ANALISIS PENAWARAN KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2009

(1)

commit to user

i

TAHUN 2001 - 2009

Di susun oleh :

RIZKY SAPUTRA

F 0107083

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh:

RIZKY SAPUTRA NIM. F0107083

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

.Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Penawaran Kopi Indonesia Tahun 2001 – 2009” dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan syarat mencapai gelar sarjana Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Guntur Riyanto, M.Si, selaku dosen pembimbing utama yang telah

memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

2. Dr. Evi Gravitiani, M.Si, selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan masukan dan dorongan yang berarti.

3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku kepala jurusan ekonomi

pembangunan.

4. Ibu Azhari Basri beserta keluarga yang telah memberikan semangat dan

motivasi selama penulis mengerjakan skripsi ini.

5. Dhany Firmansyah beserta keluarga yang telah memberikan dukungan dan

dorongan moril.

6. Semua teman – teman EP 2007, Fuad, Rendi, Johan, Philipus, Rurit, Ari,

Andri, Fafa, Anin, Sesil, Nanto, Dino, dan semuanya yang belum dapat penulis sebutkan satu persatu.


(5)

commit to user

v

terimakasih atas pengalaman yang menyenangkan selama bimbingan.

8. Teman – teman main di Karanganyar, Yosef, Adhi, Adi, Andri, Andika,

dan lain – lain.

9. Mellanie, untuk dukungan dan kesabaran yang tidak pernah ada hentinya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dan menghargai setiap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga penulisan skripsi dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, April 2011

Rizky Saputra NIM. F0107083


(6)

commit to user

vi HALAMAN

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

HALAMAN ABSTRAK ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 6

D. Manfaat ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Landasan Teori ... 7

B. Penelitian Terdahulu... 19

C. Kerangka Pemikiran ... 20

D. Hipotesis ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

B. Jenis dan Sumber Data ... 23

C. Definisi Operasional Variabel ... 24

D. Metode Analisis Data Panel ... 25

E. Uji Statistik ... 29

F. Uji Asumsi Klasik ... 33

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Analisis Deskriptif ... 37

B. Hasil Analisis ... 59

V. PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Penutup ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(7)

commit to user

vii TABEL

I. 1. Produksi Kopi 2004 – 2009 ... 3

I. 2. Produksi Kopi Indonesia ... 4

II.1. Penelitian Tentang Ekspor Kopi ... 19

IV.1 Perkembangan Ekspor Indonesia ... 37

IV.2 Ekspor Kopi Indonesia ke Dunia ... 38

IV.3 Nilai Ekspor Kopi Indonesia ... 39

IV.4 Impor Kopi Jepang... 41

IV.5 Impor Kopi Jerman ... 44

IV.6 Impor Kopi Amerika Serikat ... 46

IV.7 Impor Kopi Belgia ... 49

IV.8 Impor Kopi Perancis ... 51

IV.9 Impor Kopi Italia ... 53

IV.10 Impor Kopi Spanyol... 56

IV.11 Impor Kopi Inggris ... 58

IV.12 Hasil Olah Data ... 60

IV.13 Hasil Olah Data ... 60

IV.14 Hasil Olah Data ... 61

IV.15 Uji Multikolinieritas ... 68

IV.16 Uji Klein ... 68


(8)

commit to user

viii GAMBAR

II. 1. Model Berlian Daya Saing Internasional ... 12

II. 2. Kesamaan Harga Faktor Produksi ... 15

II. 3. Kurva Penawaran ... 17

II. 4. Kerangka Pemikiran ... 21

III. 1. Titik Presentase Distribusi T ... 30

III. 2. Titik Presentase Distribusi F ... 32

III. 3. Durbin Watson d Statistik ... 34

IV. 1. Peta Jepang ... 40

IV. 2. Peta Jerman ... 43

IV. 3. Peta Amerika Serikat ... 45

IV. 4. Peta Belgia ... 48

IV. 5. Peta Perancis ... 50

IV. 6. Peta Italia ... 52

IV. 7. Peta Spanyol ... 55


(9)

commit to user

ix

Rizky Saputra

F0107083

ANALISIS PENAWARAN KOPI INDONESIA TAHUN 2001 - 2009

Indonesia merupakan produsen kopi terbesar keempat didunia. Produksi kopi Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan trend yang meningkat. Peningkatan tersebut memungkinkan Indonesia untuk meningkatkan ekspor kopinya. Ekspor kopi merupakan salah satu sumber pendapatan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari harga internasional arabika, robusta, gula, teh dan biji coklat terhadap penawaran kopi Indonesia.

Penelitian ini membahas penawaran kopi Indonesia terhadap negara – negara maju, seperti Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Italia dan lain – lain. Peneliti memasukkan variabel harga internasional arabika, harga internasional robusta, harga internasional gula, harga internasional teh dan harga internasional biji coklat sebagai variabel independen. Penelitian ini menggunakan pendekatan data panel, dengan kurun waktu penelitian 2001 – 2009 dan 8 negara tujuan ekspor kopi Indonesia.

Permodelan efek tetap(Fixed Effect Model) merupakan model yang paling

baik untuk digunakan dalam penelitian ini. Penggunaan model efek tetap tersebut memperoleh hasil sebagai berikut: pertama, variabel harga kopi, baik harga internasional kopi arabika dan robusta berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kopi Indonesia. Kedua, variabel harga internasional gula dan teh berpengaruh signifikan terhadap penawaran kopi Indonesia(barang komplementer dan substitusi). Ketiga, biji coklat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kopi Indonesia. Keempat, secara bersama – sama seluruh variabel independen berpengaruh terhadap penawaran kopi Indonesia.

Saran yang dapat diajukan adalah: pertama, pemerintah sebaiknya meningkatkan ekspor ketika terjadi kenaikan harga dan memperbaiki kualitas faktor – faktor produksi untuk meningkatkan daya saing internasional kopi Indonesia. Kedua, pemerintah perlu menjalin kerjasama dengan eksportir – eksportir kopi untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasar komoditi kopi Indonesia. Ketiga, pemerintah perlu memberikan insentif pada para produsen agar kerugian yang terjadi karena efek negatif dari perubahan harga tidak berdampak besar bagi para produsen. Keempat, para produsen perlu memanfaatkan dengan baik sarana dan prasarana yang diberikan pemerintah untuk menjaga kualitas dan kuantitas produksi kopi. Kelima, perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh dari barang netral.


(10)

commit to user


(11)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdagangan internasional berguna untuk memenuhi kebutuhan alokasi sumber daya langka yang mungkin tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri(Nopirin, 1995: 1). Suatu negara akan melakukan perdagangan internasional ketika negara tersebut tidak dapat memproduksi untuk memenuhi permintaan domestik. Suatu negara akan mengekspor komoditinya apabila negara tersebut dapat memproduksi suatu komoditi melebihi permintaan domestik atau dapat memproduksi lebih efisien dari negara lain.

Ekspor dapat meningkatkan pendapatan negara, dan apabila negara tersebut mengalami defisit neraca pembayaran, maka penerimaan dari ekspor dapat memperbaiki posisi neraca pembayaran dari negara. Perdagangan memberikan peluang kepada setiap negara untuk mengekspor barang – barang yang diproduksi dengan menggunakan sebagian besar sumber daya melimpah yang dimiliki negara tersebut. Perdagangan internasional memungkinkan setiap negara melakukan spesialisasi produksi terbatas pada barang – brang tertentu, sehingga memungkinkan mereka mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi dengan skala produksi yang besar(Krugman, 1997: 5). Perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan sumber daya alam, sumber daya modal, tenaga kerja, dan teknologi.

Kopi merupakan salah satu komoditi yang diekspor didunia. Kopi menjadi salah satu komoditi dengan peranan yang cukup besar bagi negara – negara


(12)

commit to user

berkembang, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai mata pencaharian bagi rakyatnya. Produksi serta ekspor kopi dunia didominasi oleh negara – negara berkembang seperti Brazil, Kolombia, Vietnam dan Indonesia. Berdasarkan data yang dimiliki oleh ICO, keempat negara tersebut tercatat sebagai negara pengekspor serta produsen kopi terbesar didunia. Hal tersebut juga didukung oleh permintaan dari pasar internasional dimana keempat negara tersebut mengekspor hasil komoditi kopinya.

Jenis kopi di dunia ada berbagai macam, tetapi hanya ada 2 jenis yang paling sering dikonsumsi diantaranya adalah kopi robusta dan arabika. Kedua kopi tersebut merupakan jenis kopi yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat didunia. Kopi arabika merupakan kopi asal Ethiopia yang memiliki rasa yang nikmat dan harga jualnya yang jauh lebih tinggi dari kopi robusta. Kopi arabika sering digunakan sebagai bahan pembuatan minuman kopi didunia. Kopi luwak merupakan varietas dari kopi arabika yang hanya ada di Indonesia. Kopi jenis ini memiliki harga jual tertinggi didunia, hal itu disebabkan karena proses pembentukan serta rasanya yang unik dan nikmat. Kopi luwak terbentuk didalam saluran penceraan hewan luwak. Biji kopi yang dimakan oleh luwak dicerna serta mengalami proses fermentasi oleh bakteri yang terdapat dalam tubuh luwak yang akhirnya membuat rasa kopi ini sangat unik.

Kopi robusta ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Kopi robusta memiliki rasa yang lebih pahit dengan kadar kafein yang lebih banyak, serta rasanya yang tidak senikmat kopi arabika. Kopi robusta disebut sebagai kopi kelas dua. Tanaman kopi yang diusahakan untuk produksi secara komersil umumnya bukan


(13)

commit to user

tanaman asli, melainkan klon – klon unggul hasil persilangan dan seleksi. Tanaman – tanaman ini memberi hasil yang tinggi dan merupakan salah satu kunci untuk perkebunan – perkebunan kopi(Putranto, 1978: 129).

