PENERAPAN READING TASK PADA COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN FISIKA.
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN FISIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh : HASTARINA
0806335
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN READING TASK PADA COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA
MATA PELAJARAN FISIKA
Oleh : Hastarina
0806335
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,
Dr. Andhy Setiawan, M.Si NIP. 19731013 199802 1 001
Pembimbing II,
Dr. Selly Feranie, M.Si NIP.19741108 199903 2 004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M. Si NIP. 19680703 199203 2 001
(3)
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN FISIKA
Oleh: Hastarina
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Hastarina
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(4)
ii
PENERAPAN READING TASK PADA COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA
MATA PELAJARAN FISIKA
Hastarina, NIM. 0806335, Pembimbing I : Dr. Andhy Setiawan; Pembimbing II : Dr. Selly Feranie. Jurusan Pendidikan Fisika
FPMIPA UPI ABSTRAK
Ketercapaian prestasi belajar siswa yang baik merupakan harapan dari berbagai pihak, baik itu guru, orang tua dan siswa sendiri. Di lain sisi pemerintah mengharapkan proses pembelajaran IPA dilakukan dengan berinkuiri, mengembangkan budaya menulis dan membaca. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa prestasi belajar fisika yang belum memuaskan dan kurang terarahnya minat baca siswa dalam mendukung peningkatan prestasi belajar. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah yang ditemukan tersebut adalah dengan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task. Dalam penelitian kuasi eksperimen dengan jenis Pretest-Posttest Control Group Design ini digunakan dua kelompok yaitu, kelompok eksperimen yang menggunakan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task, dan kelompok kontrol yang hanya menggunakan model cooperative learning saja. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar pada pada kelompok eksperimen. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan menggunakan sampel sebanyak 31 siswa untuk masing-masing kelompok. Instrumen utama yang digunakan dalam pengambilan data adalah tes prestasi belajar dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 28 soal. Hasil penelitian melalui uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan (taraf signifikan 5%) antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang diungguli oleh kelompok eksperimen. Prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mengalami peningkatan, dengan masing-masing nilai <g> sebesar 0,69 dan 0,55. Besar pengaruh yang diberikan oleh reading task terhadap prestasi belajar siswa kelompok eksperimen yaitu sebesar 32,10% , sementara 67,90% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar reading task.
(5)
iii
Hastarina, 2013
APPLICATION OF READING TASK ON COOPERATIVE LEARNING TO IMPROVE STUDENT PHYSICS ACHIEVEMENT ON JUNIOR HIGH
SCHOOL
ABSTRACT
The great achievement of student achievement in a class is the hope of both parties, like as teachers, parents and students themselves. On the other hand, the government expects the process of learning science is done with inquiry, developing writing and reading. Based on the results of preliminary studies note that the achievement of physics that has not been satisfactory and less using students' interest in supporting student achievement. One solution to overcome the problems is using cooperative learning and integrated it with the reading task. In this quasi-experimental study with a type of pretest-posttest control group design was used two groups, the experimental group is a class which used cooperative learning model integrated with reading task, and the control group is a class which just used cooperative learning. The research aims to determine whether there is a difference significant increase in student achievement between the control group and the experimental group, and to find out how the increasement of student achievement in the experimental group. This research was conducted in two eighth grade junior high school on Bandung with total sample are 31 students for each group. The main instrument for collect the data is 28 multiple choice questions. The result through hypothesis testing shows that there are significant differences ( at 5% significance level) in learning achievement between the control group and the experimental group surpassed by the experimental group. Student achievement in the experimental group and the control group increased, with each <g> values of 0.69 and 0.55. Large influence exerted by the reading task on student achievement on experimental group is 32.10%, while 67.90% are influenced by other factors beside reading task.
(6)
v DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. BatasanMasalah ... 5
D. Variabel Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 6
F. Tujuan Penelitian ... 7
G. Manfaat Penelitian ... 8
H. HipotesisPenelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Cooperative Learning ... 10
B. Reading ... 15
C. Prestasi Belajar ... 18
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 20
E. Hubunganantara Cooperative Learning,Reading TaskdanPrestasi Belajar ... 22
BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
C. Prosedur Penelitian ... 27
(7)
vi
Hastarina, 2013
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 35
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Perbedaan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 48
B. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 51
C. Peran Reading Task dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65
(8)
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
2. 1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional ... 11
2. 2 Langkah-Langkah Model Cooperative Learning... 14
3.1 Pola Persebaran Intrumen Tiap Aspek Kognitif ... 31
3.2 Rekapitulasi Analisis Hasil Ujicoba Instrumen ... 32
3.3 Sebaran Jenis Pertanyaan pada Reading Sheet... 34
3.4 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi... 37
3.5 Interpretasi KeterlaksanaanReading Task ... 38
3.6 Interpretasi Nilai r ... 39
3.7 Interpretasi Aktivitas Guru dan Siswa pada Model Cooperative Learning ... 40
4.1 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 48
4.2 Peningkatan Prestasi Belajar Tiap Aspek Kognitif pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 49
4.3 Hasil Uji Normalitas Kelompok Sampel ... 50
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji Wilcoxon ... 50
4.5 Hasil Observasi Keterlakasanaan Model Cooperative learning pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 54
4.6 Persentase Keterlaksanaan Reading Task ... 55
4.7 Hasil Skor Reading sheet dan Skor Tes Prestasi Belajar untuk Soal-Soal yang berindikator Sama ... 56
4.8 Hasil Angket Mengenai Respon Siswa Terhadap Penerapan Reading task ... 58
(9)
viii
Hastarina, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2. 1 Hubungan antara Cooperative Learning, Reading Task, dan Prestasi
Belajar dalam Penelitian ... 22
3.1 Desain Penelitian ... 25
3.2 Alur Penelitian ... 27
3.3 Alur Uji Statistik ... 41
4.1 Diagram Rata-rata Gain yang dinormalisasi untuk Tiap Aspek Kognitif pada Kelompok Eksperimen ... 52
4.2 Tabulasi Silang Perolehan Skor di Reading sheet dan Perolehan Skor di Tes Prestasi Belajar untuk Soal-Soal yang berindikator Sama ... 57
(10)
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Perangkat Pembelajaran ... 74
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 75
A.2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 97
B. Instrumen Penelitian ... 110
B.1. Kisi-Kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 111
B.2. Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 127
B.3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 133
B.4. Reading Sheet ... 148
B.5. Pedoman PenskoranReading Sheet ... 163
B.6. Angket ... 174
C. Analisis Uji Coba Instrumen ... 175
C.1. Hasil Analisis Uji Coba Soal Tes Prestasi Belajar ... 176
C.2. Lembar Judgment InstrumenTes Prestasi Belajar ... 178
D. Analisis Data Hasil Penelitian ... 180
D.1. Distribusi Skor Pretest dan Posttest Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 181
D.2. Distribusi Skor Pretest dan Posttest Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 183
D.3. <g>Tes Prestasi Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 185
D.4. <g>Tes Prestasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 188
D.5. Uji Normalitas ... 191
D.6. Uji Hipotesis ... 193
D.7. Hasil Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran ... 195
D.8. Persentase Keterlaksanaan Reading Task ... 197
(11)
x
Hastarina, 2013
D.10. Korelasi Antara Skor Kelompok Siswa di Reading Sheet dan Skor Kelompok Siswa di Tes Prestasi Belajar pada Soal-Soal yang
Berindikator Sama ... 203
D.11. Hasil Analisis Angket ... 206
D.12. Analisis Uji Kesetaraan Prestasi belajar Kedua Kelompok Sebelum diberi Perlakuan ... 208
D.13. Hasil Analisis Regresi Linier ... 212
D.14. Hasil Analisis Koefisien Determinasi Reading Task terhadap Prestasi Belajar Siswa... 213
E. Dokumentasi Penelitian ... 214
E.1. Foto-Foto Penelitian ... 215
(12)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prestasi belajar merupakan topik yang tidak akan pernah habis dibahas dalam pendidikan di sekolah. Ini disebabkan oleh pentingnya peran prestasi belajar itu sendiri sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Terlepas dari hal tersebut, setiap orang tua mengharapkan prestasi belajar yang baik dari anaknya. Begitupun pihak sekolah guru dan siswa sendiri, turut mengharapkan ketercapaian prestasi belajar yang baik.
