STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR TEH HITAM P (1)

STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR TEH HITAM PADA PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII BOGOR, JAWA BARAT

  Oleh : SEPTINA ERIANOFA SINAGA

  A 14105705

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN

  SEPTINA ERIANOFA SINAGA. Strategi Pengembangan Ekspor Teh Hitam Pada Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat. Dibawah bimbingan RAHMAT YANUAR.

  Perkebunan teh merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menghasilkan komoditas ekspor dari sektor non migas Indonesia setelah kelapa sawit dan kakao. Secara Nasional, industri teh yang terdiri dari 90 persen teh hitam dan 10 persen teh hijau menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp1,2 trilyun (0,3 persen dari total PDB non migas) dan menyumbang devisa bersih sekitar 110 juta dollar AS pertahun. Perkebunan Gunung Mas (PGM) merupakan salah satu unit produksi PTPN VIII yang bergerak dalam bidang produksi teh hitam. Perusahaan ini memiliki tiga unit perkebunan yaitu Gunung Mas I, Gunung Mas II, dan Cikopo Selatan. Sekitar 80-90 persen teh hitam yang dihasilkan ditujukan untuk ekspor dan sisanya sekitar 10-20 persen untuk pasar lokal. Tingginya persentase ekspor ini disebabkan rendahnya konsumsi teh dalam negeri dibandingkan dengan konsumsi teh luar negeri di beberapa negara.

  Permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini adalah terjadi penurunan persentase ekspor teh perusahaan yang sangat drastis. 80-90 persen dari total teh hitam perusahaan ditujukan untuk pasar ekspor, dan sisanya untuk pasar lokal. Namun dari tahun 2001-2007, persentase ekspor teh hitam perusahaan mengalami penurunan hingga menjadi 56,8 persen. Selain terjadinya penurunan persentase ekspor teh hitam perusahaan, persaingan dari industri teh juga semakin ketat, khususnya pesaing dari luar negeri, dalam hal ini negara Vietnam. Untuk itu, perusahaan selaku perusahaan pengekspor teh hitam, perlu melakukan analisis strateginya untuk dapat bertahan dan menghadapi persaingan di dunia industri teh.

  Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. (2) Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan. (3) Merumuskan strategi yang dapat dijalankan perusahaan sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan. Penelitian ini dilakukan di Perkebunan Gunung Mas, PT Perkebunan Nusantara VIII Jl. Raya Puncak Km 87, Cisarua, Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Masalah yang dianalisis mencakup kondisi internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli-November 2008. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari pihak manajemen melalui wawancara, pengamatan langsung di lapangan (observasi), dan pengisian kuisioner dengan pihak yang dianggap paling berkompeten di PGM yaitu Wakil Administratur, Sinder Pengolahan, dan Sinder TUK. Sedangkan data sekunder diperoleh dari International Tea Committe (ITC), Asosiasi Teh Indonesia (ATI), internet, penelitian terdahulu, dan literatur yang berkaitan dengan penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang menjadi kekuatan PGM PTPN VIII adalah memiliki perkebunan dan pabrik pengolahan sendiri, sistem organisasi yang terspesialisasi berdasarkan fungsi dan tugas, tenaga kerja yang disesuaikan berdasarkan serikat pekerja perkebunan (SP-BUN), produk sudah terstandarisasi berdasarkan sertifikasi ISO dan HACCP. Sedangkan yang menjadi kelemahan adalah kandungan unsur bahan organik (BO) tanah rendah, fungsi litbang masih kurang dimanfaatkan dengan maksimal, produktivitas tenaga kerja pemetik rendah, sistem pemasaran yang terbatas, letak topografi perkebunan yang berada diantara dataran rendah hingga medium. Berdasarkan faktor eksternal yang menjadi peluang adalah pertumbuhan penduduk dunia, hasil penelitian akan manfaat teh bagi kesehatan, tingkat konsumsi teh luar negeri yang tinggi, lahan perkebunan perusahaan yang masih tersedia, dan tersedia lembaga riset dan pengembangan. Sedangkan ancaman dari faktor eksternal adalah produksi tergantung alam, pesaing global yang lebih efisien dalam biaya produksi dan pengolahan, kenaikan harga BBM dan tarif listrik, kebijakan pemerintah untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan air, non tariff barrier dengan adanya sertifikasi, penjarahan tanah PGM dan daya saing teh Indonesia yang rendah.

  Analisis matriks SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi yaitu strategi dalam mengembangkan ekspor, yaitu memperluas pangsa pasar, meningkatkan kualitas produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk subsitusi, meningkatkan produktivitas pemetik, memperluas areal perkebunan yang masih tersedia, menekan biaya operasional perusahaan, dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait guna meningkatkan mutu dan teknologi. Berdasarkan matriks QSPM diperoleh prioritas strategi yaitu (a) meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait guna meningkatkan mutu dan teknologi (7,446), (b) meningkatkan kualitas produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk substitusi (5,923), (c) meningkatkan produktivitas pemetik (5,145), (d) memperluas pangsa pasar (5,105), (e) menekan biaya operasional perusahaan (3,983) dan (f) memperluas areal perkebunan yang masih tersedia (3,719).

STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR TEH HITAM PADA PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII BOGOR, JAWA BARAT

  Oleh : Septina Erianofa Sinaga A14105705

  Skripsi

  Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

  Sarjana Pertanian pada

  Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

  P ROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

  Judul

  : Strategi Pengembangan Ekspor Teh Hitam

  Pada Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII Bogor, Jawa Barat

  Nama : Septina Erianofa Sinaga Nrp

  : A 14105705

  Menyetujui, Dosen Pembimbing

  Rahmat Yanuar, SP, MSi

  NIP. 132 321 442

  Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

  Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr

  NIP. 131 124 019

  Tanggal Lulus Ujian:

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR TEH HITAM PADA PERKEBUNAN GUNUNG MAS PTPN VIII BOGOR, JAWA BARAT”

  BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN- BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

  Bogor, Desember 2008

SEPTINA ERIANOFA SINAGA

  NRP A14105705

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  Penulis adalah anak ketiga dari delapan bersaudara yang lahir dari keluarga J. Sianaga dan S. Simarmata. Penulis dilahirkan di Simpang Empat pada tanggal 26 September 1984. Masa pendidikan penulis dimulai dari jenjang Sekolah Dasar di SD Prayoga Pasaman Barat. Penulis memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 2 Pasaman. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri 1 Pasaman.

  Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Program Diploma III Teknisi Medis Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR

  Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semua yang terindah selalu Ia sediakan dan berikan tepat serta indah pada waktu Nya.

  Penelitian ini berjudul ”Strategi Pengembangan Ekspor Teh Hitam Pada Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal Perkebunan Gunung Mas serta merumuskan strategi yang dijalankan sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan.

  Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi para pembaca.

  Bogor, Desember 2008

  Septina Erianofa Sinaga

  NRP 14105705

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-Nya yang sungguh besar, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah memberikan masukan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:

  1. Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi.

  2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator kolokium dan penguji yang telah memberikan saran dan koreksi dalam skripsi ini.

  3. Etrya, SP, MM selaku dosen komdik atas masukan dan koreksi dalam penulisan skripsi ini.

  4. Ibuku dan Ayahku tercinta atas Doa, kasih sayang, dukungan, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

  5. Kakakku tercinta Hotnida dan Meliyanti, serta adik-adikku tersayang Rimdo Elrado Maradona, Elvina Rahmi Fitri, Boni Olan Doli, Maria Enjelina dan Titin Theresia Nisalia.

  6. Bapak Dudhy Irawadhy, SP selaku pembimbing lapang di Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII, Bapak Ir. Tri Hermawan dan Bapak Sugama, SE atas waktu, kesempatan, pengarahan dan bimbingan selama penelitian.

  7. Bapak Dadan Ruswandyat, Ibu Eni, Mas Wawan, Pak Yedi, dan semua staf Perkebunan Gunung Mas atas bantuannya dalam penelitian penulis.

  8. Bapak Endi Singarimbun dan staf di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) Jakarta, atas informasi data bagi penulis.

  9. Bapak Dadang dan staf Kantor Direksi PTPN VIII Bandung, atas informasi data bagi penulis.

  10. Mas Stevanus, teman baik ku Anto Binsar Sitompul dan Nike Redian David Siagian atas waktu dan bantuannya kepada penulis dalam pencarian data dan penelitian.

  11. Jan Ryando Aritonang atas segala Doa dan motivasi kepada penulis.

  12. Abangku Marunggas Sinaga, sahabatku Iil Holilah, Alfredo Zebua, Natalia Simorangkir, Agus, Menti Arios, Dina, Nova, Junita, Elfrida, Laura Pinem, Juan Sitanggang, Davit Eric Hasian, Mark Majus Aritonang, Frengky dan Marudut Hutabalian. Terima kasih atas cinta, kasih sayang, Doa, dukungan dan motivasinya selama ini, God bless you all...

  13. Saudara terkasih kost Perwira 10 dan Taman Malabar 15 terima kasih atas segala kebersamaan yang tidak terlukiskan, dan teman-teman Ekstensi serta berbagai pihak lainnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

DAFTAR TABEL

  Tabel

  Halaman

  1. Perkembangan Produksi dan Area Perkebunan Teh Indonesia Tahun 2000-2007.............................................................. 2

  2. Ekspor Teh Indonesia Tahun 2000-2007 .......................................

  3. Perkembangan, Produksi, Ekspor dan Harga Teh Hitam PGM PTPN VIII Tahun 2001-2007. ...............................................

  4. Perkembangan Produksi dan Ekspor Produsen-Produsen Teh Dunia Tahun 2007 ...................................................................

  5. Kandungan Unsur Teh Hitam dalam 100 gram .............................

  6. Penelitian Terdahulu ......................................................................

  7. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal Perusahaan .....................

  8. Penilaian Bobot Fakor Strategi Eksternal Perusahaan ....................

  9. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) ..........................................

  10. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) .....................................

  11. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) ...........

  12. Luas Areal Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII............................

  13. Rekapitulasi Data Induk Karyawan PGM PTPN VIII .....................

  14. Persediaan Teh Minimal pada Peti Miring dan Berat Bersih per sak Tiap Grade ..............................................................

  15. Harga Realisasi Teh Hitam PGM Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Mutu .................................................................

  16. Kandungan Polifenol dan Kafein pada Daun Teh ...........................

  17. Perkembangan Rata-rata Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Tahun 2003-2008 ..........................................................

  18. Populasi Penduduk Berdasarkan Negara-negara Dunia Tahun 2005 ....................................................................................

  19. Ekspor Produsen-produsen Teh Dunia Tahun 2001-2007 ...............

  20. Identifikasi Lingkungan Internal PGM PTPN VIII .........................

  21. Identifikasi Lingkungan Eksternal PGM PTPN VIII .......................

  22. Hasil Analisis Matriks IFE PGM PTPN VIII ..................................

  23. Hasil Analisis Matriks EFE PGM PTPN VIII .................................

  24. Tingkat Konsumsi Teh Negara-negara di Dunia Tahun 2007 ..........

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sektor agribisnis memiliki kekuatan struktur ekonomi yang kuat. Hal ini terbukti dari situasi krisis seperti pada saat sekarang ini sektor tersebut masih mampu menghasilkan keuntungan berupa devisa dan bertahan di pasar Internasional, sehingga sektor ini harus dipacu perkembangannya melalui pembangunan pertanian yang berbasis pada agribisnis.

