ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA AN. Q DENGA
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA AN. Q DENGAN IMUNISASI CAMPAK DI RB MARGA WALUYA SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh: DIYAH ASTARI NIM. B 10.072
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA 2013 SURAKARTA 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Balita An. Q dengan Imunisasi Campak di RB Marga Waluya Surakarta Tahun 2013”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes., selaku Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis.
4. Ibu Nurul Indira Cahyani, A.Md., Keb., selaku Pimpinan RB Marga Waluya Surakarta, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk mengambil data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
iv
6. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya, karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka penulis mengharapkan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta, Mei 2013
Penulis
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
¾ Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak
percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan.
¾ Kehidupan adalah sumber inspirasi luar biasa, setiap kelokan kehidupan
adalah guru yang sangat berharga. ¾ Ketakutan melakukan sesuatu berarti kalah sebelum bertanding.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada:
1. Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
2. Bapak dan Ibuku tercinta yang paling aku sayangi menjadi tumpuan hidup yang selalu memberikan semangat dan dukungan, sungguh tiada kata yang lebih mudah dan lebih pantas terucap untuk membalas semua kasih sayang, tetesan air mata, cucuran keringat serta doa yang selalu mengalir kepada penulis.
3. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
4. Untuk seseorang yang aku sayangi, terima kasih atas dukungan dan doanya.
5. Almamater tercinta.
vi vi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Program Studi DIII Kebidanan Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 DIYAH ASTARI NIM. B 10.072
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA AN. Q DENGAN IMUNISASI CAMPAK DI RB MARGA WALUYA SURAKARTA TAHUN 2013
(xi halaman + 63 halaman + 9 lampiran)
INTISARI
Latar Belakang: Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Dari data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah penyakit campak. Tujuan: Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak yang menggunakan proses manajemen 7 langkah Varney. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan permasalahan. Metodologi: Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif, lokasi di RB Marga Waluya Surakarta. Subyek studi kasus An. Q dengan imunisasi campak, waktu studi kasus pada tanggal 30 – 31 Maret 2013. Teknik pengambilan data antara lain data primer, meliputi pemeriksaan fisik, wawancara serta observasi dan data sekunder, meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil: An. Q pasca imunisasi campak. Terapi pemberian obat Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh. Keadaan umum anak baik, kesadaran composmentis dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Kesimpulan: Pada kasus An. Q pasca imunisasi campak tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik, hal ini dikarenakan adanya penanganan yang baik dan tepat.
Kata kunci
: Asuhan Kebidanan Balita, Imunisasi, Campak
Kepustakaan : 21 literatur (2003 – 2010)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Penelitian Lampiran 4. Surat Balasan dari Lahan Lampiran 5. SAP Imunisasi Campak Lampiran 6. Leaflet Imunisasi Campak Lampiran 7. SAP Gizi Balita Lampiran 8. Leaflet Gizi Balita Lampiran 9. Lembar Konsultasi
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), diantaranya tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak, dan hepatitis B (Hidayat, 2008).
Dari data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya: batuk rejan 294.000 (20); tetanus 198.000 (14), campak 540.000 (38). Indonesia sendiri, UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000 anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan campak. Jumlah kasus campak di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 terdapat sebanyak 3.614 kasus. Ini berarti setiap dua puluh menit seorang anak Indonesia meninggal karena campak (IDAI, 2010).
Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) secara resmi pada tahun 1997, yang menganjurkan agar semua anak diimunisasi enam macam penyakit yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, polio, campak. Tahun 19911992, Departemen Kesehatan RI telah mulai mengembangkan program imunisasi hepatitis B
Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang menjadi penyebab penyakit yang bersangkutan, yang telah dilemahkan atau dimatikan atau diambil sebagian atau tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang sengaja dimasukkan ke dalam tubuh seseorang atau kelompok orang yang bertujuan untuk merangsang timbulnya zat anti penyakit tertentu pada orang-orang tersebut. Melalui studi yang mendalam vaksin dianggap menjadi alat yang paling efektif (Hidayat, 2008). Jenis atau macam imunisasi vaksin yang wajib pada anak antara lain BCG, DPT DT, polio, campak measles, hepatitis A dan B, typhoid dan paratyphoid dan varisella atau cacar air (CPDDI, 2008).
