EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMKN 2 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015).

(1)

EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA

(Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMKN 2 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh Wiwin Winangsih

1302744

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

EFEKTIFITAS TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA

(Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh

Wiwin Winangsih, S. Pd Universitas Pendidikan Indonesia

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Bidang Studi Bimbingan dan Konseling

Wiwin winangsih

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto copi, atau cara lainnya tanpa ijin penulis


(3)

(4)

ABSTRAK

Wiwin Winangsih. 2015. Efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama. Tesis. Dibimbing oleh : Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd. Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen kuasi. Pengambilan sampel dilakukan secara non random. Penelitian ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu studi teoritik dan empirik, penyusunan program dan uji coba layanan (pelaksanaan eksperimen). Hasil penelitian menunjukkan adanya keefektifan teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama, berdasarkan hasil uji Mann Witney. Efektifitas program BK dengan teknik modeling terbukti dengan peningkatan gain skor pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan gain skor pada kelas kontrol. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada program studi Bimbingan dan Konseling sebaiknya memberikan pemahaman konseptual dan praktis yang memadai kepada mahasiswa tentang konsep kesadaran beragama siswa, secara khusus dikaitkan dengan penggunaan teknik modeling. Guru Bimbingan dan Konseling sebaiknya menyiapkan kurikulum bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kesadaran beragama. Adanya kurikulum bimbingan dan konseling yang terkait dengan kesadaran beragama siswa diharapkan dapat digunakan sebagai upaya preventif dan pengembangan, artinya semua siswa diberikan layanan bimbingan tentang kesadaran beragama dari sejak kelas awal, sehingga siswa dapat menjalankan kehidupannya berdasarkan nilai-nilai agama.


(5)

Wiwin Winangsih. 2015.. Tesis. The effectiveness of the modeling technique to develop students’religious awareness . Supervised by : Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd. study Program of Guidance and Counseling, Postgraduate School, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

ABSTRACT

The research objective is to examine the effectiveness of the modeling technique to develop students’religious awareness. This study uses a quantitative approach with quasi experimental design. The sampling is done in a non random with non-parametric statistical analysis. This study consists of several steps, namely the theoretical and empirical studies, preparation of the program and test services (implementation of the experiment). the results showed the effectiveness of modeling techniques to develop awareness of religion, based on the results of Mann witney. Effectiveness is proven modeling techniques with an increase in gain scores in the experimental class larger than the gain scores in the control class. research recommendations addressed to the department of educational psychology and guidance should provide conceptual and practical understanding of adequate for colleges about the concept of religious awareness of students, specifically associated with the use of modeling techniques .Guidance and counseling Teacher should prepare a guidance and counseling curriculum to develop students' awareness of religion. the curriculum guidance and counseling related to the religious awareness of students expected to be used as a preventive and development efforts, meaning that all students are given guidance about the religious awareness of the class since the beginning, so that students can run their lives based on religious values. Researchers can then conduct research on religious awareness on the other levels of education.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Asumsi Penelitian ... 11

BAB II TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA 2.1 Kesadaran Beragama ... 13

2.1.1 Pengertian Kesadaran Beragama ... 14

2.1.2 Pengertian Kesadaran Beragama Islam ... 21

2.1.3 Hubungan Antar Dimensi Kesadaran Beragama ... 44

2.1.4 Integrasi Agama ke Dalam Program Bimbingan dan Konseling ... 46


(7)

2.1.6 Pertumbuhan Agama Remaja ... 52

2.1.7 Sikap Remaja Terhadap Agama ... 56

2.1.8 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Beragama ... 58

2.1.9 Fungsi Agama ... 60

2.2 Modeling sebagai sebuah teknik dalam bimbingan kelas (Classroom Guidance) ... 63

2.2.1 Pengertian Teknik Modeling ... 64

2.2.2 Posisi Teknik Modeling Dalam Bimbingan dan Konseling ... 65

2.2.3 Asumsi Dasar Teori Modeling ... 66

2.2.4 Tahapan-tahapan Belajar Modeling ... 71

2.2.5 Strategi Modeling ... 73

2.2.6 Prosedur Teknik Modeling Simbolis ... 76

2.3 Kerangka Teoretik Efektifitas Teknik Modeling untuk Meningkatkan Kesadaran Beragama ... 78

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Prosedur Penelitian ... 86

3.2 Pengembangan Instrumen Pengumpul Data ... 88

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 96

3.4 Prosedur Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Dengan Teknik Modeling ... 97

3.5 Teknik Analisis Data ... 102

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Kesadaran Beragama Siswa Kelas XI SMKN 2 Cimahi ... 104

4.2 Rumusan Program Bimbingan dan Konseling Dengan Teknik Modeling Meningkatkan Kesadaran Beragama ... 106


(8)

4.3 Uji Efektifitas Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kesadaran

Beragama ... 117

4.4 Pembahasan Efektivitas Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kesadaran Beragama ... 135 4.5 Keterbatasan Penelitian ... 139

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan ... 141 5.2 Rekomendasi ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 144 LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas hal - hal yang berkaitan dengan pokok penelitian. Pembahasan meliputi latar belakang penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Degradasi nilai-nilai agama pada remaja, selain sebagai implikasi dari ketidakmampuan mensikapi perubahan/globalisasi, disebabkan juga oleh pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi remaja. Secara fisik remaja sudah berpenampilan dewasa, tetapi secara psikologi belum. Ketidakseimbangan ini menempatkan remaja berada dalam suasana kehidupan batin terombang ambing dan munculnya keraguan tentang nilai-nilai agama. Hal ini diperburuk dengan model pendidikan agama yang buruk di lingkungan keluarga. (Jalaludin, 2010).

Dalam mengatasi kegelisahan batin, para remaja cenderung bergabung dalam peer group (teman sebaya), untuk saling berbagi rasa pengalaman. Dalam kondisi seperti ini sesungguhnya nilai-nilai agama akan membimbing remaja untuk menjawab semua kegelisahan remaja. Secara umum terdapat dua kategori remaja dalam mensikapi perubahan diri dan lingkungan. Hal ini diungkapkan oleh Geldard, (2011, hlm. 6) bahwa tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu periode penting dalam kehidupan seseorang. Namun terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain, yang dibuktikan dengan adanya fakta bahwa beberapa orang mengalami masa peralihan ini secara lebih cepat dari yang lainnya. Masa remaja menghadirkan begitu banyak tantangan, karena banyaknya perubahan yang harus dihadapi mulai dari perubahan fisik, biologis, psikologis dan juga social. Proses-proses perubahan penting akan terjadi pada remaja jika perubahan-perubahan ini mampu dihadapi secara adaptif dan dengan sukses. Ketika remaja tidak mampu berhadapan dan mengatasi tantangan


(10)

perubahan ini secara sukses, akan muncul berbagai konsekwensi psikologis, emosional, dan perilaku yang merugikan.

Namun demikian, menurut Geldard, beberapa remaja lebih sukses daripada yang lainnya dalam berhadapan dan mengatasi berbagai rintangan yang mereka temui, mereka lebih ulet, tangguh serta memiliki strategi-strategi mengatasi persoalan yang lebih baik dari teman-temannya. Kemampuan ini sebagian terkait dengan karakteristik kepribadian dan sebagian terkait dengan masa lalu dan lingkungan yang melingkupinya saat itu.

Remaja yang sukses digambarkan oleh Covey, S (2001, hlm. 27) sebagai remaja yang memiliki kebiasaan efektif yaitu dapat mengendalikan diri, menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang lebih sedikit, meningkatkan hubungan dengan teman-teman, meningkatkan kepercayaan diri, mengambil keputusan-keputusan yang lebih baik, merasa bahagia, dekat dengan orang tua, menemukan keseimbangan antara waktu sekolah, bekerja, jalan-jalan dengan teman dll, mengatasi kecanduan serta menemukan nilai-nilai yang dianut dan yang paling penting dalam kehidupan.

Akan tetapi pada kenyataannya ada remaja yang mengalami konflik batin dan kebingungan tentang nilai-nilai agama. Hal ini dikarenakan melihat perbedaan antara nilai- nilai agama yang diterima dengan perilaku orang dewasa yang seringkali melecehkan nilai-nilai agama, diantaranya melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan pelecehan seksual. Orang dewasa yang seharusnya menjadi contoh dan model yang baik dalam melaksanakan nilai-nilai agama, justru tampil memberikan contoh atau model yang buruk.Willis, S ( 2010 ).

Pelaksanaan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan istilah kesadaran beragama. Menurut Ancok (Kurnanto, 2015, hlm. 19) kesadaran beragama (religiusitas) dimaknai sebagai tingkat konsepsi dan komitmen seseorang terhadap agamanya, dalam pelaksanaannya meliputi lima dimensi yaitu dimensi ideologi/keyakinan, intelektual, ritual, eksperiensial dan konsekuensial.

Apabila kebingungan tentang makna hidup dan keraguan remaja terus berlangsung tanpa solusi, maka sangat mungkin remaja mengambil jalan pintas untuk menghadapi masalah yang dihadapinya. Dalam kondisi seperti itu,


(11)

biasanya peer group ikut berperan dalam menentukan pilihan. Pelarian ini terkadang menjebak remaja pada perbuatan negatif dan merusak (Jalaludin, 2010 hlm. 82). kasus narkoba, kebrutalan maupun tindak kriminal lainnya merupakan bagian dari kegagalan remaja menemukan jalan hidupnya.

Hasil Penelitian BNN bekerja sama dengan UI (2007) menunjukkan : (1) Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%. (2) Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22%. (3) Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat penenang 25%. (4) Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang. (5) Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp. 11,3 triliun. (6) Angka kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1 tahun.

