PENGARUH PUBLIC FIGURE SEBAGAI PRODUCT ENDORSER TERHADAP BRAND IMAGE PRODUCT INDOSAT.
PENGARUH PUBLIC FIGURE SEBAGAI PRODUCT
ENDORSER TERHADAP BRAND IMAGE
PRODUCT INDOSAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh :
INTAN PURNAMASARI
0612015027 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
SKRIPSI
PENGARUH PUBLIC FIGURE SEBAGAI PRODUCT
ENDORSER TERHADAP BRAND IMAGE
PRODUCT INDOSAT
Disusun Oleh :
INTAN PURNAMASARI
0612015027 / FE / EM
Telah dipertahankan dihadapan
dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 23 Juni 2010
Pembimbing :
Tim
Penguji
:
Pembimbing Utama
Ketua
Drs. Ec. Supriyono, MM Drs. Ec. Supriyono, MM Sekretaris
Drs. Ec. Pandji Sugiono,MM Anggota
Yuninngsih, SE, Msi
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“Pengaruh Public Figure Sebagai Product Endoser Terhadap Brand Image
Product Indosat”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Ec. Supriyono MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
(4)
5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Keluarga termasuk kedua orangtua, kakak, adik, mas Cahyo yang telah memberikan dukungan, doa, semangat dan segalanya.
7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Surabaya, Juni 2010 Penulis
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
ABSTRAKSI ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 11
2.2.2. Konsep Pemasaran ... 11
2.2.3. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 12
2.2.4. Pengertian Perilaku Konsumen ... 12
2.2.5. Pengertian Periklanan... 17
2.2.5.1.Tujuan Periklanan ... 18
2.2.5.2.Fungsi Periklanan ... 18
2.2.6. Pengertian Public Figure ... 19
2.2.7. Pengertian Endoser... 20
2.2.8. Peran Endoser... 20
2.2.9. Public Figure Sebagai Product Endoser ... 21
2.2.10. Merek ... 22
2.2.11. Brand Image ... 26
2.2.12. Pengaruh Public Figure Sebagai Product Endoser Terhadap Brand Image ... 28
(6)
2.3. Kerangka Konseptual ... 30
2.4. Hipotesis ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32
3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 32
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 35
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 35
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.3.1. Jenis Data ... 37
3.3.2. Sumber Data ... 37
3.3.3. Pengumpulan Data ... 37
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 38
3.4.1. Teknik Analisis ... 38
3.4.2. Pengujian Hipotesis ... 39
3.4.3. Pengujian Hipótesis Dan Hubungan Causal ... 41
3.4.4. Pengujian Model Dengan Two Step Approach ... 42
3.4.5. Evaluasi Model... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 45
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 45
4.1.2. Visi dan Misi Indosat ... 47
4.2. Deskripsi hasil Penelitian ... 47
4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 47
4.3. Hasil Penelitian ... 48
4.3.1. Uji Outlier Multivariate ... 48
4.3.2. Uji Reliabilitas ... 48
4.3.3. Uji Validitas ... 50
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variante Extracted ... 50
(7)
4.3.6. Evaluasi Model One-Step Aprroach to SEM ... 53 4.3.7. Uji Causalitas ... 55 4.4. Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 58 5.2. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
PENGARUH PUBLIC FIGURE SEBAGAI PRODUCT
ENDORSER TERHADAP BRAND IMAGE
PRODUCT INDOSAT
Oleh :
INTAN PURNAMASARI
ABSTRAKSI
Dalam membuat iklan, produsen harus memilih siapa yang menjadi endoser dalam iklannya tersebut. Sekarang ini banyak para produsen yang sepakat dengan adanya kecenderungan bahwa konsumen tertarik terhadap sosok tertentu sebagai endosernya sehingga dapat ditirukan perilakunya oleh konsumen. Adapun sosok tersebut terkait dengan karakteristik menonjol yang dimilikinya, seperti public figure. Penggunaan endoser diharapkan dapat memberikan asosiasi positif antara produk dengan endoser. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk antara pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. Citra yang baik merupakan salah satu cara yang efektif didalam menjaring konsumen, karena ,konsumen denan sadar atau tidak sadar akan memilih suatu produk yang memiliki brand image yang positif, sehingga tercipta persepsi yang baik di mata konsumen, dan akan mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian yang pada akhirnya dapat menciptakan loyalitas terhadap suatu merek produk tertentu. Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalis pengaruh public figure sebagai product endoser terhadap brand image product Indosat.
Penelitian ini menggunakan teknik non probability dengan metode Purposive Sampling, dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 115 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuisioner kepada responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM.
Dari hasil uji kausalitas fakror public figure sebagai brand image terhadap berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen dapat diterima.
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk untuk digunakan atau dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan arus informasi yang sangat cepat ditunjang dengan keberadaan teknologi membuat konsumen dapat menyerap informasi serta pengetahuan tentang keberadaan suatu produk dengan cepat. Dengan keadaan seperti ini, perusahaan harus tanggap dengan keinginan konsumen, perusahaan harus dapat mengkomunikasikan produknya secara tepat, perusahaan perlu memberikan informasi tentang produknya dengan baik kepada konsumen sehingga konsumen akan memberikan tanggapan yang positif terhadap produk. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan bauran promosi yang mampu memberikan informasi kepada konsumen yaitu iklan.
Iklan merupakan salah satu alat bauran promosi yang digunakan sebagai alat pengantar pesan untuk membentuk sikap konsumen. Agar penyampaian pesan dapat diterima oleh konsumen dengan baik maka dibutuhkan media yang tepat. Berkembangnya media informasi di Indonesia menyebabkan banyaknya iklan yang membanjiri media. Media yang digunakan adalah televisi, radio, majalah atau surat kabar, dan lain lain. Pengiklanan di media televisi hingga kini masih dianggap cara paling efektif
(10)
dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia yang masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang pernah muncul di iklan ditelevisi lebih digemari daripada yang tidak diiklankan di televisi. Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik perhatian konsumen dan menciptakan preferensi terhadap merek. Salah satu cara kreatif dalam beriklan adalah dengan menggunakan endorser.
Sosok endorser dapat berasal dari kalangan public figure dan orang biasa/non-selebriti. Endorser sebagai opinion leader yang menyampaikan pesan hingga sampai ke konsumen mengenai merek produk. Opinion Leader berperan dalam memberikan informasi pada orang lain, pelaku persuasi, dan pemberi informasi. Perusahaan harus memilih endorser yang cocok dan untuk menyampaikan pesan iklan yang diinginkan kepada target audience, sehingga pesan tersebut sampai kepada konsumen yang dapat membentuk opini, dan mereka akan meneruskan opini tersebut sesuai persepsi masing-masing, dengan demikian diharapkan akan bertambahnya kesadaran terhadap produk.
Penggunaan endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi positif antara produk dengan endorser. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek di dalam benak konsumen. Citra yang baik merupakan salah satu cara yang efektif di dalam menjaring konsumen, karena konsumen dengan sadar
(11)
atau tidak sadar akan memilih suatu produk yang memiliki brand image yang positif, sehingga tercipta persepsi yang baik di mata konsumen, dan akan mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian yang pada akhirnya dapat menciptakan loyalitas terhadap suatu merek produk tertentu
Brand image merupakan faktor yang penting yang dapat membuat konsumen mengeluarkan keputusan untuk mengkonsumsi bahkan sampai kepada tahap loyalitas di dalam menggunakan suatu merek produk tertentu, karena brand image mempengaruhi hubungan emosional antara konsumen dengan suatu merek, sehingga merek yang penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk dikonsumsi
Menurut Kotler (2000:235), iklan merupakan segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Dengan melalui iklan para produsen mampu melakukan komunikasi dengan konsumen untuk memasarkan produknya. Iklan ditujukan kepada konsumen untuk menarik minat membeli, oleh karena itu produsen harus mampu merancang iklannya sedemikian rupa sehingga mampu menyampaikan pesan kepada konsumen sesuai dengan yang diinginkan produsen. Iklan sangat berkaitan dengan positioning yang berfungsi sebagai indera pengingat produk ke dalam otak alam pikiran konsumen. Dengan harapan para konsumen dapat menilai lebih lanjut tentang produk yang ditawarkan atau setidaknya dapat menyimpan dalam memori otak.
