PERANCANGAN KAMPANYE IKLAN LAYANAN MASYARAKAT UNTUK MENYOSIALISASIKAN DAMPAK BAHAYA ZAT PENGAWET PADA MAKANAN

PERANCANGAN KAMPANYE IKLAN LAYANAN MASYARAKAT UNTUK MENYOSIALISASIKAN DAMPAK BAHAYA ZAT PENGAWET PADA MAKANAN

Diajukan untuk menempuh Tugas Akhir Guna mencapai gelar Sarjana Seni Rupa

Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Disusun Oleh : ADITYA DONY SURYAWAN C0706005

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Untuk Tuhan, Keluarga, dan Teman-teman.

“Takut akan TUHAN adalah dasar dari segala ilmu pengetahuan”

Salam sejahtera.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan konsep tugas akhir yang berjudul Perancangan Kampanye Iklan Layanan Masyarakat untuk Menyosialisasikan Bahaya Zat Pengawet Pada Makanan.

Dalam proses penyusunan konsep tugas akhir ini, penulis memperoleh banyak sekali petunjuk, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa.M.Ed.P.hD selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

2. Drs. M. Suharto. M.Sn selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual

3. Drs. Bedjo Riyanto, M.Hum selaku Pembimbing I

4. Ercilia Rini Octavia, S.Sn selaku Pembimbing II

5. Bambang Purwadi, S.IP selaku staff bidang akademik Jurusan Desain Komunikasi Visual.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan konsep tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan banyak hal yang harus penulis pelajari. Oleh karena itu penulis sangat mengharap adanya saran dan kritik yang membangun dan dapat membuat lebih baik. Akhirnya penulis berharap bahwa apa yang telah penulis susun dapat memberi manfaat yang baik bagi siapa saja yang membaca.

Surakarta, 15 Juli 2011 Penulis,

Aditya Dony Suryawan

Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………

i HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………

ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….

iii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..

iv HALAMAN MOTTO……………………………………………………..

v KATA PENGANTAR…………………………………………………….

vi DAFTAR ISI………………………………………………………………

vii ABSTRAK…………………………………………………………………

BAB I

PENDAHULUAN……………………………………………..

A. Latar Belakang Masalah…………………………………….

B. Perumusan Masalah…………………………………………

C. Tujuan ………………………………………………………

D. Target Visual/Target Karya....………………………………

E. Target Audience.................................................................

F. Pengumpulan Data………………………………………….

BAB II

KAJIAN TEORI .....…………………………………………...

A. Tinjauan Kampanye .………………………………………..

1. Jenis-jenis Kampanye .……………………………………

2. Komunikasi Persuasif dalam Kampanye ……………………

3. Proses Kampanye ………………………………………...

B. Tinjauan Iklan......................................................................

C. Tinjuan Komunikasi ………….………………………………

D. Tinjauan Desain ……………………………………………...

2. Irama (Rhythm) …………………………………………..

3. Proporsi dan Skala ..........................................................

E. Tinjauan Media ……………………………………………..

F. Tinjauan Makanan ………………………………………….

27 BAB III IDENTIFIKASI DATA………………………………………..

A. Identifikasi Obyek Perancangan…………………………….

1. Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta ….……………..

2. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Surakarta ……..….

3. Struktur Organisasi ……………………..………………

4. Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Surakarta ……….

5. Strategi Komunikasi ……………………………………….

B. Komparasi (Pembanding) ………………………….………..

1. Dinas Kesehatan Kota Semarang ………………………..

2. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta …………

C. Analisis SWOT………………………………………………

1. Kekuatan (Strength)……..……………………………..…

2. Kelemahan (Weakness)…………………………………..

3. Kesempatan (Opportunity)……………………………….

4. Ancaman (Threat) ………………………………………

D. Positioning ..…………………………………………………

E. Unique Selling Prepositioning……………………………….

42 BAB IV KONSEP KREATIF DAN PERANCANGAN MEDIA………

A. Metode Perancangan…………………………………………

B. Konsep Kreatif……………………………………………….

1. Strategi Visual Verbal ……………………………………

2. Strategi Visual non Verbal ………………………………

C. Pemilihan Media dan Media Placement ………………..…...

1. Media Lini Atas ………………………………………….

2. Media Lini Bawah ……………………………………….

D. Prediksi Biaya ………………………………………………..

BAB VI PENUTUP……………………………………………………….

71

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

73

LAMPIRAN …………………………………………………………………

74

LAYANAN MASYARAKAT UNTUK MENYOSIALISASIKAN BAHAYA ZAT PENGAWET MAKANAN PADA MAKANAN

Aditya Dony Suryawan 1

Drs. Bedjo Riyanto, M.Hum 2 , Ercilia Rini Octavia, S.Sn 3

ABSTRAK

2011. Studi ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi bahaya zat pengawet pada makanan agar masyarakat sadar akan pentingnya mengkonsumsi makanan bebas zat pengawet. Studi dilakukan kepada masyarakat menengah kota Surakarta. Teknik pengambilan data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi serta observasi. Di Indonesia zat pengawet makanan berbahaya banyak sekali yang dicampurkan pada makanan dan jajanan, dan dampaknya akan sangat merugikan bagi kesehatan konsumen yang mengkonsumsi. Dampak zat pengawet berbahaya yang dicampurkan pada makanan dapat dirasakan secara langsung maupun dalam jangka waktu yang lama. Sosialisasi untuk memberikan pengetahuan kepada masyrakat dilakukan melalui perancangan media cetak, serta merchandising. Media cetak serta merchandising dinilai sebagai media sosialisasi bahaya zat pengawet pada makanan yang efektif pada masyarakat, karena media tersebut dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat di Kota Surakarta.