Gambaran hasil penelitian BNN merupakan indikator yang sangat nyata tentang adanya krisis kesadaran beragama di kalangan remaja. Data di atas diperkuat dengan Penelitian tentang kesadaran beragama pada remaja salah satunya dilakukan oleh syamsu yusuf pada tahun 1996/1997. Penelitian dilakukan terhadap siswa SMK sejawa barat (kota dan kabupaten bandung, cirebon, bogor dan bekasi) yang respondennya berjumlah 652 siswa. Salah satu hasil penelitian adalah bahwa hampir setengahnya para siswa ; (1) Merasa malas untuk mendengarkan ceramah keagamaan. (2) Kurang berminat untuk mengikuti kegiatan keagamaan (3) Kurang senang membaca buku-buku agama. (4) Kurang tertarik untuk mengikuti diskusi keagamaan. Selain itu 9 % siswa, sekitar 58 siswa berpendapat bahwa untuk memenuhi kebutuhan seksual tidak perlu menikah terlebih dahulu.

Penelitian serupa dilakukan oleh Yustiana, Y (2013 ), berdasarkan studi pendahuluan di SMA PGII I dan 2 menunjukkan bahwa peserta didik merasakan permasalahan yang berhubungan dengan hubungan dengan Tuhan. Kompetensi aktual peserta didik kelas X SMA PGII 1 dan 2 Tahun ajaran 2011/2012 berada


(12)

pada tingkatan perkembangan landasan hidup religius. Peserta didik kelas X SMA PGII 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012 menunjukkan rata-rata skor 3,583 berarti berada pada tahap tiga (komformitas) dan tahap empat (sadar diri). Menurut Kartadinata (dalam Yustiana, 2014) karakteristik perkembangan komformitas dan sadar diri adalah sebagai berikut : belum memiliki tujuan hidup yang jelas, menerima diri berkeyakinan islam karena orang tua, lingkungan sekolah mengkondisikan sebagai orang islam; peduli terhadap penampilan diri sebagai seorang yang menganut agama islam ; menunjukkan perilaku beribadah karena secara umum orang melaksanakan dan merupakan aturan yang ditetapkan dan atau dikondisikan oleh sekolah; mengetahui dan merasa berdosa jika melakukan kesalahan tetapi belum ada upaya untuk mencegah melakukan perbuatan dosa atau melakukan perubahan perilaku agar tidak berbuat dosa; toleransi untuk berbuat dosa karena teman-teman atau lingkungan juga melakukan perbuatan tersebut ; mulai memikirkan alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari berbuat kesalahan; beberapa peserta didik mempergunakan kesempatan untuk mengembangkan kapasitas diri baik karena ajakan teman maupun karena berfikir tentang harapan masa depan; dan melakukan berbagai upaya penyesuaian gaya remaja dengan aturan/ajaran islam.

Berkaitan dengan data perilaku merusak/negatif yang dilakukan oleh remaja, Richard dan Bergin (dalam Yusuf, 2010 hlm. 253) menghadirkan suatu data empirik tentang keterkaitan antara spiritualitas dengan fenomena kehidupan manusia sebagai berikut : orang yang aktif dalam keagamaan (taat beribadah) cenderung (1) memiliki tingkat yang sangat rendah untuk terserang penyakit hati, jantung, hipertensi, disfungsi sistem kekebalan, dan kangker ; (usia hidupnya lebih lama; dan (3) menjauhi perilaku yang tidak tidak sehat, seperti merokok, meminum minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, dan berhubungan seks di luar nikah.

Data lain dari penelitian yang dilakukan oleh Richard dan Bergin adalah bahwa keyakinan beragama atau keterlibatan dalam kegiatan keagamaan berkorelasi negatif dengan tindakan bunuh diri. Hal ini disebabkan karena keyakinan beragama memberikan dampak yag positif terhadap perkembangan


(13)

kepribadian seseorang yang dapat mencegahnya dari bunuh diri, seperti kemampuan mengurangi depresi, memiliki perasaan berharga yang tinggi, dan memiliki nilai - nilai moral. Lebih jauh Bergin (dalam Miller, 2003) mengemukakan bahwa agama dapat menjauhkan individu dari perilaku merusak diri, keluarga dan masyarakat, seperti mabuk, konsumsi narkoba dan perilaku jahat lainnya. Secara lengkap dinyatakan sebagai berikut :

The positive relationship between religion, spirituality, and mental health stresses the importance of the integration of spiritual and religious concerns in counseling. Richards and Bergin (2000) summarize the findings of this positive relationship as follows. First, religious coping behaviors assist peo- ple during stress and illness. Second, religious people have a greater physi- cal health, life length, surgical recovery, and sense of well-being, as well as more life satisfaction, moral behavior, empathy, and altruism. Third, they have less anxiety related to death, worry, neurotic guilt, depression, and suicidal tendencies; are less likely to divorce, use or abuse alcohol or drugs, have premarital sex or teenage pregnancies (if the religion prohibits pre- marital sex), and delinquency. This summary indicates the powerful re- source religious beliefs and practices can be to clients in counseling and the importance of integrating this area in counseling.

Besarnya dampak agama bagi perkembangan individu disampaikan oleh Dahlan (dalam Sunaryo, 2011, hlm. 25) bahwa apabila pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia yang bercirikan taqwa maka bimbingan dan konseling tidak cukup hanya bertopang pada kaidah-kaidah psikologis dan sosio kultural belaka, melainkan harus mampu menangkap eksistensi manusia sebagai makhluk Allah Swt.

Tafsir (2012, hlm. 127) mengungkapkan bahwa kebanyakan siswa sudah bisa mengetahui (knowing) dan melakukan (doing) ajaran agama, tetapi tidak

being (melakukan) dalam kehidupan nyata. Menurut Tafsir, guru agama

mengajarkan, murid mendengar dan mencatatnya. Diajarkan bahwa berbohong itu jelek, kerugian bila berbohong, keuntungan bersikap jujur, kerugian boros, keuntungan hemat,memuliakan orang tua karena syurga berada di bawah telapak kaki ibu dan sebagainya. Banyak sekali materi akhlak dalam pelajaran agama islam, tapi semuanya itu adalah pengajaran (kognitif, knowing). Kebanyakan


(14)

siswa telah mengetahui konsep sholat, juga terampil melaksanakan sholat, tetapi dapatkah mereka melaksanakan sholat dalam kehidupan sehari-hari? (being).

Kondisi remaja yang digambarkan oleh Tafsir, tentu saja harus segera ditanggulangi dengan solusi yang akurat dan menyeluruh. Andaikata kondisi tersebut tidak segera diatasi, maka harapan untuk mewujudkan generasi emas pada tahun 2045 hanya tinggal mimpi saja.

Keprihatinan dengan kondisi buruknya kesadaran beragama, mendorong peneliti untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik yang sesuai dengan kondisi fisik dan psikis siswa. Secara spesifik, Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memfasilitasi siswa untuk dapat mengintegrasikan pemahaman keagamaan ke dalam aspek perasaan dan perilaku sehari-hari, hal ini disebut dengan proses internalisasi atau personalisasi (Tafsir, 2012). Dengan demikian keseluruhan kegiatan sehari-hari tidak lagi terpisah dari nilai-nilai agama. Kondisi ini akan menumbuhkan kedekatan remaja kepada agama, karena mereka merasakan dampak positif pelaksanaan agama.

Jalaludin (2010 hlm. 83) menyatakan bahwa para pemuka dan pendidik juga perlu merumuskan paradigma baru dalam menjalankan tugas bimbingannya. Setidaknya bimbingan keagamaan bagi remaja perlu dirumuskan dengan berorientasi pada pendekatan psikologi, perkembangan yang serasi dengan karakteristik yang dimiliki remaja. Dengan demikian, nilai-nilai ajaran agama tidak lagi hanya terbatas pada informasi ajaran yang bersifat normatif dan hitam putih. Ajaran agama tidak hanya menampilkan dosa dan pahala atau syurga dan neraka, siksa dan ganjaran, akan tetapi tampil sebagai model bimbingan yang dapat menghantarkan manusia kepada kesuksesan di dunia dan akhirat.

Upaya untuk membantu siswa dalam meningkatkan kesadaran beragama, tentunya memerlukan teknik atau pendekatan yang kreatif, inovatif dan sesuai dengan tugas perkembangan remaja. Kesalahan dalam memilih teknik bimbingan dikhawatirkan akan mengakibatkan rendahnya motivasi siswa untuk mengenal, memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai keagamaan. Secara ekstrim penggunaan pendekatan atau teknik bimbingan dan konseling yang tidak sesuai


(15)

dan kurang menarik, akan membuat remaja tidak tertarik bahkan meninggalkan ajaran agama.

Lebih jauh Kartadinata, (2011, hlm. 28) menyatakan bahwa apabila bertolak dari pandangan filosofis tentang manusia dan pandangan teoretik tentang pendekatan (yang menyangkut makna, fungsi, proses dan teknik bimbingan dan konseling), maka pendekatan bimbingan dan konseling dimaksud hendaknya berorientasi pada pendekatan kekholifahan atau kemakhlukan manusia, sesuai dengan esensi tugas manusia hidup di dunia ini sebagai khalifah dan berdasar kepada sifat - sifat kemanusiaan di dalam implementasinya.

Bimbingan dan konseling yang memperhatikan esensi dan eksistensi kemanusiaan sejalan dengan pendapat Dahlan (tanpa tahun) menggambarkan secara visual tentang bimbingan dan konseling “tuntas” dalam posisinya sebagai upaya pendidikan sebagai berikut :

bi

Gambar 1.1

Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pendidikan

Bimbingan dan konseling merupakan aktifitas layanan yang diperuntukkan untuk semua siswa. Berdasarkan sudut pandang Bimbingan dan konseling komprehensif, aktifitas BK meliputi layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual dan layanan dukungan sistem.

