Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Pendorong Perilaku Beresiko pada Pekerja Seks Komersial (PSK) : Studi Kasus Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon T1 462011026 BAB IV

(1)

1 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah

Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah berdiri sejak tahun 1983. Tanjung Desa Batu Merah adalah bagian dari Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Letak titik koordinat Desa Batu Merah berada pada 3041’6 LS dan 128011’10 BT. Salah satu bagian dari desa ini dikenal dengan nama Batu Merah Dalam, karena letaknya di lembah yang diapit oleh lereng Batu Merah (Utara), lereng Karang Panjang (Selatan), Asrama ABRI AD (Barat) dan Kampung Geser (Timur). Penduduk Desa Batu Merah mayoritas beragama Islam (90%). Sedangkan di Desa bagian Selatan Batu Merah dalam dan Tanjung Batu Merah (Desa Batu Merah bagian Utara) mayoritas masyarakat beragaman beragama Kristen Prostestan.

Tempat Lokalisasi Desa Batu Merah ditempati oleh Pekerja Seks Komersial (PSK) yang tercatat sampai tahun 2015 sebanyak 187-200 orang. Disekitar daerah lokalisasi tersebut, ada beberapa rumah warga yang tinggal dekat dengan tempat prostitusi. Para PSK tinggal di 46 kos dan terbagi dalam 3 kompleks besar yang masih ada dalam lokasi yang sama. Dalam satu kos terdapat 5-10 kamar yang digunakan sebagai tempat


(2)

2

tinggal sekaligus tempat melayani pelanggan. Sebelum melakukan pelayanan, terjadi transaksi antara pelanggan dan para PSK yang berlangsung di lorong–lorong tempat tinggal para PSK. Kegiatan ini dimulai di malam hari sekitar pukul 19.00 WIB. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara di siang hari agar tidak mengganggu aktivitas para PSK.

4.2. Karakteristik Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah PSK yang sedang aktif bekerja dan tinggal di Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon.Dari Tiga partisipan yang diteliti oleh peneliti, dua Partisipan yaitu Partisipan 1 (P1) Ny. E berusia 38 tahun dan Partisipan 2 (P2) Nn. I berusia 28 tahun berasal dari daerah yang sama yaitu jawa. Kedua partisipan ini menghabiskan tingkat pendidikannya pada bangku Sekolah Dasar (SD). Status perkawinan kedua partisipan berbeda Partisipan 1 (P1) bercerai dan Partisipan 2 (P2) belum menikah. Lama bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) pada Partisipan 1 (P1) 10 Tahun dan Partisipan 2 (P2) 8 Tahun. Sedangkan untuk Partisipan 3 (P3) Sdr. O berusia 26 tahun mengahabiskan masa pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) belum menikah dan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) selama 5 tahun.


(3)

3 4.3. Hasil Penelitian

4.3.1. Riset Partisipan 1 Ny. E (P1)

Gambar 1.1 Partisipan 1

Ny. E terlahir sebagai anak kedua dari dua orang bersaudara.Ny. E menikah di usia 18 tahun, dengan alasan telah mengandung 4 bulan. Hal ini yang mendorong Ny. E untuk mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Setelah menikah, Ny. E dibawa ke Sorong menikah, tempat suaminya bekerja. Pekerjaan Ny E. setelah menikah adalah mengurus anak dan suaminya. Beberapa waktu berselang, rumah tangga Ny. E mengalami masalah ekonomi, sehingga suami Ny. E memaksanya untuk mencari pekerjaan dengan tujuan membantu keuangan keluarga mereka. Namun keinginan suaminya ini tidak segera dilaksanakan oleh Ny. E. Hal ini dinilai sebagai ketidakpatuhan oleh suami Ny E yang kemudian menimbulkan


(4)

4

konflik didalam rumah tangga mereka. Ny E selalu dimarahi oleh suaminya karena permasalahan ini.

Ny. E menuturkan kepada peneliti bahwa, alasannya belum mencari pekerjaan karena anak–anak masih membutuhkan pendampingan Ny E, sedangkan mereka tidak mampu untuk menggaji seorang pegasuh anak. Oleh karena itu, Ny. E lebih memilih untuk tinggal di rumah dan mengurus anak. Suami Ny. E tidak setuju dengan alasan yang disampaikan. Bagi suami Ny. E, itu hanya alasan Ny. E untuk tidak bekerja. Masalah ini menjadi alasan bagi suaminya untuk mencari wanita lain.

Setelah kejadian itu, suami Ny. E jarang pulang ke rumah.Ny. E tidak lagi mendapatkan nafkah seperti bulan-bulan sebelumnya. Dengan rasa cemas Ny.E secara diam-diam mencari tahu alasan mengapa suaminya jarang pulang ke rumah. Dari informasi yang didapatkan dari teman-teman kerja suaminya bahwa, suami Ny. E sering dijumpai bersama dengan wanita lain. Sejak saat itu, Ny. E hanya memendam rasa kecurigaan terhadap perilaku suaminya. Hal ini berlangsung setiap hari saat suaminya pulang ke rumah. Namun, pada suatu saat Ny. E tidak lagi mampu menahan rasa kesal dan sakit hari dengan sikap suaminya yang jarang pulang ke rumah dan tidak memperhatikan keluarganya. Dengan tidak sabar Ny. E mengatakan kepada suaminya “Saya tahu sekarang kamu punya


(5)

5

wanita lain dan tidak seperti biasanya kamu jarang pulang rumah”. Suami Ny. E tidak hanya diam dan mendengarkan apa yang dikatakann Ny. E melainkan suaminya membalas dengan mengatakan bahwa bukan hanya berselingkuh saja tetapi sayasudah menikahi wanita lain dan sekarang saya ingin untuk kita bercerai saja. Lagi pula apa yang bisa kamu lakukan untuk menghidupi kedua anakmu.

Mendengarkan apa yang dikatakan suaminya Ny. E sangat sedih dan tidak percaya dengan kenyataan ini. Tetapi Ny. E berusaha menegaskan kembali pernyataan suaminya. Hal ini dibalas dengan permintaan cerai dari Suami Ny. E dan menyerahkan hak pengasuh anak-anak kepada Ny. E Hal ini membuat Ny. E terpukul dan mengalami kekecewaan yang mendalam. Sejak kejadian itu, suami Ny E. tidak pernah pulang ke rumah.