1 Mahasiswa Jurusan Deskomvis, dengan NIM C0706005

SOCIALIZATION OF THE PRESERVING EFFECTS IN FOODS

Aditya Dony Suryawan 1

Drs. Bedjo Riyanto, M.Hum 2 , Ercilia Rini Octavia, S.Sn 3

ABSTRACT

2011. The observation is purposed to give sosialication of preserving hazardousness to make people know that it is crucial to consuming free preserving foods. The research had done to the Surakarta marginal society. The technique of data collecting are interviews, documentations and obsevations. In Indonesia, there are many foods and snacks are given with the preserving. It is give worst effects for the consumers. The effects of the preserving can be occur directly or for a several term. The socialication for educating people has done by digital printing and merchandising. The pressing and merchandising are effective perspect for the socialication of preserving effects to the people because that media have direct interaction to the people in Surakarta.

1 Mahasiswa Jurusan Deskomvis, dengan NIM C0706005

2 Pembimbing I 3 Pembimbing II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Bagi anak-anak makanan sangat diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Makanan dapat membantu seorang dalam mendapatkan energi, untuk membantu pertumbuhan badan dan otak. Memakan makanan yang bergizi akan membantu pertumbuhan seorang anak, baik otak maupun badan. Setiap makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda. Protein, karbohidrat, lemak, dan lain-lain adalah salah satu contoh gizi yang akan didapatkan dari makanan. Setiap jenis gizi yang dikonsumsi mempunyai fungsi yang berbeda. Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang kita dapatkan sehari-hari. Salah satu contoh makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi. Protein digunakan oleh tubuh untuk membantu pertumbuhan kita, baik otak maupun tubuh kita. Lemak digunakan oleh tubuh kita sebagai cadangan makanan dan sebagai cadangan energi. Lemak akan digunakan saat tubuh kekurangan karbohidrat, dan lemak akan memecah menjadi glukosa yang sangat berguna bagi tubuh kita saat kita membutuhkan energi.

Akan tetapi dalam perkembangannya, beberapa makanan dibuat bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan tubuh seperti di atas. Namun makanan harus

memberikan kepuasan bagi penikmatnya selain itu juga keuntungan yang berlebih kepada produsennya. Agar setiap jenis makanan dapat memenuhi berbagai tuntutan tersebut, maka diproduksilah secara masal berbagai jenis makanan enak yang tidak memenuhi kandungan gizi dan sering kita sebut dengan makanan instant atau makanan siap saji. Dalam jumlah yang banyak, makanan tersebut diproduksi di pabrik-pabrik, ada sementara waktu makanan memberikan kepuasan bagi penikmatnya selain itu juga keuntungan yang berlebih kepada produsennya. Agar setiap jenis makanan dapat memenuhi berbagai tuntutan tersebut, maka diproduksilah secara masal berbagai jenis makanan enak yang tidak memenuhi kandungan gizi dan sering kita sebut dengan makanan instant atau makanan siap saji. Dalam jumlah yang banyak, makanan tersebut diproduksi di pabrik-pabrik, ada sementara waktu makanan

Suatu contoh adalah formalin dan borak. Formalin adalah larutan yang tidak berwana dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 % formaldehid dalam air. Biasanya ditambah metanol hingga 15 % sebagai pengawet. Barang ini biasa digunakan sebagai bahan perekat untuk kayu lapis dan disinfektan untuk peralatan rumah sakit serta untuk pengawet mayat. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau dan stabil pada suhu tekanan normal. Kedua zat ini sebenarnya dilarang untuk digunakan sebagai pengawet makanan. Karena sifat dari kedua zat ini sebenarnya sama yaitu, membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila desinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka zat pengawet tersebut akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya. Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak terdapat di dalam tubuh manusia

Masalahnya, sebagian bahan pengawet yang digunakan hanya untuk mengawetkan makanan, dosis formalin yang digunakan pun akan rendah. Sehingga efek samping dari mengkonsumsi makanan berformalin tidak akan dirasakan langsung oleh konsumen. Namun, dampak yang dihasilkan akan sangat berbahaya apabila bahan pengawet tersebut tetap dikonsumsi oleh konsumennya (http://www.disnakkeswan-lampung.go.id/ Mei, 2010) .

Gejala yang ditimbulkan jika formalin tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, diare, kemungkinan terjadi perdarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi, kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu, juga bisa menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal(http://www.disnakkeswanlampung.go.id/ Mei, 2010).

Bahkan untuk bersentuhan dengan bahan pengawet tersebut dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan, reaksi alergi pada kulit . Permasalahan yang timbul dan menjadi ketakutan yang besar pada masyarakat adalah makanan-makanan yang biasanya dicampur formalin tersebut sangat beredar bebas di kalangan masyarakat dianataranya mie basah, tahu, baso, ayam dan ikan serta beberapa hasil laut lainnya. Sehingga dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan makanan-makanan tersebut diam-diam akan meracuni masyarakat beserta seluruh generasi mudanya, kemudian akan memperkecil masa produktif seseorang. Sayangnya ancaman akan bahaya penggunaan zat pengawet pada makanan tersebut belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan kampaye iklan layanan masyarakat untuk menyosialisasikan bahaya zat pengawet pada makanan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut di atas maka dapat

2. Bagaimana merancang konsep kampanye yang efektif untuk mengkampanyekan bahaya zat pengawet pada makanan?

3. Bagaimana memilih media yang efektif untuk mengkampanyekan bahaya zat pengawet pada makanan?

C. Tujuan

Tujuan diadakan perancangan kampanye ini adalah :

1. Meyakinkan masyarakat tentang bahaya zat pengawet pada makanan.

2. Merancang konsep kampanye yang efektif untuk kampanye iklan layanan masyarakat untuk menyosialisasikan bahaya zat pengawet pada makanan secara visual maupun verbal.

3. Memilih media yang efektif untuk target audience kampanye iklan layanan masyarakat untuk menyosialisasikan bahaya zat pengawet pada makanan.

