ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA YANG DIBERIKAN OLEH BANK.

(1)

No. Daftar:210/UN40.7.DI/LT/2013

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA YANG DIBERIKAN OLEH BANK

(Studi Kasus pada Bank BJB Syariah KCP Sukajadi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat menempuh ujian sidang Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi

Disusun oleh: NORMAN SYAH PUTRA

0904080

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN

INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET

PEMBIAYAAN

MUSYARAKAH

MODAL KERJA YANG

DIBERIKAN OLEH BANK

(Studi Kasus Pada BANK BJB Syariah KCP Sukajadi)

Oleh

Norman Syah Putra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Norman Syah Putra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET PEMBIAYAANMUSYARAKAH MODAL

KERJA YANG DIBERIKAN OLEH BANK. (Studi Kasus pada BankBJB Syariah KCP Sukajadi).

SKRIPSI

Oleh :

NORMAN SYAH PUTRA NIM. 0904080

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Dr. Arim, SE.,M.Si,Ak. NIP. 19690327200112 1 002

Pembimbing II

Agus Widarsono., SE., M.Si.,Ak NIP.19770827 2008011 011

Mengetahui,

Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. H. Nono Supriatna, M.Si NIP. 19610405 198609 1 001


(4)

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA

YANG DIBERIKAN OLEH BANK.

(Studi Kasus pada Bank BJB Syariah KCP Sukajadi) Oleh: Norman Syah Putra

Pembimbing I: Dr. Arim, SE.,M.Si,Ak. Pembimbing II: Agus Widarsono, SE.,M.Si,Ak.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian internal di BJB Syariah dengan objek penelitian di BJB Syariah KCP Sukajadi sebagai salah satu cara yang digunakan untuk dapat mencegah kredit macet pembiayaan musyarakah modal kerja yang diberikan oleh bank. Selain itu, penelitian ini juga dibuat untuk mengetahui bagaimana penerapan dari sistem pengendalian internal yang ada di BJB Syariah KCP Sukajadi apakah dilaksanakan dengan baik atau tidak oleh bagian Marketing Funding and Financing sebagai pelaksana dari sistem pengendalian internal itu sendiri.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan studi kasus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam/in depth interview, observasi partisipatif dan data sekunder yang terdiri atas beberapa dokumentasi seperti rekaman hasil wawancara antara peneliti dengan informan yang diwawancarai dan dokumen-dokumen terkait. Sumber data primer dalam penelitian ini terdiri atas informan yang terdiri dari Pemimpin BJB Syariah KCP Sukajadi, Manajer Operasional, Marketing Funding and Financing, Customer Service, dan Financing Support and Back Office Administration. Sedangkan sumber data sekunder yang digunakan peneliti yaitu berupa dokumen yang terkait dengan penelitian dan studi literatur penunjang.

Dari hasil identifikasi hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dengan mengacu pada lima komponen sistem pengendalian internal yang ada dalam COSO (Comitee of Sponsoring Organization of the Threadway Comission) yaitu 1) lingkungan pengendalian, 2) manajemen penaksiran resiko, 3) aktifitas pengendalian, 4) informasi dan komunikasi, dan 5) pengawasan, Peneliti menyimpulkan bahwa sistem pengendalian internal di BJB Syariah KCP Sukajadi masih tergolong lemah untuk dapat meminimalisasi adanya kredit macet khususnya pembiayaan Musyarakah Modal Kerja yang diberikan oleh bank. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti pedoman yang mengatur etika secara umum bagi karyawan yang belum ada, kompetensi karyawan yang masih belum sesuai dengan bidang keilmuan yang ada, kekurangan sumber daya manusia khususnya dalam bidang Marketing Funding and Financing dan juga financing support and back office administration, adanya rangkap tugas yang terjadi pada bagian yang membutuhkan tambahan karyawan, manajemen penaksiran resiko juga masih lemah baik dalam manajemen penaksiran resiko internal dan ekternal seperti kekurangan logistik dalam melakukan pengamanan terhadap dokumen dan agunan, pengelolaan administrasi pada beberapa dokumen yang masih belum baik dikarenakan masih banyak ditemukan dokumen yang rusak, tercecer dan tidak teratur. Selain itu belum adanya denda atas keterlambatan pembayaran, pola penagihan yang masih sederhana dan pengawasan atas perkembangan usaha nasabah yang belum maksimal.


(5)

nilai sudah baik dengan alur komunikasi yang sehat dan berjalan kesemua arah seperti adanya briefing tiap pagi, namun keberadaan evaluasi internal juga menjadi hal yang penting agar informasi dan komunikasi menjadi semakin baik. Terakhir dalam hal pengawasan peneliti melihat secara keseluruhan untuk pengawasan yang dilakukan BJB Syariah kepada kantor cabang dan kantor cabang pembantu peneliti menyimpulkan sudah baik ditandai dengan audit internal dan komite internal cabang yang selalu melaksanakan tugasnya secara bergantian.

Penerapan sistem pengendalian internal di Bank BJB Syariah KCP Sukajadi berdasarkan hasil penemuan dan pembahasan peneliti menyimpulkan bahwa penerapan sistem yang ada secara keseluruhan belum diterapkan dengan baik dengan belum adanya pedoman etika dan integritas karyawan yang berdampak kepada penerapan sanksi tegas terhadap pelanggaran etika yang dilakukan karyawan masih belum optimal. Penerapan komitmen terhadap kompetensi yang belum optimal dimana masih banyak karyawan yang tidak sesuai antara kompetensi dengan jabatan yang diemban sehingga kinerja yang dilakukan sangat jauh dari kompetensi yang dimiliki. Kebutuhan akan pemimpin yang berani mengambil resiko yang mutlak diperlukan untuk dapat memajukan bank, kekurangan sumber daya manusia khususnya pada bagian marketing funding and financing, dan pola rekrutmen yang masih belum terpusat. dari segi manajemen penaksiran resiko internal maupun eksternal adanya dokumen yang rusak, tercecer, tidak lengkap dan upaya meminimalisasi akan kredit macet yang belum baik seperti pemantauan atas usaha nasabah yang masih kurang maksimal serta belum adanya sistem denda yang diterapkan. Dari segi aktivitas pengendalian penerapannya oleh bagian marketing juga belum sepenuhnya diterapkan dengan baik, baik itu berkenaan dengan dokumen yang digunakan yang belum sepenuhnya sesuai dengan SOP, pejabat yang berwenang yang jarang hadir untuk mengotorisasi akad pembiayaan, serta denda yang masih belum ada. Sedangkan pada bagian informasi dan komunikasi dan pengawasan peneliti melihat bahwa belum adanya evaluasi internal mengakibatkan segala permasalahan yang ditemukan dilapangan menjadi sulit untuk ditemukan wadah untuk dibicarakan.

Kata Kunci : Sistem Pengendalian Internal, Kredit Macet, Pembiayaan Musyarakah Modal Kerja


(6)

PREVENTBAD DEBTOF CAPITAL MUSYARAKAH FINANCING PROVIDED BY THE BANK

(a case study at BJB Syariah KCP Sukajadi) by: Norman Syah Putra

Main Supervisor: Dr. Arim, SE.,M.Si,Ak. Co Supervisor: Agus Widarsono, SE.,M.Si,Ak.

The investigation is aimed at knowing the internal control system as one of the ways done to prevent bad debts/ bad credits of musyarakah financing, as the capital provided by the bank atBJB Syariah KCP Sukajadi. Besides, this study was also performed know the implementation of internal control system in that bank; whether or not it was done well by the department of Marketing Funding and Financing as the executor of that system itself.

The method employed in this study was qualitative through phenomenology and case study. The data used in this study were the primary data taken from the results of in depth interview, participatory observation and the secondary data consist of several documents such as the audio recording of the interview between the researcher and the informant being interview and other related documents. The primary fountain of the data in this study were the head of BJB Syariah KCP Sukajadi, the operational manager, Marketing Funding and Financing department, Customer Service department, and Financing Support and Back Office Administration department. Meanwhile, the fountain of the secondary data was the related documents and the supporting literature.

From the identification results of the results of the study and discussion done which referred to the five components of internal control system in COSO (Comitee of Sponsoring Organization of the Threadway Comission) namely 1) controlling environment, 2) the management of risk estimation, 3) controlling activities, 4) information and communication, and 5) supervising, it was concluded that the internal control system at BJB Syariah KCP Sukajadi was categorized week to minimize bad debts/ credits especially in musyarakah financing as the capital provided by the bank. This was caused by some factors such as the absence of the guidance which regulates employee’s general ethic, the employees’ competence which was not yet appropriate with the existing field of science, the insufficient number of human resource, especially in the field of Marketing Funding and Financingas well as financing support and back office administration, the existence of dual tasking in the departments with insufficient number of employee. Besides, the risk estimating management was also still low both in internal and external risk estimating such as the lack of logistic in the security of documents and collaterals, the management of administration in some document was not yet good such as the finding of damaged, scattered and asymmetrical documents. Besides, the absence of fine for the lateness, the simple pressing claim pattern and the supervision on the development of the customer business was not maximal yet. Meanwhile, the internal control component- the information and communication were considered good with the healthy flow of communication and it run well to all directions, such as the existence of briefing every morning. But, internal evaluation was also necessary for the better communication and information. Last but not least, in terms of supervision done by BJB Syariah to the entirebranch offices,was considered good. It was indicated by the internal audit and branch internal committee who always do their duties in turn.