Tabel I.1

Produksi Kopi 2004 - 2009

Negara

Produksi Kopi (000 karung) Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Brazil 39.272 32.944 42.512 36.070 45.992 39.470

Vietnam 14.370 13.842 19.340 16.467 18.500 18.000

Kolombia 11.573 12.564 12.541 12.504 8.664 9.000

Indonesia 7.536 9.159 7.483 7.777 9.350 10.632

Sumber: International Coffee Organization, 2010.

Penawaran suatu barang tergantung oleh berbagai faktor, diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang lain, teknologi, tujuan perusahaan dan lain sebagainya. Sehingga jika suatu negara dapat meningkatkan penawaran pada pasar maka negara tersebut memperoleh keuntungan serta keunggulan dalam mengekspor barang. Salah satu negara pengekspor kopi terbesar didunia adalah Indonesia. Tabel 1.1 menunjukkan Indonesia sebagai negara terbesar keempat dunia dalam produksi kopi, dibawah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Tabel tersebut juga menunjukkan tingkat produksi kopi di Indonesia dalam kurun waktu 6 tahun dan adanya kecenderungan untuk meningkat meskipun ada penurunan pada tahun 2006.


(14)

commit to user

Tabel I.II menunjukkan produksi kopi Indonesia pada tahun 2001 – 2009. Produksi kopi Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan untuk meningkat. Produksi yang cenderung untuk meningkat tersebut memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan peningatan kuantitas ekspor.

Tabel I.II

Tabel Produksi Kopi Indonesia Produksi Kopi Indonesia(Ton)

Tahun Produksi

2001 57,860

2002 48,245

2003 56,632

2004 54,921

2005 55,127

2006 67,200

2007 68,600

2008 62,913

2009 63,628

Sumber: BPS, 2011.

Peningkatan produksi tersebut apabila diimbangi dengan kualitas yang baik akan dapat membantu Indonesia memperluas pangsa pasar kopi. Perluasan pangsa pasar tersebut akan memudahkan Indonesia untuk meningkatkan ekspor komoditi kopi. Peningkatan ekspor tersebut dapat menambah devisa negara serta menyerap tenaga kerja.

Ekspor merupakan salah satu sumber devisa negara Republik Indonesia. Cadangan devisa dapat meningkat melalui ekspor. Ekspor dapat mendorong berkembangnya kegiatan industri serta meningkatnya perekonomian rakyat.


(15)

commit to user

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Ekspor kopi merupakan salah satu sumber pendapatan negara,

2. Sebagai suatu negara pengekspor kopi, Indonesia menempati posisi empat

besar dunia,

3. Produksi kopi Indonesia meningkat dari tahun ke tahun,

4. Ekspor kopi Indonesia diminati banyak negara,

5. Perlu adanya penelitian mengenai ekspor hasil perkebunan yang dapat

dijadikan salah satu acuan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan dibidang ekspor hasil perkebunan.

Peneliti menganggap ekspor kopi menjadi hal yang layak untuk diteliti, oleh karena itu peneliti mengambil judul “ Analisis Penawaran Kopi Indonesia Tahun 2001- 2009 “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut,

1. Bagaimana pengaruh harga internasional arabika terhadap penawaran kopi

Indonesia tahun 2001 - 2009?

2. Bagaimana pengaruh harga internasional robusta terhadap penawaran kopi

Indonesia tahun 2001 - 2009?

3. Bagaimana pengaruh harga internasional gula terhadap penawaran kopi

Indonesia tahun 2001 - 2009?

4. Bagaimana pengaruh harga internasional teh terhadap penawaran kopi


(16)

commit to user

5. Bagaimana pengaruh harga internasional biji coklat terhadap penawaran kopi

Indonesia tahun 2001 - 2009? C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh:

1. Harga internasional arabika terhadap penawaran kopi Indonesia.

2. Harga internasional robusta terhadap penawaran kopi Indonesia.

3. Harga internasional gula terhadap penawaran kopi Indonesia.

4. Harga internasional teh terhadap penawaran kopi Indonesia.

5. Harga internasional biji coklat terhadap penawaran kopi Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah :

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi Instansi Pemerintah dalam mengambil kebijakan di bidang ekspor.

2. Bagi Pengusaha atau Produsen :

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pengusaha agar dapat

meningkatkan produksi kopi untuk membantu pemerintah dalam

meningkatkan pendapatan dari bidang ekspor.

3. Bagi Masyarakat Akademis :

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi penelitian mahasiswa selanjutnya dibidang yang sama.


(17)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Ekonomi Internasional

Ilmu ekonomi internasional mempelajari pemenuhan kebutuhan manusia melalui aktifitas perdagangan internasional. Ilmu ekonomi internasional berusaha untuk mempelajari bagaimana hubungan ekonomi antar satu negara dengan negara lain dapat mempengaruhi alokasi sumber daya, baik antara dua negara tersebut maupun antara beberapa negara(Nopirin, 1995: 1). Cakupan ekonomi internasional jauh lebih luas jika dibandingkan dengan perdagangan internasional Perdagangan internasional hanya menitikberatkan pada pertukaran barang dan jasa. Perdagangan antar negara sering timbul karena adanya perbedaan harga barang diberbagai negara. Perdagangan antar negara berguna untuk memperoleh barang demi memenuhi kebutuhan dalam negeri dan untuk megekspor barang keluar negeri demi memperoleh keuntungan karenanya. Perdagangan internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing.

Permintaan dan penawaran akan tampak dalam bentuknya yang sudah dikenal, serta merupakan suatu interaksi dari kemungkinan produksi dan preferensi konsumen (Lindert dan Kindleberger, 1990: 16). Menurut Halwani (2002: 17) pada awalnya proses perdagangan internasional merupakan pertukaran dalam arti perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya. Perdagangan


(18)

commit to user

internasional selanjutnya diikuti dengan perdagangan barang dan jasa sekarang (saat terjadinya transaksi) dengan kompensasi barang dan jasa di kemudian hari.

Perdagangan internasional berkembang hingga pertukaran antar negara/internasional dengan aset – aset yang mengandung resiko seperti saham, valas, dan obligasi yang saling menguntungkan kedua belah pihak, bahkan semua negara yang terkait didalamnya. Perdagangan internasional memungkinkan setiap negara melakukan diversifikasi atau penganekaragaman kegiatan perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka. Perdagangan internasional dianggap perlu bagi negara – negara didunia, diantaranya adalah karena:

a. Keanekaragaman kondisi produksi

Keanekaragaman kondisi produksi dapat mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional. Keterbatasan kemampuan negara, terutama berkaitan dengan memproduksi suatu barang akan dapat diminimalisir dengan adanya perdagangan internasional. Kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dapat diperoleh melalui perdagangan internasional.

b. Penghematan harga

Peningkatan produksi dapat mengakibatkan produksi mencapai rata – rata biaya produksi yang rendah. Semakin banyak jumlah produksi, maka penghematan biaya dapat terjadi, inilah mengapa diperlukannya perdagangan internasional.

c. Perbedaan selera

Perbedaan selera antar negara dapat menimbulkan keuntungan dalam perdagangan internasional. Keuntungan perdagangan internasional


(19)

commit to user

diperoleh ketika suatu negara dapat memproduksi sesuatu yang dibutuhkan negara lain.

2. Teori Klasik

a. Absolute Advantage

Pemikiran Adam Smith ini menerangkan bagaimana perdagangan internasional dapat menguntungkan kedua belah pihak. Sebagai contoh, suatu negara dapat memproduksi barang tertentu, misalnya barang X yang mempunyai

keunggulan dalam bidang pengolahan (manufacture) dibandingkan dengan mitra

dagangnya yang mempunyai keunggulan dalam memproduksi barang Y yang merupakan komoditi pertanian.

Masing – masing negara lebih mengkonsentrasikan produksi mereka pada

barang – barang yang secara mutlak (absolute) mempunyai keunggulan.

Kemudian mengekspor barang tersebut(yang merupakan kelebihan atau surplus untuk pemenuhan kebutuhan maupun konsumsi dalam negerinya) kepada mitra dagangnya. Proses inilah yang dijadikan dasar utama dalam perdagangan internasional(Halwani, 2002: 20).

Teori yang juga dikenal dengan nama teori murni (pure theory)

perdagangan internasional ini menitikberatkan pada besaran variabel riil. Semakin banyak pekerja yang dipergunakan dalam menghasilkan suatu barang, maka akan semakin tinggi pula nilai dari suatu barang tersebut. Teori ini menganggap tenaga kerja bersifat homogen, meskipun hal tersebut tidaklah benar, serta terdapat faktor – faktor lain selain tenaga kerja yang mempengaruhi nilai suatu barang. Teori


(20)

commit to user

perdagangan secara lebih sederhana. Prinsip dari teori ini tidak dapat dilepaskan meskipun pada teori – teori selanjutnya tidak dipergunakan lagi.

b. Comparative Advantage

Teori yang dikemukakan oleh J. S Mill ini menerangkan bahwa suatu

negara akan memproduksi barang yang memiliki comparative advantage yang

terbesar lalu kemudian diekspor keluar negeri dan mengimpor barang yang memiliki biaya yang besar bila diproduksi sendiri oleh negara tersebut. Teori menyatakan bila nilai tukar yang dipakai dalam perdagangan oleh negara – negara tersebut sama dengan harga dalam negeri suatu negara, maka keuntungan perdagangan hanya akan diperoleh oleh salah satu negara saja.

c. Comparative Cost

David Ricardo berpendapat setiap negara akan memiliki keunggulan komparatif selama rasio harga antar negara berbeda pada saat tidak ada perdagangan diantara negara tersebut. Sebenarnya teori ini memiliki kesamaan dengan teori yang dikemukakan oleh J. S Mill, yang membedakan adalah dalam

comparative advantage sejumlah tenaga kerja menghasilkan output yang berbeda

– beda di tiap negaranya. Sedangkan comparative cost, untuk mengasilkan suatu

output dibutuhkan waktu yang beragam antara satu negara dengan negara lain. Perdagangan yang dilakukan diantara negara – negara tersebut dapat menghasilkan spesialisasi yang berdampak pada peningkatan efisiensi dalam produksi. Teori ini juga menyatakan bahwa perdagangan dapat terjadi karena adanya perbedaan rasio biaya komoditi dan tidak tergantung pada masing –


(21)

commit to user

masing biaya absolut yang diukur dengan masukan(Lindert dan Kindleberger, 1990: 25).

d. Competitive Advantage

Michael E. Porter dalam bukunya yang terkenal, The Competitive

Advantage of Nation mengemukakan tentang tidak adanya korelasi langsung

antara dua faktor produksi(sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang melimpah) yang dimiliki suatu negara, yang dimanfaatkan menjadi keunggulan daya saing dalam perdagangan internasional(Halwani, 2002: 54).

