IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SHOLAT JENAZAH BAGI SISWA PENYANDANG TUNANETRA DI SMALB WANTUWIRAWAN SALATIGA TAHUN AJARAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SHOLAT

JENAZAH BAGI SISWA PENYANDANG TUNANETRA

DI SMALB WANTUWIRAWAN SALATIGA TAHUN

AJARAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh

LUTHFIA KARIMAH

NIM

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO          

  “Maka Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan ”.

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada: . Kedua Orang tuaku, Ayahanda Waji Habibulloh dan Ibunda Mudrikah terimakasih atas cinta dan kasih sayang sepanjang masa, restu serta do‟a yang di panjatkan selama hidup, semoga pribadi ini bisa menjadi anak yang sholehah berguna bagi nusa, bangsa dan agama. . Adikku, Muhammad Najamuddin Rafi‟ terimakasih sudah menjadi penghibur dan hadir menambah warna dikehidupan ini.

  . Saudara-saudaraku, terimakasih atas do‟a, dukungan serta semangat, yang diberikan selama ini.

  . Dosen dan Para Pengajarku, terimakasih atas ilmu yang disampaikan semoga bisa bermanfaat bagi kehidupan saya.

  . Sahabat dan teman seperjuangan PAI G dan PAI Agkatan , HMI Cabang Salatiga, salam dan sukses selalu.

  Asslamu ’alaikum Wr.Wb

  Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, syukur dan terimakasih senantiasa penulis haturkan kepada Allah swt yang telah memberi nikmat sehat, iman, islam dan memberi kesempatan serta ridha-NYA sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyajikan hasilnya dalam bentuk skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Sholat Jenazah bagi Siswa Penyandang Tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga Tahun Ajaran

  / ” ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi strata dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan IAIN Salatiga.

  Bantuan dan dukungan baik materil maupun immateriil dari berbagai pihak telah memberikan kontribusi positif dalam penyusunan skripsi ini. Dan atas kontribusi tersebut penulis menyampaikan terimakasih dan do‟a semoga Allah swt berkenan membalas kebaikan kepada:

  . Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga. . Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  . Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  . Bapak Wahidin, M.pd selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas mencurahkan fikiran waktu dan tenaganya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. . Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

  . Bapak Sigit Margono selaku kepala sekolah di SMALB Wantuwirawan Salatiga yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

  . Ibu Huru Tyastri sebagai guru PAI di SMALB Wantuwirawan Salatiga yang telah memotivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  . Siswa-siswi SMALB Wantuwirawan Salatiga yang telah menyambut dengan hangat dan senyum manis atas kehadiran penulis dan kerja sama selama penelitian.

  Kesempurnaan hanyalah milik Allah dan penulis sadar bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran, kritik yang membangun dan koreksi semua pihak penulis terima dengan tangan terbuka.

  Wasslamu ’alaikum Wr.Wb

  Salatiga, Agustus

  

ABSTRAK

Karimah, Luthfia, . Implementasi Pembelajaran Sholat Jenazah bagi Siswa

  Penyandang Tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga Tahun Ajaran . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:Wahidin, M.Pd.

  Kata kunci : Pembelajaran, Sholat Jenazah, Siswa Tunanetra.

  Siswa tunanetra merupakan anak yang mengalami hambatan pada indera penglihatanya. Walaupun telah diberi alat bantu khusus mereka masih memerlukan pendidikan khusus. Tujuan dari dipilihnya objek, judul dan topik dalam skripsi ini yaitu

  . Untuk mengetahui bagaimanakah implementasi pembelajaran sholat jenazah di SMALB Wantuwirawan Salatiga? . Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja pendukung dan penghambat implementasi pembelajaran sholat jenazah di SMALB Wantuwirawan Salatiga?

  . Dan solusi seperti apakah yang dilakukan oleh guru PAI dan kepala sekolah dalam implementasi pembelajaran sholat jenazah di SMALB Wantuwirawan Salatiga? Serta mengetahui bagaimana seorang guru dapat menyampaikan materi sholat jenazah dengan baik dengan penggunaan metode yang tepat sesuai dengan kondisi siswa tunanetra.

