Pengaruh pembelajaran generatif terhadap hasil belajar siswa pada konsep usaha dan energi (kuasi eksperimen di MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh)

(1)

Skripsi

PENGARUH PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP USAHA DAN

ENERGI

(Kuasi Eksperimen di MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh)

Oleh:

JULIANI HIDAYAH 105 016 300 595

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011


(2)

i ABSTRACT

Juliani Hidayah, Influence of Generative Learning Model’s to Control the Students Concept (case of study in MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh).

Program Thesis Education of Physics Major Education Knowladge Science Faculty of Education and Theacher University Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.

This research means for deployment generative learning model to control the students concept. This research hold at MTs Jamiatus Sholihin during July until August two thousand and ten. Here by this research use method Quasi eksperiment that consist two clasess are class eksperimen and class control, and take of sample use technical probability sampling. Account of sample research are 30 person in eight grade of first as class control and 30 in eight grade of second as class eksperiment. And take for data make use of instrument Consept control of stadying physic toward pretest and posttest but in the other hand for knowing students motivation toward generative learning that do it with spread of question naire. Before test analysis data are normalitas and test homogenitas. Hypothesis that purpose is hypothesis zero (H0) that is no influence in purpose of generative learning model’s to control the students concept and hypothesis alternative (Ha) that is signifinance influence toward generative learning model’s to control the students concept.

In this research get score pretest for class eksperiment is about 62.6 (sixty two point six) and score level class control is about 62.97 (sixty two point ninety seven) but the other hand result of posttest 71.2 (seventy one point two) and score quite even of posttest in class control is 61.1 (sixty one point one). In the account of test with standard 95% (α = 0,05) get of price ttabel = 2.00 tacount for score pretest category eksperiment and category control get of tacount 4.34 because tacount is 4.34 and score ttabel = 2.00. Result of research showed that tacount > ttabel so Ho rejegted and Ha accepted to standard 0.95%. It case show that there is difference between category score level posttest eksperiment with category score level class control. And means there is significiant influence in generative learnings model toward result stedents concept.


(3)

ii

ABSTRAK

Juliani Hidayah. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Usaha dan Energi (Kuasi Ekperimen di Jamiatus Sholihin Cipondoh). Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh pada bulan juli sampai agustus 2010. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel mengguanakan tehnik Probability Samplling dengan teknik simple random sampling, sampel penelitian ini berjumlah 30 orang kelas VIII.1 sebagai kelas kontrol dan 30 siswa kelas VIII.2 sebagai kelas eksperimen. Pengambilan data menggunakan instrumen penguasaan konsep fisika terhadap pretes dan postes sedangkan untuk mengetahui motivasi siswa terhadap pembelajaran generatif dilakukan dengan menyebarkan angket. Uji persyaratan sebelum menganalisis data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hipotesis yang diajukan adalah hipotesis nihil (Ho) yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaaan konsep siswa dan hipotesis alternatife (Ha) yaitu terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa.

Dalam penelitian ini diperoleh skor rata – rata pretes untuk kelas eksperimen adalah 62,6 dan skor rata-rata kelas kontrol adalah 61,1 sedangkan hasil postes untuk kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata 71,2 dan rata-rata kelas kontrol adalah 62,97. Berdasarkan perhitungan uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh dengan harga ttabel = 2,00 thitung untuk skor pretes kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 0,71 dari hasil pengujian diperoleh thitung < ttabel dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan

95%. Sedangkan hasil uji kesamaan dua rata-rata postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga thitung sebesar 4,34. Karena

thitung sebesar 4,34 dan nilai ttabel 2,00 Hasil pengujian yang diperoleh

menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan demikian Ho ditolah dan Ha diterima

pada taraf kepercayaan 0,95%, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor postes kelompok eksperimen denga rata-rata skor postes kelompok kontrol. Dan dapat diartikan bahwa terdapat pengarah yang signifikan penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur tak lupa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Usaha Dan Energi” . Sholawat serta salam ini selalu tercurah kepada Nabi kiat Muhammad SAW, para sahabat dan para pengikutnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan-Nya dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, di antaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., ketua Jurusan Pendidikan IPA.

3. Bapak Drs. Ahmad Sofyan M.Pd selaku dosen pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi.

4. Ibu Kinkin Suartini M.Pd selaku dosen pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi.

5. Kepala Perpustakaan Ilmu Tarbiyah & Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh staf, yang telah menyediakan tempat serta buku-buku sebagai bahan referensi.

6. Kepala MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas kesediaannya menyediakan tempat, sarana dan prasarana dalam rangka penelitian skripsi serta atas doa dan motivasinya


(5)

iv

7. Guru bidang studi fisika MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas bimbingan, arahan serta doanya.Seluruh guru-guru dan siswa/i MTs Jamiatus Sholihin, terimakasih atas bantuan, doa dan kerjasamanya.

8. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu dan setiap saat mendoakan serta mencururahkan segala kasih sayang dengan tulus, untuk adik tersayang dan seluruh keluarga atas doa dan bantuan baik moril maupun materil.

9. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan IPA Prodi Fisika (2005) atas doa dan motivasi, kebersamaan merupakan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Serta teman-teman tercinta: Resa, Indri, Leni, Yunita dan Yayan. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikit pun rasa terima kasih dan penghormatan. Terima kasih atas doa dan motivasi semoga menjadi amal saleh di sisi Allah SWT, Amin.

Jakarta, Februari 2011


(6)

v

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis 1. Model Pembelajaran Konstruktivisme ... 6

2. Model Pembelajaran Generatif ... 10

3. Hasil Belajar ... 17

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 29

D. Pengajuan Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 31

C. Desain Penelitian ... 31

D. Populasidan Sampel ... 32

E. Tehnik Pengambilan Sampel ... 32


(7)

vi

G. Variabel Penelitian ... 34

H. Tehnik Pengumpulan Data ... 35

I. Instrumen Penelitian ... 35

J. Tehnik Analisis Data ... 39

K. Hipotesis Statistik ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 44

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 46

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 47

D. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA adalah suatu proses yang kompleks. Dewasa ini, pembelajaran IPA masih didominasi oleh penggunaan model pembelajaran konvensional dimana kegiatannya lebih berpusat pada guru. Aktifitas peserta didik dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Hal ini, salah satunya disebabkan oleh padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah suatu bidang ilmu dari usaha manusia dalam mencari penjelasan yang rasional berkaitan dengan kejadian-kejadian yang terjadi di alam ini.1

Proses belajar adalah suatu kegiatan yang berlangsung terus-menerus yang menghasilkan perubahan. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tapi juga menyangkut segala aspek yang ada pada diri seseorang dan tingkah laku pribadi seseorang. Untuk dapat menghasilkan perubahan pada peserta didik, maka diperlukan model pelajaran yang baik. Sekolah sebagai lembaga formal harus dapat melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang peran aktif siswa dalam pembelajaran. Namun dalam proses pembelajaran sekarang ini masih terpusat pada guru, dan tidak pada peserta didik. Seharusnya guru menjadi fasilititator bagi peserta didik.

IPA seharusnya merupakan mata pelajaran yang menarik karena objek yang dipelajari berkaitan dengan alam dan terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan teknologi, dalam kenyataannya fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang menarik ternyata menjadi mata pelajaran yang banyak tidak disukai siswa dengan berbagai alasan seperti sulit, hanya menghapal rumus, tidak memberi kesan dan membosankan.

