PERKEMBANGAN ARON PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH KABANJAHEKECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN KARO.

PERKEMBANGAN ARON PADA MASYARAKAT
KARO DI DESA RUMAH KABANJAHE
KECAMATAN KABANJAHE
KABUPATEN KARO

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

ELKANA A. PURBA
NIM : 308 121 054

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

\

i


Perkembangan Aron Pada Masyarakat Karo Di Desa Rumah Kabanjahe
Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo
ELKANA A PURBA (308
ABSTRAK

121 054)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah sejarah aron
pada masyarakat Karo di Desa Rumah Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe
Kabupaten Karo.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dianalisis secara
deskriptif. penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode
observasi sebagai alat untuk mengumpulkan data. Demikian juga dalam penelitian
ini, peneliti melakukan pengamatan (observasi) serta wawancara langsung sebagai
upaya mengungkapkan suatu kondisi atau peristiwa berdasarkan fakta-fakta dan
perilaku atau aktivitas masyarakat yang diteliti.
Aron berarti kelompok-kelompok gotong royong untuk mengerjakan
sawah dan ladang kepunyaan para anggota kelompok bersama-sama, yang
merupakan kebiasaan di Tanah Karo untuk mempertinggi efisiensi kerja.

Sebagaimana juga yang terjadi di mana-mana di Indonesia ketika itu, juga rakyat
petani di desa Rumka. Kegiatan Aron ini terutama dalam mengerjakan ladang atau
lahan pertanian yang terdiri dari 5-12 orang. Dalam bekerja mereka tidak dapat
digaji atau upah, dimana biasanya pekerjaan tersebut secara bergiliran. Sistem
“Aron” tidak hanya digunakan dalam bidang pertanian saja,tetapi untuk hal-hal
lainnya misalnya membangun rumah adat yaitu rumah “siwaluh jabu” mulai dari
mengangkut kayu yang besar dari hutan, membuat atap rumah itu sampai selesai.

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul “Perkembangan Aron Pada Masyarakat Karo Di Desa
Rumah Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penulisan Skripsi ini, Penulis telah banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak berupa moril maupun material. Maka dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Terimakasih kepada Bapak Prof. Ibnu Hadjar Damanik, M.si selaku

Rektor UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.
2. Terimakasih kepada Bapak Drs. Restu,MS selaku dekan Fakultas Ilmu
Sosial.
3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M. Hum selaku ketua jurusan Pendidikan Sejarah
Penulis mengucapkan Terimakasih karena telah bersedia membantu dan
memberi saran kepada Penulis.
4. Dra. Hafnita SD Lubis, Msi selaku sekertaris jurusan Pendidikan Sejarah
yang begitu baik dan penuh rasa sayang, yang selalu memberi pertolongan,
informasi, bimbingan, serta motivasi kepada penulis.
5. Bapak Drs. Ponirin, Msi selaku dosen pebimbing Skripsi penulis yang
telah bersedia untuk meluangkan waktu serta memberi penulis arahan
dengan sabar dalam memberi bimbingan kepada penulis sehingga Skripsi
ini dapat diselesaikan dengan waktu yang ditentukan.
6. Dra. Hafnita SD Lubis, Msi dan Bapak Pristi Suhendro,S.Hum,M.Si serta
Ibu Dra. Lukitaningsih, M. Hum selaku penguji penulis yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.
7. Turut serta kepada Kepala Desa Rumah Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe
Kabupaten Karo yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis
demi melengkapi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
8. Orang tua penulis, P. Purba yang telah bekerja keras untuk mendidik,

membesarkan, membimbing, serta mengajari penulis tentang artinya
perjuangan hidup. Dan juga kepada ibu penulis yang penulis cintai dan

