Pengaruh Financial Leverage dan Kesehatan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE DAN KESEHATAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

IRENE ISABELLA PERANGIN ANGIN 110502273

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE DAN KESEHATAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

financial leverage (DAR)dan kesehatan perusahaan (probabilitas kesulitan keuangan) terhadap nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan menggunakan populasi sebanyak 130 perusahaan dan diperoleh sampel sebanyak 121 perusahaan

manufaktur selama periode 2012 sampai 2013. Variabel penelitian ini terdiri dari

financial leverage dan kesehatan perusahaan sebagai variabel independen, dan nilai perusahaan sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan tingkat signifikan 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial leverage dan kesehatan perusahaan secara simultan atau serempak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel financial leverage berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, serta kesehatan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 dan 2013. Kata Kunci: Financial Leverage (DAR), kesehatan perusahaan (probabilitas


(3)

ABSTRACT

THE IMPACT OF FINANCIAL LEVERAGE AND FIRM HEALTH ON MANUFACTURING FIRM VALUE THAT LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

The aim of this research was to identify and analyze the impact of

financial leverage (DAR) and firm health (the probability of financial distress) on manufacturing firm value (PBV) that listed in Indonesia Stock Exchange.

This research uses secondary data using a population of 130 companies and had a sample of 121 companies of manufacturing industry since the period of 2012 to 2013. The variables of this study consisted of financial leverage and firm health as independent variables, and firm value as the dependent variable. This research used 5% of significant level.

The results showed that financial leverage and firm health have significant effect on firm value in manufacturing industry listed in Indonesia Stock Exchange. The partial test showed that financial leverage has a positive and significant effect on firm value, and firm health has a negative and significant effect on firm value in manufacturing industry listed in Indonesia Stock Exchange in 2012-2013.

Keywords: Financial Leverage (DAR), firm health (the probability of financial distress), and firm value (PBV).


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Financial Leverage dan Kesehatan

Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih terutama untuk kedua orangtua penulis, Ayahanda J. Perangin Angin dan Ibunda E. Ginting atas perhatian, doa, dukungan, serta kasih sayang yang begitu besar selama ini tanpa mengenal lelah. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekertaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 7. Ibu Beby Kendida, SE, M.Si selaku dosen pembaca penilai atas saran dan

masukan yang diberikan kepada penulis.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

9. Kakak dan adik tersayang, Astrid Yoan dan Nico Vincent yang telah memberikan semangat, doa, arahan dan kasih sayang kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.


(5)

10. Teman-teman saya tercinta, yang telah memberikan masukan dan semangat dalam penyusunan skripsi, Nurmalini, Viance, Riska, Deby, Yolanda, Septy, Alfa, dan Royen

11. Teman-teman Manajemen 2011 serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan peniliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2015 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Teori Struktur Modal... 7

2.1.1.1 Model Modigliani-Miller Tanpa Pajak ... 7

2.1.1.2 Model Modigliani-Miller Dengan Pajak ... 7

2.1.1.3 Model Miller ... 8

2.1.1.4 Trade-Off Theory ... 9

2.1.2 Financial Leverage ... 10

2.1.3 Analisis Kesehatan Perusahaan dengan Menggunakan Probabilitas Kesulitan Keuangan Perusahaan ... 11

2.1.4 Nilai Perusahaan... 14

2.2 Penelitian Terdahulu ... 15

2.3 Kerangka Konseptual ... 20

2.4 Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Batasan Operasional ... 22

3.4 Definisi Operasional ... 23

3.5 Populasi dan Sampel ... 24

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 30

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.8 Teknik Analisis Data ... 31

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 31

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 31

3.8.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 32

3.8.2.1.1 Uji Normalitas ... 32


(7)

3.8.2.1.3 Uji Autokorelasi ... 33

3.8.2.1.4 Uji Multikolinearitas ... 34

3.8.2.2 Goodness of Fit Model ... 34

3.8.2.2.1 Uji F (F-Test) ... 34

3.8.2.2.2 Uji t (t-test) ... 35

3.8.2.2.3 Uji Determinan (R2) ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 38

4.1.1 Analisis Deskriptif ... 38

4.1.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 43

4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 43

4.1.2.1.1 Uji Normalitas ... 43

4.1.2.1.2 Uji Heteroskedastisitas ... 45

4.1.2.1.3 Uji Autokorelasi ... 47

4.1.2.1.4 Uji Multikolinieritas ... 47

4.1.2.2 Goodness of Fit Model ... 48

4.1.2.2.1 Uji F (F-test) ... 48

4.1.2.2.2 Uji t (t-test) ... 48

4.1.2.2.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 50

4.2 Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Hutang, Aset dan Harga Saham pada Perusahaan

Manufaktur Tahun 2012 dan 2013 ... 3

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 19

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel... 23

Tabel 3.2 Daftar Nama Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Populasi Sasaran Penelitian ... 24

Tabel 3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 34

Tabel 4.1 Financial Leverage (DAR) Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 dan 2013 ... 38

Tabel 4.2 Kesehatan Perusahaan (Probabilitas Kesulitan Keuangan) Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 dan 2013 .... 40

Tabel 4.3 Nilai Perusahaan (PBV) Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 dan 2013 ... 41

Tabel 4.4 One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test ... 45

Tabel 4.5 Hasil Uji Glejser ... 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin-Watson ... 47

Tabel 4.7 Collinearity Statistics ... 47

Tabel 4.8 Uji-F ... 48

Tabel 4.9 Uji t (t-test) ... 48


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 21

Gambar 4.1 Histogram ... 44

Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 44

Gambar 4.3 Scatterplot ... 46

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Nilai Variabel Depeden dan Independen ... 59


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut Mentri Perindustrian (MS Hidayat) yang dikutip dalam Media Industri (2013), pada tahun 2012 industri manufaktur memiliki pertumbuhan yang tinggi. Menurutnya di tahun 2012 industri manufaktur mencapai pertumbuhan sebesar 6,40%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang hanya sebesar 6,23%. Pertumbuhan industri manufaktur yang semakin baik ini menyebabkan nilai perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang positif mengindikasikan perusahaan tersebut berkembang dan nilainya akan semakin meningkat di masa mendatang.

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Semakin tinggi nilai saham maka semakin besar pula kepercayaan publik terhadap perusahaan. Sedangkan, menurut Nurchanifia (2012) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Keuntungan perusahaan merupakan satu hal yang mempengaruhi nilai perusahaan. Maksimalnya keuntungan perusahaan merupakan penyebab naiknya nilai perusahaan. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm).

Salah satu faktor penentu maksimalnya keuntungan suatu perusahaan adalah kebijakan struktur modal perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena


(11)

dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan modal baik dari dalam maupun luar perusahaan. Keputusan struktur modal yang optimal merupakan tugas setiap manajer keuangan. Dengan keputusan struktur modal yang optimal maka akan memaksimalkan keuntungan perusahaan juga. Oleh karena itu kebijakan struktur modal berkaitan erat dengan nilai perusahaan dan menjadi keputusan yang sangat penting pada masing-masing perusahaan.

Menurut Ming dan Tzeng (2011), keputusan struktur modal dalam mengatur komposisi antara pendanaan melalui hutang dan saham harus tepat untuk meminimalkan biaya agensi dan memaksimalkan nilai perusahaan. Pendanaan yang datang dari hutang disebut dengan financial leverage. Menurut Nurchanifia (2012), financial leverage terjadi karena perusahaan menggunakan sumber dana yang berasal hutang yang menyebabkan perusahaan menanggung beban tetap. Penggunaan pinjaman dengan beban tetap yaitu bunga pada dasarnya akan menimbulkan dampak positif berupa penghematan dalam pembaaran pajak, karena bunga dapat diperhitungkan sebagai biaya. Dengan adanya penghematan pembayaran pajak maka posisi kas perusahaan akan menjadi lebih baik, sehingga nilai perusahaan akan meningkat (Syahyunan, 2013:218).

Tingkat financial leverage yang berhubungan positif dengan nilai perusahaan tergantung dari potensi kebangkrutan masing-masing perusahaan. Potensi kebangkrutan ini dapat dilihat dari kualitas keuangan suatu perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Ming dan Tzeng (2011) yang menyatakan perusahaan yang memiliki hutang akan memiliki nilai lebih tinggi khususnya untuk perusahaan yang memiliki kualitas keuangan yang baik karena perusahaan


(12)

yang memiliki kualitas keuangan yang baik yang dapat memenuhi kewajiban untuk membayar beban bunga setiap periode.

