MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS IV SDN RANCADADAP DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC.

(1)

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI KEDUNGSOKA I DALAM MEMBACA PUISI DENGAN

TEKNIK MODELLING

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Nurul Lathifah

0903796

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG


(2)

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI KEDUNGSOKA I DALAM MEMBACA PUISI DENGAN

TEKNIK MODELLING

Oleh

Nurul Lathifah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nurul Lathifah2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

A B S T R A K

Nurul Lathifah (0903796). Penelitian ini berjudul “Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Kedungsoka 1 Dengan Teknik Modelling”.

Dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa dalam membaca puisi. Sehingga dirumuskan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) kesulitan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam membaca puisi; (2) langkah-langkah pembelajaran membaca puisi dengan teknik modelling; (3) teknik

modelling dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam membaca

puisi. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Memperoleh gambaran kesulitan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam membaca puisi; (2) Menemukan langkah-langkah pembelajaran membaca puisi terhadap siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dengan teknik modeling; (3) Mengetahui apakah teknik modelling dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam membaca puisi atau tidak.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah membaca puisi menggunakan teknik modelling. Membaca puisi adalah kegiatan membaca yang menggunakan teknik-teknik tertentu dalam apresiasi sastra sehingga pembaca dan pendengar bias menikmati bacaan tersebut. Teknik modelling adalah teknik yang menggunakan model untuk dijadikan contoh dalam mengembangkan sebuah pembelajaran sehingga anak dapat meneliti dan mengamati apa yang bias ditiru.

Metodologi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini menggunakan pendekatan pendekatan kualitatif dan bersifat kolaboratif antara peneliti dengan guru SD. Instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi partisipan, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Lokasi penelitian bertempat di SDN kedungsoka 1 dan subjek dalam penelitian yaitu kemampuan siswa kelas III yang berjumlah 22 orang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik modelling ini dapat meningkatkan apresiasi puisi pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu siswa juga lebih antusias dan percaya diri bila harus tampil didepan kelas. Ini terbukti dari hasil tes kemampuan siswa dalam membaca puisi pada tiap siklus; dimulai dari prasiklus (55), siklus I (62), dan siklus II (72). Dari pra siklus ke siklus I meningkat 12,7% dan dari siklus I ke siklus II meningkat 13,8%.

Dari hasil penelitian kegiatan belajar-mengajar mengalami peningkatan dan rekomendasi yang disampaikan kepada semua pihak yang berada di dunia pendidikan, terutama guru agar menggunakan teknik modelling untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Istilah ... 9

BAB II MEMBACA PUISI, TEKNIK MODELLING, DAN PEMBELAJARAN MEMBACA PUISI DENGAN TEKNIK MODELLING ... 11

A. Membaca Puisi ... 11

B. Teknik Modelling ... 10

C. Pembelajaran Membaca Puisi dengan Teknik Modelling ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Pendekatan Penelitian ... 22

B. Metode Penelitian... 22

C. Teknik Penelitian ... 23

D. Teknik Analisis Data ... 24

E. Instrumen Penelitian... 24

F. Subjek Penelitian ... 25


(6)

BAB IV DATA TEMUAN DAN ANALISIS DATA TEMUAN ... . 28

A. Data Temuan ... . 28

B. Analisis Data Temuan ... . 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Simpulan ... . 44

B. Saran ... . 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diperlukan keharusan untuk menemukan masalah yang nyata dan alami. Untuk mengawali pencarian masalah tersebut, peneliti melakukan observasi partisipan untuk mendapatkan langsung gambaran mengenai masalah yang dimaksud.

Observasi partisipan yang peneliti lakukan terhadap pembelajaran membaca puisi di kelas III Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kedungsoka 1 pada hari Rabu, 15 Mei 2013 yang dimulai pada pukul 08.00 WIB. Observasi partisipan dilakukan dengan menyaksikan langsung proses belajar-mengajar yang dilaksanakan, sehingga gambaran masalah yang dialami siswa menjadi semakin jelas. Pada observasi partisipan menghasilkan data sebagai berikut, pada saat peneliti memasuki kelas siswa masih terlihat antusias untuk mengikuti proses pembelajaran. Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai langkah-langkah dalam membaca puisi. 4 orang siswa menjawab pertanyaan guru namum jawaban yang diungkapkan siswa kurang tepat. Sementara siswa yang lainnya tidak menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Pada menit ke- 20, pada saat guru menuliskan langkah-langkah membaca puisi beserta teks puisi di papan tulis, terlihat 10 orang siswa memperhatikan serta mencatat, serta 12 orang siswa lainnya masih sibuk menyiapkan alat tulis


