KETIKA PARADIGMA POSITIF MENDAMPINGI PARADIGMA NON-POSITIF DALAM RISET AKUNTANSI Mohamad Suyunus

DALAM RISET AKUNTANSI Mohamad Suyunus

[email protected]

Departemen Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

ABSTRACT

On the last Accounting National Symposium at Banjarmasin, a quantitative accounting research approach was still dominating in the paper presentation, eventhough this event had been conducted more than a decade. So, why the quantitative approach or positive paradigm is still strong enough in its position and having a good track of development during the penetration of a qualitative approach? By understanding the positivist accounting researcher’s thought about qualitative approach, a gap could be seen and then used for developing both approaches simultaneously. This research is on the area of an interpretive paradigm and using case study method. By using in-depth interview, data are collected from informan at Gadjah Mada University, Brawijaya University, and Airlangga University. The results, all informan accept the qualitative approach or a multiparadigm accounting research with a certain note, especially regarding to the research stages. Besides, they think about the need for a dialogue between quantitative and qualitative researchers.

Key words: paradigm, accounting research, dialogue

ABSTRAK

Dalam Simposium Nasional Akuntansi (SNA) terakhir di Banjarmasin tahun 2012, hasil riset akuntansi kuantitatif masih mendominasi presentasi makalah dalam aktivitas tersebut, padahal SNA telah berlangsung lebih dari satu dekade. Lalu mengapa periset akuntansi dengan pendekatan kuantatif atau paradigma positif tetap kokoh dan lebih berkembang ditengah masuknya pendekatan riset kualitatif?. Dengan memahami pemikiran periset akuntansi kuantitatif tentang kehadiran pendekatan kualitatif diharapkan ditemukan celah untuk mengembangkan kedua pendekatan tersebut secara bersama-sama. Riset ini berada di area paradigma interpretif dengan menggunakan metode studi kasus. Wawancara secara mendalam dilakukan terhadap tiga belas informan dari tiga situs JAFEB Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, dan Universitas Airlangga. Hasilnya, para informan menerima kehadiran riset kualitatif atau riset akuntansi multiparadigma dengan beberapa catatan, terutama yang berkaitan dengan tahapan riset. Selain itu, terkuak bahwa dialog antara periset akuntansi dengan pendekatan yang berbeda masih diperlukan.

Kata kunci: paradigma, riset akuntansi, dialog

PENDAHULUAN

Sejak awal, SNA yang digagas oleh Simposium Nasional Akuntansi (SNA)

para alumni S-2 dan S-3 dari luar negeri yang diadakan setiap tahun oleh IAI KAPd

(baca: Amerika dan Australia), membuka merupakan ajang bagi peneliti akuntansi

ruang bagi para presenter untuk memapar- dalam memaparkan hasil risetnya. Peserta

kan riset yang mengikuti aliran kuantitatif SNA pada umumnya adalah para dosen

dan kualitatif. Sudah menjadi pengetahuan akuntansi di berbagai perguruan tinggi di

umum dalam dunia riset akuntansi, bahwa Indonesia.

riset akuntansi kuantitatif (paradigma po- sitif) 1 lebih berkembang pesat daripada riset akuntansi kualitatif (paradigma non-posi- tif).

Namun, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (JAFEB UB), malah menggunakan “merk” Multiparadigma untuk menawarkan pro- gram S-2 dan S-3. Makna kata Multi- paradigma secara umum adalah banyak paradigma (cara pandang) dalam melak- sanakan riset akuntansi. Di JAFEB UB, para mahasiswa bisa melaksanakan penelitian akuntansi dengan berbagai paradigma riset.

Perbedaan kecepatan dalam perkemba- ngan riset semacam itu juga terjadi di Amerika, sebagaimana yang diamati oleh Merchant (2008). Dia juga memberi bebe- rapa alasan yang diduga menjadi penyebab tidak berkembangnya aliran riset non- positif di Amerika. Selain itu, Hopwood (2007) menambahkan bahwa ada kemung- kinan para dosen memang menolak dan bahkan tidak mencoba memperhatikan dan mengembangkan riset kualitatif dengan ber- bagai alasan tertentu, diantaranya berkaitan dengan karir mereka. Peneliti ingin meng- gali pemikiran tersebut mengingat hampir dua dekade riset akuntansi positif dan non- positif ada di benak periset akuntansi di Indonesia, tetapi dengan perkembangan yang berbeda. Dengan kata lain fenomena perkembangan pemikiran riset kualitatif belum terlalu menggembirakan sebagai- mana perkembangan riset kuantitatif.

