Pengaruh pelatihan pengenalan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja

(1)

PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN KEWIRAUSAHAAN

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM

MENGHADAPI DUNIA KERJA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh GelarSarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Lia Christiyanti 119114074

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN MOTTO

Sampai disini Tuhan masih

menolong….

Karna itu Aku mau

bersyukur kepada Tuhan dengan segenap Hatiku

(1 Samuel 7: 12b dan Mazmur 9 ; 2a)

Dengan kuasa Allah yang giat bekerja di dalam diriku..Allah dapat

melakukan jauh lebih banyak dari pada apa yang dapatku minta

atau pikirkan

(Efesus 3 :20)

Jangalah takut untuk melangkah, karena jarak 1000 mil

dimulai dengan langkah pertama

Aku percaya janjimu Tuhan disetiap rencanamu itu yang terbaik

bagimu

…Aku percaya Mujizat itu Nyata dan indah pada

waktunya


(5)

v

Saya persembahkan skripsi ini kepada :

Allah Bapa Putra dan Rohkudus yang selalu menolongku, menuntunkun, dan memberkatiku disetiap waktu.

Untuk diri sendiri yang tidak pernah mudah menyerah, selalu berjuang, dan bekerja keras untuk bisa menyelesaikan skripsi ini

Untuk keluargaku tercinta yang ada dibali , papa, mama, kak tika, sunu, kay, Rachel, tannya, dan cinta yang selalu mendukung dan mendoakanku.

Untuk keluargaku tercinta yang di jogja, papa bayu, mama endah, ucca, dan rio, yang selalu menemaniku, dan memberikan

semangatnya sampai saat ini.

Untuk kekasihku tercinta, Danang yang selalu mendukung dan membantuku dari awal semester sampai pada saat ini.

Untuk teman-teman yang selalu mendukungku dan membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini


(6)

(7)

vii

PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM

MENGHADAPI DUNIA KERJA

Lia Christiyanti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif dari pelatihan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.30 mahasiswa semester 7 sampai 11 berpartisipasi dalam penelitian eksperimen ini.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest Posttest Design. Pengumpulan data penelitian menggunakan skala kecemasan menghadapi dunia kerja yang terdiri dari 24 item (α = 0,928). Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test, diperoleh nilai t = 7,512 dengan nilai p = 0,000 (p≤0,05). Berdasarkan hasil analisa tersebut, ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor skala kecemasan menghadapi dunia kerja subjek sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.

Kata kunci : Pelatihan Kewirausahaan, Kecemasan Menghadapi Dunia kerja, Mahasiswa


(8)

viii

THE INFLUENCE OF ENTREPRENEURSHIP TRAINING TOWARDS THE LEVEL OF STUDENTS’ ANXIETY FACING LIFE’S AT WORK

By Lia Christiyanti

ABSTRAK

The aim of the study was to distinguish the influence of entrepreneurship training towards the level of students’s anxiety facing life’s at work. The theory of the study was that there is a positive influence from entrepreneurship training towards the level of anxiety facing life’s at work. 30 students from semester 7 to 11 participated in this study. Research design used was One Group Pretest Posttest Design. Data collection applied using anxiety scale facing life’s at work contains of 24 items (α = 0,928). Based on the data analysis which was done using paired sample t-test, it was result t = 7,512 with value p = 0,000 (p≤0,05). According to that, was found that there was a significant difference between the scores of anxiety scale before and after the training session.


(9)

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan dan pendampingan selama proses pengerjaan skripsi ini. Penulis memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan. Pada proses penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

2. Paulus Eddy Suhartanto M. Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

3. Dosen pembimbing skripsi saya Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A yang selalu sabar dan memberi arahan selama proses skripsi ini. Terima kasih sekali ibu, apa yang ibu ajarkan akan selalu saya ingat.

4. Ibu Dra. Diah Utari, BR., M.Si. selaku Ketua P3KWU Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang sudah mau meluangkan waktu utuk membantu saya dengan senang hati dari awal sampai selesai penelitian sebagi trainer dalam pelatihan. Terimakasih banyak ibu diah, atas ilmu dan pengalaman barunya.

5. Ibu Dra. MG Suwarni, M.Si. selaku Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma, yang sudah mau membantu saya dalam


(11)

xi

keberhasilan penelitian saya. Terimakasih ibu Suwarni atas waktu dan pengetahunaya, apa yang ibu ajarkan selalu saya ingat.

6. Dosen-dosen fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu selama saya menempuh bangku kuliah. Kalian dosen terbaik yang pernah saya miliki pertahankan relasi yang akrab dengan para mahasiswa.

7. Seluruh staff Fakultas Psikologi : mas Gndung, mbak Nanik, dan mas Muji. Terima kasih untuk keramahannya. Maaf kalau sering merepotkan dan bertanya urusan kuliah. Terima kasih sudah membantu segala pratikum tes yang cukup merepotkan.

8. Seluruh subjek penelitian eksperimen saya yang sudah mau meluangkan waktunya dan mendoakan keberhasilan saya. Tetap semangat untuk meraih cita-cita.

9. Terimakasih kepada Papa dan Mama yang selalu sabar menunggu untuk menyelesaikan tugas akhirku. Berkat dukungan, kesabaran, dan doamu, aku bisa menyelesaikan tugas akhirku. Terimakasih juga, atas kepercayaanmu selama ini, berkat kalian aku bisa menjadi anak yang bertanggung jawab, dan menjadi anak yang mandiri.

10.Terimakasih kepada semua saudara-saudaraku yang cantik, kak tika, tannya, cinta dan dua ponakan kecilku kay dan Rachel yang selalu menghiburku dan


(12)

xii

mendukungku dalam keadaan apapu. Kalian selalu membuatku bahagia, dan berkat kalian aku bisa sampai pada titik ini.

11.Terimakasih untuk keluargaku di Jogja, papa bayu, mama endah, ucca dan rio yang selalu menemaniku di kota ini, dan selalu mendukungku dalam menyelesaikan sekolahku sampai saat ini.

12.Terimakasih untuk kekasihku tercinta Danang wijoyo seno, yang selalu menemani dan membantuku sampai saat ini. Makasih ata kesabaranya dan ketulusanmu yangtidak pernah ada habisnya.

13.Terimakasih untuk para sahabat baiku Honeydew lovers, Mbak Rani yang sudah menjadi pembimbing skripsiku, Momy (Listya), Mbak Chicha, Nyowo, dan abi, yang sudah senantiasa membantuku dan memberikanku semangat di setiap waktu.

14.Terimakasih untuk sahabatku Putu Arinda Sulistyawati (Ayik) yang selalu menemani dan mendukungku dari awal masuk ke Fakultas psikologi, sampai penyelesain skripsi ini. Terimkasih ayik, kamu satu-satunya temanku yang bisa mengerti dan menemaniku dalam kondisi apapupun.

15.Terimkasih untuk para guru dan shadow-shadow cantik Pedagogia, yang selalu mendukungku, dan mendoakanku dalam penyelesain skripsi ini.


(13)

(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………....i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………....ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI………..iii

HALAMAN MOTTO………..iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..vi

ABSTRAK………..vii

ABSTRACT……….viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN………ix

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………... ix

KATA PENGANTAR………..x

DAFTAR TABEL………... xviii

DAFTAR LAMPIRAN………..xix BAB I PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang………..1

B. Rumusan Masalah……….7

C. Tujuan Penelitian………..7


(15)

xv

1. Manfaat Teoritis……….8

2. Manfaat Praktis………..8

BAB II LANDASAN TEORI………..9

A. Kecemasan Dalam Dunia Kerja………...9

1. Definisi Kecemasan Dalam Dunia Kerja ………..9

2. Ciri-ciri Kecemasan………….……….11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Dalam Dunia Kerja …...13

B. Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan………...15

1. Definisi Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan…………...………..15

2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan…………...17

3. Materi Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan ………...18

4. Metode Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan………..20

5. Dampak Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan………...23

C. Dinamika Pengaruh Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan Terhadap Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja………...24

D. Bagan Kerangka Berfikir………...28

E. Hipotesis………...29

BAB III METODE PENELITIAN………...………...30

A. Jenis Penelitian………...………...30


(16)

xvi

1. Variabel Bebas…………...………...30

2. Variabel Tergantung………...………..31

C. Definisi Operasional………...31

1. Pelatihan Kewirausahaan……….31

2. Kecemasan menghadapi dunia kerja…………...………...………..31

D. Subjek Penelitian ………...32

E. Prosedur Penelitian Eksperimen……….33

F. Metode Pengumpulan data………...………..37

G. Validitas dan Reliabilitas………....40

1. Validitas………40

2. Seleksi Item………..41

3. Reliabilitas………43

H. Metode Analisis Data……….44

1. Uji Asumsi………44

2. Uji Hipotesis……….45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...………46

A. Pelaksanaan Penelitian………...46

B. Deskripsi Subjek Penelitian………47

C. Deskripsi Data Penelitian………48 D. Hasil Penelitian………50


(17)

xvii

E. Pembahasan………52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….58

A. Kesimpulan……….58

B. Saran………...58


(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design………..33 Tabel 2. Sebaran Item Skala Kecemasan Dalam

Menghadapi Dunia Kerja………..………..………...39 Tabel 3. Skor Item Skala Kecemasan Dalam

Menghadapi Dunia Kerja………....39 Tabel 4. Seleksi Item Skala Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja

Setelah Try-out………...43 Tabel 5. Koefisien Korelasi Item………..…….…..44 Tabel 6. Jumlah Subjek Penelitian………...48 Tabel 7. Data Teoritik dan Data Empiris Kecemasan

Menghadapi Dunia Kerja………...49 Tabel 8. Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empiris Kecemasan

Menghadapi Dunia Kerja (Pretest) ………...…..………..49 Tabel 9.Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empiris Kecemasan

Menghadapi Dunia Kerja (Postest) ………...………50 Tabel 10.Uji Normalitas Skala Kecemasan

Menghadapi Dunia Kerja ………..…….51 Tabel 11. Uji Hipotesis………51


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Try Out ………..…………...63 Lampiran 2. Reliabilitas Skala……….70 Lampiran 3. Skala Penelitian ..………74 Lampiran 4. Deskripsi Subjek……….78 Lampiran 5. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis………..………..80 Lampiran 6. Lembar Evaluasi Pelatihan………..83


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan ekonomi di Indonesia sampai saat ini masih belum menunjukkan kemajuan yang sangat berarti. Hal ini salah satunya ditunjukkan dengan masih banyaknya angka pengangguran yang dari tahun ke tahun semakin bertambah. Pemerintah melalui berbagai departemen terus berupaya untuk menurunkan angka pengangguran tersebut dengan cara menciptakan lowongan pekerjaan sebanyak mungkin. Namun hal tersebut belum mampu menurunkan angka pengangguran yang ada di Indonesia (Widayat, 2011).

