PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN KREATIVITAS SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas 1 MI Al-Inayah Kota Bandung.

(1)

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

LEMBAR PERNYATAAN………. iii

ABSTRAK ……… iv

KATA PENGANTAR………. v

UCDAPAN TERIMA KASIH……… vii

DAFTAR ISI ……….……… ix

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR GRAFIK ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….……… . 1

B. Rumusan Masalah ………. 14

C. Tujuan Penelitian ………. 15

D. Manfaat Penelitian ………. 16

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Metode Pembelaran Role Playing ……… 18

B. Keterampilan Sosial Siswa ……… 23

C. Kreativitas Siswa ………….………. 35

D. Pendidikan IPS ………. 46

E. Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar ……….. 53


(2)

B. Waktu dan Jadwal Penelitian ……….. 63

C. Subjek Penelitian ………. 63

D. Metode Penelitian ………. 64

E. Pendekatan Penelitian ……… 68

F. Tahap-tahap Kegiatan Penelitian ………. 68

G. Instrumen Penelitian ……… 87

H. Studi Literatur ………. 92

I. Teknik Pengolahan Data ……… 92

J. Interpretasi ……… 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 95

B. Perbaikan Hasil Pembelajaran ……… 99

C. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan ……… 99

D. Hasil Analisis Per Siklus ……… 116

E. Proses Analisis Data ……….……… 118

F. Pembahasan dan Pengambilan Keputusan ……….. 123

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….. 128

B. Rekomendasi ………. 130

DAFTAR PUSTAKA ……….……… 133 DAFTAR LAMPIRAN


(3)

(4)

1. Tabel 1.1 Evaluasi Tingkat Keterampilan Sosioal dan Kreativitas Siswa Kelas 1 MI

Al-Inayah ……… 10

2. Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Metode Role Playing ………….. 22

3. Tabel 3.1 Waktu dan Jadwal Penelitian …….……… 63

4. Tabel 3.2 Skenario Pembelajaran Siklus I ………. 73

5. Tabel 3.3 Skenario Pembelajaran Siklus II ……….………… 76

6. Tabel 3.4 Skenario Pembelajaran Siklus III ……….…………. 79

7. Tabel 3.5 Deskripsi Kegiatan ………. ……….……… 84

8. Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Observasi ………….……….. 88

9. Tabel 3.7 Pedoman Wawancara ……… 90

10. Tabel 4.1 Hasil Orientasi Evaluasi Tingkat Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa ………... 97

11. Tabel 4.2 Analisis Hasil Orientasi Evaluasi Tingkat Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa ………... 97

12. Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Tingkat Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa pada Siklus I ………... 103

13. Tabel 4.4 Analisis Hasil Evaluasi Tingkat Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa pada Siklus I ……… 104

14. Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Tingkat Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa pada Siklus II ………... 109

15. Tabel 4.6 Analisis Hasil Evaluasi Tingkat Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa pada Siklus II ………... 110


(5)

17. Tabel 4.8 Analisis Hasil Evaluasi Tingkat Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa pada


(6)

1. Grafik 4.1 Hasil Orientasi Evaluasi Tingkat Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa

……….. 98

2. Grafik 4.2 Hasil Evaluasi Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa pada Siklus I

……….. 105

3. Grafik 4.3 Hasil Evaluasi Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa pada Siklus II

………. 111

4. Grafik 4.4 Hasil Evaluasi Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa pada Siklus III

……… 116


(7)

1. Gambar 2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Role Playing ……... 22

2. Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Sistem Spiral Model Kemmis dan Mc. Taggart

……….. . 67

3. Gambar 4.1 Pelaksanaan Siklus I Pembelajaran Meode Role Playing ….. 102 4. Gambar 4.2 Pelaksanaan Siklus II Pembelajaran Meode Role Playing …. 108 5. Gambar 4.3 Pelaksanaan Siklus III Pembelajaran Meode Role Playing … 113


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku baik potensial maupun aktual dan bersifat relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Sedangkan kegiatan pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.

Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi juga kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Begitu pula dalam pendidikan IPS, seperti yang diungkapkan oleh Sumantri (2001) bahwa Pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam usaha pembentukan warga negara yang baik dan handal sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, juga sebagai salah


(9)

satu program pendidikan yang membina dan menyiapan peserta didik sebagai warga negara yang baik dan memasyarakat Hal ini tidak terlepas dari sikap individu (siswa) dalam menghadapi tantangan zaman di saat kini maupun di saat nanti, yang tentu saja skills (keterampilan) harus dapat dimiliki oleh setiap individu tersebut, agar kelak individu (siswa) tersebut dapat siap menghadapi segala permasalahan yang ada dalam hidupnya.

Pendidikan IPS diharapkan mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat sehingga siswa mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan dalam melakoni kehidupan di masyarakat. Salah satu bentuk keterampilan yang diperlukan oleh siswa yang dapat berguna bagi kehidupannya di saat kini dan nanti adalah bentuk keterampilan sosial. Keterampilan sosial merupakan kemampuan utnuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu, atau bersifat saling menguntungkan atau menguntungkan orang lain.

Dalam pembelajaran di sekolah, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.


(10)

IPS pada jenjang SD/MI juga mengkaji dari berbagai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK/KD) yang ada dalam Standar Isi, sehingga dapat dilihat begitu luas pencapaian Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa

Banyak ditemukan Kompetensi Dasar yang memerlukan pemahaman dalam pembelajaran, namun guru memberikan materi melalui metode tanya jawab dan ceramah sehingga pembelajaran kurang menarik. Tentu saja guru melakukan demikian disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai serta kreativitas guru yang masih kurang. Sedangkan diakhir semester diadakan hanya tes tertulis, jarang sekolah mengadakan tes di bidang keterampilan sosial.

Pendidikan IPS di jenjang Sekolah Dasar seharusnya membuahkan hasil belajar yang berupa perubahan pengetahuan, dan keterampilan yang sejalan dengan tujuan kelembagaan sekolah dasar. Sebagaimana dijelaskan dalam Kurikulum 2006, bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar bertujuan: (1) mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa; (2) memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi; dan (3) memberi bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya (Depdiknas, 2006).

Dikaitkan dengan konteks pendidikan dasar sembilan tahun, maka fungsi dan tujuan pendidikan IPS di sekolah dasar harus pula mendukung pemilikan


(11)

potensi tamatan sekolah dasar, yaitu pengetahuan, nilai, sikap dan kemampuan melaksanakan tugas atau mempunyai kemampuan untuk mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya dan kebutuhan daerah.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam


(12)

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Sementara itu, kondisi pendidikan IPS di negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang menitikberatkan pada metode pembelajaran konvensional seperti ceramah sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Suasana belajar seperti itu semakin menjauhkan peran pendidikan IPS dalam upaya mempersiapkan warga negara yang baik dan memasyarakat.

Dalam jenjang sekolah dasar saat ini, pendidikan IPS menunjukkan indikasi bahwa pola pembelajaran makin bersifat ”teacher centered”. Kecenderungan pembelajaran demikian mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak optimal.

Kesan menonjolnya verbalisme dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas masih terlalu kuat, interaksi kelas hanya dikuasai oleh guru, dan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan guru dalam interaksi kelas berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kategori kognisi rendah.

Kecenderungan pembelajaran dan kualitas belajar pendidikan IPS sebagaimana diungkapkan tersebut di atas, menurut penulis mengisyaratkan tuntutan agar para guru dapat mengembangkan kemampuannya yang mengarah kepada peningkatan mutu proses pembelajaran.


(13)

Salah satu bentuk dari mutu pembelajaran yang dimaksud adalah bagaimana para guru dengan proses pembelajarannya tersebut dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar. Kreativitas Menurut Torrance (1981) yang dikutip oleh Dedi Supriadi (1998) mengemukakan bahwa kreativitas dapat dibagi dalam dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan Psikologis dan pendekatan sosiologis. Pendekatan psikologis lebih melihat kreativitas dari segi kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri individu sebagai faktor-faktor yang menentukan kreativitas, seperti: inteligensi, bakat, motivasi, sikap, minat dan disposisi kepribadian lainnya. Salah satu pendekatan psikologis yang digunakan untuk menjelaskan kreativitas adalah pendekatan holistik. Menurut Clark (1988) yang pendapatnya dikutip oleh Asrori (2009) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sangat diutamakan sebuah proses pembelajaran yang mengandung pengalaman belajar kepada peserta didik.

Kreativitas atau perbuatan kreatif banyak berhubungan dengan intelegensi. Seorang yang kreatif pada umumnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi. Seorang yang tingkat intelegensinya rendah maka kreativitasnya relatif kurang. Kreativitas juga berkenaan dengan kepribadian. Seorang kreatif adalah orang yang memiliki kepribadian tertentu seperti : mandiri, bertanggung jawab, bekerja keras, motivasi tinggi, optimis, punya rasa ingin tahu yang tahu, percaya diri, terbuka, memiliki toleransi, kaya akan pemikiran dan lain-lain.

Menurut Wallas (1921) dalam Sukmadinata (2005) mengemukakan bahwa ada empat tahap perbuatan atau kegiatan kreatif adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan atau preparation, merupakan tahap awal berisi kegiatan pengenalan masalah, pengumpulan data informasi yang relevan, melihat hubungan antar hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada. Tetapi belum sampai menemukan sesuatu, baru menjajagi kemungkinan-kemungkinan.


