Hubungan antara kemandirian dengan prokrastinasi mahasiswa
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN
PROKRASTINASI PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Nama : Bernadetta Ditia Kristiani NIM : 089114108
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
(2)
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA
Disusun oleh:
Bernadetta Ditia Kristiani NIM: 089114108
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
(3)
iii
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Bernadetta Ditia Kristiani
NIM : 089114108
Telah dipertahankan di depan panitia Penguji pada tanggal 10 Desember 2012 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia
Nama Lengkap Tanda Tangan
MM. Nimas Eki S., M.si., Psi. ...
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si ... Drs. H. Wahyudi, M.Si ...
Yogyakarta. Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
(4)
HAL
We don’t Know th
So Take care som
Hargailah
Perlakukan
perlakuan
atribut ya
HIDUPLAH U
ivALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN
now that we Have something until it’s G
re somebody you Love, Before they Leav
ilah sesamamu manusia, seperti a
n setiap manusia deng
yang sama, tanpa mem
ang melekat padanya
LAH UNTUK MENGASIHI ORAN
Karya yang jauh dari semp
kupersembahk
My whol
yang telah menantikan
Sahabat dan tema
l it’s Gone,
y Leave
you
ti apapun dia
gan
mandang
ORANG LAIN
ari sempurna ini,
embahkan untuk
:
y whole big family,
antikan kelulusanku
(5)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Desember 2012 Penulis
(6)
vi
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA
Bernadetta Ditia Kristiani
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 97 mahasiswa. Data penelitian diungkap dengan menggunakan Skala kemandirian dan Skala prokrastinasi. Skala kemandirian memiliki reliabilitas 0.874 dan Skala prokrastinasi memiliki reliabilitas 0.954. Analisis data penelitian dilakukan menggunakan korelasi Pearson Product
Moment. Hasil korelasi antara kemandirian dengan prokrastinasi sebesar -0.418 dengan p = 0.000
(p< 0.01), yang berarti terdapat hubungan negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi.
(7)
vii
THE RELATION BETWEEN AUTONOMY AND PROCRASTINATION OF COLLEGE STUDENTS
Bernadetta Ditia Kristiani
ABSTRACT
This research aimed to know the relation between autonomy and procrastination of college students. The hypothesis in this research was a negative correlation between autonomy and procrastination of college students. The subjects were 97 students of Psychology Faculty in Sanata Dharma University. The data was revealed by scale of autonomy and scale of procrastination. The reliability of autonomy scale was 0.874, and the reliability of procrastination scale was 0.954. The data was analyzed using the Pearson product-moment correlation technique. Based on this correlation test, the result shows that the correlation between autonomy and procrastination was -0.418 with p = 0.000 (p<0.01), which means there was a negative correlation between autonomy and procrastination.
(8)
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Bernadetta Ditia Kristiani
Nomor Mahasiswa : 089114108
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 10 Desember 2012
Yang menyatakan
(9)
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.).
Penulis mengetahui bahwa skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik.
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Psi., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu M. M. Nimas Eki S., M.si., Psi, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini. 5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala
dukungan dan perhatiannya selama penulis mengeyam pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
6. Mas Gandhung, Pak Gik dan Bu Nanik yang telah berperan dalam administrasi perkuliahan sehingga penulis dapat mengurus segala administrasi perkuliahan dengan baik.
(10)
x
7. Bapak dan Ibu, terima kasih atas segala perhatian, dukungan, doa, jerih payah, pengorbanan, dan segalanya yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani pendidikan sampai dengan sejauh ini.
8. Mas Anggi “Tole”, terima kasih atas canda tawa, dan “gangguan” yang sudah diberikan ketika penulis mengerjakan skripsi.
9. Mbah Kakung dan Mbah Putri Boro, terimakasih atas perhatian, dukungan dan bantuan yang terkadang hanya dapat terlihat dengan hati, namun sangat membantu penulis dalam menjalani hidup ini.
10.Ricky, skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuanmu. Terima kasih atas semangat, pinjaman otak, dorongan, . . . pokoknya segalanya ☺.
11.Bude Suster dan keluarga Bude Ani, terima kasih atas usahanya dalam membantu penulis untuk mengatasi masalah laptop yang rusak. Terima kasih juga atas segala wejangan dan pegangan hidup yang telah diberikan.
12.Pakde To, terima kasih atas asupan dana tiap bulan yang telah banyak membantu penulis dalam hal jajan, hehehe.
13.Keluarga Bude Titik (Pakde Yanto dan Mas Andit), terima kasih atas pemberian hal yang sangat berguna bagi penulis sehingga penulis dapat menjalani dan menyelesaikan kuliah dengan lebih mudah (Walaupun dulu bilangnya cuma minjem, tapi akhirnya dipek, hehe).
14.Keluarga Bude Kus dan Mas Nunung, khususnya Dik Iyo, makasih ya Dik Yo, udah mau ngalah ga maen game dulu di laptop selama hampir 2 bulan.. ☺.
Bude dan Mas Nunung terimakasih atas segala bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
(11)
xi
15.Seluruh keluarga besar lainnya yang tidak disebutkan, terima kasih untuk semuanya.
16.Trio dangdut “3 Macan” (“Nela” Amanda, “Lala” Krisentia, “Itonk” Sukma), makasih teman-teman, atas kebersamaan kita selama ini, canda tawa, gosip, curhat, dlllll. Walaupun akhir-akhir ini kita jarang ketemu, tapi kalian selalu di hatiku...wkwkwkwk. And especially for Mando and Kris, thanks for help me... 17.Special thanks for Desi & Corry, makasih ya udah mau membantuku buat
nyebar skala…
18.Teman-teman satu perjuangan bimbingan Bu Nimas (Devi, Rimpi, Juwi, Heni, Mas Lu, Itin, dll) terima kasih atas sharing dan ngobrol-ngobrolnya yang telah banyak memberi wawasan serta mengusir rasa jenuh ketika menunggu antrian bimbingan.
19.Seluruh teman-teman psikologi lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti sangat berterimakasih atas semua masukan baik berupa kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima Kasih.
Yogyakarta, November 2012
Penulis
(12)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
1. Secara Teoretis ... 6
2. Secara Praktis ... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ... 7
(13)
xiii
1. Pengertian Prokrastinasi Akademik ... 7
2. Karakteristik Prokrastinasi Akademik ... 9
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik ... 11
B. Kemandirian ... 13
1. Pengertian Kemandirian ... 13
2. Indikator Kemandirian ... 15
C. Mahasiswa ... 17
D. Hubungan antara Kemandirian dengan Prokrastinasi ... 18
E. Hipotesis ... 20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Jenis Penelitian ... 22
B. Identifikasi Variabel ... 22
C. Definisi Operasional... 22
1. Kemandirian ... 22
2. Prokrastinasi ... 23
D. Subjek Penelitian ... 23
E. Metode Pengambilan Data ... 24
1. Skala Kemandirian ... 24
2. Skala Prokrastinasi ... 25
F. Validitas, Seleksi Aitem dan Reliabilitas ... 25
1. Validitas ... 25
2. Seleksi Aitem ... 26
(14)
xiv
G. Analisis Data ... 28
1. Uji Asumsi ... 28
a. Uji Normalitas ... 28
b. Uji Linearitas ... 28
2. Uji Hipotesis ... 28
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Pelaksanaan Penelitian ... 29
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 29
C. Deskripsi Data Penelitian ... 30
D. Hasil Penelitian ... 31
1. Uji Asumsi ... 31
a. Uji Normalitas ... 31
b. Uji Linearitas ... 32
2. Uji Hipotesis ... 33
E. Pembahasan ... 34
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 39
1. Bagi Subjek Penelitian ... 39
2. Bagi Universitas ... 39
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
(15)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Kemandirian sebelum uji coba ... 23
Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi sebelum uji coba ... 24
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Kemandirian (Setelah Seleksi Aitem) ... 26
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi (Setelah Seleksi Aitem) ... 26
Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian ... 29
Tabel 6. Deskripsi Data Skala ... 30
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas ... 30
Tabel 8. Hasil Uji Linearitas ... 31
(16)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Kemandirian ... 45
Lampiran 2. Skala Prokrastinasi ... 49
Lampiran 3. Hasil Seleksi Aitem ... 52
Lampiran 4. Reliabilitas Skala Penelitian ... 55
Lampiran 5. Hasil Uji t antara Mean Empiris dengan Mean Teoretis ... 57
Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas ... 59
Lampiran 7. Hasil Uji Linearitas ... 61
Lampiran 8. Hasil Uji Hipotesis ... 63
(17)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa kuliah merupakan masa yang cukup berat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tuntutan, keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan yang perlu diambil (Dalton & Crosby, 2011), akibatnya dapat menyebabkan mahasiswa membolos kuliah, datang terlambat atau bahkan tidak tidur semalaman dengan alasan menyelesaikan tugas kuliah. Keadaan ini sangat wajar dan dapat dimaklumi.