Penyakit campak secara klinik dikenal dengan memiliki 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi (keluar bercak-bercak) dan stadium konvalesensi. Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk ke dalam genus Morbillivirus dan keluarga Paramyxoviridae. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat akut dan menular lewat udara melalui system pernafasan, terutama percikan ludah (cairan yang keluar ketika seseorang berson batuk atau berbicara) seorang penderita (Hidayat, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di RB Marga Waluya Surakarta jumlah balita yang diimunisasi pada bulan Oktober 2012 bahwa keseluruhan jumlah balita yang akan diimunisasi campak berjumlah 15 anak, sedangkan yang sudah diimunisasi baru 6 anak, maka dari jumlah yang diimunisasi masih tergolong tinggi dikarenakan ibu belum mengetahui pentingnya imunisasi dan efek samping imunisasi campak.
Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil dan menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Balita An. Q dengan Imunisasi Campak di RB Marga Waluya Surakarta Tahun 2013”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Balita An. Q dengan Imunisasi Campak di RB Marga Waluya Surakarta Tahun 2013 dengan menggunakan manajemen 7 langkah Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak sesuai manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu:
1) Melakukan pengkajian pada balita An. Q dengan imunisasi
campak.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada balita An. Q dengan imunisasi campak.
3) Menentukan diagnosa potensial pada balita An. Q dengan
imunisasi campak.
4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada balita An. Q dengan
imunisasi campak.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita An. Q dengan
imunisasi campak.
6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada balita
An. Q dengan imunisasi campak.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada balita
An. Q dengan imunisasi campak.
b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan pada balita An. Q dengan imunisasi campak.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahannya pada balita
An. Q dengan imunisasi campak.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Diri Sendiri
Dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan, serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi campak.
2. Bagi Bidan
Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi profesi bidan dalam upaya meningkatan mutu dalam memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi campak.
3. Bagi Institusi
a. RB Marga Waluya Surakarta
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada anak dengan imunisasi campak.
b. Pendidikan
Digunakan sebagai tambahan wacana atau referensi sehingga dapat menambah pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi campak.
E. Keaslian Studi Kasus
Karya Tulis Ilmiah dengan dengan judul asuhan kebidanan anak dengan imunisasi campak pernah dilakukan oleh: Setia M. (2012), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Balita An. S dengan Imunisasi Campak di Puskesmas Gemolong, Sragen”. Asuhan yang diberikan yaitu melakukan penyuntikkan vaksin campak pada lengan atas kiri anak secara SC, memberikan informasi tentang diare, memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi campak, anjurkan ibu untuk mengontrolkan anaknya apabila ada keluhan, tanggal imunisasi sudah dicatat dalam buku KIA dan anak sudah diberikan terapi.
Perbedaan studi kasus di atas dengan studi kasus yang dibuat oleh penulis terletak pada tempat, subyek, waktu dan hasil studi kasus, sedangkan persamaan dengan studi kasus ini terletak pada judul yaitu pada balita dengan imunisasi campak.
F. Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yaitu antara lain sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang berisi tentang tinjauan teori medis yang terdiri dari pengertian anak balita, tahapan perkembangan balita, pertumbuhan fisik, pengertian campak, klasifikasi campak, patofisiologi campak, gejala-gejala campak, penyebab campak, dan penatalaksanaan campak, teori asuhan kebidanan yang meliputi manajemen kebidananan 7 langkah menurut Varney, data perkembangan menggunakan model subyektif, obyektif, assessment dan planning (SOAP) serta landasan hukum.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subjek studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik pengumpulan data, alat-alat yang digunakan penulis untuk pelaksanaan studi kasus.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang laporan kasus dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari 7 langkah yaitu: mulai dari pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan SOAP. Pembahasan berisi tentang kesenjangan antara teori dan praktek yang penulis temukan sewaktu pengambilan kasus dengan pendekatan asuhan kebidanan menurut Varney.
