Pengaruh pemberian reenforcement berupa pemberian poin keaktifan pada pembelajaran bentuk akar terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 SMA N 2 Sukoharjo

(1)

i

PENGARUH PEMBERIAN

REENFORCEMENT

BERUPA

PEMBERIAN POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN

BENTUK AKAR TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER I

SMA N 2 SUKOHARJO

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Agustina Purgo Artonia NIM: 091414060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(2)

i

PENGARUH PEMBERIAN

REENFORCEMENT

BERUPA

PEMBERIAN POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN

BENTUK AKAR TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER I

SMA N 2 SUKOHARJO

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Agustina Purgo Artonia NIM: 091414060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(3)

(4)

(5)

iv

MOTTO

Berjuang adalah kata yang mengandung keberanian, ketahanan, dan kesabaran. Maka jangan menyebut diri kita pejuang bila kita terlampau mudah

menyerah. By: Threes Emir

Dengan usaha keras pasti Tuhan akan beri jalan keluarnya dan indah pada waktu-Nya

--Bagi Tuhan Tiada yang


(6)

Kupersembahkan untuk: Bapa Surgawiku YESUS Bapak dan Ibu Kakak-kakakku dan adik-adikku Teman-temanku Terimakasih untuk semangat dan senyumannya. Berkat Tuhan beserta kita. amin.

v

Kupersembahkan untuk: Bapa Surgawiku YESUS Bapak dan Ibu Kakak-kakakku dan adik-adikku Teman-temanku Terimakasih untuk semangat dan senyumannya. Berkat Tuhan beserta kita. amin. Kupersembahkan untuk: Bapa Surgawiku YESUS Bapak dan Ibu Kakak-kakakku dan adik-adikku Teman-temanku Terimakasih untuk semangat dan senyumannya. Berkat Tuhan beserta kita. amin.


(7)

(8)

vii ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN

REENFORCEMENT

BERUPA

PEMBERIAN POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN

BENTUK AKAR TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER I

SMA N 2 SUKOHARJO

Agustina Purgo Artonia NIM: 091414060 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian reenforcement berupa poin keaktifan terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X I.S. 4 SMA N 2 Sukoharjo pada pembelajaran bentuk akar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X I.S. 4 SMA N 2 Sukoharjo yang berjumlah 32 orang. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2013/2014 pada pokok bahasan bentuk akar. Penelitian diawali dengan observasi kegiatan pembelajaran siswa. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan 3 kali pertemuan. Pengambilan data motivasi belajar dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan data prestasi belajar dilakukan dengan menggunakan tes prestasi belajar. Tes awal dan akhir sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil selisih pre-test dan post-test diuji normalitasnya kemudian diuji menggunakan statistik t-testdependent.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah: (1) selisih pre-test dan post-test berdistribusi normal. Dari perhitungan dengan rumus t-test diperoleh ada perbedaan pre-test dan post-test, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pemberian reenforcement berupa poin keaktifan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa kelas X I.S. 4 SMA N 2 Sukoharjo. (2) motivasi yang dimiliki siswa secara keseluruhan dalam mengikuti pembelajaran dapat digolongkan ke dalam motivasi yang baik. Hal ini terbukti dari persentase rata-rata skor yang didapatkan adalah 80,275% dan persentase tersebut tergolong ke dalam kategori motivasi yang baik.


(9)

viii ABSTRACT

INFLUENCE THE ACTIVITY OF THE REENFORCEMENT

SYSTEM IN THE FORM OF POINTS ON THE MATERIAL

SHAPE OF THE ROOTS OF MOTIVATION AND LEARNING

OUTCOMES OF STUDENTS OF CLASS X SEMESTER 1

PUBLIC HIGH SCHOOL 2 SUKOHARJO

Agustina Purgo Artonia NIM: 091414060 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

This research is aimed to identify the effect of the activity points toward reenforcement in the form of motivation and learning outcomes math class X I.S.4 SMA N 2 Sukoharjo on learning the roots.

The type of this is quantitative research and qualitative research. The subjects of this research were class X I.S.4 students of SMA N 2 Sukoharjo consisting of 32 peoples. This research was conducted in the first semester, in the academic year 2013/2014 on the topic of the roots. The research was started by observations of the students learning activities. Implementation of learning was conducted in three meetings. The data of students motivation were gathered using questionnaire. the data of students achievement were obtained by using achievement tests. The pre-test and post-test had been verified for their validity and reliability. Difference between of pre-test and post-test is tested using normality test statistic then it tested using a t-test dependent.

The results of the research indicated: (1) the difference between the pre-test and post-test is normal. By t-test we can obtained that pre-test and post-test are different. So it can be concluded that a points reenforcement system activity affect students’ mathematics learning achievement of class X I.S.4 SMA N 2 Sukoharjo. (2) motivation of the students as a whole in the following study can be classified into good motivation. This is evident from the average percentage score obtained is 80,275% and the percentage belonging to the category of good motivation.


(10)

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul PENGARUH PEMBERIAN REENFORCEMENT BERUPA PEMBERIAN POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER I SMA N 2 SUKOHARJO. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Pritotamtama, S.J., M.Sc., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan 2009.


(12)

xi

5. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

6. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, karyawan sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam dan staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu penulis. 7. Bapak Drs. Bambang Suryono, Dipl. Ed., selaku Kepala Sekolah SMA N 2

Sukoharjo telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Bapak Drs. Sri Riyadi, selaku Wakil Kepala Sekolah Humas yang telah menerima penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Bapak Drs. Juari, M.M., selaku guru pembimbing penulis yang telah memberikan waktunya kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

10. Para siswa kelas X I.S.4 SMA N 2 Sukoharjo yang telah antusias dalam penelitian.

11. Orangtuaku Bapak Sergius Darto dan Ibu Florentina Heni W. P. H. yang telah memberikan segala hal yang terbaik di kehidupanku.

12. Kakak-kakakku Francisca Happy Oktavia dan Yohanes Chrisostomus Yudhistiro Argo Dahono beserta adik-adikku Theresia Putri Kurniawati dan Antonius Digyo Hendarto atas motivasinya.

13. Teman-temanku Pendidikan Matematika 2009 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, saran dan kritiknya.


(13)

xii

14. Rostama Adhi Nugroho, Ortolana Yosefina Rensa, Seravina Maretina F. W. S. N., Fransisca Romana Andriyati, Catharina Niken Putri A., Angelica Nur Putri W., Ari Nugroho, Sangkin Mundi Asri, Andreas Raharjo Kurniawan, Agustina Hermin W., Dewi Nogia Kisaimora, Cicilia Viranti, Sr. Maria Paulien, AK., Tante Cicilia Kustanti, Maria Agustina Tokan, dan Adi Nur Prasetyo terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah diberikan selama ini.

15. Dan kepada seluruh pihak yang belum sempat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis baik selama menempuh studi maupun selama proses penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 17 November 2013


(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...6

E. Batasan Istilah ...6

F. Tujuan Penelitan ...7


(15)

xiv

H. Sistematika Penulisan ...9

BAB II LANDASAN TEORI ...10

A. Kajian Pustaka ...10

1. Pengertian pendidikan ...10

2. Pengertian Keaktifan ...11

3. Pengertian Pembelajaran ...12

4. Pengertian Belajar ...15

5. Pengertian Hasil Belajar ...16

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar ...17

7. Pengertian Matematika...20

8. Materi Bentuk Akar...22

9. Pengertian Motivasi...29

10. Reenforcement...37

11. Penilaian ...39

B. Kerangka Berpikir ...41

C. Hipotesis ...42

BAB III METODE PENELITIAN ...43

A. Jenis Penelitian ...43

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...44

C. Populasi dan Sampel...44

D. Variabel Penelitian ...45

E. Bentuk Data ...45


(16)

xv

G. Uji Instrumen...50

H. Prosedur pelaksanaan penelitian di Lapangan...53

I. Metode Pengumpulan Data ...54

J. Metode Analisis Data ...55

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...59

A. Pelaksanaan Penelitian ...59

1. Sebelum Penelitian ...59

2. Selama Penelitian ...63

3. Sesudah Penelitian...71

B. Hasil Penelitian...71

1. HasilPre-testdanPost-test...71

2. Hasil Kuesioner Motivasi Siswa ...74

C. Analisis Data ...78

1. DataPre-testdanPost-test ...78

2. Data Kuesioner Motivasi...83

BAB V PENUTUP ...86

A. Kesimpulan...86

B. Saran ...86

C. Kelemahan Peneliti...87

DAFTAR PUSTAKA ...88


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ...49

Tabel 3.2: Pernyataan Positif ...49

Tabel 3.3: Pernyataan Negatif...49

Tabel 3.4: Kriteria Koefisien Korelasi ...51

Tabel 3.5: Kisi-kisi Tes ...54

Tabel 3.6 : Perhitungan t-Test ...57

Tabel 3.7 : Kategori Persentase...58

Tabel 4.1 : Hasil Uji Validitas...60

Tabel 4.2 : Hasil Perhitungan Varian Butir...61

Tabel 4.3 : Pernyataan Kuesioner Awal...62

Tabel 4.4 : Kegiatan Selama Penelitian ...64

Tabel 4.5 : HasilPre-TestdanPost-Test...71

Tabel 4.6: Hasil Kuesioner Motivasi ...75

Tabel 4.7 : Perhitungan Uji Normalitas ...79

Tabel 4.8: Perhitungan Uji t-Test...81


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 ...66

Gambar 4.2 ...67

Gambar 4.3 ...68

Gambar 4.4 ...69

Gambar 4.5 ...73

Gambar 4.6 ...77


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia yang modern seperti ini, pendidikan sangatlah penting bagi masyarakat, terutama di Indonesia. Saat ini telah tersedia berbagai macam bentuk pendidikan yang dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Home Schooling, Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dll. Semua itu tidak lepas dari seorang pendidik yang telah mendidik dan membimbing peserta didik sehingga dapat menjadi seorang yang berguna di kemudian hari.