Bimbingan konseling sebagai upaya pendidikan

Mencakup perbuatan yang memanfaatkan psikologi-sosiologi

Mengarah pada maksud dan tujuan yang berbobot normatif etis untuk mencapai taqwa

Diwujudkan oleh pembimbing yang pada dasarnya adalah manusia mantap dan matang selaku hamba

Allah

Dilakukan untuk menuntun terbimbing ke arah kehidupan yang diridhai oleh Allah


(16)

Landasan penyusunan layanan dasar/kurikulum bimbingan dan konseling antara lain adalah tugas-tugas perkembangan yang merupakan satu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, Yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan mengakibatkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Yusuf (2012, hlm. 65). Tugas perkembangan yang pertama adalah terkait dengan peningkatan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, tugas perkembangan ini merupakan landasan kehidupan individu yang dapat mewarnai tugas – tugas perkembangan lainnya secara positif dan bermakna.

Salah satu peran bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari pendidikan nasional untuk membantu meningkatkan kesadaran beragama adalah dengan mengaplikasikan teknik Bimbingan dan Konseling yang sesuai dengan perkembangan siswa. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kurnanto, E (2014) yang melakukan penelitian tentang peningkatan religiusitas siswa dengan model bimbingan berbasis surat Al-Fatihah. Penelitian menggunakan desain eksperimen kuasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Pontianak. Penelitian ini terdiri dari tiga dimensi utama religiusitas yaitu iman, islam dan ihsan. Bimbingan berbasis surat Al-Fatihah dimaknai sebagai suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu, diberikan secara sistematis dan berkesinambungan yang diberikan oleh tenaga terlatih agar individu mempunyai perkembangan religiusitas yang optimal, dalam proses pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan pedoman pada operasionalisasi ayat demi ayat dalam surat Al-Fatihah.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurnanto (2014) menggunakan pendekatan penanaman nilai dan pembiasaan yang ditujukan untuk siswa SMP. Berdasarkan studi literatur, peneliti menemukan data bahwa teknik bimbingan yang digunakan untuk meningkatkan kesadaran beragama masih menggunakan cara-cara konvensional yang seringkali kurang disenangi oleh remaja dan membosankan. Misalnnya dengan menggunakan teknik ceramah atau sistem


(17)

modul, padahal remaja berada pada masa perkembangan seluruh aspek kehidupan, termasuk kemampuan berfikir kritis dan keinginan untuk belajar dari lingkungan. Fakta ini menjadi salah satu landasan penggunaan teknik modeling, khususnya modeling simbolik yang memiliki tampilan yang menarik berupa tayangan film pendek serta simulasi pelatihan perilaku yang diharapkan dengan tampilan yang lebih sederhana dan utuh apabila dibandingkan dengan teknik konvensional seperti ceramah atau system modul.

Layanan Bimbingan dan Konseling dengan teknik modeling didasari oleh Bandura. Persfektif teori ini berfokus pada bagaimana individu belajar dengan mengamati orang lain, dan bagaimana dalam proses tersebut, individu mulai memegang kendali atas perilaku mereka sendiri (Ormrod, J, 2009 hlm. 3). Dalam belajar sosial dengan teknik modeling, berasumsi bahwa tidak semua perubahan perilaku dilakukan dengan trial and error, melainkan bisa dengan melakukan modeling terhadap individu lain yang dianggap kompeten.

Menurut Bandura, individu dipengaruhi tidak hanya oleh apa yang dilakukan model, tapi juga oleh konsekwensi dan non konsekwensi yang dialami oleh model. Permodelan memiliki empat kemungkinan efek terhadap perilaku individu sebagai berikut : (1) Efek pembelajaran observasional (observational

learning effect). Pengamat memperoleh suatu perilaku baru yang diperagakan

oleh model. (2) Efek memfasilitasi respon (response facilitation effect). Pengamat menunjukkan perilaku yang telah dipelajari sebelumnya lebih sering setelah melihat seseorang model diberikan penguatan karena menampilkan perilaku tersebut (penguatan yang bersifat vicarious). (3) efek penghambat respons (response inhibition effect). (4) response disinhibition effect. Pengamat menunjukkan perilaku yang dilarang atau dihukum lebih sering setelah melihat seorang model menunjukkan perilaku tersebut tanpa mendapatkan konsekwensi yang merugikan. Empat dampak modeling dalam merubah perilaku merupakan cirri khas sekaligus kelebihan teknik ini. Penggunaan teknik modeling diperkirakan efektif untuk membantu meningkatkan kesadaran beragama.

Berdasarkan kajian teoritis dan beberapa data empirik di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka memperoleh


(18)

program Bimbingan dan Konseling dengan Teknik Modeling yang efektif untuk meningkatkan kesadaran agama.

1.2Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka masalah utama penelitian ini adalah, apakah teknik modeling efektif untuk meningkatkan

kesadaran beragama ?”

Secara khusus masalah utama tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Seperti apakah profil kesadaran beragama siswa kelas XI SMKN 2 Cimahi pada Tahun Ajaran 2014/2015 ?

2. Bagaimanakah rumusan Program Bimbingan dan Konseling dengan menggunakan teknik modeling yang efektif untuk meningkatkan kesadaran beragama siswa kelas XI SMKN 2 Cimahi siswa kelas XI SMKN 2 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015?

3. Bagaimana gambaran keefektifan teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama siswa kelas XI SMKN 2 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015?

1.3Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini ditujukan untuk menguji efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama. Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran teoritis dan empiris mengenai hal – hal berikut :

1. Profil kesadaran beragama siswa kelas XI SMKN 2 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Gambaran Program Bimbingan dan Konseling dengan menggunakan teknik modeling yang efektif untuk meningkatkan kesadaran beragama siswa; dan

3. Gambaran keefektifan teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama siswa.


(19)

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, khususnya prodi Bimbingan dan Konseling. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah khazanah teori tentang kesadaran beragama dan penggunaan teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama.

Secara praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bagi Guru BK, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan penyusunan program BK, baik yang terkait dengan aspek kesadaran beragama maupun dalam penggunaan teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama.

2. Bagi program studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, hasil Penelitian ini dapat menambah kekayaan kerangka konseptual dalam mengembangkan program Bimbingan dan Konseling dengan menggunakan teknik modeling yang efektif untuk meningkatkan kesadaran beragama.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu landasan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.

1.5Asumsi Penelitian

Penelitian tentang efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama ini didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Fitrah beragama merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau peluang untuk berkembang. Namun, mengenai arah dan kualitas perkembangannya tergantung kepada proses pendidikan yang diterimanya (faktor lingkungan). Syamsu Yusuf, (tanpa tahun, hlm. 37).

2. Apabila pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia yang bercirikan taqwa, maka bimbingan dan konseling tidak cukup hanya bertopang kepada kaidah-kaidah psikologis dan sosio-kultural belaka, melainkan harus mampu menangkap eksistensi manusia sebagai makhluk Allah. Dahlan, MD 1988 hlm. 23 (dalam Sunaryo, 2011 hlm.25).


(20)

3. Dilihat dari sudut wilayah bimbingan dan konseling, kemandirian yang menjadi fokus telaahan studi yang disebutkan berada pada segi tujuan yang esensinya ialah tanggung jawab. Tanggung jawab, sebagai esensi tujuan bimbingan dan konseling, bukan diajarkan sebagai pengetahuan melainkan sesuatu yang harus dialami dan diwujudkan dalam tindakan. Tangung jawab adalah suatu konsep totalitas yang menyangkut keterkaitan manusia baik dengan dirinya sendiri, masyarakat maupun Tuhan. (Sunaryo, 2011 hlm. 26).

4. Bimbingan dan konseling harus merupakan proses penyiapan konseli untuk dapat melaksanakan tugas hidupnya sebagai makhluk Alloh swt di muka bumi ini. Dahlan, MD 1988. (Sunaryo, 2011 hlm. 28).

5. Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru. ( Sauri, S, 2013 hlm. 19).

6. Universalisme Islam tampak pada penghargaan kepada kemanusiaan secara universal yang berpihak kepada kebenaran, kebaikan dan keadilan dengan mengedepankan kedamaian, menghindari pertentangan dan perselisihan, baik ke dalam intern umat islam maupun keluar. Dengan demikian nampak bahwa nilai-nilai ajaran islam menjadi dasar bagi hubungan antar manusia secara universal dengan tidak mengenal suku, bangsa dan agama. ( Sauri,S, 2013 ,hlm. 155).

7. Rendahnya kualitas keimanan dan ketaqwaan merupakan sumber yang paling mendasar dalam pengembangan keberdayaan hidup. ( Surya, M 2011 hlm. 65). 8. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa pembelajar tidak harus bereksperimen dengan cara trial and error, melainkan mereka dapat menguasai banyak respon baru hanya dengan mengamati perilaku orang lain atau model. Bandura ( Ormrod, 2008 hlm. 5).

9. Adanya hukum resiprokal dalam teori kognitif sosial menggambarkan saling ketergantungan yang konstan antara variabel lingkungan, perilaku dan individu


(21)

ketika ketiga faktor ini mempengaruhi pembelajaran dan perkembangan. Bandura, A (Jeanne E. O, 2008 hlm. 6).

10. Dalam persfektif kognitif sosial, penguatan meningkatkan frekuensi suatu perilaku hanya apabila pembelajar memikirkan dan mengetahui bahwa perilaku itu sedang diberi penguatan. Bandura, A (1986) (dalam Jeanne E. O, 2008 hlm. 7).

