Pembuatan lotion repelan minyak kedelai tinjauan terhadap sifat fisis, stabilitas dan aktivitas repelan

(1)

TINJAUAN TERHADAP SIFAT FISIS, STABILITAS DAN

AKTIVITAS REPELAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Christin Novitasari

028114161

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(1)

TINJAUAN TERHADAP SIFAT FISIS, STABILITAS DAN

AKTIVITAS REPELAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Christin Novitasari

028114161

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

Jika aku sedih, aku akan tertawa

Jika aku tertekan, aku akan menyanyi

Jika aku berlimpah, kupikir pada masa kekurangan yang lalu

Jika aku merasa berkuasa, kucoba menghentikan angin

Jika aku merasa terlalu percaya, kuingat kegagalan masa laluku

Jika aku merasa tidak mampu, kuingat sukses yang pernah kucapai

Jika aku terlalu bangga, kuingat saat-saat aku lemah

Jika aku mengingat masa kejayaan, kuingat saat yang memalukan.

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu

mengenai kamu, demikian firman Tuhan, yaitu rancangan damai

sejahtera bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu

hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29 : 11)”

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk kedua orang tuaku terkasih sebagai tanda hormat, bakti dan terima kasih tak terhingga… Keluargaku terkasih, adikku Ian dan Nining untuk doa, dukungan dan

semangat yang diberikan…

‘Cun tercinta’ yang selalu ada di saat-saat bahagia dan terberat dalam hidupku…


(5)

(6)

vi

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan akhir yang berjudul “Pembuatan Lotion Repelan Minyak Kedelai : Tinjauan Terhadap Sifat Fisis, Stabilitas dan Aktivitas Repelan”. Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S. Farm.).

Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan akhir ini atas bantuan dan dukungan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus atas cinta, berkat dan penyertaan Nya.

2. Bapak, Ibu, Adikku Ian dan Ingkong atas doa, dukungan dan cinta kasihnya.

3. Cun atas semangat dan kasihnya.

4. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Christine Patramurti M.Si., Apt selaku Kaprodi Farmasi Universitas Sanata Dharma.

6. C.M.Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

7. Teman-teman : Ledu, Arya, Cika, Leta, Eli, Bonding atas dukungan, semangat dan bantuannya.


(7)

vii

8. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Heru, Mas Ottok, serta laboran-laboran lain atas bantuannya dalam penyediaan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama melakukan penelitian.

9. Semua pihak yang juga telah membantu penulis selama pengerjaan skripsi ini yang tak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat berguna bagi penyempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian dan penulisan laporan akhir ini dapat berguna bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.


(8)

viii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari gliserin,cetyl alcohol

atau interaksi antara keduanya yang signifikan mempengaruhi sifat fisis, stabilitas dan aktivitas repelan lotion minyak kedelai. Selain itu juga bertujuan untuk memperoleh area komposisi optimum yang mempunyai sifat fisis, stabilitas dan aktivitas repelan

lotionminyak kedelai yang baik.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni menggunakan desain faktorial dengan dua faktor (gliserin dan cetyl alcohol) dan dua level (level rendah dan level tinggi). Optimasi komposisi formula meliputi parameter sifat fisis yaitu daya sebar dan viskositas, parameter stabilitas yaitu pergeseran viskositas, dan aktivitas repelan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakanAnova

dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cetyl alcohol berpengaruh signifikan dalam menurunkan respon pergeseran viskositas (meningkatkan stabilitaslotion) dan meningkatkan aktivitas repelan. Pada contour plot super imposed tidak ditemukan area komposisi optimum gliserin dan cetyl alcohol dari lotion minyak kedelai pada level yang diteliti.


(9)

ix ABSTRACT

This research aimed to investigate the significant effect of glycerine, cetyl alcohol or interaction of both of them on the physical properties, stability and repellant activity. Besides that, it aimed to obtain the optimum composition area which has good physical properties, stability and repellant activity of soybean oil lotion.

This study was a pure experimental research using factorial design with two factors (glycerine and cetyl alcohol) and two levels (low level and high level). The optimum composition was optimized on their physical properties (spreadibility and viscosity), stability (change of viscosity) and repellant activity. The data were analyzed statistically using Anova with 95% level of confidence.

The result showed that cetyl alcohol significantly influenced to decrease the change of viscosity (increase lotion stability) and increase repellant activity response. The contour plot super imposed failed to show optimum composition area of glycerine and cetyl alcohol from soybean oil lotion on the level studied.


(10)

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PRAKATA ... vi

INTISARI... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Keaslian Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 5

A. Identifikasi Minyak Kedelai... 5


(12)

xi

2. Kegunaan... 5

3. Standarisasi Sifat Fisis ... 5

B. Lotion... 6

C. Sifat Fisis dan StabilitasLotion... 6

D. Metode PembuatanLotion... 7

E. Pemerian Bahan ... 7

1. Gliserin... 7

2. Cetyl Alcohol... 8

F. Repelan... 8

G. Metode Desain Faktorial ... 10

H. Landasan Teori... 12

I. Hipotesis... 14

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 15

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 15

B. Variabel Penelitian ... 15

C. Definisi Operasional... 16

D. Skema Kerja Penelitian ... 18

E. Bahan dan Alat Penelitian ... 19

1. Alat Penelitian... 19

2. Bahan Penelitian... 19

F. Tata Cara Penelitian ... 19


(13)

xii

a. Bobot Jenis ... 19

b. Penetapan Indeks Bias... 20

2. Persiapan Formula... 20

3. PembuatanLotion... 21

4. PengujianLotion... 21

a. Uji Viskositas ... 21

b. Uji Daya Sebar ... 22

c. Uji Aktivitas Repelan... 22

5. Uji Tipe Emulsi ... 23

G. Analisis Data ... 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Standarisasi Minyak Kedelai... 24

B. PembuatanLotion... 25

C. Penentuan Tipe Emulsi ... 25

D. Sifat Fisis dan StabilitasLotion... 27

1. Daya Sebar ... 28

2. Viskositas ... 30

3. Pergeseran Viskositas... 32

4. Aktivitas Repelan ... 34

E. Optimasi Formula ... 36

1. Daya Sebar ... 36


(14)

xiii

3. Pergeseran Viskositas... 38

F. Super Imposed Contour Plot... 39

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 44


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level 11

Tabel II. Formula acuanlotionrepelan minyak kedelai... 21

Tabel III. Komposisi formula baru setelah modifikasi untuk berbagai formula.... 21

Tabel IV. Perbandingan hasil standarisasi antara minyakHappy Salad OilTM dengan nilai standarisasi referensi (Anonim, 2005)... 24

Tabel V. Hasil pengukuran sifat fisiklotion... 27

Tabel VI. Efekcetyl alcohol, gliserin dan interaksi keduannya ... 27

Tabel VII. Hasil perhitunganAnovapada respon daya sebar ... 29

Tabel VIII. Hasil perhitunganAnovarespon viskositas... 31

Tabel IX. Hasil perhitunganAnovapada respon pergeseran viskositas ... 33


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerja Penelitian ... 18

Gambar 2. Penentuan tipe emulsi dengan zat warna larut airmethylene blue... 26

Gambar 3. Penentuan tipe emulsi dengan zat warnalarutminyak Sudan III ... 26

Gambar 4. Grafik hubungan antara daya sebar dan gliserin dan grafik hubungan antara daya sebar dancetyl alcohol... 28

Gambar 5. Grafik hubungan antara viskositas dan gliserin dan grafik hubungan antara viskositas dancetyl alcohol... 30

Gambar 6. Grafik hubungan antara pergeseran viskositas dan gliserin dan grafik hubungan antara pergeseran viskositas dancetyl alcohol... 32

Gambar 7. Grafik hubungan antara aktivitas repelan dan gliserin dan grafik hubungan antara aktivitas repelan dancetyl alcohol... 34

Gambar 8.Contour plotdaya sebarlotion... 37

Gambar 9.Contour plotviskositaslotion... 38


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji kemurnian minyak kedelaiHappy Salad OilTM ... 44

Lampiran 2. Uji sifat fisis, stabilitas dan aktivitas repelanlotion... 45

Lampiran 3. Perhitungan desain faktorial ... 47

Lampiran 4. PerhitunganAnova... 56


(18)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Nyamuk merupakan salah satu vektor penyakit seperti malaria, demam berdarah dengue dan chikungunya yang berbahaya bagi manusia dan hewan. Untuk mengatasi permasalahan ini manusia telah melakukan berbagai usaha pengendalian nyamuk antara lain dengan pengelolaan sanitasi lingkungan yang baik, pengendalian hayati dan pengendalian kimiawi. Namun usaha pengendalian nyamuk secara kimiawi dengan insektisida ternyata menimbulkan banyak masalah kesehatan seperti pencemaran lingkungan, resistensi nyamuk dan gangguan keseimbangan ekosistem (Soedarto, 1990).

Penggunaan repelan adalah cara praktis dan ekonomis yang jelas nyata mencegah transmisi penyakit akibat gigitan nyamuk. Penggunaan repelan untuk menghindari gigitan serangga banyak dilakukan oleh manusia sejak zaman dahulu, sebagai contoh lumpur dan debu. Kedua bahan ini digunakan dengan cara membalurkan ke seluruh tubuh sehingga mencegah gigitan serangga (Sastroutomo, 1992).

Saat ini, di pasaran dapat dengan mudah ditemukan obat anti nyamuk, antara lain dalam bentuk padat (bakar), cair (semprotan), dan lotion, yang semuanya menawarkan hal yang sama yaitu perlindungan optimal terhadap nyamuk (Anonim, 2005). Repelan komersial yang dijual bebas biasanya mengandung bahan kimia


(19)

N,N-diethyl-m.toluamide (DEET). Di pasaran DEET merupakan bahan aktif repelan paling efektif, tetapi dapat menimbulkan reaksi toksik. Repelan dengan bahan kimia DEET dapat menimbulkan rasa terbakar jika mengenai mata, luka dan jaringan membranous. DEET juga dapat merusak benda-benda yang terbuat dari plastik, bulu dan bahan sintetik. Selain itu DEET juga dapat menimbulkan efek samping seperti masalah hipersensitivitas dan iritasi pada aplikasi berulang (Fradin and Day, 1998). Efek negatif dari penggunaan bahan kimia antara lain menyebabkan bau menyengat, membuat sesak nafas dan alergi pada kulit sehingga berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Selain itu juga dapat meningkatkan resistensi nyamuk (Anonim, 2002).

Berbagai kasus demam berdarah yang saat ini terjadi sebagian besar penderitanya adalah anak-anak. Dalam hal pemakaian repelan, orang tua cenderung merasa kurang nyaman karena repelan dirasa kurang aman bagi anak-anak. Kulit anak yang sensitif dan kemungkinan reaksi alergi yang ditimbulkannya menjadi penyebab tidak digunakannya repelan bagi anak-anak. Hal inilah yang mendorong dilakukannya penelitian untuk mencari jenis repelan yang berasal dari bahan alam yang lebih efektif dan aman meskipun digunakan oleh anak-anak. Salah satu bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai repelan adalah minyak kedelai. Minyak kedelai diketahui mempunyai aktivitas sebagai repelan, tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan aman jika digunakan oleh anak-anak (Anonim, 2002).