Pendidik yang dimaksud ini adalah Guru. Berdasarkan dikutip dari Adimassana (2007:9) bahwa Profesi guru di Indonesia yang diwadahi dalam organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dalam konggres PGRI tahun 1975 merumuskan Kode Etik profesi guru di Indonesia sebagai berikut: 1. guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia

Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila

2. guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional

3. guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan

4. guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar

5. guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan

6. guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya

7. guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial

8. guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya


(20)

9. guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Matematika juga membutuhkan kemampuan berpikir secara kreatif, kritis, dan logis. Rendahnya kemampuan berpikir ini dapat menimbulkan dampak yang buruk pula terhadap prestasi para peserta didik. Dalam pendidikan formal, guru tidak lepas dari Proses Belajar Mengajar yang biasa dikenal dengan PBM. Di dalam proses pembelajaran di kelas, Guru sering sibuk sendiri seperti hanya ceramah di depan kelas, sebaliknya peserta didik hanya menjadi pendengar yang baik sehingga peserta didik hanya meniru apa yang telah guru lakukan. Hal ini dapat menyebabkan peserta didik tidak dapat berpikir kreatif dan tidak mencoba untuk menyelesaikan masalah dengan jalan yang lain. Selain itu, banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar peserta didik, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam peserta didik, misalnya: motivasi belajar peserta didik, minat belajar, serta sikap terhadap matematika. Sedangkan, faktor yang berasal dari luar peserta didik, misalnya: kemampuan guru dalam mengelola proses belajar, sarana belajar, cara guru dalam memotivasi peserta didik, dan lingkungan pendukung.

Materi dengan pokok bahasan bentuk akar adalah materi yang terlihat mudah tetapi di dalam kenyataanya masih banyak siswa yang merasa kesulitan karena kurangnya ketelitian dan pemahaman yang kuat. Misalnya pada materi merasionalkan penyebut bentuk akar, menurut peneliti banyak siswa yang masih bingung dan menyebabkan kekeliruan pada saat


(21)

mengerjakan soal latihan. Padahal materi bentuk akar ini telah dipelajari siswa pada waktu kelas IX semester II.

Cara memotivasi peserta didik ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru. Misalnya: jika ada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, guru dapat memberikan suatu pujian atau memberikan tepuk tangan. Hal tersebut terlihat sepele dan kurang penting tetapi bagi peserta didik dapat membangkitkan motivasi dalam diri mereka. Di sisi lain jika peserta didik menjawab pertanyaan salah, sebaiknya guru tidak menjatuhkan semangat peserta didik yang berusaha menjawab walaupun jawabannya kurang tepat. Pada kenyataannya masih terjadi di beberapa sekolah sehingga membuat peserta didik menjadi takut untuk menjawab dan mengakibatkan situasi kelas yang tidak efektif. Hal ini dapat mempengaruhi hasil evaluasi peserta didik jika model pembelajaran seperti itu tetap dilakukan.

Peneliti melakukan penelitian di SMA N 2 Sukoharjo di kelas X I.S.4 dan telah diijinkan oleh pihak sekolah yang diwakili oleh Bapak Sri Riyadi selaku Wakasek Humas. Peneliti telah melakukan observasi kepada kelas tersebut sebanyak dua kali. Dari hasil observasi peneliti, guru matematika kadang memotivasi peserta didik agar lebih bersemangat lagi dengan pelajaran matematika. Dari pengamatan peneliti, masih terdapat peserta didik yang berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Dalam pembelajaran, guru menggunakan metode diskusi yang beranggotakan 3-4 anggota tiap kelompok. Dalam berdiskusi, para peserta didik serius di dalam kelompoknya


(22)

masing-masing. Disini peran guru tidak mendampingi para peserta didik yang sedang berdiskusi tetapi hanya duduk di depan meja guru dan sedikit mengawasi para peserta didik dari meja guru. Dari pengamatan tersebut terlihat kurangnya pendekatan guru terhadap siswa. Pada waktu selesai berdiskusi, guru meminta siswa untuk menampilkan hasil diskusi di depan kelas. Di saat guru meminta perwakilan dari kelompok untuk maju, masih ada siswa yang malu untuk maju di depan kelas sehingga harus ditunjuk oleh guru.

Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu di sekolah dan sewaktu Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Kalasan periode Juli-September. Siswa sangat senang apabila apa yang telah dikerjakan oleh mereka mendapatkan timbal balik dari guru. Biarpun hanya ucapan “bagus” ataupun tepuk tangan dari teman-temanya, itu dapat membangun motivasi siswa. Selain itu dampaknya, mereka menjadi bersaing secara sehat, seperti berebutan untuk maju ke depan kelas dan dapat menampilkan hasil pekerjaan mereka di papan tulis. Oleh karena itu, peneliti ingin mengambil Judul yaitu PENGARUH PEMBERIAN REENFORCEMENT BERUPA PEMBERIAN

POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN BENTUK AKAR

TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER I SMA N 2 SUKOHARJO. Peneliti mengambil judul ini karena ingin menumbuhkan motivasi peserta didik dan membuat peserta didik menyenangi mata pelajaran matematika yang sebagian besar peserta didik masih menganggap pelajaran yang susah. Peneliti ingin membuat hal itu


(23)

menjadi kebalikannya yaitu menganggap matematika itu mudah dengan membangkitkan motivasi dalam diri peserta didik. Peneliti mengambil materi mengenai Bentuk Akar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang ada, yaitu:

1. kurangnya motivasi dari luar diri peserta didik

2. guru belum sepenuhnya memberikan motivasi kepada seluruh peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung

3. guru belum melakukan pendekatan personal kepada para siswa

4. materi bentuk akar terlihat mudah tetapi dalam kenyataannya materi ini membutuhkan ketelitian dan penguasaan pada materi yang sebelumnya

C. Pembatasan Masalah

Terdapat berbagai masalah yang terjadi, tetapi dalam penelitian ini akan dibatasi. Peneliti membatasi masalah pada motivasi dan pemahaman peserta didik pada materi Bentuk akar Kelas X semester 1. Motivasi yang dimaksud peneliti ini yaitu dengan pemberianreenforcement. Pemberianreenforcement bermacam-macam, tetapi peneliti hanya membahas pemberianreenforcement dengan memberi poin keaktifan kepada peserta didik. Pemberian ini dilakukan dengan cara peserta didik berani maju dan mengerjakan hasil


(24)

pekerjaannya di depan kelas dan mempresentasikannya kepada teman-temannya.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini dengan mengacu pada latar belakang, yaitu:

1. Adakah pengaruh pemberian reenforcement dengan pemberian poin keaktifan terhadap hasil belajar peserta didik dalam materi Bentuk akar? 2. Bagaimana motivasi belajar siswa setelah adanya pemberian

reenforcementberupa poin keaktifan pada materi bentuk akar?

E. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai pengertian dari judul yang peneliti kemukakan, maka perlu dijelaskan pengertiannya, sebagai berikut: 1. Pengaruh

Daya yang ada atau timbul dari sesuatu orang atau benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

2. Pemberian

Proses, cara, perbuatan memberi atau memberikan 3. Reenforcement

Sesuatu yang diberikan kepada seseorang sebagai penghargaan dan konsekuensi yang diharapkan dapat meningkatkan suatu perilaku belajar.


(25)

4. Poin keaktifan

Salah satu penghargaan yang dapat membangkitkan motivasi peserta didik dengan berperan aktif terhadap materi yang sedang dipelajari. 5. Bentuk akar

Akar-akar dari suatu bilangan riil positif yang hasilnya merupakan bilangan irasional.

6. Pemahaman

Suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterima.

Dari pengertian di atas, judul yang diambil peneliti dapat didefinisikan sebagai Pengaruh Pemberian Reenforcement Berupa Pemberian Poin Keaktifan pada Pembelajaran Bentuk Akar Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Semester I adalah daya yang timbul melalui proses memberikan suatu penghargaan kepada peserta didik yang bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan meningkatkan hasil belajar peserta didik di dalam kelas melalui ikut berperan aktif di dalam pembelajaran di kelas pada materi bentuk akar.