(14)

2. Tahap pematangan atau incubation, merupakan tahap penjelasan, membatasi, membandingkan masalah. Dengan proses inkubasi atau pematangan ini diharapkan ada pemisahan mana hal-hal yang nenar-benar penting dan mana yang tidak, mana yang relevan dan mana yang tidak.

3. Tahap pemahaman atau illumination, merupakan tahap mencari dan menemukan kunci pemecahan, menghimpun informasi dari luar untuk dianalisis dan disintesiskan, kemudian merumuskan beberapa keputusan. 4. Tahap pengetesan atau verification, merupakan tahap mentes dan membuktikan

hipotesis, apakah keputusan yang diambil itu tepat atau tidak.

Pengembangan kreativitas dapat di lakukan melalui proses belajar discoveri/inkuiri dan belajar bermakna dan tidak dapat di lakukan hanya dengan kegiatan belajar yang bersifat ekspositori, karena inti dari kreativitas adalah pengembangan kemampuan berfikir divergen dan bukan berpikir konvargen. Berpikir divergen adalah proses berpikir melihat sesuatu masalah dari berbagai sudut pandangan atau menguraikan sesuatu masalah atas beberapa kemungkinan pemecahan.untuk pengembangan kemampuan demikian guru perlu menciptakan situasi belajar mengajar yang banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah, melakukan beberapa percobaan, mengembangkan gagasan atau konsep-konsep siswa sendiri. Situasi demikian menuntut pula sikap yang lebih demokratis, terbuka, bersahabat, percaya kepada siswa.

Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut di atas adalah metode belajar ”role playing” . Menurut Roestiyah (2001) dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar,


(15)

mengemukakan bahwa metode ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.

Sementara itu, Hatimah (2003) dalam bukunya Strategi dan Metode Pembelajaran mengemukakan bahwa tujuan metode pembelajaran role playing adalah untuk melatih warga belajar dalam memerankan satu karakter sesuai dengan yang diinginkan, karakter dalam hal ini yaitu menyangkut karakter manusia dalam kehidupan yang nyata. Esesnsi role playing, menurut Bruce Joyce (2002) dalam bukunya Models of Learning – Tools for Teaching yang mengadopsi pendapat Chesler and Robert Fox (1966) mengemukakan bahwa ... the essence of role playing is the involvement of participants and observers in a real problem situation, and the desire for resulation and understanding that this involvement engenders.

Lebih lanjut dijeaskan bahwa, the role playing process provides a lives sample of human behavior that serves as a vehicle for student to: (1) explore their feelings; (2) gain insights into thei attitudes, values, and perceptions: (3) develop their problem-solving skills and attitudes; and (4) explore subject matter in varied ways.

Berdasar pada berbagai kajian tersebut di atas, hal ini memiliki kaitan erat dengan subjek tempat dimana peneliti melakukan penelitian, oleh karena itu dasar-dasar tersebut akan menjadi kajian untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada pada tempat peneliti melakukan penelitian.


(16)

Hal seperti ini terjadi pada salah satu sekolah dasar yang berada di bawah naungan Departemen Agama, yakni sekolah tersebut bernama Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Inayah, yang merupakan salah satu MI di Kota Bandung, yaitu tepatnya beralamat di Jl. Cijerokaso No 45 RT04/10 Kelurahan Sarijadi Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Di atas luas tanah 706 m² inilah banyak warga sekitar yang menggantungkan harapan agar anak-anak mereka di sekolahkan di MI Al-Inayah tersebut, agar kelak dapat menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas baik secara spiritual maupun intelektual.

Hal ini sesuai dengan visi MI Al-Inayah yaitu melahirkan muslimah yang beriman, terdidik dan berakhlakul karimah, yang juga ditunjang dengan adanya misi MI Al-Inayah yaitu membentuk pribadi cerdas beriman, menumbuhkan etika dan moral islami dan menerapkan aspek spiritual religi dalam konsep kehidupan.

Di dalam MI Al-Inayah ini terdapat siswa kelas I yang berjumlah 34 siswa, mereka terdiri dari beragam latar belakang kehidupan dan status sosial ekonomi, ada yang berasal dari golongan ekonomi lemah, menengah dan atas. Di samping itu juga background pendidikan siswa kelas I sangat beragam. Ada yang berasal dari TK (Taman Kanak-Kanak) dan ada pula yang tidak berasal dari TK (dari Rumah Tangga), sehingga menyebabkan adanya kesenjangan diantara siswa kelas I tersebut.

Begitu pula dalam hal pemberian materi pelajaran, akan sangat bervariasi dalam hal penerimaan materi tersebut oleh para siswa, tingkat penerimaan materi pelajaran ada yang cepat, sedang bahkan lambat.


(17)

Sedangkan dalam hal keterampilan sosial, siswa kelas I MI Al-Inayah sangat kurang, hal ini terbukti dengan adanya pengelompokan-pengelompokan siswa dalam bermain, Siswa yang merasa dirinya mampu (pandai) cenderung hanya bermain dengan siswa yang pandai pula, hal ini menyebabkan adanya kecemburuan sosial antara siswa tersebut. Di samping itu juga dalam hal komunikasipun banyak para siswa merasa kesulitan unutuk melakukan interaksi, baik dengan guru ataupun dengan teman sepermainannya. Begitu pula dalam hal toleransi, hanya sebagian kecil siswa yang memiliki rasa peduli terhadap temannya dan banyak siswa yang cenderung bersikap masa bodoh dalam berprilaku, sehingga hal ini menyebabkan rendahnya pula tingkat inovasi (perubahan yang berhubungan dengan tingkat kreativitas) siswa tersebut.

Kesemua ini dibuktikan dengan capaian hasil evaluasi tingkat keterampilan sosial dan kreativitas siswa kelas I MI Al-Inayah yang masih sangat kurang dari pencapaian KKM , yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1

Evalusi Tingkat Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa Kelas I MI Al-Inayah Kota Bandung

Catatan:

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran. Siswa yang belum mencapai nilai KKM dinyatakan belum tuntas. Dalam penelitian ini evaluasi

Kriteria Penilaian

Nilai akhir Rata-rata

Komunikasi

Rata-rata Toleransi

Rata-rata Interaksi

Rata-rata Inovasi

Jumlah


(18)

dilakukan bersama observer dengan maksud untuk memberikan tingkat objektivitas dalam penilaian pada siswa.

Hasil yang dicapai tersebut ternyata masih sangat jauh dari KKM yang diperuntukan bagi siswa kelas 1, hal ini tampak dalam segi komunikasi yang masih rendah, yakni cukup banyak siswa yang merasa malu untuk berbicara dengan guru ataupun dengan teman sekelasnya, disamping juga masih ada perasaan takut untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri. Mereka cenderung berteman hanya dengan teman yang sudah dikenal di lingkungan rumahnya dan tidak berbaur dengan teman-teman yang lain, sehingga terbentuklah beberapa kelompok dalam permainannya yang menyebabkan interaksi mereka sangat terbatas, dan hal ini juga akan menyebabkan rendahnya tingkat toleransi dalam diri siswa tersebut

Disamping itu juga tingkat kreativitas yang dimilki oleh siswa kelas 1 MI Al-Inayah masih cukup rendah, terbukti dengan banyak diantara mereka yang hanya mengikuti apa yang diperintah oleh guru tersebut lalu dijalankan seperti apa kata guru tersebut, dan apabila diberi tugas/sebuah karya serta merasa kesulitan, maka orang tauanyalah yang turun tangan untuk mengerjakan karya tersebut, sehingga

Keadaan ini diindikasikan oleh peneliti sebagai suatu kesalahan dalam menerapkan metode pembelajaran. Kondisi ini oleh peneliti dianggap akar permasalahan dan merupakan data awal yang harus segera ditindaklanjuti, dan dicarikan solusinya agar tidak menjadi penghambat dalam proses pembelajaran. Permasalahan serupa mungkin dialami tidak hanya oleh peneliti sendiri, tetapi


(19)

mungkin dialami oleh sebagian besar guru-guru yang lain. Kenyataan-kenyataan ini bagi peneliti memberikan sebuah masukan pemikiran yang cukup besar dengan melihat beberapa faktor pendidikan sebelumnya. Pemikiran yang muncul diantaranya, apakah materi yang dipilihkan sudah sesuai dengan kemampuan dan keterampilan bawaan anak pada pendidikan sebelumnya?, juga apakah disesuaikan dengan karakteristik anak?, dan metode yang digunakan cocok untuk dikembangkan?, selain itu inovasi terhadap pembelajaran IPS merupakan satu sisi yang belum dilaksanakan oleh sebagian guru, sehingga pemahaman tentang metodologi belajarpun sangat tertinggal. Kondisi tersebut sangat nampak saat evaluasi awal dilakukan, yaitu keberpindahan dari mata pelajaran yang satu pada mata pelajaran yang lain, dengan menggunakan metode konvensional. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam interaksi pembelajaran

a. Mereka kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran

b. Sulit bagi guru untuk menghubungkan antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain.

