Motif Ibu Rumah Tangga Dalam Menonton Tayangan Acara Supernanny di MetroTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Ibu Rumah Tangga di Surabaya Terhadap Tayangan Acara Supernanny di MetroTV).

(1)

(Studi Deskriptif Tentang Motif Ibu Rumah Tangga di Surabaya

Terhadap Tayangan Acara SUPERNANNY di MetroTV)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

GIGIH SETYO WIBOWO

NPM. 0443010368

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

2010


(2)

(Studi Deskriptif Tentang Motif Ibu Rumah Tangga di Surabaya Terhadap Tayangan

Acara SUPERNANNY di MetroTV)

Oleh :

GIGIH SETYO WIBOWO NPM. 0443010368

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh tim penguji skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 15 April 2010

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Dra. Dyva Claretta, Msi Dra. Dyva Claretta, Msi NPT. 336 019 400 451 NPT. 336 019 400 451

2. Sekretaris

Dra. Herlina Suksmawati, Msi

NIP. 030 223 611

3. Anggota

Dr. Catur Suratnoadji, Msi

NPT. 368 049 400 281 Mengetahui,

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi NIP. 030 175 349


(3)

Pertama-tama saya ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-Nya, dan Nabi MUHAMMAD SAW. Sehingga penulis diberikan petunjuk agar bisa berusaha dan mampu menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul, “Motif Ibu Rumah Tangga Dalam Menonton Tayangan Acara Supernanny di MetroTV”.

Proposal penelitian ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, pengarahan, petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Ibu Dra. Dyva Claretta, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan yang sangat berguna terutama dalam memberikan masukan-masukan kepada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini, dan tak lupa penulis juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 2. Bapak Juwito, S.sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dosen pengajar program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

adik-adikku, dan Chezsa. Terima kasih atas waktu, kasih sayang, kesabaran, perhatian, tenaga, biaya, imajinasi, dan dukungan moril yang telah kalian berikan. Semoga saya dapat membalasnya, Amin .

5. Tante Nanang sekeluarga, Budhe Tati sekeluarga, Tante Mumun sekeluarga, Nenekku tercinta, Neng Nduk sekeluarga, Om jay, dan tersayang Yulia Ningsih Lestari yang selalu menanti, memberi perhatian khusus, dan memberikan apa arti kehidupan ini dengan tangis dan canda tawa kita miss youlia. Terima kasih atas support, air mata, kejujuran, semangat, dan kesabarannya selama ini.

6. Teman-teman arek INJEN gang RORASH, Semampir Hell family, bapak-emak warung, bibi warung, anak-anak warung bapak-emak + bibi, Anton, Elly, Taufik, Sefi, Ateng, Reki, semua teman-teman angkatan 2004, dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.

Surabaya, Maret 2010

Penulis


(5)

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... ii

KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

ABSTRAKSI ………... xii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1.Latar Belakang ………... 1

1.2.Perumusan Masalah ………... 17

1.3.Tujuan Penelitian ………... 17

1.4.Kegunaan Penelitian ………... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….... 19

2.1. Landasan Teori ………... 19

2.1.1. Media Komunikasi Massa ...……….. 19

2.1.2. Televisi………...…….... 20

2.1.3. Teori Kebutuhan ……….... 22


(6)

2.1.5. Masyarakat Sebagai Khalayak Aktif ………... 25

2.1.6. Program Hiburan ... 26

2.1.7. Acara Supernanny di MetroTV ... 28

2.1.8. Teori Uses and Gratifications ... 30

2.2. Kerangka Berpikir ……….... 33

BAB III METODE PENELITIAN ………... 34

3.1. Definisi Operasional …...………... 34

3.2. Populasi Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ………... 38

3.2.1. Populasi ………... 38

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ………... 39

3.3. Teknik Pengumpulan Data ………... 43

3.4. Metode Analisis Data ……….….. 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 45

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ………... 45

4.1.1. Sejarah Singkat MetroTV ……… 45

4.1.2. Tayangan Supernanny ………...………... 47

4.1.3. Masyarakat Surabaya ………... 48

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ………... 50

4.2.1. Identitas Responden ………... 50


(7)

MetroTV ... 53

4.2.2.1. Motif Kognitif ……. ... 54

4.2.2.2 Motif Identitas Pribadi (Personal Identity) ... 60

4.2.2.3. Motif Hiburan (Diversi) ... 67

4.2.3. Kategori Motif Secara Umum ……….... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 77

5.1. Kesimpulan ………... 77

5.2. Saran ………... 78

DAFTAR PUSTAKA... 81


(8)

Halaman Tabel 4.1. Tabel Identitas Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Usia ………... 51 Tabel 4.2. Tabel Identitas Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Pekerjaan ……... 52 Tabel 4.3. Tabel Identitas Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan

Terakhir... 52 Tabel 4.4. Motif Kognitif Responden Mencari Informasi Tentang Cara

Mengatasi Anak Yang Tidak Mau Menurut dan Bandel... 54

Tabel 4.5. Motif Kognitif Responden Mencari Pendapat dan Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Cara Mengatasi Anak Yang Suka

Membangkang... 56 Tabel 4.6. Motif Kognitif Responden Memuaskan rasa ingin tahu dan minat

dalam mengatasi anak yang hiperaktif... 57 Tabel 4.7. Motif Kognitif Responden Keinginan untuk mendapatkan pelajaran,

tentang bagaimana cara mengatasi anak yang suka berbohong dengan cara yang benar... 59

Tabel 4.8. Motif Kognitif Responden Dalam Menonton Tayangan Acara

“Supernanny” di MetroTV...……….... 60

Tabel 4.9. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity) Responden Menemukan Penunjang Nilai-Nilai Pribadi, Tentang Cara Mengatasi Anak Yang Hiperaktif... 61

Tabel 4.10. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity) Responden Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh seperti

“Supernanny” dalam hal menghadapi anak yang cengeng………… 62


(9)

bagaimana cara mengatasi anak yang suka membangkang... 64 Tabel 4.12. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity) Responden Meningkatkan

pemahaman diri sendiri, tentang cara mengatasi anak yang suka

berbohong………... 65

Tabel 4.13. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity) Responden Dalam

Menonton Tayangan Acara “Supernanny” di MetroTV... 66

Tabel 4.14. Motif Hiburan (Diversi)Responden Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan, dengan menonton tayangan acara ”Supernanny” yang selalu menyajikan tema-tema yang berbeda dalam setiap

episodenya... 67 Tabel 4.15. Motif Hiburan (Diversi) Responden Bersantai untuk menghilangkan

kejenuhan, sambil menonton tayangan acara “Supernanny”, karena selalu memberikantips kepada orangtua tentang cara mengatasi

kenakalan anak ... 69 Tabel 4.16. Motif Hiburan (Diversi) Responden Memperoleh ketenangan jiwa

dan terhibur, karena dalam tayangan acara ”Supernanny” selalu

menyajikan tingkah laku anak-anak yang lucu, dan menggelikan .... 71 Tabel 4.17. Motif Hiburan (Diversi) Responden Mengisi waktu dengan

menonton tayangan acara ”Supernanny”, yang di dalamnya terdapat trik, dan cara yang berbeda dalam hal mengatasi anak yang nakal, dan sulit diatur... 72 Tabel 4.18. Motif Hiburan (Diversi) Responden Dalam Menonton Tayangan

Acara “Supernanny” di MetroTV... 73

Tabel 4.19. Kategori Motif Secara Umum... 74


(10)

Halaman Gambar 2.1 Uses dan Gratification Model ………... 32 Gambar 3.1 Bagan Two-stage Cluster Random Sampling..………... 40 


(11)

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner………..…... 83

Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Motif Kognitif …………... 87

Lampiran 3 Rekapitulasi Jawaban Motif Personal Identity ……….... 90

Lampiran 4 Rekapitulasi Jawaban Motif Diversi………... 93

Lampiran 5 Surat Keterangan Bakesbang Kecamatan Tegalsari…...… 96

Lampiran 6 Surat Keterangan Bakesbang Kecamatan Simokerto……... 97

Lampiran 7 Surat Keterangan Bakesbang Kecamatan Rungkut... 98

Lampiran 8 Surat Keterangan Bakesbang Kecamatan Gunung Anyar... 99

Lampiran 9 Data BPS Kota Surabaya Dalam Angka 2009... 100


(12)

GIGIH SETYO WIBOWO. Motif Ibu Rumah Tangga Dalam Menonton Tayangan Acara Supernanny di MetroTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Ibu Rumah Tangga di Surabaya Terhadap Tayangan Acara Supernanny di MetroTV).

Penelitian ini didasarkan pada bagaimanakah cara mengatasi kenakalan anak dengan pola yang benar, efektif, efisien, dan tidak mempengaruhi perkembangan psikologis anak, sehingga hubungan antara orang tua dan anak dalam kehidupan keluarga menjadi lebih baik dan berkualitas. Anak-anak seringkali bertingkah tidak wajar (belajar dan selalu ingin tahu), karena mereka memang berada pada tahap atau fase pertumbuhan. Sehingga tumbuh kembang anak, sangat bergantung pada tingkat kontrol dan pengetahuan orangtua. Banyaknya berbagai macam kasus tentang kenakalan anak dalam kehidupan sehari-hari ini akibat pengaruh lingkungan, perkembangan IPTEK, dan juga kurangnya pantauan orangtua terutama didalam lingkungan keluarga. Supernanny ditayangkan setiap hari minggu pukul 14.30-15.30 WIB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif ibu rumah tangga di Surabaya dalam menonton tayangan acara Supernanny di MetroTV.

Penelitian ini menaruh perhatian pada apakah motif ibu rumah tangga yang memiliki kasus tentang kenakalan anak dan yang sulit diatur dalam menonton sebuah tayangan acara Supernanny di MetroTV. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Uses dan Gratifications. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan oleh media pada diri seseorang, tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan seseorang terhadap media, dan khalayak dianggap aktif dalam menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi data dari hasil kuesioner kemudian diolah yang terdiri dari : mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Surabaya yang berstatus bekerja, berusia antara 21 sampai 40 tahun dengan pendidikan minimal setingkat SMU. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Two-stage cluster random sampling.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa responden memiliki motif pada kategori sedang atau rata-rata dalam menonton tayangan acara Supernanny. Sebab responden dapat memenuhi semua kebutuhannya, baik itu mengenai motif Kognitif, motif Personal Identity, maupun motif Diversi dalam menonton tayangan acara Supernanny di MetroTV.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa dari ketiga motif yang telah diamati yakni motif Kognitif, motif Personal Identity, dan motif Diversi ada berada pada kategori sedang atau rata-rata. Hal ini menunjukkan, bahwa tidak semua acara yang ada di dalam tayangan acara Supernanny di MetroTV dibutuhkan, diterima, dan diminati oleh para ibu rumah tangga di Indonesia.