11. Pembelajar membentuk ekspektasi mengenai konsekwensi-konsekwensi yang mungkin dari tindakan-tindakan yang akan datang dan berperilaku sesuai dengan hal itu ( Jeanne E. O, 2008 hlm. 7).


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Membahas tentang pendekatan, metode, dan desain penelitian yang digunakan, partisipan penelitian, instrumen penelitian. prosedur penelitian, dan teknik analisis data penelitian.

3.1 Pendekatan dan Prosedur Penelitian

Pendekatan kuantitatif dalam hal ini digunakan untuk menguji efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama. dalam penelitian ini, pendekatan kuantitatif ditujukan untuk mengetahui perubahan kesadaran beragama siswa sebelum dan setelah adanya perlakuan layanan.

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode eksperimen kuasi. Bentuk desain eksperimen kuasi merupakan pengembangan dari true eksperimental design, yang sulit dilakukan. Desain ini mempunyai kelompok

kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Untuk menguji efektifitas teknik modeling digunakan metode penelitian eksperimen kuasi. Dalam eksperimen kuasi, peneliti menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, pengambilan partisipan dari dua kelompok tersebut tidak dilakukan secara random.

Penggunaan kuasi eksperimen dipandang dipandang sebagai pendekatan yang sesuai, karena pengambilan responden tidak dilakukan secara acak. Hal ini dipandang baik karena responden terpusat di kelas - kelas tertentu. Dengan demikian dapat mengurangi dampak gangguan terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah (pre-test post-test)

non-equivalent control group design, yaitu dengan menggunakan kelas-kelas yang

diperkirakan memiliki kondisi yang sama. Masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen akan diberikan pre-test dan post-test. Setelah pre-test diberikan,


(23)

kelompok eksperimen akan diberikan layanan bimbingan dengan menggunakan teknik modeling (observational learning), Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap kesadaran beragama siswa.

Borg dan Gall (1989 hlm. 679 dalam Creswell. 2013 hlm. 148) menyimpulkan enam langkah yang digunakan dalam prosedur rancangan pre test

post test control group. Penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan

langkah-langkah tersebut, yaitu: 1) persiapan; 2) melakukan pre test terhadap keseluruhan partisipan penelitian; 3) menempatkan partisipan secara berpasangan berdasarkan skor-skor pre test dalam ukuran yang telah ditetapkan; 4) melakukan treatment; 5) melakukan post test terhadap keseluruhan partisipan; 6) melakukan analisis data. Keseluruhan prosedur penelitian digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1

Rangkaian penelitian Program Bimbingan dan Konseling Dengan Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Kesadaran Beragama

PENDAHULUAN PERENCANAAN PELAKSANAAN HASIL

STUDI PUSTAKA

STUDI LAPANGAN

MENYUSUN PROGRAM HIPOTETIK

JUDGEMENT PROGRAM

REVISI

UJI COBA

LAPANGAN

ANALISIS DAN REVISI

PROGRAM AKHIR


(24)

3.2Pengembangan Instrumen Pengumpul Data

Pada bagian ini diuraikan tentang deskripsi dan langkah-langkah pengembangan instrumen yang meliputi penetapan definisi operasional kesadaran beragama dan teknik modeling, penyusunan kisi-kisi instrumen, pengujian kelayakan instrumen serta revisi dan finalisasi instrumen.

3.2.1 Definisi Operasional 1. Kesadaran beragama

Secara operasional yang dimaksud dengan kesadaran beragama pada penelitian ini, adalah aktifitas peribadahan yang dilakukan siswa kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan dalam kehidupan sehari-hari pada dimensi ideologi, ritual, eksperiensial, intelektual dan konsekuensial.

Dimensi keyakinan atau akidah islam menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Dalam ajaran islam isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi atau Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar .

Dimensi peribadatan (paraktek agama) atau syariah menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya. Dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, berdo’a, berdzikir, ibadah qurban, i`tikaf di masjid.

Dimensi pengamalan atau akhlak menunjuk pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agama, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, teruta\ma dengan manusia lain. Dalam ajaran islam dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga


(25)

amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, mematuhi norma-nor\ma islam dalam perilaku seksual, berjuang unuk hidup sukses.

Dimensi pengetahuan atau ilmu menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok ajaran agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab sucinya. Dalam ajaran islam, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi

al-Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun islam dan rukun iman).

Dimensi pengalaman atau penghayatan adalah dimensi yang menyertai keyakinan, pengamalan, dan peribadatan. Dimensi penghayatan menunjuk pada seberapa jauh tingkat muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Dalam ajaran islam, dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tenteram bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakal (pasrah diri secara positif) kepada Allah, perasaan khusyu ketika melaksanakan shalat, perasaan bergetar ketika mendengar ayat-ayat Al-Quran, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapatkan peringatan atau pertolongan dari Allah.

2. Teknik modeling

Teknik modeling dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu teknik

yang menggunakan proses belajar melalui pengamatan terhadap model dan perubahan perilaku yang terjadi karena peniruan dalam adegan aktifitas bimbingan kelas.

Secara operasional, teknik modeling yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa model simbolik (symbolic models). Model simbolik yang digunakan adalah berupa tayangan film yang terkait dengan kesadaran beragama. Konsep tentang teknik modeling menggambarkan adanya empat proses inti sebagai berikut


(26)

1. Perhatian (attention process): Sebelum meniru orang lain, perhatian harus dicurahkan kepada individu yang hendak ditiru. Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya, sifat model yang atraktif, dan arti penting tingkah laku yang diamati bagi pengamat.

2. Representasi (representation process): Tingkah laku yang akan ditiru, harus disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk gambaran/imajinasi. Representasi verbal memungkinkan orang mengevaluasi secara verbal tingkah laku yang diamati, dan menentukan mana yang dibuang dan mana yang akan dicoba dilakukan. Representasi imajinasi memungkinkan dapat dilakukannya latihan simbolik dalam pikiran, tanpa benar – benar melakukannya secara fisik. 3. Peniruan tingkah laku model (behavior production process): sesudah

mengamati dengan penuh perhatian, dan memasukkannya ke dalam ingatan, orang lalu bertingkah laku. Mengubah dari gambaran pikiran

menjadi tingkah laku menimbulkan kebutuhan evaluasi; “Bagaimana melakukannya?” “Apa yang harus dikerjakan?” “Apakah sudah benar?”

Berkaitan dengan kebenaran, hasil belajar melalui observasi tidak dinilai berdasarkan kemiripan respons dengan tingkah laku yang ditiru, tetapi lebih pada tujuan belajar dan efikasi dari pembelajaran.

4. Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement process): Belajar melalui pengamatan menjadi efektif kalau pembelajaran memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Observasi mungkin memudahkan orang untuk menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak ada, tidak akan terjadi proses tingkah laku yang diharapkan.

3.2.2 Kisi – kisi instrumen

Data yang dibutuhkan untuk pengembangan program Bimbingan dan Konseling dengan teknik modeling diperoleh melalui instrumen pengungkap kesadaran beragama. Dengan demikian, instrumen dikembangkan berdasarkan definisi operasional tentang kesadaran beragama yang telah dikemukakan di atas.


(27)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dirancang berbentuk angket berskala pengungkap kesadaran beragama. Skala yang digunakan pada angket adalah skala likert dengan bentuk : (SS) Sangat Sesuai, (S) Sesuai, (TS) Tidak Sesuai dan (STS) Sangat Tidak Sesuai, yang masing-masing diberi skor 4 (SS), 3 (S), 2 (TS), 1 (STS).

Pernyataan/item yang digunakan dalam instrumen ini berdasarkan pertimbangan teoritis dan empiris. Secara teoritis mempertimbangkan karakteristik perkembangan kesadaran beragama, khususnya remaja. Secara empirik berdasarkan data dokumentasi kegiatan Bimbingan dan Konseling beserta refleksi peneliti selama lima tahun menjadi guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Kesadaran Beragama Siswa

Dimensi Indikator Deskripsi No

1. Dimensi

Ideologi/keyakina n/rukun iman

1.Yakin kepada Allah

Berdasarkan kepada

beberapa Asma Ul husna: Allah Yang Maha Pencipta, Allah Yang Maha Pengatur

1,2

2.Yakin kepada malaikat

Berdasarkan kepada tugas malaikat sebagai pengawas amal manusia

3, 4

3.Yakin kepada Nabi dan rosul

Berdasarkan beberapa

karakteristik nabi yang bersungguh-sungguh dalam berda’wah

5, 6

4.Yakin kepada kitab Allah (Al-Qur`an)

Berdasarkan kepada

beberapa fungsi Al-Qur’an

sebagai sumber

penyelesaian semua urusan hidup

7, 8

5.Yakin kepada hari akhir

Berdasarkan kepada

beberapa karakteristik hari akhir dan kematian

9,10

6.Yakin kepada qadha dan qadar

Berdasarkan kepada

persepsi terhadap keadilan takdir Allah


(28)

2. Dimensi Intelektual/ilmu

Pengetahuan/wawas an tentang pokok-pokok ajaran Islam

Berdasarkan kepada

beberapa hikmah ibadah ritual (puasa)

13,15

3. Dimensi Ritual 1. Melaksanaka n shalat

Berdasarkan kepada

pelaksanaan sholat wajib

tepat waktu dan

melaksanakan sholat sunat

16,17

2. Berpuasa Berdasarkan pada

kemampuan mengendalikan emosi ketika puasa dan melaksanakan puasa sesuai ketentuan syariat