Untuk menggambarkan hubungan antara variabel financial leverage dan kesehatan perusahaan terhadap nilai perusahaan berikut disajikan perkembangan total hutang, total aset dan harga saham beberapa perusahaan manufaktur pada tahun 2012 dan 2013.

Tabel 1.1

Tabel Hutang,Aset dan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 dan 2013

N o

Nama Perusahaan

Hutang

(dalam Jutaan Rupiah)

Aset

(dalam Jutaan Rupiah)

Harga Saham (dalam Rupiah)

2012 2013 2012 2013 2012 2013

1 Multi Bintang Indonesia, Tbk

822.195 794.615 1.152.048 1.782.148 740.000 1.200.000 2 Delta Djakarta,

Tbk

147.095 190.483 745.307 867.041 255.000 380.000 3 Merck, Tbk 152.689 184.728 569.431 696.946 152.000 189.000 4 Hanjaya

Mandala Sampoerna,

Tbk

12.939.107 13.249.559 26.247.527 27.404.594 59.000 62.400

5 Gudang Garam, Tbk

14.903.612 21.353.980 41.509.325 50.770.251 56.300 42.000 6 Primarindo

Asia Infrastructure,

Tbk

287.919 321.975 100.101 118.007 900 700

7 Karwell Indonesia, Tbk

561.669 772.644 559.194 686.686 670 185 8 Asia Pasific

Fibers,Tbk

11.614.551 14.399.989 3.899.449 4.308.706 193 80 Sumber :(data diolah)

Pada tabel 1.1 di atas hutang menggambarkan variabel financial leverage

dan harga saham menggambarkan nilai perusahaan. Terdapat tiga perusahaan dengan harga saham tertinggi pada sektor manufaktur yaitu Delta Djakarta, Tbk,


(13)

Merck, Tbk dan Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk mengalami kenaikan harga saham pada saat penggunaan hutang juga mengalami kenaikan.

Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya bahwa pengaruh positif hutang terhadap nilai perusahaan berhubungan erat dengan kesulitan keuangan perusahaan tersebut. Analisis kesulitan keuangan ini dipakai untuk mencerminkan kesehatan perusahaan. Perusahaan yang memiliki kesehatan yang baik berarti memiliki kualitas keuangan prima dari segi finansialnya. Kesehatan perusahaan yang baik dapat meningkatkan rasio kredit dari pemberi kredit dan pemodal. Hubungan positif antara hutang dan nilai perusahaan ditandai saat kesehatan perusahaan semakin baik (Ming dan Tzeng, 2011). Risiko kesulitan keuangan perusahaan merupakan sebuah risiko yang dihadapi perusahaan ketika memiliki beban finansial yang lebih besar dari pada kemampuannya untuk menyelesaikan beban finansialnya tersebut. Beban finansial dapat dilihat dari hutang sedangkan kemampuan finansial dapat dilihat dari aset. Oleh karena itu apabila aset perusahaan lebih besar dari pada hutang perusahaan tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut sehat.

Pada tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa terdapat lima perusahaan yaitu Multi Bintang Indonesia, Tbk, Delta Djakarta, Tbk, Merck, Tbk, Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk dan Gudang Garam, Tbk memiliki aset lebih besar daripada hutang, sehingga dapat dikatakan sebagai perusahaan yang sehat. Dan kesehatan perusahaan yang baik tersebut membuat perusahaan memiliki nilai yang positif. Sebaliknya, terdapat tiga perusahaan yaitu Primarindo Asia Infrastructure, Tbk Karwell Indonesia, Tbk Asia Pasific Fibers,Tbk memiliki aset


(14)

yang lebih kecil daripada hutang, sehingga dapat dikatakan sebagai perusahaan yang tidak sehat. Dan perusahaan yang tidak sehat sehat tersebut mengalami penurunan harga saham.

Perusahaan perlu untuk memprediksi kesehatan perusahaannya karena perusahaan yang memiliki tingkat kesehatan yang baik akan memiliki dampak yang positif terhadap nilai perusahaan. Kesehatan perusahaan dapat pula diproyeksikan dengan probabilitas kesulitan keuangan. Menurut Fachrudin (2008:105), semakin rendah probabilitas kesulitan keuangan suatu perusahaan menunjukkan perusahaan yang sehat. Sedangkan, semakin tinggi probabilitas kesulitan keuangan menunjukkan kesulitan keuangan suatu perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka sangat penting diketahui financial leverage dan kesehatan perusahaan yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan, oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Financial Leverage dan Kesehatan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : “Apakah Financial Leverage dan kesehatan perusahaan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai 2013?”.


(15)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

Financial Leverage dan kesehatan perusahaan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai 2013.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak-pihak terkait yaitu:

1. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk dapat mengetahui pentingnya penggunaan financial leverage dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dan menilai kesehatan perusahaan guna meningkatkan nilai perusahaan.

2. Investor

Penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam mengambil keputusan investasi pada perusahaan yang menggunakan financial leverage serta memiliki kesehatan perusahaan yang baik.

3. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam yang berkaitan dengan


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

2.1.1 Teori Struktur Modal

2.1.1.1 Model Modigliani-Miller Tanpa Pajak

Menurut Brigham dan Houston (2012:179), teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membagun teori mereka, yaitu:

a) Tidak ada biaya pialang. b) Tidak ada pajak.

c) Tidak ada biaya kebangkrutan.

d) Investor dapat meminjam dengan tingkat yang sama seperti perusahaan. e) Seluruh investor memliki informasi yang sama seperti manajemen tentang

peluang investasi perusahaan di masa depan. f) EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang.

2.1.1.2 Model Modigliani-Miller Dengan Pajak

Menurut Syahyunan (2013:221), teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena biaya bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Dalam teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi, yaitu:


(17)

1. Preposisi- I

Nilai perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi-I ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.

2. Preposisi- II

Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah, sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya. Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya.

2.1.1.3 Model Miller

Merton Miller pada tahun 1976 memasukkan beberapa dampak pajak pribadi, yaitu: (1) bunga sebagai pengurang pajak menguntungkan penggunaan pendanaan dengan hutang, tetapi (2) perlakuan pajak atas penghasilan dari saham yang lebih menguntungkan menurunkan tingkat pengembalian yang diminta atas saham dan karenanya menguntungkan penggunaan pendanaan ekuitas. Sulit untuk menentukan dampak bersih dari kedua faktor tersebut. Namun, sebagian besar pengamat percaya bahwa bunga yang dapat menjadi pengurang pajak akan


(18)

memiliki dampak yang paling kuat, sehingga sistem pajak akan menguntungkan penggunaan hutang oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2011:181-182).

2.1.1.4 Trade-Off Theory

Menurut trade off theory yang dikemukakan oleh Myers (2001) bahwa “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankrupty costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency cost) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shield) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (cost of financial distress).

Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak (Syahyunan, 2013:228).


(19)

Menurut Brigham dan Houston (2012:188), metode ini memberikan tiga hal penting mengenai hutang yaitu :

1. Perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi sebaiknya menggunakan hutang yang sedikit, karena semakin besar probabilitas kesulitan keuangan akan memperbesar biaya kesulitan keuangan.

2. Perusahaan yang memiliki aktiva berwujud (tangible asset) dapat menggunakan hutang yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aktiva tak berwujud (intangible asset).

3. Perusahaan yang sedang membayar pajak yang tinggi dapat menggunakan hutang yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang membayar pajaknya rendah.

2.1.2 Financial Leverage

Menurut Riyanto (1995) dalam Fansuri (2013), financial leverage yaitu penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar sehingga akan meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham atau memperbesar pendapatan per lembar saham, dengan menunjukan perubahan laba per lembar saham (Earning Per Share=EPS). Sebagai akibat perubahan laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Taxes=EBIT). Namun disisi lain perusahaan harus mempertimbangkan adanya peningkatan risiko dari penggunaan hutang tersebut. Hal ini karena adanya beban tetap berupa beban bunga yang akan menyertai pokok pinjaman.


(20)

Financial leverage menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Financial leverage dapat diukur dengan rasio

leverage, yang menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar (Butar-Butar, 2013). Menurut Rehman (2013) financial leverage

adalah sejauh mana perusahaan menggunakan hutang dan merupakan ukuran dari berapa banyak perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai asetnya. Dengan peningkatan hutang, financial leverage juga akan meningkat. Pendapat selanjutnya diungkapkan oleh Raza (2013). Menurut Raza (2013) rasio yang digunakan untuk mengukur financial leverage adalah jumlah hutang terhadap total aset yang disebut rasio modal, yang dihitung sebagai rasio nilai buku total hutang terhadap total aset. Alasan dalam penggunaan rasio ini adalah tingkat

leverage yang optimal ditentukan oleh trade off antara manfaat dan biaya dari pembiayaan hutang.