BAB V
PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab tujuan penulis dan merupakan inti dari pembahasan penanganan balita dengan imunisasi campak. Saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan anggapan kesimpulan yang berupa kesenjangan, pemecahan masalah hendaknya bersifat realistis, operasional yang artinya saran itu dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Balita
a. Pengertian Balita
Balita adalah anak usia 12 sampai 59 bulan. Masa balita adalah periode penting dalam tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2005).
Balita adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir yang berusia 0 sampai menjelang 5 tahun (Ferry, 2007).
b. Tahapan Perkembangan Balita Menurut Depkes RI (2005), meliputi:
1) Umur 12 – 18 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
c) Berjalan mundur 5 langkah
d) Memanggil ibu dengan kata mama, memanggil ayah dengan
kata papa
e) Menumpuk 2 kubus
f) Menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis atau
merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan menarik tangan ibu
g) Memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing.
2) Umur 18 – 24 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung
c) Bertepuk tangan dan melambai-lambai
d) Menumpuk 4 buah kubus
e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
f) Menggelindingkan bola ke arah sasaran
g) Menyebut 3 – 6 kata yang mempunyai arti
h) Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
i) Memegang cangkir sendiri, belajar makan dan minum sendiri.
3) Umur 24 – 36 bulan
a) Jalan naik tangga sendiri
b) Dapat bermain menendang bola kecil
c) Mencorat-coret pensil pada kertas
d) Bicara dengan baik menggunakan 2 kata
e) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
f) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama dua
benda atau lebih
g) Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta
h) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
i) Melepas pakaiannya sendiri.
4) Umur 36 – 48 bulan
a) Berdiri 1 kaki selama 2 detik
b) Melompat kedua kaki diangkat
c) Mengayuh sepeda roda tiga
d) Menggambar garis lurus
e) Menumpuk 8 buah kubus
f) Mengenal 2 – 4 warna
g) Menyebut nama, umur, tempat
h) Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan
i) Mendengarkan cerita j) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri k) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan l) Mengenakan sepatu sendiri.
5) Umur 48 – 60 bulan
a. Berdiri satu kaki selama 6 detik
b. Melompat-lompat satu kaki
c. Menari
d. Menggambar tanda silang
e. Menggambar lingkaran
f. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
g. Mengancing baju atau pakaian boneka
h. Menyebut nama tanpa dibantu
i. Senang menyebut kata baru i. Senang menyebut kata baru
dan bentuknya n. Menyebut angka, menghitung jari, nama-nama hari o. Menggosok gigi tanpa dibantu p. Bereaksi tentang dan tidak rewel ketika ditinggal pergi ibunya.
c. Pertumbuhan Fisik
1) Lingkar kepala
Ukuran kepala bayi merupakan salah satu ukuran yang penting diketahui, yaitu untuk mengetahui perubahan dalam pertumbuhan otak. Lingkar kepala bayi normal adalah 33 – 35 cm, tahun pertama naik 10 cm, kenaikan semakin lama semakin sedikit, usia 5 tahun kenaikan hanya 0,5 cm, setiap tahun sampai ukuran dewasa
dicapai. Usia 2 tahun kurang lebih 1
6 panjang badan. Usia satu
tahun adalah 44 – 47 cm (Wahidayat, 2003).
2) Panjang badan
Dalam tahun pertama, panjang badan bayi bertambah 23 cm. Balita pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm. Kemudian kecepatan pertumbuhan berkurang, sehingga setelah umur 2 tahun, kecepatan pertambahan panjang badan kira-kira 5 cm per tahun.
Rumusan panjang anak dari usia 3 tahun sampai remaja 80 + 5 cm (Wahidayat, 2003).
3) Berat badan
Sesudah tahun pertama kenaikan 1,5 – 2 kg atau 2 – 3 kg setiap tahun. Rumusan berat badan 7 – 2n kg (n = tahun) berat badan umur 1 tahun adalah 3 kali berat badan lahir, 2,5 tahun adalah 4 kali berat badan lahir, dan 6 tahun adalah 2 kali berat badan umur 1 tahun (Wahidayat, 2003).
2. Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi secara Umum
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) diantaranya tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak, dan hepatitis B (Hidayat, 2008).
b. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam imunitas. Imunisasi campak adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seorang secara aktif Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam imunitas. Imunisasi campak adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seorang secara aktif
c. Macam-macam Imunisasi
Imunisasi vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau "liar". Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Dengan kemajuan teknologi pembuatan vaksin, maka kita juga telah mengenal banyak jenis vaksin yang tersedia untuk berbagai macam penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan vaksin, saat ini telah tersedia sekitar
23 jenis vaksin, dan masih banyak vaksin baru lain yang sedang dalam proses penelitian dan pengembangan, berikut ini macam-macam imunisasi menurut (Achmadi 2006):
1) BCG
Perlindungan penyakit TBC (Tuberkolosis), penyebab bakteri Bacillus Calmette Guerrin , kandungannya adalah Bacillus Calmette-Guerrin yang telah dilemahkan.
2) DPT DT
Perlindungan penyakit difteri (infeksi tenggorokan), pertusis (batuk rejan) dan tetanus (kaku rahang), penyebab bakteri difteri, pertusis dan tetanus.
3) Polio
Perlindungan penyakit poliomielitis polio (lumpuh layu) yang menyebabkan nyeri otot, lumpuh dan kematian.
4) Campak Measles
Perlindungan penyakit campak tampek, efek samping yang mungkin terjadi adalah demam, ruam kulit dan diare.
5) Hepatitis
Perlindungan penyakit infeksi hati atau kanker hati yang mematikan.
6) MMR
Perlindungan penyakit campak, gondongan dan campak Jerman.
7) Typhoid Parathypoid
Perlindungan penyakit typhoid tifus, penyebab penyakit adalah bakteri Salmonella thypi.
8) Varisella (Cacar Air)
Perlindungan penyakit cacar air, penyebab penyakit adalah virus Varicella zoster .
3. Imunisasi Campak
a. Pengertian Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seorang secara aktif terhadap virus campak sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang sesuai serupa tidak terjadi penyakit (Hidayat, 2008).
b. Macam-macam Imunisasi Campak
Menurut WHO (2005), ada 2 macam imunisasi atau vaksin campak, yaitu antara lain:
1) Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan
dilemahkan, vaksin ini tidak boleh terkena sinar matahari.
2) Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus
campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam yodium).
c. Cara Pemberian dan Dosis
Cara pemberian dan dosis imunisasi campak yang tepat menurut Depkes RI (2005), yaitu sebagai berikut:
1) Vaksin Campak dilarutkan dulu sebelum saat proses imunisasi
dilakukan.
2) Tusukkan jarum tersebut ke vial vaksin. Pastikan ujung jarum
selalu berada di dalam cairan vaksin, jauh di bawah permukaan cairan vaksin, sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit.
3) Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masuk ke dalam
spuit, sampai torak terkunci secara otomatis, torak tidak dapat ditarik lagi.
4) Cabut jarum dari vial, keluarkan udara yang tersisa dengan cara
mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0,5 cc.
5) Bersihkan kulit dengan air hangat, kemudian suntikan vaksin
secara intramuskular (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan apakah jarum tidak menembus pembuluh darah). Alat suntik yang telah dipakai langsung dibuang kedalam insinerator tanpa penutup jarum dan penutup torak. Untuk menghindari tertusuk jarum, petugas kesehatan tidak boleh memasang kembali penutup jarum.
6) Vaksin campak yang telah dilarutkan hanya bertahan 3 jam, setelah
lewat waktu tersebut tidak boleh dipakai lagi.