The findings and discussion, it was over all concluded that the application of internal control system at Bank BJB Syariah KCP Sukajadi had not applied well. It was indicated by


(7)

of strict sanction to the etiquette violence done by the employees. The implementation of commitment on competence was not optimal yet, in which, there was no suitability of the position being held with their competence. Thus, the performance was far from their competence. The need of leaders, who are brave in risk taking, was absolutely needed to develop the bank, the insufficient number of employee especially in marketing funding and financing department and the pattern of recruitment was not yet centered.in terms of risk estimating management both internally or externally, the fact that there were some damaged, scatter and incomplete documents and the effort to minimize the bad debts or creditswere still indecent. For example, the supervision of customers’ business was insufficiently maximal and the system of fine was not regulated as well. In terms of effectiveness of implementation control performed by the marketingdepartment was not implemented well in terms of the documents used which were not fully appropriate as stated in SOP, the authorized employees which seldom come and the absence of fine system. Meanwhile, in information, communication and supervision department, it was seen that the absence of internal evaluation resulted in the difficulty of all the problems found in the field to be accommodated to discuss.

Keywords: internal control system, bad debts/bad credits, capital musyarakah financing


(8)

DAFTAR ISI Hal

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...v

UCAPAN TERIMA KASIH ...vi

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

BAB I PENDADULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ...1

1.2Rumusan Masalah ...13

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ...13

1.3.1 Maksud Penelitian ...13

1.3.2 Tujuan Penelitian ...14

1.4Kegunaan Penelitian ...14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka ...16

2.1.1 Pengendalian Internal ...16

2.1.1.1 Pengertian Pengendalian Internal ...16

2.1.1.2 Tujuan Pengendalian Intenal ...19

2.1.1.3 Tujuan Penerapan Sistem Pengendalian Internal ...21

2.1.1.4 Komponen Pengendalian Internal ...21

2.1.1.4 Keterbatasan Pengendalian Internal ...26

2.1.1.5 Keterbatasan Sistem Pengendalian Internal ...26

2.1.1.6 Sistem Pengendalian Intern Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah ...30


(9)

2.1.1.8 Auditor Internal ...33

2.1.2 Pembiayaan ...35

2.1.2.1 Pengertian Pembiayaan ...35

2.1.2.2 Jenis-Jenis Pembiayaan Syariah ...39

2.1.2.3 Musyarakah Modal Kerja ...40

2.1.2.4 Pembiayaan Bermasalah ...41

2.1.2.5 Penetapan Kualitas Pembiayaan ...41

2.1.2.6 Sebab-Sebab Pembiayaan bermasalah ...45

2.1.3.7 Upaya Pencegahan Pengembalian Bermasalah ...47

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian yang Relevan ...50

2.3 Kerangka Pemikiran ...50

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian ...57

3.2 Metode Penelitian ...58

3.2.1 Desain Penelitian ...58

3.2.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ...59

3.2.2.1 Sumber Data ...59

3.2.2.2 Teknik Pengumpulan Data ...61

3.2.3 Instrumen Penelitian ...69

3.2.4 Tehnik Analisis Data ...70

3.2.4.1 Reduksi Data/ Data Reduction ...71

3.2.4.2 Penyajian Data/ Data Display ...71

3.2.4.3 Conclusion Drawing/ Verification ...72

3.2.5 Pengujian Kredibilitas Data ...73


(10)

3.2.5.3 Menggunakan bahan Referensi ...74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...75

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ...76

4.1.1.1 Sejarah Perusahaan ...76

4.1.1.2 Visi dan Misi BJB Syariah ...79

4.1.1.3 Identitas Perusahaan BJB Syariah ...79

4.1.1.4 Identitas BJB Syariah KCP Sukajadi ...80

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...80

4.1.2.1 Sistem Pengendalian Internal Pembiayaan Musyarakah Modal Kerja untuk mencegah Kredit Macet yang diberikan oleh Bank ...80

4.1.2.2 Apakah Sistem Pengendalian Pengendalian Internal Pembiayaan Musyarakah Modal Kerja diterapkan atau tidak ...134

4.2 Pembahasan ...163

4.2.1 Sistem Pengendalian Internal Pembiayaan Musyarakah Modal Kerja untuk mencegah Kredit Macet yang diberikan oleh Bank ...163

4.2.2 Penerapan Sistem Pengendalian Internal oleh bagian Marketing Funding and Financing di BJB Syariah KCP Sukajadi ...195

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...203

5.2 Saran ...206

DAFTAR PUSTAKA ...208 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran sangat penting dalam perekonomian suatu Negara, karena bank menjadi sebuah solusi bagi masyarakat apabila mengalami kesulitan keuangan. Selain menjadi solusi akan masalah keuangan masyarakat, bank juga sebagai tempat yang aman untuk menyimpan dana yang dimiliki, disamping menyimpan dana di bank, nasabah juga akan mendapatkan bunga jika di bank konvensional dan bagi hasil (profit or loss sharing) jika di perbankan syariah.

Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan setelah dilakukan perubahan atas Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 menyatakan bahwa:

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Serta Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 tentang pengertian bank umum yaitu:

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).

Dari pengertian bank diatas kita dapat mengetahui bahwa secara umum fungsi bank terbagi atas dua bagian, yaitu Funding/menghimpun dana dari


(12)

masyarakat, dan Financing/memberikan kredit kepada masyarakat dalam bentuk jasa perbankan. Dari kedua kegiatan tersebut nasabah mendapatkan hasil berupa bunga/bagi hasil dari kegiatan kegiatan tersebut, oleh karena itulah bank bisa disebut komersil atau profit oriented.

Menurut Syafii Antonio (2001) (dalam Dewi, 2012: 3) beliau mengatakan bahwa secara umum antara Bank Konvensional dan Bank Syariah memiliki beberapa persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer dan syarat-syarat umum yang harus dimiliki untuk memperoleh pembiayaan seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Sedangkan perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai serta lingkungan kerja.

Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Pejabat yang melaksanakan tugas (PYMT) Manajer Operasional bank BJB Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Sukajadi beliau mengatakan dalam wawancara singkat:

Secara umum dan keseluruhan, tidak ada perbedaan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah, baik itu dari segi produk maupun dari segi mekanisme pengajuan pembiayaan, yang membedakan hanyalah pada bank syariah dimulai dengan akad dan akad tersebut tidak bisa berubah dalam perjalannya kecuali jika ada hal yang membatalkannya serta prinsip bunga pada Bank Konvensional dan bagi hasil pada Bank Syariah.

Dari pernyataan diatas jelas selain prinsip keuntungan yang ditawarkan berbeda, mekanisme pembiayaan pun berbeda dimana pada bank syariah menegaskan bahwa syarat sah suatu perjanjian antara bank dan nasabah ditentukan oleh akad. Bank syariah melihat bahwa segala sesuatu bergantung pada


(13)

niatnya. Niat ini terimplementasi kedalam setiap akad pada produk bank syariah seperti dalam hal mudharabah, murabahah, dan ijarah yang menggunakan akad sebagai sebuah patokan awal dalam melakukan sebuah perjanjian, dan akad ini tidak boleh berubah kecuali dalam kondisi yang diperbolehkan.

Sebagaimana diketahui dalam fungsi bank itu sendiri salah satunya ialah financing/pembiayaan, pada negara maju dan negara berkembang peran bank sangat diharapkan untuk membantu penyediaan modal dalam bentuk kredit, karena sebesar apapun hasrat para pemodal menanamkan sebagian kekayaanya pada perusahaan biasanya jumlah uang yang dapat dikumpulkan terbatas. Oleh karena itu pemberian kredit merupakan usaha yang utama dari suatu lembaga perbankan. (Nugraha, 2009: 1)

Secara keseluruhan, sumber dana bank berasal dari pemberian kredit, hampir sebesar 50-75% dari volume usaha bank, Siswanto (1997) (dalam Nugraha, 2009:1). Selain itu Slamat (2004:165) (dalam Andina:2011) juga menyatakan hal yang sama bahwa kredit merupakan sumber utama dalam menjalankan aktivitas usahanya termasuk pada perusahaan pembiayaan. Hal tersebut sudah lumrah dikarenakan sumber utama pendapatan bank melalui pemberian kredit dalam bentuk pendapatan bunga dimana pendapatan tersebut diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atas kredit yang diberikan. Hal ini pun dilakukan pada bank syariah dimana bank syariah memberikan porsi nisbah bagi hasil atas simpanan yang diberikan nasabah kepada bank dimana dana tersebut kembali disalurkan


(14)

kepada nasabah lainnya dalam bentuk kredit yang memiliki nisbah keuntungan bagi bank.

