STANDAR PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SARANA ANEKA JASA

(1)

commit to user

STANDAR PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH PADA

KOPERASI SIMPAN PINJAM SARANA ANEKA JASA

PROPOSAL PENELITIAN

Tugas Akhir

Disusun untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat –Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Program Diploma III Keuangan dan Perbankan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

DEWI TRI WAHYUNI F 3 6 0 8 0 8 4

PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

(5)

commit to user MOTTO

“Tak ada ilmu yang tak bisa ditakhlukan, karena yang ada hanya ketidakmauan” “Segala kenangan yg kita lalui, seburuk apapun itu janganlah disesali. Ambil hikmah

dan pelajaran yang terkandung didalamnya”

“Berilah yang terbaik, insyaaalah kamu akan mendapatkan yang terbaik pula” “Ciri-ciri kesuksesan yaitu saat orang-orang mulai benci kepada anda”


(6)

commit to user PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini dipersembahkan untuk :

1. Allah „Azza Wajalla

2. Kedua orang tuaku tercinta yang dengan sepenuh jiwa dan raga serta kasih sayangnya untukku.

3. Semua teman-temanku yang selalu baik kepadaku.

4. Semua orang yang di sampingku yang membuatku

tersenyum dan menangis.


(7)

commit to user KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul “STANDAR PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH PADA KSP SARANA ANEKA JASA”.

Penyusunan Tugas Akhir ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A,Md) DIII Keuangan dan Perbankan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini penulis sangat dibantu oleh beberapa pihak. Maka dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. DR.Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Drs.Kresno Sarosa Pribadi M.Si selaku Ketua Prodi Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Johadi,S.E selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan berbagai arahan yang berguna sehingga laporan kerja magang ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Luluk, Bapak Nur Wachid dan Seluruh Karyawan KSP Sarana Aneka Jasa yang telah membimbing dan memberikan pengarahan selama magang.

5. Kedua orang tuaku yang selama ini membimbing, memberikan segala cinta dan kasih sayangnya serta memberikan dorongan untukku.


(8)

commit to user

6. Sahabat dan teman-teman Fakultas Ekonomi Diploma III Keuangan dan

Perbankan 2008.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun penyajian, untuk itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Semoga tugas laporan Magang Kerja ini menjadi awal kesuksesan penulis pada langkah selanjutnya, Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Surakarta, Juni 2011


(9)

commit to user DAFTAR ISI JUDUL ABSTRAK HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN MOTTO PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

B.Perumusan Masalah

C.Tujuan Penelitian D.Manfaat Penelitian E. Metodologi Penelitian

1 4 4 5 6

BAB II LANDASAN TEORI

A.Pengertian Koperasi

B.Asal Mula Koperasi

C.Tentang Koperasi

D.Perkembangan Koperasi di Indonesia

E. Kesehatan Koperasi

9 10 12 26 40


(10)

commit to user

F. Pinjaman Bermasalah 46

BAB III PEMBAHASAN

1. Sejarah Singkat Perkembangan KSP Sarana aneka Jasa 2. Visi dan Misi KSP Sarana aneka Jasa

3. Produk KSP Sarana Aneka Jasa

4. Struktur Organisasi KSP Sarana Aneka Jasa 5. Diskripsi Jabatan KSP Sarana aneka Jasa 6. Perkembangan Kredit Bermasalah

7. Pembahasan Perumusan Masalah pada KSP Sarana Aneka Jasa

61 62 63 69 70 84

87

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

103 104


(11)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Koperasi dan KUD

Tabel 2.2 Aspek Penilaian Terhadap Kesehatan Koperasi Tabel 3.1 Tabel penerimaan arisan sistem gugur

Tabel 3.2 Jumlah karyawan pelaksana KSP Sarana Aneka Jasa

Tabel 3.3 Daftar Pinjaman KSP Sarana Aneka Jasa Bulan Januari-Desember 2010

Tabel 3.4 Laporan Pinjaman yang Diberikan KSP Sarana Aneka Jasa Cabang Kartasura, Surakarta


(12)

commit to user DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Lambang koperasi Indonesia


(13)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan magang kerja mahasiswa Lampiran 2 Surat pernyataan

Lampiran 3 Slip setoran pinjaman


(14)

commit to user

ABSTRAK

STANDAR PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH PADA KSP SARANA ANEKA JASA

DEWI TRI WAHYUNI F 3 6 0 8 0 8 4

Lembaga keuangan merupakan hal penting dalam pertumbuhan ekonomi. Melalui lembaga keuangan, masyarakat dapat menyelesaikan masalah keuangan yang mereka hadapai. Lembaga keuangan menawarkan produk jasa kepada nasabahnya sebagai solusi berbagai macam masalah keuangan. Walaupun telah dibantu oleh lembaga keuangan, tidak menutup kemungkinan usaha yang dijalankan nasabah tersebut dapat selalu berjalan lancar. Ada kalanya usaha nasabah mengalami penurunan. Jika hal itu terjadi, maka berpengaruh pula pada kelancaran debitur dalam membayar pinjaman yang ia terima dari lembaga keuangan, khususnya dalam hal ini adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sarana Aneka Jasa. Faktor-faktor yang menyebabkan pinjaman bermasalah terdiri dari faktor intern dan ekstern. Untuk itu ada standar penanganan pinjaman bermasalah pada setiap KSP. Standar penanganan pinjaman bermasalah bertujuan untuk memecahkan permasalahan antara debitur dan pihak KSP Sarana Aneka Jasa dalam perihal pinjaman.

Tujuan penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui prosedur yang dilakukan Sarana Aneka Jasa dalam penanganan pinjaman bermasalah. Ruang lingkup penelitian ini mencakup diskripsi umum profil KSP Sarana Aneka Jasa dan Standar penanganan pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara langsung dengan pengurus KSP Sarana Aneka Jasa, observasi dengan mengamati langsung kegiatan penanganan pinjaman bermasalah di tempat transaksi, studi pustaka yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber literatur dan buku yang berhubungan dengan pinjaman. Metode pembahasan yang digunakan oleh peneliti adalah analisis diskriptif kualitatif yaitu pembahasan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu objek yang diteliti.

Penelitian ini akan dibahas khusus tentang prosedur standar penanganan pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui standar penanganan pinjaman bermasalah sehingga debitur dapat segera memecahkan masalahnya. Dan sebagai saran, hendaknya KSP Sarana Aneka Jasa melakukan segala prosedur standar penanganan pinjaman bermasalah secara tepat agar debitur tidak merasa merugi dan tercapai kesepakatan antara 2 pihak.


(15)

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lembaga keuangan memegang peran penting dalam perekonomian dewasa ini. Hal ini disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang semakin bertambah seiring perkembangan globalisasi. Lembaga keuangan terdiri dari lembaga keuangan perbankan dan lembaga Keuangan non bank. Lembaga keuangan menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana tersebut kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari investor dikumpulkan dalam bentuk tabungan sehingga resiko dari para investor ini beralih pada lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang membutuhkan. Tujuan utama dari lembaga penyimpanan dana adalah untuk menghasilkan pendapatan.

Koperasi adalah salah satu lembaga keuangan non perbankan. Dilihat dari asal katanya istilah koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Menurut pengertian “koperasi” maka segala bentuk pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat disebut sebagai koperasi. Namun yang dimaksud dengan koperasi dalam hal ini bukanlah dalam arti sembarang bentuk kerjasama seperti itu. Arti dari koperasi disini adalah suatu bentuk perusahaan yang didirikan oleh orang-orang tertentu untuk melaksanakan


(16)

commit to user

2

kegiatan-kegiatan tertentu berdasarkan aturan-aturan dan tujuan tertentu pula. Pengertian koperasi dalam ilmu ekonomi ialah suatu perkumpulan yang memungkinkan beberapa orang dan atau badan (badan hukum) dengan jalan bekerja sama atas dasar sukarela menyelenggarakan sesuatu pekerjaan untuk

memperbaiki kehidupan anggota-anggotanya, misalnya bersama-sama

menyelenggarakan produksi (koperasi produksi), bersama-sama

menyelenggarakan pembelian (koperasi pembelian), bersama-sama

menyelenggarakan penjualan (koperasi penjualan), bersama-sama

menyelenggarakan perkreditan (koperasi kredit), dan sebagainya.

Undang-undang republik Indonesia No.25 tahun 1992 pasal 1 ayat 1 tentang Perkoperasian dirumuskan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”. Dalam garis besarnya, Koperasi pada umumnya dipahami sebagai perkumpulan orang-orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan suatu perusahaan yang dikelola secara demokratis.

Terdapat berbagai macam koperasi di Indonesia. Pasal 16 Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan bahwa ”Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara lain Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa. Khusus koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan dan sebagainya,bukan merupakan koperasi tersendiri. Salah satu


(17)

commit to user

3

jenis koperasi yaitu Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Koperasi Simpan Pinjam termasuk dalam kelompok Lembaga Keuangan Mikro formal. KSP pada awalnya dikembangkan di Jerman pada pertengahan abad 19, hal ini dilatarbelakangi karena keperluan akan kebutuhan peminjaman uang tetapi dengan prosedur yang mudah dan cepat. KSP tersebut berkembang di berbagai Negara karena keberhasilannya. KSP mulai diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1895, yang berbentuk berbagai lembaga simpan pinjam. Peraturan yang mendukung adanya KSP adalah Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam, serta petunjuk pelaksanaannya di lapangan.