D. Target Visual

Target Visual dari perancangan promosi ini adalah :

1. Media Lini Atas

1) Iklan Surat Kabar

2) X-banner

3) Billboard

2. Media Lini Bawah

1) Poster

2) Spanduk

3) Pembatas buku

9) Kotak makan

10) Gantungan Kunci

E. Target Audience

1. Target Audience

1. Target Audience Primer:

a. Segmentasi Geografis

: Kota Surakarta

b. Segmentasi Demografis :

1) Jenis Kelamin

: Laki-laki dan perempuan

2) Usia

: 20-35 tahun

3) Tingkat pendidikan : SMU keatas.

4) Status sosial

: Menengah ke atas

c. Segmentasi Psikografis

Masyarakat yang berpikir makanan yang mereka konsumsi setiap hari bebas dari pengawet makanan berbahaya.

F. Pengumpulan Data

Dalam membantu keefektifan strategi kampanye dan perancangan media sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh

Mencari data dengan mewawancarai narasumber, yaitu Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan masyarakat Kota Surakarta.

2. Dokumentasi Penulis menggali informasi dari literatur-literatur, baik cetak maupun elektronik, yang memuat informasi tentang kampanye, periklanan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengawet makanan berbahaya.

3. Observasi/lokasi Mengamati proses komunikasi yang selama ini sudah dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk menanggulangi dan mencegah pengunaan zat pengawet berbahaya pada makanan.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Kampanye

Ada berbagai sebutan bagi istilah kampanye di seluruh dunia, berdasarkan Grobier Webster International Directionary orang-orang Perancis menyebutnya campagne, orang-orang Italia menyebutnya campagna, di Inggris disebut dengan campain , dan orang-orang Belanda menyebutnya dengan campagne. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi kampanye.(Santoso Sastro Poetra,1983:99)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kampanye dapat diartikan sebagai gerakan atau tindakan serentak untuk melawan, mengadakan aksi.(Anton M. Moelino, 1993:383)

Sesuai dengan Kamus Istilah Periklanan Indonesia arti kata kampanye adalah rencana kegiatan komunikasi pemasaran yang berkesinambungan dan dilaksanakan berdasarkan suatu jadwal yang menunjukan peran satu atau berbagai media (Nuradi, 1996:28).

Drs. Santoso Sastro Poetra menyimpulkan tentang pengertian kampanye sebagai berikut Kampanye adalah suatu kegiatan yang memuncak dalam satu jangka waktu tertentu dalam rangka mempengaruhi sesuatu pihak.(Santoso Sastro Poetra,1983:100)

Rosady Ruslan dalam bukunya yang berjudul Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations , menyimpulkan bahwa kampanye terdiri dari;

1) aktifitas proses komunikasi kampanye untuk mempengaruhi khalayak

tertentu, 2) terdapat berbagai kegiatan untuk membujuk dan memotivasi khalayak untuk berpatisipasi, 3) ingin menciptakan efek atau dampak tertentu seperti yang tertentu, 2) terdapat berbagai kegiatan untuk membujuk dan memotivasi khalayak untuk berpatisipasi, 3) ingin menciptakan efek atau dampak tertentu seperti yang

1. Jenis-jenis Kampanye

Banyak jenis kampanye yang telah dilakukan oleh pemerintah, perusahaan swasta, dan organisasi lainnya, semua itu memilliki tujuan dan sasaran tertentu. Menurut Carles U. Larson (dalam bukunya: Persuation, Reception and Responsibility. 1992.California: Wardsworth Publishing Co) yang dikutip oleh Rusady Ruslan, membagi jenis-jenis kampanye kegiatan menjual produk, kandidat dan ide atau gagasan perubahan sosial, yaitu sebagai berikut;

a. Product – Oriented Campaigns Kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial kampanye promosi pemasaran suatu peluncuran produk yang baru. Misalnya peluncuran provider-seluler Flexi-Telkom, pergantian nama National ke Panasonic, perubahan logo baru BNI-46 dan Bank Danamon dan sebagainya

b. Candidate – Oriented Campaigns Kegiatan kampanye yang berorientasi bagi calon (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik (political campaign), dan misalnya kampanye pemilu, untuk kampanye caleg (calon legislative atau anggota DPR/MPR), serta kampanye pilpres – capres dan cawapres (pemilihan calon presiden dan wakil presiden) hingga jabatan public lainnya yang berupaya meraih dukungan yang sebanyak-banyaknya dari masyarakat melalui kampanye politik.

c. Ideological or Cause – Oriented Campaigns Jenis kampanye ini memiliki tujuan bersifat khusus dan berdimensi perubahan sosial (social change campaign), misalnya kegiatan kampanye yang bersifat nonkomersial, anti HIV/AIDS, anti narkoba, program keluarga berencana nasional (KBN), kampanye pelestarian lingkungan alam dan hidup, dan lain sebagainya. (Rusady Ruslan,2005;25) Perancangan

Masyarakat untuk

Menyosialisasikan Bahaya Zat Pengawet Pada Makanan yang akan dilakukan ini termasuk dalam jenis kampanye yang ketiga yaitu jenis Ideological Cause – Oriented campaign karena kampanye yang akan dilakukan sifatnya sosial untuk masyarakat.

2. Komunikasi Persuasif dalam Kampanye

Komunikasi dalam kampanye Bahaya Zat Pengawet Pada Makanan ini bersifat informatif yaitu kampanye ini memberikan suatu pengertian, informasi, atau pengetahuan tentang bahaya mengkonsumsi makanan berpengawet pada manusia. Menurut Michael Pfau dan Roxanne Parrot “Campaign are incherently persuasive communication activities” yang artinya dengan demikian aktivitas kampanye tersebut selalu melekat dengan kegiatan komunikasi persuasif. (Rusady Ruslan, 2005:26)

Lebih lanjut Rusady Ruslan, memberikan kesimpulan dari pengertian kampanye melalui komunikasi persuasif “Bahwa tindakan persuasif yang pada prinsipnya dalam proses komunikasi adalah bertujuan untuk mengubah atau ingin memperteguhan sikap, pandangan, kepercayaan dan perilaku masyarakat secara

(Rusady Ruslan, 2005:27) Dampak komunikasi yang dihasilkan dari proses kampanye adalah sebagai berikut:

a. Dampak Kognitif : komunikan atau sasaran kampanye menjadi bertambah pengetahuannya sehingga pola pikirnya berubah ke arah yang positif.

b. Dampak Afektif : komunikan tidak hanya bertambah pengetahuannya tetapi juga bergerak hatinya atau tumbuh perasaan tertentu untuk bereaksi secara positif untuk menanggapi pesan komunikasi yang telah disampaikan.

c. Dampak Behavioral : setelah komunikan bergerak hatinya, komunikan mau melakukan suatu tindakan, perilaku, atau kegiatan sebagai tanggapan dari proses komunikasi yang dilakukan dalam kampanye.