  Perkebunan teh merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menghasilkan komoditas ekspor dari sektor non migas Indonesia setelah kelapa sawit dan kakao. Saat ini di Indonesia teh dihasilkan oleh tiga jenis badan usaha, yaitu Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR). PBN memiliki potensi paling besar dalam produksi teh dibandingkan Berkebunan Besar Swasta maupun Perkebunan Rakyat.

  Perkebunan teh di Jawa Barat merupakan yang terbesar di Indonesia. Luas areal perkebunan mencapai 109.900 hektar atau 70 persen dari luas areal perkebunan teh di Indonesia. Tiap tahun produksi teh dari provinsi ini menyumbang hingga 80 persen terhadap produksi teh Nasional. Perkebunan tersebut sebagian besar dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VIII. Areal perkebunan teh tersebar di Kabupaten Bandung, Sukabumi, Cianjur, Bogor, Purwakarta, Subang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Majalengka. Bandung

  adalah daerah penghasil teh utama di Jabar. 1

  1 http:www.info teh dan sejarah umum teh.htm. 260608

  Tabel 1 Perkembangan Produksi dan Luas Areal Perkebunan Teh Indonesia

  Tahun 2000-2007 Tahun

  Volume Produksi

  Pertumbuhan

  Luas Areal

  (000 Ton)

  Perkebunan (Ha)

  Sumber: International Tea Committee, 2008 (Diolah)

  Perkembangan produksi teh Indonesia cenderung mengalami fluktuasi yang menurun seperti yang terjadi mulai dari tahun 2000-2007. Luas areal perkebunan juga mengalami pengurangan tiap tahun, hal ini disebabkan adanya karena adanya beberapa perkebunan milik rakyat yang cenderung beralih ke jenis pertanian lain.

  Tabel 2 Perkembangan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2000-2007

  Sumber: International Tea Committee, 2008 (Diolah)

  Ekspor teh Indonesia dari tahun 2001 hingga tahun 2007 cenderung mengalami fluktuasi yang menurun. Penurunan ekspor ini diakibatkan karena turunnya volume produksi. Meskipun terjadi penurunan volume produksi tahun 2007, harga jual teh Indonesia tahun 2007 merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,51 U dolar.

  Tahun 2006 merupakan perolehan nilai tertinggi ekspor teh dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya selama tujuh tahun terakhir.

  Secara Nasional, industri teh yang terdiri dari 90 persen teh hitam dan 10 persen teh hijau menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp1,2 trilyun (0,3 persen dari total PDB non migas) dan menyumbang devisa bersih sekitar 110 juta dollar AS pertahun. Penurunan ekspor teh Indonesia menyebabkan pangsa ekspor teh curah Indonesia di pasar dunia menurun menjadi hanya 7 persen pada tahun 2002, sedangkan pangsa ekspor negara produsen teh lainnya seperti Sri Lanka meningkat dari 18,2 persen menjadi 20 persen dan Kenya meningkat dari 16,4 persen menjadi 18,6 persen (ITC,2003 dalam Jurnal managemen dan Agribisnis maret 2004). Hingga tahun 2007, pangsa pasar teh

  Indonesia sebesar 6,5 persen (Antara News, 2007). 2

  Sebagai salah satu negara penghasil teh, Indonesia baru mampu mengekspor antara 90.000-100.000 ton per tahun dari total kebutuhan teh dunia sebanyak tiga juta ton per tahun (Pimpinan Asosiasi Teh Indonesia, Insyaf Malik). Prospek teh hitam sekarang ini sangat menjanjikan, sehingga produsen-produsen teh dunia juga banyak yang mengembangkan budidaya tehnya, karena banyak negara- negara di kawasan Eropa dan Timur Tengah, terutama negara-negara pecahan Uni

  Sovyet yang meminati jenis teh hitam. 3

  2 http:www.asosiasi teh Indonesia.htm. 210608

  3 http:www.asosiasi teh Indonesia.htm. 120608

  Tingginya permintaan teh dunia, menjadi peluang yang besar bagi Indonesia untuk dapat terus mengembangkan ekspor teh hitamnya dan bisa menguasai pangsa pasar yang lebih besar. Hal ini juga ditegaskan oleh Badan Pangan Dunia FAO (Food Agricultural Organization) yang memprediksi peningkatan konsumsi teh dunia tahun 2005 sebesar tiga persen. Peningkatan konsumsi teh tersebut didasari atas pertumbuhan populasi penduduk dunia yang akan meningkat diatas lima persen, selain itu juga ditambah dengan gencarnya promosi tentang teh dalam hubungannya untuk kesehatan tubuh yang dilakukan oleh produsen teh di

  seluruh dunia. 4

1.2 Perumusan Masalah

  Perkebunan Besar Negara (PBN) di Indonesia tergabung dalam PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dengan pengusahaan komoditas yang berbeda- beda. PTPN yang mengusahakan komoditas teh adalah PTPN IV Jambi, PTPN VI Padang, PTPN VII Bandar Lampung, PTPN VIII Bandung, PTPN IX Surakarta dan PTPN XII Surabaya. PTPN VIII Bandung merupakan perkebunan negara yang memberikan kontribusi ekspor teh hitam terbesar di Indonesia

  Perkebunan Gunung Mas (PGM) merupakan salah satu unit produksi PTPN

  VIII yang bergerak dalam bidang produksi teh hitam. Perusahaan ini memiliki

  tiga unit perkebunan yaitu Gunung Mas I, Gunung Mas II, dan Cikopo Selatan. Sekitar 80-90 persen teh hitam yang dihasilkan ditujukan untuk ekspor dan sisanya sekitar 20-10 persen untuk pasar lokal. Tingginya persentase ekspor ini disebabkan rendahnya konsumsi teh dalam negeri dibandingkan dengan konsumsi teh luar negeri di beberapa Negara.

  4 http:www.asosiasi teh Indonesia.htm. 070708

  Tabel 3 Perkembangan, Produksi, Ekspor dan Harga Teh Hitam PGM PTPN VIII

  Tahun 2001-2007

  Ekspor (USKg)

  Sumber: Kantor Direksi PTPN VIII Bandung, 2008 (Diolah).

