Faktor faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika kelas IX B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016 2017

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR

SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS IX-B SMPS DHARMA NUSA FLORES TIMUR

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Progran Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Bernadus Bin Frans Resi

121414022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SATANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS IX-B SMPS DHARMA NUSA FLORES TIMUR TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Bernadus Bin Frans Resi

NIM : 121414022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SATANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

MOTTO HIDUP

Hidup adalah perjuangan

Kekayaan abadi adalah ilmu yang bermanfaat

Tak ada kata terlambat untuk belajar, belajar sampai tutup usia!

Generasi berilmu akan menciptakan bangsa yang cerdas

Jadilah kalah karena mengalah, bukan kalah karena menyerah Jadilah pemenang karena kemampuan, bukan menang karena kecurangan


(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur, kupersembahkan karyaku ini kepada: Kedua orang tuaku tercinta yaitu Bapak Frans Resi dan Ibu Theresia Lipat Liat Kepada saudara-saudariku tersayang kakak Bernadeta Uba Sabon, kakak Damiana Dai Suban, kakak (Alm.) Laurensius Bin Frans Resi, adik Yakobus Bin Frans Resi, dan adik Margareta Bte Frans Resi Kepada sahabatku Roy Marten, Vitus Modestus, Yopy Daton, Roman Waton Kepada teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika Angkatan 2012 Kepada teman-teman Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta (KMAY) Kepada teman-teman JB kecamatan Ile Boleng, Flores Timur Yogyakarta Kepada teman-teman Gabungan Mahasiswa Flores Timur (GAMAFLORA) Yogyakarta Kepada teman-teman Himpunan Keluarga Flobamorata (HKF) Yogyakarta Kepada keluarga besar suku Lamensa Kepada Lewo tanahku tercinta Helanlangowuyo, Adonara Serta almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(7)

(8)

(9)

viii

ABSTRAK

Resi, Bernadus Bin Frans. (2016). F aktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa F lores Timur Tahun Ajaran 2016/207. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur yang berjumlah 31 siswa. Instrumen dalam penelitian ini meliputi lembar kuesioner minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Validasi instrumen diperoleh melalui validasi ahli yaitu dosen pembimbing.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017 masih rendah yaitu sekitar 48,4%. Siswa yang menyukai matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (a) Siswa mempunyai minat belajar matematika, (b) Siswa mempunyai motivasi belajar matematika, (c) Penjelasan guru mudah dimengerti oleh siswa, (d) Guru tidak memukul siswa (galak), (e) Suasan belajar yang nyaman, baik di sekolah maupun di rumah, (f) Keluarga selalu mendukung siswa dalam belajar matematika, (g) Teman yang selalu mendukung dalam belajar matematika, dan (h) Siswa mempunyai kelompok belajar di rumah. Sedangkan siswa yang tidak menyukai matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (a) Siswa tidak mempunyai minat belajar matematika, (b) Siswa tidak mempunyai motivasi belajar matematika, (c) Guru yang mengajar sangat ‘galak’, (d) Penjelasan guru sulit dimengerti oleh siswa, (e) Suasana kelas yang ribut, (f) Orang tua kurang mendukung siswa dalam belajar matematika, (g) Siswa tidak mempunyai kelompok belajar di rumah, (h) Siswa sering bermain HP atau nonton TV di rumah.


(10)

ix

ABSTRACT

Resi, Bernadus Bin Frans. (2016). The F actors that Influence Students' Interest to Mathematics Subject Class IX-B SMPS Dharma Nusa, East Flores Academic Year 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aims to determine the factors that affect students' interest to mathematics subject class IX-B SMPS Dharma Nusa, East Flores academic year 2016/2017.

This research is classified as descriptive research with a qualitative approach. The research subjects were students of class IX-B SMPS Dharma Nusa East Flores which amounts to 31 students. The instruments in this research is questionnaire sheet of student interest in mathematics learning. The validation of instruments obtained through expert validation that is supervisor.

The results of research show that students' interest to mathematics subject class IX-B SMPS Dharma Nusa East Flores academic year 2016/2017 was still low at around 48.4%. The students who like mathematics are influenced by several factors, such as: (a) Students have study interest in mathematics, (b) Students have motivation to learn mathematics, (c) Teacher’s explanations are easy to be undrerstood by students, (d) Teacher don’t hit students (teacher isn’t cruell), (e) The situation to study is comfortable either at the scholl or at the home, (f) Family always support students to study mathematics, (g) Friends always support students to study mathematics, and (h) Students have study group at home. Students who don’t like mathematics are influenced by several factors, such as: (a) Students doesn’t have interesting to study mathematics, (b) Students doesn’t have motivation to study mathematics, (c) Teacher’s explanations are hard to be understood by students, (d) Teacher who teach mathematics is cruel, (e) The class situation is noisy, (f) Parents’ supports to study mathematics are still less, (g) Students doesn’t have study group at home, and (h) Students often play HP or watching TV at home.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur Tahun Ajaran 2016/2017” ini dengan baik.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas doa, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu mendukung, diantaranya:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Ruthito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matemnatika dan Ilmu Pengetahuan Alam;

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika;

4. Bapak Thomas Sugiarto Pudjohartono, M.T. selaku dosen pembimbing akademik Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2012 NIM genap;

5. Bapak Dr. Marcellinus Andy Ruthito, S.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;


(12)

xi

6. Bapak Ingnasius Sili Taka, selaku Kepala sekolah di SMPS Dharma Nusa yang telah memberikan ijin penelitian;

7. Bapak Paulus Plate Ola, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa yang telah membimbing dan mendampingi dalam pelaksanaan penelitian;

8. Siswa-siswi SMPS Dharma Nusa kelas IX-B, terima kasih atas partisipasi dan kerjasamanya dalam membantu pelaksanaan penelitian;

9. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd dan Ibu C. Novella Krisnamurti, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini;

10. Segenap dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan selama penulis belajar di kampus USD; 11. Kepada orang tua, Bapak Frans Resi dan Ibu Theresia Lipat Liat, terima kasih atas pengorbanan, doa, dorongan, motivasi, dan cinta kasih kalian yang tak mengenal batas sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini; 12. Kakak Bernadeta Uba Sabon, kakak Damiana Dai Suban, kakak (Alm.) Laurensius Bin Frans Resi, adik Yakobus Bin Frans Resi, dan adik Margareta Bte Frans Resi, yang selalu memberikan semangat serta dukungan dalam penyusunan skripsi;

13. Teman-teman satu dosen pembimbing dan teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2012, yang telah memberikan doa, dorongan, dan semangat dalam penyusunan skripsi;


(13)

xii

14. Keluarga besar suku Lamensa dimanapun berada, yang selalu memberikan dukungan secara langsung maupun dalam doa sejak awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi;

15. Teman-teman Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta (KMAY), teman-teman JB kecamatan Ile Boleng Yogyakarta, teman-teman Gabungan Mahasiswa Flores Timur (GAMAFLORA) Yogyakarta, teman-teman Himpunan Keluarga Flobamorata (HKF) Yogyakarta, yang telah memberikan dukungan serta doa dalam menyelesaikan skripsi;

16. Kepada sahabat Roy Marten, Vitus Modestus, Yopy Daton, Roman Waton, Erlita Mega, dan Oa Leyn yang selalu memotivasi dan dukungan selama penulis menyusun skripsi;

17. Kepada teman-teman kos Marcopolo, yang selalu mendukung penulis selama perkuliahan;

18. Kepada yang teristimewa Erlita Mega Ananta, yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi;

19. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan doa secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat dimaanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut sehingga skripsi ini dapat lebih bermaanfaat.