Pendidikan IPA mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era

1


(9)

2

industrialisasi dan globalisasi. Globalisasi yang termanifestasikan dalam strukturnya melibatkan semua jaringan dengan tatanan global seragam dalam pola hubungan yang bersifat penetratik, kompetitif, rasional dan pragmatis. Konsekuensinya adalah bahwa didalam berbagai penyiapan sumber daya manusia, harus bersifat realistis karena globalisasi menjadi tantangan yang terkait dengan daya saing dan prakarsa, yaitu kemampuan yang belum sepenuhya menjadi ciri dan budaya kita dan harus disertai kemampuan berpikir rasional, kritis dan kreatif.2

Aktifitas peserta didik sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga peserta didiklah yang harus banyak aktif. Namun pada kenyataannya di sekolah-sekolah seringkali guru yang memegang peran utama. Peserta didik tidak diberi kesempatan untuk aktif, dimana pelajaran fisika harus menggunakan kemampuan berfikir untuk menelaahnya, sehingga sebagian peserta didik menganggap fisika terkesan pelajaran yang menakutkan, membosankan. Dengan deretan rumus-rumus yang seringkali membutuhkan daya fikir yang cukup tinggi. Anggapan ini mengakibatkan peserta didik merasa sulit untuk memahami konsep-konsep fisika.

Hasil belajar fisika yang diperoleh pada semua jenjang pendidikan termasuk tingkat SLTP sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan hasil ujian fisika masih tergolong rendah. Kegagalan ini bisa terjadi mungkin sebagai akibat dan kekeliruan cara memandang proses pembelajaran sebagian besar dilakukan melalui informasi, bukan melalui pemrosesan informasi yang mengacu kepada pembentuka skemata atau jaringan konsep siswa.

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, khususnya di SLTP, namun mutu pendidikan MIPA (khusunya fisika) masih merupakan isu yang sangat hangat dibicarakan akibat masih rendahnya hasil belajar siswa. Masalah rendahnya daya serap dan ketuntasan belajar fisika siswa juga terjadi di MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh.

2

Conny Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2002), h. 102-103


(10)

3

Selain itu juga, pola pembelajaran fisika di kelas VIII MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh berlangsung secara konvensional, dimana guru hanya memberikan konsep-konsep dan rumus-rumus fisika yang penting dan ilmiah sesuai dengan yang digariskan kurikulum. Fenomena ini disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang tepat, dan proses pembelajaran masih terpusat pada guru dengan keadaan ini tentu saja mengakibatkan pembentukan konsep yang tidak benar pada siswa. Selain itu guru kelas VIII MTs Jamiatus Sholihin tidak pernah menggali dan memberi perhatian pada konsepsi awal siswa terhadap suatu konsep awal fisika.

Dunia pendidikan Barat sedang diramaikan oleh isu konstruktivisme, yaitu suatu pandangan baru tentang proses belajar dan mengajar yang muncul sekitar pertengahan 1980-an. Gerakan dalam praktik pendidikan dengan berdasar pada pandangan ini makin banyak dilakukan di berbagai negara pada awal 1990-an hingga sekarang. Konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang mengedepankan aktivitas peserta didik dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri.

Aliran kosrtuktivisme ini, dalam kajian ilmu pendidikan merupakan aliran yang berkembang dalam psikologi kognitif yang secara teoritik menekankan peserta didik untuk berperan aktif dalam menemukan pengetahuan baru. Pembelajaran konstruktivisme memugkinkan terjadinya ruang yang lebih baik bagi keterlibatan peserta didik di kelas, melakukan eksplorasi serta menggali secara lebih dalam kemampuan, potensi dan sikap perilaku yang terbuka. Salah satu strategi dari model pembelajaran konstruktivime adalah pembelajaran generatif.

Implementasi pembelajaran generatif dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik tentang pelajaran (terutama fisika) dan persoalan-persoalan fisika yang terkadang membuka peluang bagi peserta didik memberikan pemikiran yang di luar dugaan. Dengan penerapan pembelajaran generatif beberapa konsep yang dirasakan sulit bagi peserta didik menjadi lebih mudah dipahami karena pembelajaran terfokus pada ide-ide awal peserta didik menuju


(11)

4

konsep ilmiah. Hal ini tentunya memberikan peluang yang besar untuk siswa meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar.

Penerapan pembelajaran generatif dalam pembelajaran fisika dapat mencapai hasil maksimal dengan adanya kegiatan pengalaman yang mendukung terlaksananya pembelajaran generatif yaitu pengamatan langsung atau eksperimen. Kegiatan eksperimen sangat diperlukan dalam pelajaran fisika untuk membantu siswa lebih memahami konsep-konsep fisika, sehingga siswa mampu menerapkan pada konsep nyata bukan hanya teori.

Konsep usaha dan energi cocok untuk penerapan model pembelajaran generatif karena konsep ini dapat dikembangkan dengan cara melibatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran serta membantu peserta didik dalam mempelajari mempelajari konsep serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsep usaha dan energi diajarkan di kelas VIII semester 2.

Berdasarkan latar belakang yang terjadi seperti yang telah diungkapkan di atas, penulis mencoba melakukan pengkajian ilmiah berdasarkan penelitian terhadap efektifitas model pembelajaran konstruktivisme dengan pembelajaran generatif dan peranannya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga dengan demikian penulis memilih judul: ”Pengaruh Pembelajaran Generatif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Usaha dan Energi.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Mata pelajaran fisika banyak tidak disukai oleh siswa dengan alasan sulit, hanya menghapal rumus, tidak memberi kesan dan membosankan.

2. Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, dimana siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. 3. Kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada belum melibatkan peran aktif siswa

dalam pembelajaran.


(12)

5

5. Model pembelajaran yang ada tidak efektif dan belum dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

6. Pembelajaran generatif belum diterapkan dalam proses pembelajaran fisika.

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan masalah dalam penelitian ini, maka masalah yang diteliti dibatasi pada penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa. Adapun lingkup masalah akan dibatasi pada:

1. Model pembelajaran generatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran generatif menurut Lingbiao yang terdiri dari empat unsur (orientasi, aktivasi, penilaian dan perluasan).

2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang berupa aspek kognitif menurut Taksonomi Bloom yang direvisi; C1 (mengetahui), C2 (memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknnya pengaruh model pembelajaran generatif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hasil belajar siswa sebelum pembelajaran generatif.


(13)

6

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitin ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, pesera didik, guru dan sekolah. Adapun manfaat dari penelitian yang diperoleh ini diharapkan dapat:

1. Mengatasi kesulitan peserta didik terutama mengenai penguasan konsep dengan menerapkan model pembelajaran generatif.

2. Dijadikan alternatif metode pembelajaran untuk mencapai yang lebih baik lagi.

3. Memberikan sumbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian pendidikan khususnya dalam penelitian pembelajaran yaitu model pembelajaran generatif.


(14)

7

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Model Pembelajaran Konstruktivisme

Paulina Pannen mengungkapkan, konstruktivisme merupakan “salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri”.1

Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang (peserta didik). Konstruktivsme menjadi sumber terhadap berbagai seruan dan kecenderungan yang muncul dalam dunia pendidikan. Konstruktivisme menjadi kata kunci dalam hampir setiap pembicaraan mengenai pembelajaran di berbagai kalangan.

Donald mengartikan konstruktivisme sebagai “Constructivism is a way of teaching and learning that intends to maximize student understanding.”2 Konstruktivisme adalah cara dari mengajar dan belajar yang bermaksud untuk memaksimalkan pemahaman siswa. Setiap individu mengkonstruksi pengetahuan secara aktif, tidak hanya mengimitasi dan membentuk bayangan dari sesuatu yang diamati atau yang diajarkan oleh guru melainkan individu tersebut menyeleksi, menyaring, memberi arah dan menguji kebenaran atas informasi yang diterima sehingga dalam bidang pendidikan perlu dioptimalkan upaya pengembangan model pembelajaran konstruktivisme.

Jadi, pembelajaran konstruktivisme menekankan pada proses pembelajaran yang aktif dimana siswa adalah sebagai fokus dalam pembelajaran sementara guru membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam pendekatan

1

Paulina Pannen, dkk, Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Draft Bahan Ajar PEKERTI/AA, (Jakarta:PAU-PPAI-UT, 2001), hal. 3

2


(15)

8

konstruktivisme, di samping membantu memperoleh informasi, ide, dan cara mengekspresikan diri, juga maksud mengajari peserta didik bagaimana belajar yang menyenangkan.