(20)

B. Perumusan Permasalahan

Dari latar belakang ini dirumuskan permasalahan :

a. Seberapa besarkah aktivitas repelan optimal yang dihasilkan dari formulasilotion

repelan minyak kedelai?

b. Dalam sistem lotion, di antara Gliserin dan Cetyl alcohol serta interaksinya manakah yang paling dominan dalam menentukan sifat fisis dan aktivitas repelan yang optimal?

c. Dapatkah ditemukan area optimum komposisi gliserin dan cetyl alcohol dari formula lotion repelan minyak kedelai yang memberikan sifat fisis dan aktivitas yang optimal?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian yang terkait yang pernah dilakukan adalah penelitian tentang minyak kedelai dengan konsentrasi 2% mempunyai aktivitas repelan (Anonim, 2002).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian tentang pembuatan sediaanlotionminyak kedelai sebagai repelan. b. Manfaat praktis yaitu memberikan informasi kepada masyarakat tentang


(21)

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan besarnya aktivitas repelan dari formula lotion repelan minyak kedelai yang optimal.

2. Mengetahui efek yang lebih dominan antara Gliserin dan Cetyl alcohol serta interaksinya dalam menentukan sifat fisis dan aktivitas repelan yang optimal. 3. Menentukan area optimum komposisi gliserin dan cetyl alcohol dari formula

lotionrepelan minyak kedelai yang menghasilkan sifat fisis dan aktivitas repelan


(22)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Identifikasi Minyak Kedelai 1. Kandungan Kimia

Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar 90-95%, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan tokoferol. Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh sekitar 15% sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi (Anonim, 2008).

2. Kegunaan

Minyak kedelai biasanya digunakan sebagai minyak goreng dan minyak salad. Dari penelitian yang telah dilakukan ternyata minyak kedelai dapat digunakan sebagai repelan dengan konsentrasi 2% (Anonim, 2002).

3. Standardisasi Sifat Fisis

Sebelum menggunakan minyak kedelai sebagai bahan aktif dalam pembuatan

lotion repelan, terlebih dahulu dilakukan standardisasi terhadap sifat-sifat fisis

minyak kedelai tersebut. Standardisasi minyak kedelai ini dilakukan untuk mengetahui kemurnian minyak kedelai. Pada penelitian ini digunakan minyak kedelai yang terdapat di pasaran yaitu minyak kedelai Happy Salad OilTM. Meskipun dalam kemasan tercantum kandungan minyak kedelai 100%, namun tetap harus dilakukan


(23)

standardisasi minyak kedelai kemasan tersebut karena adanya kemungkinan terdapat kandungan bahan lain seperti bahan pengawet. Standardisasi yang dilakukan meliputi pengujian terhadap bobot jenis dan indeks bias. Nilai bobot jenis standar minyak kedelai yaitu antara 0,920 sampai 0,922 dan indeks bias standarnya yaitu 1,475 (Anonim, 2005).

B.Lotion

Lotion merupakan sediaan semiliquid dengan sistem emulsi. Hand and body

protective agentumumnya berbentuklotiondengan sifat fisika kimia sebagai berikut:

memiliki viskositas yang cukup rendah sehingga memberikan karakteristik mudah dikeluarkan dari kemasan (botol atau tube) dan dapat mengalir apabila dipengaruhi oleh gaya gravitasi semata; tidak berubah (stabil) dalam batas waktu dan temperatur penyimpanan; mudah menyebar secara cepat tanpa memberikan kesan penyabunan ataupun pembasahan; setelah diaplikasikan dapat memberikan kesan halus, lembut dan tidak berminyak; biasanya berupa emulsi dengan tipe minyak dalam air (O/W) dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan tertinggalnya lapisan film yang tidak lengket pada kulit, kandungan fase minyak rendah hingga menengah yaitu 5-15%, dapat memiliki pH sedikit asam atau sedikit basa (Wilkinson dan Moore, 1982).

C. Sifat Fisis dan StabilitasLotion

Sifat fisis dan stabilitaslotion yang baik menunjang sediaan lotion yang baik pula. Parameter sifat fisis dalam percobaan ini adalah daya sebar dan viskositas


(24)

lotion. Daya sebar lotion mempengaruhi kemudahan penyebaran lotion saat diaplikasikan pada kulit dan berbanding terbalik dengan viskositas. Parameter stabilitaslotionadalah pergeseran viskositas setelah penyimpanan selama satu bulan, yang diasumsikan sebagai waktu pemakaian rata-rata suatulotion(Garg et al., 2002).

D. Metode PembuatanLotion

Metode yang digunakan untuk membuat lotion ini adalah metode Beaker, caranya yaitu : bahan- bahan yang digunakan dibagi menjadi dua bagian atau dua fase terpisah (fase air dan fase minyak), masing-masing fase dipanaskan pada suhu 60oC – 70oC. Kemudian fase minyak ditambah fase air dan diaduk hingga homogen lalu didinginkan (Leyden, 2002).

E. Pemerian Bahan 1. Gliserin

Gliserin memiliki kosistensi seperti sirup cair, agak manis (sekitar 0,6 kali gula tebu), mengabsorpsi lembab dan H2S dari udara (Anonim, 1976). Bobot jenis

gliserin tidak kurang dari 1,26 g/ml dan titik didihnya 18oC. Gliserin dapat bercampur dengan air dan alkohol. Satu bagian gliserin larut dalam sebelas bagian etil asetat dan larut dalam 500 bagian etil eter. Gliserin tidak larut dalam benzen, kloroform, CCl4,

petroleum eter dan minyak. Gliserin digunakan sebagai pelarut, humectant,


(25)

Gliserin merupakan moisturizer alami dengan konsentrasi rendah yang jika berada dalam konsentrasi tinggi dapat menyerap lembab. Gliserin dapat membantu menjaga kondisi kulit yang biasanya digunakan dalam krim dan lotion (Anonim, 2006). Gliserin digunakan sebagai humectant untuk menjaga kelembaban sediaan dikarenakan sifatnya yang higroskopis. Gliserin dapat digunakan sebagai humectant

dengan konsentrasi 10-20% (Voigt, 1994). Gliserin tidak mengiritasi dan jarang menyebabkan sensitivitas yang ekstrim (Smolinske, 1992).

2.Cetyl Alcohol

Cetyl alcohol mengandung tidak kurang dari 90% C16H34O, selebihnya terdiri

dari alkohol yang sejenis. Pemeriannya berupa serpihan putih licin, granul, atau kubus, berwarna putih, bau khas lemah dan rasa lemah, mempunyai berat jenis 0,819 g/ml dan titik leleh 56oC. Cetyl alcohol bersifat tidak larut dalam air namun larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu (Anonim, 1995).

F. Repelan

Repelan adalah bahan-bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk melindungi manusia dan hewan dari serangga sehingga dapat menghindarkan dari gigitan atau gangguan serangga. Repelan digunakan dengan cara menggosokkan pada tubuh atau menyemprotkan pada pakaian (Soedarto,1990).

Repelan menguap lebih cepat dibandingkan dengan insektisida. Insektisida tahan lebih lama dan beraksi membunuh serangga, sebaliknya kebanyakan repelan beraksi mencegah manusia dari gigitan serangga dan tidak membunuh serangga.


(26)

Durasi yang diberikan repelan terhadap kulit berkisar antara 15 menit sampai 10 jam. Pada pakaian efeknya bertahan lebih lama. Efektivitas dan durasi tergantung pada tipe repelan (kandungan aktif dan formulasi), cara penggunaan, kondisi lokal (temperatur, kelembaban dan angin) dan sensitivitas repelan terhadap serangga (Rozendaal, 1997). Repelan harus memenuhi beberapa syarat yaitu tidak mengganggu pemakainya, tidak melekat atau lengket, baunya menyenangkan, tidak menimbulkan iritasi, tidak beracun dan tidak merusak pakaian (Soedarto,1990).

DEET (N,N diethyl meta toluamide) adalah salah satu contoh repelan yang

tidak berbau tetapi menimbulkan rasa terbakar jika mengenai mata, luka atau jaringan membran.DEETjuga dapat merusak benda yang terbuat dari plastik dan bahan-bahan sintetik lainnya (Soedarto, 1990).

Selain dari bahan sintetis, repelan juga berasal dari bahan alam yang sebenarnya cenderung lebih aman. Bahan alam tersebut antara lain : Citronella oil,

Lemon eucalyptus oil, Pepermint oil, Cedar oil, Geranium oil dan Soybean oil

(minyak kedelai) (Anonim, 2004). Selain itu, karena minyak kedelai bukan termasuk minyak atsiri maka minyak kedelai ini tidak menimbulkan iritasi atau rasa panas dan terbakar seperti yang ditimbulkan oleh minyak atsiri. Minyak kedelai juga terbukti tidak menimbulkan toksisitas (Voigt, 1984).

Persentase aktivitas repelan dalam percobaan dihitung sebagai berikut :

%Repellency= C – T x 100


(27)

dimana C adalah jumlah nyamuk yang menempel pada kelompok kontrol negatif dan T adalah jumlah nyamuk yang menempel pada kelompok perlakuan (Tawatsin et al., 2001).

G. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap kualitas produk. Desain faktorial juga merupakan aplikasi dari persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan madel antara hubungan variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas (Bolton, 1990).

Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (faktor A dan faktor B) yang masing-masing diuji pada dua level yang berbeda (level rendah dan level tinggi). Dengan desain faktorial dapat diketahui faktor mana yang dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon.

Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus:

Y = b0+ b1(A) + b2(B) + b12(AB)

Dimana:

Y = respon hasil atau sifat yang diamati

A, B = level bagian A, level bagian B, nilainya -1 sampai +1 b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan


(28)

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan 2n= 4 percobaan (2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).

(1) = faktor A dan faktor B masing-masing pada level rendah (a) = faktor A pada level tinggi dan faktor B pada level rendah (b) = faktor A pada level rendah dan faktor B pada level tinggi (ab) = faktor A dan faktor B masing-masing pada level tinggi

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor A Faktor B

(1) -

-(a) +

-(b) - +

(ab) + +

Keterangan : (-) = level rendah; (+) =level tinggi

Berdasarkan persamaan di atas, dengan substitusi secara matematis dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor maupun efek interaksi. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut (cit.,Bolton, 1990), sebagai berikut :

Efek faktor A =

2

) ( )

(aabIb

Efek faktor B =

2

) ( )

(babIa

Efek interaksi =

2

) ( )

(Iabab

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan antara lain memiliki efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan


(29)

respon, memungkinkan untuk mengidentifikasikan efek masing-masing faktor maupun efek interaksi antarfaktor, metode ini ekonomis dan dapat mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1990).

Rancangan faktorial yang paling sederhana adalah yang menggunakan dua faktor dan masing-masing faktor menggunakan dua kategori. Rancangan yang demikian itu biasanya digambarkan sebagai rancangan faktorial 2 x 2. Pada desain faktorial ada dua variabel eksperimental yang diselidiki secara serempak. Informasi yang dapat diperoleh dari rancangan penelitian ini adalah efek utama dari masing-masing variabel bebas, simple effect dan efek interaksi antara kedua variabel bebas (Suryabrata, 1998).

