PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP BENTUK MUKA BUMI DALAM MATA PELAJARAN IPS : Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa di Kelas VII SMPN 52 Bandung.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP BENTUK MUKA BUMI DALAM

MATA PELAJARAN IPS

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa di Kelas VII SMPN 52 Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

SHILVIA MASYA SUSANTI 1101608

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCA SARJANA


(2)

2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP BENTUK MUKA BUMI DALAM

MATA PELAJARAN IPS

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa di Kelas VII SMPN 52 Bandung)

Shilvia Masya Susanti M.Pd. UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

© Shilvia Masya Susanti Desember 2013 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Hj. Tjutju Yuniarsih, M. Pd. Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. NIP. 19530912 1979032 001 NIP. 19600121 19985032 001

PENGUJI :

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M. Pd., MA. Dr. Elly Malihah, M.Si NIP. 19620702 1986011 002 NIP.19660425 1992032 002

Mengetahui,


(4)

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M. Pd., MA. NIP. 19620702 1986011 002

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7-E terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Bentuk Muka Bumi dalam Mata Pelajaran IPS” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2013 Yang membuat pernyataan,

Shilvia Masya Susanti NIM. 1101608


(5)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP BENTUK MUKA BUMI DALAM

MATA PELAJARAN IPS

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa di Kelas VII SMPN 52 Kota Bandung) Nama Mahasiswa, Shilvia Masya Susanti, S.Pd.

Pembimbing I, Prof. Dr. Hj. Tjutju Yuniarsih, M. Pd. Pembimbing II, Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S.

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pembelajaran IPS di tingkat SMP/ MTs selama ini masih sering menerapkan proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keefektifan model pembelajaran learning cycle 7-E terhadap penguasaan konsep bentuk muka bumi dalam mata pelajaran IPS. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis untuk meningkatkan penguasaan konsep peserta didik pada mata pelajaran IPS di sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Desain eksperimen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent (pre test and post test) control group design. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik yang ada di kelas VII SMP Negeri 52 Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014 yang sedang mengikuti pelajaran IPS. Jumlah keseluruhan untuk kelas VII di SMP Negeri 52 Kota Bandung yakni sebanyak 10 kelas dan hanya 2 kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan, diantaranya; guru IPS yang mengajar di kelas tersebut adalah sama, jumlah siswa yang sama, sama-sama belum memperoleh materi bentuk muka bumi, rerata nilai ulangan harian pada materi bentuk muka bumi tahun ajaran 2012-2013 relatif sama, dan model pembelajaran

learning cycle 7-E belum diterapkan di kedua kelas tersebut. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumen, dan tes. Tahap pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penyajian data, uji prasyarat, uji hipotesis dan diakhiri dengan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran learning cycle 7-E dapat meningkatkan penguasaan konsep peserta didik terutama dalam aspek interaksi dan komunikasi kelompok, partisipasi kelompok, kerja sama kelompok dan tanggung jawab kelompok. Perubahan tersebut bisa terlihat dari proses pembelajaran di kelas selama treatment diterapkan. Dengan adanya penerapan model pembelajaran learning cycle 7-E memberikan dampak positif kepada para peserta didik untuk senantiasa belajar lebih aktif, proses pembelajaran berpusat pada peserta didik dan penuh makna. Bagi guru IPS dengan adanya penerapan model pembelajaran learning cycle 7-E dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan konsep.


(6)

THE EFFECT OF 7 - E LEARNING CYCLE MODEL ON THE IMPROVEMENT OF THE MASTERY OF EARTH SURFACE SHAPE

CONCEPT IN THE SOCIAL STUDIES

(Quasi- Experimental Study on Grade VII Students SMPN 52 Bandung) Shilvia Masya Susanti, S.Pd.

Preceptor I, Prof. Dr. Hj. Tjutju Yuniarsih, M. Pd. Preceptor II, Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S.

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRACT

The background in this research was a reality that social studies (IPS) learning at junior high school (SMP/MTs) so far has commonly practiced a teacher-centered learning process. The objective of this research was to to measure the effectiveness of the 7 - E learning cycle model on the mastery of earth surface shape concept in social studies (IPS). Hopefully, the research could be beneficial theoretically and practically in enhancing the mastery of concept by learners in social studies course at the school. This research used a quantitative approach by a quasi-experimental methods. The experimental design used in this research was a nonequivalent (pre-test and post-test) control group design. The subjects in this research was SMPN 52 Bandung grade VII learners in academic year 2013-2014 who were attending social studies (IPS), totally consisting of 10 classes, of which only 2 classes assigned as the research subject by some considerations, among others; the teacher of social studies (IPS) that taught at the classes were the same, the amounts of students were same, they have equally never received any material on earth surface shape, the relatively same average scores, and the 7 - E learning cycle model has never been applied at the 2 classes. The instrument used in the research were observations, interviews, documents, and tests. The procedural stages of data processing conducted in the research began with data presentation, prerequisite test, hypothesis testing, and finally conclusion drawing. The finding of research showed than the application of 7-E learning cycle model might enhance the learners mastery of concept, particularly in the aspects of group interaction and communication, group participation, group cooperation, teamwork and group responsibility. The changes can be seen from the learning processes at classes during the application of the treatment. The application of the 7-E learning cycle model has a positive impact on the learners, i.e., they studied more actively, where the learning process was centered on the learners and meaningful. For the social studies (IPS)teachers, application of the 7- E learning cycle model might be made as an alternative in learning for enhancing the mastery of concept.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI………. iii

DAFTAR TABEL……….vi

DAFTAR GAMBAR………viii

DAFTAR LAMPIRAN………..ix

BAB I PENDAHULUAN……….………1

A. Latar Belakang Penelitian……… 1

B. Identifikasi Masalah……….…. 7

C. Rumusan Masalah……….…….. 7

D. Tujuan Penelitian……….…….8

E. Manfaat Penelitian……….………8

F. Organisasi Tesis……….………9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….10

A. Definisi Teoritis………..………10

1. Konsep dalam Pembelajaran IPS………….……… 10

2. Pendekatan yang mendukung Model Learning Cycle…….. 15

3. Model Pembelajaran……………….…………….……19

a. Model Pembelajaran Learning Cycle……………….19

1) Konsep Learning Cycle 7-E……… 20 2) Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Learning


(8)

Cycle 7-E ……….. 21

3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Learning Cycle 7-E ……….. 24

b. Model Pembelajaran Concept Mapping………... 25

1) Konsep Concept Mapping……...……….25

2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Concept Mapping…..………. 27

3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Concept Mapping………..……...……… 27

4. Penguasaan Siswa terhadap Konsep...……….…28

5. Konsep Bentuk Muka Bumi………..…..………….……36

B. Penelitian Terdahulu………..……...…….….40

C. Kerangka Pemikiran.…..……….….………..42

D. Pengajuan Hipotesis……….………...…….. 45

BAB III METODE PENELITIAN……….………. 47

A. Metode dan Desain Penelitian….……….. 47

B. Lokasi dan Subjek Penelitian……… 47

C. Prosedur Penelitian……….…..49

D. Definisi Operasional……….…. 50

E. Teknik Pengumpulan Data……….……51

F. Instrumen Penelitian……….…. 51

1. Penetapan Instrumen Penelitian……….51

2. Pengolahan Data Instrumen Penelitian………..55

a. Validitas Butir Soal Instrumen..……….. 55

b. Reliabilitas Butir Soal Instrumen……….….57

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal Instrumen ………..59

d. Daya Pembeda Butir Soal Instrumen………61

G. Perbedaan Skenario Pembelajaran Learning Cycle 7-E dan Concept Mapping………...…. 63


(9)

H. Teknik Analisa Data……….. 66

1. Pensekoran……… 66

2. Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk.……….. 67

3. Uji Homogenitas dengan One Way ANOVA………….…… 68

4. Uji Hipotesis dengan Independent Samples Test………… 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………70

A. Hasil Penelitian……….. 70

1. Deskripsi Kondisi Pembelajaran di Lokasi Penelitian………70

a. Kondisi Hasil Belajar Siswa sebelum Penelitian……… 71

b. Kondisi Pembelajaran Siswa pada Saat Penelitian….... 73

c. Kondisi Hasil Belajar Siswa setelah Penelitian……….. 79

2. Analisis Data………. 87

a. Uji Prasyarat...………. 87

1) Uji Normalitas……….. 88

2) Uji Homogenitas………... 90

b. Uji Hipotesis………... 92

c. Analisis Hasil Observasi Siswa………. 95

B. Pembahasan………... 100

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………...111

A. Kesimpulan... 111

B. Rekomendasi... 112

DAFTAR PUSTAKA……… 113


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Hlm

1.1 Nilai Rata-rata UAS Mata Pelajaran IPS………..…. 4

2.1 Nilai Rata-rata Ulangan Haria pada Materi Bentuk Muka Bumi Kelas VII di SMPN 52 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013………... 43

