STRATEGI PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP KEMANDIRIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA TAHUN 20172018 SKRIPSI Diajukam Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.) Dalam Ilmu Ta

  

STRATEGI PONDOK PESANTREN DALAM

MENGEMBANGKAN SIKAP KEMANDIRIAN SANTRI DI

PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA

TAHUN 2017/2018

  

SKRIPSI

Diajukam Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.)

Dalam Ilmu Tarbiyah

  

Oleh

Siti Sholihah

Nim:11113224

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

STRATEGI PONDOK PESANTREN DALAM

MENGEMBANGKAN SIKAP KEMANDIRIAN SANTRI DI

PONDO K PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA

  

TAHUN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukam Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.)

  

Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh

Siti Sholihah

  

Nim:11113224

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

MOTTO

َكِلْجَ ِلِ اًيِوَق ْنُك

  

“stay strong for your self”

  “jadilah kuat untuk dirimu sendiri” PERSEMBAHAN Puji syukur atas semua kemudahan yang telah diberikan Allah SWT.

  1. Kepada kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan semua yang saya butuhkan.

  2. Untuk semua keluarga yang selalu mendukung dan memberi semangat.

  3. Untuk adik-adikku Alfi, Rizki dan Adila walaupun membuat sedikit stres, tetapi selalu menjadi hiburan disaat penat.

  4. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Abdul Syukur, M.Si. yang telah memberi bimbingan sampai skripsi ini selesai.

  5. Untuk teman-teman angkatan 2013, khususnya untuk (Yayah, Badiah, Dina, Reza, Dwi Wahyu, Agustin, Sanah) dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  6. Terimakasih untuk teman-teman KKN 2017 (Risti, Agustin, Hani, Odhie, Pak Dedy, Dewi, Hendro dan Anis) 7. Untuk teman-temanku VEXZEN terimaksih untuk enam tahun yang tak bisa terlupakan.

  8. Untuk sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan dan motivasi.

  9. Dan untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan.

  

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim..

  Alhamdulillahhi robil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi dengan judul strategi pondok pesantren dalam menumbuhkan kemandirian santri (studi kasus pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta) ini dapat diselesaikan.

  Banyak sekali hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul STRATEGI PONDOK PESANTREN DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN SANTRI (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA). Berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang dihadapi dapat diatasi. Untuk itu atas segala bantuannya, disampaikan rasa terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd, selaku rektor Institut Agama Islam Negeri salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku dekan fakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  4. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik.

  5. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, selaku pembimbing skripsi 6.

  Bapak dan Ibu dosen yang telah memberi banyak sekali ilmu, serta karyawan IAIN Salatiga.

  7. Keluarga besar Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta

8. Seluruh pihak yang telah membantu untuk kelancaran penelitian ini.

  Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, dan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Segala kritik, masukan dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaannya.

  Salatiga 20 Maret 2018 penulis

  

ABSTRAK

  Sholihah, Siti. 2018. Strategi Pondok pesantren dalam menumbuhkan

  kemandirian santri (studi kasus pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta) tahun 2018. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.

  Kata kunci : strategi, pondok pesantren, mengembangkan kemandirian, santri.

  Penelitian ini dilatar belakangi oleh menurunnya kualitas santri karena sudah terpengaruh dunia luar, sehingga menjadikan santri kurang mandiri dan tidak bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sehingga mereka sering melanggar peraturan. Penelitian ini untuk menjawab permasalahan berikut: bagaimana sikap kemandirian santri, bagaimana strategi menumbuhkan kemandirian santri, apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam proses menumbuhkan kemandirian.

  Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokmentasi. Peneliti melakukan wawancara dengan ustadz/ustadzah dan anggota Organisasi Santri Ta’mirul Islam. Untuk analisis menggunakan reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi.

  Hasil penelitian menunjukkan: 1) sikap kemandirian santri ditunjukkan dengan tanggung jawab atas dirinya sendiri, dengan cara menaati peraturan, selalu melakukan tugas-tugasnya, santri yang disiplin atau tepat waktu. Sikap mandiri juga bisa ditunjukkan dengan tidak banyak izin keluar pondok, mendapatkan kunjungan dan yang terpenting kemandirian santri ditunjukkan dengan kedewasaan pada diri masing-masing., 2) strategi yang digunakan dengan cara pemberian nasihat, memberikan contoh yang baik dan memberi hukuman jika melakukan kesalahan dan memberi reward kepada yang berprestasi, 3) Faktor penghambat terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu berasal dari diri para santri yang sangat manja dan santri yang sudah terpengaruh dengan dunia luar sehingga sulit untuk diatur. Sedangkan faktor eksternal dari pola asuh orang tua santri, pergaulan, pendidikan disekolah, lingkungan santri, juga datang dari pengurus yang sulit mengatur waktu belajar dengan berorganisasi.Sedangkan faktor yang mendukung dalam proses pengembangan sikap kemandirian santri yaitu kekompakan tim OSTI dan dukungan serta apresiasi dari para ustad dan ustadzah.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN LOGO ................................................................................................ ii SAMPUL DALAM ................................................................................................iii PERSETUJUAN PEMBMBING ...........................................................................iv PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................................v DIKLARASI .......................................................................................................... vi MOTTO ................................................................................................................ vii

  .........................................................................................................viii

  PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix ABSTRAK .............................................................................................................xi DAFTAR ISI .........................................................................................................xii DAFAR TABEL .................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vxi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................1 B. Fokus penelitian ........................................................................4

  C.