Konstruktivisme menurut Louis “Constructivism is a theory which regards learning as an active process in which learners construct and internalise new concepts, ideas and knowledge based on their own present and past knowledge and experiences.”3 Konstruktivisme adalah teori mengenai pengetahuan sebagai proses aktif pada gagasan siswa dan konsep internal, ide dan pengetahuan dasar pada pengetahuan awal dan akhir serta pengalaman yang dimiliki. Perolehan pengetahuan tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada hasil perolehan sebelumnya yang tersimpan dalam memori dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru.Konstruktivisme merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan atas keyakinan bahwa pemahaman pengetahuan tidak diperoleh secara langsung utuh, melainkan hasil interaksi peserta didik dengan lingkungannya.

Seperti yang dikutip Subarinah, Brien dan Brandt (1997) mendefinisikan

konstruktivisme sebagai ”suatu pendekatan pengajaran berdasarkan kepada

penyelidikan tentang bagaimana manusia belajar, yaitu setiap individu membangun pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain”.4

Jadi belajar itu merupakan kerja mental siswa yang aktif bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif, yaitu setiap individu membangun pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain.

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi

3

Louis Cohen, A Guide To Teaching Practice, (New York: Routledgefalmer, 2006) h. 167

4

Sri Subarinah, Pengembangan Rancangan Mata Kuliah Geometri Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme pada Program Studi Pendidikan Matemetika FKIP Universitas Mataram, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053, Tahun ke-11. Maret 2005), hal. 255


(16)

9

lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. 2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan

mereka.

3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. 4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya

secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.

Menurut Zurida Ismail, pembelajaran konstruktivisme adalah ”proses membina hubungan pengetahuan yang telah ada secara aktif ”.5 Pengetahuan bukanlah hal-hal yang terlepas dari siswa, tetapi ciptaan siswa itu sendiri yang dikonstrusikan dari pengalaman.

Jadi, konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menjelaskan bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran seseorang. Berdasarkan paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan tidak dapat dipindahkan (transfer) dari seorang guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna, melainkan bertahap sesuai dengan pengalaman masing-masing siswa. Konstruktivisme menyatakan dalam proses pembelajaran sebagai proses dimana siswa berperan aktif dalam membentuk struktur kognitif berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Jadi pengetahuan dibentuk oleh siswa secara aktif dan tidak hanya diterima dari guru secara pasif.

Pengetahuan riil bagi para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi, pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat siswa, tetapi siswa harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam hal

5


(17)

10

ini siswa harus dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri dan bergulat dengan ide-ide kemudian mampu mengonstruksikannya.

Peran guru dalam pembelajaran dengan konstrutivisme adalah sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar pesesrta didik berjalan dengan baik. Peran ini dapat dijabarkan dalam beberapa tugas berikut:

1) Menyediakan kondisi atau pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, mendukung proses belajar siswa, memberi semangat dan berpartisipasi aktif pada setiapo kegiatan siswa.

2) Menyiapkan konflik kognitif dalam upaya mengubah miskonseosi yang dibawa siswa menuju konsep yang benar.

3) Menyediakan saran yang memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya, merangsang siswa berpikir secara produktif atau membantu siswa dalam mengekspresikan atau mengkomunikasikan gagasannya.

4) Memonitor, mengevaluasi dan memberikan umpan balik kepada siswa apakah siswa berhasil atau tidak.6

Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi guru dengan siswa dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, berpikir kritis dan mengadakan justifikasi.

Dalam pembelajaran konstruktivisme, guru selalu berusaha agar seorang siswa mempunyai cara berpikir yang baik, dalam arti bahwa cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru dan dapat memecahkan persoalan yang lain. Sementara itu seorang siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum tentu dapat menyelasaikan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti bagaimana menemukan jawaban itu. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu seseorang berpikir secara benar dengan membimbingnya.

Daniel mendefinisikan konstruktivisme sebagai, “contructivism is a broad movement that is as much a philosophical position as an education statergi”.7

6


(18)

11

Konstruktivisme adalah pergerakan sebagai filosofi pada stategi pendidikan. Dalam proses pembelajaran dengan konstruktivisme, siswa harus menjadi pusat perhatian sehingga siswa aktif mengembangkan pengetahuan dengan bantuan guru. Proses pembelajaran dengan penekanan siswa belajar secara aktif ini sangat penting dan perlu dikembangkan karena kreatif siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitifnya. Mereka juga akan terbantu menjadi orang yang kritis dalam menganalisa suatu hal karena mereka berpikir bukan meniru saja.

Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis, diantaranya adalah : a. Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru.b. Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini. Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.c. Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari mereka sendiri.

Mulyasa berpendapat strategi model pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:

1) Pusat kegiatan pembelajaran adalah peserta didik yang aktif.

2) Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik. 3) Bangkitkan motivasi belajar peserta didik yang membuat materi pelajaran sebagai

hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan peserta didik.

7


(19)

12

4) Guru harus segera mengenali materi pelajaran dan model pembelajaran yang membuat peserta didik bosan.8

Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model konstruktivisme ini, guru tidak dapat mendoktrinasi gagasan ilmiah supaya siswa mau mengganti dan memodifikasi gagasan yang non ilmiah menjadi ilmiah. Dengan demikian arsitek pengubah gagasan siswa adalah siswa itu sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan penyedia kondisi belajar supaya pembelajaran bisa berlangsung dengan kondusif dan memberikan kemudahan belajar bagi siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Karena dengan lingkungan belajar yang kondusif memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar dan dapat menunjang keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.

Jadi, belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses aktif, sehingga dalam pembelajaran siswa perlu diupayakan agar dapat mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh dengan memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Jika pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan konsep ilmiah (miskonsepsi) maka perlu dilakukan klarifikasi melalui kegiatan observasi, eksperimen, atau dengan memberikan masalah yang menimbulkan konflik kognitif.

2. Model Pembelajaran Generatif a. Pengertian Pembelajaran Generatif

Pembelajaran generatif atau generative learning terdiri dari dua kata yaitu

generative dan learning. Generative is having the power of producing,9 generatif berarti kekuatan untuk menghasilkan sedangkan learning is gaining of knowledge or skill10, pembelajaran adalah peningkatan pengetahuan atau kemampuan Jadi

generative learning adalah suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan

8

E. Mulyasa, Kurikilum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-1, hal. 242

9

Thorndike Barnhart, Advanced Junior Dictionary, (New York), Second Edition, h. 339

10


(20)

13

melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan.

Dengan demikian pengetahuan mutlak diperoleh dengan belajar yaitu dari hasil kontruksi kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman yang diterima lewat panca inderanya. Singkatnya, generatif learning menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran itu ditunjukan untuk menggali pengetahuan dari pengetahuan seseorang.

Parulina Hutapea dan Nuriana Thoha menjelaskan bahwa pembelajaran generatif adalah pembelajaran yang mengarah pada perubahan transformasi, yang dapat mencakup perubahan norma atau strategi serta asumsi-asumsi yang berkenaan dengan norma organisasi.11

Teori generative learning dikemukakan oleh Wittrock seperti dikutip Paulina

Pannen, berasumsi bahwa ”siswa bukan penerima informasi yang pasif, melainkan siswa aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan dalam mengkontruksikan makna

informasi yang ada disekitarnya”.12

Sangat penting bagi guru untuk meminta siswa

to generate ”menghasilkan” sendiri makna dari informasi yang diperolehnya. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang akan dipelajarinya.

Belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membentuk makna mentah itu dari bacaan, berinteraksi dengan lingkungan ataupun pengalaman fisik. Sesuai prinsip tersebut, maka proses pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa memperoleh sendiri pengetahuannya.