Secara umum perkembangan pembiayaan perbankan syariah menunjukan trend yang sangat baik dimana perkembangan pembiayaan dari tahun ketahun meningkat, misalnya PT Bank Jabar Banten Syariah atau yang dikenal dengan BJB Syariah. Bank yang melaksanakan prinsip usaha sesuai syariah ini melaporkan pada tahun 2011 telah berhasil melakukan pembiayaan kepada nasabah sebesar Rp. 1,76 Triliun atau 1,82% dari Industri perbankan syariah meningkat 10% dari tahun 2010 sebesar Rp. 1,60 Triliun.

Pembiayaan ini terdiri atas pembiayaan sebesar 33% terhadap UMKM dan sisanya pembiayaan non UMKM sebesar 67% yang terdiri dari pembiayaan komersial sebesar 13%, pembiayaan terhadap korporasi/besar sebesar 15% dan sisanya sebesar 40% pada gadai. (Laporan Tahun 2011)

Tempat penulis melakukan Program Latihan Akademik (PLA), yaitu di BJB Syariah KCP Sukajadi target pembiayaanya meningkat dari tahun ke tahun, ditahun 2012 target pembiayaan sebesar Rp. 60 Milyar dan di tahun 2013 bank tersebut menargetkan pembiayaan sebesar Rp. 130 Milyar atau sekitar 100% lebih besar dari tahun sebelumnya. Untuk dapat mencapai hal tersebut, manajemen BJB Syariah KCP Sukajadi pun menambah jumlah karyawan bagian Marketing Funding and Financing yang semula hanya ditangani oleh dua orang ditambah menjadi dua orang dengan jumlah keseluruhan menjadi empat orang.

Dengan kenyataan diatas menunjukan keseriusan BJB Syariah dalam hal pembiayaan, karena pembiayaan dapat dikatakan “jantung” dari bank dimana


(15)

melalui pembiayaan tersebut bank dapat melakukan aktivitas operasinya untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar melalui margin keuntungan yang didapat dari setiap pembiayaan yang diberikan.

Fenomena meningkatnya target pembiayaan dari tahun ketahun diatas menunjukan bahwa bank akan selalu concern melakukan aktivitas pembiayaan yang ditandai dengan kenaikan target tersebut. Disatu sisi, nasabah yang berkecimpung dalam dunia usaha akan selalu berusaha mendapatkan pembiayaan dari bank, baik itu dalam hal pembiayaan modal kerja, UMKM dan pembiayaan lainnya.

Dengan pembiayaan dari bank berupa modal yang diberikan dapat memberikan tambahan modal bagi aktivitas usaha yang dilakukan oleh nasabah. Dan bank sebagai pemberi modal akan mendapatkan margin keuntungan yang menjadi sumber modal untuk melakukan pembiayaan kepada nasabah lainnya, begitu seterusnya.

Fenomena meningkatnya jumlah pembiayaan tersebut sesungguhnya diikuti juga oleh kredit macet yang juga dilakukan oleh nasabah. Nugraha, Hastoni, (2006:1) menyatakan bahwa penjualan secara kredit sangat berpengaruh dengan kredit macet. Masih segar dalam ingatan kita bahwa krisis yang terjadi di Amerika Serikat yang akhirnya meluas keseluruh dunia diakibatkan oleh kredit macet jual beli rumah dimana nasabah tidak mampu membayar cicilan kredit rumah dan juga banyaknya rumah yang tidak laku untuk dijual kepada masyarakat yang menyebabkan perusahaan tersebut akhirnya mengalami kebangkrutan.


(16)

Menurut Annual Report BJB Syariah NPF (non performing financing) atau pembiayaan bermasalah memang masih rendah sekitar 0,41%, lebih rendah 0,33% dari rencana sebesar 0,74%. Namun walaupun tergolong kecil pembiayaan bermasalah dapat menjadi cukup serius jika tidak ditangani dengan baik apalagi dengan terus meningkatnya target pembiayaan yang ditetapkan dari tahun ke tahun khususnya di BJB Syariah KCP Sukajadi.

Menurut Pemimpin KCP Sukajadi BJB Syariah Rian Taufiq Maulana mengatakan:

Walaupun kecil namun pembiayaan yang bermasalah ini dapat mengganggu stabilitas keuangan bank, karena biasanya nasabah yang mengalami kredit macet ini sulit untuk mengembalikan kembali pembiayaan yang telah diberikan.

Bank BJB Syariah yang merupakan bank yang sedang menuju fase pertumbuhan atau sesuai slogan dalam laporan tahun 2011 yaitu Toward Growth Phase sangat rentan terhadap adanya kredit macet, karena akan terus mengembangkan usahanya ditambah lagi BJB Syariah merupakan satu satunya BPD syariah atau Bank pembangunan Daerah berbasis syariah yang “berani” untuk memasuki sektor bisnis UMKM dimana sebagaimana kita ketahui BPD lain hanya berani untuk melakukan pembiayaan terhadap pegawai yang mana potensi akan kredit macet yang rendah karena agunan yang diberikan sangat mudah untuk dicairkan seperti SK Pegawai, SK Jabatan dan lain-lain.

Pembiayaan Musyarakah Modal Kerja merupakan salah satu produk yang dikeluarkan oleh BJB Syariah KCP Sukajadi yang memberikan bantuan dana kepada nasabah yang sedang menjalani sebuah usaha. Menurut Standar Operasional Prosedur tentang pembiayaan komersial menyatakan bahwa


(17)

pembiayaan Musyarakah Modal Kerja merupakan kerjasama antara nasabah sebagai pelaksana usaha (objek Musyarakah) dan juga berkontribusi modal atas usaha yang dijalankan dengan BJB Syariah sebagai pihak yang berkontribusi modal dan pengawasan, nisbah bagi hasil disepakati dengan resiko kerugian berdasarkan kontribusi modal para pihak.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kepada objek Musyarakah Modal Kerja karena menurut pemaparan dari Manajer Operasional yang menyatakan bahwa dari sebagian besar produk yang ditawarkan dari BJB Syariah KCP Sukajadi pembiayaan Musyarakah Modal Kerja merupakan salah satu produk yang berpotensi besar untuk mengalami kredit macet karena biasanya nasabah yang melaksanakan usaha akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan yang diberikan disebabkan oleh beberapa hal seperti usaha yang tidak berjalan dengan baik, ketidaksesuaian antara kemampuan membayar dengan usaha yang dijalankan yang disebabkan oleh ketelitian bank yang kurang sampai kepada sistem bank yang longgar sehingga nasabah kurang memperhatikan pengembalian yang dilakukan.

Oleh sebab itu, peneliti berkesimpulan bahwa semakin besar jumlah pembiayaan Musyarakah Modal Kerja yang diberikan maka semakin besar pula potensi atas kredit macet yang dilakukan oleh nasabah yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti melihat perlu adanya sebuah pencegahan yang sangat serius dalam penanganan kredit macet, hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan Linda Mega Sari yang mengatakan bahwa:


(18)

Pemberian Kredit merupakan usaha bank yang paling pokok, maka bank perlu memberikan penilaian terhadap nasabah yang mengajukan kredit pinjaman serta merasa yakin bahwa nasabahnya tersebut mampu untuk mengembalikan kredit yang telah diterimanya.

Pencegahan Pembiayaan bermasalah yang dilakukan sangat penting terhadap nasabah agar nasabah dapat mengembalikan kredit yang dilakukanya. Bukan berarti dengan adanya pencegahan ini membuat sebuah pandangan bahwa bank tidak mempunyai kepercayaan kepada nasabah, namun dengan adanya pencegahan atau pengamanan ini untuk menghilangkan resiko atau setidak-tidaknya memperkecil resiko yang mungkin timbul (Mega, 2012:2)

Mega (2012:2) mengatakan salah satu cara agar permasalahan pembiayaan bermasalah atau kredit macet ini dapat diatasi ialah dengan adanya suatu pengendalian internal yang sangat baik dalam hal pemberian kredit, dengan kata lain diperlukan adanya suatu pengendalian internal yang memadai dalam bidang perkreditan, dimana dengan adanya sistem pengendalian internal yang baik tersebut dapat mencerminkan sikap kehati-hatian dalam pemberian kredit tersebut. Boynton,dkk (2003) (dalam Amanina, 2011:21) mendefiniskan pengendalian intern adalah sebagai berikut:

Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh Dewan Direksi, Manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk memberikan kenyakinan memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan yaitu (a). Keandalan pelaporan keuangan, (b) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, (c) Efektifitas dan efisiensi operasi.

Dan juga Arens,dkk (1994) (dalam Amanina, 2011:21) mengatakan bahwa pengertian sistem pengendalian internal adalah: “Sistem yang terdiri atas beberapa kebijaksanaan dan prosedur spesifikasi yang dirancang untuk memberikan


(19)

manajemen kepastian yang wajar bahwa sasaran dan tujuan penting bagi perusahaan untuk dipenuhi.”