3.1 Desain Penelitian………47

3.2 Nilai Rerata Ulangan Harian pada Materi Kehidupan Sosial Manusia Kelas VII Mata Pelajaran IPS Semester 1 Tahun Ajaran 2012-2013 di SMPN 52 Bandung ……….………. 48

3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Penguasaan Konsep pada Materi Bentuk Muka Bumi……….. 52

3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Afektif Siswa………... 53

3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Psikomotorik Siswa………54

3.6 Klasifikasi Besaran Koefisien Korelasi Validitas…….……… 56

3.7 Hasil Uji Validitas Butir Soal Instrumen ….……… 56

3.8 Klasifikasi Besaran Koefisien Korelasi Reliabilitas………. 58

3.9 Klasifikasi Indeks Kesukaran……….60

3.10 Analisis Tingkat Kesungkaran Butir Soal Instrumen..………. 60

3.11 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda……..……….. 62

3.12 Analisis Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Tes….………62

3.13 Perbedaan Fase pada Model Pembelajaran Learning Cycle 7-E dan Concept Mapping……… 64

3.14 Kriteria N-Gain……….... 67

4.1 Frekuensi skor Pre Test pada Kedua Kelompok……….. 71


(11)

4.3 Ketercapaian Penguasaan Konsep pada Kedua Kelompok………79

4.4 Frekuensi Skor Pre Test dan Post test pada Kelompok Eksperimen.. 80

4.5 Nilai Pre Test, Post Test dan N-Gain pada Kelompok Eksperimen... 81

4.6 Frekuensi Skor Pre Test dan Post Test pada Kelompok Kontrol……. 82

4.7 Nilai Pre Test, Post Test dan N-Gain pada Kelompok Kontrol……… 83

4.8 Persentase Ketercapaian Indikator pada Kedua Kelompok…………. 84

4.9 Frekuensi Nilai Hasil Belajar pada Kedua Kelompok……….. 85

4.10 Uji Normalitas Pre test pada Kedua Kelompok……….88

4.11 Uji Normalitas Post test pada Kedua Kelompok……….89

4.12 Uji Normalitas Gain pada Kedua Kelompok……….89

4.13 Uji Homogenitas Pre Test Pada Kedua Kelompok……….. 90

4.14 Uji Homogenitas Post test pada Kedua Kelompok………91

4.15 Uji Homogenitas Gain pada Kedua Kelompok……… 91

4.16 Uji Hipotesis Gain pada Kedua Kelompok………93

4.17 Uji Hipotesis Post test pada Kedua Kelompok……….94

4.18 Data Hasil Observasi Afektif Siswa……….. 95

4.19 Data Hasil Observasi Psikomotorik Siswa………... 98


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hlm

4.1 Perolehan Skor Pre Testpada Kedua Kelompok………. 72 4.2 Peningkatan Penguasaan Konsep pada Kelompok Eksperimen………..80 4.3 Peningkatan Perolehan Skor Pre Test dan Post Test pada Kelompok

Eksperimen……….. 81 4.4 Peningkatan Perolehan Skor Pre Test dan Post Test pada Kelompok

Kontrol……….... 83 4.5 Peningtatan Persentase Penguasaan Konsep pada Kedua Kelompok

dalam Ketercapaian Indikator………. 85 Peningkatan Perolehan Hasil Belajar pada Kedua Kelompok…….... 85


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hlm

1. Surat Izin Penelitian………..119

2. Silabus Pembelajaran………..120

3. Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Soal………122

4. Soal Uji Coba………..125

5. Validitas Soal………..132

6. Kisi-Kisi Soal Pre Test dan Post Test………..134

7. Soal Pre Test dan Post Test………137

8. Rencana Program Pembelajaran (RPP).……….143

9. Perolehan Skor Kelas Eksperimen……….158

10. Perolehan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen……….159

11. Perolehan Skor Kelas Kontrol………..160

12. Perolehan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol……….161

13. Lembar Observasi Afektif Siswa………..162

14. Lembar Observasi Psikomotorik Siswa……….164 s77y 99h’\


(14)

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia merujuk kepada istilah social studies yang merupakan konsep mata pelajaran IPS di Amerika Serikat. Pada tahun 1993 National Council for Social Studies (NCSS) dalam Sapriya dkk (2008:5) mendefinisikan social studies atau IPS, yakni sebagai berikut :

“…the integrated study of social science and humanities to promote civic competence. Within the school program, socials studies provides coordinated, systematic study drawing upon such diciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology as well as appropriate content from humanities, mathematics and natural sciences. The primary purpose of the social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.”

Berdasarkan uraian di atas, maka studi sosial merupakan sintesis dari sejumlah mata pelajaran seperti antropologi, ekonomi, geografi, sejrarah, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi. Semua disiplin ilmu tersebut memiliki objek kajian yang sama, yakni manusia, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu pendidikan IPS.

Definisi yang kurang lebih sama berasal dari Wisconsin Model Academic Standards for Social Studies dalam Wisconsin of the Common Core State Standards (2010), mendefinisikannya sebagai berikut :

“Social Studies is the title used to describe the study of the social sciences and humanities. Within the curriculum, social studies provides coordinated, systematic study of information, skills, and concepts from the disciplines of history, geography, political science, economics, anthropology, psychology, law, archaeology, and sociology with attention also given to connections among the peoples and nations of the world, the effect of science and technology on society (and vice versa), and the ways


(16)

to practice good citizenship. Social studies helps young people develop the knowledge and skills necessary to make informed and reasoned decisions as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world”.

Dengan kata lain pendidikan IPS merupakan social sciences education

yang dikembangkan untuk belajar menjadi warga negara yang baik guna menghadapi tantangan global. Gorss, R.E. et. Al. dalam Maryani (2011:10), berpendapat bahwa “…the social studies are basic in social education, in preparing functioning citizens with requisite knowledge, skills, and attitudes that enable each to grow personally in living well with others, and in contributing to the on going culture”. Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa

social studies adalah dasar dari pendidikan sosial, yang berfungsi untuk mempersiapkan warga negara agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga tumbuh atau berkembang kepribadiannya guna hidup dengan baik diantara sesamanya dan berkontribusi dalam meneruskan kebudayaan.

Kurikulum IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran.

Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk; (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan


(17)

(4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan uraian tersebut, maka setiap guru perlu memahami dan terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran, karena rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran.

Dalam merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran tersebut dapat menggunakan taksonomi tujuan pembelajaran dari Bloom. Taksonomi tujuan pembelajaran dari Bloom dalam Gunawan, dkk (2012:17), dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu; (1) cognitive domain, berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan-kecakapan intelektual berpikir, (2) affective domain, berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai, dan (3) psychomotor domain, berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik.

Dalam pembelajaran IPS dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh siswa mengenai manusia dan lingkungannya itu harus dapat dinalar supaya dapat dijadikan alat pengambilan keputusan yang rasional dan tepat. Pengetahuan dan pemahaman yang telah dikuasai oleh siswa dapat mendorong tindakan yang berdasarkan nalar, selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupannya. Hal tersebut menjadi dasar untuk mengembangkan ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Pengembangan pada ranah kognitif dapat dilihat dari proses bagaimana cara siswa memperoleh dan mengolah pengetahuan baru, sedangkan pada ranah afektif dapat dilihat dari cara siswa dalam menggunakan pengetahuan yang telah dikuasai dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran. Kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah selama proses pembelajaran merupakan produk dari pengembangan pada ranah psikomotor.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan


(18)

konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran (Puskur, 2007:5). Karena IPS diarahkan demikian, maka susunan konsep-konsep dalam IPS sungguh sangat kompleks dan bervariasi dari berbagai cabang ilmu sosial. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran IPS kurang diminati siswa.

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran karena keberhasilan pendidikan di sekolah bergantung kepada kemampuan guru dalam membuat perencanaan, menentukan strategi kegiatan, dan model pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian Tjutju Yuniarsih, dkk pada tahun 2008 dan 2009, diperoleh kesimpulan tentang pemetaan tingkat penguasaan kompetensi guru SMK Bisnis dan Manajemen dari urutan yang paling tinggi adalah penguasaan kompetensi personal, sosial, pedagogik, dan professional. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akademik guru masih rendah, sehingga diperlukan berbagai upaya yang sistematis untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan, khususnya terkait bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswanya (Yuniarsih, dkk 2010:12). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru merupakan salah satu komponen penting dan strategis dalam proses pembelajaran sehingga eksistensinya akan senantiasa diperlukan terutama pada saat menterjemahkan kurikulum ke dalam proses pembelajaran, dan pada setiap tahapan dalam siklus pembelajaran.