18, 19

3. Mengeluarka n zakat

Meniatkan zakat untuk

beribadah serta

mengeluarkan zakat sesuai aturan syariat

20, 21

4. Menunaikan ibadah haji

Memiliki niat untuk ibadah haji apabila memiliki kemampuan

22, 23

5. Membaca

al-qur’an Keistiqomahan Al-Qur’an setiap hari serta membaca mempelajari ilmu tajwid

24, 25

6. Berdo’a Berdoa sebelum melakukan aktifitas sehari-hari

26, 27 7. Berdzikir Mengucapkan dzikir pada

kegiatan sehari-hari

28, 29

8. Berqurban Melakukan qurban

diniatkan untuk beribadah kepada Allah

30-32

9. Melakukan itikaf di masjid

Melaksanakan i-tikaf untuk mendekatkan diri serta memohon ampunan kepada Allah

33, 34

4. Dimensi

Eksperiensial/pen ghayatan

1. Merasa dekat atau akrab

dengan Allah

Senantiasa memohon

petunjuk Allah dalam semua urusan hidup

35-37

2. Merasa bahagia

dengan do’a

-do’a yang

sering terkabul

Kepuasan Allah senantiasa


(29)

3. Merasa tenteram bahagia karena menuhankan Allah

Hati tenang karena Allah penentu segala urusan

40-42

4. Bertawakal (pasrah diri secara

positif) kepada Allah

Memasrahkan segala usaha kepada Allah namun tetap melakukan ikhtiar

43-45

5. Khusyu ketika melaksanaka n sholat atau

berdo’a

Mengingat dengan baik jumlah rakaat dan bacaan sholat

46, 47

6. Hati bergetar ketika

mendengark an ayat-ayat Al-Quran

Merasa nyaman mendengar ayat Al-Qur’an

48-50

7. Bersyukur kepada Allah ketika mendapat kebahagiaan

Mensyukuri kesehatan dan harta yang dimiliki

51-53

8. Perasaan mendapatka n peringatan atau

pertolongan dari Allah

Merasa bersalah ketika melakukan dosa

54-56

5. Dimensi

konsekuensial/ak hlak

1. Suka menolong

Menolong teman

menjelaskan pelajaran serta menengok teman yang sakit

57-59

2. Bekerjasama Terlibat aktif dalam kegiatan sosial di sekolah

60-62 3. Berderma/be

rinfak

Memberikan sebagian harta

untuk membantu

teman/tetangga yang tidak mampu

63, 64

4. Mensejahter akan dan Menumbuhk embangk

Memberikan perhatian kepada teman yang sedang

bermasalah serta

memberikan pelayanan


(30)

an orang lain yang baik kepada tamu

5. Menegakkan keadilan dan kebenaran

Menjadi saksi yang berkata benar

68-70

6. Berlaku jujur

Menepati janji serta menjadi saksi yang jujur dalam perselisihan dengan teman

71, 72

7. Menjaga lingkungan hidup

Menjaga kebersihan

lingkungan

73-75

8. Menjaga amanat

Memelihara semua amanat dengan baik, baik amanat lisan maupun berupa titipan barang

76-77

9. Tidak mencuri

Tidak mengambil milik orang lain tanpa ijin

78-79 10.Tidak

korupsi

Mengambil hak orang lain untuk kepentingan diri

80,81 11.Tidak

berjudi

Melakukan taruhan uang dalam permainan

82,83 12.Tidak meminum minuman yang memabukka n

Menjauhi mabuk 84, 85

13.Mematuhi

norma-norma islam dalam

perilaku seksual

Berbusana menutup aurat dan bergaul dengan lawan jenis sesuai etika islam

86, 87

14.Berjuang untuk hidup sukses

Belajar sebelum ujian 88, 89

15.Memaafkan orang lain

Berbuat baik kepada teman yang pernah menyakiti

90, 91

3.2.3 pengujian kelayakan Instrumen

Pengujian terhadap instrumen dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang layak pakai. Pada bagian ini diuraikan tentang uji rasional oleh ahli serta


(31)

pengujian validitas item dan reliabilitas instrumen. Secara rinci dijelaskan sebagai berikut.

1. Uji Rasional

Uji rasional terhadap instrumen meliputi materi/isi, konstuk dan bahasa. Penimbangan (uji rasional) dilakukan untuk memperoleh instrumen yang layak pakai. Dimensi kesadaran beragama terdiri dari lima dimensi, dikembangkan menjadi 135 item pernyataan. Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga ahli Bimbingan dan Konseling yang terdiri dari Dr. Nani M Sugandhi, M. Pd., Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd, Dr. Ilfiandra, M.Pd.

2. Uji Validitas Item dan Reliabilitas Instrumen

Langkah uji validitas butir pernyataan dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman Rank. Dari 135 pernyataan/item diperoleh 91 pernyataan valid dan 44 pernyataan tidak valid. Bagi pernyataan yang valid hal ini berarti bahwa pernyataan tersebut mengukur kesadaran beragama dengan baik sedangkan bagi pernyataan yang tidak signifikan hal ini berarti bahwa pernyataan tersebut tidak dapat mengukur dengan baik kesadaran beragama siswa.

Setelah dilakukan uji validitas setiap item selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Suatu alat ukur (instrumen) memiliki reliabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama). Dimanapun dan kapanpun berada. Untuk mengukur reliabilitas soal menggunakan rumus Alfa Cronbach (Sugiyono)

Proses pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan perangkat lunak MS Excel 2007. Merujuk pada pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2008, hlm.184), dapat ditarik kesimpulan bahwa reliabilitas instrumen kesadaran beragama siswa sebesar 0,95 berada pada kategori sangat tinggi. Artinya, instrumen tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.


(32)

Hasil pengujian secara rasional instrumen penelitian dilanjutkan dengan

kegiatan revisi. Setelah instrumen memenuhi syarat validitas dan reliabilitas, maka dilakukan finalisasi instrumen dengan penataan bentuk instrumen, pembuatan pedoman pengerjaan, pembuatan lembar jawaban dan penggandaan instrumen.

3.3Populasi dan Sampel penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.(Sugiyono, 2013, hlm. 118). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMKN 2 Cimahi, sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI RPL A (34 0rang) dan kelas XI Animasi (32 orang). Secara lebih rinci, sampel penelitian disajikan sebagai berikut.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian Tahap

penelitian

Kelas Jumlah

sampel

Jumlah Total

Studi

pendahuluan

Kelas XI Animasi 32 66

Kelas XI RPL 34

Uji coba program Kelompok eksperimen : Kelas XI RPL A


(33)

Kelompok Kontrol : Kelas XI Animasi

32 32

Penentuan kelompok untuk uji coba program sebagaimana tertera dalam Tabel 3.1 didasarkan pada pertimbangan bahwa program Bimbingan dan Konseling diberikan dalam adegan pendidikan psikologis (psychoeducational

group). Menurut Breadly (2011, hlm. 187) aktifitas bimbingan dalam adegan psychoeducational dapat berbentuk clasroom guidance atau bimbingan kelas.

Lebih lanjut Breadly (2011, hlm. 5) menyatakan bahwa jumlah anggota dalam bimbingan kelas berkisar antara 20 sampai 30 siswa. Berkaitan dengan jumlah pendidikan psikologis, Glading (dalam Supriatna 2010, hlm. 86) mengungkapkan kisaran siswa sebanyak 10 sampai 40 siswa. Penelitian ini mengambil kelompok uji coba sebanyak 34 siswa.

Penggunaan adegan classroom guidance/psychoeducational terkait dengan adanya fenomena perbandingan antara konselor dan siswa yang sangat tidak ideal. Breadly mengungkapkan bahwa kelompok psychoeducational dalam bentuk

classroom guidance dapat berfungsi preventif, pengembangan maupun remedial.

3.4 Prosedur pengembangan Program Bimbingan dan Konseling dengan Teknik Modeling

Dalam penelitian ini, Program Bimbingan dan Konseling dengan teknik modeling didefinisikan sebagai Layanan Bimbingan dan Konseling yang dirumuskan berdasarkan profil kesadaran beragama siswa kelas XI SMKN 2 Cimahi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran beragama yang meliputi dimensi ideologi, intelektual, ritual, eksperiensial dan konsekuensial. Secara spesifik, konten kesadaran beragama yang dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi : (1) Pengungkapan Awal; (2) Indahnya takdir Allah; (3) Mengapa saya berpuasa? (4) Aku berdzikir ketika ujian; (5) Bekerjasama mempermudah hidupku; (6) Nyaman dan khusyu bersama Allah; (7) Refleksi Akhir.

Secara operasional, teknik modeling yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa model simbolik (symbolic models). Model simbolik yang


(34)

Wiwin Winangsih, 2015

EFEKTIVITAS TEKNIK MOD ELING UNTUK MENINGKATKAN KESAD ARAN BERAGAMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

digunakan adalah berupa tayangan film yang terkait dengan kesadaran beragama yang dilakukan melalui empat tahap inti sebagai berikut.

5. Perhatian (attention process): Sebelum meniru orang lain, perhatian harus dicurahkan kepada individu yang hendak ditiru. Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya, sifat model yang atraktif, dan arti penting tingkah laku yang diamati bagi pengamat.

6. Representasi (representation process): Tingkah laku yang akan ditiru, harus disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk gambaran/imajinasi. Representasi verbal memungkinkan orang mengevaluasi secara verbal tingkah laku yang diamati, dan menentukan mana yang dibuang dan mana yang akan dicoba dilakukan. Representasi imajinasi memungkinkan dapat dilakukannya latihan simbolik dalam pikiran, tanpa benar – benar melakukannya secara fisik. 7. Peniruan tingkah laku model (behavior production process): sesudah

mengamati dengan penuh perhatian, dan memasukkannya ke dalam ingatan, orang lalu bertingkah laku. Mengubah dari gambaran pikiran

menjadi tingkah laku menimbulkan kebutuhan evaluasi; “Bagaimana melakukannya?” “Apa yang harus dikerjakan?” “Apakah sudah benar?”