iii

juga sayangi Basaria Sinaga yang selau sabar dan tulus memotivasi,
mendoakan, serta memberikan kasih sayangnya yang tak pernah henti
diberikan kepada penulis.
9. Kepada Kakak penulis D. Feronika yang begitu penulis cintai yang selalu
sabar dan setia mendampingi penulis dalam penulisan Skripsi ini,serta
pada keponakan penulis yang begitu penulis sayangi Loris given dan
Rivaldo, yang selalu membuat penulis semangat dalam penulisan Skripsi
ini.
10. Kepada bibik tua penulis yang penulis sayangi, R br Sembiring, yang
selalu memberi semangat kepada penulis.
11. Serta terimakasih penulis ucapkan kepada Lisa Nias S.pd, Pomal Boris
S.pd, Demikton S, Mey dan Nando yang telah bersedia meluangkan
waktunya selaku observer penulis dalam penelitian di Rumah Kabanjahe.
12. Seluruh


teman-teman

satu

stambuk

2008

Pendidikan

Sejarah,

terkhususnya kelas C-Reguler.
13. Serta sahabat-sahabat terbaik penulis Efendy, Nico Trada, Andreas
k,Narim A, Amrin Pandiangan, Agus susanto, Agus cilik, Freddy Sinaga,
Yudi Harahap, Emil Riza, serta adik-adik kost di Parang III.
14. Dan juga untuk seluruh adek-adek stambuk senasib seperjuangan dalam
penyelesaian skripsi.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan semua pihak.
Medan, Agustus 2014
Penulis,
Elkana A Purba
NIM. 308 121 054

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................

i

KATA PENGANTAR .....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................


iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .........................................................................................

1

1.2. Identifikasi Masalah ..................................................................................

9

1.3. Batasan masalah ........................................................................................

10

1.4. Rumusan masalah......................................................................................

10


1.5. Tujuan Penelitian ......................................................................................

10

1.6. Manfaat Penelitian ....................................................................................

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka ..........................................................................................

12

2.2. Kerangka Teori .........................................................................................

13

2.2.1. Kebudayaan Aron ....................................................................

13


2.2.1.1. Aron ..................................................................................

13

2.2.1.2. Kebudayaan .......................................................................

14

2.2.1.3. Perubahan ..........................................................................

16

2.2.1.4. Interaksi Sosial ..................................................................

19

2.2.1.5. Kerja Sama ........................................................................

20


2.2.1.6. Resiprositas (Take and Give) ............................................

21

2.3. Kerangka Berfikir .....................................................................................

22

BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi Penelitian ..................................................................................

24

3.2.Jenis dan Tipe Penelitian......................................................................

25

3.3. Subjek dan Objek Penelitian ...............................................................


25

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ..................................................................

27

3.4.1. Data Primer
3.4.1.1.Pengamatan atau Observasi................................................

27

3.4.1.2. Wawancara ........................................................................

28

v

3.4.1.3. Dokumentasi .....................................................................

29

3.4.2. Data Sekunder
3.4.2.1.Studi Kepustakaan ..............................................................

29

3.5. Tekhnik Analisis Data .........................................................................

30

a. Mengelompokkan Hasil Data .........................................................

30

b. Mengiterpretasikan Data ................................................................

30

c. Melakukan Analisis dan Penyajian Data........................................

30

d. Membuat Kesimpulan ....................................................................

31

BAB IV PEMBAHASAN
1. Kondisi Masyarakat Karo ....................................................................

32

1.1. Sistem Kekerabatan Karo ..............................................................

34

1.2. Deskripsi Wilayah Penelitian ........................................................

38

1.3. Keadaan Geografis Desa ...............................................................

40

1.4. Sarana dan Prasarana Desa............................................................

40

1.5. Penduduk .......................................................................................

41

1.6. Perekonomian ................................................................................

44

1.7. Kondisi Sosial Budaya ..................................................................

45

2. Latar Belakang Aron ............................................................................

46

3.

Perkembangan Aron Pada Masyarakat Karo di RUMKA ..................

53

3.1.Nilai-Nilai Yang Terdapat Pada Aron............................................

61

3.2. Makna dan nilai yang terkandung dalam aron ..............................

63

4. Perubahan Yang Terjadi Pada Aron Zaman Dulu Dengan Sekarang ..

65

5. Perkembangan Aron Sekarang Pada Masyarakat Karo .......................

73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan ...................................................................................

77

b. Saran .............................................................................................