  Tujuan Penelitian.......................................................................4 D.

  Manfaat Penelitian.....................................................................5 E. Penegasan Istilah ......................................................................5 F. Sistematika Penulisan ...............................................................7

  BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ..............................................................................9 1. Pengertian Strategi .................................................................9 2. Pengertian Pondok Pesantren ...............................................11 3. Kemandirian .........................................................................19 4. Santri ....................................................................................22 B. Kajian Terdahulu ......................................................................23 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ............................................24 B. Lokasi Penelitian ....................................................................25 C. Sumber Data ...........................................................................26 D. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................26 E. Analisis Data ..........................................................................28 F. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................30 G. Tahap-Tahap Penelitian...........................................................31 BAB IV PAPARAN DATA ANALISIS A. Paparan Data ...........................................................................33 B. Analisis Data ..........................................................................52

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................59 B. Saran .......................................................................................61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Ustadz dan UstadzahTabel 4.2 Kegiatan Harian SantriTabel 4.3 Kegiatan Mingguan Santri

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Hasil Wawancara 4. Keterangan Inisial 5. Struktur Organisasi 6. Daftar Ustadz dan Ustadzah 7. Daftar Wali kelas 8. Tata Tertib Pengurus OSTI 9. Dokumentasi 10.

  Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang sangat pesat ini membuat semua hal

  menjadi lebih efisien dan lebih mudah untuk didapatkan. Kecanggihan teknologi membuat semua hal bisa didapat hanya dengan menekan satu tombol. Dan dampak dari semua kemudahan ini membuat seseorang menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu. Karene mereka sudah teranjur dimanjakan oleh semua fasilitas yang ada.

  Kemajuan teknologi juga membuat banyak orang tua khawatir akan pergaulan anak-anak mereka. Tak ayal para orang tua mencari cara agar anak- anak mereka tidak tejerumus kepada pergaulan bebas yang akan merusak akhlak dan moral anak-anak mereka. Dan salah satu alternatif yang ditempuh orang tua agar anak tidak terjerumus pada hal-hal negatif adalah memasukkan anak-anak mereka ke pondok pesantren.

  Keberadaan pondok pesantren yang semakin beragam dalam bentuk, peranan dan fungsi ini menjadikan fenomena yang cukup berarti dalam upaya membuat suatu pola yang dapat dipahami sebagai acuan untuk pengembangan pondok pesantren pada masa sekarang maupun yang akan datang.

  Pondok Pesantren Ta’mirul islam adalah sebuah lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama, dengan pelajaran umum dan agama yang seimbang. Mendidik santri untuk bekerja atas dasar keikhlasan yang berdasarkan atas pada kesadaran sebagai makhluk Tuhan dengan hidup penuh kesederhanaan tanpa melebih-lebihkan sehingga dapat memberikan sebuah keteladanan yang baik sebagai pemimpin umat yang penuh dengan kasih sayang. Bertujuan untuk mencetak kader ulama’ yang ‘alim, sholeh dan menjadi pemersatu umat.

  Pada saat ini penulis mencoba meneliti tentang pondok yang berbasis moderen. Dan penulis memilih Pondok Pesantren Ta’mirul Islam sebagai lokasi penelitian.

  Pondok pesantren Ta’mirul Islam adalah pndok pesantren yang sudah moderen. Pondok pesantren Ta’mirul Islam adalah pondok yang didirikah oleh KH. Naharussurur, pada tahun 1986. Pondok pesantren Ta’mirul Islam didirikan di kampung Tegalsari, yang juga berada di lingkungan masjid Tegalsari. Pondok pesantren Ta’mirul Islam memiliki dua jenjang pendidikan yaitu MTS yang setara dengan SMP, juga MA yang setara dengan SMA.

  Semua kesiatan belajar mengajar dilakukan di dalam pondok. Karena hampir 100% kegiatan dilakukan didalam pondok sehingga intensitas bertemu antara santri dan para pengasuh pondok sangantlah sering.

