji coba terpakai atau try out dilakukan SMAN 1 Panggang Gunungkidul pada tanggal 15 April 2016 terhadap 62 siswa dengan komposisi 27 laki-laki dan 35 perempuan. Sebelum terjun ke lapangan (melakukan penelitian) peneliti terlebih dahulu memberikan surat ijin penelitian kepada pihak sekolah. Peneliti memilih subjek siswa SMA diasumsikan karena siswa SMA sedang berada pada masa remaja dan belum menikah serta rentan melakukan premarital seksual.

Tahap selanjutnya, peneliti melakukan seleksi item berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows 16.0 version dengan menghitung Correted Item-Total dalam realibility Statistics. Kriteria batasan yang digunakan pada skala perilaku premarital


(59)

38

seksual ini adalah 0,30. Item yang memiliki Correted Item-Total ≥ 0,30 maka item tersebut dianggap lolos atau memenuhi syarat. Sedangkan item yang memiliki Correted Item-Total ≤ 0,30 item tersebut dianggap tidak layak untuk dipakai. Dari hasil seleksi item, didapatkan item yang dianggap lolos atau memenuhi syarat sebanyak 52 item.

Tahap yang terakhir yaitu melakukan analisis data. Item yang lolos dianalisis menggunakan uji Independent Sample T-Test. Kemudian peneliti membuat pembahasan dan kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang telah ditentukan.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Peneliti melaksanakan pengambilan data melalui tiga periode yang dilakukan dari bulan April sampai Mei tahun 2016 pada beberapa sekolah di Gunungkidul Yogyakarta. Tahap pertama, pengambilan data untuk generasi X dilakukan pada guru-guru SD dan SMP di Gunungkidul yang berlangsung selama beberapa hari dari tanggal 05 Mei 2016 sampai 19 Mei 2016 di SDN 1 Panggang, SDN 1 Girisekar, dan SMPN 2 Panggang. Tahap kedua, pengambilan data untuk generasi Y dilakukan di SMAN 1 Semanu pada tanggal 12 Mei 2016. Tahap terakhir, pada tanggal 12 Mei sampai dengan tanggal 25 Mei 2016 pengambilan data yang kedua untuk generasi X dilakukan di tempat-tempat umum seperti lingkungan tempat tinggal peneliti di daerah Gunungkidul, dan sebagian kecil di lingkungan kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada tahap ini, semua orang yang masuk dalam kriteria yang telah ditentukan dapat mengisi survey tersebut. Peneliti telah menentukan


(60)

39

kriteria yaitu laki-laki dan perempuan yang berada pada usia 39-51 tahun, sebelum menikah pernah berpacaran, dan dapat Berbahasa Indonesia. Dengan demikian, data tersebut di dapat dari subjek yang lebih luas namun tetap sesuai dengan tujuan penelitian ini.

Dalam proses pengambilan data ini, peneliti di bantu oleh beberapa rekan. Kami bersama-sama mengunjungi beberapa sekolah dan tempat-tempat yang telah kami tentukan untuk pengambilan data.

C.DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini di kelompokkan menjadi dua, yang pertama untuk kelompok generasi Y adalah remaja berusia 17-18 tahun yang sudah pernah atau sedang berpacaran dan belum menikah dengan komposisi yang terdiri dari 21 laki-laki dan 29 perempuan. Subjek adalah para siswa yang sedang duduk di bangku SMA. Subjek SMA merupakan siswa-siswi kelas dua yang bersekolah di daerah Gunungkidul Yogyakarta. Sedangkan subjek untuk kelompok generasi X adalah laki-laki dan perempuan yang saat ini berada pada usia 39-51 tahun dan sebelum menikah sudah pernah berpacaran dengan komposisi 27 laki-laki dan 23 perempuan dengan tingkat pendidikan terakhir yang terdiri dari SD, SMP, SMA, D3, S1, dan S2. Peneliti telah menentukan subjek sebanyak 100 orang yang terdiri dari 50 orang untuk generasi dan 50 orang untuk generasi Y.