  Penelitian atas skripsi ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dari sumber data. Pihak yang di wawancarai antara lain: guru pendidikan agama Islam (PAI) SMALB Wantuwirawan Salatiga, kepala sekolah SMALB Wantuwirawan Salatiga, siswa- siswi SMALB Wantuwirawan Salatiga.

  Hasil dari penelitian yang penulis lakukan mengarah kepada kesimpulan yaitu: . Implementasi pembelajaran sholat jenazah menggunakan kurikulum yang sama seperti sekolah menengah atas biasa pada umumnya yaitu dengan menggunakan metode ceramah, metode demonstrasi yang disertai perabaaan oleh guru, metode eksperimen atau praktek dan metode tanya jawab

  . Faktor pendukung lebih banyak dari guru yaitu pihak guru yang memiliki semangat untuk tetap memberikan materi pembelajaran sholat jenazah kepada siswa dengan berbagai kondisi siswa penyandang tunanetra yang memiliki kondisi psikologis sensitif. Respon yang kurang baik di sertai rasa takut menjadi faktor penghambat pembelajaran sholat jenazah

  . Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai pentingnya pembelajaran sholat jenazah menjadi sebuah solusi yang dilakukan oleh guru.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN ........................................................................................ ........ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................ vi ABSTRAK .................................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................... ix DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. B. Rumusan Masalah ......................................................................... C. Tujuan Penelitian .......................................................................... D. Manfaat Penelitian ......................................................................... E. Penegasan Istilah ............................................................................. F. Metode Penelitian ............................................................................ G. Sistematika Penulisan ...................................................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tunanetra .........................................................................................

  C. Pembelajaran Sholat Jenazah bagi Tunanetra .................................

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SLB Wantuwirawan Salatiga . Sejarah dan Profil SMALB Wantuwirawan Salatiga ...............

  . Visi, Misi, Tujuan SMALB Salatiga ......................................... . Struktur Organisasi Yayasan ..................................................... . Struktur Organisasi SMALB A-D ............................................. . Jumlah Guru dan Karyawan ..................................................... . Peserta Didik ............................................................................. . Barang dan Perkakas .................................................................

  B. Hasil Penelitian . Implementasi Pembelajaran Sholat Jenazah .............................

  . Faktor Pendukung dan Penghambat Sholat Jenazah ................. . Solusi Pembelajaran Sholat Jenazah .........................................

  BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Sholat Jenazah SMALB Wantuwirawan Salatiga .... B. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Sholat Jenazah . Faktor Pendukung dari Guru .....................................................

  . Faktor Penghambat dari Siswa ..................................................

  C. Solusi Pembelajaran Sholat Jenazah ...............................................

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................

  C. Penutup ............................................................................................

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL Tabel I Jumlah Guru atau Karyawan ............................................

  Tabel II Peserta Didik .................................................................... Tabel III Sarana dan Prasarana ........................................................ Tabel IV Barang dan Perkakas ........................................................

DAFTAR LAMPIRAN

  . DOKUMENTASI . SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN . SURAT KETERANGAN RISET . DAFTAR RIWAYAT HIDUP . LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI . NOTA PEMBIMBING SKRIPSI . KETERANGAN SKK adalah harapan dan semangat atas masa depan yang lebih cemerlang dan penuh pesona. Kehadiran seorang bayi sebagai anggota keluarga baru adalah pengalaman yang amat luar biasa bagi keduanya. Mengikuti tahap perkembanganya dari hari ke hari memang menakjubkan. Sebagai manusia yang menyandang predikat baru, ayah bunda tentunya sangat berharap bisa menjadi orang tua yang baik, mampu memberikan segala sesuatu yang terbaik untuk anaknya. Dengan begitu anak bisa tumbuh, berkembang secara optimal, sesuai dengan tahap perkembanganya. Dan anak yang demikian masa depanya akan cerah dan berhasil (Utami, : ).