H. Landasan Teori

Penggunaan repelan adalah cara praktis dan ekonomis yang jelas nyata mencegah transmisi penyakit akibat gigitan nyamuk. Formulasi repelan nyamuk yang mengandung DEET menunjukkan daya repelan yang istimewa terhadap nyamuk dan gigitan serangga lainnya. Akan tetapi, telah ditemukan berbagai reaksi toksisitas dari ringan sampai berat pada pemakaiannya (Tawatsin et al, 2001). Efek negatif dari penggunaan bahan kimia antara lain menyebabkan bau yang menyengat, membuat sesak napas dan alergi pada kulit sehingga berpengaruh pada kesehatan manusia (Soedarto,1990). Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan repelan dari bahan alami yang relatif lebih aman. Minyak kedelai merupakan salah satu bahan alami


(30)

yang terbukti secara potensial sebagai repelan. Minyak kedelai dengan konsentrasi 2% memiliki ekivalensi dengan 5-10% DEET dalam keefektivitasannya. Minyak kedelai mempunyai aktivitas repelan 1 - 4 jam terhadap nyamuk dan 5 - 10 jam terhadap lalat hitam. Hanya minyak kedelai yang mampu melindungi dari gigitan serangga lebih dari satu jam dibanding bahan alam lainnya. Minyak kedelai memiliki toksisitas rendah dan tidak mengiritasi (Anonim, 2004).

Penelitian ini berusaha untuk membuat minyak kedelai menjadi sediaan

lotion, salah satunya berdasarkan faktor kenyamanan dalam pemakaian. Minyak

kedelai seperti minyak pada umumnya yaitu bersifat tidak larut air (tidak dapat dibilas dengan air), kental dan berdasarkan sifat mengeringnya minyak kedelai termasuk dalam jenis drying oil yaitu dapat mengering jika teroksidasi dan berubah menjadi lapisan tebal atau membentuk semacam selaput jika dibiarkan di udara terbuka sehingga sangat tidak nyaman saat dioleskan ke permukaan kulit (Herlina et al, 2002). Pembuatan minyak kedelai menjadi sediaan lotion juga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas minyak kedelai sebagai repelan. Bentuk sediaan yang berupa lotion ini dapat memperpanjang waktu menempelnya minyak kedelai pada tubuh sehingga dapat memperpanjang pula aktivitasnya. Selain itu, jika dibuat dalam bentuklotiondiharapkan sifat fisisnya akan lebih baik.

Gliserin digunakan sebagai humectant yaitu untuk menjaga kelembaban karena sifatnya yang higroskopis. Gliserin dapat juga digunakan sebagaimoisturizer,

plasticizer, emollient dan lubricant. Selain gliserin terdapat cetyl alcohol yang


(31)

ditambahkan untuk memperoleh produk akhir yang halus dan lembut serta dapat menjaga stabilitaslotion.

Komponen yang dominan berpengaruh terhadap respon antara gliserin dan

cetyl alcohol dapat diteliti dan diamati melalui penerapan metode desain faktorial

dimana rancangan ini memang dapat dipakai untuk mengobservasi kontribusi masing–masing komponen dan interaksinya dalam menentukan respon. Setelah dapat ditentukan komponen mana yang paling dominan dalam menentukan daya repelan dan sifat fisiklotion, maka dapat ditentukan formula optimalnya.

I. Hipotesis

Hipotesis yang diambil pada penelitian ini adalah :

1. Respon daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas dan aktivitas repelan dari gliserin level rendah berbeda dengan gliserin level tinggi.

2. Respon daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas dan aktivitas repelan dari

cetyl alcohollevel rendah berbeda dengancetyl alcohol level tinggi

3. Respon daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas dan aktivitas repelan dari gliserin level rendah dengancetyl alcohollevel rendah dan level tinggi berbeda dengan gliserin level tinggi dengancetyl alcohollevel rendah dan level tinggi.


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan termasuk dalam rancangan penelitian eksperimental murni dua arah (rancangan faktorial) dan bersifat eksploratif.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini yaitu gliserin (level rendah 10g dan level tinggi 20g) dancetyl alcohol(level rendah 2g dan level tinggi 4g).

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini yaitu sifat fisis (daya sebar dan viskositas), pergeseran viskositas selama satu bulan dan aktivitas repelan. 3. Variabel pengacau terkendali

Variabel terkendali pada penelitian ini yaitu minyak kedelai (Happy Salad OilTM), jenis dan jumlah bahan selain gliserin dan cetyl alcohol yang digunakan untuk tiap formula (CMC, gom arab, aquades), alat-alat yang digunakan, kelinci percobaan (spesies yang sama), kondisi percobaan dan nyamukAedes aegyptibetina (20 ekor).


(33)

4. Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini yaitu suhu dan kelembaban selama proses penyimpanan, umur dan bobot kelinci.

C. Definisi Operasional

1. Aktivitas repelan : kemampuan bahan untuk mencegah menempelnya nyamuk pada kulit kelinci, presentase aktivitasnya dapat dihitung dengan :

%Repellency = C – T x 100

C

dimana C adalah jumlah nyamuk yang menempel pada kelompok kontrol negatif dan T adalah jumlah nyamuk yang menempel pada kelompok perlakuan.

2. Lotion : dalam naskah ini adalah sediaan lotion repelan minyak kedelai dengan

formula yang disusun pada penelitian ini.

3. Standarisasi bahan : penetapan nilai dari indeks bias dan bobot jenis minyak kedelai untuk mengetahui kualitas dan kemurnian minyak kedelai.

4 Sifat fisislotion: parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas fisiklotion, meliputi daya sebar dan viskositas.

5. Stabilitas fisis : perubahan viskositas yang menunjukan nilai yang stabil atau perubahan yang tidak terlalu signifikan.

6. Daya sebar optimum : daya sebar lotion yang mempunyai diameter penyebaran dengan range antara 5 - 7 cm.


(34)

7. Viskositas optimum : viskositas lotion dimana lotion dapat dimasukkan atau dikeluarkan dari wadah dengan mudah dan mempunyai daya sebar yang baik saat diaplikasikan di kulit, pada penelitian ini viskositas optimum lotion antara 30 d.Pa.s sampai 40 d.Pa.s.

8. Pergeseran viskositas optimum : selisih antara viskositaslotion setelah dibuat dan viskositaslotionsetelah disimpan selama satu bulan dengan nilai≤10%.

9. Desain faktorial : metode optimasi yang memungkinkan untuk mengetahui efek yang dominan mempengaruhi sifat fisis, stabilitas dan aktivitas repelanlotion. 10. Faktor : besaran yang mempunyai efek terhadap respon, pada penelitian ini

digunakan dua faktor yaitu gliserin dancetyl alcohol.

11. Level : tingkatan jumlah dari suatu faktor, pada penelitian ini terdapat dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Level tinggi gliserin 20g dan level rendahnya 10g, level tinggicetyl alcohol4g dan level rendahnya 2g.

12. Respon : hasil percobaan yang perubahannya secara kuantitatif dapat diukur.

13.Contour plot : grafik yang digunakan untuk memprediksi area optimum formula

berdasarkan satu parameter kualitaslotion.

14. Super imposed contour plot : beberapa contour plot yang disatukan untuk

memprediksi area optimum formula berdasarkan semua parameter kualitaslotion. 15. Formula optimum : formula yang diperoleh dari melihat area optimum yang

memenuhi syarat parameter daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas dan aktivitas repelan.


(35)

D. Skema Kerja Penelitian

Penyiapan bahan terdiri dari :

1, Minyak kedelai Happy Salad

OilTM

2. Gliserin

3.Cetyl Alcohol

4. CMC 5. Gom Arab 6. Aquades

Standardisasi minyak kedelaiHappy Salad OilTM

Meliputi : bobot jenis dan indeks bias

Pembuatanlotion

Pegujianlotion, meliputi : 1. Daya sebar

2. Viskositas

3. Pergeseran viskositas 4. Aktivitas repelan

Perhitungan efek

Pembuatancontour plotsifat fisis dan aktivitas repelan

Penentuansuper imposed

Kesimpulan


(36)

E. Bahan dan Alat Penelitian

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Beaker glass, gelas ukur, pengaduk kaca, mortir, stamper, kompor listrik, piknometer, termometer, Hand

refractometer, Viskometer Rion VT 04 dan sarang nyamuk.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minyak kedelai Happy

Salad OilTM, cetyl alcohol, gliserin, CMC, gom arab, aquades dan bahan

pembandinglotionrepelan merk X.

F. Tata Cara Penelitian 1. Standardisasi minyak kedelai

Standardisasi minyak kedelai dilakukan dengan menetapkan bobot jenis (BJ) dan indeks bias minyak kedelai tersebut sebagai data kuantitas dan kemurnian bahan.

a. Bobot Jenis

Piknometer 10 ml ditimbang dalam keadaan kosong dan bersih lalu diisi air hingga penuh dan direndam dalam air es sehingga suhunya ± 2°C di bawah suhu 25°C. Piknometer ditutup lalu pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu air dibiarkan naik sampai mencapai suhu 25°C, kemudian pipa kapiler piknometer ditutup. Biarkan suhu air dalam piknmeter mencapai suhu kamar dan air yang menempel di dinding luar piknometer diusap dan ditimbang dengan seksama.


(37)

b. Penetapan Indeks Bias

Penutup prisma dibuka, diteteskan 1 atau 2 tetes sampel pada prisma utama, kemudian penutup prisma ditutup dengan lembut sampai menyentuh prisma utama. Skala pada prisma diatur “1”,”2” atau “3” dengan memutar knob sampai tanda “” tergantung dari konsentrasi sampel yang akan diuji. Jarak jangkauan skala adalah sebagai berikut :

“1” : 1,333 – 1,404 (skala sebelah kiri) “2” : 1,404 – 1,468 (skala tengah)

“3” : 1,468 – 1,520 (skala sebelah kanan)

Ujung refraktometer diarahkan ke arah cahaya yang terang, dilihat melalui lensa sambil diputar-putar sampai skala terlihat jelas, akan nampak garis batas yang memisahkan sisi yang terang dan gelap pada bagian atas dan bawah. Jika garis batas berwarna atau tidak jelas, maka ring diputar untuk menghilangkan warna hingga garis batas tersebut menjadi jelas.

2. Persiapan formula

Eksipien yang dipilih sebagai penyusun sediaanlotionmengacu padaMerck’s Guideline Formulation Rahmenrezeptur Insect Repellent Cream with IR 3535® (OW) (2003) dengan seri formula WS-01-01 dengan penyusunan formula sebagai berikut :


(38)

Tabel II. Formula acuanlotionrepelan minyak kedelai

Ingridient Komposisi

A. Ethyl buthylacetylaminopropionate

Cetearyl alcohol Carbomer

20.00 4.00 0.25

B. Glycerine

Xanthan gum Water (aqua)

3.00 0.50 ad 100

C. Triethanolamine q.s

Dari formula di atas dibuat formula lotion yang terdiri dari minyak kedelai, cetyl

alcohol, gliserin, CMC, gom arab dan aquades.

Tabel III. Komposisi formula baru setelah modifikasi untuk berbagai formula

Formula (1) a b ab

Minyak kedelai (g)

5 5 5 5

Gliserin (g) 10 20 10 20

Cetyl alcohol(g) 2 2 4 4

CMC (g) 3 3 3 3

Gom arab (g) 0.5 0.5 0.5 0.5

Aquades (%) 79.5 69.5 77.5 67.5

3. PembuatanLotion

Lotionini dibuat dengan cara :

Fase A (minyak kedelai, gliserin dancetyl alcohol) dan fase B (CMC, gom arab dan aquades) dipanaskan, fase B ditambahkan ke dalam fase A dan sisa aquades lalu dihomogenkan.