Banyak negara didunia yang memiliki sumber daya manusia yang melimpah tetapi memiliki tingkat motivasi bekerja dan prestasi yang rendah, karena murahnya upah di negara tersebut. Negara – negara seperti Indonesia, Pakistan, dan India memiliki jumlah tenaga kerja yang besar, tetapi dengan rendahnya upah di negara – negara tersebut jumlah tenaga kerja tidak dapat dijadikan keunggulan kompetitif tersendiri jika dibandingkan negara – negara maju seperti Jepang, Swiss, Jerman. Porter mengatakan bahwa peran pemerintah merupakan hal yang penting untuk meningkatkan daya saing negara tersebut selain faktor produksi yang ada.

Porter mengembangkan model yang dikenal sebagai Model Berlian. Model ini menerangkan empat faktor yang menentukan industri tertentu pada suatu negara dapat mencapai sukses internasional. Keempat hal tersebut adalah:

1) Keadaan faktor – faktor produksi, seperti tenaga kerja terampil atau


(22)

commit to user

2) Keadaan permintaan dan tuntutan mutu di dalam negeri untuk hasil

industri tertentu.

3) Eksistensi industri terkait dan pendukung yang kompetitif secara

internasional.

4) Strategi perusahaan itu sendiri, struktur dan sistem persaingan antar

perusahaan.

Daya Saing Internasional Strategi Struktur

Persaingan Perusahaan

Permintaan Domestik

Industri Terkait dan Pendukung Sumber

Daya Alam Pemerintah

Akses dan Kesempatan

Sumber : Halwani, 2002 : 59

Gambar II.1 Model Berlian Daya Saing Internasional


(23)

commit to user

Industri suatu negara yang sukses dalam skala internasional umumnya didukung oleh kondisi faktor produksi yang baik, permintaan dan tuntutan mutu dalam negeri yang tinggi, dan industri hulu atau hilir yang maju, serta persaingan domestik yang ketat. Keempat faktor tersebut berinteraksi secara positif pada negara yang sukses dalam meningkatkan daya saing, sehingga keunggulan kompetitif yang hanya didukung oleh satu atau dua faktor tidak akan dapat bertahan. Keunggulan kompetitif juga dipengaruhi oleh faktor akses dan kesempatan(penemuan baru, peningkatan harga, perubahan kurs) dan kebijakan – kebijakan dari pemerintah. Semakin tinggi tingkat persaingan perusahaan di suatu negara, maka semakin tinggi tingkat daya saing internasionalnya.

Konsep keunggulan kompetitif yang ditawarkan dapat diciptakan melalui akumulasi pekerja berketrampilan dan industri tertentu yang bernilai tambah tinggi. Pengembangan manusia dan penguasaan teknologi menjadi faktor utama dalam menerapkan konsep keunggulan kompetitif. Penerapan konsep ini akan

memperbesar nilai tambah yang tinggal di dalam negeri(retained value added).

3. Teori Modern 1). Faktor Proporsi

Kaum modern memiliki pandangan yang berbeda dalam menjelaskan perdagangan internasional. Kaum modern menyatakan perbedaan dalam

opportunity cost suatu negara dengan negara lain karena adanya perbedaan dalam

jumlah faktor produksi yang dimilikinya(Nopirin, 1995: 20). Perdagangan dapat timbul karena pada suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak dari negara lain, sedangkan negara lain tersebut memiliki kapital yang lebih besar dari negara


(24)

commit to user

tersebut. Heckscher dan Ohlin menjelaskan pola perdagangan tersebut dengan mengungkapkan secara spesifik tentang perbedaan harga antar negara sebelum negara – negara melakukan perdagangan diantara mereka. Pada dasarnya ada beberapa hal yang mempengaruhi perbadaan harga, diantaranya :

a). Perbedaan pada pemerintahan b). Perbedaan teknologi

c). Adanya keunggulan dalam produksi d). Perbedaan kebutuhan

Heckscher dan Ohlin meragukan hal – hal tersebut. Mereka memperkirakan kunci biaya komparatif terletak pada proporsi penggunaan faktor produksi(Lindert dan Kindleberger, 1990: 33).

2). Kesamaan Harga Faktor Produksi

Teori ini mengungkapkan kesamaan harga faktor produksi yang terjadi karena adanya perdagangan bebas diantara negara – negara. Kondisi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Upah dan harga kapital di negara A adalah S1 dan R1 dengan kurva penawaran dan permintaan S dan D1 pada saat sebelum melakukan perdagangan, sedangkan di negara B adalah S1 dan R1. Upah di negara A lebih rendah tetapi harga kapital lebih tinggi dari pada negara B. Setelah berdagang produksi barang

A (labor intensive product) bertambah dan barang Y (capital intensive product)

berkurang, sehingga pada negara A permintaan tenaga kerja bertambah dan permintaan kapital berkurang. Kurva permintaan tenaga kerja bergeser ke D2 sehingga upah meningkat sebesar S2 dan tenaga kerja yang dipakai bergeser ke


(25)

commit to user

L2. Penurunan permintaan kapital ke D2 mengakibatkan harga kapital bergeser ke R2 dan kapital yang digunakan adalah C2.

Gambar II.2

Kesamaan Harga Faktor Produksi Negara A

Negara B Sumber : Nopirin, 1995 : 25.

Negara B yang memiliki lebih banyak faktor produksi kapital, dengan meningkatnya produksi barang Y, permintaan akan kapital bertambah sehingga harga juga meningkat. Pada barang X terjadi penurunan produksi sehingga permintaan tenaga kerja menurun dan harga juga ikut turun. Upah lebih tinggi di negara B pada saat sebelum berdagang, tetapi harga kapital lebih tinggi di A.

Upah

S1 S2

L1 L2

S D1 D2 R1 R2 Harga Kapital D2 D1 S

C1 C2

Tenaga Kapital

S1 S2 Upah L1 L2 D2 D1 S Tenaga R1 R2 D1 D2 S

C1 C2

Harga Kapital


(26)

commit to user

Upah dan kapital akan sama apabila terjadi perdagangan pada kedua negara tesebut.

4. Teori Penawaran

Hukum penawaran menyatakan menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para penjual. Semakin rendah harga suatu barang, maka semakin sedikit jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para penjual(Sukirno, 1996 : 86). Faktor yang dapat mempengaruhi penawaran adalah:

1) Harga barang lain

Harga barang lain berpengaruh terhadap penawaran dari suatu barang. Harga barang lain dibagi menjadi tiga, yaitu :

a). Barang pengganti : barang pengganti merupakan barang yang dapat menggantikan posisi dari barang lain.

b). Barang komplementer : merupakan barang yang digunakan bersama – sama barang lain tersebut.

c). Barang netral : barang yang tidak memiliki kaitan dengan barang lainnya.

2) Biaya untuk memperoleh faktor produksi

Pembayaran kepada faktor – faktor produksi merupakan pengeluaran yang sangat penting di dalam proses produksi berbagai perusahaan. Kenaikan harga faktor – faktor produksi akan menaikkan ongkos produksi jika tidak diimbangi dengan peningkatan produksi dan efisiensi. Peningkatan biaya untuk memperoleh


(27)

commit to user

faktor – faktor produksi akan menyebabkan ongkos produksi melebihi hasil penjualannya dan dapat menimbulkan kerugian.

3) Tujuan dari perusahaan

Tujuan yang berbeda – beda dari setiap perusahaan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap penentuan tingkat produksi. Penawaran akan berubah sifatnya bila terjadi perubahan dalam tujuan yang ingin dicapai perusahaan(Sukirno, 1996 : 89).

4) Tingkat teknologi

Tingkat teknologi memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan banyaknya jumlah barang yang akan ditawarkan. Kemajuan teknologi memberikan dua akibat, yaitu:

a) Produksi dapat ditambah dengan lebih cepat

b) Ongkos produksi semakin murah

Berdasakan dua akibat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kemajuan teknologi cenderung untuk menimbulkan kenaikan penawaran.

Gambar II.3 Kurva Penawaran

Sumber: Haryono, 2001: 21.

P

S

4

2


(28)

commit to user

Kenaikan harga dapat menyebabkan peningkatan penawaran suatu barang. Gambar II.3 menggambarkan suatu pola hubungan antara harga barang dan penawaran barang. Kurva penawaran berslope positif karena hubungan antara harga dan penawaran bersifat searah, ketika harga naik penawaran meningkat, ketika harga turun penawaran menurun.

5) Elastisitas

Elastisitas penawaran adalah suatu alat untuk mengukur reaksi penjual terhadap adanya perubahan harga, hingga seberapa jauh penjual bereaksi terhadap adanya perubahan harga.(Haryono, 2001: 46). Elastisitas penawaran dapat diukur dengan persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan per satuan waktu, dalam hubungannya dengan persentase perubahan harga. Rumus untuk menghitung elastisitas penawran adalah sebagai berikut:

Dimana:

Ep = elastisitas penawaran

Δ Jx = perubahan jumlah barang x Jx = jumlah barang x yang ditawarkan Δ Hx = perubahan harga x

Hx = jumlah harga x

Kurva penawaran memiliki lereng yang positif, maka harga dan jumlah barang yang ditawarkan bergerak dalam arah yang sama.