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mendapat pengajaran dalam kurun waktu tertentu. Prestasi belajar dapat diartikan pula sebagai sebuah cerminan dari usaha belajar. Semakin baik usaha belajar siswa, idealnya semakin baik pula prestasi belajar yang akan mereka raih. Karenanya, hasil prestasi belajar dapat menjadi salah satu acuan dalam menilai keberhasilan pembelajaran yang dialami siswa.
Di lain sisi, Peraturan Pemerintah No.22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menyatakan bahwa salah satu tujuan dari pembelajaran IPA adalah melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak serta berkomunikasi. Dan dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 pasal 21 ayat (2) diketahui bahwa pemerintah mengharapkan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya menulis dan membaca.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, ketercapaian prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih belum memuaskan dan proses pembelajaran belum berjalan maksimal sebagimana yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan siswa sebesar 62 dan sebanyak 83% siswa kelas memiliki nilai di bawah KKM (KKM= 70); dalam mengukur prestasi belajar
(13)
Hastarina, 2013
tersebut guru menggunakan soal pilihan ganda dengan kategori aspek pengetahuan (C1) hingga aspek penerapan (C3) ; dan pada proses pembelajaran, guru masih dominan menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga kurang memfasilitasi siswa untuk aktif berinkuiri maupun mengembangkan budaya menulis dan membaca.
Hasil angket pada studi pendahuluan terhadap kelompok sampel penelitian menunjukkan fakta bahwa 6% siswa menyatakan sangat suka membaca, 57% siswa menyatakan suka, 34 % cukup suka dan 3% menyatakan tidak suka. Aktivitas yang paling sering mereka lakukan sehari-hari adalah 31 % siswa menonton televisi, 34 % mendengarkan musik, 9 % masing-masing menyatakan sering bermain komputer dan bermain bola, hanya 3 % menyatakan membaca dan sisanya menjawab aktivitas yang lain. Jenis bacaan yang paling disukai berupa novel (16%), komik (7%) buku bertema olahraga (9%), cerita misteri (9%), cerita perang (9%), drama percintaan (7%), dan cerita rakyat (7%). Dan dari total siswa yang menjadi responden, hanya 2% siswa menyukai buku berjenis ensiklopedia. Sementara itu, dari hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa para siswa tidak menyukai buku pelajaran fisika karena bahasanya yang memusingkan dan membuat kepala terasa berat saat membacanya; para siswa jarang sekali membaca buku pelajaran secara mandiri meski guru terkadang mengintruksikan siswa untuk membaca materi selanjutnya terkait hal yang akan diajarkan. Sebagian siswa malas membaca karena tidak mau repot meminjam buku dari perpustakaan, sementara sebagian siswa lainnya
menganggap „toh materi tersebut juga nantinya akan diajarkan‟, sehingga
mereka lebih memilih untuk menggerjakan berbagai tugas dari mata pelajaran lain yang waktunya lebih mendesak. Berdasarkan wawancara dengan guru, diketahui memang benar guru telah memberikan instruksi kepada siswa untuk membaca materi yang akan diajarkan selanjutnya, namun instruksi tersebut hanya berupa lisan dan tidak ada pemantauan atas keterlaksanaan kegiatan membaca.
(14)
3
Berdasarkan permasalahan dan temuan tambahan terkait aktivitas membaca siswa yang telah diuraikan di atas, maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat memotivasi, meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus meningkatkan aktivitas membaca, salah satunya yaitu model cooperative learning yang diintergrasi dengan reading task.
Model cooperative learning menyediakan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berkomunikasi dan membangun solidaritas. Selain itu, dalam cooperative learning siswa belajar bersama sebagai tim untuk menyelesaikan tugas ataupun permasalahan dengan menekankan pada keberhasilan kelompok. Keberhasilan ini tercapai jika semua anggota kelompok dapat mencapai tujuan dan memahami bahasan yang dipelajari. Alhasil cooperative learning diharapkan mampu memotivasi siswa untuk memaksimalkan belajarnya masing-masing, dan sejalan dengan proses pemaksimalan belajar tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi akademik siswa. Melalui kajian empirik, penerapan model cooperative learning juga telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (Bokunola, 2012; Ozsoy, 2004; Varank, 2007).
Fungsi pengintegrasian tugas membaca (reading task) secara umum untuk membiasakan siswa dengan aktivitas membaca, namun secara khusus tidak lain juga untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian Fang & Wei (2010) yang mengaitkan aktivitas membaca dengan prestasi belajar menunjukkan fakta bahwa prestasi belajar pada kelompok siswa dengan pembelajaran yang mengikutsertakan aktivitas membaca tambahan memperoleh ketercapaian yang lebih tinggi daripada kelompok siswa yang tidak menerapkan aktivitas ini. Namun, bertolak belakang dengan penemuan tersebut, hasil penelitian Hicok (2000) menunjukkan bahwa pengikutsertaan strategi membaca tidak berpengaruh signifikan pada perbedaan hasil skor tes antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Karenanya peneliti ingin meneliti lebih jauh mengenai peningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task.
(15)
Hastarina, 2013
Meski sama-sama berupa tugas membaca, namun reading task dalam penelitian ini berbeda dengan penugasan membaca yang biasa diberikan oleh guru secara lisan. Pada reading task para siswa diminta untuk membaca lembar bacaan (reading sheet) yang telah disiapkan secara khusus oleh guru, selain itu mereka juga diharuskan mengerjakan soal-soal yang tercantum di dalamnya. Jenis soal yang tertera pada reading sheet mengharuskan mereka untuk mencari jawaban dengan menggunakan lembar bacaan maupun dengan menggunakan sumber bacaan lainnya. Jawaban soal kemudian dikumpulkan sebelum pembelajaran berikutnya dimulai. Untuk pengerjaannya, lembar ini dapat dibawa pulang oleh siswa. Melalui pemberian reading task yang didesain khusus ini, siswa jadi lebih memiliki modal pemahaman awal pada saat pembelajaran dimulai, dan sekaligus keterlaksanaan membaca siswa dapat dipantau.
Selain itu, alasan dipilihnya pengintegrasian reading task pada cooperative leraning ini juga karena diketahui bahwa kelompok sampel penelitian memiliki minat yang besar dalam membaca, namun jenis bacaan yang mereka baca tidak mendukung dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA. Sangat disayangkan bila minat yang besar ini tidak dimanfaatkan.
Secara umum, reading task memang sangat sederhana. Namun ciri utama dari reading task yang termasuk dalam keunggulannya adalah reading task mengedapankan penggunaan genre bacaan yang menjadi minat siswa. Melalui penyusunan genre bacaan yang disesuaikan dengan minat siswa dapat memperbesar peluang siswa memperoleh pemahaman sebagaimana yang guru harapkan. Dipilihnya jenis strategi yang sederhana ini ketimbang strategi membaca lainnya dikarenakan peneliti hanya hendak mengkhususkan pada peningkatan prestasi belajar siswa dengan memanfaatkan kegiatan membaca, bukan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca.
Berdasarkan semua uraian di atas penelitian ini diberi judul
“Penerapan reading task pada cooperative learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP pada mata pelajaran fisika.
(16)
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan cooperative learning yang tidak diintegrasi dengan reading task ?”
Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegarasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning tanpa diintegrasi dengan reading task ?
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Prestasi belajar yang diteliti yaitu komponen ranah kognitif dari Benyamin Bloom. Dari enam aspek yang dikemukakan Bloom, dalam penelitian ini hanya diteliti empat aspek yaitu; aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Pemilihan aspek C1-C4 ini berdasarkan hasil telaah kompetensi dasar pada materi yang digunakan. Kata operasional pada
kompetensi dasar materi yang diajarkan adalah „menyelidiki‟, sehinggga batas
minimal aspek sebenarnya cukup hanya sampai aspek penerapan (C3). Namun di sini peneliti memilih hingga sampai C4, karena diketahui selama ini guru kelas pada sampel penelitian hanya menggunakan hingga sampai C3 saja; peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan
(17)
Hastarina, 2013
positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> (Hake, 1998);
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah keberadaan penerapan reading task, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah prestasi belajar siswa.