Di sisi lain, terdapat juga mahasiswa yang membolos kuliah, datang terlambat, dan tidak tidur semalaman bukan semata-mata karena banyaknya tugas yang dibebankan kepada mereka, akan tetapi juga karena mereka sengaja menunda mengerjakan tugas sampai batas akhir pengumpulan tugas.
Penundaan yang disengaja ini benar-benar terjadi di sekitar kita. Hal ini dibuktikan dengan observasi terhadap teman-teman selama penulis menjalani perkuliahan dan wawancara informal pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma pada tanggal 6 – 7 Maret 2012. Mereka menyatakan bahwa mereka memang sengaja menunda mengerjakan tugas sampai batas waktu yang diberikan hampir habis. Mereka mengaku sengaja melakukan hal tersebut dengan berbagai alasan, misalnya merasa malas untuk mengerjakan tugas, lebih memilih bermain daripada mengerjakan tugas, merasa bosan
(18)
dengan banyaknya tugas yang diberikan dan merasa mempunyai energi tambahan ketika mengerjakan tugas hanya dengan waktu yang sedikit.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki kecenderungan untuk menunda mengerjakan tugas. Penundaan tersebut bukan disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang akan dilakukan. Penundaan ini disebut prokrastinasi (Ferrari, Johnson & McCown, 1995).
Prokrastinasi memang merupakan permasalahan yang umum terjadi di mahasiswa (Blunt & Pychil dalam Chu & Choi, 2005). Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa hampir 70% mahasiswa melakukan prokrastinasi (Ellis & Knaus dalam Ferrari et al., 1995) dan prokrastinasi terdapat pada mahasiswa baru sampai mahasiswa senior (Holloway, 2009). Penelitian lain di Indonesia menyatakan bahwa 67% mahasiswa Universitas Gadjah Mada juga melakukan prokrastinasi (Rizvi, 1997 dalam Buari, 2003).
Secara umum, terdapat dua istilah prokrastinasi, yaitu prokrastinasi akademik dan prokrastinasi umum (Ferrari et al., 1995). Prokrastinasi akademik adalah prokrastinasi yang dilakukan dalam lingkup pendidikan, sedangkan prokrastinasi umum adalah prokrastinasi yang dilakukan di luar lingkup pendidikan, antara lain menunda membayar tagihan.
Berdasarkan fungsinya prokrastinasi terdiri dari dua jenis yaitu, prokrastinasi fungsional (functional procrastination) dan prokrastinasi disfungsional (dysfunctional procrastination) (Ferrari et al., 1995).
(19)
Prokrastinasi fungsional adalah perilaku menunda yang dilakukan untuk mengerjakan hal lain yang bertujuan untuk mencari informasi yang lebih akurat dan lengkap tentang hal yang akan dilakukan. Prokrastinasi ini tidak menimbulkan akibat yang buruk bagi pelakunya, sehingga perilaku ini tidak terlalu membahayakan, sedangkan, prokrastinasi disfungsional adalah perilaku menunda yang dilakukan tanpa tujuan yang pasti dan tanpa disertai alasan yang berguna. Prokrastinasi jenis ini dapat berakibat buruk, misalnya, nilai akademik yang rendah dan juga tingkat stress yang tinggi (Tice & Baumister, 1997).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan bahwa mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik disfungsional, yaitu penundaan dalam mengerjakan tugas dengan alasan yang tidak berkaitan dengan penyelesaian tugas. Dengan demikian, penelitian ini akan berfokus pada prokrastinasi akademik disfungsional.
Prokrastinasi akademik dapat disebabkan oleh beberapa hal. Steel (2007) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik disebabkan oleh ketakutan akan kegagalan, pemberontakan, pengaturan waktu yang buruk, dan gangguan dari lingkungan. Selain itu, prokrastinasi akademik juga dapat disebabkan oleh keengganan / kemalasan mengerjakan tugas (Steel, 2007).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, banyak mahasiswa yang enggan mengerjakan tugas karena merasa tugasnya tidak menarik atau sulit untuk dikerjakan. Keadaan ini merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa. Salah satu hal yang tampaknya berpengaruh terhadap
(20)
pengatasan masalah ini adalah kemandirian mahasiswa. Kemandirian adalah kemampuan untuk dapat mengatasi permasalahannya sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain (Hurlock, 1967). Maka dari itu, ketika seseorang yang mandiri dihadapkan pada tugas yang tidak menarik atau sulit, ia dapat langsung menyelesaikannya tanpa harus menunggu bantuan dari orang lain. Keadaan ini membuat seseorang yang mandiri tidak merasa enggan untuk mengerjakan tugasnya sehingga ia tidak melakukan prokrastinasi.
Di sisi lain, ketika seseorang yang tidak mandiri dihadapkan pada suatu tugas yang sulit ataupun tidak menarik, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat menyelesaikannya (Turner & Turner, 1999). Orang tersebut mungkin akan menunggu bantuan dan saran dari orang lain untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut. Pada kenyataannya, bantuan tersebut tidak selalu ada. Ketika tidak ada orang yang dapat membantu, orang yang tidak mandiri tersebut akan merasa enggan untuk mengerjakan dan akhirnya melakukan prokrastinasi.
Prokrastinasi pada penelitian sebelumnya dihubungkan dengan self
regulating pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi (Kurniawati,
2010), locus of control external pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi (Frederik, 2010), dukungan sosial orang tua pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi (Fibrianti, 2009), frekuensi dan kognitif-behavioral (Solomon & Rothblum, 1984), motivasi berprestasi dan stress mahasiswa (Rumiani, 2006), asertivitas pada mahasiswa jurusan Bahasa
(21)
Inggris dan Komunikasi (Yong, 2010), performansi, stress, dan kesehatan (Tice & Baumister, 1997), dan pusat kendali dan efikasi diri (Rivzi, Prawitasari & Soetjipto, 1997). Kemandirian pada penelitian sebelumnya dihubungkan dengan gaya kelekatan pada remaja akhir (Pelawi, 2004), sikap kompetensi superioritas (Bramasto, 2005), sikap terhadap kekerasan terhadap istri (Astuti, 2006), dan depresi pada mahasiswa (Herawati, 2003).
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti berminat untuk melihat hubungan antara kemandirian dengan prokrastinasi. Penelitian ini dilakukan karena selama ini belum pernah ada yang meneliti hubungan kedua variable tersebut. Diharapkan, penelitian ini dapat mengungkap hubungan antara tingkat kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara kemandirian dan prokrastinasi pada mahasiswa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa.
(22)
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara Teoretis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi tentang prokrastinasi serta kaitannya dengan kemandirian.
2. Secara Praktis
Bagi universitas, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tingkat kemandirian dan juga tingkat prokrastinasi mahasiswa sehingga universitas dapat menindaklanjuti mahasiswa yang mempunyai tingkat prokratinasi tinggi dengan mengembangkan kemandiriannya. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi diri yang dapat memberikan informasi mengenai tingkat kemandirian dan juga tingkat prokrastinasi mahasiswa
(23)
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PROKRASTINASI AKADEMIK
1. Pengertian Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare yang berarti menunda sampai dengan hari berikutnya (Holloway, 2009). Istilah itu sendiri terdiri dari dua kata yaitu pro yang berarti ke arah depan (forward) dan crastinus yang berarti menjadi besok (belonging to tomorrow) (Ferrari et al., 1995).
Dalam perkembangannya, ada beragam definisi berkaitan dengan prokrastinasi. Ada yang menganggap definisi prokrastinasi adalah perilaku menunda hal yang seharusnya penting untuk dilakukan. Definisi ini disampaikan oleh Ellis dan Knaus (Chu & Choi, 2005; Ferrari & Tice, 2000) yang menyatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda apa yang seharusnya penting untuk dilakukan. Definisi tersebut dikuatkan oleh Milgram, Sroloff dan Rosenbaum (1988) yang menyatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku untuk menunda sampai besok apa yang seharusnya dilakukan hari ini.
Ada juga yang menganggap prokrastinasi sebagai perilaku menunda yang tidak masuk akal. Definisi ini disampaikan oleh Flett, Blankstein, Hewitt dan Koledin (1992), yang secara tipikal mendefinisikan prokrastinasi sebagai kecenderungan tidak rasional untuk menunda tugas
(24)
yang seharusnya diselesaikan. Definisi ini dilengkapi oleh Tice dan Baumister (1997) yang mendefinisikan prokrastinasi sebagai kebiasaan diri yang menyerah pada rasa malas yang mengakibatkan pada penundaan pekerjaan tanpa ada alasan.