(29)

commit to user

Penawaran akan barang dikatakan “elastis” bila jumlah yang diminta sangat peka terhadap perubahan harga dan dikatakan “inelastis” bila jumlah yang diminta kurang peka terhadap perubahan harga. Suatu kurva penawaran dikatakan elastis jika ep >1, inelastis jika ep < 1 dan unitary jika ep = 1.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel II.1

Penelitian Tentang Penawaran Kopi

No Sumber Tahun Nama Judul Model Hasil

1. http://msu

web.montc lair.edu

1989 Samia Zekaria

Gutu Policy Options for Ethiopia’s Coffee Exports Seemingly Unrelated Regression (SUR)

Harga kopi dunia, GDP negara

pengimpor dan nilai tukar mata uang negara pengimpor berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor kopi Ethiopia

2 http://ww

w.une.edu. au

1999 Paul Mclaren

dan Euan Fleming

Coffee Supply Responsiveness to

Price and Exchange Rate in

Papua New Guinea Ordinary Least Square (OLS) Perubahan harga berpengaruh signifikan terhadap ekspor kopi.

3 http://ww

w.aercafri ca.org

2002 Daniel

Gbetnkom dan Sunday A. Khan Determinants of Agricultural Exports: The Case of Cameroon Ordinary Least Square (OLS) Perubahan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor biji kopi, coklat dan pisang.

4 http://ejou

rnal.unud. ac.id

2007 Putu Krisna

Adwitya S.

Analisis Beberapa Faktor yang Berpengaruh TerhadapVolume Ekspor Kopi Provinsi Bali Periode 1990 -

2006

Linier Berganda

Secara serempak : harga rata-rata ekspor kopi,kurs dollar AS dan kebijakan ekspor kopi berpengaruh signifikan. Secara Parsial: kedua varibel bebas


(30)

commit to user

C. Kerangka Pemikiran

Teori penawaran menyatakan bahwa penawaran suatu barang akan dipengaruhi oleh berbagai macam hal, diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang lain, biaya faktor produksi, tujuan perusahaan dan teknologi. Harga barang lain dibagi menjadi tiga, yaitu harga barang substitusi, harga barang komplementer dan harga barang netral. Gambar II.4 menunjukkan kerangka pemikiran peneliti dalam menganalisis pola hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

tidak berpengaruh signifikan. Volume ekspor sesudah kebijakan ekspor lebih rendah daripada periode sebelum kebijakan ekspor diberlakukan. Variabel Kurs dollar Amerika Serikat

merupakan variabel yang paling

berpengaruh.

5 http://pust

aka.litbang .deptan.go. id

2010 Budiman

Hutabarat

World Market Condition And Its

Impact On The Performance Of National Coffee Industry Linier Berganda dengan pendekatan deskriptif Peningkatan harga berpengaruh terhadap permintaan kopi.Pendapatan tidak berpengaruh bagi sebagian negara, dan berpengaruh bagi negara lainnya.Kurs berpengaruh negatif terhadap permintaan kopi bagi sebagian negara, dan

berpengaruh positif bagi negara lain.


(31)

commit to user

Gambar II.4 Kerangka Pemikiran

a. b. c.

d.

e.

f.

Variabel – variabel seperti harga internasional kopi arabika, harga internasional kopi robusta, harga internasional gula, harga internasional teh dan harga internasional biji coklat berpengaruh terhadap penawaran kopi Indonesia. D. Hipotesis

1. Diduga harga internasional arabika berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penawaran kopi Indonesia.

2. Diduga harga internasional robusta berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penawaran kopi Indonesia.

3. Diduga harga internasional gula berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

penawaran kopi Indonesia. Harga Internasional Arabika

Harga Internasional Robusta

Harga Internasional Biji Coklat

Harga Internasional Gula

Harga Internasional Teh


(32)

commit to user

4. Diduga harga internasional teh berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penawaran kopi Indonesia.

5. Diduga harga internasional biji coklat berpengaruh negatif dan signifikan


(33)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka dengan menggunakan data panel pada tahun 2001 – 2009 untuk menganalisis hubungan variabel yang mempengaruhi penawaran kopi Indonesia. Dalam penelitian ini dipilih delapan negara maju sebagai negara tujuan ekspor komoditi kopi. Kedelapan negara tersebut adalah Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Belgia, Perancis, Italia, Spanyol, Inggris.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data runtut waktu dan data silang tempat yang diperoleh dari index mundi dan

trade map selama periode 2001 – 2009. Index Mundi merupakan merupakan data

portal yang mengumpulkan fakta dan statistik dari berbagai sumber dan mengolah

data tersebut. Trade Map dikembangkan oleh International Trade Centre

UNCTAD / WTO (ITC) dengan tujuan untuk memfasilitasi riset pasar strategis, pemantauan kinerja perdagangan nasional, mengungkapkan keunggulan komparatif dan kompetitif, mengidentifikasi potensi pasar atau diversifikasi produk dan merancang dan memprioritaskan program-program pengembangan perdagangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ekspor kopi Indonesia, harga internasional arabika, robusta, gula, teh, dan biji coklat.


(34)

commit to user

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu variabel dependen dan variabel independen.

1. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel –

variabel bebas. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah ekspor kopi. Dalam penelitian ini kopi merupakan komoditas perkebunan dari Indonesia yang diekspor ke berbagai negara didunia. Data ekspor kopi yang

digunakan adalah dari tahun 2001 – 2009 yang didapat dari trade

competitiveness map. Satuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah US

dollar.

2. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

dependen atau variabel terikat. Penelitian ini menggunakan lima variabel independen, diantaranya adalah:

a. Harga Internasional Arabika merupakan harga dari jenis arabika yang digunakan sebagai standar penjualan kopi jenis ini. Harga internasional arabika dalam penelitian ini merupakan harga rata – rata per tahun dari

tahun 2001 – 2009 yang diperoleh dari index mundi. Satuan yang

digunakan dalam harga internasional arabika ini adalah US dollar.

b. Harga Internasional Robusta merupakan harga dari jenis robusta yang digunakan sebagai standar penjualan kopi jenis ini. Harga internasional robusta dalam penelitian ini merupakan harga rata – rata per tahun dari

tahun 2001 – 2009 yang diperoleh dari index mundi. Satuan yang


(35)

commit to user

c. Harga Internasional Gula merupakan harga dari komoditi gula yang digunakan sebagai standar penjualan gula secara internasional. Harga internasional gula dalam penelitian ini merupakan harga rata – rata per

tahun dari tahun 2001 – 2009 yang diperoleh dari index mundi. Satuan

yang digunakan dalam harga internasional gula ini adalah US dollar.

d. Harga Internasional Teh merupakan harga dari komoditi teh yang

digunakan sebagai standar penjualan teh secara internasional. Harga internasional teh dalam penelitian ini merupakan harga rata – rata per

tahun dari tahun 2001 – 2009 yang diperoleh dari index mundi. Satuan

yang digunakan dalam harga internasional teh ini adalah US dollar.

e. Harga Internasional Biji Coklat merupakan harga dari komoditi biji coklat

yang digunakan sebagai standar penjualan biji coklat secara internasional. Harga internasional biji coklat dalam penelitian ini merupakan harga rata

– rata per tahun dari tahun 2001 – 2009 yang diperoleh dari index mundi.

Satuan yang digunakan dalam harga internasional teh ini adalah US dollar.

D. Metode Analisis Data Panel

Data panel atau pooled data adalah kombinasi dari data time series dan

data cross section yang mengakomodasi informasi baik yang terkait dengan

variabel – variabel cross section maupun time series. Metode data panel lebih

tepat digunakan untuk mengatasi kolinieritas diantara variabel - variabel bebas yang pada akhirnya dapat mengakibatkan tidak tepatnya penaksiran regresi(Gujarati, 2003 : 637). Dalam penelitian terkadang muncul masalah


(36)

commit to user

kekurangan data untuk mewakili variabel yang digunakan dalam penelitian. Penggunaan data panel dapat mengatasi masalah kekurangan data. Data panel

menggabungkan data cross section dan time series, sehingga jumlah data yang

mewakili variabel dalam penelitian bertambah.

Analisis panel data memiliki tiga pendekatan, yaitu pendekatan Pooled

Least Square(PLS), pendekatan Fixed Effect Model(FEM) dan pendekatan

Random Effect Model(REM). Ketiga pendekatan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pooled Least Square(PLS)

Pooled Least Square merupakan teknik yang menggabungkan data time

series dengan cross section. Data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan

pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode

OLS(Nachrowi, 2006: 311). Pooled Least Square dapat digambarkan dengan

persamaan sebagai berikut:

Yit = α + β Xit + uit ... (3.1)

i = individu t = waktu

N merupakan jumlah unit individu (cross section), dan T adalah jumlah periode

waktu(time series). Dengan menggabungkan atau mengkombinasikan semua data

cross section dan time series dapat meningkatkan derajat kebebasan, sehingga

dapat memberikan hasil yang cenderung lebih baik daripada hanya menggunakan


(37)

commit to user

2. Fixed Effect Model (FEM)

FEM merupakan model yang dibentuk karena adanya variabel – variabel yang tidak semuanya masuk ke dalam persamaan model yang mengakibatkan

adanya intercept yang tidak konstan(Nachrowi, 2006: 311). Intercept tersebut

berubah untuk setiap individu. Menurut Gujarati(2003: 642) penggunaan Fixed

Effect Model didasarkan pada fakta bahwa meskipun intersep dapat berbeda –

beda pada individu, setiap intersep individu tidak berubah - ubah sepanjang waktu atau konstan. Secara matematis FEM dapat dinyatakan sebagai berikut:

Yit = αi + Xitβ + uit. ... (3.2)

Persamaan tersebut menunjukkan notasi αi sebagai koefisien dari regresor yang

tidak berubah pada individu atau sepanjang waktu.