  Setiap hari santri diwajibkan mengikuti kegiatan pondok, yang selalu diawasi oleh pengurus dan ustad/ustadzah dan tentunya diawasi juga oleh para pimpinan pondok. Setiap santri dituntut untuk selalu tertib dan menaati aturan- aturan pondok. Maka dari itu setiap santri harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri, dan harus memiliki kemandirian. Tidak hanya itu, pengasuh pondok pesantren Ta’mirul Islam juga memberi peringatan dan hukuman kepada setiap santrinya yang melanggar aturan pondok. Sehingga santri dapat memperbaiki diri dengan bimbingan dan arahan dari pengurus organisasi pondok dan perangkat pondok. Dengan pengadaan kegiatan dan keorganisasian bertujuan untuk mencetak generasi masa depan yang tidak hanya berwawasan luas dan berpengetahuan saja, tetapi juga menjadi manusia berkarakter kuat dan mandiri yang berpegang teguh pada Al- Qur’an dan As-Sunnah.

  Dalam sebuah pesantren santri adalah objek utama yang menjadi tujuan para pendiri pondok pesantren, karena tujuan para pendiri pondok adalah mencetak kader-kader yang memiliki akhlak mulia, mandiri dan tentu juga berprestasi dalam bidang kognitif maupun dalam ilmu pengetahuan agamanya.

  Sebagai lembaga pendidikan, pesanten menyelenggarakan pendidikan secara formal maupun non formal yang secara khusus mengajarkan agama yang sangat kuat. Pesantren telah menjadi pusat kegiatan pendidikan yang telah berhasil menanamkan kewiraswastaan.

  Maka dari itu penulis ingin meneliti bagaimana para pengurus dan pengasuh pondok pesantren mendidik dan memebentuk santri yang tadinya bergantung pada orang tua menjadi santri atau anak yang lebih mandiri dan sadar akan tugas-tugasnya. Dan dalam hal ini penulis ingin meneliti di pondok Pesantren Ta’mirul Islam, karena di sana bukan hanya pondok yang mempelajari kitab-kitab saja akan tetapi pondok yang sekaligus menjadi sekolah umum bagi para santri. Karena pondok yang berbasis moderen memiliki kegiatan yang lebih banyak dan padat.

  Bahkan di pondok pesantren Ta’mirul Islam juga ada program tahfidzul qur’an, dimana para santri yang berminat untuk menghafalkan Al-Qur’an bisa mengikuti program tersebut. Dan kegatan santri yang mengikuti program tahfidz maupun tidak tetaplah sama.

  Dalam kepengurusan pondok pesantren Ta’mirul Islam ditangani langsung oleh pimpinan pondok, ada juga kader-kader pondok yaitu para ustadz dan ustadzah yang senior. Lalu ada ustadz/ustadzah yang lansung mengurus dan berkoord inasi dengan para pengurus Organisasi Santri Ta’mirul

  Islam (OSTI). Dan pengurus OSTI inilah yang bekerja ekstra dalam menangani setiap santri, pengurus OSTI biasanya adalah santri senior kelas V/VI KMI atau setara dengan kelas II/III MA.

  Berdasarkan uraian diatas , maka penulis tertarik untuk mengetahui secara mendalam tentang :

  “Strategi Pondok Pesantren Dalam Mengembangkan Sikap Kemandirian Santri Di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta Tahun 2017/2018”.

B. Fokus Penelitian 1.

  Bagaimana sikap kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta? 2. Bagaimana strategi para pengurus dalam mengembangkan sikap kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta?

  3. Apa faktor yang mendukung dan yang menghambat sikap kemandirian santri di pondo k pesantren Ta’mirul Islam Surakarta? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui bagaimana sikap kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.

  2. Untuk mengetahui strategi para pengurus dalam menumbuhkan sikap kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.

  3. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan yang menghambat sikap kemandirian santri di pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dari segi teoritis maupun praktis, yang berguna untuk memberikan sumbangan penelitian.

  Adapun manfaatnya: 1.

  Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, menambah bahan bacaan dan sebagai refrensi bagi semua orang khususnya bagi santri pondo k pesantren Ta’mirul Islam berkaitan dengan peningkatan kemandirian.

2. Manfaat Praktis

  Penulis berharap penelitian ini bisa sangat membantu pengurus pondok pesantren Ta’mirul Islam dalam peningkatan kemandirian santri.

  Sehingga dapat menlahirkan santri yang mempunyai tekat kuat dan percaya akan dirinya sendiri dan memiliki akhlaqul karimah.

E. Penegasan Istilah

  Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti pembahasan, perlu penulis jelaskan istilah yang berkaitan dengan judul di atas antara lain :

  1. Strategi Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai. (Husein Umar, 2001:76)

  2. Pondok Pesantren Menurut Ridlwan Nasir (2005:80) Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama dan Islam. Sedangkan menurut Ahmad Tarsir (2008:191) Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam tertua yang menyediakan asrama atau pondok sebagai tempat tinggal bersama sekaligus sebagai tempat belajar para santri yang dibimbing oleh kyai.