4. PengujianLotion

Pengujianlotionini meliputi : uji viskositas, daya sebar dan aktivitas repelan. a. Uji viskositas


(39)

dimasukkan ke dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas

lotiondiketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas.

b. Uji daya sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan cara : lotion ditimbang seberat 0,5 gram, diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di ataslotiondiletakkan kaca bulat lain dan pemberat 150 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya.

c. Uji aktivitas repelan

Uji aktivitas repelan dilakukan dengan cara : punggung kelinci dicukur seluas 5x5 cm, dan diolesi formula lotion repelan hingga kulit yang dicukur tertutup rata, setelah itu kelinci tersebut dimasukkan dalam sangkar dan sejumlah 20 ekor nyamuk

Aedes aegypti betina dilepaskan. Penggunaan nyamuk Aedes aegypti mengacu pada

pengujian lotion pembanding yang juga diuji pada nyamuk Aedes aegypti (Ngurah, 2005). Pengamatan terhadap jumlah nyamuk yang menempel pada punggung kelinci selama 4 jam. Sebagai kelompok kontrol negatif digunakan tiga ekor kelinci yang tidak diolesi dengan apapun. Sebagai kelompok kontrol positif, digunakan satu ekor kelinci yang diolesi denganlotionpembanding merk X.

Persentase aktivitas repelan dalam percobaan dihitung sebagai berikut :

%Repellency= C – T x 100


(40)

5. Uji Tipe Emulsi

Metode pengenceran dilakukan dengan cara : sedikitlotiondimasukkan dalam tabung lalu ditambah air atau minyak, setelah itu diamati lotion dapat diencerkan dengan air atau minyak. Metode pewarnaan dilakukan dengan cara :lotiondiletakkan pada objek gelas lalu ditambah pewarna methylene blue atau sudan III, lalu diamati hasil pewarnaannya di bawah mikroskop.

G. Analisis Data

Hasil yang diperoleh merupakan pemeriksaan data sifat fisis yaitu viskositas dan daya sebar. Penentuan formulalotion yang memiliki stabilitas yang paling baik dilakukan dengan menghitung pergeseran viskositas lotion sebelum dan sesudah penyimpanan selama satu bulan. Selain sifat-sifat fisis yang diuji, untuk menentukan formula optimal juga dilakukan uji aktivitas repelan. Data yang diperoleh dihitung menggunakan desain faktorial untuk menentukan efek dari masing-masing faktor, kemudian dilakukan perhitungan Anova untuk menentukan F tabel (pada penelitian ini F tabel (1,20) 95% ± 4,35) sehingga dapat ditentukan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap setiap respon. Penentuan formula yang optimal dilakukan dengan menggabungkan dalam super imposed contour plot sehingga diperoleh formula optimal. Respon yang menjadi dasar optimasi formulalotion repelan minyak kedelai yaitu viskositas, daya sebar, pergeseran viskositas dan aktivitas repelan.


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Standarisasi Minyak Kedelai

Sebelum dilakukan pembuatan lotion minyak kedelai, terlebih dahulu dilakukan standarisasi minyak kedelai yang akan digunakan. Standarisasi yang meliputi pengukuran berat jenis dan indeks bias ini bertujuan untuk mengetahui kemurnian minyak kedelai. Pengukuran berat jenis menggunakan piknometer dan pengukuran indeks bias menggunakan hand refractometer. Selanjutnya hasil pengukuran dibandingkan dengan standar berat jenis dan indeks bias yang tercantum pada pustaka.

Tabel IV. Perbandingan hasil standarisasi antara minyakHappy Salad OilTM

dengan nilai standarisasi referensi (Anonim, 2005)

Standarisasi Hasil Pengukuran Referensi

Indeks bias 1,475 ± 0,00054 1,475

Berat jenis 0,920 ± 0,00022 0,920 – 0,922

Hasil standarisasi yang diperoleh ternyata sesuai dengan standar pustaka sehingga dapat dipastikan bahwa minyak kedelai yang digunakan adalah murni.

B. PembuatanLotion

Proses pembuatanlotiondiawali dengan memanaskan semua bahan pada suhu 60oC. Pemanasan dilakukan untuk melelehkan bahan yang masih berbentuk padatan seperti cetyl alcohol dan untuk melarutkan CMC dan gom arab sehingga mudah untuk dicampur. Pemanasan pada suhu minimal 60oC dikarenakan cetyl alcohol


(42)

mempunyai titik leleh 59oC. Proses pencampuran diawali dengan penuangan fase B ke dalam fase A, diaduk hingga homogen lalu ditambahkan sisa aquades dan diaduk kembali hingga homogen dan didinginkan.

C. Penentuan Tipe Emulsi

Pengujian tipe emulsi dilakukan dengan dua metode yaitu metode pewarnaan dan metode pengenceran. Pengujian tipe emulsi dengan metode pewarnaan dilakukan dengan dua pewarna sebagai pembanding yaitumethylene blue dan Sudan III. Hasil pewarnaan menggunakan pewarna larut air yaitu methylene blue (gambar 2) menunjukkan bahwa terdapat droplet yang tidak terwarnai dengan methylene blue

yang berarti droplet tersebut adalah minyak yang tidak larut air, sedangkan bagian yang terwarnai adalah medium dispersnya yaitu air. Jika dilihat dari hasil pewarnaan dengan methylene blue maka lotion yang diuji mempunyai tipe O/W. Hasil pewarnaan dengan pewarna tidak larut air Sudan III (gambar 3) menunjukkan bahwa droplet yang terwarnai dengan Sudan III adalah minyak dan bagian yang tidak terwarnai adalah medium dispersnya yaitu air. Hal tersebut menunjukkan bahwa

lotion yang dihasilkan merupakan tipe O/W. Detail gambar selengkapnya dapat

dilihat di lampiran 5.

Metode pengenceran dilakukan dengan meletakkan sejumlah lotion pada tabung reaksi kemudian ditambahkan air yang diduga sebagai medium dispers dan sebagai pembandingnya yaitu pengenceran menggunakan minyak kedelai. Hasil yang diperoleh dari pengenceran tersebut menunjukkan bahwa lotion dapat diencerkan


(43)

dengan air sedangkan dengan minyak kedelai tidak dapat diencerkan justru terjadi pemisahan antara minyak dan lotion. Hal ini menunjukkan bahwa medium dispers

lotiontersebut adalah air sehingga lotionyang dihasilkan termasuk tipe O/W. Detail

gambar dapat dilihat di lampiran 5.

Gambar 2. Penentuan tipe emulsi dengan zat warna larut airmethylene blue

Gambar 3. Penentuan tipe emulsi dengan zat warna larut minyak Sudan III

Medium Droplet

Medium Droplet


(44)

D. Sifat Fisis dan StabilitasLotion

Pengukuran sifat fisik yang dilakukan meliputi daya sebar dan viskositas, sedangkan stabilitas lotion diketahui dari pergeseran viskositas yang terjadi selama penyimpanan satu bulan. Berikut ini hasil pengukuran sifat fisislotion:

Tabel V. Hasil pengukuran sifat fisiklotion

Formula Daya Sebar (cm)

Viskositas (d.Pa.s)

Pergeseran Viskositas (%)

Aktivitas Repelan (%) (I) 5,67 ± 0,817 28,67 ± 0,817 15,65 ± 2,253 93,06 ± 0,577 (a) 6,75 ± 0,105 14,83 ± 0,753 28,48 ± 4,272 87,50 ± 1,000 (b) 5,08 ± 0,172 44,50 ± 0,753 11,60 ± 2,329 95,14 ± 1,155 (ab) 6,20 ± 0,141 20,67 ± 1,221 27,59 ± 5,019 90,28 ± 1,155

Hasil pengujianlotionmeliputi pengukuran daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas dan aktivitas repelan. Pengukuran dilakukan dengan enam replikasi pada masing-masing formula. Jika dilihat dari tabel V, maka dapat diketahui nilai standar deviasi yang relatif berbeda bahkan untuk beberapa formula perbedaannya relatif sangat besar seperti pada formula I dibandingkan dengan ketiga formula lainnya pada pengukuran daya sebar. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat simpangan baku yang besar artinya terdapat perbedaan nilai yang ekstrim dari data yang dihasilkan.

Tabel VI. Efekcetyl alcohol, gliserin dan interaksi keduanya

Efek Daya Sebar Viskositas Pergeseran Viskositas

Aktivitas Repelan Gliserin 1,1 │-18,84│ 14,41 │-5,21│

Cetyl alcohol │-0,57│ 10,84 │-2,47│ 2,43

Interaksi 0,02 │-4,99│ 1,58 0,35

Hasil pengukuran efek terhadap cetyl alcohol, gliserin dan interaksinya dapat dilihat pada tabel VI. Jika dilihat dari tabel, dapat diketahui bahwa gliserin


(45)

mempunyai nilai efek yang paling besar untuk semua pengukuran. Hal tersebut menunjukkan bahwa gliserin mempunyai efek dominan dalam menentukan setiap respon lotion dan untuk mengetahui efek yang signifikan dilakukan analisis menggunakan perhitunganAnova.

1. Daya Sebar

Pengujian terhadap daya sebar ditujukan untuk mengetahui luas area penyebaran lotion ketika diaplikasikan pada kulit. Jika daya sebar lotion optimum maka diharapkan lotion yang dihasilkan dapat menyebar merata saat diaplikasikan pada kulit.

Dari perhitungan nilai efek faktor (tabel VI) tampak bahwa faktor gliserin bernilai positif yang berarti bahwa semakin meningkatnya level gliserin maka semakin meningkatkan daya sebar lotion. Berikut ini merupakan grafik pengaruh peningkatan level gliserin dan cetyl alcohol terhadap daya sebar lotion yang dihasilkan : 5 5,5 6 6,5 7 10 20 gliserin (g) d a y a s e b a r (c m ) level rendah cetyl alcohol level tinggi cetyl alcohol 5 5,5 6 6,5 7 2 4

cetyl alcohol (g)

d a y a s e b a r (c m ) level rendah gliserin level tinggi gliserin

Gambar 4a Gambar 4b

Gambar 4. Grafik hubungan antara daya sebar dan gliserin (4a); grafik hubungan antara daya sebar dancetyl alcohol(4b)


(46)

Dari gambar 4a dapat dilihat bahwa pada level rendah cetyl alcohol daya sebarlotionakan meningkat seiring dengan kenaikan level gliserin. Begitu juga pada level tinggicetyl alcohol, kenaikan level gliserin juga meningkatkan daya sebarlotion

baik pada level rendah gliserin maupun pada level tingginya. Semakin besar jumlah

cetyl alcoholdalam komposisilotion, maka daya sebarlotionakan semakin kecil.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi dan memastikan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon daya sebar dari lotion maka dilakukan perhitunganAnovadengan taraf kepercayaan 95%.

Tabel VII. Hasil perhitunganAnovapada respon daya sebar

Source of variation

Df S of Squares Mean Squares F Hitung

Replikasi 5 -61,22 -12,24

Treatment 3 -186,21 -62,07

a 1 0,12 0,12 0,01

b 1 2,75 2,75 0,28

ab 1 -189,08 -189,08 -19,31

Eksperimental 20 195,68 9,79

Total 23

Keterangan :

a : gliserin

b :cetyl alcohol

ab : interaksi

Berdasarkan hasil uji F pada Anova tampak bahwa faktor interaksi yang berpengaruh secara signifikan terhadap respon daya sebarlotion. Hal ini dikarenakan F hitung faktor interaksi lebih kecil daripada F tabel ( -19,31 < -4,35).