(8)

2

dan belum konsentrasi terhadap pembelajaran yang sedang diajarkan oleh guru. Pada menit ke-30, pada saat guru sedang menjelaskan mengenai meteri langkah-langkah dalam membaca puisi dan mencontohkan pelafalan dalam membaca puisi, terlihat 15 orang siswa memperhatikan penjelasan guru dan mengikuti arahan dari guru untuk mengikuti pembacaan puisi yang baik dan benar, tapi 4 orang siswa lainnya terlihat sedang mengobrol dan 3 orang siswa lainnya berjalan-jalan didalam kelas dan menggoda teman-temannya. Pada menit ke-40, guru menyuruh kepada para siswa untuk satu persatu membacakan puisi yang sudah dicontohkan oleh guru, lalu satu persatu siswa maju kedepan kelas dan membacakan puisi, terlihat sebagian besar siswa menertawakan salah satu siswa yang malu-malu untuk maju kedepan karena ternyata siswa tersebut belum lancar dalam membaca sehingga dalam membaca puisi menundukkan kepalanya dan tidak terdengar sama sekali pembacaan puisinya.

Dari kenyataan di lapangan memang benar ditemukan kesulitan yang dialami siswa dalam membaca puisi karena pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Guru hanya menjelaskan apabila membaca puisi intonasinya harus benar, vokalnya harus jelas serta berekspresi yaitu sesuai dengan isi puisi yang dibacakan tanpa mendemonstrasikan secara langsung. Selain itu keterbatasan media pembelajaran yang digunakan guru menyebabkan dampak yang kurang baik dalam hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia dan umumnya mata pelajaran yang lainnya


(9)

3

sehingga siswa terlihat kurang termotivasi karena pada saat disuruh tampil tidak berani karena takut apabila tampilannya tidak baik akan ditertawakan temannya atau dimarahi guru, merasa malu sehingga pada saat membaca puisi menundukkan kepalanya, dan kurang percaya diri sehingga pada saat membaca puisi suaranya tidak bisa didengar oleh temannya yang duduk di bangku belakang serta tidak berekspresi.

Setelah peneliti melakukan observasi partisipan di kelas III SDN Kedungsoka 1, peneliti melanjutkan dengan mengadakan wawancara dengan guru kelas III SDN Kedungsoka 1 dan empat orang siswa kelas III SDN Kedungsoka 1. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam. Peneliti mewawancarai guru kelas III SDN Kedungsoka 1 yang bernama Ibu Eti Mahwiyati pada hari Rabu, 15 Mei 2013 dan menanyakan mengenai masalah yang dialami oleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti mengawali pembicaraan untuk menggali informasi untuk mencari masalah penelitian, “Maaf, Bu, selama mengajar dalam satu bulan terakhir ini apakah ada masalah mengenai pemahaman atau kemampuan siswa kelas III pada pelajaran bahasa Indonesia?” Tanya peneliti kepada guru kelas.

Ternyata, pada saat melakukan wawancara ditemukan masalah yang dialami siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia berikut kutipannya,

“Ya, ada. Pada saat materi membaca puisi, anak-anak masih kurang terarah dalam membaca puisi yang baik dan benar karena masih banyak siswa yang belum bisa membedakan antara membaca puisi dengan


(10)

4

membaca teks bacaan biasa. Hampir semua siswa tidak berekspresi dalam membaca puisi. “Oya metode atau teknik apakah yang selama ini ibu gunakan dalam proses pembelajaran khususnya pelajaran membaca

puisi?’’ Peneliti bertanya kembali kepada guru kelas. Lalu gurupun kembali menjawab pertanyaan dari peneliti. “Biasanya saya menggunakan

metode ceramah dan Tanya jawab”. Dari wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru kelas III SDN Kedungsoka 1, dapat disimpulkan bahwa kesulitan dalam membaca puisi yang baik dan benar yaitu terletak pada metode atau teknik yang digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Selain mewawancarai guru kelas, peneliti juga mewawancarai empat orang siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 yaitu Andika, Ardi, Dilla dan Diva. Wawancara mendalam yang dilakukan di kelas dan membahas mengenai pembelajaran membaca puisi. Keempat siswa tersebut mengaku dan beranggapan kalau pembelajaran membaca puisi tersebut sangat mudah karena hanya tinggal dibaca saja teks puisinya. Mereka tidak menyadari dan tidak tahu bahwa banyak aspek-aspek penting yang harus diperhatikan untuk membaca puisi yang baik dan benar. Maka karena anggapan tersebut itulah peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 belum menguasai cara membaca puisi yang baik dan benar.