  Volume produksi teh PGM PTPN VIII relatif mengalami kecenderungan yang menurun. Peningkatan produksi hanya terjadi pada tahun 2003, dimana produksi meningkat sebesar 18,71 persen. Namun mulai dari tahun 2005-2007, volume produksi cenderung mengalami penurunan. Sama halnya dengan volume ekspor yang juga mengalami fluktuasi yang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Faktor yang menyebabkan penurunan ekspor teh ini diduga disebabkan karena volume produksi, harga ekspor teh periode tertentu, harga teh domestik periode tertentu dan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

  Penurunan persentase ekspor teh hitam yang terjadi di PGM dapat disebabkan akibat tingginya kandungan timbal pada teh yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap yang melakukan penelitian kandungan timbal (plumbumPb) dari udara dan tanah terhadap daun, batang, akar, dan air seduhan teh pada tiga Perkebunan Besar Negara, yang salah satunya adalah PGM. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, kandungan timbal udara tertinggi terdapat pada PGM pada jarak 10 meter dari jalan raya utama, tetapi kandungan Penurunan persentase ekspor teh hitam yang terjadi di PGM dapat disebabkan akibat tingginya kandungan timbal pada teh yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap yang melakukan penelitian kandungan timbal (plumbumPb) dari udara dan tanah terhadap daun, batang, akar, dan air seduhan teh pada tiga Perkebunan Besar Negara, yang salah satunya adalah PGM. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, kandungan timbal udara tertinggi terdapat pada PGM pada jarak 10 meter dari jalan raya utama, tetapi kandungan

  juga dengan kandungan timbal tertinggi pada batang juga pada PGM. 5

  Teh yang diekspor oleh PGM PTPN VIII adalah jenis teh hitam, dimana hingga tahun 2001, persentase ekspor teh hitam PGM sekitar 80 sampai 90 persen ditujukan untuk pasar ekspor dan sisanya untuk pasar domestik. Namun, dari tahun 2002 sampai tahun 2007, persentase pasar ekspor teh hitam PGM mengalami penurunan hingga menjadi 56,82 persen dan peningkatan pada penjualan domestik yang harga jualnya lebih rendah dibandingkan harga jual ekspor, sehingga perusahaan mengalami penurunan pendapatan dari hasil penjualan teh nya.

  Hal yang sama juga terjadi pada harga jual rata-rata teh hitam PGM lebih rendah dibandingkan dengan harga jual rata-rata teh Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan karena tingginya persentase teh mutu III perusahaan, sehingga volume untuk ekspor dengan jenis mutu I dan II lebih sedikit. Pengurangan persentase jenis mutu teh ini dapat disebabkan berkurangnya persentase pucuk yang baik di kebun, sehingga menyebabkan pengurangan untuk jenis mutu I.

  Berdasarkan data penjualan tahun 2008, negara tujuan ekspor teh hitam PGM PTPN VIII antara lain adalah Singapura, Malaysia, Pakistan, UEA, Inggris, USA, Rusia, Jerman, Ukrania, New Zealand, Belanda, Jepang, India, Mesir, Polandia, Cuba, dan Kazakstan. PGM PTPN VIII mengalami persaingan yang semakin ketat di dunia Internasional. Dimana, pasokan teh dari negara-negara eksportir utama seperti India, Cina, Sri Lanka, dan Kenya yang cenderung mengalami peningkatan pangsa pasar.

  5 http:www.timbal dalam teh.htm. 280908

  Pesaing baru seperti Vietnam mulai masuk dalam perdagangan teh Internasional. Dengan semakin ketatnya persaingan ini, perusahaan perlu melakukan analisis terhadap faktor-faktor internal akan adanya kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman untuk dapat merumuskan strategi perusahaan, sehingga perusahaan terus mampu bersaing di pasar dunia Internasional.

  Tabel 4 Perkembangan Produksi dan Ekspor Produsen-Produsen Teh Dunia

  Tahun 2007 Negara-Negara Produsen

  Sri Lanka

  Sumber: International Tea Committee, 2008 (Diolah)

  Sehubungan dengan kondisi diatas maka perumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah:

  1. Faktor-faktor internal apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan PGM PTPN VIII dalam pengembangan ekspor?

  2. Faktor-faktor eksternal apakah yang merupakan peluang dan ancaman PGM PTPN VIII dalam menghadapi pesaingnya?

  3. Bagaimana alternatif strategi perusahaan untuk dapat mengembangkan ekspor teh hitamnya?

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Mengidentifikasi faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan

  2. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan.

  3. Merumuskan strategi yang dapat dijalankan perusahaan sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan.

1.4 Kegunaan Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi PGM PTPN VIII dalam hal merumuskan strategi pengembangan ekspornya, sebagai bahan acuan dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian berikutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di PGM PTPN VIII yang merupakan perusahaan ekspor teh hitam. Analisis dilakukan menggunakan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan, untuk mengetahui strategi pengembangan ekspor yang tepat bagi perusahaan.

1.6 Batasan Penelitian

  Penelitian ini difokuskan pada kondisi internal maupun eksternal perusahaan yang dianalisis dalam strategi pengembangan ekspor khusus untuk teh hitamnya. Dalam hal ini pengembangan ekspor tersebut dianalisis menggunakan matriks IFE dan EFE, IE dan analisis SWOT. Analisis yang dilakukan dalam pengambilan keputusan strategi pengembangan ekspor menggunakan matriks QSPM.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Teh di Indonesia

  Tanaman teh (Camellia sinensis), pertama kali ditemukan di daratan Cina dengan nama popular di Cina yaitu cha. Tanaman teh pertama kali dikenal oleh

  Kaisar Shen Nung di Cina pada tahun 2737 sebelum masehi. Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer membawa ke Indonesia sebagai tanaman hias.