Yogyakarta, 27 Januari 2017 Penulis


(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO HIDUP ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Batasan Istilah ... 9

E. Maanfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Belajar ... 12

B. Matematika ... 17

C. Minat ... 34

D. Kerangka Berpikir ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Jenis Penelitian ... 49

B. Subjek Penelitian ... 49


(15)

xiv

D. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 50

E. Bentuk Data ... 50

F. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data ... 51

G. Validitas Instrumen ... 54

H. Keabsahan Data ... 55

I. Metode Atau Teknik Analisis Data ... 55

J. Prosedur Penelitian Secara Keseluruhan ... 58

BAB IV PROFIL, PELAKSANAAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN .. 60

A. Profil Siswa Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa ... 60

B. Pelaksanaan Penelitian ... 60

C. Analisis Data ... 63

D. Pembahasan ... 77

E. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ... 53

Tabel 3.2 Kategori Jawaban Siswa dalam Pengisisan Kuesioner ... 56

Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian di SMPS Dharma ... 61

Tabel 4.2 Kategori Jawaban Siswa dalam Pengisisan Kuesioner ... 64

Tabel 4.3 Hasil Transkip Wawancara Siswa 1 (PST 21) ... 101

Tabel 4.4 Hasil Transkip Wawancara Siswa 2 (PST 5) ... 103

Tabel 4.5 Hasil Transkip Wawancara Siswa 3 (PST 12) ... 105

Tabel 4.6 Hasil Transkip Wawancara Siswa 4 (PST 17) ... 108

Tabel 4.7 Hasil Transkip Wawancara Siswa 5 (PST 22) ... 110

Tabel 4.8 Hasil Transkip Wawancara Siswa 6 (PST 7) ... 112

Tabel 4.9 Hasil Transkip Wawancara Siswa 7 (PST 30) ... 114

Tabel 4.10 Hasil Transkip Wawancara Siswa 8 (PST 24) ... 117

Tabel 4.11 Hasil Transkip Wawancara Siswa 9 (PST 14) ... 119


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A.1. Daftar Nama Siswa Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa

Tahun Ajaran 2016/207 ... 92

Lampiran A.2. Daftar Hadir Siswa Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Saat Pengisian Kuesioner ... 93

Lampiran A.3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMPS Dharma Nusa ... 94

Lampiran A.4. Surat Keterangan Ijin Melakukan Penelitian di SMPS Dharma Nusa ... 95

Lampiran A.5. Lembar Validasi Instrumen ... 96

Lampiran A.6 Kartu Bimbingan Skripsi ... 98

Lampiran A.7 Dokumentasi Penelitian ... 100

Lampiran B. Transkip Wawancara Siswa ... 101


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang memegang peran penting dalam kemajuan setiap bangsa, sudah seharusnya jika dunia pendidikan perlu dicermati dan menjadi fokus perhatian pemerintah demi meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dunia pendidikan seperti sekolah formal merupakan sistem pendidikan yang memang diatur sedemikian sehingga diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang kelak ikut berperan serta dalam memajukan bangsa. Pelaksanaaan proses mengajar di sekolah, guru memiliki perang sangat penting demi mencapainya proses belajar mengajar yang baik. Berhubungan dengan peranan ini, seorang guru dituntut harus memiliki kompotensi yang memadai dalam hal kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Sekolah merupakan pendidikan yang berlangsung secara formal artinya terkait oleh peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan dilaksanakan. Di sekolah, anak tidak lagi diajarkan oleh orang tua, akan tetapi gurulah sebagai pengganti orang tua. Oemar Hamalik (2001: 48), proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang didalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaktif edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan.


(19)

Dalam kegiatan belajar, minat berperan sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat dalam belajar akan terus tekun belajar, berbeda dengan siswa yang hanya menerima pelajaran tanpa ada niat yang ada dalam dirinya, maka ia tidak tekun dalam belajar.

Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting yang diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada peserta didik agar memiliki kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Metematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah dengan frekuensi jam pelajaran lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Tetapi banyak siswa yang merasa kurang mampu dalam mempelajari matematika karena dianggap sulit sehingga minat untuk mempelajari kembali matematika diluar jam sekolah sangat kurang.

Matematika baik menurut sejarah maupun melihat fakta-fakta sekarang memang memegang peran penting dalam kehidupan. Bahkan bagi generasi mudah harapan bangsa yang tak lain adalah siswa, matematika merupakan ilmu yang mempunyai keunggulan untuk membentuk pola pikir manusia. Sehingga siswa yang mempelajari matematika maupun guru sebagai pengajar matematika harus dapat memberikan timbal balik yang positif, interaksi yang baik khususnya di kelas dengan harapan terwujudnya pemahaman matematika sebagai pembentuk pola pikir dan sikap manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Reseffendi (1988: 94), yang menyatakan matematika penting sebagai


(20)

pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Oleh sebab itu salah satu tugas guru adalah untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.

Sejalan dengan itu, Soedjadi (1999: 20), menyatakan matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya mempunyai peran sangat penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Dengan pentingnya matematika tersebut, maka guru mempunyai peran yang sangat penting untuk mendorong dan memotivasi siswa agar lebih menyukai matematika. Seorang guru yang memiliki kompotensi kurang baik maka dapat mengakibatkan siswa kurang menyukai pelajaran tertentu, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar yang menurun, hal ini berdasarkan pengalaman beberapa anak yang kurang menyukai pelajaran matematika di sekolah.

Begitu pun sebagai guru matematika yang pada umumnya mata pelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup menakutkan bagi sebagian besar siswa. Seorang guru matematika harus mempunyai persiapan dan perencanaan mengajar yang matang dalam melakukan pengajaran di kelas. Seorang guru dituntut untuk bisa memperhatikan bagaimana kondisi lingkungan dan budaya kelas yang ada di setiap kelas yang diampuhnya.

Seorang guru matematika juga harus mempunyai kemampuan untuk menjadi motivator siswanya dalam belajar matematika. Ketika seorang guru mampu menjadi motivator yang baik agar siswanya mempunyai kemauan


(21)

untuk belajar. Cara yang digunakan guru untuk memotivasi siswa agar mau belajar matematika. Menurut Mike Ollerton (2010: 25), menyatakan cara yang digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa agar mereka mau mempelajari matematika tampaknya tergantung pada karateristik guru yang diantaranya adalah hubungan antara guru dengan siswa di kelas, kepercayaan diri guru dalam menggunakan stimuli yang berasal dari kehidupan nyata dalam pengajaran tersebut, aksebilitas yang dimiliki guru terhadap materi yang dipilih sesuai kebutuhan siswa, penggunaan kontek-konteks yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari, dan kesadaran guru yang bersangkutan terhadap konsep atau prinsip matematika yang perlu diperoleh siswa.

Peserta didik (siswa) adalah induvidu yang mempunyai karateristik yang berbeda-beda, misalnya dalam hal minat. Oemar Hamalik (2011: 105), mengatakan bahwa, guru perlu mengenal minat murid-muridnya agar dapat memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman belajar, menuntun kearah pengetahuan dan untuk mendorong motivasi belajar peserta didiknya.

Pendidikan matematika memiliki peran sangat penting karena matematika adalah ilmu dassar yang digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, cermat, efektif, dan efisien dalam memecahkan masalah. Oleh sebab itu, penguasaan materi matematika bagi seluruh siswa perlu ditingkatkan.


(22)

Dalam kenyataan matematika masih merupakan pelajaran yang sulit dipelajari oleh siswa bahkan merupakan pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan dan menakutkan bagi sebagian besar siswa. Sehingga matematika menjadi momok bagi para siswa dan pelajaran paling tidak di sukai siswa. Reseffendi (1984: 15), mengemukakan bahwa matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi, atau bahkan paling dibenci.