(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Persoalan hidup sehari-hari selalu ada dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Sisi persoalan yang menarik dari seseorang juga menjadi hal yang sangat enak, untuk dilihat, dibicarakan, dan disimak. Persoalan dan hal-hal yang bersifat sangat pribadi itu dapat berupa apa saja, mulai dari persoalan kehidupan keluarga, pacar, maupun orang-orang disekeliling kita, yang sekarang ini banyak dipertontonkan dalam program reality show.

Reality show merupakan tayangan yang mampu memancing emosi penonton, atau minimal membuat para penonton menjadi penasaran dan tidak akan mau beranjak dari depan televisi. Beberapa acara reality show ada yang sukses besar. Bahkan ditayangkan beberapa kali sebagai review, dan yang lain masih berusaha menancapkan pengaruhnya di benak penonton.

Acara semacam ini kerap membeberkan masalah pribadi orang lain dengan sangat detail. Mengenai suatu cerita percintaan, konflik, dan tingkah laku yang negatif dari seseorang. Kemudian dijadikan tontonan yang layak, dan dinikmati oleh semua pemirsa yang sedang menyaksikan acara tersebut. Banyaknya tampilan-tampilan hiburan dan infotainment mengakibatkan keberadaan reality show yang kerap menampilkan tayangan-tayangan tentang kehidupan seseorang secara vulgar, menjadi pilihan tontonan yang berbeda bagi semua pemirsa televisi.


(14)

Sesuai dengan perkembangan jaman yang selalu maju, banyak stasiun televisi swasta memberikan suguhan hiburan yang menarik untuk ditonton. Hiburan-hiburan televisi bisa berupa acara musik, film asing maupun lokal, acara komedi, acara tentang pendidikan dan pengetahuan, acara reality show, talk show, maupun kuis. Dunia pertelevisian di Indonesia saat ini dapat dikatakan,berkembang sangat pesat. Antara lain dengan hadirnya 12 stasiun televisi yaitu SCTV, ANTEVE, TVRI, TPI, INDOSIAR, JTV, METRO TV, TRANS TV, TV One, Global TV, RCTI, dan TRANS 7 yang mengudara secara nasional.

Program reality show saat ini di pertelevisian Indonesia sudah mulai mendominasi daripada program acara tayangan lainnya. Televisi-televisi swasta di Indonesia juga mempunyai program reality show yang sejenis, contohnya adalah Termehek-mehek dan Jika Aku Menjadi di Trans TV, Bedah Rumah dan Minta Tolong di RCTI, Nanny 911 dan Supernanny di Metro TV.

Keluarga merupakan salah satu organisasi sosial yang paling penting dalam kelompok sosial, dan keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat yang paling bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia. Definisi keluarga menurut F.J Brown, yaitu dalam arti luas adalah keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan “clan” atau marga. Dalam arti sempit adalah keluarga meliputi hubungan orangtua dan anak (Yusuf, 2008:36).

Didalam kehidupan keluarga antara suami-istri sebagai orangtua, dituntut adanya hubungan yang baik dalam arti diperlukan suasana yang harmonis yaitu dengan menciptakan saling pengertian, saling terbuka, saling


(15)

menjaga, saling menghargai, dan saling memenuhi kebutuhan. Setiap orangtua wajib bertanggung jawab kepada tumbuh kembang anak baik jasmani maupun rohani, dan pendidikannya agar dapat tercipta dan terpeliharanya suatu hubungan antara orang tua dengan anak yang baik, dan efektif, sehingga menambah keharmonisan hidup dalam keluarga. Anak yang hubungan perkawinan orangtuanya bahagia, akan mempersepsikan rumah mereka sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup. Karena makin sedikit masalah antara kedua orangtua, maka semakin sedikit masalah yang akan dihadapi oleh anak, dan sebaliknya jika hubungan dalam keluarga itu buruk maka akan berpengaruh kepada seluruh anggota keluarga. Suasana keluarga yang buruk dan tidak menyenangkan, akan mengakibatkan anak ingin keluar dari rumah sesering mungkin, karena secara emosional suasana tersebut akan mempengaruhi masing–masing anggota keluarga untuk bertengkar dengan yang lainnya.

Di dalam kehidupan sebenarnya, orangtua sering mengeluh mengenai perilaku anaknya. Hal ini sangat lazim, dikarenakan anak berada dalam fase tumbuh kembang, yang setiap tingkah lakunya berfokus pada curiosty (ingin tahu) dan learn (belajar), akan hal-hal yang mereka anggap pengalaman baru yang menyenangkan tetapi akan berakibat negatif bagi mereka dan merugikan orangtua. Banyaknya realitas tersebut sangat bergantung pada tingkat kontrol, dan pengetahuan orangtua terhadap perkembangan anak yang nakal dan sulit diatur dalam kehidupan sehari-hari. Akibat pengaruh lingkungan, perkembangan IPTEK, dan kurangnya pantauan orangtua terhadap tumbuh kembang anak dalam kehidupan sehari-hari terutama di lingkungan keluarga.


(16)

Berikut adalah contoh keluhan orangtua tentang kasus kenakalan anak di Surabaya, Saya ibu yang mempunyai dua orang putri. Anak yang pertama berumur 3 tahun kurang 4 bulan, dan adiknya berumur 1 tahun. Anak saya yang kedua sangat aktif melebihi teman-teman seumurannya, sedangkan anak yang pertama suka jalan-jalan sendiri atau bepergian sendiri tanpa rasa takut. Bagaimana jika mereka luput dari pengawasan, mungkin bisa hilang. Sehingga sebagai orangtuanya, pertama saya harus sabar dalam menemani proses belajarnya. Kedua, tidak hanya memberikan larangan untuknya, tetapi memberikan alternatif lain untuk bisa menarik perhatiannya, misalnya suara binatang yang ibu suarakan, makanan, hadiah, dll. Ketiga, saya selalu membawakan mainan,atau buku kesukaannya ke manapun dia bermain. Karena pada usia ini, seorang anak mengeksplorasi dan mempelajari segala sesuatu hal yang ada di sekitarnya. Sehingga, sebagai orangtua kita mempunyai keinginan dan harapan, agar anak bisa lebih mudah diatur sesuai keinginan orangtuanya, yang senantiasa mengiringi proses pertumbuhan. (http://www.republika.co.id/berita/61178/Anak_Tidak_Mau_Nurut).

Ibu Restawati dari Surabaya, yang mempunyai permasalahan tentang anaknya yang masih duduk di sekolah dasar, dan suka membangkang. Karena jika diberi tahu, selalu saja membantah dan melawan. Maka dari itu, saya memberinya kegiatan-kegiatan atau apa pun yang bisa menarik minat, dan yang menghiburnya. Sehingga dapat membuatnya dia senang, dan lebih tenang (http://www.republika.co.id/berita/50311/Mengatasi_Anak_Suka_Membangka ng).

Hartono, yang bertempat tinggal di Surabaya. Saya orangtua yang mempunyai permasalahan tentang anak saya yang cengeng, karena hal sepele


(17)

yang membuat ibunya selalu berusaha mencari sebab musabab kecengengan tersebut, dan menenangkannya. Untuk menghindari sifat cengengnya, saya memberikan masukan kepada ibunya. Jika anak saya menangis, dan kita tahu sebabnya. Kita sebagai orang tua akan menghampirinya, akan tetapi bersikap pura-pura tidak tahu jika anak kita sedang menangis (http://www.republika.co.id/berita/44622/Mengatasi_Anak_Cengeng).

Vania, seorang Ibu Rumah Tangga yang menangkap ulah anaknya Bimo, yang sedang mengayunkan pedangnya ke arah musuh bayangannya. Praaang…aaahh…Terdengar suara benda pecah diikuti dengan jeritan kecil tertahan. Suara musuh yang terluka oleh pedang, ataukah?? Tanpa mengubah posisi duduknya dan dengan pandangan masih di depan majalah, Vania mencoba bereaksi lewat kata-kata. “Wah…siapa ya yang kalah Bimo, lawan atau kawan??” Suara Vania jauh dari nada emosi. Senyap, tiada jawaban. Kemudian dengan nada terbata Bimo menjawab pertanyaan ibunya, “Anu…anu…musuh Bimo kok Ma yang kalah, Bimo kan jagoan.” Dengan tenang, Vania berdiri dan mendekati putra semata wayangnya yang berusia 4,5 tahun. “Wah hebat ya jagoan Mama. Lho…vas bunga Mama kok ada di lantai, pecah lagi?” suara Vania masih terjaga. “Itu si pussy Ma, tadi yang menjadi musuh Bimo yang menjatuhkan,” Bimo menjawab lantang, namun enggan menantang pandangan Vania.

Apa yang dilakukan Bimo, atau anak-anak seusianya dalam pandangan masih wajar dan jauh dari niat berbohong. Bimo memang tidak mau mengakui telah melakukan kesalahan, meskipun orangtuanya menjadi saksi atas ulah usilnya. Namun Bimo belum tentu bermaksud berbohong. Anak-anak tahu, mereka melakukan sesuatu yang buruk, tetapi mengingkarinya untuk


(18)

‘menghindari’ amarah orangtuanya. Kadang, mereka memiliki daya imajinasi yang luar biasa. Tak jarang anak-anak ingin dianggap penting, hebat, ingin dikagumi, ada pula yang sekadar mencari perhatian orang dewasa lewat sikap-sikapnya. Apa yang harus dilakukan orangtua jika anak-anaknya berbohong, adalah tetap bersikap tenang dan jangan terpancing emosi, kalaupun dibutuhkan tindakan, harus disesuaikan dengan keadaan dan situasi yang terjadi.

