Ketercapaian Tugas-Tugas Perkembangan Remaja dan Pendidikan Seksual Pada Remaja

  2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6880 2337-6880 2337-6880

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Online: http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 2 Nomor 3, November 2014, Hlm 37-41 Volume 2 Nomor 3, November 2014, Hlm 37-41 Volume 2 Nomor 3, November 2014, Hlm 37-41 dan dan dan

  ISSN Online:

  ISSN Online:

  Info Artikel: Diterima 07/11/2014 Direvisi 12/11/2014 Dipublikasikan 30/11/2014

  Ikatan Konselor Indonesia (IKI)

Ketercapaian Tugas-Tug -Tugas Perkembangan Remaja dan Pendidikan Seksual P ual Pada Remaja

  Fuaddillah Putra & Ramdani Universitas Negeri Padang

  Abstract Adolescence is a transitio itional period between childhood into adulthood, or perio eriod of a years, during which time they mu must meet some development tasks. Adolescent developmen ent tasks must be

accomplished by a teenage ager. Fostering social relationships closer to same-sex an and opposite sex

friends is one of the nine de developmental tasks that must be met by teenagers. The de development task

in achieving common unde derstanding of the crisis affecting the values and morals th ls that occurred in

the community, such as the the occurrence of free sex among teenagers. The occurrence nce of free sex for

example form a misunders erstanding of the meaning of fostering social connection tions among these

teens, can be caused by a la a lack of sex education, information obtained by the teenag nagers, both from

the family environment as as well as from the environment outside the family (society iety and education

in schools). Sex educatio ation is education which is given to individuals and d discuss about

reproductive health as we well as things that can cause teens are no longer respo sponsible for the

reproductive organs. Fulfillin lfilling the development tasks that should be fulfilled by the the teens must be

accompanied by the guid idance they can get from the people around them, thus thus fulfilling the

development tasks can be in e in accordance with the values and norms that apply in a in an environment

where they do the activity o ity of life.

  Keyword: Tugas-tugas Perkemba bangan Remaja, Pendidikan Seks

  Copyright © 2014 IICE - Multika ltikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselo elor Indonesia - All Rights Reserved

  Indonesian Institute for Counselin ling and Education (IICE) Multikarya Kons PENDAHULUAN

  Manusia merupakan sala salah satu makhkuk hidup yang menjalani kehidupan d di muka bumi, hal ini merupakan salah satu bentuk ke kehebatan Sang Pencipta. Dalam menjalani kehidupan te tersebut, manusia akan menjalani kehidupan yang akan m melibatkan manusia lainnya. Istilah ini dikenal dengan “ma manusia sebagai makhluk sosial”. Dalam menjalani kehidup upan manusia akan mengalami perkembangan yang dimula ulai semenjak mereka di dalam kandungan sampai kematian tian atau ajal mendatangi mereka.

  Desmita (2006: 5) menje njelaskan bahwa perkembangan (development) adalah seran angkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus us dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan roha haniah yang dimiliki oleh manusia/individu menuju ke taha tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan an belajar. Selama masa kanak-kanak sampai menginjak re remaja, individu akan mengalami perkembangan dalam str struktur fisik dan mental, jasmaniah dan rohani sebagai cir ciri-ciri dalam memasuiki kedewasaan. Dalam menjalani ni proses perkembangan, memenuhi tugas-tugas perkemba bangannya. Apabila tugas-tugas berhasil diselesaikan den dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian n dan penerimaan dari lingkungan. Havighurst (dalam lam Ausubel, 2002: 52) menjelaskan beberapa tugas perke kembangan yang harus dipenuhi oleh para remaja, antara la lain:

  1. Remaja mampu menerima k a keadaan fisik secara positif dan mampu menjalankan per peran yang sesuai dengan jenis kelamin baik pe peran maskulin maupun peran feminim.

