PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA )

(1)

commit to user

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK

PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA )

Penulisan Hukum ( Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh Venny Noviyanti

NIM.E0007237

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

(5)

commit to user ABSTRAK

VENNY NOVIYANTI, E0007237.2011. PELAKSANAAN PEMBERIAN

KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK

KONVENSIONAL DAN BANK UNIT SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah ( KPR ) pada bank konvensional dan bank unit syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan apabila dilihat dari tujuannya termasuk penelitian hukum empiris atau sosiologis. Lokasi penelitian di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui Interview ( wawancara), Studi kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan. Analisis data yang digunakan tehnik analisis kualitatif.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian memiliki perbedaan dalam hal perjanjian, jangka waktu, ketentuan biaya dan perhitungan bunga atau bagi hasil. Persamaan yang ada dalam kedua adalah syarat pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR), jaminan, Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Flowchart pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sedangkan perbedaan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional adalah system perhitungan angsuran, dimana pada bank konvensional terkenal dengan system bunga. Sedangkan pada bank unit syariah lebih terkenal system angsuran dengan bagi hasil, dimana kedua belah pihak mengadakan perjanjian sesuai dengan akad Murabahah atau akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT). Selain itu, penelitian ini pun membahas tentang permasalahan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank kovensional dan bank unit syariah yang dihadapin oleh Bank Permata, antara lain yaitu nasabah, masalah jaminan, terjadinya kredit macet.

Dengan demikian, dalam melakukan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank kovensional dan bank unit syariah haruslah berdasarkan prinsip kehati-hatian karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati- hatian. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang unit syariah adalah Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian.


(6)

commit to user ABSTRACT

VENNY NOVIYANTI, E0007237. 2011. HOME LENDING OF OWNERSHIP (KPR) TO CONVENTIONAL BANK AND BANK UNITS UNDER ISLAMIC PRINCIPLES PRUDENTIAL (CASE STUDY PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

This study to determine the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the conventional banks and Islamic banking units based on the principle of prudence. This research is a descriptive and when seen from the objectives including the legal or empirical sociological research. Research sites in PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Types of data used are primary data. Data collection techniques used is through the interview (interview), Study of literature in the form of legislation. Analysis of the data used techniques of qualitative analysis.

Based on this study obtained results that the implementation of House Ownership Loan (mortgage) in units of conventional banks and Islamic banks based on prudential principles differ in terms of the agreement, term, fee provisions and the calculation of interest or for the results. The equation is in second is the implementation of the requirements of House Ownership Loan (mortgage), security, implementation of House Ownership Loan (mortgage) and Flowchart implementation of House Ownership Loan (mortgage). While the differences in the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the conventional banks is the calculation of the installment system, where the conventional banks is famous for its system of interest. While the more famous bank sharia units with profit-sharing payments system, in which both parties entered into an agreement in accordance with the contract of Murabaha or Ijara contract Muntahiyah Bittamlik (IMBT). In addition, this study also discusses the problems of the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the banks Conventional and Islamic banking unit of Bank Permata dihadapin by, among others, namely the customer, the problem of collateral, the credit crunch.

Thus, in making the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the banks Conventional and Islamic banking units should be based on the precautionary principle because it is based on Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan is the Bank must maintain bank soundness in accordance with the provisions of capital adequacy, asset quality, management quality, liquidity, profitability, solvency, and other aspects related to the business in accordance with the principle of prudence. Meanwhile, based on Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang unit syariah Banking and unit Islamic Sharia in conducting its business activities are required to apply the precautionary principle.


(7)

commit to user MOTTO


(8)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih sayang serta rahmat dan hidayah-Nya tanpa henti dan tanpa diminta walaupun terkadang penulislupa untuk bersyukur. Salawat serta salam juga senantiasa tercurahkan kepada satu-satunya revolusioner terhebat dan abadi sepanjang zaman Nabi Muhamad Saw semoga peneliti diberikan syafaatnya diakhir zaman dan diizinkan menjadi umat yang dicintainya.

Penelitian hukum dengan judul PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ) ”ini merupakan penelitian pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah jika dikaitkan dengan prinsip kehati-hatian. Didalam penelitian ini membahas tentang syarat-syarat, prosedur, jaminan, pelaksanaan KPR, persamaan dan perbedaan antara pelaksanaan KPR konvensional dan pelaksanaan KPR unit usaha syariah serta permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Kredit (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah.

Penelitian ini merupakan syarat yang harus ditempuh dalam menyelesaikan studi guna melengkapi gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Atas peran serta dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan dapat menyelesaikan proses penulisan hukum ini. Kesempatan ini penulisan gunakan untuk mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr Hartiwiningsih S.H,. M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin diadakannya penyusunan penulisan hukum ini.

2. Pujiyono, S. H, M. H selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan mengenai hukum perbankan konvensional dan keadministrasian


(9)

commit to user

hukum Indonesia dengan memperbaiki segala kekurangan penulisan dalam penulisan skripsi ini.

3. Mohammad Adnan, S.H, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan mengenai hukum Unit Usaha Syariah dan keadministrasian hukum Indonesia dengan memperbaiki segala kekurangan penulisan dalam penulisan skripsi ini.

4. Edy Hardiyanto, S.H.,M.H selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan nasehat dan membantu penulis selama kuliah.

5. Kedua orang tua penulis yang tidak bosan memberikan semangat belajar dan selalu mendoakan penulis, semoga penulis bisa jadi sinar harapan terbaik.

6. Kedua kakak Penulis yaitu Vivin Noviyani dan Vemmy Meiyansah yang telah memberikan dukungan moril dan material kepada penulis

7. Teman-teman dan sahabat di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret dan yang telah mengikuti seminar proposal penulis yang banyak memberikan masukannya terutama sahabatku ocnovicky prihasditya yang banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

8. Teman- teman di Fortuna 2 ( Silmie, Fennty, Ike, Siwi, Rini, Godri, Nanik, Intan, Desi, Dina dan lain-lain ) yang selalu ramai dan memberikan semangat sepanjang hari, Tidak akan terlupakan.

Penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masih diperlukan perbaikan dan penulis sangat berterimakasih atas kritik dan sarannya. Harapan penulis, penulisan hukum ini bisa bermanfaat bagi semuanya, penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 27 Juli 2011


(10)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Sistematika Skripsi ... 14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 17

A. Kerangka Teori ... 17

1. Tinjauan Tentang Imlementasi Produk legislasi ... 17

2. Tinjauan Tentang Bank Umum ... 19

a. Pengertian Bank Umum ... 19

b. Kegiatan-Kegiatan Bank Umum ... 20

3. Tinjauan Tentang Unit Usaha Syariah ... 22

a. Unit Usaha Syariah ... 22

b. Kegiatan Unit Usaha Syariah ... 22

4. Tinjauan Tentang Kredit ... 24

a. Pengertian Kredit ... 24

b. Unsur-Unsur Kredit ... 24

c. Prinsip Dasar Pemberian Kredit ... 25

d. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Kredit ... 29

e. Jenis-Jenis Kredit Perbankan ... 31

f. Perjanjian Kredit Bank ... 34

5. Tinjauan Tentang Pembiayaan Syariah ... 35

a. Pengertian Hukum Pembiayaan Bank Syariah ... 35

b. Unsur-Unsur Pembiayaan ... 36

c. Prinsip Dasar Pemberian Pembiayaan ... 37

d. Asas, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan ... 40


(11)

commit to user

f. Perjanjian Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) ... 43

6. Tinjauan Umum Tentang Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) ... 44

7. Tinjauan Tentang Pemilikan Rumah (KPR) ... 46

a. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 46

b. Prinsip Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 47

c. Jenis-Jenis Pemilikan Rumah (KPR) ... 47

d. Faktor-Faktor Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 47

B. Kerangka Pemikiran ... 49

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada Undang- Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ... 52

a. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional dan Bank Unit Usaha Syariah ... 53

(1). Syarat-Syarat Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 54

(2). Bentuk-Bentuk Jaminan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 59

(3). Jenis-Jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) .... 59

(4). Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 60

(5). Analisis Kredit Pemilikan Rumah ... 61

(6). Penggolongan Kredit Bank Dalam Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 64

(7). Prosedur Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 65

b. Perbedaan Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah ... 67

(1). KPR Bank Konvensional ... 67

(2). KPR Bank Unit usaha syariah ... 68

2. Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank Konvensional dan Bank Unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ... 69


(12)

commit to user

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ... 70

1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Berdasarkan Prinsip Kehati-Hatian Yang Terdapat Pada Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Dan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ... 70

2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ... 81

BAB IV : PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(13)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Analisis Interaktif ... 14


(14)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pedoman Wawancara

Lampiran II Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR.

Lampiran III Formulir Aplikasi Kredit Konsumen

Lampiran IV Cara Menghitung Tabel Angsuran Kredit KPR Bank Konvesional.

Lampiran V Cara Menghitung Tabel Angsuran Pembiayaan KPR Bank Unit Usaha Syariah.


(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah merupakan kebutuhan yang amat penting bagi semua orang dan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Dalam tingkat kebutuhan, rumah termasuk kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Terlebih bagi yang sudah berkeluarga, rumah merupakan tempat bagi keluarga untuk berlindung, beraktivitas, dan bersosialisasi di tengah lingkungannya.

Seiring dengan kemajuan jaman, jumlah penduduk semakin bertambah. Akibatnya, permintaan terhadap adanya rumah sebagai tempat tinggal pun bertambah. Efek diatas juga berimbas pada bisnis properti. Tidak hanya rumah baru, rumah yang telah di pakai sekian tahun dipakai pun dapat dibisniskan. Hal ini dapat dimaklumi karena sifat gerak manusia yang dinamis, setiap saat dapat berubah menurut selera dan kepentingan. Akibatnya ada saja pemilik rumah yang berniat mengganti rumahnya. Sebagai contoh, jumlah keluarga semakin banyak, sedangkan rumah tidak dapat diperluas. Hal tersebut mendorong keluarga untuk mencari rumah yang lebih luas. Contoh lain, pemilik rumah pindah kerja sehingga harus meninggalkan rumah. Oleh karena rumah bersifat permanen sehingga tidak dapat berpindah pindah, pemilik rumah tersebut mau tidak mau harus menjual rumahnya. Walaupun kebutuhan tempat tinggal dapat dipenuhi dengan cara mengontrak, tetapi cara ini bersifat sementara dan tidak selamanya terjamin karena dibatasi oleh kepentingan pemilik rumah.

Pada saat ini tanah yang tersedia semakin sedikit sehingga menyebabkan harga tanah dan harga rumah menjadi semakin mahal. Maka dari itu perbankan membantu konsumen dalam memilih rumah yang dikehendaki dan membantu konsumen dalam pembayaran rumah. Bagi konsumen yang memiliki kendala keuangan, pihak perbankan dapat membantu dengan suatu alternatif pembayaran yaitu sistem KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Beban


(16)

commit to user

pembayaran rumah melalui KPR terasa lebih ringan sebab dilakukan dengan angsuran setiap bulannya dan juga suku bunga yang ditawarkan sesuai dengan kondisi pasar dan tetap per tahunnya. KPR tidak hanya digunakan pada pembelian rumah baru saja tetapi dapat digunakan juga untuk pembelian rumah second / bekas.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat “ bank and financial institutions collect money and deposits from all elements of society and invest these funds in loans, securities and various

other productive assets ” (William A Lovett, 1997 : 1). Dari ketentuan

tersebut dapat terlihat bahwa fungsi utama bank sebagai perantara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of founds) dengan pihak yang kekurangan dan memerlukan dana.

Setiap orang tentu ingin memiliki rumah sendiri. Hidup mandiri dan bebas membina rumah tangga, sekaramg ini sudah menjadi kebutuhan setiap orang. Misalkan untuk memiliki rumah akan tetapi mempunyai kendala dalam kondisi keuangan, sekarang telah ada solusinya, yaitu melalui bank-bank yang memberikan berbagai keleluasaan:

a. Bebas memilih lokasi di lingkungan Real Estate / Non Real Estate, dan kondisi bangunan baik baru atau secondary;

b. Untuk berbagai macam tujuan: membeli rumah, ruko, apartemen atau untuk pembangunan rumah dan renovasi;

c. Uang muka lebih ringan dan maksimum pembiayaan lebih besar; d. Jangka waktu lebih panjang sampai dengan 20 tahun;

e. Dapatkan fleksibilitas membayar cicilan ekstra serta menarik kembali pinjaman, tanpa proses ulang dan jaminan tambahan.