79

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

80

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu
mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata
pencaharian utama masyarakat Karo adalah bertani. Hal ini disebabkan lahan
pertanian yang sangat subur, sehingga menjadikan Tanah Karo sebagai daerah
penghasil tanaman pertanian khususnya sayur-mayur yang terbesar di Sumatera
Utara. Tanaman padi bagi masyarakat Karo merupakan salah satu tanaman
penting, yang selain mengandung makna ekonomi juga memiliki keterkaitan
terhadap unsur religi dan sosial. Panggilan khusus terhadap tanaman padi yaitu
Siberu Dayang menunjukkan penghargaan tersebut. Maka agar hasil yang
diperoleh cukup memuaskan, semua proses penanaman dari awal hingga akhir
harus diberikan penghargaan dan disyukuri dengan harapan mencapai hasil yang
baik, yang nantinya akan dilaksanakan dengan wujud pesta guro-guro aron.
Menurut Bangun (1986:149), istilah aron berasal dari kata sisaron-saron
(saling bantu) yang diwujudkan dalam bentuk kerja orang-orang muda atau
dewasa sekitar 6 hingga 9 orang. Aron merupakan ikatan kerjasama untuk
mengerjakan lahan pertanian dan para pekerja aron disebut buruh tani. Aron juga
dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu (1) Jangak adalah ikatan kerja sama atau
aron yang semua anggotanya pria, (2) Diberu adalah ikatan kerjasama atau
aron

yang

semua anggotanya

wanita, dan (3) Campuren

adalah

ikatan

kerjasama atau aron yang anggotanya terdiri dari sebagian pria dan sebagian
wanita.
Darwin (2002) menyatakan bahwa aron merupakan ikatan kerjasama
untuk mengerjakan ladang pertanian yang biasanya disebut raron. Pada
masyarakat Sugihen istilah aron disebut dengan istilah aron sisepuluh dua (aron
dua belas) yang artinya bahwa dalam satu kelompok aron tersebut mempunyai
peserta sebanyak dua belas orang yang terdiri dari delapan laki-laki dan empat
perempuan. Dalam pembentukan aron tersebut jumlah laki-laki lebih banyak dari
pada jumlah perempuan karena melihat kemampuan perempuan dalam
mengerjakan aktivitas aron tersebut. Aron yang diketahui tidak dibayar dengan
uang atau pertimbangan yang bersifat ekonomi melainkan berupa tenaga, aron
yang dibentuk adalah atas kesepakatan bersama (arih-arih). Aktivitas aron dimulai
pada pagi hari yaitu pukul 8.00 WIB- 17.00WIB.
Didalam pola kerjanya terdapat keteraturan antara sesama peserta aron
dengan tujuan agar tetap terjaga hubungan yang baik. Pola kerj dilakukan secara
bergiliran (mena- tumbuk)2, sesuai dengan kebutuhan di dalam mengerjakan
sawah maupun ladang peserta aron. Misalnya A akan menanam padi, maka
anggota aron yang sebelas lagi wajib datang ke ladang si A untuk mengerjakan
sawahnya. Demikianlah seterusnya sampai
Dalam kebudayaan Jawa, kegiatan aron disebut dengan istilah sambatan
yang merupakan suatu bentuk pengerahan tenaga kerja pada masa sibuk dalam
aktivitas pertanian disawah, untuk keperluan itu dengan adat sopan santun yang
sudah tetap, seorang petani meminta penduduk di desanya untuk membantunya