Koperasi simpan pinjam tidak lepas dari masalah kredit, demikian juga pada Koperasi Simpan Pinjam Sarana Aneka Jasa sebagai lembaga simpan pinjam harus mampu mengelola, menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien agar meningkatkan taraf hidup bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Yang dimaksud kredit/pinjaman bermasalah disini adalah keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank/KSP seperti yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit. Penyaluran kredit kepada nasabah besar resikonya, maka kredit memerlukan suatu sistem pengelolaan agar resiko kredit macet atau kerugian dapat diminimalisir. Untuk meminimalisir terjadinya kredit macet maka KSP Sarana Aneka Jasa memerlukan adanya manajemen kredit yang efektif sehingga dengan manajemen kredit tersebut dapat mencegah adanya kredit macet. Salah satu caranya yaitu dengan analisis 5C yang terdiri dari Character,Capacity, Capital,Condition of Economic, dan Collateral. Analisis tersebut dilakukan


(18)

commit to user

4

sebelum pemberian kredit agar bagian Analisis Kredit dapat mengerti dan memahami mengenai debiturnya. Analisis seperti itu dilakukan agar KSP dapat meminimalisasi adanya pinjaman bermasalah. Walaupun begitu adanya pinjaman bermasalah tak dapat dielakkan secara keseluruhan. Tiap tahun tetap ada presentase nasabah yang mengalami Pinjaman Bermasalah. Oleh karena itu

penulis dalan menulis Tugas Akhir mengambil judul : STANDAR

PENANGANAN PINJAMAN BERMASALAH PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SARANA ANEKA JASA.

B. PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa?

2. Faktor apakah yang dominan

menyebabkan terjadinya pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa?

3. Bagaimana standar penanganan pinjaman

bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa.


(19)

commit to user

5

2. Untuk mengetahui faktor yang dominan

menyebabkan terjadinya pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa.

3. Untuk mengetahui standar penanganan

pinjaman bermasalah pada KSP Sarana Aneka Jasa.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penulisan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi penulis sendiri, maupun bagi pembaca atau pihak-pihak lain yang berkepentingan, diantaranya:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini berhubungan erat dengan Program Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yaitu untuk memenuhi syarat-syarat kelulusan akademik guna mencapai gelar Diploma III. Disamping itu, dengan melakukan

penelitian ini diharapkan penulis dan semua pihak yang

berkepentingan mendapat tambahan informasi yang bermanfaat dan salah satu sumber referensi bagi kepentingan keilmuan dalam mengatasi masalah yang sama atau terkait dimasa yang akan datang.

2. Manfaat dalam implementasi atau praktik

Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi KSP yang diteliti agar dapat menjadi lembaga yang berkelanjutan dan mampu menopang perekonomian masyarkat. Selain itu, penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam


(20)

commit to user

6

khasanah pengetahuan dan menjadi topik penulisan untuk menambah informasi termasuk sebagai salah satu acuan bagi penulisan ilmiah terkait.

E. METODOLOGI PENELITIAN

1. Ruang Lingkup

Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dengan program magang kerja mahasiswa pada KSP Sarana Aneka Jasa untuk memperoleh data sesuai dengan materi yang ingin ditulis.

2. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penulisan TA ini adalah : a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, yang

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam pengumpulan data ini penulis mengadakan pengamatan dan peninjauan langsung di tempat KSP Sarana Aneka Jasa dan di lapangan.

b. Data Sekunder

Data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis. Data berasal dari beberapa pihak yang terkait dengan penulisan ini. Data itu berupa :

1.) Sejarah singkat perkembangan KSP Sarana Aneka Jasa.

2.) Visi dan Misi KSP sarana Aneka Jasa.

3.) Produk KSP sarana Aneka Jasa.

4.) Struktur organisasi KSP sarana Aneka Jasa.


(21)

commit to user

7

3. Metode Pengumpulan Data

Pegumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi partisipasi serta dengan dokumen.

1. Wawancara

Dilakukan dalam bentuk wawancara tanya jawab dengan objek penelitian. Sebagai obyeknya yaitu bagian kredit pada KSP Sarana Aneka Jasa.

2. Observasi

Dilakukan dengan cara magang kerja secara langsung pada obyek observasi. Dan penanganan pinjaman bermasalah di lapangan tempat transaksi.

3. Studi Pustaka

Dilakukan dalam bentuk pengumpulan data-data dari berbagai sumber literatur dan buku yang berhubungan dengan topik pembahasan dalam penulisan ini untuk memperoleh dasar teoritis yangn relevan.

Pedoman wawancara digunakan agar memudahkan penulis memfokuskan perhatian dalam pengumpulan data. Sedangkan alat-alat pemotret dan pencatat digunakan agar data yang dikumpulkan tidak tercecer dan terlupakan.

4. Metode analisis

Metode yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir disini adalah menggunakan analisis diskriptif kualitatif. Metode ini menggambarkan pokok bahasan atau tema yang diambil serta menjelaskannya secara sistematis, dan harus menggunakan prosedur, motode, atau cara tertentu agar penelitian tersebut sesuai tujuan yang akan dicapai. Analisis diperkuat oleh data-data pendukung seperti


(22)

commit to user

8

foto maupun gambar. Metode penelitian telah sesuai dengan tema Tugas akhir penulis yaitu mengenai standar penanganan pinjaman bermasalah pada koperasi simpan pinjam sarana aneka jasa.


(23)

commit to user

9

BAB 11

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Koperasi

Berbagai pengertian tentang koperasi telah diungkapkan dari berbagai penulis, berbagai negara, dan tiap peraturan. Mereka mendefinisikan dengan berbeda-beda, namun dari berbagai definisi itu ada kesamaan sehingga gambaran tentang adanya kesatuan diantara perbedaan-perbedaan tersebut akhirnya diperoleh juga. Beberapa definisi dari berbagai sumber antara lain :

1. International Cooperative Alliance (ICA)

Dalam bukku The Cooperative Principles karangan P.E.Weeraman memberikan definisi sebagai berikut “Koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk memperbaiki sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan berusaha bersama saling membantu antara satu dengan yang lainnya dengan cara membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan atas prinsip-prinsip koperasi.”

2. Calvert dalam bukunya The Law and Principles of Cooperation memberikan definisi “Koperasi adalah organisasi orang-orang yang hasratnya dilakukan secara sukarela sebagai manusia atas dasar


(24)

commit to user

10

3. Undang-undang Koperasi India tahun 1904 yang diperbarui pada tahun 1912 memberikan definisi koperasi sebagai berikut “Koperasi adalah organisasi masyarakat atau kumpulan orang -orang yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan atau mengusahakan kebutuhan ekonomi para anggotanya sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi.”

4. Drs.A.Chaniago dalam bukunya Perkoperasian Indonesia

memberikan definisi koperasi “koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan cara bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.”

5. Definisi koperasi yang diberikan oleh Undang-undang No.12 tahun

1967 tentang pokok-pokok perkoperasian yaitu

Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-oang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Definisi koperasi yang diambil dari berbagai sumber ini menunjukkan bahwa koperasi berkembang dimana-mana dan tidak kehilangan karakternya.

B. Asal Mula Koperasi

Dalam masyarakat kita koperasi bukanlah hal yang asing lagi, karena kita sudah merasakan jasa koperasi dalam rangka keluar dari kesulitan hutang lintah darat. Secara harfiah koperasi yang berasal dari


(25)

commit to user

11

bahasa Inggris Coperation terdiri dari 2 kata yaitu co yang berarti bersama dan operation yang berarti bekerja. Jadi koperasi berarti bekerja sama, sehingga setiap bentuk kerjasama dapat disebut koperasi. Koperasi adalah sebuah institusi (lembaga) yang tumbuh atas dasar solidaritas tradisional dan kerjasama antar individu, yang pernah berkembang sejak awal sejarah manusia sampai pada awal “revolusi industri” di Eropa pada akhir abad 18 dan selama abad 19, sering disebut sebagai Koperasi Historis atau Koperasi Pra-industri. Koperasi modern didirikan pada akhir abad 18, terutama sebagai jawaban atas masalah-masalah sosial yang timbul selama tahap awal Revolusi Industri.

Menurut bapak koperasi Indonesia, Drs. Muhammad Hatta koperasi adalah lembaga ekonomi yang paling cocok jika diterapkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sifat masyarakat yang tinggi kolektifitas dan kekurangannya. Tapi sayangnya lembaga ekonomi ini malah tidak berkembang dengan pesat di negara Republik Indonesia ini. Kapitalisme berkembang dengan pesat dan merusak sendi-sendi kepribadian bangsa tanpa berusaha memperbaikinya. Sehingga jurang kesenjangan sosial semakin lebar dan tidak tak teratasi lagi. Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771-1858) yang menetapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Scotlandia.

Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King (1786–1865) dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang


(26)

commit to user

12

mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi. Koperasi akhirnya berkembang di negara-negara lainnya. Di Jerman, juga berdiri koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan koperasi buatan Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris didirikan oleh Charles Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc mendirikan koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang. Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang menderita dikarenakan terjerat hutang dengan rentenir.

C. Tentang Koperasi

1. Lambang koperasi Indonesia

Gambar 2.1 Lambang koperasi Indonesia

Keterangan:

a) Rantai melambangkan persatuan dan persahabatan yang

kokoh.

b) Roda bergigi menggambarkan upaya keras yang ditempuh secara terus menerus.