F. Tujuan Penelitian


(26)

1. untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian reenforcement dengan pemberian poin keaktifan terhadap hasil belajar peserta didik dalam materi Bentuk akar.

2. untuk mengetahui Bagaimana motivasi belajar siswa setelah adanya pemberianreenforcementberupa poin keaktifan pada materi bentuk akar.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat utama dari penelitian ini adalah ingin mengetahui adakah pengaruh pemberian reenforcement berupa poin keaktifan terhadap hasil belajar dan motivasi siswa. Selain itu, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Diharapkan dapat menambah kepustakaan di Universitas Sanata Dharma serta dapat membantu mahasiswa lainnya dalam membuat suatu laporan, menambah wawasan dan pengetahuan.

2. Bagi Guru dan Calon Guru

Diharapkan dapat menambah informasi mengenai bermacam-macam bentuk motivasi yang dapat diberikan kepada peserta didik, memberi masukan kepada guru dan calon guru agar dapat memperbaiki prestasi peserta didik terutama matematika.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dalam pengelolaan kelas dan pendekatan personal kepada para siswa serta dapat mengetahui pengaruh pemberian


(27)

reenforcement berupa poin keaktifan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.

4. Bagi Peserta Didik

Diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan motivasi peserta didik serta membantu dalam hasil belajar terutama matematika.

H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang digunakan peneliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang jenis dan rancangan penelitian, populasi, sampel, data, metode analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan data yang diperoleh oleh peneliti.

BAB V : PENUTUP


(28)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pendidikan

Menurut Y. B. Adimassana (2007:26) terdapat berbagai definisi tentang pendidikan dari berbagai sumber:

a. Menurut Ki Hajar Dewantoro dalam buku Suwarno (1985:2–3) yang dikutip oleh Y. B. Adimassana, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. b. Menurut UU Tentang Sisdiknas, no. 20, th. 2003, ps. 1 yang dikutip

oleh Y. B. Adimassana, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

c. Menurut Ellis, Cogan, and Howey (1986:134) yang dikutip oleh Y. B. Adimassana, Education is the sum total of one’s learning


(29)

experiences during a lifetime, not just organized formal learning experiences. It is a process by which a person gains understanding of self, as well as the environment. Dapat diartikan: pendidikan adalah total penjumlahan dari pengalaman-pengalaman belajar seseorang selama hidupnya, bukan hanya pengalaman-pengalaman yang diorganisasikan secara formal. Ini adalah proses dengan mana seorang pribadi memperoleh pemahaman tentang dirinya maupun lingkungannya.

Menurut definisi pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri dan memberikan pengalaman belajar terus-menerus bahkan seumur hidup.

2. Pengertian Keaktifan

Keaktifan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) berasal dari kata dasar aktif yang berarti giat. Lalu keaktifan merupakan kegiatan dimana siswa aktif. Sehingga apabila digabungkan keaktifan siswa adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar. Keaktifan ini dapat berupa diskusi, berani mengemukakan pendapat, aktif dalam kelompok, dll.

Menurut Sardiman (2001:98), keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.


(30)

Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun non-fisik dalam proses belajar mengajar di dalam kelas sehingga membuat suasana kelas menjadi lebih efektif.

3. Pengertian Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dan menurut Ahmad Johari Sihes (2010) (http://eprints.utm.my/10357/1/bab10.pdf diakses pada tanggal 2 April 2013 pukul 13.37),terdapat pula definisi pembelajaran menurut para ahli psikologi, sebagai berikut:

a. Robert Gagne (1970) menyatakan bahwa pembelajaran adalah perubahan atau kemampuan seseorang yang dapat dikekalkan tetapi tidak disebabkan oleh pertumbuhan.

b. Anita E. Woolfolk (1995) menuturkan bahwa pembelajaran adalah proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan dan tingkah laku yang kekal.

c. E. R. Hilgard, dkk (1975) menyatakan bahwa pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang kekal hasil dari pengalaman. Perubahan ini mungkin tidak jelas sehingga timbul suatu situasi yang menonjolkan tingkah laku baru ini; pembelajaran biasanya tidak diperlihatkan dengan serta merta melalui pencapaian.


(31)

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses pengalaman yang dapat menyebabkan perubahan pengetahuan dan tingkah laku yang kekal.

Prinsip-prinsip pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000)

yang dikutip oleh Sanjaya Yasin (dalam

http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html diakses pada tanggal 5 November 2013 pukul 10.57) antara lain:

1. Kesiapan Belajar

Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar.

2. Perhatian

Guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

3. Motivasi

Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak aktif, maka siswa tidak bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini, guru harus dapat memotivasi siswa agar siswa dapat mencapai tujuan belajar dengan baik.

4. Keaktifan Siswa

Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif. Dengan bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.


(32)

5. Mengalami Sendiri

Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri, akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.

6. Pengulangan

Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight, siswa perlu membaca, berfikir, mengingat, dan latihan. Guru dapat mendorong siswa melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan ulangan harian. 7. Materi Pelajaran Yang Menantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan sikap seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul saat guru memberikan pelajaran yang bersifat menantang atau problematis.

8. Balikan dan Penguatan

Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun bagi guru. Dengan balikan, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya.

Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.


(33)

9. Perbedaan Individual

Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta kemampuan belajar mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan siswa-siswa tertentu secara individual dan memikirkan model pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan yang kurang berbakat.

4. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sesuatu hal yang sering dilakukan oleh manusia. Seperti: dengan membaca buku, melihat orang lain, menonton TV, dan sebagainya. Belajar pada pihak peserta didik merupakan kunci dalam proses perkembangan mental atau psikis. Terdapat beberapa definisi menurut para ahli mengenai belajar, yaitu:

a. Menurut W. S. Winkel (1996:59), belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

b. Menurut pandangan Good dan Brophy, yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri, perubahan itu nampak pada keterampilan, sikap atau pendirian,


(34)

kemampuan, pengetahuan, pemahaman, emosi, apresiasi, jasmani dan etika atau budi pekerti, serta hubungan sosial (Uno. 2006:15). c. Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh

motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku ( Slameto, 2010:13).

d. Menurut Galloway, belajar sebagai suatu perubahan perilaku seseorang yang relatif cenderung tetap sebagai akibat adanya penguatan (reinforcement) (Uno. 2006:15).

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan semua aktivitas mental ataupun psikis yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Dalam uraian di atas dikatakan bahwa belajar menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat internal seperti pemahaman dan sikap, serta yang bersifat eksternal seperti keterampilan motorik dan berbicara dalam bahasa asing. Yang bersifat internal tidak dapat langsung diamati, sedangkan yang bersifat eksternal dapat diamati.

5. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan proses dimana guru mengetahui hasil siswa yang menunjukkan sejauh mana kemampuan siswa dalam menangkap suatu pelajaran. Hasil belajar ini memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar. Menurut Gagne serta Jenkins dan Unwin,


(35)

hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu (Uno: 2006:17).

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Seseorang belajar pasti menginginkan hasil yang terbaik. Menurut uraian H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi, faktor-faktor serta kondisi-kondisi yang mendorong perbuatan belajar, sebagai berikut (Mustaqim:2008:69):

a. Situasi Belajar (kesehatan jasmani, keadan psikis, pengalaman dasar) 1) Kesehatan jasmani

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu, seperti fungsi-fungsi panca indra, lebih-lebih mata dan telinga mempunyai pengaruh besar sekali dalam belajar.

2) Keadaan psikis

Faktor-faktor psikis memang memiliki peranan yang sangat menentukan di dalam belajar. Karenanya akan dibahas lebih panjang daripada faktor-faktor yang lain:

a) Perhatian

Semakin siswa intensif dalam memperhatikan belajar makin berhasillah belajar. Oleh karena itu, materi dan


(36)

penyampaiannya sebaiknya mampu menimbulkan perhatian yang intensif.

b) Kognitif

Pengamatan secara umum manusia mengenal dunia nyata melalui pengamatan yaitu dengan melihat, mendengar, membau, mengecap, meraba. Melalui pengamatan, dapat memunculkan suatu tanggapan-tanggapan serta dapat terekam menjadi sebuah ingatan yang dapat membantu belajar dan berpikir dalam memecahkan suatu masalah. c) Faktor afektif

Faktor ini meliputi perasaan, emosi, dan suasana hati. Dalam keadaan stabil, faktor ini dapat membantu dalam proses belajar. Tetapi jika keadaan dalam tidak stabil seperti marah, bingung, cemas,dll, ini dapat menghambat belajar. d) Faktor motivasi

Motivasi adalah keadaan jiwa individu yang mendorong individu untuk mencapai suatu tujuan.

