ANALISIS DETERMINAN LEVERAGE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: DIKA PRATAMA NIM. 12808141071

PROGRAM STUDI MANAJEMEN-JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insyiroh: 6)

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal dia amat buruk bagiu, Allah

mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah: 216)

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan.” (Q.S. Al-Mujadilah: 11)

”Jangan berhenti ketika kamu lelah, berhentilah ketika kamu selesai” (Penulis)

”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”


(6)

vi

1. Kedua orang tua, Bapak Hartono dan Ibu Sulastri yang telah membantu dengan doa, semangat, dukungan dan kasih sayang, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Rizal Adriyanto dan Nabila Dwicky Averika, adik penulis beserta keluarganya yang selalu memberikan semangat, doa dan motivasinya, hingga dapat menyelesaikan setiap tantangan dalam hidup ini.

3. Sahabat-sahabat dan keluarga besar di Geng Tomat, Rendra, Haris, Mas Wawan, Mas Luthfi, Mas Nata, Mas Dana, Mas Jaka, Mas Arif dan Marbelisa.

4. Anis Nur Widayati, partner perjuangan beda generasi yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

5. Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2012 atas dukungan selama atas dukungan, doa, dan bantuannya.


(7)

vii

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh:

Dika Pratama NIM. 12808141071

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Likuiditas, Peluang Pertumbuhan, Profitabilitas dan Ukuran perusahaan terhadap Leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 3 tahun, mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 126 perusahaan manufaktur yang sudah dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Teknik pemilihan sampel adalah metode purposive sampling dan diperoleh 40 perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear beganda.

Berdasarkan hasil analisis data, secara parsial Likuiditas dan Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Leverage, Peluang Pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap Leverage, Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Leverage. Berdasarkan uji Anova, diketahui nilai F statistik sebesar 12,093 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai adjusted R Square sebesar 0,272, hal ini berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah sebesar 27,2%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

Kata Kunci: Leverage, Likuditas, Peluang Pertumbuhan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan


(8)

viii Dika Pratama NIM. 12808141071

ABSTRACT

This research was aimed to know the impact of Liquidity, Growth Opportunity, Profitability, and Firm Size toward Leverage of manufacturing companies that were registered in Indonesia Stock Exchange. The period used in this research was in 3 year period, starting from 2012 until 2014.

A total number of populations in this research were 126 manufacturing companies which were registered in Indonesia Stock Exchange during 2012-2014. The technique of choosing the sample was purposive sampling method and as the result 40 manufacture companies were used as the samples. The technique of data analysis was Multiple Linear Regression analysis.

Based on the data analysis, partially, Liquidity and Profitability gave a negative and significant influence to Leverage, Growth Opportunity and Firm Size did not influence toward Leverage. Based on Anova test, the value of F statistic was 12,093 and the significance was 0,000. The value of the adjusted R Square was 0,272. It showed that the capability of independence variable on explaining the variation of the variable was 27,2%. Then, the rest of it was explained by other variables in the outside of the model of research.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis diberikan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Determinan Leverage Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd.,MA., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajarannya.

2. Dr. Sugiharsono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Setyabudi Indartono, Ph.D, Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Lina Nur Hidayati, M.M., Pembimbing yang telah dengan sangat sabar memberikan waktu dan tenaga serta memotivasi penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Winarno, M.Si, Narasumber sekaligus Penguji Utama yang telah memberikan kritik dan saran dalam skripsi ini.


(10)

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teori ... 10

1. Leverage ... 10

2. Likuiditas ... 21

3. Peluang Pertumbuhan ... 22

4. Profitabilitas ... 23

5. Ukuran Perusahaan ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berpikir ... 29


(12)

xii

1. Variabel Dependen (Y) ... 35

2. Variabel Independen (X) ... 36

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

E. Jenis Data dan Teknis Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

1. Deskripsi Data ... 49

2. Statistik Deskriptif ... 51

3. Hasil Pengujian Prasarat Analisis ... 54

4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 60

5. Hasil Pengujian Hipotesis ... 61

6. Uji Goodness of Fit Model ... 63

B. Pembahasan ... 65

1. Uji Secara Parsial ... 65

2. Uji Goodness of Fit Model ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Keterbatasan Penelitian ... 73

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(13)

xiii

Tabel 1. Pengambilan keputusan Uji Durbin Watson ... 42

Tabel 2. Data Sampel Perusahaan ... 50

Tabel 3. Statistik Deskriptif ... 51

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas ... 55

Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas ... 56

Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Pearson ... 57

Tabel 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58

Tabel 8. Hasil Uji Autokorelasi ... 59

Tabel 9. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 60

Tabel 10. Hasil Uji Statistik F ... 64


(14)

xiv

Lampiran 2. Data Perhitungan DER Tahun 2012 ... 82

Lampiran 3. Data Perhitungan DER Tahun 2013 ... 84

Lampiran 4. Data Perhitungan DER Tahun 2014 ... 86

Lampiran 5. Data Perhitungan Current Ratio Tahun 2012 ... 88

Lampiran 6. Data Perhitungan Current Ratio Tahun 2013 ... 90

Lampiran 7. Data Perhitungan Current Ratio Tahun 2014 ... 92

Lampiran 8. Data Perhitungan Nilai Pasar Aset Tahun 2012 ... 94

Lampiran 9. Data Perhitungan Nilai Pasar Aset Tahun 2013 ... 96

Lampiran 10. Data Perhitungan Nilai Pasar Aset Tahun 2014 ... 98

Lampiran 11. Data Perhitungan Nilai Buku Aset Tahun 2012 ... 100

Lampiran 12. Data Perhitungan Nilai Buku Aset Tahun 2013 ... 102

Lampiran 13. Data Perhitungan Nilai Buku Aset Tahun 2014 ... 104

Lampiran 14. Data Perhitungan Thobin,s q Tahun 2012 ... 106

Lampiran 15. Data Perhitungan Thobin,s q Tahun 2013 ... 108

Lampiran 16. Data Perhitungan Thobin,s q Tahun 2014 ... 110

Lampiran 17. Data Perhitungan Return On Asset Tahun 2012 ... 112

Lampiran 18. Data Perhitungan Return On Asset Tahun 2013 ... 114

Lampiran 19. Data Perhitungan Return On Asset Tahun 2014 ... 116

Lampiran 20. Data Perhitungan Size Tahun 2012 ... 118

Lampiran 21. Data Perhitungan Size Tahun 2013 ... 120

Lampiran 22. Data Perhitungan Size Tahun 2014 ... 122

Lampiran 23. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 124

Lampiran 24. Hasil Uji Normalitas ... 125

Lampiran 25. Hasil Uji Multikolinearitas ... 126

Lampiran 26. Hasil Output Korelasi Pearson ... 127

Lampiran 27. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 128


(15)

xv

Lampiran 30. Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 131 Lampiran 31. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 132


(16)

1

Pada masa sekarang perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan produksi dan inovasi secara efektif dan efisien. Persaingan yang sangat ketat menjadikan perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif sendiri untuk bersaing dengan perusahaan lain. Pengelolaan atau manajamen keuangan di dalam sebuah perusahaan, sangat berperan penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Manajer keuangan dituntut untuk bertanggung jawab dalam melakukan pengelolaan dan pengambilan keputusan struktur modal yang berkaitan dalam aktivitas pendanaan atau pembiayaan untuk segala aktivitas operasional maupun investasi. Manajemen keuangan (financial management) dalam hal ini berkaitan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan umum yang melatarbelakanginya (Van Horne dan Wachowicz, 2007).