(47)

2. Viskositas

Pengujian terhadap viskositas ditujukan untuk mengetahui viskositas optimum

lotionrepelan minyak kedelai. Viskositas yang tinggi menimbulkan ketidaknyamanan

saat diaplikasikan pada kulit dan menyebabkan lotion sulit mengalir saat akan dikeluarkan dari kemasan. Viskositas yang rendah juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan karena akan menetes setelah diaplikasikan pada kulit dan tidak tinggal seluruhnya pada permukaan kulit, sehingga diperlukan viskositas yang optimum sesuai dengan tujuan aplikasi. Berikut ini merupakan grafik pengaruh peningkatan level gliserin dan cetyl alcohol terhadap viskositas lotion yang dihasilkan: 10 20 30 40 50 2 4

cetyl alcohol (g)

v is k o s it a s (d .P a .s ) level rendah gliserin level tinggi gliserin 10 20 30 40 50 10 20 gliserin (g) v is k o s it a s (d .P a .s ) level rendah cetyl alcohol level tinggi cetyl alcohol

Gambar 5a Gambar 5b

Gambar 5. Grafik hubungan antara viskositas dan gliserin (5a); grafik hubungan antara viskositas dancetyl alcohol(5b)

Penambahan gliserin menyebabkan penurunan viskositas lotion pada level rendah dan level tinggi cetyl alcohol seperti terlihat pada gambar 5b. Begitu juga sebaliknya, penambahan cetyl alcohol dalam formula baik pada penggunaan level rendah maupun level tinggi gliserin menyebabkan peningkatan viskositas lotion


(48)

seperti terlihat pada gambar 5a. Dari gambar tersebut juga dapat diketahui adanya interaksi antara gliserin dan cetyl alcohol dalam menentukan viskositas lotion. Adanya interaksi keduanya ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar pada masing-masing gambar.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi dan memastikan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon viskositas dari lotion maka dilakukan perhitunganAnovadengan taraf kepercayaan 95%.

Tabel VIII. Hasil perhitunganAnovapada respon viskositas

Source of variation

Df S of Squares Mean

Squares

F Hitung

Replikasi 5 59157,33 11831,47

Treatment 3 3292,33 1097,44

a 1 504,17 504,17 0,19

b 1 2521,49 2521,49 0,89

ab 1 266,67 266,67 0,09

Eksperimental 20 -56580,33 2829,02

Total 23

Keterangan :

a : gliserin

b :cetyl alcohol

ab : interaksi

Berdasarkan hasil uji F pada Anova tidak terdapat faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap respon viskositas lotion. Hal ini dikarenakan F hitung semua faktor lebih kecil daripada F tabel (0,89 < 4,35).


(49)

3. Pergeseran Viskositas

Pergeseran viskositas dihitung setelah satu bulan penyimpanan, jika lotion

tidak mengalami pergeseran viskositas maka dapat dikatakan lotion tersebut stabil. Pergeseran viskositas dapat mempengaruhi stabilitas lotion karena menggambarkan kemampuan basis lotion untuk mempertahankan zat aktif yang terdispersi di dalamnya.

Persen pergeseran viskositas yang masih bisa ditoleransi atau masih dianggap stabil yaitu≤10%, dimana basis darilotiondianggap masih mampu mempertahankan fase dispers terdispersi pada medium dispers. Berikut ini merupakan grafik pengaruh peningkatan level gliserin dan cetyl alcohol terhadap pergeseran viskositas lotion

yang dihasilkan :

0 10 20 30 40 50 60 70 10 20 Gliserin (g) P e ru b a h a n v is k o s it a s (% )

level tinggi cetyl alcohol

level rendah cetyl alcohol 10 20 30 40 50 60 70 2 4

Ce tyl alcohol (g)

P e ru b a h a n v is k o s it a s (% )

level tinggi gliserin level rendah gliserin

Gambar 6a Gambar 6b

Gambar 6. Grafik hubungan antara pergeseran viskositas dan gliserin (6a); grafik hubungan antara pergeseran viskositas dancetyl alcohol(6b)

Dari perhitungan nilai efek (tabel VI) dapat diketahui bahwa faktor gliserin berpengaruh dominan terhadap pergeseran viskositaslotiondibandingkan faktorcetyl


(50)

pada level rendah dan level tinggi cetyl alcohol seperti terlihat pada gambar 6a. Begitu juga sebaliknya, penambahan cetyl alcohol dalam formula baik pada penggunaan level rendah maupun level tinggi gliserin menyebabkan penurunan pergeseran viskositas lotion seperti terlihat pada gambar 6b. Dari gambar tersebut juga dapat diketahui adanya interaksi antara gliserin dan cetyl alcohol dalam menentukan pergeseran viskositas lotion. Adanya interaksi keduanya ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar pada masing-masing gambar.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi dan memastikan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon pergeseran viskositas dari lotion maka dilakukan perhitunganAnovadengan taraf kepercayaan 95%. Berikut ini adalah tabel hasil perhitunganAnovauntuk pergeseran viskositaslotion:

Tabel IX. Hasil perhitunganAnovapada respon pergeseran viskositas

Source of variation

Df S of Squares Mean

Squares

F Hitung

Replikasi 5 120,27 24,05

Treatment 3 1297,29 432,43

a 1 36,58 36,58 3,49

b 1 1245,74 1245,74 119,09

ab 1 14,97 14,97 1,43

Eksperimental 20 209,22 10,46

Total 23

Keterangan :

a : gliserin

b :cetyl alcohol

ab : interaksi

Berdasarkan hasil uji F padaAnovaterlihat bahwa tidak terdapat interaksi atau faktor lain selain faktor cetyl alcohol berpengaruh secara signifikan dalam


(51)

menurunkan pergeseran viskositas lotion (meningkatkan stabilitas lotion). Hal ini karena F hitung faktorcetyl alcohollebih besar daripada F tabel (119,09 > 4,35).

4. Aktivitas Repelan

Aktivitas repelan dari lotion yang dihasilkan mempengaruhi seberapa lama

lotion tersebut memberikan perlindungan optimal saat pemakaian sesuai dengan

tujuan aplikasinya yaitu melindungi dari gigitan nyamuk. Semakin tinggi aktivitas repelanlotionmaka semakin lama perlindungannya terhadap gigitan nyamuk. Persen aktivitas repelan dikatakan optimal jika≥95% karena dianggap mampu memberikan perlindungan yang optimal berdasarkan rekomendasi dari United State Enviroment Protection Agency. Berikut ini merupakan grafik pengaruh peningkatan level gliserin

dancetyl alcoholterhadap aktivitaslotionyang dihasilkan :

85 90 95 100 10 20 gliserin (g) d a y a re p e la n (% ) level rendah cetyl alcohol level tinggi cetyl alcohol 85 90 95 100 2 4

cetyl alcohol (g)

d a y a re p e la n (% ) level rendah gliserin level tinggi gliserin

Gambar 7a Gambar 7b

Gambar 7. Grafik hubungan antara aktivitas repelan dan gliserin (7a); grafik hubungan antara aktivitas repelan dancetyl alcohol(7b)

Dari perhitungan nilai efek (tabel VI) dapat diketahui bahwa faktor gliserin berpengaruh signifikan terhadap aktivitas repelan lotion dibandingkan faktor cetyl


(52)

alcohol. Penambahan gliserin menyebabkan penurunan aktivitas repelan lotion pada level rendah dan level tinggi cetyl alcohol seperti terlihat pada gambar 7a. Begitu juga sebaliknya, penambahan cetyl alcohol dalam formula baik pada penggunaan level rendah maupun level tinggi gliserin menyebabkan peningkatan aktivitas repelan

lotion seperti terlihat pada gambar 7b. Dari gambar tersebut juga dapat diketahui

adanya interaksi antara gliserin dancetyl alcohol dalam menentukan aktivitas repelan

lotion. Adanya interaksi keduanya ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar pada

masing-masing gambar.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi dan memastikan bahwa gliserin merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon aktivitas repelan dari

lotionmaka dilakukan perhitunganAnovadengan taraf kepercayaan 95%. Berikut ini

adalah tabel hasil perhitunganAnovauntuk aktivitas repelan :

Tabel X. Hasil perhitunganAnovapada respon aktivitas repelan

Source of variation

Df S of Squares Mean

Squares

F Hitung

Replikasi 3 2,67 1,33

Treatment 2 26,92 26,92

a 1 2,08 2,08 7,70

b 1 24,08 24,08 89,19

ab 1 0,75 0,75 2,78

Eksperimental 20 5,33 0,27

Total 23

Keterangan :

a : gliserin

b :cetyl alcohol

ab : interaksi

Berdasarkan hasil uji F pada Anova terlihat bahwa faktor gliserin dan cetyl


(53)

Terkait dengan tidak adanya interaksi yang signifikan maka cetyl alcohol dapat dikatakan dominan mempengaruhi respon aktivitas repelan lotion karena F hitung

cetyl alcohollebih besar daripada F tabel (89,19 > 4,35).

E. Optimasi Formula

Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh area formula yang optimal untuk menghasilkan lotion yang memiliki sifat fisis, stabilitas dan aktivitas yang baik atau memenuhi syarat. Faktor yang dioptimasi dari formula lotion ini adalah gliserin dan

cetyl alcohol. Parameter yang digunakan untuk optimasi faktor gliserin dan cetyl

alcoholyaitu daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas dan aktivitas repelan.

Hasil pengukuran respon daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas dan aktivitas repelan tersebut kemudian dibuat contour plotnya berdasarkan desain faktorial, kemudian ditentukan area optimumnya.Contour plotmasing-masing respon digabungkan dalam super imposed contour plot yang menggambarkan area formula yang optimum untuk respon sifat fisis, stabilitas dan aktivitas repelan yang dikehendaki.

1. Daya Sebar

Dengan perhitungan menggunakan desain faktorial diperoleh persamaan untuk daya sebar lotion adalah Y = 5,22 – 0,104(A) – 0,315(B) + 0,002(A)(B), dengan Y adalah respon daya sebar (cm), (A) adalah level gliserin dan (B) adalah level cetyl


(54)

Dari persamaan di atas dapat diperolehcontour plotdaya sebar berikut ini :

Gambar 8.Contour plotdaya sebarlotion

Area yang diwarnai pada contour plot daya sebar lotion tersebut merupakan area formula gliserin dancetyl alcoholyang optimum untuk dapat menghasilkan daya sebar yang dikehendaki untuk syarat sediaan semifluid yaitu 5-7cm (Garg et al., 2002). Lotion dengan range daya sebar tersebut akan memberikan pemerataan yang baik saat diaplikasikan pada kulit.

2. Viskositas

Dengan perhitungan desain faktorial diperoleh persamaan untuk viskositas

lotion yaitu Y = 16,69 – 0,385(A) + 12,91(B) – 0,4995(A)(B), dimana Y adalah

respon viskositas (d.Pa.s), (A) adalah level gliserin dan (B) adalah levelcetyl alcohol.