Dalam mekanisme perhitungan dan sistem pembayaran perlu dipahami agar dapat memilih KPR yang aman dan sesuai dengan kebutuhan mengingat suku bunga yang semakin tinggi sehingga tidak merugikan dikemudian hari bila harga cicilan menjadi naik dari harga sebelumnya. Biasanya bank berani memberikan KPR apabila antara bank dan konsumen telah mengadakan pengikatan serta


(17)

commit to user

konsumen memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh bank. KPR di setiap bank memiliki syarat-syarat, prosedur, jenis dan bentuk yang berbeda antar bank konvensional dengan bank syariah.

Pada awal tahun 2007, industri KPR subprima di Amerika memasuki suatu masa yang disebut "masa kehancuran KPR subprima". Tingginya angka penyitaan jaminan KPR subprimer ini telah menyebabkan lebih dari 24 perusahaan pemberi pinjaman KPR subprima mengalami kepailitan, salah satunya adalah perusahaan terkemuka yaitu New Century Financial

Corporation, yang merupakan perusahaan KPR subprima terbesar kedua di

Amerika (Gretchen Morgenson: 2007). Kehancuran dari perusahaan-perusahaan KPR subprima ini telah mengakibatkan harga pasar saham berbasis Real estate investment trust senilai 6.5 triliun USD jatuh dan membawa pengaruh meluas terhadap bursa saham Amerika serta ekonomi secara keseluruhan. “ The crisis has affected the general economy. Credit conditions have tightened for all types of loans since the subprime crisis started nearly a year ago. The biggest danger to the economy is that, to preserve their regulatory capital ratios, banks will cut off the flow of credit,

causing a decline in lending to companies and consumers “ (Crouhy, Jarrow

and Turnbull, 2007 : 3). Krisis ini masih berlanjut terus dan telah mendapatkan perhatian serius dari media masa di Amerika serta pembuat undang-undang pada awal tahun 2007.

Beberapa peneliti atas kasus hancurnya industri subprima ini melemparkan kesalahan semuanya ini terhadap praktik "lintah darat" dari debitur subprima dan kurang efektifnya pengawasan pemerintah. Peneliti lain menyalahkan pialang KPR yang dikendalikan oleh debitur guna memperoleh KPR yang sebenarnya tidak layak, para penilai kredit yang menaikkan nilai transaksi rumah dan investor bursa saham Wall Street yang tidak melakukan verifikasi atas kelayakan hutang yang menjadi aset dasar pada Efek Beragun aset subprima. Debitur subprima juga dikecam atas perbuatannya menanda tangani perjanjian kredit yang mereka tidak mungkin dapat memenuhinya.


(18)

commit to user

Banyak laporan atas krisis yang mencatat bahwa jatuhnya harga rumah sejak tahun 2005 turut berperan penting dalam kejatuhan industri KPR subprimer ini. Pada waktu harga rumah mengalami kenaikan sejak tahun 2000 hingga 2005, debitur yang memiliki kesulitan dalam pembayaran hutangnya padahal debitur memiliki kekayaan berupa rumah, maka mereka mengambil jalan pintas dengan cara pembiayaan kembali (refinance) atau menjual rumah mereka. Namun sewaktu harga rumah jatuh pada banyak negara bagian di Amerika maka strategi ini menjadi kurang bermanfaat lagi bagi para debitur subprima.

Beberapa pakar industri menyatakan bahwa krisi ini akan makin memburuk. Lou Ranieri dari Salomon Brothers, memperingatkan bahwa penemu / pencetus pasar efek beragun aset pada tahun 1970-an, telah memperingatkan tentang akibat dikemudian hari atas gagal bayarnya KPR. Seorang pengacara hak konsumen, Irv Ackelsberg meramalkan dalam testimoni kepada Komite Perbankan Senat Amerika bahwa 5 juta penyitaan akan terjadi pada beberapa tahun kemudian disebabkan oleh suku bunga KPR subprimer yang diberikan pada tahun 2004 dan 2005 akan naik sesuai dengan syarat kredit yang disepakati yaitu kenaikan dari suku bunga tetap setelah periode 2 tahun. Other experts have raised concerns that the crisis may spread to the so-called Alternative-A (Alt-A) mortgage sektor, which makes loans to borrowers with better credit than subprime borrowers at not quite

prime rates (Fleckenstein, Bill, 2007).

Beberapa ekonom termasuk Ketua Federal Reserve Board Alan Greenspan, menyatakan keprihatinannya bahwa krisis KPR subprima ini akan membawa dampak pada industri perumahan dan bahkan pada keseluruhan ekonomi Amerika. Pada keadaan ini, antisipasi gagal bayar pada pada KPR subprimer dan diperketatnya standar kredit merupakan faktor gabungan yang menurunkan nilai rumah dan membuat pemilik rumah merasa kekayaannya menyusut sehingga akhirnya mereka akan menurunkan secara bertahap belanja mereka yang akan mempelemah ekonomi. Edward Leamer seorang ekonom UCLA, meragukan bahwa harga rumah akan jatuh secara dramatis


(19)

commit to user

sebab kebanyakan pemilik rumah tidak akan mau menjual rumahnya tetapi menurut perkiraannya harga rumah akan tetap stabil atau agak tertekan untuk 3 atau 4 tahun kedepan.

Dengan terungkapnya krisi dan prediksi akan penguatan mulai meningkat, beberapa pembuat undang-undang dari Partai Demokratik seperti Senator Charles Schumer, Robert Menendez dan Sherrod Brown menyarankan bahwa pemerintah Amerika harus menawarkan pembiayaan untuk mengatasi debitur bermasalah tersebut kehilangan rumahnya. Beberapa ekonom mengecam proposal penalangan hutang tersebut dengan mengatakan bahwa hal itu dapat berpengaruh dari terjadinya lebih banyak lagi kasus gagal bayar ataupun mendorong dilakukannya lebih banyak lagi pinjaman berisiko (http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_subprima).

Dalam rangka mendukung sustainability perkembangan KPR dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian di dalam penyaluran KPR oleh bank, dirasakan perlu untuk mengembangkan pasar sekunder KPR melalui sekuritisasi. Dalam rangka mendukung kelancaran proses sekuritisasi KPR, dipandang perlu untuk mewajibkan bank membakukan beberapa proses administrasi KPR sejak tahap awal (originasi KPR) yang dicantumkan di dalam Standard Operating Procedure (SOP) KPR bank. Sehubungan dengan hal tersebut, ditetapkan pengaturan sebagaimana tercakup di dalam Surat Edaran No. 12/38/DPNP yang pada dasarnya merupakan acuan bagi bank untuk menyusun SOP KPR.