(27)

commit to user

13

c) Kapas dan padi berarti menggambarkan kemakmuran

rakyat yang diusahakan oleh koperasi.

d) Timbangan berarti keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi.

e) Bintang dalam perisai artinya Pancasila, merupakan

landasan ideal koperasi.

f) Pohon beringin menggambarkan sifat kemasyarakatan dan kepribadian Indonesia yang kokoh berakar.

g) Koperasi Indonesia menandakan lambang kepribadian

koperasi rakyat Indonesia.

h) Warna merah dan putih menggambarkan sifat nasional

Indonesia. 2. Anggota koperasi

Ada 2 anggota koperasi, yaitu:

a. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi

b. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup lebih luas.

Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998), disebutkan bahwa karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.


(28)

commit to user

14

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh anggota.

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. (Wikipedia dalam Sito, Arifin. Tamba, Halomoan Koprasi teori dan peraktek).

3. Tujuan koperasi

Dalam bab II pasal 3 UU RI No.25/1992 dikatakan bahwa : “koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakta pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makur berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945”.

Dari bunyi pasal 3 di atas dijelaskan bahwa tujuan koperasi hendak memajukan kesejahteraan anggotanya terlebih dahulu.


(29)

commit to user

15

Kemudian apabila koperasi tersebut mempunyai kelebihan kemampuan, maka usaha tersebut diperluas ke masyarakat sekitarnya. Karena anggota juga merupakan bagian dari masyarakat, maka dengan ini koperasi juga berperan untuk meningkatkan taraf hidup masyrakat.

4. Koperasi Berlandaskan Hukum

Koperasi berbentuk badan hukum sesuai dengan Undang-Undang No.12 tahun 1967 ialah: “Organisasi Ekonomi Rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama, berdasarkan asas kekeluargaan. Kinerja koprasi khusus mengenai perhimpunan, koperasi harus bekerja berdasarkan ketentuan undang-undang umum mengenai organisasi usaha (perseorangan, persekutuan, dsb.) serta hukum dagang dan hukum pajak. Organisasi koperasi yang khas dari suatu organisasi harus diketahui dengan menetapkan anggaran dasar yang khusus. Secara umum, Variabel kinerja koperasi yang di ukur untuk melihat perkembangan atau pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi per provinsi, jumlah koperasi per jenis/kelompok koperasi, jumlah koperasi aktif dan nonaktif). Keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan sisa hasil usaha. Variabel-variabel tersebut pada dasarnya belumlah dapat mencerminkan secara tepat untuk dipakai melihat peranan


(30)

commit to user

16

pangsa (share) koperasi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Demikian pula dampak dari koperasi (cooperative effect) terhadap peningkatan kesejahteraan anggota atau masyarakat belum tercermin dari variabel-variabel yang di sajikan.Dengan demikian variabel kinerja koperasi cenderung hanya dijadikan sebagai salah satu alat untuk melihat perkembangan koperasi sebagai badan usaha.

5. Fungsi dan Peran Koperasi

Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:

a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan

ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

b) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan

dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya.

d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan

perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.


(31)

commit to user

17

e) Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa

berorganisasi bagi para pelajar bangsa.

6. Prinsip Koperasi

Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu:

a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

c) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam koperasi).

d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

e) Kemandirian.

f) Pendidikan perkoprasian. g) Kerjasama antar koperasi.

7. Bentuk dan Jenis Koperasi a. Bentuk koperasi

Dalam pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian disebutkan bahwa koperasi dapat berbentuk koperasi primer dan sekunder.

i. Koperasi primer merupakan koperasi yang


(32)

commit to user

18

ii. Koperasi sekunder merupakan koperasi yang

anggota-anggotanya adalah organisasi koperasi. Koperasi sekunder tidak hanya oleh koperasi-koperasi yang sejenis tetapi juga koperasi-koperasi yang berlainan jenis, karena terdapat kepentingan aktivitas atau kebutuhan ekonomi yang sama.

b. Jenis-jenis koperasi

Dalam pasal 16 Undang-undang No.25 tahun 1992 disebutkan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaan

kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya.

berdasarkan kesamaan aktivitas, kepentingan dan

kebutuhan akan ditetapkan fungsi-fungsi koperasi secara tepat sesuai dengan keinginan anggota. Untuk itu jenis koperasi ditetapkan menurut 2 kategori:

I. Menurut status keanggotaannya

a. Koperasi produsen

Yaitu koperasi yang anggotanya para produsen barang/jasa dan memiliki rumah tangga usaha.

b. Koperasi konsumen

Yaitu koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai barang/jasa yang ditawarkan oleh para pemasok di pasar.


(33)

commit to user

19

II. Menurut fungsi koperasi

i. Koperasi pembelian/konsumsi

Yaitu koperasi yang menjalankan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota secara khususnya dan masyarakat pada umumnya.

ii. Koperasi pemasaran

Yaitu koperasi yang menyelenggarakan fungsi distribusi barang dan jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di tangan konsumen di pasar.

iii. Koperasi produksi

Yaitu koperasi yang menyelenggarakan perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa, dimana anggotanya bekerja dalam koperasi sebagai pegawai/karyawan.

iv. Koperasi jasa

Yaitu koperasi yang menyelenggarakan pelayananjasa-jasa yang dibutuhkan oleh anggotanya, misalnya jasa simpan pinjam, auditing, asuransi, dan sebagainya.


(34)

commit to user

20

8. Sumber modal koperasi

Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan usahanya koperasi memerlukan modal. Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut:

a) Simpanan pokok

Simpanan pokok adalah sejumah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.

b) Simpanan wajib

Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan yang sama untuk setiap bulannya. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.

c) Simpanan khusus/lain-lain

Misalnya adalah simpanan sukarela (simpanan yang dapat diambil kapan saja), simpanan Qurban, dan deposito berjangka.


(35)

commit to user

21

d) Dana cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksud untuk pemupukan modal sendiri, pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

e) Hibah

Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak mengikat. Adapun modal pinjaman koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai berikut:

i.Anggota dan calon anggota

ii.Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerjasama antarkoperasi

iii.Bank dan Lembaga keuangan bukan banklembaga

keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlaku

iv.Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku


(36)

commit to user

22

9. Mekanisme Pendirian Koperasi

Mekanisme pendirian koperasi terdiri dari beberapa tahap. Pertama-tama adalah pengumpulan anggota, karena untuk menjalankan koperasi membutuhkan minimal 20 anggota. Kedua, Para anggota tersebut akan mengadakan rapat anggota, untuk melakukan pemilihan pengurus koperasi (ketua, sekertaris, dan bendahara). Setelah itu, koperasi tersebut harus merencanakan anggaran. dasar dan anggaran rumah tangga koperasi itu. Lalu meminta perizinan dari negara. Barulah bisa menjalankan koperasi dengan baik dan benar.

10.Pengurus koperasi

Pengurus koperasi dipilih dari kalangan dan oleh anggota dalam suatu rapat anggota. Ada kalanya rapat anggota tersebut tidak berhasil memilih seluruh anggota Pengurus dari kalangan anggota sendiri.Hal demikian umpamanya terjadi jika calon-calon yang berasal dari kalangan-kalangan anggota sendiri tidak memiliki kesanggupan yang diperlukan untuk memimpin koperasi yang bersangkutan, sedangkan ternyata bahwa yang dapat memenuhi syarat-syarat ialah mereka yang bukan anggota atau belum anggota koperasi (mungkin sudah turut dilayani oleh koperasi akan tetapi resminya belum meminta menjadi anggota). Dalam hal dapatlah diterima pengecualian itu dimana yang bukan anggota dapat dipilih menjadi anggota pengurus koperasi.


(37)

commit to user

23

11.Struktur Organisasi Koperasi

Struktur organisasi koperasi tidak mencakup segi intern koperasi , tetapi juga mencakup segi eksternnya. Sebagai sebuah organisasi/badan usaha, maka kedua segi tersebut harus dilihat sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Yang dimaksud dengan segi intern adalah struktur organisasi koperasi yang mencakup unsur-unsur kelengkapan yang ada di dalam organisasi koperasi tersebut. Sedangkan yang dimaksud segi ekstern adalah hubungan serta kedudukan koperasi terhadap organisasi koperasi lainnya, baik dengan koperasi yang sama tingkatnya maupun dengan koperasi yang lebih tinggi.

1) Struktur intern organisasi koperasi

a) Unsur-unsur alat kelengkapan organisasi koperasi

I. Rapat anggota koperasi

Rapat anggota adalah wadah aspirasi anggota dan pemegang kekuasaan tertinggi

dalam koperasi. Sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi, maka segala kebijakan yang berlaku dalam koperasi harus melewati persetujuan rapat anggota terlebih dahulu, termasuk pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian personalia pengurus dan pengawas.


(38)

commit to user

24

II. Pengurus koperasi

Pengurus adalah badan yang

dibentuk oleh rapat anggota dan disertai dan

diserahi mandat untuk melaksanakan

kepemimpinan koperasi, baik dibidang

organisasi maupun usaha.Anggota pengurus

dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota.Dalam menjalankan tugasnya, pengurus bertanggung jawab terhadap rapat anggota. Atas persetujuan rapat anggota pengurus dapat mengangkat manajer untuk mengelola koperasi. Namun pengurus tetap bertanggung jawab pada rapat anggota.

III. Pengawas

Pengawas adalah suatu badan yang

dibentuk melaksanakan pengawasan

terhadap kinerja pengurus. Anggota

pengawas tetapi merahasiakannya kepada pihak ketiga. Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota.

b) Unsur-unsur pelaksanaan teknis, yaitu manajer dan karyawan koperasi lainnya.