Berdasarkan observasi pendahuluan di SMP Negeri 52 Bandung pada semester 2 tahun ajaran 2012-2013, hasil belajar rata-rata kelas dari kriteria ketuntasan minimum (KKM) pada mata pelajaran IPS, tergambar pada tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1

Nilai Rata-rata UAS Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2012-2013

Kelas KKM Rerata Nilai UAS

VII 70 52,79

VIII 73 50,40


(19)

Sumber: Bagian Kurikulum SMP Negeri 52 Bandung

Melihat nilai ulangan akhir semester ganjil kelas VII, masih jauh dari batas nilai KKM mata pelajaran IPS adalah 70. Kemudian berdasarkan hasil observasi pendahuluan pada semester 2 tahun ajaran 2012-2013 terhadap guru dan siswa, terdapat beberapa permasalahan pembelajaran IPS di kelas VII SMP Negeri 52 Bandung yang berhasil diidentifikasi, yaitu sebagai berikut; (1) pengelolaan kelas belum mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk berkembangnya pengalaman belajar siswa yang dapat menjadi landasan untuk berkembangnya kemampuan intelektual siswa, (2) kebiasaan proses pembelajaran dengan guru sebagai aktor utama (teacher center) sehingga bersifat “satu arah” dan pasif baik di dalam maupun di luar kelas telah berakibat pada rendahnya motivasi, keaktifan, kreativitas berpikir, dan (3) kemampuan siswa pada konsep bentuk muka bumi masih rendah. Kompleksitas permasalahan tersebut di atas menggambarkan beberapa kendala kurikuler dalam pembelajaran IPS untuk mencapai tujuan pembelajaran yang menyeluruh.

Piaget berpendapat bahwa anak dapat membangun sendiri pengetahuannya dan pengalamannya sendiri dari hasil interaksi terhadap lingkungannya (Suparno, 2001:153). Berdasarkan pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, pengembangan kognitif sebagian besar bergatung kepada seberapa jauh anak tersebut aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dari paradigma tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran dalam kelas hendaknya berorientasi pada siswa, yaitu dengan menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran (student center) karena merekalah yang harus menyusun konsep-konsep yang ditemukan atau diperoleh. Siswa harus berperan aktif dalam perolehan suatu konsep, merespon informasi terbaru dan melakukan eksperimen untuk menguji hipótesis, mengembangkan kemampuan menganalisa, mengevaluasi, dan mencipta, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator yang dapat membantu


(20)

siswa mempermudah atau mempercepat pemahaman dan memberikan arahan agar tidak terjadi kesalahan konsep.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan efektivitas model pembelajaran IPS tidak hanya mengulang kembali ide, konsep, dan makna tetapi pembelajaran yang mampu mengeksplorasi wawasan serta melibatkan siswa secara aktif dan langsung. Hal ini dimaksudkan agar hasil pembelajaran dipahami dan dikuasai sehingga tidak mudah dilupakan oleh siswa. Terdapat beberapa model-model pembelajaran yang banyak berkembang saat ini, salah satu model pembelajaran yang bisa melibatkan siswa secara aktif dan langsung adalah model learning cycle dan model concept mapping.

Model learning cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase), yaitu elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend

yang kemudian di dalam penelitian ini ditulis dengan learning cycle 7-E (Eisenkraft, 2003:57-58). Dalam model pembelajaran learning cycle 7-E memiliki kelebihan antara lain; (1) merangsang siswa untuk mengingat

kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya, (2) memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan

menambah rasa ingin tahu siswa, (3) melatih siswa belajar menemukan konsep melalui eksperimen; (4) melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari, (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari, dan (6) guru dan siswa menjalankan tahapan-tahapan pembelajaran yang saling mengisi satu sama lainnya (Lorsbach, 2006; Huang, 2008; Susilawati, dkk 2010).

Model concept mapping atau peta konsep adalah George Posner dan Alan Rudnitsky menyatakan bahwa peta konsep mirip peta jalan namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat (Nur 2000a; Trianto 2010:159). Untuk membuat suatu peta konsep, peserta didik dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan


(21)

dengan suatu topik dan menyusun bentuk-bentuk tersebut dalam suatu pola. Menurut Dahar (1996:156), dalam model concept mapping memiliki kelebihan antara lain; (1) dapat meningkatkan pemahaman siswa, karena peta konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna, (2) dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir siswa, dan (3) akan memudahkan siswa dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran IPS harus terpenuhi efektivitas dan efisiensinya, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh model pembelajaran learning cycle 7-E terhadap penguasaan siswa pada konsep bentuk muka bumi dalam mata pelajaran IPS di kelas VII SMP Negeri 52 Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah yang berkaitan dengan pembelajaran IPS, yakni sebagai berikut :

1. Pembelajaran IPS yang dilaksanakan di kelas masih didominasi oleh aktivitas guru sehingga siswa pasif selama pembelajaran atau belum melibatkan siswa secara aktif.

2. Siswa cenderung kurang tertarik dan kurang memberi respon positif terhadap pembelajaran IPS yang diterapkan oleh guru.

3. Siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep-konsep yang diberikan oleh guru sehingga penguasaan siswa terhadap konsep belum optimal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, maka disusunlah rumusan masalah yaitu sebagai berikut :


(22)

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada penguasaan siswa terhadap konsep bentuk muka bumi dalam mata pelajaran IPS antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran learning cycle 7-E dan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran

concept mapping?

2. Apakah model pembelajaran learning cycle 7-E berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan siswa pada konsep bentuk muka bumi dalam mata pelajaran IPS?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang terurai di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengukur keefektifan model pembelajaran

learning cycle 7-Eterhadap penguasaan siswa pada konsep bentuk muka bumi dalam mata pelajaran IPS di kelas VII SMP Negeri 52 Bandung. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengungkap dan menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada penguasaan siswa terhadap konsep bentuk muka bumi dalam mata pelajaran IPS antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran learning cycle 7-E dan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran concept mapping.

2. Mengungkap dan menganalisis apakah sesudah diberi treatment dengan model pembelajaran learning cycle 7-E, terdapat pengaruh yang signifikan pada penguasaan siswa terhadap konsep bentuk muka bumi dalam mata pelajaran IPS.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan dalam pengembangan strategi pembelajaran IPS, serta dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian lebih jauh


(23)

terkait pembelajaran model learning cycle 7-E baik pada topik atau materi yang sama ataupun yang berbeda.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru untuk memperkaya alternatif dalam menentukan model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran yang dilakukan lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam penguasaan siswa terhadap konsep bentuk muka bumi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan masukan kepada dinas atau instansi terkait untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.

F. Organisasi Tesis

BAB I: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan organisasi tesis.

BAB II: Tinjauan pustaka, berisi definisi teoritis, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Dalam definisi teoritis terdapat konsep dalam pembelajaran IPS, pendekatan dan teori-teori yang berkaitan dengan model learning cycle, model pembelajaran

learning cycle 7-E dan concept mapping, penguasaan siswa terhadap konsep, dan konsep bentuk muka bumi.

BAB III: Metode penelitian, berisi metode dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, perbedaan skenario pembelajaran

learning cycle 7-E dan concept mapping, dan teknik analisa data.

BAB IV: Hasil penelitian dan pembahasan, hasil penelitian berisi deskripsi kondisi pembelajaran di lokasi penelitian baik sebelum penelitian, saat


(24)

penelitian maupun setelah penelitian. Dalam analisis data terdapat uji prasyarat, uji hipotesis, dan analisis hasil observasi siswa. Uji prasyarat menguraikan hasil uji normalitas dan homogenitas pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji hipotesis menguraikan hasil pretest, posttest dan gain pada kedua kelompok. Kemudian yang terakhir adalah pembahasan yang akan menguraikan temuan di dalam penelitian yang dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas pada bab II.

Bab V: Kesimpulan dan rekomendasi, kesimpulan berisi mengenai jawaban pertanyaan dari rumusan masalah sedangkan rekomendasi sebagai bahan follow up bagi pengguna dari hasil penelitian ini.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Berdasarkan bentuk dan metode pelaksanaannya, di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain eksperimen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent (pre test and post test) control group desaign (Cresswell, 2012:242), dimana kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa penetapan secara random. Kedua kelompok tersebut memperoleh pre test dan post test dan hanya kelompok eksperimen saja yang memperoleh perlakuan.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pre test Treatment Post test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 - O2

Keterangan :

O1 = Pengukuran pre test yang diberikan kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

O2 = Pengukuran post test yang diberikan kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

X = Treatment terhadap kelompok eksperimen dengan menerapkan

learning cycle 7-E

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 52 Bandung merupakan salah satu SMP Negeri di Desa Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap Kota Bandung yang resmi didirikan pada tanggal 15 September 2004. Hingga saat ini SMP Negeri 52 Bandung memiliki 31 rombongan belajar dengan jumlah pertiap jenjang adalah senagai berikut; (1) kelas VII sebanyak 10 rombongan belajar, (2) kelas VIII


(26)

sebanyak 11 rombongan belajar, dan (3) kelas IX sebanyak 10 rombongan belajar. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2013-2014. Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal kegiatan pembelajaran IPS di kelas VII.