  3. Kemandirian Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri,2000:53).

4. Santri

  Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) santri adalah orang yang mendalami agama, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh dan orang sholeh. Dapat diambil kesimpulan bahwa santri adalah panggilan untuk seseorang yang sedang mendalami ilmu agama yang tinggal di suatu pondok pesantren.

F. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini ditulis berdasarkan sistematika sebagai berikut 1.

  Bagian Awal a.

  Halaman sampul luar b.

  Lembar berlogo IAIN c. Halaman sampul dalam d.

  Lembar persetujuan pembimbing e. Lembar pengesahan kelulusan f. Halaman pernyataan keaslian penelitian g.

  Halaman motto dan persembahan h. Kata pengantar i. Daftar isi j. Daftar tabel k.

  Daftar gambar l. Daftar lampiran m.

  Abstrak 2. Badian Inti Bagian inti terdapat beberapa bab, antara lain: BAB I Pendahuluan, yang berisikan tentang, latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

  BAB II Landasan teori atau kajian pustaka, Pada bab ini peneliti akan menguraikan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi berbagai strategi untuk menumbuh kan kemandirian santri di pondok pesantren.

  BAB III Metode Penelitian, berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosdur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

  BAB IV Paparan Data Dan Analisis, berisi tentang paparan data dan analisis data. BAB V Penutup. Pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

  Bagian akhir dalam skripsi ini terdiri dari: a.

  Daftar pustaka b.

  Lampiran c. Daftar riwayat hidup

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Strategi Strategi sudah menjadi istilah yang sering didengar oleh banyak

  orang, strategi pada hakikatnya adalah perencanaan untuk mencapai sebuah tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana trik pelaksanaannya (Effendy, 2007: 32).

  Strategi adalah suatu cara dimana organisasi/lembaga akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal.(Suhartini, 2005: 115)

  Menurut Djamari dan Zain (2006: 5), strategi adalah suatu garis- garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan atau untuk mencapai sebuah target dibutuhkan suatu tindakan yang benar agar tujuan tersebut dapat dicapai sesuai harapan.

  Menurut Surtikanti dan Santoso (2008: 124), stratgi adalah ilmu atau kiat didalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan beberapa definisi strategi diatas dapat disimpulkan bahwasanya strategi adalah suatu teknik, cara, trik atau rencana untuk mempermudah seseorang dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam kata lain seseorang membutuhkan suatu cara yang khusus untuk mencapai segala sesuat yang diharapkan.

  Setiap orang, organisasi, perusahaan bahkan pemimpin negara pasti mempunyai berbagai mecam strategi untuk mempermudah mencapai target yang telah ditetapkan. Strategi yang baik harus terdapat koordinasi tim yang baik pula, dengan kualitas tim yang baik maka pelaksanaan strategi yang telah dirancang akan lebih efektif dan efisien. Sehingga dapat mencapai hasil yang sangat memuaskan.

  Menurut Suhartini (2005: 117), dalam menejemen strategi banyak tahapan yang harus dilalui sebagai proses, diantaranya: a.

  Formulasi Strategi Dalam hal ini meliputi beberapa hal: 1) Aktivitas analisis lingkungan eksternal dan internal. 2) Penentuan arah lembaga/organisasi. 3)

  Analisis alternatif dan pemilihan strategi b. Implementasi strategi

  Maksudnya adalah pelaksanaan tindakan atau aktivitas dari strategi yang dikembangkan proses formulasi strategi.

  c.

  Pengendalian dan evaluasi strategi Maksudnya adalah difokuskan pada monitoring dan evaluasi sehingga terbentuk keselarasan antara formulasi strategi dan implementasi strategi.

2. Pengertian Pondok Pesantren

  C.C Breg mendefinisikan pesantren secara bahasa, kata santri berasal dari istilah “Shastri” yang dalam bahasa India berarti orang-orang yang mengetahui buku-buku suci agama hindu, sementara itu, A.H John menyebutkan bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji, dan merurut Nurcholis Majid, kata Santri berasal dari bahasa sansekerta yang berarti melek huruf.(Ainur Rofik, 2012: 8)

  Ditengah kepungan sistem pendidikan nasional yang moderen, pesantren sebagai lembaga pendidikan agama tetap mampu bertahan, bahkan lebih dari itu, ia mampu mengembangkan dirinya pada posisi yang penting danstrategis dalam sistem pendidikan nasional. Transformasi sengaja dihemenbuskan oleh pemerintah terhadap pesantren karena ada dua pertimbangan:

  Pertama, pesantren dianggap sebagai lembaga pendidikan Islam

  tradisonal yang terbelakang dan kurang partisipatf, namun memiliki potensi besar dalam hal mobilitas sumber daya lokal, sumber tenaga kerja potensial.

  Bahkan lebih jauh, pesantren bisa saja menjadi lembaga kekuatan tanding yang potensial.