  Tahun 1728, pemerintah Belanda mulai mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru berhasil pada tahun 1824 saat Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang.

  Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa

  (Culture Stetsel). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia. 6

  6 http:www.teh.sejarah umum teh.htm.260608

2.2 Karakteristik Teh

  Tanaman teh yang selalu berdaun hijau (Evergreen shrub), berbentuk pohon tetapi karena dilakukan pemangkasan rutin dan terus menerus, bentuk tanaman teh menjadi perdu, tanaman ini tumbuh baik di dataran tinggi, dan paling produktif di dataran tropis. Daerah komersial teh dunia terpusat pada pegunungan yang terletak dekat atau di sekitar khatulistiwa antara 42 derajat utara dan 33 derajat selatan. Selain itu, tanaman teh peka terhadap keadaan fisik tanah. Secara geografis, teh dapat tumbuh baik di benua Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Namun, budidaya tanaman teh tidak dikembangkan di Amerika karena kekurangan tenaga kerja manusia yang sangat diperlukan untuk memetik teh. Oleh karena itu hanya terdapat di Asia dan Afrika.

  Menurut ketinggian daerah penanamannya, teh yang dihasilkan perkebunan Indonesia dapat digolongkan dalam lima golongan (Spillane, 1992), yaitu:

  a. High Grown, untuk teh dari perkebunan dengan ketinggian diatas 1500 m, seperti perkebunan Sinumbra, Perkebunan Sperata di Jawa Barat.

  b. Good Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 1000-1200 m, seperti Perkebunan Malabar, Perkebunan Kertamanah, Perkebunan Gunung Mas, dan Perkebunan Goalpara Jawa Barat.

  c. Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 1000-1200 m, seperti Perkebunan Wonosari Jawa Timur, dan Perkebunan Panghotelan Jawa Barat.

  d. Low Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 800-1000 m, seperti Perkebunan Pasir Nangka, Perkebunan Cikopi Selatan dan lainnya di Jawa Barat.

  e. Common, untuk teh dari perkebunan di daerah dibawah 800 m, seperti Perkebunan Gunung Raung.

  Di dunia Internasional, dikenal tiga golongan teh, yaitu Black Tea (Teh Hitam), Green Tea (Teh Hijau), dan Oolong Tea (Teh Oolong). Perbedaan pokok antara teh hitam dan teh hijau adalah bahwa teh hitam mengalami proses fermentasi (proses pemeraman) yang merupakan ciri khasnya, sedangkan teh hijau tidak mengenal fermentasi dalam proses pengolahannya. Selain itu, teh hitam tidak mengandung unsur-unsur lain diluar pucuk teh, sedangkan teh hijau bau daunnya tidak hilang (karena tidak mengalami proses fermentasi) maka harus dikompensasi dengan wangi-wangian dari bahan non teh, misalnya bunga melati. Teh Oolong khas teh Cina atau Taiwan, merupakan perkawinan antara teh hitam dengan teh hijau, yang mengalami setengah fermentasi (Spillane, 1992).

2.3 Teh Hitam

  Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Teh hitam sama dengan teh hijau yang berbeda hanyalah proses pengolahannya, dimana dihasilkan melalui sistem pengolahan yang melakukan proses fermentasi didalam proses pengolahannya. Sistem pengolahan teh hitam terdiri dari dua jenis yaitu Orthodox dan CTC (Cutting, Tearing, dan Curling). Sistem pengolahan teh hitam orthodox, diolah dengan metode pengolahan secara tradisional yaitu melalui proses pelayuan, perajangan, penyobekan, penggulungan, fermentasi, dan sortasi hingga dihasilkan teh bubuk. Proses pengeringan dilakukan untuk menghentikan Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Teh hitam sama dengan teh hijau yang berbeda hanyalah proses pengolahannya, dimana dihasilkan melalui sistem pengolahan yang melakukan proses fermentasi didalam proses pengolahannya. Sistem pengolahan teh hitam terdiri dari dua jenis yaitu Orthodox dan CTC (Cutting, Tearing, dan Curling). Sistem pengolahan teh hitam orthodox, diolah dengan metode pengolahan secara tradisional yaitu melalui proses pelayuan, perajangan, penyobekan, penggulungan, fermentasi, dan sortasi hingga dihasilkan teh bubuk. Proses pengeringan dilakukan untuk menghentikan

  Proses pengolahan teh hitam CTC dilakukan dengan tiga tahapan yaitu: (1) Proses pelayuan, (2) Proses penggilingan yang bertujuan untuk memecah sel-sel daun agar proses fermentasi dapat berlangsung secara merata. (3) Proses pengeringan, Menggunakan ECP drier (Endless Chain Pressure drier) dan FB

  (Fluid bed drier) kadar air produk yang dihasilkan 3-5 persen 7 . Teh jenis Ortodoks dan CTC masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi

  sesuai standar.

  Menurut Irawadi (1986), teh hitam diperoleh dari hasil pengolahan pucuk teh dengan proses fermentasi sebelum pengeringan. Pada dasarnya, proses fermentasi telah berlangsung sejak permulaan proses penggulungan dan sebagai hasilnya adalah terjadinya perubahan warna daun, yaitu dari warna hijau menjadi warna tembaga.

  Perubahan yang penting selama proses fermentasi adalah terjadinya proses oksidasi tanin yang akan menimbulkan warna, rasa, serta terbentuknya minyak atsiri. Perubahan ini akan berlangsung mencapai jumlah yang optimum pada waktu tertentu. Proses oksidasi lebih lanjut adalah melalui proses kondensasi yang menghasilkan theaflavin berwarna kuning keemasan dan thearubigin yang berwarna merah kecoklatan.