Berkaitan dengan kebenaran, hasil belajar melalui observasi tidak dinilai berdasarkan kemiripan respons dengan tingkah laku yang ditiru, tetapi lebih pada tujuan belajar dan efikasi dari pembelajaran.

8. Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement process): Belajar melalui pengamatan menjadi efektif kalau pembelajaran memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Observasi mungkin memudahkan orang untuk menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak ada, tidak akan terjadi proses tingkah laku yang diharapkan.

Secara visual, peningkatan kesadaran beragama melalui program Bimbingan dan Konseling dengan teknik modeling tertera pada gambar berikut.

Kondisi awal kesadaran beragama :

1. Dimensi ideologi

2. Dimensi

intelektual

Layanan BK :

1. Indahnya takdir Allah;

2. Mengapa saya berpuasa?

Kondisi akhir :

peningkatan kesadaran beragama :


(35)

Gambar 3.2

Peningkatan Kesadaran Beragama Melalui Teknik Modeling

Berdasarkan tujuan, penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu tahap persiapan, perancangan program hipotetik, uji kelayakan, uji lapangan dan penyusunan rancangan program BK akhir. Rincian kegiatan setiap tahap dijelaskan sebagai berikut.

Tahap pertama : Persiapan pengembangan program BK

Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi kajian konseptual dan dan kajian empirik fenomena kesadaran beragama siswa. Studi pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi awal sebagai dasar penyusunan program BK. Kajian konseptual dilakukan untuk menelaah konsep kesadaran beragama dan konsep program BK dengan teknik modeling. Sumber informasi yang digunakan untuk mendapatkan data dan fakta tentang kesadaran beragama dan Bimbingan dan Konseling dengan teknik modeling adalah buku teks, jurnal, dan artikel yang sesuai di internet.

Kajian empiris dilakukan untuk mendapatkan gambaran kesadaran beragama. Hal ini dilakukan dengan melakukan studi pendahuluan kepada siswa kelas XI yang berjumlah 66 orang.

Tahap kedua : Merancang program BK

Berdasarkan kajian teoritik dan empirik, selanjutnya disusun program BK dengan teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama siswa.


(36)

Substansi program BK terdiri dari rumusan rasional, tujuan, asumsi, kompetensi konselor, prosedur pelaksanaan, evaluasi dan indikator keberhasilan layanan BK.

Tahap ketiga : Uji kelayakan program

Tahap ini terdiri dari judgement pakar dan uji coba di lapangan. Judgement dilakukan untuk mengetahui ketepatan program BK dengan teknik konseling untuk meningkatkan kesadaran beragama. Judgement dilakukan oleh ahli Bimbingan dan Konseling dari sekolah Pasacasarjana UPI, yaitu Dr. Yusi Riksa Yustiana, M. Pd. Dari kegiatan judgement ahli, diperoleh informasi ketepatan dan kelayakan layanan BK. Hasil judgement ahli Bimbingan dan Konseling ditindaklanjuti dengan melakukan proses revisi Deskripsi hasil validasi pakar dijelaskan sebagai berikut.

1. Pendahuluan dan Asumsi Program

Pendahuluan dan asumsi program merupakan pertimbangan teoritis dan empiris yang dijadikan dasar penyusunan program. Hasil pertimbangan pakar terhadap pendahuluan dan asumsi program menunjukkan bahwa pada bagian pendahuluan terlalu banyak kajian teoritis yang tidak berhubungan secara langsung dengan variabel penelitian, sehingga peneliti melakukan penyederhanaan kajian teotitis pada pendahuluan.

2. Tujuan Program

Tujuan program merupakan gambaran perilaku yang diharapkan setelah siswa mendapatkan layanan BK. Hasil pertimbangan pakar terhadap rumusan tujuan program berada pada kriteria memadai.

3. Kompetensi Konselor

Kompetensi konselor yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh konselor untuk melaksanakan layanan BK. Hasil pertimbangan pakar menunjukkan bahwa runusan kompetensi konselor berada pada criteria memadai.


(37)

Struktur dan tahapan program BK berisi deskripsi singkat tentang langkah kerja secara singkat yang dilakukan dalam pelaksanaan program BK. Hasil pertimbangan pakar menunjukkan bahwa pada satuan layanan BK terdapat kekurangan pada penggunaan istilah khas teknik modeling yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik dan motivasi. Peneliti melakukan revisi sesuai dengan hasil pertimbangan pakar.

5. Evaluasi dan Indikator Keberhasilan

Rumusan evaluasi program berkenaan dengan kejelasan tentang aspek teknik, alat, waktu evaluasi dan indikator keberhasilan program. Hasil penilaian pakar menunjukkan bahwa pada aspek yang dievaluasi dan indikator keberhasilan terdapat istilah yang tidak konsisten digunakan, yaitu istilah konseling dan Bimbingan. Peneliti melakukan revisi dengan mengganti istilah keberhasilan konseling dengan keberhasilan proses bimbingan kelompok.

Tahap keempat : Pengujian Lapangan

Selanjutnya dilakukan uji lapangan program BK dengan teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama dengan desain nonequivalent pre

test-posttest control group design meliputi (1) Penyusunan rencana kegiatan uji

lapangan; (2) Pelaksanaan uji lapangan dengan desain eksperimen kuasi. Rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut.

Kelompok A O --- X --- O

_____________________________

Kelompok B O --- O

Gambar 3.3

Bagan desain (pre-test post-test) non-equivalent control group (Creswell. 2013 hlm. 242).


(38)

Keterangan:

A = Kelompok Eksperimen B = Kelompok Kontrol

O = Pre test, Post Test (menggunakan instrumen kesadaran beragama) X = Perlakuan (Program BKdengan teknik modeling)

Pada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) dilakukan pre test dan post test. Proses pengujian lapangan dilakukan kepada kelas eksperimen sebanyak 34 siswa kelas XI SMK Negeri 2 Cimahi jurusan Rekayasa perangkat Lunak. Program dilaksanakan sebanyak tujuh sesi, meliputi lima sesi utama dan dua sesi digunakan untuk melakukan pre test dan post test.

Tahap kelima, melakukan analisis dan evaluasi berdasarkan hasil uji coba

lapangan sebagai bahan revisi dan perbaikan program.

3.5Teknik Analisis Data

Uji statistik dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai adanya peningkatan kesadaran beragama setelah diberikan program Bimbingan dan Konseling. Ketentuan dalam menggunakan uji statistik adalah cara pengambilan sampel dan normalitas dari data yang digunakan. Apabila data berdistribusi normal maka akan digunakan statistik parametrik, dan apabila data tidak berdistribusi tidak normal, maka akan digunakan statistik non parametrik. Pertimbangan lain yang digunakan dalam analisis data adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan.

3.5.1 Profil Kesadaran beragama siswa

Profil kesadaran beragama siswa dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel: Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi b. Menentukan Skor terendah ideal yang diperoleh sampel:


(39)

Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel:

Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal d. Mencari standar deviasi Standar deviasi ( ) = Rentang skor / 6

e. Mencari rata-rata teoritis

Rata-rata teoritis ( )= 2,5 x jumlah pernyataan valid

Dari langkah langkah diatas, kemudian didapat kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Gambaran Umum Variabel

Kriteria Rentang

Sangat Baik

X ≥ + 1,5 Baik

+ 0.0 ≤ X < + 1,5 Kurang Baik

- 1,5 ≤X < + 0.0 Tidak Baik

X < - 1,5

(Azwar, 1996, hlm. 107-109)

3.5.2 Analisis Efektivitas Teknik Modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama

Dalam menjawab pertanyaan penelitian tentang efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama dilakukan dengan uji Mann Witney


(40)

melalui analisis data kesadaran beragama siswa sebelum dan setelah mengikuti teknik modeling. Teknik uji ini dilakukan dengan cara membandingkan data

normalized gain, antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tujuan

uji ini adalah untuk memperoleh fakta empirik tentang efektifitas teknik modeling (observational learning) untuk meningkatkan kesadaran beragama dibandingkan dengan kelompok kontrol. Teknik pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistical product and service solutions (SPSS) versi 18.0.

Prosedur pengujian pengaruh tersebut adalah sebagai berikut. Pertama menghitung data normalized gain (N-Gain) dengan rumus sebagai berikut (Coletta, V.P., Phillips, J.A., & Steinert, J.J., 2007).

postest-pretest g =


(41)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bagian ini dikemukakan simpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan berkaitan dengan kajian teoritis, studi empirik dan hasil penelitian sejenis yang dikaji berdasarkan pertanyaan penelitian. Rekomendasi penelitian ditujukan untuk mengembangkan bidang Bimbingan dan Konseling baik untuk lingkungan perguruan tinggi maupun lingkungan sekolah serta bahan masukan untuk peneliti selanjutnya.

1.1Simpulan

Berdasarkan data penelitian tentang efektifitas teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Penelitian ini menghasilkan program Bimbingan dan Konseling dengan teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama. Penelitian dilakukan terhadap siswa SMK kelas XI SMK Negeri 2 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa siswa dengan kategori kesadaran beragama kurang baik dan tidak baik memiliki jumlah yang cukup banyak, meliputi hampir seperdua dari jumlah sampel secara keseluruhan. Ditinjau berdasarkan dimensi kesadaran beragama diperoleh rerata tertinggi pada dimensi ritual dan rerata terendah pada dimensi konsekuensial. Hasil pre test digunakan sebagai salah satu acuan untuk menyusun layanan Bimbingan dan Konseling dengan teknik modeling untuk meningkatkan kesadaran beragama. Pemetaan indikator terendah dan tertinggi pada setiap dimensi dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk menyusun program BK.