c. Guru merupakan satu-satunya sumber pengetahuan. d. Pembelajaran hanya berpusat pada guru

e. Pembelajaran pasif, sepi dan kurang bergairah. f. Tidak nampak adanya kerjasama

2. Berkaitan dengan prestasi belajar

a. Nilai yang dicapai siswa dalam mata pelajaran IPS sebagian besar belum mencapai standar ketuntasan atau kurang memuaskan


(20)

b. Rentang nilai antara anak yang pandai dan yang kurang pandai sangat jauh sekali

3. Disiplin belajar

a. Beberapa siswa tidak mengerjakan tugas IPS

b. Selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa mengantuk

Dari masalah-masalah yang teridentifikasi, penulis mencoba mendeskripsikan kondisi proses maupun hasil yang terjadi pada saat orientasi secara lebih terperinci. Dimulai pada saat interaksi pembelajaran, yaitu saat guru mulai menjelaskan tentang mata pelajaran IPS siswa tampak kurang bergairah, ekspresi muka nampak kurang gembira, dudukpun gelisah. Setelah materi dijelaskan guru, siswa mulai mengerjakan tugas. Aktivitas yang nampak, perhatian pada tugas yang dikerjakan tidak fokus, sebab mereka sudah merasa lelah dan bosan dengan pembelajaran yang tidak efektif dan efisien, sehingga sebagian siswa ingin cepat-cepat keluar dari kelas dengan bertanya; “bu, kapan istirahatnya…?”

Dari data awal pembelajaran peneliti berhipotesa mungkin sikap dan antusias siswa akan lain, manakala yang dikembangkan di dalam pembelajaran ini dengan menggunakan metode role playing.

Untuk mencapai pembelajaran yang ideal di MI memang dirasa agak sulit, masih ditemukan kekurangan pencapaian kompetensi dalam keterampilan sosial di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah terutama untuk kelas awal (1-3). Melalui metode role playing ini, diharapkan ada peningkatan keterampilan sosial dari siswa kelas 1 MI Al-Inayah Kota Bandung, sehingga anak lebih merasakan,


(21)

memahami serta dapat bertoleransi, berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik, di samping itu juga diharapkan adanya pembelajaran yang lebih menarik dan bermakna apabila adanya kreativitas dari seorang guru sehingga peserta didik dapat mengalami pengalaman belajar sejak dini.

Dengan demikian diharapkan peserta didik kelas 1 MI Al-Inayah Kota bandung dapat berkembang cara berfikirnya dan memahami setiap nilai dalam kehidupan untuk dapat berinteraksi dengan anggota keluarga, teman dan masyarakat, sehingga tercapai sumber daya manusia yang memiliki kualitas sosial yang lebih baik.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka perlu kiranya dilakukan penelitian mengenai penerapan metode role playing terhadap peningkatan keterampilan sosial dan kreativitas siswa pada kelas I MI Al-Inayah.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin penulis kaji melalui penelitian ini ialah: sejauh manakah manfaat penerapan metode pembelajaran role playing terhadap peningkatan keterampilan sosial dan kreativitas siswa di MI Al Inayah Kota Bandung.

Pokok permasalahan tersebut dapat dirumuskan menjadi permasalahan-permasalahan yang lebih operasional sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS sebelum dilaksanakannya metode pembelajaran role playing di kelas I MI Al Inayah Kota Bandung?


(22)

2. Bagaimana tingkat kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS sebelum dilaksanakannya metode pembelajaran role playing di kelas 1 MI Al Inayah Kota Bandung?

3. Bagaimana tingkat keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS setelah dilaksanakannya metode pembelajaran role playing di kelas I MI Al Inayah Kota Bandung?

4. Bagaimana tingkat kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS setelah dilaksanakannya metode pembelajaran role playing di kelas I MI al-Inayah Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran role playing terhadap peningkatan keterampilan sosial dan kreativitas siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Inayah Kota Bandung.

Secara lebih khusus tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keterampilan sosial siswa dalam

pembelajaran IPS sebelum diterapkannya metode pembelajaran role playing di kelas I MI Al Inayah Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS sebelum diterapkannya metode pembelajaran role playing di kelas I MI Al Inayah Kota Bandung.


(23)

3. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS setelah diterapkannya metode pembelajaran role playing di kelas 1 MI Al Inayah Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS setelah diterapkannya metode pembelajaran role playing di kelas 1 MI Al Inayah Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi dampak positif pada dunia pendidikan juga merupakan salah satu masukan terhadap peningkatan pembelajaran IPS yang dilaksanakan di SD atau yang sedrajat. Di samping menciptakan metode belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi Guru

a. Secara keilmuan penelitian ini memberikan manfaat sebagai upaya menambah wawasan pengetahuan dan keilmuan di bidang pendidikan, terutama dalam proses pengajaran IPS di sekolah.

b. Memperluas pengetahuan mengenai metode pembelajaran IPS dalam kaitannya dengan peningkatan keterampilan sosial dan kreativitas siswa. 2. Bagi Siswa

Bagi siswa mendapatkan pengalaman yang menarik selain secara tidak disadari anak dibawa pada pembelajaran yang kreatif, efektif dan menyenagkan. Menanamkan sikap toleransi, kasih sayang, disiplin dan keimanan.


(24)

3. Bagi Lembaga (MI Al-Inayah)

Dapat dijadikan sebagai pengayaan dan peningkatan sumber bahan ajar yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan melalui kegiatan penelitian ilmiah yang telah dilaksanakan. Dengan begitu pikah sekolah akan diuntungkan sebagai salah satu sekolah yang telah mencoba mengembangkan metode pembelajaran IPS melalui pelaksanaan riset yang diujicobakan langsung di sekolah tersebut.


(25)

62 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (class room action research). Tujuan penelitian ini adalah untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pembelajaran. Hal ini dapat terjadi karena setelah meneliti kegiatannya sendiri, dikelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui sebuah tindakan-tindakan yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. maka guru dapat memperoleh umpan balik yang sistematik mengenai kegiatan yang selama ini selalu dilakukan dalam proses pembelajaran. Adapun metode penelitian ini, meliputi:

A. Lokasi dan Tempat Penelitian

Langkah pertama dalam usaha memasuki lapangan ialah memilih lokasi situasi sosial yang dijabarkan oleh Nasution (1996 : 43) mengandung tiga unsur, yakni adanya tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat atau lokasi berlangsungnya penelitian ini akan dilaksanakan di MI Al-Inayah Kota Bandung , pemilihan lokasi ini dilakukan atas beberapa dasar pertimbangan diantaranya:

1. Peneliti adalah salah satu pengajar di MI Al-Inayah Kota Bandung, sehingga memudahkan proses penelitian.

2. Kemampuan siswa di sekolah tersebut, dalam pembelajaran IPS dirasakan masih belum optimal.


(26)

3. Proses pembelajaran IPS di sekolah belum dilaksanakan secara optimal, sehingga penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan kontribusi terhadap perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.

B. Waktu dan Jadwal Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada kegiatan pembelajaran IPS pada semester genap mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2011. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Waktu dan Jadwal Penelitian

NO JENIS KEGIATAN HARI JAM TANGGAL

1. Pembelajaran Awal Kamis 07.30 – 09.30 5 Mei 2011 2. Siklus I Kamis 07.30 – 09.30 12Mei 2011 3. Siklus II Kamis 07.30 – 09.30 19 Mei 2011 4. Siklus III Kamis 07.30 – 08.30 25 Mei 2011

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 1 MI Al-Inayah Kota Bandung yang berjumlah 34 siswa. Pengambilan subjek tersebut didasarkan pada alasan bahwa siswa Kelas 1 tersebut memilki pencapaian tingkat ketrampilan sosial dan kreativitas yang masih sangat rendah, serta proses interaktif yang terjadi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa berjalan kurang baik.


(27)

Penelitian tindakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan kreativitas siswa dalam mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode role playing.

Selain itu ada pula dari pihak guru dan teman sejawat yang dilibatkan sebagai kolaborator dalam penelitian ini, dengan tujuan agar proses penelitian ini mendapat masukan-masukan positif serta dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat diakui kebenarannya.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas, atau lazim dikenal dengan classroom action research. Metode ini dipilih didasarkan atas pertimbangan bahwa: (1) analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut berdasarkan prinsip “daur ulang”, (2) menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif dan partisipatif berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan melalui situasi Sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek Sosial atau pendekatan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini (Kemmis, 1983) dalam wiriaatmadja (2005).


(28)

Secara esensial, penelitian tindakan merupakan paduan antara prosedur penelitian dengan tindakan substantif (Hopkins; 1993) yang diadopsi oleh Asrori (2009). Sebagai prosedur penelitian, metode penelitian tindakan dicirikan oleh suatu kajian reflektif-diri secara inkuiri, partisipasi diri dan kolaboratif terhadap latar alamiah dan/atau implikasi dari suatu tindakan. Sedangkan sebagai tindakan substantif, penelitian tindakan dicirikan oleh adanya intervensi skala kecil dengan memfungsikan kealamiahan latar, sebagai upaya diri melakukan reformasi dan peningkatan iklim situasi sosial (Hopkins;1993). Tujuannya meningkatkan kualitas pembelajaran dan iklim sosial yang ada dan berlangsung di dalam latar situasi sosial tersebut.