  7 http:www.teh.sejarah umum teh.htm.260608

  Hasil pengolahan teh hitam dihasilkan dua macam teh, yaitu teh daun dan teh bubuk. Teh daun adalah bubuk teh yang selama pengolahan mengalami penggulungan sempurna. Teh bubuk atau teh hancur (dust) adalah bubuk teh yang selama pengolahannya daun tidak tergulung sempurna akan tetapi tersobek-sobek sehingga diteruskan dengan menghancurkannya (Ciptadi, 1979).

  Jenis-jenis mutu teh hitam menurut Spillane 1992, dapat dibagi dalam tiga golongan dengan perincian sortasi mutu sebagai berikut:

  1. Teh daun (Leaf tea), terdiri dari mutu: Orange Pekoe, Pekoe Souchon

  2. Teh remuk (Broken tea), terdiri darai mutu: Broken orange Pekoe, Broken Pekoe, dan Broken tea.

  3. Teh bubuk (Powdered Tea), terdiri dari mutu: Fanning, dan Dust.

  Orange Pekoe berasal dari kuncup teh yang masih tergulung dengan bulu- bulu halus, warna hitam mengkilat, dan titik kuning emas. Pekoe mirip dengan orange Pekoe, tetapi lebih pendek, lebih besar-besar, warna kuning emas lebih sedikit, demikian juga bulu-bulu halusnya, warna hitam bercampur coklat dan bubuk ini berasal dari kuncup yang tergulung pendek, kasar, dan berwarna hitam.

  Proses pengolahan teh akan mempengaruhi keberadaan katekin dalam pucuk teh. Pada pengolahan teh hitam yang terdiri atas tahap pelayuan, penggulungan, dan oksidasi polifenol ensimatik, pengeringan, sortasi, dan pengepakan, penurunan katekin sangat nyata terjadi. Penurunan kadar katekin selama pengolahan teh hijau tidak sebanyak yang terjadi pada pengolahan teh hitam. Hal ini dimungkinkan karena adanya inaktivasi enzim oksidasi selama proses pemanasan atau pelayuan. Tahap berikutnya adalah penggulungan, pengeringan, sortasi, dan pengemasan.

2.4 Manfaat Teh

  Sebagai minuman penyegar, teh disukai karena dipercaya mampu memberikan efek awet muda. Hal ini dipercaya karena daun teh mengandung riboflavin (vitamin B2) dan asorbic acid (vitamin C). Teh dapat meringankan masalah kesehatan seperti cystitis (radang kandung kemih), konstipasi bahkan sakit kepala atau kelesuan sebagai akibat kurangnya cakupan cairan yang diserap tubuh. Teh hitam dapat dipercaya dapat menurunkan kandungan kolesterol dalam darah, kanker, serta mencegah dan mengobati penyakit jantung, karena dapat meningkatkan darah ke jantung, diduga peningkatan aliran darah ini dapat ditemukan setelah dua jam minum teh hitam.

  Penelitian yang baru ini, yang dilaporkan dalam The American Journal of Cardiology menduga bahwa aliran darah yang meningkat disebabkan oleh karena adanya vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah. Penyebabnya kemungkinan karena adanya flavonoids yang terdapat dalam teh. Flavonoids memperbaiki fungsi lapisan dalam pembuluh darah (endotel) sehingga vasodilatasi dapat semakin meningkat. Pada penderita penyakit jantung, endotel pembuluh darah jantungnya mengalami penyempitan. Efek flavonoids pada penderita jantung masih belum diketahui, oleh karena itu para ahli kini sedang melakukan penelitian

  untuk melihat manfaat teh bagi penderita penyakit jantung koroner tersebut. 8

  8 http:www.infosehat.teh hitam sehatkan jantung.htm.090608

  Berdasarkan hasil penelitian, flavonoid yang merupakan antioksidan polifenol pada teh mampu memperkuat dinding sel darah merah dan mengatur permeabilitasnya, mengurangi kecenderungan trombosis, dan menghambat oksidasi LDE (Laju Endap Darah) sehingga mengurangi terjadinya proses atherosklerosis di pembuluh darah yang selanjutnya akan mengurangi risiko

  kematian akibat penyakit jantung koroner. 9

  Riset pada tahun 2006 yang dilakukan oleh Van Siebold ahli bedah berkebangsaan Belanda yang pernah belajar di Jepang menuturkan selain minuman kesegaran, teh hitam juga berkasiat menstimulasi sistem saraf pusat, memberikan efek menenangkan, meningkatkan detak jantung, dan diuretik. Saraf pusat yang terangsang sistem pengendali irama dan gerak fisik menjadi terkendali. Dampaknya, pengaturan serapan nutrisi lebih baik. Teh kaya polifenol, tanin, mineral, vitamin, dan antioksidan. Selain itu, teh hitam membantu kerja lever lebih efektif, sehingga tingkat metabolisme jadi lebih cepat. Akibatnya proses

  penyembuhan penyakit pun lebih optimal. 10

  Teh juga dapat memperkuat gigi dan mencegah karies pada gigi, mengurangi risiko keracunan makanan (menurut penelitian dari Taiwan dan Jepang), memperkuat daya tahan tubuh, dan menyegarkan tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Nasional Singapura, secangkir teh baik untuk otak karena dapat memperlambat kerusakan sel dan menjaga daya ingat tetap tajam diusia tua.

  9 http:www.teh.sentra informasi iptek.htm.120608

  10 http:www.teh.teh hitam untuk liver.htm.090608

  Dalam teh hitam ditemukan senyawa catechin yang dapat melindungi otak dari pembentukan protein yang merusak selama bertahun-tahun sehingga menjaga kemampuan kognitif otak. Selain itu, teh juga mengandung Theanine yang dapat

  melawan efek samping dari kafein. 11

  Tanaman teh juga bisa digunakan sebagai bahan-bahan kosmetik. Di antaranya, untuk perawatan tubuh seperti hand body lotion, cream antiseptik, produk-produk perawatan rambut seperti shampo atau conditioner; perawatan mulut seperti pasta gigi, mouthwash, dan pelindung bibir, deodorant, produk pembersih seperti sabun atau pembersih kulit, dan perawatan kaki. Berdasarkan penelitian akan unsur kandungan teh terdapat pada Tabel 5.