  2. Remaja mampu membina hu hubungan baru dengan teman sejenis maupun teman yan ang berbeda jenis kelamin.

  3. Remaja mampu mencapai pe i perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.

  4. Remaja mampu mempersiapk iapkan pernikahan dan kehidupan keluarga.

  5. Remaja mampu membangun un nilai-nilai yang sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku laku.

  Dari beberapa tugas-tug tugas perkembangan yang telah dipaparkan sebelumny nya, terdapat perbedaan pemahaman dan tidak tercapainy inya tugas-tugas perkembangan yang terjadi pada para re remaja, diantaranya ada remaja yang melakukan hubungan gan seks diluar nikah, dimana hal tersebut dapat mengakib kibatkan pernikahan yang terlalu dini atau adanya remaja w wanita yang melakukan aborsi, selanjutnya ada remaja ya yang melakukan operasi plastik dikarenakan mereaka me erasa kurang puas terhadap kondisi fisik yang sedang g mereka alami. Divana Perdana (2011: 16) menjelaskan b n beberapa hasil penelitian yang menjelaskan bahwa banyak yak sekali terjadi perilaku seksual yang tidak bertanggung ja jawab yang dilakukan oleh kaum pelajar (mahasiswa), dim imana banyak juga terjadi perilaku seks bebas di kalangan r n remaja tersebut. Selanjutnya hasil penelususran salah satu atu program reality show salah satu stasiun televisi terkemu muka di Indonesia menemukan adanya perilaku seks beba bas di kalangan siswa di salah satu Sekolah Menengah Atas tas di Indonesia. Perilaku tersebut dikenal dengan istilah “a “arisan seks”, yang mana bagi namanya yang tercabut di d i dalam arisan maka ia mendapatkan kekuasaan kepada sia siapa ia akan melakukan seks bebas terhadap anggota arisan isan yang berbeda jenis kelamin.

  Dalam menindaklanjuti k ti kondisi tersebut, pemberian pendidikan seks pada remaja aja merupakan salah satu solusi dalam mengentaskan perma masalahan-permasalahan yang dialami oleh para remaja sa saat ini. Pendidikan seks adalah mengajarkan dan memberi eri pengertian serta menjelaskan masalah-masalah yang m menyangkut seks, naluri dan perkawinan kepada anak se semenjak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami h i hal-hal mengenai seks. Selanjutnya Djiwandono (dalam m Elfanita, 2001: 9) juga menyatakan bahwa sesunggu guhnya pendidikan seks meliputi sikap, contoh pribadi i dan cara hidup. Berdasarkan penjelasan di atas dapa apat disimpulkan bahwa pendidikan seks merupakan salah lah satu upaya yang dilakukan oleh individu lain terhadap in p individu lainya (remaja) dalam menghindari mereka terha rhadap perilaku yang tidak bertanggung jawab serta keb ebersihan dan kesehatan kondisi tubuh mereka baik dari seg i segi fisik maupun psikologis.

  Sarwono (1989:190) pen pendidikan seks merupakan salah satu cara untuk meng ngurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya nya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tida tidak diharapkan seperti, kehamilan yang tidak direncanaka kan, penyakit menular seksual, depresi dan perasan berdosa osa. Penelitian Zelnik dan Kim (dalam Sarwono, 1989: 191 91) menerangkan bahwa remaja yang belum menikah da dan belum mendapatkan pendidikan seks cenderung lebih lebih tinggi persentasenya dalam melakukan hubungan n seksual di luar nikah dibandingkan remaja yang sudah ah mendapatkan pendidikan seks. Pendidikan seks merupa pakan salah satu metode penginformasian kepada remaja y a yang membahas tentang masalah pertumbuhan, perkemba bangan fisik yang sedang dilalui oleh remaja di saat masa asa perkembangan. Menurut Reiss dan Halstead (2006: 2 : 274) salah satu tujuan pendidikan seks adalah memb bantu remaja mengetahui topik-topik biologis seper erti pertumbuhan serta menimbulkan sikap emosional yan yang sehat dan bertanggung jawab terhadap seks.