Alasan pemilihan tempat ini didasarkan pada sekolah tersebut baru berdiri selama 10 tahun, sekolah tersebut merupakan salah satu SMP Negeri yang masuk pada cluster 3 di Kota Bandung, dan semua guru IPS sudah memiliki jenjang pendidikan Starata-I (S1), secara akademis para guru sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di sana.

Metode yang digunakan dalam penentuan subjek penelitian ini adalah dengan pemilihan homogen (homogeneous selection), yang mana dalam membentuk kelompok-kelompok yang dibandingkan mengenai suatu variabel ekstra yang meliputi pemilihan sampel se-homogen mungkin mengenai variabel tersebut (Sudjana dan Ibrahim, 1989:26). Total rombongan belajar VII di SMP Negeri 52 adalah 10 rombongan belajar dan hanya 2 kelas yang dipilih, yaitu kelas VII-2 dan VII-10 yang sedang mengikuti pelajaran IPS.

Tabel 3.2

Nilai Rerata Ulangan Harian pada Materi Kehidupan Sosial Manusia Kelas VII Mata Pelajaran IPS Semester 1 Tahun Ajaran 2013-2014 di

SMPN 52 Bandung

Nama Kelas Rerata Nilai Jumlah Siswa VII-1 VII-2 VII-3 VII-4 VII-5 VII-6 VII-7 VII-8 VII-9 VII-10 51.40 53,24 52,30 56,50 55,45 51,60 50,29 53,40 54,25 53,22 35 36 35 34 36 35 34 34 34 36 Sumber : Bagian Kurikulum SMP Negeri 52 Bandung


(27)

Guru IPS yang mengajar di kelas VII-1, VII-2, VII-8, VII-9, dan VII-10 adalah sama namun hanya pada kelas VII-2 dan VII-10 memiliki rerata nilai ulangan harian pada materi kehidupan sosial manusia yang relatif sama. Jumlah siswa kelas VII-2 adalah 36 orang sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran concept mapping dan kelas VII-10 sebanyak 36 orang sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran learning cycle 7-E. Berdasarkan uraian tersebut, maka terdapat beberapa alasan yang menjadi pertimbangan pemilihan kelas ini, yakni sebagai berikut :

1. Guru IPS yang mengajar di kelas tersebut adalah sama, 2. Kedua kelas tersebut memiliki jumlah siswa yang sama,

3. Kedua kelas tersebut sama-sama belum memperoleh materi bentuk muka bumi,

4. Model pembelajaran learning cycle 7-E belum pernah diterapkan di kelas, 5. Model pembelajaran concept mapping yang biasa diterapkan di kelas, dan 6. Rerata nilai ulangan harian kelas VII-2 dan VII-10 relatif sama.

C. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini dimulai dari;

a) Menentukan sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian, b) Membuat surat izin penelitian dari Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

dan Pasca Sarjana UPI, c) Menghubungi pihak sekolah menengah pertama yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian, d) Konsultasi dengan guru mata pelajaran IPS di tempat dilaksanakannya penelitian, e) Melakukan studi lapangan, f) Studi literatur, g) Menyusun Bab I, II, dan III, h) Menyusun silabus dan rencana pembelajaran yang akan dijadikan bahan penelitian, i) Membuat media pembelajaran, j) Menyusun instrumen penelitian, k) Melakukan uji coba instrumen yang telah di-judgement oleh dosen dan guru, l) Melakukan analisis terhadap hasil uji coba dan melakukan perbaikan terhadap instrumen yang tidak valid.


(28)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dengan; a) Menentukan populasi

dan sampel penelitian, b) Menentukan waktu pelaksanaan penelitian, c) Memberikan tes awal (pre test) pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol, d) Melakukan pembelajaran IPS dimana peneliti bertindak sebagai observer pengajar dengan menerapkan model learning cycle 7-E, e) Pada saat bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dilakukan observasi tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas, yang dilakukan langsung oleh peneliti, f) Mengukur kemampuan akhir siswa dengan memberikan tes akhir (post test) untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3. Tahap Akhir Penelitian

Penelitian pada tahap akhir yakni menganalisis data observasi yang terdiri atas analisis data tes kognitif (penskoran, menghitung skor rata-rata tes, menghitung gain yang ternormalisasi, menguji normalitas pre test dan post test, menguji homogenitas dan menguji hipotesis tiap pembelajaran).

D. Definisi Operasional

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan pada Bab 1, penelitian ini akan menelaah dua unsur yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar, yaitu; penguasaan konsep dengan menelaah penguasaan siswa terhadap konsep muka bumi, dan metode mengajar dengan menelaah efektifitas model pembelajaran dengan menggunakan learning cycle 7-E. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan penafisran akan dipaparkan beberapa definisi operasional, yaitu seperti berikut :

1. Penguasaan konsep yang dimaksud adalah penguasaan pembelajaran dalam ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang merupakan kemampuan penguasaan materi setelah pembelajaran. Menurut Anderson dan Krathwohl


(29)

(2001: 66-88), pada ranah kognitif terdapat 6 jenjang proses berpikir, yakni;

remember, understand, apply, analyze, evaluasi, dan create.

2. Model pembelajaran yang digunakan pada kelompok eksperimen adalah model learning cycle 7-E. Menurut Eisenkraft (2003: 58-59), learning cycle

7-E, terdiri dari fase elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan

extend.

3. Model pembelajaran yang digunakan pada kelompok kontrol adalah model

concept mapping. Menurut Dahar (1996:150), concept mapping merupakan media yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Proposisi adalah dua atau lebih konsep yang dihubungkan dengan kata-kata dalam satu unit semantik dalam bentuk yang paling sederhana.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data mengacu pada cara apa yang harus dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah disusun sebelumnya, yaitu berupa tes pada ranah kognitif dan pengumpulan data pada lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa pada kemampuan afektif juga psikomotor selama pembelajaran berlangsung.

F. Instrumen Penelitian

1. Penetapan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen pengumpulan data, yakni terdiri dari sumber data kuantitatif dan sumber data kualitatif. Sumber data kuantitatif diperoleh dari hasil tes (pre test dan post test), pemberian tugas kelompok diskusi, dan nilai presentasi kelompok. Tes diberikan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada kedua kelompok yang diberi pembelajaran. Soal-soal yang diberikan pada kedua kelompok adalah sama.


(30)

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes objektif berupa tes pilihan ganda atau multiple choice test. Multiple choise test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap kemudian untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan atau multiple choise test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Tes Penguasaan Konsep pada Materi Bentuk Muka Bumi

Ranah Dimensi Proses Jumlah

Factual Konseptual Prosedural Metakognitif

De

mens

i

P

enge

tahua

n

C1 1, 3, 4 21, 25 2, 5 7

C2 6, 8, 9, 10 11, 12,

31, 32 8

C3 17, 18 24 26, 29, 33, 34

13, 14, 42

10 C4 7, 15 16, 35, 36 40,41, 38, 39 10

C5 19 20, 22 45 43, 44 6

C6 23, 27, 37 28, 30 5

Jumlah 9 14 13 9 45

Tahap selanjutnya adalah pemberian tugas kelompok dalam diskusi dimaksudkan agar siswa lebih memahami kembali materi-materi yang sedang dibahas. Presentasi kelompok dimaksudkan agar siswa membiasakan diri bertanya dan menjawab pertanyaan secara terarah, juga memupuk keberanian dan keaktifan.

Data kualitatif diperoleh dari pengamatan di lapangan atau observasi. Menurut Sudjana dan Ibrahim (1989:108), observasi adalah sebagai alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Beberapa aspek yang diamati dalam


(31)

setiap pernyataan lembar observasi menggambarkan pernyataan-pernyataan sikap dengan membubuhkan tanda checklist pada alternatif pilihan.