  Tabel 5 Kandungan Unsur Teh Hitam dalam 100 Gram

  Vitamin A

  SI

  Vitamin C

  mg

  Vitamin B

  mg

  Sumber: Mujawati 1999 dalam Hutajulu 2005

  Menurut ahli gizi Institut Pertanian Bogor Prof Dr Ali Khomsan, daun teh mengandung 30-40 persen polifenol yang dikenal sebagai katekin, lebih dari 400 komponen kimiawi telah diidentifikasi. Katekin adalah antioksidan yang kuat, bahkan lebih kuat daripada vitamin E, vitamin C dan betakaroten. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Deparment of Biokimia, University of New Jersey Amerika Serikat, melakukan uji mutagenesitas untuk mendeteksi sifat

  11 http:www.teh.manfaat teh.htm.120608 11 http:www.teh.manfaat teh.htm.120608

  penjagaan tubuh terhadap kanker akan semakin kokoh. 12

2.5 Penelitian Terdahulu

  Iriana (2004), menganalisis Strategi Pengembangan Bisnis Teh, studi kasus di Perkebunan Gedeh PTPN VIII, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, faktor internal yang menjadi kekuatan utama Perkebunan Gedeh adalah iklim kerja yang kondusif, areal konsesi yang cukup luas, memiliki pengolahan yang sesuai standar. Kelemahan yang utama yang dimiliki adalah pemeliharaan kebun yang belum optimal, manajemen pemetikan yang belum tepat, penanganan pucuk yang belum optimal. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi peluang adalah perkembangan teknologi mekanisasi pengolahan, adanya pelanggan yang loyal dan tingkat konsumsi dalam negeri yang masih rendah. Ancaman terbesar yang dihadapi adalah kelangkaan pasokan pupuk, ketergantungan produksi kepada kondisi alam, perkembangan industri teh negara pesaing dan sistem pemasaran yang lemah.

  Berdasarkan alternatif strategi SWOT, yang kemudian dianalisis menggunakan matriks QSP, tujuh strategi yang dihasilkan berdasarkan urutan prioritas adalah memperbaiki pemeliharaan kebun dan manajemen pemetikan untuk memperbaiki kualitas bahan baku, menghasilkan produk yang sesuai dengan selera pelanggan, mengembangkan produk bernilai tambah untuk memanfaatkan pasar domestik, pengembangan keterampilan dan motivasi

  12 Trubus, September 2007.

  karyawan terutama bagi karyawan pemetik, mengendalikan biaya produksi sesuai dengan RKBPMKRKAP, peremajaan tanaman untuk meningkatkan produktivitas kebun, mengoptimalkan kinerja pabrik pengolahan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.

  Tatakomara (2004), menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditi Teh Indonesia, serta Daya Saing Komoditi Teh di Pasar Internasional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bahwa dari hasil regresi untuk model ekspor teh Indonesia dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi ekspor Indonesia yaitu produksi teh domestik, volume ekspor teh Indonesia tahun sebelumnya, harga teh dunia, lag harga teh dunia, nilai tukar rupiah tahun sebelumnya, konsumsi teh domestik dan variabel harga domestik. dari tujuh variabel tersebut tiga variabel berpengaruh nyata pada taraf lima persen, variabel tersebut adalah variabel produksi teh Indonesia, volume ekspor tahun sebelumnya, dan konsumsi teh domestik, sedangkan sisanya merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata.

  Kristiana (2006), menganalisis Daya Saing Teh Hitam Indonesia di Pasar Internasional. berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat empat faktor yang diduga berpengaruh terhadap pangsa pasar ekspor teh hitam Indonesia di pasar Internasional, yaitu harga rill teh hitam Indonesia, nilai tukar rill, produksi teh hitam Indonesia, serta jumlah konsumen teh hitam dalam negeri. Berdasarkan metode fixed effect, diketahui bahwa peningkatan jumlah produksi teh hitam Indonesia, menyebabkan peningkatan pangsa pasar teh hitam Indonesia, sedangkan peningkatan jumlah konsumsi dalam negeri teh hitam Indonesia, menyebabkan penurunan pangsa pasar teh hitam Indonesia. Nilai elastisitas Kristiana (2006), menganalisis Daya Saing Teh Hitam Indonesia di Pasar Internasional. berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat empat faktor yang diduga berpengaruh terhadap pangsa pasar ekspor teh hitam Indonesia di pasar Internasional, yaitu harga rill teh hitam Indonesia, nilai tukar rill, produksi teh hitam Indonesia, serta jumlah konsumen teh hitam dalam negeri. Berdasarkan metode fixed effect, diketahui bahwa peningkatan jumlah produksi teh hitam Indonesia, menyebabkan peningkatan pangsa pasar teh hitam Indonesia, sedangkan peningkatan jumlah konsumsi dalam negeri teh hitam Indonesia, menyebabkan penurunan pangsa pasar teh hitam Indonesia. Nilai elastisitas

  Resmisari (2006), menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN VIII, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap ekspor teh PTPN VIII terhadap negara Inggris adalah harga ekspor periode t, harga domestik periode t, nilai tukar rupiah terhadap dolar, variabel yang bersifat tidak elastis adalah volume produksi dan harga kopi, ekspor teh ke negara Rusia dipengaruhi oleh harga ekspor periode t, harga ekspor periode t-1, dan lag ekspor dan variabel yang paling responsif adalah harga ekspor periode t. Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata terhadap pada taraf nyata lima persen adalah variabel harga ekspor.