E. Definis Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan persepsi, berikut definisi operasional variabel dalam penelitian ini :
1. Model Cooperative learning
Model cooperative learning dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif jenis learning together yang dikembangkan oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekannya di Universitas Minnesota, dimana kelompok-kelompok kecil heterogen yang terdiri dari 5-6 siswa secara bersama-sama sebagai tim menyelesaikan masalah dan tugas yang diberikan .
Pengontrolan variabel ini dilakukan dengan cara mengukur keterlaksanaan rancangan aktivitas guru dan siswa untuk setiap pertemuan. Keterlaksanaan rancangan aktivitas guru dan siswa tersebut diobservasi dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model cooperative learning. Observasi dilakukan oleh dua orang observer pada setiap pertemuan pembelajaran, dengan cara membutuhkan tanda cheklist pada aktivitas guru dan siswa yang teramati.
2. Reading task
Reading task merupakan tugas membaca tambahan yang didesain secara khusus oleh guru dimana siswa mendapatkan lembar bacaan (reading sheet) yang dapat dibawa pulang, membaca dan mengerjakan soal
(18)
7
di dalamnya, dan mengumpulkan hasil jawaban pertanyaan tersebut pada pertemuan mendatang saat tema materi yang sama dengan reading task akan diajarkan.
Pengukuran persentase keterlaksanaan reading task dilakukan dengan menggunakan instrumen reading sheet yang mengikuti acuan
penghitungan „1‟ bagi yang mengumpulkan dan „0‟ bagi bagi yang tidak
mengumpulkan. Sementara penskoran jawaban reading sheet mengacu pada rubrik yang disusun oleh peneliti pada Lampiran.
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil pencapaian siswa yang dilihat dari perolehan nilai pada ranah kognitif meliputi aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4), menurut Bloom.
Prestasi belajar siswa diukur dengan menggunakan instrumen tes prestasi belajar berupa 28 soal pilihan ganda dengan masing-masing memiliki empat alternatif jawaban. Instrumen ini digunakan sebagai pre-test dan post-test baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Pre-test diberikan sebelum treatment dilakukan, sementara post-test diberikan setelah treatment.
Ada-tidaknya perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen diketahui melalui hasil uji hipotesis (uji Wilcoxon) dengan menggunakan data gain yang dinormalisasi (g) pada tiap kelompok.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan
(19)
Hastarina, 2013
penerapan model cooperative learning tanpa diintegrasi dengan reading task.
2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task.
G. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya : 1. Manfaat teoritis
Memberikan masukan bagi peneliti lain mengenai peningkatan prestasi belajar yang dapat dilakukan melalui penerapan cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, memberikan pembelajaran alternatif yang dapat dijadikan cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Bagi siswa, diharapkan semakin menumbuhkan minat membaca. c. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan sebagai sarana menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat selama kuliah.
H. Hipotesis Penelitian
Melalui pengkajian teori-teori terkait reading maupun cooperative learning, diketahui bahwa reading erat kaitannya dengan domain kognitif sedangkan cooperative learning. selain berkaitan dengan domain kognitif juga dapat mempengaruhi domain afektif siswa. Carpenter dan Just (1980) mengemukakan bahwa reading berkaitan dengan banyak proses diantaranya encoding, lexical access, assigning sematic roles, menghubungakan informasi dari suatu kalimat dengan informasi pada kalimat sebelumnya, sehingga berujung pada perolehan pemahaman. Sementara Clarke (2010) membagi
(20)
9
reading pada dua kemampuan utama saja yaitu decoding dan language comprehension. Semua proses maupun kemampuan tersebut erat dengan aspek kognitif . Binham (2012) di lain sisi mengemukakan bahwa membaca dapat memberikan manfaat terkait aspek kognitif seperti dapat melatih kemampuan berpikir, meningkatkan pemahaman, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Adapun cooperative learning seperti yang dikemukakan oleh Jhonson & Johnson (1994) memang bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik berupa pemahaman individu maupun kelompok. Lebih jauh, cooperative learning dapat memberikan manfaat terkait domain afektif yaitu mengembangkan rasa percaya diri, sensitivitas interpersonal dan menciptakan iklim memahami perspektif orang lain (Slavin, 2009).
Hasil pengkajian secara empirik mendapati bahwa penelitian Hicok (2000) yang mengikutsertakan aktivitas membaca menunjukkan bahwa aktivitas membaca tidak berpengaruh signifikan pada perbedaan hasil skor tes prestasi belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Meski demikian, berbeda dengan Hicok, banyak hasil penelitian lain (Ireland, 1987; Radcliffe, 2008; Fang & Wei, 2010; Larson, 2012; Desi, 2013; Komalasari, 2013) justru menunjukkan temuan yang menyatakan bahwa penambahan aktivitas membaca dapat signifikan meningkatkan prestasi belajar pada kelompok eksperimen. Penelitian lainnya yang menerapkan model cooperative learning juga menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar (Bokunola, 2012; Ozsoy, 2004; Varank, 2007). Atas dasar terdapat banyaknya kesuksesan penelitian yang menerapakan tugas membaca dan model cooperative learning tersebut dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, maka hipotesis penelitian yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu “terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan cooperative learning yang tidak diintegrasi dengan reading task ”.
(21)
25
Hastarina, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2010: 203). Dalam penelitian ini digunakan metode pre-experimental atau lebih dikenal dengan istilah kuasi eksperimen . Metode ini dipilih karena kemungkinan masih terdapat variabel luar yang berpengaruh terhadap variabel penelitian.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Desain ini membagi subjek penelitian ke dalam dua kelompok, satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok lagi sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapat pembelajaran dengan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task, sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok yang hanya mendapat pelajaran dengan model cooperative learning tanpa diintegrasi dengan reading task. Sebelum diberi perlakuan kedua kelompok diberi pretest dan setelah masing-masing diberi perlakuan diadakanlah posttest.
Desain penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Pelaksanaan cooperative learning pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol masing-masing dilakukan sebanyak lima kali dengan
Cooperative learning +
Reading task
Pre-test Post-test
Kelompok Eksperimen
Cooperative learning
Pre-test Kelompok Kontrol
(22)
26
pembelajaran yang berpatokan pada RPP yang terlah disusun sebelumnya. Adapun materi pada lima pertemuan tersebut yaitu :
Pertemuan 1 : Tekanan pada zat padat
Pertemuan 2 : Tekanan Hidrostatis dan Prinsip Bejana berhubungan
Pertemuan 3 : Hukum Pascal
Pertemuan 4 : Hukum Archimedes
Pertemuan 5 : Tekanan Udara B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di Kota Bandung tahun pelajaran 2012/2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari keseluruhan populasi yang dipilih dengan menggunakan teknik probability sampling dengan jenis simple random sampling. Menurut Sugiyono (2012: 118) probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi menjadi anggota sampel. Dan simple random sampling merupakan jenis pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Masing-masing sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian ini sebanyak 31 orang.
Untuk lebih meyakini bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sejak semula adalah setara dalam tingkat prestasi belajar, maka peneliti melakukan uji statistik (normalitas, homogenitas & uji-t) terhadap nilai ulangan harian terakhir kedua kelas pada materi yang sama.
Hasil pengujian tersebut mendapati bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar (mean siswa) kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis data kesetaraan prestasi belajar siswa kelompok ekpserimen dan kontrol sebelum diterapkannya perlakukan ini dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran D.12.