  Kedua, pesantren dapat dijadikan instrumen untuk mencapai tujuan

  pembangunan, dan lain sebagainya. Selain itu pesantren juga dapat dijadikan instrumen untuk memekarkan dan melestraikan kekuasaan politik.(Halim Soebahar, 2013: 1-2)

  Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab yang berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi dalam pesantren di Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Sedangkan istilah pesantren secara etimologi berasal dari pe-santri-an yang berarti tempat santri. Santri atau murid mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh di pondok pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama dan Islam. (Nasir, 2005:80)

  Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisonal di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seoang guru atau yang lebih dikenal oleh sebutan kyai.

  Asrama untuk para siswa tersebut berada di dalam lingkungan pesantren, yang mana di dalamnya terdapt tempat sebuah masjid untuk beribadah, dan ruangan untuk belajar dan melakukan kegiatan yang lain. Kompleks pesantren ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

  Dalam sebuah pesantren para siswa atau santrinya tidak diizinkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Karena proses pembelajarannya dilakukan secara intensif di dalam pondok, dan dilakukan dari pagi bahkan dari sebelum subuh sampai larut malam. Jadi semua kegiatan tersebut tidak memungkinkan para santrinya untuk pulang ke rumah.

  Pondok pesantren juga berarti suatu lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang ada pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal, tetapi dengan sistem bandongan dan sorogan. Dimana para kyai mengajar santri-santrnya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut (Abdushomad, 2005: 80-81).

  Pondok pesantren muncul pertama kali di Indonesia pada abad ke

  16M, yakni terdapat di Ampel Denta dalam asuhan Sunan Ampel. Pada waktu itu, beliau mengkader santri-santrinya untuk menyebarkan Islam ke seluruh plosok negeri, bahkan ada yang ditugaska hingga negeri-negeri tetangga. Dari murid-murid Sunan Ampel inilah, kemudian menjamur pesantren-pesantren di seluruh plosok tanah air. Puncaknya adalah pada awal pertengahan abad ke-19 serta awal abad ke-20, yaitu pada masa syech Kholil Bangkalan. Dari tangan dingin beliaulah muncul kyai-kyai besar nusantara yang kemudian dapat memunculkan kyai besar lainnya.

  Puncaknya pada waktu itu hampir di setiap kota kecamatan terdapat satu pesantren atau bahkan lebih. Dalam perjalanannya, muncul pengklasifikasian pesantren di Indonesia berdasarkan sistem atau jenis lembaga pendidikan yang diadakan (Sutrisno, 2009: 16).

  Mendengar kata pesantren siapapun akan berfikiran bahwa pesanten merupakan tempat yang sangat religius. Tidak menutup kemungkinan pesantren akan membawa pada pemikiran sebuah tempat menuntut ilmu yang tertutup dan tradisonal. Pondok pesantren sebagai lembaga tertua di Indonesia memang senantiasa menjaga nilai-nilai edukasi berbasis pengajaran tradisonal.

  Dunia moderen tampaknya tampaknya sedikit merubah prespektif masyarakat mengenai pesantren. karena pada saat ini sudah banyak bermunculan pesantren-pesantren yang sudah modren.

  Dalam sebuah pondok pesantren ada lima unsur yang tidak bisa dipisahkan yaitu: masjid, pondok, santri, kyai dan pengajaran kitab-kitab Islam Klasik.

  a.

  Masjid Seperti yang masyarakat ketahui bahwasanya masjid adalah tempat beribadah umat Islam. Akan tetapi fungsi sebuah masjid akan sedikit berbeda apabila mesjid tersebut berada di dalam sebuah pondok pesantren. Didalam pondok pesantren masjid tidak hanya sebagai tempat beribadah saja atau tempat sholat saja, akan tetapi masjid juga di fungsikan sebagai tempat untuk berkumpul. Masjid juga digunakan sebagai tempat untuk belajar, musyawarah dan sebagai tempat untuk belajar santri.

  Menurut Nana Rukmana (2002: 41), masjid berarti tempat beribadah. Masjid berasal dari kata sajada yang berarti sujud atau tunduk, atau tempat menyembah Allah SWT. Masjid dalam arti umum adalah semuat tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid.

  :ملس و هيلع الله ىلص الله لوسر لاق :لاق هنع الله يضر ديعس يبأ نع اِِ ٌ د ِجْسَم اَهُّلُك ُض ْرَلِْا

  )يدمرت هور( َماَمَحْلا َو َةَرَبْقَمْلا

  Dari Abi Sangid Ra berkata: Rasulullah SAW bersabdah: “seluruh bumi adalah masjid kecuali kuburan dan kamar mandi” (HR.

  Tirmidzi) Menurut Abubakar (2001: 9), masjid merupakan tempat memotifasi dan membangkitkan kekuatan ruhaniyah dan keimanan seseorang muslim.

  Jadi pada dasarnya bahwasannya masjid merupakan tempat untuk melaksanakan segala bentuk aktifitas keagamaan umat Islam yang mencerminkan kedekatan terhadap Allah SWT, baik berupa sholat, i’tikaf maupun pelaksanaan kajian-kajian.

  b.