dalam memanen hasil pertanian padi di sawahnya, sebagai imbalan bagi tenaga
petani tersebut, cukup disediakan makan siang setiap hari kepada teman-temanya
yang datang membantu, selama pekerjaan berlangsung (Koentjaraningrat,
1993:57).
Sama halnya dalam masyarakat Batak Toba. Kegiatan aron pada
masyarakat Batak Toba dikenal sebagai marsiadapari yang merupakan suatu
bentuk saling bantu dalam aktivitas pertanian, bentuk marsiadapari dalam
mayarakat Batak Toba antara lain : (1) mangimas yaitu membuka hutan atau
semak belukar yang dijadikan daearah perladangan atau persawahan, (2)
mangarambas yaitu membabat setelah pohon ditebangi, (3) mangombak yaitu
proses membalikkan lapisan tanah, sekaligus untuk menggemburkan tanah
tersebut, (4) manggadui yaitu proses penambalas tanah yang berlumpur
berkeliling pematang sawah (gadu-gadu), (5) mename yaitu penyemaian benih, (6)
manggaor yaitu meratakan tanah dan sekaligus menggemburkannya, (7) marsuan
yaitu menanam, (8) marbabo yaitu merawat tanaman berupa tumbuhnya tanaman
liar dan tahap terakhir adalah gotilan yaitu panen. Hasil setiap kerjaan atau
kegiatan tentu saja akan menghasilkan sesuatu berguna, hasil dari kegitan ini
terutama tertuju untuk kepentingan individu peserta yang pada gilirannya nanti
dapat dinikmati oleh seluruh anggota peserta karena dalam kegiatan marsiadapari
ini menyangkut ketenagakerjaan, maka hasil yang segera terwujud adalah bentuk
fisik dan non fisik. Bahwa dalam bentuk fisik dapat dilihat bahwa marsiadapari
dapat mempercepat selesainya suatu pekerjaan baik di sawah maupun di ladang.

Pertanian Karo dan bagaimana cara mengelola lahan pertanian merupakan
hasil dari suatu kebudayaan yang sudah diturunkan selama puluhan tahun atau
bahkan sampai ratusan tahun kepada generasi berikutnya yang berasal dari nenek
moyang suku Karo. Pertanian Karo merupakan salah satu identitas suku Karo
yang terkenal dari hasil pertaniannya yang sudah mampu menembus pasar daerah,
nasional dan bahkan sudah diekspor ke luar negeri. Pertanian Karo juga tidak akan
lepas dari istilah Aron, yang dalam terjemahan bahasa Indonesia secara luas, yakni
bekerja sama. Masyarakat akan saling bekerja sama untuk mengelola lahan
pertanian penduduk yang satu, dan begitu juga dengan penduduk yang dibantu
tadi akan membantu penduduk yang satu lagi. Biasanya aron akan dilakukan
ketika musim menanam, mengelola tanaman, dan musim panen (rani). Pertanian
Karo merupakan salah satu penyumbang hasil-hasil pertanian di daerah Sumatera
Utara, selain dari beberapa kabupaten yang berada dalam wilayah provinsi
Sumatera Utara.
Lahan pertanian yang terbentang luas di dataran tinggi karo menjadi salah
satu sumber pertanian unggulan di daerah Sumatera Utara. Tanah karo yang
berbatasan langsung dengan kabupaten Deli Serdang, kabupaten Simalungun,
Kabupaten Dairi dan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, yang di dalamnya ada
terdapat gunung sinabung, gunung sibayak dan perbukitan yang mengakibatkan
tanah di kabupaten Karo ini menjadi lahan subur dan sangat cocok untuk tanaman
muda dan beberapa jenis tanaman tua. Pertanian Karo juga sekaligus merupakan
identitas budaya Karo yang sesungguhnya. Kebudayaan Karo yang dimaksud
adalah hasil dari segala kegiatan masyarakat dalam budaya tersebut, membentuk

struktur dan sistem pertanian yang menggabungkan antara pemakaian alat
pertanian, teknik pemakaian, dan pelaksanaannya di lapangan. Pertanian sebagai
identitas budaya Karo dapat ditemukan dalam segala aktivitas masyarakat Karo di
setiap wilayah dataran tinggi Karo. Kebudayaan tersebut merupakan segala
aktivitas masyarakat yang memberikan cirri-ciri khusus mengenai kehidupan
masyarakat Karo yang dalam hubungannya adalah menyangkut pertanian, cara
mengelola lahan pertanian, ritual, peralatan yang digunakan hingga segala
kegiatan yang berhubungan langsung dengan kegiatan menanam dan memanen
hasil pertanian.
Tenaga kerja merupakan faktor produksi penting dalam usaha tani,
khususnya tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usaha tani
keluarga, tenaga kerja petani mmerupakan unsur penentu. Dalam usaha tani niaga
seperti yang telah banyak di negara-negara yang sudah maju, tenaga kerja
keluarga pada saat kritis menunjukan peranannya yang menentukan bagi usaha
tani keluarga (Thorir, 1991).
Pada masyarakat Sugihen istilah aron disebut dengan istilah aron
sisepuluh dua (aron dua belas) yang artinya bahwa dalam satu kelompok aron
tersebut mempunyai peserta sebanyak dua belas orang yang terdiri dari
delapan laki-laki dan empat perempuan. Dalam pembentukan aron tersebut
jumlah laki-laki lebih banyak dari pada jumlah perempuan karena melihat
kemampuan perempuan dalam mengerjakan aktivitas aron tersebut1.Aron yang
diketahui tidak dibayar dengan uang atau pertimbangan yang bersifat ekonomi
melainkan berupa tenaga, aron yang dibentuk adalah atas kesepakatan bersama