(39)

commit to user

25

Pengurus koperasi memiliki wewenang untuk

mengangkat sejumlah karyawan sebagai pelaksana teknis pengelolaan koperasi sehari-hari. Dengan dipekerjakannya

sejumlah karyawan, berarti terjadi pendelegasian

wewenang dari pengurus ke karyawan koperasi. Namun karena status karyawan koperasi hanya sebagai pembantu

pengurus, maka pengangkatan karyawan tidak

menghilangkan tanggung jawab pengurus koperasi terhadap Rapat Anggota Koperasi. Pada prinsipnya pengurus koperasi tetap bertaggung jawab dengan Rapat Anggota Koperasi dan karyawan tersebut bertanggung jawab secara langsung kepada pengurus. Apabila suatu koperasi telah berkembang cukup besar, maka dibutuhkan suatu Dewan Penasihat untuk memberikan pertimbangan di dalam pemecahan suatu masalah yang cenderung lebih kompleks. Degan adanya Dewan Penasihat, maka tugas yang harus ditanggung oleh pengurus koperasi secara umum akan menjadi lebih ringan. Hal tersebut dikarenakan fungsi Dewan Penasihat yang akan memberikan saran-saran atau rekomendasi yang diperlukan dalam pemecahan suatu masalah sehingga pengurus bisa memusatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah manajerial dan organisasi. Sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, anggota Dewan Penasihat harus terdiri dari orang-orang yang mempunyai


(40)

commit to user

26

latar belakang pendidikan yang memadai, mempunyai di bidang tertentu serta mempunyai wawasan di bidang manajerial. Dengan kata lain, anggota Dewan Penasihat harus dapat diandalkan untuk membantu memberikan pertimbangan dan rekomendasi atas seluruh permasalahan yang dihadapi oleh pengurus koperasi.

2) Struktur ekstern organisasi koperasi

Struktur ekstern didasarkan pada tinjauan mengenai hubungan antara suatu koperasi dengan koperasi yang sejenis, hubungan dengan koperasi yang lebih tinggi dan hubungan antara koperasi dengan induk gerakan koperasi yang ada di Indonesia. Beberapa koperasi pusat dapat mengadakan penggabungan dengan beberapa koperasi pusat lainnya dalam lingkungan yang lebih luas sehingga terbentuk suatu Gabungan Pusat Koperasi. Dengan demikian struktur ekstern organisasi koperasi menunjukkan kedudukan koperasi terhadap koperasi lainnya dalam upaya memperluas jaringan koperasi, baik dengan koperasi lainnya di wilayah tetentu maupun dalam lingkup nasional.

D. Perkembangan Koperasi di Indonesia

1) Zaman Belanda

Perkenalan bangsa Indonesia dengan Koperasi dimulai pada pengunjung abad ke-19, tepatnya pada tahun


(41)

commit to user

27

1895. Ditengah-tengah penderitaan masyarakat Indonesia, R.Aria Wiriaatmaja, seorang patih di Purwokerto, mempelopori berdirinya sebuah bank yang bertujuan menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh lintah darat. Usaha ini mendapat persetujuan dan dukungan dari Residen Purwokerto E.Sieburg. Badan usaha yang dipilih untuk bank yang diberi nama Bank Penolong dan Tabungan (Hulp en Spaarbank), adalah koperasi.

Pelayanan bank itu semula masih terbatas untuk kalangan pegawai pamong praja rendahan yang dipandang memikul beban utang terlalu berat. Pada tahun 1898, atas bantuan E.Sieburg dan De Wolff Van Westerrode jangkauan pelayanan bank itu diperluas ke sektor pertanian

(Hulp-Spaar en Lanbouwcrediet Bank), yaitu dengan

meniru pola Koperasi pertanian yang dikembangkan di Jerman (Raiffeisen).

Akan tetapi, karena kondisi masyarakat yang hidup di alam penjajahan tidak diperbolehkan berkembang lebih jauh, upaya yang terakhir ini tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah kolonial. Akibatnya, setiap gerak gerik Koperasi pertama Indonesia itu diawasi secara ketat dan mendapat banyak rintangan pemerintah kolonial Belanda.

Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah kolonial Belanda untuk merintangi perkembangan bank


(42)

commit to user

28

yang dirintis oleh R.Arian Wiriaatmaja tersebut adalah dengan mendirikan Algemene Volkscrediet Bank. Selain itu pemerintah kolonial Belanda juga mendirikan rumah gadai, bank desa, serta lumbung desa.

Dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia, maka para pelopor pergerakan

nasional semakin menggiatkan usahanya untuk

menggunakan Koperasi sebagai sarana perjuangan. Melalui

Budi Utomo (1908), Raden Sutomo berusaha

mengembangkan Koperasi rumah tangga. Tapi karena kesadaran masyarakat akan manfaat koperasi masih sangat rendah, usaha ini kurang berhasil. Koperasi-koperasi rumah tangga ini pada umummnya tidak mendapat dukungan yang diharapkan dari warga masyarakat.

Kemudian sekitar tahun 1913, Serikat Dagang Islam

yang kemudian berubah menjadi Serikat Islam,

mempelopori pula berdirinya beberapa jenis koperasi industri kecil dan kerajinan. Karena rendahnya tingkat pendidikan, kurang penyuluhan terhadap masyarakat, dan miskinnya pemimpin koperasi pada waktu itu, koperasi-koperasi ini pun tidak bisa bertahan lama.

Hambatan formal dari pemerintah kolonial Belanda tampak jelas dengan diterapkannya Peraturan Koperasi No.431 tahun 1915. Dalam undang-undang itu, syarat


(43)

commit to user

29

administratif yang harus dipenuhi oleh orang-orang yang ingin mendirikan koperasi baik yang menyangkut masalah perizinan, pembiayaan maupun masalah-masalah teknis saat pendirian dan selama koperasi menjalankan usahanya, dibuat sangat berat.

Tetapi peraturan tersebut tidak bertahan lama. Setelah dibentuk panitia koperasi yang diketuai oleh Dr. J.H.Boeke pada tahun 1920, peraturan itu segera ditinjau kembali. Hasil peninjauan itu adalah disusunnya peraturan Koperasi No.91 tahun 1927. Peraturan terakhir ini menetapkan persyaratan yang lebih longgar dari peraturan sebelumnya, sehingga lebih mendorong masyarakat untuk mendirikan koperasi.

Setelah itu, perkembangan koperasi di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Adalah The Study Club 1928, sebagai kelompok kaum intelektual Indonesia, yang kemudian sangat menyadari peranan koperasi sebagai salah satu alat perjuangan bangsa. Organisasi ini menganjurkan kepada para anggotanya untuk ikut mempelopori berdirinya perkumpulan koperasi di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Sampai dengan tahun 1939, jumlah koperasi di Indonesia mencapai 1712 buah, dengan jumlah yang terdaftar sebanyak 172 buah, serta jumlah anggotanya 14.134 orang.


(44)

commit to user

30

2) Zaman Jepang

Pada bulan maret 1942 Jepang merebut kendali kekuasaan di Indonesia dari tangnan Belanda. Selama masa pendudukan Jepang, antara tahun 1942-1945 dan sesuai dengan sifat kemiliteran pemerintah penduduk Jepang, usaha-usaha koperasi di Indonesia disesuaikan dengan asas-asas kemiliteran. Usaha koperasi di Indonesia dibatasi hanya untuk kepentingan perang Asia Timur Raya yang dikobarkan oleh Jepang.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Militer Jepang

No.23 pasal 2, yang menyatakan bahwa pendirian perkumpulan (termasuk koperasi), dan persidangan harus mendapat persetujuan dari pemerintah setempat. Dengan berlakunya peraturan tersebut maka peraturan koperasi yang

lama dinyatakan tidak berlaku lagi. Akibatnya,

perkumpulan koperasi yang berdiri berdasarkan peraturan pemerintah Belanda harus mendapatkan persetujuan ulang dari Suchokan.

Satu hal yang perlu dicatat, pada zaman Jepang ini dikembangkan suatu model Koperasi yang terkenal dengan sebutan Kumiai. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, ia bertugas menyalurkan barang-barang kebutuhan pokok rakyat. Propaganda yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan Jepang berhasil meyakinkan masyarakat bahwa


(45)

commit to user

31

Kumiai didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, sehingga mendapat simpati yang cukup luas dari masyarakat.

Tetapi pada saat kepercayaan masyarakat tumbuh

terhadap Kumiai, Jepang milai melakukan siasat yang sebenarnya. Siasat pemerintah pendudukan Jepang melalui

pembentukan Kumiai sebenarnya adalah untuk

menyelewengkan asas-asas koperasi yang sebenarnya untuk memenuhi kepentingan perang. Akhirnya masyarakat menyadari bahwa keberadaan Kumiai hanyalah untuk dijadikan sebagai tempat pengumpulan bahan-bahan kebutuhan pokok guna kepentingan perang Jepang melawan Sekutu. Dengan tujuan seperti itu, keberadaan Kumiai jelas

sangat bertentangan dengan kepentingan ekonomi

masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap Koperasi model pemerintahan pendudukan Jepang itupun surut kembali. Dalam perkembangan selanjutnya, pemerintah pendudukan Jepang menetapkan suatu kebijakan pemisahan urusan perkoperasian dengan urusan perekonomian. Akibatnya, pembinaan koperasi sebagai alat perjuangan ekonomi masyarakat terabaikan sama sekali. Fungsi koperasi dalam periode ini benar-benar hanya sebagai alat untuk mendistribusikan bahan-bahan kebutuhan pokok untuk kepentingan perang Jepang, bukan untuk kepentingan


(46)

commit to user

32

rakyat. Kenyyataan ini telah menyebabkan sangat melemahnya semangat berkoperasi di dalam masyarakat Indonesia.