Ny. E memilih untuk kembali ke kampung halaman orangtuanya bersama kedua anak. Kehidupan sehari-hari dari Ny. E di kampung hanya membantu kedua orangtuanya mengurus sawah setiap harinya.Setiap kali bekerja, Ny E. selalu mendapat cibiran dan tekanan dari para tetangga, karena menganggap orang yang merantau seharusnya telah menjadi sukses dan memperoleh harta yang berlimpah. Awalnya, sindiran ini tidak dipedulikan oleh Ny. E, namun diam-diam timbul rasa


(6)

6

malu dan bersalah kepada kedua orangtuanya karena Ny. E merasa belum mampu membahagiakan kedua orangtua.

Ocehan para tetangga menjadi motivasi bagi Ny. E untuk mencari pekerjaan lain untuk mendapatkan uang demi memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan dirinya, anak-anak maupun kedua orangtuanya. Suatu ketika, Ny. E mendapatkan tawaran dari temannya untuk bekerja di Ambon sebagai pelayan kafe. Temannya ini menjelaskan bahwa dengan pekerjaan seperti itu, Ny. E akan mendapatkan banyak uang dengan mudah. Teman Ny. E ini mengatakan hal tersebut untuk mengajak Ny. E sekaligus membantu mencari pekerjaan yang menurutnya mudah untuk mendapatkan uang dengan cepat. Tidak ada alasan lain untuk menolak tawaran ini karena Ny. E sangat membutuhkan pekerjaan dan uang demi memenuhi segala kebutuhan kehidupannya. Dengan bermodalkan kepercayaan kepada temannya, yang dibuktikan dengan gaya hidup yang mewah yang ditunjukan temannya ini, maka Ny. E lalu mengambil tawaran pekerjaan sebagai pelayan kafe.

Kenyataan tak seindah mimpi, pekerjaan yang akan dijalaninya ini bukan hanya sebagai pelayan kafe saja namun akan melayani setiap pelanggan laki-laki yang datang jika ingin melakukan hubungan seksual. Pertama kali bekerja Ny. E bingung dan terkejut saat melihat temannya melayani pelanggan


(7)

7

dan langsung masuk ke kamar untuk melakukan hubungan seksual layaknya profesi pekerja seks komersial (PSK). Awalnya Ny. E ragu untuk melakukan hal yang sama. Namun, besarnya pendapatan setelah melakukan pekerjaan ini, maka Ny E terbiasa untuk melakukan profesi barunya sebagai PSK.

Pengetahuan Ny. E tentang HIV/AIDS terkait definisi, penyebab, cara penularan, tanda dan gejala dan cara pencegahan masih kurang. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan partispan Ny.E, bahwa:

”HIV/AIDS itu penyakit menular mba diakibatkan dari virus HIV yang lama-kelamaan bisa menjadi AIDS. Penyebabnya karena tidak menggunakan kondom saat berhubungan, menularnya itu melalui darah, sperma, cairan vagina, air susu dan penggunaan jarum suntik yang dipakai berganti-ganti. Pencegahannya jangan sampai terkenal darah dan sperma dari pelanggannya “P1W1 31”.

4.3.1.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko HIV/AIDS a. Faktor Biologis

Menurut Ny. E kebutuhan seks harus dipenuhinya setiap hari. Kebutuhan seks dipenuhinya dengan melayani para pelanggan yang datang setiap


(8)

8

malam. Biasanya dalam semalam Ny. E melayani pelanggan 2-3 orang. Kegiatan ini dianggap sebagai rutinitas yang dapat menghasilkan uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ny.E, sebagai berikut:

“Kalau menurut saya kebutuhan seks itu sangat penting dan harus dipenuhi setiap hari “P1W2 55”. “Sekarang pelanggannya sudah berkurangpaling tinggi 2-3 orang dalam semalam yang datang”P1W2 34”.

b. Faktor Psikologis

Rasa kekecewaan yang mendalam terhadap sikap suaminya membuat Ny. E mengambil keputusan untuk pulang kepada kedua orang tuanya dengan membawah kedua anaknya. Dengan rasa sakit hati Ny. E juga berjanji untuk berusaha menghidupi kedua anaknya dan membuktikan kepada suaminya bahwa Ny. E mampu menghidupkan kedua anaknya tanpa mengemis sepeser uang pun dari suaminya. Hal ini yang melatarbelakangi sehingga Ny. E menerima pekerjaan dari temannya menjadi seorang Pekerja


(9)

9

Seks Komersial (PSK). Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ny.E, bahwa:

“Sejujurnya saya kecewa dan sakit hati karena suami saya berbuat seperti itu. Saya sangat marah karena dia tahu benar akan kondisi yang menghambat sampai saya tidak bisa bekerja “P1W1 24”.

“Aduh mba, gimana ya semua perempuan pasti akan merasakan hal yg sama seperti apa yang saya rasakan. Suami saya menikah sebelum kami berpisah. Hal itu yang membuat saya tidak menerima bahkan sepertinya dia tidak menghargai saya. Karena dipikirnya selama ini saya hanya mengharapkannya untuk mencari uang “P1W1 25”. “Semua urusan terkait anak suami saya sudah lepas tangan dan saya sendiri yang harus mengurusnya “P1W1 27”.

c. Faktor Ekonomi

Status ekonomi rendah dapat mempengaruhi seseorang berperilaku. Hal ini terjadi pada Ny. E, untuk bertahan hidup demi mendapatkan apa yang


(10)

10

harusmempertahankan profesinya sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan berperilaku beresiko. Melakukan hubungan seks dengan para pelanggan sudah menjadi kebiasaan dari Ny. E untuk menghasilkan uang. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ny.E, bahwa:

“Kalau pelanggannya baik saya dapat banyak mba.Biasanya 500-700 ribu satu malam “P1W2 70”. “Bagi saya pekerjaan ini lebih mudah untuk mendapatkan uang “P1W2 69”.

