PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR MELALUI MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA CUKIL KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository
PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR
MELALUI MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA
SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA CUKIL
KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN
SEMARANG SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN
2015/2016
SKRIPSIDiajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: WIDI UTAMI NIM 11511015
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
Jika suatu waktu mundur, bukan berarti semangat kendur, malah artinya suatu dorongan untuk kemudian melipatkan perjuangan.
PERSEMBAHAN Dear you, Terimakasih telah membersamai untuk terus berproses menembus batas.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan pengetahuan. Skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga 2.
Bapak Suwardi, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga 4. Bapak Rasimin, S.PdI., M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan, dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini
5. Bapak Drs.Sumarno Widjadipa, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat-nasihat serta motivasi setiap bimbingan akademik.
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan wawasan pengetahuan kepada penulis.
7. Karyawan-karyawan di lingkungan program studi PGMI IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.
8. Ibu Azizah, S.Pd, selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Cukil Banjari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang beserta jajarannya yang telah memberikan ijin dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Ibu Umi Kairuroh, S.PdI selaku wali kelas V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Cukil Banjari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sekaligus sahabat penulis yang turut membantu dalam penelitian dan seluruh siswa kelas
V Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Cukil Banjari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam melakukan penelitian.
10. Kedua orang tua, mertua, suami, anak dan keluarga tercinta yang selalu mendukung baik moril maupun spiritual dalam studi penulis.
11. Sahabat PGMI IAIN Salatiga, LDK Fathir Ar-rasyid, Sahabat Tuli Salatiga, adik-adik Rumah Pelangi, serta sahabat-sahabat tercinta yang senantiasa mengisi hari-hari penulis.
12. Sahabat Blogger-KAH, Blogger Perempuan, dan Kumpulan Emak Blogger yang membersamai penulis untuk tetap berkarya selama pengerjaan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik, saran dan masukan yang dapat kami gunakan untuk menyempurnakanhasil penelitian mendatang.
Akhir ucap terima kasih sambil kulantunkan do’a semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi semua orang.Amin Ya Rabbal’alamin.
Salatiga, 14 Agustus 2016 Penulis
Widi Utami NIM. 11511015
ABSTRAK
Utami, Widi,. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Luas Bangun
Datar Melalui Model Reciprocal Teaching pada Siswa Kelas V MI Miftahul Huda Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester I Tahun Ajaran 2 015/ 2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Rasimin S.Pd.I,.M.Pd.
Kata Kunci : Reciprocal Teaching, Hasil Belajar, Matematika dan Luas Bangun
Datar Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang pada materi Luas Bangun Datar. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar yaitu kesulitan guru dalam mendampingi setiap siswa dikarenakan terbatasnya waktu, banyaknya materi yang harus disampaikan dan beragamnya kemampuan matematikal siswa. Masalah utama yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah model reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi luas bangun datar pada siswa kelas V MI Mifathul Huda Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2015/2016?
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2015/2016. Data pada penelitian ini diperoleh dari lembar pengamatan, soal evaluasi berupa tes objektif dan subjektif, dokumentasi, dan observasi pada pembelajaran luas bangun datar dengan menggunakan model reciprocal teaching.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa model
Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada aspek
Kognitif, Afektif dan Psikomotorik materi Luas Bangun Datar Trapesium dan Layang-layang pada siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil Banjari tahun
pelajaran 2015/2016 dan dapat melampui target pencapaian 80% dari jumlah seluruh siswa dengan yang mencapai KKM, yaitu 100% siswa telah mencapai KKM. Aspek Kognitif dibuktikan dengan peningkatan prosentase dari pra siklus sebanyak 3 siswa yang mencapai KKM atau 30% dari keseluruhan siswa dengan nilai rata-rata 5,7, pada siklus I sebanyak 4 siswa atau 40% dari keseluruhan siswa yang berjumlah 10 siswa dengan nilai rata-rata kelas 6,35. Pada siklus II sebanyak 10 siswa atau 100% dari keseluruhan siswa yang berjumlah 10 siswa dengan nilai rata-rata kelas 9,15. Pada aspek afektif, siklus I rata-rata skor kelas 11,4; meningkat menjadi 14,4 pada siklus II dengan predikat baik. Sedangkan pada aspek psikomotorik, siklus I rata-rata skor kelas 11,2; meningkat menjadi 15,3 pada siklus II dengan predikat sangat baik.