(55)

Gambar 9.Contour plotviskositaslotion

Range viskositas optimum yang dikehendaki adalah 30 d.Pa.s – 40 d.Pa.s. Range tersebut ditentukan berdasarkan viskositas lotion yang telah beredar di pasaran. Pada range tersebut lotion akan mudah mengalir saat dikeluarkan dari kemasan dan mudah diaplikasikan pada kulit. Dari hasil penelitian tidak terdapat area yang memenuhi kriteria viskositaslotionyang optimum.

3. Pergeseran Viskositas

Sediaan lotion dikatakan stabil jika selama penyimpanan tidak mengalami pergeseran viskositas atau dengan perubahan sekecil mungkin sehinggalotion masih dapat mempertahankan zat aktif yang terdispersi pada medium dispersnya. Dengan perhitungan menggunakan desain faktorial diperoleh persamaan untuk pergeseran viskositaslotion yaitu Y = -21,95 + 4,165(A) + 12,385(B) – 1,441(A)(B), dengan Y adalah respon pergeseran viskositas (d.Pa.s), (A) adalah level gliserin dan (B) adalah levelcetyl alcohol.Contour plotdari persamaan tersebut adalah :


(56)

Pergeseran Viskositas (%)

2 3 4

10.00 15.00 20.00

Gliserin (g)

C

e

ty

l

a

lc

o

h

o

l

(g

)

10% 15% 20% 25%

Gambar 10.Contour plotpergeseran viskositaslotion

Range pergeseran viskositas lotion yang dikehendaki adalah ≤ 10%. Dari hasil penelitian tidak terdapat area yang memenuhi syarat pergeseran viskositaslotionyang optimum.

F.Super Imposed Contour Plot

Area formula gliserin dancetyl alcoholyang optimum dari keempat parameter di atas digabungkan dalam satu super imposed contour plot sehingga untuk menentukan formulasilotionyang optimum antara gliserin dancetyl alcohol. Namun, dari hasil penelitian tidak diperoleh contour plot untuk viskositas dan pergeseran viskositas sehingga tidak dapat digabungkan untuk memperoleh super imposed

contour plot. Oleh karena itu tidak diperoleh area optimum untuk formula gliserin


(57)

Penelitian ini masih mempunyai banyak kekurangan sehingga terdapat keterbatasan data dan hasil yang kurang optimal. Keterbatasan tersebut dapat dikurangi jika melakukan beberapa tahap yang sebelumnya tidak dilakukan pada penelitian ini. Seharusnya terlebih dahulu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan minyak kedelai yang memberikan efek repelan. Pada awal penelitian juga sebaiknya dilakukan orientasi terlebih dahulu untuk mendapatkan model data dari formula yang cocok sehingga setelah dilakukan optimasi akan memberikan hasil yang lebih optimal. Pengujian terhadap lotion yang dihasilkan juga perlu dilengkapi lagi antara lain uji mikromeritik (distribusi modus ukuran droplet) dan uji persen pemisahan fase, keduanya dilakukan untuk mengetahui stabilitas lotion, selain itu perlu dilakukan uji iritasinya. Hal terakhir yang perlu dilakukan adalah memvalidasi perhitungan data yang diperoleh dari penelitian ini. Jika kekurangan pada penelitian ini dapat dilengkapi maka diharapkan penelitian ini akan memberikan hasil yang lebih baik.


(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1.Lotionrepelan minyak kedelai yang dihasilkan mempunyai aktivitas repelan antara

87,5% - 95,14% dan yang memenuhi syarat≥95% adalah formula b.

2.Cetyl alcoholsignifikan dalam meningkatkan stabilitaslotiondan aktivitas repelan.

3. Tidak diperoleh komposisi gliserin dan cetyl alcohol yang optimal karena tidak diperoleh area optimal pada contour plot sehingga tidak dapat dihasilkan super

imposednya.

B. Saran

Perlu dilakukan orientasi sebelum penelitian dilakukan, menggunakan komposisi formula yang lebih optimal untuk menghasilkan sifat fisis, stabilitas dan aktivitas repelan yang lebih optimal. Selain itu, perlu melengkapi pengujian dengan melakukan uji mikromeritik, uji persen pemisahan fase dan uji iritasi terhadaplotion

repelan minyak kedelai, serta perlu dilakukan validasi perhitungannya.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical

Compounding, 2nd edition, 263, 268, 274, 276, American Pharmaceutical

Association, USA.

Anonim, 1976,Merck Index, 9thEdition, 581-582, Merck & Co., Inc., USA.

Anonim, 1976, Farmakope Indonesia, edisi 3, 378, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi 4, 413, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2002,What Are Mosquito Repellent, Plymouth Mosquito.com.htm, diakses 20 Oktober 2005.

Anonim, 2004, Soybean Oil Repellent, http://www.Biteblocker.ca/, diakses 20 Oktober 2005.

Anonim, 2005,Spesification Sheet of Soybean Oil, http://www.sictia.com, diakses 16 Januari 2006.

Anonim, 2006,Lotion and Lip Balm Ingredients, http://www.crabapple.com, diakses 29 Oktober 2009.

Anonim, 2008, Minyak Kedelai,

http/www.firmanjaya.files.wordpress.com/2008/10/minyak-kedelai.doc. Ansel, H.C., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, diterjemahkan

oleh Farida Ibrahim, edisi 4, 390, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Bolton, S., 1990.,Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 2nd edition, 308-553, Marcel Dekker, Inc., New York.

Cunningham, K.M and Hellenbeek, W. H., 1985,Pesticides and Human Health, 48, Springer-Veriag New York Inc., USA.

Fradin, M. S., Day J. F., 2002, Comparative Efficacy of Insect Repellents Againt

Mosquito Bites, 8-13, N Engl J Med.


(60)

Garg, A., Anggarwal, D., Garg, S., and Singla, A. K., 2002, Spreading of Semisolid

Formulation: An UpdatePharmaceutical Technology, 85-86.

Herlina, N., Hendra, M., S. Ginting, 2002, Lemak dan Minyak, 3, USU Digital Library.

Leyden, A., 2002, The Skin Moisturizer, 245, 259, 560, Marcel Dekker, Inc., New York.

Ngurah, K., 2005, Uji Efektivitas Daya Tolak Repelen Bentuk Lotion di Pasaran Dalam Berbagai Tingkat Konsentrasi Terhadap Nyamuk Aedes aegypti di Laboratorium, Skripsi, Institut Teknologi Bandung.

Rozendaal, A. J., 1997, Vector Control Methods for Use by Individual and

Communities, 15-17; 54-57, WHO, Geneva.

Sastroutomo, S., 1992, Pestisida: Dasar-dasar dan Dampak Penggunaannya, 9-14, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Smolinske, S.C., 1992,Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipient, 203, CRC Press, USA.

Soedarto, 1990,Entomologi Kedokteran, 96-105, EGC, Jakarta. Soedarto, 1992,Atlas Entomologi Kedokteran, 57, EGC, Jakarta.

Suryabrata, S., 1998, Metodologi Penelitian, 50-54, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tawatsin, A, Wratten, S.D., Scott, R.R., Thavara, U., Techadamrongsin, Y., 2001,

Repellency of Volatile Oils from Plants Againts Three Mosquito Vectors, J

Vector Ecol, 76-82.

Voigt, R., 1984,Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi 5, 141, 316-343, 381-382, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wilkinson, J.B., and Moore, R.J., 1982, Harry’s Cosmeticology, 7th Ed., 50-51, 69, Chemical Publishing Company, Inc., New York.


(61)

(62)

Lampiran 1. Uji Kemurnian Minyak KedelaiHappy Salad OilTM

Indeks Bias

No. Indeks Bias

1. 1,474

2. 1,475

3. 1,475

4. 1,474

5. 1,475

6. 1,474

X 1,4745

SD 0,000548

X = rata-rata indeks bias SD = standar deviasi indeks bias

Berat Jenis No. Berat

pikno kosong (g)

Berat pikno + air

(g)

Berat pikno + minyak (g)

Berat minyak (g)

Berat air (g)

Berat jenis

1. 24,1112 34,1269 33,3341 9,2229 10,0157 0,9208443 2. 26,4355 36,4648 35,6734 9,2379 10,0293 0,9210912 3. 25,4443 35,7319 34,9214 9,4771 10,2876 0,9212158 4. 24,5196 34,6361 33,8347 9,3151 10,1165 0,9207829 5. 24,1481 34,2326 33,4312 9,2831 10,0845 0,9205315 6. 25,0739 35,2137 35,2137 9,3386 10,1398 0,9209846 X 24,9555 35,0676 34,4014 9,3124 10,1122 0,9209 SD 0,8942 0,9146 0,9949 0,0919 0,0984 0,0002 X = rata-rata berat jenis


(63)

Lampiran 2. Uji Sifat Fisis, Stabilitas dan Aktivitas RepelanLotion

Daya Sebar (cm)

No. Formula I Formula a Formula b Formula ab

1. 5,8 6,9 4,8 6,3

2. 5,6 6,7 5,1 6,2

3. 5,7 6,6 5,3 6,2

4. 5,6 6,8 5,2 6,4

5. 5,6 6,8 5,0 6,0

6. 5,7 6,7 5,1 6,1

X 5,67 6,75 5,08 6,20

SD 0,82 0,11 0,17 0,14

X = rata-rata daya sebar SD = standar deviasi daya sebar

Viskositas (d.Pa.s)

No. Formula I Formula a Formula b Formula ab Awal Setelah

1 bulan

Awal Setelah 1 bulan

Awal Setelah 1 bulan

Awal Setelah 1 bulan

1. 30 24 15 11 45 39 23 18

2. 29 25 15 12 45 38 20 14

3. 28 24 16 12 43 38 20 14

4. 29 24 15 11 45 41 20 14

5. 28 24 14 9 45 40 21 15

6. 28 24 14 10 44 39 20 15

X 28,67 24,17 14,83 10,83 44,50 39,17 20,67 15,00 SD 0,81 0,40 0,75 1,16 0,75 1,16 1,22 1,54 X = rata-rata viskositas


(64)

Pergeseran Viskositas (%)

No. Formula I Formula a Formula b Formula ab

1. 20,00 26,67 13,33 21,74

2. 13,79 23,75 15,56 30

3. 14,29 26,67 11,63 30

4. 17,24 26,67 8,89 30

5. 14,29 37,14 11,11 28,81

6. 14,29 29,98 9,09 24,99

X 15,65 28,48 11,60 27,59

SD 2,25 4,27 2,33 5,02

X = rata-rata pergeseran viskositas SD = standar deviasi pergeseran viskositas

Aktivitas Repelan (%)

No. Formula I Formula a Formula b Formula ab Kontrol Negatif

Kontrol Positif

1. 3 5 3 6 48 0

2. 3 7 3 4 -

-3. 4 6 1 4 -

-X 3,33 6,00 2,33 4,67 48 0

SD 0,577 1,00 1,155 1,155 0 0 % 93,06 87,50 95,14 90,28 0 100 X = rata-rata aktivitas repelan

SD = standar deviasi aktivitas repelan % = persentase aktivitas repelan


(65)

Lampiran 3. Perhitungan Desain Faktorial

Persamaan berdasarkan metode desain faktorial dengan dua level dan dua faktor :

Y = bo+ b1(A) + b2(B) + b12(A) (B)