(23)
Hastarina, 2013
C. Prosedur Penelitian
Secara keseluruhan skema penelitian dapat digambarkan seperti pada gambar 3.2 di bawah ini.
d
Langkah –
Studi Literatur Studi Pendahuluan dan Identifikasi Masalah Studi Kurikulum
Merumuskan Masalah
Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Membuat Instrumen Tes
Judgement Instrumen Tes Perbaikan
Uji Coba Instrumen Tes
Analisis Hasil Uji Coba
Penentuan Sampel
Pretest
Pemberian Reading task
Penerapan
Cooperative learning pada Kelompok Kontrol Penerapan
Cooperative learning pada
Kelompok Eksperimen
Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Post test
Pengumpulan Hasil
Reading Sheet & LKS
Pengolahan Data
Analisis Data dan Hasil Temuan Penelitian Kesimpulan
Membuat Lembar Observasi
Membuat Reading sheet
Pengolahan Data
Pengisian Angket
(24)
28
langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
a. Melakukan studi literatur untuk memperoleh fakta yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji.
b. Melakukan telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai.
c. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian.
d. Menghubungi pihak sekolah dan menghubungi guru mata pelajaran fisika.
e. Membuat surat izin penelitian. f. Menentukan sampel penelitian.
g. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan tahapan model cooperative learning kemudian mengkonsultasikannya ke dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan nya dengan baik di kelas.
h. Menyusun instrumen penelitian.
i. Mengkonsultasikan validitas isi instrumen penelitian (judgement) kepada tiga orang dosen dan seorang guru fisika sekolah.
j. Melakukan revisi terhadap isi instrumen berdasarkan hasil saran para dosen penjudgement.
k. Mengujicoba instrumen penelitian untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.
(25)
Hastarina, 2013
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :
a. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan kognitif siswa sebelum diberi perlakukan (treatment).
b. Sebelum perlakuan diberikan, siswa dikelompokkan ke dalam enam kelompok dengan jumlah anggota lima sampai enam orang. Pemilihan siswa dalam tiap kelompok dilakukan dengan pertimbangan prestasi dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam tiap kelompok terdapat siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan dari jenis kelamin, untuk masing-masing kelompok memiliki jumlah siswa dan siswi dengan porsi yang relatif sama. Pengetahuan peneliti terhadap prestasi siswa sebelum pembentukan kelompok didapat dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di sekolah tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena kriteria pembentukan kelompok dalam model cooperative learning harus heterogen baik dalam kemampuan akademik ataupun jenis kelamin (Killen dalam Trianto, 2011).
c. Memberikan perlakuan pada kelas yang diteliti yaitu dengan cara : - Menerapkan model pembelajaran cooperative learning yang
diintergrasi dengan reading task pada kelompok eksperimen dalam jangka waktu tertentu.
- Menerapkan hanya model pembelajaran cooperative learning pada kelompok kontrol.
d. Setiap proses pembelajaran berlangsung pada kelompok kontrol dan eksperimen, dua orang observer mengobservasi aktivitas guru dan siswa sesuai tahapan pada lembar observasi. Pembelajaran ke-1 dengan pokok bahasan tekanan pada zat padat, pembelajaran ke-2 mengenai tekanan hidrostatis dan bejana berhubungan, pembelajaran 3 mengenai Hukum Pascal dan pemanfaatannya, pembelajaran ke-4 mengenai Hukum Archimedes dan pemanfaatannya, dan pembelajaran ke-5 mengenai tekanan udara.
(26)
30
e. Memberikan tes akhir (post test) untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa setelah diberi perlakuan.
3. Tahap Akhir
Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Mengolah data hasil pre test , post test , instrumen lainnya. b. Menguji hipotesis
c. Menganalisis data hasil penelitian
d. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.
e. Memberikan saran-saran penelitian lebih lanjut.
f. Mengkonsultasikan hasil pengolahan data penelitian kepada dosen pembimbing.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes prestasi belajar, reading sheet, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan angket.
Perlu ditekankan sebelumnya bahwa sebagaimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif, maka data utama dalam penelitian ini adalah data jenis kuantitatif yang didapat dari penggunaan instrumen tes prestasi belajar, sedangkan data yang didapat dari reading sheet, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan angket, berperan sebagai data pendukung yang nantinya digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.
1. Tes Prestasi Belajar
Tes prestasi belajar terdiri dari 28 soal bentuk pilihan ganda yang masing-masing memiliki empat pilihan jawaban. Butir soal dalam tes ini mencakup ranah aspek kognitif C1, C2 , C3, dan C4. Tes diberikan sebagai pretest dan posttest pada tiap kelompok subjek penelitian untuk
(27)
Hastarina, 2013
mengukur prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Adapun pola sebaran aspek kognitif soal dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Pola Persebaran Intrumen Tiap Aspek Kognitif
Aspek No soal Jumlah soal
C1 1,7,8,10,19,20,22,25 8
C2 2,5,6,9,15,17,28,30 8
C3 4,11,13,16,21,24,29 7
C4 3,14,18,23,26 5
Skor maksimun benar yang dapat diperoleh oleh siswa adalah 28, namun setelahnya dilakukan pula pengkonversian untuk skala maksimum 100. Skor setelah konversi inilah yang dipakai dalam penelitian.
Instrumen tes prestasi belajar ini telah diuji sebelum digunakan. Bentuk pengujian yang dilakukan yaitu: uji tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, validitas butir soal, dan reliabilitas instrumen. Uji tingkat kesukaran dan daya pembeda butir soal mengacu pada rumus dan interpretasi yang digunakan Arikunto (2009), uji validitas butir soal menggunakan rumus korelasi product moment, dan uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus yang mengacu pada metode belah dua (split half). Interpretasi data validitas dan reliabilitas dalam penelitian juga berdasarkan interpretasi yang digunakan oleh Arikunto (2009).
Pada saat uji coba instrumen, jumlah soal sebenarnya sebanyak 30 soal, namun berdasarkan pertimbangan dengan melihat hasil analisis, maka peneliti memutuskan hanya menggunakan 28 soal untuk dipakai dalam penelitian. Adapun dari hasil pengujian diketahui nilai reliabilitas instrumen tes sebesar 0,88 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Artinya, instrumen ini dapat menghasilkan skor yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten apabila diujikan kembali pada waktu yang hampir berdekatan. Selain itu diketahui pula bahwa 100% instrumen valid dengan 6,67% kategori tinggi; 36,67%
(28)
32
kategori cukup, dan 50% kategori rendah, dan 6,67% kategori sangat rendah. Berdasarkan daya pembedanya, pada instrumen yang diujicoba sebanyak 3,33% dengan kategori baik sekali, 23,33% kategori baik, 43,33% kategori cukup,dan 30% instrumen mempunyai daya pembeda jelek. Dan berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 33,33% instrumen kategori mudah, 50% kategori sedang dan 16,67% kategori sukar.
Meskipun hasil pengujian validitas butir soal secara perhitungan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, namun sebelumnya peneliti telah melewati tahap pengujian validitas secara logis (validitas isi & validitas konstruksi) melalui judgement dari dua orang dosen dan satu orang guru kelas. Selain itu, ketidaksengajaan siswa tingkat prestasi rendah yang menjawab benar pada soal yang tidak dapat dijawab oleh siswa berprestasi tinggi dapat menyebabkan jeleknya hasil validitas butir soal. Meskipun peneliti telah menginstruksikan pada siswa untuk menjawab soal yang benar-benar mereka ketahui dan yakini jawabannya, namun tidak menutup kemungkinan para siswa menjawab soal-soal yang tidak mereka ketahui jawabannya. Karenanya peneliti memutuskan masih menggunakan soal-soal yang bervaliditas rendah tersebut.