Kebanyakan siswa tidak menyukai pelajaran matematika, karena mereka memandang matematika sebagai pelajaran yang paling sulit. Penyebab dari kesulitan belajar siswa bisa berasal dari faktor guru, lingkungan dan bisa juga berasal dari siswa itu sendiri. Salah satu penyebab kesulitan belajar siswa yang muncul dari guru adalah ketidaktepatan pendekatan pengajaran yang dilakukan oleh guru. Kebanyakan guru mengajar masih menggunakan pendekatan konvensional. Siswa hanya menerima materi sebatas yang diberikan sehingga siswa cenderung pasif dan keaktifan siswa kurang diperhatikan. Hal ini yang menyebabkan rendahnya kreativitas siswa dalam belajar matematika karena mereka tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka.

Martin (dalam H. Rostina Sundayana, 2015: 2), mengemukakan bahwa meskipun matematika dianggap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, namun setiap orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari. Pemecahan masalah tersebut meliputi penggunaan informasi, penggunaan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,


(23)

penggunaan pengetahuan tentang menghitung dan yang terpenting adalah kemampuan melihat serta menggunakan hubungan-hubungan yang ada. Secara garis besar menurut Suryabrata (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 58), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu : (1) faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar yang meliputi faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor psikologis, (2) faktor yang berasal dari luar diri pembelajar yamg meliputi faktor-faktor sosial dan faktor-faktor-faktor-faktor non-sosial. Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Muhibbin (2008: 144), yaitu minat yang merupakan kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu, dan motivasi yaitu dorongan terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga minat dan motivasi belajar dapat mempengaruhi siswa menyukai dan tidak menyukai matematika.

SMP Swasta Dharma Nusa merupakan salah satu SMP Swasta ada di pulau Adonara tepatnya berada desa Helanlangowuyo, kecamatan Ile Boleng, kabupaten Flores Timur-NTT. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, siswa menganggap bahwa pelajaran matematika berbeda dengan pelajaran lainnya. Pelajaran matematika mempunyai kesulitan dan kerumitan tersendiri. Sehingga bagi siswa, pelajaran matematika digambarkan sebagai pelajaran yang paling menyeramkan dan sulit untuk dipelajari.

Di SMPS Dharma Nusa sering terjadi kekerasan fisik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh


(24)

peneliti selama melakukan penelitian di sekolah tersebut, ketika guru masuk kelas sering membawa rotan. Siswa yang melanggar peraturan sekolah, tidak mengerjakan tugas, atau tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru, maka siswa tersebut dipukul dengan menggunakan rotan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2016, guru mengatakan bahwa siswa harus di didik dengan cara kekerasan agar mereka bisa mentaati peraturan sekolah atau bisa serius dalam belajar matematika. Namun pada kenyataannya, siswa justru takut dengan sikap guru tersebut. Hal ini membuat siswa merasa takut ketika pada jam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang sedang berlangsung di kelas. Oleh karena itu, ketika mengalami sulit dalam belajar matematika di kelas, siswa takut untuk bertanya kepada guru bahkan siswa tidak suka dengan matematika. Sebagian besar siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit. Siswa mengatakan guru yang mengajar matematika di kelas sangat galak. Selain itu, siswa kurang aktif pada saat pelajaran matematika.

Siswa SMPS Dharma Nusa masih menganggap matematika adalah pelajaran yang rumit. Banyak siswa yang memilih untuk menyontek hasil pekerjaan teman daripada mengerjakan dengan hasil kemampuan sendiri dengan alasan tidak ingin berusaha dalam mencari jawaban yang memang memerlukan ketelitian dan kecermatan dalam penyelesaiannya. Dari hal tersebut, kita bisa melihat bahwa minat belajar siswa terhadap matematika masih sangat kurang.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa minat merupakan suatu kecenderungan perasaan seseorang yang senang terhadap sesuatu,


(25)

apabila seorang senang terhadap sesuatu maka ia akan berusaha untuk mendapatkannya. Demikian pula minat siswa terhadap pelajaran matematika, apabila siswa mempunyai minat belajar terhadap matematika maka siswa pun akan tekun mempelajari mata pelajaran tersebut yang akhirnya prestasi akan tercapai dengan memuaskan.

Berdasarkan permasalahan di atas, kita dapat melihat bahwa ada beberapa faktor penyebab siswa menyukai atau tidak menyukai matematika. Sehingga peneliti ingin mengetahui langsung kegiatan pembelajaran yang terjadi dan ingin membandingkan dengan keadaan siswa sebenarnya dengan melakukan penelitian di SMPS Dharma Nusa, dengan judul penelitian adalah “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Terhada p Pelajaran Matematika Kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur Tahun Ajaran 2016/2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah “faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017 ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017.


(26)

D. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami hasil penelitian, maka perlu penjelasan tentang istilah dengan batasan istilah sebagai berikut.

1. Belajar adalah suatu proses usaha dalam melaksanakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dengan cara berinteraksi dan memiliki pengalaman dengan lingkungannya baik induvidu dengan induvidu maupun induvidu dengan pendidik.

2. Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur terorganisasi yang mempelajari tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya, dan terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analitik, dan geometri.

3. Minat adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengatahuan yang dituntutnya.

E. Maanfaat Penelitian

Berikut ini adalah beberapa maanfaat dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Untuk orang tua, sebagai bahan acuan dalam memberikan arahan kepada anaknya serta memberikan perhatian dalam belajar matematika berupa pemenuhan fasilitas belajar dan mendorong anaknya


(27)

membentuk kelompok belajar dengan temannya yang mampu dalam matematika.

2. Untuk pihak sekolah, diharapkan mampu memperbaiki sarana dan prasarana dalam menunjang proses pembelajaran, sehingga akan timbul minat dalam diri siswa untuk terus belajar.

3. Untuk guru, dapat dijadikan bahan refleksi bahwa dalam memberikan pembelajaran bukan hanya sebatas memberikan materi saja, namun perlu memotivasi siswa agar minat belajar siswa terhadap matematika terus meningkat.

4. Untuk siswa, dapat lebih meningkatkan minat belajarnya terutama pembelajaran matematika, sehingga melalui faktor-faktor minat belajar siswa akan mudah memahami materi, meningkatkan aktifitas siswa, dan memberi dorongan belajar siswa dalam pelajaran matematika. 5. Untuk JPMIPA Universitas Sanata Dharma, penelitian ini dapat

digunakan sebagai tambahan wawasan bagi para pembaca khususnya dikalangan Universitas Sanata Dharma, dan juga penelitian bisa dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk melakukan penelitian berikutnya.

6. Untuk Penulis, penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan ke dunia praktis. Selain itu, dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa pada matematika, sehingga sebagai bahan refleksi dan pengalaman tambahan dalam


(28)

meningkatkan wawasan penulis selaku calon guru ketika terjun ke lapangan, agar minat belajar siswa terhadap matematika semakin tinggi.


(29)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Kingskey (dalam Djamarah, 2011: 13), belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Menurut Slameto (dalam Djamarah, 2011: 13), merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan induvidu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman induvidu intu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Djamarah (2011: 13), jika hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri belajar yaitu : perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku. Menurut Hamalik (2013: 27), belajar dapat dirumuskan menjadi dua yaitu belajar adalah modifikasi atau memperteguh keelakuan melalui pengalaman dan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku induvidu melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Roestiyah (1982: 149), belajar itu sendiri adalah suatu proses aktivitas yang dapat membawa perubahan pada induvidu. Menurut


(30)

Lester (dalam Roestiyah, 1982: 149), perubahaan induvidu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap.