Melambatnya ekonomi di Indonesia juga menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah pengangguran. Berdasarkan hasil data BPS (Badan Pusat Statistik) angka pengangguran di Indonesia bertambah 300 ribu orang, sehingga total mencapai 7,45 juta orang pada bulan Februari 2015 dibanding Februari 2014 sebanyak 7,15 juta orang (jumlah pengangguran bertambah jadi 7,45 juta orang, 2015). Jumlah pengangguran saat ini semakin meningkat, namun ironinya jumlah pengangguran terdidik juga semakin banyak, menurut catatan BPS angka pengangguran lulusan sarjana pada tahun 2013 sebanyak 434.185 meningkat menjadi 495.143 pada tahun 2014 dan meningkat kembali pada tahun 2015 sebanyak 5,34 persen dari tahun sebelumnya (Nugroho, 2015).


(21)

Seorang sarjana yang sudah memiliki bekal ilmu dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas serta memiliki profesionalitas seharusnya terbebas dari pengangguran (Agustin, 2012).Begitu banyaknya jumlah pengangguran dan sedikitnya lapangan pekerjaan dengan tingkat lulusan sarjana menjadi suatu hambatan dan tantangan yang harus dihadapi oleh para sarjana.

Bagi mahasiswa sebagai calon sarjana, saat ini dunia kerja menjadi suatu persaingan yang cukup berat. Mahasiswa dituntut harus memiliki kesiapan mental dalam memasuki dunia kerja. Apabila seorang mahasiswa merasa tidak mampu mempersiapkan diri dengan baik, ia cenderung akan memiliki kecemasan ketika memasuki dunia kerja. Hal ini didukung oleh Lestari (2006) yang menyatakan bahwa mahasiswa merasa cukup cemas dengan persaingan yang nantinya akan di hadapi setelah mereka lulus.

Chaplin (2009) dalam kamus psikologi menjelaskan kecemasan merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan atau kekawatiran dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk kekhawatiran tersebut. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Nevid (2003) yang menjelaskan bahwa kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan yang dialami oleh seseorang dapat diketahui melalui dua gejala yaitu gejala fisik dan gejala psikologis. Gejala fisik meliputi telapak tangan basah, tekanan darah meninggi, badan gemetar, denyut jantung meningkat, dan keluarnya keringat dingin, sedangkan gejala psikologis meliputi panik, khawatir, bingung,


(22)

tegang, gelisah, perasaan-perasaan yang kurang menyenangkan dan tidak dapat berkonsentrasi (Nevid, 2003).

Dinata (2012) menyebutkan bahwa faktor kecemasan pada mahasiswa adalah terbatasnya atau sedikitnya lapangan pekerjaan, banyaknya angka pengangguran serta kurangnya pengalaman dan keterampilan kerja yang dimiliki. Namun selain masalah tentang lapangan pekerjaan, faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja adalah kepercayaan diri. Mahasiswa yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, akan mempunyai kesadaran mengenai seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi dunia kerja. Sedangkan seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah akan memenuhi tantangan hidup dengan kecemasan yang jauh lebih besar dari pada orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Fadilah, 2010).

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada hari Kamis, 19 Januari 2017 dengan mahasiswa tingkat akhir dimana sebagian besar mengatakan bahwa apa yang dicemaskan ketika menghadapi dunia kerja adalah mahasiswa merasa khawatir jika tidak mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi, dikarenakan sedikitnya lowongan pekerjaan sehingga sulit mencari pekerjaan. Kekhawatiran lain yang di rasakan oleh mahasiswa adalah dimana banyaknya persaingan dalam mencari kerja, selain itu mahasiswa merasa masih kurang memiliki pengalaman dan keterampilan kerja, sehingga membuat mahasiswa menjadi tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki.


(23)

Menurut Lestari (2006) kecemasan memiliki dampak pada mahasiswa yaitu timbulnya rasa kurang percaya diri, merasa rendah diri, serta tidak sanggup untuk menyelesaikan masalah dan apabila seseorang individu menghadapi suatu masalah atau situasi konflik ia akan meragukan kemampuan dirinya dalam mengatasi masalah tersebut karena dia akan merasa kurang mampu bila dibandingkan dengan orang lain.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Yunita (2013), dinyatakan bahwa dunia kerja dapat memicu kecemasan bagi siapa saja yang hendak memasukinya tak terkecuali pada mahasiswa semester akhir karena nantinya setelah lulus mereka akan mencari kerja dan menghadapi banyak persaingan, sehingga ada kemungkinan-kemungkinan seperti mendapat pekerjaan atau menjadi pengangguran.

Hermuningsih (2005) menyatakan bahwa penyebab tingginya angka pengangguran di kalangan sarjana ini dapat dikarenakan keterbatasan jumlah lapangan pekerjaan sehingga tidak mampu menampung seluruh pencari kerja. Tidak hanya itu, rendahnya keterampilan di luar kompetensi dan minimnya jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh para lulusan sarjana dan mahasiswa menjadi salah satu penyebab masih banyaknya jumlah pengangguran terdidik, sehingga mereka tidak mampu melihat peluang yang potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah usaha yang menguntungkan dimasa yang akan datang (Widayat, 2011).


(24)

Siswoyo (2009) mengatakan bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi hanya sebagai pencari kerja (joob seeker) bukan sebagai pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini dikarenakan sistem pembelajaran saat ini yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan (Siswoyo, 2009).

Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan yang akan menghasilkan lulusan tentunya mempunyai peran yang cukup besar guna menciptakan lulusan-lulusan yang bukan hanya siap pakai di dunia kerja, namun juga siap menjadi entrepreneur sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain (Widayat, 2011). Pelatihan pengenalan kewirausahaan di perguruan tinggi dapat mempersiapkan mahasiswa menuju dunia kerja (Buyung dalam Davinci, 2011).

Pelatihan pengenalan kewirausahaan pada mahasiswa perguruan tinggi diyakini akan memberi solusi bagi tingginya pengangguran yang berpendidikan (Buyung dalam Davinci, 2011). Pelatihan pengenalan kewirausahaan tidak hanya semata-mata memberikan landasan teoritis mengenai konsep kewirausahaan tetapi membentuk sikap, perilaku, dan pola pikir (mindset) seorang wirausahaan (entrepreneur). Selain itu dengan adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan, seseorang akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya saat lulus dari perguruan tinggi. Hal ini juga didukung oleh pendapat Neubert (2014) yang mengatakan bahwa dengan adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan, seseorang akan banyak mendapatkan pengetahuan baru mengenai dunia kewirausahaan sehinga mampu memiliki keterampilan baru diluar bidangnya.


(25)

Dengan demikian para mahasiswa akan memiliki minat untuk memilih kewirausahaan sebagai salah satu pilihan karir selain pilihan karir menjadi pegawai swasta, PNS, atau pegawai BUMN. Kewirausahaan merupakan alternatif pilihan yang paling tepat bagi mahasiswa untuk dapat mengembangkan potensinya. Dengan adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan di perguruan tinggi, mahasiswa memiliki bekal ilmu yang nantinya akan dilakukan setelah lulus sarjana (Ifham dan Helmi, 2002).

Kewirausahaan merupakan pilihan yang tepat bagi individu yang akan menciptakan kerja, bukan pencari kerja (Siwoyo, 2009). Kewirausahaan adalah wirausahawan atau wirausahawati yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko yang artinya bermental mandiri, dan mulai berani membuka usaha sendiri, tanpa diliputi rasa takut dan cemas dalam kondisi tidak pasti (Kasmir, 2006). Menurut Alma (2008) melalui kewirausahaan akan memunculkan banyak manfaat antara lain dapat menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran, memberikan sumbangsih dalam melancarkan proses produksi, distribusi, dan konsumsi, ikut mengatasi kesulitan lapangan kerja, serta meningkatkan pendapatan masyarakat.