Riset ini unik dan penting untuk pe- ngembangan riset akuntansi di Indonesia. Paling tidak, riset mengenai pemikiran para peneliti akuntansi tentang apa yang diteliti, bagaimana cara atau metode untuk meneliti masih jarang dilaksanakan di Indonesia,

1 Peneliti cenderung mengucapkan paradigma positif dan non-positif. Sementara itu di SNA dan di situs penelitian ini,

UGM dan UA, para informan lebih memilih kata riset kuantitatif dan riset kualitatif (sebagai suatu pendekatan riset), karena mereka kurang akrab dengan kata paradigma

sehingga penelitian ini menjadi unik sifat- nya. Selanjutnya, bila akuntansi adalah infor masi, maka kita banyak melihat bahwa saat ini, riset akuntansi berada di hilir penge- tahuan akuntansi, baik mengenai perilaku para penggunan informasi atau pengaruh informasi dari sisi decision usefulness (FASB, 1978); maupun tentang makna informasi itu sendiri. Penelitian tentang perilaku para pengguna informasi akuntansi yang berada di hilir pengetahuan akuntansi, sudah ba- nyak dilakukan. Dengan demikian, keuni- kan riset ini juga karena penelitian tentang perilaku periset akuntansi, jarang atau bisa jadi belum pernah dilaksanakan di Indo- nesia. Posisi periset akuntansi berada di hulu pengetahuan akuntansi.

Riset ini menjadi penting untuk me- nambah wawasan pikiran para periset akun tansi dan para editor jurnal ilmiah di Indo- nesia agar bersikap lebih terbuka dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam realitas akuntansi, maupun ruang lingkup riset akuntansi (Guthrie and Parker, 2006; Williams, 2009). Dengan memperluas cara pandang (paradigma), termasuk, metode penelitiannya maka para periset akuntansi akan lebih leluasa menggunakan berbagai paradigma riset sesuai dengan tujuan riset- nya (Burrell and Morgan, 1979; Chua, 1986, Neuman, 2011).

Perembesan Pemikiran Riset Akuntansi Sosial

Paparan Chua (1986) mengemukakan pendekatan riset akuntansi yang meliputi perspektif (paradigma) positif, interpretif dan kritis. Dua paradigma yang terakhir adalah sebagian dari kelompok paradigma non-positif. Hal yang dikemukakan oleh Chua (1986) berawal dari penjelasan para- digma riset yang dikemukakan oleh ahli riset sosiologi (Burrel and Morgan, 1979). Kemudian, tulisan beberapa ahli riset sosial lainnya muncul di bursa pengetahuan riset seperti Sarantakos (1993) dan Neuman (2011). Selanjutnya, Broadbent (1992) dalam Baker and Bettner (1997), menyatakan bah-

Ketika Paradigma Positif Mendampingi Paradigma Non-Positif … -- Suyunus 411

wa dalam kenyataan dan perkembangan- nya, lebih banyak periset yang mengikuti aliran riset positif (mainstream).

Salah satu sebabnya berkaitan dengan publikasi ilmiahnya. Sementara itu Mer- chant (2008) memberi opini bahwa hal tersebut disebabkan oleh relevansi riset dan kontribusi riset terhadap dunia praktis dan dunia pendidikan, serta lemahnya cara