3) Pengalaman dasar/ pendidikan dasar

Meskipun secara umum individu memiliki kesehatan jasmani yang baik, panca indera yang mendukung keadaan psikis, motivasi yang kuat dan murni, namun pengalaman yang terdahulu kurang memadai atau tidak mempunyai hubungan


(37)

yang sejalan maka aktivitas belajar akan membawa hasil yang kurang baik.

b. Penguasaan Alat-alat Intelektual

Tak perlu dipertanyakan lagi, alat-alat ini sangat membantu dalam belajar.

c. Latihan yang Aktif

Seseorang tidak dapat belajar berenang, menulis, berbicara asing dan sejenisnya hanya dengan melihat orang lain melakukan hal-hal tersebut. Prinsip ini ialah individu hanya bisa belajar sesuatu dengan mengerjakan sendiri maksudnya individu belajar berpikir sendiri. Belajar naik sepeda mencoba mengendarai sendiri, belajar menghafal dengan mengingat-ingat sendiri secara aktif.

d. Kebaikan Bentuk dan Sistem

Individu akan merasakan enak jika membaca buku yang disusun secara sistematis. Hal ini akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar.

e. Efek Penghargaan(reward)dan Hukuman

Pemberian reward dan hukuman ini harus diketahui oleh semua pendidik karena tiap siswa itu berbeda-beda. Ada anak yang akan merasa terhormat apabila ditunjuk maju untuk mengerjakan latihan, tetapi ada pula anak yang akan merasa terpaksa apabila diminta maju mengerjakan latihan atau mereka merasa sengaja dihukum oleh gurunya.


(38)

f. Tindakan-tindakan Pedagogis

Banyak anggapan bahwa guru membantu mendorong dan membimbing perbuatan belajar anak didiknya tetapi perlu diketahui pula bahwa ada siswa yang dapat berhasil dalam belajar meskipun mereka menerima pelajaran yang jelek dari gurunya.

g. Kapasitas Dasar

Guru tidak perlu mengharapkan hasil akhir yang sama dari semua siswa karena mereka memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Mereka dapat berjalan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan masing-masing.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut sangat berkaitan dan berhubungan, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar diri siswa.

7. Pengertian Matematika

Kata matematika tentu sudah tidak asing lagi bagi kita, matematika merupakan ratu dari ilmu pengetahuan dimana materi matematika dipakai dalam semua jurusan, bahkan dalam kehidupan sehari-hari matematika juga dipakai.

Istilah matematika berasal dari bahasa Latin mathematica, yang mulanya diambil dari bahasa Yunani, mathematike yang berarti “relating to learning”. Berdasarkan etimologis (Elea Tinggih dalam Erman Suherman. 2003: 16) yang dikutip oleh Sanjaya Yasin, kata matematika


(39)

berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar” (dalam http://www.sarjanaku.com/2011/06/pengertian-matematika.html tanggal 10 Maret 2013) .

Menurut Riedesel, matematika adalah kumpulan kebenaran dan aturan, matematika bukanlah sekedar berhitung. Matematika merupakan sebuah bahasa, kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan masalah, kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta hubungan (dikutip dari

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-matematika-menurut-ahli.htmldiakses pada tanggal 14 November 2013 pukul 22.00). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aljabar, analisis, geometri yang didasarkan pada berpikir logis dan konsisten.


(40)

8. Materi Bentuk Akar Berdasarkan Buku MATEMATIKA Kelas X Semester 1 (Sartono Wirodikromo. 2007:204-227)

a. Bilangan Rasional

Adalah bilangan real yang dapat dinyatakan dalambentuk pecahan dengan a, b B, 0dan B adalah himpunan bilangan bulat. Contoh:

Ubahlah pecahan desimal di bawah ini menjadi pecahan biasa! 1) 0.25 =

2) 0,333… = A 3,333… = 10A 3,33…-0,33… = 10A–A

3 = 9A


(41)

b. Bilangan Irasional

Merupakan kebalikan dari bilangan rasional, yaitu suatu bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan ,dengan a, b B, 0.

Contoh: 2 , 3 , log 7, log 11 , , .

Bilangan Bentuk Akar merupakan Bilangan Irasional. Namun, tidak semua bilangan yang menggunakan tanda akar merupakan bilangan bentuk akar.

Contoh:

1) 5 bilangan irasional

2) 9 bilangan rasional

3) 3 7 bilangan irasional

c. Menyederhanakan Bentuk Akar

Hal yang dilakukan terlebih dahulu yaitu mencari faktornya terlebih dahulu kemudian dipilih faktor yang dapat ditarik akarnya.

Contoh:

1) 27 = 9 3 = 3 3

2) 5 128 = 5 64 2 = 5 4 2 = 20 2 d. Jenis-jenis Akar

1) Akar Senama

Dikatakan senama jika pangkat akar dari bentuk-bentuk itu sama.


(42)

Contoh: 13 , 5 , 11 2) Akar Sejenis

Dikatakan sejenis jika bilangan tersebut memuat akar senama dan bilangan yang terdapat dibawah tanda akar juga sama. Contoh:

a) 2 , 2 2 , 7 2 b) 3 , 4 3 , 9 3 3) Akar Sekawan

Dikatakan sekawan jika kedua bentuk akar itu dikalikan menjadi bilangan rasional.

contoh:

a) (a- ) sekawan dengan (a+ b) sekawan dengan

e. Operasi Aljabar pada Bentuk Akar

1) Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar

Contoh:

a) 7 5 + 4 5 = (7 + 4) 5 = 11 5 b) 5 7 2 7 = (5 2) 7 = 3 7 2) Perkalian dan Pembagian Bentuk Akar

Jika bentuk akar tersebut senama maka dapat memakai sifat-sifat di bawah ini:

= ( )

+ = ( + ) dan

dan =


(43)

Contoh:

a) 2 3 7 6 = (2 7) 3 6 = 14 18

= 14 9 2 = 14 3 2 = 42 2

b) = = 2 7

Apabila bentuk akar belum senama, ubahlah bentuk akar tersebut menjadi senama terlebih dahulu.

Contoh:

a) 5 4 = 5 4 = 5 4 = 2.000 = 2.000

b) = = =

3) Penarikan Akar Kuadrat dari hasil Pengkuadratan suatu Penjumlahan atau Pengurangan Bentuk Akar

a) Penarikan akar kuadrat dari hasil pengkuadratan suatu penjumlahan

+ = + 2 +

= ( + ) + 2

+ = ( + ) +

= =

=


(44)

b) Penarikan akar kuadrat dari hasil pengkuadratan suatu pengurangan

= 2 +

= ( + ) 2

= ( + ) ,a > b

a > bkarena hasil dari ( + ) adalah bilangan positif. Jikaa < bmaka harus diberi tanda mutlak sehingga menghasilkan bilangan positif.

Jadi, berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa:

Contoh:

a) 5 + 2 6 = (3 + 2) + 2 3 2 = 3 + 2

b) 11 4 7 = (7 + 4) 2 2 7

= (7 + 4) 2 7 4

= 7 4

f. Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar Amatilah pecahan-pecahan berikut ini:

1 2 ,

2 3 2 ,

2 3 ,

2

5 2


(45)

Pecahan-pecahan di atas mempunyai penyebut yang memuat bentuk akar, atau penyebutnya adalah bilangan irasional. Berikut ini akan kita pelajari mengenai cara mengubah nilai penyebut itu menjadi bilangan rasional.

1) Pecahan Bentuk

Cara merasionalkan penyebut pecahan bentuk dengan mengalikan pembilang dan penyebut pecahan oleh suatu bentuk akar tetapi tetap tidak mengubah nilaidari pecahannya.

= =

Contoh:

a) = = 5

b) = = 7 3 = 21

2) Pecahan Bentuk ±

Contoh:

a) = = = = 4 2 3

b) = = =

= 6 3 + 2 3 3

=

+ = dan =


(46)

3) Pecahan Bentuk ±

Contoh:

2 5 3 2

5 5 + 2 2=

2 5 3 2

5 5 + 2 2

5 5 2 2 5 5 2 2 = 2 5 3 2 5 5 2 2

5 5 + 2 2 5 5 2 2 =50 4 10 15 10 + 12

125 8 =62 19 10

117

g. Mengubah Bilangan akar manjadi Bilangan Pangkat Sama artinya dengan =

Pengertian terakhir ini dapat digunakan untuk mengubah suatu bilangan akar menjadi bentuk pangkat pecahan. Perhatikan uraian berikut:

= = ( ) =

= × × × ×

=

1 =

=1

+ = dan =

+

=


(47)

Berdasarkan contoh-contoh tersebut, didefinisikan:

9. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan kekuatan baik dari dalam diri maupun dari luar yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Ada bermacam-macam pengertian motivasi menurut para ahli.

Menurut Merriam-Webster (1993) memaknai motif sebagai “suatu (kebutuhan atau hasrat) yang menyebabkan seseorang bertindak” (Sprenger, 2011:17). Tetapi jika siswa ditanya tentang kebutuhan mereka, akan banyak sekali daftar yang ditulis. Para siswa tidak menganggap penting pelajaran, seperti: matematika, fisika, atau yang lainnya. Agar peserta didik termotivasi, guru harus dapat meyakinkan mereka bahwa topik yang akan dibahas tersebut menarik dan berhasil membuat mereka merasa tertarik untuk mempelajarinya.