11

Parulina Hutapea dkk, Kompetensi Plus Teori, Desain,Kasus, dan Penerapan Untuk HR dan Organisasi yang Dinamis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 110

12


(21)

14

Seperti yang dikutip Kathleen Chamberlain, Wittrock (1974) “Find the

meanings and concepts that the learner has generated already from his or her background, attitudes, abilities, and experiences and determine ways so that the

learner will generate new meanings and concepts that will be useful to him or her”. 13

Menjelaskan pengertian generatif (Generatif berarti) searti dengan konstruksi

(pengertian konstruktivisme) dan dimana guru harus: “ Menemukan pengertian dan

konsep siswa yang siap untuk dihasilkan dari latar belakangnya, sikap, bakat dan pengalaman dan menentukan jalan yang siswa pengertian baru akan hasilkan dan

konsep yang akan dipergunakannya.” Pembelajaran generatif sama dengan konstruktivisme dimana siswalah yang mengkonstruk pengetahuannya sendiri.

Dalam generative learning, siswa lebih diberi tempat dari pada guru. Artinya, dalam proses pembelajaran siswa merupakan pusat pembelajaran (student center). Generative learning mendorong siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Di dalam kelas yang menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah/mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.

Menurut George Mason, ”generative learning is a theory that involves the

active integration of new ideas with learner’s existing schemata”.14

Menyatakan bahwa dalam strategi generative lerning siswa terlibat secara aktif selama proses pembelajaran dalam menghubungkan ide-ide baru dengan struktur kognitif (pengetahuan) yang telah dimiliki siswa.

Menurut George Mason, pembelajaran generatif dibagi menjadi 4 unsur yaitu: 1) Ingatan; siswa menggali informasi dari pengetahuan sebelumnya dengan cara

pengulangan, latihan, meninjau ulang dan dengan alat bantu mengingat.

2) Penggabungan; siswa menggabungkan/menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dengan cara penguraian (uraian dalam bentuk cerita), ringkasan (menjelaskan dengan singkat), memecahkan persoalan, mengajukan pertanyaan/contoh dan mengajukan persamaan dan kiasan.

13

Curiculum in Primary Practice, Science 7-11 developing Primary Teaching Skills, (USA dan Canada: Clive Carre dan Carrie Ovens, 1994), h. 39

14

George Mason, Strategi Generative Learning http://nasaui.ited.uidaho.edu/nasaspark/ datashar .htm. 2009/ Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.


(22)

15

3) Pengorganisasian; siswa mengaitkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya berupa ide dan konsep-konsep baru ke dalam metode yang berarti dengan menganalisis ide-ide pokok, penguraian, mengkatagorikan, pengelompokkan dan peta konsep.

4) Perluasan; siswa mengembangkan materi baru kepada informasi/ide-ide yang telah ada dalam ingatan siswa, dengan cara manggeneralisir gambaran jiwa/fisik, prosa, perluasan kalimat, mempertajam penglihatan, film dan papan buletin.15

Secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian di dalam pembelajaran akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

Materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan menemukan arti didalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru.

Sedangkan menurut Grouws, “generative learning is learners actively participate in the learning process and generate knowledge by forming mental

connections between concepts”.16

Grouws berpandangan bahwa dalam pembelajaran siswa berpartisipasi aktif dalam membangun konsep-konsep dengan kemampuannya sendiri melalui proses pembentukan mental sehingga konsep itu terbangun menjadi konsep baru.

15

Ibid.

16

Grouws, Generative, http//121.ed.psu.edu/success/lessons/lesson3/ISCa3 L.HTM, 2009 /Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.


(23)

16

Menurut Grouws, ada 2 jenis aktivitas generative:

1) Aktivias itu menghasilkan hubungan yang dinamis (judul, rubrik, pertanyaan, tujuan, ringkasan, grafik, tabel dan ide pokok)

2) Aktivitas itu menghasilkan penggabungan hubungan antara apa yang siswa lihat, dengar atau baca dan ingatan (demonstrasi, kiasan, persamaan, contoh, gambar, aplikasi, penafsiran penguraian dan kesimpulan)17

Siswa pada semua usia memiliki konsep tentang berbagai fenomena yang dibawanya ke dalam kelas. Konsep awal ini dapat bersumber antara lain dari latar belakang kebudayaan, keluarga dan media maupun hal-hal lain dimana siswa secara langsung mendengar, melihat dan sekaligus menggunakannya. Konsep ini sangat membantu dalam konteks keseharian siswa. Sementara itu, konsep baru yang dipelajarisiswa di dalam kelas akan lebih mudah diterima jika dikaitkan dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga terjadi proses asimilasi/asosiasi.

Wittrock menyimpulkan bahwa “the essence of the generative learning model is that the mind or the brain, is not a passive consumer of information. Instead, it actively construct its own interpretations of information and draws inferences from

them”.18

Ini berarti bahwa pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh kerja otak siswa itu sendiri dan bukan diterima secara pasif dari lingkungannya. Dengan demikian pembelajaran merupakan hasil dari usaha siswa itu sendiri dan bukan dipindahkan dari guru kepada siswa.

Dalam melaksanakan pembeljaran generatif, guru perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :a. Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa. Setelah dosen mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis

17

Ibid.

18

Wittrock, Stategi Pembelajaran Generatif, http:/ /www. stemnetnf.ca/dfurey/metacog/generate .html 2000/Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.


(24)

17

membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan. b. Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif penjelasan dengan menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan siswa antara lain berupa eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi, atau simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak (multiple representation) untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu siswa memperoleh penjelasan yang cukup memuaskan. c. Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat memberikan soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya konteks (context-rich problems) dan pertanyaan terbalik (reverse questions) yang dapat dikerjakan secara kelompok.

Menurut Sanerya Hendrawan, generative learning adalah “pembelajaran yang mencakup perluasan kapasitas mencipta hasil-hasil yang diinginkan.”19 Pada prinsipnya guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Guru berperan dalam membantu proses pembelajaran dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi lebih bermakna bagi siswa. Tugas guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan/ menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar.

b. Tahapan Pembelajaran Generatif

Menurut Lingbiao, ada 4 tahapan pokok dalam pembelajaran generatif yang secara fungsional memiliki fungsi yang berbeda:

1) Tahapan orientasi dan elisitasi, dimana guru memberikan orientasi umum dan rasionalisasi konsep yang akan ditanamkan.

2) Tahapan aktivitas dan interkasi, dimana guru mengarahkan perhatian siswa kepada konsep-konsep yang penting.

19


(25)

18

3) Tahapan assesment (penilaian) dan umpan balik, merupakan tahapan evaluasi belajar siswa untuk melihat tingkat penguasaan siswa.

4) Tahapan sistematisasi dan extention, yaitu guru membantu siswa membangun jalinan konsep dari konsep-konsep yang sudah dipelajari sehingga hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya menjadi jelas.20

Dalam pembelajaran generatif, siswa diharapkan dapat membangun pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu (asimilasi). Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar yang

bermakna (akomodasi). Siswa diarapkan mampu mempraktekkan

pengalaman/pengetahuan yang telah diperolehnya dalam konteks kehidupan nyata. Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian siswa dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.

Seperti dikutip Made Wena, Cosgrove menyatakan bahwa pembelajaran generatif terdiri atas empat tahap, yaitu: a. pendahuluan atau tahap eksplorasi, b. pemfokusan, c. tantangan atau tahap pengenalan konsep, d. penerapan konsep.21 Russell Tytler juga menyatakan bahwa model pembelajaran generatif terdiri dari empat fase pembelajaran: a. fase prmilinari/eksplorasi pendahuluan, b. fase

focusing/pemusatan, c. fase challenge/tantangan, dan d. fase application/aplikasi.22 Hal tersebut senada dengan fase pengajaran dan pembelajaran strategi generatif menurut Osborne yaitu:

1) Awalan yaitu, menentukan pandangan siswa; menjelaskan pandangan tersebut; memahami pandangan saintifik; mengenal pasti pandangan ilmu lama; mempertimbangkan bukti-bukti yang menyebabkan perubahan pandangan lama pelajar.