“Kalau tidak ada pelanggan saya merasa sedikit sulit mba, kan saya juga membutuhkan uang untuk dikirim buat anak sekolah “P1W2 6”.

d. Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan tempat tinggal Ny. E memberikan penilaian negatif terhadap keputusan yang diambil oleh Ny. E untuk kembali kepada kedua orang tuanya dan membantu mengelolah sawah. Keadaan lingkungan tempat tinggal seseorang menjadi sangat penting terkait nyaman atau tidaknya seseorang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi pada Ny.E, masyarakat disekitar tempat tinggal Ny. E


(11)

11

menganggap bahwa seharusnya Ny. E itu pulang ke kampung membawah harta yang melimpah karena sudah lama pergi dan merantau bukan kembali kepada orang tuanya dan menyusahkan mereka. Kondisi ini berpengaruh terhadap keputusan yang diambil oleh Ny. E untuk berusaha mencari pekerjaan lain dan mampu menunjukan kepada lingkungan tempat tinggalnya bahwa Ny. E mampu memberikan yang terbaik kepada kedua orang tuanya. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ny.E, bahwa:

“Lingkungan saya itu orangnya suka memperhatikan orang lain. Kalau ada apa-apa yang aneh pasti diceritakan ke tetangga. Waktu saya diketahui cerai sama suami dan pulang ke kampung para tetangga suka sibuk sendiri tanya-tanya kenapa harus pulang ke kampung. Lebih sakitnya lagi mereka bilang ke saya kok balik kampung dan kerjanya garap sawahP1W2 62”.

“Saya sangat marah mba saat di kata-katain oleh mereka tapi saya diamkan saja “P1W2 63”.

4.3.1.2. Perilaku Beresiko Tertular HIV/AIDS a. Perilaku Seksual Berganti-Ganti Pasangan


(12)

12

Hasil wawancara dengan Ny. E bahwa, dalam sehari Ny. E mendapatkan 2-3 pelanggan bahkan itupun ada yang lebih. Banyaknya pelanggan yang datang sama sekali Ny. E tidak mengetahui kondisi kesehatan dari pelanggannya seperti riwayat penyakit menular yang pernah dialami. Kegiatan berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksualterus dilakukan setiap hari. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ny.E, bahwa:

“Dulu di sini rame sekali mba bisa sampe 10 orang lebih dalam semalam, ya kalau sekarang pelanggannya sudah berkurang mba paling tinggi 2-3 orang yang datang dalam semalam“P1W1 15”.

b. Perilaku seksual melalui vaginal, anus dan seks oral Dalam melakukan hubungan seksual dengan para pelanggan kebiasan yang dilakukan oleh Ny. E yaitu melakukan hubungan seksual melalui lubang anus dan vagina. Kebiasaan ini tidak menentu berapa lama berhubungan dan berapa kali dalam semalam melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat dipertegas dengan pernyataan Ny.E, bahwa:


(13)

13

Biasanya kamiduduk berdekatan dulu,

ciuman,pegang-pegangan setelah itu masuk kamar dan kami melakukan hubungan seksual selayaknya suami dan istri “P1W1 46”.

“Gaya yang dipakai teragantung pelanggan yang meminta. Sering diminta lewat lubang anus dan vagina “P1W1 47”.

4.4.1. Riset Partisipan 2 Nn.I (P2)

Gambar 1.2 Partisipan 2

Nn.I berusia 28 tahun adalah anak kedua yang lahir dan dibesarkan dari latar belakang keluarga yang status ekonominya rendah. Nn. I lahir dan dibesarkan oleh saudara perempuan dari ibu kadung partisipan yang telah dianggap oleh Nn. I sebagai ibu kandungnya. Sebelum Nn. I lahir, kedua orang tuanya telah berpisah karena hubungan yang tidak direstui oleh keluarga. Nn.I


(14)

14

mengatakan kepada peneliti bahwa sepertinya saya adalah korban atas kesalahan dari kedua orangtua saya. Sampai-sampai saya harus berhenti bersekolah dan membantu ibu untuk mencari uang. Namun bagi Nn. I itutelah menjadi hal biasa untuk dijalaninya.

Dengan latar belakang kehidupan yang status ekonominya rendah menuntut Nn. I harus mencari pekerjaan demi bertahan hidup. Saat diwawancara Nn. I mengatakan bahwa menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) bukanlah suatu keinginan ataupun cita-cita yang diharapkannya. Baginya terjerumus dalam dunia prostitusi bukanlah suatu kesalahan terbesar yang harus dihadapi. Baginya ini adalah sebuah pilihan untuk seseorang mendapatkan apa yang diinginkan. Semua usaha yang telah dilakukan Nn. I untuk mendapatkan pekerjaan yang baik tidak pernah berhasil. Sebelum mengenal akan dunia prostitusi ini Nn. I sudah berusaha mencari pekerjaan lain seperti mendaftarkan diri di beberapa perusahan dan kantor namun yang didapatkannya ialah kegagalan. Ketika kegagalan itu terus dirasakannya, Nn. I mulai berkecil hati dan merasa bahwa memang tidak selayaknya ia mendapatkan pekerjaan seperti yang telah ia inginkan. Karena pekerjaan tersebut membutuhkan status pendidikan yang lebih tinggi sedangkan status pendidikan yang dimiliki oleh Nn. I tidaklah sama.


(15)

15

Nn.I ditinggalkan oleh ibu kandungnya saat berusia 5 bulan kejadian ini diceritakan oleh ibu angkatnya. Semenjak saat itu Nn.I diurus dan dibesarkan oleh ibu angkatnya. Kehidupan ibu angkat dari Nn. I sangat sederhana. Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari saja sangat sulit. Ibu angkatnya harus menjual jasa untuk mendapatkan uang membeli bahan-bahan makanan maupun kebutuhan sehari-hari. Hal ini yang membuat Nn. I tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia hanya bersekolah sampai pada usia 9 tahun. Setelah berhenti dari sekolah Nn.I hanya membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah.

Waktu terus berjalan tanpa disadari Nn.I tumbuh menjadi seorang anak yang dewasa. Tanpa di sengaja sang ibu mengatakan kepada Nn. I bahwa saat ini kehidupan dan kebutuhanmu tidak lagi sepenuhnya bergantung dari ibu. Sudah cukup ibu membesarkanmu dan saat ini ibu merasa bahwa tanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkanmu telah selesai. Sekarang saatnya kamu harus bisa hidup mandiri mencari pekerjaan yang layak dan sepantasnya dapat menolong masa depan kamu. Dengan kata-kata seperti itu yang keluar dari mulut sang ibu membuat Nn. I sadar dan harus mampu hidup mandiri memenuhi segala kebutuhannya. Dengan niat yang baik Nn.I berkeinginan mencari pekerjaan namun usahanya selalu gagal.Semangatnya mulai hilang segala usaha yang


(16)

16

dilakukannya dianggap sia-sia. Kegagalan yang dialami Nn. I membuatnya berpikir dengan mencari cara lain yang menurutnya mudah untuk mendapatkan uang. Akhirnya Nn. I mulai mencari-cari informasi tentang dunia pelacuran dari beberapa temannya yang sudah berpengalaman.