3. Proses Kampanye

Proses pembuatan dan pelaksanaan kampanye tidak berbeda dengan memasarkan iklan biasa. Sebelum dibuat perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah serta pemilihan kelompok sasaran.

b. Kelompok ini dianalisis kebutuhannya, suasana psikologis dan sosiologis yang melingkupinya, bahasanya, jalan pikirannya, serta simbol-simbol yang dekat dengannya.

c. Menentukan tujuan khusus kampanye tentang apa yang diharapkan dicapai dalam kampanye tersebut. Tujuan menyangkut penambahan jumlah yang c. Menentukan tujuan khusus kampanye tentang apa yang diharapkan dicapai dalam kampanye tersebut. Tujuan menyangkut penambahan jumlah yang

d. Menentukan tema kampanye. Tema kampanye adalah topik pokok yang ingin dituju oleh kampanye. Suatu tema kampanye harus berpusat pada topik atau dimensi program yang sangat penting bagi target audien. Penelitian pasar sering digunakan untuk mengidentifikasi topik atau dimensi ini.

e. Menentukan anggaran kampanye yang diperlukan untuk suatu kampanye selama satu periode tertentu.

f. Perencanaan media yang meliputi tiga hal:

1) Identifikasi media yang ada dan tersedia.

2) Memilih media yang cocok dan dapat digunakan.

3) Menetukan waktu dan frekuensi penyiaran.

g. Menciptakan pesan-pesan kampanye. Komponen-komponen kampanye yang meliputi headline, sub headline, body copy, art work, dan tanda atau logo yang secara bersama-sama menarik dan memelihara perhatian sasaran.

h. Menilai keberhasilan kampanye tersebut melalui serangkaian evaluasi. Evaluasi dilakukan sebelum, selama, dan sesudah kampanye dilakukan.

( Rhenald Kasali,1992;206)

B. Tinjauan Iklan

Dalam buku yang berjudul Advertising karya Gene Reichert menulis bahwa Webster mendefinisikan iklan sebagai setiap bentuk pemberitahuan kepada Dalam buku yang berjudul Advertising karya Gene Reichert menulis bahwa Webster mendefinisikan iklan sebagai setiap bentuk pemberitahuan kepada

Kemudian Rosser Reeves, mendefinisikan iklan adalah seni untuk memberikan pesan penjualan yang khas ke dalam benak kebanyakan orang dengan kemungkinan biaya yang serendah-rendahnya. (1988;06)

Iklan atau dalam bahasa Inggris advertisment adalah suatu bentuk komunikasi massa komersial yang dirancang untuk mempromosikan pemasaran suatu produk atau jasa, maupun pesan dari suatu lembaga atau orang. Pemanfaatan iklan secara besar-besaran baru muncul sejak abad 20-an. Menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia arti kata iklan adalah pesan komunikasi di media yang pemasangannya dilakukan atas pembayaran.(Anton M. Moelino, 1993:383)

Beberapa fungsi periklanan antara lain sebagai berikut:

1. Memberikan Informasi Melalui iklan dapat menceritakan lebih banyak tentang informasi dari suatu produk yang ditawarkan, apapun yang memiliki kegunaan bagi konsumen. Digunakan untuk memberitahu konsumen tentang penyediaan produk tertentu dan pada lokasi tertentu pula.

2. Membujuk atau mempengaruhi Iklan yang bersifat membujuk terutama pada pembeli potensial dengan selalu mengatakan bahwa produknya adalah lebih baik daripada produk lain. Iklan ini lebih tepat dipasang pada media televisi atau majalah.

Dari sebuah Iklan yang dipasang pada media manapun memiliki kesan tertentu bagi konsumen mengenai apayang diiklankan. Pihak pemasangan iklan selalu berusaha menampakkan kesan yang sebaik-baiknya.

4. Memuaskan keinginan Sebelum calon konsumen memutuskan untuk menetapkan pilihan produk, kadang-kadang mereka ingin diberitahu terlebih dahulu sehingga mereka mengharapkan pembelian itu memuaskan.

5. Merupakan Alat Komunikasi Periklanan merupakan suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli. Komunikasi akan menunjukkan cara yang paling efisien untuk mengadakan pertukaran sehingga dapat memenuhi keinginan kedua belah pihak. Sedangkan sesuai dengan isi pesan dari sebuah iklan, iklan terbagi menjadi

dua. Commercial advertisement (iklan niaga) dan public service advertisement (iklan layanan masyarakat).

Dalam Kamus Istilah Periklanan Indonesia Commercial advertisement (iklan niaga) diartikan sebagai iklan-iklan yang mempromosikan barang, jasa, atau tuangan ide untuk sebuah usaha dengan harapan dapat meraih keuntungan.

Public service advertisement (iklan layanan masyarakat) adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh suatu organisasi komersial maupun nonkomersial (sering juga oleh pemerintah) untuk mencapai tujuan sosial atau sosio-ekonomis (terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat)

Komunikasi Visual FSR ISI Jogjakarta tahun 2007, iklan layanan masyarakat merupakan iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial yang dimaksud untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus dihadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan umum.