Salah satu keputusan penting yang diambil oleh seorang manajer keuangan adalah tentang komposisi penggunaan modal sendiri, modal saham, maupun hutang jangka pendek dan atau jangka panjang oleh perusahaan. Struktur modal merupakan gabungan dari macam-macam pendanaan jangka panjang dalam perusahaan yang dapat dilihat dari sisi kanan (sisi pasiva) neraca (Yusralaini dkk., 2008). Menurut (Weston dan Copeland, 1992), struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya. Struktur


(17)

keuangan dapat dilihat dari sisi kanan neraca, ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham, sedangkan struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal pemegang saham saja.

Menurut asalnya, sumber dana perusahaan dapat dibedakan menjadi sumber intern (internal source) dan sumber ekstern (external source). Dana yang diperoleh dari sumber intern adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri oleh perusahaan, yaitu laba ditahan (retained earnings) dan penyusutan (depreciations), sedangkan dana yang diperoleh dari pihak ekstern adalah dana yang berasal dari kreditur, pemilik, dan peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan (Riyanto, 2001). Manajer keuangan harus mengatur komposisi leverage yang baik demi menghindari terjadinya suatu risiko yang dapat membahayakan perusahaan, karena dengan hal tersebut seorang manajer keuangan dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Menurut (Alom, 2013) dalam penelitiannya, bahwa salah satu dari sekian banyak tujuan manajer keuangan adalah untuk memaksimalkan kekayaan perusahaan, terlebih untuk memenuhi kepentingan para pemegang saham.

Dalam hal penggunaan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan tentunya yang diinginkan adalah menghasilkan keuntungan, tetapi penggunaan hutang juga dapat berdampak kerugian dimana hal itu merupakan risiko dari penggunaan hutang. Hutang menyebabkan beban yang bersifat tetap yaitu pokok pinjaman dan beban bunga yang harus dibayarkan. Di sisi lain,


(18)

hutang merupakan salah satu sumber dana yang tepat untuk mendanai aktivitas perusahaan dimana tujuannya untuk mendapatkan laba, namun sampai saat ini masih belum ada teori yang dengan pasti dapat menentukan komposisi leverage yang optimal. Faktor tersebut yang menyebabkan manajer perusahaan tidak sepenuhnya menggunakan modal untuk mendanai perusahaannya, tetapi juga disertai penggunaan hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang yang bersifat dapat mengurangi pajak.

Terdapat perusahaan yang memiliki hutang yang relatif besar, namun terdapat juga perusahaan yang memiliki hutang yang relatif kecil, hal ini yang menyebabkan manajer keuangan meneliti faktor-faktor yang memengaruhi dalam menentukan komposisi leverage yang optimal, sehingga dapat dicapai keuntungan dan nilai perusahaan yang maksimal. Manajemen dalam memutuskan struktur pendanaan dari pihak internal maupun eksternal haruslah mempunyai pertimbangan yang sangat matang. Dalam penggunaan dana, perusahaan dapat mempertimbangkan dana dari sumber eksternal jika dana dari pihak internal dinilai tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

Keputusan pendanaan perusahaan menjadi faktor penentu yang krusial dalam kegiatan operasional perusahaan selain itu juga memiliki risiko tersendiri bagi perusahaan (Joni dan Lina, 2010). Perlu diketahui bahwa jika perusahaan mempunyai hutang yang besar dengan menambah hutang, maka risiko kebangkrutan perusahaan semakin tinggi. Perusahaan juga harus memperhatikan masalah pajak, karena sebagian ahli berpendapat bahwa


(19)

penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan profitabilitas. Sebagian manajer mendanai perusahaannya disertai dengan penggunaan dana melalui hutang, baik hutang jangka panjang maupun jangka pendek karena terkait dengan penggunaan dari hutang tersebut yang bersifat mengurangi pajak (Prabansari dan Kusuma, 2005). Terdapat beberapa penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi leverage. Meski terdapat faktor-faktor lain yang memengaruhi pembentukan leverage, namun pada penelitian ini variabel yang akan dibahas terbatas pada likuiditas, peluang pertumbuhan, profitabilitas dan ukuran perusahaan.

Likuiditas merupakan faktor yang diperkirakan memengaruhi penggunaan hutang perusahaan. Asumsi ini disimpulkan atas pemikiran bahwa semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan, dengan tingkat ketersediaan kas yang juga tinggi, maka akan muncul pengaruh negatif terhadap permintaan hutang (Widyarni, 2014). Menurut (Rajan dan Zingales, 1995) hal tersebut sesuai dengan teori pecking order dimana likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap leverage, tetapi apabila mengacu kepada teori trade-off kesimpulannya akan berbeda, yaitu likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap leverage. Tingkat likuditas yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kapabilitas yang baik dalam memenuhi semua kewajibannya secara tepat waktu (Alom, 2013).

Peluang pertumbuhan perusahaan dapat dilihat bagaimana perusahaan membaca sinyal-sinyal yang diberikan oleh pasar. Dalam penelitiannya (Alom,


(20)

2013), mengatakan apabila harga pasar ekuitas menunjukkan nilai yang relatif lebih tinggi dibandingkan nilai bukunya, maka sesungguhnya pada saat itulah pasar mengisyaratkan bahwa perusahaan memiliki peluang untuk dapat bertumbuh. Menurut (Rajan dan Zingales, 1995), menyatakan hampir semua teori struktur modal mengungkapkan bahwa terdapat hubungan negatif antara peluang pertumbuhan dengan hutang (leverage). Penjelasannya yaitu perusahaan dengan nilai peluang pertumbuhan yang tinggi memiliki biaya cadangan kerugian yang lebih banyak dan maka dari itu diperkirakan juga memiliki hutang yang lebih rendah (Rajan dan Zingales, 1995).

Terdapat penelitian yang berpendapat bahwa perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang tinggi akan cenderung membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut pada masa yang akan datang sehingga perusahaan akan mempertahankan earning-nya untuk diinvestasikan kembali pada perusahaan dan pada waktu bersamaan perusahaan diharapkan akan tetap mengandalkan pendanaan melalui hutang yang lebih besar (Baskin, 1999 dalam Aristasari, 2006). Kebijakan leverage perusahaan akan menurun jika investasi kurang dari retained earning sehingga perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang (Fama dan Frech, 2000 dalam Aristasari, 2006).


(21)

Profitabilitas adalah kemampuan sebuah perusahaan untuk mendapatkan laba. Profitabilitas akan cenderung sedikit jika seorang manajer keuangan melakukan kesalahan dalam menentukan komposisi struktur modal. Profitabilitas juga dapat menjadi faktor penentu dalam menentukan leverage, karena jika dilihat perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentunya mempunyai jumlah laba ditahan yang menjadi cadangan modal dari internal, sehingga perusahaan tidak perlu mengambil tambahan modal dari pihak eksternal dari kreditur karena dikhawatirkan akan menimbulkan biaya-biaya yang memberatkan perusahaan. Ukuran perusahaan menjadi faktor terakhir yang dibahas dalam penelitian ini. Ukuran perusahaan dibagi kedalam kelompok besar dan kecil yang diukur melalui kepemilikan aset perusahaan. Semakin besar perusahaan, maka tingkat transparansinya semakin tinggi. Segala hal yang berkaitan dengan kinerja dan aktivitas keuangan perusahaan menjadi lebih mudah diakses. Hal ini menimbulkan kecenderungan perilaku perusahaan menjadi lebih tertarik untuk menerbitkan sahamnya daripada menambah hutang (Alom, 2013).