  Begitulah gambaran kebahagiaan yang hadir dari pasangan suami istri yang memiliki anak normal. Kesempurnaan hidup seakan-akan telah mereka rasakan dan dapatkan. Kemudian bagaimana gambaran perasaan yang hadir bagi pasangan suami istri yang mengetahui bahwa anaknya berbeda dari yang lain? Perasaan kurang beruntung ataupun anggapan gagal pada diri mereka pasti ada, karena anak yang dinantikan tidak sesuai dengan harapan. Apakah nantinya mereka sanggup menerimanya ataupun tidak. Kehidupan masa depan yang suram terus membayangi, senyum lebar kebahagiaan itu berubah menjadi air mata dan kesedihan yang mendalam.

  Awalnya bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus menjadi putus asa, malu, bahkan menempuh jalan pintas yang sama sekali dilarang oleh agama dan di luar dugaan orang pada umumnya. Ketika menghadapi kondisi seorang anak dengan berkebutuhan khusus, banyak orang tua menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi. Rasa malu, gengsi, merasa tidak mau direpotkan, atau menganggap anak tersebut tidak bisa menjadi kebanggan keluarga, hanya menjadi aib, begitu membayangi pikiran mereka. Dalam kondisi yang tidak jauh berbeda, ada pula orang tua yang malah mengalami kondisi lebih parah daripada anaknya, yaitu stres berkepanjangan, sedih berlarut-larut, bahkan sampai depresi memikirkan hal tersebut.

  Banyak orang yang mengatakan bahwa kecacatan fisik adalah musibah. Orang cacat dianggap sebagai kaum kelas dua setelah orang-orang normal. Ketika seseorang memiliki kecacatan fisik, maka itu dianggap sebagai aib, bahkan hambatan hidup. Juga sebagai penyebab utama hilangnya rasa percaya diri seseorang. Padahal kita semua tahu bahwa kekurangan fisik bukan berarti akhir dari segalanya termasuk dunia pendidikanya. Mereka juga memiliki kemampuan spesifik yang lebih dibandingkan mereka yang normal. Harapan inilah yang harus ada di dalam diri setiap orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Bahwa orang tua mampu membesarkan dan membuat anak berkebutuhan khusus menjadi sukses dengan kekurangan yang dimiliki. Kekurangan itulah yang membuat mereka berbeda dan menjadi kelebihan atau keistimewaan mereka (Abdul Waid, : ).

  Anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang harus didapat untuk memperoleh pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor

  Tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal ayat ( ) disebutkan bahwa, “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pen didikan yang bermutu”. Sedangkan layanan pendidikan bagi warga negara yang berkebutuhan khusus, pada pasal ayat ( ) Undang-

  Undang tersebut menyatakan, bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. Kelainan yang disandang oleh warga negara tersebut membutuhkan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan jenis dan karakteristik masing-masing. Sarana dan prasarana sekolah yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus hendaknya memiliki spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus, serta memenuhi tuntutan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

  Jika anak diibaratkan dengan permata, anak berkebutuhan khusus adalah permata yang bersinar secara berbeda dari permata-permata yang lain.

  Keberbedaan ini bukan lebih baik atau lebih buruk, melainkan karakteristik khas anugerah dari Sang Pencipta. Para orang tua dari anak berkebutuhan khusus sebenarnya adalah mereka yang terpilih untuk mengambil pelajaran dan makna yang mendalam tentang arti sebuah keberbedaan dengan hati dan orang tua adalah mensyukuri anugerah yang telah dititipkan Sang Pencipta kepadanya. Rasa syukur dan tulus ikhlas akan memberikan kekuatan dan keteguhan yang kemudian seyogianya diiringi dengan ikhtiar tanpa kenal lelah, yakni pola asuh yang mendukung tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus.