3. Random Effect Model (REM)

REM mengasumsikan bahwa intersep dari tiap individu diambila secara

acak dari populasi yang lebih besar dengan nilai rata – rata yang konstan(Gujarati, 2003: 652). Menurut Nachrowi(2006: 315 – 316) perbedaan karakteristik dari

waktu dan individu diakomodasikan ke dalam error dari model. Pembentukan

error pada Random Effect Model ini memiliki dua komponen, yaitu waktu dan

individu. Random Error pada REM peru diurai menjadi error untuk komponen

individu, error komponen waktu dan error gabungan(Nachrowi, 2006: 316).

Persamaan REM diformulasikan sebagai berikut:

Yit = αi + Xit β + uit + εi. ... (3.3)

Yit = αi + Xit β +ωit ... (3.4)


(38)

commit to user

uit = error component dari time series dan cross section

εi = error component dari individu

Error component individu tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya, dan tidak

berautokorelasi pada unit cross section dan time series.

Perbedaaan antara Random Effect Model dengan Fixed Effect Model adalah jika

pada REM intersep αi mewakili nilai rata – rata dari semua intersep, dan error

component dari εi mewakili deviasi acak dari nilai rata – rata intersep individu.

Pada FEM tiap unit cross section memiliki nilai intersep sendiri –

sendiri(Gujarati, 2003: 648).

Baltagi dalam Gujarati(2003: 637 – 638) menyatakan bahwa penggunaan data panel memberikan banyak manfaat bagi dunia statistik dan perkembangan ilmu ekonomi. Beberapa manfaat penggunaan panel data:

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu. Panel data memberi peluang

perlakuan bahwa unit - unit ekonomi yang dianalisis seperti individu, rumah tangga, perusahaan hingga negara adalah heterogen.

2. Memberi informasi yang lebih banyak, lebih beragam, mengurangi

kolinearitas (collinearity), meningkatkan derajat bebas (degree of freedom)

dan lebih efisien. Dengan menggunakan panel data, penambahan dimensi

cross-section dapat memperkaya keragaman dan informasi pada dua variabel

tersebut (harga dan pendapatan), sehingga akan menghasilkan estimasi yang lebih akurat.

3. Lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat


(39)

commit to user

4. Data panel dapat membangun dan menguji model perilaku (behavioral

models) yang lebih kompleks dibanding pure cross section atau data time

series.

5. Panel data lebih cocok untuk pembelajaran dengan perubahan yang dinamis,

karena panel data mempelajari cross section yang berulang – ulang.

Bentuk sederhana dari model regresi yang menunjukkan hubungan antara dua variabel X dan Y dapat ditulis dengan notasi :

LogYit= β0+ β1 X1it+ β2 X 2it+ β3 X 3it+ β4 X 4it+ β5 X 5it +

u

it ... (3.5)

Dimana:

LogY = Penawaran Kopi Indonesia (US $ thousand) X1 = Harga Arabika Internasional (US cents/pound) X2 = Harga Robusta Internasional (US cents/pound) X3 = Harga Internasional Gula (US cents/pound) X4 = Harga Internasional Teh (US cents/kilogram)

X5 = Harga Internasional Biji Coklat (Us cents/metric tonne)

u = Error

βo = Intersep

β1…β2 = Koefisien Regresi

i = Cross section

t = Time series (2001 – 2009)

E. Uji Statistik

1. Uji t

Uji Statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.


(40)

commit to user

Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (β1) sama

dengan nol, atau: H0 : β1 = 0

suatu variabel independen bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya adalah (Ha). Parameter suatu

variabel tidak sama dengan nol, atau : Ha : β1 ≠ 0

variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen(Kuncoro, 2001: 97). Langkah - langkah pengujian t adalah :

a) Hipotesis

H0: β1 = 0

Ha: β1≠ 0

b) Kriteria pengujian

Gambar III. 1

Titik Presentase Distribusi T

Sumber: Gujarati & Porter, 2010 : 152 Keterangan :

k : banyaknya variabel atau banyaknya parameter Daerah diterima

Daerah ditolak Daerah ditolak


(41)

commit to user

n : banyaknya sampel data yang digunakan Ho : diterima jika

Ho : ditolak jika

Nilai thitung diperoleh dengan rumus :

Β1 : koefisien regresi

Se : standar error koefisien regresi

Bila t hitung > ttabel pada kepercayaan tertentu maka Ho ditolak. Penolakan

terhadap H0 ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh

terhadap variabel dependen. Nilai dari ttabel yang digunakan tergantung dari derajat

kepercayaan dan jumlah dari jumlah observasi.

2. Uji F

Merupakan pengujian bersama-sama variabel independen yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian Uji F adalah :

a. Menyusun formula H0 dan H1

Ho : β0 = β1= β2


(42)

commit to user

b. Kriteria Pengujian

Gambar III.2

Titik Presentase Distribusi F

Sumber: Gujarati & Porter, 2010: L-106.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan nilai Ftabel.

Bila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel independen

secara nyata berpengaruh terhadap variabel dependen secara bersama-sama.

Rumus F hitung adalah sebagai berikut :

: Koefisien determinasi

: banyaknya observasi : banyaknya variabel

3. Penjelasan Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap naik turunnya variabel dependen. Atau pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

Daerah diterima

Daerah ditolak f tabel


(43)

commit to user

terikat(Kuncoro, 2001: 100). Tingkat ketepatan regresi ditunjukan oleh besarnya

koefisien determinasi (R2) yang besarnya antara 0 < R2 < 1. Koefisien determinasi

0 berarti variabel - variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Semakin mendekati 1, maka pengaruh variabel - variabel independen semakin besar.

F. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah uji yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik atau penyakit dalam sebuah persamaan model regresi. Penyimpangan tersebut adalah multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

1. Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data time series) atau

ruang (seperti dalam data cross sectional). Model regresi linier klasik

mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam disturbansi atau gangguan. Model klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang manapun(Gujarati, 1995: 201). Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Uji Durbin-Watson tidak dapat digunakan pada

model yang variabel bebasnya mengandung lagged dependent variabel.


(44)

commit to user

maupun negatif. Menurut Kuncoro(2001: 107) keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:

a. Bila nilai DW lebih besar daripada batas atas (upper bound), maka koefisien

autokorelasi sama dengan nol. Artinya, tidak ada autokorelasi positif.

b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah (lower bound), maka

koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol. Artinya, terdapat autokorelasi positif.

c. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (upper bound) dan batas bawah

(lower bound), maka tidak dapat disimpulkan.

Gambar III.3 Durbin Watson d Statistik

Sumber: Gujarati, 2003 : 469. 2. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi dalam model regresi linier klasik menyatakan bahwa gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedastik. Artinya,

varians tiap unsur disturbance tergantung pada nilai yang dipilih dari variabel

yang menjelaskan adalah suatu angka konstan yang sama. Heteroskedastisitas terjadi dalam fungsi regresi yang mempunyai varian berbeda. Konsekuensi jika

Tolak H0

Autokorelasi Positif

Ragu - Ragu Tidak

menolak H0 /

H0* atau

keduanya

Ragu - Ragu Tolak H0*

Autokorelasi Negatif


(45)

commit to user

terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar, tetapi masih tetap tidak bias dan konsisten.

Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga OLS tidak efisien baik dalam sampel besar maupun kecil. Halbert White dalam Kuncoro(2001: 112) menganjurkan uji heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan menghitung nilai Chi-Square hitung. Nilai Chi-Square tersebut

kemudian dibandingkan dengan nilai χ2 tabel. Rumus untuk menghitung nilai

Chi-Square adalah sebagai berikut:

χ2hitung = n x R2

n = jumlah observasi R2 = nilai R2

H0 = homoskedastis

Ha = heteroskedastis

Jika nilai χ2 tabel > χ2 hitung, maka tidak terdapat heteroskedastisitas. Jika χ2

tabel< χ2 hitung, maka terdapat heteroskedastisitas.

3. Multikolinieritas

Multikolonieritas menunjukan adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati, 1995: 157), sehingga jika terdapat multikolinieritas dalam model regresi maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar, selanjutnya berakibat pada koefisien yang tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi. Cara


(46)

commit to user

mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan meregres setiap variabel independen dengan variabel independen lainnya. Multikolinieritas dapat dilihat dengan meregres variabel independen satu dengan variabel independen lainnya. Multikolinieritas terjadi diantara variabel independen apabila terdapat variabel yang signifikan terhadap variabel yang lainnya. Klein dalam Gujarati & Porter(2010: 431) mengatakan bahwa multikolinieritas dapat menjadi masalah

hanya jika r2 yang didapat dari regresi penyokong lebih besar dari R2 keseluruhan,


(47)

commit to user

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

1. Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Indonesia

Ekspor Indonesia mengalami peningkatan sebesar 23,69 persen pada Desember 2009 dibanding November 2009 yaitu dari US$ 10.775,4 juta menjadi US$ 13.328,5 juta. Pada tahun sebelumnya bulan Desember 2008, ekspor mengalami peningkatan sebesar 49,82 persen. Peningkatan ekspor Desember 2009 disebabkan oleh bertambahnya ekspor nonmigas sebesar 28,30 persen yaitu dari US$ 8.438,0 juta menjadi US$ 10.826,0 juta.