komunikasi para periset 2 , termasuk publi-

kasi ilmiahnya. Di Indonesia, ditengarai bahwa para alumni dari berbagai Universitas di AS akan berada di paradigma positif, sedangkan para alumni dari Universitas di Australia, terutama alumni dari University of Wollo- ngong, dan belakangan alumni dari Inggris, sebagian besar ada di paradigma riset non- positif. Ghozali (2004) telah mengingatkan para periset akuntansi di Indonesia me- ngenai masuknya ilmu sosial dalam riset akuntansi serta bagaimana implikasinya pada pendidikan akuntansi di Indonesia. Artinya ada perkembangan cara pandang terhadap realitas akuntansi (Tomkins and Groves, 1983; Morgan 1988; Triyuwono, 2006; Djamhuri, 2011). Difusi pemikiran ini, sebagaimana telah diungkapkan di atas, paling tampak terjadi di JAFEB UB. Di tempat ini ada Program S-2 dan S-3 Akuntansi dengan berbagai paradigma riset atau cara pandang riset (Multiparadigma).

Untuk Apa Riset Ini Dilaksanakan?

Perkembangan pemikiran riset akun- tansi yang lebih berwarna itu bisa terjadi cepat melalui proses penyebaran pemikiran atau difusi pemikiran. Namun, difusi pemi- kiran yang dilakukan periset kualitatif me- lalui berbagai jalur-jalur difusi pemikiran (Suyunus, 2011) belum cukup untuk meng- hasilkan posisi yang pas bagi periset

2 Merchant (2008) membahas

tentang

dampak

Interdisciplinary Accounting Research (IAR) di Amerika dan menemukan sebab tidak berdampaknya IAR di Amerika Serikat , baik bagi dunia akademik maupun praktis

kualitatif dalam dunia riset akuntansi di Indonesia. Dalam hal ini, perubahan realitas akuntansi (realitas sosial) seolah merubah pandangan bahwa pendekatan kualitatif mungkin lebih cocok untuk suatu penelitian akuntansi dengan permasalahan yang ber- hubungan dengan orang-orangnya atau pe- laku akuntansinya (Merchant, 2008; Djam- huri, 2011) Lalu, mengapa para periset dengan (mindset) pemikiran riset akuntansi positif kukuh dan kokoh menyambut pene- trasi pemikiran riset akuntansi non-positif?

Jawaban dari pertanyaan ini menjadi teks yang penting untuk memahami apakah para periset akuntansi positif menerima atau menolak kehadiran pemikiran riset akuntansi non-positif. Sehingga tujuan pene litian ini untuk memahami (to understand) pemikiran para periset akuntansi kuantitatif (paradigma positif) atas kehadiran pende- katan riset yang lain (paradigma non- positif). Dengan mendalami alasan-alasan yang dikemukakan akan diketahui dan dipahami berbagai kategori alasan penola- kan terhadap pemikiran riset yang baru dan bisa diketahui realitas perbedaan pemikiran riset yang terjadi. Selain itu, riset ini bisa memicu dibukanya dialog di antara periset akuntansi di Indonesia, sehingga bukan tidak mungkin, jika dialog telah berlang- sung, akan lahir kolaborasi penelitian akun- tansi di antara para periset dari berbagai sudut pandang atas realitas akuntansi di Indonesia.

TINJAUAN TEORETIS Berbagai Paradigma Riset

Paradigma dimaknai berbeda oleh ber- bagai periset. Perhatikan saja apa yang di- katakan oleh Kuhn (1970); universally recog nized scientific achievements that for a time provide model problems and solutions to a community of practitioners . Peneliti lebih me- nyukai makna yang umum bahwa para- digma adalah cara pandang tentang dunia, sebagaimana dikatakan oleh Triyuwono (2006).

Burrell and Morgan (1979) mengguna- untuk periset, karena perbedaan carapan- kan istilah paradigma dengan makna “com-

dang ini akan membawa periset ke tempat- monality of perspective which binds the work of

nya dalam versi Burrell and Morgan (1979,

a group of theoriest together ”. lihat juga Guba, 1990 dan Sarantakos, 1993). Selanjutnya, Burrell and Morgan (1979)

Selain itu, kedudukan periset terhadap rea- mengemukakan paradigma riset ilmu sosial

litas yang ingin diketahui sudah tergambar- dengan asumsi-asumsinya (lihat juga Goles

kan dalam asumsi ini. Asumsi berikutnya and Hirschheim, 2000).

pada tabel 2.