Pengamatan pada ranah afektif dan psikomotor dilakukan untuk memperoleh gambaran sejauh mana perkembangan prilaku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Ranah afektif menurut Krathwohl yang dikutip Seels dan Glasgow (1990) dalam Krathwohl's Taxonomy of Affective Domain (IDKB, 2013), kategori utama dalam perilaku yang dinampakan oleh siswa adalah

receiving (menerima), responding (merespon), valuing (menghargai), organizing

(mengorganisasikan), dan characterization (karakterisasi menurut nilai). Untuk lembar observasi pada ranah afektif dengan option SL (selalu), SR (sering), K (kurang) dan TSS (tidak sama sekali) dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Lembar Observasi Afektif Siswa

No. Aspek

Skor

4 (SL)

3 (SR)

2 (K)

1 (TSS)

Receiving (Menerima) 1. Siswa memperhatikan dalam proses pembelajaran 2. Siswa mengikuti instruksi dari ketuan kelompoknya 3. Masing-masing siswa melibatkan diri dalam kelompok

Responding (Merespon) 4. Siswa menjawab pertanyaan guru

5. Siswa dapat menerima pendapat teman sekelompoknya 6. Siswa bertanya jika kurang paham

7. Siswa membantu teman sekelompoknya ketika mengalami kesulitan

8. Siswa dapat menerima keadaan saat pendapatnya tidak diterima oleh teman sekelompoknya

9. Memberikan kesempatan kepada teman sekelompoknya untuk mengemukakan argument

10 Siswa melaporkan hasil diskusi

Valuing (Menghargai) 11. Siswa dapat mendukung argumen dari kelompok lain 12. Siswa dapat mengkritisi argumen yang tidak relevan dari

kelompok lain

13. Siswa dapat mengajukan argumen atas jawaban dari suatu permasalahan


(32)

14. Siswa berusaha untuk memecahkan masalah dalam kelompok diskusi

Organizing (Mengorganisasikan) 15. Siswa mampu mengorganisis kerja kelompok

16. Siswa dapat mengklasifikasikan atas jawaban dari suatu permasalahan

17. Siswa mampu membentuk pendapat berdasarkan hasil diskusi

Lanjutan Tabel 3.4

Characterization (Karakterisasi menurut nilai) 18. Tidak memotong teman yang sedang menyampaikan argument 19. Siswa mampu berkerja sama dalam kelompok diskusi

20. Siswa dapat mengindari konflik perbedaan argumen dalam kelompok diskusi

Ranah psikomotorik menurut Dave dalam BloomTaxonomy (CSUS, 2013), kategori utama dalam perilaku yang dinampakan oleh siswa adalah imitation

(meniru), manipulation (manupulasi), precision (presisi), articulation (artikulasi),

naturalization (naturalisasi). Untuk lembar observasi pada ranah psikomotorik dengan option ST (sangat terampil), TR (terampil), KT (kurang terampil), dan TT (tidak terampil) dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Lembar Observasi Psikomotorik Siswa

No. Aspek

Skor

4 (ST)

3 (TR)

2 (KT)

1 (TT)

Imitation (Meniru) 1. Kemampuan dalam merangkai kembali pemahaman 2. Kemampuan dalam mematuhi intruksi yang diberikan guru

Manipulation (Manipulasi) 3. Kemampuan mengerjakan tugas yang diberikan guru

4. Kemampuan dalam mengolah tugas dalam kelompok diskusi Precision (Presisi)

5. Kemampuan mempresentasikan hasil diskusi kelompok 6. Kemampuan menyempurnakan argumen yang kurang relevan

Articulation (Artikulasi) 7. Kemampuan memecahkan masalah dalam kelompok diskusi 8. Kemampuan mengkombinasikan argument dalam kelompok

diskusi

Naturalization (Naturalisasi) 9. Kemampuan menanggapi argumen dari kelompok lain


(33)

10. Kemampuan dalam menjelaskan kesimpulan diskusi

2. Pengolahan Data Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengukur instrumen yang akan digunakan apakah telah memenuhi syarat kelayakan sebagai alat pengambil data penelitian. Instrumen penelitian diujicobakan kepada kelas yang telah mempelajari materi sebelumnya, yakni kelas VIII SMP Negeri 52 Bandung, kemudian data yang diperoleh dianalisis. Analisis soal dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari sebuah soal. Salah satu tujuan menganalisis soal adalah untuk meningkatkan kuantilas dan mutu soal, sehingga kita dapat mengkategorikan soal tersebut apakah; (1) dapat diterima karena telah didukung oleh data statistik yang memadai, (2) harus diperbaiki karena terbukti terdapat kelemahan, atau (3) tidak digunakan karena terbukti secara empiris tidak berfungsi sama sekali.

a. Validitas Butir Soal Instrumen

Menurut Sudjana dan Ibrahim (1989:117), validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengukuran validitas pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus kolerasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut :

= N ∑ − ∑ ∑

N ∑ − ∑X 2 N ∑ − ∑Y 2 Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X Dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan (x = X –X dan y = Y –Y )

N = Jumlah siswa uji coba

X = Skor tiap butir untuk tiap siswa uji coba Y = Skor total untuk tiap siswa uji coba ∑XY = Jumlah perkalian X dengan Y


(34)

Y2 = Kuadrat dari Y

Untuk mengetahui valid tidaknya suatu butir soal dalam soal yang telah diujicobakan, maka rxy yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel. Jika rxy >

rtabel, maka soal tersebut valid. Menurut ketentuan yang sering diikuti mengenai besarnya koefisien validitas sering diinterpretasi pada klasifikasi besar koefisien korelasi validitas dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini.di halaman berikutnya.

Tabel 3.6

Klasifikasi Besaran Koefisien Korelasi Validitas Koefisien Validitas Keterangan

0,800 –1,000 0,600 – 0,800 0,400 – 0,600 0,200 – 0,400 0,000 – 0,200

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Nilai rtabel untuk jumlah siswa 35 dengan taraf signifikan 5% adalah 0,334. Berikut adalah hasil perhitung uji validitas terhadap instrumen yang telah diujicobakan kepada 35 siswa di kelas VIII SMP Negeri 52 Bandung tahun ajaran 2013-2014 yang terinterpretasikan pada tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Butir Soal Instrumen

No. Butir

Soal

� �� Analisis Validitas

1. 0.182

0,33

4

Drop

2. 0.529 Valid

3. 0.363 Valid

4. 0.405 Valid

5. 0.411 Valid

6. 0.156 Drop

7. 0.381 Valid

8. 0.347 Valid

9. 0.373 Valid

10. 0.480 Valid

11. 0.027 Drop

12. 0.337 Valid

13. 0.392 Valid

14. 0.472 Valid

15. 0.339 Valid


(35)

17. 0.253 Drop

18. 0.081 Drop

19. 0.439 Valid

20. 0.355 Valid

21. 0.131 Drop

22. 0.353 Valid

23. 0.440 Valid

24. 0.447 Valid

25. 0.358 Valid

26. 0.253 Drop

27. 0.118 Drop

28. 0.420 Valid

29. 0.176 Drop

30. 0.146 Drop

31. 0.355 Valid

Lanjutan Tabel 3.7

32. 0.394 Valid

33. 0.400 Valid

34. 0.415 Valid

35. 0.369 Valid

36. 0.365 Valid

37. 0.510 Valid

38. 0.380 Valid

39. 0.389 Valid

40. 0.377 Valid

41. 0.435 Valid

42. 0.400 Valid

43. 0.383 Valid

44. 0.374 Valid

45. 0.363 Valid

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas butir soal pada instrumen diperoleh hasil dari 45 soal yang diujicobakan terdapat 35 butir soal yang termasuk valid dan 10 butir soal yang dinyatakan tidak valid. Dari 10 butir soal yang tidak valid, yaitu nomor butir soal 1, 6, 11, 17, 18, 21, 26, 27, 29 dan 30 selanjutnya dibuang.

b. Reliabilitas Butir Soal Instrumen

Menurut Sudjana dan Ibrahim (1989:120), reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel. Interpretasi untuk koefisien reliabilitas, dapat di lihat dengan jelas pada tebel 3.8 brtikut ini.


(36)

Tabel 3.8

Klasifikasi Besaran Koefisien Korelasi Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Keterangan 0,800 – 1,000

0,600 – 0,800 0,400 – 0,600 0,200 – 0,400 0,000 – 0,200

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Pengukuran reliabilitas pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus

Spearman-Brown : � = 2 r½½

1+ r½½

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan r½½ = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes 1 = Bilangan tetap

2 = Bilangan tetap

Setelah uji validitas maka langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas. Untuk mengetahui reliabel tidaknya suatu butir soal yang telah dilakukan kepada 35 siswa di kelas VIII SMP Negeri 52 Bandung tahun ajaran 2013-2014, maka digunakan split-half method. Setelah mendapatkan hasil dari analisis item dengan metode belah dua atau split-half method, diperoleh angka-angka yang akan disubtitusikan ke dalam rumus product moment dan spearman brown.

= N ∑ − ∑ ∑

N ∑ − ∑X 2 N ∑ − ∑Y 2

= 35.4743 − 432 348


(37)

= 166005 − 149040

203420 − 186624 139580 − 121104

= 16965

16796 18476

= 16965

310322896

= 16965

17615

= 0,963

Selanjutnya menghitung indeks reliabilitas dengan menggunakan rumus

Spearman-Brown, yaitu sebagai berikut :

= 2 r½½

1+ r½½

= 2 x 0,963

1+ 0,963

= 1,926

1,963 = 0,981

Dari hasil analisis diperoleh tingkat koefisien reliabilitas dengan nilai 0, 0,981. Berdasarkan klasifikasi besaran koefisien korelasi reliabilitas, intrumen tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Dengan begitu, maka instrumen ini layak dijadikan instrumen penelitian.