Ditinjau dari tujuannya, penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas; (2) mengadakan inovasi pembelajaran dalam bentuk pembelajaran alternatif dan inovatif; dan (3) melakukan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas.

Raka Joni, Kardiawarman, Hadisubroto seperti yang telah dikutip oleh Wardani et al (2007:1-20) mengatakan:

Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki praktek pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki belajar siswa. Dengan PTK kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tersebut tidak akan berlanjut. Jika kesalahan dapat diperbaiki, hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat. Sebaliknya jika kesalahan dalam proses pembelajaran dibiarkan berlarut-larut, maka guru akan tetap mengajar dengan cara yang sama sehingga hasil belajarpun tetap sama, bahkan mungkin menurun. Dengan demikian ada hubungan timbale balik antara pembelajaran dengan perbaikan hasil belajar siswa.


(29)

Penelitian ini akan dimulai dengan studi pendahuluan. Temuan dari hasil studi pendahuluan ini kemudian dilakukan refleksi bersama antara peneliti dengan guru mitra, untuk menentukan langkah-langkah kegiatan selanjutnya (tindakan, observasi dan penyusunan rencana ulang) hingga tujuan penelitian tercapai.

Rancangan desain penelitian yang akan dilakukan dikembangkan dari PTK Metode Kemmis dan Mc. Taggart dengan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk pemecahan permasalahan (Kasbolah, 1998:113) yang diadopsi oleh Asrori (2009). Alasan dipilihnya metode Kemmis dan Mc. Taggart dalam penelitian ini adalah karena metode ini akan mendaur ulang empat kegiatan pokok yang berupa perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Dengan mendaur ulang empat kegiatan pokok ini dapat menemukan suatu masalah dan dicarikan solusi yang berupa perencanaan perbaikan, pelaksanaan tindakan yang telah direncankan dengan disertai kegiatan observasi, lalu direfleksikan melalui diskusi balikan bersama peneliti sehingga menghasilkan tindakan berikutnya.


(30)

Gambar 3.1

Desain Penelitian Tindakan Sistem Spiral Metode Kemmis dan Mc Taggart

(Sumber: Hopkins, 1993:48)

RENCANA

REFLEKSI

TINDAKAN/ OBSERVASSI

REFLEKSI

TINDAKAN/ OBSERVASSI

REFLEKSI

TINDAKAN/ OBSERVASSI

HASIL

RENCANA YANG DIREVISI

RENCANA YANG DIREVISI


(31)

E. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka pendekatan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih atas pertimbangan bahwa dalam setiap pelaksanaan tindakan yang telah dirancang, peneliti berupaya menelaah secara seksama masalah yang menjadi fokus penelitian, dan dalam waktu yang bersamaan peneliti juga harus menganalisis dan merefleksi permasalahan yang ada sebagai dasar melakukan perbaikan terhadap rancangan tindakan pada tahap selanjutnya. Langkah-langkah kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus selama penelitian, dan sesuai dengan prinsip daur ulang

F. Tahap-tahap Kegiatan Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada metode Kemmis dan Mc Taggart (Depdiknas, 1991:21, Mc Taggart, 1991:32, Hopkins, 1993:48).

Siklus ini berlangsung beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diinginkan, dan apabila tidak muncul lagi permasalahan dan pembelajaran tampak sudah stabil dengan respon siswa yang diharapkan, maka penelitian dapat diakhiri hingga siklus tersebut (Wiriaatmadja, 2002:130-131).

Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan penelitian pendahuluan (orientasi) untuk mengidentifikasi dan mengangkat masalah dan ide yang tepat dalam kemampuan guru mengembangkan bahan pelajaran.


(32)

Ada empat langkah penting dalam setiap siklus penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (obsresved), dan refleksi (reflect) (Hopkins, 1993:48, Wiriaatmadja, 2002:127-128, Zuriah, 2003:77-81). Selanjutnya pada siklus kedua dan seterusnya jenis kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana (resived plan, pelaksanaan (act), pengamatan (observerd) dan refleksi (reflect), dan tahap-tahap ini akan diulangi pada siklus berikutnya, dan seterusnya hingga siklus terakhir.

Adapun tahapan-tahapan penelitian yang di lakukan adalah sebagai berikut: 1. Orientasi,

Orientasi yaitu studi pendahuluan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan . Kegiatan ini dilakukan pada hari Senin 25 April 2011 secara bersama antara peneliti dengan guru mitra terhadap praktek pembelajaran. Pada fase ini dilakukan pengkajian untuk menemukan informasi-informasi yang penting terutama dalam aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas. Hasil orientasi ini akan disesuaikan dengan hasil kajian teoritis yang relevan, sehingga menghasilkan suatu program pengembangan tindakan yang dipandang valid dan akurat sesuai dengan situasi Sosial di tempat program tindakan kelas dilaksanakan, yaitu MI Al-Inayah Kota Bandung.

2. Perencanaan

Perencanaan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana tindakan yang hendak dilaksanakan di kelas. Alokasi waktu pelaksanaan April sampai Mei 2011 (Semester II 2010-2011). Dari kegiatan yang teridentifikasi,


(33)

pada persiapan peenelitian di kelas 1 MI Al-Inyah Kota bandung, peneliti dan guru merencanakan langkah-langkah penerapan metode role playing dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan Sosial dan kreativitas siswa, dengan pokok bahasan yang ada pada kurikulum dengan mempertimbangkan fleksibilitas. Hal ini mengingat karakteristik situasi kelas sendiri yang tidak bisa diprediksi secara pasti (unpredictabel).

Perencanaan juga disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan kemungkinan untuk dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi lapangan. Dalam kaitan ini rencana disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan kemungkinan untuk dilaksanakan secara efektif, partisipatif antara peneliti dan guru agar tindakan dapat lebih terarah pada sasaran yang hendak dicapai. Pada tahap perencanaan ini disepakati mengenai focus yang akan diobservasi, criteria-kriteria penilaian, materi atau topic bahasan yang disampaikan beserta buku sumber, tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan. Aspek-aspek tersebut terdapat pada satuan pelajaran/rencana pembelajaran. Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan persiapan mengajar, dengan maksud memperoleh gambaran dari tujuan yang akan dicapai dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran IPS tersebut adalah:

a. Menentukan tema

Tahap pertama dalam kesiapan mengajar adalah menentukan tema. Cukup banyak tema yang dapat diangkat dalam proses pembelajaran ini, namun peneliti dan guru menetapkan tema peristiwa sebagai latar dalam pembelajaran IPS ini. Alasan pemilihan tema peristiwa ini yaitu disebabkan bahwa setiap anak pasti


(34)

memiliki serangkaian peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari, hal ini membuat peneliti berfikir bahwa tema peristiwa sangatlah cocok diberikan kepada siswa kelas 1.

b. Membuat jaringan tema

Setelah penentuan tema disepakati oleh peneliti dan rekan guru, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membuat jaringan tema. Jaringan tema ini dimaksudkan untuk memadukan antara mata pelajran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Dalam hal ini peneliti dan rekan guru memadukan mata pelajarn IPS dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Akidah Akhlak, IPA, PKn, SBK dan Fiqih.

c. Membuat silabus

Silabus dibuat berdasarkan tema peristiwa yang didalamnya berisi tentang muatan mata pelajaran yang berkaitan dengan tema peristiwa tersebut, yang dalam hal ini mata pelajaran yang dikaitkan dengan tema peristiwa yaitu IPS, Akidah Akhlak, SBK, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, PKN dan Fiqih. Tujuan dibuatnya silabus dalam perencanaan ini adalah agar kelak apa yang akan diajarkan tidak keluar dari pokok-pokok yang ada dalam silabus tersebut, yang nanti silabus ini akan dijabarkan secara rinci dalam bentuk rencana pembelajaran. d. Merumuskan tujuan pembelajaran

Tahap selanjutnya adalah merumuskan tujuan pembelajaran. Rumusan pembelajaran ini ditulis pada satuan pelajaran/rencana pembelajaran Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan rencana yang akan dilakukan oleh guru dalam


(35)

mengajar, sehingga pada akhirnya KBM tidak jauh dari apa yang direncanakan karena sudah terprogram dan disesuaikan dengan kondisi para siswa.

e. Menetapkan alat evaluasi

Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, maka dibuatlah alat evaluasi. Adapun tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui ataupun mengukur keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Evalusi dilakukan pada awal pembelajaran, masa proses pembelajaran, dan akhir pembelajaran.