  Setiap anak membutuhkan pendampingan orang tua, siapapun dan bagaimanapun keadaanya. Anak-anak yang normal pun tetap membutuhkan pendampingan orang tua sampai mereka mengalami kemasakan secara fisik, psikis dan kepribadianya. Demikian halnya dengan anak-anak berkebutuhan khusus, pendampingan orang tua mutlak diperlukan. Hanya saja, dibutuhkan ketrampilan khusus disamping cinta dan kasih sayang bagi orang tua yang mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus. Anak-anak dengan kekurangan atau kelemahan fisik sangat memerlukan pengertian dan kesabaran dari kedua orang tuanya. Kondisi fisik yang lemah dan kurang dibandingkan dengan anak lain sering kali menjadi hambatan utama dalam tumbuh kembang anak-anak tersebut. Nantinya, kondisi fisik ini dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kepribadian mereka. Dengan mengetahui sejak awal kelemahan dan kekurangan fisik pada anaknya, orang tua perlu segera mencari cara terbaik untuk mengasuh mereka (Ratih&Afin,

  : - ). Ketika orang tua mendapati anaknya mengalami kelemahan penglihatan, kesedihan tentu saja mengikuti keadaan tersebut. Namun, kesedihan saja tidak cukup untuk membantu anak menjadi mandiri dan dituntut sebagai orang pertama yang memahami keadaan anaknya dan kemudian mencari jalan terbaik untuk mengasuh dan memikirkan masa depan anaknya.

  Allah SWT telah memberikan peringatan kepada manusia khususnya bagi orang tua, agar ia memiliki rasa takut apabila dalam mengasuh, mendidik sebuah amanah (anak) yang telah di berikan NYA menjadi generasi yang lemah, generasi yang tidak memiliki semangat hidup untuk terus belajar, berjuang menegakan syiar Islam dan memberikan konstribusi nyata untuk kemajuan nusa, bangsa dan agama. Sesuai dengan firman Allah:

                 

  “Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar ”(Qs. An Nisa: ).

  Begitu besar peran orang tua sebagai pendidik dan sekolah pertama bagi anak-anaknya, keluarga sebagai pondasi utama akan memberikan pelajaran sebagai bekal nantinya sebelum anak belajar di luar rumah yaitu belajar di lingkungan masyarakat, alam sekitar dan di sekolah. Lembaga pendidikan seperti sekolah memiliki posisi penting setelah keluarga, karena selama kurang lebih lima sampai dengan enam jam, umumnya anak berada di sekolah yang bukan hanya hadir secara fisik, namun juga mengikuti kegiatan- kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah.

  Sekolah Luar Biasa (SLB) diperuntukan bagi anak yang mengalami kekurangan atau tuna, di antaranya adalah tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan tunawicara. Adapun pengelompokan kelas pada sekolah luar biasa dikelompokan berdasarkan jenis ketunaanya yaitu: tunanetra (SLB-A), tunarungu (SLB-B), tunagrahita (SLB-C), tunadaksa (SLB-D), tunalaras (SLB-E), tunaganda (SLB-G) dan untuk pengelompokan tunawicara dijadikan satu dengan tunarungu karena biasanya antara gangguan bicara dan pendengaran terjadi dalam satu keadaan. Pencarian lembaga pendidikan formal dan non-formal yang tepat dan adanya program pengembangan kehususan yang ada di sekolah akan menunjang perkembangan serta kemampuan anak untuk mandiri dan mengoptimalkan prestasi mereka. Sekolah Luar Biasa Wantuwirawan yang berada di kota Salatiga merupakan contoh lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat pendidikan bagi siswa penyandang tunanetra mulai dari taman kanak- kanak sampai sekolah menengah atas luar biasa.

  Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (Dzakiyah Daradjat, : ).

  Agama Islam tidak memberikan perbedaan hak belajar bagi umatnya baik itu laki-laki (muslim) maupun perempuan (muslimah), baik yang kaya maupun yang miskin dan baik yang cacat maupun yang normal. Semuanya berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya, jadi hak setiap orang dalam mendapatkan ilmu adalah sama. hal itu telah dipertegas dalam firman Allah surat „Abasa ayat - yang berbunyi:

  

  

            

            

             

         

  “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah

datang seorang buta kepadanya, tahukah kamu barangkali ia ingin

membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran,

lalu pengajaran itu memberi manfaaat kepadanya,adapun orang yang merasa

dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya, padahal tidak ada celaan

atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman), dan adapun orang yang

datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),sedang

ia takut kepda Allah, maka kamu mengabaikanya, sekali kali jangan

(demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,

maka barangsiapa yang m engehendaki, tentulah ia memperhatikanya”.