Disinilah terlihat pentingnya program pelatihan pengenalan kewirausahaan bagi mahasiswa. Siswoyo (2009) mengatakan bahwa program pelatihan pengenalan kewirausahaan sebagai salah satu langkah efektif yang dapat melatih mahasiswa dalam meningkatkan jiwa, sikap, pengetahun dan keterampilan mahasiswa, sehingga ketika lulus dari perguruan tinggi, mahasiswa menjadi yakin


(26)

dengan kemampuan yang dimiliki (Adriany, 2013). Hal ini juga didukung dengan pendapat Dermol (2014) yang mengatakan bahwa dengan adanya kewirausahaan, seseorang akan dapat meningkatkan kepercayaan dirinya ketika akan menghadapi dunia kerja. Maka dari itu, dengan adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan akan membawa dampak positif,yang dimana terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam berwirausaha, peningkatan minat mahasiswa terhadap kegiatan kewirausahaan yang berarti mahasiswa akan memiliki motivasi dalam mengembangkan dirinya dalam berwirausaha sehingga mahasiswa mampu mengatasi kekhawatiranya dalam menghadapi dunia kerja (Mustofa & dkk, 2011).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengenalan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja oleh karena itu untuk mengkaji permasalahan tersebut secara empiris, peneliti mengambil tema “pengaruh pelatihan pengenalan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja”

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh pelatihan pengenalan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja”

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengenalan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.


(27)

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu psikologi dan pendidikan khususnya di bidang psikologi klinis, industri, dan pendidikan kewirausahaan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi subjek penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan subjek penelitian mendapatkan manfaat dari pelatihan pengenalan kewirausahaan sehingga bisa dijadikan dasar evaluasi untuk mengurangi kecemasan dalam menghadapi dunia kerja.

b. Bagi Pendidikan

Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pendidik, Universitas dan pihak-pihak yang terkait sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam memberikan pelatihan pengenalan kewirausahaan guna mempersiapkan mahasiswa menghadapi duniakerja.


(28)

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja

1. Pengertian Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja

Hurlock (1996), mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu kekhawatiran umum mengenai suatu peristiwa yang tidak jelas atau tentang peristiwa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan Kartono (1994) yang mengatakan bahwa kecemasan sebagai semacam kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus. Greenberger dan padesky (2004) menambahkan bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan khawatir ketika berhadapan dengan pengalaman yang sulit dan menganggap sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

Nevid (2003) mengartikan kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir yangmengeluhkan bahwa sesuatu yang burukakan segera terjadi. Menurut Nevid (2003) banyakhal yang dapat menjadi sumber kekhawatiran, misalnya kesehatan, relasi sosial,ujian, karier, dan kondisi lingkungan.

Waqiati (2012) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu emosi negatif yang meliputi perasaan ketakutan dan kekhawatiran terhadap berbagai objek yang tidak jelas. Perasaan ini tampak pada sejumlah respon, perilaku, dan tubuh seperti denyut jantung yang meningkat dan otot yang menegang


(29)

ketika seseorang mengalami frustasi dan pertengkaran konflik. Begitu juga dengan Darajat (1996) yang menyatakan bahwa kecemasan sebagai suatu emosi negatif atau perasaan yang tidak menyenangkan yang bercampur baur dan terjadi ketika seseorang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan yang berorientasi pada kejadian masa depan. Menurut Darajat (1976), hal yang ditakutkan atau dikhawatirkan individu untuk menghadapi masa depan adalah sempitnya lapangan pekerjaan dan persaingan yang ketat dalam bidang pekerjaan.

Astuti (2013) menyatakan bahwa kecemasan menghadapi dunia kerja adalah penilaian diri individu terhadap pencapaian tujuan yang berkaitan dengan dunia kerja yang belum pasti dan tidak dapat diramalkan, sehingga menyebabkan konflik dalam diri. Kecemasan menghadapi dunia kerja dapat disebabkan karena kurangnya keyakinan terhadap diri sendiri mengenai masa depannya, yang berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap kemampuan dan keahlian dalam menghadapi suatu tugas atau masalah tertentu (Baron & Byrne, 2005). Astuti (2013) menambahkan bahwa kecemasan menghadapi dunia kerjajuga dapat mengakibatkan terganggunya pola pemikiran seperti ketakutan dan kekhawatiran terhadap dunia kerja, terganggunya perilaku seperti menghindari segala macam hal yang berkaitan dengan dunia kerja, serta terganggunya respon-respon fisiologis, seperti berkeringat maupun jantung yang berdebar saat bersinggungan mengenai seputar dunia kerja (Astuti, 2013).


(30)

Kecemasan menghadapi dunia kerja dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon negatif yang meliputi perasaan ketakutan dan kekhawatiran terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan yang dapat menghambat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang bertujuan untuk mengubah keadaan hidup yang lebih baik (Waqiati, 2012). Selain itu, Fadilah (2010) menyatakan bahwa kecemasan menghadapi dunia kerja merupakan suatu kondisi dimana individu merasa tertekan, tidak nyaman, khawatir bahkan dapat menimbulkan konflik dan frustasi di dalam diri ketika menghadapi atau memasuki dunia kerja.

Kecemasan merupakan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan aprehensif atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecemasan dalam dunia kerja adalah keadaan emosional dimana individu merasa tertekan, ketakutan, khawatir, serta terganggunya respon-respon fisiologis dan perilaku menghindari segala hal yang berkaitan dengan dunia kerja.

2. Ciri-ciri Kecemasan

Greenberger dan Padesky (2004) kecemasan terdiri dari 4 ciri yaitu : a. Reaksi fisik

Reaksi fisik yang terjadi pada orang yang cemas meliputi telapak tangan berkeringat, otot tegang, jantung berdebar-debar


(31)

(berdegup kencang), pipi merona, pusing-pusing dan sulit bernafas ketika seseorang menghadapi situasi yang membuat dirinya cemas. b. Pemikiran

Orang yang cemas biasanya memikirkan bahaya secara berlebihan, menganggap dirinya tidak mampu mengatasi masalah, dan khawatir serta berfikir tentang hal yang buruk. Seseorang yang cemas cenderung memiliki pemikiran-pemikiran yang negatif mengenai mampu tidaknya ia dalam berusaha menghadapi situasi yang membuat dirinya merasa cemas. Biasanya pemikiran ini akan menetap cukup lama, jika tanpa adanya usaha dari individu tersebut untuk merubah pemikiranya menjadi suatu yang lebih positif. Pemikiran negatif yang timbul dapat berupa apa saja namun efeknya tetap sama yaitu membuat kondisi seseorang menjadi tidak nyaman dikarenakan seringkali memikirkan hal tersebut. Pemikiran dapat berupa perasaan tidak mampu, merasa tidak memiliki keahlian, dan tidak siap.

c. Perilaku

Orang yang cemas akan berprilaku menghindari situasi saat kecemasan itu terjadi, orang tersebut akan meninggalkan situasi ketika kecemasan mulai terjadi dan mencoba melakukan banyak hal dan mencoba mencegah bahaya. Perilaku ini terjadi dikarenakan individu merasa dirinya terganggu dan merasa tidak nyaman


(32)

d. Suasana Hati

Suasana hati orang yang cemas meliputi perasaan gugup, jengkel, cemas, dan panik.Suasana hati juga dapat berubah secara tiba-tiba ketika seseorang dihadapkan pada kondisi yang memunculkan kecemasan tersebut. Perasaan gugup dan panik dapat memunculkan kesulitan dalam memutuskan sesuatu. Misalnya dalam hal keinginan dan meninat.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu tertentu dan tergantung pada pengalaman hidup, peristiwa, situasi dan kondisi yang dialami oleh seseorang (Ramaiah, 2003). Dibawah ini terdapat beberapa faktor eksternal dan faktor internal dari kecemasan, antaralain :

a. Faktor Eksternal

1. Sedikitnya lapangan Pekerjaan

Isnaini (2015) mengatakan bahwa lapangan pekerjaan tidak hanya dipandang sebagai lahan untuk mencari nafkah, namun nilai dan kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan tidak lagi semata–mata untuk memenuhi kebutuhan fisik, namun juga kebutuhan psikis dan social.Mencari lapangan pekerjaan justru menjadi hal yang tidak mudah.Hal ini disebabkan, lajunya pembangunan kurang disertai dengan luasnya lapangan pekerjaan, padahal pencari kerja justru semakin bertambah.Akibatnya mencari kerja menjadi suatu


(33)

masalah tersendiri bahkan untuk orang dengan latar belakang pendidikan tinggi sekalipun.

2. Pengangguran

Menurut (Nuryati dalam Yunita, 2013) banyaknya pengangguran disebabkan oleh dua hal, yaitu :

a. Banyaknya angkatan kerja baru yang setiap tahun mengalir, namun tidak tertampung oleh kesempatan kerja. Keadaan demikian yang berlangsung terus-menerus telah menghasilkan banyak sekali pengangguran terdidik.

b. Kebanyakan sarjana tidak dapat berusaha mandiri akibat tidak memiliki modal, lahan, keahlian (skill) maupun kesempatan. Persoalan tersebut dimungkinkan terjadi karena tidak seimbangnya penawaran tenaga kerja dengan kebutuhan, baik karena sempitnya lapangan kerja ataupun tidak sesuainya keahlian yang ditawarkan oleh pencari kerja dengan keahlian yang diperlukan.Hal ini pada akhirnya dapat menimbulkan kecemasan pada mahasiswa.

b. Faktor Internal 1. Kepercayaan diri

Keberhasilan individu dimasa lalu khususnya dalam suatau pekerjaan akan dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri serta mengurangi rasa takut atau cemas, sementara kegagalan-kegagalan di waktu lalu membuat individu merasa lebih pesimis, tidak


(34)

percaya diri dan dapat meningkatkan rasa cemas dalam menghadapi persaingan dunia kerja (Browman dalam Yunita, 2013)

2. Konsep diri

Gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya secara menyeluruh yang diperoleh dari perasaan individu mengenai dirinya sendiri, keyakinan orang lain mengenai diri individu, serta gagasan-gagasan individu tentang pribadi yang diinginkan sehingga dapat mempengaruhi cara individu berprilaku (Astuti, 2013).