Pada awal pembelajaran dilakukan evaluasi awal berupa pemberian beberapa pertanyaan secara verbal tentang materi yang telah diajarkan. Evaluasi verbal dilakukan dengan alasan karena jumlah jam pelajaran kelas 1 yang relatif singkat, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan tes awal secara tertulis. Selama masa proses pembelajaran evaluasi juga dilakukan dengan cara melihat/memantau tentang sejauh mana penghayatan siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan dengan metode role playing. Sedangkan pada akhir pembelajaran dilakukan evaluasi tidak hanya dalam segi kognitif saja namun juga evaluasi dilakukan dari segi afektif dan psikomotor. Adapun hasil evaluasi yang masih rendah akan diulang lagi pada awal kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. Tujuan dilaksanakannya evaluasi awal adalah dengan maksud untuk mengukur kemampuan anak sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan metode role playing. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kemampuan yang dimiliki siswa. Karena itu akan memberikan kemudahan untuk dapat mengembangkan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Evaluasi selama proses


(36)

pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami dan melaksanakan materi yang diberikan. Adapun evaluasi akhir dilakukan untuk menilai kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Baik evaluasi awal, proses pembelajaran dan evaluasi akhir, penilaian tidak hanya ditujukan dalam kemampuan siswa dari segi kognitif saja namun juga evaluasi dilakukan dari segi afektif dan psikomotor.

f. Membuat skenario pembelajaran tiap siklus Tabel 3.2

Skenario Pembelajaran Siklus 1 Tema: Peristiwa

Kelas/Semester: I/II

SIKLUS : 1 Mata Pelajaran Waktu Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

1. IPS 2 JPL Mendeskripsikan lingkungan rumah

Menceriterakan kembali

peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga

• Menyebutkan contoh peristiwa yang

menyenagkan • Bermain peran

dalam peristiwa yang


(37)

2. SBK 1 JPL Seni Musik Mengekspresikan diri melalui seni music

Mengekspresikan diri melalui seni musik

• Menyanyikan lagu anak-anak

3. Aqidah Akhlaq

2 JPL Membiasakan perilaku terpuji

Menampilkan adab makan dan minum

• Menyebutkan adab makan dan minum

• Mempraktekan adab makan dan minum

• Membaca doa sebelum makan dan minum

• Membaca doa sesudah makan dan minum

Kegiatan Awal (10. Menit)

1) Mengkondisikan siswa dalam situasi yang kondusif 2) Menyampaikan apersepsi

3) Menanyakan sejauhmana tugas drama yang telah diberikan sebelum bermain peran tema Peristiwa menyenangkan (ULTAH)


(38)

4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah pembelajaran selesai

Kegiatan Inti (130 menit)

a. Eksplorasi

1) Siswa diberikan arahan dalam pelaksanaan scenario drama tema “ulang tahun”

2) Siswa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat tentang perannya masing-masing secara singkat

3) Siswa mengamati jalannya drama sederhana berjudul “ulang tahunku”

b. Elaborasi

1) Siswa melaksanakan drama sederhana tema “ulang tahunku” sesuai dengan peran masing-masing

2) Berdoa untuk yang berulang tahun

3) Menyanyikan lagu anak” Selamat Ulang tahun” 4) Memberi kado secara bergiliran

5) Mempraktikan adab makan secara kelompok 6) Membaca do’a sebelum makan dan minum

7) Melaksanakan makan bersama dipesta ulang tahun 8) Membaca doa setelah makan dan minum

c. Konfirmasi

1) Guru memberi hasil pengamatan dan tanggapan dari kegiatan dari eksplorasi dan elaborasi


(39)

2) Siswa diberikan reward dari hasil bermain peran tema peristiwa menyenangkan “Ulang tahun”

3) Siswa diberi motivasi untuk belajar lebih baik Kegiatan Akhir (10 menit)

1) Memberikan penilaian 2) Memberikan tugas mandiri 3) Melakukan evaluasi

Tabel 3.3

Skenario Pembelajaran Siklus 2 Tema: Peristiwa

Kelas/Semester: I/II

SIKLUS : 2 Mata

Pelajaran

Waktu

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator

1. IPS 2 JPL Mendeskripsi kan

lingkungan rumah

Menceriterakan kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan

keluarga

• Menyebutkan contoh

peristiwa yang menyedihkan • Bermain peran

dalam cerita yang


(40)

2. Matema -tika

2 JPL • Melakuka n

penjumlah an dan pengurang an

bilangan sampai dua angka dalam pemecaha n masalah • Mengenal

bangun datar sederhana

• Membilang banyak benda • Mengenal

segitaga, segiempat dan lingkaran

• Menghitung banyak benda • Menyebutkan

nama benda bangun datar

3. IPA 1 JPL Mengenal berbagai energy dan manfaaatnya dalam kehidupan

Membedakan benda yang mudah bergerak dan yang sulit bergerak melalui percobaan

• Menyebutkan benda yang mudah

bergerak • Menyebutkan


(41)

Kegiatan Awal (10. Menit)

1) Mengkondisikan siswa dalam situasi yang kondusif 2) Menyampaikan apersepsi

3) Menanyakan sejauhmana tugas drama yang telah diberikan sebelum bermain peran tema Peristiwa menyedihkan (Jatuh saat bermain bola)

4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah pembelajaran selesai

Kegiatan Inti (130 menit) a. Eksplorasi

1) Siswa diberikan arahan dalam pelaksanaan scenario drama tema “Jatuh saat bermain bola”

2) Siswa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat tentang perannya masing-masing secara singkat

3) Siswa mengamati jalannya drama sederhana berjudul “Jatuh saat bermain bola”

b. Elaborasi

1) Siswa melaksanakan drama sederhana tema “jatuh saat bermain bola” sesuai dengan peran masing-masing


(42)

2) Melakukan percobaan benda yang mudah bergerak dan benda yang sulit bergerak

3) Membagi kelompok untuk berdiskusi 4) Melaksanakan diskusi kelompok

5) Membacakan hasil diskusi kelompok secara bergiliran

c. Konfirmasi

1) Guru memberi hasil pengamatan dan tanggapan dari kegiatan dari eksplorasi dan elaborasi

2) Siswa diberikan reward dari hasil bermain peran tema peristiwa menyedihkan “Jatuh saat bermain bola”

3) Siswa diberi motivasi untuk belajar lebih baik Kegiatan Akhir (10 menit)

1) Memberikan penilaian 2) Memberikan tugas mandiri 3) Melakukan Evaluasi

Tabel 3.4

Skenario Pembelajaran Siklus 3 Tema: Peristiwa

Kelas/Semester: I/II

SIKLUS : 3 Mata Pelajaran

Waktu

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar


(43)

1. IPS 2 JPL Mendeskripsika n lingkungan rumah

Menceriterakan kembali

peristiwa

penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga

• Menyebutkan contoh peristiwa yang

membanggakan • Bermain peran

dalam ceritera yang membanggakan

2. Fiqih 1 JPL Menghafal bacaan shalat

Melafalkan bacaan shalat

• Menyebutkan banyak rakaat dalam setiap shalat • Menyebutkan

waktu shalat dengan tepat

• Menghafal bacaan niat shalat

3. PKn 2 JPL Menerapkan

kewajiban di rumah dan di sekolah

Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah

• Menyebutkan contoh tata tertib di sekolah

• Menyebutkan contoh tata tertib di


(44)

rumah • Menjelaskan

manfaat mematuhi tata tertib di sekolah

• Menjelaskan

manfaat mematuhi tata tertib di rymah • Menjelaskan akibat

dari tidak mematuhi tata tertib di rumah dan di sekolah

Kegiatan awal (10 menit)

1) Mengkondisikan siswa dalam situasi yang kondusif 2) Menyampaikan apersepsi

3) Menanyakan sejauhmana tugas drama yang telah diberikan sebelum bermain peran tema peristiwa membanggakan yakni “juara kelas”

4) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah pembelajaran selesai

Kegiatan Inti (130 menit) a. Eksplorasi


(45)

1) Siswa diberikan arahan dalam pelaksanaan skenario drama tema “juara kelas”

2) Siswa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat tentang perannya masing-masing secara singkat

3) Siswa mengamati jalannya drama sederhana tentang “juara kelas” b. Elaborasi

1) Siswa melaksanakan drama sederhana tentang “juara kelas” sesuai dengan peran masing-masing

2) Guru dan siswa yang lain mengamati jalanya drama tersebut 3) Menyanyikan lagu “ Rakaat Shalat” dan “Waktu Shalat” 4) Tanya jawab tentang tata tertib di sekolah dan di rumah 5) Pembagian LKS

6) Membacakan niat shalat secara bergiliran

c. Konfirmasi

1) Guru memberi tanggapan atas hasil eksplorasi dan elaborasi siswa 2) Guru memberi reward kepada siswa

3) Guru member motivasi kepada siswa untuk belajar lebih baik Kegiatan Akhir (10 menit)

1) Guru memberikan penilain 2) Pemberian tugas mandiri 3) Melakukan Evaluasi


(46)

3. Pelaksanaan/Tindakan

Pelaksanaan/tindakan yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah disepakati sebelumnya antara peneliti dengan guru mitra. Pelaksanaannya (tindakan) dilakukan pada minggu berikutnya. Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dalam hal ini untuk memperbaiki keadaan pembelajaran yang kurang menarik, proses pembelajaran tidak efektif, evisien dan setelah proses evaluasi nilai pretes yang dilaksanakan pada fase orientasi belum memenuhi standar ketuntasan.