(61)

40

Tabel 5. Data Subjek Penelitian Berdasarkan Rentang Usia

Usia Generasi X Generasi Y Jumlah

17 tahun 43 43

18 tahun 7 7

39 tahun- 42 tahun

21 21

43 tahun-46 tahun

14 14

47 tahun- 51 tahun

15 15

TOTAL 50 50 100

Tabel 6. Data Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

Generasi X 27 23 50

Generasi Y 21 29 50

TOTAL 48 52 100

Tabel 7. Data Subjek Penelitian Tingkat Pendidikan Berdasarkan Ijasah Terakhir

Tingkat Pendidikan

SD SMP SMA D3 S1 S2 Jumlah Generasi X 5 2 17 3 21 2 50

Generasi Y 50 50

Presentase 5% 52% 17% 3% 21% 2% 100%

D.DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program SPSS for Windows 16.0 maka dapat diperoleh gambaran deskripsi statistik seperti mean, skor maksimum, skor minimum dan standar deviasi. Mean empirik merupakan rata skor dari hasil data penelitian. Sedangkan mean teoritik adalah rata-rata skor skala penelitian dari skor titik tengah skala penelitian. Berikut tabel hasil perhitungan Descriptive Statistics :


(62)

41

Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian Descriptive Statistics

GENERASI N Skor

Maks

Skor Minim

Mean Teoritik

Mean Empirik

Std. Deviation

GENERASI X 50 80 52 84 65.1800 9.16891

GENERASI Y 50 94 55 84 66.9200 8.03777

MT = (skor terendah x jumlah item) + (skor tertinggi x jumlah item) 2

= (1 x 56) + (2 x 56) 2 = 56 + 112

2 = 168

2 = 84

Berdasarkan tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa generasi X memiliki skor maksimum sebesar 80 dan skor minimum sebesar 52, sedangkan generasi Y memiliki skor maksimum sebesar 94 dan skor minimum sebesar 55. Standar deviasi untuk generasi X adalah 9,168 sedangkan generasi Y adalah 8,037. Mean empirik skor generasi X adalah 65,18 dan skor generasi Y adalah 66,92 sedangkan mean teoritiknya adalah sebesar 84. Nilai mean empirik tersebut akan dibandingkan dengan mean teoritik untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat perilaku premarital seksual. Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui bahwa mean empirik lebih kecil dari mean teoritik, hal ini menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat perilaku premarital seksual yang sama atau setara, yaitu sama-sama rendah.


(63)

42

Tabel 9. Descriptives Statistics

AUTOSEXUAL

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

GEN X 50 4.4200 4.40820 .62341 3.1672 5.6728 .00 15.00 GEN Y 50 5.0000 3.97954 .56279 3.8690 6.1310 .00 16.00 Total 100 4.7100 4.18824 .41882 3.8790 5.5410 .00 16.00

Berdasarkan hasil tersebut, ditemukan bahwa nilai auto-erotic behavior atau perilaku seksual yang dilakukan sendiri pada generasi Y memiliki nilai rerata yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rerata pada generasi X. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean pada kedua variabel yang menunjukkan bahwa nilai mean pada generasi Y sebesar 5.00 dan pada generasi X sebesar 4.42.

E.HASIL PENELITIAN

Semua data yang terkumpul akan diuji dengan program SPSS for Windows versi 16.0. Langkah pertama yang di lakukan peneliti adalah melakukan uji asumsi sebelum peneliti melakukan uji hipotesis. Peneliti melakukan uji asumsi dengan membedakan subjek sesuai dengan kriteria yang telah peneliti tentukan.