(arih-arih). Aktivitas aron

dimulai pada pagi hari yaitu pukul 8.00

WIB-

17.00WIB.
Didalam pola kerjanya terdapat keteraturan antara sesama peserta aron
dengan tujuan agar tetap terjaga hubungan yang baik. Pola kerj dilakukan
secara

bergiliran (mena-tumbuk)2, sesuai dengan kebutuhan di dalam

mengerjakan sawah maupun ladang peserta aron. Misalnya A akan menanam
padi, maka anggota aron yang sebelas lagi wajib datang ke ladang si A untuk
mengerjakan sawahnya. Demikianlah seterusnya sampai
Sektor pertanian di Tanah Karo sangat berkembang pesat, terutama buahbuahan dan sayur mayur. Hal ini menyebabkan tumbuhnya lapangan kerja baru
bagi para penduduk setempat maupun penduduk perantau. Disana kita dapat
menjumpai suatu kelompok pekerja (buruh) harian lepas yang sering disebut oleh
masyarakat Karo sebagai aron. Mereka bekerja dalam proses menanam,
menyiangi, dan memanen hasil-hasil pertanian dengan upah harian. Setiap hari
mereka berkumpul di suatu tempat yaitu simpang Laudah untuk menunggu para
petani yang memerlukan tenaga mereka. Pagi-pagi sekali mereka harus sudah
berangkat menuju tempat tersebut karena jarak dari tempat mereka tinggal cukup
jauh. Ketika mereka berangkat dari rumah, mereka belum tahu pekerjaan apa yang
akan mereka kerjakan pada hari tersebut tergantung dari kebutuhan petani yang
memerlukan mereka. Salah satu hal yang perlu diketahui adalah tidak selamanya
mereka mendapatkan pekerjaan. Hal ini disebabkan jumlah mereka yang begitu
banyak.