Menurut Hudojo (1988: 1), seorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Menurut Winkel (1987: 36), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan tersebut bersifat konstan dan berbekas. Lebih lanjut Winkel (1987: 38), perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh.

Syah (2008: 63), mendefenisikan belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencampaian tujuan pemndidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik ketika berada di sekolah maupun berada dilingkungan rumah atau keluarhganya sendiri. Gagne didalam Mudjiono (2009: 10), mendefenisikan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kongnitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian, belajar merupakan adalah perangkat proses kongnitif yang mengubah sifat


(31)

stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha dalam melaksanakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dengan cara berinteraksi dan memiliki pengalaman dengan lingkungannya baik induvidu dengan induvidu maupun induvidu dengan pendidik.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (20101: 27-28), adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

 Dalam belajar setiap siswa diharuskan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

 Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

 Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksprolasi dan belajar yang efektif.

2. Sesuai hakekat belajar

 Belajar adalah proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.


(32)

 Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian satu dengan pengertian lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

3. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari

 Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

 Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.

4. Syarat keberhasilan belajar

 Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

 Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

c. Tahap-tahap Dalam Belajar

Menurut Albert Bandura (dalam Nyanyu Khodijah, 2014: 56-57), dalam proses belajar siswa menempuh empat tahap, yaitu :

1. Tahap perhatian

Pada tahap perhatian, siswa memusatkan perhatian pada objek materi. Pada umumnya siswa lebih memusatkan perhatian pada stimulus yang menonjol atau menarik bagi mereka. Pada tahap ini penting, karena jika siswa tidak dapat memfokuskan perhatian mereka


(33)

pada materi yang disajikan, maka mereka akan mengalami kesulitan untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya.

2. Tahap penyimpanan dalam ingatan

Pada tahap penyimpanan dalam ingatan, informasi materi yang disajikan ditangkap, diproses, dan kemudian disimpan dalam memori. Setiap siswa mempunyai strategi penyimpanan informasi yang berbeda-beda, tergantung pada modalitas belajr masing-masing. Guru nbisa memberikan visualisasi atau pengulangan terhadap informasi yang dianggap penting.

3. Tahap reproduksi

Pada tahap reproduksi, semua informasi dalam bentuk kode-kode simbolis yang tersimpan dalam memori diproduksi atau dimunculkan kembali. Sulit atau mudahnya pemunculan kembali memori ini bukan hanya tergantung pada strategi penyimpanan yang digunakan pada tahap penyimpanan, akan tetapi juga tergantung pada stimulus yang digunakan untuk memunculkan informasi tersebut.

4. Tahap motivasi

Pada tahap motivasi, semua informasi yang tersimpan dalam memori diberi penguatan. Untuk itu, guru dianjurkan memberikan pujian, hadiah atau nilai tertentu pada siswa yang berprestasi, sebaliknya siswa yang kurang berprestasi perlu diberikan kesadaran tentang pentingnya penguasaan materi, dan jika emang diperlukan guru dapat memberikan hukuman yang bersifat edukatif dengan memberikan


(34)

tugas tambahan yang memdorong mereka untuk mempelajarinya kembali.

B. Matematika

1. Pengertian matematika

Menurut Jhonson & Rising (dalam Runtukahu, 2014: 28), mengatakan pengertian sebagai berikut.

a. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenaran. b. Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat.

c. Matematika ialah seni, dimana keindahannya terdapat dalam keterurutan dan keharmonisan.

Sedangkan menurut Berth & Piaget (dalam Runtukahu, 2014: 28) mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Di pihak lain, Reys (dalam dalam Runtukahu, 2014: 28) mengatakan bahwa, matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Sedangkan, menurut Russeffendi (1980: 148), Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang didapat


(35)

dengan berfikir (bernalar). Matematika lebih menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Pengertian matematika menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian matematika adalah suatu ilmu yang mempelajari bilangan dan bangun serta konsep-konsep yang berkenaan dengan kebenarannya secara logika menggunakan simbol-simbol yang umum serta aplikasi dalam bidang lainnya.

2. Pembelajaran Matematika

Menurut Amir & Risnawati (2015: 8), pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan belajaran


(36)

ini akan mencapai hasil maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.

Menurut Orton (dalam Pitadjeng, 2015: 35), untuk mengajar matematika diperlukan teori, yang digunakan antara lain untuk membuat keputusan di kelas. Sedangkan teori belajar matematika juga diperlukan untuk dasar mengobservasi tingkah laku anak didik didalam belajar. Kemampuan untuk mengambil keputusan di kelas dengan tepat dan cepat, dan kemampuan untuk mengobservasi tingkah laku anak didik dalam belajar, merupakan sebagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat, sehingga pembelajaran menjadi efektif, bermakna dan menyenangkan. Menurut Bruner (dalam Hudojo, 1988: 56), belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.

Pemahaman terhadap konsep dan terstruktur suatu materi menjadikan materi itu mudah dipahami secara lebih komprehensif. Selain itu anak didik lebih mudah mengingat materi bila yang dipelajari mempunyai pola terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer.

Menurut Bruner (dalam Pitadjeng, 2015: 38-39), melukiskan anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental, yaitu sebagai berikut.


(37)

a. Tahap Enaktif

Pada tahap ini, dalam belajar anak didik menggunakan atau memanipulasi objek-objek kongret secara langsung. Misalnya guru menyuruh siswa untuk menghitung jumlah buah kelapa keseluruhan yang berada di dalam lima buah keranjang, di mana tiap keranjang berisi tiga buah kelapa. Maka anak tersebut akan menghitung dengan menggabungkan buah kelapa pada tiap keranjang sebanyak lima keranjang.

b. Tahap Ikonik

Pada tahap ini kegiatan anak didik mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek konkret. Anak didik tidak memanipulasi langsung objek-objek konkret seperti pada tahap enaktif, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan memakai gambaran dari objek-objek yang dimaksud. Misalnya guru menyuruh siswa menghitung jumlah gambar buah kelapa yang terdapat dalam lima keranjang, dimana tiap keranjang berisih tiga buah kelapa. Maka siswa tersebut menjumlahkan gambar buah kelapa yang terdapat dalam keranjang sebanyak lima kali.

c. Tahap Simbolik

Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Misalnya guru menyuruh siswa menghitung jumlah buah kelapa yang terdapat dalam lima keranjang, di mana tiap keranjang berisih tiga buah kelapa.


(38)

Maka, siswa membuat pemisalan yaitu � = buah kelapa, sehingga kalimat matematika tersebut secara simbolik menjadi 3� × 5.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam Belajar Matematika

Menurut Slameto (dalam Pitadjeng, 2015: 81), ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar anak, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berada didalam diri anak didik yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berada diluar diri anak didik tersebut. pengaruh positif yang ditimbulkan misalnya anak menjadi senang belajar, meningkatkan minat anak terhadap minat yang sedang dipelajari, meningkatkan semangat anak untuk belajar, bergairah, dan sebagainya. Sedangkan pengaruh negatif yang ditimbulkan misalnya menghilangkan minat anak untuk belajar, menumbuhkan rasa tidak suka, dan sebagainya. a. Faktor Intern

1) Faktor jasmani (tubuh)

Menurut Slameto (dalam Pitadjeng, 2015: 82), faktor jasmani yang dapat mempengaruhi anak dalam belajar matematika ditinjau dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.

a) Faktor kesehatan

Menurut Pitadjeng (2015: 82), sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya, atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.


(39)

Sehingga kesehatan seorang anak sangat berpengaruh pada pembelajarannya.