Setelah semua informasi didapatkannya, Nn. I kemudian diajak oleh temannya ke salah satu tempat yang sering dikunjungi oleh para lelaki yang sering mencari perempuanuntuk melakukan hubungan seksual. Awalnya Nn. I hanya ingin mencoba-coba, setiap kali Nn. I mendapatkan pelanggan ia selalu mendapatkan uang, hal ini membuat Nn. I merasa keenakan karena baginya sudah sangat mudah untuk mendapatkan uang.Menurutnya berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) sangatlah mudah, hanya membutuhkan kecantikan dan keberanian untuk membawa diri dalam pekerjaan yang dijalani.

Nn.I sudah menjalani profesi ini selama 7 tahun di Kota Surabaya dan mendapatkan sebuah tawaran dari salah satu pelanggannya untuk melanjutkan pekerjaannya di Ambon.Nn. I menyetujui akan kemauan dari pelanggannya dengan tujuan Nn. I bisa mendapatkan uang yang lebih banyak lagi.Sampai saat ini hubungan Nn. I dengan pelanggannya masih terjalin baik dan


(17)

17

sudah setahun Nn. I beradadi Ambon bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK).

Pengetahuan Nn. I tentang HIV/AIDS terkait definisi, penyebab, cara penularan, tanda dan gejala dan cara pencegahan masih kurang. Saat ditanya Nn. I hanya menjawab proses penularan HIV/AIDS saja. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. I, bahwa:

“Yang saya tahu HIV/AIDS itu menular dan menularnya melalui darah dan sperma “P2W1 33”.

4.4.1.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko HIV/AIDS

a. Faktor Biologis

Kebutuhan seks telah menjadi faktor utama untuk mencapai suatu tujuan terkait dengan hasil yang ditemukan dari Nn.I yang mengatakan bahwa, kebutuhan seks merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Melakukan hubungan seks dapat menghasilkan uang dari hasil melayani para pelanggan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. I, bahwa:

“Kalau saya seks merupakan kebutuhan yang sangat penting dan harus dipenuhi setiap hari “P2W2 57”. “Sudah kebiasaan melayani pelanggan dengan


(18)

18

melakukan hubungan seks untuk mendpatkan uang “P2W2 58”.

“Rasanya tidak enak kalau pelanggan tidak ada. Saya butuhkan uang setiap hari untuk makan.Kalau ngga ada pelanggan ya susah “P2W2 60”.

b. Faktor Psikologis

Setiap orang mempunyai latar belakang masalah yang berbeda-beda seperti halnya dengan Nn. I dengan keterbatasan pendidikan yang dimilikinya membuat Nn. I merasa bahwa kegagalan yang di alaminya disebabkan karena pendidikannya yang rendah. Hal ini dianggap oleh Nn. I sebagai kesalahan dari kedua orang tuanya yang menterlantarkannya. Sehingga Nn. I harus merasakan pahitnya hidup dengan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Hal ini membuat Nn. I sangat kecewa dan sedih. Ditambah lagi dengan sang ibu yang mengharuskannya untuk hidup mandiri hal ini yang membuatnya harus tetap mempertahankan pekerjaannya sebagai Pekerja Seks Komersial(PSK). Dapat didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. I, bahwa:


(19)

19

“Memilih bekerja seperti ini karena saya tidak diterima bekerja “P2W2 17”.

“Hampir 7 bulan lebih saya berusaha mencari pekerjaan tapi sama saja yang saya usahakan selalu gagal “P2W2 18”.

“Yang saya rasakan sakit hati, putus asa bahkan sedih. Saya sempat merasa kecewa, apa mungkin saya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang baik sehingga pekerjaan pun sulit saya dapatkan “P2W2 19”.“Karena selalu gagal saya teraksa menjual diri “P2W2 21”.

c. Faktor Ekonomi

Terlihat jelas Nn. I mengatakan bahwa, alasan Nn. I bekerja sebagai PSK hanya karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. I, bahwa:

“Pertama saya kesulitan mendapatkan uang dan berusaha mencari pekerjaan yang baik tapi yang saya dapatkan adalah kegagalan “P2W1 27”.

“Ibu angkat saya merasa tanggung jawabnya dia ke saya sudah selesai. Sehingga ibu mengatakan pada saya bahwa saatnya kamu harus hidup mandiri dan


(20)

20

berusaha mencari pekerjaan yang dapat menolong masa depanmu. Saat saya mendengarkan hal itu saya kemudian berusaha mencari uang dengan sendirinya “P2W1 29”.

d. Faktor Lingkungan Sosial

Melihat faktor lingkungan sosial sebagai pengaruh terhadap perilaku maupun sikap dari Nn.I, yang dimana Nn.I tinggal dan hidup dalam lingkungan yang berbeda yaitu di daerah perkotaan. Perilaku seseorang dapat saja berubah dengan cepat jika lingkungan tersebut memberikan dampak yang mendukungnya berperilaku. Dimana Nn. I mulai terpengaruh dengan informasi yang didapatkannya mengenai pelacuran dan mulai mencoba memberanikan dirinya masuk dalam kegiatan prostitusi. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. I, bahwa:

“Dapat informasi dari teman saya. Lalu saya diajak ke satu tempatdimana tempat itu sering dikunjungi om-om nakal yang seringnya berhubungan seksual dengan kami“P2W1 22”.