20

IB. Putu Mardan, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widya IKIP Negri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001), h. 51

21

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 177

22

Made Sumadi, Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumen dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri I Singaraja, (Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001), hal. 3


(26)

19

2) Fokus yaitu, menetapkan konteks; membekalkan pengalaman yang memberikan motivasi; menyertai dan mengemukakan soalan berbentuk terbuka dan berorientasikan individu; menafsirkan respon siswa; menafsirkan dan menerangkan pandangan siswa.

3) Cabaran yaitu, memudahkan pertukaran pandangan di kalangan pelajar; memastikan semua pandangan dipertimbangkan; meneruskan perbincangan secara terbuka; mencadangkan prosedur yang cukup jelas jika perlu; mengemukakan bukti untuk mendukung pandangan ahli sain/ilmuan.

4) Aplikasi yaitu, membentuk masalah yang boleh diselesaikan secara mudah dengan menggunakan padangan saintifik; membantu siswa menjelaskan padangan baru dengan meminta mereka menggunakan pandangan tersebut dalam semua penyelesaian; murid dapat menyatakan secara lisan cara penyelesaian masalah; guru mengambil bagian, memberi rangsangan dan menyumbangkan idea dalam perbincangan penyelesaian masalah; membantu menyelesaikan masalah yang lebih rumit.23

Ketiga pandangan di atas tentang tahapan pembelajaran generatif menunjukan bahwa tugas guru adalah hanya membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, yakni guru lebih banyak berurusan dengan strategi dan memposisikan sebagai fasilitator daripada memberi informasi dan mengajari.

Dalam pandangan pembelajaran generatif, kebebasan berinisiatif dipandang sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa itu sendiri. Tujuan pembelajaran generatif menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks-konteks nyata.

Secara umum, model pembelajaran generatif memiliki empat komponen: a) proses motivasi; ditentukan oleh minat (interest) dan atribut (atributin), b) proses belajar; dapat dipengaruhi oleh rangsangan (arousal) dan niat (intention), c) proses penciptaan pengetahuan; dilandasi pada beberapa komponen ingatan yaitu pengetahuan awal, kepercayaan/sistem nilai, konsep, keterampilan srategi kognitif dan pengalaman, d) proses generasi; menggerasikan hubungan antara berbagai bagian informasi yang mereka peroleh dari pengalaman.24

23

Kathleen Chamberlain, reading, Writing & Inquiry in the Science Classroom Grades 6-12, (California: Corwin Press, 2009), h. 10

24


(27)

20

Hal penting yang harus diingat dalam pembelajaran generatif adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam pembelajaran generatif, sehingga identifikasi pengetahuan awal siswa merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, tergantung tujuan pembelajaran, ada beragam aktivitas yang dapat dipilih oleh guru untuk dapat melibatkan siswa secara aktif dalam konstruksi pengetahuan berdasarkan pengetahuan awalnya.

Jadi, pembelajaran generatif adalah suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan.

3. Hasil Belajar

a. Konsep Belajar

1) Pengertian Belajar

Belajar adalah “kata kunci (key term) yang vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan”.25

Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.

Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara lebih khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan. Seperti dikutip Ngalim, Morgan menyatakan bahwa “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”26 Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah

25

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-9, hal. 94

26


(28)

21

pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Gagne seperti dikutip Ngalim, “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami sesuatu itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.27 Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Aktivitas dan prestasi menusia tidak lain adalah hasil dari belajar.

Manusia terlahir sebagai makhluk yang lemah tidak mampu berbuat apa-apa serta tidak mengatahui apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa mengetahui berbagai skill (keterampilan) maupun pengetahuan. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa belajar merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengadakan perubahan baik fisik, mental dan juga tingkah laku yang harus didukung oleh lingkungannya.

2) Ciri-ciri Belajar

Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu. Secara implisit, dapat diidentifikasi beberapa ciri perubahan yang merupakan prilaku belajar, diantaranya:

a) Bahwa perubahan intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.

b) Bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan

(normative) atau kriteria keberhasilan (criteria of success).

c) Bahwa perubahan itu efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksi dan dipergunakan.28

27

Ibid, h. 80

28

Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 158


(29)

22

Belajar mencakup semua aspek mental psikologis manusia. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

3) Tujuan Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu.

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar diarahkan untuk mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan belajar kognitif memperoleh pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman, aplikasi dan kemampuan berpikir analisis, sistesis, dan evaluasi. Tujuan belajar afektif mencakup pemilihan minat, sikap, dan nilai yang ditanamkan dalam proses belajar mengajar. Tujuan belajar psikomotor untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.

4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa dibagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal siawa. Faktor internal siswa meliputi psikologis dan psikis siswa itu sendiri sedangkan faktor eksternal siswa meliputi lingkungan di luar diri siswa.

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku siswa, banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.


(30)

23

c) Faktor pendekatan belajar (approach to learn). Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk malakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.29

b. Konsep hasil belajar

Hasil belajar atau achievement merupakan “realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.30 Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari prilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang berisi sebagai berikut:

1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa.

2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. 3) Hasil belajar yang dicapai berguna bagi dirinya.

4) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif).

5) Kemampuan siswa untuk mengontrol/menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.31

Adapun hasil belajar yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang diketahui, diperoleh atau didapat setelah melalui proses belajar, baik karena ada guru yang mengajar ataupun siswa sendiri yang memanfaatkan lingkungannya untuk belajar. Hasil belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor endogen) maupun dari luar diri (faktor eksogen) individu.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa hasil belajar berupa perolehan perubahan tingkah laku yang meliputi; pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan, keterampilan, perasaan, minat dan bakat. Dalam dunia pendidikan hasil

29

Muhubbin Syah, Op.Cit, hal. 132

30

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 102

31

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Preoses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 56-57


(31)

24

belajar digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada hasil belajar dimana peningkatan hasil belajar hanya pada ranah kognitif yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis.

6. Energi dan Usaha a. Peta konsep

terdiri

dari

perubahannya

memenuhi

dapat

berupa

perubahannya

memberikan

Gambar 1. Peta Konsep Usaha dan Energi

b. Pengertian Energi

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja (usaha). Energi adalah suatu besaran turunan yang mempunyai satuian dalam SI Joule. Satuan energi selain satuan dalam SI adalah erg, kalori (kal). Kesetaraan satuan kalori dengan satuan joule dikemukakan oleh J.P Joule yaitu 1 kal = 4,2 joule.

Energi

Energi Kalor Energi Kimia

Energi Kinetik

Energi Potensial Energi Mekanik

Energi Cahaya Energi Bunyi

Energi Listrik

Energi Surya Energi Nuklir Hukum Kekekalan Energi


(32)

25

c. Bentuk-Bentuk Energi

Untuk memperoleh energi manusia harus makan karena makanan mengandung energi kimia. Selain energi kimia yang tersimpan dalam makanan masih banyak bentuk-bentuk energi yang kita jumpai dialam ini, antara lain:

a) Energi mekanik, yaitu energi yang terdiri dari energi potensial dan energi kinetik. b) Energi potensial, yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena kedudukannya.

Misalnya energi potensial gravitasi dan energi potensial pegas.

c) Energi kinetik, yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena bergerak. d) Energi bunyi, yaitu energi yang dihasilkan oleh benda-benda yang bergetar. e) Energi listrik, yaitu energi yang terdapat dalam arus listrik.

f) Energi panas (kalor), yaitu energi yang timbul dari energi kinetik suatu benda.

d. Perubahan Bentuk Energi

Untuk memperoleh bentuk energi sesuai dengan kebutuhan, kita dapat merubah bentuk energi satu ke bentuk lainnya. Selama terjadi perubahan bentuk energi tidak ada energi yang hilang. Sifat tersebut dikenal dengan hukum kekekalan

energi yang berbunyi: ”Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan,

tetapi dapat berubah bentuk yang satu kebentuk yang lain”. Berikut ini beberapa

contoh perubahan bentuk energi, antara lain:

a) Energi gerak menjadi energi kalor, misalnya dua buah batu yang digesek-gesekkan.

b) Energi kimia menjadi energi listrik, misalnya aki, batu baterai. c) Energi listrik menjadi energi gerak, misalnya kipas angin.

d) Energi listrik menjadi energi kalor, misalnya setrika listrik, kompor listrik. e) Energi listrik menjadi energi cahaya, misalnya bolam ( lampu listrik).