3. Kurangnya keahlian dan pengalaman dalam bidang pekerjaan Bila individu kurang memiliki keahlian dan pengalaman dalam bidang pekerjaan, maka individu akan mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan dunia kerja dan dapat menimbulkan kecemasan Browman (Yunita, 2013).

B. Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan

1. Pengertian Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan

Salah satu bentuk dari pendidikan non formal adalah pelatihan. Hilmaniar (2012) menjelaskan bahwa pelatihan merupakan prosedur sistematis dan terorganisasi, yang mempelajari tentang pengetahuan dan keterampilan teknis. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Puspita(2012) yang mengatakan bahwa pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan


(35)

keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang mengutamakan praktek dari pada teori. Hilmaniar (2012) menambahkan bahwa pelatihan merupakan upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan yang dilakukan oleh tenaga professional kepelatihan dalam suatau waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas.

Suryana (2006) mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko. Kewirausahaan merupakan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keutungan diri sendiri, menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien melalui keberanian mengambil resiko, kreatifitas, dan inovasi (Bayu & Suryana, 2010).

Departemen Perindustrian (2010), menyatakan bahwa pelatihan pengenalan kewirausahaan adalah pelatihan yang dilakukan untuk melatih individu agar memiliki kompetensi kewirausahaan, sehingga mampu bertindak mendirikan usaha yang layak dengan memanfaatkan peluang yang ada dan mampu menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain.Wartanto (2010) menambahkan bahwa pelatihan bukan sekedar memberikan keterampilan untuk mencari pekerjaan tetapi


(36)

diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini didukung oleh prorgam mengenai pelatihan kewirausahaan yang tertera pada implementasi amanat undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 5 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa ;

“Kursus dan pelatihan merupakan usahan yang diberikan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, dan usaha mandiri”

Manullang dalam (Hilmaniar, 2012) berpendapat bahwa dengan adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan akan memunculkan calon-calon pelaku wirausaha yang mempunyai keahlian, keterampilan dan dapat menggunakan pikiranya secara kritis.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelatihan pengenalan kewirausahaan adalah pelatihan yang dilakukan untuk melatih individu agar memiliki kompetensi kewirausahaan, sehingga mampu bertindak mendirikan usaha yang layak dengan memanfaatkan peluang yang ada dan mampu menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan

Menurut Adriany (2013), tujuan dari pelatihan pengenalan kewirausahaan adalah

a. Mendorong minat para mahasiswa terhadap kegiatan kewirausahaan


(37)

c. Melatih mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan dan membentuk keterampilan dalam berwirausaha, sehingga dapat memiliki sikap percaya diri dan jiwa kewirausahaan serta keterampilan yang berguna dalam mengurangi kekhawatiran para mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja

d. Melatih mahasiswa agar mampu mendirikan usaha dengan memanfaatkan peluang yang ada.

e. Menghasilkan wirausaha baru yang mampu menciptakan lapangan kerja.

Wartanto (2010) menambahkan bahwa terdapat beberapa manfaat dari adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan sebagai berikut :

a. Muncul para wirausahawan yang mampu menciptakan peluang kerja baru

b. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran

c. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan kemampuanya

d. Mampu meberdayakan potensi lokal, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

e. Menghasilkan produk barang atau jasa yang kreatif dan inovatif 3. Materi Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan

Menurut Wartanto (2010), materi pelatihan dirancang dalam 5 modul dengan rincian sebagai berikut ;


(38)

a. Membangun Jiwa Kewirausahaan

Peserta dibekali tentang berbagai trik, cara, strategi membangun jiwa kewirausahaan. Jiwa ini penting agar sebelum mereka terjun praktik di dunia bisnis, mereka telah memiliki sikap positif dan termotivasi untuk memilih karir sebagai wirausaha. Selain itu, peserta juga diajak mengenal etika bisnis, sehingga kelak jika ia menjadi wirausaha, mereka memegang teguh terhadap moralitas dan beretika dalam berbisnis.

b. Mengenal Konsep Dasar Kewirausahaan

Peserta dibekali tentang berbagai seluk beluk wirausaha. Apa, mengapa dan bagaimana berwirausaha merupakan konsep dasar yang harus difahamkan kepada peserta.

c. Manajemen Usaha Kecil

Peserta diperkenalkan tentang menejemen usaha kecil.Didalamnya dijelaskan tentang aspek pemasaran, aspek produksi, aspek permodalan dan keuangan, dan aspek sumberdaya manusia.

d. Legalitas Usaha

Peserta diperkenalkan bentuk-bentuk badan usaha formal maupun informal. Didalamnya juga dijelaskan tentang bagaimana prosedur dan legalitas mendirikan usaha kecil


(39)

e. Perencanaan Usaha

Peserta mulai diperkenalkan dan sekaligus dilatih untuk mengenal peluang usaha, bagaimana menemukannya, bagaimana memilihnya, dan bagaimana memulainya.Dari berbagai peluang yang ada, peserta di ajak untuk berlatih menyusun perencanaan usaha sesuai dengan minatnya masing-masing yang dipandang memiliki prospek yang sangat baik untuk dijadikan pilihan usaha. 4. Metode Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan

Metode pelatihan dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pelatihan (Riggio, 2003). Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan dalam pelatihan, antara lain :

a. Metode Seminar

Metode seminar adalah metode yang diselenggarakan di dalam kelas dengan pembicara yang memiliki banyak pengalaman dibidangnya. Metode seminar akan lebih efektif jika digabungkan dengan adanya diskusi untuk mendorong adanya pemblajaran yang efektif. Keberhasilan metode seminar didasarkan pada pembicara yang baik, pembicara yang tidak melakukan persiapan dan berbicara dengan monoton akan berpengaruh dalam proses pelatihan (Riggio, 2003). b. Intruksi Audiovisual

Metode audiovisual menggunakan film, langsung atau presentasi langsung dari web, video rekaman, dan tayangan televisi. Metode ini


(40)

adalah bentuk lain dari seminar. Meskipun awalanya membutuhkan banyak biaya, namun metode ini efektif dalam hal biaya dibandingkan dengan teknik seminar jika peserta pelatihan berjumlah banyak. Keefektifan metode ini bergantung pada alat pelatihan yang digunakan (Riggio, 2003).

c. Pelatihan Berdasarkan Perilaku Modeling

Subjek diberikan tayangan video atau model langsung yang menunjukan pekerjaan yang tepat atau tidak tepat yang akan menghasilkan produk atau hasil yang sukses. Peserta pelatihan kemudian dipersilahkan untuk mengulangi dan mempraktekan perilaku kerja yang baik (Riggio, 2003).

d. Intruksi Terprogram

Metode ini termasuk metode yang menggunkan kemampuan pribadi masing-masing individu. Peserta pelatihan dilengkapi dengan bahan materi yang harus dipelajari dan ada beberapa pertanyaan untuk menguji seberapa banyak yang telah dipelajari. Keuntungan menggunakan metode ini adalah pelatihan lebih efisien karena individu melakukanya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan langsung mendapatkan tanggapan. Jika jawaban benar akan meneruskan kepertanyaan selanjutnya, namun jika pertanyaan salah akan langsung di evaluasi (Riggio, 2003).


(41)

e. Metode Pelatihan didalam Kelas (Classroom Training)

Metode pelatihan didalam kelas adalah metode pelatihan yang mengajarkan keterampilan, konsep, dan prinsip-prinsip dalam kelompok pelatihan (Mustofa, 2011).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode pelatihan didalam kelas (Classroom Training). Jenis pelatihan ini merupakan metode yang cukup efektif dan berguna untuk mengajarkan keterampilan, konsep, dan prinsip-prinsip dalam kelompok pelatihan. Dalam pelatihan sejenis ini, setiap peserta dimungkinkan memperoleh banyak pengalaman di dalam kelas dan mengetahui bagaimana proses pelatihan dijalankan (Mustofa, 2011).

Menurut Mustofa (2011), terdapat sejumlah keuntungan dalam penggunaan metode jenis classroom training, di antaranya adalah :

a. Efektif untuk pengembangan keterampilan.

b. Membangun semangat dan persatuan antar individu atau kelompok.

c. Setting pelatihan kelas seperti ini memungkinkan untuk melatih peserta sekaligus sejumlah 50-60 orang.

d. Bersifat interaktif, karena peserta dapat saling belajar dengan yang lainya, sehingga mampu meningkatkan pelaksanaan pelatihan itu sendiri.


(42)

5. Dampak Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan

Pelatihan pengenalan kewirausahaan memberikan dampak positif terhadap pembentukan sikap kewirausahaan. Kemendiknas (2010) menyebutkan bahwa dampak pelatihan pengenalan kewirausahaan akan membentuk mahasiswa memiliki kemampuan untuk berani mengambil resiko dalam melaksanakan pekerjaan dan memiliki sikap tidak mudah tergantung dengan orang lain atau mandiri. Selain itu, mahasiswa juga akan memiliki sikap kepemimpinan yang berarti mempunyai sikap dan perilaku terbuka terhadap saran dan kritik, mudah beradaptasi, dan mampu bekerja keras (Kemendiknas, 2010).

Dampak pelatihan kewirausahaan selanjutnya adalah terjadi peningkatan minat mahasiswa terhadap kegiatan kewirausahaan. Mahasiswa akan memiliki motivasi dalam mengembangkan dirinya dalam berwirausaha sehingga mahasiswa mampu mengatasi kekhawatirannya dalam menghadapi dunia kerja dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mahasiswa dalam kegiatan kewirausahaan ( Mustofa & dkk, 2011).