(12)
Dalam membuat iklan, produsen harus memilih siapa yang menjadi endorser dalam iklannya tersebut. Sekarang ini banyak para produsen yang sepakat dengan adanya kecenderungan bahwa konsumen tertarik terhadap sosok tertentu sebagai endorsernya sehingga dapat ditirukan perilakunya oleh konsumen. Adapun sosok tertentu tersebut terkait dengan karakteristik menonjol yang dimilikinya, seperti public figure.
Demikian halnya pada Indosat yang mulai menggeber layanan Blackberry terbarunya yang diluncurkan beberapa waktu lalu, yakni layanan Paket Gaul. Iklan layanan Blackberry Paket Gaul tersebut muncul di sejumlah media online, sejak hari ini. Dan menggunakan Saykoji sebagai public figure. Tetapi penurunan pelanggan indosat masih tetap terjadi seperti pada table berikut ini :
Tabel Penurunan Pelanggan Dan Laba Indosat
2008 2009 Persen
Jumlah pelanggan 36,5 juta pelanggan 33,1 juta pelanggan 9.3 %
Laba bersih Rp 1,87 triliun Rp 1,49 triliun 20.3 % Sumber : indosat
Seperti diketahui Indosat mengalami penurunan jumlah pelanggan sebesar dari 36,5 juta menjadi 33,1 juta pelanggan. Selain itu, perseroan juga mencatat penurunan laba bersih selama 2009. Tercatat, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 1,49 triliun dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp 1,87 triliun. Perseroan pun mencatat penurunan pendapatan
(13)
Sedangkan biaya usaha meningkat sebanyak Rp 15,8 triliun dari sebelumnya Rp 13,92 triliun. Hal itu yang menyebabkan laba tergerus sebanyak 32,1 persen menjadi Rp 3,21 triliun dari periode yang sama tahun 2008 senilai Rp 4,73 triliun.
Dengan kinerja yang demikian Indosat belum mampu menguasai atau menjadi pemimpin pasar. Berdasarkan Top Brand Index produk Indosat belum mampu mengungguli produk –produk Telkomsel yang merupakan market leader.
SIMCARD PRA BAYAR SIMCARD PASCA BAYAR
SIMCARD PRA BAYAR
2009
Merek TOM Last Usage Future Intention TBI
Col % Col % Col %
Simpati 43.3% 41.9% 43.4% 42.9
IM3 17.5% 19.0% 17.4% 17.9%
Mentari 16.6% 15.5% 15.1% 15.8%
Bebas 12.5% 13.5% 13.5% 13.1%
Kartu As 6.9% 7.4% 7.2% 7.1%
Jempol 1.2% 1.4% 1.4% 1.3%
Three (3) 0.5% 0.7% 0.6% 0.6%
Axis 0.5% 0.6% 0.4% 0.5%
2008 Merek TBI
Simpati 36.1%
Mentari 17.8%
IM3 12.9%
Flexi Trendy 8.5%
Bebas 7.7%
Kartu As 7.1%
Esia 5.3%
Jempol 1.8%
Fren 1.6%
2008 Merek TBI
Kartu Halo 49.1%
Matrix 16.0%
Xplor 12.3%
Flexi Classy 11.1%
Esia 7.9%
(14)
SIMCARD PASCA BAYAR
2009
Merek TOM Last Usage Future Intention TBI
Col % Col % Col %
Kartu Halo 62.9% 64.0% 64.1% 63.6%
Matrix 21.3% 20.9% 19.9% 20.8%
Xplor 14.2% 15.1% 14.3% 14.5%
Sumber TBI
Indosat menggandeng Nexian meluncurkan Handphone Online NX-G911 seharga Rp999 ribu dengan total bonus Rp2 juta. ''Handphone Online membuat pelanggan dapat dengan mudah menikmati semua manfaat termasuk bonus yang diberikan untuk terus online dan berkomunikasi kapan pun dan di manapun,” kata Fuad Fachroeddin, Group Head Integrated Marketing
Berbagai manfaat yang dihadirkan kepada pelanggan dengan memiliki Handphone Online atau nama resminya NX-G911, adalah
(15)
mendapatkan dua kartu perdana: Mentari dan IM3, memory card 1GB, Lagu MP3: Saykoji On Line dan lagu Boogey Time dari Soul ID, serta built in aplikasi Facebook, Opera Mini, Mig33 dan I-Go.
''Nexian sebagai market leader penyedia perangkat telekomunikasi selalu berupaya menghadirkan handset berkualitas dengan harga terjangkau,'' kata Martono Jaya Kusuma, Presiden Direktur PT Metrotech Jaya Komunika, produsen ponsel Nexian.
Menurutnya, kualitas tersebut tampak pada spesifikasi ponsel antara lain Dual GSM 900/1800 MHZ. layar warna LCD, MP3 player, FM Radio, GPRS, kamera, voice recorder, audio recorder, stereo speaker, Bluetooth, handsfree dan garansi 12 bulan.
Menurut Temporal & Lee dalam Hapsari (2008: 6) tugas utama para endoser ini adalah untuk mnciptakan asosiasi yang baik antara endoser dengan produk yang diiklankan sehingga timbul sikap positif dalam diri konsumen, sehingga iklan dapat menciptakan citra yang baik pula di mata konsumen. Iklan merupakan elemen yang penting dan saling berpengaruh dalam menanamkan brand image kepada konsumen, seiring dengan ciri fisik dan kualitas produk yang mengikuti brand tertentu.
Penggunaan endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi positif antara produk dengan endorser. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Berbagai
(16)
asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek di dalam benak konsumen. Citra yang baik merupakan salah satu cara yang efektif di dalam menjaring konsumen, karena konsumen dengan sadar atau tidak sadar akan memilih suatu produk yang memiliki brand image yang positif, sehingga tercipta persepsi yang baik di mata konsumen, dan akan mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukannyalah penelitian ini untuk menelusuri apakah ada pengaruh public figure sebagai product endorser terhadap brand image Indosat tersebut.
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah public figure sebagai product endorser berpengaruh terhadap brand image Indosat ?
1.3. Tujuan penelitian
Tujuan yang diinginkan dari penelitian ini adalah: Untuk menganalisis pengaruh public figure sebagai product endorser terhadap brand image Indosat.
(17)
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dengan adanya penelitian ini dapat membarikan masukan bagi perusahaan di dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
2. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kesempatan kepada penulis untuk membahas mengenai ilmu-ilmu yang diterima selama masa perkuliahan ke dalam praktek lapangan.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain apabila akan mengadakan penelitian lebih lanjut.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Penelitian terdahulu diambil Ajeng Peni Hapsari (2008) dengan judul
“Celebrity Endoser, Typical-Person Endoser Iklan Televisi Dan Brand
Image Produk (Studi Kasus Pada Pond’s Age Miracle). Berdasarkan hasil
deskripsi penelitian, Penggunaan celebrity endorser dan typical-person
endorser pada iklan televisi Pond’s dapat disimpulkan mempengaruhi
Brand Image.
2. Penelitian terdahulu diambil Anisa Pratiwi (2009) dengan judul “Analisis
Pengaruh Selebriti Endorser Terhadap Brand Image Pada Iklan Produk
Kartu Prabayar XL Bebas di Bandar Lampung”. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : ada perbedaan persepsi yang nyata
antara mereka yang menilai selebriti endorser iklan XL Bebas sebagai
corporate image, user image dan product image. Celebriti credibility,
celebrity likeability, celebrity attractiveness dan celebrity meaningfulness
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap brand image produk
(19)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (1997:8), pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
Menurut Stanton (1991:3), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
2.2.2. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler (1997:17), konsep pemasaran merupakan sebuah orientasi pemasaran yang menyatakan kunci untuk meraih tujuan organisasi yaitu menjadi lebih efektif dari pada pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.
(20)
Menurut Tjiptono (2005:3), konsep pemasaran berarti bahwa aktifitas pemasaran dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan adalah berusaha memuaskan pelanggan melalui pemahaman perilaku konsumen secara menyeluruh yang dijabarkan dalam kegiatan pemasaran yang mengintegrasikan kegiatan-kegiatan fungsional lainnya secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep pemasaran terdiri dari kegiatan untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen dan kemudian memuaskan keinginan-keinginan itu yang pada akhirnya mencapai tujuan memperoleh laba.
2.2.3. Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler (1997:13), manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.
Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; yang mencakup barang, jasa, dan gagasan; yang tergantung pada pertukaran; dan dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat.
2.2.4. Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk (1994:7), perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari,
(21)
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
Menurut Engel et.al (1994:3), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini.