2.1.3 Analisis Kesehatan Perusahaan dengan Menggunakan Probabilitas Kesulitan Keuangan Perusahaan

Kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya (Brigham dan Daves, 2003 dalam Fachrudin, 2008:2). Di Indonesia kepailitan (failure) diatur dalam UU. No. 1 Tahun 1998, disebutkan bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak dapat membayar sedikitnya suatu hutang yang telah jatuh waktu dan tidak dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan


(21)

pengadilan yang berwenang, baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya (Fachrudin, 2008:4-5).

Menurut Fachrudin (2008:15) akibat kesulitan keuangan sebagai berikut:

1. Risiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief) atas peningkatan level hutang.

2. Jika manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika kesulitan, hubungannya dengan suplier, pelanggan, pekerja dan kreditor menjadi rusak parah.

3. Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati, atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali, jika mereka yakin tidak ada kesempatan peningkatan perusahaan dalam beberapa bulan.

4. Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan suplier mereka, dan merencanakan sendiri produksi mereka dengan andaian ada keberlanjutan dari hubungan tersebut. Adanya keraguan tentang long evity

perusahaan tidak menjamin kontrak yang baik. Pelanggan umumnya menginginkan jaminan bahwa perusahaan cukup stabil untuk menepati janji.

Menurut Jensen (1989) dalam Fachrudin (2008:17) mengatakan bahwa kesulitan keuangan memicu tindakan perbaikan manajemen untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Keputusan pendanaan (financing decision) berhubungan dengan pemilihan sumber pembiayaan perusahaan. Struktur modal optimal sering dikaitkan dengan nilai perusahaan. Model yang menghubungkan dengan kesulitan


(22)

keuangan adalah model trade-off. Kesimpulan model ini dipaparkan sebagai berikut, yaitu penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan penggunaan hutang tidak seimbang dengan kenaikan biaya kesulitan keuangan dan masalah agensi (Fachrudin, 2008:19).

Analisis kesulitan keuangan ini dapat bermanfaat bagi manajer perusahaan sebagai pedoman untuk menaksir kondisi perusahaannya. Semakin rendah tingkat kesulitan keuangan suatu perusahaan maka akan semakin baik kualitas keuangan perusahaan tersebut. Ada dua model prediksi yang digunakan, yaitu model prediksi kesulitan keuangan dengan rasio pinjaman bank dan lembaga keuangan lainnya terhadap jumlah aset, dan model prediksi kesulitan keuangan dengan rasio hutang terhadap jumlah aset (Fachrudin, 2008:83). Kedua model tersebut dijelaskan di bawah ini.

P i = 1 / [1 + 2,71828 - (-4,254 + 15,272xa1 i – 35,828xa2 i) ], dan P i = 1 / [1 + 2,71828 - (-5,472 + 9,555xa8 i – 32,347xa2i) ] Dimana :

Pi : probabilitas kesulitan keuangan, nilainya terletak antara 1 dan 0.

Ekstrim 1 menunjukkan kesulitan keuangan, sedangkan ekstrim 0 menunjukkan tidak kesulitan keuangan.

xa1i : rasio hutang bank dan lembaga keuangan lainnya terhadap jumlah aset xa2i : rasio pendapatan bersih terhadap jumlah aset


(23)

Bila probabilitas mencapai angka 1 berarti perusahaan sudah memasuki status kesulitan keuangan yang paling parah, sedangkan bila mencapai angka 0 berarti perusahaan tidak kesulitan keuangan (Fachrudin, 2008:105).

2.1.4 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran di pasar modal yang merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan (Harmono, 2009:233). Menurut Jogiyanto (2000) dalam Nurchanifia (2012), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Saat pengumuman informasi yang dikeluarkan mengandung signal yang baik bagi para investor, maka akan terjadi peningkatan dalam volume perdagangan saham yang mengakibatkan tingginya harga saham di pasar modal sebagai cerminan atas nilai perusahaan.

Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang disebut rasio nilai pasar. Rasio nilai pasar (market value ratios) adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap risiko dan prospek perusahaan di masa depan (Brigham dan Houston, 2012:150).


(24)

Menurut Brigham dan Houston (2012:150) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio market value yaitu :

1. Price Earning Ratio (PER) yaitu perbandingan antara harga saham di pasar perdana dengan pendapatan yang diterima.

2. Price Book Value (PBV) yaitu rasio yang menunjukkan apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut.

3. Dividend Yield Ratio yaitu rasio yang menunjukkan tingkat penghasilan berjalan yang diperoleh dari investasi saham.

4. Dividen Payout Ratio (DPR) yaitu rasio yang menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.

2.2 Penelitian Terdahulu

Ming dan Tzeng (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Leverage dan Kualitas Keuangan terhadap Nilai Perusahaan”. Variabel independen yang digunakan adalah Leverage (DAR) dan Kualitas Keuangan (Z-Score). Penelitian ini dilakukan pada 645 perusahaan yang terdaftar di Taiwan Securities Exchange (TSE) pada tahun 2000-2009. Studi empiris menunjukkan bahwa : Pertama, nilai perusahaan yang menggunakan hutang (leveraged firm) lebih baik dibandingkan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang (unleveraged firm) apabila kita tidak memperhitungkan probabilitas kebangkrutan. Kedua, jika kita mempertimbangkan manfaat dan biaya hutang secara bersamaan, Leverage secara signifikan berhubungan positif dengan nilai


(25)

perusahaan sebelum mencapai struktur modal perusahaan yang optimal. Ketiga, pengaruh positif leverage terhadap nilai perusahaan cenderung lebih kuat ketika kualitas keuangan perusahaan lebih baik. Temuan ini dapat memberikan wawasan ke dalam keputusan keuangan hutang perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

Butar-Butar (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Leverage dan Kualitas Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh leverage

dan kualitas keuangan secara simultan dan parsial terhadap nilai perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh dari data sekunder berupa laporan keuangan 24 bank di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012 dengan metode pengumpulan data purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan analisis linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (Uji Statistik F)

leverage dan kualitas keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial (Uji Statistik T) variabel Debt to Asset Ratio (DAR) dan Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) dan Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Time Interest Earned (TIE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan variabel Z-Score berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.


(26)

Nurchanifia (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh

Financial Leverage terhadap Nilai Perusahaan pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh leverage keuangan terhadap nilai perusahaan industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel pengamatan terdiri dari industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia untuk periode pengamatan tahun 2006 sampai 2010. Data dikumpulkan dari Indonesia Capital Market Directory dan Investment World yang menyediakan informasi harga saham. Hasil penelitian ini dengan menggunakan sampel 73 perusahaan makanan dan minuman dengan metode analisis regresi menunjukkan bahwa leverage

keuangan mempengaruhi nilai perusahaan secara berlawanan (negatif).

Kusnaeni (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Stuktur Modal terhadap Nilai Perusahaan pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia”. Nilai perusahaan dapat diukur dari besarnya Price Book Value (PBV). PBV merupakan rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan yang menunjukkan seberapa besar nilai harga saham per lembar dibandingkan dengan nilai buku per lembar saham. Struktur modal merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Dalam teori Modigliani dan Miller (MM) tanpa pajak disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Sedangkan dalam teori MM dengan pajak disimpulkan bahwa

financial leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dengan kata lain nilai perusahaan mendekati maksimum dan biaya modal minimum jika penggunaan hutang mendekati 100%. Penelitian ini menguji struktur modal yang terdiri dari


(27)

Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) terhadap Nilai Perusahaan yang tercermin dari nilai PBV pada Indistri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2010. Target populasinya berdasarkan kriteria tertentu yaitu Industri Barang Konsumsi yang telah menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2007-2010 secara berturut-turut sehingga diperoleh 30 perusahaan. Semua perusahaan yang menjadi target populasi sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini. Teknik analisis yag digunakan adalah analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi α = 5%. Hasil temuan menunjukkan variabel bebas secara serempak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dengan R adjusted sebesaar 14,6%. Secara individual, DAR dan DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan LDAR dan LDER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Judul

Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1 Ming-Chang Ming dan

Zuwei-Ching Tzeng (2011), “The Effect of Leverage on Firm Value and How the Firm Financial Quality Influence on This Effect”

Leverage, Financial

Quality and Firm Value.