1. Observasi (Pengamatan)

Pada saat pelaksanaan tindakan di kelas dengan menggunakan metode role playing dan langkah-langkah yang telah disepakati, peneliti mulai mengamati dan mendokumentasikan proses, keadaan, kendala, dan faktor-faktor lain yang timbul dan berkembang selama pelaksanaan tindakan Hasil dari observasi ini dijadikan sebagai dasar melakukan refleksi dan refisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan dan dijadikan sebagai dasar dalam merancang dan merumuskan tindakan selanjutnya.

2. Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan guru mitra secara kolaboratif mengkaji serta merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap data, proses, dan hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Berangkat dari hasil refleksi ini, peneliti bersama guru mitra merumuskan kembali rencana pembelajaran untuk ditindaklanjuti pada


(47)

siklus berikutnya. Adapun dalam penelitian ini, jumlah siklus yang direncanakan terdiri atas 3 siklus untuk mencapai tujuan, berdasarkan pada rencana yang telah disusun/dirumuskan sebelumnya. Artinya penelitian tindakan ini akan diakhiri apabila sudah tidak ditemukan lagi permasalahan dan pembelajaran sudah stabil, serta respon dari peserta didik sudah sesuai dengan yang diharapkan.

3. Evaluasi

Berdasarkan hasil pengkajian dan refleksi terhadap pelaksanaan program tindakan sesuai dengan rencana program tindakan yang telah ditetapkan, peneliti dan guru mitra secara kolaboratif dan partisipatif melakukan revisi terhadap rencana program tindakan yang telah disusun dan ditetapkan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar penyusunan rancangan rencana program tindakan selanjutnya.

Revisi yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai upaya perbaikan dari kekurangan dan kelemahan yang masih dialami dari setiap tindakan yang dilakukan sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Secara garis besar tahap kegiatan penelitian yang telah diuraikan di atas dapat dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Deskripsi Kegiatan

TAHAP DESKRIPSI KEGIATAN


(48)

b. Observasi awal terhadap objek penelitian ii. Perencanaan a. Menentukan tema

b. Membuat jaringan tema c. Membuat silabus

d. Merumuskan tujuan pembelajaran e. Membuat RPP

f. Menyusun alat evaluasi

g. Menyusun instrument penelitian

h. Menyusun lembar observasi, angket dan pedoman wawancara

iii. Pelaksanaan/Tindakan a. Mengembangkan strategi pembelajaran role playing

b. Pengenalan materi tema peristiwa secara klasikal menggunakan system pembelajaran konvensional dan melakukan evaluasi awal (dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa) (pertemuan 1, pada masa orientasi)

c. Pembelajaran materi tema peristiwa tentang kejadian yang menyenangkan dengan menggunakan metode role playing (pertemuan 2, siklus I)


(49)

d. Pembelajaran materi tema peristiwa tentang kejadian yang menyedihkan dengan menggunakan metode role playing (pertemuan 3, siklus II)

e. Pembelajaran materi tema peristiwa tentang kejadian yang membanggakan dengan menggunakan metode role playing (pertemuan 4, siklus III)

f. Melakukan evaluasi akhir (dilakukan disetiap akhir siklus I, II dan III)

iv. Pengamatan/Observasi a. Mengamati proses pembelajaran (kelemahan dan kelebihan)

b. Mengamati hasil pembelajaran

v. Refleksi a. Mengkaji kelemahan dan kelebihan hasil pembelajaran.

b. Merencanakan pembelajaran/tindakan selanjutnya

vi. Evaluasi a. Menyusun draft laporan

b. Merevisi butir-butir pembelajaran yang belum berhasil


(50)

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini pengumpulan data mengenai pelaksaan dan hasil dari program tindakan akan dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian dalam bentuk evaluasi awal dan akhir. Evaluasi awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan evaluasi akhir dilakukan untuk mengetahui tingkat ketrampilan social dan kreativitas siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Sedangkan teknik lain yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Adapun instrument yang digunakan adalah sebagai berikut:

(1). Lembar panduan observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan langsung di lokasi penelitian (Sumanto, 1995:88). Dalam penelitian ini observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini peneliti menggunakan lembar panduan observasi ini sebagai cara untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa selama pengembangan tindakan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode role playing. Adapun format yang digunakan oleh peneliti yaitu dalam bentuk format isian, peneliti sebagai pengamat hanya memberikan nilai 1-4 pada aspek yang muncul. Observasi jenis ini (kasbolah, 1999:96) menyebutnya dengan istilah observasi terstruktur. Adpun kisi-kisi dari instrument pengamatan yang digunakan adalah sebagai berikut.


(51)

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Observasi

Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa

No Dimensi Sub Dimensi Indikator Item

Pengamatan A. Keterampilan

Sosial

Komunikasi

Toleransi

1. Siswa dapat

berargumentasi dengan temannya

2. Mudah bergaul

3. Ikut serta dalam kegiatan bersama

1. Mau menuruti kata-kata yang disampaikan

2. Tidak mengganggu teman atau tidak usil

1

2

3

4

5

B. Kreativitas Interaksi 1. Berusaha menarik perhatian orang lain


(52)

Inovasi

2. Bekerjasama dengan teman

3. Bergaul/berinteraksi dengan siapa saja (lebih tua atau muda dan sebaya)

1. Tidak mudah menyerah

2. Sering diikuti oleh teman-temannya

7

8

9

10

(2). Pedoman wawancara

Kegiatan interview (wawancara) digunakan untuk mengumpulkan informasi berkaitan dengan hal yang diteliti, pada awal dan akhir kegiatan dilakukakan, dalam hal ini wawancara dilakukan untuk menjaring data berkaitan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan pendapat guru dan siswa, terhadap metode role playing yang dikembangkan dalam pembelajaran IPS, baik sebelum dan sesudah dilakukan program tindakan, sebagaimana ditegaskan bahwa wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data, pencatatan data, informasi


(53)

atau pendapat yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab (Sudirman, 1997:279). Adapun wawancara yang dilakukan dalam hal ini oleh peneliti yaitu kepada kepala sekolah, guru mitra dan peserta didik (siswa kelas 1) yang dipilih secara acak yang dilaksanakan beberapa hari pada masa orientasi yaitu tanggal 28-30 April 2011.

Tabel 3.7 Pedoman wawancara

Narasumber

Jadwal hari/tanggal/waktu

Aspek yang dinilai

Kepala sekolah

Nama : Hj.Siti Sa’adah, S.Ag

Kamis, 28 April 2011 10.15 – 10.45

Profil pembelajaran yang dikembangkan di MI Al-Inayah Kota Bandung

Guru mitra

Nama : Sari Nurhayati, S.Pd

Jumat, 29 April 2011 10.15 – 10.45

a. Latar belakang pendidikan guru mitra

b. Seputar pembelajaran dengan menggunakan metode role playing Siswa siswi kelas 1 MI

Al-Inayah

Sabtu, 30 April 2011 10.15 – 10.45

a. Latar belakang sekolah siswa


(54)

b. Mata pelajaran yang disenangi

c. Mata pelajaran yang tidak disenangi d. Metode yang

disenangi pada saat pembelajaran

Di samping itu wawancara dengan guru mitra dalam bentuk diskusi dan refleksi juga dilakukan untuk mengetahui dan mencari alternative pemecahan masalah yang mungkin saja ditemukan ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

Sedangkan instrumennya berupa pedoman wawancara, angket, kuesioner, catatan hasil evaluasi.

Wawancara secara langsung kepada siswa dengan bertanya tentang metode apa yang disenangi, apakah siswa menyenangi pembelajaran dengan metode konvensional atau dengan metode role playing. Bentuk pertanyaan yang diberikan berupa angket, hal ini semata-mata dilakukan untuk memudahkan dalam pengumpulan data.

(3). Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi belajar yang akan dijadikan data adalah evaluasi sebelum diimplementasikan metode role playing dan evaluasi setelah diimplementasikannya metode role playing, yang dilaksanakan pada siswa dibawah bimbingan guru (peneliti) dan guru mitra, sesuai dengan materi


(55)

pembelajaran, dengan maksud untuk mengukur peningkatan ketrampilan social dan kreativitas siswa. Kemudian hasil evaluasi yang diperoleh siswa dibandingkan, antara hasil evaluasi sebelum dan sesudah pelaksanaan metode role playing pada sesi akhir.

H. Studi Literatur

Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku peraturan tertulis dan bacaan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang dimaksud. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang sekiranya dapat mendukung pada kenyataan yang berlaku pada penelitian ini.

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian ini berlangsung dari awal hingga akhir, yaitu mulai dari tahap orientasi sampai pada tahap berakhirnya seluruh program tindakan sesuai dengan karakteristik pokok permasalahan dan tujuan (Hopkins, 1993)

Analisis data ini dilakukan secara reflektif, partisipatif dan kolaboratif pada setiap tahap refleksi sehingga dari hasil analisis refleksi ini dapat diperoleh alternative jalan keluar untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada tindakan berikutnya.