Menurut Kotler (1997:153-167), sekurang-kurangnya ada 4 faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu:
1. Faktor budaya
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang sangat luas mendalam terhada perilaku yang mencakup budaya (kultur), sub budaya dan kelas sosial.
Budaya adalah simbol dan fakta yang komplek, diciptakan oleh manusia dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam bermasyarakat.
Perilaku konsumen sangat ditentukan oleh budaya yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan, tradisi dalam permintaan produk. Setiap perilaku atau tindakan konsumen ditata dan dikendalikan oleh berbagai sistem nilai dan morma budaya, untuk itu perusahaan dituntut untuk mengerti implikasi dari kebudayaan dimana perusahaan berada. Sub budaya adalah kebudayaan yang ada pada suatu golongan masyarakat yang berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Sub budaya memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bai para anggotanya.
(22)
Kelas sosial adalah pembagian masalah yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hirarkis dan memiliki anggota dengan nilai, minat dan perilaku yang serupa. Stratifikasi kelas sosial menunjukan preferensi produk dan merk yang berbeda-beda sehingga dapat diunakan untuk mensegmentasikan pasar dan meramalkan tanggapan konsumen terhadap kegiatan pemasaran konsumen.
2. Faktor sosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status. Kelompok acuan adalah kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Kelompok acuan dapat mempengaruhi seseorang terutama 3 hal yaitu: (1). Menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru. (2). Mempengaruhi perilaku dan konsep diri seseorang, serta (3). Menciptakan tekanan untuk mematuhi apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merk aktual seseorang. Keluarga baik berupa keluarga inti yaitu lingkup keluarga yang meliputi orang tua dan anak yang hidup bersama maupun keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah anggota yang masih ada ikatan keluarga, mempengaruhi pengaruh yang berbeda terhadap perilaku seseorang. Bagi perusahaan yang terpenting adalah mengetahui siapa pengambil inisiatif dan berwenang untuk memutuskan pembelian.
(23)
Peran dan status seseorang yang berpartisipasi diberbagai kelompok akan membawa pada posisi tertentu. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang dan didalam peran terdapat status. Setiap orang akan menjalankan peran tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya sehingga dimungkinkan adanya perilaku yang berbeda dalam setiap peran.
3. Faktor pribadi
Yang termasuk faktor pribadi adalah usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian. Usia berhuungan erat dengan perilaku dan selera seseorang. Bertambahnya seseorang biasanya diikuti juga dengan berubahnya selera terhadap produk. Faktor pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsi sedangkan keadaan ekonomi cenderung mempengaruhi barang dan jasa. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opini yang menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan, sedangkan kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan. Dengan kepribadian eseorang mempunyai “konsep diri” atau citra pribadi yang luas.
4. Faktor psikologis
Terdapat 4 faktor psikologis utama yang mempengaruhi pilihan pembeli yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan sikap.
(24)
Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak. Sedangkan persepsi adalah proses bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti. Pengetahuan atau pembelajaran diartikan sebagai perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku merupakan hasil dari belajar melalui kombinasi dari dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan pengakuan. Teori pembelajaran dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat dan memasarkan barang dan jasa. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal, sedangkan siakap diartikan sebagai evaluasi, perasaan, emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan.
Sikap akan mengarahkan seseorang berprilaku secara konsisten terhadap suatu obyek tanpa harus mengekspresikan atau bereaksi dengan cara yang sama atau cara-cara baru. Sikap seseorang membentuk suatu pola yang konsisten dan mengubah suatu sikap yang mungkin diperlukan penyesuaian yang besar dengan sikap-sikap yang lain. Untuk itu perusahaan sebaiknya menyesuaikan prodaknya dengan sikap yang telah ada.
Secara umum manfaat mempelajari perilaku konsumen adalah membantu manajemen mencapai sasaran yang diinginkan secara efektif. Dalam memahami respon konsumen baik berdasarkan riset formal
(25)
maupun tidak, yang menjadi unsur utama kesuksesan adalah pengetahuan tentang konsumen tersebut. Tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan pengalaman penjualan sehari-hari karena akan sulit untuk menganalisis keinginan, persepsi dan preferensi konsumen sebab keinginan, persepsi dan preferensi konsumen dapat berubah sewaktu-waktu.
2.2.5. Pengertian Periklanan
Menurut Kotler (1997:235), mendefinisikan periklanan adalah segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.
Menurut Kasali (1992:9), secara sederhana iklan didefinisikan sebagai peran yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media.
Menurut Jefkins (1997:3), pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.
Menurut Sigit (1982:50), advertising atau periklanan adalah cara penyajian dengan cetakan, tulisan, kata-kata, gambar, atau menggunakan orang, produk atau jasa yang dilakukan oleh suatu lembaga dengan maksud untuk mempengaruhi dan meningkatkan penjualan, meningkatkan pemakaian, atau untuk memperoleh suatu dukungan atau pendapat.
(26)
2.2.5.1. Tujuan periklanan
Menurut Kotler (1997:237), tujuan iklan ada 3 yaitu: 1. Untuk menyampaikan informasi :
a. Memberitahu pasar tentang produk baru.
b. Menganjurkan cara penggunaan baru untuk produk baru.
c. Memberitahu tentang perubahan baru.
d. Menjelaskan cara kerja suatu produk.
2. Untuk membujuk :
a. Membujuk pelanggan untuk membeli sekarang.
b. Memilih merek tertentu.
c. Menganjurkan memilih merek tertentu.
d. Mengubah persepsi konsumen tentang ciri-ciri merek tertentu.
3. Untuk mengingatkan :
a. Mengingatkan para pelanggan pada waktu pasar sepi.
b. Mengingatkan konsumen bahwa produk itu mungkin akan sangat
dibutuhkan dalam waktu dekat.
c. Menjaga agar pelanggan selalu ingat akan produk-produk itu.
2.2.5.2. Fungsi Periklanan
Menurut Kotler (1997:225), periklanan dapat melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut:
(27)
1. Membangun kesadaran calon pembeli yang belum mengetahui tentang perusahaan atau produk yang mungkin menolak untuk menemui wiraniaga. Iklan dapat menjadi sasaran perkenalan bagi perusahaan atau produk.
2. Membangun pemahaman. Jika produk tersebut memiliki beberapa
keistimewaan baru, sebagian tugas menjelaskan hal itu dapat dilakukan secara efektif oleh iklan.
3. Pengingat yang efisien. Jika calon pembeli tidak mengetahui
produk tersebut tentu tidak siap untuk membeli, iklan yang mengingatkan akan lebih ekonomis dari pada kunjungan penjual.
4. Menciptakan langkah awal. Iklan yang menawarkan brosur dan
mencantumkan nomor telephone perusahaan adalah cara yang efektif untuk menciptakan langkah awal bagi wiraniaga.
5. Legitimasi. Wiraniaga dapat menggunakan iklan perusahaan yang
dimuat di majalah terkenal untuk mengabsahkan keberadaan perusahaan dan produknya.
6. Meyakinkan kembali. Iklan dapat mengingatkan pelanggan
bagaimana cara menggunakan produk itu dan meyakinkan mereka kembali tentang pembelian mereka.
2.2.6. Pengertian Public figure
Menurut Shimp (2003:460), public figure adalah tokoh (aktor,
(28)
bidang-bidang yang berbeda. Public figure banyak digunakan oleh produsen
sebagai product endorser dalam iklannya karena perilaku konsumsinya
mudah ditiru oleh konsumen. Dalam memilih public figure sebagai product
endorser, produsen harus memilih secara selektif karena tidak semua public
figure mempunyai karakteristik yang menonjol dalam diri public figure
tersebut. Diantara karakteristik tersebut adalah cantik atau cakep, mempunyai prestasi dalam bidangnya dan dikenal oleh konsumen. Contohnya: Bintang televisi, Aktor film, Bintang olahraga, Penyanyi, Model,dll.
2.2.7. Pengertian Endorser
Menurut Shimp (2003:456), endorser adalah seorang pendukung dalam periklanan. Para pemasang iklan dengan bangga menggunakan kaum
public figure di dalam periklanan karena atribut populer yang mereka miliki
termasuk kecantikan, keberanian, bakat, jiwa olahraga (athleticisme), keanggunan, kekuasaan,dll. Lebih umum lagi, para konsumen mungkin
menyukai merek karena mereka menyukai public figure yang mendukung
produk tersebut.