(21)

21

4.4.1.2. Perilaku Beresiko Tertular HIV/AIDS a. Perilaku seksual berganti-ganti pasangan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Nn. I bahwa, dalam semalam Nn.I dapat melayani pelanggan 5 orang bahkan lebih. Kegiatan akan melakukan hubungan seksual tidak menentu kapan waktunya dan berapa lama melakukan hubungan seksual. Setiap harinya kegiatan seperti ini terus dilakukan. Nn. I sama sekali tidak menyadari akan bahaya dan resiko dari perilaku yang dilakukan. Hal

ini dipertegas dengan pernyataan Nn. I, bahwa: “5 orang tapi terkadang lebih “P2W1 36”. “Paling

tinggi satu jam tergantung juga kalau pelanggannya minta pake berhari-hari ya saya terima aja mba “P2W1 49”.

b. Perilaku seksual melalui vaginal, anus dan seks oral Perilaku Nn. I terkait dengan perilaku beresiko, dalam melakukan hubungan seksual dengan cara yang seringnya dilakukan yaitu melakukan hubungan seks anal, oral maupun melalui vaginal. Nn. I tidak hanya langsung berhubungan seksual namun melakukan beberapa cara untuk memancing


(22)

22

pelanggannya seperti berciuman dan pegang-pegangan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. I, bahwa:

“Seperti biasanya pasangan suami istri melakukan hubungan seks. Seringnya sebelum mulai kami ciuman dulu, pegang-pegangan setelah itu barulah kami melakukan hubungan seksual. “P2W1 47”. “Paling sering lewat lubang anus dan vagina terkadang ada pelanggan yang maunya seks oral itupun jarang saya dapatkan “P2W1 48”.


(23)

23

Gambar 1.3 Partisipan 3

Nn. O berusia 26 tahun, anak kedua dari tiga orang bersaudara dan berasal dari daerah sulawesi. Nn. O terjerumus dan masuk dalam dunia prostitusi semenjak berada pada bangku SMA.Hal ini disebabkan karena kedua orang tua dari Nn. O ingin bercerai, namun Nn. O ini belum siap untuk menerima keputusan dari kedua orang tuanya.Masalah perceraian kedua orang tua dari Nn. O secara langsung dibicarakan kepada anak-anaknya.Dari kejadian tersebut membuat Nn. O sangat tertekan, sehingga Nn. O ini mulai bersikap tidak wajar dengan melampiaskan segala kemarahannya ke beberapa hal seperti, mabuk-mabukan dan pergaulan bebas. Ayah dan ibu dari Nn. O tidak peduli akan nasib anaknya seperti apa, dilihat dari cara Nn. O berperilaku yang seringnya sesuka hati pulang ke rumah.

Nn. O sudah tidak lagi menghargai kedua orang tuanya akibat rasa kecewa yang dirasakannya sehingga dibuatnya hal seperti itu. Nn. O mengambil satu keputusan untuk tidak tinggal di rumah, keputusan ini disetujui saja oleh kedua orang tuanya.Nn. O lebih memilih tinggal bersama teman-temannya di kos-kosan dengan alasan agar Nn. O bisa terhibur dan tidak membuatnya begitu tertekan. Soal keuangan masih diperhatikan oleh kedua orang tuanya sebelum bercerai, setelah bercerai Nn.


(24)

24

O tidak lagi mendapatkan uang dari kedua orang tuanya. Kehidupan keluarga dari Nn. O mulai hancur, sehingga masing-masing dari mereka mengatur akan kehidupannya sendiri.

Dua saudara dari Nn. O ini memilih untuk tidak mengikuti kedua orang tuanya.Semenjak kejadian itu Nn. O mulai membiasakan hidup mandiri dengan mencari uang sendiri untuk memenuhi segala kebutuhannya.Kaka pertama dari Nn. O ini sudah menikah dan tinggal bersama istri dan anaknya, sedangkan adiknya yang bungsu masih berada pada bangku kuliah.Nn. O sangat menyayangi adik bungsunya sehingga uang yang didapatkan dari hasil kerjanya sering disisipkan untuk biaya perkuliahan adiknya. Harapanya, adiknya dapat memiliki masa depan yang lebih baik darinya. Namun, semua harapannya tidak sesuai dengan kenyataan yang diterima. Karena adiknya telah mengandung sehingga menghambat proses perkuliahannya. Hal ini juga membuat Nn. O merasa kecewa karena adiknya telah berbuat hal seperti itu.

Saat kejadian itu terjadi Nn. O sudah tidak lagi peduli akan kehidupan adiknya, karena baginya selama ini Nn. O sudah mencoba membantu memberikan yang terbaik.Semenjak kejadian itu Nn. O mulai hidup sendiri, komunikasi dengan adiknya semakin berkurang. Nn. O semakin merasa tertekan dengan segala masalah dan keadaan yang dialaminya, sehingga


(25)

25

membuat Nn. O berpikir bahwa tidak ada jalan keluar lain selain mempertahankan pekerjaannya menjadi seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) demi untuk mendapatkan uang memenuhi segala kebutuhannya. Awalnya kejadian ini sampai Nn. O menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) dikarenakan Nn. O merasa tertekan dengan perceraian dari kedua orang tuanya, dan menurutnya menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah pelampiasannya, namun seiring berjalannya waktu kondisi Nn. O mulai berubah, Nn. O harus mampu mencari uang demi melangsungkan hidupnya sendiri. Baginya menjadi seorang pelacur bukanlah satu kemauan melainkan pelampiasan akibat stress dan emosi yang tidak dapat dikontrol.Kegiatannya sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) mulai tidak terkontrol, dimana Nn. O mulai melayani banyak pelanggan yang datang, berbeda dengan sebelumnya saat Nn. O masih bersekolah, pelanggan yang datang tidak sebanyak seperti sekarang, baginya dulu menjadi PSK hanya untuk menghilangkan stress saja, sampai saat ini dalam semalam Nn. O mampu mengumpulkan uang 700 ribu sampai 1 juta rupiah setiap malamnya.

Kegiatan menjual diri dilakukannya dimana saja, seringnya Nn. O mendapatkan tawaran dari orang-orang terdekatnya yang sudah mengetahui akan pekerjaannya. Sebagian dari mereka berprofesi sebagai pekerja kantoran


(26)

26

maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mereka memakainya jika ada pekerjaan di luar kota. Nn. O sering diajak ikut di tempat mereka bertugas.Sampai saat ini Nn. O masih melakukannya setelah selesai dipakai Nn. O tetap balik lagi ke Ambon untuk melanjutkan pekerjaanya sebagai Pekerja Seks Komersial.

Pengetahuan Nn. O tentang HIV/AIDS terkait definisi, penyebab, cara penularan, tanda dan gejala dan cara pencegahan masih sangat kurang partisipan hanya menyebutkan definisi dan ciri-ciri orang yang terkenal HIV/AIDS. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O, bahwa:

“HIV/AIDS itu penyakit menular mba. Tertularnya melalui darah dan sperma. Pencegahannya yaitu, jauhi kontak dengan darah dan sperma yamg sudah terinfeksi hiv/aids. Biasanya mereka yang sudah kenal hiv/aids itu pada kurus “P3W1 28”.