3) Periode 1945-1967

Setelah memperoleh kemerdekaan bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan kebijakan ekonominya. Suatu hal yang sangat jelas pada periode ini menonjolkan tekad para pemimpin bangsa Indonesia untuk mengubah tatanan perekonomian Indonesia yang liberal-kapitalistik menjadi tatanan perekonomin yang sesuai dengan semangat pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.

Sebagaimana diketahui, didalam pasal 33 UUD 1945, semangat koperasi ditempatkan sebagai semangat dasar perekonomian bangsa Indonesia. Melalui pasal itu, bangsa Indonesia bermaksud menyusun suatu sistem

perekonomian usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Bung Hatta, yang dimaksud dengan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 itu, tidak lain dari Koperasi sebagaimana dikemukakan di dalam penjelasan pasal tersebut. Karena itulah di dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945, koperasi dinyatakan sebagai bangun perusahaan yang sesuai dengan sistem dengan sistem perekonomian yang hendak dikembangkan itu.


(47)

commit to user

33

Agar perkembangan koperasi benar-benar sejalan dengan semangat pasal 33 UUD 1945, maka pemerintah Indonesia melakukan reorganisasi terhadap Jawatan Koperasi dan perdagangan dalam negeri, menjadi 2 Jawatan yang terpisah. Urusan pembinaan koperasi selanjutnya dilimpahkan kepada Jawatan Koperasi. Jawatan terakhir inilah yang kemudian yang menyusun program-program pengembangan Koperasi.

Berkat hasil kerja keras Jawatan Koperasi ini, maka perkembangan koperasi pada masa ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Secara keseluruhan, setidak-tidaknya sampai dengan tahun 1959, perkembangan Koperasi di Indonesia dapat dikatakan cukup pesat. Namun perkembangan yang menggembirakan ini tidak berlangsung lama. Sebagai akibat dari diterapkannya sistem demokrasi liberal, perkembangan Koperasi kemudian menjadi

terombang-ambing. Partai-partai politik yang ada

cenderung memanfaatkan Koperasi sebagai wadah untuk memperluas pengaruhnya. Dengan kata lain, Koperasi pada masa ini cenderung hanya dijadikan sebagai alat politik. Hal ini menyebabkan rusaknya citra Koperasi dan menghilangnya kepercayaan masyarakat terhadap Koperasi

sebagai organisasi ekonomi yang memperjuangkan


(48)

commit to user

34

Sejalan dengan berkembangnya situasi politik dalam negeri yang tidak begitu menggembirakan, antara lain dengan dikeluarkannya dekrit presiden pada tanggal 5 juli 1959, maka keberadaan Koperasi terpaksa disesuaikan dengan perkembangan kebijaksanaan politik pemerintah pada masa itu. Undang-Undang Koperasi No.79/1958 misalnya, yang disahkan berdasarkan ketentuan UUDS 1950, menjadi tidak sesuai lagi dengan kebijakan politik

dan ekonomi pemerintah. Pemerintah kemudian

memberlakukan Peraturan Pemerintah No.60/1959 sebagai pengganti UU No. 79/1958.

Di dalam Peraturan pemerintah No.60/1959

dinyatakan bahwa fungsi Koperasi dalam sistem

perekonomian Indonesia adalah sebagai alat untuk melaksanakan praktik ekonomi terpimpin. Pada mulanya setelah diberlakukan Peraturan Pemerintah No.60/1959, perkembangan koperasi dilihat cukup pesat. Hal ini antara lain disebabkan oleh banyaknya bantuan Pemerintah

kepada Koperasi, serta dipermudahnya persyaratan

pendirian Koperasi.

Namun situasi yang menggembirakan itu pun tidak berlangsung lama. Pada tahun 1965 pemerintah mencabut

Peraturan Pemerintah No.60 tahun 1959 dan


(49)

commit to user

35

1965. Pengganti Undang-Undang ini menyebabkan memburuknya kembali perkembangan Koperasi. Hal yang sangat menonjol pada masa ini adalah sulitnya bagi seseorang untuk menjadi anggota Koperasi tanpa menggabungkan diri sebagai anggota kelompok politik tertentu. Hal itu jelas menghancurkan citra Koperasi dan

menguatkan pendapat masyarakat bahwa Koperasi

hanyalah sekedar alat bagi kepentingan suatu kelompok politik.

4) Periode 1967-1992

Untuk mengatasi situasi yang tidak

menggembirakan itu, maka menyusul jatuhnya

pemerintahan Soekarno pada tahun 1966, Pemerintah Orde Baru memberlakukan Undang-Undang No.12/1967 sebagai

pengganti Undang-Undang No.14 tahun 1965.

Pemberlakuan UU No.12/1967 ini disusul oleh

pemerintahan Orde Baru dengan melakukan rehabilitasi Koperasi. Akibatnya jumlah koperasi yang pada tahun 1966 berjumlah sebanyak 73.406 koperasi dengan anggota sebanyak 11.775.930 orang, pada tahun 1967 mengalami rasionalisasi besar-besaran. Koperasi-koperasi yang tak

dapat menyesuaikan diri dengan Undang-Undang

No.12/1967 terpaksa dibubarkan atau membubarkan diri. Jumlah koperasi pada akhir tahun 1969 merosot menjadi


(50)

commit to user

36

hanya 13.949 koperasi dengan jumlah anggota sebanyak 2.723.056 orang.

Tapi sebagaimana dapat disaksikan kemudian, menyusul diberlakukannya Undang-Undang No.12/1967, koperasi mulai berkembang kembali. Salah satu program pengembangan Koperasi yang cukup menonjol pada masa ini adalah pembentukan Kopersi Unit Desa (KUD). Pembentukan KUD ini merupakan penyatuan (amalgamasi) dari beberapa Koperasi pertanian yang kecil dan banyak jumlahnya di pedesaan. Disamping itu, dlam periode ini pengembangan koperasi juga diintegrasikan dengan pembangunan di bidang-bidang lain.

Hasil-hasil yang dicapai dari kebijakan

pengembangan Koperasi itu antara lain tampak pada Tabel 3.1, bila pada akhir Pelita I jumlah koperasi tinggal sekitar 13.523, maka pada akhir Pelita III jumlah koperasi telah meningkat kembali menjadi sekitar 24.791 koperasi. Sedangkan pada akhir Pelita V jumlah koperasi secara keseluruhan telah mencapai sekitar 37.560 koperasi atau meningkat sekitar 3 kali lipat dari keadaan akhir Pelita I.

Sejalan dengan peningkatan jumlah koperasi, jumlah anggota, modal, volume usaha, dan sisa hasil usaha koperasi juga turut meningkat. Jumlah anggota koperasi misalnya, meningkat dari sekitar 2,5 juta orang pada akhir


(51)

commit to user

37

Pelita I, menjadi sekitar 19 juta orang pada akhir Pelita V. Sedangkan volume usaha koperasi untuk periode yang sama meningkat dari sekitar Rp 88,5 miliar rupiah menjadi sekitar Rp 4,9 triliun.

5) Zaman sekarang

Sampai dengan bulan November 2008, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 117.600 unit lebih. Corak koperasi Indonesia adalah koperasi dengan skala sangat kecil. Pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan melalui dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu lama dan tidak mudah ke luar dari kungkungan pengalaman tersebut. Struktur organisasi koperasi Indonesia mirip

organisasi pemerintah/lembaga kemasyarakatan yang

terstruktur dari primer sampai tingkat nasional. Hal ini telah menunjukkan kurang efektif nya peran organisasi sekunder dalam membantu koperasi primer. Tidak jarang menjadi

instrumen eksploitasi sumberdaya dari daerah

pengumpulan. Fenomena ini dimasa datang harus diubah karena adanya perubahan orientasi bisnis yang berkembang dengan globalisasi. Dengan adanya peningkatan teknologi tersebut, apalagi di era globlisasi teknologi ini, kegiatan kopersi semakin lebih mudah. Para anggotanya bisa melakukan transaksi secara/via Online dengan bantuan


(52)

commit to user

38

berbagai software yg mendukun kegiatan transaksi itu sendiri. Bukan itu saja, koperasi itu sendiri semakin mudah saja untuk memperluas jaringannya. Dengan begitu Perkembangan koperasi di Indonesia semakin pesat dan menjalar sampai ke pedesaan. Dengan begitu akan tercapai

cita-cita Koperasi dan bangsa Indonesia, yakni

mensejahterahkan anggota pada khususnya dan

mensejahterakan masyarakat pada umumnya.

PELITA I-PELITA V No

.

Uraian Satuan PELITA

I II III IV V

1. Kop&KUD Unit 13.523 17.625 24.791 35.512 37.560

2. Anggota Orang 2.478.960 761.500 8.507.321 15.823.450 19.167.776

3. Modal Rp juta 38.917 102.197 480.147 583.511 727.943

4. Vol.Usaha Rp juta 88.401 421.981 1.490.112 4.260.190 4.918.474

5. SHU Rp juta 2.656 9.859 22.000 86.443 120.376

Sumber: Departemen Koperasi dalam Revrisond Baswir,1997) Tabel 2.1

Perkembangan Koperasi dan KUD

Pemerintah mengambil langkah strategis untuk

memacu perkembangan koperasi secara kualitatif, yaitu dengan menganti Undang-Undang Koperasi No.12/1967 dengan Undang-Undang Koperasi No.25 tahun 1992.