(11)

5

Agar data temuan mengenai masalah yang dialami siswa semakin kuat, peneliti juga melakukan analisis dokumen. Dokumen-dokumen yang peneliti analisis adalah rekapan nilai siswa dan catatan siswa. Kedua dokumen tersebut dianalisis untuk mendapatkan gambaran kesulitan yang dialami oleh siswa.

Rekapan nilai siswa peneliti peroleh dari guru kelas III SDN Kedungsoka 1 pada tanggal 15 Mei 2013, yang akan peneliti paparkan pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Rekapan Nilai Siswa

No Nama Siswa Jenis Kelamin Nilai

1 Andika Ambar Birawan L 5,0

2 Ardi Wijaya L 5,5

3 Darul Ilmi L 5,0

4 Dilla Nurul Khotimah P 6,0

5 Diva Yuntika P 6,0

6 Fatihatul Jannah P 6,5 7 Febi Sintiawati P 6,0 8 Hendi Rusadi Algifari L 5,0

9 Maryani L 5,0

10 Miftahul Faroji L 5,0 11 Miftahul Hidayatulloh L 6,5 12 Muhammad Adi Wiguna L 5,0 13 Muhammad Alhafidz L 5,0 14 Muhammad Husen L 5,5 15 Muhammad Rivan Gozali L 5,5 16 Nial Anggita. A P 6,5 17 Nida An Rhofiyah P 6,0

18 Said L 5,5


(12)

6

20 Shella Alvianita P 5,0 21 Siti Mauliyah P 5,5 22 Wiwi Maidasari P 6,0

Jumlah 122,5

Rata-rata 5,5

Pada tabel 1.1 di atas, terlihat bahwa kemampuan siswa dalam membaca puisi berkisar antara 5 sampai 6,5. Meskipun demikian, rata-rata kemampuan siswa pada kelas III SDN Kedungsoka 1 belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni diperoleh nilai sebesar 5,5. Karena, KKM di SDN Kedungsoka 1 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebesar 6,5, yang berarti nilai rata-rata kelas III SDN Kedungsoka 1 lebih kecil dibandingkan dengan KKM, yaitu 5,5 <6,5. Dapat diartikan kemampuan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam membaca puisi masih rendah.

�� � ℎ � �� ����� �� � ℎ����� =

122,5

22 = 5,5 < 6,5

Dari hasil tes lisan siswa dalam membaca puisi yang peneliti amati, dapat diketahui bahwa siswa memang belum menguasai langkah-langkah dalam membaca puisi yang baik dan benar, baik dari segi berintonasi, maupun pelafalan dan terutama sekali dari segi ekspresi dan penghayatan serta gerakan. Setelah gambaran kondisi awal kemampuan siswa peneliti ketahui melalui beberapa cara yaitu observasi partisipan, wawancara mendalam, dan analisis dokumen, peneliti pun berkolaborasi dengan guru kelas untuk merumuskan solusi dalam mengatasi masalah tersebut.


(13)

7

Kondisi tersebut berbeda dengan kemampuan siswa yang diharapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu

“siswa mampu membaca puisi dengan artikulasi yang tepat tidak ”.

Berdasarkan kenyataan di atas, terbukti bahwa kemampuan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam pembelajaran membaca puisi belum mencapai KKM. Kenyataan ini yang membuat penelitian yang dilakukan layak untuk dilakukan. Dengan demikian, peneliti mencoba untuk mengatasi kesulitan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam membaca puisi dengan teknik modelling. Teknik ini dipilih karena teknik ini cocok untuk diterapkan pada pembelajaran membaca puisi di kelas III SDN Kedungsoka 1 karena dengan teknik modelling ini, guru yang akan menjadi modelnya dan mencontohkan langsung kepada siswa bagaimana cara membaca puisi yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kesulitan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam membaca puisi?