Menurut Hopkins (1993:151-158) yang pendapatnya di adopsi oleh Wiriaatmadja (2005) mengatakan bahwa prosedur pengolahan dan analisis data


(56)

dalam penelitian tindakan kelas dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:

1. Pengumpulan, Kodifikasi, dan katagorisasi Data

Pada tahap ini seluruh data yang telah diperoleh berdasarkan instrument penelitian dikumpulkan, kemudian data tersebut diberikan kode-kode tertentu berdasarkan jenis dan sumbernya. Kategori data yang dimaksud adalah: (1) situasi kelas, berupa informasi tentang latar fisik dan latar belakang guru dan siswa, (2) proses pembelajaran, berupa informasi tentang interaksi Sosial antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa dan perubahan yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran, (3) aktivitas berupa informasi tentang tindakan guru dan tindakan siswa. Selanjutnya dilakukan interpretasi terhadap keseluruhan data.

2. Validasi Data

Hasil interpretasi dan katagorisasi data serta rumusan hipotesis sehubungan dengan hasil pelaksanaan program tindakan yang telah dirumuskan divalidasi dengan menggunakan beberapa teknik validasi data (Miles dan Huberman; 1992) untuk mendapatkan data yang benar-benar mendukung dan sesuai dengan karakteristik fokus permasalahan dan tujuan penelitian. Teknk validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Triangulasi, yaitu mengecek keabsahan (validitas) data dengan mengkonfirmasikan data yang telah ada dengan data atau sumber data yang lain. Dari guru, dilakukan pada saat pelaksanaan dskusi balikan setelah pelaksanaan tindakan dan dengan data yang dijaring melalui lembar observasi yang dilakukan


(57)

oleh guru itu sendiri. Sedangkan dari siswa, dilakukan dengan melakukan wawancara dengan beberapa orang siswa, setelah pelaksanaan pembelajaran.

Audit Trial, yaitu pengecekan keabsahan temuan penelitian, beserta prosedur penelitan yang telah diperiksa keabsahannya dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data pertama (guru dan siswa)

Member-check, yaitu melakukan pengecekan terhadap keabsahan data dengan mengkonfirmasikan data tersebut kepada sumber data . Proses ini dilakukan pada saat akhir pelaksanaan program tindakan dan pada waktu berakhirnya keseluruhan program tinakan yang direncanakan sesuai dengan tujuan penelitian.

J. Interpretasi

Interpretasi dilakukan terhadap keseluruhan temuan penelitian berdasarkan teoritik dan norma-norma ilmiah yan telah disepakati mengenai proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik fokus permasalahan dan tujuan penelitian, sampai diperoleh suatu kerangkan konseptual yang memungkinkan bagi pengembangan metode role playing dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.


(58)

128

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas di kelas I MI Al-Inayah Kota Bandung sebagaimana telah dibahas mengenai penggunaan metode role playing untuk meningkatkan keterampilan sosial dan kreativitas siswa dalam mata pelajaran IPS, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa metode pembelajaran konvensional belum mampu meningkatkan ketrampilan sosial siswa pada mata pelajaran IPS di Kelas 1 MI Al Inayah Kota Bandung

2. Bahwa metode pembelajaan konvensional belum mampu meningkatkan kreativitas siswa pada mata pelajaran IPS Kelas 1 MI Al Inayah Kota Bandung

3. Bahwa metode pembelajaran role playing dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran IPS di Kelas I MIAl-Inayah Kota Bandung 4. Bahwa metode pembelajaan role playing dapat meningkatkan kreativitas

siswa pada mata pelajaran IPS Kelas 1 MI Al Inayah Kota Bandung

Adapun hasil capaiannya dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode role playing sudah terimplementasikan dalam tataran rencana, proses dan evaluasi pembelajaran IPS tematik dan mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya, hal inipun sesuai dengan asumsi peneliti bahwa Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) bukan sekedar memecahkan masalah


(59)

memperbaiki proses pembelajaran secara kritis dan kolaboratif.

Hasil pengembangan PTK melalui metode role playing dalam proses pembelajaran dinyatakan baik melalui skala penilaian observasi terhadap guru dan siswa yang meningkat di setiap siklusnya. Guru telah memperbaiki seluruh penampilan dalam proses pembelajaran di kelas dengan sangat baik, sehingga tingkat perhatian dan antusisme siswa terhadap pelajaran meningkat.

Metode role playing sangat membantu siswa kelas 1 di MI Al Inayah Kota Bandung dalam meningkatkan hasil berupa keterampilan sosial dan kreativitas dalam tiap siklusnya. Hal ini terbukti dengan capaian nilai pada siklus pertama yaitu 70% siswa yang mendapatkan nilai kategori Baik (75-84) dan 30% siswa yang mendapatkan nilai kategori Cukup (64-74), Dan pada siklus kedua hasil yang didapat mengalami peningkatan dari siklus pertama, yaitu 97% siswa mendapatkan nilai kategori Baik (75-84) dan hanya 3% siswa yang mendapatkan nilai kategori Cukup (64-74), dengan demikian ada peningkatan sekitar 27% dari siklus pertama pada siswa yang mendapatkan nilai kategoro Baik (75-84). Demikian pula pada siklus terakhir (ketiga) hasil belajar siswa mengalami peningkatan melalui penggunaan metode pembelajaran role playing ini, yaitu 87% siswa mendapatkan nilai kategori Baik (75-84), disamping juga ada siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori Amat Baik (84-100). Dalam mengevaluasi cara yang dilakukan dengan menggunakan teknik penilaian dalam bentuk tes maupun non tes, dengan menggunakan instrument penilaian tentang


(60)

aspek komunikasi, toleransi, interaksi dan komunikasi.

Faktor Pendukung dan Penghambat

Dalam setiap siklusnya, peneliti telah memperbaiki seluruh penampilan dalam proses pembelajaran di kelas dengan sangat baik. Dari kemampuan membuka pelajaran, sikap dalam proses pembelajaran penguasaan bahan belajar, evaluasi, hingga kemampuan menutup pembelajaran. Penggunaan metode role playing dalam proses pembelajaran IPS tematik juga memberikan pengalaman tersendiri bagi para siswa. Beberapa siswa yang merasa bosan dengan pembelajaran yang terasa menjemukan, setelah menggunakan metode pembelajaran role playing menjadi antusias dan merasa senang dalam belajar. Dalam pembelajaran IPS tematik dengan metode role playing ini, perlu diperhatikan agar lebih meningkatkan pembelajaran tersebut, yaitu penggunaannya harus menyentuh pada pengalaman belajar, disamping juga perlu ditingkatkannya kreativitas siswa dalam setiap pembelajaran, penggabungan mata pelajaran yang lain lebih relevan dengan tema yang disajikan.

B. Rekomendasi

Implementasi metode pembelajaran role playing merupakan harapan bagi peningkatan kemampuan keterampilan sosial dan kreativitas pada siswa kelas I MI Al-Inayah Kota Bandung pada mata pelajaran IPS tematik. Oleh karena itu amatlah penting untuk mengimplementasikan dalam praktek kegiatan


(61)

peneliti merekomendasikan beberapa hal berikut: 1. Kepada guru,

a. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana terdepan dari kurikulum dan pembelajaran.

b. Guru-guru SD/MI dapat menggunakan hasil-hasil dari penelitian ini untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.

c. Metode role playing dapat digunakan sebagai salah satu alternative metode pembelajaran pada mata pelajaran IPS Kelas 1, hal ini telah terbukti pada hasil penelitian penulis metode tersebut cukup meningkatkan tugas guru, karena memfokuskan pembelajaran pada siswa.

d. Pembelajaran menggunakan metode role playing dapat menjadi alternative bagi guru untuk mengubah pembelajaran yang bersifat teacher centered kepada student centered. Dalam kondisi demikian guru dapat mengoptimalkan berbagai kekuatan dan potensi siswa.

e. Guru diharapkan lebih mengembangkan diri dalam usaha meningkatkan profesionalisme kerja, melalui penerapan metode pembelajaran yang dianggap layak dan sesuai dengan kebutuhan seperti metode role playing. 2. Kepada Kepala Sekolah

a. Kepala Sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah, maka diharapkan lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana pendukung belajar.


(62)

yang seluas-luasnya kepada guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran.

c. Peningkatan kompetensi ini dapat dilakukan melalui wadah pengembangan professional guru seperti mengikuti kegiatan-kegiatan seminar, penataran, wokshop dan sebagainya yang perlu terus diberdayakan.

Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengkaji dan menelaah masalah-masalah mengenai penggunaan metode yang lebih bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentuhan pengalaman yang lebih luas kepada guru-guru SD/MI tentang pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS dapat lebih meningkat lagi pada masa-masa yang akan datang.


(63)

(64)

133

Djahiri Kosasih; (1986); Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran: Bandung. Jurusan PBB-IKIP Bandung.

Djahiri Kosasih: (1994): Buku Pedoman Guru Pengajaran IPS. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Djahiri Kosasih (1993). “Membina PIPS/PIS dan PPS yang Menjawab Tantangan Hari Esok”, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial I/1993). Bandung: Forum Komunikasi FPIPS/IPS Indonesia.

A.M. Sardiman. (1996) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Alma Buchari. (2009). Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Asrori M. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima. Halimah Ihat. (2008). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Adira. Hamalik Oemar. (1992). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Harlock Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak Alih Bahasa Meitasari Tjandrasa.

Jakarta: Erlangga.