Menurut Ad Council, suatu dewan periklanan di Amerika Serikat yang mempelopori Public service advertisement (iklan Layanan Masyarakat), menyatakan bahwa iklan layanan masyarakat memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Non komersial

b. Tidak bersifat keagamaan

c. Non politik

d. Berwawasan nasional

e. Diperuntukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima masyarakat

f. Dapat diiklankan Memiliki dampak kepentingan tinggi sehingga patut mendapat dukungan media lokal maupun nasional (Rhenald Kasali, 1992 : 202).

Selain itu iklan layanan masyarakat biasanya didefinisikan sebagai iklan yang melayani ketertarikan atau keinginan masyarakat. Tujuan dari iklan ini adalah mendidik dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap masalah sosial yang signifikan, di mana menyampaikan pesan moral kepada masyarakat untuk memberi peringatan, menyadarkan atau bahkan mengubah kebiasaan buruk untuk menciptakan lingkungan kehidupan yang lebih baik.

C. Tinjauan Komunikasi

Dalam perancangan iklan layanan masyarakat tidak lepas dari apa yang disebut sebagai komunikasi. Perkataan komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, yang menurut Kamus Latin-Indonesia karya Drs. K. Prent C.M., DRs. J. Adisubrata, dan W.J.S. Poerwadarminta, berarti pemberitahuan. Perkataan communicatio tersebut bersumber pada kata communis yang berarti sama. Yang dimaksudkan dengan sama di sini adalah sama arti atau sama makna. Suatu pemberitahuan akan membuat seorang menjadi tahu jika terdapat kesamaan arti antara dia dengan orang yang memberitahu.

Dalam buku Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis menulis bahwa Bernard Berelson dan Gary A. Stainer dalam karyanya, Human Behavior, mendefinisikan komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan mengunakan lambang-lambang, kata-kata, gambar bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyampaianlah yang biasanya dinamakan komunikasi.(Bernard Berelson dan Gary A, 1986;62)

Gerald A. Miller dalam karyanya, berjudul On Definding Comunication: Another Stab, menyatakan sebagai berikut. Pada pokoknya komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, di mana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu pesan kepada seorang atau sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi perilakunya. (Gerald A. Miller, 1966)

Sebenarnya pendapat Miller yang dipublikasikan dalam Journal of Comunication terbitan tahun 1966 tersebut adalah modifikasi dari pernyataan Carl

I Hovland, yang mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana seorang

mengubah prilaku orang lain atau komunikan. Dalam hal ini tampak perlunya pengetahuan komunikator tentang frame of reference dan field of experience dari komunikannya, agar dapat diadakannya bidang pertemuan sehingga tercapailah overlapping of interest pada komunikan dengan komunikator. Inilah persuasi dalam arti semurni-murninya, yaitu dengan menggunakan informasi tentang situasi phsycologist dan sosiologis serta kebudayaan dari komunikan untuk mempengaruhinya dan mencapai perwujudan dari apa yang diinginkan oleh message. Tanpa pengetahuan situasi demikian, maka pesan dan kegiatan komunikasi akan berhasil sedikit atau sama sekali akan gagal (Phil Astrid S. Susanto, 1974 : 17).

Sasaran bagi komunikasi dalam periklanan adalah menetapkan apa yang harus dilakukan oleh program iklan dengan caranya sendiri. Itu biasanya berupa dampak tertentu pada khalayak yang dipilih menjadi sasaran iklan seperti :

1. Menumbuhkan kesadaran

2. Menimbulkan permintaan

3. Menumbuhkan pendapat yang sesuai Salah satu proses komunikasi paling popular dalam dunia periklanan adalah proses komunikasi dengan menggunakan model AIDCA suatu model proses komunikasi yang dikembangkan pada sekitar dasawarsa 1920-an, yaitu :

1. Perhatian (Attention) Yaitu suatu iklan dengan segala bentuk kreatifitasnya harus mampu menarik perhatian bagi khalayak.

Setelah mendapatkan perhatian dari calon konsumen, maka bagaimana agar mereka berminat dan ingin tahu lebih lanjut.

3. Keinginan (Desire) Iklan tersebut harus dapat menggerakkan keinginan calon konsumen untuk menggunakan dan menikmati produk yang diinginkan.

4. Rasa Percaya (Conviction) Untuk menimbulkan rasa percaya pada diri konsumen, maka suatu iklan dapat didukung oleh suatu kegiatan pembuktian.

5. Tindakan (Action) Tahap ini merupakan upaya terakhir untuk membujuk calon konsumen agar sesegera mungkin melakukan tindakan yang diharapkan (Rhenald Kasali, 1996 : 53).

D. Tinjauan Desain

Desain secara mendasar adalah usaha sadar manusia menampilkan penataan secara bermakna. Arti menurut kamus Indonesia-Inggris kata design berarti potongan, model, pola, mode, tujuan dan rencana (John M. Echols,1975;177). Sedangkan design dalam kamus Webster berarti gagasan awal, rancangan, perencanaan, pola, susunan, rencana, proyek, hasil yang tepat, produksi, memuat, mencipta, menyiapkan, menyusun, meningkatkan, pikiran, maksud, dan kejelasan. Sehingga dapat dilihat bahwa garis pemikiran kamus Webster jauh lebih lengkap dibandingkan dengan Echols. Desain menurut pandangan dunia modern tidak bisa lepas dari dunia gagas (ide) manusia, yaitu unsur rasio ( logika, akal, perhitungan, Desain secara mendasar adalah usaha sadar manusia menampilkan penataan secara bermakna. Arti menurut kamus Indonesia-Inggris kata design berarti potongan, model, pola, mode, tujuan dan rencana (John M. Echols,1975;177). Sedangkan design dalam kamus Webster berarti gagasan awal, rancangan, perencanaan, pola, susunan, rencana, proyek, hasil yang tepat, produksi, memuat, mencipta, menyiapkan, menyusun, meningkatkan, pikiran, maksud, dan kejelasan. Sehingga dapat dilihat bahwa garis pemikiran kamus Webster jauh lebih lengkap dibandingkan dengan Echols. Desain menurut pandangan dunia modern tidak bisa lepas dari dunia gagas (ide) manusia, yaitu unsur rasio ( logika, akal, perhitungan,