2. Bagaiamana langkah-langkah pembelajaran membaca puisi dengan teknik modelling?

3. Apakah teknik modelling dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam membaca puisi?


(14)

8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memperoleh gambaran kesulitan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam membaca puisi.

2. Menemukan langkah-langkah pembelajaran membaca puisi terhadap siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dengan teknik modelling.

3. Mengetahui apakah teknik modelling dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam membaca puisi atau tidak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini bermanfaat untuk Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai alternatif pemecahan masalah yang serupa dengan masalah yangterdapat dalam penelitian ini.

2. Penelitian ini bermanfaat bagi para calon dan/atau peneliti lain yang memerlukan referensi mengenai solusi pengajaran membaca puisi dan/atau yang memerlukan referensi mengenai penggunaan teknik

modelling dalam pembelajaran membaca puisi.

3. Penelitian ini bermanfaat bagi pihak pusat kurikulum sebagai salah satu bahan kajian dalam penyusunan kurikulum selanjutnya.


(15)

9

E. Definisi Istilah

1. Mengatasi Kesulitan Siswa

Mengatasi kesulitan siswa dalam penelitian ini di definisikan

sebagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengubah kemampuan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam membaca puisi yang masih berada di bawah KKM atau belum sesuai dengan IPHB atau cara yang ditempuh untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa di kelas III SDN Kedungsoka 1 dengan jumlah 22 siswa, yang terdiri atas jumlah siswa laki-laki sebanyak 12 orang dan jumlah perempuan sebanyak 10 orang. Masalah ini belum ditemukan, dengan demikian peneliti akan menyelesaikan atau memecahkan permasalahan ini sehingga akan terjadi perubahan terhadap siswa menjadi lebih baik dan tidak kesulitan dalam membaca puisi.

2. Membaca puisi

Membaca puisi dalam penelitian ini didefinisikan dengan suatu

kegiatan membaca yang tidak biasa dan berbeda dengan membaca teks pada umumnya, karena ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar seseorang dapat dikatakan sedang membaca puisi dengan baik dan benar.


(16)

10

3. Teknik Modelling

Teknik modelling dalam penelitian ini didefenisikan dengan

suatu teknik yang dapat digunakan atau dirokemendasikan untuk suatu pembelajaran di sekolah khususnya pembelajaran bahasa Indonesia tentang materi membaca puisi. Karena teknik ini mengajarkan bahwa guru adalah sebagai modelnya langsung yang dapat diamati dan ditiru oleh siswa. Dalam penelitian ini guru akan menjadi seorang model dan mencontohkan langsung bagaimana cara membaca puisi yang baik dan benar. Lalu setelah itu siswa dapat meniru atau mempraktekkan satu persatu di depan kelas.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data dalam penelitian ini berupa fenomena sosial dan setting alami sebagai sumber data langsung (baca Iskandar, 2009: 65; Wiriaatmadja, 2009: 96). Fenomena sosial dalam penelitian ini berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas III SDN Kedungsoka 1 dalam materi membaca puisi.

B. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena penelitian ini dilaksanakan di kelas untuk mengatasi kesulitan siswa. PTK yang digunakan menggunakan model Kemmis dan Taggert. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan teknik modelling. Setiap siklus terdiri dari empat rangkaian yang dilakukan secara berulang, empat rangkaian utama yang ada pada setiap siklus, yaitu a) perencanaan, b) tindakan, c) pengamatan, d) refleksi. Namun sebelum kepada tahapan siklus penelitian diawali oleh tahapan pra siklus yang meliputi: identifikasi dan menganalisis masalah, dan rumusan masalah.


(18)

23

C. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara observasi partisipan, wawancara mendalam, dan analisis dokumen.

a. Observasi Partisipan

Observasi partisipan dilaksanakan pada saat pembelajaran membaca puisi di kelas III SDN Kedungsoka 1 berlangsung. Yang diobservasi dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran membaca puisi kelas III SDN Kedungsoka 1.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara ini dilaksanakan setelah pembelajaran membaca puisi di kelas III SDN Kedungsoka 1 berlangsung. Wawancara mendalam dilakukan kepada guru dan siswa serta tanpa teks atau tanpa susunan pertanyaan, hal ini karena petanyaan yang diajukan dalam wawancara mendalam mengikuti arah jawaban responden.

c. Analisis Dokumen

Analisis Dokumen dilaksanakan setelah pembelajaran membaca puisi di kelas III SDN Kedungsoka 1 berlangsung yang menghasilkan dokumen berupa dokumen-dokumen resmi yang dimiliki oleh SD Negeri Kedungsoka 1 Kecamatan Puloampel Kabupaten Serang dan dokumen-dokumen dari guru mitra peneliti.