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal Instrumen

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Pengukuran indeks kesukaran pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus P :

P = B


(38)

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah siswa uji coba

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering terinterpretasi pada klasifikasi indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Untuk lebih jelasnya klasifikasi indeks kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.9 di halaman berikutnya.

Tabel 3.9

Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Keterangan

0,00 < 0,30 0,30 – 0,70 0,70 > 1,00

Soal sukar Soal sedang Soal mudah

Setelah uji reliabilitas maka langkah selanjutnya adalah uji tingkat kesukaran. Berikut adalah hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal yang telah diujicobakan kepada 35 siswa di kelas VIII SMP Negeri 52 Bandung tahun ajaran 2013-2014 yang terinterpretasikan pada tabel 3.10 berikut ini.

Tabel 3.10

Analisis Tingkat Kesuranan Butir Soal Instrumen

No. Butir

Soal B JS P Keterangan

1. 20 0.571 Sedang

2. 23 0.657 Sedang

3. 21 0.623 Sedang

4. 10 0.286 Sukar

5. 20 0.571 Sedang

6. 18 0.514 Sedang

7. 25 0.714 Mudah

8. 21 0.600 Sedang

9. 25 0.714 Mudah

10. 23 0.657 Sedang

11. 18 0.514 Sedang

12. 23 0.657 Sedang


(39)

14. 10 0.286 Sukar

15. 19 0.543 Sedang

16. 25 0.714 Mudah

17. 9 0.257 Sukar

18. 18

35

0.543 Sedang

19. 22 0.629 Sedang

20. 21 0.600 Sedang

21. 15 0.429 Sedang

22. 22 0.623 Sedang

23. 23 0.657 Sedang

24. 10 0.286 Sukar

25. 20 0.571 Sedang

26. 9 0.257 Sukar

27. 18 0.514 Sedang

28. 18 0.514 Sedang

29. 11 0.314 Mudah

30. 15 0.423 Sedang

31. 21 0.600 Sedang

32. 21 0.600 Sedang

Lanjutan Tabel 3.10

33. 9 0.257 Sukar

34. 8 0.229 Sukar

35. 21 0.623 Sedang

36. 25 0.714 Mudah

37. 11 0.314 Sedang

38 10 0.286 Sukar

39. 17 0.486 Sedang

40. 19 0.543 Sedang

41. 18 0.514 Sedang

42. 19 0.543 Sedang

43. 9 0.257 Sukar

44. 17 0.486 Sedang

45. 21 0.600 Sedang

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Berdasarkan hasil analisis, pada instrumen diperoleh hasil, dari 45 soal yang diujicobakan terdapat 5 butir soal yang tergolong mudah, 31 butir soal yang tergolong sedang, dan 9 butir soal yang tergolong sukar.

d. Daya Pembeda Butir Soal Instrumen

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Pengukuran indeks diskriminasi pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus

D berikut : D = BA

JA

BB


(40)

Keterangan :

J = Jumlah siswa uji coba

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

PA = BA

JA

= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = BB

JB

= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Indeks daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Menurut ketentuan yang sering diikuti, daya pembeda sering terinterpretasi pada klasifikasi indeks daya pembeda seperti pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Indeks Diskriminasi (D) Keterangan

0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00

Jelek Cukup

Baik Baik sekali

Setelah uji tingkat kesukaran soal maka langkah selanjutnya adalah uji daya pembeda. Berikut adalah hasil perhitungan uji daya pembeda yang telah diujicobakan kepada 35 siswa di kelas VIII SMP Negeri 52 Bandung tahun ajaran 2013-2014 yang terinterpretasikan pada tabel 3.12 berikut ini.

Tabel 3.12

Analisis Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Tes

NBS

Beda

D Keterangan

1. 7 3 4 0.78 0.33 0.44 Baik

2. 8 3 5 0.89 0.33 0.56 Baik

3. 8 3 5 0.89 0.33 0.56 Baik

4. 4 1 3 0.44 0.11 0.33 Cukup

5. 8 4 4 0.89 0.44 0.44 Baik

6. 3 2 1 0.33 0.22 0.11 Jelek


(41)

8. 6 2 4 0.67 0.22 0.44 Baik

9. 8 4 4 0.89 0.44 0.44 Cukup

10. 8 3 5 0.89 0.33 0.56 Baik

11. 5 3 2 0.56 0.33 0.22 Jelek

12. 9 5 4 1.00 0.56 0.44 Cukup

13. 7 3 4 0.78 0.33 0.44 Baik

14. 5 1 4 0.56 0.11 0.44 Baik

15. 8 5 3 0.89 0.56 0.33 Cukup

16. 8 2 6 0.89 0.22 0.67 Baik

17. 3 1 2 0.33 0.11 0.22 Jelek

18. 4 3 1 0.44 0.33 0.11 Jelek

19. 9 4 5 1.00 0.44 0.56 Baik

20. 8 3 5 0.89 0.33 0.56 Baik

21. 6 3 3 0.67 0.33 0.33 Baik

22. 8 4 4 0.89 0.44 0.44 Cukup

23. 9 4 5 1.00 0.44 0.56 Baik

24. 4 1 3 0.44 0.11 0.33 Cukup

25. 8 5 3 0.89 0.56 0.33 Cukup

26. 3 1 2 0.33 0.11 0.22 Jelek

Lanjutan Tabel 3.12

27. 4 2 2 0.44 0.22 0.22 Jelek

28. 6 2 4 0.67 0.22 0.44 Baik

29. 3 1 2 0.33 0.11 0.22 Jelek

30. 6 3 3 0.67 0.33 0.33 Baik

31. 8 4 4 0.89 0.44 0.44 Baik

32. 8 3 5 0.89 0.33 0.56 Baik

33. 4 1 3 0.44 0.11 0.33 Cukup

34. 4 1 3 0.44 0.11 0.33 Cukup

35. 8 2 6 0.89 0.22 0.67 Baik

36. 7 3 4 0.78 0.33 0.44 Baik

37. 5 1 4 0.56 0.11 0.44 Cukup

38. 4 0 4 0.44 0.00 0.44 Baik

39. 8 3 5 0.89 0.33 0.56 Baik

40. 7 2 5 0.78 0.22 0.56 Baik

41. 8 2 6 0.89 0.22 0.67 Baik

42. 7 2 5 0.78 0.22 0.56 Baik

43. 5 1 4 0.56 0.11 0.44 Baik

44. 8 4 4 0.89 0.44 0.44 Baik

45. 8 2 6 0.89 0.22 0.67 Baik

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Berdasarkan hasil analisis pada instrumen diperoleh hasil, dari 45 soal yang diujicobakan terdapat 27 butir soal yang mempunyai daya pembeda baik, 11 butir soal yang mempunyai daya pembeda cukup dan 7 butir yang mempunyai daya pembeda jelek. Dari 7 butir soal yang daya pembedanya jelek, yaitu nomor butir soal 6, 11, 17, 18, 26, 27 dan 29 selanjutnya dibuang.


(42)

Dalam penelitian ini penulis bermaksud mengukur efektifitas model pembelajaran learning cycle 7-E yang digunakan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran concept mapping yang digunakan pada kelompok kontrol. Untuk memperjelas perbedaan fase pembelajaran pada kedua model pembelajaran maka perbedaan keduanya dapat dilihat dengan jelas pada tabel 3.13 di halaman berikutnya.