Tabel IV. 1

Perkembangan Ekspor Indonesia Januari – Desember 2009

Uraian

Nilai FOB(Juta US $) Pertumbuhan Desember

2009 terhadap November

2009(%)

Perubahan Jan – Des

2009 terhadap 2008(%) Peran terhadap total Jan – Des 2009(%) November 2009 Desember 2009

Jan – Des 2008

Jan – Des 2009 Total

Ekspor 10.775,4 13.328,5 137.020,4 116.490,4 23,69 14,98 100

Migas 2.337,4 2.502,5 29.126,3 19.018 7,07 -34,71 16,33

Minyak

Mentah 743,1 955,7 12.418,8 7.820,3 28,62 -37,03 6,72

Hasl

Minyak 246,2 296,3 3.547 2.261 20,35 -36,26 1,94

Gas 1.348,1 1.250,5 13.160,5 8.936,7 -7,24 -32,09 7,67

Non

Migas 8.438 10.826 107.894,1 97.472,4 28,30 -9,66 83,67

Sumber: BPS, 2010: 2.


(48)

commit to user

Ekspor migas juga mengalami peningkatan sebesar 7,07 persen dari US$ 2.337,4 juta menjadi US$ 2.502,5 juta. Peningkatan ekspor migas disebabkan oleh meningkatnya ekspor komoditi minyak mentah sebesar 28,62 % menjadi US$ 955,7 juta dan ekspor hasil minyak naik sebesar 20,35 persen menjadi US$ 296,3 juta. Ekspor gas turun sebesar 7,24 % menjadi US$ 1.250,5 juta(BPS, 2010: 1). 2. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara pemasok kopi terbesar keempat didunia. Pendapatan yang diperoleh dari ekspor kopi juga cukup besar, sehingga ekspor kopi Indonesia ke dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan yang terjadi dalam nilai ekspor kopi Indonesia selama tahun 2006 – 2009.

Tabel IV.2

Tabel Ekspor Kopi Indonesia ke Dunia

Sumber: Trade map, Trade Competitiveness Map, 2011.

Pada tahun 2009 Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor kopi. Menurunnya nilai ekspor tersebut disebabkan oleh krisis keuangan dunia dan cuaca buruk. Kedua faktor tersebut juga mengakibatkan turunnya harga kopi Indonesia di pasar internasional dan menurunnya produksi kopi nasional.

Tahun Dunia

US $

2005 504.407

2006 588.502

2007 636.417

2008 991.458


(49)

commit to user

Tabel IV.3

Nilai Ekspor Kopi Indonesia

Negara

Ekspor Indonesia(US $ Ribuan) Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Amerika Serikat 147.199 198.888 235.102 217.966 249.867 210.542

Jerman 53.739 97.301 98.607 101.873 213.506 151.736

Jepang 66.285 75.867 97.246 107.748 132.693 106.508

Italia 19.871 30.564 37.500 34.014 55.796 59.560

Inggris 8.919 20.386 17.127 19.132 34.806 28.626

Sumber: Trade Map, Trade Competitiveness Map, 2010.

Kopi Indonesia sangat diminati oleh negara – negara didunia, terutama negara maju. Negara – negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Italia dan Inggris menjadi negara yang mengimpor kopi Indonesia dalam jumlah yang sangat besar. Dalam tabel IV.3 dapat dilihat perkembangan nilai ekspor kopi Indonesia ke lima negara maju tersebut. Selama tahun 2004 – 2009 terjadi peningkatan dari hampir setiap negara maju dalam mengimpor kopi dari Indonesia.

3. Negara Importir Kopi Indonesia a). Jepang

Jepang merupakan negara kepulauan yang berada di tepi barat Samudra

Pasifik, negara ini memiliki luas 377.819 km2 dengan Tokyo sebagai ibukotanya.

Negara Jepang meliputi lebih dari seribu pulau kecil dengan empat pulau utama, yaitu pulau Hokkaido, pulau Honshu, Shikoku dan Kyushu. Letak keempat pulau utama Jepang ini saling berdekatan sehingga dapat dihubungkan melalui terowongan, jembatan maupun jalan layang. Jepang mengalami iklim yang bervariasi, tiupan angin dari Siberia dan arus dingin samudra Hindia


(50)

commit to user

mempengaruhi iklim Hokkaido dan bagian utara Honshu. Dikawasan ini musim panas berlangsung singkat sedangkan musim dingin berlangsung lebih lama dengan curah salju yang tinggi.

Bagian selatan pulau Honshu serta Pulau Shikoku dan Kyushu mengalami musim panas lebih lama dengan udara yang lembab dan hangat. Pada saat musim dingin kawasan ini lebih sejuk karena terdapat tiupan angin hangat dari Samudra Pasifik serta pengaruh arus laut hangat Kuroshio yang mengalir dari kawasan Filipina menuju arah timur laut Jepang(Gifford, 2007: 306).

Gambar IV.1 Peta Jepang

Sumber: Central Intelligence Agency, 2011.

Negara Jepang mampu melakukan swasembada beras meskipun hanya 13 persen lahan daratan Jepang yang cocok untuk ditanami. Beras merupakan kebutuhan pangan pokok negara Jepang, sehingga lebih dari 40 persen lahan


(51)

commit to user

pertanian digunakan untuk menanam padi. Penggunaan teknologi maju dalam pengolahan sawah dan pemanenan, metode irigasi, serta dukungan pemerintah merupakan faktor penentu kemajuan sektor pertanian di Jepang(Gifford, 2008: 308). Jepang mulai membangun industrinya pada akhir abad ke-19 dengan mengadopsi industri dari barat namun tetap mempertahankan budaya dan tradisi warisan leluhur. Ekonomi Jepang meningkat dengan pesat dengan bantuan dari pihak asing serta melakukan penghematan. Sejak tahun 1990, Jepang menjadi negara berteknologi maju dan termakmur kedua didunia. Pemerintah Jepang sangat melindungi perusahaan dalam negeri, sehingga banyak perusahaan Jepang yang menjalin kerja sama. Kerja sama tersebut menyulitkan perusahaan asing dalam menjual produknya di Jepang(Gifford, 2007: 309).

Tabel IV.4 Impor Kopi Jepang

Tahun Impor dari

Indonesia(US $ 000)

2001 57.790

2002 54.599

2003 60.148

2004 66.285

2005 75.867

2006 97.246

2007 107.748

2008 132.693

2009 106.508

Sumber: Trade Map, Trade Competitiveness Map, 2010.

Jepang merupakan salah satu negara pengimpor kopi Indonesia. Ekspor kopi Indonesia ke Jepang mangalami peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun terjadi sedikit penurunan di beberapa tahun. Penurunan tersebut disebabkan oleh


(52)

commit to user

efek dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Meskipun demikian trend ekspor kopi dari Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan untuk meningkat di setiap tahunnya.

b). Jerman

Jerman merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ketiga didunia. Negara Jerman terletak di bagian tengah Benua Eropa dengan populasi mencapai 82.200.00 jiwa. Wilayah Jerman membentang dari Alpen disebelah selatan ke garis pantai sebelah utara yang berbatasan dengan Laut Utara dan Laut Baltik. Negara Jerman memiliki garis perbatasan sepanjang 3.621 km dengan luas

wilayah mencapai 357.021 km2. Jerman berbatasan dengan negara – negara maju

lainnya, seperti Belanda, Belgia, Denmark, Prancis, Swiss dan Republik Ceko. Bentang alam Jerman bervariasi, mencakup wilayah perbukitan dan pegunungan yang ditutupi hutan lebat, dataran, danau, dan sungai. Jerman dibagi menjadi 3 wilayah geografis utama, yaitu:

1). Dataran rendah yang luas di utara memanjang dari perbatasan dengan Belanda hingga ke perbatasan dengan Polandia. Wilayah ini terdiri dari dataran berpasir yang ditutupi semak belukar.

2). Dataran tinggi di bagian tengah yang memisahkan Jerman bagian utara dengan Jerman bagian selatan. Daerah ini terdiri dari sejumlah bukit, pegunungan, sungai dan lembah.

3). Bagian selatan terdiri dari perbukitan, pegunungan dan lembah yang ditutupi hutan lebat. Bagian selatan Jerman termasuk dalam rangkaian Pegunungan Alpen yang juga dikenal dengan Alpen Bavaria(Gifford, 2007: 170 – 171).


(53)

commit to user

Gambar IV. 2 Peta Jerman

Sumber : Central Intelligence Agency, 2011

Kemakmuran dan kekuatan Jerman berpangkal pada pembangunan sektor industri. Sebagian besar industri manufaktur dan pengolahan berada disebuah kota bernama Rurh yang terletak di bagian barat negara ini. Kemajuan industri Jerman memungkinkan negara ini menjadi negara eksportir terbesar kedua didunia. Seperempat angkatan kerja di Jerman terserap oleh sektor – sektor industri di Jerman. Kebanyakan sektor industri tersebut merupakan industri pembuatan barang elektronik rumah tangga dan industri pembuatan mesin – mesin berat untuk industri. Sejak tahun 1990-an, Jerman merupakan produsen kendaraan motor ketiga terbesar didunia. Kesuksesan Jerman tersebut tidak diiringi pengendalian terhadap polusi udara yang ditimbulkan oleh industri – industri di negara ini, sehingga wilayah hutan Jerman mengalami kerusakan yang parah.


(54)

commit to user

Hujan asam mengakibatkan hampir 50 persen pohon Hutan Hitam di Jerman rusak(Gifford, 2007: 173).

Tabel IV.5 Impor Kopi Jerman

Tahun Impor dari

Indonesia(US $ 000)

2001 35.624

2002 34.034

2003 47.124

2004 53.739

2005 97.301

2006 98.607

2007 101.873

2008 213.506

2009 151.736

Sumber: Trade Map, Trade Competitiveness Map, 2010.