1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebenarnya normal atau tidak (Santoso, 2010). Suatu data dikatakan memiliki sebaran normal jika nilai p lebih besar dari 0,5 (p > 0,05). Sedangkan jika nilai p kurang dari 0,5 (p < 0,05) maka


(64)

43

sebaran data tidak normal (Santosa, 2010). Berikut adalah tabel uji normalitas yang digunakan oleh peneliti :

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas dengan Kolgomorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PREMARITAL SEXUAL

N 100

Normal Parametersa Mean 66.0500 Std. Deviation 8.62270 Most Extreme Differences Absolute .091 Positive .091 Negative -.057 Kolmogorov-Smirnov Z .905

Asymp. Sig. (2-tailed) .385

Berdasarkan tabel tersebut, hasil uji normalitas dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Z dengan bantuan SPSS for windows 16.0 menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.905 dengan signifikansi 0.385 yang berarti bahwa sebaran data terdistribusi normal. Suatu data dikatakan memiliki sebaran normal jika nilai p lebih besar dari 0.05.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan uji dua kelompok yang digunakan untuk mengetahui kesamaan dari varian data yang diperoleh (data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama). Uji homogenitas dilakukan dengan Lavene’s test menggunakan mean sebagai ukuran tendensi sentral karena lebih peka terhadap ketidaknormalan data (Santoso, 2010). Berikut adalah tabel hasil uji homogenitas yang telah dilakukan oleh peneliti :


(65)

44

Tabel 11. Uji Homogenitas dengan Lavene’s Test Tabel Test of Homogeneity of Variances

GENERASI_X

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.741a 10 27 .018

a. Groups with only one case are ignored in computing the test of homogeneity of variance for GENERASI_X.

Hasil uji homogenitas yang dilakukan dengan menggunakan

Lavene’s test menunjukkan bahwa besarnya nilai Lavene’s test adalah 2.741 dengan signifikansi sebesar 0.18. Hal ini dapat diartikan bahwa data bersifat homogen. Sebaran data memiliki varian yang sama apabila nilai p lebih besar dari 0.05.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah Independent sample t-test dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows 16.0. pengambilan keputusan dilakukan dengan cara melihat nilai Sig. Jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y. Sedangkan jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y. Berikut adalah tabel hasil uji t yang telah dilakukan oleh peneliti :


(66)

45

Berdasarkan tabel diatas, Uji hipotesis dengan menggunakan Independent Sample T-Test dengan program SPSS Windows 16.0 menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) yang didapatkan adalah 0,315 (> 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y.

F. PEMBAHASAN

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui perbedaan perilaku seksual sebelum menikah pada generasi X dan generasi Y. Penelitian ini di lakukan di Gunungkidul, Yogyakarta pada 50 responden generasi X dengan rentang usia 39-51 tahun dan 50 responden generasi Y dengan rentang usia 17-18 tahun. Hasil uji hipotesis Independent Sample T-Test pada penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) yang didapatkan adalah 0,315 (> 0,05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara perilaku seksual sebelum menikah pada generasi X dan generasi Y. Hal tersebut menunjukkan bahwa

Tabel 12. Tabel Independent Sample Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper PRE

MARI TAL SEXU AL

Equal variances

assumed 2.887 .092 -1.009 98 .315 -1.74000 1.72438 -5.16198 1.68198 Equal variances


(67)

46

perbedaan generasi tidak dapat menjadi prediktor terhadap perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja jaman dahulu dengan remaja pada masa kini.

Hasil analisis dalam penelitian ini tidak sesuai dengan Data BKKN tahun 2014 (http://www.bkkbn.go.id) yang menunjukkan bahwa 48-50 % perempuan hamil di luar pernikahan adalah remaja dimana hal tersebut mengindikasikan bahwa perilaku seksual sebelum pernikahan pada remaja masa kini cenderung tinggi.