7) Lokasi penyuntikan sebaiknya paha anak, teknis penyuntikan
sesuai juknis imunisasi.
d. Pencegahan
Menurut Behkman (2009), pencegahan penyakit campak dapat dilakukan melalui:
1) Imunisasi aktif (virus hidup yang dilemahkan)
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12 – 15 bulan tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi. Karena angka serokonversi pasta imunisasi tidak 100 dan mungkin ada beberapa yang imunisasinya berkurang, imunisasi kedua campak biasanya diberikan sebagai campak Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12 – 15 bulan tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi. Karena angka serokonversi pasta imunisasi tidak 100 dan mungkin ada beberapa yang imunisasinya berkurang, imunisasi kedua campak biasanya diberikan sebagai campak
2) Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa. Kumpulan serum konvalesen. Globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegah dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imuno globulin serum (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml kg diberikan secara IM dalam 5 hari pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
e. Efek Samping
Indikasi efek samping imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosuprosif, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglolin atau bahan-bahan berasal dari darah, leukimia, penyakit Hodgkin, defisiensi imunologik, alergi protein telur, hipersensitifitas dengan kanamisin dan eritrimisin, tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak, demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas, dan diare. Seperti pada jenis imunisasi bayi lainnya, terkadang setelah diimunisasi campak dapat menimbulkan efek samping bagi bayi. Pada 5-15 bayi akan Indikasi efek samping imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosuprosif, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglolin atau bahan-bahan berasal dari darah, leukimia, penyakit Hodgkin, defisiensi imunologik, alergi protein telur, hipersensitifitas dengan kanamisin dan eritrimisin, tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak, demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas, dan diare. Seperti pada jenis imunisasi bayi lainnya, terkadang setelah diimunisasi campak dapat menimbulkan efek samping bagi bayi. Pada 5-15 bayi akan
f. Penanganan Efek Samping Campak
Menurut Nakita (2011), penanganan efek samping dari campak yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan
tubuhnya tetap terjaga.
2) Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek
dan demam mulai muncul.
3) Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter.
4) Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil
menjaga asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur.
5) Jangan melakukan pengobatan menurut aturan sendiri, tetapi harus
berdasarkan petunjuk dokter.
6) Jagalah tubuh anak agar tetap bersih, sehingga dia tetap merasa
nyaman.
7) Selama anak sakit dan dalam proses pemulihan, sebaiknya kita
memisahkan peralatan makan dan mandinya, seperti piring, gelas, sendok, handuk, sprei dan pakaiannya.
g. Diagnosa Campak
Diagnosa kasus campak dibuat atas dasar kelompok gejala klinik yang sering berkaitan, diagnosa potensial pada balita dengan imunisasi Diagnosa kasus campak dibuat atas dasar kelompok gejala klinik yang sering berkaitan, diagnosa potensial pada balita dengan imunisasi
h. Antisipasi
Antisipasi perlu dilakukan supaya penyakit campak tidak memperparah keadaan, diantaranya bila terjadi demam, maka antisipasi dan tindakan segera pada balita dengan imunisasi campak yang perlu disiapkan adalah pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk mengantisipasi demam (Achmadi, 2006).
i. Perencanaan
Menurut Depkes (2005), perencanaan asuhan pada balita dengan imunisasi campak adalah menyiapkan alat vaksin campak, berita tahu ibu tentang keadaan anaknya, jelaskan pada ibu pentingnya imunisasi campak, siapkan alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas, berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml, Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak serta anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan (Depkes, 2005).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2004).
2. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney (2004)
Langkah I: Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan data obyektif serta data penunjang (Varney, 2004).
a. Identitas
Adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2003). Identitas tersebut meliputi:
1) Nama balita
: Diperlukan untuk memastikan bahwa yang
diperiksa benar-benar anak yang dimaksud. Nama harus jelas dan lengkap serta ditulis juga nama panggilan akrabnya (Matondang, 2003).
2) Umur
: Perlu diketahui mengingat periode anak
mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai umurnya (Matondang, 2003).
3) Jenis kelamin
: Jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk
penilaian data
pemeriksaan klinis (Matondang, 2003).
4) Nama orang tua : Agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru
dengan orang lain mengingat banyak nama yang sama (Matondang, 2003).
5) Umur orang tua : Untuk mengetahui faktor-faktor resiko dan
tingkat kesuburan (Priharjo, 2007).
6) Agama
: Berguna untuk memberikan motivasi pasien
sesuai dengan agama yang dianutnya (Varney, 2004).