Keterangan : Y = respon

(A) = level gliserin (-1 sampai +1) (B) = levelcetyl alcohol(-1 sampai +1)

bo,b1, b2, b12= koefisien yang dapat dihitung dari hasil penelitian

Efek = rata-rata respon pada level tinggi – rata-rata respon pada level rendah

A. Daya Sebar

Formula Gliserin Cetyl alcohol Interaksi Respon

I - - + 5,67

a + - - 6,75

b - + - 5,08

ab + + + 6,20

Efek :

a. Efek Gliserin =

2 ) 08 , 5 67 , 5 ( ) 20 , 6 75 , 6 (    =1,1

b. EfekCetyl alcohol=

2 ) 75 , 6 67 , 5 ( ) 20 , 6 08 , 5 (   

=- 0,57

c. Efek Interaksi =

2 ) 08 , 5 75 , 6 ( ) 20 , 6 67 , 5 (    =0,02


(66)

Y = bo+ b1(A) + b2(B) + b12(A) (B)

I) 5,67 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

a) 6,75 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

b) 5,08 = bo+ 10 b1+ 4 b2+ 40 b12

ab) 6,20 = bo+ 20 b1+ 4 b2+ 80 b12

Eliminasi :

I) 5,67 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

a) 6,75 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12–

1,08 = 10 b1+ 20 b12………(I)

a) 6,75 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

ab) 6,20 = bo+ 20 b1+ 4 b2+ 80 b12–

0,55 = - 2 b2– 40 b12………(II)

a) 6,75 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

b) 5,08 = bo+ 10 b1+ 4 b2+ 40 b12–

1,67 = 10 b1– 2 b2………...(III)

(II) 0,55 = - 2 b2– 40 b12

(III) 1,67 = 10 b1– 2 b2

-1,12 = 10 b1+ 40 b12………(IV)

(I) 1,08 = 10 b1+ 20 b12

(IV)1,12 = 10 b1+ 40 b12–

0,04 = 20 b12

b12= 0,002

(IV) 1,12 = 10 b1+ 40 b12

1,12 = 10 b1+ 40 (0,002)

1,12 = 10 b1+ 0,08

10 b1= 1,04

b1= 0,104

(III) 1,67 = 10 b1– 2 b2

1,67 = 10 (0,104) – 2 b2

1,67 = 1,04 – 2 b2

2 b2= - 0,63


(67)

I) 5,67 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

5,67 = bo+ 10 (0,104) + 2 (- 0,315) + 20 (0,002)

5,67 = bo+ 0,45

bo= 5,67 – 0,45

bo= 5,22

Persamaan:

Y = 5,22 + 0,104 (A) – 0,315 (B) + 0,002 (A) (B)

B = ) ( 002 , 0 315 , 0 ) ( 104 , 0 22 , 5 A Y A      B. Viskositas

Formula Gliserin Cetyl alcohol Interaksi Respon

I - - + 28,67

a + - - 14,83

b - + - 44,50

ab + + + 20,67

Efek :

a. Efek Gliserin =

2 ) 50 , 44 67 , 28 ( ) 67 , 20 83 , 14 (   

=- 18,835

b. EfekCetyl alcohol=

2 ) 83 , 14 67 , 28 ( ) 67 , 20 50 , 44 (    =10,835

c. Efek Interaksi =

2 ) 50 , 44 83 , 14 ( ) 67 , 20 67 , 28 (   

=- 4,995

Y = bo+ b1(A) + b2(B) + b12(A) (B)

I) 28,67 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

a) 14,83 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

b) 44,50 = bo+ 10 b1+ 4 b2+ 40 b12


(68)

Eliminasi :

I) 28,67 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

a) 14,83 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12–

13,84 = - 10 b1– 20 b12………..(I)

a) 14,83 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

ab) 20,67 = bo+ 20 b1+ 4 b2+ 80 b12–

5,84 = 2 b2+ 40 b12………..(II)

a) 14,83 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

b) 44,50 = bo+ 10 b1+ 4 b2+ 40 b12–

- 29,67 = 10 b1– 2 b2………...(III)

(I) 13,84 = - 10 b1– 20 b12

(II) 5,84 = 2 b2+ 40 b12 +

- 23,83 = 10 b1+ 40 b12………(IV)

(I) 13,84 = - 10 b1– 20 b12

(IV) -23,83 = 10 b1+ 40 b12+

- 9,99 = 20 b12

b12= - 0,4995

(IV) -23,83 = 10 b1+ 40 b12

-23,83 = 10 b1+ 40 (- 0,4995)

-23,83 + 19,98 = 10 b1

10 b1= - 3,85

b1= - 0,385

(III) - 29,67 = 10 b1– 2 b2

- 29,67 = 10 (- 0,385) – 2 b2

- 29,67 + 3,85 = - 2 b2

2 b2= - 25,82

b2= 12,91

I) 28,67 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

28,67 = bo+ 10 (- 0,385) + 2 (12,91) + 20 (- 0,4995)

28,67 = bo– 3,85 + 25,82 – 9,99

28,67 = bo+ 11,98

bo = 28,67 – 11,98


(69)

Persamaan:

Y = 16,69 – 0,385 (A) + 12,91 (B) – 0,4995 (A) (B)

B = ) ( 4995 , 0 91 , 12 ) ( 385 , 0 69 , 16 A Y A    

C. Pergeseran Viskositas

Formula Gliserin Cetyl alcohol Interaksi Respon

I - - + 15,65

a + - - 28,48

b - + - 11,60

ab + + + 27,59

Efek :

d. Efek Gliserin =

2 ) 60 , 11 65 , 15 ( ) 59 , 27 48 , 28 (    =14,41

e. EfekCetyl alcohol=

2 ) 48 , 28 65 , 15 ( ) 59 , 27 60 , 11 (    =-2,47

f. Efek Interaksi =

2 ) 60 , 11 48 , 28 ( ) 59 , 27 65 , 15 (    =1,58

Y = bo+ b1(A) + b2(B) + b12(A) (B)

I) 15,65 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

a) 28,48 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

b) 11,60 = bo+ 10 b1+ 4 b2+ 40 b12


(70)

Eliminasi :

I) 15,65 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

a) 28,48 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12–

-12,83 = - 10 b1– 20 b12

12,83 = 10 b1– 20 b12 ………..(I)

a) 28,48 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

ab) 27,59 = bo+ 20 b1+ 4 b2+ 80 b12–

0,89 = -2 b2- 40 b12………..(II)

a) 28,48 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

b) 11,60 = bo+ 10 b1+ 4 b2+ 40 b12–

16,88 = 10 b1– 2 b2………...(III)

(II) 0,89 = -2 b2- 40 b12

(III) 16,88 = 10 b1– 2 b2 +

-15,99 = 10 b1+ 40 b12………(IV)

(I) 12,83 = 10 b1+ 20 b12

(IV) -15,99 = 10 b1+ 40 b12

-28,82 = - 20 b12

b12= - 1,441

(IV) -15,99 = 10 b1+ 40 b12

-15,99 = 10 b1+ 40 (- 1,441)

-15,99 + 57,64 = 10 b1

10 b1= 41,65

b1= 4,165

(III) 16,88 = 10 b1– 2 b2

16,88 = 10 (4,165) – 2 b2

16,88 – 41,65 = - 2 b2

2 b2= 24,77

b2= 12,385

I) 15,65 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

15,65 = bo+ 10 (4,165) + 2 (12,385) + 20 (- 1,441)

15,65 = bo+ 41,65 + 24,77 – 28,82

15,65 = bo+ 37,6

bo = 15,65 – 37,6


(71)

Persamaan:

Y = -21,95 + 4,165 (A) + 12,385 (B) – 1,441 (A) (B)

B = ) ( 441 , 1 385 , 12 ) ( 165 , 4 95 , 21 A Y A   

D. Aktivitas Repelan

Formula Gliserin Cetyl alcohol Interaksi Respon

I - - + 93,06

a + - - 87,50

b - + - 95,14

ab + + + 90,28

Efek :

a. Efek Gliserin =

2 ) 14 , 95 06 , 93 ( ) 28 , 90 50 , 87 (   

=- 5,21

b. EfekCetyl alcohol=

2 ) 50 , 87 06 , 93 ( ) 28 , 90 14 , 95 (    =2,43

c. Efek Interaksi =

2 ) 14 , 95 50 , 87 ( ) 28 , 90 06 , 93 (    =0,35

Y = bo+ b1(A) + b2(B) + b12(A) (B)

I) 93,06 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

a) 87,50 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

b) 95,14 = bo+ 10 b1+ 4 b2+ 40 b12


(72)

Eliminasi :

I) 93,06 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

a) 87,50 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12–

5,56 = - 10 b1– 20 b12………(I)

a) 87,50 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

ab) 90,28 = bo+ 20 b1+ 4 b2+ 80 b12–

- 2,78 = - 2 b2– 40 b12……….(II)

a) 87,50 = bo+ 20 b1+ 2 b2+ 40 b12

b) 95,14 = bo+ 10 b1+ 4 b2+ 40 b12–

- 7,64 = 10 b1– 2 b2………...(III)

(II) - 2,78 = - 2 b2– 40 b12

(III) - 7,64 = 10 b1– 2 b2 +

4,86 = - 10 b1– 40 b12………(IV)

(I) 5,56 = - 10 b1– 20 b12

(IV) 4,86 = - 10 b1– 40 b12–

0,7 = 20 b12

b12= 0,035

(IV) 4,86 = - 10 b1– 40 b12

4,86 = - 10 b1– 40 (0,035)

4,86 = - 10 b1– 1,4

10 b1= - 6,26

b1= - 0,626

(III) - 7,64 = 10 b1– 2 b2

- 7,64 = 10 (- 0,626) – 2 b2

- 7,64 = - 6,26 – 2 b2

- 2 b2= - 1,38

b2= 0,69

I) 93,06 = bo+ 10 b1+ 2 b2+ 20 b12

93,06 = bo+ 10 (- 0,626) + (0,69) + 20 (0,035)

93,06 = bo– 4,18

bo= 93,06 + 4,18


(73)

Persamaan:

Y = 97,24 – 0,626 (A) + 0,69 (B) + 0,035 (A) (B)

B =

) ( 035 , 0 69 , 0

) ( 626 , 0 24 , 97

A Y A

 

 


(74)

Lampiran 4. PerhitunganAnova

1. Daya Sebar

Formula (1) Formula b Formula a Formula ab a- a+ Replikasi

b- b+ b- b+

1 5,8 6,9 4,8 6,3

2 5,6 6,7 5,1 6,2

3 5,7 6,6 5,3 6,2

4 5,6 6,8 5,2 6,4

5 5,6 6,8 5,0 6,0

6 5,7 6,7 5,1 6,1

34 40,5 35,58 37,2

Ʃy2=Total Sum of squares

Ʃy2= (5,8)2+ (5,6)2+ (5,7)2+ (5,6)2+ (5,6)2+ (5,7)2+ (6,9)2+ (6,7)2+ (6,6)2+ (6,8)2+ (6,8)2+ (6,7)2+ (4,8)2+ (5,1)2+ (5,3)2+ (5,2)2+ (5,0)2+ (5,1)2+ (6,3)2+ (6,2)2+ (6,2)2+(6,4)2+ (6,0)2+ (6,1)2–