Berbohong ada sisi positifnya, sebagai proses pembelajaran mengenai apa yang benar dan salah. Di sisi lain anak-anak tengah berproses mengembangkan kesadaran, pengertian, dan perbedaan antara fiksi dan fakta. Di sinilah, peran orangtua dihadirkan sebagai tutor dengan memberi pengertian secara benar. Sebagai imbuhan, orangtua perlu mencari tahu mengapa anak melakukan kebohongan. Jika si kecil merasa puas dengan dirinya sendiri setiap kali berbohong, bukan dukungan atau pujian yang diberikan. Karena itu malah semakin meyakinkannya, apa yang dilakukannya adalah benar. Jangan mencelanya, namun cobalah berempati, sekaligus terapkan konsekuensi yang sesuai dengan perbuatannya. Bila ada sebab, tentu ada akibat yang harus ditanggung si kecil.

Ini juga merupakan proses pembelajaran bagi si kecil mengenai kejujuran dengan parameter terukur, dan dipahami olehnya. Tidak kalah pentingnya dengan apa yang sudah dilakukan si kecil, bahwa ia tetap menjadi kesayangan keluarga. Buah dari kejujuran, mengakui kesalahan, dan meminta maaf adalah cinta kasih keluarga sebagai balasannya (http://www.surya.co.id/2009/01/03/mengapa-harus-berbohong-sayang.html).


(19)

Ada beragam faktor yang melandasi tingkat pengertian orangtua dalam mengatasi dan mengendalikan perilaku anaknya. Salah satunya, yaitu faktor tingkat pendidikan orang tua serta faktor ekonomi keluarga. Khususnya menyoroti tentang tingkat pendidikan orangtua yang menjadi salah satu faktor terpenting dalam mempengaruhi keharmonisan keluarga. Merupakan faktor terpenting, karena dalam tingkat pendidikan dan tingkat perekonomian keluarga, seseorang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman akan pengetahuan. Sikap orangtua yang otoriter akan membuat suasana di dalam keluarga menjadi tegang dan anak akan merasa tertekan. Sebaliknya, sikap orangtua yang permitif cenderung mendidik anak terlalu bebas dan tak terkontrol karena kurangnya bimbingan dari orang tua serta keterbatasan pengetahuan yang melatar belakanginya. Semua hal tersebut dapat terjadi, apabila lingkungan keluarga berjalan dalam tingkat ekonomi yang bertaraf kurang dari rata–rata. Jadi, semakin tinggi sumber ekonomi keluarga, akan mendukung tingginya stabilitas dan kebahagiaan keluarga. Tingkat ekonomi dalam keluarga dapat berpengaruh dalam merusak keharmonisan, dan keseimbangan apabila kebutuhan dasar keluarga tak lagi terpenuhi.

Berdasarkan pada latar belakang kasus dan permasalahan tentang cara mengatasi kenakalan anak yang sesuai dengan pola yang benar, dan tidak mempengaruhi perkembangan psikologis anak. Salah satu media elektronik yang mampu memberikan solusi terhadap bagaimana cara mengatasi kenakalan anak dan yang sulit diatur secara efektif dan efisien, sehingga hubungan antara orangtua dan anak menjadi baik dan berkualitas. Adalah Metro TV lewat tayangan acara Reality Show Supernanny yang ditayangkan


(20)

setiap hari minggu pukul 14.30-15.30 WIB (http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/schedule/2009/11/29).

Program acara yang merupakan hasil kerjasama Metro TV dan ABC Amerika ini, memiliki rating yang bagus karena memang dapat memberikan pengetahuan bagaimana untuk memecahkan masalah tentang cara mengatasi kenakalan anak dan sulit diatur khususnya bagi para orang tua muda. MetroTV menyadari, bahwa hal tersebut sebagai wujud eksistensi industri televisi yang tidak dapat dipisahkan dari dinamika masyarakat. Metro TV selalu mengedepankan kesadaran terhadap nilai moral dan etika dalam memberikan informasi, dan menyajikan alternatif hiburan yang bermutu dan berkualitas. Tidak heran jika Metro TV, memiliki motto be Smart be Informed (http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/about).

Reality show Supernanny ini adalah tayangan acara yang menyajikan kasus–kasus yang terjadi dalam kehidupan keluarga, tentang orangtua yang bermasalah dalam urusan mengatasi masalah kasus kenakalan anak. Jo Frost adalah pengasuh anak asal kota London, Inggris. Jo Frost menjadi terkenal secara internasional ketika ia menjadi bintang reality show baru, Supernanny. Dia memulai karir sebagai nanny, lebih dari 20 tahun dalam hal perawatan anak, dan telah mengasah metode sukses dalam membesarkan anak dengan pengalaman dalam kehidupan nyata. Sehingga Jo Frost mempunyai bakat alami untuk berhubungan dengan anak-anak pada tingkat mereka sendiri, dan untuk menghubungkan kedua orangtua dan anak organis.

Dia telah mendorong dan membantu orang tua dalam berbagai tantangan membesarkan anak dari pelatihan kesabaran, persaingan antar saudara, kesulitan tidur, dan kenakalan anak. Sehingga Jo Frost, secara


(21)

terus-menerus menempatkan solusi praktis dari ke rumah-rumah, tentang masalah yang ekstrim atau tantangan sehari-hari. Dia telah bekerja selama bertahun-tahun, jangka panjang, dan pemecahan masalah pekerjaan.

Jo Frost sebagai pemeran utamanya yang menonjolkan sikap kepedulian, siap membantu dalam menanggani beragam kasus anak-anak yang nakal dan sulit diatur dari berbagai tempat. Sehingga, wanita kelahiran London ini kerap menghiasi puluhan channel TV di 40 negara yang disiarkan oleh ABC Amerika. Acara reality yang bertajuk Supernanny ini, juga telah menjadi salah satu bagian dari rangkaian acara yang terdapat di salah satu stasiun

televisi swasta di Indonesia (http://woman.kapanlagi.com/print/2523_jo_frost_kunci_keharmonisan_kelua

rga_di_tangan_orang_tua.html).

Ada banyak gambaran kasus rumah tangga dalam menghadapi kenakalan anak, yang diatasi oleh J.Frost sebagai Nanny. Misalnya pada salah satu episode, Supernanny mendapatkan surat dari keluarga Natasha yang mempunyai problem di dalam keluarganya. Natasha mempunyai 3 anak. Putra pertamanya 7 tahun, dan seorang putri berusia 5 tahun, dan Adam, si bungsu yang baru 2,5 tahun. Inti permasalahan keluarga, ada pada Adam yang tidak mau lepas dari ibunya. Apabila ditinggal sebentar oleh ibunya, Adam langsung bergelayutan di kaki ibunya, sambil menjerit-jerit. Di saat Adam sedang menonton TV, tidak ada yang bisa mengganggu gugat, dan juga waktu tidur Adam juga terlalu larut sekitar jam 11 atau 12 malam. Sehingga kedua anak lainnya menjadi kurang perhatian. Ditambah lagi peran sang ayah yang kurang dominan, karena tidak mau terlibat dengan semua keributan dan menyerahkan urusan anak kepada ibu.


(22)

Hari berikutnya, Joe mulai bertindak. Dimulai dari usaha menggerakkan ayah agar bisa ikut menjadi bagian dalam mengurus anak, dan pekerjaan rumah. Baik mengajak Adam berbelanja, mencuci piring, menyapu, bahkan menidurkan Adam, sementara si Ibu ‘ditahan’ untuk tidak merespon kerewelan Adam. Sang ayah berhasil, tetapi si Ibu susah sekali untuk melepas dan tidak peduli pada Adam. Sehingga Ini menjadi kendala yang paling utama.

Setelah beberapa minggu dalam pantauan dan bimbingan Supernanny, keluarga Natasha menjadi lebih seimbang dan rapi. Sehingga dapat dipetik pelajaran dari problem keluarga Natasha, bahwa :

a. Anak kecil lebih suka diberi tanggung jawab dan diajak berpartisipasi dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu. Tetapi, orangtua harus memberikan hadiah atau penghargaan atas bantuan kecil dari anak. b. Anak yang sering bergelayutan di kaki orangtuanya, dan sangat sulit

dilepaskan, bisa diatasi dengan menanyakan apa yang diinginkan anak tersebut. Dengan menjaga jarak, kontak mata, dan diam sejenak hingga anak tersebut tenang.

c. Seorang ibu perlu ketenangan, berlatih dalam memilih kalimat atau kata-kata yang cocok saat anak mengambek, tidak cepat emosi, dan tegas. Sehingga anak akan merasa segan, dan sekaligus merasa aman.

d. Ayah hendaknya ikut bermain bersama anak-anak, dan ikut membantu melakukan pekerjaan rumah yang ringan seperti mencuci piring. Karena peran ayah akan makin mudah menenangkan anak bila anak tersebut rewel, dan susah diatur.

e. Untuk melatih anak usia 3-5 tahun tidur sendiri di kamarnya, bisa dengan mengantar mereka ke kamar tanpa berkata apa-apa. Jika perlu


(23)

dibacakan cerita, bacakan tanpa perlu berkomentar. Kalaupun anak turun dari tempat tidur, dan mau bermain, baringkan lagi tanpa mengucapkan kata-kata atau berkomentar apapun.

Semua hal tersebut dilakukan dan selalu berbuah keberhasilan dalam mengubah perilaku buruk anak dan memperbaiki cara orangtua dalam mengatasi kesulitan mengenai kasus kenakalan anak. Acara reality show Supernanny di MetroTV yang menayangkan tentang berbagai cara dalam mengatasi kenakalan anak dan sulit diatur, dengan solusi-solusi yang efektif dan efisien dalam suatu keluarga. Selain Supernanny ada acara reality lain di MetroTV, yaitu Nanny 911 yang sama dalam konsep, penyajiannya, dan juga jam tayangnya yang selalu bergantian. Akan tetapi Nanny 911 lebih sering ditayangkan setiap hari sabtu pukul 16.05-17.00 wib.

Tayangan reality show Nanny 911, yaitu sebuah reality show yang temanya adalah permasalahan–permasalahan nyata dalam dunia pengasuhan anak. Nanny 911 terdiri dari pengasuh–pengasuh anak papan atas yang dipimpin oleh pengasuh anak dari British Royal. Tugas pengasuh – pengasuh itu adalah membantu keluarga menyelesaikan masalah (nyata) pengasuhan anak yang dihadapi oleh keluarga yang menjadi kliennya.