=

n(bilangan ganjil) a(bilangan rasional)

n(bilangan genap) a(bilangan asli)

• 0

= ( ) =

n(bilangan ganjil) a(bilangan rasional)

n(bilangan genap) a(bilangan asli)


(48)

Menurut David McClelland et al., berpendapat bahwa: A motive is the redintegration by a cue of a change in an affective situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan. Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan (Uno. 2006:9).

Atkinson mengemukakan bahwa kecenderungan sukses ditentukan oleh motivasi, peluang, serta intensif; begitu pula sebaliknya dengan kecenderungan untuk gagal. Motivasi dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang. Guru dapat memberikan motivasi siswa dengan melihat suasana emosional siswa tersebut. Menurutnya, motivasi berprestasi dimiliki oleh setiap orang, sedangkan intensitasnya tergantung pada kondisi mental orang tersebut (Uno. 2006:8).

Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa, motivasi merupakan suatu dorongan dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya


(49)

atau dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut: adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, adanya harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan atas diri, adanya lingkungan yang baik, dan adanya kegiatan yang menarik.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Uno. 2006:23):

a. adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. adanya harapan dan cita-cita masa depan d. adanya penghargaan dalam belajar

e. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik

Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Motif Intrinsik

Motif Intrinsik yaitu bentuk motivasi yang timbul dari dari dalam diri sendiri tanpa memerlukan rangsangan dari luar yang dapat menyenangkan pikiran. Contohnya: siswa belajar sungguh-sungguh


(50)

karena ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif.

b. Motif ekstrinsik

Motif ekstrinsik yaitu bentuk motivasi yang timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, seperti: memberikan penghargaan ataupun hukuman. Sebagai contoh: siswa belajar karena mengetahui besok pagi akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik, mendapat pujian ataupun hadiah.

Menurut Hamzah B. Uno (2006: 34) terdapat beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut: a. Pernyataan penghargaan secara verbal

Contoh dari pernyataan verbal yaitu “Bagus sekali”, “Hebat”, “menakjubkan”, dan lain-lain.

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan

Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motif belajar siswa.

c. Menimbulkan rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu ini dapat ditimbulkan oleh suasana yang dapat mengejutkan, keragu-raguan, ketidaktentuan, menghadapi masalah yang baru. Hal ini menimbulkan rasa penasaran dan dengan sendirinya menyebabkan siswa berupaya keras untuk memecahkannya.


(51)

d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa

Dalam upaya itu pun, guru sebenarnya bermaksud untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa.

e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa

Hal ini memberikan semacam hadiah bagi siswa pada tahap pertama belajar yang memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar selanjutnya.

f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar.

Sesuatu yang telah dikenal siswa, dapat diterima dan diingat lebih mudah.

g. Menggunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami

Sesuatu yang unik, tak terduga, dan aneh lebih dikenang oleh siswa daripada sesuatu yang biasa-biasa saja.

h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya

Dengan jalan tersebut, selain siswa belajar dengan menggunakan hal-hal yang telah dikenalnya, siswa dapat juga menguatkan pemahaman atau pengetahuannya tentang hal-hal yang telah dipelajarinya


(52)

i. Menggunakan simulasi dan permainan

Simulasi merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang dipelajari atau sesuatu yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung.

j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum

Hal ini akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum. k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa

dalam kegiatan belajar

Hal-hal positif dari keterlibatan siswa dalam belajar hendaknya ditekankan, sedangkan hal-hal yang berdampak negatif sebaiknya dikurangi.

l. Memahami iklim sosial dalam sekolah

Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong kemudahan berbuat bagi siswa. Dengan pemahaman tersebut, siswa mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi masalah atau kesulitan.

m. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat

Jenis-jenis pemanfaatan kewibawaanya itu adalah dalam memberikan ganjaran, dalam pengendalian perilaku siswa, kewibawaan berdasarkan hukum, kewibawaan sebagai rujukan, dan kewibawaan karena keahlian.


(53)

n. Memperpadukan motif-motif yang kuat

Seorang siswa giat belajar mungkin karena latar belakang motif berprestasi sebagai motif yang kuat. Dia dapat pula belajar karena ingin menonjolkan diri dan memperoleh penghargaan, atau karena dorongan untuk memperoleh kekuatan. Apabila motif-motif kuat dipadukan, maka siswa memperoleh penguatan motif yang jamak, dan kemauan untuk belajar pun bertambah besar, sampai mencapai keberhasilan yang tinggi.

o. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

Seseorang akan berbuat lebih baik dan berhasil jika dia memahami yang harus dikerjakannya dan yang dicapai dengan perbuatannya itu. Makin jelas tujuan yang akan dicapai, makin terarah upaya untuk mencapainya.

p. Merumuskan tujuan-tujuan sementara

Tujuan belajar merupakan rumusan yang sangat luas dan jauh untuk dicapai. Agar upaya dalam mencapai tujuan itu lebih terarah, maka tujuan-tujuan belajar yang umum seharusnya dipilah menjadi tujuan sementara yang lebih jelas dan lebih mudah dicapai.

q. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai

Dalam belajar, hal ini dapat dilakukan dengan selalu memberitahukan nilai ujian atau nilai pekerjaan rumah. Dengan mengetahui hasil yang telah dicapai, maka motif belajar siswa menjadi lebih kuat, baik itu dilakukan karena ingin mempertahankan


(54)

hasil belajar yang telah baik, maupun untuk memperbaiki hasil belajar yang kurang memuaskan.

r. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa

Suasana ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain. Selain itu, belajar dengan bersaing menimbulkan upaya belajar yang sungguh-sungguh. Digunakan pula prinsip keinginan individu selalu lebih baik dari orang lain. Guru dapat pula memberikan poin tambahan bagi siswa yang aktif di dalam kelas sehingga lebih terlihat persaingan tersebut.

s. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri

Persaingan semacam ini dilakukan dengan memberikan tugas dalam berbagai kegiatan yang harus dilakukan sendiri. Dengan demikian, siswa akan dapat membandingkan keberhasilannya dalam melakukan berbagai tugas.

t. Memberikan contoh yang positif

Masih banyak guru yang mempunyai kebiasaan untuk membebankan pekerjaan para siswa tanpa kontrol. Biasanya guru memberikan suatu tugas kepada kelas, dan guru meninggalkan kelas untuk melaksanakan pekerjaan lain. Keadaan ini bukan saja tidak baik, tetapi dapat merugikan para siswa. Seharusnya guru tidak cukup dengan memberikan tugas saja, melainkan harus dilakukan


(55)

pengawasaan dan pembimbingan yang memadai selama siswa mengerjakan tugas tersebut.

Guru pun dapat melihat bagaimana ciri-ciri siswanya yang memiliki motivasi, Menurut Sardiman (1986:82-83) yang dikutip oleh risfikawati (2010:21) ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar antar lain adalah:

a. tekun menghadapi tugas

b. ulet menghadapi kesulitan(tidak mudah putus asa)

c. menunjukan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar

d. lebih senang bekerja mandiri dan tidak bergantung pada orang lain e. tertarik untuk mengerjakna hal-hal yang menuntut kreatifitas f. dapat mempertahankan pendapatnya

g. tidak mudah melepaskan apa yang diyakini

h. senang mencari dan memecahkan masalah/soal-soal

10. Reenforcement

Reenforcement tidak hanya diberikan kepada anak kecil atapun setingkat Sekolah Dasar (SD), tetapi anak setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atapun tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) juga memerlukan reenforcement. Hal ini dapat menunjang siswa untuk lebih meningkatkan prestasinya. Reenforcement diberikan jika siswa menunjukkan tingkah laku yang sesuai dengan aturan yang ada.


(56)

Reward merupakan salah satu bentuk reenforcement dalam dunia pendidikan yang dapat membangun dan membangkitkan belajar para siswa baik di sekolah maupun di rumah. Dalam hal ini, reward tidak diberikan sembarangan kepada siswa, tetapi tergantung dari usaha yang telah dicapai para siswa itu sendiri.

Terdapat 3 metode pemberian reenforcement, yaitu (http://www.masbied.com/2010/06/03/reinforcement/#more-2906 13 Januari 2013 pukul 13.34):

a. Penguatan terhadap pribadi tertentu.

Penguatan terhadap pribadi tertentu adalah cara penguatan yang dimaksudkan, jika seorang guru atau orang tua hendak memberikan penguatan kepada siswa tertentu atas tingkah laku ditampilkannya maka penguatan tersebut harus jelas ditujukan kepada anak yang bersangkutan. Sehingga nantinya ia dapat merasakan secara langsung bahwa penguatan ditujukan kepadanya.

b. Penguatan terhadap kelompok siswa/ anak.

Penguatan ini tidak hanya ditujukan kepada siswa tertentu melainkan untuk seluruh kelompok siswa atau anak yang berada di kelas, penguatan ini cenderung di gunakan di kelas (sekolah). Jadi penguatan diberikan tidak didasarkan atas prestasi yang ditampilkan oleh kelompok atau kelas yang bersangkutan.


(57)

c. Memberikan penguatan dengan segera.