Penelitian ini merupakan peneltian yang relevan dari penelitian sebelumnya oleh Rahmadian Widyarini (2014). Perbedaanya adalah penelitian ini meneliti perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2014 dengan menggunakan variabel penelitian yakni likuiditas, peluang pertumbuhan, profitabilitas, dan ukuran perusahaan. Penelitian ini memilih sampel perusahaan manufaktur karena dalam era industri saat ini perusahaan


(22)

manufaktur menjadi salah satu daya tarik tersendiri di Indonesia saat ini. Alasan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi leverage di perusahaan manufaktur. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Determinan Leverage Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

B. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Adanya beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat Leverage yang perlu diketahui oleh manajer keuangan.

2. Tingkat Leverage yang tinggi di dalam sebuah perusahaan memungkinkan tingkat risiko yang tinggi.

3. Tingkat Leverage akan memengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi.

4. Adanya hasil penelitian yang tidak konsisten mengenai faktor-faktor yang memengaruhi Leverage.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti memberikan pembatasan permasalahan agar dalam penelitian pembahasan dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Pembatasan masalah pada penelitian ini terdapat pada obyek penelitian yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(23)

Periode penelitian pada perusahaan manufaktur yang diambil adalah pada tahun periode 2012-2014, sedangkan faktor yang memengaruhi Leverage perusahaan pada penelitian ini, peneliti berfokus pada faktor Likuiditas, Peluang Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dengan mempertimbangkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pengaruh Likuiditas terhadap Leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

b. Bagaimana pengaruh Peluang Pertumbuhan terhadap Leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? c. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap Leverage perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

d. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya dalam penelitian, maka tujuan dari penulisan penelitian ini adalah :

a. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Likuiditas terhadap Leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(24)

b. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Peluang Pertumbuhan terhadap Leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

c. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Profitabilitas terhadap Leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

d. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna sebagai referensi bagi beberapa pihak, yaitu :

a. Bagi akademisi, diharapkan dapat menambah perbendaharaan perpustakaan serta perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan penelitian serupa di masa mendatang.

b. Bagi perusahaan dan calon investor, penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam menganalisis faktor-faktor yang dapat memengaruhi leverage perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat berkaitan dengan pembiayaan perusahaan. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(25)

10

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Leverage

a. Pengertian Leverage

Leverage (tingkat hutang) atau debt ratio merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio dari leverage semakin tinggi juga tingkat risiko yang akan dihadapi. Kebanyakan kreditor berusaha mencegah rasio leverage yang tinggi, dalam prosesnya kreditur akan membuat kesepakatan dengan perusahaan agar rasio dari leverage perusahaan tidak melebihi batas sesuai kesepakatan.

Rasio leverage mengukur sejauh mana perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri (shareholders equity) yang telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditur (creditors). Semakin besar rasio ini, menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya.

Menurut (Sawir, 2005), rasio-rasio yang umum digunakan adalah: 1) Rasio Utang atau Debt Ratio (Debt to Total Asset Ratio):


(26)

Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham

2) Rasio Utang terhadap Ekuitas atau DER (Debt to Equity Ratio):

Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. b. Jenis Leverage Perusahaan

1) Leverage Operasi (Operating Leverage)

Leverage ini membandingkan pengaruh pendapatan (penjualan) terhadap perubahan keuntungan operasional (Operating Income) yang diperoleh. Pengaruh tersebut dapat dicari dengan menghitung besarnya tingkat leverage operasinya (degree of operational leverage). Leverage operasi terjadi saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan biaya atau beban tetap.

Apabila perusahaaan tidak menggunakan biaya yang tetap dengan kata lain semuannya variabel maka perusahaan akan berada pada posisi yang menguntungkan. Secara umum semakin besar leverage operasi, semakin besar risiko bisnis, namun perusahaan


(27)

mempunyai sejumlah pengendalian terhadap leverage operasi mereka. Meski menggunakan leverage operasi yang lebih banyak akan meningkatkan risiko perusahaan, leverage operasi yang tinggi juga meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan.

2) Leverage Keuangan (Financial Leverage)

Leverage keuangan (financial leverage), yaitu perubahan biaya keuangan (yang sifatnya tetap) yang lebih kecil akan mengakibatkan perubahan harga yang besar. Leverage keuangan (financial leverage) mengacu pada penggunaan sekuritas yang memberikan penghasilan tetap yaitu, hutang dan saham preferen dan risiko keuangan (financial risk). Selain itu leverage keuangan (financial leverage) juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-kewajiban finansial yang sifatnya tetap (fixed financial cost) untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa (Earning’s Per Share).

Masalah leverage keuangan (financialleverage) muncul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana yang bersangkutan. Leverage


(28)

keuangan itu merugikan apabila perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap yang harus dibayar. Nilai leverage keuangan positif atau negatif dinilai berdasarkan pengaruh leverage yang dimiliki terhadap pendapatan per lembar saham (EPS). Penggunaan leverage keuangan (financial Leverage) dapat meningkatkan ROE yang diharapkan, namun leverage juga meratakan distribusi probabilitas dan meningkatkan probabilitas terjadinya kerugian besar, sehingga menambah risiko yang ditanggung pemegang saham.

3) Total Leverage

Leverage operasi (operating leverage) dan leverage keuangan (financial leverage) digabung makaakan menghasilkan total leverage, yaitu perubahan earning untuk pemegang saham yang dipengaruhi oleh penjualan. Secara umum total leverage dihitung dengan membagi kontribusi margin dengan laba operasi dikurangi bunga. Apabila leverage keuangan dikombinasikan dengan leverage operasi, pengaruh perubahan penjualan terhadap laba per lembar saham menjadi semakin besar. Kombinasi dari kedua leverage tersebut meningkatkan penyebaran dan risiko dari berbagai kemungkinan laba per lembar saham.total risiko ini akan bertambah besar dengan meningkatnya total leverage, demikian pula sebaliknya. Sejauh ini kita melihat bahwa:


(29)

a. Semakin besar penggunaan biaya operasi tetap, sebagaimana yang diukur oleh tingkat leverage operasi, semakin sensitif EBIT terhadap perubahan penjualan. b. Semakin besar penggunaan utang, sebagaimana yang

diukur oleh tingkat leverage keuangan, semakin sensitif EBIT terhadap perubahan EBIT.

Karena itu semakin besar suatu perusahaan menggunakan leverage operasi dan leverage keuangan, perubahan penjualan yang kecil sekali juga akan mengkibatkan fluktuasi yang besar pada EPS. 4) Pecking Order Theory

Pecking Order Theory menjelaskan urutan dalam pemilihan sumber dana, Myers (1984) berpendapat bahwa keputusan pendanaan berdasarkan Pecking Order Theory mengikuti urutan pendanaan tertentu dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu:

a. Perusahaan lebih menyukai pendanaan dari sumber internal. b. Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen dengan

peluang investasi.

c. Kebijakan dividen, fluktuasi profitabilitas dan peluang investasi berdampak pada aliran kas internal bisa lebih besar atau lebih kecil dari pengeluaran investasi.


(30)

d. Bila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan memilih sumber dana dari hutang karena dipandang lebih aman dari sekuritas. Ekuitas merupakan pilihan terakhir sebagai sumber dana untuk memenuhi kebutuhan investasi.