  Demikianlah sebagian kesempurnaan Islam, menempatkan orang yang dianggap sebagai penyandang cacat mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah. Sebagai konsekuensinya maka orang buta, orang pincang, atau lainnya mempunyai kewajiban dan hak yang sama pula. Mereka itu berkewajiban untuk menuntut ilmu, agar dapat menjalankan perintah dan

  Penyandang tunanetra atau cacat keberadaanya diakui di dalam Islam. Mereka diakui tidak hanya eksistensinya saja, karena penyandang tunanetra memiliki potensi yang sama sebagaimana orang yang tidak buta (awas) untuk menerima ajaran agama yaitu tauhid untuk beriman dan beribadah. dalam hal beribadah seperti sholat, penyandang tunanetra juga memiliki kewajiban sama seperti muslim lain pada umunya. Perbedaanya adalah ketika muslim yang normal dapat dengan mudah belajar semisal mengenai berwudhu sebelum sholat, belajar membaca bacaan sholat, belajar gerakan sholat, dengan meniru ataupun melihat orang tuanya lalu mempraktekanya sehingga bisa dengan mudah belajar. Kesempatan belajar terbuka lebih luas dan pengalaman belajar lebih banyak mereka dapat. Namun pada kenyataanya keadaan tersebut berbanding terbalik dengan kondisi penyandang tunanetra yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan. Sehingga timbul beberapa pertanyaan bagi mereka, bagaimanakah cara berwudhu? bagaimana cara menghafal bacaan sholat? dan bagaimana melakukan gerakan sholat? mengingat sumber belajar dan informasi bagi mereka sangat terbatas, bagaimana bisa seorang tunanetra dapat melihat ataupun meniru gerakan sholat orang tuanya? adalah hal yang tidak mudah bagi mereka untuk melakukanya, terlebih untuk anak yang mengalami kebutaan sejak dia lahir, akan lebih sulit baginya untuk belajar karena tidak ada pengalaman penglihatan mengenai sholat dikehidupanya.

  Merujuk kepada hadist Rasululloh saw. mengenai tuntunan sholat, yang berbunyi:

  يِّلَصُا يِنوُوُتْيآ َر اَوَك ا وّلَص “Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku sholat”(Bukhori: )

Dari redaksi hadist tersebut menunjukan adanya proses ittiba‟dalam melaksanakan sholat yaitu (mengikuti atau menurut semua hal yang

  diperintahkan dan dilarang oleh rasul). Dalam proses tersebut membutuhkan peran penglihatan untuk melaksanakanya, mengetahui bagaimana rukun- rukunnya, syarat-syaratnya, bacaanya, gerakanya dan semua hal yang berkaitan dengan sholat. Bagi orang yang normal hal itu tidak menjadi sebuah masalah, akan tetapi bagi orang yang memilki keterbatasan dalam penglihatan (tunanetra) sudah pasti akan menjadi hambatan untuk mengetahui bagaimana tata cara mengerjakan sholat seperti yang dicontohkan oleh rasul, baik dalam sholat wajib ataupun sholat sunah yang semuanya membutuhkan peran penglihatan untuk melaksanakanya. Bertitik tolak dari uraian di atas kiranya perlu dilakukan penelitian mengenai pendidikan anak berkebutuhan khusus, sehingga penulis memilih judul skripsi

  “Implementasi Pembelajaran Sholat

  

Jenazah Bagi Siswa Penyandang Tunanetra di SMALB Wantuwirawan

Salatiga Tahun Ajaran ”.

  B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: . Bagaimanakah implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran

  ? . Faktor apa saja yang mendukung implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan

  Salatiga tahun ajaran ?