(33)

26

e. Sumber Energi

Matahari adalah merupakan sumber energi utama yang dapat kita pakai terus menerus dan hampir jumlahnya tidak berkurang. Selain matahari kita mengenal sumber energi lain yang dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:

a) Sumber energi yang dapat diperbaharui yaitu sumber energi yang tidak akan habis jika dikelola dengan baik. Contoh: air, tanah, hutan dan sumber energi hewani. b) Sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yaitu sumber energi yang bisa habis

jika dieksploitasi secara terus menerus. Contohnya gas bumi, minyak bumi, panas bumi dan batu bara.

f. Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya. Semakin cepat benda bergerak, energi kinetiknya semakin besar. Disamping itu semakin besar massa benda yang bergerak, semakin besar pula energi kinetiknya. Sehingga dapat disimpulkan besar energi kinetik suatu benda sebanding dengan massa benda dan kuadrat kecepatannnya. Untuk menghitung energi kinetik suatu benda dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan: m = massa benda (kg) v = kecepatan benda (m/s) Ek= energi kinetik (J)

g. Energi Potensial

Energi potensial adalah energi yang tersimpan pada suatu benda karena kedudukan atau keadaannya. Energi potensial bisa berupa energi potensial gravitasi maupun energi potensial pegas. energi potensial gravitasi adalah energi potensial yang dimiliki suatu benda karena kedudukannya terhadap bumi.

Sedangkan energi potensial pegas adalah energi yang dimiliki sebuah pegas yang direnggangkan atau ditekan. Besar energi potensial gravitasi berbanding lurus dengan


(34)

27

massa benda, percepatan gravitasi dan ketinggian benda dari permukaan bumi. Secara matematis, energi potensial dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : m = massa benda (kg) Ep = Energi potensial (J)

g = percepatan gravitasi (ms-2) h = tinggi benda (m)

h. Energi Mekanik

Energi mekanik merupakan gabungan dari energi kinetik dan energi potensial, maka secara matematis dapat dirumuskan:

Apabila sebuah benda berada diam pada ketinggian tertentu, energi kinetik benda tersebut nol (Ek = 0), tetapi benda memiliki energi potensial gravitasi.

Sehingga energi mekaniknya sama dengan energi potensial. Misalnya buah-buahan yang berada ditangkainya. Buah-buahan tersebut diam tetapi berada pada pada ketinggian tertentu, maka memiliki energi potensial tetapi energi kinetiknya nol.

Apabila benda bergerak dipermukaan bumi (h = 0), energi potensial benda tersebut nol (Ep = 0), maka energi mekaniknya sama dengan energi kinetiknya.

Misalkan sebuah mobil yang melaju dijalan.

Dengan menggunakan hukum kekekalan energi mekanik, kita dapat menghitung kecepatan benda saat menyentuh tanah apabila jatuh dari ketinggian tertentu yaitu dengan persamaan sebagai berikut:

Saat benda diam pada ketinggian tertentu, energi mekaniknya dirumuskan: Ep = m x g x h

Em = Ek + Ep

Em = Ep


(35)

28

Apabila benda jatuh saat menyentuh tanah energi potensial berubah menjadi energi kinetik, sehingga energi mekaniknya sama dengan energi kinetik dirumuskan sebagi berikut:

Dari dua persamaan diatas dapat diturunkan sebagai berikut: Ket: g = percepatan gravitasi (m/s2) h = tinggi benda saat mulai jatuh (m)

v = kecepatan benda jatuh bebas saat menyentuh tanah (m/s)

Dari rumus terakhir terlihat bahwa besar kecepatan benda yang jatuh bebas tidak tergantung pada massa benda, tetapi besarnya bergantung pada tinggi benda saat mulai jatuh. Dengan hukum kekekalan energi tersebut dapat disimpulkan, jika ada dua buah benda massanya tidak sama jatuh dari ketinggian yang sama kecepatan benda adalah sama atau kedua benda menyentuh tanah dalam waktu yang bersamaan.

i. Pengertian Usaha

Usaha adalah hasil kerja suatu gaya yang mengakibatkan benda berpindah tempat. Dalam melakukan usaha selalu membutuhkan energi sehingga usaha sangat erat dengan energi.

Maka dari itu satuan usaha selalu satuan energi yaitu Joule (J). Besar usaha berbanding lurus dengan besar perpindahan dan besar gaya yang bekerja. Usaha 1 Joule dilakukan bila gaya sebesar 1 Newton memindahkan benda sejauh 1 meter. Usaha merupakan besaran vektor, maka usaha dapat bernilai positif, negatif maupun nol.

Em = Ek

Em = ½ x m x v2

½ x m x v2 = m x g x h v = √2 x g x h


(36)

29

j. Usaha yang Dihasilkan Satu Gaya

Bila sebuah gaya bekerja pada benda sehingga berpindah searah dengan gaya, maka usaha yang dilakukan dinyatakan sebagai:

Bila sebuah benda bekerja pada benda sehingga berpindah berlawanan arah gaya, maka usaha yang dilakukan dimyatakan sebagai:

Ket: W = usaha (J)

F = gaya yang bekerja (N) s = perpindahan (m)

k. Usaha oleh Beberapa Gaya

Apabila beberapa gaya bekerja pada sebuah benda, maka usaha yang dihasilkan adalah hasil kali antara resultan gaya dengan jarak perpindahan. Apabila arah gaya-gaya yang bekerja searah maka resultannya adalah R = F1 + F2 + F3 + ....

maka

Apabila arah gaya-gaya yang bekerja berlawanan arah, maka resultannya: R = F1– F2 apabila F1 > F2

maka ket : W = usaha (J)

F = gaya yang bekerja (N) s = perpindahan (m)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bayyati, jurusan Pendidikan Kimia , Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah. Dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajarn Konstruktivisme Dengan Strategi Generatif Learning

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Perubahan Materi”. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen one group pretest-postest. Penelitian ini

W = F x s

W = F x s

W = (F1 + F2 + F3 + ....) x s


(37)

30

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran konstruktivisme dengan strategi generative learning.32

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawidana, jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, IKIP Negeri Singaraja. Dengan judul ”Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II”. Penelitian tindakan kelas ini dilakuka pada mata kuliah Kimia Dasar II mahasiswa TPB Jurusan Pendidikan Kimia Tahun Akademik 2001/2002, terdiri dari 23 orang mahasiswa. Penelitian ini dirancang dua sisklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi tindakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa aktifitas dan hasil belajar mahasiswa tergolong baik (7,11, skala 11).33

Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh I Ketut Tika, Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP Singaraja. Dengan judul ” Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan Kesalahan Konsepsi Dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja”. Penelitian tindakan ini bertujuan mendeskripsikan efektivitas model belajar generatif dalam memperbaiki kesalahan konsepsi mahasiswa dalam mata kuliah Fisika Dasar. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, kuesioner dan pedoman observasi. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsep awal mahasiswa tentang konsep-konsp fisika cukup bervariasi dan sebagian besar (70,6%) berlabel miskonsepsi, dan pada siklus I terjadi penurunan prestasi mahasiswa yang masih mengalami miskonsepsi sebesar 50,8 %, yaitu dari 68,4 % menjadi 17,2 % dan berubah menjadi miskonsepsi ilmiah.34

32

Bayyati, Pengaruh Model Pembelajarn Konstruktivisme Dengan Strategi Generatif Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Perubahan Materi, (Jakarta: 2007)

33

Redhana I Wayan dan I Dewa Ketut Sastrawidana, Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001)

34

Tika. I Ketut, Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan Kesalahan Konsepsi Dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001)