Berdasarkan Tabel IV.5, Jerman merupakan negara pengimpor kopi Indonesia terbesar kedua didunia setelah Amerika Serikat. Tingginya konsumsi kopi di negara ini menyebabkan negara Jerman mengimpor kopi dari Indonesia untuk memenuhi permintaan dari dalam negeri, sehingga dari tahun ke tahun impor kopi negara ini mengalami peningkatan.

c). Amerika Serikat

Amerika Serikat merupakan negara adi kuasa dengan jumlah penduduknya terbesar ketiga didunia. Amerika Serikat adalah negara pelopor manufaktur dan memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Ibukota dari Amerika Serikat adalah Washington DC dengan jumlah penduduk yang terdapat dikota tersebut mencapai 4.923.000 jiwa. Negara Amerika Serikat merupakan negara federal yang mencakup 50 negara bagian, setiap negara bagian tersebut memiliki


(55)

commit to user

parlemen dan pemerintahannya sendiri yang memegang kekuasaan lokal. Dua pegunungan besar mendominasi bentang lahan negara Amerika Serikat, di wilayah barat terdapat pegunungan Rocky dengan puncaknya mencapai 4.000 m.

Gambar IV. 3 Peta Amerika Serikat

Sumber : Central Intelligence Agency, 2011.

Amerika Serikat bagian timur terdapat Pegunungan Appalachia yang membentang hampir sejajar dengan Samudra Atlantik sejauh 2.400 km. Bagian di antara kedua pegunungan tersebut merupakan daratan yang sangat luas dan dilintasi oleh banyak sungai. Sungai Mississippi yang digabung dengan anak sungainya, Sungai Missouri, merupakan sungai terpanjang ketiga didunia. Di bagian utara Amerika Serikat berbatasan dengan Kanada, kedua negara ini berbagi

wilayah rangkaian perairan danau yang disebut Danau Besar(Great Lakes) yang

menempati perbatasan kedua negara.

Amerika Serikat kaya akan sumber daya alam seperti logam(timah dan besi), minyak bumi dan kayu. Seperlima cadangan dari batu bara dunia terdapar di negara Amerika Serikat. Sebagian besar lahan yang membentang di bagian negara


(56)

commit to user

ini bertanah subur, sehingga dapat digunakan untuk menanam tanaman jagung, tanaman sereal dalam jumlah besar, dan menjadi tempat menggembala sekitar 100 juta ternak(Gifford, 2007: 64).

Tabel IV.6

Impor Kopi Amerika Serikat

Tahun Impor dari

Indonesia(US $ 000)

2001 67.670

2002 78.118

2003 101.204

2004 147.199

2005 198.888

2006 235.102

2007 217.966

2008 249.867

2009 210.542

Sumber: Trade Map, Trade Competitiveness Map, 2010.

California merupakan negara bagian di Amerika Serikat yang memiliki penduduk paling banyak dengan jumlah penduduknya mencapai 34 juta jiwa. Negara bagian di wilayah barat ini banyak di datangi banyak orang karena daya tarik industri film, musik, hiburan dan berbagai peluang bisnis yang terdapat di daerah ini. California merupakan salah satu pusat pengembangan komputer dan teknologi tinggi yang paling besar didunia. Silicon Valley merupakan wilayah industri yang membentang lebih dari 40 km. Di Silicon Valley terdapat pusat dan kantor dari berbagai perusahaan komputer terkemuka(Gifford, 2007: 84).

Amerika Serikat merupakan negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar didunia sekaligus sebagai negara terbesar pengimpor kopi Indonesia. Tingginya jumlah penduduk dan konsumsi kopi menyebabkan meningkatnya


(57)

commit to user

permintaan akan kopi dari negara ini. Tingginya permintaan tersebut ditutupi dengan mengimpor kopi dari seluruh dunia, salah satunya dari Indonesia.

d). Belgia

Belgia merupakan negara yang terletak di sebelah barat Jerman dan

Luxemburg dengan luas wilayah sekitar 30.528 km2. Ibukota negara ini adalah

Brussel dengan populasinya mencapai 1.076.00 jiwa. Daerah bagian utara dari Belgia memiliki bentang alam yang sama dengan Belanda, yaitu berupa lahan pantai yang datar, tidak jauh di atas permukaan laut dan dihubungkan melalui delta, sungai serta kanal. Sebagian besar garis pantai Belgia ditandai dengan serangkaian bukit pasir raksasa yang memiliki ukuran terbesar di seluruh Eropa. Pesisir pantai disebelah selatan merupakan dataran tinggi utama yang merupakan lahan pertanian terbaik di negara ini, sementara wilayah tenggara merupakan bagian Ardennes, yaitu daerah berbatu dan berhutan lebat dengan ketinggian rata – rata 460 meter. Sungai utama di Belgia adalah sungai Meuse, yang terhubung dengan sungai – sungai dan kanal – kanal yang lain.

Letak Belgia sangat strategis, negara ini diapit oleh beberapa negara Eropa lain seperti Prancis, Luxemburg, Jerman, dan Belanda. Adanya akses ke laut melalui pelabuhan Antwerpen, membuat sektor perdagangan negara ini berkembang cukup pesat. Antwerpen merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Eropa, pelabuhan ini terletak sekitar 80 km dari Laut Utara(Gifford, 2007: 166). Jutaan ton barang diekspor dan diimpor melalui pelabuhan ini setiap tahunnya. Sektor perdagangan di Belgia meliputi ekspor hasil industri pengolahan logam, baja, pembuatan pakaian, karpet, serta pembuatan mesin – mesin industri.


(58)

commit to user

Kebutuhan listrik untuk industri negara ini dipenuhi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang mampu memenuhi dua per tiga kebutuhan negara Belgia.

Gambar IV. 4 Peta Belgia

Sumber: Central Intelligence Agency, 2011.

Negara Belgia mampu memperoleh pendapatan yang besar meskipun memiliki bahan baku yang sangat terbatas. Kekurangan bahan baku tersebut diatasi dengan mengimpor bahan baku dari luar negeri, kemudian bahan baku tersebut diolah menjadi barang jadi atau setengah jadi, lalu diekspor kembali dengan harga jual yang jauh lebih tinggi dari harga bahan baku saat diimpor.

Negara Belgia juga merupakan salah satu pengimpor kopi Indonesia. Meskipun tidak terlalu besar seperti Amerika Serikat dan Jerman, tetapi Belgia dapat menjadi importir yang potensial bagi Indonesia di masa depan. Hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan impor kopi Indonesia yang meningkat cukup tinggi pada tahun 2008.


(59)

commit to user

Tabel IV.7 Impor Kopi Belgia

Tahun Impor dari

Indonesia(US $ 000)

2001 2.804

2002 3.190

2003 3.654

2004 3.638

2005 5.408

2006 8.120

2007 7.638

2008 20.742

2009 14.616

Sumber: Trade Map, Trade Competitiveness Map, 2010.

Bertambah besarnya impor kopi negara tersebut dapat menunjukkan peningkatan konsumsi dan permintaan kopi yang terjadi di Belgia. Diharapkan untuk kedepannya negara Belgia dapat berkembang menjadi negara pengimpor kopi Indonesia terbesar setelah keempat negara yang telah ada.

e). Perancis

Perancis merupakan negara yang memiliki luas wilayah seluas 547.030

km2 dengan ibukota bernama Paris. Enam puluh persen wilayah Perancis terletak

pada ketinggian dibawah 250 meter. Sebagian besar wilayah Perancis terdiri dari dataran bergelombang, wilayah perbukitan, lembah dan sungai. Bagian barat laut merupakan wilayah Normandi dan Britani yang lebih berbukit dengan garis pantai yang menjorok ke daratan. Di barat laut terdapat Vosges, sekumpulan puncak gunung yang perlahan – lahan membulat selam lebih dari 200 juta tahun. Sebelah selatan Vosges terdapat pegunungan Jura yang membentang ke Swiss dengan


(60)

commit to user

puncaknya mencapai 1.710 meter. Jura dan Vosges terlihat kecil bila dibandingkan dengan Pegunungan Alpen yang terletak disebelah timur Perancis.

Dataran tinggi diwilayah tengah bagian selatan disebut Massif Sentral, massif Sentral meliputi 15 persen wilayah Prancis yang terbentuk sejak 300 juta tahun yang lalu. Pembentukan dataran tinggi ini terhalangi oleh Pegunungan Alpen yang mulai terbentuk sejak 65 juta tahun yang lalu. Adanya aktivitas vulkanik yang terjadi 10.000 tahun yang lalu menyisakan bukit – bukit dengan

puncak kerucut yang disebut dengan puys(Gifford, 2007: 175).

Gambar IV.5 Peta Perancis

Sumber: Central Intelligence Agency, 2011

Perancis beriklim sedang tetapi bervariasi dibeberapa bagian wilayah. Di wilayah barat dan utara, angin dari Samudra Atlantik menyebabkan mendung, membuat cuaca mudah berubah. Hal ini membantu menurunkan suhu pada musim panas dan manikkan suhu pada musim dingin. Di Perancis selatan dan Massif


(61)

commit to user

Sentral suhu sehari – hari berkisar antara 170 C hingga 200 C pada musim panas.

Hujan sangat bervariasi di Perancis, beberapa daerah diwilayah Perancis bagian utara menerima curah hujan lebih dari 300 mm, sementara beberapa kawasan pegunungan menerima curah hujan 1.300 mm setiap tahun(Gifford, 2007: 177).

Tabel IV.8 Impor Kopi Perancis

Tahun Impor dari

Indonesia(US $ 000)

2001 2.161

2002 3.257

2003 2.348

2004 3.906

2005 6.597

2006 4.190

2007 4.181

2008 17.708

2009 15.778

Sumber: Trade Map, Trade Competitiveness Map, 2010

Perancis telah lama menjadi kekuatan industri sejak Perang Dunia II, meskipun Perancis terbilang lamban dalam mengembangkan industri. Pembangunan industri Perancis ditopang oleh adanya sumber daya mineral dalam jumlah besar, terutama kandungan biji besi yang merupakan salah satu yang terbesar di Eropa. Perancis merupakan negara yang paling banyak memanfaatkan energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan listriknya. Sekitar 70% kebutuhan listrik diperoleh dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Selain itu negara Perancis merupakan salah satu pusat kemajuan teknik di Eropa. Banyak perusahaan Perancis berkonsentrasi dalam usaha pembuatan mesin dan alat – alat pertahanan. Kemajuan industri ini mengakibatkan polusi air dan udara di Prancis. Sekitar 15


(62)

commit to user

juta hektar hutan Perancis rusak karena adanya hujan asam yang terjadi akibat adanya polusi(Gifford, 2007: 178).