  . Faktor apa saja yang menghambat implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran

  ? . Bagaimanakah solusi yang dilakukan oleh guru PAI dan Sekolah untuk mengatasi hambatan dalam implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran

  ?

  C. Tujuan Penelitian

  Sebagai Konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: . Untuk mengetahui implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran

  . Untuk mengetahui faktor yang mendukung implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran . . Untuk mengetahui faktor yang menghambat implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB

  Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran . . Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh guru dan sekolah dalam implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran .

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut yaitu: . Secara Teoretis

  Untuk pengembangan khasanah keilmuan dalam bidang ilmu fiqih bagi penyandang tunanetra, serta metodologi Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). . Secara Praktis

  a. Sekolah : Dapat menjadi sumbangan alternatif pemikiran atau acuan mengenai proses pembelajaran sholat jenazah bagi SMALB lingkup Salatiga ataupun lingkup yang lebih luas.

  b. Siswa : Memberikan motivasi bagi siswa penyandang tunanetra berprestasi, mengejar cita-cita dan bisa menjadi kebanggaan bagi kedua orang tua, serta berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

  c. Guru PAI : Dapat mengetahui solusi yang dilakukan guru pada proses pembelajaran sholat jenazah di SMALB Wantuwirawan Salatiga

  Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul yang penulis bahas, dan memberikan pengertian dalam ruang lingkup penelitian, adapun penegasan istilah dalam penelitian ini sebagai berikut :

  . Implementasi Implementasi merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, tindakan, dan sikap individu serta interaksi proses antara mereka yang menciptakan program dan mereka yang melaksanakanya (Abdul majid, ).

  . Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik (pembelajar) (Heri Rahyubi, : ).

  . Tunanetra Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki pengelihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan pengelihatanya untuk membaca tulisan biasa berukuran point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata (kurang awas) ( Petuni,

  ). . Sholat Jenazah

  Sholat Jenazah adalah sholat yang dilakukan sebanyak kali takbir, dan hukum dari sholat jenazah adalah fardhu‟ain (kewajiban yang ditujukan kepada orang yang banyak, tetapi bila sebagian sudah melaksanakan maka gugurlah kewajiban yang lain).

  . Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, : ).

  Pada bagian ini peneliti mengumpulkan data yang telah didapat di lapangan yaitu dari guru, siswa, dan Kepala Sekolah Menengah Atas Luar dengan menggunakan metode ilmiah sehingga memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

  . Kehadiran Peneliti Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh data yang valid dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menjadi pelajar, yaitu belajar dari orang dari orang yang diwawancara yang menjadi sumber data di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga.

  . Sumber Data Menurut Lofland dan Lofland (

  ) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada

  bagian ini jenis datanta dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik (Moleong, ).

  Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokan menjadi dua yaitu : a. Sumber data primer

  Yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan observasi, Sumber data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian. Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu: Guru PAI, Siswa SMALB dan Kepala Sekolah.

  b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder yaitu data yang dimaksudkan untuk melengkapi data primer dari kegiatan peneliti. Data sekunder berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan. Data sekunder berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan-catatan. Moleong juga menjelaskan tentang sumber data penting lainya adalah berbagai sumber tertulis seperti buku disertasi, buku riwayat hidup, jurnal, dokumen-dokumen, arsip-arsip, evaluasi buku harian dan lain-lain. Selain foto data statistik juga termasuk data tambahan (Moleong,

  : ). . Prosedur Pengumpulan Data

  Dalam rangka untuk memperoleh data serta membantu mempermudah jalanya penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

  a. Metode Observasi Observasi adalah pencatatan secara sistematik terencana fenomena yang diselidiki (Sutrisno,

  : ). Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang siswa penyadang tunanetra. Observasi dilakukan terhadap dua hal atau faktor yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan cara Hal-hal yang diobservasikan adalah implementasi pembelajaran sholat jenazah, selain itu juga meliputi letak geografis dan fasilitas.