(19)

24

Dokumen yang dianalisis dalam penelitian ini berupa (1) rekapan nilai siswa, (2) cacatan siswa, dan (3) cacatan anekdot.

D. Teknik Analisis Data

1. Menyeleksi data 2. Validitas data 3. Interpretasi 4. Tindakan

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti, karena penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (baca Sugiono 2009: 222-223).

1. Latar Penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari sampai dengan bulan Juni.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas III Sekolah Dasar Negeri Kedungsoka 1 Kecamatan Puloampel Kabupaten Serang.

Alasan peneliti melakukan penelitian di SD tersebut karena pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia terlihat siswa kurang


(20)

25

antusias dalam membaca puisi dan hasil belajar siswa dibawah standar nilai yang ditetapkan sekolah.

F. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas III SDN Kedungsoka 1 yang berjumlah 22 orang yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan dalam membaca puisi dengan menggunakan teknik modelling.

G. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir.

1. Kegiatan Awal

a. Mencari lokasi penelitian b. Menemukan masalah c. Menemukan solusi d. Mengurus surat perizinan

e. Meminta surat keputusan sesuai lokasi penelitian 2. Kegiatan Inti

a. Melakukan kolaborasi dengan guru

Peneliti dengan guru melakukan kolaborasi untuk memilih pendekatan, model, metode, atau teknik yang tepat dalam mengatasi


(21)

26

permasalahan yang ada dan melaksanakan tindakan penelitian, kolaborasi ini dilakukan selama penelitian berlangsung.

b. Melakukan siklus pembelajaran yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

1) Perencanaan

Dalam tahap ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap ini merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan keterampilan siswa sebagai solusi. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara kolaborasi antara guru kelas dan peneliti. Tahap perencanaan ini kurang lebih sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar mengajar. 2) Tindakan

Tindakan pada prinsipnya merupakan realitas dari suatu sudah direncanakan sebelumnya atau penerapan isi rencana tindakan di kelas yang diteliti dalam upaya mengatasi permasalahan.

3) Observasi

Kegiatan pengamatan dapat dilakukan oleh guru sebagai kolaborator maupun oleh peneliti sendiri. Obsevasi dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu untuk mengamati kemampuan siswa dalam membaca puisi dengan menggunakan teknik modelling. Observasi yang digunakan peneliti adalah observasi berstruktur,


(22)

27

yang mana peneliti telah mengetahui aspek apa yang diamati dan relevan dengan masalah dan tujuan penelitian .

4) Refleksi

Pada tahap ini adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa sudah dilakukan. Kegiatan refleksi sangat tepat dilakukan ketika peneliti sudah selesai melaksanakan tindakan, apabila masih ada kekurangan, dilakukan perbaikan dengan mendiskusikan proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Kegiatan ini dapat berulang kembali.

c. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pada penelitian tindakan kelas ini adalah pembuatan laporan.


(23)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Hasil belajar yang masih kurang dari standar KKM karena kurangnya perhatian dari guru ke siswa dan proses pembelajaran yang monoton, sehingga kejenuhan dalam pembelajaran semakin kuat. Temuan dilapangan masih banyak siswa yang belum menguasai langkah-langkah dalam membaca puisi yang baik dan benar, baik dari segi berintonasi, maupun pelafalan dan terutama sekali dari segi ekspresi dan penghayatan serta gerakan. Oleh karena itu banyak faktor yang menghambat keberhasilan siswa dalam meningkatkan proses balajar antara lain: kurangnya inisiatif guru untuk menyediakan alat peraga, metode atau teknik yang dipakai kurang bervariasi, sehingga proses pembelajaran membosankan bagi anak.