7) Pendidikan
: Selain sebagai tambahan identitas informasi
tentang pendidikan orang tua baik ayah maupun
keakuratan data yang diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis (Matondang, 2003).
8) Pekerjaan
: Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang
tua untuk membiayai perawatan balita (Matondang, 2003).
9) Alamat
: Untuk mengetahui dimana lingkungan tempat
tinggalnya (Varney, 2004).
b. Anamnesa (Data Subyektif)
Adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2003).
1) Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa untuk berobat (Matondang, 2003). Dalam kasus ini alasan datang karena ibu ingin mengimunisasikan bayinya.
2) Riwayat kesehatan
a) Imunisasi
Status imunisasi klien dinyatakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio serta Hepatitis A dan B. Hal tersebut selain diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh juga membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (Matondang, 2003).
b) Riwayat penyakit lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita, apabila balita menderita suatu penyakit (Varney, 2004).
c) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan pasien saat ini (Varney, 2004).
d) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui status pertumbuhan balita, terutama pada usia balita dapat ditelaah dari kurva badan terhadap umur dan panjang badan terhadap umur (Matondang, 2003).
3) Riwayat sosial
a) Yang mengasuh
Balita diasuh oleh kedua orang tuanya.
b) Hubungan pasien dengan anggota keluarga
Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan anggota keluarga.
c) Hubungan dengan teman sebaya
Dikaji untuk mengetahui keharmonisan balita dengan teman sebayanya.
d) Lingkungan rumah
Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan lingkungan sekitar rumah.
Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitif, hingga diperlukan kebijakan dan kearifan tersendiri dalam pendekatannya (Matondang, 2003).
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Pola nutrisi yang diberikan mengkaji pada makan balita yang meliputi frekuensi komposisi, kwantitas, serta jenis dan jumlah minuman. Hal ini untuk mengetahui apakah gizi balita baik atau buruk, pola makan balita teratur atau tidak (Morton, 2004). Balita harus mendapat nutrisi yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Nutrisi yang diberikan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Diet pada penderita juga harus diberikan, diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi (Hadinegoro, 2008).
b) Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan pola tidur adalah berupa jam klien tidur dalam sehari apakah ada gangguan (Saifuddin, 2006).
c) Personal hygiene
Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, serta ganti baju dan celana setidaknya 2x sehari (Wiknjosastro, 2005).
d) Aktivitas
Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah beberapa jam lamanya istirahat atau tidur dan kegiatan sehari-hari (Saifuddin, 2006).
e) Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui beberapa kali BAB dan BAK, adakah kaitannya dengan obstipasi atau tidak (Hellen, 2007).
c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2003). Data obyektif tersebut adalah status generalis, yang meliputi:
1) Status generalis
(a) Keadaan umum balita
Dikaji untuk mengetahui keadaan umum mencakup keadaan umum baik, sedang, lemah (Matondang, 2003).
(b) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen, spoor, delirium (Matondang, 2003).
(c) Tanda-tanda vital, meliputi:
(1) Nadi
Untuk menilai kecepatan irama, suara nadi jelas dan teratur. Nadi normal balita 80 – 120 x per menit (Nursalam, 2005).
(2) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi normal 30 – 40 kali per menit (Hellen, 2007).
(3) Suhu
Untuk mengetahui temperatur kulit, temperatur kulit normal adalah sekitar 36,5 – 37,5 0 C.
d. Pemeriksaan Sistematis Pemeriksaan sistematis meliputi antara lain:
1) Kepala
: Ubun-ubunnya cekung (Saifuddin, 2006).
a) Rambut
: Bagaimana warnanya (Matondang, 2003).
b) Muka
: Untuk menilai kesimetrisan wajah dan untuk
menilai adanya pembengkakan pada wajah (Hidayat, 2009).
c) Mata
: Conjungtiva dari merah, merah muda sampai
pucat, sklera putih, kelopak mata cekung (Matondang, 2003).
d) Telinga
: Serumen banyak sampai bersih, warna
kemerahan sampai tak tampak kemerahan (Matondang, 2003).
e) Hidung : Adakah nafas, cuping hidung, kotoran yang
menyumbat jalan nafas (Matondang, 2003).
f) Mulut
: Bibir warna pucat, kebiruan, kemerahan,
kering
pecah-pecah,
lidah kemerahan
(Matondang, 2003).