Asumsi tersebut (tabel 1), amat penting

Tabel 1 Asumption about the nature of social science

Ontological Reality is interpreted by individual. Reality is external to the individual. It It is socially constructed

is “given” (realism) (nominalism) Epistemological

Knowledge is relative. Researcher Researcher should focus on empirical should focus on meaning and

evidence and hypothesis testing, looking examine the totality of situation

for fundamental lawa and causal (anti-positivism)

relationships (positivism) Human nature

Humans posses free will and have Humans are product of their autonomy (voluntarism)

environment (determinism) Epistemological

Understanding the world is the best Operationalizing and measuring done by analyzing subjective

construct, along wih quantitative accounts of situation or phenomena

analysis techniques and hypothesis (idiographic)

testing, will uncover universal laws that explain and govern reality (nomothetic)

Sumber : Burrell and Morgan (1979) dan Goles and Hirschheim (2000)

Tabel 2 Assumption about the nature of society

Regulation Radical Change

Society tends towards unity and cohesion Society contains deep-seated structural conflict Society forces uphold the status quo

Society tends to oppress and constrain its member

Sumber : Burrell and Morgan (1979)

Asumsi yang kedua berkaitan dengan yaitu kutub subyektif dan obyektif. Chua the nature of soc iety. Dengan kedua asumsi

(1986), dan Baker and Bettner (1997), ahli tersebut, Burrell and Morgan (1979) telah

riset akuntansi, tidak semata-mata meng- menggambarkan tempat atau kuadran un-

ikuti pandangan Burrell and Morgan (1979) tuk masing-masing paradigma riset. Garis

sebagaimana yang tampak dalam Gambar 1. yang vertikal merupakan garis asumsi ke-

Mereka tidak memaparkan empat paradig- adaan stabil dan konflik; sementara itu garis

ma tersebut, melainkan hanya tiga para- horizontal menggambarkan posisi periset

digma; yaitu positif, interpretif dan kritis. terhadap relitas, dengan ada dua kutub

Sarantakos (1993) dan Neuman (2011)

Ketika Paradigma Positif Mendampingi Paradigma Non-Positif … -- Suyunus 413

adalah ahli riset sosial yang pembahasan- yang pandangan paradigmanya sesuai de- nya tentang paradigma riset Tidak mirip

ngan pandangan ahli riset akuntansi, yaitu dengan paparan Burrell and Morgan (1979).

ada 3 paradigma riset; positif, interpretif, Sarantakos (1993) adalah ahli riset sosial

dan kritis.

Radical Change Radical

Subjective Objective

Interpretivist Functionalist

Regulation Gambar 1.

Paradigma Riset Sosial

Sumber : Burrell and Morgan (1979)

Sementara itu Neuman (2011), menam- akademisi dan periset di Amerika (North bahkannya dengan 2 paradigma riset sosial

America). Dalam pandangan para periset yang lain; yaitu paradigma riset feminimist

“mainstream” (maksudnya aliran riset posi- dan paradigma riset postmodernist. Di Indo

tif, kuantitatif), IAR menghadapi tiga masa- nesia, Triyuwono (2011) menguraikan para-

lah penting yang meliputi (a) lack of rele- digma riset akuntansi dalam bentuk yang

vance , (b) questionable research contribution, selalu berkembang. Dalam bukunya ada

dan (c) poor communication of findings (Mer- paradigma positif, interpretif, kritis dan

chant, 2008). Memang Merchant (2008) me- posmodernis (Triyuwono, 2006). Kemudian,

ngatakan bahwa dirinya merasa tidak ada akhir-akhir ini dikenalkan paradigma Spiri-

masalah dengan riset IAR, dan dia telah tual. Tujuan dari penggunaan paradigma

berusaha menjabarkan dan menemukan per riset spiritual tentu untuk membangun ke-

soalan yang timbul dengan adanya difusi sadaran akan Tuhan atau God conscious-

pemikiran riset IAR. Namun penjabaran ness . Ada yang menarik ketika Neuman

berikut, akan lebih menjelaskan maksud (2011) mengungkapkan pemikirannya ten-

kata-katanya

tang paradigma riset sosial. Dia mem- Namun, tiga masalah penting di atas bicarakan hal yang sama dengan asumsi

perlu disimak. Pertama, masalah relevan yang dikemukakan oleh Burrell and Mor-

dikaitkan Merchant (2008) manfaatnya se- gan (1979) dengan menggunakan 10 per-

cara praktis, dalam jangka pendek di kelas. tanyaan.