2.2.8. Peran Endorser
Menurut Shim (2003:460), peran endorser adalah untuk mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang baik terhadap produk yang didukungnya.
(29)
2.2.9. Public figure sebagai Product endorser
Menurut Shimp (2003:460), para public figure digunakan secara
luas di dalam iklan-iklan di majalah, di radio, dan di televisi sebagai product
endorser. Para public figure banyak diminta sebagai juru bicara produk.
Kemungkinan, sebanyak ¼ dari semua iklan menggunakan dukungan public
figure.
Para pengiklan dan biro-biro iklan bersedia membayar harga yang
tinggi kepada kaum public figure tersebut yang disukai dan dihormati oleh
khalayak yang menjadi sasaran dan yang diharapkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang baik terhadap produk yang didukung.
Penggunaan public figure sebagai product endorser dalam periklanan akan
sangat efektif bila motivasi konsumen untuk memproses pesan relatif
rendah. Untuk itu dampak penggunaan public figure sebagai product
endorser harus dipertimbangkan dengan baik oleh produsen dan biro-biro
iklan. Untuk itu ada beberapa dimensi yang dipertimbangkan dalam
menyeleksi public figure sebagai product endorser, yaitu:
1. Kredibilitas yaitu kemampuan dan prestasi seseorang yang dapat dipercaya untuk meyakinkan orang lain. Memiliki kesan yang positif dimata masyarakat juga harus ada.
2. Kecocokan dengan khalayak yaitu penampilan seseorang yang disukai oleh khalayak.
(30)
3. Kecocokan dengan merek yaitu seseorang yang mempunyai citra, nilai dan perilaku yang sesuai dengan kesan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan.
4. Daya tarik yaitu sesuatu yang menonjol dari seseorang yang disukai oleh orang lain yang meliputi sikap dan fisik.
2.2.10. Merek
Menurut American Marketing Associattion (Kotler, 2000 : 460)
mendefinisikan merek sebagi berikut :
Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasidari
hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.
Merek sebagai satu kumpulan yang kompleks dari citra, janji, dan pengalaman dalam pikiran konsumen yang menghadirkan janji oleh perusahaan tentang produk tertentu. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli. Nilai dari suatu merek muncul dari presepsi dan asaosiasi positif yang dipegang oleh seseorang dan tidak hanya terdiri dari idwe tentang fungsi perasaan dan asosiasi. Merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian : (Kotler, 2000 : 460)
1. Atribut (attributes)
Suatu merek membawa atribut-atribut dalam benak konsumen Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagi
(31)
mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama, bergengsi tinggi.
2. Manfaat (benefits)
Artribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Atribut “mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional.
3. Nilai (Value)
Merek yang menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen. Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
4. Budaya (culture)
Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman : terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.
5. Kepribadian (personality)
Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atauistana yang agung (obyek).
6. Pemakai (user)
Merek menunjukkan konsumen mana yang membeli atau menggunakn produk tersebut.
Suatu merek mempunyai lima komponen (Assael, 1993 : 393-400)
1. Nama merek (brand name)
Nama merek merupakan indicator inti yang mendasar dari merek, basis untuk kesadaran maupun usaha-usaha komunikasi. Bahkan sering kali nama merek bisa menghasilkan asosiasi-asosiasi yang mampu
(32)
menggambarkan merek tersebut. Dengan kata lain, nama merek bisa membentuk esesnsi dari konsep suatu merek (Aaker, 1997: 277).
2. Simbol (symbol)
Simbol adalah bagian yang penting dari suatu merek yang mempunyai bentuk yang unik. Suatu simbol dapat mengkomunikasikan asosiasi-asosiasi atau bahkan atribut-atribut yang spesisfik (Aaker, 1997). Sebuah symbol bisa dengan sendirinya menciptakan kesadaran, asosiasi, dan rasa suka atau perasaan mempengaruhi loyalitas atau kesan kualitas (Aaker, 1997: 294).
3. Pengemasan (the package)
Pengemasan mencakup kegiatan-kegiatan dalam mendesain dan memproduksi kontainer atau pembungkus untuk suatu produk. Fungsi utama kemasan adalah untuk membungkus dan melindungi produk. Selain itu, kemasan juga berfungsi untuk menarik perhatian, menjelaskan produk, hingga membuat penjualan (Aaker. 1997: 287)
4. The warranty
Pernyataan tertulis yang menggambarkan komitmen perusahaan untuk mengganti atau memperbaiki produk yang rusak / cacat.
5. Citra merek (brand image)
Keseluruhan kesan yang terbuentuk dalam benak konsumen oleh karakteristik fisik merek, nama, symbol, keriaasan, dan reputasi untuk jasa.
(33)
Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk, dan pamberian merek dapat menambah nilai produk tersebut (Kotler dan Amstrong, 1997: 267). Pemberian merek dapat bernilai bagi perusahaan dan pelanggan. Keuntungan pemberian merek bagi perusahaan (Assael, 1993: 400) :
1. Bila nama merek diasosiasikan dengan produk yang sukses, hal ini akan
menarik loyalitas pelanggan
2. Merek yang telah membangun dasar loyalitas konsumen telah mempunyai
kekuatan.
3. Merek dengan loyalitas konsumen juga memlihara pendukung distribusi lebuih
mudah.
4. Merek yang kuat dapat diturunkan dengan menerapkannya pada spin-offs
dalam lini produk.
Keuntungan pemberian merek (branding) bagi konsumen
1. Nama merek mengidentifikasi manfaat produk sehingga konsumen
mengetahui apa yang akan mereka peroleh.
Konsumen tidak perlu kawatir tentang variasi dalam isi dan kualitas dari satu pembeli ke pembelian berikutnya.
2. Branding memfasilitasi belanja.
Penghargaan nama merek mengijinkan konsumen untuk membeli dengan sedikit waktu yang diperlukan untuk membandingkan dan mencari informasi.
(34)
Konsumen ingat rasa, isi, harga, dan kinerja suatu merek. Konsumen ingat merek mana yang memuaskan mereka dan mana yang tidak. Karena hal inilah
branding membentuk kesempatan bagi konsumen untuk menjadi loyal pada
merek.
2.2.11. Brand image
Definisi Brand image menurut beberapa ahli pemasaran, seperti,
Kotler dan Keller (2006:268), yaitu ” Perceptions and beliefs held by
consumer. As reflected in the associations held in consumer memory”.
Dolak (2004), yaitu “Brand image is defined as consumer’s perception as
reflected by the association they hold in their minds when they think of your
brand”. Wells, Burnett, dan Moriarty (2000:163), yaitu ” A brand image is
a mental image that reflects the way consumers perceive the brand, including all the identification elements, the product personality, and the
emotions and associations evoked in the mind consumers”. Aaker ( 1996 :
69), yaitu“Brand image is how customers and others perceive the brand”
Berdasarkan konsep tersebut, maka studi ini menyimpulkan
bahwa: (i) brand image merupakan pemahaman konsumen mengenai merek
secara keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap merek dan bagaimana
pandangan konsumen tentang merek. (ii) Brand image tidak semata
ditentukan oleh bagaimana pemberian nama yang baik kepada sebuah produk, tetapi juga dibutuhkan bagaimana cara memperkenalkan produk tersebut agar dapat menjadi sebuah memori bagi konsumen dalam
(35)
berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau persepsi
konsumen terhadap suatu merek. (iv) Brand image dapat dianggap jenis
asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk
pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. (v) Brand
image yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk
dengan merek yang bersangkutan di kemudian hari, sedangkan bagi
produsen brand image yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran
pesaing. (vi) Brand image merupakan faktor yang penting yang dapat
membuat konsumen mengeluarkan keputusan untuk mengkonsumsi bahkan sampai kepada tahap loyalitas di dalam menggunakan suatu merek produk
tertentu, karena brand image mempengaruhi hubungan emosional antara
konsumen dengan suatu merek, sehingga merek yang penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk dikonsumsi.
Hamel dan Prahalad (1994:258) menyatakan bahwa brand adalah
suatu banner yang dapat dipakai untuk memayungi semua produk yang
menggunakannya. Terdapat empat hal pokok yang harus diperhatikan dari
suatu brand, yaitu: (1). Recognition , merupakan kemampuan konsumen
untuk mengenal dan mengingat suatu merek atau brand di dalam benak
pikiran mereka. Recognition akan menciptakan suatu keuntungan yang
bernilai dibandingkan dengan pengiklan yang bertubi-tubi sekalipun. (2).