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... Error! Bookmark not defined.
.......................................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ...................... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
B. Model Reciprocal Teaching
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Waktu Penelitian ............................................................................................. 9Tabel 3.1 Nilai Pre Test ......................................................................................... 31Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa............................................................................... 32Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I ................................................................ 38Tabel 3.4 Nilai Evaluasi Siklus I .................................................................................. 40Tabel 3.5 Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Siklus I ............................ 41Tabel 3.6 Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I .......................... 42Tabel 3.7 Lembar Observasi Guru Siklus II
Tabel 3.8 Nilai Evaluasi Siklus IITabel 3.9 Lembar Observasi Aspek Afektif Siklus II ............................................... 51
Tabel 3.10 Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siklus II
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Pra Siklus
Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Siswa Pra Siklus
Tabel 4.4 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I
Tabel 4.5 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Afektif Siklus I
Tabel 4.6 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus I
Tabel 4.7 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I
Tabel 4.8 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik Siklus ITabel 4.9 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I .................................................... 64Tabel 4.10 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus II
Tabel 4.11 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus II
Tabel 4.12 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Afektif Siklus II
Tabel 4.13 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus II
Tabel 4.14 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus II
Tabel 4.15 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik Siklus II
Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus IITabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Pra Siklus,
Tabel 4.18 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Pra Siklus, Siklus
Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I dan
Tabel 4.20 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I dan Siklus
Tabel 4.21 Rekapitlasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I dan
Tabel 4.22 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I dan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra SiklusGambar 4.2 Grafik Hasil Belajar Siswa Pra SiklusGambar 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ............ 59Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I .................. 60
Gambar 4.5 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus IGambar 4.6 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I .......... 64Gambar 4.7 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II .......... 69Gambar 4.8 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus II ................. 70Gambar 4.9 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus II ................... 72Gambar 4.10 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus II ...... 74Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ..... 77
Gambar 4.12 Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif pada
Gambar 4.13 Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II .................................................................................................................... 81Gambar 4.14 Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu tentang bilangan. (Tim Pustaka Phoenix,
2009: 568) Sebagai pengetahuan, matematika memiliki ciri-ciri khusus, antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hirearkis dan logis.(Susetyo, 2010: 1.2). Keabstrakan matematika disebabkan karena objek dasarnya abstrak, yakni fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik pada matematika.
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan mateatika yang dipelajari. (Musetyo, Gatot, dkk: 2010) Serangkaian kegiatan ini disusun secara sistematis dan terstruktur, sehingga peserta didik mampu memahami materi secara utuh. Untuk memahami materi secara utuh, peserta didik membutuhkan kekuatan matematikal.
Kekuatan matematikal antara lain terdiri dari kemampuan untuk (1) mengkaji, menduga, dan memberi alasan secara logis. (2) Menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, (3) Mengkomunikasikan tentang dan melalui matematika, (4) Mengaitkan ide-ide dan kegiatan intelektual yang lain, dan (5) mengembangkan percaya diri, watak, atau karakter untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi kuantitatif dan spesial dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. (Musetyo, Gatot, 2010: 1.7) Untuk mencapai kemampuan matematikal tersebut, peserta didik membutuhkan guru yang profesional di bidangnya dan rekan diskusi untuk menyampaikan ide-idenya dalam menyelesaikan persoalan matematika, sehingga peserta didik mampu memanfaatkan kemampuan matematikalnya secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Matematika SD/ Mi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menurut KEMENDIKBUD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut; Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dilihat dari input siswa-siswinya, khususnya kelas V MI Miftahul Huda Cukil Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang merupakan siswa dengan kemampuan yang cukup. Akan tetapi, dalam pembelajaran masih ditemukan adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika, sebagaimana hasil pre test yang dilaksanakan pada hari Selasa,
24 November 2015 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 3 orang, atau 30 % dari keseluruhan siswa di kelas V MI Miftahul Huda Cukil. Kesulitan siswa dalam memahami soal-soal pre test ditunjukkan dengan; (1 ) Ketidaktelitian siswa dalam membaca dan memahami soal, ditunjukkan dengan kesalahan salah satu siswa dalam mengoperasikan hasil perkalian dan pembagian dalam mencari luas trapesium dan layang-layang, dan (2 Kebingungan siswa dalam menghubungkan antar konsep. Hal ini
)
ditunjukkan dengan adanya ketidakmampuan siswa memecahkan soal ketika menjumpai jenis soal yang meminta penemuan panjang sisi tertentu suatu bangun.