  Pondok Salah satu ciri khas dalap sistem pendidikandi pesantren adalah adanya sistem pemondokan atau sarama bagi para santrinya. Pada umumnya pondok berupa komplek yang dikelilingi oleh pagar pembatas atau tembok yang memisahkan dengan lingkungan masyarakat. Namun ada pula yang tidak dibatasi atau berbaur dengan lingkungan masyarakat sekitar.

  Menurut Hasbullah (1999: 142), pengertian singakat pondok adalah tempat tinggal sederhana yang merupakan tempat tinggal kyai bersama para sntri-santrinya. Besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya.

  Sistem asrama atau pondok ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yeng membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan lainnya. Salah satu tujuannya didirikannya sistem pondok agar para santri dapat mengembangkan keterampilan kemandiriannya, agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat.

  c.

  Santri Asal usul santri setidaknya ada dua pendapat yang bisa dijadikan rujukan. Pertama, santri berasal dari kata “santri” dari bahasa sangsekerta yang artinya melek huruf. Kedua, kata santri yang berasal dari bahasa Jawa “cantrik” yang berarti seseorang yang mengikuti seorang guru kemanapun pergi atau menetap dengan tujuan dapat belajar darinya suatu ilmu pengetahuan (Nurcholis Majid, 1997: 19-20).

  Santri dalam dunia pesantren dikelompokkan menjadi dua macam: 1)

  Santri mukim Santri mukim adalah santri yang menuntut ilmu dan tnggal di dalam pondok yang disediakan pesantren, biasanya mereka akan tinggal dalam satu kompleks yang berwujudkamar kamar.

  2) Santri Kalong

  Santri kalong adalah santri yang tinggal di luar kompleks pesantren, baik di rumah sendiri maupun di rumah-rumah masyarakat di sekitar pesantren. biasanya mereka datang ke pesantren pada saat pengajian atau pada saat kegiatan-kegiatan pesantren lainnya.

  Atau murid-murid yang berasal dari desa sekelilingnya, yang biasanya mereka tidak tinggal di pondok kecuali kalau waktu-waktu belajar saja mereka bolak-balik dari rumah (Suismanto,2004: 54-55).

  d.

  Kyai Kyai berperan sangat penting dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan, dan pengurusan sebuah pondok pesantren. kyai adalah sebagai pemimpin pondok pesantren keberhasilan sebuah pesantren banyak bergantung pada keahlian, kedalaman ilmu, karismatik, dan wibawa kyai. Dalam konteks ini sosok kyai sangat menentukan sebab beliau adalah tokoh sentral dalam sebuah pesantren (Hasbullah, 1999: 144).

  Kata kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan berasal dari bahasa jawa. Menurut asal usulnya perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda yaitu: 1) Gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap kramat. 2) Gelar kehormatan untuk para orang-orang tua pada umumnya. 3)

  Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan sebuah pesantren.

  Bahkan dalam banyak hal, gelar kyai juga sering dipakai untuk para da’i atau mubaligh yang biasanya memberikan ceramah keagamaan.

  e.

  Pengajaran kitab-kitab klasik Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan sebutan kitab kuning, dikarnakan warna kertas yang berwarna kuning. Kitab-kitab tersebut ditulis oleh ulama terdahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman sperti fiqih, hasits, tafsir maupun tentang akhlak. Kitab-kitab klasik biasanya ditulis dengan bahasa Arab, lalu para kyai membacakan, mengartikan dan juga menerangkan makna dari isi kitab tersebut. Disamping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung para santri juga mempelajari bahasa Arab. Oleh karena itu biasanya santri yang telah menyelesaikan belajar di pesantren cenderung memiliki pengetahuan bahasa Arab.

  Pada awalnya pondok pesantren hanya ada satu jenis saja yaitu pondok salafi, atau sering disebut pondok tradisonal. Akan tetapi seiring berjalannya waktu pondok pesantren dan berkembangnya zaman mulai muncul pondok pesanten kholafi atau pondok pesantren moderen.

  Pondok pesantren salafi berasal dari kata salaf. Artinya dahulu atau klasik. Maksudnya pesantren yang masih mempertahankan pelajaran dengan kitab-kitab klasik tanpa diberikan pengetahuan umum. Model pengajarannyapun sebagaimana lazim diterapkan dalam pesantren salaf yaitu dengan metode sorogan, weton dan bandongan (Masjkur Anhari, 2007: 26-27)

  Sorogan merupakan metode yang ditmpuh dengan cara kyai menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual, biasanya dipesantren, masjid atau bahkan di rumah-rumah. Metode waton atau bandongan adalah metode paling utama dalam lingkungan pesantren.

  Metode weton atau bandongan adalah suatu metode pengajaran dengan cara kyai membaca, menerjemahkan, dan menerangkan, sedangkan para santri memperhatikan dan mencatat apa yang perlu dicatat.