Pengaturan sebagaimana terdapat pada Surat Edaran No. 12/38/DPNP ditujukan bagi Bank Umum penyelenggara KPR. Pengaturan di dalam Surat Edaran tersebut yang mewajibkan bank untuk memiliki SOP dalam rangka penyaluran KPR yang memuat pembakuan beberapa proses administrasi KPR juga dimaksudkan untuk mendorong bank menyalurkan KPR secara transparan yang pada giliran berikutnya akan membantu pengembangan pasar sekunder KPR yang sehat.

Bank penyelenggara KPR wajib untuk menyalurkan KPR secara berhati-hati di samping tetap memperberhati-hatikan aspek transparansi. Terdapatnya SOP


(20)

commit to user

KPR akan membantu bank untuk menyalurkan KPR secara berhati-hati dan memperhatikan aspek transparansi yang pada giliran berikutnya akan mendorong terdapatnya KPR yang berkualitas. Dengan demikian, pengaturan sebagaimana terdapat pada Surat Edaran No. 12/38/DPNP berlaku bagi bank-bank penyelenggara KPR (Surat Edaran No. 12/38/DPNP, 2010).

Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas maka peneliti berpendapat bahwa hal-hal tersebut di atas cukup menarik untuk di bahas lebih lanjut yaitu mengenai aspek-aspek yang penting yang terkait dengan kredit perbankan. Dan untuk itulah penulis mengangkatnya dalam suatu skripsi dengan judul : “ PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ) ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul yang peneliti ambil, maka terdapat beberapa rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ?

2. Permasalahan apa saja yang dihadapkan Bank Permata Tbk cabang Surakarta dalam pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah?

C. Tujuan penelitian

Suatu penelitian supaya terarah serta mengenai sasarannya, maka harus mempunyai tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :


(21)

commit to user

a) Untuk Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian.

b) Untuk Mengetahui permasalahan yang dihadapin Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta

2. Tujuan Subyektif

a) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam memperluas pemahaman arti pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek, khususnya Hukum Perbankan.

b) Untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap guna penyusunan penulisan hukum ( skripsi ) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Memperluas pemikiran dan pendapat hukum, memberi landasan teoritis dan praktek bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya hukum perbankan.

2. Manfaat Praktis

a) Untuk Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah

b) Untuk Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah

c) Bagi Pribadi Lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang hukum perbankan.


(22)

commit to user

(1) Meningkatkan peran dan fungsi pelayanan bank konvesional dan bank unit usaha syariah kepada masyarakat.

(2) Memberikan kemudahan dalam pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) kepada rnasyarakat.

e) Bagi Masyarakat

(1) Memberikan informasi mengenai pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah

(2) Menambah kepercayaan masyarakat kepada Bank Konvensional dan bank unit usaha syariah dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) .

(3) Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membedakan pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) antara bank konvensional dan bank unit usaha syariah.

E. Metode Penelitian

Istilah “Metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”, namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinan kemungkinan sebagai berikut:

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian 2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur (Soerjono Soekanto, 2010 : 5).

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan kerangka tertentu. Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan


(23)

commit to user

menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2010 : 42-43).

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan masalah dengan jalan menemukan, mengumpulkan, menyusun data guna mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya dituangkan dalam penulisan ilmiah (skripsi). Adapun metode penelitian dalam penulisan hukum ini meliputi:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah jenis penelitian hukum empiris atau “ sosiologis “. Pada penelitian hukum empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data skunder, kemudian dilanjutkan pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat” (Soerjono Sukanto, 2010 : 52).

Penelitian ini mengkaji mengenai dasar hukum pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Hasil penelitian di dapatkan peneliti melalui suatu proses wawancara ( interview ) yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan mengenai pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Untuk memperoleh kebenaran fakta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank syariah yang didukung dengan menelaah Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah dan studi kepustakaan, maka penelitian ini adalah penelitian hukum empiris.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan


(24)

commit to user

untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2010 : 10). Penelitian ini memberikan gambaran yang lengkap mengenai apa yang menjadi dasar yang digunakan pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian penulisan hukum ini adalah Bank Permata dan Bank Bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Lokasi tersebut dipilih karena Bank Permata merupakan bank konvensional dan bank unit usaha syariah, sehingga berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

4. Jenis Data

Secara umum, di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat ( data empiris ) dan dari bahan-bahan pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan yang dipeoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder ( Soerjono Soekanto, 2010 : 51 ). Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Data primer merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan atau di lokasi penelitian. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari sejumlah fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, data primer berupa hasil wawancara dengan kepala bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta serta nasabah debitur yang mengajukan Kredit pemilikan Rumah (KPR) di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.


(25)

commit to user b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung dari lapangan, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan, yang terdiri Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional, Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR, Jurnal Internasional, Jurnal Nasional, buku-buku, dokumen, bahan-bahan kepustakaan dan sumber tertulis lainnya.

5. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Sumber Data Primer

Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan nasabah debitur yang mengetahui dan memiliki pengalaman mengenai obyek penelitian.

b. Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data yang mendukung sumber data primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti penulis, antara lain Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank


(26)

commit to user

Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional, Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR, bahan hukum sekunder berupa buku-buku, jurnal Nasional dan jurnal Internasional di bidang hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti mengenai pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview (Wawancara)

Wawancara merupakan cara memperoleh data dengan cara melakukan tanya jawab secara mendalam dengan sumber data primer, yaitu Kepala Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan nasabah debitur yang mengajukan Kredit pemilikan Rumah (KPR) di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Dengan teknik wawancara mendalam ini akan mengungkap pengalaman dan pengetahuan ekspilisit dari Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan nasabah debitur yang mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Dengan ini penulis membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data, untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan apa yang menjadi dasar hukum bagi bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) tersebut.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data sekunder, yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, hasil penelitian terdahulu, dan bahan


(27)

commit to user

kepustakaan lain yang digunakan sebagai acuan penulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah ”analisis kualitatif” yaitu suatu cara penelitian yang menggunakan dan menghasilkan data secara deskriptif analisis. Artinya apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh ( Soerjono Soekanto, 2010 : 250 ). Jadi dalam hal ini proses pengumpulan data dan analisa data dilakukan secara bersamaan. Teknik analisa data meliputi tiga tahapan, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan dengan verifikasinya. Diantaranya tahap-tahap tersebut dilakukan pembentukan siklus sehingga data yang terkumpul direduksi lalu ditarik sebuah kesimpulan/konklusi.

Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah : a. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan dari data-data sehingga kesimpulan akhir penelitian dapat dilakukan. b. Penyajian Data

Merupakan suatu rangkaian informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang dapat dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti. c. Kesimpulan dan Verifikasi

Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif melukan pencatatan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi atau pernyataan, alur sebab akibat dan proporsi. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. ( HB. Sutopo, 2002 : 97 ).

Untuk lebih jelasnya, analisis data kualitatif model interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:


(28)

commit to user

Gambar 1. Model Analisis Interaktif (H.B. Sutopo . 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif)

Maksud model analisis interaktif ini, pada waktu pengumpulan data Peneliti selalu membuat reduksi dan sajian data. Reduksi dan sajian data harus disusun pada waktu Peneliti sudah memperoleh unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, Peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka Peneliti dapat kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data ( HB. Sutopo, 2002 : 95 – 96).

F. Sistematika Skripsi

Guna memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi skripsi, maka penulis memberikan sistematika skripsi yang secara garis besar berguna untuk pembaca. Sistematika skripsi ini menjadi 4 ( empat bab ), dan isi masing-masing bab secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/ verifikasi

Sajian Data Pengumpulan


(29)

commit to user

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini memaparkan tentang latar belakang dilakukannya pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Bab ini juga memaparkan perrumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas kajian pustaka berkaitan dengan judul dan masalah yang diteliti yang memberikan landasan teori serta diuraikan mengenai kerangka pemikiran. Kajian Pustaka ini terdiri dari ,tinjauan tentang kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan tinjauan tentang kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank unit usaha syariah. Selain itu, untuk memudahkan pemahaman alur berfikir, maka di dalam bab ini juga disertai dengan kerangka pikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian berupa pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian di Bank Permata Tbk cabang Surakarta Hasil penelitian merupakan jawaban atas masalah yang di rumuskan peneliti pada awal penelitian yakni pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.


(30)

commit to user

BAB IV : PENUTUP

Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil pembahasan dan saran-saran mengenai permasalahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA


(31)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Imlementasi Produk Legislasi

Dalam pembahasan ini penulis dengan sengaja menggunakan istilah ”implementation” yang artinya pelaksanaan, implementasi. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ” Implentasi” artinya pelaksanaan; penerapan (KBBI, 2008 : 548).

Pengertian implementasi adalah sebagai proses yang melibatkan sejumlah sumber-sumber yang di dalamnya termasuk manusia, dana, kemajuan, organisasi, baik oleh pemerintah maupun swasta. Dalam penelitian ini, implementasi dimaksudkan ialah proses pelaksanaan atau penerapan suatu aturan baik itu berupa Undang-Undang atau produk hukum lainya yang telah ditetapkan oleh pemegang otoritas untuk itu dan berlaku dalam suatu komunitas masyarakat, lembaga maupun instansi.

Menurut Lawrence M. Friendman, sistem hukum adalah suatu pokok bahasan ilmu pengetahuan sosial tetapi bukan merupakan ilmu pengetahuan sosial tersendiri bahkan bukan merupakan ilmu pengetahuan sama sekali. Ciri apapun yang melekat pada sistem hukum, ciri tersebut sama dengan yang ada pada sistem atau proses manapun. Pertama adalah input adalah lembaran-lembaran kertas dan kepingan perilaku yang mengerakan proses hukum, para pihak yang berpekara tidak bisa mendekati pengadilan secara informal; mereka harus melakukan langkah formal tertentu, seperti mengajukan gugatan perkara jenis tertentu. Dalam pengadilan, hal-hal itu berwujud surat gugatan, petisi, atau mengajukan perkara. Ada ratusan peraturan yang membahas tentang bentuk input ini; semua peraturan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hukum barat modern. Common law Inggris (commom law) terutama mengembangkan banyak isinya dari peraturan-peraturan mengenai surat gugatan dan bentuk-bentuk tindakan. Sedangkan ouput


(32)

commit to user

adalah suatu putusan atau ketetapan, terkadang pengadilan juga mengeluarkan peraturan umum. Pengadilan bisa membuat keputusan tertentu untuk penggugat dan tergugat atau mencari kesepakatan tertentu. Yang menjadi inti dari sistem adalah caranya mengubah input menjadi ouput.

Struktur dan substansi adalah komponen-komponen riil dari sebuah sistem. Jelas bahwa struktur adalah salah satu dasar dan elemen nyata dari sistem hukum. Substansi (peraturan-peraturan) adalah elemen lainnya. Ketika seseorang pengamat mencoba untuk menjelaskan sebuah sistem hukum secara menyilang, kemungkinan ia akan berbicara tentang dua elemen ini. Struktur sebuah sistem adalah kerangka badannya; ia adalah bentuk permanennya, tubuh institusional dari sistem tersebut, tulang-tulang keras yang kaku yang menjaga agar proses mengalir dalam batas-batasnya. Struktur sebuah sistem yudisial terbayang ketika kita berbicara tentang jumlah para hakim, yurisdiksi pengadilan, bagaimana pengadilan yang lebih tinggi berada diatas pengadilan yang lebih rendah, dan orang-orang yang terkait dengan berbagai jenis pengadilan. Sementara substansi tersusun dari peraturan-peraturan dan ketentuan bagaimana institusi-institusi itu harus berperilaku.

Kekuatan-kekuatan sosial terus-menerus menggerakan hukum, merusak di sini, memperbaharui di sana; menghidupkan di sini, mematikan di sana; memilih bagian mana dari ”hukum” yang akan beroperasi, bagian mana yang tidak,; memintas dan melewati apa yang muncul; perubahan-perubahan apa yang akan terjadi secara terbuka atau diam-diam. Karena tidak ada lagi isilah lain yang lebih tepat lagi, kita bisa namakan sebagian dari kekuatan-kekuatan ini sebagai kultur hukum. Kultur hukum adalah elemen sikap dan nilai seseorang. Istilah ” kekuatan sosial” itu sendiri merupakan abstraksi; namun begitu, kekuatan-kekuatan demikian tidak secara langgsung mengerakan sistem hukum. Orang-orang dalam masyarakat memiliki kebutuhan dan membuat


(33)

commit to user

tuntutan-tuntutan; semua ini kadang menjangkau dan kadang tidak menjangkau proses hukum karena bergantung pada kulturnya.