Matematika merupakan pembelajaran yang membutuhkaan pelatihan dan pendampingan secara berulang-ulang dan kontinyu. Dalam belajar Matematika, sangat tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran dengan klasik, dimana guru berdiri di depan kelas untuk menjelaskan konsep materi secara umum. Sebagaimana yang dijabarkan oleh guru kelas V MI Miftahul Huda Cukil, bahwa dalam pembelajaran Matematika mengalami kesulitan di kelas untuk mendampingi secara intensif pada setiap siswa dikarenakan terbatasnya waktu, banyaknya materi yang harus disampaikan dan beragamnya kemampuan matematikal siswa.
Hal tersebut berimbas pada kemampuan siswa rata-rata ke bawah yang cenderung tidak mengalami peningkatan karena perasaan tertekan. Siswa dengan kemampuan rata-rata ke bawah merasa tidak mampu mengikuti pelajaran, menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan memututuskan untuk mengabaikan pelajaran Matematika. Sementara, siswa dengan kemampuan rata-rata keatas merasa telah menguasai dan bosan ketika guru kelas harus mendampingi siswa berkemampuan rata-rata ke bawah. Siswa ini cenderung bermain sendiri ketika guru kelas mendampingi siswa yang berkemampuan rata-rata ke bawah dan menyebabkan kelas menjadi tidak kondusif.
Berdasarkan pemaparan tersebut, perlu diambil tindakan untuk meningkatkan kemampuan matematikal siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil. Dalam hal ini guru dituntut untuk menemukan model, metode, media yang mampu meningkatkan kemampuan matematikal siswa. Reciprocal Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif, dimana siswa belajar mandiri dalam sebuah kelompok yang dibentuk berdasarkan tingkat kemampuan matematikal siswa secara heterogen, sehingga siswa yang mempunyai kemampuan matematikal tinggi diharapkan mampu membantu guru kelas dalam melakukan pendampingan intensif kepada siswa yang mempunyai kemampuan matematikal rendah.
Reciprocal Teaching , sebagaimana yang dijabarkan oleh Palinscar
(dalam Fajarwati, 2010: 6), dilaksanakan dalam empat strategi, yakni membuat pertanyaan (question generating), mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami (clarifying), memprediksi materi lanjutan (predicting), dan merangkum (summarizing).
Siswa juga diharapkan mampu mengembangkan kemampuan matematikalnya pada saat melaksanakan model pembelajaran Reciprocal
Teaching ini, dimana siswa mempunyai rekan diskusi tanpa melupakan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Selain itu, dengan adanya pendampingan dari teman sebaya, diharapkan siswa lebih mampu menyerap materi setelah melakukan diskusi untuk menyederhanakan penjabaran materi dengan menggunakan bahasa yang lebih dipahami oleh siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Luas Bangun Datar melalui Model Reciprocal Teaching pada Siswa Kelas V Mi Miftahul Huda
Cukil Banjari, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Semester I Tahun Ajaran 2015/2016 ” sebagai judul dalam penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah model reciprocal
teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi luas bangun
datar pada siswa kelas V semester 1 MI Miftahul Huda Cukil pada tahun
pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi luas bangun datar pada siswa kelas V semester
1 MI Miftahul Huda Cukil pada tahun pelajaran 2015/2016.
2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi luas bangun datar pada siswa kelas V semester 1 MI Miftahul Huda Cukil pada tahun pelajaran 2015/2016 melalui model reciprocal teaching.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1.
Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model
Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi
luas bangun datar pada siswa kelas V semester 1 MI Miftahul Huda Cukil pada tahun pelajaran 2015/2016.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah, siklus berhenti pada saat 85% dari jumlah seluruh siswa telah memenuhi standar KKM mata pelajaran Matematika, yakni 70.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan interprestasi pembaca, maka diperlukan penjelasan untuk menjelaskan kata kunci dalam penelitian ini.
1. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang merupakan timbal balik dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan. (Sudjana, 1989: 2).
2. Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran- pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148) 3.
Luas Bangun Datar
Luas bangun datar adalah banyaknya satuan luas yang dapat digunakan untuk menutup (secara rapat) daerah tersebut. (Pujiati, 2009: 9)
4. Model Reciprocal Teaching Reciprocal Teaching merupakan aktivitas intruksional yang didesain
untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Hal ini dicapai dengan menyemangati siswa bekerjasama untuk mengerti dan memahami sebuah teks. Reciprocal Teaching, sebagaimana yang dideskripsikan oleh Palinscar and Brown, mempunyai empat tahapan, yakni; predicting,
clarifying, questioning, and summarising . (Reilly, dkk, 2009:183) F.
Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Metode dalam Penelitian ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yakni meningkatkan hasil belajar matematika materi sudut pada siswa kelas V MI Ma’arif Noborejo melalui model Reciprocal Teaching.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. (Aqib, 2010: 3) 2. Lokasi dan Waktu Penelitian a.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di MI Miftahul Huda Cukil, Banjari, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. b.
Waktu Penelitian
Tabel 1.1 Waktu Penelitian Oktober November Desember No DeskripsiIV I-IV
I II III IV
Penyusunan
1 Proposal Penelitian
V Penyusunan
2 Landasan Teori v
Persiapan Penelitian
3 v
Pelaksanaan
4 Penelitian v v
Input Data
5 v v
Analisis Data
6 v
Penyusunan Laporan Penelitian
7 (SKRIPSI) v v v 3.
Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas/ karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010: 117)
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah populasi siswa kelas V MI Miftahul Huda Cukil, Banjari Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
4. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Refleksi Awal Saur Tampubolon. Adapun bagan PTK model Refleksi Awal Saur Tampubolon bisa dilihat dalam bagan 1.1 sebagai berikut:
Bagan 1.1 Desain Siklus PTK Model Refleksi Awal Saur Tampubolon(Saur, 2014: 28) 5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a.
Metode Observasi Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian, dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. (Kusumah
Refleksi Awal Perencanaan
Tindakan Observasi
Evaluasi/ Refleksi
Hasil Penelitian (Pencapaian Indikator Penelitian)
Atau Siklus Berikutnya Evaluasi/
Refleksi Observasi
Pelaksanaan Tindakan
Perbaikan Perencanaan
Tindakan Perbaikan
Rencana Tindakan Siklus I Rencana TindakanPerbaikan Siklus II
II dan Dwitagama, 2010: 66). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dan untuk mendpatakan informasi langsung dengan melakukan pengamatan terhadap tingkah laku siswa yang dijadikan objek penelitian.
b.
Metode Test Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya,atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
(Sudijono, 2011: 67) Sebagai salah satu indikator penentuan keberhasilan metode
Reciprocal Teaching dalam Penelitian Tindakan Kelas, jenis tes yang
digunakan adalah tes formatif, yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. c.
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang jumlah guru dan siswa, sarana dan prasarana, alat atau media yang digunakan dan lain sebagainya yang dianggap penting.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Reciprocal Teaching adalah Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Teknik deskriptif yang diperlukan berupa perhitungan sebagai berikut: a.
Membandingkan Pencapaian Nilai dengan KKM Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa dari batas KKM, yakni 70, maka siswa tersebut telah mencapai KKM. Jika nilai siswa kurang dari 70 maka siswa tersebut tidak mencapai KKM.
b.
Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2009:241) setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Tetapi berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing- masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal, dengan berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu: kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda; fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung setiap sekolah berbeda.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu apabila siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah seluruh siswa dengan nilai KKM 70. Ketuntasan belajar siswa dikatakan meningkat jika prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II lebih besar daripada prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I. Prosentase kriteria ketuntasan klasikal ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
P = (Aqib, dkk., 2010:41) G.
Sistematika Pembahasan
Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I, Pendahuluan. Pada Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II, Landasan Teori. Pada Bab II dibahas tentang hasil belajar, model
reciprocal teaching, serta luas bangun datar trapesium dan layang-layang.
Bab III, Pelaksanaan Penelitian. Pada bab ini diuraikan tentang hasil pengamatan saat penelitian. Bab ini terdiri atas deskripsi pra siklus, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II.
Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini dianalisis hasil penelitian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri atas analisis setiap siklus dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V, Penutup. Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses, mengandung tiga unsur
yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses belajar mengajar, dan hasil belajar. (Sudjana, 1989: 2).
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang merupakan timbal balik dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Benyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga bagian, yakni: a.
Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
1) Tipe Pengetahuan
Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun tipe belajar ini menjadi prasyarat bagi pemahaman yang berlaku untuk semua bidang studi.(Sudjana, 1989: 23)
Description of knowledge level is remember (recall) appropiate, previously learned facts and information. (Thomas,
2004:6) Level pengetahuan ditandai dengan kemampuan siswa untuk mengingat kembali fakta dan informasi yang didapatkan pada pembelajaran yang telah ditempuh. 2)
Tipe Pemahaman Tipe hasil belajar pemahaman merupakan tipe yang setingkat lebih tinggi daripada tipe pengetahuan. Comphrehension level is
interpret information (unserstand in your own words). (Thomas,
2004:6) Pada tipe ini siswa mampu menjelaskan suatu pengetahuan dengan susunan kalimatnya sendiri. Nana Sudjana mengklasifikasikan tipe hasil belajar ke dalam tiga tingkat, yakni:
a) Tingkat Terendah: Pemahaman Terjemahan
Pemahaman tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan merah putih, dll.
b) Tingkat Kedua: Pemahaman Penafsiran
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian grafik denagn kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok c)
Tingkat Ketiga: Pemahaman Ekstrapolasi Pemahaman tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi, yakni melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi, dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atau masalahnya.
3) Tipe Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
Application is apply information (use information to solve problems or procedure) (Thomas, 2004: 6). Kemampuan siswa
pada tipe ini ditandai dengan pencapaian siswa menggunakan informasi yang telah didapat untuk memecahkan masalah yang dijumpai. Dalam matematika, hal ini ditandai dengan kemampuan siswa dalam menggunakan rumus yang telah dipelajari untuk memecahkan persoalan matematika. 4)
Tipe Analisis Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirearkinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan ketiga tipe sebelumnya.
Analysis is break information down into parts . (Thomas,
2004:6). Dalam tipe analisis, siswa diharapkan mampu mengklasifikasikan informasi-informasi serta mengevaluasi data- data yang telah didapat. 5)
Tipe Sintesis
Synthesis is creatively or divergently apply prior knowledge and skills to produce a new or original whole. (Thomas, 2004:6).
Sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan ranah berpokir divergen, dimana siswa dapat menemukan hubungan kausal tertentu, atau menemukan abstraksi atau operasionalnya.
6) Tipe Belajar Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tantang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materiil, dll. (Sudjana, 1989: 28)
Evaluation is make judgment against set criteria or standards . (Thomas, 2004:7). Tipe belajar evaluasi menargetkan
siswa mampu menilai sebuah pernyataan atau keadaan yang dijumpai.
b.
Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Dalam ranah afektif, terdapat lima jenis kategori, yakni:
1) Reciving/ Attending
Receiving is a willingness to receive information, directly related to motivation. (Wirth, 2008: 7) Penerimaan siswa ditandai
dengan antusiasisme siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa menyimak pelajaran dengan baik. 2)
Responding atau Jawaban Respon siswa ketika guru atau teman sebaya mengajukan pertanyaan atau memerintahkan untuk melakukan sesuatu merupakan indikator afektif tingkat kedua, responding .
Responding is showing some new thingking or behavior as a result of an experience. (Wirth, 2008: 7)
3) Valuing atau Penilaian
Valuing is finding worth or value in a subject, activity, assignment, etc. (Wirth, 2008:7). Valuing ditandai dengan
kemampuan siswa untuk menerima sebuah nilai, mempertimbangkan apakah nilai tersebut baik atau buruk.
4) Organisasi
Kemampuan siswa untuk memilah nilai-nilai yang diterima, untuk kemudian mengorganisasikan sesuai dengan kategorinya merupakan kemampuan afektif tingkat ke empat. Organizing is integrating new information and values into one’s set of values.