Dua soal yang tidak dipakai dalam penelitian yaitu soal no. 12 dan 27. Hal ini diputuskan atas pertimbangan kedua soal tersebut termasuk soal yang validitasnya sangat rendah dan daya pembedanya pada kategori jelek. Selengkapnya mengenai rekapitulasi analisis validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rekapitulasi Analisis Hasil Ujicoba Instrumen
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran
Keputusan Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0,72 Tinggi 0,71 Baik Sekali 0,36 Sedang Dipakai
2 0,56 Cukup 0,50 Baik 0,61 Sedang Dipakai
3 0,52 Cukup 0,50 Baik 0,61 Sedang Dipakai
(29)
Hastarina, 2013
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran
Keputusan Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
5 0,61 Tinggi 0,43 Baik 0,71 Mudah Dipakai
6 0,42 Cukup 0,21 Cukup 0,82 Mudah Dipakai
7 0,39 Rendah 0,43 Baik 0,71 Mudah Dipakai
8 0,31 Rendah 0,29 Cukup 0,64 Sedang Dipakai
9 0,32 Rendah 0,21 Cukup 0,25 Sukar Dipakai
10 0,52 Cukup 0,36 Cukup 0,68 Sedang Dipakai
11 0,23 Rendah 0,00 Jelek 0,21 Sukar Dipakai
12 0,07 Sangat
Rendah 0,00 Jelek 0,29 Sukar Dibuang
13 0,23 Rendah 0,14 Jelek 0,93 Mudah Dipakai
14 0,42 Cukup 0,21 Cukup 0,61 Sedang Dipakai
15 0,40 Cukup 0,29 Cukup 0,86 Mudah Dipakai
16 0,24 Rendah 0,07 Jelek 0,75 Mudah Dipakai
17 0,27 Rendah 0,36 Cukup 0,54 Sedang Dipakai
18 0,28 Rendah 0,21 Cukup 0,89 Mudah Dipakai
19 0,48 Cukup 0,50 Baik 0,25 Sukar Dipakai
20 0,26 Rendah 0,07 Jelek 0,39 Sedang Dipakai
21 0,32 Rendah 0,14 Jelek 0,71 Mudah Dipakai
22 0,49 Cukup 0,50 Baik 0,61 Sedang Dipakai
23 0,43 Cukup 0,29 Cukup 0,71 Mudah Dipakai
24 0,26 Rendah 0,14 Jelek 0,71 Mudah Dipakai
25 0,21 Rendah 0,14 Jelek 0,50 Sedang Dipakai
26 0,51 Cukup 0,50 Baik 0,61 Sedang Dipakai
27 0,08 Sangat
Rendah 0,07 Jelek 0,68 Sedang Dibuang
28 0,26 Rendah 0,21 Cukup 0,68 Sedang Dipakai
29 0,33 Rendah 0,36 Cukup 0,61 Sedang Dipakai
30 0,39 Rendah 0,29 Cukup 0,57 Sedang Dipakai
2. Reading sheet (RS)
Reading sheet (RS) merupakan bahan bacaan yang materinya merujuk pada pengetahuan yang akan mendukung kegiatan inkuiri siswa selama diterapkannya model cooperative learning. Selain berisi bahan bacaan, pada RS juga terdapat pertanyaan-pertanyaan. Jenis pertanyaan
(30)
34
pada RS terdiri dari pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan pada lembar RS, pertanyaan terbuka yang meminta pendapat siswa mengenai bagian mana dari bacaan yang mereka sukai, dan kadang kala terdapat pertanyaan yang meminta siswa menemukan jawaban dari sumber di luar RS. Jumlah total pertanyaan untuk setiap RS adalah sebanyak 8 pertanyaan dengan sebaran terlihat pada tabel 3.3. Sementara instrumen ini dapat diilihat pada pada Lampiran B.3.
Tabel 3.3 Sebaran Jenis Pertanyaan pada Reading sheet Jenis
pertanyaan
Jumlah Pertanyaan
RS 1 RS 2 RS 3 RS 4 RS 5
Sumber jawaban di dalam reading
sheet
6 6 7 6 7
Sumber jawaban di luar
reading sheet
1 1 - 1 -
Pertanyaan terbuka mengenai bagian bacaan paling disukai
1 1 1 1 1
Pengisian jawaban dari pertanyaan yang ada pada RS ini digunakan untuk mengetahui besar persentase keterlaksanaan reading task pada kelompok eksperimen, dan untuk memperoleh data yang digunakan untuk mengetahui besar korelasi antara skor yang dicapai siswa pada reading sheet dengan skor siswa pada tes prestasi belajar untuk soal-soal dengan indikator yang sama.
3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi ini berfungsi untuk mendapatkan data yang memperlihatkan besar kontrol yang dilakukan peneliti pada variabel kontrol (cooperative learning). Lembar observasi berisi keterangan mengenai keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa pada tiap fase model
(31)
Hastarina, 2013
cooperative learning. Lembar observasi diisi oleh observer ketika proses pembelajaran berlangsung dengan memberikan tanda cheklist sesuai kolom indikator yang diamati. Untuk tiap pertemuannya, dihadirkan dua orang observer. Penskoran aktivitas untuk tiap fase dibuat dalam bentuk persentase, dengan masing-masing persentase maksimum sebesar 100 %. Bentuk lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran B.4.
4. Angket
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dan penerapan reading task. Angket yang digunakan berisi 10 pernyataan dengan empat pilihan jawaban yang terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS), dan 2 pertanyaan terbuka yang dimaksudkan untuk mengetahui kemudahan dan kesulitan siswa selama menggunakan model cooperative learning dan penerpan Reading task.
Untuk masing-masing pilihan jawaban, dihitung total siswa yang memilihnya, kemudian dibagi dengan total responden, sehingga didapat persentase pilihan jawaban untuk tiap pernyataan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran B.5.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Data Skor Tes Prestasi Belajar
Data kuantitatif berupa hasil tes untuk mengukur prestasi belajar dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut :
a. Memeriksa lembar jawaban siswa
b. Mengolah hasil jawaban siswa ke dalam bentuk penilaian dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Penskoran
Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu
(32)
36
jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol.
Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus (Munaf, 2001:44):
∑ dengan:
S = Skor siswa
R = Jawaban siswa yang benar 2) Menghitung skor konversi
Untuk menghitung skor konversi digunakan rumus:
dengan :
= skor siswa = jumlah total soal 3) Menghitung nilai gain
Skor gain diperoleh dari selisih skor tes awal dan tes akhir. Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai efek dari treatment. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain adalah (Hake, 1998):
Keterangan :
G = gain
Sf = skor tes akhir Si = skor tes awal
4) Menghitung rata-rata nilai gain yang dinormalisasi
Rata-rata gain yang dinormalisasi merupakan rata-rata aktual gain yang dibagi dengan rata-rata maksimum kemungkinan dari gain, dimana rata-rata maksimum kemungkinan dari gain ini mengindikasikan rata-rata dari kelas (Hake, 2007).
(33)
Hastarina, 2013
Rata-rata gain yang dinormalisasi <g> dirumuskan sebagai berikut (Hake, 1998) :
dengan:
<g> = rata-rata gain yang dinormalisasi < Sf > = rata-rata skor tes akhir (posttest) < Si > = rata-rata skor tes awal (pretest)
Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan mengacu pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi (Hake, 1998) Nilai g Klasifikasi
g 0,7 Tinggi
0,7 > g 0,3 Sedang
g < 0,3 Rendah
2. Data dari Reading Sheet
Bagian yang diolah dalam reading sheet adalah hasil jawaban dari lembar pertanyaan yang terletak di paling belakang. Data tersebut diolah untuk mengetahui persentase keterlaksanaan reading task, dan untuk memperoleh data rata-rata skor jawaban soal di reading sheet yang digunakan untuk mengetahui besar korelasi antara skor jawaban siswa di reading sheet dengan skor siswa di tes prestasi belajar pada soal-soal dengan indikator yang sama.
a. Persentase Keterlaksanaan Reading Task (RT)
Penghitungan persentase keterlaksanaan reading task terbagi menjadi dua, yaitu persentase untuk tiap-tiap keterlaksanaan reading task dan persentase rata-rata keterlaksanaan. Persentase tiap-tiap keterlaksanaan reading task dihitung dengan rumus berikut:
(34)
38
Dan rata-rata persentase keterlaksanaan reading task dihitung dengan rumus berikut:
∑ ∑ Interpretasi keterlaksanaan reading task mengacu pada tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5 Interpretasi Keterlaksanaan Reading Task Persentase Interpretasi 80% atau lebih Sangat Baik
60%-79% Baik
40%-59% Cukup
21%-39% Rendah
0% - 20% Rendah Sekali
b. Pengaruh Reading Task terhadap Prestasi Belajar Siswa
Langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengetahui besar pengaruh reading task terhadap prestasi belajar siswa pada soal-soal dengan indikator yang sama, yaitu sebagai berikut:
1) Memeriksa lembar jawaban siswa
2) Mengolah hasil jawaban siswa dengan langkah berikut: a) Penskoran
Penskoran jawaban mengacu pada pedoman penskoran Reading sheet. Khusus soal yang meminta pendapat siswa tentang bagian paling menarik dari reading sheet, tidak dilakukan penskoran. Pencantuman soal ini hanya dimaksudkan sebagai stimulus agar siswa membaca seluruh bagian bacaan di reading sheet.