Dilihat dari pengertiannya kegiatan ini telah dilakukan sejak manusia purba, artinya manusia purba memerlukan piranti untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga mereka telah terlibat dalam kegiatan mendesain. Dalam perkembangannya desain mengalami perubahan definisi dan pengertiannya. Hal ini dikarenakan pola pikir, filsafat yang terus berkembang di dalam masyarakat. Diawali dengan pemikiran sistematis dengan landasan pemikiran ilmiah (sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan), lalu diwujudkan dengan gambar, dibuat modelnya kemudian dievaluasi, setelah dipandang baik baru diproduksi. Dunia desain terus mengalami perkembangan seperti arsitektur, teknik mesin, infrastruktur , dan seni rupa. Dalam kesenirupaan bidang desain terbagi lagi menjadi desain interior, desain grafis, desain tekstil dan desain produk. Seperti bidang desain yang lain desain komunikasi visual mempunyai patokan atau prinsip dalam menciptakan desainnya. Prinsip ini digunakan agar desain yang diciptakan mencapai totalitas estetika, ergonomi, efektifitas dan efisien.

Prinsip dasar desain yang digunakan untuk menciptakan sebuah desain adalah sebagai berikut ;

Keseimbangan, yaitu nilai timbang yang sama beratnya. Adalah mendasar sekali bahwa suatu komposisi desain harus menampilkan keseimbangan unsur-unsur pembentukannya. Ada tiga jenis keseimbangan dalam desain:

a. Keseimbangan simetris; keseimbangan ini dicapai dengan membalikan bentuk dengan batas poros tertentu, seperti manusia, hewan, kapal terbang, mobil dan lain sebagainya. Komponen desain seakan di cerminkan pada garis sumbu khayal. Keseimbangan ini memiliki kesan statis, agung, formal, tenang, tradisional atau kuno bahkan terkadang terkesan membosankan.

b. Keseimbangan asimetris; keseimbangan ini terwujud dengan pengaturan bentuk yang berbeda besar, warna, beratnya dalam kedudukan yang berlawanan. Keseimbangan ini terkesan dinamis, riang, modern, informal menarik dan berani.

c. Keseimbangan radial, dalam keseimbangan ini arah perhatian akan terarah pada bagian tengah, kesan yang ditampilkan seperti ada pancaran dari tengah lingkaran, mudah ditangkap mata karena seakan diarahkan fokus ke titik pusat lingkaran.

Apapun jenis keseimbangan yang digunakan, desain yang diciptakan diharapkan menjadi komposisi yang utuh.

2. Irama (Rhythm) Irama yaitu pengulangan unsur-unsur desain pembentukannya. Irama dibentuk dengan menempatkan unsur pembentukannya secara berkesinambungan 2. Irama (Rhythm) Irama yaitu pengulangan unsur-unsur desain pembentukannya. Irama dibentuk dengan menempatkan unsur pembentukannya secara berkesinambungan

a. Reguler adalah pengulangan komponen grafis dengan jarak dan bentuk yang sama. Biasa dipakai dalam desain border atau bingkai, ubin lantai, kertas kado dan motif fashion.

b. Mengalir (flowing) adalah pengulangan bentuk seakan menciptakan kesan bergerak, dinamis, dan mengalir. Pengulangan ini biasa digunakan untuk animasi.

c. Progresif / Gradual adalah pegulangan yang terdapat peralihan antar stepnya, sehingga menimbulkan kesan berproses sedikit demi sedikit. Dalam animasi disebut morphing. Sebagai contoh gambar kotak berubah menjadi lingkaran secara bertahap, gradasi warna dan lainnya.

3. Proporsi dan Skala Proporsi atau sering disebut perbandingan adalah suatu acuan yang digunakan dalam merancang, meliputi masalah panjang-pendek, besar-kecil, berat-ringan untuk mencapai suatu kesatuan bentuk yang utuh.

Hal ini berkenaan dengan jenis ukuran huruf yang digunakan untuk lebarnya desain; makin lebar desain (atau ukuran) makin besar ukuran huruf yang harus digunakan, dan demikian pula sebaliknya. Suatu komposisi desain yang memiliki ruang yang sempit (kecil) memerlukan jenis huruf yang lebih kecil pula, tetapi suatu media yang lebar (besar) memerlukan jenis huruf yang lebih besar. Jika terjadi perubahan proporsi sering terlihat distorsi. Sedangkan Skala adalah perubahan ukuran tanpa perubahan perbandingan ukuran panjang, lebar atau Hal ini berkenaan dengan jenis ukuran huruf yang digunakan untuk lebarnya desain; makin lebar desain (atau ukuran) makin besar ukuran huruf yang harus digunakan, dan demikian pula sebaliknya. Suatu komposisi desain yang memiliki ruang yang sempit (kecil) memerlukan jenis huruf yang lebih kecil pula, tetapi suatu media yang lebar (besar) memerlukan jenis huruf yang lebih besar. Jika terjadi perubahan proporsi sering terlihat distorsi. Sedangkan Skala adalah perubahan ukuran tanpa perubahan perbandingan ukuran panjang, lebar atau

4. Fokus (pusat perhatian) Merupakan suatu pandangan yang terarahkan kepada sesuatu titik yang terpusat, fokus tidak selamanya berada di tengah. Ada beberapa jenis fokus atau pusat perhatian dalam pembuatan suatu desain:

a. Hirarki Tidak semua komponen grafis sama pentingnya, audien harus fokuskan atau diarahkan pada satu titik. Ada beberapa tahap fokus, mulai dari yang terpenting (dominant), pendukung (sub-dominant) dan pelengkap (sub-ordinat).