  Sedangkan pondok pesantren kholafi berasal dari kata “Al- khalaf” artinya orang-orang yang datang di belakang (Irfan Hielmy, 1999: 35). Pesantren kholafi dapat juga kita sebut sebagai pesantren moderen. Pesantren model ini menerapkan sistem pengajaran kalasikal (madrasi), memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta memberikan pendidikan keterampilan. Pondok pesantren moderen adalah sebuah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan. Dan pesantren moderen bisa di setarakan dengan MI/SD, SMP/MTS dan SMA/MA.

3. Kemanirian

  Kemandirian adalah salah satu komponen kepribadian yang mendorong anak untuk dapat mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri dan mampu menyelesaikan masalahnya tanpa mengandalkan bantuan orang lain. Maka kemandirian adalah keadaan jiwa anak yang mampu memilih keputusan sendiri, mampu bertanggung jawab atas semua tingkah laku dan perbuatan sendiri (Setyo Utomo, 2005: 7)

  Kemandirian berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan kata ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda.

  Ciri-ciri kemandirian adalah: a. Mampu menentukan nasibnya sendiri, segala sikap dan tindakan dilakukan atas kehendak diri sendiri tidak tergantung pada orang lain.

  b.

  Dapat mengendalikan dirinya sendiri, mampu mengontrol dirinya sendiri, mampu beradaptasi dengan lingkungan.

  c.

  Bertanggungjawab, yaitu mempunyai ksadaran bahwa setiap tindakan yang dilakukan meempunyai pengaruh terhadap orang lain maupun diri sendiri. Dan bertanggungjawab dalam melaksanakan segala kewajiban diri sendiri.

  d.

  Kreatif dan inisiatif, mampu berfikir dan bertindak secarakreatif dan inisiatif dalam menemukan ide-ide baru.

  e.

  Berani mengambil keputusan dan mengatasi masalahnya sendiri, memiliki pemikiran, pertimbangan, pendapat sendiri dalam mengambil keputusan.

  Menurut Ali dan Asrori (2008:118), ada banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara lain: a.

  Gen atau keturunan orang tua Orang tua yang memiliki sifat kemandirian yang tinggi sering kali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Akan tetapi faktor keturunan masih menjadi banyak perdebatan,karena banyak yang berpendapat kalau kemandirian bukan berasal dari keturunan melainkan dari hasil didikan.

  b.

  Pola asuh orang tua Cara orang tua mendidik atau mengasuh anak mereka akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang sejak dari kecil telah memanjakan anak-anak mereka akan sulit menjadikan anak-anak mereka lebih dewasa dan mandiri. Karena sejak dari kecil mereka sudah di fasilitasi dengan kemewahan, maka anak-anak akan sangat malas mengerjakan suatu hal.

  c.

  Sistem pendidikan di sekolah Sistem pendidikan juga sedikit banyak juga mempengaruhi kemandirian seseorang. Karena di lingkungan sekolah anak dituntut untuk mengerjakan semua tugas-tugasnya sendiri.

  d.

  Pergaulan di masyarakat Lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap proses kemandirian seseorang. Jika dalam suatu lingkungan masyarakat aktif bergotong royong atau bersosialisasi maka akan anak-anak akan saling membantu.

  Kemandirian dipengaruhi oleh dua faktor,yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang dimaksud adalah segala aspek yang ada pada individu, meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sikap dan peri laku. Sedangkan faktor ekstern meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, dan media masa.

  Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kemandirian tidak hanya dapat dibentuk oleh dorongan pribadi individu. Tetapi faktor luar lingkungan juga ikut mempengaruhi individu untuk mandiri. Begitu pula dalam mengembangkannya, kemandirian bisa dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai luhur bagi individu serta pengkondisian faktor lingkungan, termasuk lingkungan belajar individu. (Mudyahardjo, 2011:33)

  Berdasarkan definisi-definisi tersebut kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu atas pertimbangan diri sendri. Mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa kemandirian yang tinggi tidak akan bergantung pada keputusan seseorang dia akan bertindak tegas atas apa yang telah dia putuskan.

  Kontribusi pesantren dalam meengembangkan religiusitas dan kemandirian anak hampir dalam semua aspeknya jauh lebih mengesankan bila dibandingkan degan sekolah pada umumnya.( Khoirul Bashori, 2003: 6)

  Kemandirian seorang santri,terutama dalam usia remaja akan semakin diperkuat karena sosialisasi dengan teman sebayanya di pesantren.

4. Santri

  Asal usul santri setidaknya ada dua pendapat yang bisa dijadikan rujukan. Pertama, santri berasal dari kata “santri” dari bahasa sangsekerta yang artinya melek huruf. Kedua, kata santri yang berasal dari bahasa Jawa “cantrik” yang berarti seseorang yang mengikuti seorang guru kemanapun pergi atau menetap dengan tujuan dapat belajar darinya suatu ilmu pengetahuan (Nurcholis Majid, 1997: 19-20).