(42)

3. Setelah penerapan layanan Bimbingan dan Konseling dengan teknik modeling, peningkatan kesadaran beragama siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara statistik. Jika dilihat dari rata-rata peningkatan, maka peningkatan skor kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini berarti bahwa setelah penerapan teknik modeling, peningkatan kesadaran beragama siswa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol baik pada kriteria

tinggi, rendah maupun keseluruhan. Secara empirik, program BK dengan

teknik modeling dapat meningkatkan keseluruhan dimensi kesadaran beragama yang meliputi dimensi ideologi, ritual, intelektual, eksperiensial dan konsekuensial. Namun apabila ditinjau dari indikator, maka tidak semua indikator mengalami peningkatan.

4. Keefektifan teknik modeling tidak dapat digeneralisasi, karena sampel dilakukan terbatas pada dua jurusan dari empat jurusan yang dimbil dengan teknik non random. Dengan demikian penelitian selanjutnya perlu melibatkan jumlah sampel yang lebih banyak dan menyebar di beberapa sekolah.

1.2Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan hasil dan pemaparan kesimpulan penelitian, rekomendasi utama studi ini adalah Program Bimbingan dan Konseling dengan teknik modeling yang efektif untuk meningkatkan kesadaran beragama. Rekomendasi ditujukan untuk berbagai pihak, meliputi Program Studi Bimbingan dan Konseling, Guru Bimbingan dan Konseling, serta kepada peneliti selanjutnya sebagai berikut.

1. Program Studi bimbingan dan konseling dapat mengimplementasikan kerangka konsep dan aplikasi teknik modeling yang efektif untuk meningkatkan kesadaran beragama melalui beberapa mata kuliah yang


(43)

relevan, misalnya pada mata kuliah Landasan Bimbingan dan Konseling. Kerangka konsep ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi para calon guru Bimbingan dan Konseling sebagai persiapan pembuatan program BK di sekolah.

2. Guru Bimbingan dan Konseling, dapat menerapkan teknik modeling yang efektif untuk meningkatkan kesadaran beragama di sekolah. Berdasarkan hasil studi literatur dan data observasi di lapangan, masih jarang ditemukan contoh kerangka konsep dan aplikasi yang berkaitan dengan kesadaran beragama yang menggunakan teknik yang memadai. Di lapangan penggunaan model simbolik berupa tayangan film dapat divariasikan dengan penggunaan gambar atau kisah yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah.

3. Peneliti selanjutnya dapat melakukan pengembangan penelitian sebagai berikut.

a. Subyek penelitian dapat diperluas kepada jenjang di bawah SMK sederajat seperti TK, SD dan SMP ataupun kepada jenjang yang lebih tinggi seperti mahasiswa S1 atau S2.

b. Melakukan penelitian terhadap salah satu dimensi kesadaran beragama, agar mendapatkan gambaran yang lebih spesifik dan mendalam.

c. Menggunakan teknik atau pendekatan lain dalam melakukan penelitian yang terkait dengan kesadaran beragama. Hal ini akan melengkapi beberapa kelemahan dari teknik yang sudah diteliti sebelumnya.

d. Melakukan aplikasi teknik modeling yang berbeda dalam layanan Bimbingan dan Konseling, misalnya dengan menggunakan model hidup (live models), sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan aplikasi modeling lain seperti modeling simbolik.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quranul karim

Ahyadi. (2005). Psikologi Agama. Bandung : Sinar Baru Algesindo Al Gifari. (2009). Cara Cerdas Masuk Syurga. Bandung : Mujahid Al jurjawi, S. (2013). Indahnya syariat Islam. Jakarta : pustaka al kautsar

Al-Ghazali, I. (2012). Jika Engkau Qonaah, Pasti Bahagia (terjemah). Mitra Press Al-Qardhawi, Y. (2004). Tawakkal. Jakarta : Al-Mawardi Prima

Ancok, D. (2012). Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

An-Nawawi Al Jawi, M. (2010). Ilmu Tauhid (terjemah). Surabaya : Mutiara Ilmu Arends, R. (2008). Learning To Teach (terjemah). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Aswendo. (2010). Pengaruh Pelatihan Berfikir Positif pada Efikasi Diri Akademik

Mahasiswa. Jurnal Psikologi UNDIP. Bandung. Rizki Press

Bandura, A (1974). Behavior theory and Model Of The Man. American Psychologist. Stanford University USA

Bandura, A. (1964). The Stormy Decade : Fact or Fiction ?.(Reprinted from Psychology in The School). Vol 1 No 3, 224-231

Bandura, A. (1988). Organitasional Aplication of Social Cognitive Theory. Australian Journal Of Management Vol 13 No. 2. Departement of Psychology Stanford University USA

Bandura, A. (1995). Self Efficacy in changing Societis. USA : Cambridge University Press


(45)

Malim-Malaysia : University Pendidikan Sultan Idris.

Basith. (2012). Beyond Success Inspiration. Jakarta : Bina Sarana Informatika

Beauregard dan O`Leary. (2007). The Spiritual Brain (A neuroscientist`s case for the

existence of the soul. Canada :Harper Collins e-books

Best, R. (2000). Education For Spiritual, Moral, Social, and Cultural Development. London and New York : Continuum

Breadly. (2011) GROUP WORK. New York : PEARSON

Britner, S. (2006). Sources Of Science Self efficacy Beliefs Of Middle School Student. Journal Of Research In Science Teaching Vol. 43, No 5. PP. 485-499. Departement Of Teacher Education : Bradley University, Peoria, Illionis.

Burton, Kimberly at.al. (2006). The Differential Effect Of Intrinsic and Identified Colledge, R. (2002). Mastering Counselling Theory . USA : Palgrave Macmillan

Corey, G. (2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (terjemah). Bandung : Refika Aditama

Covey, S. (2001). The 7 Habith of Higly Effective Teens. (terjemah). Jakarta : BinaAksara

Daradjat, Z. (2010). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT. Bulan Bintang

Dunst, J. C. (2007). Child and Adult Social Emotional Benefit of Response Contingent

Child Learning Opportunities. Journal of Early and Intensive Behavior

Intervention Volume 4 Number 2

Eklund, J dkk (2012). Who Cares About Others : Emphatic Self Efficacy as an Antecedent

to Prosocial Behavior. Malardalen University. Tersedia :

http://www.uiowa.edu/`grpproc/crisp/erisp.html


(46)

Geldard, K dan Geldard, D. (2010). Konseling Remaja Pendekatan Proaktif. (terjemah). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Gibson, R. (2011) . Bimbingan dan Konseling (terjemah Edisi ke 7). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Gibson, S. ( 2004 ). Social Learning (Cognitive) Theory and Implications for Human

Resource Development. Advances in Developing Human Resources Vol.6,No.2

193-210 DOI:10.1177/1523422304263429 Copyright 2004 tersedia : Sage Publications at Universitas Pendidikan Indonesia on October 19, 2014

Hall, Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (terjemah).Yogyakarta : Kanisius Haryanto, S. (2007). Psikologi Sholat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Hawa, S. (1998). Mensucikan Jiwa (Intisari ihya’ ulumuddin karya Al ghazali). Jakarta : Robbani Press

Hikmawati, F. (2008). Model Konseling Islami untuk meningkatkan komitmen beragama. Disertasi. Universitas Pendidikan Indonesia

Hood, R. (2009). The Psychology Of Religion. Fourth Edition. USA : Guilford Jalaluddin. (1996). Psikologi Agama. Jakarta : PT Rajagrafindo persada

Kartadinata, S. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling. Bandung : UPI PRESS Kenrick. ( tanpa tahun ). Introduction to Social Psychology. Diunduh dari BookFi.org Kurnanto, M. (2015). Ringkasan Disertasi : Peningkatan Religiusitas Siswa Dengan

Model Bimbingan Berbasis Surat Al-Fatihah. Bandung : UPI

Lawrence, Erlbaum.(2003) The International Journal For The Psychologi Of Religion, 13(3), hal 167-17


(1)

Wiwin Winangsih, 2015

EFEKTIVITAS TEKNIK MOD ELING UNTUK MENINGKATKAN KESAD ARAN BERAGAMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quranul karim

Ahyadi. (2005). Psikologi Agama. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Al Gifari. (2009). Cara Cerdas Masuk Syurga. Bandung : Mujahid

Al jurjawi, S. (2013). Indahnya syariat Islam. Jakarta : pustaka al kautsar

Al-Ghazali, I. (2012). Jika Engkau Qonaah, Pasti Bahagia (terjemah). Mitra Press

Al-Qardhawi, Y. (2004). Tawakkal. Jakarta : Al-Mawardi Prima

Ancok, D. (2012). Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

An-Nawawi Al Jawi, M. (2010). Ilmu Tauhid (terjemah). Surabaya : Mutiara Ilmu

Arends, R. (2008). Learning To Teach (terjemah). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Aswendo. (2010). Pengaruh Pelatihan Berfikir Positif pada Efikasi Diri Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologi UNDIP. Bandung. Rizki Press

Bandura, A (1974). Behavior theory and Model Of The Man. American Psychologist. Stanford University USA

Bandura, A. (1964). The Stormy Decade : Fact or Fiction ?.(Reprinted from Psychology in The School). Vol 1 No 3, 224-231

Bandura, A. (1988). Organitasional Aplication of Social Cognitive Theory. Australian Journal Of Management Vol 13 No. 2. Departement of Psychology Stanford University USA

Bandura, A. (1995). Self Efficacy in changing Societis. USA : Cambridge University Press


(2)

Wiwin Winangsih, 2015

EFEKTIVITAS TEKNIK MOD ELING UNTUK MENINGKATKAN KESAD ARAN BERAGAMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Barry, T. (2002). Creatifity in the classroom and life : A Nurturing Approach.Tanjong Malim-Malaysia : University Pendidikan Sultan Idris.