  Hal senada juga dikemu ukakan oleh Gerarpeat (dalam Elfanita 2008: 18), tujuan uan dari pendidikan seks adalah membentuk sikap emosion ional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbin bing para remaja ke arah hidup yang dewasa, sehat dan b bertanggung jawab terhadap seksualnya agar anak dan n para remaja tidak lagi menganggap seks tersebut sebag agai sesuatu yang kotor dan menjijikkan. Di saat para r a remaja dan anak tidak menganggap seks tersebut sebaga agai sesuatu yang tabu dan menjijikkan mereka akan bera erani mencari informasi- informasi yang mana informasi si tersebut dapat membuat mereka memahami mana sa saja hal-hal yang dapat merugikan diri mereka, keluarga d a dan masyarakat sekitar, serta mereka dapat pula menyalu alurkan dorongan tersebut ke arah tindakan yang lebih baik. ik.

  Di masa remaja ketika a fungsi organ reproduksi dan sistem hormonal mulai b i bekerja, secara alamiah remaja menjadi sangat ingin tahu hu tentang seks. Keingintahuan mereka biasanya disalurk rkan lewat perbincangan dengan teman sebaya, mencari inf informasi dari sumber-sumber pornografi, dan mempraktekk tekkan dengan diri sendiri, pacar, teman, atau orang lain. Fen Fenomena di lapangan mengungkapkan prilaku seks yang m g memprihatinkan seperti fenomena mairil pada salah satu tu Sekolah Menengah Atas. Menurut Syarifuddin (2005) m ) mairil merupakan jenis atau aktivitas pelampiasan seksua sual dengan kelamin sejenis yang dilakukan seseorang ke ketika hasrat seksualnya sedang memuncak dan merupakan kan perilaku kasih sayang kepada seseorang yang sejenis. L . Lebih lanjut Syarifuddin (2005) memaparkan bahwa Ibara arat lokalisasi, pesantren sering dijadikan tempat untuk uk menyalurkan hasrat libido santri pada santri lain y in yang mana dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan u umumnya dilakukan di tengah malam ketika “korban” sed sedang tertidur lelap.

  Fenomena lain berkaitan itan dengan prilaku seksual yaitu remaja dan pelajar di Gang g Doli yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekola kolah menengah pertama layaknya orang dewasa pemburu s u seks entah karena nafsu atau sekedar ikut-ikutan menjadi di pelanggan PSK umur 60 tahun dengan bayaran sesanggu ggupnya, bisa seribu atau dua ribu rupiah, sebagai perwujud udan tercemarnya kejiwaan generasi muda yang terhubung d g dengan lokasi itu.

  Berdasarkan beberapa fe fenomena yang diungkapkan di atas, dapat diketahui bahw ahwa remaja dalam tahap perkembangannya terutama dalam lam menjalin hubungan sosial memiliki keterkaitan yang ng erat terhadap prilaku seksualitas dan diperlukan perhatia atian khusus guna mengontrol prilaku tersebut.

  Hasil penelitian yang d dilakukan oleh Fuaddillah Putra (2012) mengungkapk apkan bahwa pemberian pendidikan seks yang diberikan o n oleh guru BK terhadap para siswa Sekolah Menengah h Atas memiliki dampak yang positif terhadap pemahaman an mereka terhadap pendidikan seks. Hal ini terlihat dari 87 i 87.3% siswa menyatakan bahwa dengan pemberian pendidik idikan seks dapat membantu mereka dalam berperilaku d dan bersikap yang tepat dengan teman sejenis maupun b berbeda jenis kelamin di lingkungan masyarakat. Selan lanjutnya hasil penelitian Fuaddillah Putra (2013) menyim impulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan anta ntara siswa SMA X dan Pondok Pesantren Y, yang mana na pada Pondok Pesantren adanya pelarangan terjadinya ya interaksi sosial antara siswa berbeda jenis kelamin, sehi ehingga mengakibatkan ketercapaian tugas-tugas perkemba bangan siswa di Pondok Pesantren lebih rendah dibandingk gkan siswa yang berada di SMA.