(38)

31

Penelitian yang relevan juga dilaksanakan oleh Mahayukti, yang berjudul ” Pengembangan model Pembelajaran Generatif Dengan Metode PQ4R Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II B SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja”. Subjek penelitian ini adalah 1 orang guru dan 36 siswa kelas II B SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran generatif dengan metode PQ4R dapat meningkatkan kualitas pembelajaran metematika siswa kelas II SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja.35

Penelitian yang relevan juga dilaksanakan oleh IB Putu Mardana, yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif”. Penelitian ini dilaksanankan di kelas II3 SMUN 3 Singaraja dengan melibatkan seorang guru untuk melaksanakan tindakan. Denngan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif diperoleh temuan bahwa 1) penerapan model pembelajaran generatif dapat mengubah miskonsepsi siswa menjadi kopnsep ilmiah, 2) penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika, dan 3) persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran generatif dalam pembelajaran fisika menunjukkan persepsi yang positif.36

Penelitian yang relevan juga dilaksanakan oleh Made Sumadi, yang berjudul “Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif Untuk meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumentasi, dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri 1 Singaraja.” Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD sebanyak 40

35

Mahayukti. Ayu, Pengembangan model Pembelajaran Generatif Dengan Metode PQ4R Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II B SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, , (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001).

36

Mardana, IB Putu, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001).


(39)

32

orang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran generatif tergolong berhasil.37

Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Ketut Tika, yang berjudul “Efektivitas Model Belajar Generatif Dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa SMU Nergeri Di Singaraja”. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model belajar generatif sebagai model alternatif dalam mengubah miskonsepsi siswa tentang gerak rotasi dan gerak harmonik. Pengujian efektivitas model belajar generatif dilakukan melalui studi ekperimental dengan rancangan pretest-postest control group design. Penelitian ini dilakukan di kelas III SMU Negeri 1 Singaraja tahun ajaran 1998/1999 dengan melibatkan 40 orang siswa sebagai kelas eksperimen dan 37 orang sebagai kelas kontrol.38

C. Kerangka Berpikir

Peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan adalah salah satu sasaran yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kualitas guru yang bertugas melaksanakan pendidikan dan memberikan bimbingan. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk selalu memperluas wawasan dan menambah bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki agar tidak tertinggal dari kemajuan yang semakin cepat. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mencakup aspek pengetahuan yang tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi konsep dan prosesnya yang mengacu pada pemelekan pikir.

Pembelajaran generatif adalah suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya

37

Sumadi. Made, Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif Untuk meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumentasi, dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri 1 Singaraja, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001).

38

Ketut Tika, Efektivitas Model Belajar Generatif Dalam Pembelajaran Fisika Pada Siswa SMU Negeri Di Singaraja, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001).


(40)

33

dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan.

Model pembelajaran generatif terdiri dari empat unsur (orientasi, aktivasi, penilaian dan perluasan). Dari tahap-tahap tersebut, siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena siswa mengemukakan gagasan/pendapat. Penguasaan konsep siswa merupakan suatu hasil pemikiran siswa yang dapat menjadikan siswa tersebut untuk mengetahui dan memahami mengenai suatu objek dan dapat membantu siswa untuk memecahkan segala masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan hasil pemikirannya tersebut.

Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme dapat meningkatkan penguasaan konsep para siswa, serta mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk menghasilkan pengetahuan sendiri. Model pembelajaran generatif diduga dapat mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep siswa secara signifikan.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan dan sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian adalah penerapan model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.


(41)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Jamiatus Sholihin Cipondoh, Tangerang. Penelitian dilakukan pada tahun pelajaran 2009/2010.

B. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen yaitu metode penelitian yang melakukan pengontrolan terhadap salah satu variabel. Dalam kontrol atau pengendalian variabel tidak biasa dilakukan secara ketat atau secara penuh. Sehingga perlu dicari atau dilakukan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Dimana peneliti harus dapat memilih dan menentukan variabel mana yang boleh dilonggarkan pengendaliannya, dalam arti kata tidak dilakukan sepenuhnya.

Peneliti melakukan analisis dan evaluasi hasil belajar siswa terhadap pretes dan postes yang kemudian diolah untuk mengetahui hasil belajar siswa kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah pada tiap indikator serta mengetahui apakah kenaikan ini signifikan atau tidak setelah diterapkan model pembelajaran generatif.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu two group pretest-posttest design, dimana dalam desain ini digunakan dua kelas subjek. Desain ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol (tidak diberikan perlakukan, menggunakan model konvensional) dan kelas eksperimen (diberikan perlakuan model konstruktivisme dengan model generative learning). Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(42)

35

Tabel 1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Treatment Posttest

E T1 X1 T2

C T1 X2 T2

Keterangan:

E : Kelas eksperimen C : Kelas kontrol T1 : Nilai pretest

T2 : Nilai posttest

X1 : Perlakuan (penerapan model pembelajaran konstruktivisme dengan

strategi generative learning).

X2 : Perlakuan (penerapan model pembelajaran dengan metode

konvensional).

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi target dalam penelitin ini adalah seluruh siswa MTs Jamiatus Sholihin. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Jamiatus Sholihin.

Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti.2 Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII.1 dan siswa kelas VIII.2 MTs Jamiatus Sholihin.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan Probability Samplling dengan teknik simple random sampling. Dikatakan sampel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Simpel random sampling

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 115

2


(43)

36

adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling.3

F. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pretest (T1) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa sebelum

diajar menggunakan model pembelajran konstruktivisme dengan model

generative learning pada kelas eksperimen dan metode diskusi pada kelas kontrol.

2. Melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan model generative learning (X1).

3. Melakukan posttest (T2) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah

diajar menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan model

generative learning pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.

4. Menganalisis T1 dan T2 untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa yang

dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

5. Menganalisis T2 untuk mengetahui penguasaan konsep siswa setelah

pembelajaran menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan model generative learning pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.

6. Menganalisis T2 untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar fisika

siswa setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan model generative learning pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.

7. Membandingkan T2 pada kelas eksperimen dengan T2 pada kelas kontrol

untuk mengatahui pengaruh penerapan pembelajaran konstruktivisme dengan smodel generative learning.

3


(44)

37

8. Menerapkan uji staristik yang cocok untuk menentukan apakah pengaruh penerapan pembalajaran konstruktivisme dengan model generative learning

itu signifikan atau tidak.

G. Variabel Penelitian

Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam, dalam metodologi pelitian, variabel yang dimaksudkan adalah “segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.4 Dalam penelitian ini dikenal dengan istilah bivariate variabel (hubungan antara dua variabel), yaitu variabel independent (variabel bebas) dan variabel dependent (variabel terikat). Variabel independent yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel variabel dependent (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel oleh variabel independent. Oleh karena itu variabel ini sering disebut dengan terpengaruh.

Penelitian ini memiliki diua variabel. Pertama pengaruh model pembelajaran generatif sebagai variabel bebas (Variabel X). penguasaan konsep siswa sebagai variabel terikat(variabel Y).

1. Variabel Bebas

a. Definisi Konseptual

Pembelajaran generatif adalah suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan.

b. Definisi Operasional

Pembelajaran generatif adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam pembelajaran generatif, sehingga identifikasi pengetahuan awal siswa merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran. Dimana pembelajaran generatif ini terdiri dari orientasi, aktivasi, penilaian dan perluasan.