Alternatif yang dapat dipilih sebagai sumber pendanaan adalah hutang, penggunaan hutang mendorong manajer untuk lebih disiplin dalam berinvestasi secara tepat, hal ini memberikan tekanan untuk terus melakukan perbaikan dalam mewujudkan efisiensi operasional perusahaan. Dalam penggunaan hutang terdapat beberapa kekurangan dan mengandung risiko tinggi, namun dianggap memiliki biaya relatif kecil daripada emisi saham baru.

Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan menyukai pendanaan internal dari hasil operasi perusahaan yang berwujud laba ditahan, apabila diperlukan pendanaan eksternal maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi). Perusahaan akan melakukan penerbitan saham baru jika kebutuhan dana masih belum tercukupi (Prabansari dan Kusuma, 2005).

(Chen dan Strange dalam Rahmayani, 2008) mengungkapkan bahwa Pecking Order Theory menyatakan bahwa tidak ada struktur


(31)

modal yang optimal untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Manajer keuangan menggunakan hutang atau ekuitas murni berdasar pada biaya modal.

5) Modigliani-Miller Theory

Modigliani-Miller (MM) Theory mempunyai dua asumsi, yaitu:

Teori MM tanpa pajak Modigliani dan Miller mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001), yaitu:

a. Tidak terdapat agency cost. b. Tidak ada pajak.

c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan.

d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan.

e. Tidak ada biaya kebangkrutan.

f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.

g. Para investor adalah price-takers.

h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).


(32)

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak, yaitu:

Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak memengaruhi nilai perusahaan dan Weighted Average Cost Of Capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan memadukan hutang dan modal untuk membiayai perusahaan.

Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity bergantung pada risiko dari operasional perusahaan (business risk) dan tingkat hutang perusahaan (financial risk). Kesimpulan yang diambil oleh Brealey, Myers dan Marcus (1999) dari teori MM tanpa pajak ini, yaitu tidak ada perbedaan antara perusahaan berhutang atau pemegang saham berhutang pada saat kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna. Nilai perusahaan tidak bergantung pada struktur modalnya. Dengan kata lain, manajer keuangan tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan merubah proporsi debt dan equity yang digunakan untuk membiayai perusahaan.


(33)

6) Teori MM dengan pajak.

Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Berdasarkan teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi, yaitu:

Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.

Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal


(34)

rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat). Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.

7) Trade-Off Theory

Menurut Trade-Off Theory yang diungkapkan oleh Myers (2001), perusahaan akan menggunakan hutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.

Trade-Off Theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs), dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric


(35)

information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (cost of financial distress). Trade-Off Theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan penggunaan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya, jarang dijumpai manajer keuangan yang berpikir demikian sehingga Trade-Off Theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang. Walaupun model Trade-Off Theory tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi penting, yaitu: (Hartono dalam Hapsari 2010)

a. Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit hutang.

b. Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah.


(36)

2. Likuiditas

Likuiditas adalah seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Likuiditas suatu perusahaan dapat diketahui dari neraca atau laporan keuangan yaitu dengan membandingkan jumlah aset lancar (current assets) dengan utang lancar (current liabilities). Aset likuid (liquid asset) adalah suatu aset yang dapat dikonversi menjadi kas dengan cepat tanpa harus mengurangi harga aset tersebut terlalu banyak. Menurut (Brigham dan Houston, 2011) menjelaskan tentang rasio likuiditas dimana rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya. Ada dua rasio likuiditas yang umum digunakan yaitu Rasio Lancar (Current Ratio) & Rasio Cepat (Quick Ratio).

Studi mendapatkan beberapa bukti bahwa likuiditas memainkan peranan yang penting dalam faktor-faktor yang memengaruhi struktur modal. Menurut teori pertukaran dalam struktur modal ada hubungan yang positif diantara likuiditas perusahaan dengan leverage. Ada beberapa bukti hubungan yang positif diantara struktur kepemilikan dan likuiditas aset pada perusahaan. Rasio likuiditas aset yang tinggi dapat dipertimbangkan oleh investor untuk menjadi sinyal yang positif karena itu mengindikasikan bahwa perusahaan dapat dengan mudah membayar obligasinya dan dihadapkan pada risiko kebangkrutan yang rendah.


(37)

3. Peluang Pertumbuhan (Growth opportunity)

Growth opportunity adalah peluang pertumbuhan suatu perusahaan di masa depan (Mai, 2006). Definisi lain peluang pertumbuhan adalah perubahan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Besaran perubahan total aktiva ini mengukur sejauh mana laba per lembar saham suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage. Perusahaan-perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang cepat seringkali harus meningkatkan aktiva tetapnya. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih banyak membutuhkan dana di masa depan dan juga lebih banyak menahan laba. Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan meningkat, dan perusahaan-perusahaan tersebut akan lebih banyak melakukan utang untuk mempertahankan rasio utang yang ditargetkan (Mai, 2006). Perusahaan-perusahaan yang memprediksi akan mengalami pertumbuhan tinggi di masa mendatang cenderung lebih memilih menggunakan saham untuk mendanai operasional perusahaan, sedangkan perusahaan yang memperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang rendah, mereka akan berupaya membagi risiko pertumbuhan rendah dengan para kreditur melalui penerbitan utang yang umumnya dalam bentuk utang jangka panjang (Mai, 2006). Salah satu alasan mendasar atas pola ini adalah biaya mengambang pada emisi saham biasa yang lebih tinggi dibanding pada surat berharga obligasi. Dengan demikian, perusahaan


(38)

dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang dibanding dengan perusahaan dengan pertumbuhan lebih lambat. 4. Profitabilitas

Menurut (Brigham dan Houston dalam Prabansari dan Kusuma, 2005), menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA) yang menunjukkan kemampuan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva untuk menghasilkan laba yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva (Weston dan Copeland, 1997 dalam Prabansari dan Kusuma 2009). Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA merupakan perbandingan antara laba setelah bunga dan pajak (EAT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan sedangkan ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Berdasarkan hal tersebut, jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar


(39)

dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri, tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan modal sendiri. Semakin tinggi profit, maka proporsi ekuitas semakin meningkat atau proporsi hutang semakin menurun. Jika dikaitkan dengan ukuran perusahaan, dimana perusahaan besar cenderung memiliki proporsi pinjaman yang besar, maka korelasi negatif antara profitabilitas dan tingkat leverage pada perusahaan besar semakin kuat, sehingga jika terjadi penurunan profit, perusahaan akan cenderung menutupi kebutuhan dananya dengan menambah pinjaman dari luar.

5. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan berapa aset atau kekayaan yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan ini diukur dengan menghitung total aset yang ada pada masing-masing perusahaan (Nisa Fidyati, 2003 dalam Sa’diyah, 2007).

Menurut Riyanto (1995) dalam Rahmayani (2008), suatu perusahaan yang besar dimana saham perusahaan tersebar luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau bergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan perusahaan yang kecil di mana sahamnya tersebar hanya di lingkungan yang sempit, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan


(40)

hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, perusahaan yang besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan jika dibanding dengan perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar cenderung menerbitkan hutang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil.