Ada berbagai macam alasan dan motivasi seorang Nanny dalam menolong sebuah keluarga, adanya masalah yang tergolong serius dan mendasar. Serta masyarakat yang tidak tahu tentang solusi untuk menyelesaikannya adalah salah satu alasan Nanny terjun langsung untuk menerapkan segala trik dan pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah tersebut, namun acapkali Nanny membantu sebuah keluarga dikarenakan orang tua tidak tahu cara yang tepat dan efisien dalam mengasuh anak balita


(24)

tanpa mempengaruhi kondisi psikologis anak. Berbagai cara dan solusi dalam mengasuh anak balita inilah yang coba digambarkan dan diberitahukan kepada masyarakat lewat tayangan reality show Nanny 911.

Ada beberapa hal yang membuat acara reality show Supernanny ini berbeda dengan reality show lainnya, karena :

1. menawarkan alternatif tontonan bagi keluarga selain dari sinetron, reality show, dan acara komedi yang mulai menjenuhkan.

2. membuka mata bagi khalayak, bahwa parenting itu merupakan hal yang serius. Sehingga, orangtua harus meminta pertolongan pada orang lain jika tidak sanggup mengatasi kasus kenakalan anak. Karena, itu menyangkut tentang masa depan anak.

3. Sebagai orangtua, parenting harus dipelajari terlebih dahulu. Karena orang tua tidak bisa melakukan dengan sendirinya, melainkan dengan latihan. Atau dengan kata lain, untuk menjadi orangtua yang baik dan sabar dalam mengatasi kenakalan anak dan sulit diatur, harus ada buku yang baik juga untuk dibaca agar dapat saling berbagi pengalaman dengan orang yang terlatih seperti halnya Nanny Jo Frost.

Ada juga beberapa hal yang harus kita perhatikan selain sisi positif dari acara Supernanny :

a) Karena acara di dalam televisi itu, pasti ada baik buruknya. Ada anak yang buruk, dan ibunya yang menjadi korban, disamping itu pengasuh menjadi penyelamatnya. Sedangkan dalam kehidupan keluarga khususnya di Indonesia tidak seperti itu. Semua anak tidak selamanya nakal, tetapi ada sisi baik dari dalam diri mereka.


(25)

b) Sepertinya masalah keluarga dalam acara Supernanny, yang bisa selesai dalam waktu yang singkat. Sedangkan, dalam realitas sebenarnya di masyarakat kita perlu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu untuk mengubah kebiasaan buruk dari setiap anak.

c) Terlalu menggampangkan masalah ketika, ada masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan. Kemudian datanglah seorang pahlawan, yaitu Nanny sebagai pengasuh. Setelah 45 menit, seluruh anggota keluarga saling bertangisan, ayah dan ibu menjadi lebih saling mencintai, anak-anak tersenyum gembira. Selanjutnya, Nanny sebagai pengasuh pergi dan mencari keluarga lainnya yang mempunyai masalah tentang cara mengatasi kenakalan anak dan yang sulit diatur di dalam keluarga. (sumber : http//www.Pelajaran Dari Acara TV Super Nanny « Hakuna Matata.htm).

Penelitian ini berkaitan erat dengan motif pemirsa dalam menonton tayangan acara Supernanny di Metro TV. Menurut Blummer (Rakhmat, 2001:66) ada 3 motif meliputi : motif Kognitif, motif Personal Identity (Identitas Pribadi), motif Diversi (Hiburan). Dari satu persatu motif tersebut terdapat unsur permasalahan terhadap acara Supernanny di Metro TV, antara lain :

1. Motif Kognitif yang cenderung mengarah kepada keinginan khalayak untuk mencari informasi tentang cara mengatasi kenakalan anak, dan yang susah diatur agar patuh, disiplin, dan bisa hidup mandiri. Permasalahan yang dihadapi pemirsa terkait dengan motif informasi adalah seharusnya mendapatkan informasi tentang cara mengatasi kenakalan anak. Namun pada


(26)

kenyataannya tidak semudah itu, pelajaran tersebut diterapkan dalam kehidupan berkeluarga.

2. Motif Personal Identity (Identitas Pribadi) yaitu para pemirsa diharapkan bisa mengeksplorasi semua potensi, kemampuan, bakat, citra diri, kemampuan diri, dan nilai-nilai positif yang dimiliki pemirsa dengan melihat kejadian dari cerita yang ditayangkan dalam acara Supernanny tersebut. Permasalahan yang dihadapi pemirsa terkait dengan motif identitas personal, karena setiap orang yang menonton mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Adanya motif ini dikhawatirkan, informasi yang disampaikan melalui acara Supernanny ini, tidak sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan orang tersebut.

3. Motif Diversi (hiburan) karena banyaknya kebutuhan pemirsa akan hiburan yang belum terpenuhi. Permasalahan yang dihadapi pemirsa terkait dengan motif hiburan adalah kejenuhan pemirsa akan tayangan variety show dan infotainment yang identik monoton, sedangkan acara reality show Supernanny dapat menampilkan sesuatu yang berbeda dari segi ceritanya.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi tentang bagaimana motif pemirsa terhadap tayangan acara Supernanny di Metro TV. Signifikansi penelitian ini bahwa dari segi komunikasi massa, acara-acara seperti ini sangat tepat untuk membantu masyarakat terutama dalam hal mengatasi kenakalan anak dan sulit diatur. Walaupun disampaikan dalam bentuk reality show, pesan dan pelajaran dalam acara tersebut


(27)

diharapkan akan dapat diserap oleh para pemirsa. Sehingga dengan banyaknya acara reality show di televisi dapat menjadi pembelajaran dalam hidup seseorang di dalam masyarakat.

Sesuai pendekatan teori Uses and Gratification, bahwa model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan seseorang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif, dalam menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah muncul Uses and Gratification, pengenaan dan pemenuhan kebutuhan (Rakhmat, 2001:65).

Asumsi bahwa khalayak pada dasarnya, aktif dalam menggunakan media massa. Maksudnya, bahwa khalayak menggunakan media massa maupun sumber-sumber lain (non media), karena memiliki tujuan tertentu yaitu untuk memenuhi kebutuhan. Disini khalayak juga terlihat selektif, maksudnya khalayak memiliki kebebasan memilih terhadap jumlah dan jenis isi media yang dianggap berguna bagi dirinya.

Pemirsa di kota Surabaya merupakan khalayak sasaran (target audience), dan sampel pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang menonton tayangan acara acara Supernanny, dan memiliki kesulitan maupun masalah dalam hal mengatasi kenakalan anak dan sulit diatur yang berusia 13 tahun ke bawah. Penelitian ini di tujukan kepada ibu rumah tangga di Surabaya yang berusia 20 sampai 40 tahun, dan khususnya yang bekerja dengan pendidikan minimal setingkat SMA.

Hal ini dikarenakan ibu rumah tangga di Surabaya, didominasi oleh ibu rumah tangga yang bekerja untuk membantu suaminya dengan mencari nafkah agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan layak di masa depan. Ibu


(28)

rumah tangga yang berstatus bekerja mempunyai dua kehidupan, yaitu kehidupan di rumah dan di tempat kerjanya. Sehingga mempunyai pemikiran yang berbeda, dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja atau yang hanya tinggal dirumah saja dengan mengurus rumah dan anak-anaknya.

Dari fakta tersebut maka muncullah asumsi bahwa, ibu rumah tangga yang berstatus bekerja dapat mempengaruhi cara dalam mengatasi kenakalan anak dan yang sulit diatur dengan cara yang halus dan benar. Karena kurangnya perhatian, waktu berkumpul, dan kasih sayang kepada anak dari orangtua yang berstatus bekerja. Terutama seorang ibu, yang tidak menginginkan anaknya menjadi nakal dan sulit diatur. Sehingga dapat menimbulkan perilaku yang negatif dan bisa menimbulkan masalah, akibat tidak adanya pantauan dari orangtua yang sedang bekerja, atau tidak ada di rumah, dan karena besarnya pengaruh yang disebabkan oleh lingkungan di sekitar, maupun media massa. Tetapi semua orangtua, ingin menjadikan anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik, berperilaku positif, cerdas, dan bermoral sesuai kebudayaan kita. Selain itu, pemilihan tempat di Surabaya sebagai objek penelitian disebabkan oleh karakteristik masyarakatnya yang heterogen, dinamis, dan cukup representative untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

Kegiatan khalayak dalam menonton program acara televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik berupa informasi, pendidikan, maupun hiburan. Akan tetapi dalam masalah kepuasan, khalayak memiliki penafsiran sendiri yang mungkin berbeda-beda, dan tergantung dari motif masing-masing khalayak tersebut dalam menonton program acara di televisi.


(29)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Motif Ibu Rumah Tangga Dalam Menonton Tayangan Acara “Supernanny” Di MetroTV“ ( Studi Deskriptif Tentang Motif Ibu Rumah Tangga Di Surabaya Terhadap Tayangan Acara “Supernanny” Di MetroTV ).

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

“Bagaimana motif ibu rumah tangga di Surabaya dalam menonton tayangan acara Supernanny di MetroTV?”

1.3. Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif ibu rumah tangga di Surabaya dalam menonton tayangan acara Supernanny di MetroTV.

1.4. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi dalam hal motif, yang mendorong seseorang untuk menonton suatu acara di televisi dalam hal reality show.


(30)

2. Kegunaan Praktis

1. Menambah referensi bagi khalayak, khususnya mengenai motif khalayak terhadap tayangan acara Supernanny di metro TV, yang berhubungan dengan cara orangtua dalam mengatasi masalah dan kesulitan mengenai kasus kenakalan anak dalam suatu keluarga di Surabaya.

2. Memberikan masukan dan evaluasi kepada insan

pertelevisian. Agar dapat berkreasi lebih baik lagi dalam mengemas suatu program acara yang baik dan komunikatif, sehingga tujuan dari program acara tersebut dapat tercapai dengan baik.


(31)

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) disini ialah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2003:79).

Komunikasi massa menyiarkan infomasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar, daripada komunikasi antar pribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi. Suatu pendekatan yang bisa merenggangkan kelompok lainnya.