  Kegiatan observasi dilaksanakan dengan cara formal ataupun informal untuk mengamati berbagai keadaan sebagai peristiwa atau fenomena dan kegiatan yang terjadi. Observasi juga dimaksdudkan untuk mengetahui adanya faktor yang mendukung dan menghambat implemetasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga. Sehingga diperoleh data yang konkret tentang implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga.

  b. Metode Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Percaakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

  (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, : ).

  Metode wawancara atau interview adalah sebuah dialog ynag dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto,

  : ). Pelaksanaan wawancara dengan cara bebas terpimpin, akan memberi kebebasan pada pihak yang akan diteliti dalam memberikan jawaban, sehingga akan memperoleh data Dengan metode ini penulis mendapatkan informasi ataupun data tentang implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra, faktor yang mendukung, faktor yang menghambat serta solusi implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga.

  D alam penelitian ini yang diwawancarai adalah kepala sekolah, guru dan siswa Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga. Adapun waktu wawancara yaitu di mulai dari tanggal juni saat peneliti melakukan wawancara kepada guru pendidikan agama Islam.

  c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya (Arikunto, : ).

  Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar ataupun data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran sholat jenazah pada waktu kegiatan observasi di SMALB Wantuwirawan Salatiga. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang sekolah luar biasa secara historis, letak geografis, struktur organisasi dan daftar nama siswa SMALB Wantuwirawan Salatiga.

  . Metode Analisis Data Analisis data kualitatif (Bodgan & Biklen,

  ) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memisahkannya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,

  : ). Rumusan tersebut dapat ditarik garis bawah atau dapat disimpulkan, bahwa analisis data bermaksud mengorganisasikan data.

  Data yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan, arsip Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga.

  . Keabsahan Data Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunakan triangulasi. Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,

  : ).

  Patton ( : ) menjelaskan teknik triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif, diantaranya: (

  ) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, ( ) membandingkan apa yang pribadi, ( ) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (

  ) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (

  ) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, : - ).

  Trianggulasi dalam penelitian ini yaitu berupa hasil yang diperoleh dari wawancara sumber data yang ada di SMALB Wantuwirawan Salatiga yaitu guru, siswa dan kepala sekolah dengan apa yang telah penulis lihat melalui prakteknya. Dari langkah tersebut dapat kita ketahui bersama derajat keabsahan datanya. Melalui berbagai perspektif ataupun pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran dalam melakukan penelitian. Karena itu, trianggulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenaranya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa hasil wawancara, teks atau naskah/trasnskip film dan sejenisnya, trianggulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian trianggulasi aspek lain tetap dilakukan. . Tahap Penelitian

  a. Kegiatan yang meliputi, izin observasi dari IAIN Salatiga kepada Kepala Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga. b. Kegiatan lapangan yaitu penulis melakukan penelitian secara langsung di lokasi penelitian dengan mewawancarai responden dan melihat secara seksama lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

  c. Verifikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai deskriptif penemuan dalam penelitian dan menyusun laporan ahir.

  Untuk mempermudah pembahasan skripsi, maka dalam menyusun skripsi ini dibatasi melalui penyusunan sistematika skripsi sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi tentang beberapa hal yaitu : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dikemukakan kajian pustaka yaitu: Tunanetra, sholat jenazah, pembelajaran sholat jenazah bagi tunanetra. BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN Meliputi gambaran umum SMALB Wantuwirawan Salatiga dan Implementasi Pembelajaran Sholat Jenazah.

  BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas tentang implementasi pembelajaran sholat jenazah bagi siswa penyandang tunanetra di SMALB Wantuwirawan Salatiga tahun ajaran .

  BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis menyajikan tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup.

  . Pengertian Tunanetra Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang dimaksud dengan tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Karena adanya hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan, ada beberapa keterbatasan yang dialami tunanetra, diantaranya adalah: a. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari satu meter.

  b. Ketajaman penglihatan kaki yaitu ketajaman yang mampu melihat suatu benda pada jarak kaki.

  c. Bidang penglihatanya tidak lebih luas dari derajat (Heward & Orlansky, : ).

  Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini diketahui dalam kondisi : ) Ketajaman penglihatanya kurang dari ketajaman orang awas. ) Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu Posisi mata sulit dikendalikan oleh saraf otak.

  ) Terjadi kerusakan susunan saraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.

  Dari kondisi di atas pada umumnya yang digunakan sebagai patokan apakah seorang anak termasuk tunanetra atau tidak ialah berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatanya. Untuk mengetahui ketunaan dapat menggunakan tes Snellen Card. Anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatan visusnya kurang dari . Artinya berdasarkan tes anak hanya mampu membaca huruf pada jarak meter yang oleh awas dapat dibaca pada jarak meter (Ardhi Wijaya, : - ). . Faktor-Faktor PenyebabTunanetra

  Ardhi Wijaya ( : - ) menjelaskan faktor-faktor penyebab tunanetra, yaitu: a. Pre-natal faktor

  Penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan antara lain: keturunan ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra.

  Ketunanetraan akibat faktor keturunan antaralain retinis pigmentosa, yaitu penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Selain itu katarak juga disebabkan oleh faktor keturunan. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan yang dapat menjadikan

  ) Gangguan waktu ibu hamil, penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan. ) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang.

  ) Infeksi karena penyakit yang kotor, toxoplasmosis, trachoma, dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera pengelihatan atau pada bola mata. ) Kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga kehilangan fungsi penglihatan.

  b. Post-natal Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir antaralain: kerusakan pada syaraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi yang pada akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan misalnya: ) Xeropthalmia, yaitu penyakit yang terdapat pada bagian mata karena kekurangan vitamin A.

  ) Trachoma, yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.

  ) Catarac, yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih. ) Glauchoma, yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata sehingga tekanan pada bola mata meningkat.

  ) Diabetik Retinopathy, yaitu gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi sehinggga merusak penglihatan.

  ) Retinophaty of prematury, biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Bayi yang lahir prematur biasanya ditempatkan di inkubator yang berisi kadar oksigen tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen dan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal, dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) tunanetra total.

  ) Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia berbahaya, kecelakaan dari kendaraan dll.

  Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa menambahkan beberapa klasifikasi tunanetra sebagaimana di kutip oleh Ardhi Wijaya ( : -

  ), yaitu:

  a. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan ) Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yaitu mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman pengelihatan.

  ) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan. ) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi. ) Tunanetra pada usia dewasa pada umum nya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan penyesuaian diri.

  ) Tunanetra dalam usia lanjut sebagian sulit mengikuti latihan- latihan penyesuaian diri.

  b. Berdasarkan kemampuan daya pengelihatan ) Tunanetra ringan (defective vision/low vision), yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

  ) Tunanetra setengah berat (partially sighted) yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan bercetak tebal.

  ) Tunanetra berat (totally blind) yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.

  . Karakteristik Anak Tunanetra Ketika seorang anak dengan pengelihatan yang normal dapat dengan mudah bergerak di lingkunganya, menemukan mainan dengan teman-teman bermainya, serta melihat dan meniru orang tuanya dalam aktifitas sehari-hari. Anak-anak tunanetra kehilangan masa belajar kritis seperti itu, yang mungkin akan berdampak terhadap perkembangan, belajar, ketrampilan sosial dan perilakunya.

Dokumen yang terkait

FUNGSI MANAJEMEN PADA KOMPETENSI PEDAGOGI BAGI GURU MTs NU SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 132

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 187

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA ALQUR’AN MELALUI METODE YANBUA PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 SALATIGA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 132

MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2012-2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 88

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 3 127

IMPLEMENTASI METODE UMMI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA SMP IT IZZATUL ISLAM GETASAN KEBUPATEN SEMARANG TAHUN 20152016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 118

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AL-QUR’AN BAGI ANAK BALITA DI TAMAN PENGASUHAN ANAK (TPA) ASSALAM BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 6102 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 109

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

PEMBELAJARAN AL-QURAN PADA SISWA TUNARUNGU DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PEMBELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 115

PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IAIN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 130