Dia menginginkan hasil IAR segera bisa mengisi keperluan teori-teori, atau segera

Penolakan IAR di North America

mengatasi persoalan praktik akuntansi yang Pada tahun awal 2007, seorang peng-

dibahas dalam kelas. Tapi hal ini tidak ajar di University of Southern California, me-

terjadi. Kedua, Merchant (2008) memang maparkan pemikirannya tentang dampak

menginginkan hasil IAR, bisa digeneralisasi, riset akuntansi interdisiplin (Interdiplinary

sehingga kontribusinya risetnya untuk accounting research atau IAR) terhadap para

dunia pendidikan dan praktik akuntansi dunia pendidikan dan praktik akuntansi

seperti akuntansi, keuangan, manajemen hana (parsimony), dan kurang membahas

sains, sistem informasi dan sebagainya amat tentang fakta, serta terlalu focus pada hal

menggunakan paradigma positif atau func- yang kurang penting (focus mostly on the

tional paradigm . Para periset sistem infor- exception ). Sekali lagi Mercant tidak merasa-

masi (SI) banyak yang berasal dari latar kan manfaat IAR dalam proses mengajar-

belakang computer scientist dan engineers nya dan bagi dunia pendidikan akuntansi.

yang mempelajari “hard disciplines”. Mereka Ketiga , Merchant (2008) mengakui bahwa

ini tentu amat dekat dengan functionalist tidak mudah memahami struktur penulisan

paradigm . Sebagai suatu komunitas dalam laporan risetnya. Dia biasa membaca lapo-

lingkungan periset yang baru muncul, tentu ran dalam struktur riset kuantitatif–positif,

para periset di lingkungan tersebut ingin sehingga tidak mudah untuk membaca lapo

capat dihargai oleh lingkungan riset. Jalan ran riset yang tidak serupa strukturnya

tercepat adalah mengikuti cara yang sudah dengan yang biasa dia baca. Selain itu dia

ada. Dalam cara yang sudah ada, untuk mengkui bahwa ada “jargon” atu istilah-

melaksanakan riset lebih fokus pada varia- istilah di IAR yang sulit dipahami oleh para

bel-variabel tertentu (functionalism). Di lain positivist. Maka dari itu, Merchant (2008)

sisi, fenomena dan realitas di dunia organi- mengatakan bahwa laporan IAR kurang

sasi semakin jauh dari sederhana. komunikatif. Merchant (2008) menyatakan

Selanjutnya, berkaitan dengan masalah bahwa dia memang mencoba melihat pe-

penghargaan (respectabity), karir akademik nyebab penolakan IAR dari kacamata se-

para pengajar dan periset diperguruan ting- orang penganut aliran riset “mainstream”,

gi tidak lepas dari keharusan untuk mem- sehingga muncul ketiga masalah tersebut

publikasikan hasil risetnya di jurnal-jurnal Dari sisi paradigma sebagaimana yang

ilmiah. Jika para editor di jurnal ilmiah dikemukakan oleh Burrell and Morgan

“tidak berubah” dalam menilai artikel mana (1979), para periset masalah organisasi dan

yang bisa dipublikasi dan ditolak untuk akuntansi di Amerika Serikat juga tidak

dipublikasikan (masih positivist), maka di mudah untuk merubah pandangannya dari

lain pihak ada kepentingan yang terabaikan paradigma positif ke paradigma riset yang

dari sebagian periset (kualitatif) untuk me- lain. Stern dan Barley (1996), kemudian

muat hasil risetnya. Apa yang kemudian disempurnakan Goles dan Hirschheim

terjadi pada para dosen atau periset yang (2000) menyatakan pendapat bahwa ada

ingin berkarir tentu bisa ditebak (Goles and beberapa situasi yang menyebabkan para