Seorang komunikator melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati dengan jumlah terbanyak diantara komunikannya. Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamental adalah antara dua orang, benak komunikator harus mengenai setiap komunikan. Komunikasi massa yang berhasil ialah, kontak pribadi dengan pribadi yang diulangi ribuan kali secara serentak (Effendy, 2003:80).


(32)

Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa diantaranya (Effendy, 2003:81-83) :

a. Komunikasi massa bersifat umum artinya pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.

b. Komunikasi bersifat heterogen artinya perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa, dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi erat sekali hubungannya dengan sifat heterogen komunikan.

c. Media massa menimbulkan keserampakan artinya keserampakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam keadaan terpisah.

Hubungan komunikator dengan komunikan bersifat non pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non pribadi ini timbul disebabkan karena, teknologi dari penyebaran yang massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum.

2.1.2. Televisi

Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya diusahkan oleh prinsip radio, dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar. Tanpa gambar, tidak mungkin ada apa-apa yang dapa-apat dilihat. Para penonton dapa-apat menikmati siaran televisi, kalau


(33)

pemancar televisi tadi memancarkan gambar. Dan gambar-gambar yang dipancarkan itu adalah gambar-gambar yang bergerak (Effendy, 2003:174).

Televisi sebagai salah satu bentuk media massa memiliki fungsi dan peran besar bagi khalayak pemirsanya, terutama karena memiliki kelebihan dibandingkan bentuk media lain, yakni bersifat langsung, tidak mengenal jarak dan rintangan, serta memiliki kelebihan audio visual (dapat dilihat dan didengar). Hal ini menyebabkan televisi dianggap sebagai salah satu bentuk media massa yang efektif dalam penyampaian informasi.

Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya, dan penyampaian pesannya seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti, karena terdengar secara auditif dan terlihat secara visual (Kuswandi, 1996:8).

Media massa termasuk televisi mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan penglihatan masyarakat. Kelebihan televisi dari media massa lainnya ialah kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan sangat memuaskan. Penonton televisi tidak perlu susah-susah pergi ke gedung bioskop atau gedung sandiwara karena pesawat televisi menyajikan ke rumah (Effendy, 2003:60).

Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi, dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mengobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi


(34)

adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu (Morrisan, 2004:1).

2.1.3. Teori Kebutuhan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri individu. Apabila seorang pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi, maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi, maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.

Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002) :

a. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai oleh orang lain.

e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, dapat memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu.


(35)

2.1.4. Definisi dan Deskripsi Motif

Motif adalah suatu pengertian yang meliputi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat sesuatu tersebut disebabkan oleh adanya tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian tujuan itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan.

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktifitas individu untuk menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan, 2000:140).

Istilah motif berasal dari kata motive yang berarti dorongan dalam diri organisme untuk menentukan pilihan-pilihan dari berbagai hal, sehingga sesuai dengan tujuan. Semua tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Jadi, motif adalah hal yang berkaitan dengan dorongan, keinginan, hasrat dari dalam diri untuk melaksanakan sesuatu yang memberi arah dan tujuan pada tingkah seseorang.

Dari definisi tentang motif, maka dapat disimpulkan bahwa motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan individu itu untuk berbuat sesuatu (Gerungan, 2004:192). Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan aktifitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pada diri individu, dan motif


(36)

seseorang dapat terbentuk melalui serangkaian pengalaman yang bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah.

Motif merupakan pencerminan motif dan mengaktifkan perilaku. Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar sekali, dan tampak bahwa motif seseorang pada umumnya banyak rupanya, dan pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar dirinya (Gerungan, 2000:144).

Untuk memudahkan pengukuran tentang motif, dari berbagai ahli komunikasi. Tetapi, dalam penelitian ini menggunakan kategori motif Blumer dalam Rakhmat (2001:66), yaitu :

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi, dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari :

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia.

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.

d. Keinginan untuk belajar (pendidikan terhadap diri sendiri). 2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, yang terdiri dari :

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.


(37)

c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

3. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari :

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan b. Bersantai

c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis d. Mengisi waktu.

2.1.5. Masyarakat Sebagai Khalayak Aktif

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton, dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar, dan anonim. Serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial, sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat. (Mc.Quail, 1996:201)

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi. Komunikasi dapat efektif apabila pemirsa dapat terpikat dengan perhatiannya, tertarik dengan minatnya, mengerti, dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator.

Pada dasarnya pemirsa televisi dapat dibedakan dalam 4 hal yaitu: 1. Heterogen (aneka ragam), yakni pemirsa televisi adalah massa.


(38)

terpencar-pencar diberbagai tempat. Selain itu pemirsa televisi dapat dibedakan pula menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan taraf kehidupan, dan kebudayaan.

2. Pribadi, yakni untuk dapat diterima dan dimengerti oleh pemirsa. Maka isi pesan yang disampaikan melalui televisi bersifat pribadi, dalam arti sesuai dengan situasi pemirsa saat itu.

3. Aktif, yakni pemirsa yang sifatnya aktif. Mereka aktif, seperti apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi mereka berpikir aktif, dan melakukan interprestasi. Mereka bertanya-tanya pada pada dirinya, apakah yang diucapkan oleh seorang penyiar televisi, benar atau tidak. 4. Selektif, yakni pemirsa sifatnya selektif. Ia memilih program

televisi yang disukainya.

2.1.6. Program Hiburan

Hal yang paling jelas dari fungsi-fungsi media massa adalah hiburan. Televisi terutama dicurahkan pada hiburan, dengan kira-kira tiga per empat dari siaran khusus harian yang masuk dalam kategori ini. Lingkup hiburan media massa ini menggagumkan. Salah satu akibat dari merebaknya penggunaan media untuk hiburan adalah bahwa kini benar-benar mudah mendapatkan orang lain menghibur anda. Menekan tombol televisi, menggapai majalah, dan pergi ke bioskop hanya memerlukan sedikit usaha dari kita, sementara itu ketakutan bahwa media melakukan fungsi hiburan


(39)

kepada masyarakat dengan baik seperti itu, mendorong masyarakat pada sikap yang pasif (Winarso, 2005:42).

Ada banyak jenis dan macam acara hiburan di televisi, diantaranya adalah:

1. Variety Show

Suatu acara dimana didalamnya terdapat berbagai macam permainan, kuis, musik, dan kuis interaktif.

2. Kuis

Acara yang menyajikan suatu permainan yang dilakukan secara berkelompok atau secara individu.

3. Musik

Acara musik merupakan acara yang paling diminati oleh masyarakat, apapun alirannya seperti dangdut, pop, rock, jazz dan lain sebagainya selalu mendapat tempat utama di hati masyarakat sebagai kebutuhan akan hiburan.

4. Sandiwara Komedi

Acara yang menyajikan suatu cerita yang memiliki unsur komedi atau humor yang tinggi.

5. Film

Film terdiri dari beberapa macam, contohnya adalah film kartun, film drama, dan film action.

6. Sinetron


(40)

disajikan dengan kehidupan masyarakat yang ada pada saat ini atau kehidupan terdahulu.

7. Olahraga

Acara yang menyajikan berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kebugaran dan kesehatan.

2.1.7. Acara Supernanny di MetroTV

Supernanny adalah acara keluarga tentang orangtua dan anak, yang ditayangkan di MetroTV setiap hari minggu pukul 14.30-15.30 WIB. Supernanny tidak hanya membantu menyelesaikan kasus orang tua yang kesulitan dalam mengatasi kenakalan anak, tetapi acara ini juga memberikan pesan yang berguna dalam kehidupan berkeluarga. Informatif, mencegangkan, dan menghibur. Begitulah tayangan keluarga yang dikemas dalam tayangan reality show yang bertajuk, Supernanny.

Jo Frost adalah pengasuh anak asal kota London, Inggris. Jo Frost terlempar ketenaran internasional ketika ia menjadi bintang reality show baru, Supernanny. Dia memenangkan peran sebagai Supernanny lebih dari ratusan pelamar lain, ketika, produser eksekutif terpesona oleh keterampilan pengasuhan anak yang luar biasa, dengan ketulusan dan gaya jujur yang sekarang membantu Jo Frost untuk mengubah keluarga dan menanamkan masukan-masukan positif, dengan hasil yang memuaskan.

Dia memulai kariernya di Inggris pada musim panas tahun 2004 hanya dengan tiga episode, dan menjadi sensasi dalam semalam, karena dapat mengumpulkan popularitas dan banyak pujian. Jo Frost juga telah memiliki


(41)

tiga buku pada daftar buku terlaris, dan yang paling baru adalah buku Jo Frost's Confident Baby Care. Jo frost mengatakan, bahwa anak-anak telah menjadi bagian besar dalam hidupnya dari awal. Dia mempunyai bakat alami untuk berhubungan dengan anak-anak pada tingkat mereka sendiri, dan untuk menghubungkan kedua orangtua dan anak organis.

Setelah kuliah, Jo Frost, memulai karier sebagai nannying, lebih dari 20 tahun dalam perawatan anak, dan telah mengasah metode- metode yang sukses dalam membesarkan anak dengan pengalamannya dalam kehidupan nyata. Dia telah mendorong dan membantu orangtua dengan berbagai tantangan membesarkan anak dari pelatihan kesabaran, persaingan antar saudara, kesulitan tidur, dan kenakalan anak. Sehingga, Supernanny terus-menerus menempatkan solusi praktis dari ke rumah-rumah, tentang masalah apakah yang ekstrim atau tantangan sehari-hari.

Dia telah bekerja selama bertahun-tahun, jangka panjang, dan pemecahan masalah pekerjaan. Selain berbagai penghargaan di Inggris, Jo Frost dan Supernanny dinominasikan untuk People's Choice Award, dan pada tahun 2006 ia menerima nominasi Emmy Award Internasional (http://abc.go.com/shows/supernanny/bio/jo-frost/40907).