Ada juga definisi yang menganggap prokrastinasi sebagai perilaku menunda yang dapat menimbulkan akibat buruk pada pelakunya. Definisi ini disampaikan oleh Solomon dan Rothblum (1984), yang menyatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda sampai pada titik yang membuat pelakunya merasa tidak nyaman. Selain itu, Baumister dan Scher (1988), Ellis dan Knaus (1977) (Tice & Baumister, 1997) juga menyatakan hal serupa. Mereka menyatakan bahwa prokrastinasi adalah penaklukkan diri yang dapat berakibat pada menurunnya kualitas performansi, karena seseorang mengakhiri kerjanya dengan waktu yang sedikit. Definisi ini dikuatkan oleh Dewitte dan Schouwenburg (2002), yang menyatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda yang memiliki potensi konsekuensi yang membahayakan bagi orang yang melakukannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda yang tidak masuk akal, hal yang seharusnya penting untuk dilakukan dan dapat menimbulkan akibat buruk pada pelakunya.
Sementara itu, berdasarkan ruang lingkupnya terdapat prokrastinasi akademik dan prokrastinasi non akademik. Prokrastinasi akademik adalah prokrastinasi yang terjadi dalam lingkup akademik. Solomon dan Rothlum
(25)
(1984) mengungkapkan bidang akademik yang sering menjadi sasaran prokrastinasi adalah tugas menulis, tugas belajar untuk menghadapi ujian, tugas membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan. Tugas menulis mencakup tugas membuat makalah, penulisan laporan pratikum dan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan menulis. Tugas belajar untuk menghadapi ujian, antara lain belajar untuk kuis, ujian sisipan, ujian akhir semester, dll. Tugas membaca, meliputi membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akademik. Kinerja administratif, yaitu pengerjaan dan penyelesaian tugas administratif, seperti menyalin catatan kuliah dan registrasi ulang. Menghadiri pertemuan, antara lain menghadiri kuliah, pertemuan, dan pratikum. Kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu mencakup tugas akademik secara keseluruhan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda yang tidak masuk akal, hal yang seharusnya penting untuk dilakukan, dan dapat menimbulkan akibat buruk pada pelakunya serta berada pada lingkup akademik, yaitu tugas menulis, belajar untuk ujian, membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja akademik.
2. Karakteristik Prokrastinasi Akademik
Seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik tentu mempunyai karakteristik khusus yang membedakan dirinya dengan pelaku prokrastinasi pada umumnya. Schouwenberg (Ferrari et al., 1995)
(26)
mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik dapat digambarkan dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Perilaku menunda
Kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu pekerjaan. Seseorang mengetahui bahwa tugas yang dihadapinya penting untuk diselesaikan dan berguna bagi dirinya, namun ia mempunyai kecenderungan untuk tidak segera mengerjakan tugas yang akan dikerjakannya atau tidak segera menyelesaikan tugas jika ia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.
b. Keinginan untuk menunda mengerjakan
Ketika seseorang mendapat tugas ataupun akan melanjutkan tugas yang sudah dikerjakan sebelumnya, seseorang tersebut mempunyai keinginan untuk tidak segera mengerjakan atau melanjutkannya.
c. Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan
Seseorang mempunyai kesulitan untuk mematuhi jadwal yang telah ditetapkannya sendiri. Seseorang tersebut sudah memiliki keinginan untuk mulai mengerjakan tugas, ia pun mungkin sudah menetapkan jadwal/rencana kapan akan mengerjakan. Akan tetapi, ia kesulitan untuk berperilaku sesuai dengan jadwal/rencana yang telah ditetapkan. Keadaan ini membuat seseorang mengalami keterlambatan dalam mengerjakan tugas.
(27)
d. Melakukan aktivitas lain daripada mengerjakan tugas
Seseorang yang melakukan prokrastinasi mengetahui bahwa tugasnya penting untuk dikerjakan, namun ia lebih memilih untuk melakukan aktivitas lain daripada mengerjakan tugas. Hal ini dipengaruhi oleh pikiran irasional yang merasa bahwa melakukan hal lain yang lebih menyenangkan lebih penting daripada mengerjakan tugas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik prokrastinasi akademik adalah adanya penundaan terhadap pengerjaan tugas, penundaan keinginan untuk mengerjakan tugas, adanya ketidakcocokkan antara keinginan dan perilaku, serta melakukan hal lain daripada mengerjakan tugas.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik
Steel (2007), mengemukakan bahwa prokrastinasi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a. Keengganan/kemalasan mengerjakan tugas
Seseorang mungkin punya kemampuan untuk mengerjakan tugas, namun orang tersebut mempunyai anggapan bahwa tugasnya tidak menarik dan/atau sulit untuk dikerjakan. Hal ini menyebabkan ketika seseorang dihadapkan pada tugas yang tidak terlalu penting dan/atau tidak terlalu menarik untuknya ataupun sulit, maka orang tersebut akan melakukan penundaan untuk mulai mengerjakan tugasnya.
(28)
b. Ketakutan akan kegagalan
Kecenderungan takut akan kegagalan dihubungkan dengan keragu-raguan akan diri, sehingga seseorang yang melakukan prokrastinasi akan lebih memilih dianggap kurang usaha untuk mengerjakan tugas daripada kurang kemampuan. Keadaan ini akan membuat orang mengerjakan tugas ketika waktu sudah hampir habis supaya terkesan ia hanya kurang usaha dan bukan kurang kemampuan.
c. Depresi atau moody
Moody atau depresi (dalam kondisi yang lebih parah) juga
mempengaruhi terjadinya prokrastinasi. Hal ini dapat terjadi karena
mood/depresi dapat menurunkan ketertarikan untuk mengerjakan tugas
sehingga seseorang akan menunda untuk memulai mengerjakan tugas. d. Pemberontakan
Prokrastinasi dapat terjadi ketika seseorang merasa tugas yang diberikan tidak adil, misalnya tugas terlalu berat dan tidak sesuai dengan waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas. Hal ini akan membuat seseorang memberontak dan melakukan penundaan.
e. Pengaturan waktu yang buruk
Seseorang dapat melakukan prokrastinasi karena ia meremehkan waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas, sehingga ia terus saja menunda untuk memulai mengerjakan karena ia merasa ia hanya membutuhkan waktu yang sedikit untuk menyelesaikan tugas.
(29)
f. Gangguan dari lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi prokrastinasi. Misalnya, ada seseorang yang akan nyaman ketika ia berada di tempat sepi, sehingga ketika ia berada di tempat yang ramai ia cenderung menunda untuk mengerjakan tugas. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan prokrastinasi masing-masing individu berbeda tergantung dari individu yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu adanya keengganan dalam mengerjakan tugas, ketakutan akan kegagalan, depresi atau mood, pemberontakan, pengaturan waktu yang buruk, dan gangguan dari lingkungan.
B. KEMANDIRIAN
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian (autonomy) berasal dari bahasa Yunani “autos” (diri) dan “nomos” (hukum) yang berarti penguasaan atas diri sendiri (Fox, 2012). Kemandirian di sini dilihat dari perspektif psikologi.
Secara umum, kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan untuk tidak bergantung pada orang lain. Definisi ini dinyatakan oleh Hurlock (1967) yang menyatakan bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk menangani permasalahannya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Pendapat ini serupa dengan peneliti lain yang menyatakan
(30)
bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk menahan tekanan teman sebaya dan orang tua, terlepas dari kontrol orang tua dalam pengambilan keputusan, mampu menangani masalah serta mampu membuat keputusan dengan percaya diri(Steinberg & Silverberg, 1986).
Definisi yang hampir sama dinyatakan oleh Agnew (1984) yang mendefinisikan bahwa kemandirian adalah penguasaan atas diri sendiri (governance) (meliputi kemampuan untuk membuat keputusan,
self-reliance, dan conformity -Russel dan Baken, 2002); kemampuan untuk
menolak tuntutan dari orang lain, dan untuk bertindak atas wewenangnya sendiri. Definisi ini dikuatkan oleh Steinberg (1999) dalam Russel dan Baken (2002) yang mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan remaja untuk dapat berpikir, merasakan, membuat keputusan dan bertindak atas wewenangnya sendiri.