Dengan adanya sistem pengendalian internal yang baik pada bank diharapkan dapat mengukur apakah bank telah melaksanakan segala sesuatunya sesuai dengan aturan dan tidak menyimpang sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik atau malah sebaliknya. BJB syariah mempunyai Standar Opersional Prosedur atau yang lebih dikenal sebagai SOP yang mengatur mengenai mekanisme pembiayaan nasabah dari awal sampai akhir. Dalam SOP tersebut juga dijabarkan mengenai mekanisme pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh nasabah dan bagaimana penanganannya.

Sistem pengendalian internal disusun dan ditetapkan dengan tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai pengertian pengendalian intern, sehingga jika pengendalian intern yang ada tidak diterapkan dengan baik maka tujuan yang telah diungkapkan juga tidak akan tercapai. Selain itu berdampak juga pada tujuan dari organisasi yang membuat sistem tersebut.

Kredit macet sesungguhnya tidak hanya disebabkan oleh kredit macet yang dilakukan nasabah yang disebabkan pendapatan usaha yang menurun, ketidakpastian kondisi ekonomi, atau bencana alam yang menyebabkan kerusakan mesin yang menyebabkan perusahaan yang dimiliki oleh nasabah tidak dapat beroperasi. Namun kredit macet juga ternyata dapat disebabkan kekeliruan/ kesalahan bank dalam memberikan kredit macet kepada nasabah, seperti analisis terhadap kemampuan membayar nasabah yang keliru dan tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan, kelengkapan dokumen yang diperlukan bank yang kurang


(20)

dipenuhi oleh nasabah namun disetujui oleh bank serta survey awal terhadap usaha yang dilaksanakan oleh nasabah yang kurang menyeluruh dan teliti yang disebabkan kelalaian/kesalahan yang dilakukan bank.

Pada saat penulis melakukan Program Latihan Akademik (PLA), ada beberapa masalah yang ditemukan seperti dokumen yang tidak lengkap antara satu dokumen nasabah dengan dokumen nasabah lainnya, seharusnya jika sesuai dengan prosedur maka semua dokumen lengkap. Selain itu dokumentasi mengenai usaha yang dijalankan nasabah juga terkadang ada yang dilakukan pemantauan awal terhadap kondisi usaha nasabah oleh bank namun ada yang tidak. Hal tersebut ditunjukan oleh tidak adanya dokumentasi berbentuk gambar pada beberapa dokumen nasabah.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa jika bank secara “tidak langsung” melakukan beberapa “kesalahan/kelalaian” maka potensi akan kredit macet dikemudian hari dapat terjadi. Sebagai contoh jika bank tidak melakukan pemantauan usaha awal kepada setiap nasabah atau mungkin sudah percaya kepada nasabah tanpa ada pemantauan langsung dari bank dan ternyata usaha yang dijalankan berpotensi akan mengalami kebangkrutan dikemudian hari yang disebabkan oleh beberapa faktor, maka pada akhirnya nasabah tidak bisa membayar dan membawa dampak langsung kepada bank berupa kerugian.

Kredit macet yang disebabkan oleh kesalahan/kekeliruan bank juga diungkapkan oleh Sutojo (1999:216), beliau menyebutkan bahwa penyebab terjadinya kredit macet bukan hanya karena keadaan ekonomi nasabah namun


(21)

juga keteledoran bank mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan.

Selain itu Sutojo (2000) juga menyebutkan bahwa ada 20 faktor intern bank yang menyebabkan pembiayaan bermasalah diantaranya komunikasi antara bank dan nasabah yang tidak lancar, nasabah tidak melampirkan laporan keuangan usaha, dan tidak adanya usaha dari bank untuk mengawasi penggunaan kredit yang telah diberikan sehingga terkadang dana yang digunakan tidak sesuai dengan perjanjian awal.

Selain keteledoran bank, penyebab adanya kredit macet juga bisa disebabkan oleh kecurangan yang dilakukan oleh karyawan bank itu sendiri. Menurut Tuanakotta (2007), mereka yang terlibat dalam perbuatan curang didorong oleh interaksi antara kekuatan-kekuatan dalam kepribadian individu dan lingkungan eksternal. Kekuatan-kekuatan tersebut diklasifikasi kedalam tida kategori utama: 1). Tekanan situasional, 2). Kesempatan dan, 3) karakteristik (integritas) pribadi.

Dengan adanya sistem pengendalian yang baik diharapkan kredit macet yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal dapat diminimalisir sehingga tujuan bank dapat tercapai, baik dalam hal pengembangan bank kedepan maupun target pembiayaan yang telah ditetapkan, selain itu pencegahan atas kecurangan atau permasalahan yang disebabkan oleh bank maupun nasabah juga dapat dihindari.

Beberapa penelitian yang dilakukan terkait dengan penerapan sistem pengendalian internal untuk mencegah kredit macet untuk mendukung penelitian


(22)

penulis seperti yang dilakukan oleh Nadia Maya Sari Dewi mengenai Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Intern terhadap Prosedur Pemberian Pembiayaan untuk meningkatkan Pencegahan Pengembalian Macet yang diberikan oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang. (2012), Pengaruh Pengendalian Intern Prosedur Pemberian Kredit terhadap Efisiensi pemberian kredit oleh Theresa Andina. Dan juga jurnal yang terkait tentang permasalahan yang diangkat penulis yaitu Penerapan Implementasi Pengendalian Internal dalam Sistem Pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (Studi Kasus pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis ingin mengkaji lebih mendalam dengan judul penelitian “Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Internal untuk mencegah Kredit Macet Pembiayaan Musyarakah Modal Kerja yang diberikan oleh Bank. (Studi Kasus pada Bank BJB Syariah KCP Sukajadi)”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis akan merumuskan masalah yang ada pada penelitian, rumusan masalah yang ada ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana Sistem Pengendalian Internal pada PT Bank Jabar Banten Syariah KCP Sukajadi dalam mencegah Kredit Macet Pembiayaan Musyarakah Modal Kerja?


(23)

2. Apakah Penerapan Sistem Pengendalian Internal bank oleh bagian Marketing Funding and Financing telah diterapkan dengan baik sehingga kredit macet dapat dicegah?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Kredit macet merupakan sebuah permasalahan yang menjadi perhatian bank karena hampir keseluruhan operasi bank melaksanakan pembiayaan dalam dalam bentuk pemberian kredit kepada nasabah. Oleh karena itulah diperlukan adanya sistem pengendalian intern bank dalam menangani permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana sistem pengendalian internal sebuah bank untuk mencegah kredit macet pada pembiayaan Musyarakah modal kerja serta apakah sistem pengendalian internal tersebut telah dilaksanakan guna meminimalisir potensi kredit macet yang terjadi kemudian hari jika pengendalian internal bank tidak dijalankan dengan baik. 1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian secara khusus berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat ialah sebagai berikut:

1. Mengetahui Sistem Pengendalian Internal pada PT Bank Jabar Banten Syariah KCP Sukajadi untuk mencegah Kredit Macet Pembiayaan Musyarakah Modal Kerja.


(24)

2. Mengetahui apakah Sistem Pengendalian Internal PT Bank Jabar Banten Syariah KCP Sukajadi untuk mencegah Kredit Macet pada Pembiayaan Musyarakah Modal Kerja telah diterapkan dengan baik atau sebaliknya.

1.4Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan beberapa kegunaan yaitu:

1. Bagi peneliti, sebagai tambahan wawasan mengenai sistem pengendalian internal sebagai sebuah alat untuk menjalankan sebuah entitas secara efektif dan efisien dalam hal pencegahan kredit macet yang dilakukan oleh nasabah maupun oleh yang disebabkan oleh kelalaian dari bank.

2. Bagi kalangan akademisi dan praktisi, untuk menambah pengetahuan dan wawasan atas apa yang telah diteliti oleh peneliti, untuk dapat menjadi pengembangan pengetahuan dan tambahan pengalaman mengenai penerapan sistem pengendalian internal untuk mencegah kredit macet pada perbankan syariah.

3. Bagi calon peneliti selanjutnya, sebagai tambahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis terutama dalam hal sistem pengendalian intern atas pencegahan kredit macet yang diberikan bank khususnya pada pembiayaan lain selain pembiayaan Musyarakah modal kerja.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem pengendalian internal/ standar operasional prosedur (SOP) dari BJB Syariah KCP sukajadi untuk mencegah kredit macet pada pembiayaan musyarakah modal kerja yang diberikan oleh bank.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya maka diperlukan sebuah pengendalian internal yang baik untuk mewujudkan tujuan sebuah bank, termasuk pada permasalahan pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Sebagaimana diketahui penyebab terjadinya kredit macet selain dari faktor eksternal bank, tapi juga faktor internal bank seperti kelalaian dan ketidakpatuhan dalam menjalankan peraturan yang telah ditetapkan.