Jo Frost sebagai pemeran utamanya yang menonjolkan sikap kepedulian, siap membantu dalam menanggani beragam kasus anak-anak yang nakal, dan sulit diatur dari berbagai tempat. Jo Frost juga selalu ikut andil, dalam menyelesaikan suatu problem antar anggota keluarga yang tidak ada jalan keluarnya. Beberapa pelajaran yang bisa di petik dari acara Supernanny :


(42)

2. Jika berbicara dengan anak, kita harus merendah diri sehingga mata kita sejajar dengan mata anak.

3. Menerapkan larangan pada anak apabila berbicara kasar, mengumpat, memukul orang tua, dll.

4. Adanya ruang hukuman, yang berupa ruangan yang berada di pojok untuk menghukum anak yang melanggar kesepakatan bersama.

5. Anak belajar bertanggung jawab.

6. Orangtua tidak memakai kekerasan dalam menghukum anak. 7. Anak belajar disiplin waktu, terutama pada waktu makan dan tidur. 8. Ayah harus selalu ikut serta, dan aktif dalam pengasuhan anak. 2.1.8 Teori Uses and Gratifications

Teori Uses and Gratifications merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak (Effendy, 2003:289).

Pendekatan Uses dan Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Dalam pengertian ini tersirat pengertian bahwa komunikasi berguna (utility), bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif (itentionality), bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity), dan khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn) (Rakhmat, 2001:65).

Anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga timbul istilah Uses dan Gratification yang itu penggunaan dan pemenuhan kebutuhan ( Rakhmat, 2004:65).


(43)

Mengenai kebutuhan biasannya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow.

Ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar:

1. Psysiological needs (kebutuhan fisiologi) adalah kebutuhan primer yang menyangkut fungsi biologis bagi organisme manusia seperti kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik.

2. Safety needs (kebutuhan keamanan) adalah kebutuhan mengenai perlindungan dari bahaya, perlakuan tidak adil, dan terjaminnya keamanan diri.

3. Love needs (kebutuhan cinta) adalah kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan secara pribadi.

4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan) adalah kebutuhan dihargai secara prestasi, kemampuan, kedudukan atau status.

5. Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri) adalah kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimal, kreativitas dan ekspresi diri.

Model ini memulai dengan lingkungan social (social environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs) dikategorisasikan sebagai cognitive needs, effective needs, personal integrative, social integrative needs, dan escapist needs.

1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungannya.


(44)

2. Affective needs (kebutuhan Afekjtif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) adalah kebutuhan yang terkait dengan kreatifitas.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia.

5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan) adalah berkaitan dengan upaya menghindar dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman.

Untuk memperoleh kejelasan mengenai Model Uses and Gratification maka Katz, Gurevitch dan Haas mengemukakan gambar model Uses and Gratification dalam Effendy (2003:293) adalah sebagai berikut :

Mass Media Use

1. Media type-newspaper, radio, TV, movies 2. Media contents. 3. Exposure to

media, per se 4. Social  

context of media exposure Media  Gratifications  (Functions)  1. Surveillance 2. Diversi/entertain ment 3. Personal 4. Social

Nonmedia Sources of Needs Satisfaction

1. family, friends

2. Interpersonal

communication

3. Hobbies

4. Sleep

5. Drugs etc

  

Individual’s Needs

1. Cognitive needs

2. Affecnitive needs

3. Personal

integrative needs

4. Social integrative

needs

5. Tension-release or

escape Social Environment 1. Demographic characteristics 2. Group affiliations 3. Personality characteristics (psychological dispositions) Gambar 2.1


(45)

Pada perilaku penggunaan media, teori Uses and Gratification menyatakan bahwa pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh khalayak berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi, sehingga terfokus pada apa yang dilakukan khalayak pada media massa yang diteliti disini adalah motif mengkonsumsi media untuk mencari kepuasan.

2.2. Kerangka Berpikir

Dari semua media komunikasi yang ada, televisi adalah media yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi di setiap rumah para pemirsa, dimanapun dan dimanapun mereka berada. Melalui media massa televisi, masyarakat dapat menyaksikan banyak program acara mulai dari hiburan sampai berita (news). Apalagi semakin banyaknya stasiun televisi yang bermunculan dan menyuguhkan banyak sekali program acara yang dikemas dengan semenarik mungkin, sehingga membuat masyarakat untuk lebih aktif memilih program acara yang sesuai dengan kebutuhan dalam menggunakan media massa.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengetahui motif masyarakat Surabaya tentang acara reality show Supernanny di MetroTV. Peneliti berusaha mengetahui hal tersebut diatas melalui motif seseorang terhadap objek yang disebabkan karena kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, latar belakang pengetahuan (frame of reference) yang berbeda, budaya, dan psikologis individu yang berbeda.


(46)

3.1. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis, tetapi akan menggambarkan secara sistematis tentang bagaimana motif ibu rumah tangga di Surabaya dalam menonton tayangan acara “Supernanny” di MetroTV.

A. Motif

Dalam hal ini motif dapat dioperasionalisasikan sebagai penggerak atau dorongan untuk berperilaku dari dalam diri manusia, yang timbul karena adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.

Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini digunakan kategori motif, menurut Blummer dalam Rakhmat (2001:66). Dimana motif tersebut meliputi:

1. Motif Kognitif

Kebutuhan akan informasi, dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari:

a. Mencari informasi tentang cara mengatasi anak yang tidak mau menurut dan bandel.

b. Mencari pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan cara mengatasi anak yang suka membangkang.

c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat dalam mengatasi anak yang hiperaktif.


(47)

d. Keinginan untuk mendapatkan pelajaran, tentang bagaimana cara mengatasi anak yang suka berbohong dengan cara yang benar.

2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)

Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting, dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri, yang terdiri dari:

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, tentang cara mengatasi anak yang hiperaktif.

b. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh seperti Supernanny dalam hal menghadapi anak yang cengeng.

c. Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain dalam media, tentang bagaimana cara mengatasi anak yang suka membangkang.

d. Meningkatkan pemahaman diri sendiri, tentang cara mengatasi anak yang suka berbohong.

3. Motif Hiburan (Diversi)

Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan, yang terdiri dari:

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan, dengan menonton tayangan acara Supernanny yang selalu menyajikan tema-tema yang berbeda dalam setiap episodenya.

b. Bersantai untuk menghilangkan kejenuhan dengan menonton tayangan acara Supernanny, karena selalu memberikan tips kepada orangtua tentang cara mengatasi kenakalan anak.


(48)

c. Memperoleh ketenangan jiwa dan terhibur, karena dalam tayangan acara Supernanny selalu menyajikan tingkah laku anak-anak yang lucu, dan menggelikan.

d. Mengisi waktu dengan menonton tayangan acara Supernanny, yang di dalamnya terdapat trik, dan cara yang berbeda dalam hal mengatasi anak yang nakal, dan sulit diatur.

Indikator untuk motif ibu rumah tangga di wilayah Surabaya dapat ditunjukkan melalui total skor dari seluruh jawaban responden atas pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam kuesioner, sehingga bisa mempermudah dengan diuraikan sebagai berikut:

STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1 TS (Tidak Setuju) diberi skor 2 S (Setuju) diberi skor 3 SS (Sangat Setuju) diberi skor 4

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternative jawaban ragu-ragu (undecided), alasannya menurut Hadi (1989:20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.

b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.


(49)

c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.

Motif ibu rumah tangga di Surabaya dalam menonton tayangan acara “Supernanny” di MetroTV digolongkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, tinggi yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing jawaban responden. Jumlah yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus :

Range (R): Skor tertinggi – Skor terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan:

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor Tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan Jumlah item pertanyaan

Skor Terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan Jumlah item pertanyaan

Jenjang : 3

Interval Motif Kognitif = 4 3 12 3 4 16 3 ) 1 4 ( ) 4 4 (      x x

Rendah = 4 – 8 Sedang = 9 – 12 Tinggi = 13 – 16

Interval Motif Personal Identity = 4 3 12 3 4 16 3 ) 1 4 ( ) 4 4

( xx

Rendah = 4 – 8 Sedang = 9 – 12


(50)

Tinggi = 13 – 16

Interval Motif Diversi = 4 3 12 3 4 16 3 ) 1 4 ( ) 4 4 (      x x

Rendah = 4 – 8 Sedang = 9 – 12 Tinggi = 13 – 16

B. Masyarakat Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya.

Pemirsa merupakan sasaran komunikasi massa melalui media televisi. Komunikasi dapat efektif, apabila pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, mengerti, dan melakukan kegiatan yang diinginkan komunikator.

3.2. Populasi Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi

Obyek penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang berstatus bekerja di Surabaya, dan menonton tayangan acara Supernanny di MetroTV. Sedangkan populasi dari penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang berusia antara 21 tahun sampai dengan 40 tahun di Surabaya, dan memiliki anak yang berusia 13 tahun ke bawah. Masyarakat Surabaya yang majemuk dan keberadaan Surabaya sebagai kota metropolitan sangat membawa dampak, pada berkurangnya kualitas lingkungan keluarga yang dibangun oleh orangtua.

Hal ini didasarkan karena ibu rumah tangga yang bekerja memiliki segudang kegiatan pekerjaan atau mobilitas layaknya kota besar yang sangat


(51)

sulit untuk ditinggalkan, sehingga konsistensi dalam merawat anak tidak bisa dilakukan dan berdampak pada ketidakbisaan ibu rumah tangga dalam mengontrol tingkah laku anak yang negatif. Pola merawat anak yang tegas, tidak berarti kejam atau kasar atau tidak baik atau tidak mencintai, sebaliknya ibu rumah tangga harus bersikap tegas tidak berarti menjadi tiran. Jadi kesimpulan yang didapat adalah, bahwa kasih sayang seorang ibu didalam keluarga adalah dasar pandangan hidup anak.

Populasi pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Surabaya yang berstatus bekerja, berusia 21 tahun sampai 40 tahun, dan berada di dalam lingkungan keluarga yang utuh (ayah dan ibu di dalam status kawin) sehingga memenuhi syarat faktor kecukupan ekonomi dengan faktor pendidikan minimal setingkat SMA. Dimana ibu rumah tangga pada usia tersebut adalah usia produktif untuk melahirkan dan pra menopause bagi wanita, dan memiliki anak yang berusia 13 tahun ke bawah.

Berdasarkan karakteristik diatas diketahui populasi untuk penelitian ini adalah 763.318 jiwa (sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, Surabaya Dalam Angka 2009).