Suatu sistem hukum dalam operasi aktualnya merupakan sebuah organisme kompleks dimana struktur, substansi, dan kultur berinteraksi ( lawrence M. Friedman, 2009 : 12-19 )

2. Tinjauan Tentang Bank Umum

a. Pengertian Bank Umum

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau bardasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.Bank umum merupakan bank yang bertugas memberikan melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya ( Kasmir, 2008 : 5).

Sifat jasa yang diberikan oleh bank umum adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum juga sering disebut bak komersial. Kegiatan bank umum bersifat luas, artinya produk yang ditawarkan oleh bank umum sangat beragam, hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mengenai bentuk hukum dari bank umum diatur dalam Pasal 21 yaitu dapat berbentuk perusahaan persero (persero), Perusahaan Daerah, Koperasi atau Perseroan Terbatas. Bentuk hukum yang banyak dipakai oleh bank umum adalah Perseroan Terbatas. Hal ini dikarenakan lebih memudahkan dalam mempelancar dan memperluas usaha. Bentuk bank umum seperti ini dapat manjual saham-sahamnya di bursa efek, sehingga akan memperkuat jumlah dana yang masuk dan masyarakat pun cenderung memiliki kepercayaan lebih kepada bank umum yang


(34)

commit to user

mempunyai tingkat kesehatan yang baik. Karena sasaran operasional bank adalah masyarakat umum dari berbagai lapisan ( Kasmir, 2008 : 33 ).

b. Kegiatan-Kegiatan Bank Umum

Kegiatan bank umum terdapat dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang-Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang isi Pasalnya sebagai berikut :

Usaha bank umum meliputi :

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

2) Memberikan kredit

3) Menerbitkan surat pengakuan hutang

4) Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya :

a) Surat-surat wesel termasuk yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud;

b) Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud;

c) Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan perintah; d) Sertifikat bank Indonesia;

e) Obligasi;

f) Surat dagang berjangka waktu sampai dangan 1 (satu) tahun;

g) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai 1 (satu) tahun;

5) memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun nasabah;

6) Menempatkan dana pada peminjam dari atau meminjamkan dana kepada bank lain dengan mengunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek atau sarana lainnya;

7) Menerima pembayaran dari tagihan atau surat berharga dan melakukan dengan atau antar pihak ketiga;

8) Menyediahkan tempat untuk menyimpan barang dansurat berharga;

9) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;


(35)

commit to user

10) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat pada bursa efek;

11) Ditiadakan

12) Melakukan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;

13) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapakan oleh bank Indonesia;

14) Melakukan kegiatan lain yang lazim oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan perundang-undang yang berlaku.

Dalam Pasal 7 yang lebih lanjut ditambahkan usaha-usaha Bank Umum sebagai berikut:

1) Melaksanakan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indoneia;

2) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

3) Melaksanakan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali pernyataannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

4) Bertindak sebagai pendiri dana pension dan pengurus dana pension sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan peraturan perundang-undang yang berlaku.

Sementara Pasal 8 ayat (2) disebutkan :

“Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman kreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan:


(36)

commit to user

a) Melaksanakan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b dan c;

b) Melaksanakan usaha perasuransian;

c) Melaksanakan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan 7.

3. Tinjauan Tentang Unit Usaha Syariah

a. Unit Usaha Syariah

Pengertian Unit Usaha Syariah terdapat pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit usaha syariah.

b. Kegiatan Unit Usaha Syariah

Kegiatan Unit Usaha Syariah terdapat dalam Pasal 19 ayat (2) dan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah isi Pasalnya sebagai berikut :

Usaha bank Unit Usaha Syariah meliputi :

1) Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

3) Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad

mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

4) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad

salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan


(37)

commit to user

5) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

6) Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarahmuntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 7) Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah

atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah;

9) Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah,

mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;

10) Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;

11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;

12) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah;

13) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;

14) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah; dan

15) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 20 ayat (2) yang isi Pasalnya sebagai berikut :

usaha-usaha Bank Unit Usaha Syariah sebagai berikut:

1) Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah; 2) Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;

3) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya; 4) Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan

Prinsip Syariah dengan menggunakan sarana elektronik; menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek berdasarkan Prinsip Syariah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang; dan


(38)

commit to user

menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah. 5) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi

ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Tinjauan Tentang Kredit

a. Pengertian Kredit

Kata ” kredit ” berasal dari bahasa latin yaitu Credere yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan yang diberikan seseorang (kreditor) kepada orang lain dan percaya bahwa penerima kredit tersebut (debitor) akan melunasi segala sesuatu yang telah disepakati bersama.

Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang isi Pasalnya sebagai berikut :

“kredit adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk lebih melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga”.

b. Unsur-Unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh lembaga kredit mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

1) Kepercayaan

Kepercayaan adalah keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya juga dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah balk secara interen maupun dari eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan masa sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.


(39)

commit to user 2) Jangka Waktu

Waktu adalah suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

3) Tingkat Risiko (degree of risk)

Risiko adalah semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya. Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya pelunasan kredit sehingga menimbulkan macetnya pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya, semakin pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

4) Prestasi atau Obyek Kredit

Obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat dalam bentuk barang atau jasa. Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. (Thomas Suyatno,dkk dalam hermansyah, 2005 : 58-59)

c. Prinsip Dasar Pemberian Kredit

Kriteria penilaian umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan,


(40)

commit to user

dilakukan dengan analisis prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital,

Condition dan Colleteral) dan 7 P (Personality, Party, Purpose,

Prospect, Payment, Profitability, Protection) (Jamal Wiwoho, 2011 :

95-98).

a. Character

Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau

watak dari orangorang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan” nasabah untuk membayar.

b. Capacity

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan

nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.

c. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Analisis kapital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, beberapa modal sendiri dan beberapa modal pinjaman.


(41)

commit to user

d. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

e. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah naik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendakya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

Selanjutnya dalam penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7 P dengan unsur penilaian sebagai berikut :

a. Personality

Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadiaannya masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

b. Party

Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang bebeda dari bank.