Pelatihan pengenalan kewirausahaan juga berperan dalam pembentukan kemampuan soft-skill yang berarti mahasiswa mempunyai kemampuan interpersonal dengan orang lain atau kemampuan bekerja sama / team work sehingga akan memiliki kemampuan dalam mengakses informasi yang luas dan membentuk jaringan kerja sama yang kuat.


(43)

Mahasiswa juga akan mempunyai kemampuan hard-skill yang berarti mahasiswa akan miliki ketrampilan dalam menguasai ilmu pengetahuan maupun teknologi dalam bidangnya sehingga mahasiswa mempunyai bekal yang cukup dalam menghadapi dunia kerja ( Mustofa & dkk, 2011).

Menurut paparan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak positif dari pelatihan pengenalan kewirausahaan adalah terjadinya proses pembentukan kemampuan untuk berani mengambil resiko dalam melaksanakan pekerjaan, memiliki sikap yang tidak mudah tergantung dengan orang lain atau mandiri, memiliki motivasi dalam mengembangkan dirinya dalam berwirausaha, dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mahasiswa dalam kegiatan kewirausahaan baik ketrampilan

softskill maupun hardskill, sehingga terbentuk sikap dan perilaku percaya diri pada mahasiswa, yang bertujuan untuk membentuk kesadaran atau pengenalan diri mengenai seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi dunia kerja (Dermol, 2014).

C. Dinamika Pengaruh Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Dalam Menghadapi Dunia Kerja

Pelatihan pengenalan kewirausahaan merupakan bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kewirausahaan sehingga individu mampu bertindak mendirikan usaha yang layak dengan memanfaatkan peluang yang ada dan mampu menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain (Departemen Perindustrian, 2010). Pelatihan


(44)

pengenalan kewirausahaan tersebut dapat memunculkan calon-calon pelaku wirausaha yang mempunyai keahlian, keterampilan dan dapat menggunakan pikiranya secara kritis, kreatif dan inovatif (Hilmaniar, 2012). Pelatihan pengenalan kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dari perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang kerja dengan berbagai resiko yang akan dihadapinya (Suryana, 2006).

Adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan keterampilan dan mental mahasiswa (Mustofa&dkk, 2011). Mahasiswa yang mendapatkan pelatihan pengenalan kewirausahaan dapat meningkatkan minat dan motivasi serta menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa untuk dapat berwirausaha (Mustofa&dkk, 2011). Mahasiswa juga akan memiliki sikap tidak mudah tergantung dengan orang lain atau mempunyai sikap mandiri sehingga mahasiswa berani mengambil resiko dalam melaksanakan pekerjaan (Kemendiknas, 2010). Selain itu, pelatihan pengenalan kewirausahaan dapat juga meningkatkan kemampuan dan kreatifitas individu dalam berwirausaha, sehingga mahasiswa memiliki sikap percaya diri dan optimis dalam menghadapi dunia kerja tanpa harus merasa cemas (Dermol, 2014). Maka dari itu, mahasiswa yang mendapat pelatihan pengenalan kewirausahaan akan sanggup menyelesaikan masalah atau konflik mengenai sempitnya lapangan pekerjaan sehingga tetap memiliki kesempatan untuk berkarier.

Kecemasan dalam menghadapi dunia kerja dapat diartikan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan mengenai dunia kerja, karena adanya


(45)

ketidakpastian mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sehingga menimbulkan kekhawatiran pada individu (Nugrahaningtyas, 2012). Kecemasan menghadapi dunia kerja dapat disebabkan karena kurangnya keyakinan terhadap diri sendiri mengenai masa depannya, yang berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap kemampuan dan keahlian dalam menghadapi sutau tugas atau masalah tertentu (Baron & Byrne, 2005). Tidak hanya itu saja, kecemasan juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya terbatasnya atau sedikitnya lapangan pekerjaan, banyaknya angka pengangguran serta kurangnya pengalaman dan keterampilan kerja yang dimiliki (Dinata, 2012). Namun selain masalah tentang lapangan pekerjaan, faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja adalah kepercayaan diri. Mahasiswa yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, akan mempunyai kesadaran mengenai seberapa besar kemampuanya dalam menghadapi dunia kerja. Sedangkan seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah akan memenuhi tantangan hidup dengan kecemasan yang jauh lebih besar dari pada orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Fadilah, 2010).

Dengan kata lain, ketika seseorang sudah mendapatkan pelatihan pengenalan kewirausahaan maka tingkat kecemasan menghadapi dunia kerja akan menurun yang berarti seorang mahasiswa akan merasa percaya diri, sanggup untuk menyelesaikan masalah atau konflik dan memiliki motivasi. Mahasiswa juga tidak akan merasa cemas lagi mengenai banyaknya pengangguran, peluang kerja yang terlalu sempit, karena ketika seseorang


(46)

sudah mendapatkan pelatihan pengenalan kewirausahan tersebut maka mereka akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan memiliki bekal keterampilan (Wartanto, 2010).


(47)

D. Skema

PELATIHAN PENGENALAN KEWIRAUSAHAAN

1. Peningkatan minat dan motivasi mahasiswa dalam berwirausaha saat menghadapi dunia kerja

2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa 3. Peningkatan kepercayaan diri

4. Membentuk kemandirian mahasiswa 5. Berani mengambil keputusan

6. Membentuk sikap kepemimpinan

MANFAAT TUJUAAN

1. Muncul para wirausahawan yang mampu menciptakan peluang-peluang kerja baru

2. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran

3. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial dengan kemapuanya

4. Mampu memberdayakan potensi lokal, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat

5. Menghasilkan produk barang atau jasa yang kreatif dan inovatif

1. Mendorong minat para mahasiswa terhadap kegiatan kewirausahaan 2. Menyiapkan mahasiswa agar

memiliki potensi sebagai wirausaha 3. Melatih mahasiswa dalam

meningkatkan jiwa, sikap,

pengetahuan, dan keterampilan agar memiliki jiwa kewirausahaan 4. Melatih mahasiswa agar mampu

mendirikan usaha dengan memanfaatkan peluang yang ada 5. Menghasilkan wirausaha baru yang

mampu menciptakan lapangan kerja

DAMPAK DARI PELATIHAN PENGENALAN KEWIRAUSAHAAN KECEMASAN MENURUN


(48)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh dari pelatihan pengenalan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja antara sebelum dan sesudah pelatihan. Tingkat kecemasan menurun setelah diberikan pelatihan.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan (Sugiyono, 2012). Penelitian ini menggunakan desain penelitian One Group Pretest Posttest Design karena hanya menggunakan satu kelompok saja, dan pengaruh perlakuan diputuskan berdasarkan perbedaan antara pretest dengan posttest, tanpa ada pembanding dengan kelompok control (Noor, 2011). Dengan kata lain, sebelum subjek diberikan perlakuan, terlebih dahulu subjek diberi pretest, yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian tritmen

(pelatihan), dan diakhir pelatihan, subjek penelitian diberi posttest.

Pada desain ini, tanda (X) sebagai variabel bebas yang dimanipulasi, O1 sebagai tanda pretest yaitu variabel tergantung sebelum diberi perlakuan, dan O2 sebagai tanda posttest yaitu variabel tergantung setelah diberi perlakuan (Noor, 2011).

B. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang variansinya mempengaruhi variabel yang lain (Azwar, 1998).Varibel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian pelatihan pengenalan kewirausahaan.


(50)

2. Variabel Tergantung

Variable tergantung adalah variabel yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Azwar, 1998) .Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kecemasan dalam menghadapi dunia kerja.

C. Defini Operasional

Definisi operasional adalah batasan dari variabel-variabel penelitian yang secara nyata berhubungan dengan realitas yang akan diukur dan merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diamati. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pelatihan pengenalan kewirausahaan

Pelatihan pengenalan kewirausahaan merupakan pelatihan yang dilakukan untuk melatih mahasiswa agar memiliki kompetensi kewirausahaan, sehingga mampu bertindak mendirikan usaha yang layak dengan memanfaatkan peluang yang ada dan mampu menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Pelatihan pengenalan kewirausahaan dilakukan menggunakan metode pelatihan didalam kelas (Classroom Training) dengan memberikan beberapa materi seperti, membangun jiwa kewirausahaan, mengenal konsep dasar kewirausahaan, menejemen usaha kecil, legalitas usaha, dan perencanaan usaha.

2. Kecemasan menghadapi dunia kerja

Kecemasan dalam dunia kerja adalah keadaan emosional mahasiswa seperti merasa tertekan, ketakutan, khawatir, serta terganggunya


(51)

respon-respon fisiologis dan perilaku menghindari segala hal yang berkaitan dengan dunia kerja. Kecemasan dalam menghadapi dunia kerja diukur menggunakan skala yang dikembangkan oleh peneliti sendiri melalui 4 ciri-ciri kecemasan yang terdiri dari reaksi fisik, pemikiran, perilaku, dan suasana hati. Subjek yang mendapatkan skor tinggi, maka dapat dikatakan bahwa subjek memiliki kecemasan yang tinggi, namun subjek yang mendapatkan skor rendah, maka dapat dikatakan tingkat kecemasan subjek menurun atau rendah dalam menghadapi dunia kerja.