Ukuran perusahaan berhubungan positif dengan tingkat leverage. Menurut Trade Off Theory, perusahaan besar umumnya memiliki kemungkinan yang kecil untuk bangkrut, sehingga lebih mudah untuk menarik pinjaman dari bank dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sebaliknya, menurut Pecking Order Theory, ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan tingkat leverage perusahaan. Pecking Order Theory memberikan argumentasi yang berbeda melalui adanya asymmetry information antara pihak internal dan pihak eksternal pada perusahaan yang besar cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil. Berdasarkan hal tersebut, informasi pada perusahaan besar bersifat lebih transparan atau lebih mudah diakses oleh pihak luar, sehingga perusahaan cenderung mendanai keuangannya dari sumber yang sensitif terhadap informasi internal, yaitu dengan ekuitas melalui pasar modal.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan leverage telah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan variabel-variabel yang


(41)

berbeda yang diprediksi dapat menjadi faktor penjelas apa yang memengaruhi pengambilan keputusan struktur modal. Beberapa penelitian tersebut antara lain :

1. Heryanto, Florentina (2004) melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Leverage pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah aktiva tetap, kesempatan pertumbuhan, ukuran perusahaan, tingkat keuntungan, umur perusahaan. Variabel dependen dari penelitian ini adalah Leverage. Dari hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa kesempatan pertumbuhan dan umur perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage, sedangkan aktiva tetap, ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan berpengaruh negatif terhadap leverage.

2. Putri, Aditya Aulia W K (2011) melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Leverage pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah aktiva tetap (AT), kesempatan pertumbuhan, ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan. Variabel dependen penelitian ini menggunakan leverage yang diukur dengan cara total liabilitas dibagi total aset. Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa aktiva tetap (AT), kesempatan pertumbuhan dan


(42)

ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage, sedangkan tingkat keuntungan berpengaruh negatif terhadap leverage.

3. Gunawan, Ayu Lestari (2012) melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Financial Leverage pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI Periode 2007-2010”. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas, pertumbuhan aset, ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan risiko bisnis. Variabel dependen penelitian menggunakan financial leverage. Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, struktur aktiva tetap dan risiko bisnis berpengaruh positif terhadap leverage, sedangkan profitabilitas dan pertumbuhan aset berpengaruh negatif terhadap leverage.

4. Widyarini, Rahmadian (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Leverage pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode Tahun 2009-2012” menggunakan variabel independen likuiditas, peluang pertumbuhan, agunan, pembayaran dividen, profitabiltas, dan ukuran perusahaan. Variabel dependennya adalah leverage. Penelitian ini menggunakan metode analisis linier berganda untuk menguji hipotesis, dan hasilnya adalah likuiditas, peluang pertumbuhan, profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap leverage


(43)

sedangkan agunan dan pembayaran dividen memliki pengaruh positif terhadap leverage.

5. Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma (2005) dalam penelitiannya mengenai “Faktor-faktor yang Memengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur yang GoPublicdi Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aset, kemampulabaan (profitability), dan struktur kepemilikan. Variabel dependen penelitian menggunakan struktur modal yang diukur dengan cara hutang jangka panjang dibagi total aktiva. Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal, sedangkan risiko bisnis dan kemampulabaan (profitability) berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

6. Yusralaini, Hardi, Septi Dwiani (2008) dalam penelitiannya mengenai tentang “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen yang digunakan yaitu ukuran perusahaan pertumbuhan (growth), profitabilitas, struktur kepemilikan, dan struktur aktiva untuk menjelaskan variabel dependen struktur modal. Penelitian ini menggunakan alat uji statistik regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh setelah melakukan pengujian yaitu ukuran perusahaan,


(44)

pertumbuhan, profitabilitas, dan struktur kepemilikan memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Struktur aktiva tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal.

7. Alom, Khairul (2013) dengan penelitian yang berjudul “Capital Structure Choice of Bangladeshi Firms: An Empirical Investigation” menggunakan variabel independen likuiditas, Market to book, collateral, dividen, profitabilitas, dan size (ukuran perusahaan). Dengan variabel dependennya adalah struktur modal leverage. Penelitian ini menggunakan alat uji statistik berupa regresi Ordinary Least Square (OLS). Dari pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa variabel likuiditas, collateral, dan profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap leverage. Variabel Market to book memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap leverage. Sedangkan variabel dividen dan size tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap leverage. C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Likuiditas terhadap Leverage

Apabila suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang disebabkan karena pertumbuhan kewajiban yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan aktiva lancarnya, maka rasio lancar akan merosot dan dapat membahayakan perusahaan (Weston dan Brigham, 1992). Dilihat dengan pecking order, perusahaan dengan jumlah likuiditas yang tinggi kemungkinan akan menggunakan


(45)

pendanaan dalam bentuk hutang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang likuiditasnya relatif rendah.

Perusahaan yang memiliki aset lancar akan dapat menghasilkan dana yang mencukupi untuk operasional perusahaan. Perusahaan juga akan memilih sumber pendanaan yang berasal dari dalam, sehingga penggunaan pendanaan dari luar dapat diminimalkan. Dari penjelasan tersebut maka disimpulkan hipotesis likuiditas berpengaruh negatif terhadap leverage.

2. Pengaruh Peluang Pertumbuhan terhadap Leverage

Pertumbuhan perusahaan dapat menjadi salah satu tolak ukur perusahaan dalam mengambil pendanaan dari pihak eksternal, karena dapat diperkirakan bahwa perusahaan yang mempunyai pertumbuhan tinggi maka akan menggunakan pendanaan dari sumber eksternal untuk mendukung strategi penggunaan modal agar operasional dapat berjalan efektif, berdasarkan penjelasan tersebut variabel peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap leverage.

3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Leverage

Perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi akan menggunakan utang yang relatif lebih sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan suatu perusahaan melakukan sebagian besar pendanaan secara internal daripada pendanaan dengan utang (Brigham dan Houston, 2006).


(46)

Pecking order theory menyebutkan bahwa perusahaan menyukai internal financing. Internal financing merupakan sumber pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan yang sudah siap pakai dan memiliki biaya transaksi yang paling rendah. Dana internal lebih disukai dari dana eksternal karena dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu mencari pinjaman lagi dari pihak luar. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh, berarti semakin rendah kebutuhan akan dana eksternal (utang), sehingga semakin rendah pula struktur modalnya. Berdasarkan penejelasan tersebut variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Leverage.

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Leverage

Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih terdiversifikasi sehingga semakin kecil kemungkinan untuk bangkrut dan lebih mampu memenuhi kewajibannya, sehingga perusahaan besar cenderung mempunyai hutang yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Rajan dan Zingales, 1995).

Menurut Riyanto (2001:299) dalam Hapsari (2010), perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan


(47)

yang lebih kecil, sehingga semakin besar ukuran perusahaan, kecenderungan untuk memakai dana eksternal juga semakin besar. Hal tersebut dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal, yaitu dengan menggunakan hutang, sehingga semakin besar ukuran perusahaan kecenderungan untuk menggunakan hutang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dananya l. Dari analisis tersebut maka diambil hipotesis ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap leverage.