4


(1)

Perhitungan Taraf kesukaran Soal Uji Coba

Untuk menghitung taraf kesukaran suatu soal, menggunakan rumus : JS B P

Untuk soal no. 1 didapat B = 20 dan JS = 35, maka dapat didistribusikan kedalam rumus sebagai berikut:

57 , 0 35 20 JS

B

P  

Taraf Kesukaran Soal Uji Coba No soal B P Keterangan

1 20 0.57 Sedang

2 31 0.89 Mudah

3 14 0.40 Sedang

4 27 0.77 Mudah

5 22 0.63 Sedang

6 8 0.23 Sukar

7 27 0.77 Mudah

8 15 0.43 Sedang 9 19 0.54 Sedang 10 20 0.57 Sedang 11 16 0.46 Sedang 12 19 0.54 Sedang 13 17 0.49 Sedang 14 22 0.63 Sedang 15 16 0.46 Sedang 16 21 0.60 Sedang 17 19 0.54 Sedang 18 30 0.86 Mudah 19 30 0.86 Mudah 20 19 0.54 Sedang 21 14 0.40 Sedang 22 15 0.43 Sedang 23 17 0.49 Sedang 24 21 0.60 Sedang 25 15 0.43 Sedang 26 18 0.51 Sedang 27 19 0.54 Sedang 28 21 0.60 Sedang 29 21 0.60 Sedang 30 16 0.46 Sedang 31 16 0.46 Sedang 32 15 0.43 Sedang 33 12 0.34 Sedang

34 8 0.23 Sukar


(2)

Perhitungan Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang terbesar.

2. Tentukan nilai Z dari tiap-tiap data dengan rumus:

3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z dan sebut dengan F(Z) = 0,5 ± Z

4. Hitung frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai Z dan sebut dengan S(Z) 5. Tentukan nilai Lo = F(Z) – S(Z)

6. Ambil nilai terbesar dari selisih tersebut sehingga diperoleh nilai Lo

7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt (nilai yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors) dengan aturan:

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal Ha : Sampel berdistribusi tidak normal b. Jika Lo < Lt maka Ho diterima

Jika Lo > Lt maka Ho ditolak

Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen

X f fX x x2 fx2 Z Zt F(Z) fk

a

S(Z) Lo 45 2 90 -18,5 342,25 684,5 -16,5 0,4505 0,0495 2 0,0667 0,0172 50 3 150 -13,5 182,25 546,75 -1,21 0,3869 0,1131 5 0,1667 0,0536 55 3 165 -8,5 72,25 216,75 -0,76 0,2764 0,2236 8 0,2667 0,0431 60 8 480 -3,5 12,25 98 -0,31 0,1717 0,3783 16 0,5333 0,1550 65 5 325 +1,5 2,25 11,25 0,13 0,0517 0,5517 21 0,7000 0,1483 70 3 210 +6,5 42,25 126,75 0,58 0,2190 0,7190 24 0,8000 0,0810 75 3 225 +11,5 132,25 396,75 1,03 0,3485 0,8485 27 0,9000 0,0515 80 1 80 +16,5 272,25 272,25 1,47 0,4292 0,9292 28 0,9333 0,0041 90 2 180 +26,5 702,25 1404,5 2,37 0,4911 0,9911 30 1,0000 0,0089 Jml 30 190

5

- - 3757,5 - - - -

Berdasarkan tabel diatas:


(3)

= =

Dari perhitungan di atas diperoleh harga Lo sebesar 0,1550 sedangkan harga Lt dengan n = 30 dan pada taraf signifikasi 5% sebesar 0,161. Karena Lo < Lt (0,1550 < 0,161) dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal.

Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen

X f fX x x2 fX2 Z Zt F(Z) fka S(Z) Lo

40 1 40 -31,3 979,69 979,69 -2,04 0,4793 0,0207 1 0,0333 0,0126 50 1 50 -21,3 453,69 453,69 -1,38 0,4162 0,0838 2 0,0667 0,0171 55 4 220 -16,3 265,69 1062,76 -1,06 0,3554 0,1446 6 0,2000 0,0554 60 4 240 -11,3 127,69 510,76 -0,73 0,2673 0,2327 10 0,3333 0,1006 65 5 325 -6,3 39,69 198,45 -0,41 0,1591 0,3409 15 0,5000 0,1591 70 2 140 -1,3 1,69 3,38 -0,08 0,0319 0,4681 17 0,5667 0,0986 75 2 150 3,7 13,69 27,38 0,24 0,0948 0,5948 19 0,6333 0,0385 80 4 320 8,7 75,69 302,76 0,57 0,2157 0,7157 23 0,7667 0,0510 85 1 85 13,7 187,69 187,69 0,89 0,3133 0,8133 24 0,8000 0,0133 95 6 570 23,7 561,69 3370,14 1,54 0,4382 0,9382 30 1,0000 0,0618

Jml 30 2140 - - 7096,7 - - - -

Berdasarkan tabel diatas:

SD =

= =

Dari perhitungan di atas diperoleh harga Lo sebesar 0, 1591 sedangkan harga Lt dengan N = 30 dan pada taraf signifikasi 5% sebesar 0,161. Karena Lo < Lt (0,1591 < 0,161) dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal.


(4)

Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba A. Perhitungan Validitas

Pengujian validitas ini menggunakan rumus krelasi Point Biserial (rpbi). Untuk memberi interpretasi terhadap angka indeks rpbi dipergunakan tabel nilai “r” product moment dengan terlebih dahulu mencari df-nya (df = N – nr).

Adapun nilai rpbi dicari dengan rumus:

q p SD

M M rpbi p  t

Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mencari Mp setiap butir soal (no.1)

soal butir benar tiap dengan menjawab yang siswa banyaknya soal butir benar tiap dengan menjawab yang siswa skor al jumlah tot Mp

20 421  21,05

2. Mencari Mt

N X Mt

4 , 19 34 658  

3. Mencari SD

2 2 N X N X

SD

       

2 34 658 34 13748         46 , 5 42 , 374 35 , 404   


(5)

59 , 0 34 20 siswa jumlah 1 no. soal benar dengan menjawab yang siswa banyaknya    p

5. Mencari q setiap butir soal (no.1) q = 1 – p

= 1- 0,59 = 0,41

B. Perhitungan Reliabilitas

Untuk menghitung reliabilitas soal menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 20):

 

n n X X S dengan , S (p.q) S 1 n n r 2 2 2 2 2 11

                

Berdasarkan data dari uji validitas didapat:

X658

X2 13478 (p.q)7,47 n34

Dengan demikian data-data diatas dapat didistribusikan kedalam rumus. Langkah pertama yaitu mencari nilai S2:

 

n n X X S 2 2 2

 

 

88 , 21 34 24 , 12734 13478 34 34 658 13478 2     

Kemudian nilai tersebut didistribusikan ke rumus K-R 20:

 

607 , 0 59 , 0 03 , 1 21,88 77,47 21,88 1 34 34 r11                

Dengan interpretasi koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,91 – 1,00 : sangat tinggi


(6)

0,41 – 0,70 : cukup 0,21 – 0,40 : rendah < 0,20 : sangat rendah

Berdasarkan perhitungan diperoleh r11 = 0,607 sehingga dapat disimpulkan bahwa soal tersebut soal yang reliabel termasuk kedalam kategori cukup.


Dokumen yang terkait

Pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep tekanan (kuasi eksperimen di SMP Darul Mukhlishin Cengkareng)

0 5 168

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Madani Depok)

4 31 180

Pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar IPA kelas III MI Nur Attaqwa Kelapa Gading Jakarta Utara: kuasi eksperimen pada kelas III Madrasah Ibtidaiyah Nur Attaqwa Kelapa Gading Jakarta

0 5 126

Pengaruh media komik terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem gerak manusia: kuasi eksperimen di MTS Negeri 3 Jakarta

0 8 320

Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Tekanan (Kuasi Eksperimen di SMP Darul Mukhlishin Cengkareng)

1 18 168

Pengaruh Pemamfaatan program adobe flash terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep energi bernuansa nilai : kuasi eksperimen di mts islamiyah ciputat

1 7 85

Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak (Kuasi Eksperimen di MTs Mathlabussa’adah).

4 60 151

Pengaruh media digital card terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep zat: kuasi eksperimen di MTs Raudlatul Ilmiyah Jakarta Selatan.

0 8 153

Pengaruh model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa: kuasi eksperimen pada kelas XI IPA SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

4 28 246