Leverage dan kualitas

keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

2 Butar-Butar (2013), “Pengaruh Leverage dan Kualitas Keuangan

DAR, LDAR, DER, LDER, TIE, Z-Score,

Secara simultan DAR, DER, LDAR, LDER, TIE dan


(28)

No Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian terhadap Nilai

Perusahaan Perbankan di BEI”

PER. signifikan terhadap nilai

perusahaan. Secara parsial DAR dan LDER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. DER dan LDAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. TIE berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan Z-Score

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

3 Nurchanifia (2012), “Pengaruh Financial Leverage terhadap Nilai Perusahaan” Financial Leverage, PER, MPV. Financial leverage mempengaruhi nilai perusahaan secara negatif.

4 Kusnaeni (2012), “Pengaruh Struktur Modal terhadap DAR, DER, Nilai Perusahaan”

DAR, DER, LDAR, LDER, PBV.

DAR dan DER berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan, namun LDAR, LDER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan industri barang konsumsi di BEI.

2.3 Kerangka Konseptual

Keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang sebagai sumber permodalannya harus dipertimbangkan secara matang. Penggunaan hutang dalam struktur modal suatu perusahaan merupakan keputusan yang mencoba melakukan efektifitas dan efisiensi yang dilakukan oleh pihak manajemen. Menurut Ming dan Tzeng (2011), kecenderungan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan jika kualitas keuangan perusahaan lebih baik. Hutang berpengaruh


(29)

positif terhadap nilai perusahaan, karena penghematan dalam pembayaran pajak. Dengan adanya penghematan pembayaran pajak tersebut maka posisi kas perusahaan akan menjadi lebih baik, sehingga nilai perusahaan akan meningkat.

Ketika kesehatan perusahaan kurang baik maka ada kecenderungan perusahaan kesulitan untuk membayar bunga dan pokok hutang. Penggunaan hutang dapat membantu perusahaan untuk melakukan peningkatan aktivitas operasional dan produksinya dengan adanya suntikan dana dari hutang tersebut, akan tetapi dengan adanya hutang akan menanggung risiko berupa beban bunga yang mengikuti hutang tersebut, dan ketidakmampuan perusahaan untuk menutupi biaya tetap berupa beban bunga itu akan berakibat pada kebangkrutan, sebaliknya bila lonjakan aktivitas yang dihasilkan dari suntikan dana itu dapat menjadi pendongkrak pendapatan dan dapat menutupi beban bunga tadi, maka dapat meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan yang akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Kebijakan mengenai financial leverage akan menimbulkan pengaruh bagi nilai perusahaan.

Perusahaan yang memiliki tingkat kesehatan yang baik adalah perusahaan yang memiliki tingkat probabilitas kesulitan keuangan yang rendah. Menurut Kahya dan Theodossiou (1999) dalam Fachrudin (2008:5) perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan umumnya mengalami penurunan dalam pertumbuhan, kemampulabaan, dan aset tetap, serta peningkatan dalam tingkatan persediaan relatif terhadap perusahaan yang sehat. Oleh karena itu kesehatan perusahaan akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut. Untuk itu maka digunakanlah analisis rasio debt to asset (DAR) untuk mengukur financial


(30)

leverage dan prediksi kesulitan keuangan perusahaan untuk mengetahui kesehatan perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, maka model kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber: Ming dan Tzeng (2011)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2009:59). Hipotesis pada penelitian ini “Financial Leverage dan kesehatan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan”

Nilai Perusahaan (Y)

Financial Leverage (X1)


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian asosiatif, dimana penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini diteliti sejauh mana pengaruh antara financial leverage dan kesehatan perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan data yang di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media internet dengan menggunakan situs resmi BEI Penelitian ini dimulai pada Agustus 2014 sampai Maret 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan-batasan operasional penelitian ini, ditentukan sebagai berikut: 1. Subjek penelitian yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan yang lengkap dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2012 sampai 2013.

3. Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 sampai 2013.

4. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah financial leverage (DAR) dan probabilitas kesulitan keuangan yang mewakili


(32)

kesehatan perusahaan sebagai variabel bebas (X) dan nilai perusahaan (PBV) sebagai variabel terikatnya (Y).

3.4 Definisi Operasional

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yag termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara lebih rinci, operasionalisasi variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator

Financial Leverage

(DAR) (X1)

Rasio untuk mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan hutang dan merupakan ukuran dari

berapa banyak perusahaan

menggunakan hutang untuk membiayai asetnya.

total ����

total ����� � 100%

Kesehatan Perusahaan (X2)

Kesehatan perusahaan dalam penelitian ini diperoleh melalui perhitungan probabilitas kesulitan keuangan. Pi=1/1[1+2,71828 -(5,472+9,555xa8i-32,347xa2i) ] Nilai Perusahaan (PBV)

Rasio antara harga perlembar saham dengan nilai buku per lembar saham. Rasio ini digunakan untuk menilai suatu ekuitas berdasarkan nilai bukunya.

harga pasar saham nilai buku per lembar saham

Sumber: Brigham dan Houston (2012:150), Rehman (2013), Fachrudin (2008:105).


(33)

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 130 perusahaan.

Berdasarkan populasi yang telah ditentukan, maka akan dipilih populasi yang merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 dengan sasaran perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki laporan keuangan lengkap pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013.

b. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai ekuitas positif dalam laporan keuangan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013.

Berdasarkan kriteria yang disebutkan, maka diperoleh populasi sasaran sebanyak 121 perusahaan dari seluruh perusahaan manufaktur yang disajikan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2

Daftar Nama Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Populasi Sasaran Penelitian

No Kode Perusahaan

Nama Perusahaan Tanggal

Listing

Kriteria Penentuan

Populasi Sasaran

Popul asi Sasar

an

1 2

1 ADES PT. Akasha Wira

International, Tbk

13 Juni 1994 √ √ 1

2 ADMG PT. Polychem

Indonesia, Tbk

20 Oktober 1993

√ √ 2

3 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera

Food, Tbk

11 Juni 1997 √ √ 3

4 AKKU PT. Alam Karya

Unggul, Tbk

1November 2004

√ √ 4


(34)

No Kode Perusahaan

Nama Perusahaan Tanggal

Listing Kriteria Penentuan Populasi Sasaran Popul asi Sasar an 1 2

Industry, Tbk 1992

6 ALDO PT. Alkindo Naratama,

Tbk

12 Juli 2011 √ √ 6

7 ALKA PT. Alaska Industrindo,

Tbk

12 Juli 1990 √ √ 7

8 ALMI PT. Alumindo Light

Metal Industry, Tbk

2 Januari 1997

√ √ 8

9 ALTO PT. Tri Banyan Tirta,

Tbk

10 Juli 2012 √ √ 9

10 AMFG PT. Asahimas Flat

Glass, Tbk

8 November 1995

√ √ 10

11 APLI PT. Asiaplast Industries,

Tbk

1 Mei 2000 √ √ 11

12 ARGO PT. Argo Pantes, Tbk 7 Januari

1991

√ √ 12

13 ARNA PT. Arwana Citra Mulia,

Tbk

17 Juli 2001 √ √ 13

14 ASII PT. Astra International,

Tbk

4 April 1990 √ √ 14

15 AUTO PT. Astra Auto Part,

Tbk

15 Juni 1998 √ √ 15

16 BIMA PT. Primarindo Asia

Infrastructure, Tbk

30 Agustus 1994

√ × -

17 BRAM PT. Indo Kordsa, Tbk 5 September

1990

√ √ 16

18 BRNA PT. Berlina, Tbk 6 November

1989

√ √ 17

19 BRPT PT. Barito Pasific, Tbk 1 Oktober

1993

√ √ 18

20 BTON PT. Beton Jaya

Manunggal, Tbk

18 Juli 2001 √ √ 19

21 BUDI PT. Budi Acid Jaya, Tbk 8 Mei 1995 √ √ 20

22 CEKA PT. Cahaya Kalbar, Tbk 9 Juli 1996 √ √ 21

23 CNTX PT. Centex, Tbk 22 Mei 1979 √ √ 22

24 CPIN PT. Charoen Pokphand

Indonesia, Tbk

18 Maret 1991

√ √ 23

25 CTBN PT. Citra Turbindo, Tbk 28November

1989

√ √ 24

26 DAVO PT. Davomas Abadi,

Tbk

22 Desember 1994

√ × -

27 DLTA PT. Delta Djakarta, Tbk 27 Februari

1984

√ √ 25

28 DPNS PT. Duta Pertiwi

Nusantara, Tbk

8 Agustus 1990


(35)