2) Leher
: Adakah pembesaran kelenjar tiroid
(Matondang, 2003).
3) Dada
: Adakah retraksi, simetris atau tidak
(Matondang, 2003).
4) Perut
: Cenderung kembung, turgor baik sampai
dengan buruk, cubitan kulit kembali lambat (Matondang, 2003).
5) Kulit
: Untuk mengetahui temperatur dan kelembaban
kulit (Nursalam, 2003).
6) Anogenital
: Adakah varices pada alat genetal, apakah anus
ada haemoroid (Saifuddin, 2006).
7) Ekstremitas : Adakah oedem tanda sianosis, akral dingin,
apakah kuku sudah melebihi jari-hari (Hellen, 2007).
e. Pemeriksaan Antropometri
Menurut Hellen (2007), pemeriksaan antropometri meliputi:
1) 1 Lingkar kepala : Usia 2 tahun kurang lebih
6 panjang badan.
Usia satu tahun adalah 44 – 47 cm.
2) Lingkar dada
: Pada balita lingkar dada normal antara 50 cm
sampai 65 cm.
3) Panjang badan : Dalam tahun pertama, panjang badan bayi
bertambah 23 cm. Balita pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm. Rumusan panjang anak dari usia 3 tahun sampai remaja 80 + 5 cm.
f. Tingkat Perkembangan
Tingkat Perkembangan menurut Ariyanti (2007):
1) Aspek motorik kasar
Aspek motorik kasar adalah kemampuan anak untuk mengontrol gerakan tubuh yang mencakup gerakan-gerakan otot besar. Perkembangan motorik kasar dapat dilihat dari kemampuan anak untuk merangkak, berjalan, berlari, melompat, memanjat, berguling, berenang.
2) Aspek motorik halus
Aspek motorik halus adalah kemampuan anak untuk mengontrol keluwesan jemari tangan yang dapat dilihat dari kemampuan untuk menyentuh, menjumput, meraih, mencoret, melipat, memasukkan benda atau makanan ke dalam mulut.
3) Aspek kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan anak untuk memproses, menginterpretasikan dan mengkatagorikan informasi-informasi yang diperolehnya melalui panca indra. Kemampuan ini selanjutnya berkembang menjadi kemampuan berfikir logis yang selanjutnya menentukan apakah anak mampu memahami lingkungannya.
4) Kemampuan bahasa
Kemampuan bahasa adalah komunikasi untuk menyatakan perasaan dan keinginannya yaitu dengan tangisan, tertawa dan Kemampuan bahasa adalah komunikasi untuk menyatakan perasaan dan keinginannya yaitu dengan tangisan, tertawa dan
5) Aspek emosi
Aspek emosi adalah kemampuan anak untuk mengenali berbagai hal yang dirasakannya, mengekspresikan perasaan, serta kemampuan untuk mengendalikan dan mengatasi perasaannya.
6) Aspek sosial
Aspek sosial adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memberi respon pada orang lain dan berbagi.
g. Data Penunjang
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratorium serta terapi (Nursalam, 2003). Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
Langkah II: Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan (Varney, 2004).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2004).
Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah Balita An. X, umur ....... tahun, dengan imunisasi campak. Data Dasar: Data Subyektif: Adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu sistem interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2003). Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu mengatakan anaknya tidak sedang sakit. Data Obyektif: Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2003). Balita terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-tanda vital normal.
b. Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Masalah yang umum muncul pada balita dengan imunisasi campak adalah timbulnya bekas suntikan.
c. Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan melakukan analisa data (Varney, 2004). Kebutuhannya adalah menganjurkan kepada ibu untuk tidak memegang pada bekas suntikan supaya tidak terjadi infeksi karena hal tersebut normal.
Langkah III: Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2004). Diagnosa potensial pada balita dengan imunisasi campak adalah demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas, dan diare (Hidayat, 2008).