b) Menghitung rata-rata skor untuk tiap soal dengan rumus:
∑ ∑
c) Menghitung Skor konversi untuk soal di reading sheet
Pengkonversian rata-rata skor tiap soal menggunakan skala 100 dengan rumus:
(35)
Hastarina, 2013
d) Menghitung Skor konversi untuk soal di instrumen tes prestasi belajar menggunakan skala 100 dengan rumus:
∑ ∑
Catatan: jumlah dan siswa yang menjawab untuk tiap soal di tes prestasi belajar harus orang yang sama saat menjawab reading sheet.
e) Menghitung korelasi antara reading task dan prestasi belajar siswa pada jenis soal-soal yang memiliki indikator yang sama. Penghitungan korelasi menggunakan rumus korelasi produk momen dari Pearson yang menggunakan software IBM SPSS 20, dengan langkah sebagai berikut:
Pilih menu Analyze > pilih Correlate > Bivariate. Kemudian masukkan variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) sebagai variabel terikat dan X (Reading Task) sebagai variabel bebas ke kolom variabel, pilih correlation Pearson, dan One-Tail > klik tombol OK. Sebagai output akan muncul table correlation yang menampilkan nilai koefisien korelasi.
Adapun pemilihan one-tail di atas, karena dalam penelitian ini peneliti dari awal telah memiliki anggapan sepihak bahwa reading task akan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sementara interpretasi nilai koefisien korelasi berdasarkan table 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai r (Arikunto, 2010: 319)
Besar nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (Tak
(36)
40
f) Uji Regresi Linier
Analisis regresi linier merupakan salah satu metode uji statistik untuk menentukan pengaruh sebuah variable bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi linier dalam penelitian ini menggunakan program IBM SPSS 20 yaitu dengan langkah sebagai berikut:
Pilih menu Analyze > pilih Regression > Linear. Kemudian pilih variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) sebagai variabel terikat dan X (Reading Task) sebagai variabel bebas > klik tombol OK.
Output SPSS akan menampilkan hasil berupa tabel yaitu:
Tabel Anova
Tabel yang menampilkan nilai taraf signifikansi atau linieritas dari regresi. Kriteria ditentukan berdasarkan uji nilai signifikansi (Sig.), dengan ketentuan jika nilai Sig.<0,05, maka model regresi adalah linier, dan berlaku sebaliknya.
Tabel Koefisien
Tabel yang menginformasikan model persamaan regresi yang diperoleh dengan koefisien konstanta dan koefisien variable yang ada di kolom unstandardized coefficient B.
Ringkasan model (model summary)
Tabel yang menampilkan nilai R Square atau koefisien determinasi (KD) yang menenunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Data Keterlaksanaan Model Cooperative learning
Data hasil observasi keterlaksanaan model cooperative learning dalam penelitian ini terbagi menjadi data aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
(37)
Hastarina, 2013
Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut ini :
a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan Presentase Keterlaksanaan.
c. Menafsirkan kategori aktivitas guru dan siswa dengan mengacu pada tabel
3.7.
Tabel 3.7 Interpretasi Aktivitas Guru dan Siswa pada Model
Cooperative learning. Adaptasi dariRidwan
(2000)
Persentase Kategori Keterangan
80% atau lebih Sangat Baik Hampir seluruh aktivitas terlaksana 60%-79% Baik Sebagian besar aktivitas terlaksana
40%-59% Cukup Separuh aktivitas terlakana
21%-39% Rendah Sebagian kecil aktivitas terlaksana 0% - 20% Rendah Sekali Hampir seluruh aktivitas tidak
terlaksana
4. Data Hasil Angket
Pengolahan terhadap data yang diperoleh dari agket dilakukan dengan cara menghitung jumlah cheklist pada tiap jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) yang dipilih oleh siswa pada masing-masing pernyataan. Kemudian total jumlah jawaban siswa tersebut dipersentasekan.
5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menerima atau menolak hipotesis penelitian. Demi kepentingan pengujian maka dirumuskanlah hipotesis nol (H0) sebagai hipotesis tandingan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Dantes (2012), bahwa dalam praktik peneliti dapat mencantumkan baik hipotesis penelitian maupun hipotesis nol. Berikut rumusan hipotesis nol tersebut:
(38)
42
Rumusan Hipotesis Nol (H0)
: tidak terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan cooperative learning yang tidak diintegrasi dengan reading tas
Pentingnya dimunculkan hipotesis nol dalam penelitian ini karena berdasarkan pernyataan dari Arikunto (2010: 113), diketahui bahwa dalam proses pembuktian, hipotesis penelitian yang diuji diubah dulu seperti H0, agar peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan hipotesis penelitian. Namun nantinya dikembalikan lagi ke hipotesis penelitian pada rumusan akhir pengetesan hipotesis. Jadi tidak perlu heran, meski hipotesis yang diuji adalah H0, namun akhirnya akan dikembalikan lagi ke hipotesis penelitian.
Adapun alur pengujian hipotesis ditunjukkan pada gambar berikut.
Pengujian hipotesis ini menggunakan data gain yang dinormalisasi (g). Data (g) diperoleh melalui pengolahan hasil skor pre-test dan post-test pada kedua kelompok dengan menggunakan rumus (Hake, 1998):
( ) DATA
UJI NORMALITAS
UJI WILCOXON
PENGUJIAN HIPOTESIS DENGAN UJI-t
KESIMPULAN
Tidak
Ya UJI HOMOGENITAS
Ya
Tidak
Gambar 3.3 Alur Uji Statistik
(39)
Hastarina, 2013
dengan:
g = gain yang dinormalisasi Sf = skor tes akhir (post-test) Si = skor tes awal (pre-test)
Tahap-tahap pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah berikut:
a. Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran distribusi data yang diperoleh. Melalui uji normalitas peneliti dapat mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hal ini penting sekali untuk diketahui karena berdasarkan normal atau tidaknya distribusi ini baru dapat ditentukan apakah uji statistik parametrik atau nonparametrik yang akan digunakan.
Uji Normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Chi Kuadrat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Mencari rata-rata dari data yang akan diuji normalitasnya.
Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari gain digunakan persamaan:
̅= nilai rata-rata dari data = nilai (g) yang diperoleh siswa = jumlah siswa
2) Mencari deviasi standar dari data yang akan diuji normalitasnya.
Untuk menghitung besarnya standar deviasi dari gain digunakan persamaan:
√∑ ̅ ̅= nilai rata-rata dari data
= nilai (g) yang diperoleh siswa i x x
n
(40)
44
= jumlah siswa = standar deviasi
3) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi. 4) Menentukan banyak kelas (K) dengan rumus:
n = jumlah siswa
5) Menentukan panjang kelas (p) dengan rumus:
r = rentang (data terbesar – data terkecil ) k = banyaknya kelas
6) Menentukan transformasi normal standar dari batas kelas z dengan menggunakan persamaan:
̅ = batas kelas
̅ = rata-rata kelas = standar deviasi
7) Mencari luas tiap kelas interval dengan menggunakan daftar z. | |
= luas kelas interval
= luas daerah batas atas kelas interval = luas daerah batas bawah kelas interval
8) Mencari frekuensi observasi ( ) dengan menghitung banyaknya respon yang termasuk pada interval yang telah ditentukan.
9) Mencari frekuensi ekspektasi dengan persamaan berikut:
10)Mencari harga Chi-Kuadrat ( ) dengan menggunakan persamaan:
∑( )
= chi kuadrat hasil perhitungan
(41)
Hastarina, 2013
= frekuensi observasi = frekuensi yang diharapkan
11)Membandingkan harga hitung dengan
Jika < , maka data berdistribusi normal, sedangkan Jika > , maka data tidak berdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas, maka diketahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka selanjutnya akan digunakan uji statistik parametrik Namun, jika data tidak berdistribusi normal maka selanjutnya digunakan uji statistik non-parametrik.
b. Uji Homogenitas
Penggunaan uji homogenitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada-tidaknya kesamaan varians pada kedua kelompok (kelompok eksperimen & kontrol). Hal ini penting diketahui kerena berdasarkan pengetahuan tentang ada-tidaknya kesamaan varians pada kedua kelompok dapat menjadi panduan dalam memilih jenis uji statistik yang akan digunakan, mengingat ini adalah salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam uji statistik parametrik.