  Santri sama halnya dengan siswa akan tetapi yang membedakan keduanya adalah siswa hanya melakukan proses pembelajaran di sekolah saja sedangkan santri melakukan semua kegiatan pembelajaran di pondok selama 24 jam. Siswa memanggil pengajar dengan sebutan guru, sedangkan dengan sebutan ustadz.

  B.

  Kajian Terdahulu Rujukan penelitian terdahulu yaitu skripsi dari Yeyen Epta mahasiswa

  IAIN Salatiga dengan judul Pendidikan Kemandirian Berbasis Pondok Pesantren Di Pondok Pesantren Al-Manar Salatiga. Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Merode pengumpulan data dengan dokumen, observasi dan wawancara.

  Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih menekankan pada pembinaan kemandirian yang dilakukan oleh para pembimbing. Subyek yang penelitian yang diteliti yaitu para pembimbing dan santri pondok di pondok pesantren Al-Manar.

BAB III METODE PENELITIAN Menurut Suharsimi (2003: 136), metode penelitian adalah cara atau jalan

  yang digunakan seorang penulis untuk mendapatkan dan mengumpulkan data penelitiannya. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwasanya metode penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Metode penelitian sangatlah penting dalam sebuah penelitian ilmia. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang digunakan disini adalah penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data dan informasi penelitian dilakukan secara langsung dengan objek yang artinya peneliti langsung berada di lingkungan yang hendak diteliti.

  Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara diskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007: 6).

  Jenis penelitian ini adalah diskriptif, yaitu dengan membuat gambaran secara langsung bagaimana strategi para pengurus pondok pesantren Ta’mirul Islam dalam meningkatkan kemandirian para santri-santrinya, agar dapat tercapai tujuan dan target yang diinginkan, yaitu memiliki santri yang mandiri dan berprestasi dalam bidang pengetahuan maupun dalam bidang keagamaan.

B. Lokasi Penelitian

  Pondok pesantren Ta’mirul Islam berada ditengan-tengan kampung Tegalsari tepatnya berada di JL. KH. Samanhudi No. 03 Tegalsari, Bumi Laweyan Surakarta, Jawa Tengah. Pondok pesantren Ta’mirul islam juga berdekatan dengan pondok pesantren Al- Mu’ayad. Tepatnya berada sekitar 500m sebelah timur pondok Al- Mu’ayad.

  Pondok pesantren ta’mirul Islam terbagi atas dua bagian yaitu pondok putra dan pondok putri. Pondok putra dan putri dibatasi oleh sebuah pabrik batik celup milik warga sekitar. Pondok putra maupun putri memiliki fasilitas gedung masing-masing, disana Masjid juga dipisah antara masjid putra maupun putri.

  Di pondok putri memiliki masjid yang dinamakan Masjid Roudotul Jannah, masjid tersebut berada tepat ditengah-tengah pondok. Di asrama putri juga memiliki berberapa bangunan gedung diantaranya yaitu gedung Swindu yang merupakan gedung utama yang digunakan sebagai kelas maupun kamar- kamar santriwati. Di lingkungan pondok putri juga sudah memiliki koprasi sendiri, koprasi untuk memenuhu kebutuhan santriwati, sehingga santri tidak perlu keluar pondok jika membutuhkan sesuatu.

  Lalu di asrama putra juga memiliki masjid yang dinamakan masjid Al- Kahfi, masjid Al-kahfi juga berada ditengah-tengah pondok. Sama halnya dengan asrama putri di asrama putra juga memiliki beberapa gedung dan ged ung Waro’a sebagai gedung utama yang digunakan sebagai kelas dan kamar-kamar santri. Di lokasi asrama putra juga memiliki koprasi.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah

0 1 118

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MUHADHOROH DENGAN KEPERCAYAAN DIRI BERBICARA DI DEPAN PUBLIK PADA SANTRI KELAS 1 KMI PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 97

SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMAL FALAH SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

0 0 125

PENERAPAN METODE WAHDAH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA CEBONGAN ARGOMULYO SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 85

PROBLEMATIKA GURU PAI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PAI (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 SALATIGA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.) Dalam Ilmu Tarbiyah

0 3 119

PENERAPAN METODE SIMA’I DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN TA’MIRUL ISLAM LAWEAN SURAKARTA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 142

PERAN USTADZ DALAM MEMBENTUK KARAKTER SANTRI DI PONDOK PESANTREN PANCASILA SALATIGA TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI Di ajukan Guna Memperoleh Gelar

0 6 129

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 132

PENGARUH INTENSITAS KEGIATAN KEAGAMAAN TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI KASUS SANTRI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik

0 0 147

ILMUISASI ISLAM DALAM PERSPEKTIF KUNTOWIJOYO DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 4 188