(53)

commit to user

39

Melalui ini diharapkan ada perubahan yang cukup mendasar, baik pada segi pengertian Koperasi maupun pada berbagai aspek teknis pengelolaan.

E. Kesehatan koperasi

Dalam mencapai tujuannya, koperasi memiliki visi dan misi. Visi adalah apa yang kita harapkan untuk diwujudkan, sedangkan misi merupakan uraian harapan dan langkah untuk mewujudkan apa yang diinginkan di masa depan. Visi koperasi jasa keuangan mikro secara umum dapat digambarkan sebagai “terwujudnya koperasi yang tangguh dan mandiri serta berdaya saing tinggi dan berperan dalam bidang produksi serta mampu meraih peluang pasar”. Dari visi ini untuk masa yang akan datang diharapkan sebagai penyangga dalam sistem perekonomian nasional. Dengan kontribusi yang besar dalam pertumbuhan ekonomi, pemerataan, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan kesempatan kerja peningkatan pendapatan

Pemberdayaan seperti itu mencakup beberapa upaya pokok,seperti peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan serta pengembangan akses terdapat sumber-sumber bagi kemajuan ekonomi (modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar). Pemberdayaan itu secara teknis meliputi penguatan dan pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintregasinya ke dalam kegiatan pembangunan secara menyeluruh. Selain itu juga dilakukan penguatan potensi atau daya kekuatan yang telah dimiliki oleh masyarakat (empowering). Perkuatan ini memerlukan


(54)

commit to user

40

langkah-langkah yang nyata, antara lain berkaitan dengan penyediaan berbagai masukan (inputs) serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities).

Dalam melaksanakan peran dan merealisasikan potensinya yang

besar tersebut koperasi masih banyak dihambatkan pada berbagai masalah contonya iklim usaha, persaingan tidak sehat, SDM, dll. Maka dari itu koperasi memiliki standar kesehatan yang menyatakan bahwa usaha koperasi di suatu instansi tersebut layak dikatakan sebagai koperasi yang sehat atau tidak sehat. Ruang lingkup penilaian kesehatan KSP dan USP terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No.20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang pedoman penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi yang menyatakan bahwa ruang lingkup penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi meliputi penilaian terhadap beberapa aspek sebagai berikut:

a. Permodalan;

b. Kualitas aktiva produktif; c. Manajemen;

d. Efisiensi; e. Likuiditas;

f. Kemandirian dan pertumbuhan; g. Jatidiri koperasi.


(55)

commit to user

41

No. Aspek yang dinilai

Komponen Bobot

penilaian

1 Permodalan 15

a. Rasio Modal Sendiri terhadap

Total Asset

b. Rasio Modal Sendiri terhadap

Pinjaman diberikan yang berisiko

c. Rasio Kecukupan Modal

Sendiri

6

6

3

2 Kualitas

Aktiva Produktif


(56)

commit to user

42

a. Rasio Volume Pinjaman pada

anggota terhadap volume pinjaman diberikan

b. Rasio Risiko Pinjaman

Bermasalah Terhadap Volume

Pinjaman

c. Rasio Cadangan Risiko

Terhadap Pinjaman Bermasalah

d. BMPP terhadap calon anggota,

koperasi lain dan anggotanya

terhadap volume pinjaman

10

5

5


(57)

commit to user

43

3 Manajemen 15

a. Manajemen Umum

b. Kelembagaan

c. Manajemen permodalan

d. Manajemen Aktiva

e. Manajemen Likuiditas.

3 3 3 3 3

4 Efisiensi 10

a. Rasio biaya operasional

pelayanan terhadap partisipasi bruto

b. Rasio aktiva tetap terhadap total

aset

c. Rasio efisiensi pelayanan

4

4

2

5 Liquiditas 15


(58)

commit to user

44

b. Rasio volume pinjaman

terhadap dana yang diterima 5

6 Kemandirian

dan

Pertumbuhan

10

a. Rentabilitas aset

b. Rentabilitas Modal Sendiri

c. Kemandirian Operasional Pelayanan

4

3

3

7 Jatidiri

Koperasi

10


(59)

commit to user

45

b. Rasio promosi ekonomi anggota

(PEA) 3

JUMLAH 100

Tabel 2.2

Aspek Penilaian Terhadap Kesehatan Koperasi

F. Pinjaman bermasalah

1. Pengertian pinjaman/kredit.

Pinjaman adalah sebutan yang dipakai dalam koperasi, dalam dunia keuangan lainnya biasa disebut dengan “kredit”. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan atau dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar pihak bank/koperasi dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah imbalan berupa bunga atau pembagian hasil keuntungan. Kredit berasal dari bahasa latin credere, yang


(60)

commit to user

46

artinya percaya, to believe, to trust. Tujuan dari pemberian kredit adalah aman , terarah dan menghasilkan. Karakteristik

kredit adalah asset bank/koperasi yang pengelolaannya

dikuasai kepada pihak lain (debitur). Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah

Penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara ban dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.

2. Unsur-unsur perkreditan.

Dalam kredit terdapat unsur-unsur yang menjadikannya kepercayaan dari kreditur kepada debitur, bila rasa percaya sudah muncul dan ketentuan-ketentuan yang ada sekaligus waktu telah disepakati oleh kedua belah pihak, maka dapat disimpulkan bahwa kredit memiliki beberapa unsur, yaitu:

a. Kepercayaan

Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

b. Waktu

Yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung


(61)

commit to user

47

pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Deegre of risk

Yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. timbulnya unsur risiko terdapat disini. Adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi atau objek kredit

Tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat bentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.


(62)

commit to user

48

Kegiatan penyaluran pinjaman merupakan proses

pembentukan asset koperasi. Pinjaman merupakan risk asset bagi koperasi karena asset koperasi itu dikuasai oleh pihak luar koperasi yaitu para nasabah. Setiap koperasi menginginkan dan berusaha keras agar kualitas risk asset ini selalu sehat dalam arti produktif dan collectable. Namun pinjaman yang diberikan kepada para nasabah selalu ada resiko berupa pinjaman bermasalah atau dapat digolongkan sebagai pinjaman macet. Berikut ini adalah penggolongan dari pinjaman bermasalah, antara lain:

a. Pinjaman Kurang lancar

Pinjaman digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini:

i. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan

angsuran:

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok sebagai

berikut

a) tunggakan melampaui 1 (satu) bulan dan belum melampaui 2 (dua) bulan bagi pinjaman dengan angsuran harian dan/atau mingguan; atau

b) melampaui 3 (tiga) bulan dan belum


(63)

commit to user

49

yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, 2 (dua) bulan atau 3 (tiga) bulan; atau

c) melampaui 6 (enam) bulan tetapi belum

melampaui 12 (dua belas) bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulan atau lebih; atau

2) Terdapat tunggakan bunga sebagai berikut: a.) tunggakan melampaui 1 (satu) bulan tetapi

belum melampaui 3 (tiga) bulan bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang dari 1 (satu) bulan; atau

b.) melampaui 3 (tiga) bulan, tetapi belum melampaui 6 (enam) bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya lebih dari 1 (satu) bulan.

ii. Pengembalian pinjaman tanpa angsuran yaitu :

1) Pinjaman belum jatuh tempo

Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3 (tiga) bulan tetapi belum melampaui 6 (enam) bulan

2) Pinjaman telah jatuh tempo

Pinjaman telah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum melampaui 3 (tiga) bulan.


(64)

commit to user

50

Pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria kurang lancar tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa:

i. Pinjaman masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang-kurangnya 75 % dari hutang peminjam termasuk bunganya; atau

ii. Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam termasuk bunganya.

c. Pinjaman macet

Pinjaman digolongkan macet apabila:

i. Tidak memenuhi kriteria kurang lancar dan diragukan, atau

ii. Memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan.

iii. Pinjaman tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau telah diajukan penggantian kepada perusahaan asuransi pinjaman.

4. Faktor penyebab pinjaman bermasalah


(65)

commit to user

51

Faktor intern adalah faktor-faktor yang ada dalam diri perusahaan sendiri. Yang termasuk dalam faktor intern penyebab terjadinya pinjaman bermasalah adalah :.

1) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia berpengaruh besar pada kemajuan sebuah koperasi. Segala keputusan dan kebijaksanaan yang dihasilkan dari seluruh orang yang berwenang menjadi dasar dari pertumbuhan koperasi. Apabila orang-orang dalam koperasi tidak berdedikasi pada pekerjaan, maka sangat sulit bagi koperasi tersebut untuk maju. Apalagi dalam menangani nasabah dalam bidang perkreditan. Semua karyawan harus menguasai dan pandai dalam menangani segala permasalahan yang ada di dalamnya. Semakin berkualitas para karyawan, maka semakin berkualitas pula koperasi yang dipimpinnya.

2) Operasional

Operasional merupakan Operasional dalam instansi keuangan penting bagi kelancaran segala proses yang didalamnya. Jika operasional terhambat maka segala kinerja koperasi akan terganggu, begitu pula sebaliknya bila operasional lancaar maka kinerja koperasi akan berjalan lancar.