Reputation, merupakankekuatan merek atau brand yang dapat membangun
(36)
Sehingga reputation merupakan status yang cukup tinggi bagi sebuah merek
karena di mata konsumen merek atau brand memiliki suatu track record
yang baik. (3). Affinity, merupakan kekuatan merek atau brand suatu produk
yang dapat membentuk asosiasi positif yang membuat konsumen menyukai
suatu produk. Affinity adalah Emotional relationship yang timbul antara
sebuah merek dengan konsumennya. (4). Domain, merupakan differensiasi
produk. Domain menyangkut seberapa besar scope dari suatu produk yang
mau menggunakan merek yang bersangkutan. Domain ini mempunyai
hubungan yang erat dengan scale of scope.
2.2.12. Pengaruh Public figure sebagai Product endorser tehadap Brand Image
Penggunaan endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi
positif antara produk dengan endorser. Asosiasi tersebut secara sederhana
dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek di dalam benak konsumen. Citra yang baik merupakan salah satu cara yang efektif di dalam menjaring konsumen, karena konsumen dengan sadar atau tidak sadar akan memilih suatu produk
yang memiliki brand image yang positif, sehingga tercipta persepsi yang
baik di mata konsumen, dan akan mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian.
(37)
Menurut Temporal & Lee dalam Hapsari (2008: 6) tugas utama
para endoser ini adalah untuk mnciptakan asosiasi yang baik antara endoser
dengan produk yang diiklankan sehingga timbul sikap positif dalam diri konsumen, sehingga iklan dapat menciptakan citra yang baik pula di mata konsumen. Iklan merupakan elemen yang penting dan saling berpengaruh
dalam menanamkan brand image kepada konsumen, seiring dengan cirri
(38)
2.3. Kerangka Konseptual
Credibility (X1)
Likeability (X2)
Attractiveness (X3)
Meaningfulness (X4)
Public Figure Sebagai Product Endoser (X)
Brand Image (Y)
Corporate image
Y1
User Image Y2
Product Image Y3
(39)
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang
digunakan maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Diduga public figure
(40)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang berupa suatu konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel yang digunakan dalam menganalisa data adalah :
1. Public figure sebagai Product endorser (X)
Public figure adalah tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang
dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang
berbeda. Ada beberapa factor yang mempengaruhi public figure sebagai
product endorser yaitu :
a. Credibility (X1)
Segala hal yang berkaitan dengan kredibilitas public figure untuk
meyakinkan khalayak sasaran atas pesan iklan yang disampaikan.
Credibility menurut (Pratiwi, 2009 : 246) diindikatori oleh:
1. Keahlian adalah kemampuan public figure dalam menarik simpati
penonton.
2. Berpengetahuan adalah tingkat pengetahuan public figure.
3. Ketrampilan adalah tingkat kreativitas public figure tersebut dalam
(41)
4. Dapat dipercaya adalah sikap dari public figure yang dapat dipercaya.
5. Jujur adalah perkataan public figure tersebut yang selalu jujur.
b. Likeability (X2)
Tingkat disukainya public figure oleh khalayak sasaran dalam
mengiklankan produk.
Likeability menurut (Pratiwi, 2009 : 246) diindikatori oleh:
1. Humoris adalah sikap dari public figure yang suka bercanda
dalam iklan tersebut.
2. Berjiwa muda adalah semangat yang dimiliki public figure
yang menggelora seperti anak muda.
3. Ramah adalah kesopanan dan keramahan public figure dalam
menanggapi fans.
4. Banyak dikenal adalah public figure tersebut sudah sering
tampil di televisi.
c. Attractiveness (X3)
Daya tarik yang dimiliki public figure dalam menjalankan perannya
sebagai endorser
Attractiveness menurut (Pratiwi, 2009 : 246) diindikatori oleh:
1. Tampilan adalah cara berdandan dan berpakaian seorang public
figure dalam membintangi suatu iklan
2. Elegan adalah kesan yang menampilkan mewah dari public
(42)
3. Seksi adalah gerakan dan gaya berpakaian dari public figure
tersebut yang terkesan menggoda.
4. Enak dilihat adalah proporsi penampilan dan kostum yang
sesuai dalam iklan tersebut
5. Modern adalah tampilan public figure yang terkesan modern
6. Gaul adalah mengikuti perkembangan mode dan bahasa dalam
membintangi suatu iklan.
d. Meaningfulness (X4)
Seberapa kuat pengaruh public figure dalam mempengaruhi khalayak
sasaran agar membeli produk.
Meaningfulness menurut (Pratiwi, 2009 : 246) diindikatori oleh:
1. Menjadi inspirasi konsumen yang membeli produk, hal itu
dikarenakan setelah konsumen melihat iklan tersebut.
2. Disukai konsumen saat menonton iklan.
3. Image public figure cocok dengan image produk
4. Sukses dan sedang naik daun
5. Mendapat target pasar
2. Brand image (Y)
Merupakan sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen.
Brand Image menurut (Pratiwi, 2009 : 246) diindikatori oleh:
a. Corporate image adalah citra suatu perusahaan setelah memakai public
(43)
b. User Image adalah citra pengguna produk setelah menggunakan produk tersebut.
c. Product Image adalah citra suatu produk.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yaitu skala jenjang
selisih semantik (semantic differential scale), Sugiyono (2001:91).
Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi.
1 7
Sangat Tidak Baik Sangat Baik
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang berada dalam rating nilai 1 sampai dengan 7 pada masing-masing skala, dimana nilai 1 menunjukan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.
3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang atau masyarakat pada umumnya yang menyaksikan iklan Indosat ditelevisi dan menggunakan produk Indosat.
(44)
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode pengambilan sampel dengan metode non probability sampling dengan
teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang
sudah ditetapkan oleh peneliti. Dengan kriteria antara lain : - Menyaksikan iklan Indosat ditelevisi lebih dari tiga kali. - Konsumen tinggal di Surabaya Timur.
- Tingkat pendidikan minimal SMU.
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain : 1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation. 2. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi. 3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
Dari populasi diatas diambil sampel yaitu sebanyak 115 responden. Jumlah sampel ini berdasarkan pada pedoman menentukan jumlah sampel seperti yang ditulis Ferdinand dalam bukunya (2002:48), yaitu jumlah indikator dikali 5-10. karena dalam penelitian ini terdapat 23 indikator maka jumlah sampelnya 23 x 5 =115.
(45)
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
a. Data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari tanggapan responden. b. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari Indosat yang meliputi data penjualan dan data sejarah perusahaan.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini diperoleh berdasarkan kuesioner yaitu memberikan angket daftar pertanyaan kepada responden.
3.3.3. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah: 1. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan konsumen untuk mengetahui pendapat mereka secara langsung.
2. Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan (angket) kepada responden untuk memperoleh informasi langsung. 3. Dokumentasi
Metode didasarkan kepada hasil dokumentasi yang berhubungan dengan peneliti ini, yakni dokumentasi dari Sampel Indosat.
(46)
3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian
ini adalah Struktural Equation Modelling [SEM]. Model pengukuran faktor
kredibilitas, kecocokan dengan khalayak, kecocokan dengan merek, daya
tarik, Public figure sebagai endorser, brand image menggunakan
Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.
Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh faktor kredibilitas dilakukan sebagai berikut :
Persamaan Dimensi Faktor Kredibilitas :
X1.1 = λ 1 kredibilitas + er_1
X1.2 = λ 2 kredibilitas + er_2
X1.3 = λ 3 kredibilitas + er_3
Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk
diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatori factor analysis, maka
model pengukuran dengan contoh faktor kredibilitas akan nampak sebagai berikut:
Gambar 3.1. : Model Pengukuran Faktor Kredibilitas
Kredibilitas
X 1.2
X 1.3
er_2
er_3
(47)
Keterangan : [lihat daftar pertanyaan]
X1.1 = pertanyaan tentang ……..
X1.2 = pertanyaan tentang ……..
X1.3 = pertanyaan tentang ……..
er_j = error term X1j
demikian juga faktor lain seperti public figure sebagai endorser, brand
image.
3.4.2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas Sebaran dan Linearitas
1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuju dengan metode-metode statistik.
2. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien
sampel dengan standart errornya dan skewness value yang biasanya
disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut dengan Z-value. Pada tingkat signifikasi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.
3. Normal Probability Plot [SPSS 10.1]
4. Linearitas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan
memilih pasangan data dan lihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.