(48)

D. Paradigma Penelitian

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat digambarkan dalam model paradigma seperti gambar berikut :

Gambar 1 Paradigma Penelitian

Keterangan :

X1 : Variabel Independen Likuiditas

X2 : Variabel Independen Peluang Pertumbuhan

X3 : Variabel Independen Profitabiltas

X4 : Variabel Independen Ukuran Perusahaan

Y : Variabel Dependen Leverage (DER)

t1, t2, t3, t4, t5 : Uji t hitung (pengujian parsial)

t1

Likuditas (X1)

Profitabilitas (X3) PROFITABILITA

Leverage (Y) t4

t3 t2 Peluang

Pertumbuhan (X2)

Ukuran Perusahaan (X4)


(49)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Leverage pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Peluang Pertumbuhan berpengaruh positif terhadap Leverage pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H3 : Profitabiltas berpengaruh negatif terhadap Leverage pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Leverage pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(50)

35

Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal dimana terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel independen atau bebas terhadap variabel dependen atau terikat (Gujarati, 2003). Berdasarkan data yang diperoleh, jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, karena didalamnya mengacu pada perhitungan data yang berupa angka. Variabel dependen penelitian ini adalah leverage, sedangkan variabel independennya adalah likuiditas, peluang pertumbuhan, profitabilitas dan ukuran perusahaan. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Penelitian: Dependen dan Independen

1. Variabel Dependen (Y) adalah tipe variabel yang terikat yang dipengaruhi oleh variabel independen. Penelitian ini memiliki satu variabel dependen yakni leverage. Untuk penghitungannya variabel dependen leverage diwakilkan oleh DER (Debt to Equity Ratio). DER adalah rasio yang mengukur tingkat penggunaan hutang perusahaan terhadap total ekuitas.


(51)

2. Variabel Independen (X) atau variabel bebas merupakan variabel yang tidak dipengaruhi atau tidak tergantung oleh variabel lain dengan kata lain variabel memengaruhi variabel lain (Algifari, 2000). Dalam penelitian ini Variabel Independen atau Variabel Bebas adalah :

a. Likuiditas (X1)

Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan antara aset lancar dengan total likuiditas lancar yang dimiliki perusahaan dalam satu tahun. Current ratio adalah salah satu ukuran likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya.

Current ratio sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan bisnis dan meneruskan kegiatan bisnis hariannya. Secara matematis current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 2001) :

Lancar Hutang

Lancar Aktiva

Ra tio Cur r ent


(52)

b. Peluang Pertumbuhan (X2)

Peluang pertumbuhan diukur dengan rumus Thobin’s q , rumus yang digunakan adalah rumus Thobin,s q yang telah disederhanakan oleh (Chung dan Pruitt, 1994) dalam Heryanto (2004).

Thobin’s q =Ni ai Pa a e

Ni ai e

Keterangan : Nilai Pasar = Total Liabilitas + (Closing Price2 x Listed Share) Nilai Buku = Total Aset dalam laporan keuangan

c. Profitabilitas (X3)

Profitabilitas merupakan suatu ukuran yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam satu periode tertentu (Joni dan Lina, 2010). Variabel ini dapat dihitung dengan banyak cara, namun rumusan yang digunakan dalam menghitung variabel ini adalah :

ROA= La a e e a Pa a a e d. Ukuran Perusahaan (X4)

Ukuran perusahaan diukur menggunakan proksi logaritma natural dari total aset. Menurut Ayunda (2012) total aset dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan karena bersifat jangka panjang dan dibandingkan dengan penjualan.


(53)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang termasuk dalam daftar Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data laporan keuangan perusahaan manufaktur antara tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai Juli 2016. D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat–sifatnya (Sudjana, 2006). Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti (Arikunto,1996). Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesai dengan kriteria tertentu. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yakni sampel yang dipilih berdasarkan kriteria kesesuaian dengan kriteria penelitian. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangannnya dengan periode buku yang berakhir setiap tanggal 31 Desember tiap tahunnya.

2. Perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangan dan catatan atas laporan tahun 2011-2014 secara berturut-turut.


(54)

3. Mempunyai data yang lengkap dan yang dibutuhkan dalam penelitian.

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang berarti bahwa data diperoleh dengan tidak melakukan observasi langsung pada objek penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3. Pengumpulan Data a. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada obyek penelitian. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer dan dokumen sekunder. Ketika peneliti menggunakan metode ini maka peneliti bisa menggunakan data yang ada dengan hanya membuat salinan atau menggandakannya.

b. Penelitian Kepustakaan

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang sesuai objek yang akan diteliti. Metode ini dapat dilakukan dengan cara


(55)

mempelajari atau menelaah berbagai sumber yang berhubungan dengan penelitian melalui buku, jurnal dan berbagai sumber tertulis lainnya maupun di internet.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Model analisis linier berganda digunakan untuk menjelaskan hubungan dan seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Uji asumsi klasik perlu dilakukan untuk dapat melakukan analisis regresi linier berganda. Langkah-langkah uji asumsi klasik pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011). Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test untuk masing-masing variabel. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : data residual tidak berdistribusi normal


(56)

Jika data memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, sehingga data dikatakan berdistribusi normal (Ghozali, 2011).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas atau independen (Ghozali, 2009). Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil daripada 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011).

Salah satu uji formal yang paling populer untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji Durbin-Watson, dasar pengambilan keputusan ada tidaknya gejala autokorelasi adalah:


(57)

Tabel 1 Pengambilan Keputusan

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl Tidak ada autokorelasi positif No desicison dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 – du Sumber : (Ghozali,2011)

Jika regresi kita memiliki autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya antara lain (Ghozali, 2011):

1) Menentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak dimasukkan ke dalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi persamaan regresi tidak benar.

2) Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi autokorelasi adalah dengan mentransformasi model awal menjadi model difference.

d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah variabel pengganggu dimana memiliki varian yang berbeda dari satu observasi ke observasi lainnya atau varian antar variabel independen tidak sama, hal ini melanggar asumsi


(58)

homokedastisitas yaitu setiap variabel penjelas memiliki varian yang sama (konstan). Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji Glejser, yaitu dengan melihat nilai signifikansi di atas tingkat α=5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini analisis regresi digunakan untuk menguji penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linier berganda. Pengujian model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

DERit = α + β1. LIK + β2. Thob + β3. ROA+ β4. SIZE+ ε Keterangan :

DER = Leverage

α = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien Regresi LIK = Likuiditas

Thob = Rasio Peluang Pertumbuhan ROA = Profitabilitas

SIZE = Ukuran Perusahaan


(59)

3. Pengujian Hipotesis

Adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Uji Parsial (uji statistik t)

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen yaitu pengaruh dari masing-masing variabel independen yang terdiri atas likuiditas, peluang pertumbuhan, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap variabel terikat leverage yang merupakan variabel dependennya.

Pengujian terhadap hasil regresi dilakukan dengan menggunakan uji t pada derajat keyakinan sebesar 95% atau α = 5%. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Menentukan formula hipotesis

Hipotesis dalam uji t ini adalah sebagai berikut:

a) Pengaruh likuiditas terhadap leverage:

H01: β1 ≥ 0, berarti variabel likuditas (X1) tidak berpengaruh negatif terhadap variabel leverage (variabel Y).

Ha1: β1 < 0, berarti variabel likuiditas (X1) berpengaruh negatif terhadap variabel struktur modal (variabel Y).


(60)

b) Pengaruh peluang pertumbuhan terhadap leverage:

H02: β2 ≤ 0, berarti variabel peluang pertumbuhan (X2) tidak berpengaruh positif terhadap variabel leverage (variabel Y).

Ha2: β2 > 0, berarti variabel peluang pertumbuhan (X2) berpengaruh positif terhadap variabel leverage (variabel Y).

c) Pengaruh profitabilitas terhadap leverage:

H03: β3 ≥ 0, berarti variabel profitabilitas (X3) tidak berpengaruh negatif terhadap variabel leverage (variabel Y).