Berdasarkan Pitadjeng (2015: 82), dari hasil angket terbuka diajukan kepada 38 mahasiswa PGSD UPPI UNNES Semarang pada tanggal 1 Juni 2004 tentang faktor-faktor yang menyebabkan mereka tidak suka matematika, 11 mahasiswa (28,9%) menyatakan bahwa dia tidak suka belajar matematika kalau kesehatannya sedang terganggu (sakit).

b) Cacat tubuh

Menurut Pitadjeng (2015: 83), cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat tubuh bisa berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki atau tangan, lumpuh, dan sebagainya. Sehingga anak tersebut sulit mengikuti pembelajaran, interaksi dengan guru, dan interaksi dengan sesama temannya.

2) Faktor psikologi a) Intelegensi

Menurut J.P. Chaplin (dalam Slameto, 2010: 54), intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau


(40)

menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelengensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Agar faktor intelegensi dapat berkembang menjadi pengaruh positif bagi anak dalam pelajaran matematika, guru harus bijaksana dalam menangani perbedaan intelegensi tiap-tiap anak. Misalnya memberikan pengayaan bagi anak yang cepat menguasai materi (punya intelegensi tinggi), dan memberikan kegiatan tambahan atau kesempatan belajar lebih lama bagi anak yang lamban (punya intelegensi rendah).

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali (dalam Slameto, 2010: 56), adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda atau hal) atau sekumpulan objek. Jika dalam pembelajaran matematematika perhatian anak tinggi, maka dia akan berhasil (hasil belajar tinggi). Sebaliknya jika perhatian rendah dalam belajar matematika, mungkin bosan atau tidak suka, maka dia tidak berhasil (hasil belajarnya rendah). Dan jika hal ini terjadi, maka anak tersebut menjadi tidak suka pada matematika.

c) Minat

Hilgard (dalam Slameto, 2010: 57), memberikan rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: “Interest is persisting


(41)

tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat mempunyai pengaruh besar dalam belajar matematika, karena jika pelajaran matematika tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya bahkan tidak menyukai dengan matematika.

d) Bakat

Munandir (2001: 15-16), bakat adalah kemampuan yang dibawah sejak lahir, dengan kata lain bersifat keturunan. Sedangkan menurut Makmum Khairani (2014: 126), bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.

Jika ada siswa yang dalam belajar matematika sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia menyukai matematika dan selanjutnya ia lebih giat lagi dalam pembelajaran matematika.


(42)

e) Motivasi

Petri (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150), menggambarkan motivasi sebagai kekuatan yang bertindak pada organisme yang mendorong dan mengarahkan perilakunya. Mc Donald (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150), mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Eggen (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 150), mendefenisikan matematika sebagai kekuatan yang memberikan energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

f) Kematangan

Menurut Slameto (2010: 58), kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. g) Kesiapan

Menurut Hamalik (2008: 94), kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial, dan emosional.


(43)

3) Faktor kelelahan

Slameto (2010: 58), mengatakan kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan kelelahan rohani dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Untuk itu guru hendaknya memperhatikan banyaknya tugas yang diberikan kepada siswa, jangan sampai terlalu banyak hingga melelahkan anak. Ketika anak lelah dalam mengerjakan tugas maka hasilnya juga kurang optimal. Jika anak merasa hasil belajarnya kurang baik, maka anak menjadi kecewa dan bisa menyebabkan anak tidak menyukai pelajaran matematika.

b. Faktor Ekstern 1) Faktor keluarga

a) Cara mendidik orang tua

Menurut Wirowidjojo (dalam Slemato, 2010: 61), keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Orang tua yang bersikap acuh tak acuh terhadap pendidikan anak berakibatnya pendidikan anak dijenjang sekolahan.

Sikap acuh tak acuh ini bisa dinyatakan dengan sikap tidak mau tahu terhadap cara belajar anak, tidak mengatur waktu belajar anak di rumah, terlalu memanjakan anak dan sebagainya.


(44)

Sebaliknya orang tua yang sangat memperhatikan pendidikan anaknya berpengaruh pada keberhasilan pendidikan anak. Misalnya orang tua yang membantu, menunggu, memperhatikan dan memenuhi fasilitas anaknya untuk belajar matematika akan membuat anak tersebut merasa senang dan nyaman dalam belajar matematika.

b) Relasi antara anggota keluarga

Hubungan yang menunjang dalam belajar anak adalah hubungan yang poisitif antara orang tua dan anak maupun saudara. Contohnya hubungan saling mengasihi, saling mengerti, dan saling memperhatikan.

Hal ini dapat mengupayakan agar anak senang belajar matematika dan berhasil dalam belajar matematika, anggota keluarga (orang tua dan saudara), memberika dukungan kepada anak dalam belajar (dengan kasih, pengertian, dan perhatian) kepada anak dalam belajar matematika, yang berupa kesempatan, fasilitas, pantauan, dorongan, bimbingan, motivasi positif, dan bantuan bila diperlukan. Dan ketika anak mendapatkan nilai jelek pada pelajaran matematika, orang tua dan saudara jangan memarahi melainkan berusaha membantu anak untuk memahami topik matematika tersebut agar anak tetap menyukai matematika.


(45)

c) Suasana rumah

Suasana rumah bisa menjadi faktor yang mendukung atau tidak mendukung anak dalam belajar matematika. suasana yang tidak mendukung belajar anak adalah rumah yang kacau, dan ribut sehingga hasil belajar anak tidak maksimal.

Agar anak bisa belajar matematika dirumah, hendaklah suasana rumah mendukung untuk belajar matematika. Untuk itu, suasana rumah harus diusahkan tenang, tentram, tidak bising, dan tidak ada pertengkaran. Dengan suasana rumah yang sehat dan mendukung anak dalam belajar matematika, maka anak menjadi betah belajar matematika dan akhirnya menjadi senang belajar matematika.

2) Faktor sekolah 1) Motode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar. Mengajar menurut Ulih (dalam Slameto, 2010: 65), adalah menyajikan bahan pengajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya. Oleh karena itu metode mengajar sangat mempengaruhi dalam belajar matematika.

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa tidak baik pula. Metode mengajar guru kurang baik bisa terjadi misalnya guru kurang persiapan dan menguasai bahan


(46)

pelajaran sehingga guru tersebut menyajikan tidak jelas. Selain itu, misalnya guru mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa akan menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Hal ini dapat mengakibatkan siswa kurang menyukai matematika dan malas belajar matematika.

2) Metode belajar

Metode belajar anak sangat berpengaruh pada hasil belajar. Oleh karena itu, agar berhasil dalam belajar matematika, guru harus membiasakan anak didiknya menggunakan metode belajar yang baik, dikelas maupun dirumah.

Selama anak belajar dikelas, selalu berada dalam pantauan guru. Untuk membiasakan anak belajar di rumah , dapat dilakukan dengan setiap hari memberikan PR dan tugas belajar di rumah, atau memberikan tugas kelompok untuk belajar bersama teman-temannya yang berdekatan rumahnya. Ketika anak menerapkan metode belajar matematika yang baik, maka ia semakin menyukai matematika.

3) Media pengajaran

Media pengajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar dan mempermudah anak dalam belajar matematika. karena media belajar yang berbentuk alat peraga yang tepat maupun benda-benda yang kongkret yang dimanipulasi anak dalam memahami suatu konsep matematika.


(47)

Guru perlu menyediakan alat peraga sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika, sehingga konsep matematika yang pada awalnya dianggap abstrak akan menjadi lebih mudah. Ketika siswa senang belajar matematika maka ia akan semakin menyukai matematika.