Definisi serupa dinyatakan oleh Petegem, Beyers, Vansteenkiste dan Soenens (2012), yang mendefinisikan kemandirian sebagai kemerdekaan (independence) atau ketergantungan pada diri sendiri
(self-reliance), yang berarti sejauh mana seseorang dapat bertindak dan
membuat keputusan tanpa bergantung dengan orang lain, seperti orang tua. Definisi ini dikuatkan oleh Davis (2010) yang mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan untuk bertindak dan membuat keputusan secara independen. Sejalan dengan itu Clarke (1999), mendefinisikan kemandirian sebagai mampunya seseorang bertindak berdasarkan keyakinan atau keinginannya sendiri tanpa gangguan dari orang lain.
(31)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk dapat berpikir, merasakan, membuat keputusan, menolak/menahan tuntutan dari orang lain, menangani masalah dan bertindak atas wewenangnya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain (independence dan self-reliance).
2. Indikator Kemandirian
Berdasarkan definisi dari kemandirian, terdapat beberapa indikator kemandirian, yaitu:
a. Membuat keputusan (Agnew, 1984; Davis, 2009; Petegem, et al., 2012; Steinberg & Silverberg, 1986; Steinberg, 1999 dalam Russel & Baken 2002)
Membuat keputusan merupakan proses kognitif untuk memilih antara dua atau lebih alternatif, mulai dari bagian yang relatif jelas (misalnya, memesan makan di restoran) sampai ke masalah yang kompleks (misalnya, memilih pasangan) (VandenBos, 2007). Seseorang yang sudah mandiri dapat mengambil keputusan secara percaya diri walaupun tanpa bantuan orang lain (khususnya dari kontrol orang tua), sedangkan seseorang yang tidak mandiri akan membutuhkan dukungan (emotional reliance) maupun bantuan orang lain supaya ia dapat membuat keputusan.
(32)
b. Menolak/menahan tuntutan/tekanan orang lain (Agnew, 1984; Steinberg & Silverberg, 1986)
Seseorang yang mandiri akan dapat menolak/menahan tuntutan/tekanan dari orang lain, sedangkan seseorang yang tidak mandiri tidak dapat menolak/menahan tuntutan dari orang lain. Hal ini terkait dengan kecenderungan seseorang yang tidak mandiri untuk menyenangkan orang lain supaya ia mendapat dukungan dari orang lain (Fairbrother &Moretti, 1998).
c. Bertindak (Agnew, 1984; Clarke,1999; Davis, 2009; Petegem, et al., 2012; Steinberg, 1999 dalam Russel & Baken, 2002)
Bertindak merupakan urutan gerakan, biasanya berkaitan dengan beberapa tujuan yang terdiri dari seperangkat komponen perilaku terintegrasi yang bertentangan dengan respon tunggal (VandenBos, 2007). Seseorang yang mandiri akan dapat melakukan suatu hal sendiri dan tanpa bergantung terhadap orang lain. Sebaliknya, seseorang yang tidak mandiri cenderung untuk membutuhkan orang lain untuk melakukan suatu hal.
d. Menangani masalah (Hurlock, 1967; Steinberg & Silverberg, 1986) Menangani masalah adalah proses individu berusaha untuk mengatasi kesulitan, menyusun rencana supaya dapat mencapai tujuan, atau mencapai kesimpulan melalui penggunaan fungsi mental yang lebih tinggi, seperti penalaran dan berpikir kreatif (VandenBos, 2007). Seseorang yang mandiri dapat menangani masalahnya sendiri tanpa
(33)
selalu bergantung pada bantuan dan dukungan orang lain, sedangkan seseorang yang tidak mandiri akan selalu bergantung pada bantuan dan dukungan orang lain untuk dapat menyelesaikan permasalahannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator kemandirian adalah membuat keputusan, menolak / menahan tuntutan/tekanan orang lain, bertindak dan menangani masalah.
C. MAHASISWA
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi, disebutkan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia).
Berdasarkan rentang usianya, mahasiswa berada pada masa remaja akhir yang mulai memasuki masa kedewasaan (Zarrett & Eccles, 2006). Dengan mulai munculnya kedewasaan ini, seseorang menjadi semakin mandiri, serta memperoleh dan mengelola tanggung jawab yang lebih besar. Hal ini terkait dengan pendapat Eccles dan Gootman (dalam Zarrett & Eccles, 2006) yang mengemukakan bahwa pada masa ini seseorang harus beralih dari ketergantungan terhadap orang tua, mulai mengambil tanggung jawab dalam keluarga dan juga komunitas, mampu merencanakan masa depan dan mengambil langkah yang tepat dalam menggapainya, dan memperoleh kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil dalam transisi menuju kedewasaan.
(34)
Berkaitan dengan hal tersebut, pada masa mulai munculnya kedewasaan ini, seseorang telah semakin mampu mengelola problem solving yang dapat memfasilitasi mereka dalam pembentukan identitas dan pematangan penalaran moral. Selain itu, masa kuliah juga dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk dapat berhasil dalam melewati transisi menuju kedewasaan. Hal ini terkait dengan karakteristik lingkungan dalam perkuliahan yang memberi ruang bagi mahasiswa untuk dapat melatih self-governance, individuasi dari orang tua dan kebebasan untuk memillih. Dapat dikatakan, bahwa perkuliahan atau kampus adalah institusi sosial yang telah disesuaikan untuk dapat mengembangkan semiautonomy yang dapat membantu dalam transisi menuju kedewasaan (Zarrett & Eccles, 2006).
D. HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI
Masa perkuliahan adalah masa yang cukup berat. Hal ini disebabkan pada masa ini, seorang mahasiswa dihadapkan pada banyaknya tuntutan dan keputusan-keputusan yang perlu diambil (Dalton & Crosby, 2011). Untuk dapat menghadapi hal-hal tersebut, seseorang membutuhkan kemandirian. Hal ini disebabkan seseorang yang mandiri memiliki kemampuan untuk dapat berpikir, merasakan, menangani masalah, membuat keputusan, dan bertindak atas wewenangnya sendiri. Kemampuan ini membuat seseorang yang mandiri tidak bergantung terhadap bantuan dan dukungan orang lain untuk dapat
(35)
menentukan keputusan dan juga tindakannya sehingga ia dapat menghadapi beratnya masa kuliah dengan baik dan tidak melakukan prokrastinasi.
Akan tetapi, tidak semua orang dapat mandiri (Turner & Turner, 1999). Seseorang yang tidak mandiri akan membutuhkan bantuan dan dukungan orang lain untuk menentukan keputusan dan tindakannya (Turner & Turner, 1999). Selain itu, seseorang yang tidak mandiri juga membutuhkan orang lain untuk dapat percaya diri (Turner & Turner, 1999). Keadaan ini membuat seseorang yang tidak mandiri membutuhkan keberadaan orang lain. Akan tetapi, tidak selalu ada orang lain untuk dapat membantu seseorang yang tidak mandiri. Hal ini menyebabkan, ketika seseorang yang tidak mandiri tersebut dihadapkan pada beratnya masa perkuliahan, misalnya tugas-tugas kuliah, maka ia akan merasa tugas-tugas tersebut sulit karena tidak ada orang yang mendukung ataupun membantunya. Ketika hal ini terus berlangsung, seseorang yang tidak mandiri akan merasa enggan untuk mengerjakan tugas dan akhirnya melakukan prokrastinasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemandirian dapat mempengaruhi tingkat prokrastinasi seseorang. Ketika seseorang yang mandiri dihadapkan pada beratnya masa kuliah, ia mampu untuk menyelesaikannya tanpa bantuan dan dukungan orang lain, sehingga ia tidak melakukan prokrastinasi, sedangkan ketika seseorang yang tidak mandiri dihadapkan pada beratnya masa perkuliahan, misalnya tugas, dan ia tidak mendapat dukungan dari orang lain, ia akan merasa tugas tersebut sulit sehingga ia merasa enggan dan akhirnya melakukan prokrastinasi. Dapat
(36)
dikatakan bahwa seseorang yang mandiri mempunyai kecenderungan untuk tidak melakukan prokrastinasi. Sedangkan, seseorang yang tidak mandiri mempunyai kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi.
E. HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi. Semakin tinggi tingkat kemandirian seseorang, maka semakin rendah tingkat prokrastinasi yang dimilikinya, sebaliknya semakin rendah tingkat kemandirian seseorang maka akan semakin tinggi tingkat prokrastinasinya.