Dari permasalahan tersebut dapat simpulkan bahwa ditemukan kesulitan yang dialami siswa dalam membaca puisi karena pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Guru hanya menjelaskan apabila membaca puisi intonasinya harus benar, vokalnya harus jelas serta berekspresi yaitu sesuai dengan isi puisi yang dibacakan tanpa mendemonstrasikan secara langsung. Selain itu keterbatasan media pembelajaran yang digunakan guru menyebabkan dampak yang kurang baik dalam hasil belajar siswa khususnya mata


(24)

45

pelajaran bahasa Indonesia dan umumnya mata pelajaran yang lainnya sehingga siswa terlihat kurang termotivasi karena pada saat disuruh tampil tidak berani karena takut apabila tampilannya tidak baik akan ditertawakan temannya atau dimarahi guru, merasa malu sehingga pada saat membaca puisi menundukkan kepalanya, dan kurang percaya diri sehingga pada saat membaca puisi suaranya tidak bisa didengar oleh temannya yang duduk di bangku belakang serta tidak berekspresi.

Langkah-langkah pembelajaran membaca puisi dengan teknik

modeling diantaranya yaitu dengan langkah pra membaca, saat membaca,

dan pasca membaca. Pada langkah pra membaca siswa diajak memahami puisi yang akan dibacakan dengan membicarakan kosakata yang dianggap sukar bagi siswa. Kemudian dilanjutkan dengan memberi tanda jeda pada baris-baris puisi, guna mengatur pernafasan. Pada langkah saat membaca siswa diajak menyimak model yang mendemonstrasikan pembacaan puisi, dengan tidak lupa mendiskusikan apa yang siswa saksikan. Pada pasca membaca siswa dapat menerapkan keterampilannya dengan pembacaan puisi yang lain atau bahkan prosa dengan aspek-aspek yang telah dipelajari dalam membaca puisi.

Teknik modelling dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam keterampilan membaca puisi. Hal tersebut dibuktikan dari data temuan hasil observasi partisipan terhadap siswa bahwa dengan penggunaan teknik modelling yang bervariasi siswa lebih antusias dan fokus terhadap pembelajaran membaca puisi yang diajarkan guru sehingga


(25)

46

siswa tidak mengalami kesulitan baik dari segi intonasi, pelafalan, mimik, gerakan serta penghayatan dalam membaca puisi, dari data temuan hasil wawancara mendalam terhadap guru dan siswa bahwa guru dan siswa mengaku senang terhadap pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan teknik modelling yang bervariasi, dan dari data temuan analisis dokumen ditemukan hasil tes kemampuan siswa dalam membaca puisi pada tiap siklus; dimulai dari prasiklus (55), siklus I (62), dan siklus II (72). Dari pra siklus ke siklus I meningkat 12,7% dan dari siklus I ke siklus II meningkat 13,8%.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan, peneliti menyampaikan rekomendasi sebagai berikut.

1. Untuk peneliti dapat menambah pengalaman dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia mengenai membaca puisi, dapat membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi guru, dan akan terjalin kemitraan yang lebih erat dengan guru dan mengetahui permasalahan yang mereka hadapi.

2. Untuk guru dapat memahami kemampuan siswa dan dapat memajukan mengajar dengan teknik modelling yang bervariasi dan dapat membawa kemajuan dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan makna yang baik.


(26)

47

3. Untuk sekolah dapat menjadikan teknik modelling sebagai salah satu inovasi pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.


(27)

(1)

27

yang mana peneliti telah mengetahui aspek apa yang diamati dan relevan dengan masalah dan tujuan penelitian .

4) Refleksi

Pada tahap ini adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa sudah dilakukan. Kegiatan refleksi sangat tepat dilakukan ketika peneliti sudah selesai melaksanakan tindakan, apabila masih ada kekurangan, dilakukan perbaikan dengan mendiskusikan proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Kegiatan ini dapat berulang kembali.

c. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pada penelitian tindakan kelas ini adalah pembuatan laporan.


(2)

44 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Hasil belajar yang masih kurang dari standar KKM karena kurangnya perhatian dari guru ke siswa dan proses pembelajaran yang monoton, sehingga kejenuhan dalam pembelajaran semakin kuat. Temuan dilapangan masih banyak siswa yang belum menguasai langkah-langkah dalam membaca puisi yang baik dan benar, baik dari segi berintonasi, maupun pelafalan dan terutama sekali dari segi ekspresi dan penghayatan serta gerakan. Oleh karena itu banyak faktor yang menghambat keberhasilan siswa dalam meningkatkan proses balajar antara lain: kurangnya inisiatif guru untuk menyediakan alat peraga, metode atau teknik yang dipakai kurang bervariasi, sehingga proses pembelajaran membosankan bagi anak.