  Pendidikan seks di seko ekolah dapat memberikan peran penting dalam hal pen eningkatan pengetahuan, tingkah laku dan sikap yang sesu esuai bagi para remaja. Selain itu peran masyarakat secar cara luas juga diperlukan supaya tercipta iklim pemberian ian informasi terutama mengenai pendidikan seks yang te g tepat dan sesuai untuk remaja. Muhammad Nur Abdul ul Hafizh (1995) mengemukakan bahwa materi pendid didikan seks yang dapat diberikan kepada remaja antara lain lain sebagai berikut : 1. Membiasakan anak menu nundukkan pandangan mata dan menutup aurat.

  2. Membiasakan anak untuk tuk meminta izin ketika masuk ke kamar orang tua.

  3. Memisahkan tempat tidur tidur anak dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin.

  4. Larangan tidur bertelungk ngkup.

  5. Menjauhkan anak dari pe i perbuatan zina Selanjutnya, Sinta Ratna tna Dewi (1998) memaparkan materi yang dapat diberika ikan dalam pelaksanaaan pendidikan seks yaitu :

  1. Perkembangan seksualita litas manusia, termasuk keragaman seksual 2. kesehatan reproduksi (an (anatomi sistem reproduksi, fisiologi, aborsi, kontrasepsi, i, AIDS/PMS, perawatan ibu-bayi, kekerasan seksu ksual, perilaku reproduksi) 3. perilaku seksual 4. kemampuan personal: m mempertimbangkan nilai, mengambil keputusan, mengko komunikasikan pendapat dan perasaan, beregosiasi iasi

  5. Faktor agama, sos-bud (te (terrnasuk gender) dalam masalah seksualitas

  6. Hubungan antar manusia sia meliputi: hubungan dengan orangtua, pacaran, dll Lebih lanjut dipaparkan b n beberapa poin-poin dari topik / materi penting yang secara ara umum perlu diketahui anak, yang perlu disampaikan dala alam sex education : (diunduh dari Edukasi Seks Sejak Dini ini), yaitu :

  1. Mengenalkan Perbedaan an lawan Jenis Jelaskan bahwa a Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan yang me memiliki perbedaan jenis kelamin. Hal ini yang me menyebabkan beberapa hal menjadi berbeda, seperti cara be berpakaian, gaya rambut, cara buang air kecil. T Terangkan bahwa anak laki-laki jika sudah besar akan kan jadi ayah dan anak perempuan akan menja jadi ibu. Tugas utama ayah adalah mencari nafkah, , walaupun harus tetap memperhatikan keluarga. ga. Adapun tugas utama ibu adalah mengatur rumah tangga ga dan keluarga. Namun, tidak menutup kemungk ngkinan seorang ibu membantu ayah dalam mencukup upi kebutuhan. Dengan demikian, anak bisa mem emahami peran jenis kelamin dengan baik dan benar.

  2. Memperkenalkan Organ Se n Seks Caranya cukup up mudah, misalnya dengan menggunakan boneka a ataupun ketika mandi.

  Perkenalkan anak secara ra singkat organ tubuh yang dimiliki, seperti rambut, kepa epala, tangan, kaki, perut, serta jangan lupa penis da is dan vagina. Terangkan juga fungsi dari anggota tubuh dan dan cara pemeliharaannya agar terhindar dari kuman an penyakit.

  3. Menghindari Anak Dari K ri Kemungkinan Pelecehan Seksual Tegaskan pada da anak bahwa alat kelamin tidak boleh dipertontonkan kan secara sembarangan.

  Tumbuhkan rasa malu p pada anak, misalnya ketiika keluar dari kamar mandi h i hendaknya mengenakan pakaian atau handuk pen enutup. Selain itu, jika ada yang menyentuhnya, segera la laporkan pada orang tua atau guru di sekolah. Ana nak boleh teriak sekeras-kerasnya dalam hal ini untuk melin elindungi dirinya.

  4. Informasikan Tentang As Asal-Usul Anak Untuk anak usia usia prasekolah, bisa diterangkan bahwa anak berasal da dari perut ibu, misalnya sambil menunjuk perut ib t ibu atau pada ibu yang sedang hamil. Sejalan dengan usia, ia, anak boleh diterangkan bahwa seorang anak bera erasal dari sel telur ibu yang dibuahi oleh sperma yang beras rasal dari ayah. Tekankan bahwa pembuahan boleh leh atau bisa dilakukan setelah wanita dan pria menikah.