4) Guru

Guru merupakan salah satu faktor pengaruh besar bagi siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan Pitadjeng (2015: 100), dari hasil angket yang diberikan pada mahasiswa PGSD tentang faktor penyebab mereka benci pelajaran matematika, semua (100%) menyatakan kalau sikap guru yang menyebabkan mereka menjadi benci pada pelajaran matematika, disamping faktor-faktor penyebab lainnya, sebaliknya dari hasil angket tentang penyebab mereka menjadi senang pada pelajaran matematika, semua (100%) juga menyatakan bahwa sikap guru menjadikan mereka senang pada pelajaran matematika disamping faktor-faktor lainnya. Hal ini menyatakan kalau pengaruh guru sangat besar terhadap belajar anak. Jika anak senang pada guru matematika, maka ia akan senang pada pelajaran amtematika, serta aktif dan giat mengikuti segala proses pembelajaran matematika dan sebaliknya. Oleh karena itu, agar guru menjadi faktor pengaruh positif atau yang menyenangkan bagi belajar anak, maka guru harus berusaha agar anak senang berinteraksi dengannya baik didalam pembelajaran matematika


(48)

maupun diluar kelas, serta menjadikan dirinya guru matematika yang ideal bagi anak didiknya.

5) Interaksi dikelas atau di sekolah

Menurut Pitadjeng (2015: 111), interaksi dengan guru maupun dengan teman di kelas atau di sekolah juga mempengaruhi belajar anak. Anak yang takut pada guru matematikanya juga juga takut pada pelajaran matematika. Di kelas tidak berani maju mengerjakan soal matematika di papan tulis, atau mengeluarkan pendapatnmya, karena takut salah atau dimarahi.

Hal ini menyebabkan prestasi belajar anak semakin turun. Penurunan prestasi belajar matematika berlanjut pada penurunan minat anak pada matematika yang menyebabkan anak tidak suka pada pelajaran matematika. oleh karena itu hendaknya guru dapat menciptakan interaksi yang baik diluar atau didalam kelas terutama interaksi pada pembelajaran matematika agar anak semakin menyukai matematika.

6) Materi pelajaran

Berdasarkan Pitadjeng (2015: 114), dari hasil angket terhadap mahasiswa PGSD tentang pengalaman mereka belajar matematika waktu SD, semuanya (100%) menyatakan mereka menjadi senang belajar matematika jika materi yang sedang dipelajari mudah dipahami, masalah yang diberikan dapat dikerjakan, materi yang dipelajari dapat menambah pengetahuan, materinya menantang dan


(49)

menyenangkan, tugas yang diberikan tidak terlalu banyak, materi yang dipelajari merupakan kunci atau rumus praktis untuk menyelesaikan masalah, dan tidak harus menghafalkan. Sedangkan 97,4% menyatakan mereka menjadi tidak suka belajar matematika kalau dirasakan materi yang sedang diajarkan sulit, masalah yang diberikan tidak dapat diselesaikannya, atau materi sering ulang-ulang, banyak rumus yang harus dihafalkan, materinya tidak menarik dan tidak menyenangkan, dan terlalu banyak tugas.

Dari hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa anak senang belajar matematika karena kebutuhan terpenuhi, terutama kebutuhan untuk mencapai hasil dan kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Oleh karena itu guru harus bisa mengelolah materi matematika sehingga dapat menyenangkan, tidak sulit untuk dipahami dan semakin menyukai dengan matematika.

3) Faktor masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat sangat mempengaruhi belajarnya. Ketika anak terlalu sibuk dalam mengikuti kegiatan misalnya, berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial dan sebagainya jika telah menyita banyak waktu maka ini sangat mengganggu waktu belajar anak.


(50)

Sebaiknya siswa mengikuti kegiatan berupa kursus matematika atau kelompok diskusi matematika, agar anak semakin menyukai dan mencintai matematika.

b) Mass Media

Menurut Slameto (2010: 70), yang dimaksud dengan mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga mempengaruh jelek terhadap siswa.

c) Teman Bergaul

Agar siswa dapat belajar dengan baik, perlu diusahkan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik cukup harus bijaksana.

Anak semakin menyukai matematika, sebaiknya teman sepergaulan anak dengan anak-anak yang senang belajar matematika pula.

d) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Ketika anak hidup dilingkungan masyarakat yang baik maka anak akan menjadi baik, dan sebaliknya jika anak hidup pada masyarakat yang tidak baik maka anak juga akan menjadi tidak baik. Begitu juga ketika anak hidup dilingkungan yang banyak anak


(51)

senang belajar matematika maka ia juga akan senang belajar matematika.

4. Faktor Penyebab Siswa Tidak Menyukai Matematika

Fadjar Shadiq (https://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/aa-litansiswa_wartaguru_.pdf diakses pada tanggal 18-02-2016, pukul 12:00), ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa tidak menyukai matematika diantaranya:

a. Persepsi umum tentang sulitnya matematika berdasarkan pendapat orang lain.

b. Pengalaman belajar di kelas yang diakibatkan proses pembelajaran yang kurang menarik hati siswa.

c. Pengalaman di kelas sebagai hasil perlakuan guru (contohnya, guru yang selalu mencooh dirinya).

d. Persepsi yang dibentuk oleh ketidak berhasilan mempelajari matematika.

e. Tidak mengetahui kegunaan matematika.

C. Minat

1. Pengertian Minat

Minat menurut Muhibbin Syah (2008: 151), adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat merupakan salah satu faktor internal siswa yang termasuk psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Winkel (1996: 105), memberikan rumusan bahwa minat adalah


(52)

kecenderungan subjek yang mantap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh Slameto (1995: 57), bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jika ada siswa yang kurang berminat terhadap belajar, maka diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari.

Slameto (1995: 180), minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat yang akan tumbuh. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas siswa yang memiliki minat terhadap subjek tersebut. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Minat memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Selain itu juga, minat sangat


(53)

berpengaruh terhadap belajar, sebab bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 1995: 57). Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulan bahwa, minat adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengatahuan yang dituntutnya.

2. Ciri-ciri Minat

Ciri-ciri minat menurut Elizabeth Hurlock (dalam Ahmad Susanto, 2013: 62), adalah sebagai berikut.

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental.

b. Minat tergantung pada kegiatan belajar. Kesiapan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang.


(54)

c. Minat tergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar merupakan faktor yang sangat berharga sebab tidak semua orang dapat menikmatinya.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan ini dikarenakan keadaan fisik yang tidak memungkinkan.

e. Minat dipengaruhi budaya. Budaya sangat mempengaruhi, sebab jika budaya sudah mulai luntur mungkin minat juga ikut luntur.

f. Minat berbobot emosional. Minat berhubungan dengan perasaan, maksudnya bila suatu objek dihayati sebagai sesuatu yang sangat berharga, maka akan timbul perasaan senang yang akhirnya dapat diminatinya.

3. Macam-macam Minat

Menurut Rosyidah (dalam Ahmad Susanto, 2013: 60), timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap induvidu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah.

b. Minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri induvidu, timbul seiring proses perkembangan induvidu bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan atau adat istiadat.


(55)

Gagne (dalam Ahmad Susanto, 2013: 60), membedakan sebab timbulnya minat pada diri seseorang menjadi dua macam, yitu minat spontan yang ditimbulkan secara spontan dari dalam diri seseorang tabnpa dipengaruhi oleh pihak luar, dan minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga sekolah maupun di luar sekolah.

4. Fungsi Minat Dalam Belajar

Peranan atau fungsi minat menurut Makmun Khairani (2014: 146-147), adalah sebagai berikut.

a. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi

Minat mempermudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan tenaga kemampuan seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Winkel (1996: 183), mengatakan bahwa konsentrasi merupakan pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini peristiwa belajar mengajar di kelas. Konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan kamauan dan hasrat untuk belajar, namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dan minat dalam belajar.