BJB Syariah yang merupakan BPD berbasis syariah akan mengalami peningkatan pembiayaan dari tahun ke tahun karena pembiayaan dapat dikatakan “jantung” perbankan, oleh karena itu jika pengendalian internal tidak dijalankan dengan baik maka potensi atas kredit macet dikemudian hari tidak dapat dihindari. Penelitian ini terarah pada penerapan sistem pengendalian internal pembiayaan Musyarakah modal kerja untuk mencegah kredit macet, oleh karena itu fokus penelitian ini kepada bagian Marketing Funding and Financing yang terjun langsung menerapkan standar yang telah ditetapkan oleh bank. hal tersebut dikarenakan bagian tersebut yang diberikan tugas pokok dan fungsi oleh BJB Syariah untuk melakukan verifikasi dan pengawasan dari awal nasabah


(26)

mengajukan pembiayaan, pada saat akad, persetujuan pembiayaan, sampai dengan pemantauan prospek usaha nasabah yang secara keseluruhan dilakukan oleh nasabah.

Berkenaan dengan tempat penelitian, maka penulis akan melakukan penelitian di BJB Syariah KCP sukajadi. Alasan penulis ingin melakukan penelitian pada bank tersebut dikarenakan bank tersebut sedang fokus pada pembiayaan ditandai dengan adanya kenaikan target pembiayaan dari 60 Milyar menjadi 130 Milyar ditahun 2013 dan memang juga memberikan pelayanan atas produk Musyarakah modal kerja kepada nasabah.

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi dan studi kasus. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2008:6) adalah penelitian yang secara holistik bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, baik itu perilakunya, persepsi, motivasi maupun tindakannya, dan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang secara alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian deskriptif kualitatif data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek dan aktivitas orang


(27)

yang ada disekelilingnya dengan melakukan wawancara sehingga keadaan yang sesungguhnya dapat tergambar dengan baik.

Terkait dengan pendekatan fenomenologis, maka menurut Moleong (2002:9) yakni usaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Dalam hal ini, peneliti akan mencoba memasuki dunia subyek yang diteliti dengan lebih teliti dan mendalam.

Penggunaan studi kasus pada penelitian kualitatif deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan agar dapat mengungkap atau memperoleh informasi dari data penelitian secara menyeluruh, luas dan mendalam (Sugiyono, 2008:35).

Oleh karena yang diteliti merupakan penerapan sistem pengendalian internal dalam mencegah kredit macet pembiayaan Musyarakah yang dilakukan oleh bank, metode ini sangat cocok digunakan karena dapat menggambarkan obyek yang diteliti secara jelas dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang telah ditetapkan dalam penelitian kualitatif.

3.2.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.2.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan ialah data primer dan data sekunder, data primer yakni data yang diperoleh langsung dari informan yang bersangkutan. Menurut Hasan (2002: 82) “data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau bersangkutan yang memerlukannya.”

Menurut Sugiyono (2005: 62) “data primer adalah sumber langsung yang memberikan data pada pengumpul data.”


(28)

Ruslan (2003: 29) “data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.”

Menurut Lofland dan Lofland dalam Metode Penelitian Kualitatif (Moleong, 2009:157), beliau mengatakan bahwa “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.”. Moleong juga menyebutkan bahwa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama yang kemudian sumber data utama akan dicatat ke dalam catatan-catatan tertulis melalui media-media pendukung (2009:157).

Berikut ini merupakan informan yang peneliti lakukan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan:

Tabel 3.1

Keterangan Mengenai Informan

No. Nama Jabatan Jumlah

1. Rian Taufik Maulana

Pemimpin Kantor Cabang Pembantu

1

2. Novita Sofia Ferdianti

Manajer Operasional 1

3. Vera Yudiarti Juwita

Financing Support and Back Office Administration

1

4. Moch. Reza Nugraha

Marketing Funding and Financing

1

5. Annisa Nadya Hedyanthi


(29)

Selain itu, data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain ataupun dokumen. (Sugiyono, 2013:62). Data sekunder menjadi penting mengingat dalam pengumpulan data dari informan perlu diverifikasi melalui berbagai sumber lainnya yang dapat mendukung data yang telah ditemukan sehingga menjadi lebih valid.

3.2.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data menjadi suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena tujuan dari sebuah penelitian ialah mendapat data. Jika tehnik dalam pengumpulan data tidak diketahui/digunakan maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan standar data yang telah ditetapkan.

Secara umum teknik pengumpulan data terdapat empat macam yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. (Sugiyono, 2013:63).

1. Pengumpulan Data dengan Observasi a. Macam-macam observasi

Marshall (1995) (dalam Sugiyono, 2013:64) menyatakan bahwa “through

observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Atau jika diterjemahkan berarti melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Menurut Sanafiah Faisal (1990) (dalam Sugiyono, 2013:64) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt


(30)

observation dan covert observation), dan obsevasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley (dalam Sugiyono, 2013:64) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.

b. Observasi Partisipatif

Sugiyono (2013:64) menyebutkan bahwa dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut mengerjakan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Susan Stainback (1988) (dalam Sugiyono, 2013: 65) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what

the say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Seperti yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, bahwa observasi partisipatif dapat digolongan menjadi empat yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation. Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai observasi partisipasi pasif.

Partisipasi pasif (pasive participation) : means the research is present at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini peneliti


(31)

datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Penulis menggunakan observasi partisipatif pasif yang cocok sebagai teknik pengumpulan data karena selama penulis melakukan Program Latihan Akademik (PLA) penulis telah melakukan observasi partisipasi aktif selama lebih kurang dua bulan. Oleh karena itulah untuk penelitian kali ini penulis hanya perlu melakukan observasi pasif dengan waktu observasi satu minggu sejak tanggal 20-25 Mei 2013 bersamaan dengan memulai wawancara kepada informan.

c. Tahapan Observasi

Menurut Spradley (1980) (dalam Sugiyono, 2013: 69) tahapan observasi ada tiga yaitu:

1. Observasi deskriptif

Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan. Semua data direkam sehingga hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata. Observasi tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation, dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Menurut penulis observasi tahap ini telah dilakukan pada saat peneliti melakukan Program Latihan Akademik (PLA) dengan melakukan obervasi yang terdiri dari pengecekan dokumen, melihat proses pengajuan pembiayaan sampai ketahap


(32)

pemberian pembiayaan sampai kepada pemantauan usaha nasabah yang ditunjukan oleh dokumentasi foto kunjungan.

2. Observasi terfokus

Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini disebut juga dengan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus. Pada tahap ini peneliti sudah memfokuskan diri kepada permasalahan yang diajukan kedalam penelitian ini, yaitu bagaimana sistem pengendalian internal bank untuk mencegah kredit macet pembiayaan Musyarakah modal kerja yang diberikan bank dan apakah sistem pengendalian internal tersebut telah dijalankan untuk dapat mencegah kredit macet yang diberikan.

3. Observasi terseleksi

Pada tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini penulis telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/ perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antar satu kategori dengan kategori lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis. Menurut Spradley, observasi terseleksi ini masih dinamakan mini tour observation.

2. Pengumpulan Data Wawancara/Interview a. Pengertian Wawancara


(33)

Esterberg (2002) (dalam Sugiyono, 2013: 72) mendefinisikan interview sebagai berikut. “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya-jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

b. Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)

Wawancara tidak berstruktur menurut Sugiyono (2013:74) ialah wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Untuk mendapatkan gambaran permasalahan lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada beberapa pihak yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penelitian ini penulis akan menggali informasi dari bagian Marketing Funding and Financing, Manajer Operasional, Pemimpin Kantor Cabang Pembantu, serta Satuan Kerja Khusus Pembiayaan Bermasalah.

Untuk mendapatkan hasil wawancara yang terekam/terdokumentasi dengan baik, maka penulis akan menggunakan alat pendukung dalam wawancara sehingga hasil wawancara lebih valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Alat-alat wawancara itu antara lain:


(34)

a. Buku Catatan : berfungsi untuk melakukan pencatatan dari mulai dari yang terkecil sampai hal-hal yang besar, buku catatan tidak hanya diartikan dalam bentuk buku karena seiring berkembangnya tehnologi terdapat media dalam mencatat hal-hal yang diperlukan seperti note book, komputer yang berukuran kecil, dan laptop untuk mencatat data hasil wawancara. Hal-hal yang akan dicatat dalam buku catatan ini seperti standar operasional prosedur bank dalam mencegah kredit macet dan catatan lain yang diperlukan.

b. Tape Recorder : berfungsi untuk mencatat semua percakapan atau

pembicaraan. Dengan adanya Tape Recorder maka adanya mis informasi dapat dihindari. Tape Recorder akan dapat memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara kepada pihak bank sehingga data yang diperoleh akan valid.

c. Camera : Camera sangat diperlukan untuk mendokumentasikan peneliti yang

sedang melakukan wawancara dengan informan/sumber data. Dengan adanya hasil dari Camera yang berbentuk foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul sedang melakukan penelitian. Camera dalam penelitian ini akan digunakan untuk mendokumentasikan dokumen-dokumen serta kegiatan lainnya yang membutuhkan camera sebagai dokumentasi.