1) Dominant adalah objek yang paling ,menonjol dan paling menarik.

2) Sub-dominant adalah objek yang mendukung penampilan dari

objek dominant.

3) Sub-ordinat adalah objek yang kurang menonjol bahkan tertindih oleh objek dominant dan sub-dominant, sebagai contohnya adalah background.

b. Kontras Kontras adalah penekanan karena adanya perbedaan drastis atau konflik pada komponen desain. Sebagai contohnya kontras warna hitam dan warna putih, kontras garis tebal dan tipis, kontras huruf yang berukuran besar dan kecil.

Kesatuan /Unity, yaitu keutuhan suatu komposisi yang terdiri dari berbagai unsur yang berbeda. Kesatuan dalam komposisi merupakan hal yang penting dalam desain, tidak ada unsur yang tidak berguna, tidak ada unsur yang saling mengganggu, tidak kurang dan tidak lebih, saling melengkapi, tidak cacat dan sempurna.

Semua bagian suatu komposisi desain harus menyatu guna membentuk keseluruhan desain. Kesatuan bagian komposisi ini dapat dikacaukan oleh suatu batasan yang mengganggu, terlalu banyak jenis huruf yang berbeda dan berlawanan, warna yang distribusikan berlawanan dengan sembarangan, unsur- unsur yang kurang proporsional, atau komposisi yang semarak dengan bagian- bagian yang membingungkan. Untuk mendapatkan desain yang utuh, bisa dipakai pendekatan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Kedekatan dan penutup (closure) Objek-objek saling didekatkan sehingga membentuk sebuah kesatuan, yang dapat menjadi daya tarik bagi orang yang melihatnya

b) Kesinambungan (continuity) Dengan gambar yang berkesinambungan,dan terarah, mata audien akan bisa diarahkan pada objek tertentu. Dengan perspektif dan garis bantu yang akan membantu untuk mengarahkan mata menuju objek lain.

c) Kesamaan (similarity) dan Konsisten (consistency) Objek dengan bentuk, ukuran, proporsi, warna yang sama cenderung terlihat sebagai sebuah kesatuan.

Seperti dalam tulisan dalam mengetik, sebuah desain juga bisa dibuat dengan rata kanan, rata kiri, atau rata tengah (center). Hal ini akan memberi kesan desain yang rapi dan mudah dibaca. (Hendi Hendratman,2006:37)

Dalam sebuah desain yang paling penting adalah bagaimana desain itu bisa menarik perhatian dari audien sehingga audien mengerti pesan yang disampaikan dari desain tersebut. Penerapan prinsip-prinsip desain seperti yang telah disampikan di atas, dapat membantu dalam membuat sebuah desain yang menarik. Tetapi dalam perkembangannya sekarang ada suatu pendekatan lain yang bisa dipakai dalam mendesain yaitu pendekatan ‘melewati batas atau menabrak batas’. Agar sebuah desain menarik perhatian, sebuah desain sengaja dibuat bertabrakan, berpotongan pada batas yang ada. (Hendi Hendratman, 2006:38)

E. Tinjauan Media

Dalam Kamus Istilah Periklanan Indonesia menyatakan media iklan adalah sarana komunikasi massa yang menyediakan beberapa bentuk periklanan. Misalnya penerbitan pers, televisi, radio, dan media lain. Selain itu juga sarana lain yang dirancang khusus untuk tujuan periklanan. Misalnya pos langsung (direct mail), pameran, penempelan poster, katalog, dan publikasi tercetak lainnya.

Media adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan pengiklan kepada konsumen dalam bentuk cetak maupun audio visual. Media yang Media adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan pengiklan kepada konsumen dalam bentuk cetak maupun audio visual. Media yang

1. Mengidentifikasikan media yang paling baik di dalam pencapaian khalayak sasaran.

2. Memanfaatkan keberadaan mereka semaksimal mungkin.

3. Memastikan agar anggaran yang dialokasikan mendatangkan keuntungan yang paling besar dan dinilai paling tinggi.

Pemilihan media ini akan bergantung pada produknya dan kebutuhan iklan. Sehingga untuk media iklan yang paling efektif kita memerlukan media yang memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: 1) mampu mencapai target selengkap mungkin,2) mampu menyampaikan pesan sejelas-jelasnya, 3) mampu menyampaikan pesan secara ekonomis dalam batas-batas anggaran yang dimungkinkan, 4) mampu berkomunikasi dalam suasana yang cocok antara produk dan khalayaknya. (AD Farbey, 1997 : 41).

F. Tinjauan Makanan

Masyarakat Indonesia dewasa ini cukup berkembang pesat dalam hampir semua aspeknya, terutama persaingan dalam hal produk makanan, ternyata disertai pula dengan banyaknya anggota masyarakat yang masih berada di dalam kondisi di mana cukup banyak yang belum mengetahui, mengerti, dan memahami dengan baik makanan yang anak-anak konsumsi setiap hari, karena anak-anak adalah sumber daya manusia baru yang nantinya akan banyak berpengaruh bagi Indonesia. Maka sangatlah penting untuk menghindarkan anak-anak dari zat Masyarakat Indonesia dewasa ini cukup berkembang pesat dalam hampir semua aspeknya, terutama persaingan dalam hal produk makanan, ternyata disertai pula dengan banyaknya anggota masyarakat yang masih berada di dalam kondisi di mana cukup banyak yang belum mengetahui, mengerti, dan memahami dengan baik makanan yang anak-anak konsumsi setiap hari, karena anak-anak adalah sumber daya manusia baru yang nantinya akan banyak berpengaruh bagi Indonesia. Maka sangatlah penting untuk menghindarkan anak-anak dari zat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia makanan diartikan sebagai segala sesuatu yang boleh dimakan seperti penganan, lauk pauk, kue. Atau segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh , memberi tenaga, atau mengatur semua proses dalam tubuh.