(48)
b. Evaluasi atas Outlier
1. Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantara + 3,0 non outlier
2. Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada
tingkat p< 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [χ] pada df sebesar
jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai χ
adalah multivariate outlier.
Outlier adalah obsevasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi [Hair, 1998].
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinant matrix covarians. Dengan
ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 [kecil],
maka terjadi multikolinieritas dan singularitas [Tabachnick & Fidell, 1998].
d. Uji Validitas dan reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya oengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajad sampai dimana masing-masing indikator itu mengidentifikasi sebuah konstruk yang umum.
(49)
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent
variabel / construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari
hubungan antara setiap observard variabel dan latent variabel. Sedangkan
reliabilitas diuji dengan construct reliability dan varience-extracted.
Construct reliability dan varience-evtracted dihitung denagn rumus
berikut:
Construct Reliability = [∑ Standardize Loading]
[ [∑ Standardize Loading] + ∑εj]
Variance Extracted = [∑ Standardize Loading]
[ [∑ Standardize Loading] + ∑εj]
Sementara εj dapat dihitung denagn formula εj = 1 – [standardize
loading]. Secara umum, nilai constuct reliability yang dapat diterima
adalah ≥ 0,7 dan varience axtracted ≥ 0,5 [Hair et.al., 1998]. Standardize
Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai
estimasi setiap constuct regression weights terhadap setiap butir sebagai
indkatornya.
3.4.3. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi
terstandar, dengan pengujian signifikasi pembanding nilai CR [Critical
Ratio] atau p [Probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t
(50)
3.4.4. Pengujian model dengan Two-Step Approach
Two-Step Approach to structural equation modelling [SEM]
digunakan untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.2.
Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang
kecil jika dibandingkan denagn jumlah butir instrumentasi yang digunakan [Hartline & Ferrel, 1996], dan keakuratan reliabilitas indikator-indikator
terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-Step Approach
bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan
model struktural pada One Step Approach [Hair et. al., 1998].
Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah sebagai
berikut :
a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah
indikator summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang
berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan
mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut
[Hair et.al., 1998].
b. Menetapkan error [ε] dan lamda [λ] terms, error terms dapat dihitung
dengan rumus 0,1 kali σ² dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali σ
[Anderson dan Gerbing, 1988]. Perhitungan construct reliability [α]
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat
(51)
[ε] dan lamda [λ] terms diketahui skor-skor tersebut dimasukan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.
3.4.5. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatori”
menunjukan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data
empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka
model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis
tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan
data. Amos dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi,
“good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural
equation modelling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai
kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-square, Probability, RMSEA, GFI,
TLI, CFI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan
data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach to
(52)
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices GOODNESS
OF FIT
INDEX KETERANGAN
CUT-OFF VALUE
X²-Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama
dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].
Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks
covariance data dan matriks covariance yang diestimasi
Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-square pada
sample besar.
≤ 0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R² dalam regresi berganda].
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90
CMIN/DF Kesesuaian antara data dan model. ≤ 2,00
TLI Perbandingan antara model yang diuji terhadap baseline model.
≥ 0,95
CFI Uji Kelayakan model yang tidak sensitive terhadap
besarnya sample dan kerumitan model
≥ 0,94
(53)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai perusahaan investasi asing untuk memberikan pelayanan Telekomunikasi Internasional di Indonesia, memulai beroperasi pada tahun 1969 dengan menobatkan stasiun bumi Jatiluhur. Pada tahun 1980, Pemerintah Indonesia mengakusisi semua saham Indosat, yang kemudian menjadi sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada tahun 1994, Indosat mendaftarkan
sahamnya pada Jakarta Stock Exchange (Penukaran Modal), Surabaya
Stock Exchange and New York Stock Exchange, mencapai keunggulan
menjadi BUMN pertama yang terdaftar di luar negeri.
Dari tahun 1969 sampai 1990, Indosat diberikan layanan Telekomunikasi Internasional yang berputar dan yang tidak berputar
(Switch and non Switch), meliputi telepon panggilan Internasional,
komunikasi jaringan data Internasional, nada sambung Internasional dan layanan transmisi televisi Internasional.
Memasuki abad ke-21, dan seiring dengan kecenderungan-kecenderungan global, pemerintah Indonesia memutuskan untuk meningkatkan sektor telekomunikasi nasional, yang dibuka dengan kompetisi pasar bebas. Pada 2001, semua hal yang berseberangan antara
(54)
Indosat dan pemeliharaan Telekomunikasi dalam negeri, Telkom telah dihapus, padahal hak-hak eksklusif dari dua pemeliharaan layanan telekomunikasi akan dibatasi dalam beberapa tingkatan.
Indosat di ikuti oleh aliran utama pemerintah untuk memulai bisnis selular yang dimulai dipertengahan tahun 1990. indosat mendirikan IM3, bersamaan dengan pengawasan penuh yang diperoleh dari PT Satelit Palapa Indonesia, demikianlah pembuatan Indosat Group yang menjadikannya operator selular terbesar kedua di Indonesia.
Pada akhir tahun 2002, pemerintah Indonesia membentuk 41,94 % pelepasan bagian-bagian dari Indosat untuk Telemedia Teknologi Singapura Pte.Ltd. menembus penguasaan perusahaan dari Telekomunikasi Indonesia terbatas. Dengan pelepasan ini, Indosat sekali lagi menjadi perusahaan investasi asing, menyelamatkan pendapatan penuh, jaringan menyeluruh dan memberikan layanan solusi dalam informasi dan komunikasi.
Pada tahun 2003, bersamaan dengan penandatanganan Akta Merger untuk menggabungkan Satelindo, IM3 dan Bimagraha sampai Indosat, Indosat digabungkan sebagai pemberi layanan jaringan penuh yang difokuskan untuk selular. Dengan menguatkan selular itu, pusat telekomunikasi dan layanan MIDI menjadi organisasi yang satu, Indosat diposisikan baik untuk menjadi penyedia layanan telekomunikasi dengan lapangan yang mendukung dan menawarkan produknya di Indonesia.
(55)
4.1.2. Visi dan Misi Indosat Visi :
- Mejadi penyaji jasa jaringan telekomunikasi yang sepenuhnya terpadu
dan terfokus selular/tanpa kabel utamadi Indonesia.
Misi :
- Menyediakan dan mengembangkan produk, jasa, dan solusi yang
inovatif dan berkualitas, memberikan nilai terbaik kepada pelanggan-pelanggan kami.
- Secara terus-menerus meningkatkan nilai-nilai pemegang saham.
- Memberikan kualitas kehidupan yang baik kepada stakeholder kami.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Kuisioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan
menggunakan Purposive Sampling yaitu anggota populasi yang dijumpai
selama periode pengumpulan data yang dijadikan sebagai sampel penelitian, sampel diambil sebanyak 115 responden, yaitu orang yang pernah menggunakan dan menyaksikan iklan Indosat di televisi.
4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pernyataan-pernyataan yang diajukan di dalam kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah ini.
(56)
a. Jenis Kelamin
Dari 115responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1 Laki-laki 48 40,95
2 Perempuan 67 59,05
Total 115 100
Sumber: Data diolah
4.3. Hasil penelitian
4.3.1. Uji Outlier Multivariate
Tabel 4.2 Uji Outlier Multivariate
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N Predicted Value -6.756 101.610 58.000 25.352 115 Std. Predicted Value -2.554 1.720 0.000 1.000 115 Standard Error of Predicted
Value 6.452 15.402 10.921 1.830 115 Adjusted Predicted Value -23.523 108.743 58.249 26.214 115 Residual -42.723 49.510 0.000 21.655 115 Std. Residual -1.763 2.043 0.000 0.893 115 Stud. Residual -2.161 2.374 -0.004 1.006 115 Deleted Residual -65.650 66.850 -0.249 27.566 115 Stud. Deleted Residual -2.207 2.437 -0.004 1.014 115 Mahalanobis Distance [MD] 7.086 4 5 .0 4 2 22.800 7.879 115 Cook's Distance 0.000 0.111 0.012 0.017 115 Centered Leverage Value 0.062 0.395 0.200 0.069 115
Sumber : Lampiran
Tidak terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum 45,042 < 49,728
4.3.2. Uji Reliabilitas
Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi
(57)
item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi item-item yang kehadirannya akan memperkecil koefisien
Cronbach’s Alpha yang dihasilkan.