Dalam wawancara pada penelitian ini, maka peneliti akan memberikan batasan atas tema dari wawancara yang akan diberikan yaitu:

a. Sistem pengendalian internal yang ada pada BJB Syariah KCP Sukajadi yang berbentuk Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga dapat


(35)

mengidentifikasi informasi dengan jelas atas prosedur dan kualitas pegawai pada pengendalian pemberian pembiayaan pada calon nasabah. Data yang diambil berbentuk wawancara yang dilakukan kepada bagian Marketing Funding and Financing dengan sub-sub pertanyaan sebagai acuan kepada pihak internal sebagai berikut.

1) Integritas dan etika.

2) Komitmen terhadap kompetensi.

3) Pemberian wewenang dan tanggung jawab. 4) Kebijakan praktik sumber daya manusia. 5) Aktifitas pengendalian.

b. Data yang menyangkut sisi positif keadaan sistem pengendalian intern sehingga keadaan yang ada pada bank dapat diketahui sisi kelebihannya dan akan menjadi nilai lebih pada perusahaan, data yang diperoleh dengan melakukan wawancara dengan bagian Marketing Funding and Financing dan Account Officer. Adapun penilaian dasar pada hasil kesimpulan yang menyatakan sisi positif bank ialah sebagai berikut.

1) Pedoman yang berkaitan dengan prosedur pembiayaan.

2) Kualifikasi keadaan dan aturan yang tertera atas isi surat perjanjian aplikasi pembiayaan serta paket dokumen syarat dalam pengajuan pembiayaan.

3) Penilaian pada pihak internal yaitu bagian Marketing Funding and Financing atas kualitas dan kuantitas pertemuan serta pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak pusat atas pengendalian yang dilakukan kepada pihak Marketing Funding and Financing.


(36)

4) Pemeriksaan pada data nasabah yang dilakukan bagian Marketing Funding and Financing atas kendala bank dalam pengendalian atas kredit macet.

5) Pemeriksaan atas pengadministrasian dokumen yang menjadi data penting bagi bank dan juga nasabah.

c. Data yang menyangkut sisi negatif dari sistem pengendalian intern sehingga dapat dilihat kekurangan yang ada untuk dijadikan evaluasi bagi bank, untuk data yang diambil juga menggunakan metode wawancara dengan sumber data yaitu bagian Marketing Funding and Financing dan Account Officer. Adapun penilaian dasar kesimpulan dari sisi negatif bank ialah sebagai berikut.

1) Data mengenai analisis tingkat kemampuan pengembalian calon nasabah yang juga diberikan kepada nasabah untuk menilai dan meneliti serta menghitung besar agunan yang menjadi syarat dalam pembiayaan.

2) Penambahan jumlah agunan untuk lebih memperkuat dan menyakinkan bank atas pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan.

3) Data mengenai laporan keuangan calon nasabah yang juga untuk memperkuat dan menyakinkan bank bahwa calon nasabah memiliki kemampuan membayar kewajibanya.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara tidak berstruktur dilakukan peneliti dari tanggal 20 Mei- 7 Juni 2013 atau kurang lebih tiga minggu dengan informan yang berhasil ditermui yaitu Pemimpin BJB Syariah KCP Sukajadi, Manajer Operasional, Marketing Funding and Financing, Financing Support and Back Office Administration, dan Customer Service.


(37)

Adapun instrumen dalam penelitian kualitatif ini adalah:

1. Instrumen yang paling utama adalah peneliti sendiri (Sugiyono, 2008:59). Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen penelitian utama karena sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian belum begitu jelas, baik itu dari segi masalahnya, prosedur penelitiannya, ataupun dari hasil yang diharapkan (Sugiyono, 2008:60). Menurut Nasution (Sugiyono, 2008), dalam penelitian kualitatif, segala sesuatunya masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu berlangsung, tidak ada pilihan lain selain peneliti itu sendiri sebagai alat yang dapat mencapainya. Disisi lain peneliti kualitatif berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan kesimpulan atas semuanya (Sugiyono, 2008:60).

2. Kerangka wawancara, sebagai dasar acuan dalam wawancara dan disusun berdasarkan teori kecerdasan emosional Goleman (1995) yang terdiri dari lima dimensi yaitu.

a. Mengenali emosi diri (knowing ones’s emotions-self awareness). b. Mengelola emosi (managing emotions).

c. Motivasi diri sendiri (motivating oneself).

d. Mengenali emosi orang lain (recognizing emotions in other). e. Membina hubungan (handling relationship).

Kerangka wawancara dalam penelitian kualitatif ini merupakan panduan untuk menggali informasi dari subjek namun dalam proses perkembangannya pertanyaan tersebut bisa ditambah atau dikurangi.


(38)

3. Lembar anamnesa atau riwayat hidup singkat subjek penelitian, ini merupakan hal yang penting agar dapat mengetahui deskripsi diri dari subjek yang akan kita teliti dan mengenal lebih jauh subjek yang kita teliti.

3.2.4 Teknik Analisis Data

Metode analisis kualitatif merupakan kajian yang menggunakan data-data teks, persepsi, dan bahan-bahan tertulis lain untuk mengetahui hal-hal yang tidak terukur dengan pasti (intangible). Teknik analisis data merupakan proses pengaturan urutan data, pengorganisasian yang mengarah kepada suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pendekatan tunggal dalam analisis data.

3.2.4.1 Reduksi Data/ Data Reduction

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya Sugiyono (2013:92). Dengan begitu data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Data yang di reduksi diperoleh dari dokumen yang diperoleh dilapangan, serta hasil wawancara dari para informan. Data tersebut sebelum disajikan maka akan direduksi terlebih dahulu.


(39)

Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya yaitu menyajikan data, kalau dapat penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2013:95) dapat disajikan dalam bentuk gambar,tabel,grafik,pictogram, phie chart dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

Dalam penyajian data, maka data yang terkumpul baik itu kelengkapan dokumen, hasil observasi dan wawancara secara keseluruhan akan lebih disajikan dalam bentuk tabel agar nantinya data yang diperoleh dapat di analisis dalam bentuk deskriptif lebih mudah dan dapat dipahami.

Pada penelitian ini, peneliti mengungkapkan dan menyajikan data yang didapat secara gamblang dari lapangan melalui teks yang bersifat naratif. Selain itu, penyajian data berupa bagan, flowchart, tabel ataupun grafik peneliti sajikan apabila diperlukan dalam proses pengungkapan data, namun menurut peneliti tidak diperlukan karena teks yang bersifat naratif sudah menjelaskan hasil penelitian dengan baik.

3.2.4.3 Conclusion Drawing/ verification

Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013:99) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak menemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan


(40)

konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dipaparkan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan diawal, namun juga tidak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif memiliki rumusan masalah yang berubah pada saat peneliti terjun kelapangan. Kesimpulan dalam penelitian ini diungkapkan berupa gambaran atau teks secara deskripsi berdasarkan hasil penelitian di lapangan.

3.2.5 Pengujian Kredibiltas Data 3.2.5.1Triangulasi

Triangulasi merupakan salah satu alat untuk menguji keabsahan penelitian kualitatif pada waktu proses pengumpulan data dan pada saat menentukan keabsahan data pada saat pemeriksaan. Moleong (2005:330) menyebutkan bahwa triangulasi adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan yang lain”.

Triangulasi sumber menurut Menurut Burhan Bungin, (2010:257) ialah 1) membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara, 2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, 3) membandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, 4) membandingkan


(41)

keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapatdan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan orang pemerintahan, 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Teknik pengujian kredibilitas selanjutnya yang lain digunakan oleh peneliti ialah triangulasi dengan teori. Triangulasi dengan teori menurut Patton (Moleong, 2010:331) yaitu, “hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation). Triangulasi dengan teori dilakukan oleh peneliti dengan membandingkan hasil wawancara dengan teori yang relevan dengan penelitian ini.

3.2.5.2Menggunakan bahan Referensi

Sugiyono (2013:128) menyatakan yang dimaksud bahan referensi disini ialah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara, data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Sehingga data yang ada dapat lebih dipercaya kebenarannya. Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan referensi dalam bentuk buku dan jurnal-jurnal penelitian yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga pemaparan pembahasan hasil penelitian lebih akurat.