D. Subyek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjek yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Mahasiswa yang sudah memasuki semester ke VII pada saat pengambilan data penelitian ini

2. Mahasiswa yang belum pernah mendapatkan pendidikan atau pelatihan pengenalan kewirausahaan.

Pemilihan subjek dilakukan menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu Purposive sampling.Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat oleh peneliti (Purwanto&Sulistyastuti, 2011). Dalam hal ini kriteria sampel penelitian yang ditetapkan oleh peneliti yaitu peneliti memilih mahasiswa semester 7 sampai semester 11 dari berbagai jurusan, dan yang belum mendapatkan pelatihan pengenalan kewirausahaan.Tujuannya adalah supaya peneliti dapat melihat pengaruh pelatihan pengenalan kewirausahaan


(52)

terhadap tingkat kecemasan mahasiswa akhir ketika diberikan pretest dan posttest yang mengukur tingkat kecemasan mahasiswa menghadapi dunia kerja.

E. Prosedur Penelitian Eksperimen

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest Posttest Design. Dalam desain ini, pengaruh perlakuan diputuskan berdasarkan perbedaan antara pretest dengan posttest, tanpa ada pembanding dengan kelompok kontrol (Noor, 2011). Dengan kata lain, sebelum subjek diberikan perlakuan, terlebih dahulu subjek diberi pretest, yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan (pelatihan), dan diakhir pelatihan subjek penelitian diberi posttest. Desain ini digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui pengaruh pelatihan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.

Berikut tabel tentang desain penelitian One Group pretest posttest design : Tabel 1.

Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design Pretest Treatment Postest O1 X O2

Keterangan :

O1 : tes awal (pretes) sebelum perlakuan diberikan O2 : tes akhir (postes) setelah perlakuan diberikan X : perlakuan terhadap kelompok eksperimen


(53)

Pada penelitian ini, sebelum subjek diberikan pelatihan, subjek diberikan tes awal (pretest) terlebih dahulu sebelum mengikuti pelatihan. Tes awal ini diberikan seminggu sebelum pelatihan dimulai. Setelah itu, subjek dalam penelitian ini diberikan perlakuan berupa pelatihan pengenalan kewirausahaan yang digabung menjadi satu kelompok. Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi 2 sesi yang dilakukan dalam waktu 2 hari. Hari 1diberikan waktu selama 120 menit, dan dihari 2 diberi waktu selama 90. Sesi pertama diawali dengan pembukaan yang bertujuan untuk menjalin rapport dan menciptakan suasana yang akrab dan nyaman melalui perkenalan fasilitator, pembicara, serta peserta pelatihan kewirausahaan. Selanjutnya dilanjutkan dengan memberikan penjelasan materi mengenai bagaimana cara membangun jiwa kewirausahaan, mengenal konsep dasar kewirausahaan, cara manajemen usaha kecil dan diselingi dengan pemutaran tayangan atau slide mengenai materi yang didiskusikan guna menambah daya tarik dan meningkatkan motivasi bagi para peserta pelatihan. Setelah sesi pertama berakhir, peserta diberikan snack dan dipersilahkan untuk pulang.

Pada hari kedua, peserta kembali diminta untuk masuk ke dalam ruangan dan eksperimenter melakukan pembukaan yang bertujuan untuk kembali rapport dan menciptakan suasana yang akrab dan nyaman. Setelah itu eksperimenter memberikan waktu dan tempat kepada narasumber untuk melanjutkan menjelaskan materi mengenai legalitas usaha dan perencanaan usaha. Kemudian setelah sesi kedua berakhir, peserta diberikan post-test. Setelah selesai mengisi post-test, peserta diberikan reward berupa sertifikat dan cindramata yang sudah disiapkan oleh peneliti


(54)

Pelaksanaan eksperimen ini memerlukan konsentrasi dan kenyamanan yang cukup, maka eksperimen diadakan dalam ruangan tertutup. Ruangan yang digunakan adalah Ruang 2K.24 Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Ruangan di buat menjadi terang, dan sejuk, hal tersebut dilakukan untuk membuat subjek menjadi fokus dan nyaman saat mengikuti pelatihan.

Dalam pelaksanaan eksperimen ini peneliti dibantu oleh satu eksperimenter dan dua narasumber (trainer) yang akan memberikan pelatihan kewirausahaan. Sebelum pelaksanaan eksperimen, peneliti, eksperimenter dan narasumber (trainer) melakukan briefing untuk memberikan info pembagian tugas.

Proses sebelum pelaksanaan eksperimen :

1. Membuat kesepakatan mengenai jadwal pelaksanaan pelatihan kewirausahaan dengan subjek penelitian

2. Subjek penelitian diminta untuk mengisi informed concent atau surat kesedian menjadi partisipan dalam penelitian ini

3. Peneliti memberikan pre-test kepada subjek sebelum pelaksaan eksperimen dimulai

Proses Pelaksanaan Eksperimen : Hari 1

1. Peneliti mengecek kembali kondisi ruangan dan alat-alat yang diperlukan. Sedangkan subjek yang sudah hadir diminta untuk menunggu subjek lain yang belum hadir di ruang tunggu yang sudah disediakan oleh peneliti.


(55)

2. Setelah seluruh subjek hadir, subjek diminta masuk ke dalam ruangan, dan langsung meminta subjek untuk duduk ditempat yang sudah disediakan oleh peneliti.

3. Eksperimenter kemudian membuka sesi pertama dengan pembukaan yang bertujuan untuk menjalin rapport dan menciptakan suasana yang akrab dan nyaman melalui perkenalan

trainer, serta peserta pelatihan pengenalan kewirausahaan. Setelah itu, eksperimenter mempersilahkan trainer untuk mulai memberikan pelatihan kewirausahaan, dengan waktu kurang lebih 90 - 120 menit. Trainer yang memberikan materi di sesi pertama adalah Ibu Diah. Materi yang diberikan disesi pertama adalah bagaimana membangun jiwa kewirausahaan dan mengenal konsep dasar kewirausahaan. Kemudian di sesi kedua, dilanjutkan oleh ibu Suwarni yang memberikan materi tentang manajemen usaha kecil. 4. Setelah selesai di sesi pertama, eksperimenter kembali mengambil

alih di depan dengan mempersilahkan para peserta atau subjek pelatihan untuk mengambil snack yang sudah disediakan oleh peneliti.

Hari 2

1. Hari kedua, eksperimenter kembali melakukan raport kepada peserta untuk menanyakan kesiapan para subjek dalam mengikuti pelatihan di hari kedua. Setelah itu, eksperimenter kembali mempersilahkan ibu Diah untuk kedepan dan melanjutkan


(56)

pelatihan. Dalam sesi ketiga materi yang diberikan pada subjek adalah tentang perencanaan usaha, kemudian di lanjutkan oleh ibu Suwarni, dimana beliau menjelaskan mengenai legalitas usaha. Waktu yang diberikan disesi kedua kurang lebih 60-90 menit. 2. Setelah selesai pemberian materi disesi ketiga, ibu diah juga

memberikan cuplikan slide atau video untuk mengakhiri pelatihan pengenalan kewirausahaan. Kemudian ibu Diah (trainer) kembali memberikan waktu dan tempat kepada eksperimenter. Eksperimenter mengucapkan terimakasih kepada para trainer yang sudah bersedia memberikan pelatihan dan juga pada subjek penelitian yang sudah bersedia untuk hadir mengikuti pelatihan pengenalan kewirausahaan.

3. Sebelum subjek pulang, eksperimenter meminta subjek untuk melakukan post-test dengan mengisi skala kecemasan setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan. Setelah itu eksperimenter memberikan reward berupa sertifikat dan cindra mata yang sudah disiapkan oleh peneliti.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan skala kepada subjek. Penyeberan skala dilakukan sebelum diberikan pelatihan dan sesudah pemberian pelatihan pengenalan kewirausahaan. Skala dalam penelitian ini berisi skala tentang variabel yang akan diteliti. Skala yang digunakan dalam penelitian ini


(57)

merupakan skala yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan landasan teori yang ada, yaitu skala kecemasan dalam menghadapi dunia kerja.

Metode penskalaan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert merupakan skala yang berisi tentang pernyataan-pernyataan dimana subjek diminta untuk mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap dari masing-masing pernyataan (Noor, 2011). Dalam skala ini peneliti memberikan empat pilihan jawaban yang terdiri dari empat respon tanpa menggunakan jawaban ragu-ragu atau netral. Hal tersebut dilakukan oleh peneliti dengan alasan bahwa dengan adanya jawaban ragu-ragu atau netral dimungkinkan memiliki arti ganda, yakni subjek belum bisa menjawab pernyataan dalam item atau memberikan jawaban netral. Alasan lainya, yakni karena adanya jawaban ragu-ragu dapat menimbulkan kecenderungan subjek untuk menjawab di tengah (central tendency effect) terutama bagi subjek yang tidak yakin dengan jawaban pasti (Supratiknya, 2014).

Skala kecemasan dalam dunia kerja terdiri dari empat ciri-ciri kecemasan yaitu reaksi fisik, pemikiran, perilaku, dan suasana hati. Skala ini berjumlah 40 item yang dibagi dalam 20 item favorable dan 20 item Unfavorable. Item favorable bila pernyataan mendukung adanya kecemasan dalam menghadapi dunia kerja, sebaliknya item unfavorable bila pernyataannya tidak mendukung adanya kecemasan dalam menghadapi dunia kerja.. Berikut adalah gambaran skala yang digunakan dalam penelitian ini :


(58)

Skala kecemasan dalam dunia kerja :

Tabel 2.Sebaram Item Skala Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja

No. Ciri-ciri Favorable Unvaforable Jumlah 1. Reaksi Fisik 2, 13, 31, 19, 25 15, 23, 35, 1, 20 10

2. Pemikiran 3, 14, 21, 33, 11 18, 6, 26, 36, 32 10 3. Perilaku 16, 39, 22, 34,

37

4, 7, 29, 12, 9 10

4. Suasana Hati 5, 17, 27, 30, 8 28, 38, 24, 10, 40

10

Total 20 20 40

Skala kecemasan dalam menghadapi dunia kerja mempunyai empat alternatif jawaban, yakni Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Penilaian pada skala kecemasan dalam menghadapi dunia kerja ini bergerak dari empat sampai dengan satu untuk item favorable dan dari satu ke empat untuk item unfavorable. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan pada tabel penilaian sebagai berikut :

Tabel 3.Skor Item Skala Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja Jawaban Favorabel Unfavorabel

SS (Sangat Setuju) 4 1

S (Setuju) 3 2

TS (Tidak Setuju) 2 3


(59)

G. Uji Validitas, Seleksi Aitem, dan Reabilitas 1. Validitas alat ukur

Validitas memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 2011). Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya, yakni memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan dalam penelitian yang di lakukan.

Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan validitas isi.Validitas isi adalah validitas yang di estimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisa rasional atau lewat

professional judgement (Azwar, 2011). Ananlisa rasional dalam penelitian ini dilakukan dengan meminta pendapat profesional ahli (professional judgement), professional ahli dalam hal penelitian ini adalah dosen pembimbing skripsi yang melihat sejauh mana alat ukur sesuai dengan indikator-indikator variabel skala pengukuran. Selain itu peneliti melibatkan Ibu/Dosen Dra.Diah Utari, BR., M.Si.selaku Ketua P3KWU Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. P3KWU adalah suatu pusat pelayanan pelatihan kewirausahaan, sehingga saya meminta dan memilih ibu Diah karena beliau berkompeten untuk memberikan pelatihan pengenalan kewirausahaan atau sebagai trainer. Selain itu, peneliti juga meminta bantuan kepada Ibu Dra. MG Suwarni, M.Si. selaku Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma sebagai profesional trainer, yang bertugas untuk membantu ibu


(60)

Diah dalam menyampaikan materi pelatihan pengenalan kewirausahaan. Beliau dilibatkan karena beliau berkompeten dan memahami tentang manajemen usaha kecil, legalitas usaha, dan kewirausahaan, sehingga beliau dilibatkan dalam penelitian ini.

Modul yang digunakan dalam pelatihan ini, disusun oleh kedua

profesional trainer berdasarkan materi yang diberikan oleh peneliti. Isi modul yang sudah disusun oleh kedua trainer adalah yang pertama tentang mengenal konsep dasar kewirausahaan dimana dijelaskan tentang definisi kewirausahaan, tujuan kewirausahaan, keuntungan menjadi wirausaha, pengertian, dan pandangan tentang wirausaha, dan 11 tips praktis memulai usaha. Modul yang kedua mejelaskan tentang, membangun jiwa kewirausahaan dimana dijelaskan tentang karakteristik usaha mikro dan kecil, seorang wirausaha, entrepreneurial mindset, pilihan-pilihan

entrepreunership, dan tips praktis. Modul yang ketiga menjelaskan tentang manajemen usaha kecil dan menengah, kemudian modul yang keempat tentang rencana bisnis, dan legalisasi UMKM.

3. Seleksi Aitem.

Seleksi item dilakukan bertujuan untuk memilih item-item yang yang selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes yang dikehendaki (Azwar, 2013). Seleksi item dilakukan berdasarkan daya diskriminasi item yang menghasilkan korelasi item total (rix) (Supratiknya, 2014).

Pemilihan item berdasarkan korelasi item-total memiliki batasan


(61)

0,3 item dapat dikatakan memuaskan. Namun sebaliknya, jika item yang memiliki koefisien korelasi item-total kurang dari 0,3 merupakan item yang berdaya diskriminasi rendah. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan nilai rix 0,3 dan taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukan bahwa item yang digunakan memiliki skor koefisien korelasi item-total ≥

0,30 pada taraf signifikasi 0,05. Pengujian ini menggunakan program spss 20 for windows.

Seleksi item dilakukan setelah item diuji dengan validitas isi melalui (professional judgment) dan telah dilakukan try-out. Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan secara online dan menyebarkan skala, didapatkan responden sebanyak 126 orang. Data hasil uji coba tersebut kemudian dianalisa untuk melihat reliabilitas masing-masing item dengan bantuan program spss for window 20.

Berdasarkan pengujian data skala kecemasan menghadapi dunia kerja menunjukan bahwa terdapat 34 item yang memiliki rix ≥ 0,30 sedangkan 6 item memiliki nilai rix ≤ 0,30 adalah item no 1,2 ciri-ciri reaksi fisik, item no 4,7,9,12 ciri-ciri perilaku, dan item 40 ciri-ciri suasana hati. Untuk menjaga komposisi item dari setiap aspek, peneliti sengaja menggugurkan item dengan rix terkecil dari setiap aspek, sehingga setiap masing-masing aspek terdapat 4 item yang digugurkan, yaitu pada ciri-ciri reaksi fisik, item yang digugurkan terdapat pada no 35, 23, pada ciri-ciri suasana hati item yang digugurkan no 8, 10, 3, dan ciri ciri pemikiran, item yang digugurkan adalah no 6, 14, 18, dan 26. Jadi jumlah skala


(62)

kecemasan menghadapi dunia kerja yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 item.

Tabel 4. Seleksi Item Skala Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja SetelahTry-Out

No. Ciri-ciri Favorable Unvaforable Jumlah 1. Reaksi Fisik 4, 8, 13, 18 5, 9 6

2. Pemikiran 1, 3, 10, 20 19, 22 6 3. Perilaku 6, 11, 21, 23,

24

16 6

4. Suasana Hati 2, 7, 14, 17 12, 15 6

Total 17 7 24

4. Reliabilitas alat ukur

Reliabilitas adalah sejauh mana alat ukur dapat dipercaya. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi tingkat kepercayaan terhadap hasil ukur suatu alat tes (Azwar, 2011). Pengukuran yang reliabel akan bersifat konsistensi dari waktu ke waktu. Reliabilitas skala dalam penelitian ini dinyatakan oleh koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas muncul pada rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin mendekati 1,00 menunjukan semakin tinggi reliabilitas skala alat ukur tersebut. (Supraktiknya, 2014).

Kriteria pemilihan item didasarkan pada nilai koefisien korelasi item total dengan batasan nilai ≥ 0,30. Hal ini menunjukan bahwa item tersebut memiliki daya diskriminasi yang memuaskan (Azwar,2011 ). Jika ditemukan item memiliki nilai koefisien korelasi item total ≤ 0,30 maka


(63)

item tersebut dinyatakan tidak memiliki daya beda yang tingi dan dianggap gugur.

Reabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian Alfa Cronbach. Reabilitas penelitian ini akan dihitung dengan menggunakan SPSS 16 for windows untuk menunjukan seberapa baiknya item-item dalam suatu kumpulan pernyataan secara positif berkorelasi satu dengan yang lainya (Noor, 2011).

Skala kecemasan menghadapi dunia kerja diuji dengan mengunakan teknik Alfa Cronbach diperoleh hasil (α) = 0, 928 setelah melewati seleksi

item. Artinya skala tersebut menghasilkan skor yang dapat dipercaya.Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Koefisien Korelasi Item Jumlah

Item

Koefisien Korelasi Aitem

Alpha

Hasil Uji Coba 40 -0,31 – 0,695 0,916 Hasil setelah

digugurkan

24 0,364 – 0, 712 0,928

H. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Shapiro Wilk. Metode

Shapiro Wilk adalah metode uji normalitas untuk sampel yang berjumlah kecil ( >50) (Ashish & Srivastava, 1990). Shapiro Wilk digunakan dalam metode ini karena jumlah subjek dalam penelitian ini hanya 30 subjek. Normalitas data


(64)

dari subjek penelitian diuji dengan menggunakan SPSS 20for windows. Suatu alat ukur dapat dikatakan normal apabila p> 0.05 (Noor, 2011).

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Paired sample t-test

dengan menggunakan SPSS20 for windows. Paired sample t-test adalah uji perbedaan dua kali pengukuran yang tergolong tergolong statistik parametrik atau untuk data yang terdistribusi normal (Natanael&Sufren, 2014). Apabila data tergolong non parametrik dan data tidak terdistribusi dengan normal, maka uji beda yang digunakan yaitu Wilcoxon dengan bantuan program perhitungan SPSS. Wilcoxon adalah uji perbedaan dua kali pengukuran untuk statistic non-parametrik atau untuk data yang tidak terdistribusi dengan normal (Natanael&Sufren, 2014).


(65)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampus Fakultas Ekonomi Ruang 2K.24 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek penelitian adalah mahasiswa dari semester 7 sampai 11 dari berbagai jurusan dan yang belum pernah mengikuti pelatihan kewirausahaan.

Pada tahap awal sebelum penelitian, subjek yang sudah bersedia mengikuti pelatihan dan mengisi informed consent, diminta terlebih dahulu mengisi skala untuk pretestnya. Hal ini berlangsung dari tanggal 31 sampai tanggal 5 November 2016 sebelum pelatihan dimulai. Skala yang terkumpul berjumlah 30 skala.

Pemberian pelatihan pengenalan kewirausahaan dilakukan selama dua hari, yaitu hari Rabu, 09 November 2016 dan hari Kamis, 10 November 2016 di ruang 2K.24 pada pukul 18.00 sampai 20.00 WIB. Subjek diberikan materi pelatihan mengenai membangun jiwa kewirausahaan, mengenal konsep dasar kewirausahaan, dan manajemen usaha kecil, kemudian dilanjutkan di hari kedua subjek diberikan materi tentang legalitas usaha, dan perencanaan usaha.