Tapi dalam perkembangannya banyak penjual jajanan anak yang menggunakan zat berbahaya pada makanan yang mereka jual sebagai contoh:

1. Penggunaan pewarna tekstil untuk mewarnai makanan yang dijual agar terlihat makin menarik.

2. Penggunaan pemanis buatan berbahaya.

3. Penggunaan berbagai bahan pengawet berbahaya pada makanan agar makanan dapat bertahan lama tanpa mengalami pembusukan sebelum terjual kepada konsumen.

Menurut pakar gizi dari RS Internasional Bintaro Banten, secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali.

2. ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.

3. Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, atau berbahaya seperti boraks, dan formalin. Formalin, misalnya, bisa menyebabkan kanker paru-paru serta gangguan pada alat pencernaan dan jantung.

dan kulit

(http://kimia.upi.edu/ Mei, 2010). Beberapa contoh zat pengawet yang yang berbahaya dan tidak boleh digunakan pada makanan serta akibatnya bagi kesehatan apabila termakan atau masuk ke dalam tubuh.

1. Formalin Formalin adalah berupa cairan dalam suhu ruangan, tidak berwarna, bau sangat menyengat, mudah larut dalam air dan alkohol. Penggunaan formalin sebagai desinfektan, cairan pembalsem, pengawet jaringan, pembasmi serangga dan digunakan di indutri tekstil dan kayu lapis. Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada makanan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnya. Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan:

a. Jika terhirup, akan timbul rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan ,

sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.

b. Jika terkena kulit, kulit akan kemerahan, gatal, dan terbakar

c. Jika terkena mata, mata akan terlihat kemerahan, terasa gatal, mata

berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan

d. Jika tertelan, akan terasa mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.

Boraks adalah serbuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol. Boraks sering digunakan sebagai pengawet kayu, anti septik kayu dan pengontrol kecoa. Bahaya boraks terhadap kesehatan karena sifat boraks dapat diserap melalui usus, kulit yang rusak dan selaput lendir. Untuk penggunaan yang berulang-ulang boraks dapat menimbulkan berbagai dampak bagi kesehatan sebagai berikut:

a. Tanda dan gejala akut yang disebabkan mengkonsumsi boraks adalah muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)

b. Tanda dan gejala kronis yang disebabkan mengkonsumsi boraks diantaranya nafsu makan menurun, gangguan pencernaan, gangguan SSP : bingung dan bodoh, anemia, rambut rontok dan kanker.

Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, akan menimbulkan tekstur yang bagus dan renyah (http://www.disnakkeswan- lampung.go.id/ Mei, 2010).

Formalin dan boraks kerap digunakan pada mie, bakso, pempek, yang pada awalnya sering digunakan sebagai pengawet untuk mayat. Bahan pengawet lain yang juga sering digunakan antara lain sulfite. Semacam bahan pengawet

Sedangkan nitrit, umumnya banyak digunakan untuk mengawetkan daging olahan seperti sosis dan kornet dalam kaleng serta untuk mengawetkan keju. Selain itu, ada pula benzoat yang banyak digunakan untuk memberikan rasa awet pada minuman ringan, saus, kecap, sari buah, dan makanan lainnya. Ada pula propionat yang banyak digunakan sebagai pengawet untuk roti dan keju olahan. Umumnya, bahan pengawet yang terkandung di dalam makanan ini akan membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba spesifik dan bisa menghambat germinasi spora mikroba, yang mengakibatkan terhambatnya transportasi zat gizi untuk kehidupan sel mikroba serta menghambat kerja enzim di dalam sel (http://community.um.ac.id/ Mei, 2010).

BAB III IDENTIFIKASI DATA

A. Identifikasi Objek Perancangan

Demi mewujudkan visi Kota Surakarta: Terwujudnya Kota Surakarta sebagai kota budaya yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata dan olahraga. Serta mewujudkan misi Kota Surakarta seperti di bawah ini: (1) Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam semua bidang pembangunan, serta perekatan kehidupan bermasyarakat dengan komitmen cinta kota yang berlandaskan pada nilai-nilai “Sala Kota Budaya”. (2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam penguasaaan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni guna mewujudkamn inovasi dan integritas masyarakat madani yang berlandasakan Ketuhanan yang Maha Esa. (3) Mengembangkan seluruh kekuatan Ekonomi Daerah sebagai pemacu tumbuh dan bertkembangnya ekonomi rakyat yang berdaya saing tinggi, serta mendayagunakan potensi pariwisata dan teknologi terapan yang ramah lingkungan. (4) Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan Hak Azasi Manusia dan Demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat utamanya para penyelenggara pemerintahan.

Maka diperlukan adanya struktur organisasi kelembagaan yang lebih menguasai dan spesifik di setiap bidangnya. Struktur organisasi Pemerintah Kota Surakarta terdiri dari 4 Badan, 15 Dinas, 8 Kantor, 4 Bagian dan 5 kecamatan. Salah satunya adalah Dinas kesehatan Kota Surakarta akar instansi kedinasan yang menangani masalah kesehatan yang ada di Kota Surakarta.

1. Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Dinas kesehatan adalah salah satu instansi pemerintah yang khusus menangani bidang kesehatan. Kantor dinas Kesehatan Surakarta beralamat di Jalan Jendral Sudirman No.2 Surakarta, Telp (0271) 642020.

Dasar pembentukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta:

a. Peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2001 entang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Perangat Daerah Kota Surakarta.

b. Keputusan Walikota Surakarta Nomor 17 Tahun 2001 Tentang

Pedoman dan Uraiaan Tugas Dinas Kesehatan Surakarta.

2. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Surakarta

a. Visi Dinas Kesehatan Kota Surakarta

“Terwujudnya Budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Mutu Pelayanan menuju SOLO SEHAT 2010”

b. Misi Dinas Kesehatan Kota Surakarta

1. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

2. Memberikan kontribusi nyata dalam pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Merata dan terjangkau.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungan

3. Struktur Organisasi