No Kode Perusahaan

Nama Perusahaan Tanggal

Listing Kriteria Penentuan Populasi Sasaran Popul asi Sasar an

1 2

29 DVLA PT. Darya Varia

Laboratoria, Tbk

11

November 1994

√ √ 27

30 EKAD PT. Ekadharma

International, Tbk

14 Agustus 1990

√ √ 28

31 ERTX PT. Eratex Djaya, Tbk 21 Agustus

1990

√ √ 29

32 ESTI PT. Ever Shine Textile

Industry, Tbk

13 Oktober 1992

√ √ 30

33 ETWA PT. Eterindo

Wahanatama, Tbk

16 Mei 1997 √ √ 31

34 FASW PT. Fajar Surya Wisesa,

Tbk

19 Desember 1994

√ √ 32

35 FPNI PT. Titan Kimia

Nusantara, Tbk

21 Maret 2002

√ √ 33

36 GDST PT. Gunawan Dianjaya

Steel, Tbk

23 Desember 2009

√ √ 34

37 GDYR PT. Goodyear

Indonesia, Tbk

22 Desember 1980

√ √ 35

38 GGRM PT. Gudang Garam, Tbk 27 Agustus

1990

√ √ 36

39 GJTL PT. Gajah Tunggal, Tbk 8 Mei 1990 √ √ 37

40 HDTX PT. Pan Asia

Indosyntec, Tbk

6 Juni 1990 √ √ 38

41 HMSP PT. Hanjaya Mandala

Sampoerna, Tbk

15 Agustus 1990

√ √ 39

42 ICBP PT. Indofood CBP

Sukses Makmur, Tbk

7 Oktober 2010

√ √ 40

43 IGAR PT. Champion Pasific

Indonesia, Tbk

5November 1990

√ √ 41

44 IKAI PT. Inti Keramik Alam

Asri Industri, Tbk

4 Juni 1997 √ √ 42

45 IKBI PT. Sumi Indo Kabel,

Tbk

21 Januari 1991

√ √ 43

46 IMAS PT. Indomobil Sukses

International, Tbk

15November 1993

√ √ 44

47 INAF PT. Indofarma, Tbk 17April 2001 √ √ 45

48 INAI PT. Indal Aluminium

Industry, Tbk

5 Desember 1994

√ √ 46

49 INCI PT. Intan Wijaya

International, Tbk

24 Juli 1990 √ √ 47


(36)

No Kode Perusahaan

Nama Perusahaan Tanggal

Listing Kriteria Penentuan Populasi Sasaran Popul asi Sasar an

1 2

Makmur, Tbk

51 INDR PT. Indo Rama

Synthetic, Tbk

3 Agustus 1990

√ √ 49

52 INDS PT. Indospring, Tbk 10 Agustus

1990

√ √ 50

53 INKP PT. Indah Kiat Pulp &

Paper, Tbk

16 Juli 1990 √ √ 51

54 INRU PT. Toba Pulp Lestari,

Tbk

18 Juni 1990 √ √ 52

55 INTP PT. Indocement Tunggal

Prakasa, Tbk

5Desember 1989

√ √ 53

56 IPOL PT. Indopoly Swakarsa

Industry, Tbk

9 Juli 2010 √ √ 54

57 ITMA PT. Itamaraya, Tbk 10 Desember

1990

√ √ 55

58 JECC PT. Jembo Cable

Company, Tbk

18 November 1992

√ √ 56

59 JKSW PT. Jakarta Kyoei Steel

Work LTD, Tbk

6 Agustus 1997

√ × -

60 JPFA PT. Japfa Comfeed

Indonesia, Tbk

23 Oktober 1989

√ √ 57

61 JPRS PT. Jaya Pari Steel, Tbk 4 Agustus

1989

√ √ 58

62 KAEF PT. Kimia Farma, Tbk 4 Juli 2001 √ √ 59

63 KARW PT. Karwell Indonesia,

Tbk

20 Desember 1994

√ × -

64 KBLI PT. KMI Wire and

Cable, Tbk

6 Juli 1992 √ √ 60

65 KBLM PT. Kabelindo Murni,

Tbk

1 Juni 1992 √ √ 61

66 KBRI PT. Kertas Basuki

Rachmat Indonesia, Tbk

11 Juli 2008 √ √ 62

67 KDSI PT. Kedawung Setia

Industrial, Tbk

29 Juli 1996 √ √ 63

68 KIAS PT. Keramika Indonesia

Assosiasi, Tbk

8 Desember 1994

√ √ 64

69 KICI PT. Kedaung Indag Can,

Tbk

28 Oktober

1993

√ √ 65

70 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk 30 Juli 1991 √ √ 66

71 KRAS PT. Krakatau Steel, Tbk 10November

2010

√ √ 67

72 LION PT. Lion Metal Works,

Tbk

20 Agustus 1993


(37)

No Kode Perusahaan

Nama Perusahaan Tanggal

Listing Kriteria Penentuan Populasi Sasaran Popul asi Sasar an

1 2

73 LMPI PT. Lionmesh Prima,

Tbk

17 Oktober 1994

√ √ 69

74 LMSH PT. Langgeng Makmur

Industry, Tbk

4 Juni 1990 √ √ 70

75 LPIN PT. Multi Prima

Sejahtera, Tbk

5 Februari 1990

√ √ 71

76 MAIN PT. Malindo

Feedmill, Tbk

27Januari 2006

√ √ 72

77 MASA PT. Multistrada Arah

Sarana, Tbk

9 Juni 2005 √ √ 73

78 MBTO PT. Martina Berto, Tbk 13Januari

2011

√ √ 74

79 MERK PT. Merck, Tbk 23 Juli 1981 √ √ 75

80 MLBI PT. Multi Bintang

Indonesia, Tbk

15 Desember 1981

√ √ 76

81 MLIA PT. Mulia Industrindo,

Tbk

17 Januari 1994

√ √ 77

82 MRAT PT. Mustika Ratu, Tbk 27 Juli 1995 √ √ 78

83 MYOR PT. Meiora Indah, Tbk 4 Juli 1990 √ √ 79

84 MYRX PT. Hanson

Internasional, Tbk

31 Oktober 1990

√ √ 80

85 MYTX PT. Apac Citra

Centertex, Tbk

10 Oktober

1989

√ × -

86 NIKL PT. Pelat Timah

Nusantara, Tbk

14 Desember 2009

√ √ 81

87 NIPS PT. Nipress, Tbk 24 Juli 1991 √ √ 82

88 PBRX PT. Pan Brothers, Tbk 16 Agustus

1990

√ √ 83

89 PICO PT. Pelangi Indah

Canindo, Tbk

23September 1996

√ √ 84

90 POLY PT. Asia Pasific Fibers,

Tbk

12 Maret 1991

√ × -

91 PRAS PT. Prima alloy steel

Universal, Tbk

12 Juli 1990 √ √ 85

92 PSDN PT. Prashida Aneka

Niaga, Tbk

18 Oktober 1994

√ √ 86

93 PTSN PT. Sat Nusa Persada,

Tbk

8 November 2007

√ √ 87

94 PYFA PT. Pyridam Farma, Tbk 16 Oktober

2001

√ √ 88

95 RICY PT. Ricky Putra

Globalindo, Tbk

22 Januari 1998

√ √ 89

96 RMBA PT. Bentoel

International Investama,


(38)

No Kode Perusahaan

Nama Perusahaan Tanggal

Listing Kriteria Penentuan Populasi Sasaran Popul asi Sasar an

1 2

Tbk

97 ROTI PT. Nippon Indosari

Corporindo, Tbk

28 Juni 2010 √ √ 91

98 SCCO PT. Supreme Cable

Manufacturing and Commerce, Tbk

20 Juli 1982 √ √ 92

99 SCPI PT. Schering Plough

Indonesia, Tbk

8 Juni 1990 √ √ 93

100 SIAP PT. Sekawan

Intipratama, Tbk

17 Oktober

2008

√ √ 94

101 SIMA PT. Siwani Makmur,

Tbk

3 Juni 1994 √ × -

102 SIPD PT. Siearad Produce,

Tbk

27 Desember 1996

√ √ 95

103 SKLT PT. Sekar Laut, Tbk 8 September

1993

√ √ 96

104 SMCB PT. Holcim Indonesia,

Tbk

10 Agustus

1977

√ √ 97

105 SMGR PT. Semen Gresik, Tbk 8 Juli 1991 √ √ 98

106 SMSM PT. Selamat Sempurna,

Tbk

9September 1996

√ √ 99

107 SOBI PT. Sorini Agro Asia

Corporindo, Tbk

3 Agustus 1992

√ √ 100

108 SPMA PT. Suparma, Tbk 16November

1994

√ √ 101

109 SQBB PT. Taisho

Pharmaceutical Indonesia, Tbk

29 Maret 1983

√ √ 102

110 SRSN PT. Indo Acitama, Tbk 11 Januari

1993

√ √ 103

111 SSTM PT. Sunson Textile

Manufacturer, Tbk

20 Agustus

1997

√ √ 104

112 STTP PT. Siantar Top, Tbk 16 Desember

1996

√ √ 105

113 SULI PT. Sumalindo Lestari

Jaya, Tbk

21 Maret 1994

√ × -

114 TBMS PT. Tembaga Mulia

Semanan, Tbk

23 Mei 1990 √ √ 106

115 TCID PT. Mandom Indonesia,

Tbk

30September 1993

√ √ 107

116 TIRT PT. Tirta Mahakam

Resources, Tbk

13 Desember 1999

√ √ 108

117 TKIM PT. Pabrik Kertas Tjiwi

Kimia, Tbk


(39)