(42)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada BJB Syariah KCP Sukajadi mengenai “Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Internal untuk mencegah Kredit Macet Pembiayaan Musyarakah Modal Kerja yang diberikan oleh bank. (Studi Kasus pada BJB Syariah KCP Sukajadi)” maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem Pengendalian Internal di BJB Syariah secara keseluruhan merupakan sebuah sistem yang dijalankan oleh seluruh karyawan, manajemen baik ditingkat puncak maupun menengah yang ada di BJB Syariah diseluruh elemen pusat, cabang maupun KCP berkenaan dengan proses kegiatan sehari-hari dalam menjalankan fungsi bank sebagai penghimpun dana maupun sebagai wadah menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada nasabah agar tercapainya salah satu tujuan bank yaitu kepatuhan atas aturan yang berlaku sehingga kredit macet bisa diminimalisir. Dari hasil penemuan dilapangan dan juga pembahasan peneliti menyimpulkan sistem pengendalian internal yang ada di BJB Syariah tergolong lemah untuk dapat mencegah kredit macet pembiayaan Musyarakah Modal Kerja. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa segi yaitu:

a. Dari Segi Lingkungan Pengendalian : pedoman yang mengatur etika secara umum kepada karyawan belum ada, sehingga pelaksanaan konsekuensi atas prilaku karyawan belum tersusun dengan jelas baik


(43)

itu berupa pelanggaran kode etik maupun pelanggaran integritas yang menyebabkan penerapan integritas dan nilai etika karyawan belum diterapkan dengan baik, kompetensi karyawan yang masih belum sesuai dengan bidang keilmuan yang ada sehingga pekerjaan yang dilakukan karyawan belum sepenuhnya berdasarkan kompetensi yang dimiliki, filosofi dan gaya operasi pemimpin yang belum bisa memaksimalkan potensi bank dikarenakan masih belum berani mengambil resiko yang lebih dalam hal pembiayaan, alur proses pembiayaan yang masih tumpang tindih dengan adanya rangkap jabatan dikarenakan kekurangan sumber daya manusia khususnya pada bagian Marketing Funding and Financing sehingga pembagian tugas dan wewenang belum sepenuhnya terlaksana dengan baik walaupun SOP sudah tertulis dengan jelas.

b. Dari segi manajemen resiko baik internal maupun eksternal masih terdapat kekurangan logistik pendukung seperti tempat untuk mengamankan dokumen pembiayaan nasabah serta agunan. Selain itu masih banyak ditemukan adanya dokumen yang tidak tersusun rapih dan tercecer, rusak bahkan hilang serta upaya BJB Syariah KCP Sukajadi untuk dapat meminimalisasi adanya kredit macet belum optimal seperti belum adanya denda bagi keterlambatan pembayaran, pemantauan atas usaha nasabah yang dilakukan hanya jika terindikasi mengalami kredit macet dan tidak dilakukan secara berkelanjutan.


(44)

c. Dari segi aktivitas pengendalian yaitu pengecekan atas dokumen yang hanya dilakukan pada saat pengajuan pembiayaan oleh nasabah dan kehadiran pejabat yang mengotorisasi pada saat akad pembiayaan yang jarang sehingga hanya dilakukan bagian marketing funding and financing.

d. Dari segi informasi dan komunikasi serta pengawasan peneliti melihat belum terciptanya sebuah budaya untuk melakukan sebuah evaluasi internal antara pimpinan dan karyawan di BJB Syariah KCP Sukajadi untuk mengevaluasi sistem yang telah dijalankan serta memberikan pengarahan untuk bersama sama mencapai tujuan.

2. Penerapan sistem pengendalian internal di Bank BJB Syariah KCP Sukajadi berdasarkan hasil penemuan dan pembahasan peneliti menyimpulkan bahwa penerapan sistem yang ada secara keseluruhan belum diterapkan dengan baik yang disebabkan oleh:

a. Dari segi lingkungan pengendalian belum adanya pedoman etika dan integritas karyawan yang berdampak kepada penerapan sanksi tegas terhadap pelanggaran etika yang dilakukan karyawan masih belum optimal. Penerapan komitmen terhadap kompetensi yang belum optimal dimana masih banyak karyawan yang tidak sesuai antara kompetensi dengan jabatan yang diemban sehingga kinerja yang dilakukan sangat jauh dari kompetensi yang dimiliki. Kebutuhan akan pemimpin yang berani mengambil resiko yang mutlak diperlukan untuk dapat memajukan bank, kekurangan sumber daya manusia


(45)

khususnya pada bagian marketing funding and financing, dan pola rekrutmen yang masih belum terpusat.

b. Dari segi manajemen penaksiran resiko internal maupun eksternal adanya dokumen yang rusak, tercecer, tidak lengkap dan upaya meminimalisasi akan kredit macet yang belum baik seperti pemantauan atas usaha nasabah yang masih kurang maksimal serta belum adanya sistem denda yang diterapkan.

c. Dari segi aktivitas pengendalian penerapannya oleh bagian marketing juga belum sepenuhnya diterapkan dengan baik, baik itu berkenaan dengan dokumen yang digunakan yang belum sepenuhnya sesuai dengan SOP, pejabat yang berwenang yang jarang hadir untuk mengotorisasi akad pembiayaan, serta denda yang masih belum ada.

5.2 Saran

Adapun saran yang peneliti rekomendasikan kepada beberapa pihak terkait hasil penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Kepada Bank BJB Syariah KCP Sukajadi, sistem pengendalian internal merupakan salah satu upaya untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Bank, salah satunya untuk meminimalisasi kredit macet khususnya pada pembiayaan musyarakah modal kerja, peneliti menyarankan untuk lebih dapat memperbaiki kembali komponen-komponen yang masih perlu diperbaiki kedepan khusunya pada


(46)

lingkungan pengendalian, manajemen penaksiran resiko dan aktifitas pengendalian.

2. Bagi peneliti selanjutnya, proses penilaian atas suatu sistem pengendalian internal memakan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan secara mendalam, saran peneliti jika ingin melakukan penelitian yang serupa fokuskan penelitian atas penerapan sistem pengendalian internal hanya kepada beberapa komponen pengendalian internal yang dianggap bermasalah sehingga diharapkan kajian atas penelitian yang dilakukan lebih terfokus dapat menghasilkan sebuah penelitian yang dapat berkontribusi secara langsung kepada perbaikan bank kedepan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Al Haryono Jusuf. 2001. Dasar - Dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta: STIE YKPN. AICPA. American Institute of Certified Public Accountans.

Amin Widjaja Tunggal. (2000). Auditing Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Amanina, Ruzanna (2011) Evaluasi tentang sistem pengendalian intern pada proses

pemberian kredit makro (studi pada PT Bank Mandiri (PERSERO) tbk Cabang Majapahit Semarang. Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro. Amilin, dan Rosita Dewi, 2008, Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap kepuasan akuntan

publik dengan role stress sebagai variable moderating, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol 12, No.1 Juni.

Arens,Alvin and Elder J. Randal Beasley. 2005. Auditing and Assurance Service An Integrated Approach,eleven edition. New Jersey: Practice Hall.

Andina, Theresa (2011). Pengaruh Pengendalian Intern Prosedur Pemberian Kredit terhadap Efisiensi Pemberian Kredit. Skripsi. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

Asikin, Bachtiar. (2006). “Pengaruh Sikap Profesionalisme Internal Auditor terhadap Peranan

Internal Auditor dalam Pengungkapan Temuan Audit”. Jurnal Bisnis,

Manajemen, Ekonomi.

Bagiastra, I Ketut, (2012). Analisis Kinerja Bellboy pada front office department di Novotel Lombok. Junal Pariwisata.

Bank BJB Syariah. (2011). Laporan Tahun 2011 Bank bjb syariah. Bandung: Bank bjb Syariah.

Bank Indonesia (2007). Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/7/PBI/2007 Tentang Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia.

Boynton, et.al. (2003). Modern Accounting. Seventh Edition: John Wiley and sons, inc COSO. Commitee Of Sponsoring Organizations Of The Threadway Commission.

Dewi, Melinda (2012). Pengaruh pengendalian internal terhadap good corporate governance. Skripsi. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.


(48)

yang diberikan oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenogoro.

Halim, Abdul et.al. (2000). Sistem Pengendalian Intern.Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. ____________________. 2001. Standar Profesi Akuntansi Publik. Jakarta: Salemba Empat. Iqbal, Hasan. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Kaswan. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Laraswati, Irma. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecendrungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi pada FE Universitas Pembangunan Nasional Jakarta.

Lexy J. Moleong (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

LOMA. Letter of Map Amandement.

McBain, Richard. Ress, David (2007). People Management: Teori dan Strategi (Tantangan dan Peluang). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Catatan Ketiga, Penerbit Salemba: Jakarta. Mulyadi. 2002. Auditing Buku I edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Muslich, Muhammad. (2007). Manajemen Resiko Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nasehatun, Apandi (1999). Budget and control, Sistem Perencanaan dan Pengendalian

Terpadu, Konsep dan Penerapannya. Jakarta: Grasindo.

Nugraha (2009) Hubungan Pelaksanaan Audit Operasional Dengan Efektifitas Pemberian Kredit. Skripsi. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

Romney, Marshall. Steinbart, Paul John. (2003). Accounting Information Systems. Jakarta: Salemba Empat

Sawyer, Lawrence B, Dittenhofer Mortimer A, Scheiner James H, 2006, Internal Auditing, Diterjemahkan oleh : Ali Akbar, Jilid 3, Edisi 5, Salemba Empat : Jakarta.


(49)

Soejamto. Beberapa Pengertian di bidang Pengawasan. Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 1983. Setyawan, Irwan. (2011). Analisis Rasio Keuangan dan Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern. Skripsi pada FE Universitas Pembangunan Nasional Jakarta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. R&D. Bandung: Angkasa. Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sahardjono. (2003). Akuntansi Perbankan. Jakarta: Salemba Dua.