(66)

commit to user

52

3) Teknologi

Teknologi yang digunakan berpengaruh pada kinerja koperasi. Semakin canggih teknologi yang digunakan koperasi maka semakin efektif dan efisien beban karyawan. Kondisi ini memberikan penilaian yang baik dari nasabah.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar koperasi (dari debitur). Faktor-faktor tersebut adalah: 1) Kondisi bisnis

Kondisi bisnis yang dialami oleh nasabah menjadi patokan kelancaran pembayaran pinjaman. Sebab pinjaman yang diberikan sebagian besar digunakan debitur untuk mengembangkan usahanya. Jadi jika usahanya bermasalah maka kemungkinan besar pinjamannya ada masalah pula.

2) Regulasi

Regulasi adalah mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan. Regulasi dari pemerintah dalam menetapkan aturan-aturan mengenai Koperasi juga berpengaruh pada koperasi itu sendiri dan nasabah.


(67)

commit to user

53

5. Teori standar penanganan kredit bermasalah.

Teori standar penanganan kredit bermasalah bermasalah

antar lain rescheduling, reconditioning, restructuring,

pengambilalihan agunan, write off/pemutihan. a. Rescheduling

Kebijaksanaan ini berkaitan dengan jangka waktu kredit sehingga keringanan yang dapat diberikan adalah:

1. Memperpanjang jangka waktu kredit.

2. Memperpanjang jarak waktu angsuran, misal semula angsuran ditetapkan setiap 3 bulan, kemudian menjadi 6 bulan.

3. Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang

mengakibatkan peranjangan jangka waktu kredit.

b. Reconditioning

Dalam reconditioning bantuan yang diberikan adalah berupa keringanan atau perubahan persyaratan kredit, antara lain:

1. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok sehingga nasabah untuk waktu tertentu tidak perlu membayar bunga, tetapi nanti uang pokoknya dapat melebihi plafon yang disetujui. Ini berarti bahwa fasilitas kredit perlu ditingkatkan. Disamping itu, atas bunga tersebut dihitung bunga (bunga majemuk) yang


(68)

commit to user

54

pada dasarnya akan lebih memberatkan nasabah. Cara ini ditempuh dalam hal prospek usaha nasabah baik.

2. Penundaan pembayaran bunga , yaitu bunga tetap

dihitung, tetapi penagihan atau pembebanannya kepada nasabah tidak dilaksanakan sampai nasabah mempunyai kesanggupan. Atas bunga yang terutang tersebut tidak dikenakan bunga dan tidak menambah plafon kredit. 3. Penurunan suku bunga, yaitu dalam hal nasabah dinilai

masih mampu membayar bunga pada waktunya, tetapi suku bunga yang dikenakan terlalu terlalu tinggi untuk tingkat aktivitas dan hasil usaha pada waktu itu. Cara ini ditempuh jika hasil operasi nasabah memang

menunjukkan surplus/laba dan liquiditas

memungkinkan untuk memnayar bunga.

4. Pembebasan bunga, yaitu dalam hal nasabah memang dinilai tidak sanggup membayar bunga karena usaha nasabah hanya mencapai tingkat kembali pokok (break even). Pembebasan bunga ini dapat untuk dementara, selamanya ataupun seluruh utang bunga.

5. Perkonvensian kredit jangka pendek menjadi kredit jangka panjang dengan syarat yang lebih ringan.

c. Restructuring

Jika kesulitan usaha nasabah disebabkan oleh faktor modal, maka penyelamatannya adalah dengan meninjau


(69)

commit to user

55

kembali situasi dan kondisi permodalan, baik modal dalam arti dana untuk keperluan modal kerja maupun modal berupa barang-barang modal (mesin, peralatan, dan sebagainya).

Tindakan yang dapat diambil dalam rangka

restructuring adalah :

1. Tambahan kredit (injection/nursery operation)

Apabila nasabah kekurangan mdal kerja, maka perlu dipertimbangkan penanaman modal kerja, demikian juga dalam hal investasi, baik perluasan maupun tambahan investasi.

2. Tambahan equity

Apabila tambahan kredit memberatkan nasabah, sehubung dengan pembayaran bunganya, maka perlu dipertimbangkan tambahan modal sendiri berupa:

a. Tambaha modal dari pihak dengan cara:

1) Penambahan/penyetoran uang (fresh money).

2) Konversi utang nasabah, baik utang bunga, utang pokok, atau keduanya.

b. Tambahan dari pemilik

Kalau bentuk koperasi adalah PT, maka tambahan modal ini dapat berasal dari pemegang


(70)

commit to user

56

saham maupun pemegang saham baru atau kedua-duanya.

d. pengambilalihan agunan

Pengambilalihan agunan dilakukan apabila keadaan

cashflow nasabah tidak mendukung untuk membayar

kewajibannya, sementara nasabah masih memiliki itikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya. Agunan tersebut sebaiknya dijual untuk menutupi saldo pembiayaannya. e. Write off/pemutihan

Write off adalah pinjaman macet yang tidak dapat ditagih lagi dan dihapus bukukan dari neraca (on-balance sheet) dan dicatat pada rekening administratif (off-balance sheet). Penghapus bukuan pinjaman macet tersebut dibebankan pada akun penyisihan penghapusan aktiva produktif.


(71)

commit to user

57

BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum KSP Sarana Aneka Jasa

1. Sejarah singkat perkembangan KSP Sarana Aneka Jasa

Koperasi simpan pinjam adalah salah satu lembaga usaha yang bergerak dalam bidang jasa keuangan non bank mempunyai kedudukan yang sangat penting, khususnya dalam menunjang kegiatan usaha di sektor riil dan mikro baik yang diusahakan oleh masyarakat (anggota dan calon anggota) maupun pemerintah.

Sebagai lembaga keuangan mikro, koperasi dituntut mempunyai kinerja yang baik dan profesional sehingga secara otomatis kepercayaan masyarakat dapat terpupuk dan akan berdampak pada gerak langkah dalam usaha menghimpun dana dari anggota dan calon anggota maupun dalam penyalurannya tidak menemui hambatan, KSP Sarana Aneka Jasa diharapkan kinerjanya memenuhi syarat kehati-hatian sehingga KSP Sarana Aneka Jasa dapat menjad koperasi yang sehat.

Berkaitan dengan ini maka UU No 25 tahun 1992 tentang perkoperasian disusun untuk mempertegas jatidiri, kedudukan, permodalan dan pembinaan koperasi sehingga dapat menjamin kehidupan koperasi sebagaimana diamanahkan oleh pasal 33 UUD 1945. Oleh karena itu KSP Sarana Aneka Jasa sebagai mediasi dan


(72)

commit to user

58

mobilisasi dana di masyarakat harus benar-benar memperjuangkan tujuan koperasi yaitu mensejahterakan anggota.

KSP Sarana Aneka Jasa berdiri tanggal 9 Januari 1997, perkembangan yang pesat mendorong berdirinya banyak kantor cabang dan kantor cabang pembantu. KSP Sarana Aneka Jasa didirikan atas kerjasama sebuah perusahaan perseroan yaitu PT.Aneka Adhilogam Karya dengan pengusaha-pengusaha perusahaan cor logam di wilayah Batur, Tegalrejo, Ceper, Klaten dengan tujuan tujuan tak lain adalah mensejahterakan anggota khususnya dan masyarakat calon anggota pada umumnya.

KSP Sarana Aneka Jasa berbadan hukum No

12953/BH/KWK/I/XII/96 tanggal 31 Desember 1996 akta perubahan No 04/BH/FDK.II/IV/2003 tanggal 21 April 2003 serta No 06/PAD/KJK.I/IV/2008 tanggal 15 April 2008.

2. Visi dan Misi KSP Sarana Aneka Jasa Visi

Menjadi koeperasi simpan pinjam terbaik dan terbesar dengan mengedepankan prestasi layanan serta inovasi produks yang unggul dan kompetitif guna memacu / meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan sema komponen dengan menghargai kemajemukan tanpa mengesampingkan norma-norma agama.


(73)

commit to user

59

Misi

1. Memupuk menghargai dan menjadikan kepercayaan anggota

dan calon anggota sebagai modal utama.

2. Berusaha memperluas jaringan kantor layanan sebagai upaya mendekatkan ke masyarakat.

3. Melakukan riset guna mendukung inovasi produks yang

berkesinambungan

4. Menjadikan prioritas kerja dengan pelayanan prima

5. Menjadikan SDM handal dan professional pada sebagian besar

pengelola

6. Menjadikan KSP SAJ sebagai wadah ekonomi yang sehat dan

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

7. Memperbaiki dan menjadikan kesejahteraan semua elemen

sebagai tujuan utama.

3. Produk KSP Sarana Aneka Jasa

Dalam menjalankan kegiatan operasional KSP Sarana Aneka Jasa terutama dalam penyaluran pinjaman dilaksanakan secara terstruktur baik dari aspek produk sampai dengan permodalan, pencairan, dan monitoring. Diantara produk penyaluran pinjaman dana di KSP Sarana Aneka Jasa yaitu:

a. Simpanan berjangka

Simpanan berjangka pada KSP Sarana Aneka Jasa yaitu simpanan berjangka yang dapat diambil sewaktu-waktu.


(74)

commit to user

60

Simpanan berjangka memberikan imbalan yang kompetitif. Jumlah minimal tabungan berjangka Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).

b. Simpanan arisan

Arisan di KSP Sarana Aneka Jasa seperti arisan pada umunya namun menggunakan sistem gugur.