Studi mengenai tingkat permisif dalam hal seksualitas pada remaja menjadi topik yang cukup popular diteliti pada ranah psikologi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sprecher & Hatfiled (1996) pada 1043 pemuda di Amerika, 401 pemuda Rusia dan 223 pemuda di Jepang, menunjukkan bahwa tingkat permisif terhadap seksualitas dipengaruhi oleh budaya dan jenis kelamin. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa budaya barat lebih permisif terhadap seksualitas (Sprecher & Hatfiled, 1996) dan jenis kelamin laki-laki lebih terbuka dibanding laki-laki perempuan (Sprecher & Hatfiled, 1996). Hal senada ditemukan pada penelitian yang dilakukan pada remaja di India. Penelitian dilakukan pada 583 laki-laki dan 475 perempuan dengan usia 15-19 tahun. Hasilnya menunjukkan tingkat premarital seksual pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat premarital seksual pada perempuan (Jaya & Hindin, 2009).

Peneliti melihat bahwa kegagalan hipotesis disebabkan karena penelitian ini dilakukan pada remaja dengan latar belakang konteks budaya timur, dimana perilaku seksual sebelum menikah merupakan perilaku yang masih menjadi hal yang tabu dan perilaku yang tidak diinginkan (social undesirable). Melalui


(1)

69

soal49 64,77 156,581 ,460 . ,969

soal50 64,80 156,488 ,551 . ,969

soal51 64,77 154,727 ,686 . ,969

soal52 64,75 154,445 ,680 . ,969

soal53 64,75 154,445 ,680 . ,969

soal54 64,79 155,262 ,665 . ,969

soal55 64,77 154,618 ,699 . ,969

soal56 64,79 155,262 ,665 . ,969

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

,970 ,969 56

TAHAP 2.

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Soal1 61,27 149,072 ,565 . ,971

soal2 61,29 148,026 ,700 . ,970

soal3 61,27 147,327 ,748 . ,970

soal4 61,25 147,645 ,690 . ,970

soal5 61,30 148,033 ,731 . ,970

soal6 61,27 146,200 ,867 . ,970

soal7 61,36 150,852 ,497 . ,971

soal8 61,36 149,397 ,690 . ,970

soal9 61,39 151,479 ,503 . ,971

soal10 61,38 152,020 ,375 . ,971

soal11 61,34 149,537 ,627 . ,970

soal12 61,23 147,454 ,689 . ,970

soal13 61,32 149,058 ,647 . ,970

soal14 61,41 152,137 ,459 . ,971

soal15 61,32 149,640 ,578 . ,971

soal16 61,30 149,597 ,555 . ,971

soal17 61,38 151,148 ,499 . ,971

soal18 61,32 149,822 ,557 . ,971

soal19 61,32 150,331 ,497 . ,971

soal20 61,27 149,400 ,531 . ,971

soal21 61,32 149,786 ,561 . ,971

soal22 61,43 153,049 ,362 . ,971

soal24 61,29 149,044 ,590 . ,971

soal25 61,43 153,340 ,299 . ,971

soal26 61,21 146,390 ,774 . ,970

soal27 61,34 150,010 ,568 . ,971

soal28 61,43 153,049 ,362 . ,971

soal29 60,93 150,613 ,315 . ,972

soal30 61,04 149,744 ,390 . ,971

soal31 60,91 150,156 ,354 . ,972


(2)

70

soal34 61,21 146,862 ,728 . ,970

soal35 61,20 146,197 ,774 . ,970

soal36 61,25 147,064 ,750 . ,970

soal37 61,18 147,022 ,681 . ,970

soal38 61,34 151,501 ,383 . ,971

soal39 61,30 148,906 ,632 . ,970

soal40 61,20 146,343 ,760 . ,970

soal41 61,21 145,371 ,873 . ,970

soal42 61,23 145,563 ,877 . ,970

soal43 61,25 146,155 ,843 . ,970

soal44 61,30 147,306 ,814 . ,970

soal45 61,23 145,563 ,877 . ,970

soal46 61,29 147,771 ,728 . ,970

soal47 61,38 150,530 ,588 . ,971

soal48 61,36 150,597 ,531 . ,971

soal49 61,34 150,919 ,455 . ,971

soal50 61,38 150,893 ,536 . ,971

soal52 61,32 148,840 ,673 . ,970

soal53 61,32 148,840 ,673 . ,970

soal54 61,36 149,616 ,661 . ,970

soal55 61,34 149,028 ,690 . ,970

soal56 61,36 149,616 ,661 . ,970

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

,971 ,971 53

TAHAP 3.