(42)

commit to user

Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain.

d. Prospect

Menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini peting mengingat jika suatu fasilitas kredit tanpa mempunyai prospek, bukan hanya pemberi kredit yang rugi akan tetapi juga nasabah.

e. Payment

Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembilian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka maka semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.

f. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana mengukur kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

g. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit di atas, pada dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur berpedoman kepada 2 prinsip, yaitu :


(43)

commit to user a. Prinsip Kepercayaan

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitor selalu didasarkan kepada kepercayaan.

b. Prinsip kehati-hatian (prudential principle)

Bank dalam menjalankan kegetian usahanya, termasuk pemberian kredit kepada nasabah debitor harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian (Hermansyah, 2005 : 65).

d. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Kredit

Asas perbankan yang dianut di Indonesia tercantum dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa “perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati–hatian”. Yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi ialah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing–masing secara cermat, teliti dan professional, sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Selain itu, bank dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya, harus selalu mematuhi seluruh peraturan perundang–undangan yang berlaku secara konsisten, dengan didasari oleh itikad baik.

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam sesuai dengan harkatnya, selalu meningkat. Sedangkan kemampuan manusia mempunyai suatu batasan tertentu, memaksakan seseorang untuk berusaha memperoleh bantuan permodalan untuk pemenuhan hasrat dan cita-citanya guna peningkatan usaha dan peningkatan daya guna sesuatu barang/jasa.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:


(44)

commit to user

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang

Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan, untuk mrningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya. Para pemilik uang/modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lambaga keuangan. Uang tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan usahanya.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Disamping itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula.

3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang Para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat, apabila para pengusaha tersebut mendapatkan kredit. Disamping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun membeli barangbarang dari satu tempat dan menjualnya ketempat lain. Pembelian tersebut uangnya berasal dari kredit. Hal ini juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat suatu barang.

4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan pada usaha-usaha antara lain :

a) Pengendalian inflasi b) Peningkatan ekspor, dan


(45)

commit to user

Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan pembatasan kualitatif dan kuntitatif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri agar bisa diekspor, kebijakan tersebut telah berhasil dengan baik.

e. Jenis-Jenis Kredit Perbankan

Jenis-jenis kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat antara lain :

1) Dilihat Dari Segi Kegunaan a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun atau membeli mesin – mesin. Masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif besar pula.

b. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2) Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan


(46)

commit to user

tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang industri.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainya.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangan seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3) Dilihat Dari Segi Jangka Waktu a) Kredit jangka pendek

Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun adan biasanya utuk modal kerja. Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.

b) Kredit jangka menengah

Kredit yang memiliki jangka waktunya berkisar 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.


(47)

commit to user c) Kredit jangka panjang

Kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4) Dari Segi Jaminan

a) Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan calon debitur.

b) Kredit tanpa jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, character serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain. 5) Dilihat Dari Segi Sektor Usaha

a) Kredit pertanian

Kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka pajang.

b) Kredit peternakan

Kredit yang diberikan pada sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang ternak kambing atau ternak sapi.

c) Kredit industri

Kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.


(48)

commit to user d) Kredit pertambangan

Kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.

e) Kredit pendidikan

Kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para mahasiswa.

f) Kredit profesi

Kredit yang diberikan kepada para kalangan professional seperti, dosen, dokter atau pengacara.

g) Kredit perumahan

Kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan biasanya berjangka waktu panjang.

f. Perjanjian Kredit Bank

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (Prinsipil) yang bersifat riil. Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil ialah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada nasabah debitur.

Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan pada umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku (standard contract). Berkaitan dengan itu, memang dalam praktiknya bentuk perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank sebagai kreditur sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku (standard contract), di mana dalam perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan negosisasi atau tawar-menawar.


(49)

commit to user

Apabila debitur menerima semua ketentuan dan persyaratan yang ditentukan oleh bank, maka debitur berkewajiban untuk menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi apabila debitur menolak maka tidak perlu untuk menandatangani perjanjian kredit tersebut.

Perjanjian kredit perlu memperoleh perhatian yang khusus baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolahan dan penatalaksanaan kredit tersebut. Berkaitan dengan itu, menurut Ch. Gatot Wardoyo perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.

2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batas-batasn hak dan kewajiban diantara debitur dan kreditur.

3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

5. Tinjauan Tentang Pembiayaan Syariah

a. Pengertian Hukum Pembiayaan Bank Syariah

Pengertian pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Oleh karena itu kita harus mengetahui pengertian dari bisnis itu sendiri. Bisnis adalah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya sangat membutuhkan sumber modal. Jika pelaku tidak membutuhkan modal secara cukup, maka ia akan berhubungan dengan pihak lain, seperti bank untuk mendapatkan suntikan dana, dengan melakukan pembiayaan. Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah


(1)

commit to user

unit usaha syariah di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta sudah melaksanakan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada Undang- Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang- Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Kredit adalah bagian investasi maupun resiko perbankan, menjadi investasi manakala kredit tersebut menjadi lancar dan menjadi resiko manakala kredit tersebut mengalami kemacetan. Status kredit pada perbankan biasa bergerak mulai dari lancar sampai bermasalah, hal ini disebabkan karena adanya unsur kesengajaan dari pihak debitur untuk tidak mau membayar kewajibannya, maka dapat dilakukan lelang terhadap barang- barang yang dijaminkan kepada bank sehingga tidak dapat dipidana. Namun hal ini berbeda jika sebelumnya debitur telah melakukan penipuan, misalnya memalsukan identitasnya dan memalsukan rekening koran dan data-data yang diminta sebagai syarat debitur tidak diberikan dan dilengkapi dengan baik, maka dapat dituntut secara pidana. Ini merupakan pelanggaran dari pegawai bank juga karena tidak dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memilih nasabah. Namun untuk memperjelas masalah yang sebenarnya terjadi bukan hanya pegawai bank yang diperiksa, tapi juga debiturnya. Sebab debitur tersebut dapat dikenakan gugatan perdata ataupun sanksi pidana bila terbukti sengaja tidak mau melunasi kewajibannya kepada bank. (Pujiyono, 2009 : 48-49)

Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dianalisa, penulis berpendapat Kelalaian debitor dalam memenuhi kewajibannya tersebut sangat merugikan pihak bank sebagai kreditornya. Keadaan debitor tidak dapat melunasi kreditnya sesuai dengan yang diperjanjikan dapat disebut kredit macet.