No Kode Perusahaan

Nama Perusahaan Tanggal

Listing Kriteria Penentuan Populasi Sasaran Popul asi Sasar an

1 2

118 TOTO PT. Surya Toto

Indonesia, Tbk

30 Oktober

1990

√ √ 110

119 TPIA PT. Chandra Asri

Petrochemical, Tbk

26 Mei 2008 √ √ 111

120 TRIS PT. Trisula

International, Tbk

28 Juni 2012 √ √ 112

121 TRST PT. Trias Sentosa, Tbk 2 Juli 1990 √ √ 113

122 TSPC PT. Tempo Scan Pasific,

Tbk

17 Juni 1994 √ √ 114

123 ULTJ PT. Ultrajaya Milk

Industry and Trading Company, Tbk

2 Juli 1990 √ √ 115

124 UNIC PT. Unggul Indah

Cahaya, Tbk

6 November 1989

√ √ 116

125 UNIT PT. Nusantara Inti

Corpora, Tbk

18 April 2002

√ √ 117

126 UNTX PT. Unitex, Tbk 28 Juni 1982 √ × -

127 UNVR PT. Unilever Indonesia,

Tbk

11 Januari 1982

√ √ 118

128 VOKS PT. Voksel Electric, Tbk 20 Desember

1990

√ √ 119

129 WIIM PT. Wismilak Inti

Makmur, Tbk

18 Desember 2012

√ √ 120

130 YPAS PT. Yana Prima Hasta

Persada, Tbk

5 Maret 2008 √ √ 121

Sumber:www.idx.co.id (data diolah) 3.6 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data tersebut diperoleh dariIndonesia Capital Market Directory (ICMD), buku-buku refrensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.


(40)

3.7 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode:

1. Metode studi pustaka, yaitu dengan melakukan telaah pustaka dengan mengkaji berbagai buku dan literatur pustaka yag berkaitan dengan penelitian ini.

2. Metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder berupa laporan keuangan 121 perusahaan manufaktur yang dipublikasikan pada Indonesia Stock Exchange (IDX) dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD) periode 2012-2013. 3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Deskriptif

Menurut Situmorang dan Lufti (2011:10) analisis deskripsi merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan data secara umum. Statistik deskriptif berusaha untuk menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data, seperti melihat mean, varians, modus, median, serta distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksi melalui variabel independen secara individual. Analisis regresi linier berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linier antara beberapa variabel bebas yang disebut X1, X2, X3, dan seterusnya dengan variabel terikat yang disebut Y (Situmorang dan Lufti, 2011:151).


(41)

Untuk memperoleh hasil analisis data, maka peneliti menggunakan bantuan program SPSS. Model persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Y=a+b1X1+b2X2+e Dimana:

Y = Nilai perusahaan a = Konstanta

b1 =Koefisien regresi variabel X1 b2 = Koefisien regresi variabel X2 X1 = Financial Leverage

X2 = Kesehatan Perusahaan e = standar error

3.8.2.1 Uji Asumsi Klasik

Menurut Situmorang dan Lutfi (2011:110) uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas.

3.8.2.1.1 Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas, variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau


(42)

tidak. Model yang paling baik adalah data terdistribusi secara normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogorov-Smirnov

(Situmorang dan Lufti, 2011:160-161).

3.8.2.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipya menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Alat untuk menguji heteroskedastisitas bisa dibagi dua, yakni dengan alat analisis grafik atau dengan analisis residual yang berupa statistik. Cara menguji untuk melihat ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot disekitar niali X dan Y, jika ada pola tertentu, maka akan terjadi gejala heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2011:108).

3.8.2.1.3Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode sebelumnya (Ghozali, 2006:95). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan Durbin-Watson (DW) Test.


(43)

Tabel 3.3

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif

atau negatif

Tidak ditolak du < d < 4 -du Sumber :Ghozali(2006:96)

3.8.2.1.4 Uji Multikolinearitas

Menurut Situmorang dan Lufti (2011:140) uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan variance inflation factor

(VIF) dengan membandingkan sebagai berikut :

a. VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas. b. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolienaritas.

c. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas. d. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolienaritas.

3.8.2.2 Goodness of Fit Model

3.8.2.2.1 Uji F (F-Test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen, Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan F tabel.


(44)

H0 : b1=b2=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan pada financial leverage dan kesehatan perusahaan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ha: minimal satu bi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan pada financial leverage dan kesehatan perusahaan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut:

a. Jika Fhitung ≤ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0,05, maka H0 diterima b. Jika Fhitung > Ftabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0,05, maka Ha diterima 3.8.2.2.2 Uji-t (t-test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut: a. b1 = Financial Leverage

H0 : b1 =0, artinya financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ha : b1 ≠0, artinya financial leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. b2 = Kesehatan Perusahaan

H0 : b2 =0, artinya kesehatan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(45)

Ha : b2 ≠0, artinya kesehatan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pada uji ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikan (α) = 5 %. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

a. Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0,05, maka H0 diterima. b. Jika thitung<-ttabel dan thitung > ttabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0,05, maka Ha

diterima.

3.8.2.2.3 Uji Determinan (R2)

Pengujian Koefisien determinasi dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan sampai seberapa jauh variabel-variabel bebas (independent) yang digunakan dalam persamaan regresi mampu menjelaskan variabel terikat (dependent). Dari penelitian ini R2 menunjukkan bahwa variabel independen kemungkinan dapat menjelaskan bahwa perubahan naik turunnya variabel dependen, dan merupakan pengaruh dari variabel independen diluar variabel yang dipakai dalam model regresi yang turut berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai perusahaan. Apabila nilai R2 suatu regresi mendekati satu, maka semakin baik regresi tersebut. Sebaliknya, semakin mendekati nol, maka variabel bebas secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel terikat.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian di analisis dan diinterpretasikan secara objektif. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan sedangkan variabel independen yaitu financial leverage dan kesehatan perusahaan.

1. Financial Leverage (DAR)

Tabel 4.1

Financial Leverage (DAR)Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 dan 2013

KETERANGAN Tahun

2012 2013

RATA-RATA 0,4630 0,4744

STANDAR DEVIASI 0,20268 0,22465

MAKSIMUM 0,9587 0,9861

MINIMUM 0,0194 0,0084

Sumber:

Data lengkap mengenai financial leverage untuk sampel penelitian dapat dilihat dalam lampiran 1. Tabel 4.1 menunjukkan perkembangan financial leverage yang diproksikan dengan debt to asset ratio (DAR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2013. Rata-rata financial leverage

pada tahun 2012 adalah 46,3% dengan standar deviasi 0,20268 dan tahun 2013 adalah 47,44% dengan standar deviasi 0,22465.

Rata-rata financial leverage yang dibawah 1 (0,463 pada tahun 2012 dan 0,4744 pada tahun 2013) ini menunjukkan bahwa secara rerata, hutang perusahaan


(47)

asetnya. Rerata tersebut juga menunjukkan bahwa untuk pembiayaan asetnya, perusahaan manufaktur di Indonesia menggunakan sumber dana yang berasal dari hutang sebesar 46,3% pada tahun 2012 dan 47,44% pada tahun 2013. Persentase penggunaan struktur modal dari hutang yang cukup besar ini (mendekati 50%) menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia pada tahun 2012 dan 2013 menganggap penggunaan hutang merupakan salah satu kebijakan yang baik.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai maksimum financial leverage

untuk dua tahun penelitian berada di bawah 1. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan perusahaan manufaktur di Indonesia pada tahun 2012 dan 2013 memiliki kondisi financial leverage yang baik, dimana total aset masih lebih tinggi dibandingkan total hutangnya.