Salah satu penggunaanreenforcementatau penguatan secara efektif, yaitu memberikan penguatan dengan segera setelah munculnya tingkah laku yang diharapkan baik secara individu maupun dalam kelas yang bersangkutan, namun perlu diketahui pemberian penguatan dengan cepat kadang-kadang terhambat oleh beberapa faktor sehingga penguatan tersebut ditunda pelaksanaannya.

11. Penilaian

Di dalam proses belajar mengajar, penilaian adalah salah satu tolok ukur untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Menurut Nana Sudjana (1989:3), penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Selain itu, munsul konsep-konsep penilaian baru yang dikembangkan oleh Michael Seriven, Robert E. Stake, Daniel L. Stufflebeam, dan lain-lain sebagai berikut (Sudjana. 1989:215):

a. penilaian tidak hanya diarahkan pada pemeriksaan terhadap tujuan yang telah ditetapkan, melainkan mencakup pula tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk efek samping yang timbul

b. penilaian yang dilakukan hanya melalui pengukuran perilaku siswa melainkan juga melalui pengkajian langsung terhadap aspek masukan dan proses pendidikan


(58)

c. penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan-tujuan telah tercapai malainkan juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting untuk dicapai

d. mengingat tujuan dan objek penilaian cukup luas, cara dan alat penilaian pun cukup beragam dalam arti tidak hanya menggunakan tes melainkan juga observasi, wawancara, kuesioner, analisis dokumen, dan sebagainya.

Di samping konsep-konsep yang ada, adapun tujuan dari penilaian ini menurut Nana Sudjana (1989:3):

a. alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional (perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa)

b. umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar

c. dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya

Penilaian pada pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam kelas ada bermacam-macam cara. Hal itu dilakukan demi menunjang nilai peserta didik. Seperti: memberikan Pekerjaan Rumah (PR), Tugas, Kuis, Poin Keaktifan, kuesioner dan sebagainya.

Poin keaktifan merupakan salah satu penilaian yang mengacu pada keaktifan peserta didik selama proses belajar. Poin keaktifan ini diambil dari kegiatan peserta didik, seperti: berani untuk mengerjakan pekerjaannya di papan tulis, mempresentasikan pekerjaan di depan kelas, berani menjawab pertanyaan dari guru, dan sebagainya. Hal ini dapat


(59)

memunculkan motivasi kepada peserta didik untuk berlomba-lomba memperbanyak poin keaktifan ini.

B. Kerangka Berpikir

Matematika sangatlah penting bagi peserta didik karena dapat dipakai ketika mereka memasuki ke pendidikan yang lebih tinggi. Di semua jurusan pasti akan memakai unsur-unsur dalam matematika. Matematika mengajak para siswa untuk dapat berpikir secara logis dan konsisten.

Di samping itu, siswa juga membutuhkan motivasi untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Teknik dalam memberikan motivasi tersebut banyak sekali. Dalam pokok bahasan bentuk akar ini, guru akan memberikan sebuah motivasi berupa pemberian reenforcement poin keaktifan. Dengan adanya reenforcement ini, siswa bersaing secara sehat untuk dapat mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya dan dapat menunjang hasil belajar mereka pada akhirnya. Poin ini akan bertambah jika peserta didik berani untuk mengerjakan pekerjaanya di papan tulis, mempresentasikan hasil pekerjaanya di depan kelas, atau pun berani menjawab pertanyaan dari guru. Reenforcementini dilakukan untuk mengajak siswa berani berbicara di depan umum dan berani memberikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Sikap keaktifan dan berani untuk mengemukakan hasilnya pekerjaanya ini dapat membuat situasi kelas menjadi lebih hidup, lebih efektif, keadaan kelas menjadi lebih kondusif, siswa akan menjadi lebih aktif dalam pembelajaran di dalam kelas, serta dapat menumbuhkan motivasi pada para


(60)

siswa. Dan akhirnya dapat membuat para siswa tersebut menjadi lebih mandiri, aktif, dan dapat menghargai pendapat orang lain.

C. Hipotesis

Berdasarkan pemikiran di atas, pemberian reenforcement berupa poin keaktifan dapat memberikan pengaruh dalam hasil belajar siswa dan motivasi siswa dalam pembelajaran Bentuk akar.


(61)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Zainal Arifin (2011: 29), Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang digunakan melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel tertentu, sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif, sedangkan Penelitian Kualitatif adalah penelitian untuk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya menipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap guru pendamping yang sedang mengajar, berinteraksi dengan para siswa yang dibimbing, dan berupaya memotivasi para siswa yang dimbing. Jadi, Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Di dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian reenforcement berupa poin keaktifan terhadap motivasi siswa dan hasil belajar siswa.


(62)

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 2013/2014 yaitu bulan Juli-September.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Sukoharjo.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X I.S. SMA N 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Pada setiap kelas terdiri dari 32 siswa dan siswa-siswa yang berada di kelas tersebut tidak dikelompokkan berdasarkan tingkat kecerdasannya tetapi berdasarkan minat, tes dan dari orang tua.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006:131), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang diambil merupakan sampel non-random. Pemilihan sampel disini ditentukan oleh guru mata pelajaran matematika yang mendampingi peneliti. Sampel yang diambil peneliti adalah siswa kelas X I.S.4 di SMA N 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014.


(63)

D. Variabel Penelitian

Menurut Zainal Arifin (2011: 187), variabel sangat penting dalam penelitian karena menjadi objek penelitian dan memiliki peran tersendiri dalam menyelidiki suatu peristiwa atau fenomena yang akan diteliti. Iqbal Hasan (2004:13) menyatakan bahwa jenis variabel berdasarkan hubungannya dibagi manjadi dua, yaitu:

1. Variabel bebas(independent variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel yang lain. Variabel bebas atauindependentdalam penelitian ini adalah pemberian reenforcement berupa pemberian poin keaktifan kepada siswa kelas X.

2. Variabel terikat(dependent variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain. Variabel terikatnya adalah motivasi dan prestasi belajar siswa pada materi bentuk akar kelas X I.S.4 SMA N 2 Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014.

E. Bentuk Data

1. Rekaman Tindakan Kelas

Rekaman tindakan kelas merupakan hasil observasi peneliti terhadap guru matematika yang sedang mengajar di dalam kelas dengan mengisi lembar observasi.


(64)

2. Penilaian Motivasi Belajar Siswa

Penilaian motivasi belajar siswa merupakan hasil pengumpulan data dengan pengisian kuesioner.

3. Penilaian Prestasi Belajar Siswa

Penilaian prestasi belajar siswa merupakan hasil pengumpulan data dengan memberikan test.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan berupa RPP dan latihan soal. 2. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006:150) alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadia dua macam,yaitu:

a. Tes

Instrumen penelitian yang berupa tes adalah alat pengukur kemampuan siswa. Instrumen ini diberikan sebanyak dua kali yaitu tes awal(pre test)dan tes akhir(post test).

1) Tes Awal(Pre-Test)

Tes awal berjumlah 7 soal. Tes ini diberikan kepada seluruh siswa di kelas sebelum menerima perlakuan pemberian reenforcementberupa poin keaktifan. Selain itu tujuan dari


(65)

pre-test itu adalah ingin mengetahui kemampuan siswa yang akan diteliti. Materi yang diujikan adalah melakukan operasi aljabar pada bentuk akar, merasionalkan penyebut pecahan yang berbentuk akar, mengubah bentuk akar ke bentuk pangkat, dan sebaliknya, dan mengubah pangkat pecahan negatif menjadi pangkat pecahan positif.

2) Tes Akhir(Post-Test)

Tes akhir berjumlah 7 soal. Tes ini diberikan kepada seluruh siswa di kelas setelah menerima perlakuan pemberian reenforcement berupa poin keaktifan. Post-test ini bertujuan mengetahui pencapaian siswa setelah diberikan perlakuan. Materi yang diujikan adalah melakukan operasi aljabar pada bentuk akar, merasionalkan penyebut pecahan yang berbentuk akar, mengubah bentuk akar ke bentuk pangkat, dan sebaliknya, dan mengubah pangkat pecahan negatif menjadi pangkat pecahan positif. Jumlah dan bobot sama dengan tes awal.

b. Non-Tes 1) Observasi

Observer akan melakukan observasi beberapa kali untuk mengetahui bagaimana situasi kelas dan perilaku siswa. Hal-hal yang diamati, yaitu:

a) Persiapan para siswa


(66)

c) Situasi kelas saat pembelajaran berlangsung

d) Situasi kelas saat siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran e) Situasi kelas saat siswa diberi penguatan oleh guru

f) Sikap guru terhadap siswa yang aktif g) Perhatian guru terhadap siswa 2) Kuisioner

Cara penyampaian kuisioner ini secara langsung kepada seluruh siswa di kelas dan setelah diisi langsung dikembalikan kepada observer. Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan bersifat tertutup (jawaban telah tersedia). Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Adapun indikator-indikator motivasi belajar yang dimuat dalam kuesioner tersebut:

a) Tekun

b) Tidak mudah putus asa dan tidak mudah puas c) Memiliki minat yang besar dalam belajar

d) Memiliki keinginan untuk berprestasi dan meraih cita-cita e) Memiliki pendapat dan keberanian untuk

mengungkapkannya

f) Dapat bekerja atau belajar secara mandiri

Dalam kuesioner ini terdapat 20 pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Kuesioner menyediakan 4 pilihan jawaban yaitu, Sangat Setuju (SS),


(67)

Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai antara 1 sampai 4 berdasarkan bentuk pernyataan. Dapat dilihat padatabel 3.2dantabel 3.3.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Indikator No. Item Jumlah Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Tekun 11, 16 13 3

Tidak mudah putus asa dan tidak mudah

puas 4, 20 15, 19 4

Memiliki minat yang besar dalam

belajar 1 12 2

Memiliki keinginan untuk berprestasi

dan meraih cita-cita 2, 9, 14 5, 17, 18 6

Memiliki pendapat dan keberanian

untuk mengungkapkannya 8 6, 10 3

Dapat bekerja atau belajar secara

mandiri 3 7 2

Tabel 3.2 Pernyataan Positif

Pilihan Jawaban Nilai

Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Setuju 3

Sangat Setuju 4

Tabel 3.3 Pernyataan Negatif

Pilihan Jawaban Nilai

Sangat Tidak Setuju 4

Tidak Setuju 3

Setuju 2


(68)

G. Uji Instrumen

Uji instrumen ini sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu Validitas dan Reliabilitas.