(37)
Mahasiswa
Beratnya masa kuliah:
banyak tuntutan dan
keputusan-keputusan
Mandiri:
Tidak tergantung pada orang
lain dalam bertindak,
menangani masalah dan
membuat keputusan
Merasa enggan
Prokrastinasi
Tidak merasa enggan
Tidak prokrastinasi
Tidak selalu ada orang lain yang dapat mendukung dan menentukan tindakan
Merasa kesulitan karena tidak ada dukungan
Tidak kesulitan karena dapat menangani masalah tanpa orang lain
Tidak terpengaruh dan tidak membutuhkan orang lain untuk
menentukan apa yang harus
dilakukan
Tidak mandiri:
-Butuh orang lain untuk menentukan keputusan dan tindakan yang akan diambil
-Butuh orang lain untuk mendapatkan kepercayaan diri
(38)
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional. Hal ini disebabkan penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara kemandirian mahasiswa dengan prokrastinasi.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Variabel bebas : kemandirian mahasiswa
Variabel tergantung : prokrastinasi
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Kemandirian
Kemandirian dalam penelitian ini diukur dengan skala kemandirian yang didasarkan pada 4 indikator, yaitu:
a. Pengambilan keputusan
b. Menolak/menahan tuntutan/tekanan dari orang lain c. Bertindak
d. Menangani masalah
Tinggi rendahnya kemandirian diukur dengan cara semakin tinggi skor kemandirian seseorang pada skala ini maka semakin tinggi pula
(39)
kemandiriannya dan semakin rendah skor kemandirian seseorang pada skala ini maka semakin rendah pula kemandiriannya.
2. Prokrastinasi
Prokrastinasi dalam penelitian ini diungkap dengan skala yang didasarkan pada empat karakteristik prokrastinasi, yaitu:
a. Perilaku menunda
b. Keinginan untuk menunda mengerjakan
c. Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan d. Melakukan aktivitas lain daripada mengerjakan tugas
Dalam skala ini, semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat prokrastinasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula tingkat prokrastinasinya.
D. SUBJEK PENELITIAN
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik convenient sampling yang merupakan salah satu teknik dalam non random sampling, yaitu mengambil sampel di mana peserta dipilih, sebagian atau seluruhnya, berdasarkan kenyamanan peneliti (ketersediaan atau aksesibilitas) (Prasetyo & Jannah, 2005).
(40)
E. METODE PENGAMBILAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala dalam penelitian ini menggunakan model modifikasi skala Likert yang terdiri dari 4 respon jawaban. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan meniadakan jawaban tengah atau netral. Terdapat 2 skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Skala Kemandirian
Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian. Skala kemandirian ini terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Kategori penilaian untuk masing-masing aitem favorable adalah nilai 4 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk Sesuai (S), nilai 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sebaliknya, kategori nilai untuk aitem unfavorable, yaitu nilai 1 Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk Sesuai (S), nilai 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Berikut ini diuraikan penyusun aitem skala Kemandirian dan distribusi aitem sebelum uji coba.
Tabel 1. Distribusi aitem skala kemandirian sebelum uji coba
No. Indikator Sebaran aitem ∑
Favorable Unfavorable 1 Menolak/menahan
tuntutan/tekanan dari orang lain
2, 3, 5, 10 9, 13, 17, 18, 21 9
2 Mengambil keputusan
4, 15, 20 1, 11, 16, 22, 25 8
3 Bertindak 7, 27, 32 8, 24, 30 6
4 Menangani masalah 14, 23,31 6, 12, 19, 26, 28, 29 9
(41)
2. Skala Prokrastinasi
Prokrastinasi diukur dengan skala prokrastinasi yang disusun oleh peneliti. Skala prokrastinasi ini menggunakan model skala likert yang terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), Tidak pernah (TP). Kategori penilaian untuk masing-masing aitem
favorable adalah nilai 4 untuk Selalu (SL), nilai 3 untuk Sering (SR),
nilai 2 untuk Jarang (JR), dan nilai 1 untuk Tidak pernah (TP). Sementara itu, kategori nilai untuk aitem unfavorable yaitu nilai 1 untuk Selalu (SL), nilai 2 untuk Sering (SR), nilai 3 untuk Jarang (JR), dan nilai 4 untuk Tidak pernah (TP). Di bawah ini, diuraikan penyusun aitem skala Prokrastinasi, serta distribusi aitem sebelum uji coba.
Tabel 2. Distribusi aitem skala prokrastinasi sebelum uji coba
No. Karakteristik Sebaran aitem ∑
Favorable Unfavorable
1 Perilaku menunda 1, 6, 13, 22,
35
8, 18, 26, 27, 32
10 2 Keinginan untuk menunda
mengerjakan
3, 11, 15, 20, 31
7, 24, 36 8
3 Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan
4, 17, 21, 25, 37
10, 14, 29, 33, 38
10 4 Melakukan aktivitas lain
daripada mengerjakan tugas
2, 9, 12, 28, 30
5, 16, 19, 23, 34
10
Jumlah aitem 20 18 38
F. VALIDITAS, SELEKSI AITEM DAN RELIABILITAS
1. Validitas
Validitas yang digunakan dalam skala ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi dengan pengujian
(42)
terhadap isi tes dengan cara penilaian profesional atau profesional
judgement (Azwar, 2009). Dalam skala ini, profesional judgement
dilakukan oleh dosen pembimbing. 2. Seleksi Aitem
Seleksi aitem dilakukan untuk mendapatkan aitem yang valid sehingga layak digunakan untuk penelitian. Seleksi aitem ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi aitem total (rix) tiap aitem. Penghitungan
koefisien aitem total akan dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistics versi 17.0. Biasanya, kriteria yang digunakan sebagai batasan aitem adalah rix ≥ 0.30 (Azwar, 2009). Maka dari itu, pada penelitian ini aitem yang
mempunyai rix < 0.30 akan digugurkan.
Uji coba skala dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2012 terhadap mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Psikologi Sanata Dharma pada mata kuliah Dinamika Kelompok kelas A dan Psikologi Perkembangan II kelas B. Terdapat 84 mahasiswa yang mengisi skala kemandirian dan juga prokrastinasi.
Pada skala kemandirian, dari 32 aitem, 19 aitem dinyatakan sahih dan 13 aitem harus digugurkan karena memiliki rix < 0.30. Dengan batasan
tersebut, jumlah aitem yang lolos pada skala ini sedikit, maka batasan yang digunakan diturunkan menjadi rix ≥ 0.25 (Azwar, 2009). Perubahan ini,
berhasil mengurangi jumlah item yang gugur menjadi hanya 8 aitem, sedangkan 24 aitem lainnya dinyatakan sahih. Pada skala prokrastinasi, dari 38 aitem terdapat 35 aitem yang dinyatakan sahih dan 3 aitem harus
(43)
digugurkan karena memiliki rix < 0.30. Untuk menyamakan bobot
komponen skala, maka 3 aitem tambahan harus digugurkan. Berikut distribusi aitem setelah seleksi aitem.
Tabel 3. Distribusi aitem skala kemandirian (setelah seleksi aitem)
No. Indikator Sebaran aitem ∑
Favorable Unfavorable
1 Menolak/menahan tuntutan/tekanan dari orang lain
2, 3, 8 11, 14, 16 6
2 Mengambil keputusan 4, 15 1, 9, 13, 19 6
3 Bertindak 6, 24 7, 23 4
4 Menangani masalah 12, 17 5, 10, 18, 20,
21, 22
8
Jumlah aitem 9 15 24
Tabel 4. Distribusi aitem skala prokrastinasi (setelah seleksi aitem)
No. Karakteristik Sebaran aitem ∑
Favorable Unfavorable
1 Perilaku menunda 5, 12, 19,
31
7, 17, 23, 27 8
2 Keinginan untuk menunda
mengerjakan
2, 10, 14, 18, 26
6, 21, 32 8
3 Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan
3, 16, 20, 30
9, 13, 22, 28 8 4 Melakukan aktivitas lain
daripada mengerjakan tugas
1, 8, 11, 24, 25
4, 15, 29 8
Jumlah aitem 18 14 32
3. Reliabilitas
Reliabilitas pada skala ini diperoleh dengan menggunakan koefisien Alpha-Cronbach yang terdapat pada program SPSS versi 17.0.
Koefisien reliabilitas yang diperoleh pada skala kemandirian adalah 0.874 dengan korelasi aitem total antara 0.270 – 0.676. Pada skala prokrastinasi koefisien reliabilitas yang diperoleh adalah 0.954 dengan
(44)
korelasi aitem total antara 0.382 – 0.759. Dengan demikian, skala tersebut dinyatakan reliabel. Hal ini didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa suatu alat ukur dinyatakan reliabel apabila memiliki koefisien
Alpha-Chronbach ≥ 0.600 (Azwar, 2011).
G. ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas data akan dilakukan dengan menggunakan rumus One Sample Kolmogorov-Smirnov Z Test pada program SPSS versi 17.0. Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai signifikansi lebih dari 0.05 (p > 0.05).
b. Uji Linearitas
Uji linearitas yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah Test for Linearity pada program SPSS versi 17.0. Suatu hubungan dinyatakan linear apabila nilai signifikansi yang didapatkan lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05), sementara itu hubungan dinyatakan tidak linear bila nilai signifikansi yang didapatkan lebih besar dari 0.05 (p > 0.05).
2. Uji Hipotesis
Teknik uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan korelasi Pearson-Product Moment yang terdapat dalam program SPSS versi 17.0.
(45)
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi pada 3 angkatan yang berbeda, yaitu angkatan 2011, 2010 dan 2009. Pada mahasiswa angkatan 2011 penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 September 2012 pada mata kuliah Dinamika Kelompok kelas D. Kemudian, terhadap mahasiswa angkatan 2010 penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 September 2012 terhadap mata kuliah Psikodiag III: Wawancara kelas A. Pada angkatan 2009, penelitian dilakukan dengan membagikan skala penelitian di luar kelas secara individual dari tanggal 22 September 2012 sampai tanggal 26 September 2012. Terdapat 32 orang mahasiswa yang mengisi skala penelitian pada angkatan 2011, 40 orang pada angkatan 2010, dan 25 orang pada angkatan 2009. Dengan demikian, total subjek yang mengisi skala penelitian adalah 97 orang.
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 97 orang mahasiswa yang berasal dari 3 angkatan yang berbeda, yaitu angkatan 2009-2011. Pemilihan subjek yang berada pada angkatan 2009-2011 didasarkan pada fokus penelitian ini yang ingin meneliti mahasiswa yang masih aktif kuliah. Mahasiswa angkatan 2012 tidak diikutsertakan karena
(46)
belum genap 3 bulan menjadi mahasiswa ketika penelitian ini dilaksanakan, sehingga belum mengalami beratnya tuntutan yang dihadapi mahasiswa.
Tabel 5. Deskripsi subjek penelitian
Deskripsi Jumlah subjek Total subjek
Usia 17 2 97
18 4
19 26
20 42
21 19
22 4
Jenis kelamin
Perempuan 75 97
Laki-laki 22
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data sebagai berikut. Skala kemandirian memiliki mean teoretis sebesar 60, sedangkan mean empirisnya adalah 63.46. Mean empiris pada skala kemandirian lebih besar daripada
mean teoretisnya. Berdasarkan hasil uji t, nilai signifikansi yang diperoleh
lebih kecil dari 0.05, yaitu 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris memiliki perbedaan yang signifikan terhadap mean teoretis. Dengan demikian, diketahui bahwa tingkat kemandirian subjek tinggi.
Pada skala prokrastinasi, mean teoretis yang diperoleh adalah 80, sedangkan mean empiris yang diperoleh adalah 73.87. Mean empiris pada skala prokrastinasi lebih kecil dari mean teoretisnya. Berdasarkan hasil uji t, nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0.05, yaitu 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan
mean teoretis. Dengan demikian, diketahui bahwa tingkat prokrastinasi
(47)
Tabel 6. Deskripsi data skala
Skala N Teoretis Empiris
Min Max Mean Min Max Mean
Kemandirian 24 24 96 60 46 89 63.46
Prokrastinasi 32 32 128 80 35 102 73.87
D. HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk melihat apakah data yang digunakan sudah memenuhi syarat untuk dilakukan korelasi. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan linearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat normal tidaknya data yang digunakan dalam penelitian ini. Uji normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Z Test pada program SPSS Statistics versi 17.0.
Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0.05 (p > 0.05).
Tabel 7. Hasil uji normalitas
Variabel Kolmogorov-Smirnov
Z Test
p (2-tailed)
Kemandirian 0.927 0.356
Prokrastinasi 0.821 0.511
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai signifikansi pada data kemandirian adalah 0.356. Pada data prokastinasi, nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0.511. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data
(48)
kemandirian dan prokrastinasi yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam kurva normal karena memiliki p > 0.05.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang linear antara kemandirian sebagai varibel bebas dengan prokrastinasi sebagai variabel tergantung. Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan Test for Linearity pada program SPSS versi 17.0. Suatu hubungan dinyatakan linear apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05), sementara itu hubungan dinyatakan tidak linear bila nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0.05 (p > 0.05).
Tabel 8. Hasil uji linearitas
F Sig.
Kemandirian * Prokrastinasi
Between group (Combined)
1.768 .028
Linearity 20.825 .000
Deviation from Linearity
1.111 .354
Berdasarkan hasil uji linearitas, kemandirian dengan prokrastinasi memiliki F sebesar 20.825 dengan signifikansi sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian dengan prokrastinasi memiliki hubungan yang linear karena memiliki signikansi lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05).
(49)
2. Uji Hipotesis
Teknik uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan korelasi Pearson-Product Moment yang terdapat dalam program SPSS versi 17.0. Teknik ini dipilih karena data kemandirian dan prokrastinasi termasuk ke dalam distribusi normal.
Tabel 9. Hasil uji korelasi kemandirian dengan prokrastinasi Prokrastinasi Kemandirian
Kemandirian Pearson Correlation 1 -.418**
Sig. (1-tailed) .000
N 97 97
Prokrastinasi Pearson Correlation -.418** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 97 97
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan, kemandirian dengan prokrastinasi memiliki koefisien korelasi (r) sebesar -0.418 dengan signifikansi sebesar 0.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0.01 (p < 0.01). Dengan demikian, semakin tinggi tingkat kemandirian mahasiswa maka semakin rendah tingkat prokrastinasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kemandirian mahasiswa, maka semakin tinggi tingkat prokrastinasinya.
Untuk dapat memberikan besar kecilnya penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan, maka dapat dilihat dengan menggunakan sumbangan determinan (r2). Sumbangan kemandirian terhadap prokrastinasi dapat dilihat dari koefisien determinannya, yaitu
(50)
sebesar 0.174. Hal ini menunjukkan adanya sumbangan efektif variabel kemandirian sebesar 17.4 % terhadap prokrastinasi mahasiswa. Hasil ini menunjukkan bahwa ada sumbangan sebesar 82.6 % yang berasal dari variabel lain.
E. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian mahasiswa sebagai variabel bebas dengan prokrastinasi sebagai variabel tergantung. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan negative antara kemandirian dengan prokrastinasi. Hal ini dapat terlihat dari perolehan hasil koefisien korelasi sebesar -0.418 dengan signifikansi sebesar 0.00 (p < 0.01). Dengan demikian, semakin tinggi tingkat kemandirian mahasiswa maka semakin rendah tingkat prokrastinasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kemandirian mahasiswa, maka semakin tinggi tingkat prokrastinasinya.
Berkaitan dengan banyaknya tuntutan, keputusan dan pilihan yang harus dihadapi pada masa perkuliahan, mahasiswa yang mandiri akan menghadapi beratnya masa kuliah ini dengan lebih baik. Hal ini dapat terjadi karena kemandirian merupakan periode perkembangan seseorang yang menjadi kunci keberhasilan remaja dalam mengemban peran dan tanggung jawab sebagai orang dewasa (Rice, 1996). Kemandirian (self-reliance) adalah salah satu tugas perkembangan masa remaja akhir-dewasa awal yang membuat seseorang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mampu
(51)
mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari hal yang akan ia putuskan saat ini (Steinberg, 2002). Keadaan ini membuat seseorang yang mandiri lebih memikirkan konsekuensi jangka panjang ketika ia akan melakukan prokrastinasi.
Namun, tidak semua orang mandiri (Turner & Turner, 1999). Ketika seseorang tidak mandiri, ia akan bergantung kepada dukungan dan bantuan orang lain dalam melakukan sesuatu (Turner & Turner, 1999). Hal ini akan memicu seseorang melakukan prokrastinasi. Misalnya, ketika seseorang yang tidak mandiri menghadapi tugas-tugas perkuliahan yang sulit, ia bergantung pada bantuan dan dukungan orang lain untuk mengerjakannya. Namun, bantuan yang diharapkan tidak selalu ada. Akibatnya, ia akan merasa kesulitan mengambil keputusan dan merasa enggan mengerjakan tugas sehingga akhirnya melakukan prokrastinasi.
Seseorang yang tidak mandiri juga selalu berusaha menyenangkan orang lain (Fairbrother & Moretti, 1998). Hal ini membuat seseorang yang tidak mandiri kesulitan untuk dapat menolak tuntutan dari orang lain. Keadaan ini juga dapat menimbulkan prokrastinasi. Misalnya, ketika seseorang yang tidak mandiri akan melakukan suatu tugas akademik dan ada orang lain yang mengajaknya melakukan hal lain, ia akan kesulitan menolaknya dan akhirnya memilih untuk melakukan hal lain tersebut.