24 ) 28 , 147 ( 2

= 852,06 -903,81 = -51,75

Ryy =Replicate Sum of squares

Ryy = 4 ) 6 , 23 ( ) 4 , 23 ( ) 24 ( ) 8 , 23 ( ) 6 , 23 ( ) 8 , 23

( 2 2  2  2 2  2

-24 ) 28 , 147 ( 2 = 4 3370,36 -24 39 , 21691 = 842,59 – 903,81 = -61,22

Tyy =Treatment Sum of squares

Tyy = 6 (37,2) (35,58) 40,5) (

(34)2  2  2 2

-24 ) 28 , 147 ( 2

= 717,59 – 903,81 =-186,21


(75)

Eyy =Experimental error sum of squares

Eyy = -51,75– (-61,22)– (-186,21) = 195,68

Ayy =Sum of squares associated with the different levels of a

Ayy =    

12

37,2) 35,58

( 40,5)

(34 2 2

24 ) 28 , 147 ( 2 = 0,12

Byy =Sum of squares associated with the different levels of b

Byy =    

12

37,2) 40,5

( 35,58)

(34 2 2

24 ) 28 , 147 ( 2 = 2,75

AByy =Sum of squares associated with the different levels of ab

AByy = -186,21 – 0,12 – 2,75 = -189,08

Source of variation

Df S of Squares M ean

Squares

F Hitung

Replikasi 5 -61,22 -12,24

Treatment 3 -186,21 -62,07

a 1 0,12 0,12 0,01

b 1 2,75 2,75 0,28

ab 1 -189,08 -189,08 -19,31

Experimental 20 195,68 9,79

Total 23


(76)

2. Viskositas Formula (1) Formula b Formula a Formula ab a- a+ Replikasi

b- b+ b- b+

1 30 15 45 23

2 29 15 45 20

3 28 16 43 20

4 29 15 45 20

5 28 14 45 21

6 28 14 44 20

172 89 267 104

Σy2=Total Sum of squares

Σy2= (30)2+ (29)2+ (28)2+ (29)2+ (28)2+ (28)2+ (15)2+ (15)2+ (16)2+ (15)2+ (14)2 + (14)2+ (45)2+ (45)2+ (43)2+ (45)2+ (45)2+ (44)2+ (23)2+ (20)2+ (20)2+ (20)2+ (21)2+ (20)2–

24 ) 632

( 2

= 5869,33

Ryy =Replicate Sum of squares

Ryy = 4 ) 106 ( ) 108 ( ) 109 ( ) 107 ( ) 109 ( ) 133

( 2  2  2  2  2  2

-24

) 632

( 2

= 75800 – 16642,67 = 59157,33

Tyy =Treatment Sum of squares

Tyy = 6 (104) (267) 89) (

(172)2  2  2  2

-24 ) 632

( 2

= 19935 – 16642,67 =3292,33

Eyy =Experimental error sum of squares

Eyy = 5869,33– 59157,33– 3292,33 = -56580,33


(77)

Ayy =Sum of squares associated with the different levels of a

Ayy =    

12

104) 267 ( 89)

(172 2 2

24 ) 632

( 2

= 504,17

Byy =Sum of squares associated with the different levels of b

Byy =    

12

104) 89 ( 267)

(172 2 2

24 ) 632

( 2

= 2521,49

AByy =Sum of squares associated with the different levels of ab

AByy = 5869,33 – 504,17 – 2521,49 = 266,67

Source of variation

Df S of Squares Mean

Squares

F Hitung

Replikasi 5 59157,33 11831,47

Treatment 3 3292,33 1097,44

a 1 504,17 504,17 0,19

b 1 2521,49 2521,49 0.89

ab 1 266,67 266,67 0.09

Experimental 20 -56580,33 2829,02

Total 23


(78)

3. Pergeseran Viskositas (%) Formula (1) Formula b Formula a Formula ab a- a+ Replikasi

b- b+ b- b+

1 20 26,67 13,33 21,74

2 13,79 23,75 15,56 30

3 14,29 26,67 11,63 30

4 17,24 26,67 8,89 30

5 14,29 37,14 11,11 28,81

6 14,29 29,98 9,09 24,99

93,9 170,88 69,61 165,54

Σy2=Total Sum of squares

Σy2= (20)2+ (13,79)2+ (14,29)2+ (17,24)2+ (14,29)2+ (14,29)2+ (26,67)2+ (23,75)2 + (26,67)2+ (26,67)2+ (37,14)2+ (29,98)2+ (13,33)2+ (15,56)2+ (11,63)2+ (8,89)2 + (11,11)2+ (9,09)2 + (21,74)2 + (30)2 + (30)2 + (30)2 + (28,81)2+ (24,99)2–

24 ) 93 , 499 ( 2

= 11943,39 – 10413,75 = 1529,64

Ryy =Replicate Sum of squares

Ryy = 4 ) 35 , 78 ( ) 35 , 91 ( ) 8 , 82 ( ) 59 , 82 ( ) 1 , 83 ( ) 74 , 81

( 2  2  2  2 2  2

-24 ) 93 , 499 ( 2

= 10436,88 – 10413,75 = 23,13

Tyy =Treatment Sum of squares

Tyy = 6 (165,54) (69,61) 170,88) (

(93,9)2 2 2  2

-24 ) 93 , 499 ( 2

= 11711,04 – 10413,75 = 1297,29


(79)

Eyy =Experimental error sum of squares

Eyy = 1529,64 – 23,13 – 1297,29 = 209,22

Ayy =Sum of squares associated with the different levels of a

Ayy =    

12

165,54) 69,61

( 170,88)

(93,9 2 2

24 ) 93 , 499 ( 2

= 10450,33 – 10413,75 = 36,58

Byy =Sum of squares associated with the different levels of b

Byy =    

12

165,54) 170,88

( 69,61)

(93,9 2 2

24 ) 93 , 499 ( 2

= 11659,49 – 10413,75 = 1245,74

AByy =Sum of squares associated with the different levels of ab

AByy = 1297,29 – 36,58 – 1245,74 = 14,97

Source of variation

Df S of Squares Mean

Squares

F Hitung

Replikasi 5 120,27 24,05

Treatment 3 1297,29 432,43

a 1 36,58 36,58 3,49

b 1 1245,74 1245,74 119,09

ab 1 14,97 14,97 1,43

Experimental 20 209,22 10,46

Total 23


(80)

4. Aktivitas Repelan Formula (1) Formula b Formula a Formula ab a- a+ Replikasi

b- b+ b- b+

1 3 5 3 6

2 3 7 3 4

3 4 6 1 4

8 18 7 14

Σy2=Total Sum of squares

Σy2= (3)2+ (3)2+ (4)2+ (5)2+ (7)2+ (6)2+ (3)2+ (3)2+ (1)2+ (6)2+ (4)2+ (4)2– 12

) 47 ( 2

= 219 – 184,08 = 34,92

Ryy =Replicate Sum of squares

Ryy = 4 ) 13 ( ) 17 ( ) 17

( 2  2  2

-12 ) 47 ( 2 = 186,75 – 184,08

= 2,67

Tyy =Treatment Sum of squares

Tyy = 3 (14) (7) 18) (

(8)2  2  2  2

-12

) 47 ( 2

= 211 – 184,08 =26,92

Eyy =Experimental error sum of squares

Eyy = 34,92– 2,67– 26,92 = 5,33


(81)

Ayy =Sum of squares associated with the different levels of a

Ayy =    

6

14) 7 ( 18)

(8 2 2

12 ) 47 ( 2 = 186,17 – 184,08

= 2,08

Byy =Sum of squares associated with the different levels of b

Byy =    

6

14) 18 ( 7)

(8 2 2

12 ) 47 ( 2 = 208,17 – 184,08

= 24,08

AByy =Sum of squares associated with the different levels of ab

AByy = 26,92 – 2,08– 24,08 = 0,75

Source of variation

Df S of Squares Mean

Squares

F Hitung

Replikasi 3 2,67 1,33

Treatment 2 26,92 26,92

a 1 2,08 2,08 7,70

b 1 24,08 24,08 89,19

ab 1 0,75 0,75 2,78

Experimental 20 5,33 0,27

Total 23


(82)

Lampiran 5. Uji Tipe Emulsi

1.Pewarnaan

a. Formula I

denganmethylene blue


(83)

b.Formula a

c. Formula b

dengan Sudan III

denganmethylene blue


(84)

d. Formula ab

dengan Sudan III denganmethylene blue


(85)

Keterangan :

1. Gambar berwarna biru menunjukkan preparat diberi zat warna methylene blue. Dari gambar pula dapat diketahui bahwa yang terwarnai adalah medium atau fase luarnya sedangkan droplet atau fase dalamnya tidak terwarnai.

2. Gambar berwarna kuning hingga merah menunjukkan preparat diberi zat warna Sudan III dan dari gambar dapat diketahui bahwa yang terwarnai adalah dropletnya sedangkan mediumnya tidak terwarnai.

2.Pengenceran a. Formula I

Pengenceran dengan air

Pengenceran dengan minyak


(86)

b. Formula a

c. Formula b

Pengenceran dengan air

Pengenceran dengan air

Pengenceran dengan minyak

Pengenceran dengan minyak


(87)

d. Formula ab

Pengenceran dengan air

Pengenceran dengan minyak


(88)

Biografi Penulis

Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Lampung, 12 November 1984 dari pasangan bapak Untung dan ibu Riyatini. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 2 Sukoharjo II, SLTP Xaverius Pringsewu, SMU Xaverius Pringsewu dan melanjutkan studi di fakultas Farmasi


Dokumen yang terkait

Uji efektivitas losion repelan minyak mimba (azadirachta indica A. Juss) terhadap nyamuk Aedes aegypti

1 31 91

FORMULASI SEDIAAN KRIM TIPE M/A DARI MINYAK ATSIRI NILAM (Pogostemon cablin B.) DAN UJI AKTIVITAS REPELAN Formulasi Sediaan Krim Tipe M/A Dari Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.) Dan Uji Aktivitas Repelan.

0 4 11

FORMULASI SEDIAAN KRIM TIPE M/A DARI MINYAK ATSIRI (Pogostemon cablin B.) DAN UJI AKTIVITAS REPELAN Formulasi Sediaan Krim Tipe M/A Dari Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.) Dan Uji Aktivitas Repelan.

0 2 17

PENGARUH FORMULASI CETYL ALCOHOL TERHADAP SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS LOTION MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Cananga odoratum (Lmk.) Hook. & Thoms.) SEBAGAI REPELAN TERHADAP NYAMUK Anopheles aconitus BETINA.

0 1 17

Formulasi lotion minyak nilam dan uji aktivitas repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti.

4 24 136

Pembuatan lotion repelan minyak kedelai : tinjauan terhadap sifat fisis, stabilitas dan aktivitas repelan.

0 0 90

Uji sifat fisik repelan minyak atsiri kombinasi rimpang temulawak dan rimpang jahe basis cold cream

0 0 8

PENGARUH PENAMBAHAN POLYSORBATE 40 DAN SORBITAN MONOSTEARATE SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION REPELAN MINYAK PEPPERMINT (Mentha piperita) TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS SEDIAAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

0 0 132

PENGARUH PENAMBAHAN POLYSORBATE 80 DAN SORBITAN MONOLAURATE SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION REPELAN MINYAK PEPPERMINT (Mentha piperita) TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS SEDIAAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S

0 0 123

Pengaruh penambahan polysorbate 40 dan sorbitan monolaurate sebagai emulsifying agent dalam lotion repelan minyak peppermint (Mentha piperita) terhadap sifat fisis dan stabilitas sediaan - USD Repository

0 0 146