Dari permasalahan tersebut dapat simpulkan bahwa ditemukan kesulitan yang dialami siswa dalam membaca puisi karena pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Guru hanya menjelaskan apabila membaca puisi intonasinya harus benar, vokalnya harus jelas serta berekspresi yaitu sesuai dengan isi puisi yang dibacakan tanpa mendemonstrasikan secara langsung. Selain itu keterbatasan media pembelajaran yang digunakan guru menyebabkan dampak yang kurang baik dalam hasil belajar siswa khususnya mata


(3)

45

pelajaran bahasa Indonesia dan umumnya mata pelajaran yang lainnya sehingga siswa terlihat kurang termotivasi karena pada saat disuruh tampil tidak berani karena takut apabila tampilannya tidak baik akan ditertawakan temannya atau dimarahi guru, merasa malu sehingga pada saat membaca puisi menundukkan kepalanya, dan kurang percaya diri sehingga pada saat membaca puisi suaranya tidak bisa didengar oleh temannya yang duduk di bangku belakang serta tidak berekspresi.

Langkah-langkah pembelajaran membaca puisi dengan teknik modeling diantaranya yaitu dengan langkah pra membaca, saat membaca, dan pasca membaca. Pada langkah pra membaca siswa diajak memahami puisi yang akan dibacakan dengan membicarakan kosakata yang dianggap sukar bagi siswa. Kemudian dilanjutkan dengan memberi tanda jeda pada baris-baris puisi, guna mengatur pernafasan. Pada langkah saat membaca siswa diajak menyimak model yang mendemonstrasikan pembacaan puisi, dengan tidak lupa mendiskusikan apa yang siswa saksikan. Pada pasca membaca siswa dapat menerapkan keterampilannya dengan pembacaan puisi yang lain atau bahkan prosa dengan aspek-aspek yang telah dipelajari dalam membaca puisi.

Teknik modelling dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam keterampilan membaca puisi. Hal tersebut dibuktikan dari data temuan hasil observasi partisipan terhadap siswa bahwa dengan penggunaan teknik modelling yang bervariasi siswa lebih antusias dan fokus terhadap pembelajaran membaca puisi yang diajarkan guru sehingga


(4)

siswa tidak mengalami kesulitan baik dari segi intonasi, pelafalan, mimik, gerakan serta penghayatan dalam membaca puisi, dari data temuan hasil wawancara mendalam terhadap guru dan siswa bahwa guru dan siswa mengaku senang terhadap pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan teknik modelling yang bervariasi, dan dari data temuan analisis dokumen ditemukan hasil tes kemampuan siswa dalam membaca puisi pada tiap siklus; dimulai dari prasiklus (55), siklus I (62), dan siklus II (72). Dari pra siklus ke siklus I meningkat 12,7% dan dari siklus I ke siklus II meningkat 13,8%.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan, peneliti menyampaikan rekomendasi sebagai berikut.

1. Untuk peneliti dapat menambah pengalaman dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia mengenai membaca puisi, dapat membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi guru, dan akan terjalin kemitraan yang lebih erat dengan guru dan mengetahui permasalahan yang mereka hadapi.

2. Untuk guru dapat memahami kemampuan siswa dan dapat memajukan mengajar dengan teknik modelling yang bervariasi dan dapat membawa kemajuan dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan makna yang baik.


(5)

47

3. Untuk sekolah dapat menjadikan teknik modelling sebagai salah satu inovasi pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.


(6)

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGUASAAN KOSAKATA SISWA KELAS IV DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DI SDN 2 KARANGTENGAH TRENGGALEK

0 7 22

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas Tentang Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 8 Ciseureuh Kabupa

0 1 39

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS IV SDN KAMALAKA DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN PENDEKATAN ORGANISASIONAL EXPLICIT INSTRUCTION.

0 3 32

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS V SDN KADUPANDAK 1 DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN GAMBAR TUNGGAL.

0 1 29

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS V SDN PASIREURIH 1 DALAM MEMBACA PEMAHAMANMENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC.

0 0 28

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS V SDN UJUNGTEBU DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK CERITA RAKYAT DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT).

0 1 32

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS V SD NEGERI CIWEDUS DALAM MENYIMPULKAN ISI CERITA DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD).

0 0 29

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MODEL CIRC DENGAN MEDIA GAMBAR FOTOGRAFI PADA SISWA KELAS IV SD 1 KALIPUTU KUDUS

0 0 21

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC DI KELAS V

0 1 11