Pada tahun 2012, financial leverage tertinggi dimiliki oleh PT. Schering Plough Indonesia, Tbk yaitu sebesar 95,87%, hal ini dikarenakan PT. Schering lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan ekuitas sebagai sumber pendanaannya. Sedangkan, financial leverage terendah dimiliki oleh PT.

Itamaraya, Tbk yaitu sebesar 1,94%, hal ini dikarenakan PT. Itmaraya lebih banyak menggunakan ekuitas dibandingkan dengan menggunakan hutang.

Pada tahun 2013, financial leverage tertinggi masih dimiliki oleh PT.

Schering Plough Indonesia, Tbk bahkan memiliki peningkatan yaitu sebesar

98,61% , hal ini disebabkan karena PT. Schering Plough Indonesia menggunakan

hutang yang lebih besar dibandingkan ekuitasnya. Sedangkan, financial


(48)

2. Kesehatan Perusahaan (Probabilitas Kesulitan Keuangan) Tabel 4.2

Kesehatan Perusahaan (Probabilitas Kesulitan Keuangan) Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 dan 2013

KETERANGAN Tahun

2012 2013

RATA-RATA 0,2414 0,2852

STANDAR DEVIASI 0,3335 0,3485

MAKSIMUM 0,9992 0,9999

MINIMUM 0,0000 0,0000

Sumber:

Data lengkap mengenai kesehatan perusahaan (probabilitas kesulitan keuangan) untuk sampel penelitian dapat dilihat dalam lampiran 1. Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan kesehatan perusahaan yang diproksikan dengan probabilitas tingkat kesulitan keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2013. Semakin rendah probabilitas kesulitan keuangan suatu perusahaan maka akan semakin baik kesehatan perusahaan tersebut. Ekstrim 1 menunjukkan kesulitan keuangan, sedangkan ekstrim 0 menunjukkan tidak kesulitan keuangan. Rata-rata probabilitas kesulitan keuangan pada tahun 2012 adalah 0,2414 dengan standar deviasi 0,3335 dan tahun 2013 adalah 0,2852 dengan standar deviasi 0,3485.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara rerata untuk dua tahun penelitian, angka kesulitan keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia sekitar 0,2-0,3. Hal ini menunjukkan perusahaan-perusahaan tersebut sehat dengan angka probabilitas kesulitan keuangan yang mendekati 0. Hal ini sesuai dengan perkembagan industri manufaktur yang baik pada tahun 2012-2013. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa secara umum perusahaan-perusahaan manufaktur yang


(49)

terdaftar di BEI pada tahun 2012 dan 2013 merupakan perusahaan yang tergolong memiliki kesehatan yang baik.

Pada tahun 2012, probabilitas kesulitan keuangan tertinggi dimiliki oleh PT. Centex, Tbk yaitu sebesar 0,9992 (ekstrim 1), dikarenakan PT.Centex mengalami kerugian. Sedangkan, probabilitas kesulitan keuangan terendah dimiliki oleh PT. Itmaraya, Tbk yaitu sebesar 0,0000 (ekstrim 0), dikarenakan PT. Itmaraya memperoleh laba bersih yang positif.

Pada tahun 2013, probabilitas kesulitan keuangan tertinggi dimiliki oleh PT. Tirta Mahakam Resources Tbk yaitu sebesar 0,9999 (ekstrim 1), karena PT. Tirta mengalami kerugian. Sedangkan, probabilitas kesulitan keuangan terendah dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk yaitu sebesar 0,0000 (ekstrim 0), dikarenakan PT. Multi Bintang Indonesia berhasil memproleh laba bersih yang positif.

3. Nilai Perusahaan (PBV)

Tabel 4.3

Nilai Perusahaan (PBV) Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 dan 2013

KETERANGAN Tahun

2012 2013

RATA-RATA 2,6436 2,7295

STANDAR DEVIASI 4,9870 5,782

MAKSIMUM 40,0884 46,6264

MINIMUM 0,0113 0,0782

Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Data lengkap mengenai nilai perusahaan untuk sampel penelitian dapat dilihat dalam lampiran 1. Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2013. Nilai perusahaan diukur dengan price book value merupakan rasio harga per lembar


(50)

saham dengan nilai buku per lembar saham. Dapat dilihat rata-rata nilai perusahaan pada tahun 2012 adalah 2,6436 dengan standar deviasi 4,9870 dan tahun 2013 adalah 2,7295 dengan standar deviasi 5,7821.

Indikator nilai perusahaan baik apabila diukur dengan price book value

adalah apabila nilai perusahaan tersebut di atas 1. Hal ini menunjukkan pasar menganggap perusahaan tersebut memiliki prospek untuk berkembang ke depannya sehingga bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan nilai yang seharusnya yang diukur dengan book value. Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa secara rerata nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012 dan 2013 di atas 1 (2,6436 pada tahun 2012 dan 2,7295 pada tahun 2013). Nilai perusahaan manufaktur 2013 juga mengalami peningkatan dibandingkan nilai pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan nilai perusahaan yang terdaftar di BEI cukup baik dan industri manufaktur juga berkembang dari tahun ke tahun.

Namun, apabila kita lihat masih ada beberapa perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang dibawah 1. Hal ini kemungkinan disebabkan perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan-perusahaan yang baru dan sedang berkembang. Untuk perusahaan-perusahaan yang sudah cukup lama dan memiliki nama baik di industri seperti Unilever (UNVR), HM Sampoerna (HMSP), Multi Bintang Indonesia (MLBI) memiliki nilai yang sangat tinggi dibandingkan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini disebabkan kredibilitas perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan tersebut yang baik dan didukung oleh keuntungan perusahaan yang baik dari tahun ke tahun.


(51)

Pada tahun 2012, nilai perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk yaitu sebesar 40,0884, sedangkan nilai perusahaan terendah dimiliki oleh PT. Nipress, Tbk yaitu sebesar 0,0113.

Pada tahun 2013, nilai perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk yaitu sebesar 46,6264, sedangkan nilai perusahaan terendah dimiliki oleh PT. Nusantara Inti Corpora, Tbk yaitu sebesar 0,0782.

4.1.2 Analisis Regresi Linier Berganda 4.1.2.1Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bias dan efisien, maka penulis perlu melakukan pengujian asumsi klasik sebagai berikut:

4.1.2.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang berdistribusi normal atau mendekati normal.

Setelah dilakukan uji yang pertama, ternyata data tidak normal. Kemudian, penulis menggunakan metode transformasi data untuk menormalkan data penelitian. Salah satu transformasi data yang dapat dilakukan adalah dengan mentransformasikan data ke logaritma natural (Ln).

Adapun metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan pendekatan histogram, pendekatan grafik, dan pendekatan


(52)

Sumber: Hasil Olahan SPSS (data diolah, 2015) Gambar 4.1 Histogram

Pada gambar 4.1 terlihat bahwa variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak miring ke kiri atau miring ke kanan, melainkan ke tengah dengan bentuk lonceng.

Sumber: Hasil Olahan SPSS (data diolah, 2015) Gambar 4.2

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik pada scatter plot mengikuti data disepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.


(53)

Tabel 4.4

One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 242

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,92380600

Most Extreme Differences Absolute ,072

Positive ,042

Negative -,072

Kolmogorov-Smirnov Z 1,114

Asymp. Sig. (2-tailed) ,167

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Olahan SPSS (data diolah, 2015)

Berdasarkan uji Kolmogrov-Smirnov terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,167 yang lebih besar dari nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti variabel residual berdistribusi normal.

4.1.2.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi dapat dilihat pada grafik Scatterplot. Jika titik-titik dalam grafik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(54)

Sumber: Hasil Olahan SPSS (data diolah, 2015) Gambar 4.3 Scatterplot

Berdasarkan gambar satterplot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

Tabel 4.6 Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,684 ,068 10,123 ,000

Ln_FinancialLeverage ,102 ,080 ,110 1,274 ,204

Ln_KesehatanPerusahaan -,025 ,014 -,156 -1,810 ,072

a. Dependent Variable: absut

Sumber: Hasil Olahan SPSS (data diolah, 2015)

Pada tabel 4.6 diperoleh nilai signifikansi variabel financial leverage dan kesehatan perusahaan lebih besar dari tingkat kepercayaan (α = 5 %). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi ini


(55)

4.1.2.1.3 Uji Autokorelasi

Tabel 4.5

Hasil Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,588a ,346 ,340 ,92766 1,998

a. Predictors: (Constant), Ln_KesehatanPerusahaan, Ln_FinancialLeverage b. Dependent Variable: Ln_NilaiPerusahaan

Berdasarkan uji autokorelasi pada Tabel 4.5 diperoleh nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 1,998 dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n = 242 dan k = 2 sehingga diperoleh nilai du sebesar 1,79685 dan dl sebesar 1,78012. Hal ini sesuai dengan ketentuan du < d < 4-du, yaitu 1,79685 < 1,998 < (4-1,7968) yang menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.