Seseorang yang tidak mandiri juga bergantung kepada penerimaan orang lain untuk mendapatkan kepercayaan dirinya (Turner & Turner, 1999). Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang belum mandiri memiliki
(52)
kepercayaan diri yang rendah. Kepercayaan diri yang rendah ini membuat seseorang mempunyai kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi (Ferrari et al., 1995; Steel 2007).
Berdasarkan pembahasan di atas, kemandirian dapat diperhitungkan menjadi salah satu faktor prokrastinasi. Faktor prokrastinasi yang telah ada terdiri dari dua hal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri dan luar diri. Faktor yang berasal dari dalam diri antara lain percaya diri yang rendah (Ferarri et al., 1995; Steel, 2007), rendahnya self efikasi, depresi, kurangnya control diri, kurangnya pengaturan diri (organize), dan kurang motivasi serta depresi (Steel, 2007). Faktor yang berasal dari luar adalah keengganan mengerjakan tugas yang disebabkan oleh tugas yang membosankan, sulit atau tidak menyenangkan (Steel, 2007), lingkungan, pengaruh dari orang lain dan beberapa kasus disebabkan oleh faktor genetis (Wilson & Nguyen, 2012).
Akan tetapi, untuk dapat membuktikan bahwa kemandirian merupakan salah satu faktor prokrastinasi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode eksperimen sehingga didapatkan causal
relationship.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sumbangan yang diberikan oleh kemandirian terhadap prokrastinasi adalah sebesar 17.4 %. Hal ini berarti ada sekitar 82.6 % sumbangan yang diberikan oleh variabel lain terhadap prokrastinasi.
Sumbangan kemandirian terhadap prokrastinasi yang hanya sebesar 17.4 % ini mungkin disebabkan oleh:
(53)
a. Tidak semua orang yang sudah mandiri menjadi tidak prokrastinasi. Artinya, kemandirian bukan merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi prokrastinasi. Ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa mahasiswa lanjutan (s2/master dan s3/doktoral) juga melakukan prokrastinasi (Muszynki & Akamatsu, 1991; Onwuegbuzie, 2000), bahkan tingkat prokrastinasi mereka lebih tinggi dari mahasiswa s1 (Onwuegbuzie, 2000). Meskipun, sebenarnya berdasarkan rentang usianya mahasiswa lanjutan termasuk dalam kategori dewasa sehingga seharusnya sudah memiliki kemandirian.
b. Karakteristik tugas. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa ketika seseorang yang tidak mandiri dihadapkan pada tugas yang sulit, ia akan meminta bantuan orang lain dan ketika tidak ada orang yang membantu, ia pun merasa kesulitan dan akhirnya enggan mengerjakan tugas. Akibatnya ia melakukan prokrastinasi. Akan tetapi, menurut penelitian dijelaskan bahwa siswa pada suatu SMP memiliki tingkat prokrastinasi yang rendah (Zakiyah, Hidayati, & Setyawan, 2010). Sedangkan, berdasarkan rentang usianya, siswa SMP termasuk dalam kategori remaja awal yang belum mencapai kemandirian. Hal ini dapat terjadi karena pada masa SMP belum banyak terdapat tugas berat yang harus dikerjakan secara individu.
c. Tidak semua seseorang yang tidak mandiri melakukan prokrastinasi. Hal ini dapat terjadi jika lingkungan seseorang yang tidak mandiri selalu dapat membantunya ketika ada masalah.
(54)
Akan tetapi untuk dapat membuktikan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang keterkaitan kemandirian dengan prokrastinasi pada siswa dari berbagai jenjang pendidikan, meliputi siswa SMP maupun SMA dan mahasiswa lanjutan (graduate students).
(55)
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negative antara kemandirian dengan prokrastinasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kemandirian mahasiswa maka semakin rendah tingkat prokrastinasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kemandirian mahasiswa, maka semakin tinggi tingkat prokrastinasinya.
B. SARAN
1. Bagi Subjek Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, subjek memiliki kemandirian yang tinggi dan prokrastinasi yang rendah. Walaupun begitu, subjek diharapkan untuk terus mengembangkan kemandiriannya sehingga prokrastinasi subjek akan semakin rendah.
2. Bagi Universitas
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa. Maka dari itu, universitas diharapkan dapat mengadakan pelatihan kemandirian supaya dapat lebih mengembangkan kemandirian mahasiswa sehingga prokrastinasinya dapat semakin berkurang.
(56)
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat melaksanakan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen sehingga didapatkan
causal relationship. Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk
memperluas lingkup penelitian dengan mengambil subjek dari berbagai jenjang pendidikan, meliputi mahasiswa s2 (master) dan s3 (doctoral) serta siswa SMA maupun SMP.
(57)
41
DAFTAR PUSTAKA
Agnew, R. (1984). Autonomy and Delinquency. Sociological Perspective, Vol. 7, No. 2.
Astuti, P. (2006). Kemandirian dan Kekerasan Terhadap Istri. Buletin Psikologi, Th. X, No. 2.
Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas (Ed ke-3). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bramasto, T. Y. (2005). Hubungan Antara Kemandirian dan Sikap Kompetisi Superioritas, pada Siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Buari, D. P. (2003). Hubungan Antara Kecenderungan Melakukan Prokrastinasi Akademik dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Chu, A. H. C., & Choi, J. N. (2005). Rethinking Procrastination : Positive Effects of “Active” Procrastination Behavior on Attitudes and Performance. The
Journal of Social Psychology, Vol. 145, No. 3.
Clarke, D. M. (1999). Autonomy, Rationality and Wish to Die. Journal of
Medical Ethics, Vol. 25, No. 6.
Dalton, J. C., & Crosby, P. C. (2011). Time on Task : The Critical Role of Self-Regulating in College Student Academic Success and Personal Development. Journal of College & Character, Vol. 12 No. 3.
Davis, E. M., (2010). Common Characteristics of young People who Text : the Connection to Autonomy, Identity, and Self-Esteem. Thesis. Utah: Utah State University.
Dewitte, S., & Schouwenberg, H. C. (2002). Procrastination, Temptation, and Incentives: The Struggle between the Present and the Future in Procrastinators and the Punctual. European Journal of Personality, Vol. 16.
Fairbrother, N., & Moretti, M. (1998). Sociotropy, Autonomy, and Self-Discrepancy: Status in Depressed, Remitted Depressed, and Control Participants. Cognitive Therapy and Research, Vol. 22, No. 3.
(58)
Ferrari, J. R., & Tice, D. M. (2000). Procrastination as a Self-Handicap for Men and Women: A Task-Avoidance Strategy in a Laboratory Setting. Journal
of Research in Personality, Vol. 34.
Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. G. (1995). Procrastination and Task
Avoidance: Theory, Research and Treatment. New York: Plenum press.
Fibrianti, I. D. (2009). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
Flett, G. L., Blankstein, K. R., Hewitt, P. L., & Koledin, S. (1992). Components of Perfectionism and Procrastination in College Students. Social Behavior
and Personality, Vol. 20, No. 2.
Fox, S. (2012). Review Article: Adolescents, Graduated Autonomy, and Genetic Testing. Genetic Research International, Vol. 2012.
Frederik, A. (2010). Hubungan Antara Locus of Control Eksternal dengan Prokrastinasi Maladaptif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Herawati, F. E. (2003). Hubungan Antara Kemandirian dan Depresi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Holloway, B. E. (2009). Does Procrastination and Stress Have an Affect on Your
Health?. Missoury Western University. Diunduh dari internet pada 16
Februari pukul 17:59 WIB.
Hurlock, E. B. (1967). Adolescent Development (3rd Ed). Boston: McGraw-Hill. Kurniawati, F. Y. (2010). Hubungan Antara Self-Regulating Learning dengan
Prokrastinasi Pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Milgram, N. A., Sroloff, B., Rosenbaum, M. (1988). The Procrastination of Everyday Life. Journal of Research in Personality, Vol. 22.
Muszynski, S. Y., & Akamatsu, T. J. (1991). Delay in Completion of Doctoral Dissertation in Clinical Psychology. Professional Psychology: Research
and Practice, Vol. 22, No.2.
Onwuegbuzie, A. J. (2000). Academic Procrastinators and Perfectionistic Tendencies Among Graduate Students. Journal of Social Behavior and
(59)
Pelawi, R. P. S (2004). Kemandirian Ditinjau dari Gaya Kelekatan pada Remaja Akhir. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (tanpa tahun). Diunduh 11 Oktober
2012, dari http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/17214/node/537 Petegem, S. V., Beyers, W., Vansteenkiste, M., & Soenens, B. (2012). On the
Association between Adolescent Autonomy and Psychosocial Functioning: Examining Decisional Independence from a Self-Determination Theory Perspective. Developmental Psychology, Vol. 48, No. 1.
Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan
Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rice, F. P. (1996). The Adolescent (8th ed). Boston: Allyn & Bacon.
Rivzi, A., Prawitasari, J. E., & Soetjipto, H. P. (1997). Pusat Kendali dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.
Psikologika, No. 3, Th. II.
Rumiani. (2006). Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. 3, No. 2. Russell, S., & Bakken, R. J. (2002). Development of Autonomy in Adolescence.
University Nebraska-Lincoln. Diunduh dari internet pada 8 Maret pukul 16:23 WIB.
Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. (1984). Academic Procrastination: Frequency and Cognitive-Behavioral Correlates. Journal of Counseling Psychology,Vol. 31, No. 4.
Steel, P. (2007). The Nature of Procrastination: A Meta-Analytic and Theoretical Review of Quintessential Self-Regulatory Failure. Psychological Bulletin, Vol. 133, No.1.
Steinberg, L. (2002). Adolescence (6th Ed). Boston: McGraw-Hill.
Steinberg, L., & Silverberg, S. B. (1986). The Vicissitudes of Autonomy in Early Adolescent. Child Development, Vol. 57.
Tice, D. M., & Baumister R. F. (1997). Longitudinal Study of Procrastination, Performance, Stress, and Health: The Cost and Benefit of Dawdling.
Psychological Science, Vol. 8 No. 6.
Turner, H. A., & Turner, R. J. (1999). Gender, Social Status, and Emotional Reliance. Journal of Health and Social Behavior, Vol. 40, No. 4.
(60)
VandenBos, G. R. (Ed.). (2007). APA Dictionary of Psychology (1st ed). Washington: APA.
Wilson, B. A., & Nguyen T. D. (2012). Belonging to Tomorrow: An Overview of Procrastination. International Journal of Psychological Studies, Vol. 4, No. 1, March.
Yong, F. L. (2010). A Study on the Assertiveness and Academic Procrastination of English and Communication Students at a Private University. American
Journal of Scientific Research, Issue 9.
Zakiyah, N., Hidayati, F. N. R., & Setyawan, I. (2010). Hubungan Penyesuaian Diri dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Berasrama SMP N 3 Peterongan Jombang. Jurnal PSikologi Undip, Vol. 8, No. 2.
Zarrett, N., & Eccles, J. (2006). The Passage to Adulthood: Challenges of late adolescence. New Directions for Youth Development, No. 111.
Zimmer-Gembeck, M. J., & Collins, W. A. (2003). Autonomy Development
During Adolescence. Dalam G. R. Adams & M. Berzonky (Eds.).
Blackwell Handbook of Adolescence (h. 175-204). Oxford: Blackwell Publisher.
(61)
45
(62)
46
Lampiran 1
Skala kemandirian
(63)
(64)
(65)
(66)
50
Lampiran 2
Skala prokrastinasi
(67)
(68)
(69)
53
Lampiran 3
Hasil seleksi aitem
(70)
1. Seleksi aitem kemandirian
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
item1 57.9286 72.477 .499 .868 item2 57.8214 74.245 .275 .874 item3 56.8571 72.630 .381 .871 item4 56.4881 75.482 .290 .873 item6 57.2381 72.328 .411 .870 item7 56.8452 73.217 .284 .875 item8 57.8333 72.960 .372 .871 item10 56.5952 72.653 .409 .870 item11 57.2738 74.008 .314 .873 item12 57.7976 70.284 .640 .863 item13 56.7262 72.490 .414 .870 item14 57.0119 71.602 .456 .869 item16 57.6071 68.940 .676 .862 item18 56.9405 73.478 .327 .873 item19 57.5357 69.264 .639 .863 item20 57.2738 73.334 .333 .872 item21 56.7500 72.551 .443 .869 item23 57.2857 72.158 .470 .868 item25 57.2619 70.991 .602 .865 item26 57.7500 70.383 .711 .862 item28 57.8095 73.096 .536 .867 item29 57.7976 72.236 .645 .865 item30 57.0595 74.539 .270 .874 item32 57.3095 72.602 .421 .870
(71)
2. Seleksi aitem prokrastinasi
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted item2 74.3214 223.353 .382 .955 item3 74.2262 219.960 .681 .952 item4 74.6071 217.519 .684 .952 item5 74.3810 221.106 .547 .953 item6 74.5952 220.846 .570 .953 item7 74.4643 217.818 .695 .952 item8 74.5000 216.639 .661 .952 item9 75.1548 217.747 .602 .953 item10 74.6786 218.293 .694 .952 item11 74.3690 222.766 .447 .954 item12 74.7619 222.545 .470 .954 item13 74.6429 219.582 .639 .953 item14 74.5595 218.659 .656 .952 item15 74.3810 219.443 .743 .952 item16 74.4286 216.778 .786 .952 item17 74.6667 219.791 .603 .953 item18 74.8095 217.048 .670 .952 item20 74.2619 224.846 .455 .954 item22 74.4286 215.862 .710 .952 item24 74.5595 215.430 .759 .952 item25 74.7619 219.870 .626 .953 item27 74.6310 222.742 .429 .954 item28 74.8452 221.289 .573 .953 item29 74.5714 218.296 .729 .952 item30 74.9881 219.747 .530 .954 item31 74.6786 221.859 .496 .954 item32 74.4286 215.043 .761 .952 item33 74.6190 215.733 .752 .952 item34 74.6429 216.762 .680 .952 item35 74.3214 223.377 .502 .954 item36 74.8929 219.543 .605 .953 item37 74.8214 220.727 .575 .953
(72)
56
Lampiran 5
(73)
1. Reliabilitas skala kemandirian
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 84 100.0 Excludeda 0 .0
Total 84 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items .874 24
2. Reliabilitas skala prokrastinasi
Case Processing Summary
N % Cases Valid 84 100.0
Excludeda 0 .0 Total 84 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items .954 32
(74)
58
Lampiran 5
Hasil Uji t antara Mean Empiris dengan Mean
Teoretis
(75)
1. Skala kemandirian
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
au 97 63.4639 8.75364 .88880
One-Sample Test
Test Value = 60
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper au 3.897 96 .000 3.46392 1.6997 5.2282
2. Skala prokrastinasi
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
prok 97 73.8763 14.67300 1.48982
One-Sample Test
Test Value = 80
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
(76)
60
Lampiran 6
Hasil Uji Normalitas
(77)
Hasil uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
prok au
N 97 97
Normal Parametersa,,b Mean 73.8763 63.4639 Std. Deviation 14.67300 8.75364 Most Extreme Differences Absolute .083 .094 Positive .055 .094 Negative -.083 -.045 Kolmogorov-Smirnov Z .821 .927 Asymp. Sig. (2-tailed) .511 .356 a. Test distribution is Normal.
(78)
62
Lampiran 7
Hasil Uji Linearitas
(79)
Hasil uji linearitas
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total N Percent N Percent N Percent
prok * au 97 100.0% 0 .0% 97 100.0%
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig. prok *
au
Between Groups
(Combined) 9208.730 30 306.958 1.768 .028
Linearity 3615.915 1 3615.915 20.825 .000 Deviation from
Linearity
5592.815 29 192.856 1.111 .354
Within Groups 11459.786 66 173.633 Total 20668.515 96
(80)
64
Lampiran 8
Hasil Uji Hipotesis
(81)
Hasil uji hipotesis
Correlations
prok au prok Pearson Correlation 1 -.418**
Sig. (1-tailed) .000
N 97 97
au Pearson Correlation -.418** 1 Sig. (1-tailed) .000
N 97 97
(82)
66
Lampiran 9
(83)
(1)
62
Lampiran 7
Hasil Uji Linearitas
(2)
63
Hasil uji linearitas
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
prok * au 97 100.0% 0 .0% 97 100.0%
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig. prok *
au
Between Groups
(Combined) 9208.730 30 306.958 1.768 .028 Linearity 3615.915 1 3615.915 20.825 .000 Deviation from
Linearity
5592.815 29 192.856 1.111 .354
Within Groups 11459.786 66 173.633
Total 20668.515 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
64
Lampiran 8
Hasil Uji Hipotesis
(4)
65
Hasil uji hipotesis
Correlations
prok au prok Pearson Correlation 1 -.418**
Sig. (1-tailed) .000
N 97 97
au Pearson Correlation -.418** 1 Sig. (1-tailed) .000
N 97 97
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
66
Lampiran 9
(6)