Langkah IV: Tindakan Segera Antisipasi
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah sebelumnya harus merumuskan tindakan emergency segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2004). Tindakan Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah sebelumnya harus merumuskan tindakan emergency segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2004). Tindakan
Langkah V: Rencana Tindakan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil (Nursalam, 2003). Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan balita dengan imunisasi campak adalah:
1. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya
2. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak
3. Siapkan alat vaksin campak
4. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas
5. Berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml
6. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak
7. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi
8. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai
9. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak
10. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. (Depkes, 2005)
Langkah VI: Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2003).
Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini dilakukan sepenuhnya oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim kesehatan lainnya (Depkes, 2005).
Langkah VII: Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa (Varney, 2004).
Evaluasi asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak menurut Depkes (2005) adalah:
1. Keadaan umum anak baik
2. Ibu sudah mengerti tentang pentingnya imunisasi campak
3. Suntikkan vaksin campak sudah diberikan pada pasien
4. Antipiretik sudah diberikan pada ibu untuk mengatasi demam pada pasien
5. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai
6. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak
7. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
C. Data Perkembangan
Data perkembangan menggunakan pedoman SOAP (Varney, 2004). S : Subyektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pengumpulan data melalui anamnesa.
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil Hb dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan.
A : Assement Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu lingkungan indentifikasi:
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah interpretasi data, diagnosa potensial dan intervensi.
P: Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.
D. Landasan Hukum
Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang terhadap hukum (mal praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita, landasan hukum yang digunakan di antaranya:
1. UU Kesehatan RI No. 23, 1992 pasal 15 yang berisi:
a) Bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan
jiwa pasien, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
b) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya
dapat dilakukan:
1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya,
tindakan tersebut.
2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.
3) Dengan peraturan, keluarga yang bersangkutan.
4) Pada sarana kesehatan tertentu.
Berdasarkan kasus ini maka sebagai seorang bidan harus melakukan tindakan dengan cara merujuk dan berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan suatu tindakan pemberian dosis obat yang dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 1464 MENKES PER X 2010, Pasal 11, pelayanan kesehatan anak meliputi: 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 1464 MENKES PER X 2010, Pasal 11, pelayanan kesehatan anak meliputi:
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 – 28), dan perawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c. Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah
f. Pemberian konseling dan penyuluhan
g. Pemberian surat keterangan kelahiran
h. Pemberian surat keterangan kematian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan laporan studi kasus dengan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2005).
Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2005).
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus tersebut dilaksanakan (Notoatmodjo, 2005). Dalam studi kasus ini, lokasi studi kasus dilakukan di RB Marga Waluya Surakarta.
C. Subyek Studi Kasus
Subyek studi kasus merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2005). Subyek dalam studi kasus ini dilakukan pada balita An. Q dengan imunisasi campak.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2003). Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 30 – 31 Maret 2013.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk mendapatkan data-data kasus. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan cara melakukan wawancara dan dengan format asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi campak menurut Varney dan data perkembangan dengan format SOAP (Notoatmodjo, 2005).
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:
1. Data Primer
Adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat berlangsung suatu penelitian (Nursalam, 2003).
a. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Nursalam, 2003) pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien sistematis dengan cara:
1) Inspeksi
Adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman Adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman
2) Palpasi
Palpasi suatu teknik yang menggunakan indera peraba tangan, jari, adalah suatu instrument yang sensitif yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur, turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran. Dalam hal ini palpasi dilakukan untuk mengetahui temperatur kulit, kelembaban kulit serta memastikan perut jika dicubit kembalinya lambat atau cepat.
3) Perkusi
Adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi yang bertujuan untuk mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Pada kasus ini perkusi dilakukan pemeriksaan perut untuk mengetahui perut balita kembung atau tidak.
4) Auskultasi
Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa frekuensi jantung dan untuk mengetahui bising usus.
b. Wawancara
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (Responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Face to face) (Notoatmodjo, 2005). Wawancara dilakukan oleh tenaga medis dengan orang tua dan keluarga.
c. Observasi