1. Kuesioner

Kuesioner ini tidak diujicobakan kepada subjek yang akan diteliti melainkan melalui teknik penilaian pakar.

2. Tes Uji Coba Siswa

Tes ini sebelum diberikan kepada sampel, diuji terlebih dahulu oleh guru dan dosen pembimbing untuk mengetahui tingkat kesulitan pada tiap butir soal. Selain itu, salah satu cara yang dilakukan ketika telah diujicobakan yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uii validitas ini dilakukan sebelum instrument ini digunakan. Cara mengukur validitas dengan menggunakan rumus korelasi product momentdari pearson adalah sebagai berikut (Surapranata. 2004:58):

= ( ) ( )( )

( )2× ( )2

Keterangan: : koefisien

korelasi antara variabelXdanY N : besarnya sampel X : skor item nomor

Y : skor total XY : perkalian antara

XdanY 2 : kuadrat dariX 2 : kuadrat dariY


(69)

Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrument valid adalah nilai indeks validitasnya positif dan 0,3(Hasan. 2002:80).

Tabel 3.4

Kriteria Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi Interpretasi

0.80 < 1.00 Sangat tinggi

0.60 < 0.80 Tinggi

0.40 < 0.60 Cukup

0.20 < 0.40 Rendah

0.00 0.20 Sangat rendah

(Surapranata.2004:58) b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-berkali oleh peneliti lain tetap akan memberikan hasil yang sama. Reliabilitas mengandung 3 makna, yaitu tidak berubah-ubah (stabilitas), konsisten, dan dapat diandalkan. Tes yang digunakan dalam bentuk tes uraian, peneliti menggunakan rumus Cronbach-Alpha sebagai berikut (Arikunto.2006:196):

=

1 1

Keterangan:

: koefisien reliabilitas

k : banyaknya butir pertanyaan tau banyaknya soal : varian butir


(70)

: varian total

Dengan rumus untuk mencari varian butir yaitu:

=

2 ( )

Keterangan:

: varian butir

: skor pada butir soal

: banyak siswa yang mengikuti tes

Dan terdapat pula rumus untuk mencari varian total,yaitu:

=

2 ( )

Keterangan:

: varian total : skor total

: banyak siswa yang mengikuti tes

Menurut Remmers et.al (1960) yang dikutip oleh Surapranata (2004:114) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabilitas apabila koefisien reliabilitas > 0,5.


(71)

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian di Lapangan 1. Tahap Sebelum Penelitian

a. Menyusun rancangan penelitian

Peneliti harus mempersiapkan proposal penelitian beserta instrumen-instrumen yang dibutuhkan sebelum penelitian dilakukan.

b. Menentukan tempat dan subjek penellitian

Peneliti memilih tempat dan subjek yang sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

c. Melakukan perijinan

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti harus meminta ijin kepada pihak yang terkait untuk memperlancar penelitian.

d. Mempersiapkan perangkat penelitian

Perangkat penelitian yang dibuat berupa proposal penelitian dan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap sebelum penelitian selesai dan sesuai dengan yang diharapkan peneliti, selanjutnya peneliti akan melakukan:

a. Observasi

Peneliti mengamati situasi kelas, interaksi antara guru dan siswa dalam mengkuti proses belajar mengajar di dalam kelas.

b. Kuisioner

Peneliti akan memberikan kuisioner kepada para siswa mengenai pemberianreenforcementberupa pemberian poin keaktifan.


(72)

c. Tes Hasil Belajar Siswa

Tes ini dilakukan setelah para siswa menerima materi yang telah disampaikan oleh peneliti.

3. Tahap Setelah Penelitian

Setelah penelitian, data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga didapat pengaruh dalam pemberian reenforcement berupa pemberian poin keaktifan terhadap hasil belajar siswa dan motivasi siswa kelas X I.S.4 SMA N 2 Sukoharjo.

I. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Penggunaan Tes

Tes diadakan dua kali yaitu sebelum dan setelah peneliti memberikan perlakuan. Tes ini dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan objek yang diteliti dengan materi yang telah disiapkan.berikut ini kisi-kisi yang digunakan dalam tes:

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes

No. Aspek Nomor Soal

1 Operasi aljabar pada bentuk akar 1a, 1b

2 Menyederhanakan bentuk akar 2

3 Penarikan akar kuadrat dari hasil pengkuadratan suatu penjumlahan atau pengurangan bentuk akar

3 4 Merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar 4, 5 5 Mengubah bentuk akar menjadi bilangan

berpangkat

6 6 Mengubah bentuk pangkat pecahan negative

menjadi bentuk pangkat pecahan positif


(73)

2. Metode Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap situasi kelas disaat pembelajaran sedang berlangsung. Peneliti mengamati aktivitas siswa saat diskusi kelas, aktivitas siswa saat berperan aktif dalam kelas, kegiatan pra pembelajaran atau persiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, sikap guru dalam pembelajaran. (terlampir)

3. Penggunaan Kuisioner

Metode pengumpulan kuesioner ini diadakan disaat para siswa selesai mengerjakan tes akhir (post-test) dengan memberikan pernyataan yang telah disediakan beserta pilihan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan ini meliputi indikator-indikator yang terdapat padaTabel 3.1.

J. Metode Analisis Data 1. Hasil Belajar

Sebelum melakukan tes hipotesa, data harus diuji normalitasnya. a. Prosedur uji normalitas adalah sebagai berikut:

1) Menentukan formulasi hipotesis 2) Menentukan taraf nyata( )

3) Menentukan kriteria pengujian: Dmaks > Dtabel (tabel Kolmogorov-Smirnov yang dua arah)


(74)

4) Menentukan nilai uji statistik:

a) Data disusun dari data yang terkecil sampat data yang terbesar

b) Menentukan frekuensi untuk setiap data dan menghitung frekuensi kumulatif untuk setiap data [SN(Xi)]

c) Menghitung danSkemudian menentukan = d) Menentukan nilaiFo(Xi) =P(Z < Zi) (dari table Z) e) Menentukan| ( ) ( )|

f) Menentukan = |( ( ) ( )|

5) Kesimpulan: Ho diterima bila nilai Dhit tidak masuk dalam daerah kritik dan disimpulkan bahwa populasi dari mana data sampel diambil berdistribusi normal

b. Tes hipotesa ini memakai uji t-test untuk sampel berhubungan (correlated sample) karena tujuan dari uji t-test sampel berhubungan adalah untuk mengetahui apakah rata-rata sampel dari hasil perlakuan yang berbeda menghasilkan rata-rata yang berbeda secara statistik. Sampel berhubungan juga disebut sampel berpasangan (paired sample) yaitu sampel dengan subjek yang sama tetapi mengalami dua perlakuan berbeda (Purwanto. 2011:162).