Metode yang dilakukan dalam pelatihan ini, ceramah, studi kasus, dan diskusi. Seluruh materi pelatihan disusun dalam sebuah modul yang berisi tentang mengenal konsep dasar kewirausahaan, pandangan tentang wirausaha, tips praktis memulai usaha, manajemen usaha kecil dan menengah, rencana bisnis, analisi persaingan, rencana desain dan pengembangan, dan legalitas UMKM. Modul ini


(66)

kemudian diberikan kepada peserta pelatihan untuk mempermudah peserta dalam memahami materi.

Peneliti melibatkan Ibu/Dosen Dra.Diah Utari, BR., M.Si.selaku Ketua P3KWU (Pusat Pelayanan Pelatihan Kewirausahaan) Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan Ibu Dra. MG Suwarni, M.Si selaku Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma sebagai trainer, yang bertugas untuk menyampaikan materi pelatihan kewirausahaan. Selain itu peneliti juga melibatkan Putu Arinda Sulistyawati yang merupakan mahasiswa Psikologi Sanata Dharma angkatan 2011 sebagai Eksperimenter. Setelah pelatihan berakhir, subjek langsung diberikan lembar evalusi pelatihan yang berisikan tentang penilaian terhadap waktu dan tempat pelaksanaan, kosumsi, materi, interaksi trainer dengan subjek, dan metode yang digunakan. Evaluasi ini perlu dilakukan untuk tambahan data pendukung yang dapat digunakan dalam bab pembahasan.

Pada tanggal 10 November 2016 selesai pelatihan di hari kedua, peneliti melakukan penelitian tahap posttest. Pada tahap posttest ini peneliti membagikan kembali skala Kecemasan Menghadapi Dunia kerja. Sama seperti tahap pretest, skala yang terkumpul adalah 30 skala sesuia dengan jumlah subjek penelitian. Selain itu peneliti juga memberikan subjek penelitian lembaran berbentuk kuisioner untuk evaluasi dari pelatihan kewirausahaan yang sudah berlangsung. B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 7 sampai semester 11. Total subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 0rang yang


(67)

terdiri dari semester 7 berjumlah 10 orang, semester 9 berjumlah 9 orang, dan semester 11 berjumlah 11 orang. Penjabaran lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Jumlah Subjek Penelitian

Semester

Kategori

Semester 7 9 11 Total

Jumlah 10 9 11 30

C. Deskripsi Data Penelitian

Peneliti melakukan pengukuran untuk mengetahui perubahan perilaku sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok eksperimen (N=30). Deskripsi data dilakukan untuk mecari mean empiris dan mean teoritis. Perhitungan mean teoritis dilakukan dengan cara perhitungan secara manual yang bertujuan untuk mendapatkan hasil rata-rata skor alat ukur penelitian. Sedangkan, perhitungan mean empiris dilakukan dengan cara menggunakan bantuan program SPSS for windows. Selain itu, deskripsi data pada penelitian ini juga menggunakan uji one-sample t-test yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dengan mean empiris. Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil perhitungan mean teoritik kecemasan menghadapi dunia kerja sebagai berikut :


(68)

Jumlah item : 24

Nilai minimum : 24 x 1 = 24 Nilai maksimum : 24 x 4 = 96 Rentang nilai : 24 – 96 Jarak : 96 – 24 = 72

Mean teoritik : (min + maks) / 2 = (24 + 96)/2 = 60

Tabel 7. Data Teoritik dan Data Empiris Variabel Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja

Kelompok

Eksperimen N SD

Min. Teoritik Min. Empiris Max. Teoritik Max. Empiris Mean Teoritik Mean Empiris

Pretest 30 9,089 24 46 96 82 60 63,13

Postest 30 5,590 24 38 96 59 60 45,83

Tabel 8. Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empiris Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja (Pretest)

One-Sample Test Test Value = 60

95% Confidence Internal of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper 1.888 29 .069 3.133 -.26 6.53

Pada tabel 8 dapat dilihat hasil uji t pada skala kecemasan menghadapi dunia kerja pretest menunjukan nilai signifikan 0,069. Pada tabel 7 menunjukan bahwa mean teoritik kecemasan menghadapi dunia kerja sebesar 60, sedangkan mean empiris dari kecemasan menghadapi dunia kerja pada pretest sebesar 63,13 dengan SD sebesar 9,089. Melihat nilai mean teoritik lebih kecil dibandingkan mean empiris maka dapat disimpulkan bahwa hasil subjek saat pretest cenderung


(69)

memiliki tingkat kecemasan menghadapi dunia kerja yang tergolong tidak terlalu tinggi.

Tabel 9. Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja (Postest)

One-Sample Test Test Value = 60

95% Confidence Internal of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper -13.881 29 0.000 -14.167 -16.25 -12.08

Pada tabel 9 dapat dilihat juga hasil uji t pada skala kecemasan menghadapi dunia kerja postest menunjukan nilai signifikan 0,000 yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris dari kecemasan menghadapi dunia kerja saat posttest. Pada tabel 7 menunjukan bahwa mean teoritik kecemasan menghadapi dunia kerja adalah 60, sedangkan mean empiris pada saat postest sebesar 45,83 dengan SD 5,590. Melihat mean empiris lebih kecil dibandingkan dengan mean teoritik maka dapat disimpulkan bahwa hasil subjek saat postest memiliki tingkat kecemasan menghadapi dunia kerja yang rendah.

D. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran item pada skala kecemasan menghadapai dunia kerja menunjukan sebaran yang normal. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis menggunakan Shapiro-Wilk dengan nilai signifikansi variable p ≥ 0,05


(70)

menggunakan SPSS 20 For Windows, diperoleh nilai p = 0,812 pada pre-test, dan nilai p = 0,303 pada post-test.

Tabel 10. Uji Normalitas pada skala Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja

2. Hasil Uji Hipotesis

Uji analisa data menggunakan Paired Sample t-test diperoleh nilai t sebesar 7,512 dengan nilai p = 0,000 (p ≤ 0,05). Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor skala kecemasan menghadapi dunia kerja subjek sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.

Tabel 11. Uji Hipotesis Menggunakan Paired Sample t-test

Paired Samples Test

Kelompok N Mean SD t hitung df Sig (2-tailed) Eskperimen 30 17.300 12,614 7,512 29 0,000

Setelah melalui uji hipotesis, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dari pelatihan pengenalan kewirausahaan terhadap menurunnya kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statisti

c

df Sig. Statistic Df Sig. Pretest .075 30 .200* .979 30 .812 Postest .089 30 .200* .960 30 .303 a. Lilliefors Significance Correction


(71)

E. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan pengenalan kewirausahaan dapat menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja. Berdasarkan hasil analisa, terdapat perbedaan yang signifikan antara skor skala kecemasan menghadapi dunia kerja subjek sebelum (X= 63,13) dan sesudah mengikuti pelatihan (X= 45,83) dengan nilai(p = 0,000 ≤

0,05), yang artinya ada pengaruh pelatihan pengenalan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.

Kecemasan mahasiswa menghadapi dunia kerja pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya terbatasnya atau sedikitnya lapangan pekerjaan, banyaknya angka pengangguran serta kurangnya pengalaman dan keterampilan kerja yang dimiliki (Dinata, 2012). Namun selain masalah tentang lapangan pekerjaan, faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja adalah kepercayaan diri. Mahasiswa yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, akan mempunyai kesadaran mengenai seberapa besar kemampuanya dalam menghadapi dunia kerja. Sedangkan seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah akan memenuhi tantangan hidup dengan kecemasan yang jauh lebih besar dari pada orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Fadilah, 2010).

Kecemasan menghadapi dunia kerja memiliki dampak pada mahasiwa yaitu timbulnya rasa kurang percaya diri, merasa rendah diri, serta tidak sanggup untuk menyelesaikan masalah dan apabila seseorang individu menghadapi suatu masalah atau situasi konflik dia akan meragukan kemampuan dirinya dalam


(1)

79

A.

Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empiris Kecemasan Menghadapi Dunia

Kerja (

Pretest

)

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean pretest 30 63.13 9.089 1.659

B.

Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empiris Kecemasan Menghadapi Dunia

Kerja (

Postest

)

One-Sample Test

Test Value = 60 t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper pretest 1.888 29 .069 3.133 -.26 6.53

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean postest 30 45.83 5.590 1.021

One-Sample Test

Test Value = 60 t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper postest -13.881 29 .000 -14.167 -16.25 -12.08


(2)

80

LAMPIRAN 5


(3)

81

A.

Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest .075 30 .200* .979 30 .812 Postest .089 30 .200* .960 30 .303 *. This is a lower bound of the true significance.


(4)

A.

Uji Hipotesis

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (1-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pair 1 Pretest - Posttest 17.300 12.614 2.303 12.590 22.010 7.512 29 .000

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1

Pretest 63.13 30 9.089 1.659 Posttest 45.83 30 5.590 1.021


(5)

83

LAMPIRAN 6


(6)

EVALUASI PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

Nama

:

Kuisioner ini dipergunakan untuk evaluasi dari pelatihan yang telah di selenggarakan. Adapun

makna masing-masing skor adalah sebagai berikut :

1 : Sangat Buruk

2 : Buruk

3: Cukup

4 : Baik

No.

Penyelenggaraan Pelatihan

1

2

3

4

1.

Waktu pelaksanaan

2.

Tempat atau ruang pelatihan

3.

Fasilitas yang diberikan

4.

Kosumsi

5.

Penyampaian materi dari narasumber

6.

Interaksi narasumber dengan peserta pelatihan

7.

Isi (content) dari materi pelatihan

Pertanyaan Terbuka

Menurut anda, apakah pelatihan kewirausahaan ini bermanfaat ? Berikan

alasannya!