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Soal1 60,23 147,672 ,565 . ,971

soal2 60,25 146,591 ,705 . ,970

soal3 60,23 145,963 ,745 . ,970

soal4 60,21 146,281 ,688 . ,970

soal5 60,27 146,672 ,728 . ,970

soal6 60,23 144,836 ,865 . ,970

soal7 60,32 149,495 ,491 . ,971

soal8 60,32 148,004 ,690 . ,970

soal9 60,36 150,125 ,494 . ,971

soal10 60,34 150,665 ,367 . ,971

soal11 60,30 148,143 ,626 . ,971

soal12 60,20 146,088 ,687 . ,970

soal13 60,29 147,699 ,643 . ,971

soal14 60,38 150,748 ,455 . ,971

soal15 60,29 148,281 ,574 . ,971

soal16 60,27 148,236 ,550 . ,971

soal17 60,34 149,792 ,492 . ,971


(3)

71

soal19 60,29 148,971 ,492 . ,971

soal20 60,23 148,036 ,527 . ,971

soal21 60,29 148,390 ,561 . ,971

soal22 60,39 151,661 ,356 . ,971

soal24 60,25 147,645 ,590 . ,971

soal26 60,18 145,022 ,772 . ,970

soal27 60,30 148,615 ,567 . ,971

soal28 60,39 151,625 ,364 . ,971

soal29 59,89 149,188 ,317 . ,972

soal30 60,00 148,327 ,392 . ,972

soal31 59,88 148,730 ,356 . ,972

soal33 60,11 144,934 ,721 . ,970

soal34 60,18 145,458 ,730 . ,970

soal35 60,16 144,792 ,776 . ,970

soal36 60,21 145,662 ,751 . ,970

soal37 60,14 145,616 ,683 . ,970

soal38 60,30 150,070 ,386 . ,971

soal39 60,27 147,509 ,633 . ,971

soal40 60,16 144,937 ,762 . ,970

soal41 60,18 143,968 ,876 . ,970

soal42 60,20 144,161 ,880 . ,970

soal43 60,21 144,753 ,845 . ,970

soal44 60,27 145,909 ,815 . ,970

soal45 60,20 144,161 ,880 . ,970

soal46 60,25 146,373 ,729 . ,970

soal47 60,34 149,101 ,592 . ,971

soal48 60,32 149,204 ,530 . ,971

soal49 60,30 149,488 ,458 . ,971

soal50 60,34 149,465 ,539 . ,971

soal52 60,29 147,408 ,677 . ,970

soal53 60,29 147,408 ,677 . ,970

soal54 60,32 148,186 ,666 . ,970

soal55 60,30 147,597 ,695 . ,970

soal56 60,32 148,186 ,666 . ,970

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items


(4)

72

LAMPIRAN HASIL PENELITIAN

Tabel 12. Tabel Independent Sample Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error Differen

ce

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper PREMA

RITAL SEXUAL

Equal variances assumed

2.887 .092 -1.009 98 .315 -1.74000 1.72438 -5.16198 1.68198 Equal

variances not assumed


(5)

73

LAMPIRAN UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PREMARITAL SEXUAL

N 100

Normal Parametersa Mean 66.0500

Std. Deviation 8.62270 Most Extreme Differences Absolute .091

Positive .091

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .905

Asymp. Sig. (2-tailed) .385


(6)

74

LAMPIRAN UJI HOMOGENITAS

Tabel Test of Homogeneity of Variances

GENERASI_X

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.741a 10 27 .018

a. Groups with only one case are ignored in computing the test of homogeneity of variance for GENERASI_X.