Tabel 4.3. Pengujian Reliability Consistency Internal
Konstrak Indikator Item to Total Correlation
Koefisien Cronbach's Alpha
Credibility
X11 0.421
0.466 X12 0.512
X13 0.396 X14 0.697 X15 0.672
Likeability
X21 0.592
0.358 X22 0.589
X23 0.436 X24 0.571
Attractiveness
X31 0.675
0.652 X32 0.714
X33 0.755 X34 0.459 X35 0.471 X36 0.581
Meaningfulness
X41 0.401
0.732 X42 0.445
X43 0.386 X44 0.737 X45 0.662 Brand Image
Y1 0.534
0.344 Y2 0.733
Y3 0.694
Sumber: Lampiran
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi
karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5. Indikator
yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.
Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil cukup baik dimana koefisien
(58)
Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of
thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].
4.3.3. Uji Validitas
Tabel 4.4. Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory Faktor Analysis
Konstrak Indikator Faktor Loading
1 2 3 4
Credibility X11 0.777 X12 0.731 X14 0.076 X15 -0.047 Likeability
X21 0.145
X22 0.755
X24 0.281
Attractiveness
X31 0.839
X32 0.914
X33 0.918
X34 0.009
X35 -0.057
X36 0.111
Meaningfulness X44 0.998
X45 0.572
Brand Image
Y1 0.395
Y2 0.268
Y3 0.478
Sumber: Lampiran
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap
construct belum se luruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi
setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik.
4.3.4.Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s
Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance
(59)
internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.
Tabel 4.5. Construct Reliability dan Variance Extracted
Konstrak Indikator Standardize
Factor Loading
SFL
Kuadrat Error [εj]
Construct Reliability
Variance Extrated
Credibility
X11 0.777 0.604 0.396
0.453 0.287 X12 0.731 0.534 0.466
X14 0.076 0.006 0.994 X15 -0.047 0.002 0.998 Likeability
X21 0.145 0.021 0.979
0.374 0.223 X22 0.755 0.570 0.430
X24 0.281 0.079 0.921
Attractiveness
X31 0.839 0.704 0.296
0.675 0.400 X32 0.914 0.835 0.165
X33 0.918 0.843 0.157 X34 0.009 0.000 1.000 X35 -0.057 0.003 0.997 X36 0.111 0.012 0.988
Meaningfulness X44 0.998 0.996 0.004 0.785 0.662 X45 0.572 0.327 0.673
Brand Image
Y1 0.395 0.156 0.844
0.339 0.152 Y2 0.268 0.072 0.928
Y3 0.478 0.228 0.772
Sumber : Lampiran
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang
ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7.
Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah
(60)
0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.
4.3.5. Evaluasi Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data
yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai
statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Zlebih
besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01
(1%) yaitu sebesar 2,58.
Tabel 4.6. Assessment of normality
Variable min max kurtosis c.r.
X11 5 7 -0.312 -0.684
X12 1 6 0.091 0.199
X14 3 7 -1.383 -3.026
X15 3 7 -1.246 -2.727
X21 1 7 1.887 4.130
X22 1 7 0.216 0.472
X24 2 7 -0.596 -1.305
X31 1 7 0.354 0.774
X32 2 7 -0.265 -0.580
X33 2 6 0.522 1.142
X34 2 7 -1.133 -2.481 X35 3 7 -1.153 -2.523 X36 3 7 -0.936 -2.049 X44 3 7 -0.847 -1.854
X45 2 7 -0.841 -1.840
Y1 3 7 1.099 2.406
Y2 1 7 1.027 2.247
Y3 3 7 -0.205 -0.448
M u lt iv a r ia t e 20.762 4 .1 4 9
(61)
4.3.6. Evaluasi Model One – Step Approach to SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan
terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model
dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one-step
approach to SEM).
One-stepapproach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa
dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik. (Hair.et.al, 1998).
Hasil estimasi dan fit model one-step approach to SEM dengan
menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan
tabel Goodness of Fit dibawah ini.
Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural
One Step Approach MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL
Celebrity Endoser, & Brand Image
Model Specification : One Step Approach - Base Model
Likeability X21 er_1 X22 er_2 1 1 1 X23 er_3 1 Attractiveness X31 er_5 X32 er_6 d_at 1 1 1 1 0,005 d_lk 1 X33 er_7 1 X34 er_8 1 Credibility X11 er_11 X12 er_12 d_cr X13 er_13 X14 er_14 1 1 1 1 1 1 X35 er_9 1
X15 1er_15
X36 er_101 Brand Image Y1 er_16 Y2 er_17 Y3 er_18 d_bi 1 1 1 1 1 Meaning fulness X45 er_23 X44 0,005 er_22 d_me X43 er_21 X42 er_20 X41 er_19 1 1 1 1 1 1 1 1 Celebrity Endoser X24 er_4 1
(62)
Tabel 4.7: Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model
Cmin/DF 2.388 ≤ 2,00 kurang baik
Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang baik
RMSEA 0.110 ≤ 0,08 kurang baik
GFI 0.704 ≥ 0,90 kurang baik
AGFI 0.640 ≥ 0,90 kurang baik
TLI 0.497 ≥ 0,95 kurang baik
CFI 0.548 ≥ 0,94 kurang baik
Sumber : Lampiran
Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach base model
ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini masih perlu dimodifikasi sebagaimana terdapat di bawah ini.
Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural
One Step Approach - Modifikasi
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Celebrity Endoser, & Brand Image
Model Specification : One Step Approach - Eliminasi - Modifikasi
Likeability X21 er_1 X22 er_2 1 1 1 Attractiveness X31 er_5 X32 er_6 d_at 1 1 1 1 0,005 d_lk 1 X33 er_7 1 X34 er_8 1 Credibility X11 er_11 X12 er_12 d_cr X14 er_14 1 1 1 1 1 X35 er_9 1
X15 1er_15
X36 er_101 Brand Image Y1 er_16 Y2 er_17 Y3 er_18 d_bi 1 1 1 1 1 Meaning fulness X45 er_23 X44 0,005 er_22 d_me 1 1 1 1 Celebrity Endoser X24 er_4 1 1
(63)
Sumber : Lampiran
Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi
Model
Cmin/DF 0.999 ≤ 2,00 baik
Probability 0.487 ≥ 0,05 baik
RMSEA 0.000 ≤ 0,08 baik
GFI 0.903 ≥ 0,90 baik
AGFI 0.900 ≥ 0,90 baik
TLI 1.000 ≥ 0,95 baik
CFI 1.000 ≥ 0,94 baik
Sumber : Lampiran
'Dari hasil evaluasi terhadap model one step modifikasi ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model sebagaimana terdapat di bawah ini.
4.3.7. Uji Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 18.596.140 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.
(64)
Tabel 4.9. Uji Hipotesis Kausalitas
Ustd Std Prob. Faktor Faktor Estimate Estimate Brand_Image Celebrity_Endoser 0.239 0.769 0.007 Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : Lampiran
Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :
Faktor Public Figure berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Image, dapat
diterima [Prob. kausalnya 0,007 ≤ 0,10 [signifikan [positif].
4.4. Pembahasan
Dilihat dari tingkat probabilitasnya arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :
Faktor public figure sebagai product endorser berpengaruh positif terhadap
Faktor Brand Image dapat diterima (probabilitas kausalnya ≤ 0,10 signifikan
positif). Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis beberapa dari factor
loading butir pertanyaan yang membentuk konstrak ≥ 0,5 yaitu, dari faktor
kredibilitas public figure yang diindikatori oleh keahlian public figure
kemampuan dan menarik simpati penonton dan tingkat pengetahuan. Faktor
selanjutnya adalah tingkat disukainya public figure oleh khalayak dengan
indikator berjiwa muda, semangat yang dimiliki public figure yang
menggelora seperti anak muda. Daya tarik yang dimiliki public figure yang
dilihat dari indikator cara berdandan, kesan mewah dan elegan serta seksi.
(65)
mempunyai indikator sukses dan sedang naik daun, serta mendapat target pasar.
Hal ini mendukung sepenuhnya pendapat dari Shimp yang menyatakan para pengiklan dan biro-biro periklanan bersedia membayar harga yang tinggi
kepada Public figure tersebut yang disukai dan dihormati oleh khalayak yang
menjadi sasaran dan yang diharapkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku
konsumen yang baik terhadap produk yang didukung. Sehingga Public figure
sebagai Product endorser sepenuhnya dapat mempengaruhi terhadap Faktor
Brand Image.