(56)

b. Minat mencegah ganguan perhatian di luar

Minat belajar mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar, misalnya orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal lain.

c. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

Daya mengingat bahan pelajaran hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya. Berkaitan erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran yaitu daya mengingat bahan pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya. Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa bacaan atau isi ceramah sangat mencekam perhatiannya atau membangkitkan minat seantiasa teringat walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, sesuatu bahan pelajaran yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat. Anak yang mempunyai minat dapat menyebut bunyi huruf, dapat mengingat kata-kata, memiliki kemampuan membedakan dan memiliki perkembangan bahasa lisan dan kosa kata yang memadai.

Hal ini menunjukkan terhadap belajar memiliki peranan memudahkan dan menguatkan melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.


(57)

d. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri

Segala sesuatu yang membosankan, sepeleh dan terus menerus berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian. Kebosanan melakukan suatu hal lebih sering berasal dari dalam diri seseorang daripada dari luar. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang hanya bisa terlaksana dengan menumbuhkan minat belajar.

5. Faktor-faktor Yang Dapat Menumbuhkan Minat Dalam Belajar

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap minat belajar ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal (https://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/12/01/minat-dalam-belajar-siswa/ diakses pada tanggal 26 Juni 2016 pukul 13:41):

a. Faktor Internal

Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis. Perubahan-perubahan tersebut dapat dipengaruhi dari dalam dan dari luar diri manusia itu sendiri.

Faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi minat belajar dapat berupa perkembangan kejiwaan siswa. Andi Mappiare (1982: 83), mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang besar antara objek


(58)

minat remaja putera dengan objek remaja puteri. Misalnya dalam bentuk-bentuk permainan, pekerjaan yang ditekuninya, pengisian waktu luang dan sebagainya. Dengan demikian, pendapat Andi Mappiare ini memberikan pengertian bahwa minat belajar dipengaruhi oleh jenis kelamin.

Dalam hal ini Slameto (1995: 54), berpendapat bahwa ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar, yakni faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a). Faktor Jasmani

 Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

 Cacat tubuh, yang berarti sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan seperti buta, tuli, patah kaki, patah tangan dan lain-lain.

b). Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat bakat, kematangan dan kesiapan.


(59)

c). Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:  Kelelahan jasmani, kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

 Kelelahan rohani, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang hilang.

Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa keadaan jasmani, rohani dan kelelahan itu mempengaruhi minat seseorang terhadap sesuatu. Begitu pula pada belajar, ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi minat seseorang untuk belajar sesuatu mata pelajaran. Agar siswa memiliki minat belajar yang baik haruslah ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik pula.

b. Faktor Eksternal

1) Tujuan Pengajaran

Tujuan pengajaran mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena


(60)

tujuan dapat mengarahkan usaha-usaha guru dalam mengajar. Dengan adanya tujuan, guru akan selalu siap mengajar dan membawa anak pada proses belajar. Tujuan pengajaran juga merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Tujuan dapat pula membangkitkan minat belajr siswa sebab dengan adanya tujuan ini seorang siswa akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Oleh karena itu, sebelum memulai pelajaran, seorang guru hendaknya memberitahukan tujuan-tujuan atau aspek-aspek yang harus dikuasai oleh siswa setelah pelajaran itu selesai. 2) Guru yang Mengajar

Minat siswa dalam belajar akan dipengaruhi akan mengurangi minat belajar siswa, sebaliknya guru yang berpenampilan menarik akan membangkitkan siswa dalam belajar. Interaksi guru dengan siswapun memegang peranan dalam membangkitkan minat belajar siswa. Seorang guru yang akrab dengan siswanya akan cenderung disukai oleh siswa. Sehubungan dengan hal tersebut. Slameto (1995: 66) mengatakan bahwa di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, ia segan


(61)

mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibat pelajarannya tidak maju.

3) Bahan Pelajaran

Slameto (1995: 57), minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari belajar itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

Bahan pelajaran sebagaimana yang dikatakan Nana Sudjana (1995: 67), adalah isi yang diberikan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui bahan pelajaran ini siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran. Dengan perkataan lain tujuan yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan pelajaran. 4) Metode Pengajaran

Dalam penyampaian materi atau bahan pelajaran kepada siswa, seorang guru hendaknya memilih dan mempergunakan metode mengajar yang sesuai dengan sifat bahan pelajaran, serta situasi kondisi kelas. Menggunakan metode mengajar ini sangat mempengaruhi minat belajar


(62)

siswa. Seorang guru yang menggunakan metode ceramah misalnya, secara kontinu di dalam setiap kegiatan belajar mengajar dikelas, akan menimbulkan kebosanan bagi siswa. Sebaliknya seorang guru menggunakan metode yang berpariasi serta sesuai dengan situasi dan kondisi kelas, akan menimbulkan minat siswa untuk belajar dengan aktif. Tetapi apabila metode yang digunakan tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak, akan menimbulkan kesukaran bagi anak untuk menerima pelajaran yang disampaikan guru serta mengurangi minat belajarnya. Dengan kata lain penggunaan metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang kesiapan dan kurang menguasai bahan-bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikan tidak jelas atau sikap guru terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.

5) Media Pengajaran

Media pengajaran yang dipergunakan guru bermanfaat sekali guna memperjelas materi yang akan disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalitas, karena dengan adanya media pengajaran menarik pehatian siswa sehingga menimbulkan rasa senang dalam belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, Nana


(63)

Sudjana (1995: 5), mengatakan bahwa alat peraga atau media dalam mengajar memegang peranan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Selain itu juga, dengan alat peraga atau media bahan dapat mudah dipahami oleh siswa.

6) Lingkungan

Siswa akan berminat terhadap suatu pelajaran, jika ia berada dalam suatu situasi atau lingkungan yang mendorong tumbuhnya minat tersebut. Sebagaimana dikatakan Slameto (1995: 7), bahwa tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh perangsang-perangsang dari sekitar, karena untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran, jangan sampai belajar sambil mendengarkan. Sebaliknya keadaan yang terlampau menyenangkanpun akan dapat merugikan.

Menurut Makmun Khairani (2014: 148), faktor-faktor yang dapat menimbulkan minat belajar adalah:

a. Faktor kebutuhan dari dalam

Kebutuhan bisa berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan (psikoligis).


(64)

b. Faktor mofit sosial

Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan ia berada.

c. Faktor emosional

Faktor emosional merupan ukuran intesitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap suatu kegiatan atau objek tertentu.

D. Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan belajar matematika terdapat banyak faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa. Menurut Haditono (dalam Subekti, 20017: 8), minat siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (intrinsik) seperti rasa senang, mempunyai perhatian lebih, semangat, motivasi dan faktor yang berasal dari luar diri siswa

(ekstrinsik) seperti lingkungan, orang tua, dan guru. Minat belajar dapat mendorong terciptanya rasa tertarik, mengurangi kebosanan dalam belajar karena rasa senang untuk belajar, sehingga siswa senantiasa belajar. Siswa yang mempunyai minat belajar yang tinggi akan merasa tertarik dengan pelajaran matematika dan akan menaruh perhatian yang lebih terhadap pelajaran matematika, tetapi sebaliknya minat belajar yang rendah akan membuat siswa kurang tertarik dengan pelajaran matematika. Sehingga materi yang disampaikan oleh guru mampu diserap dengan baik.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap siswa kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur. Peneliti menduga bahwa minat


(65)

belajar siswa terhadap matematika sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ketika faktor yang mempengaruhi minat siswa sangat mendukung, maka minat belajar siswa terhadap matematika juga sangat tinggi dan sebaliknya ketika faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa kurang mendukung, maka minat belajar siswa terhadap matematika sangat kurang atau siswa tidak berminat untuk belajar matematika.