Sutojo. (2000). Menangani Kredit Bermasalah Konsep, Teknik dan Kasus. Jakarta: Damar Mulia Pustaka.

Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Tuanakotta, T. M. (2007). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPFE UI). Wahjono, Sentot Imam (2010). Bisnis Modern. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yulianti, Fitri. (2006). Manfaat Internal Auditing dalam menunjang efektifitas pengendalian piutang dagang. Skripsi pada FE Universitas Widyatama Bandung.


(1)

202

Norman Syah Putra, 2013

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA YANG DIBERIKAN OLEH BANK

c. Dari segi aktivitas pengendalian yaitu pengecekan atas dokumen yang hanya dilakukan pada saat pengajuan pembiayaan oleh nasabah dan kehadiran pejabat yang mengotorisasi pada saat akad pembiayaan yang jarang sehingga hanya dilakukan bagian marketing funding and

financing.

d. Dari segi informasi dan komunikasi serta pengawasan peneliti melihat belum terciptanya sebuah budaya untuk melakukan sebuah evaluasi internal antara pimpinan dan karyawan di BJB Syariah KCP Sukajadi untuk mengevaluasi sistem yang telah dijalankan serta memberikan pengarahan untuk bersama sama mencapai tujuan.

2. Penerapan sistem pengendalian internal di Bank BJB Syariah KCP Sukajadi berdasarkan hasil penemuan dan pembahasan peneliti menyimpulkan bahwa penerapan sistem yang ada secara keseluruhan belum diterapkan dengan baik yang disebabkan oleh:

a. Dari segi lingkungan pengendalian belum adanya pedoman etika dan integritas karyawan yang berdampak kepada penerapan sanksi tegas terhadap pelanggaran etika yang dilakukan karyawan masih belum optimal. Penerapan komitmen terhadap kompetensi yang belum optimal dimana masih banyak karyawan yang tidak sesuai antara kompetensi dengan jabatan yang diemban sehingga kinerja yang dilakukan sangat jauh dari kompetensi yang dimiliki. Kebutuhan akan pemimpin yang berani mengambil resiko yang mutlak diperlukan untuk dapat memajukan bank, kekurangan sumber daya manusia


(2)

203

Norman Syah Putra, 2013

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA YANG DIBERIKAN OLEH BANK

khususnya pada bagian marketing funding and financing, dan pola rekrutmen yang masih belum terpusat.

b. Dari segi manajemen penaksiran resiko internal maupun eksternal adanya dokumen yang rusak, tercecer, tidak lengkap dan upaya meminimalisasi akan kredit macet yang belum baik seperti pemantauan atas usaha nasabah yang masih kurang maksimal serta belum adanya sistem denda yang diterapkan.

c. Dari segi aktivitas pengendalian penerapannya oleh bagian marketing juga belum sepenuhnya diterapkan dengan baik, baik itu berkenaan dengan dokumen yang digunakan yang belum sepenuhnya sesuai dengan SOP, pejabat yang berwenang yang jarang hadir untuk mengotorisasi akad pembiayaan, serta denda yang masih belum ada.

5.2 Saran

Adapun saran yang peneliti rekomendasikan kepada beberapa pihak terkait hasil penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Kepada Bank BJB Syariah KCP Sukajadi, sistem pengendalian internal merupakan salah satu upaya untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Bank, salah satunya untuk meminimalisasi kredit macet khususnya pada pembiayaan musyarakah modal kerja, peneliti menyarankan untuk lebih dapat memperbaiki kembali komponen-komponen yang masih perlu diperbaiki kedepan khusunya pada


(3)

204

Norman Syah Putra, 2013

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA YANG DIBERIKAN OLEH BANK

lingkungan pengendalian, manajemen penaksiran resiko dan aktifitas pengendalian.

2. Bagi peneliti selanjutnya, proses penilaian atas suatu sistem pengendalian internal memakan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan secara mendalam, saran peneliti jika ingin melakukan penelitian yang serupa fokuskan penelitian atas penerapan sistem pengendalian internal hanya kepada beberapa komponen pengendalian internal yang dianggap bermasalah sehingga diharapkan kajian atas penelitian yang dilakukan lebih terfokus dapat menghasilkan sebuah penelitian yang dapat berkontribusi secara langsung kepada perbaikan bank kedepan.


(4)

208

Norman Syah Putra, 2013

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA YANG DIBERIKAN OLEH BANK

DAFTAR PUSTAKA

Al Haryono Jusuf. 2001. Dasar - Dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta: STIE YKPN. AICPA. American Institute of Certified Public Accountans.

Amin Widjaja Tunggal. (2000). Auditing Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Amanina, Ruzanna (2011) Evaluasi tentang sistem pengendalian intern pada proses

pemberian kredit makro (studi pada PT Bank Mandiri (PERSERO) tbk Cabang Majapahit Semarang. Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro. Amilin, dan Rosita Dewi, 2008, Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap kepuasan akuntan

publik dengan role stress sebagai variable moderating, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol 12, No.1 Juni.

Arens,Alvin and Elder J. Randal Beasley. 2005. Auditing and Assurance Service An

Integrated Approach,eleven edition. New Jersey: Practice Hall.

Andina, Theresa (2011). Pengaruh Pengendalian Intern Prosedur Pemberian Kredit terhadap Efisiensi Pemberian Kredit. Skripsi. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

Asikin, Bachtiar. (2006). “Pengaruh Sikap Profesionalisme Internal Auditor terhadap Peranan

Internal Auditor dalam Pengungkapan Temuan Audit”. Jurnal Bisnis,

Manajemen, Ekonomi.

Bagiastra, I Ketut, (2012). Analisis Kinerja Bellboy pada front office department di Novotel

Lombok. Junal Pariwisata.

Bank BJB Syariah. (2011). Laporan Tahun 2011 Bank bjb syariah. Bandung: Bank bjb Syariah.

Bank Indonesia (2007). Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/7/PBI/2007 Tentang Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia.

Boynton, et.al. (2003). Modern Accounting. Seventh Edition: John Wiley and sons, inc

COSO. Commitee Of Sponsoring Organizations Of The Threadway Commission.

Dewi, Melinda (2012). Pengaruh pengendalian internal terhadap good corporate governance. Skripsi. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

Dewi, Nadia M.S (2012). Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Intern terhadap Prosedur Pemberian Pembiayaan untuk Meningkatkan Pencegahan Pengembalian Macet


(5)

209

Norman Syah Putra, 2013

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA YANG DIBERIKAN OLEH BANK

yang diberikan oleh Bank BNI Syariah Cabang Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenogoro.

Halim, Abdul et.al. (2000). Sistem Pengendalian Intern.Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. ____________________. 2001. Standar Profesi Akuntansi Publik. Jakarta: Salemba Empat. Iqbal, Hasan. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Kaswan. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing

Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Laraswati, Irma. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecendrungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi pada FE Universitas Pembangunan Nasional Jakarta.

Lexy J. Moleong (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

LOMA. Letter of Map Amandement.

McBain, Richard. Ress, David (2007). People Management: Teori dan Strategi (Tantangan

dan Peluang). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Catatan Ketiga, Penerbit Salemba: Jakarta. Mulyadi. 2002. Auditing Buku I edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Muslich, Muhammad. (2007). Manajemen Resiko Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nasehatun, Apandi (1999). Budget and control, Sistem Perencanaan dan Pengendalian

Terpadu, Konsep dan Penerapannya. Jakarta: Grasindo.

Nugraha (2009) Hubungan Pelaksanaan Audit Operasional Dengan Efektifitas Pemberian Kredit. Skripsi. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

Romney, Marshall. Steinbart, Paul John. (2003). Accounting Information Systems. Jakarta: Salemba Empat

Sawyer, Lawrence B, Dittenhofer Mortimer A, Scheiner James H, 2006, Internal Auditing, Diterjemahkan oleh : Ali Akbar, Jilid 3, Edisi 5, Salemba Empat : Jakarta.


(6)

210

Norman Syah Putra, 2013

ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENCEGAH KREDIT MACET PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MODAL KERJA YANG DIBERIKAN OLEH BANK

Soejamto. Beberapa Pengertian di bidang Pengawasan. Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 1983. Setyawan, Irwan. (2011). Analisis Rasio Keuangan dan Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern. Skripsi pada FE Universitas Pembangunan Nasional Jakarta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. R&D. Bandung: Angkasa. Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sahardjono. (2003). Akuntansi Perbankan. Jakarta: Salemba Dua.

Sutojo. (2000). Menangani Kredit Bermasalah Konsep, Teknik dan Kasus. Jakarta: Damar Mulia Pustaka.

Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Tuanakotta, T. M. (2007). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPFE UI). Wahjono, Sentot Imam (2010). Bisnis Modern. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yulianti, Fitri. (2006). Manfaat Internal Auditing dalam menunjang efektifitas pengendalian piutang dagang. Skripsi pada FE Universitas Widyatama Bandung.