  5. Persiapan Menghadapi M i Masa Pubertas Informasikan b bahwa seiring bertambahnya usia, anak akan meng ngalami perubahan dan perkembangan. Perubaha han yang jelas terlihat adalah ketika memasuki masa pube ubertas. Anak perempuan akan mengalami menstru truasi/haid, sedangkan anak laki-laki mengalami mimpi ba i basah. Hal ini menandai juga perubahan pada ben entuk tubuh dan kualitas, misalnya bagian dada yang mem embesar pada wanita dan suara yang memberat pad ada seorang pria.

  Materi pendidikan seks ks hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan tahap ap perkembangan anak. Masalah materi pendidikan seks s memang tidak mudah, bahkan sulit sekali menangkap s p secara kongkrit. Pernah sebuah buku mencoba menjelaska skan tentang hal-hal yang berhubungan dengan seks dilen ilengkapi dengan gambar- gambar organ tubuh manusia ditar itarik dari peredaran karena dianggap akan merusak mental k tal kaum muda

  PENUTUP

  pemberian pendidikan seks kepad pada remaja dapat membantu mereka dalam menghindari ari perilaku seksual yang tidak sesuai dengan norma-norm rma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Selanjutn jutnya dengan pemberian pendidikan seks pada remaja juga ga dapat menghindari mereka dalam salah memahami tuga ugas-tugas perkembangan yang harus mereka penuhi, salah lah satunya adalah mampu membina hubungan yang lebih lebih dekat dengan teman sejenis dan lawan jenis, dalam tug tugas-tugas perkembangan tersebut para remaja diminta untu untuk membina hubungan yang lebih dekat dengan teman an sejenis dan lawan jenis dengan arti bahwa mereka a hanya mengenali dan memahami karakteristik-karakteris teristik dari lawan jenisnya di saat mengelami pertumbuh uhan dan perkembangan pada masa remaja.

  DAFTAR PUSTAKA Ausubel, D. P. (2002). Theory and and Problems of Adolescent Development (3 rd. ed) . Lincoln oln: Universe.

  Desmita. (2008). Psikologi Perkem kembangan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya Divana Perdana. (2011). Dugem “E “Ekspresi Cinta Seks dan Jati Diri . Jogjakarta: Laksana Elfanita. (2008). Pendapat Orang ng Tua Tentang Pendidikan Seks Pada Remaja Dalam Kelu Keluarga . Skripsi.Padang:

  FIP UNP Fuaddillah Putra. (2012). Pendap apat Siswa terhadap Pendidikan Seks yang Diberikan ole oleh Guru BK . FIP UNP.

  Skripsi. Tidak Diterbitkan. n. FIP UNP.

  Fuaddillah Putra. (2013). Perbeda edaan Ketercapaian Tugas-Tugas Perkembangan Siswa SMA SMA dan Siswa Pondok Pesantren . FIP UNP. Tesis sis. Tidak Diterbitkan. FIP UNP. Nur Abdul Hafizh. (1995). Mendid didik Anak Bersama Rasulullah . Bandung : Al Bayan. Reis & Halstead. (2006). Pendidik . Yogyakarta: Alenia Pers

  idikan seks

  Ruang liputan Media. (2014). Edukasi Seks Sejak Dini . Dip ipublikasikan online: (http://www.frisianflag.com om/id/ruang-media/liputan-media/4670-edukasi-seks-sejak- ak-dinfi)

  Sarwono, Sarlito, Wirawan. (1987 87). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Sinta Ratna Dewi . (1998). Mana Manager Proyek Sahabat Remaja PKBI DIY . Dipublikasikan an online: (www. diskusi terbatas Pendidikan seks un untuk remaja, diakses 27 Februari 2014) Syarifuddin. (2005). Sepenggal Kis . Jogjakarta: P.Idea.

  l Kisah Biru di Pesantren