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Uji-F, dengan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Menentukan variansi data
2) Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus: dk = n – 1 3) Menghitung nilai F (tingkat homogenitas)(Panggabean, 2001: 137):
Dengan F hitung yaitu nilai homogenitas yang dicari, yaitu variansi yang nilainya lebih besar dan yaitu variansi yang nilainya lebih kecil. 4) Menentukan nilai uji homogenitas tabel melalui interpolasi.
Jika F hitung < F tabel, maka variansi homogen. Jika F hitung > F tabel, maka variansi tidak homogen.
(42)
46
Apabila diketahui variansi homogen, maka pengujian hipotesis yang dipilih adalah jenis uji statistik parametrik, namun bila sebaliknya, maka peneliti menggunakan uji statistik nonparametrik.
c. Uji Hipotesis dengan Uji-t
Apabila data sampel memenuhi asumsi-asumsi untuk pengujian dengan jenis uji statistik parametrik, maka pengujian hipotesis dilanjutkan dengan jenis uji statistik parametrik, yaitu dengan menggunakan uji-t (khusus untuk penelitian ini). Jenis uji-t yang dipilih adalah uji-t yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara dua kelompok dengan sampel besar (n ≥ 30), dengan rumus sebagai berikut (Panggabean, 2001: 149):
√ dengan:
= mean data sampel kelompok eksperimen = mean data sampel kelompok kontrol
= jumlah anggota sample kelompok eksperimen = jumlah anggota sample kelompok kontrol = variansi sampel kelompok eksperimen = variansi sampel kelompok kontrol
Kemudian untuk menginterpretasikan t-test, ditentukan terlebih dahulu derajat kebebasannya dengan rumus : dk =(N1-1)+ (N2-1), lalu mencari nilai t-tabel dengan derajat kebebasan yang didapat dan dengan taraf signifikan yang dipilih (α = 0,05). Setelah itu dilihat, apabila :
t-hitung > t-tabel berbeda signifikan (berarti H0 ditolak, dengan kata lain hipotesis penelitian ini diterima).
(43)
Hastarina, 2013
t-hitung < t-tabel tidak berbeda secara signifikan (berarti H0 diterima, dengan kata lain hipotesis penelitian ini ditolak).
d. Uji Hipotesis dengan Uji Wilcoxon
Jika pada uji normalitas data dihasilkan distribusi yang tidak normal, dan atau pada uji homogenitas varians diketahui bahwa varians kedua kelompok tidak sama (homogen), maka uji hipotesis akan dilakukan dengan jenis uji statistik nonparametrik yaitu dengan uji Wilcoxon.
Dalam uji Wilcoxon memerlukan ukuran pasangan yang sama banyak sehingga apabila pada kedua kelompok jumlah sampel yang digunakan tidak sama, maka anggota dari salah satu sampel harus dibuang, Langkah-langkah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Wilcoxon (Nurgana, 1985 : 27) adalah sebagai berikut:
1) Membuat daftar rank
Data kedua kelompok masing-masing diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar sehingga diperolah pasangan yang setaraf dari yang terendah hingga yang tertinggi ( pasangan yang setaraf merupakan syarat dari uji Wilcoxon). Nilai selisih kemudian diberi rank mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.
2) Menentukan nilai W
Nilai W (Wilcoxon) ialah bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan jumlah rank negatif. Jika ternyata jumlah rank positif sama dengan jumlah rank negatif, nilai W diambil salah satunya.
3) Menentukan nilai W dari daftar
Pada daftar W, harga n (sampel) yang paling besar adalah 25. Untuk n > 25, harga W dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
(44)
48
Keterangan :
W = nilai Wilcoxon n = jumlah sampel
x = 1,96 untuk taraf signifikan 5 % (α = 0,05).
4) Pengujian Hipotesis
Jika W hitung > W (α) n , maka H0 diterima, hipotesis penelitian ditolak. Jika W hitung < W (α) n , maka H0 ditolak, hipotesis penelitian diterima.
Pada penelitian ini digunakan uji Wilcoxon, karena pada uji normalitas diketahui bahwa data gain ternormalisasi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berdistribusi normal.
(45)
69
Hastarina, 2013
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran, Prinsip-Teknik-Prosedur. Cetakan ke-3. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
__________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Binham. (2012). 8 Manfaat Membaca. [Online]. Tersedia: http://cafemotivasi.com/8-manfaat-membaca/. [ 2 September 2012 ].
Bokunola, B.A.J., dan Idowu, O.D. (2012). “Effectiveness of Cooperative Learning
Strategies on Nigerian Junior Secondary Students’ Academic Achievement in Basic Science”. British Journal of Education, society & Behavioural Science. 2, (3), 307-325
Carpenter, P.A., dan Just, M.A. (1980). “A Theory of Reading: From Eye Fixations
to Comprehension”. Journal of Psychological Review. 87, (4), 329-353.
Chindy. (2012). Sejarah Philips E.Vinon. [Online]. Tersedia: http://11097chn.blogspot.com/2012/03/philip-ewart-vernon.html [11 September 2012].
Clarke, P. (2010). “Using Speaking and Listening Activities to Support the
Development of Reading Comprehension Skills”. Makalah Presentasi pada Pusat Bahasa dan Membaca, University of York.
Cline, F., Johnstone, C., & King, T. (2006). Focus Group Reaction of Three Definition of Reading ( As Originally Developed Support of NARAP goal 1). Minneapolis, MN: National Accessible Reading Assessment Projects.
Dantes, N. (2012). Metode Penelitian (Cetakan ke-21).Yogyakarta: ANDI.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasiunal Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
(46)
70
Desi, T.L. (2013). Penerapan Strategi Problem Solving dengan Reading Infusion untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Fang, Z., & Wei, Y. (2010). “Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational Research. 103, 262-273.
Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanic Courses. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012].
Hake, R.R. (2007). Should We Measure Change? Yes!. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~hake. [22 Oktober 2012].
Hicok, S. (2000). “How Does the Use of Reading Strategies Improve Achievement in
Science for Language Minority Strudents ?”. Journal of Glasgow Middel
School, Fairfax County (VA) Public School. 3, (2), 1-12.
Hidayati, E.W. (2009). “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Metode Kooperatif Model Learning Together Pada Siswa VII-A SMPN 2 Mojoanyar
Tahun Pelajaran 2009/2010”. Jurnal ORASI Unim Mojokerto. 6, (1), 1-13.
Ireland, J. D. (1987). The Effect of Reading Performance on High School Science Achievement. Tesis Master of Applied Science di Curtin University of Technology: tidak diterbitkan.
Johnson, D. W., dan Johnson, R. T. (1994). Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, adng Individualistic Learning. (Edisi ke-4). Boston: Ally & Bacon.
Jones, et al. (1994). Cooperative Learning. The Expert Educator. [Online]. Tersedia: http://www.neiu.edu/~sdundis/hrd310/cooperative.doc.pdf. [12 Januari 2013]. Joyce, B., Weil, M dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching : Model-Model
Pengajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Komalasari. (2013). Penerapan Pembelajaran Inquiry dengan Reading Infusion untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Larson, Mary. (2012). Increasing Student Interest and Achievement in Science By Integrating Science and Reading in Elementary Grade. Tesis pada Science Education Montana State University Bozeman Montana: tidak diterbitkan.
(47)
Hastarina, 2013
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nenden. (2010). Implementasi Strategi Problem Solving Pada Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nurgana, E. (1985). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: C.V. PERMADI. Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Ozsoy, N., dan Yildiz, N. (2004). “The Effect of Learning Together Technique of
Cooperative Learning Method on Student Achievement in Mathematics Teaching 7th Class of Primary School”. The Turkish Online Journal of Education Technology. 2, (7), 49-54.
Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.
Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Radcliffe, R. et al. (2008). “Improving Reading in A Middle School Science
Classroom”. Journal of Adolescent & Adult Literacy. 51, (5), 398-408.
Ridwan, S. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung. Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.