Ha3: β3 < 0, berarti variabel profitabilitas (X3) berpengaruh negatif terhadap variabel leverage (variabel Y).

d) Pengaruh ukuran perusahaan terhadap leverage:

H04: β4 ≤ 0, berarti ukuran perusahaan (X4) tidak berpengaruh positif terhadap variabel leverage (variabel Y).

Ha4: β4 > 0, berarti ukuran perusahaan (X4) berpengaruh positif terhadap variabel leverage (variabel Y).

2) Membandingkan probabilitas tingkat kesalahan t hitung dengan tingkat signifikansi tertentu.


(61)

Pengambilan keputusan uji hipotesis secara parsial didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS sebagai berikut:

a) Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima. b) Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. b. Uji Signifikansi Statistik Simultan (uji F)

Pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji statistik F, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Merumuskan Hipotesis H0: β1, β2, β3, β4, β5 = 0

(tidak ada pengaruh likuiditas, peluang pertumbuhan, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap leverage)

Ha: β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0

(ada pengaruh likuiditas, peluang pertumbuhan, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap leverage)

2) Memilih uji statistik, memilih uji F karena hendak menentukan pengaruh berbagai variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.


(62)

4) Membandingkan probabilitas tingkat kesalahan F hitung dengan α = 5%, dengan ketentuan:

Apabila nilai probabilitas tingkat kesalahan F hitung lebih kecil dari α = 5% maka variabel independen signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

b. Koefisien Determinasi (Ajdusted R2)

Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R Square berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R Square dengan 1, maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100% variasi dalam Y. Sebaliknya, jika nilai R Square sama dengan 0 atau mendekatinya maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y (Ghozali, 2011).

Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai RSquare meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya.

Untuk mengurangi kelemahan tersebut, maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R-Square. Koefisien


(63)

determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan, maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011).


(64)

49

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Likuiditas, Peluang Pertumbuhan, Profitabiltas, Ukuran Perusahaan terhadap Leverage. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang bersumber dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id. Populasi yang digunakan adalah perusahaan sektor manufaktur yang berjumlah 126 perusahaan. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel penelitian adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan kriteria tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini sebagai berikut :

a. Perusahaan yang diteliti menerbitkan laporan keuangan secara konsisten dan lengkap selama periode tahun 2012 sampai 2014.

b. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode 2012-2014 yang mencantumkan seluruh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

c. Tidak memiliki laba dan ekuitas negatif secara berturut-turut selama periode 2012 sampai 2014.


(65)

Berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan diperoleh sampel sebanyak 40 perusahaan sektor manufaktur yang sesuai dengan purposive sampling. Berikut daftar perusahaan yang termasuk purposive sampling :

Tabel 2 Daftar sampel perusahaan sesuai purposive sampling

No Nama Perusahaan Kode Perusahaan

1 Akhasa Wira Internasional Tbk. ADES 2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. AISA

3 Alakasa Industrindo Tbk. ALKA

4 Asiaplast Industriest APLI

5 Astra Otoparts Tbk. AUTO

6 Indo kordsa Tbk. BRAM

7 Berlina Tbk. BRNA

8 Budi Starch and Sweetener Tbk. BUDI

9 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. CEKA

10 Citra Tubindo Tbk. CTBN

11 Ekadharma Internasional Tbk. EKAD

12 Gajah Tunggal Tbk. GJTL

13 Champion Pacific Indonesia Tbk. IGAR

14 Indorama Syntetics Tbk. INDR

15 Indospring Tbk. INDS

16 Indopoly Swakarsa Industry Tbk. IPOL

17 Japfa Tbk. JPFA

18 Kimia Farma (Persero) Tbk. KAEF

19 KMI Wire And Cable Tbk. KBLI

20 Kabelindo Murni Tbk. KBLM

21 Kedawung Setia Industrial Tbk. KDSI 22 Multistrada Arah Sarana Tbk. MASA

23 Martina Berto Tbk. MBTO

24 Nipress Tbk. NIPS

25 Pan Brothers Tex Tbk PBRX

26 Pelangi Indah Canindo Tbk. PICO

27 Prima Alloy Steel universal Tbk. PRAS

28 Pyridam Farma Tbk. PYFA

29 Ricky Putra Globalindo Tbk. RICY 30 Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk SCCO


(66)

No Nama Perusahaan Kode Perusahaan

31 Sekar Laut Tbk. SKLT

32 Holcim Indonesia Tbk. SMCB

33 Sorini Agro Asia Coorporindo Tbk. SOBI

34 Indo Acidatama Tbk. SRSN

35 Siantar Top Tbk. STTP

36 Surya Toto Indonesia Tbk. TOTO

37 Trisula Internasional Tbk. TRIS

38 Trias Sentosa Tbk. TRST

39 Unggul Indah Cahaya Tbk. UNIC

40 Wismilak Inti Makmur Tbk. WIIM

Sumber : Lampiran 1, halaman : 80

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Thobin’s q, Return on Asset, dan Size. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio, sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu Current Ratio, Thobin’s q, Return on Asset, dan Size.

2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan, penyajian dan peringkasan yang berfungsi untuk memberikan gambaran data yang diteliti secara memadai. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program statistik SPSS 16 dan memperoleh hasil statistik deskriptif sebagai berikut:

Tabel 3. Statistik Deskriptif

Sumber : Lampiran 23, halaman : 124

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

DER 120 0,213 3,055 1,00179 0,58961

CR 120 0,002 4,364 1,77647 0,86529

THOBIN'S Q 120 17,256 16819,9 1359,31 2592,48

ROA 120 0,001 0,325 0,06462 0,051628


(67)

a. Leverage

Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai minimum Debt to Equity Ratio sebesar 0,213 dan nilai maksimum sebesar 3,055. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya nilai Leverage pada sampel penelitian ini berkisar antara 0,213 sampai 3.055 dengan rata-rata (mean) 1,00179 pada standar deviasi sebesar 0,58961. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi, yaitu 1,00179 > 0,58961 yang berarti bahwa sebaran nilai Leverage baik. Data tersebut bersifat homogen, tidak ada kesenjangan yang terlalu besar antara nilai terendah dan tertinggi variabel Leverage selama periode penelitian. b. Current Ratio

Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai minimum Current Ratio sebesar 0,002 dan nilai maksimum sebesar 4,364. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya nilai Current Ratio pada sampel penelitian ini berkisar antara 0,002 sampai 4,364 dengan rata-rata (mean) 1,77647 pada standar deviasi sebesar 2592,48. Nilai rata-rata (mean) lebih kecil dari standar deviasi, yaitu 1,77647 < 2592,48 yang berarti bahwa sebaran nilai Current Ratio baik. Data tersebut bersifat homogen, tidak ada kesenjangan yang terlalu besar antara nilai terendah dan tertinggi variabel Current Ratio selama periode penelitian.