(2)

commit to user

Adapun kredit macet itu sendiri dapat disebabkan oleh salah satu atau beberapa faktor yang harus dikenali secara dini oleh bank. Dan bank harus selalu memantau akan kemampuan dan perkembangan debiturnya. Hal ini disebabkan karena adanya kelemahan baik dari sisi debitor dan debitur, sisi intern maupun sisi ekstern di PT. Bank Permata Tbk cabang Surakarta dan debitor dan debitur yang meliputi:

a. Faktor Internal

1). Kelemahan bank dalam melakukan analisis, sehingga terjadi

kesalahan dalam mengambil keputusan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR).

2). Pendapatan relatif rendah.

nasabah debitur memiliki pendapatan relatif rendah sehingga nasabah debitur sulit untuk membayar angsur kredit pemilikan rumah (KPR) karena pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.

3). Nasabah debitur terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Jika nasabah debitur terkena PHK maka nasabah debitur sulit membayar angsuran kredit pemilikan rumah (KPR) karena tidak ada lagi pendapatan.

b. Faktor Eksternal 1). Bencana alam.

Bencana alam dapat menyebabkan hancurnya rumah yang menjadi objek kredit pemilikan rumah (KPR) sehingga bank mengalami kerugian dan nasabah tidak mau membayar angsuran kredit pemilikan rumah (KPR).

2). Perubahan kondisi perekonomian .

Misalnya, Perubahan kondisi ekonomi perumahan di Amerika yang menyebabkan banyaknya bank yang rugi.


(3)

commit to user 3). Kebijakan pemerintah.

Kebijakan pemerintah juga mempengaruhi angsuran dalam kredit pemilikan rumah (KPR) seperti kenaikan suku bunga dan kenaikan pajak bumi dan banggunan.

4). Krisis ekonomi.

Pengaruh kondisi ekonomi global juga bisa berdampak terhadap perputaran perekonomian dalam negeri, seperti naiknya harga minyak dunia yang berimbas kepada mandeknya kegiatan usaha para pengusaha sehingga keadaan perekonomian menjadi lesu karena menurunnya daya beli masyarakat atau konsumen.

5). Perubahan-perubahan teknologi.

Pengaruh kondisi ekonomi global terhadap juga bisa berdampak terhadap perubahan-perubahan teknologi sehingga mempengaruhi perputaran perekonomian dalam negeri

Penyebab terjadinya kredit macet adalah karena debitor telah gagal untuk membayar utangnya atau menghadapi masalah dalam memenuhi kewajiban yang telah ditentukan atau sudah tidak sanggup membayar sebagian atau keseluruhan kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan.

Dengan kata lain debitur telah melakukan Wanprestasi, yaitu tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang dimaksudkan dalam kontrak yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dalam memberikan kreditnya bank selaku kreditor senantiasa memantau perkembangan kredit yang diberikannya.

Pendekatan praktis bagi bank dalam pengelolaan kredit macet adalah dengan secara dini mendeteksi potensi timbulnya kredit macet, sehingga makin banyak peluang alternatif koreksi bagi bank dalam mencegah timbulnya kerugian sebagai akibat pemberian kredit. Berdasarkan deteksi yang telah dilakukan, maka dapat diketahui posisi PT. Bank Permata Tbk cabang Surakarta terhadap debitor khususnya bila dilihat dari usaha dan kondisi agunan yang diberikan oleh debitor dalam perjanjian kreditnya.


(4)

commit to user

Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tertanggal 2 April 2001 membagi kredit bank ke dalam 4 katagori yang dilakukan berdasarkan kolektibilitasnya, yaitu:

a. Kredit Lancar;

b. Kredit dalam Perhatian Khusus; c. Kredit Kurang Lancar;

d. Kredit yang Diragukan; e. Kredit Macet.

Untuk sub c sampai dengan e adalah merupakan kredit bermasalah. Istilah kredit bermasalah telah digunakan oleh dunia perbankan Indonesia sebagai terjemahan dari problem loan yang merupakan istilah yang sudah lazim digunakan dalam dunia perbankan internasional.


(5)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank

Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Berdasarkan Prinsip Kehati-Hatian Yang Terdapat Pada Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu bahwa pelaksanaan kegiatan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) baik secara konvensional maupun pada unit usaha syariah pada Bank PT Permata Tbk cabang Surakarta pada prinsipnya telah menerapkan prinsip kehati- hatian yang terdapat pada Undang- Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang- Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan prosedur pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada Bank PT Permata Tbk cabang Surakarta dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu, tahap mengajukan permohonan, tahap investigasi, tahap analisa, tahap persetujuan atau keputusan kredit pemilikan rumah (KPR).

2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dalam memberikan kredit pemilikan rumah (KPR) kepada nasabahnya, yaitu nasabah yang tidak memiliki Trade Record yang baik dibidang perbankan, masalah Jaminan, terjadinya Kredit Macet karena kesulitan keuangan yang dialami para nasabah atau debitur, timbul karena 2 (dua) faktor yaitu faktor Internal seperti kelemahan bank dalam melakukan analisis, sehingga terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR), pendapatan relatif rendah, nasabah debitur


(6)

commit to user

terkena PHK dan faktor Eksternal seperti bencana alam. perubahan kondisi perekonomian, kebijakan pemerintah, krisis ekonomi, perubahan-perubahan teknologi.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti kepada PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dalam mensejahterakan perekonomian dimasyarakat dan meningkatkan keinginan masyarakat untuk memiliki rumah dalam bentuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yaitu :

1. Dalam melaksanaan kegiatan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) baik secara konvensional maupun pada unit usaha syariah pada Bank PT Permata Tbk cabang Surakarta pada prinsipnya diharapkan untuk lebih meningkatkan prinsip kehati- hatian yang terdapat pada Undang- Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan pihak PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta harus mempertahankan proses penyaluran maupun pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan lebih mengutamakan masyarakat atau calon nasabah yang memiliki ekonomi menengah kebawah. Sehingga diharapkan nasabah tersebut dapat memiliki rumah yang layak.

2. PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta harus lebih berusaha

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang akan terjadi dalam proses penyaluran maupun pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yaitu pihak Bank benar-benar memperhatikan calon nasabahnya dengan melakukan penilaian dan pemeriksaan terhadap calon nasabah.