(Wirth, 2008: 7)
5) Karakteristik
Characterizing is acting consistently with the new values, having a value set. (Wirth, 2008: 7). Tingkat tertinggi dalam aspek
afektif adalah kemampuan siswa dalam menginternalisasi nilai- nilai yang telah dipelajari serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten.
c.
Psikomotorik Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan, yakni:
1) Observasi
Langkah pertama untuk membentuk sebuah ketrampilan adalah mengamati gerak-gerik orang lain. Observation is watching
the skill or activity being performed . (Jones and Bartlett, 2008: 63)
2) Peniruan/ Imitasi
Imitation is copying the skill or activity in step by step manner . (Jones and Bartlett, 2008: 63). Pada langkah kedua ini,
siswa menirukan kegiatan atau keahlian dalam langkah demi langkah.
3) Manipulasi
Setelah siswa mampu menirukan aktivitas atau keahlian dalam langkah demi langkah, tahap selanjutnya adalah menirukan aktivitas atau keahlian melalui instruksi yang diberikan oleh guru.
Manipulation is performing the skill based on instruction .(Jones
and Bartlett, 2008: 63) 4)
Presisi Precision is performing the skill until it bcomes habbit.
(Jones and Bartlett, 2008: 63). Latihan secara terus-menerus diperlukan agar keahlian atau aktivitas yang diharapkan menjadi sebuah kebiasaan dalam keseharian siswa. 5)
Artikulasi
Articulation is combining multiple skills together . (Jones and
Bartlett, 2008: 63). Siswa memerlukan latihan lebih lanjut untuk menggabungkan keahlian yang telah dipelajari dengan keahlian lain yang dikuasai, sehingga memudahkan siswa untuk mengerjakan sebuah aktivitas.
6) Naturalisasi
Tujuan utama pendidikan adalah pengaplikasian ilmu yang dipelajari oleh siswa di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Disinilah pentingnya naturalisasi kemampuan psikomotorik siswa.
Naturalization is performing multiple skillscorrectly all the time .
(Jones and Bartlett, 2008: 63) B.
Model Reciprocal Teaching 1.
Pengertian Reciprocal Teaching
Reciprocal Teaching merupakan aktivitas intruksional dimana
siswa menjadi guru dalam grup kecil. Model guru ini akan membantu siswa lain-dalam hal ini temannya- untuk belajar dengan menggunakan empat strategi, yakni: meringkas, mengajukan pertanyaan umum, klarifikasi dan prediksi. (Reilly, dkk; 2009: 183) 2. Model Reciprocal Teaching pada Matematika
Sebelum menggunakan model Reciprocal Teaching, terlebih dahulu siswa harus menguasai empat kompetensi yang akan digunakan dalam model ini yakni meringkas, mengajukan pertanyaan umum, klarifikasi dan prediksi .
Secara umum, Reciprocal Teaching terdiri dari predicting,
clarifying, questioning dan summarising. Namun dalam pengaplikasian
model tersebut pada pembelajaran matematika dibutuhkan penyesuaian sesuai dengan karakteristik pembelajaran matematika. Penerapan model
Reciprocal Teaching dalam pembelajaran matematika adalah sebagai
berikut: a.
Predicting
Pada saat predicting, siswa menerjemahkan tipe pertanyaan matematika yang mereka terima, tipe operasi matematika yang akan mereka gunakan untuk menjawab pertanyaan dan perkiraan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Reilly, dkk; 2009: 185)
b.
Clarifyng
Salah satu bagian pada tahap klarifikasi adalah siswa didorong untuk bekerja sebagai bagian dari sebuah grup. Grup pelajar akan melatih siswa untuk berinteraksi dengan teman sebayanya, hal ini akan membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran dan saling berdiskusi dengan teman sebaya. Selain itu, pada tahap klarifikasi siswa juga diharapkan bisa meningkatkan kualitas belajar dan membacanya. (Reilly, dkk; 2009: 185)
Selama proses klarifikasi ini siswa bisa mengira pertanyaan yang akan diajukan pada akhir tahap klarifikasi.
c.
Solving
Selama tahap solving, siswa belajar untuk menyelesaikan masalah dari pertanyaan yang telah disusun pada akhir tahap klarifikasi.
Siswa berdiskusi dengan teman sebaya dalam grupnya, tipe pertanyaan matematika yang ada di dalam lembar pertanyaan dan operasi matematika seperti apa yang digunakan unuk menyelesaikan masalah matematika tersebut.
d.