4.1.2.1.4 Uji Multikolinieritas

Tabel 4.7

Collinearity Statistics

Sumber: Hasil Olahan SPSS (data diolah, 2015)

Uji multikolinearitas menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada semua variabel independen, dimana VIF < 5 dan nilai tolerance > 0,1.

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,227 ,102 2,230 ,027

Ln_FinancialLever age

,986 ,121 ,570 8,141 ,000 ,558 1,792

Ln_KesehatanPer usahaan

-,234 ,021 -,784 -11,193 ,000 ,558 1,792


(56)

4.1.2.2Goodness of Fit Model

4.1.2.2.1 Uji F (F-test)

Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen (Financial Leverage dan Kesehatan Perusahaan) secara simultan (serentak) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya (Nilai Perusahaan).

Tabel 4.8 Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 108,578 2 54,289 63,086 ,000a

Residual 205,674 239 ,861

Total 314,252 241

a. Predictors: (Constant), Ln_KesehatanPerusahaan, Ln_FinancialLeverage b. Dependent Variable: Ln_NilaiPerusahaan

Sumber: Hasil Olahan SPSS (data diolah, 2015)

Hasil uji F pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai Fhitug adalah 63,086 dengan tingkat signifikansi 0,000 (<0,05). Dengan menggunakan tabel F diperoleh nilai F tabel sebesar 3,034. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara simultan atau serempak mempengaruhi variabel dependen atau dalam penelitian ini

financial leverage dan kesehatan perusahaan secara simultan atau serempak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

4.1.2.2.2 Uji t (t-test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.


(57)

Tabel 4.9 Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,227 ,102 2,230 ,027

Ln_FinancialLeverage ,986 ,121 ,570 8,141 ,000

Ln_KesehatanPerusahaan -,234 ,021 -,784 -11,193 ,000

a. Dependent Variable: Ln_NilaiPerusahaan

Sumber: Hasil Olahan SPSS (data diolah, 2015)

Berdasarkan hasill uji t, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 0,227 + 0,986 X1 – 0,234 X2 + e

Dimana:

Y = Nilai perusahaan a = Konstanta

b1 =Koefisien regresi variabel X1 b2 = Koefisien regresi variabel X2 X1 = Financial Leverage

X2 = Kesehatan Perusahaan e = standar error

Berdasarkan hasil pengolahan hasil uji yaang ada pada tabel 4.9 maka dapat dijelaskan hasil pengujian sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar 0,227 menunjukkan bahwa jika variabel independen yaitu financial leverage dan kesehatan perusahaan dianggap konstan, maka nilai perusahaan adalah sebesar 0,227.


(1)

No Kode Perusahaan Tahun

2012 2013

42 IKAI 0,4515 0,5394

43 IKBI 0,8147 0,4332

44 IMAS 2,5674 2,0346

45 INAF 1,5732 0,8026

46 INAI 0,5516 0,7524

47 INCI 0,3832 0,3446

48 INDF 1,5016 1,5102

49 INDR 0,3254 0,1803

50 INDS 0,8567 0,8012

51 INKP 0,1856 0,2739

52 INRU 1,6005 0,8732

53 INTP 4,2559 3,2042

54 IPOL 0,5006 0,3738

55 ITMA 0,1950 0,7138

56 JECC 2,0107 2,9183

57 JPFA 2,7475 2,4748

58 JPRS 0,7122 0,5586

59 KAEF 5,7367 4,0347

60 KBLI 0,8867 0,6418

61 KBLM 0,5711 0,6562

62 KBRI 0,6106 0,6266

63 KDSI 0,6344 0,3969

64 KIAS 1,3226 1,1304

65 KICI 0,5598 0,5037

66 KLBF 7,3019 5,3872

67 KRAS 2,8651 1,2098

68 LION 1,4549 1,5012

69 LMPI 0,6281 0,5456

70 LMSH 1,0336 0,6952

71 LPIN 1,2055 0,7409

72 MAIN 5,9038 6,2397

73 MASA 1,0866 0,7635

74 MBTO 0,9357 0,7231

75 MERK 8,1700 8,2652

76 MLBI 29,4267 25,6032

77 MLIA 0,2512 0,4725

78 MRAT 0,5435 0,5268

79 MYOR 4,2836 5,9036

80 MYRX 11,8121 1,7904

81 NIKL 1,3319 0,6531

82 NIPS 0,0113 1,0436

83 PBRX 1,4873 0,9061

84 PICO 0,7422 0,4097

85 PRAS 0,5349 0,3191

86 PSDN 0,7207 0,5172

87 PTSN 0,3412 0,2313

88 PYFA 1,0798 0,8377

89 RICY 0,3043 0,2984

90 RMBA 2,1826 4,6796

91 ROTI 2,0958 6,5576


(2)

No Kode Perusahaan Tahun

2012 2013

93 SCPI 6,1762 10,0462

94 SIAP 0,6806 0,7619

95 SIPD 0,3678 0,3654

96 SKLT 0,9602 0,8903

97 SMCB 2,6399 1,9871

98 SMGR 5,1756 3,8493

99 SMSM 3,9942 4,9333

100 SOBI 0,9142 1,6015

101 SPMA 0,5551 0,4147

102 SQBB 0,2991 0,2804

103 SRSN 1,1181 0,9575

104 SSTM 0,5507 0,3404

105 STTP 2,3728 2,9253

106 TBMS 0,6517 0,7916

107 TCID 2,0165 2,0226

108 TIRT 0,6726 0,8915

109 TKIM 0,3532 0,2471

110 TOTO 3,6676 3,6830

111 TPIA 1,9066 0,9375

112 TRIS 1,4017 1,4206

113 TRST 0,7160 0,4106

114 TSPC 4,9990 3,7860

115 ULTJ 2,2914 6,4500

116 UNIC 0,5674 0,4130

117 UNIT 0,1082 0,0782

118 UNVR 40,0884 46,6264

119 VOKS 1,4195 1,0229

120 WIIM 2,4317 1,8006

121 YPAS 2,7193 2,5811

RATA-RATA 2,6436 2,7295

STANDAR DEVIASI 4,9870 5,7821

MAKSIMUM 40,0884 46,6264


(3)

Lampiran 2

Hasil Pengolahan Data

1.

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residu

al

N 242

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,92380600

Most Extreme Differences Absolute ,072

Positive ,042

Negative -,072

Kolmogorov-Smirnov Z 1,114

Asymp. Sig. (2-tailed) ,167

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coeffi cients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,684 ,068 10,123 ,000

Ln_FinancialLeverage ,102 ,080 ,110 1,274 ,204

Ln_KesehatanPerusahaan -,025 ,014 -,156 -1,810 ,072


(5)

3.

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimat

e Durbin-Watson

1 ,588a ,346 ,340 ,92766 1,998

a. Predictors: (Constant), Ln_KesehatanPerusahaan, Ln_FinancialLeverage b. Dependent Variable: Ln_NilaiPerusahaan

4.

Uji Multikolinieritas

5.

Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 108,578 2 54,289 63,086 ,000a

Residual 205,674 239 ,861

Total 314,252 241

a. Predictors: (Constant), Ln_KesehatanPerusahaan, Ln_FinancialLeverage b. Dependent Variable: Ln_NilaiPerusahaan

6.

Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficie nts

Standardized Coeffi cients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,227 ,102 2,230 ,027

Ln_FinancialLever age

,986 ,121 ,570 8,141 ,000 ,558 1,792

Ln_KesehatanPer usahaan

-,234 ,021 -,784 -11,193 ,000 ,558 1,792


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coeffi cients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,227 ,102 2,230 ,027

Ln_FinancialLeverage ,986 ,121 ,570 8,141 ,000

Ln_KesehatanPerusahaan -,234 ,021 -,784 -11,193 ,000

a. Dependent Variable: Ln_NilaiPerusahaan

7.

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimat

e

1 ,588a ,346 ,340 ,92766

a. Predictors: (Constant), Ln_KesehatanPerusahaan, Ln_FinancialLeverage