Seddon, G. M. (1978). “The Properties of Bloom’s Taxonomy of Educational objectives for the Cognitive Domain”. American Educational Research
Association. 48, (2), 303-323
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. (2009). Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Smit, K. A., Johnson, D. W., dan Johnson, R. T. (1981). “Can Conflict be Constructive? Controversy Versus Concurrence Seeking in Learning Groups”.
(48)
72
Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Varank, I., dan Kuzucuoglu, G. (2007). “The Effect of Learning Together Technique
of Cooperative Learning Method on Students’ Mathematics Achievement and Cooperative Study Skills”. Journal of Elementary Education Online. 6, (3), 323-332.
Welfriyati, S. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together terhadap Hasil Belajar Sains Kimia Siswa Kelas VII SMP Negeri 18
Malang pada Pokok Bahasan Bahan Kimia dalam Makanan.Skripsi Sarjana
(1)
Hastarina, 2013
Penerapan Reading Task Pada Cooperative Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Mata Pelajaran Fisika
t-hitung < t-tabel tidak berbeda secara signifikan (berarti H0 diterima, dengan kata lain hipotesis penelitian ini ditolak).
d. Uji Hipotesis dengan Uji Wilcoxon
Jika pada uji normalitas data dihasilkan distribusi yang tidak normal, dan atau pada uji homogenitas varians diketahui bahwa varians kedua kelompok tidak sama (homogen), maka uji hipotesis akan dilakukan dengan jenis uji statistik nonparametrik yaitu dengan uji Wilcoxon.
Dalam uji Wilcoxon memerlukan ukuran pasangan yang sama banyak sehingga apabila pada kedua kelompok jumlah sampel yang digunakan tidak sama, maka anggota dari salah satu sampel harus dibuang, Langkah-langkah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Wilcoxon (Nurgana, 1985 : 27) adalah sebagai berikut:
1) Membuat daftar rank
Data kedua kelompok masing-masing diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar sehingga diperolah pasangan yang setaraf dari yang terendah hingga yang tertinggi ( pasangan yang setaraf merupakan syarat dari uji Wilcoxon). Nilai selisih kemudian diberi rank mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.
2) Menentukan nilai W
Nilai W (Wilcoxon) ialah bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan jumlah rank negatif. Jika ternyata jumlah rank positif sama dengan jumlah rank negatif, nilai W diambil salah satunya.
3) Menentukan nilai W dari daftar
Pada daftar W, harga n (sampel) yang paling besar adalah 25. Untuk n > 25, harga W dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
(2)
48
Hastarina, 2013
Keterangan :
W = nilai Wilcoxon n = jumlah sampel
x = 1,96 untuk taraf signifikan 5 % (α = 0,05).
4) Pengujian Hipotesis
Jika W hitung > W (α) n , maka H0 diterima, hipotesis penelitian ditolak. Jika W hitung < W (α) n , maka H0 ditolak, hipotesis penelitian diterima.
Pada penelitian ini digunakan uji Wilcoxon, karena pada uji normalitas diketahui bahwa data gain ternormalisasi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berdistribusi normal.
(3)
69 Hastarina, 2013
Penerapan Reading Task Pada Cooperative Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Mata Pelajaran Fisika
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran, Prinsip-Teknik-Prosedur. Cetakan ke-3. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
__________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Binham. (2012). 8 Manfaat Membaca. [Online]. Tersedia: http://cafemotivasi.com/8-manfaat-membaca/. [ 2 September 2012 ].
Bokunola, B.A.J., dan Idowu, O.D. (2012). “Effectiveness of Cooperative Learning
Strategies on Nigerian Junior Secondary Students’ Academic Achievement in Basic Science”. British Journal of Education, society & Behavioural Science. 2, (3), 307-325
Carpenter, P.A., dan Just, M.A. (1980). “A Theory of Reading: From Eye Fixations
to Comprehension”. Journal of Psychological Review. 87, (4), 329-353.
Chindy. (2012). Sejarah Philips E.Vinon. [Online]. Tersedia: http://11097chn.blogspot.com/2012/03/philip-ewart-vernon.html [11 September 2012].
Clarke, P. (2010). “Using Speaking and Listening Activities to Support the
Development of Reading Comprehension Skills”. Makalah Presentasi pada Pusat Bahasa dan Membaca, University of York.
Cline, F., Johnstone, C., & King, T. (2006). Focus Group Reaction of Three Definition of Reading ( As Originally Developed Support of NARAP goal 1). Minneapolis, MN: National Accessible Reading Assessment Projects.
Dantes, N. (2012). Metode Penelitian (Cetakan ke-21).Yogyakarta: ANDI.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasiunal Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
(4)
70
Hastarina, 2013
Desi, T.L. (2013). Penerapan Strategi Problem Solving dengan Reading Infusion untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Fang, Z., & Wei, Y. (2010). “Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational Research. 103, 262-273.
Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanic Courses. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012].
Hake, R.R. (2007). Should We Measure Change? Yes!. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~hake. [22 Oktober 2012].
Hicok, S. (2000). “How Does the Use of Reading Strategies Improve Achievement in
Science for Language Minority Strudents ?”. Journal of Glasgow Middel
School, Fairfax County (VA) Public School. 3, (2), 1-12.
Hidayati, E.W. (2009). “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Metode Kooperatif Model Learning Together Pada Siswa VII-A SMPN 2 Mojoanyar
Tahun Pelajaran 2009/2010”. Jurnal ORASI Unim Mojokerto. 6, (1), 1-13.
Ireland, J. D. (1987). The Effect of Reading Performance on High School Science Achievement. Tesis Master of Applied Science di Curtin University of Technology: tidak diterbitkan.
Johnson, D. W., dan Johnson, R. T. (1994). Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, adng Individualistic Learning. (Edisi ke-4). Boston: Ally & Bacon.
Jones, et al. (1994). Cooperative Learning. The Expert Educator. [Online]. Tersedia: http://www.neiu.edu/~sdundis/hrd310/cooperative.doc.pdf. [12 Januari 2013]. Joyce, B., Weil, M dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching : Model-Model
Pengajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Komalasari. (2013). Penerapan Pembelajaran Inquiry dengan Reading Infusion untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Larson, Mary. (2012). Increasing Student Interest and Achievement in Science By Integrating Science and Reading in Elementary Grade. Tesis pada Science Education Montana State University Bozeman Montana: tidak diterbitkan.
(5)
Hastarina, 2013
Penerapan Reading Task Pada Cooperative Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP Pada Mata Pelajaran Fisika
Mifflin, H. (1997). Definitions of Reading and Word Identification. [Online]. Tersedia: http://www.eduplace.com/rdg/res/teach/def.html [ 11 September 2012 ].
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nenden. (2010). Implementasi Strategi Problem Solving Pada Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nurgana, E. (1985). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: C.V. PERMADI. Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Ozsoy, N., dan Yildiz, N. (2004). “The Effect of Learning Together Technique of
Cooperative Learning Method on Student Achievement in Mathematics Teaching 7th Class of Primary School”. The Turkish Online Journal of Education Technology. 2, (7), 49-54.
Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.
Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Radcliffe, R. et al. (2008). “Improving Reading in A Middle School Science
Classroom”. Journal of Adolescent & Adult Literacy. 51, (5), 398-408.
Ridwan, S. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung. Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.
Seddon, G. M. (1978). “The Properties of Bloom’s Taxonomy of Educational objectives for the Cognitive Domain”. American Educational Research Association. 48, (2), 303-323
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. (2009). Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Smit, K. A., Johnson, D. W., dan Johnson, R. T. (1981). “Can Conflict be Constructive? Controversy Versus Concurrence Seeking in Learning Groups”. Journal of EducationalPsychology. 73, 651-663.
(6)
72
Hastarina, 2013
Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Varank, I., dan Kuzucuoglu, G. (2007). “The Effect of Learning Together Technique
of Cooperative Learning Method on Students’ Mathematics Achievement and Cooperative Study Skills”. Journal of Elementary Education Online. 6, (3), 323-332.
Welfriyati, S. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together terhadap Hasil Belajar Sains Kimia Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Malang pada Pokok Bahasan Bahan Kimia dalam Makanan.Skripsi Sarjana pada FPMIPA UNM: tidak diterbitkan.