Tabel 3.13

Perbedaan Fase pada Model Pembelajaran

Learning Cycle 7-E dan Concept Mapping

Learning Cycle 7-E (Kelompok Eksperimen) Concept Mapping (Kelompok Kontrol) Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

E lic it Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik bahasan Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkann

ya dengan topik yang sedang dibahas P er tam a Guru mengarahkan siswa untuk secara jelas melihat sifat dan peranan konsep-konsep dan hubungan antar konsep Siswa mengkaji konsep saat belajar baik di sekolah ataupun di rumah E ngag e Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa Mengembangkan minat dan rasa

ingin tahu terhadap topik yang sedang dibahas Ke dua Guru meminta siswa menuliskan pemahaman mereka tentang konsep-konsep yang telah ditemukan dan kata sambung antar konsep itu

Siswa menuliskan pemahaman mereka tentang konsep-konsep yang telah ditemukan dan kata sambung antar konsep


(43)

Mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan topik bahasan Memberikan respon terhadap pertanyaan guru Guru meminta siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang telah disusun sebelumnya Siswa menghubungkan konsep-konsep yang telah disusun E xp lor e Membentuk kelompok, memberi kesempatan untuk berkerjasama dalam kelompok kecil secara mandiri. Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok Ke tiga Guru mereview peta konsep yang

telah dibuat oleh setiap siswa dalam sebuah kelompok kecil

Siswa menelaah peta konsep yang

telah dibuat dan memperhatikan penjelasan guru

Lanjutan Tabel 3.13

Learning Cycle 7-E (Kelompok Eksperimen) Concept Mapping (Kelompok Kontrol) Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

E xp lor Guru berperan sebagai fasilitator Membuat prediksi baru Ke em pa t Guru meminta siswa untuk mendiskusikan peta konsep yang

telah direview dalam kelompok kecil tadi dengan kelompok lain untuk mendapatkan peta konsep yang benar Siswa mendiskusikan peta konsep yang

telah direview dalam kelompok kecil Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri Mencoba alternatif pemecahan masalah dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antar siswa Menunjukkan bukti dan memberi klasifikasi terhadap ide-ide baru


(44)

Memberi definisi dan penjelasan dengan memakai penjelasan siswa terlebih dahulu sebagai dasar diskusi Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru E xp lai n Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri Mencoba memberi penjeasan terhadap konsep yang ditemukan sendiri Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa Menggunakan pengamatan dan catatan dalam memberi penjelasan Mendengar secara kritis penjelasan antar siswa Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan Memandu diskusi Mendiskusikan

Lanjutan Tabel 3.13

Learning Cycle 7-E (Kelompok Eksperimen) Concept Mapping (Kelompok Kontrol) Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

E labor a te Mengingatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangk an data, bukti dan

temuan pada saat siswa mengeksplorasi situasi baru Menerapkan simbol, definisi, konsep, dan keterampilan pada permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari E va luat e Mendorong siswa melakukan evaluasi diri Berpikir dengan mengevaluasi pemahaman dari pembelajaran yang telah dibahas dengan mengajukan


(45)

pertanyaan terbuka dan mencari jawaban melalui observasi,

bukti, dan penjelasan yang

telah diperoleh sebelumnya Mendorong siswa

untuk memahami kekurangan atau kelebihannya

kegiatan pembelajaran

Menganalisis kekurangan atau kelebihan dalam proses belajar

E

xt

end

Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa

dalam hal penerapan konsep

baru

Mencari hubungan konsep

yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari

H. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data untuk mengetahui efektivitas dan efisiensinya model pembelajaran learning cycle 7-E terhadap penguasaan siswa terhadap konsep bentuk muka bumi, maka dilakukan analisis skor. Untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kuantitatif yaitu pengolahan dan menginterprestasikan data yang berbentuk angka dengan perhitungan yang bersifat matematik dan teknik analisis kualitatif untuk menginterpretasikan data berupa pendapat pandangan serta data lainnya.

1. Pensekoran

Pensekoran dilihat dari banyaknya angka dihitung dari banyaknya jawaban siswa yang cocok dengan kunci jawaban. Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda atau multiple choice test. Dalam penelitian ini adalah penulis


(46)

menggunakan metode rights only, dimana bobot untuk jawaban benar adalah satu dan nol untuk setiap jawaban salah atau dikosongkan.

Penulis menggunakan tanpa denda, dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada rumus :

S = R Keterangan :

S = Skor yang diperoleh (raw score) R = Jawaban siswa yang benar

Setelah diperoleh skor pre test dan post test, kemudian dihitung selisih antara skor post test dan pre test hal tersebut tidak lain untuk memperoleh skor

n-gain. Gain adalah selisih antara nilai post test dan pre test. N-gain menunjukan peningkatan penguasaan siswa pada konsep setelah pembelajaran. Untuk menghitung n-gain yang dikemukakan oleh Melzer dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada rumus :

N-gain = skor − skor

skor � �� − skor

Menurut ketentuan yang sering diikuti, kriteria n-gain sering terinterpretasi pada kriteria n-gain seperti pada tabel 3.14 berikut ini.

Tabel 3.14 Kriteria N-Gain

Interval Koefisien N-Gain Keterangan (<g>) > 0,70

0,70 ≥ (<g>) ≥ 0,30 (<g>) < 0,30

Tinggi Sedang Rendah

2. Uji Normalitas

Menguji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui hasil pengukuran yang berupa skor kemampuan yang diperoleh dari pre test dan post test akan berdistribusi normal atau tidak normal. Dalam uji normalitas, penulis


(47)

menggunakan software SPSS versi 17 for windows yaitu dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk.

Dalam menetapkan kriteria data yang telah dianalisis apakah berdistribusi normal atau tidak adalah dengan membandingkan angka signifikan (sig.) dengan nilai alpha (

α

=0,05) yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk kriteria uji normalitas adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai signifikan (sig.) yang diperoleh > (

α

=0,05) maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Jika nilai signifikan (sig.) yang diperoleh < (

α

=0,05) maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

3. Uji Homogenitas

Setelah kita mengetahui bahwa kedua sampel berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai homogenitasnya. Untuk mencari nilai homogenitas pada kedua sampel, penulis menggunakan software SPSS versi 17 for windows yaitu dengan uji One Way ANOVA dengan nama Levene Statistic.

Dalam menetapkan kriteria data yang telah dianalisis apakah bersifat

homogeny atau tidak adalah dengan membandingkan angka signifikan (sig.) dengan nilai alpha (

α

=0,05) yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk kriteria uji normalitas adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai signifikan (sig.) yang diperoleh > (

α

=0,05) maka sampel berasal dari populasi yang bersifat homogeny.

b. Jika nilai signifikan (sig.) yang diperoleh < (

α

=0,05) maka sampel bukan berasal dari populasi yang bersifat homogeny.

4. Uji Hipotesis

Setelah semua data penelitian terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis untuk menjawab hipotesis. Setelah data berdistribusi normal dan homogen, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis dengan uji-t dengan


(48)

menggunakan software SPSS versi 17 for windows yaitu uji Independent Samples Test.

Namun jika data yang diolah tidak berdistribusi normal dan bersifat tidak homogen, maka pengujian hipotesis dengan menggunakan software SPSS versi 17 for windows yaitu uji Wilcoxon. Untuk kriteria penguji hipotesis adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain H0 ditolak dan H1 diterima.

b. Jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05 maka terdapat tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain H0 diterima dan H1 ditolak.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan yang diperoleh selama treatment diterapkanserta berdasarkan pengolahan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada penguasaan siswa terhadap konsep bentuk muka bumi dalam mata pelajaran IPS antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran learning cycle 7-E dan pada kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran concept mapping.

Dari hasil pengukuran pre test dan post test pada kedua kelompok mengalami peningkatan yang signifikan namun pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran learning cycle 7-E mengalami peningkatan penguasaan konsep yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol dengan model pembelajaran concept mapping. Hal tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran learning cycle 7-E berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan siswa terhadap konsep bnetuk muka bumi dalam mata pelajaran IPS.

Dari hasil pengamatan yang diperoleh selama melaksanakan penelitian di SMP Negeri 52 Kota Bandung, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 7-E dapat menarik perhatian siswa agar tetap fokus, mengasah kreatifitas siswa dalam menuangkan sejumlah ide berdasarkan pengalaman siswa sehari-hari, memiliki rasa toleransi terhadap temannya, dan mengkondisikan siswa. Sehingga proses belajar peserta didik tidak hanya pada perubahan aspek kognitif saja, namun perubahan tersebut terjadi juga pada aspek afektif dan aspek psikomotor. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.


(1)

a. Penelitian ini baru dilakukan pada standar kompetensi “hubungan lingkungan kehidupan manusia” dan kompetensi dasar “mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan”. Oleh karena itu bagi para peneliti selantutnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis dapat menerapkan model pembelajaran ini pada standar kompetensi dan kompetensi dasar lainnya.

b. Penelitian ini baru dilakukan pada kurikulum KTSP. ”. Oleh karena itu bagi para peneliti selantutnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis dapat menerapkan model pembelajaran ini pada kurikulum 2013 atau kurikulum baru lainnya.

c. Penelitian ini baru dilakukan pada jenjang pendidikan SMP di kelas VII dan dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya dapat mencoba untuk menerapkan model pembelajaran learning cycle 7-E pada jenjang pendidikan dan pada mata pelajaran lainnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D. R., (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Badan PSDMPK dan PMP., (2012). Fakta, Konsep, Generalisasi dalam Pembelajaran IPS; Modul IPS 1. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Baharudin, E.N. W., (2010). Teori Belajar Pembelajaran. Jakarta : Ar-Ruzz. Brown, P. L., dan Sandra, K. A, (2007). Examining the Learning Cycle of

Research and tips to support science education. pp 58-59. Buku I KTSP SMP Negeri 52 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

Campbell, T. C., dan Robert, G. F., (2007). "Chapter 4: A Teacher’s Guide to The Learning Cycle. Essays from and about the ADAPT Program by an authorized administrator of Digital Commons University of Nebraska-Lincoln. pp 11.