Sejak kapan buruh harian lepas (aron) ini mulai beroperasi tidak diketahui
secara pasti. Seorang penduduk setempat yang telah lama tinggal di daerah
tersebut sejak tahun 1989 yaitu Esra Bangun mengatakan tidak mengetahui secara
jelas sejak kapan aron ini ada di simpang Laudah tersebut, sebab ketika dia dan
keluarganya menetap disana buruh aron tersebut sudah ada disana. Sementara itu
seorang petani jeruk Gembira Ginting yang telah sering menggunakan jasa para
buruh harian lepas sejak tahun 1995. Begitu juga dengan informasi yang penulis
peroleh dari kelurahan Padang mas tidak ada data yang mengatakan sejak kapan
BHL (aron) tersebut mulai ada. Menurut Lurah Kelurahan Padang mas
mengatakan bahwa kehadiran para buruh aron seiring dengan sektor pertanian
yang berkembang pesat di Tanah Karo terutama buah-buahan dan sayur-sayuran.
Tidak bisa dibayangkan kalau tidak ada buruh aron maka sektor pertanian
di Tanah Karo akan mengalami kepincangan, sehingga peran serta mereka dalam
sektor pertanian di Tanah Karo sangat besar.
Aron yang bekerja ada yang masih lajang tetapi mayoritas dari mereka
telah berkeluarga. Ada suami saja yang bekerja sebagai aron sedangkan istrinya
mempunyai pekerjaan lain, atau sebaliknya si istri bekerja sebagai aron sedangkan
si suami mempunyai pekerjaan lain, bahkan ada juga yang sepasang suami istri
bekerja sebagai aron untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Para aron ini
bekerja dengan upah antara Rp35.000 – Rp50.000 sesuai dengan pekerjaan yang
mereka lakukan. Dalam seminggu para aron bekerja kira-kira 4-5 hari
dalam seminggu. Mereka bekerja setiap hari kecuali hari minggu yang
digunakan sebagai hari untuk beristirahat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pertanian karo dan bagaimana cara
mengolah lahan pertanian di daerah tanah karo tidak luput dari perkembangan
jaman, yakni perkembangan teknologi yang sudah membawa perubahan dalam
semua bidang kehidupan manusia, terutama dalam hubungannya terhadap
pengelolaan lahan–lahan pertanian masyarakat Karo. Cara pengelolaan itu telah
mengubah sistem pertanian masyarakat Karo, yang pada dahulu dilakukan dengan
cara tradisional, maka sekarang ini lahan pertanian sudah disentuh dengan
berbagai alat pertanian terbaru yang semuanya bertujuan untuk mencapai efisiensi
kerja dan mampu memberikan hasil maksimal lagi dari setiap lahan pertanian
yang dikelola. Pertanian Karo hadir sebagai salah satu usaha untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sekitanya, dan mampu menjadi sumber mata pencaharian
di tengah masyarakat Karo sekitarnya. Pertanian Karo juga sekaligus menjadi
spiritualitas baru dalam bertani, dan mampu mengungkapkan nilai-nilai budaya
yang ada.
Perkembangan jaman dan modernisasi dalam sektor pertanian juga telah
mengubah pandangan masyarakat, terutama masyarakat Karo yang berada di
daerah dataran tinggi Karo. Penggunaan peralatan pertanian yang terbaru dan juga
penggunan herbisida dan pestisida menjadi salah satu cara untuk memberi hasil
pertanian yang lebih besar lagi. Dengan penggunaan alat pertanian yang lebih
modern lagi, maka akan lebih meminimalisir tenaga manusia dalam mengelola
lahan pertanian, yang biasanya dilaksanakan secara tradisonal dan melibatkan
sejumlah penduduk dalam mengelola lahan pertanian tersebut. Penggunaan
pestisida dan herbisida di dalam lahan pertanian dimaksudkan untuk menjaga

tanaman dari serangan hama atau tumbuhan yang dapat mengganggu
perkembangan tanaman di lahan pertanian tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam suatu penelitaian yang berjudul “Perkembangan
Aron Pada Masyarakat Karo Di Desa Rumah Kabanjahe Kecamatan
Kabanjahe Kabupaten Karo”.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang massalah yang telah diuraikan, maka penulis
mengidentifikasikan beberapa maslah sebagai berikut :
1. Sejarah aron di Desa Rumah Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe Kabupaten
Karo.
2. Perkembangan aron di Desa Rumah Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe
Kabupaten Karo.
3. Persepsi masyarakat Karo terhadap perkembangan aron masa sekarang ini.

1.3. Pembatasan Masalah
Melihat begitu luasnya identifikasi masalah di atas, maka penulis mambatasi
masalah pada “Perkembangan Aron Pada Masyarakat Karo di Desa Rumah
Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo”.

1.4. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sejarah aron pada masyarakat Karo di Desa Rumah Kabanjahe
Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo?
2. Bagaimana perkembangan aron pada masyarakat Karo di Desa Rumah
Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo?
3. Perubahan apa saja yang terjadi pada aron yang dahulu dengan aron yang
sekarang?
4. Bagaimana persepsi masyarakat Karo Desa Rumah Kabanjahe Kecamatan
Kabanjahe Kabupaten Karo terhadap perkembangan aron sekarang ini?

1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah sejarah aron pada masyarakat Karo
di Desa Rumah Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo?
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana perkembangan aron pada masyarakat
Karo di Desa Rumah Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo?
3. Untuk menemukan dan mengetahui perubahan apa saja yang terjadi pada
aron yang dahulu dengan aron yang sekarang?
4. Untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat Karo Desa Rumah Kabanjahe
Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo terhadap perkembangan aron
sekarang ini?

1.6. Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian, adapun manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan bagi penulis,
akademis dan masyarakat lainnya.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya
yang tertarik dalam meneliti budaya Batak Karo.