Dan menurut Temporal & Lee dalam Hapsari (2008: 6) tugas utama para
endoser ini adalah untuk mnciptakan asosiasi yang baik antara endoser dengan
produk yang diiklankan sehingga timbul sikap positif dalam diri konsumen, sehingga iklan dapat menciptakan citra yang baik pula di mata konsumen. Iklan merupakan elemen yang penting dan saling berpengaruh dalam
menanamkan brand image kepada konsumen, seiring dengan cirri fisik dan
(66)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Dari hasil uji kausalitas Faktor Public Figure berpengaruh positif terhadap
Faktor Brand Image, dapat diterima.
5.2. Saran
Sehubungan dengan permasalahan dan hasil analisa data yang telah disajikan dimuka, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
a. Melihat tanggapan responden yang positif terhadap Public figure dan
typical-person endorser, dan adanya perbedaan antara penggunaan public
figure dan typical-person endorser pada iklan Indosat. Tetap
mempertahankan penggunaan kedua endorser, karena kedua endorser
memiliki karakteristik dan kekurangan serta kelebihan masing-masing di dalam mempengaruhi konsumen. Tetapi mayoritas responden memiliki tanggapan bahwa responden merasa gaya hidup responden kurang sesuai
dengan kedua endorser. Mungkin bisa menjadi pertimbangan biro iklan
untuk mengadakan riset lebih lanjut dengan meningkatkan efektivitas iklan
dalam hubungannya dengan brand image.
b. Untuk kedepannya lagi mungkin bisa dapat mempergunakan public figure
(67)
c. Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan tentang public
figure, typical-person endorser, dan brand image karena terdapat banyak
hal yang dapat digali pada variabel yang diteliti, mungkin bisa memberikan masukan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
(68)
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng Peni Hapsari, 2008, Celebrity Endoser, Typical-Person Endoser Iklan
Televisi Dan Brand Image Produk (Studi Kasus Pada Pond’s Age Miracle). Jurnal Bisnis dan Manajemen FE UNPAD.
Anisa Pratiwi, 2009, Analisis Pengaruh Selebriti Endorser Terhadap Brand
Image Pada Iklan Produk Kartu Prabayar XL Bebas di Bandar Lampung, Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 5 No.3, Mei 2009
Anderson, J.C and D.W. Gerbing, 1998, “Structural Equation Modelling in
Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach.”,
Psycological Bulletin, May, Vol.103, Iss 3, Pg. 411-23.
Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1998, “Practical Issue in Structural Equation
Modelling”, Sociological Methods and Research. 16 (1). 78-117.
Darmawan, Didit dan Erna Ferrinadewi, 2003, Dampak Public figure sebagai
Product endorser Terhadap Brand image, Penerbit Mahardika, Vol. 2, No. 1, hal 27-33.
Engel, Blackeweel dan Minrard, 1994, Perilaku Konsumen. Jilid I, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Ferdinand, Augusty, 2002, Structural Equation Modelling Dalam Penelitian
Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang.
Hair, J.F.. et. al., 1998, Multivariate Data Analysis. Fifth Editions, Prentice- Hall
International, Inc, New Jersey.
Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell, 1996,”The Management of
Customer-Contact Service Employees : An Ampirical Investigation”, Journal of
Marketing. 60 (4):52-70.
Howard, John A., 1994, Buyer Behavior in Marketing Strategy. Second Editions,
Prenhallindo- Hall International, Inc., New Jersey.
Jefkins, Frank, 1997, Periklanan. Edisi ke Tiga, Erlangga, Jakarta.
Kasali, Renald, 1992, Manajemen Periklanan, Grafiti, Jakarta.
Kotler, Philip, 1997, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan,
(69)
_____________, 2002, Manajemen. Jilid I. Edisi Millennium, Prenhallindo, Jakarta.
Purwanto, B.M, 2003. Does Gender Moderate The Effect of Role Stress on
Salesperson’s Internal States and Performance? An Application of
Multigroup Structural Equation Manajemen (MSEM), Jurnal Manajemen,
Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN
“Veteran” Yogyakarta. 6 (8):1-20.
Rossiter dan Percy, 1987, Advertising and Promotion Management, Mac- Graw
Hill, Inc., USA.
Sembiring, Murpin .J, 2004, Kontribusi Peran Iklan di Era Pasar Bebas,
Penerbit Mahardika,Vol.2, No.3,Hal 35-40.
Setyaningsih dan Didit, 2004, Pengaruh Citra Merek Terhadap Efektifitas
Iklan, Penerbit Mahardika. Vol.2, No.3, Hal 41-49.
Shimp, Terence A., 2003, Periklanan dan Pomosi. Jilid I. Edisi ke Lima,
Erlangga, Jakarta.
Sutisna, SE, ME, 2003, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran,
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Tabachnick B.G., 1996, Using Multivariate Statistics. Third Editions, Harper
(1)
KUESIONER
No. Responden :
Pendidikan Responden :
Alamat Responden :
Dengan Hormat,
Penulis memohon kesediaan anda meluangkan sedikit waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan guna melengkapi penulisan tugas akhir (Skripsi) yang berjudul “Pengaruh Public Figure Sebagai Product Endorser Terhadap
Brand Image Indosat.”
Petunjuk pengisian :
Berilah angka 1 sampai 7 untuk mewakili jawaban anda pada kotak yang disediakan.
Contoh :
Menurut saya iklan Saykoji sangat bagus. 1 7 Sangat tidak setuju Sangat setuju
(2)
a. Kredibilitas (X1)
1. Keahlian Saykoji di panggung bisa diandalkan.
1 7 Sangat Buruk Sangat Baik 2. Saykoji memiliki pengetahuan yang luas dalam dunia entertainment
1 7 Sangat Buruk Sangat Baik
3. Ketrampilan yang dimiliki Saykoji di atas panggung sangat memukau. 1 7
Sangat Buruk Sangat Baik 4. Dalam kehidupan sehari-hari Saykoji selalu dapat dipercaya
1 7
Sangat Buruk Sangat Baik 5. Saykoji selalu jujur bila berbicara di infotainment.
1 7
Sangat Buruk Sangat Baik
(3)
b. Likeability (X2)
1. Saykoji selalu memiliki gaya yang humoris
1 7
Sangat Jelek Sangat Bagus 2. Saykoji dalam berpenampilan selalu berjiwa muda
1 7 Sangat Jelek Sangat Bagus
3. Dalam menanggapi fans, Saykoji selalu ramah menanggapi.
1 7 Sangat tidak cocok Sangat cocok
4. Saykoji banyak dikenal dikalangan remaja.
1 7 Sangat tidak cocok Sangat cocok
(4)
c. Attractiveness (X3)
1. Tampilan dari Saykoji selalu menyenangkan
1 7
Sangat Buruk Sangat baik 2. Gaya berbaju dari Saykoji sangat elegan
1 7
Sangat Buruk Sangat baik
3. Saykoji selalu berpenampilan seksi
1 7
Sangat Buruk Sangat baik
4. Saykoji didalam beraksi dipangguns, sangat enak dilihat
1 7
Sangat Buruk Sangat baik
(5)
5. Gaya dari Saykoji boleh dibilang bergaya Modern
1 7
Sangat Buruk Sangat baik
6. Saykoji termasuk salah satu termasuk bintang iklan yang gaul
1 7
Sangat Buruk Sangat baik
d. Meaningfulness (X4)
1. Saykoji menjadi inspirasi konsumen dalam membeli produk
1 7 Sangat Buruk Sangat Baik
2. Saykoji sangat disukai konsumen saat menonton iklan
1 7 Sangat Buruk Sangat Baik
3. Image Saykoji sangat cocok dengan image produk
1 7 Sangat Buruk Sangat Baik
(6)
4. Saat ini Saykoji sedang sukses dan naik daun
1 7 Sangat Buruk Sangat Baik
5. Dengan figure Saykoji bisa memenuhi target pasar
1 7 Sangat Buruk Sangat Baik
Brand image (Y)
1. Dengan menggunakan Saykoji sebagai produk endorser dapat
mengangkat citra perusahaan dalam hal ini Indosat.
1 7 Sangat tidak memenuhi Sangat memenuhi
2. Citra seseorang dapat terangkat dengan menggunakan Indonsat
1 7 Sangat tidak segera Sangat segera
3. Produk Indosat mengalami pertumbuhan yang pesat dengan menggunakan Saykoji sebagai product endorser.
1 7 Sangat tidak sesuai Sangat sesuai