Hartinah, Siti. (2008). Perkembangan Peserta didik. Bandung: Refika Aditama. Hartono A dan Soeharto (2001). Perkembangan Peserta didik. Jakarta: Dirjen

Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Iskandar. (2009). Pendidikan Sebuah Orientasi Baru: Gaung Persada Press. Jakarta. Joyce Bruce. (2002). Models of Learning-Tools for teaching; Open University

Press-Buckingham. Philadelpia.

Joyce, Bruce. (1980). Models of Teaching; Englewood Cliffs, New Jersey; Prentice. Hall Inc.

Miles, MB & Huberman, AM (Penerjemah: Cecep Rosidi). (1992). Analis Data Kualitatif: Jakarta. Universitas Indonesia Pers.

Nurihsan Juntika. (2007). Perkembangan Peserta didik. Bandung: SPS UPI. Poerwati, Endang. (2002). Perkembangan Peserta didik: UMM Malang.


(65)

Sagala Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Santrak, John W., (2002). Life Span Development, Edisi 5, Alih Bahasa: Jakarta:

Juka Demanik et al, Erlangga.

Sapriya. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek .

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek

Soemantri Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS: PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Sukmadinata. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan: PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sunal. (1993). Social Studies and The Elemantary/ Middle School Student: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers. Florida.

Supriadi, Dedi. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru: Aditia Karya Nusa.Yogyakarta.

Supriatna, Nana. (2008). Kembangkan Kecakapan Sosialmu Bandung: Media Pratama.

Surya M. (1982). Psikologi Pendidikan: FIP-IKIP Bandung.

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pusaka.

Syafari, Asep Rahmat. (2009). Metode Kerja Kelompok untuk Meningkatkan Kerja Sama dan Mutu Pembelajaran. Merancang Motif Batik Tulis. UPI Bandung: Tesis Pada Program Studi Pendidikan Seni.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Van Cleaf David W. (1991). Action in Elementary Social Studies: Washburn University Topeka. Kansas.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

http://www.mediainfo.com, http://wikipedia.com


(1)

keterampilan sosial yang dipadukan dengan kreativitas siswa, yang meliputi aspek komunikasi, toleransi, interaksi dan komunikasi.

Faktor Pendukung dan Penghambat

Dalam setiap siklusnya, peneliti telah memperbaiki seluruh penampilan dalam proses pembelajaran di kelas dengan sangat baik. Dari kemampuan membuka pelajaran, sikap dalam proses pembelajaran penguasaan bahan belajar, evaluasi, hingga kemampuan menutup pembelajaran. Penggunaan metode role playing dalam proses pembelajaran IPS tematik juga memberikan pengalaman tersendiri bagi para siswa. Beberapa siswa yang merasa bosan dengan pembelajaran yang terasa menjemukan, setelah menggunakan metode pembelajaran role playing menjadi antusias dan merasa senang dalam belajar. Dalam pembelajaran IPS tematik dengan metode role playing ini, perlu diperhatikan agar lebih meningkatkan pembelajaran tersebut, yaitu penggunaannya harus menyentuh pada pengalaman belajar, disamping juga perlu ditingkatkannya kreativitas siswa dalam setiap pembelajaran, penggabungan mata pelajaran yang lain lebih relevan dengan tema yang disajikan.

B. Rekomendasi

Implementasi metode pembelajaran role playing merupakan harapan bagi peningkatan kemampuan keterampilan sosial dan kreativitas pada siswa kelas I MI Al-Inayah Kota Bandung pada mata pelajaran IPS tematik. Oleh karena itu amatlah penting untuk mengimplementasikan dalam praktek kegiatan


(2)

131

pembelajaran di kelas. Dengan demikian berdasarkan pada hasil penelitian ini peneliti merekomendasikan beberapa hal berikut:

1. Kepada guru,

a. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana terdepan dari kurikulum dan pembelajaran.

b. Guru-guru SD/MI dapat menggunakan hasil-hasil dari penelitian ini untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.

c. Metode role playing dapat digunakan sebagai salah satu alternative metode pembelajaran pada mata pelajaran IPS Kelas 1, hal ini telah terbukti pada hasil penelitian penulis metode tersebut cukup meningkatkan tugas guru, karena memfokuskan pembelajaran pada siswa.

d. Pembelajaran menggunakan metode role playing dapat menjadi alternative bagi guru untuk mengubah pembelajaran yang bersifat teacher centered kepada student centered. Dalam kondisi demikian guru dapat mengoptimalkan berbagai kekuatan dan potensi siswa.

e. Guru diharapkan lebih mengembangkan diri dalam usaha meningkatkan profesionalisme kerja, melalui penerapan metode pembelajaran yang dianggap layak dan sesuai dengan kebutuhan seperti metode role playing. 2. Kepada Kepala Sekolah

a. Kepala Sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah, maka diharapkan lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana pendukung belajar.


(3)

b. Kepala sekolah selayaknya dapat memberikan motivasi dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran.

c. Peningkatan kompetensi ini dapat dilakukan melalui wadah pengembangan professional guru seperti mengikuti kegiatan-kegiatan seminar, penataran, wokshop dan sebagainya yang perlu terus diberdayakan.

Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengkaji dan menelaah masalah-masalah mengenai penggunaan metode yang lebih bervariasi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentuhan pengalaman yang lebih luas kepada guru-guru SD/MI tentang pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS dapat lebih meningkat lagi pada masa-masa yang akan datang.


(4)

133


(5)

133

Djahiri Kosasih; (1986); Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran: Bandung. Jurusan PBB-IKIP Bandung.

Djahiri Kosasih: (1994): Buku Pedoman Guru Pengajaran IPS. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Djahiri Kosasih (1993). “Membina PIPS/PIS dan PPS yang Menjawab Tantangan Hari Esok”, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial I/1993). Bandung: Forum Komunikasi FPIPS/IPS Indonesia.

A.M. Sardiman. (1996) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Alma Buchari. (2009). Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Asrori M. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima. Halimah Ihat. (2008). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Adira. Hamalik Oemar. (1992). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Harlock Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak Alih Bahasa Meitasari Tjandrasa.

Jakarta: Erlangga.

Hartinah, Siti. (2008). Perkembangan Peserta didik. Bandung: Refika Aditama. Hartono A dan Soeharto (2001). Perkembangan Peserta didik. Jakarta: Dirjen

Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Iskandar. (2009). Pendidikan Sebuah Orientasi Baru: Gaung Persada Press. Jakarta. Joyce Bruce. (2002). Models of Learning-Tools for teaching; Open University

Press-Buckingham. Philadelpia.

Joyce, Bruce. (1980). Models of Teaching; Englewood Cliffs, New Jersey; Prentice. Hall Inc.

Miles, MB & Huberman, AM (Penerjemah: Cecep Rosidi). (1992). Analis Data Kualitatif: Jakarta. Universitas Indonesia Pers.

Nurihsan Juntika. (2007). Perkembangan Peserta didik. Bandung: SPS UPI. Poerwati, Endang. (2002). Perkembangan Peserta didik: UMM Malang.


(6)

134

Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar: Jakarta: Rineka Cipta .

Sagala Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Santrak, John W., (2002). Life Span Development, Edisi 5, Alih Bahasa: Jakarta:

Juka Demanik et al, Erlangga.

Sapriya. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek .

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek

Soemantri Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS: PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Sukmadinata. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan: PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sunal. (1993). Social Studies and The Elemantary/ Middle School Student: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers. Florida.

Supriadi, Dedi. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru: Aditia Karya Nusa.Yogyakarta.

Supriatna, Nana. (2008). Kembangkan Kecakapan Sosialmu Bandung: Media Pratama.

Surya M. (1982). Psikologi Pendidikan: FIP-IKIP Bandung.

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pusaka.

Syafari, Asep Rahmat. (2009). Metode Kerja Kelompok untuk Meningkatkan Kerja Sama dan Mutu Pembelajaran. Merancang Motif Batik Tulis. UPI Bandung: Tesis Pada Program Studi Pendidikan Seni.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Van Cleaf David W. (1991). Action in Elementary Social Studies: Washburn University Topeka. Kansas.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

http://www.mediainfo.com, http://wikipedia.com


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IVB SDN GISIKDRONO 03 SEMARANG

1 8 188

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Pembelajaran Role Playing Siswa Kelas IV SD Negeri Godog

0 2 15

PENDAHULUAN Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI SD Negeri 3putatnganten Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 6

Penerapan Metode Role Playing Sebagai Wahana Ekspresi Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS. Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII B SMP Negeri 14 Bandung.

0 4 399

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM MATA PELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD.

0 1 26

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR SISWA MELALUI IMPLEMENTASI METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 4 Kota Bandung.

0 1 70

METODE SIMULASI ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Metode Simulasi Role Playing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Negeri 2 Gondang Kelas V Semeste

0 1 14

METODE SIMULASI ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Metode Simulasi Role Playing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Negeri 2 Gondang Kelas V Semeste

0 0 18

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS : pada Siswa Kelas V SDN Buahbatu Kabupaten Bandung barat Tahun Ajaran 2013/2014.

0 0 30

PENGARUH PENERAPAN METODE ROLE PLAYING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS.

0 2 60