Basith. (2012). Beyond Success Inspiration. Jakarta : Bina Sarana Informatika

Beauregard dan O`Leary. (2007). The Spiritual Brain (A neuroscientist`s case for the existence of the soul. Canada :Harper Collins e-books

Best, R. (2000). Education For Spiritual, Moral, Social, and Cultural Development. London and New York : Continuum

Breadly. (2011) GROUP WORK. New York : PEARSON

Britner, S. (2006). Sources Of Science Self efficacy Beliefs Of Middle School Student. Journal Of Research In Science Teaching Vol. 43, No 5. PP. 485-499. Departement Of Teacher Education : Bradley University, Peoria, Illionis.

Burton, Kimberly at.al. (2006). The Differential Effect Of Intrinsic and Identified

Colledge, R. (2002). Mastering Counselling Theory . USA : Palgrave Macmillan

Corey, G. (2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (terjemah). Bandung : Refika Aditama

Covey, S. (2001). The 7 Habith of Higly Effective Teens. (terjemah). Jakarta : BinaAksara

Daradjat, Z. (2010). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT. Bulan Bintang

Dunst, J. C. (2007). Child and Adult Social Emotional Benefit of Response Contingent Child Learning Opportunities. Journal of Early and Intensive Behavior Intervention Volume 4 Number 2

Eklund, J dkk (2012). Who Cares About Others : Emphatic Self Efficacy as an Antecedent to Prosocial Behavior. Malardalen University. Tersedia : http://www.uiowa.edu/`grpproc/crisp/erisp.html


(3)

Wiwin Winangsih, 2015

EFEKTIVITAS TEKNIK MOD ELING UNTUK MENINGKATKAN KESAD ARAN BERAGAMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Engku, I dan Zubaidah, S. (2014). Sejarah Pendidikan Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Geldard, K dan Geldard, D. (2010). Konseling Remaja Pendekatan Proaktif. (terjemah). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Gibson, R. (2011) . Bimbingan dan Konseling (terjemah Edisi ke 7). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Gibson, S. ( 2004 ). Social Learning (Cognitive) Theory and Implications for Human Resource Development. Advances in Developing Human Resources Vol.6,No.2 193-210 DOI:10.1177/1523422304263429 Copyright 2004 tersedia : Sage Publications at Universitas Pendidikan Indonesia on October 19, 2014

Hall, Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (terjemah).Yogyakarta : Kanisius

Haryanto, S. (2007). Psikologi Sholat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Hawa, S. (1998). Mensucikan Jiwa (Intisari ihya’ ulumuddin karya Al ghazali). Jakarta : Robbani Press

Hikmawati, F. (2008). Model Konseling Islami untuk meningkatkan komitmen beragama. Disertasi. Universitas Pendidikan Indonesia

Hood, R. (2009). The Psychology Of Religion. Fourth Edition. USA : Guilford

Jalaluddin. (1996). Psikologi Agama. Jakarta : PT Rajagrafindo persada

Kartadinata, S. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling. Bandung : UPI PRESS

Kenrick. ( tanpa tahun ). Introduction to Social Psychology. Diunduh dari BookFi.org

Kurnanto, M. (2015). Ringkasan Disertasi : Peningkatan Religiusitas Siswa Dengan Model Bimbingan Berbasis Surat Al-Fatihah. Bandung : UPI

Lawrence, Erlbaum.(2003) The International Journal For The Psychologi Of Religion, 13(3), hal 167-17


(4)

Wiwin Winangsih, 2015

EFEKTIVITAS TEKNIK MOD ELING UNTUK MENINGKATKAN KESAD ARAN BERAGAMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Maddux, J. (2000). Self Efficacy : The Power Of Believing You Can. Handbook of positive psychology. New York: Oxford University Press

Maehr And Karabencik. (2005). Advances in motivation and Achievement Volume 14. Motivation and Religion. School Of Education, University Of Michigan. USA : Elsevier

Majidah, N. (2011). Relijiusitas dan Perubahan Sosial dalam Masyarakat Industri. Jurnal Sosiologi Islam volumme 1 No 1 April 2011. ISSN : 2089-0192

Maududi, A. (2010). Dasar – dasar Islam. Bandung : Pustaka May, R.(2007). Seni Konseling.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

McCullough, M dan L. B. Willoungby, B. (2009). Religion, Regulation, and Self-Control : Associations, Explanations, and Implication. Psychological Bulletin. Volume 135 no 1 hal 69-93.

Miller, G. (2003). Incorporating spirituality in counseling and psychoterapy (theory and tecnique). USA. John Willey and Sons. INC

Mursidin. (2011). Moral sumber pendidikan. Bogor : Ghalia Indonesia

Muzakkir. (2011). Jurnal Ilmu- ilmu Keislaman. Miqat. Diunduh dari http://jurnalmiqot.com/index.php/gallery/download/category/4-tahun-2011

Najati, U. (2005). Psikologi dalam Al-Qur’an. Bandung : CV Pustaka Setia

Nelson, J. (2009). Psychology, Religion and Spirituality. Departement of Psychology ValpaRaiso. Springer2303-2906 Volume 1 (3), 226-239.

Nelson, R dan Jones. (2011). Teori dan Praktek Konseling dan Terapi (terjemah)Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Neviyarni. (2009). Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berorientasi Khalifah. Bandung Alfabeta


(5)

Wiwin Winangsih, 2015

EFEKTIVITAS TEKNIK MOD ELING UNTUK MENINGKATKAN KESAD ARAN BERAGAMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Nurianto, D. (2012). Kenakalan Remaja Pada Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Anak. Proyeksi, Volume 7 (1) 2012, 45-53.

Nursalim, M. (2013). Strategi dan intervensi Konseling. Jakarta : Akademia Permata

Nursi. (2003). Menikmati Takdir Langit. Jakarta : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.

Olson, M dan Hergenham, BR (2011). Pengantar Teori- teori Kepribadian (terjemah). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Pendidikan Dan Konseling Di Era Global dalam Persfektif Prof. Dr.M. Djawad Dahlan.Editor : Mamat Supriatna dan Juntika Nurihsan

Prichard, S. (2012). Tersedia : http://mej.sagepub.com/content/99/2/57

Purwakania, A. (2006). Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta : Rajawali Pers

Qhardhawi, Y. (1998) Tafsir Fi Zhilalil Qur`an

Richard and Bergin. (2007). Spiritual strategy for Counseling and Psychoteraphy (second edition).USA : APA-PsycINFO Database

Ridhoni, F. (2013). Metode Tukar Pengalaman Untuk meningkatkan Efikasi Diri

Ruseno dan Erni. (2013). Meningkatkan belajar berdasar regulasi diri melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Makara Seri Sosial Humaniora No 17 (1) : 55-63

Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung : Rizki Press

Sadulloh, U. (2011).Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung : Alfabeta

Santrock, J. (2003). Perkembangan Remaja (terjemah). Jakarta : Erlangga

Sauri, S. (2013). Pendidikan Karakter Dalam Persfektif Islam. Bandung : Rizki Press


(6)

Wiwin Winangsih, 2015

EFEKTIVITAS TEKNIK MOD ELING UNTUK MENINGKATKAN KESAD ARAN BERAGAMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Snyder, C. (2000). Handbook Of Positive Psychology. New York : Oxford University Press

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Supriatna, M. (2010). Model Konseling Aktualisasi Diri. Disertasi. UPI

Sutoyo, A. Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Syarif, A (2002). Psikologi Qur`ani. Bandung : Pustaka Hidayah

Tafsir, A (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Tafsir, A. (2014). Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Tilaar, H.A.R. (2004). Paradigma pendidikan nasional. Jakarta : Rineka Cipta

Tomer and Eliason. (2007). Existensial and Spiritual Issues in death Attitudes. Mahwah, New Jersey, London : Lawrence Erlbaum Associates Publishers

Yastion. (2009). Handbook For Spiritual Revolution. New York : Toronto. Plymouth, UK

Yustiana, YR. (2013). Dua sistem penyajian (Delivery System) program Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan kompetensi hidup religius peserta didik. Disertasi (tidak diterbitkan). UPI

Yusuf LN, S dan M Sugandhi, N (2012). Perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Rajagrafindo

Yusuf LN, S. ( 2007 ). Psikologi Belajar Agama. Bandung : Maestro

Yusuf LN, S. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Peluan Siswa Kelas XI IPA 5 Dan 6 SMAN 2 JEMBER Tahun Ajaran 2006/2007

0 4 72

KESADARAN BERAGAMA PADA LESBIAN

0 8 20

ENGARUH PEMAHAMAN MATERI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMK Negeri 3 Jember Tahun Ajaran 2010/2011)

0 6 6

PENGARUH PENGGUNAAN TEHNIK PENCATATAN MIND MAPPING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Metro Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013)

0 13 61

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP GERAK SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI MIPA Semester Ganjil SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 57

Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kingdom Animalia (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Liwa Lampung Barat Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014)

1 11 67

EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI MODEL TPS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013)

0 6 46

Pengaruh Tayangan Kuliner Hell Kitchen Terhadap Motif Belajar Siswa (Studi pada Siswa SMKN 3 Bandar Lampung Jurusan Tata Boga Kelas XI Angkatan 2014/2015)

3 38 96

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUGAN (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Talangpadang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 56

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 3 53