4.5.1.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko HIV/AIDS

a. Faktor Biologis

Nn. O memiliki jawaban yang relatif sama dengan partisipan satu dan dua yaitu Nn. O juga mengutamakan kebutuhan seks setiap hari karena menurutnya dengan melayani para pelanggan yang datang dapat menghasilkan uang dan uang tersebut


(27)

27

dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O, bahwa:

“Saya sangat mengutamakan kebutuhan seks dan buat saya itu sangat penting dan harus dipenuhi setiap hari“P3W2 53”.

“Kalau tidak ada pelanggan raasanya tidak enak mba karena saya membutuhkan uang untuk makan dan pakai “P3W3 55”.

b. Faktor Psikologis

Nn. O merasa tertekan dengan kehidupan keluargannya dimana kedua orangtua dari Nn. O telah bercerai semanjak Nn. O berada di bangku SMA. Keputusan kedua orang tuanya belum diterima oleh Nn. O secara langsung, sehingga Nn. O berperilaku yang tidak sewajarnya dengan melakukan pergaulan bebas seperti, mabuk-mabukan dan bahkan menjual dirinya, sebagai akibat dari pelampiasan atas masalah yang dihadapi oleh Nn. O. Kedua orang tua Nn. O juga sama sekali tidak mengambil peran untuk menjaga atau mendidik anak-anaknya. Sehingga dengan kejadian tersebut


(28)

28

memberikan dampak bagi Nn. O dalam mengambil keputusan maupun berperilaku sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O, bahwa:

“Iya, jadi kami semua dikumpulkan dan orang tua saya langsung mengatakan bahwa papa dan mama akan bercerai “P3W2 8”.

“Semenjak kejadian itu saya sangat marah dan membenci kedua orang tua saya “P3W1 9”.

“Kami sering mabuk-mabukan dan sering mencoba main sama om-om “P3W1 10”.

“Tidak pernah dicari, saya yang memutuskan untuk keluar dari rumah dan mereka diam saja. Buktinya mereka tidak pernah menyuruh atau memaksakn saya pulang “P3W1 12”.

“Biar dapat hiburan, di rumah stress malah biking emosi lihat mama dan papa “P3W1 13”.

c. Faktor Ekonomi

Terkait dengan permasalah yang dihadapi oleh Nn. O setelah perceraian kedua orang tuanya yang awalnya menjadi Pekerja Seks Komersial adalah salah satu pelampiasan atas kemarahannya,


(29)

29

kini pekerjaan tersebut menjadi kebutuhan utama untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan karena kedua orang tuanya tidak pernah memeberikan uang kepada Nn. O setelah perceraian itu terjadi. Sehingga Nn. O harus bisa hidup mandiri mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan partispan Nn. O, bahwa:

“Kalau butuh uang pulang minta sama ibu tapi saat bercerai saya tidak lagi mendapatkan uang sepeser pun dari mereka “P3W1 10”.

“Karena susah uang buat penuhi kebutuhan setiap hari, makanya saya jual diri sama om-om “P3W1 21”.

d. Faktor Lingkungan Sosial

Nn. O mengenal pekerjaan sebagai PSK sejak berada pada bangku SMA yang dilakukan bersama dengan teman-temannya. Keadaan Nn. O sedemikian terjadi karena kondisi keluarga Nn. O sedang dalam masalah, sehingga berdampak pada keputusan dan cara berperilaku dari Nn. O. Hal ini


(30)

30

didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O, bahwa:

“Saya menjadi PSK bukan karena keinginan saya. Sebenarnya kejadian ini terjadi karena kedua oarng tua saya memutuskan untuk bercerai “P3W1 7”. Saya jarang pulang rumah, main di kos teman berhari-hari “P3W1 10”.

“Diajak teman saya, kami sering sama-sama main dengan om-om di hotel atau kos-kosan. Biasanya teman saya yang menawarkan ke om-om kalau mereka mau bisa dijemput dan kalau pulang bisa diantar lagi ke kos“P3W1 14”.

4.5.1.2. Perilaku beresiko tertular HIV/AIDS a. Perilaku seksual berganti-ganti pasangan

Nn. O seringnya melakukan hubungan seksual dengan banyak pelanggan. Dalam semalam Nn. O dapat melakukan hubungan seksual dengan 3 pelanggan bahkan lebih. Nn. O tidak lagi memikiran bahaya dan resiko yang akan terjadi kedepannya. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O, bahwa:

“Iasaya tahu resiko dari kebiasaan saya ini“P3W1 28”. “Paling banyak 3 orang dalam semalam “P3W2 32”.


(31)

31

b. Perilaku seksual melalui Vagianal, Anus dan Seks oral

Perilaku seksual yang sering dilakukan oleh Nn. O, yaitu melakukan hubungan seks melalui melalui anus, vaginal, maupun oral seks semua kegiatan seksual ini dilakukan dan dipenuhi sesuai kemauan pelanggan. Seperti halnya juga Nn. O tidak langsung melakukan hubungan seksual saat mendapatkan pelanggan melainkan memberikan rangsangan berupa sentuhan ataupun ciuman. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O, bahwa:

“Biasanya kami basa-basi dulu, cerita sambil pegang-pegangan, ciuman, setelah itu barulah kami melakukan hubungan seksual. “P3W2 44”.

“Kalau melakukan hubungan seks seringnya melalu lubang vagina, anus maupun oral seks “P3W2 45”.

4.6 Pembahasan

4.6.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko HIV/AIDS dan Perilaku Beresiko Tertular HIV/AIDS

Kajian terhadap ketiga partisipan PSK di Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon,


(32)

32

dapatmenunjukan bahwa terdapat empat faktor pendorong yang melatarbelakangi partisipan berperilaku beresiko diantaranya faktor biologis, faktor psikologis, faktor lingkungan sosial dan faktor ekonomi. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Koentjoro (2004) yang mengatakan bahwa, secara umum terdapat lima alasan yang paling mempengaruhi dalam menuntun seorang perempuan menjadi seorang Pekerja Seks Komersial(PSK) diantaranya adalah kebutuhan hidup, cara meniru, dukungan orangtua, lingkungan tempat tinggal, dan faktor ekonomi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil oleh partisipanuntuk menjalani profesinya sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) guna mempertahankan hidup dan memenuhi segala kebutuhan. Keputusan yang diambil dianggap dapat menyelesaikan setiap masalah yang dialami oleh partisipan sehingga sampai saat ini ketiga partisipanmasih menjalani profesinya sebagai Pekerja Seks Komersial.