Tabel IV.8 menunjukkan peningkatan impor kopi yang signifikan oleh negara Perancis. Pada tahun 2007 Perancis hanya mengimpor kopi sebesar 4.181.000 US$, namun pada tahun 2008 terjadi peningkatan yang sangat besar. Negara – negara maju seperti Perancis dan Belgia dapat menjadi negara yang potensial bagi Indonesia untuk mengembangkan ekspor kopinya. Pada tahun 2008 terlihat pertambahan impor yang cukup signifikan. Hal tersebut bukan tidak mungkin akan meningkat jauh lebih besar pada tahun – tahun berikutnya.

f). Italia

Gambar IV. 6 Peta Italia

Sumber: Central Intelligence Agency, 2011.

Italia merupakan negara industri pertama di Eropa yang bertumpu pada


(63)

commit to user

populasi mencapai 56.306.000 jiwa. Sebagian besar bentang lahan Italia merupakan semenanjung panjang yang menjorok ke Laut Tengah. Di sebelah utara Italia berbatasan dengan lima negara, yaitu Prancis, Swiss, Monako, Austria dan Slovenia. Di dalam wilayah negara Italia terdapat dua negara independen, yaitu Vatikan dan San Marino. Dataran Lombardy yang terletak di sebelah timur – laut Italia adalah dataran terbesar di negara ini. Dataran ini merupakan lahan pertanian yang paling subur sekaligus daerah pemukiman yang paling padat. Dataran Lombardy dilintasi oleh sungai Po, sungai Po merupakan sungai terpanjang di Italia yang mengalir sejauh 652 km(Gifford, 2007: 202).

Tabel IV.9 Impor Kopi Italia

Tahun Impor dari

Indonesia(US $ 000)

2001 15.648

2002 12.101

2003 20.327

2004 19.871

2005 30.564

2006 37.500

2007 34.014

2008 55.796

2009 59.560

Sumber: Trade Map, Trade Competitiveness Map, 2010.

Italia adalah salah satu dari lima negara tujuan wisata paling terkenal didunia. Iklim Laut Tengah yang hangat, danau, pegunungan, situs peninggalan Kekaisaran Romawi Kuno dan olah raga ski es pada musim dingin merupakan daya tarik dari negara ini. Pada tahun 2001, 41 juta wisatawan mengunjungi


(1)

commit to user

Multikolinieritas yang terjadi dalam penelitian ini tidak menjadi masalah, karena

nilai r2 lebih kecil dari nilai R2.

5. Hasil Estimasi Fixed Effect Model

Tabel IV. 17 Hasil Olah Data

Variabel Koefisien Standar Error T Statistik Probabilitas

Arabika 0.008981 0.001741 5.159005 0.0000

Robusta 0.006079 0.001813 3.352337 0.0013

Gula -0.039603 0.016531 -2.395667 0.0191

Teh 0.007681 0.002053 3.740976 0.0004

Biji Coklat -0.000122 7.42E-05 -1.641829 0.1048

F statistik 9386.086

R2 0.998431

Negara Intersep

Jepang 8.959754

Jerman 8.918188

AS 9.593045

Belgia 6.383984

Perancis 6.188651

Italia 7.896930

Spanyol 6.150057

Inggris 7.248529

Sumber : Data diolah 2011.

Hasil dari etimasi dengan menggunakan FEM menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

a) Harga internasional arabika berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penawaran kopi Indonesia, sehingga tiap kenaikan tingkat harga internasional arabika sebesar satu satuan akan mengakibatkan peningkatan ekspor kopi sebesar 0.008981%. Penurunan tingkat harga internasional arabika sebesar satu satuan akan menurunkan penawaran kopi Indonesia


(2)

commit to user

sebesar 0.008981%. Harga internasional arabika berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5%.

b) Harga internasional robusta berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penawaran kopi Indonesia, sehingga tiap kenaikan harga internasional robusta sebesar satu satuan akan mengakibatkan penigkatan penawaran kopi sebesar 0.006079%. Penurunan tingkat harga internasional robusta sebesar satu satuan akan penurunan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.006079%. Harga internasional robusta berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5%.

c) Harga internasional gula berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

penawaran kopi Indonesia, sehingga tiap kenaikan harga internasional gula satu satuan akan mengakibatkan penurunan penawaran kopi sebesar -0.039603%. Penurunan tingkat harga internasional gula sebesar satu satuan akan meningkatkan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.039603%. Harga internasional gula berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5%.

d) Harga internasional teh berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penawaran kopi Indonesia, sehingga setiap kenaikan harga internasional teh satu satuan akan mengakibatkan peningkatan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.007681%. Penurunan harga internasional teh sebesar satu satuan akan menurunkan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.007681%. Harga internasional teh berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5%.


(3)

commit to user

e) Harga internasional biji coklat berpengaruh negatif namun tidak signifikan

terhadap penawaran kopi Indonesia, sehingga setiap kenaikan harga internasional biji coklat sebesar satu satuan akan mengakibatkan penurunan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.000122%. Penurunan harga internasional biji coklat sebesar satu satuan dapat meningkatkan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.000122%. Harga internasional biji coklat tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5%. Harga biji coklat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kopi karena posisisnya sebagai barang netral, sehingga tidak ada hubungannya dengan penawaran kopi.

6. Pembahasan Ekonomis

Penelitian ini menggunakan Fixed Effect Model untuk mengestimasi persamaan. Penggunaan Fixed Effect Model menunjukkan bahwa secara individu harga internasonal arabika, robusta, gula, dan teh berpengaruh signfikan terhadap penawaran kopi Indonesia. Variabel – variabel yang terdapat dalam peneitian ini secara bersama – sama berpengaruh terhadap penawaran kopi Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan jurnal yang digunakan sebagai acuan. Penelitian yang dilakukan Gutu(1989), Mclaren dan Fleming(1999), Gbetnkom dan Khan(2002), dan Hutabarat(2010) menunjukan bahwa secara individu harga kopi berpengaruh signifikan terhadap penawaran kopi. Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya(2007) menunjukkan bahwa secara bersama- sama variabel harga kopi berpengaruh terhadap penawaran kopi.


(4)

commit to user BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian mengenai penawaran kopi Indonesia menghasilkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Harga internasional arabika berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penawaran kopi Indonesia, sehingga setiap kenaikan tingkat harga internasional arabika sebesar satu satuan akan mengakibatkan peningkatan ekspor kopi sebesar 0.008981%. Penurunan tingkat harga internasional arabika sebesar satu satuan akan menurunkan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.008981%.

2. Harga internasional robusta berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penawaran kopi Indonesia, sehingga tiap kenaikan harga internasional robusta sebesar satu satuan akan mengakibatkan peningkatan penawaran kopi sebesar 0.006079%. Penurunan tingkat harga internasional robusta sebesar satu satuan akan menurunkan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.006079%.

3. Harga internasional gula berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

penawaran kopi Indonesia, sehingga tiap kenaikan harga internasional gula satu satuan akan mengakibatkan penurunan penawaran kopi sebesar -0.039603%. Penurunan tingkat harga internasional gula sebesar satu satuan akan meningkatkan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.039603%.

4. Harga internasional teh berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penawaran kopi Indonesia, sehingga setiap kenaikan harga internasional teh


(5)

commit to user

satu satuan akan mengakibatkan peningkatan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.007681%. Penurunan harga internasional teh sebesar satu satuan akan menurunkan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.007681%.

5. Harga internasional biji coklat berpengaruh negatif terhadap penawaran kopi

Indonesia, sehingga setiap kenaikan harga internasional biji coklat sebesar satu satuan akan mengakibatkan penurunan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.000122%. Penurunan harga internasional biji coklat sebesar satu satuan dapat meningkatkan penawaran kopi Indonesia sebesar 0.000122%. Harga internasional biji coklat tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5%.

B. Saran

Berikut beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan kesimpulan yang diambil:

1. Pemerintah sebaiknya meningkatkan ekspor ketika terjadi kenaikan harga kopi

dan memperbaiki kualitas faktor – faktor produksi untuk meningkatkan daya saing internasional kopi Indonesia. Porter mengungkapkan salah satu faktor yang menjadi penyebab suatu produk negara mampu bersaing secara internasional, yaitu keadaaan faktor – faktor produksi seperti tenaga kerja dan prasarana yang memadai.

2. Pemerintah perlu menjalin kerjasama dengan eksportir – eksportir kopi untuk

mempertahankan dan memperluas pangsa pasar komoditi kopi Indonesia di pasar internasional.

3. Perubahan harga yang terjadi di pasar internasional akan berdampak pada


(6)

commit to user

produsen agar kerugian yang terjadi karena efek negatif dari perubahan harga tidak berdampak besar bagi kelangsungan usaha para produsen.

4. Para produsen perlu memanfaatkan dengan baik sarana dan prasarana yang

diberikan pemerintah untuk menjaga kualitas dan kuantitas produksi kopi mereka. Kualitas yang baik dan kuantitas produksi kopi yang memadai dapat dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan ekspor ketika ada peningkatan harga barang substitusi.

5. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh dari barang netral.

Penelitian tersebut diharapkan mampu menunjukkan pengaruh barang netral dalam jangka panjang. Hasil dari penelitian tersebut dapat dibandingkan dengan penelitian yang telah ada, sehingga dapat mengetahui pengaruh sebenarnya dari barang netral baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.