(68)

c. Thobin’s q

Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai minimum Thobin’s q sebesar 17,256 dan nilai maksimum sebesar 16819,9. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya nilai Thobin’s q pada sampel penelitian ini berkisar antara 17,256 sampai 16819,9 dengan rata-rata (mean) 1359,31 pada standar deviasi sebesar 0,37603. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi, yaitu 0,7236 > 0,37603 yang berarti bahwa sebaran nilai Thobin’s qkurangbaik. d. Return On Asset

Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai minimum Return On Asset sebesar 0,001 dan nilai maksimum sebesar 0,325. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya nilai Return On Asset pada sampel penelitian ini berkisar antara 0,001 sampai 0,325 dengan rata-rata (mean) 0,06462 pada standar deviasi sebesar 0,051628. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi, yaitu 0,06462 > 0,051628 yang berarti bahwa sebaran nilai Return On Asset baik. Data tersebut bersifat homogen, tidak ada kesenjangan yang terlalu besar antara nilai terendah dan tertinggi variabel Return On Asset selama periode penelitian.

e. Size

Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel tiga, dapat diketahui bahwa nilai minimum Size sebesar 25,635 dan nilai maksimum sebesar 30,6476. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya nilai Size pada


(69)

sampel penelitian ini berkisar antara 25,635 sampai 30,6476 dengan rata-rata (mean) 28,0096 pada standar deviasi sebesar 1,209929. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi, yaitu 28,0096 > 1,209929 yang berarti bahwa sebaran nilai Size baik. Data tersebut bersifat homogen, tidak ada kesenjangan yang terlalu besar antara nilai terendah dan tertinggi variabel Size selama periode penelitian.

3. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik sebagai syarat sebelum dilakukan analisis regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan, yaitu uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S), uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson statistik, uji multikolinearitas dengan Variance Inflation Factor (VIF), dan uji heteroskedastisitas yang dilakukan dengan uji White. a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011). Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test untuk masing-masing variabel. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : data residual tidak berdistribusi normal


(70)

Jika data memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, sehingga data dikatakan berdistribusi normal (Ghozali, 2011).

Hasil uji normalitas dilakukan dengan melihat nilai 2-tailed significant dari variabel residual. Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05, sebaliknya jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2011). Berikut tabel hasil uji normalitas dengan menggunakan uji K-S pada model regresi

Tabel 4. Hasil Pengujian Normalitas

Sumber : Lampiran 24, halaman : 125

Berdasarkan tabel 4, uji normalitas menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,285. Hal tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas atau independen (Ghozali, 2009). Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan

Unstandardized

Residual Kesimpulan

Kolmogorov-Smirnov Z 0,986


(71)

variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance ≤ 0,1 dan VIF ≥ 10, dan sebaliknya bebas dari multikolinearitas jika nilai tolerance 0,1 dan VIF 10. Berikut hasil uji multikolinearitas

Tabel 5. Hasil Pengujian Multikolinearitas

Sumber : Lampiran 25, halaman : 126

Berdasarkan tabel 5, semua variabel menunjukkan nilai tolerance > 0,10, dan nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas. Untuk lebih memperjelas hubungan antar variabel, dalam penelitian ini digunakan uji korelasi pearson. Uji ini digunakan untuk memperjelas derajat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :

Collinearity Statistics

Variabel Tolerance VIF Kesimpulan

CR 0,96 1,042 Tidak terjadi multikolinearitas

Thobin’s q 0,686 1,458 Tidak terjadi multikolinearitas

ROA 0,703 1,422 Tidak terjadi multikolinearitas SIZE 0,882 1,133 Tidak terjadi multikolinearitas


(72)

Sumber: Lampiran 26 , halaman : 127

Berdasarkan tabel 6, hasil korelasi pearson menujukkan jika angka korelasi pearson ≥ 8 maka terjadi multikolinearitas, sebaliknya jika angka korelasi pearson lebih kecil dari 8 maka tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastistas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

Tabel 6 Uji Korelasi Pearson

DER CR THOBIN'S Q ROA SIZE

DER Pearson Correlation 1 -0,420** -0,186* -0,411** 0,020

Sig. (2-tailed) 0,000 0,042 0,000 0,825

N 120 120 120 120 120

CR Pearson Correlation -0,420** 1 0,033 0,176 -0,106

Sig. (2-tailed) 0,000 0,717 0,055 0,248

N 120 120 120 120 120

THOBIN'S Q Pearson Correlation -0,186* 0,033 1 0,483** 0,239**

Sig. (2-tailed) .

0,042 0,717 0,000 0,009

N 120 120 120 120 120

ROA Pearson Correlation -0,411** 0,176 0,483** 1 -0,091

Sig. (2-tailed) 0,000 0,055 0,000 0,323

N 120 120 120 120 120

SIZE Pearson Correlation 0,020 -0,106 0,239** -0,091 1 Sig. (2-tailed) 0,825 0,248 0,009 0,323

N 120 120 120 120 120

**. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).


(73)

pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastistas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastistas. Pengujian heteroskedastisitasdapat dilakukan dengan uji Glejser yaitu dengan meregresikan variabel independen terhadap absolute residual. Residual merupakan selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi, sementara absolute adalah nilai mutlaknya. Uji ini dilakukan dengan meregresi nilai residual sebagai variabel dependen dengan variabel bebas. Tingkat kepercayaan yang digunakan yaitu sebesar 5%. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Berikut tabel hasil uji heteroskedastisitas :

Tabel 7 Hasil pengujian heteroskedastisiitas

Sumber : Lampiran 27, Halaman : 128

Berdasarkan hasil uji Glejser model regresi yang terdapat pada tabel 7, menunjukkan bahwa semua variabel bebas memiliki nilai signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5%, sehingga model regresi tersebut dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Variabel Sig. Kesimpulan

CR 0,104 Tidak terjadi heteroskedastisitas THOBIN'S Q 0,363 Tidak terjadi heteroskedastisitas ROA 0,073 Tidak terjadi heteroskedastisitas SIZE 0,578 Tidak terjadi heteroskedastisitas


(1)

Lampiran 26 : Output Uji Korelasi Pearson

DER CR THOBIN'S Q ROA SIZE

DER Pearson Correlation 1 -.420** -.186* -.411** .020

Sig. (2-tailed) .000 .042 .000 .825

N 120 120 120 120 120

CR Pearson Correlation -.420** 1 .033 .176 -.106

Sig. (2-tailed) .000 .717 .055 .248

N 120 120 120 120 120

THOBIN'S Q Pearson Correlation -.186* .033 1 .483** .239**

Sig. (2-tailed) .042 .717 .000 .009

N 120 120 120 120 120

ROA Pearson Correlation -.411** .176 .483** 1 -.091

Sig. (2-tailed) .000 .055 .000 .323

N 120 120 120 120 120

SIZE Pearson Correlation .020 -.106 .239** -.091 1

Sig. (2-tailed) .825 .248 .009 .323

N 120 120 120 120 120

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

Lampiran 26 : Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .946 .688 1.374 .172

CR -.053 .032 -.148 -1.641 .104

THOBIN'S

Q -1.170E-5 .000 -.098 -.914 .363

ROA -1.148 .634 -.191 -1.810 .073

SIZE -.013 .024 -.053 -.558 .578


(3)

Lampiran 27 : Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .544a .296 .272 .503213 2.098

a. Predictors: (Constant), SIZE, ROA, CR, THOBIN'S Q b. Dependent Variable: DER


(4)

Lampiran 28 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.433 1.156 2.105 .038

CR -.247 .054 -.363 -4.546 .000

THOBIN'S

Q 2.730E-6 .000 .012 .127 .899

ROA -4.086 1.065 -.358 -3.836 .000

SIZE -.026 .041 -.054 -.643 .521


(5)

Lampiran 29 : Hasil Uji Simultan

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 12.248 4 3.062 12.093 .000a

Residual 29.121 115 .253

Total 41.369 119

a. Predictors: (Constant), SIZE, ROA, CR, THOBIN'S Q b. Dependent Variable: DER


(6)

Lampiran 30 : Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .544a .296 .272 .503213

a. Predictors: (Constant), SIZE, ROA, CR, THOBIN'S Q b. Dependent Variable: DER