Empat faktor pendorong yang menjadi alasan para Pekerja Seks Komersial (PSK) berperilaku beresiko diantaranya,


(33)

33

Keadaan biologis yang bersifat alami dan dimilki setiap individu sejak dilahirkan sangat berkaitan erat dengan proses kelangsungan hidup yang bersifat biologis misalnya makan, minum, pakai dan pemenuhan kebutuhan seksual.Hal ini sejalan dengan teori dari Abu Ahmadi (1999) bahwa, berperilaku yang menimbulkan resiko diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan dalam diri seseorang sehingga hal ini menimbulkan kebutuhan untuk segera dipenuhi. Kebutuhan dipandang sebagai kekurangan adanya sesuatu sehingga menuntut setiap orang untuk berperilaku agar terjadi keseimbangan.

Ketiga partisipan ini mengakui bahwa kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setiap hari. Melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasang adalah kewajiban dari ketiga partisipan demi memenuhi kebutuhan mereka. Berdasarkan pada pemahaman ini pun, maka ketiga partispan menjadikan hal ini sebagai salah satu peluang untuk mendapatkan uang dengan menjual jasa pelayanan seksual melalui profesi sebagai PSK.


(34)

34

Masalah yang dihadapi oleh ketiga partisipan ini sangat mempengaruhi keadaan psikologi dari masing-masing partisipan baik mekanisme koping maupun keputusan yang diambil. Keadaan yang tidak stabil ini memicu seseorang untuk berpikir dan mencari jalan keluarguna menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Seperti halnya dengan kejadian-kejadian yang dirasakan ketiga partisipan ini yaitu, kekecewaan perceraian, status ekonomi keluarga yang kurang serta pengalaman sebagai anak broken home. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Hawari (2001) bahwa masalah yang terjadi dapat menimbulkan stres terhadap psikologi seseorang (tekanan mental atau beban hidup).

Keadaan sosio kultural dalam kaitannya dengan faktor yang mempengaruhi stres timbul dari adanya pengalaman-pengalaman hidup yang menyakitkan atau kondisi lain yang mempengaruhi seperti yang dinyatakan Jajuli, (2010) bahwa dari sisi psikologis, ada berbagai faktor yang merupakan penyebab perempuan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) diantaranya mempunyai kehidupan seksual yang abnormal, misalnya hieperseksual dan sadis,


(35)

35

kepribadian yang lemah misalnya cepat meniru terlihat pada ketiga partisipan dengan mendapatkan pekerjaan sebagai PSK ketiga partisipan ini meniru perilaku dari temanya sebagai contoh untuk mendapatkan uang, moralitas rendah dan kurang berkembang misalnya kurang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah, boleh dan tidak boleh dan lainnya, dan memiliki motif kemewahan yaitu menjadikan kemewahan sebagai tujuan utamanya.

3. Faktor Ekonomi

Tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, menjadi alasan para PSK untuk melakukan perilaku beresiko HIV/AIDS. Hal ini dijadikan alasan dari ketiga partisipan untuk membenarkan pekerjaan mereka sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) akibat situasi ekonomi yang sulit. Hal ini dipengaruhi juga oleh pendidikan yang rendah, sehingga partisipan sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan imbalan yang diinginkan untuk memenuhi tuntutan pemenuhan kebutuhan sehari – hari. Selain itu, status ekonomi keluarga yang rendah, sehingga partisipan tidak memiliki dukungan secara


(36)

36

finansial dari lingkungan terdekat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewa (2014), bahwa sebagian besar alasan PSK masuk ke dalam dunia prostitusidiakibatkan karena tekanan ekonomi. Hal ini telah menjadi alasan utama dimana keadaan ekonomi memaksa seseorang untuk menjalani prostitusi.

Termasuk dalam faktor ini antara lain berasal darikeluarga dengan sosial ekonomi rendah, kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uang guna membiayai diri sendiri maupun keluarganya, tidak mempunyai sumber penghasilan lain dan tingkat pendidikan rendah. Hal tersebut dialami oleh ketiga partisipan sehingga untuk lepas dari pekerjaannya sebagai PSK adalah hal yang tersulit.

4. Faktor Lingkungan Sosial.

Kondisi lingkungan sosial dapat menentukan seseorang berperilaku, hal ini terjadi pada ketiga partisipan dengan hasil wawancara yang peneliti temui bahwa ketika partisipan ini kurang mendapatkan perhatian atau dukungan dari orang-orang terdekatnya seperti keluarga ataupun lingkungan tempat tinggal


(37)

37

dari ketiga partisipan. Hal ini berpengaruh terhadap proses penyelesaian masalah sehingga ketiga partisipan tersebut mencari jalan keluar lain dengan menerima tawaran untuk bekerja sebagai PSK yang informasinya di dapatkan dari teman dekatnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Dewa (2014) bahwa lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, interaksi sosial antara berbagai kelompok. Pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku seseorang sangat bervariasi sumbernya. Semua Informasi yang didapat baik dari media masa, lingkungan tempat tinggal, teman kerja, maupun orang-orang terdekatnya menjadi sumber utama sebagai satu contoh untuk diikuti.

4.6.2. Perilaku beresiko HIV/AIDS Para PSK Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah KotaAmbon.

Kelompok seksual berperilaku beresiko tinggi antara lain Commercial Sex Workers (CSWs) (Arifianti,

dkk, 2008). Perilaku seksual yang sering dilakukan relatif sama dari ketiga partisipan ini yang melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan lebih dari 3-5 orang dalam satu malam dengan batas waktu dan frekuensi


(38)

38

yang tidak menentu. Pengunaan kondom menjadi persoalan yang penting bagi para PSK dalam pencegahan virus HIV. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa partisipan saat melayani pelanggan sering menggunakan kodom tetapi salah satu dari partisipan ini tidak tergantung pada pengunaan kodom melainkan disesuaikan dengan situasi yang dialaminya seperti keadaan mendesak saat membutuhkan uang partisipan menerima pelanggan dengan melayani tanpa menggunakan kondom. Saat sebelum ketiga partisipan ini dipakai para pelanggan mereka telah menginformasikan terlebih dahulu pengunaan kondom demi mencegah terjadinya penularan virus HIV. Pengetahuan yang baik dimiliki ketiga partisipan ini dalam upaya pencegahan virus HIV baik untuk informasi yang disampaikan kepada pelangan maupun pengetahuan bagi mereka sendiri.