Sehingga diharapkan ada pengaruh faktor positif atau yang mendukung minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika, agar minat belajar siswa terhadap matematika semakin meningkat.


(66)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2015 : 15), mengatakan bahwa, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna daripada generalisasi. Peneliti mendeskripsikan semua kejadian dan menginterprestasikan data hasil koesioner dan wawancara dalam bentuk uraian kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa terhadap pelajaran matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah siswa kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017.

C. Objek Penelitian

Menurut Arikunto (1989: 92), objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, objek penelitian


(67)

adalah faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa terhadap pelajaran matematika.

D. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian

Menurut Daryanto (2014 : 184 - 185), waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2016 – 05 Agustus 2016.

2. Lokasi atau Tempat Penelitian

Menurut Daryanto (2014 : 184), tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur.

E. Bentuk Data

Bentuk data pada penelitian ini adalah data kualitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif terdiri dari data faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa terhadap pelajaran matematika yang diperoleh dalam bentuk :

1. Kuesioner (angket)

Kuesioner digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan minat belajar siswa kelas IX-B SMPS Dharma Nusa terhadap pelajaran matematika secara garis besar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan terbuka. Siswa diminta untuk mendeskripsikan jawabannya berdasarkan pengalaman sebenarnya yang dialami pada pelajaran matematika.


(68)

2. Wawancara (interview)

Instrumen yang berfungsi untuk mengambil data di lapangan dengan teknik wawancara. Pada teknik ini, peneliti akan melakukan wawancara mendalam berdasarkan data yang diperoleh pada pengisian kuesioner terbuka subjek. Pertanyaan wawancara disesuaikan atau akan berkembang berdasarkan jawaban subjek. Pedoman wawancara yang digunakan peneliti adalah hasil dari kuesioner siswa (subjek) penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa terhadap pelajaran matematika.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah kuesioner dan wawancara. Berikut adalah penjelasan dari kedua jenis pengumpulan data tersebut :

a. Kuesioner (angket)

Menurut Daryanto (2014 : 82), kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan atau pernyataan untuk diisih oleh responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis terbuka. Menurut Widoyoko (2015: 36), kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang bisa dijawab atau direspon secara bebas oleh responden. Sehingga peneliti tidak menyediakan jawaban atau respon bagi responden.


(69)

b. Wawancara (interview)

Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2015: 317), mendefinisikan interview sebagai ”a meeting of two persons to

exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic.” Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukaran informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara pada penelitian kualitatif ini menggunakan bentuk wawancara tidak terstruktur. Menurut datanya Sugiyono (2015: 320), mengatakan bahwa wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan. Setelah memperoleh data hasil kuesioner yang diberikan kepada siswa, kemudian peneliti memilih beberapa siswa sebagai perwakilan untuk diwawancara guna memperoleh data lebih mendalam.

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Lembar Kuesioner (angket)

Lembar kuesioner yang digunakan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang yang mempengaruhi minat siswa SMPS Dharma Nusa terhadap pelajaran matematika. Pada kuesioner terbuka ini, peneliti menyediakan ada 6 (enam)


(70)

pertanyaan dan meminta siswa (subjek) untuk mengisi dengan mendeskripsikan jawaban sesuai dengan apa yang dialami dalam pembelajaran matematika. Berikut adalah kisi-kisi lembar kuesioner yang akan dibagikan ke siswa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat dan motivasi siswa menyukai dan tidak menyukai matematika.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Kuesioner faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pemlajaran matematika.

Indikator No

item Pertanyaan kuesioner

Siswa menyukai pelajaran

matematika 2

Kamu suka atau tidak belajar matematika, baik di sekolah atau di rumah? Coba kamu ceritakan mengapa demikian?

3

Sejak kapan kamu mulai menyukai atau tidak menyukai pelajaran matematika? Coba kamu ceritakan apa yang menyebabkannya? Pandangan atau

persepsi siswa terhadap

matematika

1

Menurut kamu pelajaran matematika itu pelajaran yang seperti apa? Coba kamu ceritakan!

5

Bagi kamu pelajaran matematika itu pelajaran yang mudah atau tidak? Coba kamu ceritakan mengapa demikian!

Prestasi siswa dalam

pembelajaran

matematika 6

Bagaimana dengan nilai pelajaran matematika dari SD hingga sekarang? Apakah termasuk nilai yang baik, sedang atau kurang? Tolong kamu ceritakan!

Siswa mengertahui maanfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari

4

Menurut kamu apakah pelajaran matematika itu bermanfaat atau tidak, baik sekarang atau kelak nanti? Coba kamu ceritakan mengapa?


(71)

Lembar kuesioner tersebut telah divalidasi oleh dosen pembimbing selaku ahli pada tanggal 26 Juli 2016.

b. Pedoman Wawancara (interview)

Pedoman wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Pertanyaan yang diajukan adalah berupa garis besar permasalahan dan akan berkembang sesuai jawaban siswa (subjek). Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat disesuaikan dengan indikator-indikator kuesioner yang telah divalidasi oleh dosen pembimbing selaku ahli, dengan mendalami informasi mengenai faktor penyebab minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika.

G. Validitas Instrumen

Sebelum kuesioner digunakan sebagai instrumen perolehan data, maka harus dilakukan pengujian validitas terlebih dahulu. Menurut Sugiono (dalam Widoyoko, 2015: 146), jumlah tenaga ahli yang digunakan adalah minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti. Namun, penelitian yang merupakan tugas akhir perkuliahan seperti skripsi, tesis, maupun desertasi tenaga ahlinya adalah pembimbing walaupun belum mendapat gelar doktor. Sehingga pada penelitian ini uji validitas instrumen telah dilakukan oleh seorang ahli yaitu Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku dosen pembimbing pada tanggal 26 Juli 2016.


(72)

H. Keabsahan Data

Penelitian ini dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sumber lain. Menurut William Wiersma (dalam Sugiyono, 2015: 372), mengatakan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Namun pada penelitian ini, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik atau cara. Sehingga peneliti melakukan pengecekan data yang diperoleh dari sumber yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu data yang diperoleh dengan teknik kuesioner dicek kembali dengan data yang diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara.

I. Metode Atau Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dimulai dari setelah data diperoleh, yaitu mulai dengan pemberian kuesioner, wawancara, dan hasil validasi. Adapun analisis data yang dilakukan sebagai berikut :

1. Analisis Data Kuesioner

Data yang diperoleh dari hasil pengisian koesioner akan dianalisi dan dibahas secara kualitatif. Data kualitatif akan dianalisis melalui tiga tahap setelah peneliti melakukan pengumpulan data, yaitu sesuai yang dikemukakan oleh Miles & Heberman (dalam Sugiyono, 2015: 337). Ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut :


(1)

211 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

212 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

213 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

214 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

215 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

216 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENUNDAAN PEMILUKADA KABUPATEN FLORES TIMUR TAHUN 2011

0 2 121

KONTRIBUSI FAKTOR-FAKTOR PERSIAPAN GURU MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII Kontribusi Faktor-faktor Persiapan Guru Mengajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

0 4 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KABANJAHE KABUPATEN KARO TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 2 24

ANALISIS FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 Analisis Faktor Kesulitan Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 14

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika kelas IX-B SMPS Dharma Nusa Flores Timur tahun ajaran 2016/2017.

0 8 235

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006.

0 0 122

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006.

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS IV B SD NEGERI TEGALPANGGUNG YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 205

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PIYUNGAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 146

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MEMBACA SISWA KELAS IV B SD NEGERI NGOTO SEWON BANTUL TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 1 263