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Penentuan sampel di tentukan dengan rumus Yamane. Rumus tersebut dapat ditunjukkan di bawah ini :

n =

 

1

2 

d N

N

Keterangan :

n : Sampel 2 : Presisi/derajat ketelitian (0,1)

d

N : Populasi 1 : Angka konstan (Rakhmat, 2001:82)


(52)

Berdasarkan rumus Yamane, sampel yang dapat diambil adalah :

763.318 ( )+1

an 100

adalah 100 ibu rumah tangga dari 4 kecamatan

u dengan menggunakan two-stage cluster

Bagan Two-stage Cluster Random Sampling

= Level kota

, N2 ah

n n = 763.318

1

,

0

2 = 99,986901 dibulatk

Jadi sampel yang dapat diambil

di Surabaya yang telah dipilih secara acak. Untuk teknik penarikan sampel yait

random sampling. Penggunaan metode cluster random sampling ini karena mempunyai keistimewaan bahwa populasi yang letaknya tersebar secara geografis, sehingga sulit untuk mendapatkan kerangka sampel dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka unit-unit analisa dikelompokkan ke dalam gugus – gugus yang merupakan satuan-satuan darimana sampel akan diambil.

Gambar 3.1

N

N1

N2

N1a

N1b

N2a

N2b

Keterangan : N

N1 = Level wilay N1a, N1b, N2a, N2b = Level kecamata (Rakhmat, 2004:78)


(53)

Teknik penarikan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah two-stage cluster random sampling ini dilakukan melalui 2 tahap, sebagai berikut :

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wilayah penelitian di kota Surabaya, di mana kota Surabaya terbagi dalam 5 bagian wilayah yaitu Surabaya pusat, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, dan Surabaya Barat. Setelah dipilih secara acak dua wilayah yang terpilih adalah Surabaya Pusat dan Surabaya Timur.

b. Tahap kedua, dilakukan pemilihan pada wilayah kecamatan. Kemudian dilakukan pengundian dan terpilih masing-masing dua kecamatan pada satu wilayah Surabaya. Pada tahap ini wilayah Surabaya Pusat terpilih dua kecamatan yaitu kecamatan Tegalsari dan Simokerto, sedangkan pada wilayah Surabaya Timur yang terpilih yaitu kecamatan Rungkut dan Gunung Anyar.

Jumlah populasi perempuan pada masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut :

a. Kecamatan Tegalsari : 60.049 jiwa b. Kecamatan Simokerto : 53.634 jiwa c. Kecamatan Rungkut : 45.716 jiwa d. Kecamatan Gunung Anyar : 23.351 jiwa +

Jumlah 182.750 Jiwa.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang responden yang diambil secara purposive untuk menentukan responden di kecamatan dengan kriteria


(54)

ibu-ibu rumah tangga yang menonton tayangan acara “Supernanny” di MetroTV. Untuk lebih rincinya, jumlah sampel yang akan diteliti tiap-tiap wilayah kecamatan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n1 : Jumlah masyarakat di satu kecamatan N1 : Ukuran Stratum ke 1

N : Jumlah seluruh masyarakat 4 kecamatan n : Jumlah sampel yang telah ditetapkan (Nasir, 1999:361)

Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat diketahui jumlah sampel pada masing-masing kecamatanan adalah sebagai berikut :

a. Kecamatan Tegalsari : 60049 x 100 = 32,85 = 33. 182750

b. Kecamatan Simokerto : 53634 x 100 = 29,34 = 29. 182750

c. Kecamatan Rungkut : 45716 x 100 = 25,01 = 25. 182750

d. Kecamatan Gunung Anyar : 23315 x 100 = 12,75 = 13. 182750

Jumlah total sampel dari keempat kecamatan diatas adalah 100 ibu rumah tangga yang berstatus bekerja, memiliki anak yang berusia 13 tahun ke bawah, serta berada dalam usia produktif memiliki anak.

n N n

 1


(55)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber, yaitu: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak dapat diperoleh secara langsung dari lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk, menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

% 100  

P F N


(56)

P : Persentase Responden F : Frekuensi Responden N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka dapat diperoleh apa yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan.

NO Motif Frekuensi Prosentase

1 Motif Kognitif A (A/ΣU)100%=F

2 Motif Identitas Personal B (B/ΣU)100%= F

3 Motif Hiburan C (C/ΣU)100%= F


(57)

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat MetroTV

MetroTV adalah televisi berita 24 jam pertama di Indonesia yang berdiri pada bulan Agustus 2000 dengan 550 karyawan yang sebagian besar bekerja di bagian produksi. MetroTV merupakan salah satu anak perusahaan dari MEDIA GROUP yang dipimpin oleh Surya Paloh. Surya Paloh merintis usahanya di bidang pers sejak mendirikan surat kabar harian bernama “Prioritas”, yang dibredel oleh pemerintah pada tanggal 29 Juni 1987 karena dinilai menentang.

Pada tahun 1989, Surya Paloh mengambil alih Media Indonesia, yang kini tercatat sebagai surat kabar dengan oplah terbesar nomor 3 di Indonesia. MetroTV hadir oleh karena kemajuan teknologi, dan belum adanya media televisi yang fokus ke target pemirsa menengah keatas yang berkembang pesat dan lebih nature pada saat ini, serta kepemilikan lebih dari satu pesawat televisi di rumah khususnya pada golongan menegah ke atas dan kejenuhan para pemirsa dengan isi acara televisi yang hampir seragam. Maka, timbullah gagasan untuk mendirikan sebuah stasiun televisi berita pertama di Indonesia yaitu suatu pengembangan bentuk penyampaian berita dari teknologi cetak kepada teknologi elektronik. Tayangan MetroTV terdiri dari 60 % berita (news), yang ditayangkan dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin. Sedangkan untuk 40 %


(58)

lainnya merupakan informasi-informasi serta program-program berkualitas yang masih dalam tema pengetahuan.

MetroTV mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000 dengan 12 jam tayang, sejak 1 April 2001 MetroTV mengudara selama 24 jam. Coverage area MetroTV adalah Jabodetabek, pelanggan kabelvision dan pengguna antena parabola di seluruh Indonesia serta area shootpoint Palapa C2. Coverage area MetroTV akan bertambah terus setiap tahun di lima kota besar di Indonesia.

MetroTV menawarkan program acara bersifat news maupun news entertainment kepada masyarakat nasional dengan juga melakukan kerjasama terhadap stasiun televisi internasional Amerika Serikat dengan melakukan kontrak bisnis penyiaran berjangka. Hal ini dilakukan agar masyarakat mampu mengantisipasi penyampaian berita dari sudut pandang international serta memberikan kecenderungan positif untuk membuka wawasan global. Stasiun televisi tersebut antara lain : CNN, CNBC, BBC, ABC, DISCOVERY CHANNEL, VOA, dan lain-lain. Selain itu untuk menghasilkan kualitas gambar dan suara yang maksimal, MetroTV menggunakan teknologi Digital System yang mampu bersifat online, non online maupun via satelit.

Dalam melakukan pemberitaan livenya, MetroTV selalu menggunakan mobil SNG (satellite news gathering), mobil ENG (electronic news gathering), dan cargo van (fly away). Semua alat-alat tersebut mampu mengirimkan hasil shoot lapangan secara online via satelit dengan kecepatan luar biasa, dan MetroTV juga merupakan satu-satunya stasiun televisi di Indonesia yang


(59)

menggunakan virtual set, yang berfungsi agar gambar background yang dihasilkan di layar kaca pemirsa dapat bervariasi dan menarik.

4.1.2. Tayangan Supernanny

Tayangan acara yang menyajikan kasus–kasus yang terjadi di dalam

kehidupan keluarga, terutama para orangtua yang mempunyai masalah dalam urusan mengatasi kasus kenakalan anak. Bintang dalam reality show Supernanny ini adalah, Jo Frost pengasuh anak asal kota London, Inggris. Jo Frost memulai karir sebagai nanny lebih dari 20 tahun sebagai nanny dalam hal merawat anak, dan telah menguasai metode dan pengalamannya yang sukses dalam hal membesarkan anak pada kehidupan nyata. Dia telah mendorong dan membantu para orang tua dalam berbagai tantangan dalam menghadapi kenakalan anak. Sehingga Jo Frost terus-menerus memberikan solusi-solusi praktis dari ke rumah-rumah, tentang masalah apakah yang ekstrim atau tantangan apa yang harus dihadapi. Dia telah bekerja selama bertahun-tahun dalam memecahkan masalah kenakalan anak. Jo Frost sebagai pemeran utamanya, selalu menonjolkan sikap kepedulian, dan siap membantu orangtua dalam hal menanggani beragam kasus kenakalan anak dan sulit diatur dari berbagai tempat.

Setiap kali tayang, acara Supernanny selalu menampilkan bagaimana sebuah keluarga menelepon, dan menceritakan masalahnya dalam menghadapi kenakalan anak dalam bentuk video lalu mengirimkannya ke agen Supernanny. Setelah menerima keluhan dari orangtua yang kesulitan dalam mengatasi kenakalan anak tersebut, Supernanny akan datang ke rumah keluarga yang bermasalah tersebut untuk melihat, mengamati, dan menentukan akar permasalahan dari


(60)

masing-masing unit. Supernanny mengidentifikasi baik dalam pemikiran maupun pendekatan bagi keluarga, dan mengawasi orangtua untuk mencoba menerapkan aturan dan teknik yang telah diajarkan oleh Supernanny selama beberapa hari. Merubah keluarga yang bermasalah dalam hal mengatasi kenakalan anak untuk menjadi baik dan bahagia kembali, adalah hal yang paling penting dan berharga bagi Supernanny. Tayangan Supernanny ini memiliki durasi satu jam tayang, yaitu mulai pukul 14.30-15.30 WIB pada hari minggu. Tayangan ini memberikan konsep, setting serta cerita dikemas secara riil tanpa rekayasa.

4.1.3. Masyarakat Surabaya

Kota Surabaya secara geografis berada di 7° 9’ – 7° 21’ Lintang Selatan dan 112° 36’ – 112° 57’ Bujur Timur, sebagian besar wilayah Kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan laut, sebagian lagi pada sebelah Selatan merupakan kondisi berbukit-bukit dengan ketinggian 25 - 50 meter diatas permukaan laut.