Hal ini dapat diperjelas dengan pendapat yang dikemukan oleh Mathers and loncar : Laksana dkk, 2010),

bahwa seseorang dikatakan beresiko HIV jika orang tersebut berada pada suatu kesempatan untuk terkena virus karena perilaku seksualnya. Adapun faktor lain penularan HIV/AIDS yang terutama adalah adalah perilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan lebih


(39)

39

dari satu orang serta perilaku seks melalui anal yang memudahkan tertularnya HIV/AIDS.


(1)

34

Masalah yang dihadapi oleh ketiga partisipan ini sangat mempengaruhi keadaan psikologi dari masing-masing partisipan baik mekanisme koping maupun keputusan yang diambil. Keadaan yang tidak stabil ini memicu seseorang untuk berpikir dan mencari jalan keluarguna menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Seperti halnya dengan kejadian-kejadian yang dirasakan ketiga partisipan ini yaitu, kekecewaan perceraian, status ekonomi keluarga yang kurang serta pengalaman sebagai anak broken home. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hawari (2001) bahwa masalah yang terjadi dapat menimbulkan stres terhadap psikologi seseorang (tekanan mental atau beban hidup).

Keadaan sosio kultural dalam kaitannya dengan faktor yang mempengaruhi stres timbul dari adanya pengalaman-pengalaman hidup yang menyakitkan atau kondisi lain yang mempengaruhi seperti yang dinyatakan Jajuli, (2010) bahwa dari sisi psikologis, ada berbagai faktor yang merupakan penyebab perempuan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) diantaranya mempunyai kehidupan seksual yang abnormal, misalnya hieperseksual dan sadis,


(2)

35

kepribadian yang lemah misalnya cepat meniru terlihat pada ketiga partisipan dengan mendapatkan pekerjaan sebagai PSK ketiga partisipan ini meniru perilaku dari temanya sebagai contoh untuk mendapatkan uang, moralitas rendah dan kurang berkembang misalnya kurang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah, boleh dan tidak boleh dan lainnya, dan memiliki motif kemewahan yaitu menjadikan kemewahan sebagai tujuan utamanya.

3. Faktor Ekonomi

Tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, menjadi alasan para PSK untuk melakukan perilaku beresiko HIV/AIDS. Hal ini dijadikan alasan dari ketiga partisipan untuk membenarkan pekerjaan mereka sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) akibat situasi ekonomi yang sulit. Hal ini dipengaruhi juga oleh pendidikan yang rendah, sehingga partisipan sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan imbalan yang diinginkan untuk memenuhi tuntutan pemenuhan kebutuhan sehari – hari. Selain itu, status ekonomi keluarga yang rendah, sehingga partisipan tidak memiliki dukungan secara


(3)

36

finansial dari lingkungan terdekat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewa (2014), bahwa sebagian besar alasan PSK masuk ke dalam dunia prostitusidiakibatkan karena tekanan ekonomi. Hal ini telah menjadi alasan utama dimana keadaan ekonomi memaksa seseorang untuk menjalani prostitusi.

Termasuk dalam faktor ini antara lain berasal darikeluarga dengan sosial ekonomi rendah, kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uang guna membiayai diri sendiri maupun keluarganya, tidak mempunyai sumber penghasilan lain dan tingkat pendidikan rendah. Hal tersebut dialami oleh ketiga partisipan sehingga untuk lepas dari pekerjaannya sebagai PSK adalah hal yang tersulit.

4. Faktor Lingkungan Sosial.

Kondisi lingkungan sosial dapat menentukan seseorang berperilaku, hal ini terjadi pada ketiga partisipan dengan hasil wawancara yang peneliti temui bahwa ketika partisipan ini kurang mendapatkan perhatian atau dukungan dari orang-orang terdekatnya seperti keluarga ataupun lingkungan tempat tinggal


(4)

37

dari ketiga partisipan. Hal ini berpengaruh terhadap proses penyelesaian masalah sehingga ketiga partisipan tersebut mencari jalan keluar lain dengan menerima tawaran untuk bekerja sebagai PSK yang informasinya di dapatkan dari teman dekatnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Dewa (2014) bahwa lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, interaksi sosial antara berbagai kelompok. Pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku seseorang sangat bervariasi sumbernya. Semua Informasi yang didapat baik dari media masa, lingkungan tempat tinggal, teman kerja, maupun orang-orang terdekatnya menjadi sumber utama sebagai satu contoh untuk diikuti.

4.6.2. Perilaku beresiko HIV/AIDS Para PSK Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah KotaAmbon.

Kelompok seksual berperilaku beresiko tinggi antara lain Commercial Sex Workers (CSWs) (Arifianti, dkk, 2008). Perilaku seksual yang sering dilakukan relatif sama dari ketiga partisipan ini yang melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan lebih dari 3-5 orang dalam satu malam dengan batas waktu dan frekuensi


(5)

38

yang tidak menentu. Pengunaan kondom menjadi persoalan yang penting bagi para PSK dalam pencegahan virus HIV. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa partisipan saat melayani pelanggan sering menggunakan kodom tetapi salah satu dari partisipan ini tidak tergantung pada pengunaan kodom melainkan disesuaikan dengan situasi yang dialaminya seperti keadaan mendesak saat membutuhkan uang partisipan menerima pelanggan dengan melayani tanpa menggunakan kondom. Saat sebelum ketiga partisipan ini dipakai para pelanggan mereka telah menginformasikan terlebih dahulu pengunaan kondom demi mencegah terjadinya penularan virus HIV. Pengetahuan yang baik dimiliki ketiga partisipan ini dalam upaya pencegahan virus HIV baik untuk informasi yang disampaikan kepada pelangan maupun pengetahuan bagi mereka sendiri.

Hal ini dapat diperjelas dengan pendapat yang dikemukan oleh Mathers and loncar : Laksana dkk, 2010), bahwa seseorang dikatakan beresiko HIV jika orang tersebut berada pada suatu kesempatan untuk terkena virus karena perilaku seksualnya. Adapun faktor lain penularan HIV/AIDS yang terutama adalah adalah perilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan lebih


(6)

39

dari satu orang serta perilaku seks melalui anal yang memudahkan tertularnya HIV/AIDS.


Dokumen yang terkait

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25