Cresswell, J. W., (2012). Reseach Desigh. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Dahar, R. W., (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Eisenkraft, A., (2003). Expanding the 5E Model, A proposed 7E model emphasizes “transfer of learning”and the importance of eliciting prior understanding. Published by The National Science Teachers Association, 1840 Wilson Blvd., Arlington, VA 22201-3000. The Science Teacher Vol. 70, No.6.

Ginting, P., Fathhurrahman. M., dan Pinem. S., (2006). IPS Geografi: untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Joyce, B., Marsha, W., dan Calhoun, E., (2011). Models of Teaching: Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kolb, D. A., (1984). Experiential learning: experience as the source of learning and development. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.


(3)

Lawson, A. E., Abraham, M. R., dan Renner, J. W. (1989). A theory of instruction: Using the learning cycle to teach science concepts and thinking skills [Monograph, Number One]. Kansas State University, Manhattan, Ks: National Association for Research in Science Teaching. Maryani, E., (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk

Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Munir, M., (2006). Geologi Lingkungan. Malang : Bayumedia Publising.

Peraturan Mentri Pendididikan Nasional RI No. 22 2006. Standar Isi untuk SatuanPendidikan Dasar dan Menengah.. Jakarta: BP Media Pustaka Mandiri.

Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum., (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Balitbang Depdiknas.

Sanjaya, W., (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sapriya., Sadjaruddin, N., dan Susilawati., (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek.

Saripudin, W., (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK Dirjen, Dikti, Depdikbud.

Setiawan, I., Suciati., Mushlih, A., dan Dedi., (2013). Ilmu Pengetahuan Sosial; SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.

Sudjana, N., dan Ibrahim., (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana., (1986). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono., (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujana, N., (2002). Dasar-dasar Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sumaatmadja, N., (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Offset Alumni.


(4)

Supardan, D., (2008). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Suparno, P., (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Susilawati., J. M., dan Dadi, R., (2010). Penerapan Model Siklus Belajar Hipotekal Deduktif 7E untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Konsep Pembiasan Cahaya. Prosiding Seminar Nasional Fisika ISBN : 978‐979‐98010‐6‐7

Solso, R. L., (2004). Cognitive Psychology. New York: Pearson Educational. Trianto., (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Yuniarsih, T., Hatimah, I., Hayati, S., dan Sundawa, D., (2010). Laporan Penelitian Penugasan : Efektivitas Manajeman Sertifikasi Guru dalam Jabatan: Implikasinya terhadap Mutu Prndidikan Nasional. Bandung : UPI.

Sumber Jurnal :

Azmi., (2003). "Reposisi Pembelajaran Ilmu Sosial di Pendidikan Dasar dan Menengah". Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Nomor 22 Tahun XII Edisi Januari-Juni 2004 ISSN : 0854-5251, h.10.

Efendi, R., (2011). "Kajian Penguasaan Konsep dan Kemampuan Inkuiri Siswa pada Konsep Hukum Newton tentang Gerak melalui Model Pembelajaran Learning Cycle dengan Tiga Teknik Hands-On". Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011.

Fajaroh, F., Dasna, I.W. (2003). "Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif Dalam Bahan Makanan Pada Siswa Kelas Ii Smu Negeri 1 Tumpang – Malang". Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 11 (2) Oktober 2004, h 112-122.

Herlin, N., Erlisnawati,, dan Mahmud, A., "Penerapan Strategi Peta Konsep untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 151 Pekanbaru". Jurnal Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.


(5)

Renner, J.W., Abraham, M. R., dan Birnie, H. H., (1988). "The Necessity of Each Phase of The Learning Cycle in Teaching High School Physics". Journals of Research in Science Teaching. Vol 25 (1), pp 39-58.

Sumber Karya Ilmiah :

Fikriyanti, A., (2012). Pembelajaran Koloid Berbasis Learning CycleE 7E dengan Metode Praktikum untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Tesis SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Rifani, I., (2013). Pengaruh Learning Cycle dan Model Pembelajaran Solve Create and Share terhadap Pemahaman Konsep pada Pelajaran Geografi di SMA. Tesis SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Sumber Internet :

Abraham, M. R., (1997). The Learning Cycle Approach To Science Instruction in Research Matters to the Science Teacher No. 9701. [Online]. Tersedia dalam : [http://www.narst.org/publications/research/ cycle.cfm, diakses pada 10 Januari 2013].

CCSS., (2010). Wisconsin Model Academic Standards for Social Studies Introduction. [Online]. Tersedia dalam : [http://standards.dpi. wi.gov/stn_ssintro#sthash.SiNXpGxi.dpuf, diakses 10 Januari 2013]. CSUC., (2013). BloomTaxonomy [Online]. Tersedia dalam : [http://www.

csus.edu/indiv/e/estiokom/BloomTaxonomy.pdf, diakses pada 10 September 2013].

Ehlen, P., (2013). The Disadvantages of Concept Mapping. [Online]. Tersedia dalam : [http://www.ehow.com/list_6749212_disadvantages-concept-mapping.html, diakses pada 13 Oktober].

Gunawan, I., dan Retno, A., (2012). Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Penilaian. [Online]. Tersedia dalam : [http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/ attachments/766_1-Taksonomi%20Bloom %20-%20Retno-ok-mima+abstract.pdf, diakses pada 12 Januari 2013].

IDKB., (2013).Krathwohl's Taxonomy of Affective Domain. [Online]. Tersedia dalam : [http://classweb.gmu.edu/ndabbagh/Resources/Resources2/ krathstax.htm, diakses pada 10 September 2013].


(6)

Lorsbach, A. W., (2006). The Learning Cycle as A tool for Planning Science Instruction. [Online]. Tersedia dalam : [http://www.coe.ilstu.edu/ scienceed/lorsbacii/257lrcy.html, diakses pada 10 Januari 2013].

NCSS., (2013). National Curriculum Standards for Social Studies: Introduction. [Online]. Tersedia dalam : [http://www.socia lstudies.org/standards/ introduction, diakses pada 10 Januari 2013].

NISE., (1997). National Institute for Science Education: Advantages and Disadvantages of Lectures. Online]. Tersedia dalam : [http:// www.wcer. wisc.edu/archive/cl1/cl/doingcl/advlec.htm, diakses pada 17 November 2013].

Rokhayati, N., (2010). Peningkatan Penguasaan Konsep Matematika melalui Model Pembelajaran Guided Discovery-Inquiry pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Sleman. [Online]. Tersedia dalam : [http:// eprints.uny. ac.id/2102/1/skripsi_Nuri_Rokhayati.pdf, diakses 20 Januari 2013].

Sunal, D., Staver, J., Shroyer, M. G., Chew, G., Portis, A., Thier, H., Wichmann, E., dan Bevevino, M., (2013). Constructivist Learning Cycles. Tersedia dalam: [http://www.psd1.org/cms/lib4/WA01001055/Centricity/Domain/ 36/Constructivist Learning Cycle.docx, diakses 12 Desember 2013].

UNESCO., (2013). The four pillars of learning. [Online]. Tersedia dalam : [http://www.unesco.org/new/en/education/networks/global-networks/ aspnet/about-us/strategy/the-four-pillars-of-learning/, diakses pada 20 November 2013].


Dokumen yang terkait

Pengaruh pembelajaran generatif terhadap hasil belajar siswa pada konsep usaha dan energi (kuasi eksperimen di MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh)

0 17 113

Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak (Kuasi Eksperimen di MTs Mathlabussa’adah).

4 60 151

PENGARUH KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SAINS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3 E (LC 3 E) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA

0 6 46

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 53

PERBEDAAN KEBERHASILAN MODEL TUKAR (LEARNING EXCHANGE) DENGAN MODEL SIKLUS (LEARNING CYCLE) UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI : Kuasi eksperimen terhadap siswa kelas xi iis di sma negeri 14 bandung.

0 1 42

Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Pemahaman Ecoliteracy Siswa Pada Mata Pelajaran IPS : penelitian kuasi eksperimen pada siswa kelas VII-E SMP Negeri 29 Bandung.

0 0 30

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung.

1 11 49

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA : Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPS Terpadu terhadap Siswa Kelas VII di SMPN 4 Bandung.

0 0 44

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MODEL PEMBELAJARAN SAVI(SOMATIC,AUDITORY,VISUAL,INTELEKTUAL)DALAM MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI : Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas Vii Smpn 44 Bandung.

0 1 39

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN E-LEARNING BERBASIS EFRONT TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK : Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Sman 19 Bandung Kelas X dalam mata pelajaran TIK.

0 1 46