Luas wilayah Kota Surabaya + 52.087 Ha, dengan 63,45 persen atau 33.048 Ha dari luas total wilayah merupakan daratan dan selebihnya sekitar 36,55 persen atau 19.039 Ha merupakan wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. Secara administratif wilayah Kota Surabaya terbagi menjadi 31 Kecamatan dan 163 Kelurahan.

Jumlah penduduk Kota Surabaya yang terdaftar di Kartu Keluarga adalah 2.861.928 jiwa atau sebanyak 755.914 Kepala Keluarga. Komposisi penduduk kota Surabaya berdasarkan jenis kelamin adalah sebanyak 1.437.682 jiwa penduduk laki-laki (50,23 persen) dan 1.424.246 (49,77 persen) jiwa penduduk


(61)

perempuan. Komposisi penduduk Kota Surabaya berdasarkan kelompok umur atau struktur usia dapat dijelaskan sebagai berikut, proporsi terbanyak adalah pada kelompok usia 26-35 Tahun (557.865 jiwa), selanjutnya adalah pada kelompok usia 36-45 Tahun (524.829 jiwa) dan 46-59 Tahun (464.205 jiwa). Komposisi penduduk kota Surabaya berdasarkan profesi dapat dijelaskan bahwa terbanyak adalah pegawai swasta sejumlah 684.581 jiwa, selanjutnya adalah sebagai ibu rumah tangga sejumlah 527.343 jiwa dan sebagai pelajar sebanyak 448.511 jiwa (http://72.14.235.132/custom?q=cache:8i_uHKjFUO4J:www.surabaya.go.id/pdf/I

LPPD/ILPPD%25202007.pdf+tingkat+pendidikan+rata+- +rata+penduduk+surabaya&cd=2&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=pub-5519045392680622/21.40PM)

Kotamadya Surabaya memiliki batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Timur : Selat Madura Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

Kotamadya Surabaya terbagi dalam lima wilayah, dengan luas wilayah sebagai berikut :

Surabaya Pusat : 14,78 km Surabaya Utara : 38,32 km Surabaya Timur : 91,19 km Surabaya Selatan : 64,07 km Surabaya Barat : 118,01 km


(62)

Sedangkan jumlah penduduknya meliputi : Surabaya Pusat : 352.522 Orang Surabaya Utara : 480.245 Orang Surabaya Timur : 783.438 Orang Surabaya Selatan : 676.902 Orang Surabaya Barat : 394.839 Orang

Karakteristik masyarakat Surabaya yang menjadi responden pada penelitian ini adalah para ibu rumah tangga yang berstatus bekerja dengan pendidikan minimal SMA, memiliki anak yang berusia 13 tahun ke bawah dan pernah menonton tayangan acara Supernanny di MetroTV.

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bagian ini akan disajikan data hasil penyebaran kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 responden, dimana responden tersebut adalah para ibu rumah tangga yang berstatus bekerja di Surabaya, memiliki anak berusia 13 tahun ke bawah, dan berusia 21-40 tahun dan pernah menonton tayangan acara Supernanny di MetroTV, sehingga diperoleh karakteristik responden dengan perincian sebagai berikut :

4.2.1. Identitas Responden

Jumlah kuesioner yang disebarkan oleh peneliti adalah sebanyak 100 kuesioner dan kesemuanya layak untuk diolah tanpa ada yang rusak atau cacat. Dari tabulasi kuesioner didapatkan identitas responden terdiri dari usia, dan


(1)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

A. Motif kognitif ibu rumah tangga pada cara mengatasi anak yang tidak mau menurut dan bandel dalam tayangan acara Supernanny ada pada peringkat tertinggi, karena pengetahuan dan informasi tentang cara mengatasi anak yang tidak mau menurut dan bandel sangat berguna dan bermanfaat bagi ibu rumah tangga di dalam keluarga. Sementara pada cara mengatasi anak yang suka berbohong dengan cara yang benar berada pada tingkat terendah, karena ibu rumah tangga sudah dapat mengatasi sendiri anak yang suka berbohong dari pengalamannya.

B. Motif personal identity ibu rumah tangga pada cara mengatasi anak yang suka membangkang dalam tayangan acara Supernanny berada pada tingkat tertinggi, karena bisa menambah nilai-nilai pengetahuan lain yang positif, baik, dan benar meskipun Supernanny adalah program acara dari luar negeri. Sementara pada hal menghadapi anak yang cengeng ada pada tingkat terendah, karena ibu rumah tangga dapat menghadapi anak yang cengeng dengan cara yang sesuai dengan tradisi dan budaya masyarakat timur.

C. Motif diversi ibu rumah tangga pada tayangan acara Supernanny yang selalu menyajikan tingkah laku anak-anak yang lucu dan menggelikan ada pada peringkat tertinggi, karena ibu rumah tangga dapat terhibur, memperoleh


(2)

78

ketenangan jiwa, serta mendapatkan pengalaman baru mengenai perilaku anak. Sementara pada tayangan acara Supernanny yang selalu menyajikan tema yang berbeda dalam setiap episodenya ada pada peringkat terendah, karena ibu rumah tangga lebih memilih berkumpul dengan keluarga atau berjalan-jalan untuk melepaskan diri dari permasalahan di lingkungan kerja mereka.

D. Pada ketiga motif ibu rumah tangga menunjukkan kategori sedang, yang berarti bahwa ibu rumah tangga membutuhkan tayangan Supernanny dalam hal mengatasi kenakalan anak dan merawat anak-anaknya. Tetapi tidak semua isi acara dalam Supernanny sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ibu rumah tangga. Hal tersebut terjadi, karena adanya faktor lain. Misalnya perbedaan latar belakang antara budaya barat dan budaya timur, nilai norma-norma, serta perbedaan keyakinan yang dianut oleh setiap negara. Maka perlu adanya penyesuaian untuk beberapa isi dari tayangan acara Supernanny, apabila akan diterapkan dalam kehidupan berkeluarga di Indonesia.

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan penelitian ini diantaranya adalah :

a. Bagi Stasiun Televisi

Agar dapat memberikan tayangan yang lebih bisa menambah dari sisi pengetahuan dan informasi tentang cara mengatasi kenakalan anak dengan


(3)

cara yang benar, tepat, komunikatif dan efisien selain tayangan acara Supernanny kepada pemirsanya dan diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan berkeluarga. Selain itu juga perlu diperhatikan akan latar belakang budaya dan nilai norma-norma yang berlaku pada daerah atau negara tempat tayangan reality show itu disiarkan, sehingga diharapkan mampu diterima oleh audience atau penonton tayangan tersebut. Bentuk penyesuaian terhadap latar belakang dan norma contohnya seperti, memperhatikan penggunaan bahasa, memilih tayangan atau adegan yang sesuai, memilah dan memilih pengetahuan maupun informasi yang pantas untuk ditayangkan, dan tidak membanding-bandingkannya dengan nilai-nilai norma adat dan budaya setempat, melainkan memberikan masukan agar semakin baik.

b. Bagi ibu rumah tangga

Disarankan agar lebih menelaah informasi yang diberikan oleh media. Karena pada zaman yang semakin maju seperti sekarang ini, suatu informasi akan selalu bertambah secara terus menerus. Sehingga dituntut untuk lebih maju dalam berpikir dan berperilaku yang baik, serta dapat menerapkan pola-pola yang bijak dalam keluarga. Berbagai macam pengetahuan berupa teori, dan praktek yang efisien haruslah ditelaah terlebih dahulu dengan kebutuhan dan dengan tatacara yang sesuai, agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(4)

80

c. Bagi penelitian yang akan datang

Disarankan agar menggunakan obyek penelitian yang lebih controversial, serta dapat menambah referensi yang digunakan. Sehingga diharapkan, bisa memperoleh hasil yang lebih tergeneralisasi dengan baik di semua kalangan.


(5)

xiii Buku :

BPS, 2009, Surabaya Dalam Angka 2009, Surabaya

Effendi, Onong Uchjana, 1993, Televisi siaran,Teori dan Praktek, Bandung: CV. Mandar Maju.

, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti.

, 2003, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gerungan, Ahmadi, 2000, Psikologi Sosial, Jakarta: Erosco.

, 2004, Psikologi Sosial, Bandung: PT. Rafika Aditama.

Hadi, Sutrisno, 1993, Statistika I, Yogyakarta: Andy Offset.

Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa Dalam Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta: Rineka Cipta.

Mangkunegara, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mc. Quail, Dennis, 1994, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga

Morrisan, 2004, Jurnalistik TV Mutakhir, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nazir, Mohammad, 2001, Metode Penelitian, Jakarta : PT. Ghalia Indonesia. Rakhmat, Jalaluddin, 2001, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh

Analisis Statistik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

, 2004, Metode Penelitian Komunikasi edisi kesebelas, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Winarso, Heru Puji, 2005, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Prestasi Pustaka.


(6)

xiv Non Buku :

www.republika.co.id www.surya.co.id www.kapanlagi.com www.Hakuna Matata.htm

www.googletranslate/supernanny.com www.metrotvnews.com


Dokumen yang terkait

Motif Ibu Rumah Tangga Surabaya Dalam Menonton Program Acara Talk Show “Islam Itu Indah” di Trans TV (Studi deskriptif tentang motif ibu rumah tangga Surabaya dalam menonton program acara talk show “Islam Itu Indah” di Trans TV).

0 0 102

Motif Ibu Rumah Tangga Surabaya Dalam Menonton Program Acara Talk Show “Mamah dan Aa’” di Indosiar (Studi deskriptif tentang motif ibu rumah tangga Surabaya dalam menonton program acara talk show “Mamah dan Aa’” di Indosiar).

2 11 82

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 13

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 2

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

1 1 8

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 19

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron) Chapter III V

0 1 27

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 2

Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Tayangan Sinetron (Studi Analisis Deskriptif Motivasi Ibu Rumah Tangga Di Setia Budi Tanjung Sari Pasar 1 Medan Dalam Menonton Tayangan Sinetron)

0 0 5

MOTIF IBU RUMAH TANGGA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA SUPERNANNY DI METRO TV (Studi Deskriptif Tentang Motif Ibu Rumah Tangga di Surabaya Terhadap Tayangan Acara SUPERNANNY di MetroTV)

0 0 30