1. Penarikan arisan dilakukan tiap bulan selama 36 kali. 2. Setoran tiap peserta per bulan sebesar Rp 20.000,-

3. Pemenang pada penarikan bulan pertama Rp 350.000,- dan

bagi yang beruntung memenangkan penarikan arisan, tidak ikut setor lagi pada bulan berikutnya (gugur).

4. Setiap 6 bulan diadakan undian/penarikan “jumbo” untuk 3 orang, pemenang masing-masing mendapatkan :

i. Rp 2.000.000,-

ii. Rp 1.500.000,-

iii. (Menurut tabel)

5. Bagi peserta yang belum beruntung menerima hadiah arisan

selama periode tersebut akan dikembalikan secara penuh ssebesar Rp 720.000,- plus bonus Rp 30.000,- pada akhir periode.


(75)

commit to user

61

6. Disediakan doorprize menarik pada tiap penarikan.

Tahap Jumlah Tahap Jumlah

1 Rp 350.000 19 Rp 710.000

2 Rp 370.000 20 Rp 730.000

3 Rp 390.000 21 Rp 750.000

4 Rp 410.000 22 Rp 770.000

5 Rp 430.000 23 Rp 790.000

6 (jumbo) Rp 450.000 24(jumbo) Rp 810.000

7 Rp 470.000 25 Rp 830.000

8 Rp 490.000 26 Rp 850.000

9 Rp 510.000 27 Rp 870.000

10 Rp 530.000 28 Rp 890.000

11 Rp 550.000 29 Rp 910.000

12 (jumbo) Rp 570.000 30 (jumbo) Rp 930.000

13 Rp 590.000 31 Rp 950.000

14 Rp 610.000 32 Rp 970.000

15 Rp 630.000 33 Rp 990.000

16 Rp 650.000 34 Rp 1.010.000

17 Rp 670.000 35 Rp1.030.000

18 (jumbo) Rp 690.000 36 (jumbo) Rp1.050.000

Tabel 3.1


(76)

commit to user

62

c. Pinjaman modal kerja

Pinjaman modal kerja (MK) yaitu pinjaman dana segar yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha, dan pedagang (calon anggota dan anggota) yang membutuhkan tambahan modal. Pinjaman jenis ini memiliki spesifikasi bunga pinjaman tertentu atau bervariasi menurut keputusan pengurus atas usul manajer, imbalan jasa menurun atau tetap, diangsur secara berkala tiap bulan untuk rentang waktu kelipatan 6 bulan atau lebih, berlaku syarat dan ketentuan perpinjaman. Untuk jenis ini banyak diminati karena syarat pengajuan dan pelayanannya yang cepat dan mudah.

d. Pinjaman modal kerja rekening koran

Pinjaman modal kerja rekening koran adalah modal kerja dengan fasilitas rekeing koran yang proses penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu. Pinjaman sistem ini memiliki spesifikasi imbalan jasa dihitung harian dari sisa plafon pinjaman, serta dengan imbalan jasa tertentu, batas minimal saat ini Rp 25.000.000 dan pengajuannya sesuai ketentuan perpinjaman.

e. Pinjaman modal kerja khusus/ investasi

Pinjaman modal kerja khusus(MKK) yaitu pinjaman dana segar yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan pedagang (calon anggota dan anggota) yang membutuhkan tambahan modal, namun untuk angsuran atau pelunasan dapat


(77)

commit to user

63

sekaligus dibayar pada saat jatuh tempo warkat. Pinjaman jenis ini memiliki spesifikasi bunga pinjaman dihitung dari hari efektif penggunaan dan dibayarkan pada saat jatuh tempo warkat, jangka waktu maksimal 2 bulan, terdapat 2 jaminan yaitu jaminan pokok (SHM atau BPKB) dan jaminan tambahan berupa bilyet giro atau cek. Untuk jenis ini banyak diminati kalangan pengusaha yang membutuhkan kemudahan dalam

penarikannya. Untuk pengajuannya berlaku ketentuan

perpinjaman.

f. Pinjaman karyawan

Pinjaman modal kerja karyawan (MK karyawan) adalah pinjaman dana segar yang diberikan kepada karyawan KSP Sarana Aneka Jasa dengan angsuran secara berkala menurut jangka waktu 6, 12 atau 18 bulan. Pinjaman jenis ini memiliki spesifikasi menggunakan jaminan SK karyawan, batas maksimal 3 kali upah, jika diatasnya berlaku tertentu, besarnya bunga pinjaman selisih 4% diatas bunga tabungan. Untuk jenis pinjaman ini hanya diperuntukkan pegawai atau karyawan KSP Sarana Aneka Jasa.

g. Pinjaman konsumtif

Pinjaman modal konsumtif yaitu pinjaman dana segar yang diberian kepada masyarakat dalam bentuk konsumtif seperti untuk kebutuhan rumah tangga, perumahan dan lain-lain. Pinjaman jenis ini memiliki spesifikasi angsuran tetap/paket


(78)

commit to user

64

diangsur tiap bulan denga ntabel angsuran yang ada sesuai jangka waktu yang diambil, maksimal pinjaman Rp 500.000,- atau menurut ketentuan, jaminan KTP imbalan jasa seperti MK dan perlu adanya personal garansi karyawan yang maksimal 5 orang dijamin. Untuk jenis pinjaman ini pengajuannya berlaku ketentuan perpinjaman.

h. Pinjaman kelompok

Pinjaman kelompok yaitu pinjaman dana segar yang diberian kepada kelompok atau pengusaha yang menjadi mitra kerja KSP Sarana Aneka Jasa kemudian mereka dapat mengajukan pinjaman untuk pegawai-pegawainya. Pinjaman jenis ini memiliki spesifikasi angsuran tetap/paket dengan bunga sesuai ketentuan baik flat atau menurun, diangsur setiap bulan dengan tabel angsuran yang ada sesuai jangka waktu yang diambil, kelompok minimal 10 orang dan maksimal 20 orang, menggunakan sistem tenggang renteng yaitu jika terjadi tunggakan salah satu orang akan ditanggung bersama, menggunakan jaminan salah satu orang serta ini merupakan kelompok usaha. Untuk jenis pinjaman ini pengajuannya berlaku ketentuan perpinjaman.


(79)

commit to user

65

4. Struktur Organisasi Sarana Aneka Jasa

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Sarana Aneka Jasa

a. Susunan Pengurus KSP Sarana Aneka Jasa:

Ketua : H. Hanif Wahyudi

Sekretaris : H. Badrul Munir, BSc

Wakil sekretaris : Hj. Anisa Rahmawati

General Manager (GM)

Audit independen t Manajer SDM Manajer IT, Legal Humas & pengemb angan Manajer OPR (SPI) dan pembuku an Manajer dana (Funding) Manajer Kredit (Lending) 1. Bag. Analis kredit 2. Bag. Kedit

Support 3. Bag.

Colektor 4. Bag. Adm

Kredit Operasion al Kabag Funding Kabag Lending Kabag Pembukuan 1. CS 2. Tenaga dasar 3. satpam 1. Bag. Tabunga n 2. Bag. Deposito 3. Bag. Kasir & teller Pembukua n Kepala Cabang


(80)

commit to user

66

Bendahara : H. Purwanto Umar Ma’ruf

Wakil bendahara : Hj. Nur’aini Indria Dewi Pembantu umum : Subowo Puspo Harjono

b. Susunan Badan pengawas KSP Sarana Aneka Jasa:

Koord. Pengawas : Ir.H.Syamsul Ma’arif

Anggota : H.Sudarwan

c. Susunan dewan syariah

Koord. Dewan syariah : Drs. H. Muchlis Hudaf

Anggota : Drs. H. Anas Yusuf Mahmudi

Anggota : H.M. Anies, SE

d. Pelaksana KSP Sarana Aneka Jasa

Tahun Jumlah karyawan

2008 80

2009 94

2010 90

Tabel 3.2

Jumlah karyawan pelaksana KSP Sarana Aneka Jasa

5. Diskripsi Jabatan Sarana Aneka Jasa

Diskripsi kerja adalah gambara mengenai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh masing-masing karyawan sesuai dengan


(1)

commit to user

108 tabungan ke rumah para nasabah)

19 Sabtu 19 Februari 2011 LIBUR

20 Minggu 20 Februari 2011 LIBUR

21 Senin 21 Februari 2011 Survey lapangan (menarik setorankredit dan

tabungan ke rumah para nasabah)

22 Selasa 22 Februari 2011 Survey lapangan (menarik setorankredit dan

tabungan ke rumah para nasabah)

23 Rabu 23 Februari 2011 Survey lapangan (menarik setorankredit dan

tabungan ke rumah para nasabah)

24 Kamis 24 Februari 2011 Survey lapangan (menarik setorankredit dan

tabungan ke rumah para nasabah)

25 Jumat 25 Februari 2011 Survey lapangan (menarik setorankredit dan

tabungan ke rumah para nasabah)

26 Sabtu 26 Februari 2011 LIBUR


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

28 Senin 28 Februari 2011 Survey lapangan (menarik setorankredit dan

tabungan ke rumah para nasabah)

Surakarta, Juni 2011 Penyusun, Dewi Tri Wahyuni NIM. F3608084 Mengetahui,

Pembimbing Instansi Dosen Pembimbing

Nur Wachid Supriyadi Johasi, S.E


(3)

commit to user


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(5)

commit to user


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user