Prosedur melakukan tes hipotesa sebagai berikut (Hasan, 2004:125): 1) Menentukan formulasi hipotesis

2) Menentukan taraf nyata( ) 3) Menentukan nilai kritis


(75)

4) Menentukan daerah penolakan

5) Menghitung nilai statistik dari sampel yang diamati Rumusan t adalah sebagai berikut:

=

( )

( 1)

Keterangan:

: Nilai t hitung

: Rata-rata nilaipre-test : Rata-rata nilaipost-test

: Selisih nilaipre-testdanpost-test N : jumlah pasang skor

Tabel yang akan digunakan sebagai berikut: Tabel 3.6 Perhitungan t-test

Siswa Nilaipre-test

( )

Nilaipost-test

( ) =

6) Membuat kesimpulan 2. Kuesioner

Kuesioner ini memuat 20 pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Untuk menghitung persentase skor, peneliti menggunakan sumber dari Arikunto (1998:246) (dalam


(76)

http://paend.files.wordpress.com/2012/11/contoh-analisis-kuesioner.docx yang diakses pada tanggal 15 November 2013). di dalam website tersebut disebutkan bahwa kategori persentase sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kategori Persentase

Persentase Kategori

76% - 100% Baik

56% - 75% Cukup

40% - 55% Kurang Baik


(77)

59 BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Pelaksanaan Penelitian 1. Sebelum Penelitian

a. Penyusunan Instrumen

Peneliti menyusun instrumen yang meliputi RPP, silabus, soal-soal yang akan diuji validitas dan reliabilitasnya yang berjumlah 7 butir soal. Sebelum digunakan, peneliti mengonsultasikan kepada guru pembimbing dan dosen pembimbing.

b. Ujicoba Instrumen

Instrumen yang berupa test tersebut dibuat peneliti pada tanggal 12 September 2012 dan diujicobakan pada tanggal 19 September 2012 di kelas Xa SMA N 1 Kalasan dengan jumlah siswa 32 siswa pada waktu peneliti melakukan PPL. Uji coba instrumen ini memiliki soal yang berjumlah 7 dengan materi bentuk akar. Peneliti memberikan waktu untuk mengerjakan test uji coba tersebut selama 90 menit atau 2 jam mata pelajaran.

c. Hasil Ujicoba Instrumen

Setelah peniliti melakukan tes ujicoba, kemudian peneliti melakukan penskoran terhadap hasil ujicoba tersebut. Dari hasil tersebut, peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan


(78)

rumus korelasi Product Moment dari Pearson dan uji reliabilitas dengan rumus Cronbach-Alpha. Berikut ini adalah rincian hasil uji validitas dan uji reliabilitas.

1) Uji Validitas Rumus Validitas:

= ( ) ( )( )

( ) × ( )

Berdasarkan kriteria koefisien korelasi, instrumen dapat dikatakan valid apabila 0,3. Di bawah ini adalah perhitungan

tiap butir soal beserta kesimpulannya.

N = 32

= 1215,5

( ) = 90519,75 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas No.

Soal Kesimpulan

1 442704 342 134336 116964 0,6809 Tinggi danValid 2 152600 119,5 16488 14280,25 0,5198 Cukup dan Valid 3 282848 215 59552 46225 0,6195 Tinggi dan Valid 4 182368 140 22016 19600 0,8248 Sangat Tinggi dan Valid 5 171184 132 19520 17424 0,7796 Tinggi dan Valid 6 161376 128 18240 16384 0,4469 Cukup dan Valid 7 174880 139 20496 19321 0,5746 Cukup dan Valid

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa seluruh item soal termasuk soal valid dan dapat digunakan dalam testpre-test.


(79)

2) Uji Reliabilitas Rumus Varian Butir:

=

2 ( )

Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Varian Butir

No. Soal ( )

1 4198 3655,125 16.9648

2 515,25 446,258 2,156

3 1861 1444,531 13,0147

4 688 612,5 2,3594

5 610 544,5 2,0469

6 570 512 1,8125

7 604,5 603,781 1,1475

39.5018

Berikut ini hasil perhitungan varian total:

=

2 ( )

=48998,75

(1216) 32 32

=48998,75 46170,01 32

=2828,742


(80)

Setelah mendapatkan hasil dari varian butir dan varian total, maka dapat diperoleh hasil Uji Reliabilitas.

=

1 1

= 7

7 1 1

39.5018 88,3982 = 0.6453

Berdasarkan Remmers et.al (1960), nilai reliabilitas 0,6453 > 0,5. Dengan melihat nilai validitas dan nilai reliabilitas, soal tes kemampuan siswa ini dapat digunakan di dalam penelitian.

Selain itu, peneliti juga melakukan teknik penilaian pakar pada kuesioner. Berikut ini adalah pernyataan kuesioner yang belum dinilai oleh pakar:

Tabel 4.3

Pernyataan Kuesioner Awal

No Pernyataan

1 Saya selalu mempersiapkan materi pelajaran untuk hari berikutnya 2 Saya ingin mendapat nilai terbaik di kelas

3 Saya merasa puas apabila saya dapat menyelesaikan tugas secara mandiri

4 Saya tetap rajin belajar meski nilai saya sudah baik

5 Saya tidak senang belajar matematika karena menakutkan

6 Saya tidak percaya diri apabila saya menuliskan jawaban saya di papan tulis

7 Saya tidak senang belajar matematika secara mandiri 8 Saya berani menjelaskan pekerjaan saya di depan kelas

9 Sangat termotivasi apabila nomor absen saya dicatat oleh guru karena saya aktif


(81)

11 Saya berani untuk bertanya kepada guru atau teman apabila saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau latihan

12 Di rumah, saya tidak suka mengulang kembali materi yang diberikan guru di sekolah

13 Saya tidak peduli dengan jawaban dari soal-soal yang saya kerjakan 14 Saya ingin menjadi siswa yang aktif di kelas

15 Apabila saya mendapatkan nilai jelek maka saya malas untuk belajar 16 Saya selalu mengumpulkan tugas tepat pada waktunya

17 Saya malas belajar matematika karena saya tidak tertarik mendapatkan nilai terbaik di kelas

18 Saya tidak tertarik dengan soal yang sukar karena membuat saya bingung

19 Apabila saya menemui kesulitan dalam memahami pelajaran maka saya akan berhenti belajar

20 Saya senang belajar matematika walaupun rumus yang digunakan banyak

Dari penilaian pakar terhadap pernyataan tersebut, pernyataan nomor 17 merupakan pernyataan yang kurang sesuai karena di dalam pernyataan terdapat kata malas yang berarti terlalu memperlihatkan sikap yang kurang baik. Akhirnya pernyataan nomor 17 diubah menjadi “Saya tidak peduli dengan nilai berapapun yang saya terima”. Setelah melakukanpenilaian pakar, kuesioner motivasi siswa ini telah siap untuk digunakan dalam penelitian.

2. Selama Penelitian

Penelitian dimulai pada hari Jum’at tanggal 6 September 2013. Penelitian dilaksanakan di kelas X I.S. 4 SMA N 2 Sukoharjo semester I tahun ajaran 2013/1014 sebanyak 5 kali. Pertemuan pertama peneliti berkenalan dan memberikan pre-test, 2 pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dengan metode pemberian reenforcement kepada siswa,


(82)

pertemuan keempat peneliti memberikan post-test untuk melihat pencapaian prestasi siswa, dan pertemuan kelima peneliti hanya meminta waktu sedikit kepada guru untuk memberikan kuesioner di akhir pelajaran. Kelas ini terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

Tabel 4.4

Kegiatan Selama Penelitian

No Tanggal Kegiatan

1 6 September 2013 Perkenalan dengan para siswa dan pengambilan data berupa pre-testkepada siswa.

2 13 September 2013 Pertemuan pertama dalam kegiatan pembelajaran dengan pemberian reenforcement.

3 20 September 2013 Pertemuan kedua dalam kegiatan pembelajaran dengan pemberian reenforcement.

4 27 September 2013 Pengambilan data para siswa berupa post-test.

5 4 Oktober 2013 Pengemabilan data berupa motivasi belajar kepada siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pemberian reenforcement.

Berikut ini adalah rincian kegiatan penelitian: a. Pertemuan Pertama (2x45 menit)

Kegiatan yang dilakukan selama pertemuan pertama sebagai berikut: 1) Pre-Test

Tes awal ini dilakukan agar peneliti mengetahui tingkat kemampuan para siswa pada materi bentuk akar. Peneliti membagikan soal kepada para siswa. Tes ini berlangsung selama


(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

Tabel Kolmogorov-Smirnov

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Umpan Balik terhadap motivasi belajar matematika Siswa

2 5 105

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMBERIAN HADIAH TERHADAP HASIL BELAJAR PRAKARYA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 MEDAN.

0 2 30

PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA DALAM BELAJAR Pengaruh Pemberian Reward Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Sikap Siswa Dalam Belajar (Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri

0 2 14

PENGARUH KERJA KERAS DAN KEMANDIRIAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA N I JATINOM Pengaruh Kerja Keras dan Kemandirian Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N I Jatinom Klaten.

0 1 9

HUBUNGAN KEAKTIFAN DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Hubungan Keaktifan Dan Kedisiplinan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Sukoharjo Tahun Ajara

1 6 16

HUBUNGAN KEAKTIFAN DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Hubungan Keaktifan Dan Kedisiplinan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Sukoharjo Tahun Ajar

0 3 17

Pengaruh pemberian reenforcement berupa pemberian poin keaktifan pada pembelajaran bentuk akar terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 SMA N 2 Sukoharjo.

1 3 165

PENGARUH PEMBERIAN DAILY CHEM QUIZ PADA PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA N 1 PLERET TAHUN AJARAN 2015/ 2016.

1 2 5

Motivasi belajar dan hasil belajar siswa dengan metode kuis pada pembelajaran bentuk akar di kelas XF SMA N I Jogonalan tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository

0 2 196

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKOVERI TERBIMBING DAN JURNAL BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LEMBAR - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKOVERI TERBIMBING DAN JURNAL BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS X SMA N

0 0 9