  Sukmawati (2006), menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Teh Hitam serta Peramalan Harga Jenis BOP, PF, dan DUST pada PTPN VIII Perkebunan Goalpara. Berdasarkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi teh hitam, variabel produksi teh basah dan tenaga kerja pengolahan secara simultan berpengaruh nyata terhadap produksi teh hitam pada tingkat kepercayaan 99 persen. Penambahan penggunaan teh basah sebesar satu persen sementara faktor-faktor produksi lain dianggap konstan (cateris paribus) akan meningkatkan jumlah produksi teh hitam yang dihasilkan sebesar 0,933 persen. Sedangkan penambahan tenaga kerja sebesar satu persen, dengan asumsi cateris paribus akan meningkatkan jumlah produksi teh hitam sebesar 0,142 persen. Berdasarkan hasil peramalan dengan model ARIMA, menunjukkan bahwa Sukmawati (2006), menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Teh Hitam serta Peramalan Harga Jenis BOP, PF, dan DUST pada PTPN VIII Perkebunan Goalpara. Berdasarkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi teh hitam, variabel produksi teh basah dan tenaga kerja pengolahan secara simultan berpengaruh nyata terhadap produksi teh hitam pada tingkat kepercayaan 99 persen. Penambahan penggunaan teh basah sebesar satu persen sementara faktor-faktor produksi lain dianggap konstan (cateris paribus) akan meningkatkan jumlah produksi teh hitam yang dihasilkan sebesar 0,933 persen. Sedangkan penambahan tenaga kerja sebesar satu persen, dengan asumsi cateris paribus akan meningkatkan jumlah produksi teh hitam sebesar 0,142 persen. Berdasarkan hasil peramalan dengan model ARIMA, menunjukkan bahwa

  Susanti (2006), menganalisis Strategi Perusahaan untuk meningkatkan Pemasaran Lokal Produk Teh Hitam di PT Perkebunan Tambi Wonosobo, Jawa Tengah. Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal perusahaan, yang menjadi kekuatan perusahaan adalah adanya fasilitas karyawan yang baik, areal perkebunan yang luas dan subur, memiliki pabrik pengolahan sendiri, kualitas dan stabilitas mutu terjaga, produk yang dihasilkan berkualitas tinggi, terdapat divisi penelitian dan pengembangan, dan memiliki pembeli yang tetap. Sedangkan yang menjadi faktor kelemahan adalah kemasan produk yang kurang menarik, kurangnya upaya promosi produk, ketersediaan mesin teh celup masih sedikit, pemasaran dalam negeri untuk produk teh celup kurang luas, dan kurangnya inovasi produk. Adapun yang menjadi peluang perusahaan adalah kondisi budidaya yang cocok untuk teh, peluang pasar yang masih terbuka, hasil penelitian tentang manfaat teh bagi kesehatan, hubungan yang baik dengan pelanggan. Adapun yang menjadi ancaman bagi perusahan yaitu daya beli masyarakat menurun, pesaing industri sejenis, ancaman produk substitusi, masuknya pendatang baru dan pesaing yang gencar melakukan promosi.

  Chandra Timor (2008) menganalisis Strategi Pengembangan Ekspor Manggis pada PT Agroindo Usaha Jaya di Pasanggrahan, Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan terhadap strategi pemasaran ekspor manggis, faktor internal yang menjadi kekuatan adalah menguasai daerah produksi buah manggis, mempunyai pengalaman kerja dan berorganisasi yang baik, mempunyai ketepatan waktu dalam pendistribusian barang, harga yang Chandra Timor (2008) menganalisis Strategi Pengembangan Ekspor Manggis pada PT Agroindo Usaha Jaya di Pasanggrahan, Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan terhadap strategi pemasaran ekspor manggis, faktor internal yang menjadi kekuatan adalah menguasai daerah produksi buah manggis, mempunyai pengalaman kerja dan berorganisasi yang baik, mempunyai ketepatan waktu dalam pendistribusian barang, harga yang

  Hollylucya (2008), menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh Indonesia, suatu pendekatan Error Correction Model. Mengatakan bahwa perkembangan produksi teh Indonesia selama sepuluh tahun terahir dari tahun 1995 sampai 2004 menunjukkan rata-rata pertumbuhan hanya sebesar 0,92 persen dan rata-rata produksi selama tahun tersebut hanya sebesar 163.419,30 ton. Pertumbuhan produksi ini searah dengan pertumbuhan luas areal perkebunan teh sebesar 0,63 persen. Perkembangan volume ekspor teh Indonesia rata-rata mengalami peningkatan 5,80 persen untuk kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Peningkatan volume ekspor teh ini diikuti dengan peningkatan dalam hal nilai ekspor, dimana nilai ekspor untuk kurun waktu tersebut mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,2 persen. Dari periode sepuluh tahun terakhir, volume tertinggi komoditi teh sebesar 107.144 ton dengan nilai ekspor mencapai US 112,524 juta.

  Faktor eksternal yang menjadi peluang adalah negara ekspor jelas, harga buah manggis di pasar Internasional tinggi, adanya peningkatan produksi manggis dalam negeri dan permintaan yang tinggi. Berdasarkan analisis matrik SWOT, alternatif strategi yang diperoleh yaitu memperluas pangsa pasar, menekan biaya operasional, meningkatkan biaya promosi, dan melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait untuk meningkatkan ekspor, sedangkan berdasarkan matrik QSPM diperoleh prioritas strategi yaitu memperluas pangsa pasar, Faktor eksternal yang menjadi peluang adalah negara ekspor jelas, harga buah manggis di pasar Internasional tinggi, adanya peningkatan produksi manggis dalam negeri dan permintaan yang tinggi. Berdasarkan analisis matrik SWOT, alternatif strategi yang diperoleh yaitu memperluas pangsa pasar, menekan biaya operasional, meningkatkan biaya promosi, dan melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait untuk meningkatkan ekspor, sedangkan berdasarkan matrik QSPM diperoleh prioritas strategi yaitu memperluas pangsa pasar,