Summarising
Pada tahap ini, siswa dipandu oleh guru merefleksikan kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pembelajaran matematika melalui model Reciprocal Teaching.
3. Langkah-langkah Model Reciprocal Teaching
Langkah-langkah dalam model Reciprocal Teaching yang disesuaikan dengan karakter siswa kelas V MI adalah: a.
Bagi siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat orang. b.
Bagi peran masing-masing siswa dengan satu kartu unik, yakni: modul/ lembar worksheet, kartu pertanyaan, kartu jawaban dan kartu kesimpulan.
c.
Bimbing siswa yang bertugas sebagai pengklarifikasi memahami modul sebagai bekal untuk menjelaskan kepada teman-temannya.
Siswa yang ditunjuk sebagai pengklarifikasi adalah siswa yang mempunyai kemampuan matematikal paling tinggi di kelasnya.
d.
Bimbing siswa untuk memprediksi tipe kalimat matematika dan operasi matematika yang akan digunakan untuk menyelesaikan latihan yang terdapat dalam lembar worksheet bersama teman-teman sekelompok.
e.
Siswa diperintahkan untuk membuat pertanyaan berdasarkan materi yang telah dipelajari di kelompoknya, untuk kemudian memprediksi kembali jawaban atas pertanyaan yang dipilih.
f.
Guru membimbing siswa untuk membangun kesimpulan (summarising) dari kegiatan yang telah dilakukan.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Reciprocal Teaching
Sebagai model dalam pembelajaran, reciprocal teaching tentu saja memiliki kelebihan dan kelemahan. Setelah melalui dua siklus Penelitian Tindakan Kelas, peneliti menemukan kelebihan dan kelemahan reciprocal
teaching yang harus ddiperhatikan oleh pendidik sebelum menggunakan reciprocal teaching sebagai model pembelajaran di kelas.
a.
Kelebihan Reciprocal Teaching
1) Model ini mendorong siswa untuk berfikir tentang gagasan mereka selama proses membaca.
2) Membantu siswa untuk belajar aktif terlibat dan mengamati pemahaman mereka dalam membaca.
3) Model ini mengajarkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan membantu siswa untuk membuat teks agar menambah pemahaman mereka.
4) Model ini melatih siswa untuk bekerja dalam grup dan saling membantu.
5) Sangat dianjurkan diterapkan dalam mata pelajaran yang membutuhkan latihan dan pendampingan intens.
b.
Kelemahan Reciprocal Teaching 1)
Reciprocal teaching membutuhkan pembiasaan untuk mengenal alur model terlebih dahulu sebelum berjalan efektif. 2)
Hanya bisa berjalan baik pada kelompok kecil dengan anggota maksimal empat orang dalam setiap grup.
C. Luas Bangun Datar Trapesium dan Layang-layang 1.
Luas Bangun Datar Trapesium a.
Bangun Datar Trapesium Bangun datar trapesium merupakan bangun datar yang memiliki tepat satu pasang sisi yang sejajar. (Idayani, 2008:84) b.
Jenis-jenis Trapesium 1)
Trapesium sama Kaki Trapesium sama kaki merupakan trapesium yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a)
Memiliki sepasang sisi berhadapan yang sejajar, yaitu sisi DC // AB.
b) Memiliki dua pasang sudut sama besar, yaitu <ADC = <
BCD dan <BAD = <BCD
c) Jumlah sudut yang berhadapan membentuk sudut lurus 1800 , yaitu: <BAD + < BCD = 1800 dan <ABC + < ADC
= 1800 .
d) Memiliki sepasang sisi yang sama panjang, yaitu sisi AD
= BC 2)
Trapesium Siku-siku Trapesium siku-siku adalah trapesium yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Memiliki sepasang sisi sejajar, yaitu AB//CD
b) Memiliki sepasang sudut siku-siku, yaitu < BAD dan <ADC.
Jumlah sudut yang berhadapan membentuk sudut lurus 180 , yaitu <BAD + <ADC = 180 dan <BCD + <ABC = 180 . 3)
Trapesium Sembarang Trapesium sembarang merupakan trapesium yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
P
a) Memiliki sepasang sisi sejajar, yaitu SR//PQ