Hirschheim, 2000),

pembangun teori sulit untuk mengadopsi Dari sisi karir para dosen, riset kuali- pemikiran (paradigma riset) alternatif. Me-

tatif dan kuantitatif diyakini amat berbeda reka mengungkapkan lima penyebab ter-

dalam durasi risetnya (Merchant, 2008). sebut adalah (1) social milieu. (2) search for

Tujuan riset akuntansi positif yang men- respectability , (3) problematic boundary setting,

jelaskan dan memprediksi fenomena telah (4) social construction for academic careers, dan

“dibantu” oleh statistik sebagai alat pengu- (5) unpalatable alternatives. Penyebab yang

kuran dan analisis. Obyektivitas yang ber- terakhir merupakan pendapat dari Goles

jarak antara periset dengan realitasnya, and Hirschheim (2000).

ditambah dengan alat tersebut (statistik), Dalam uraiannya, kehadiran program

membuat durasi riset menjadi relatif tidak sekolah bisnis (MBA) di Amerika adalah

membutuhkan waktu riset yang panjang. simbol rumah baru bagi para periset or-

Sementara itu, riset akuntansi yang meng- ganisasi. Kepraktisan pengetahuan menjadi

gunakan pendekatan kualitatif tentu menye ciri yang kuat pada sekolah-sekolah bisnis

babkan periset harus “nyemplung” atau

Ketika Paradigma Positif Mendampingi Paradigma Non-Positif … -- Suyunus 415

terjun langsung ke realitas yang diteliti. Langkah ini diambil karena tujuan risetnya adalah memahami fenomena, membebas- kan pemikiran atau melakukan dekonstruk- si terhadap realitas. Tentu saja periset mem- butuhkan waktu relatif panjang. Karir pe- riset di dunia akademik tentu juga dibatasi usia atau waktu. Hasil riset juga perlu dipublikasi. Masalahnya adalah para editor atau gate-keeper di jurnal-jurnal terkemuka belum bisa menerima sepenuhnya aliran pemikiran riset kualitatif.

Durasi riset, karir para akademisi dan gate-keeper jurnal-jurnal terkemuka diyakini Hopwood (2008), Merchant (2008) dan Bis- man (2010) sebagai tekanan atas periset akuntansi kualitatif. Selama editor tersebut belum bisa mengakomodasi pemikiran riset non-positif, maka perkembangan pengetahu an akuntansi yang dihasilkan dengan cara riset selain dengan pendekatan positif, tidak akan terjadi dengan cepat. Namun Chua (2011), mencoba berargumentasi yang inti- nya bahwa riset yang baik tidak selalu harus dimuat di jurnal terkemuka. Memang ada artikel yang sukses seperti tulisan Sterling (1975), tetapi nyatanya tidak di- muat di jurnal riset akuntansi terkemuka.

Jalur Penyebaran Inovasi Pemikiran Riset Akuntansi

Ada beberapa jalur difusi lain, selain seminar. Jalur penyebaran (atau komuni- kasi) pemikiran riset akuntansi terebut ada- lah (a) Publikasi hasil riset. (b) interpersonal network , (c) menerbitkan majalah ilmiah se- suai dengan paradigma risetnya (Birnberg and Shields, 2009). Dalam tulisan tersebut, jalur penyebaran pemikiran sebagaimana yang peneliti uraikan, disebut sebagai jalur komunikasi. SNA adalah ajang untuk meng komunikasikan hasil riset, baik itu riset kuantitatif atau riset kualitatif. Beberapa tokoh riset akuntansi non positif di Indo- nesia, aktif dalam organisasi profesi. Dengan aktifnya para periset dalam SNA (interpersonal network) maka mereka men- dapat posisi di organisasi, menjadi editor di

majalah ilmiah, bahkan menjadi gatekee- per nya. Peneliti yakin dengan pandangan lain yang menyatakan bahwa selain pen- dapat Birnberg and Shileds (2009), jalur pendidikan juga merupakan jalur penyeba- ran pemikiran yang penting (Hopwood, 2007, lihat juga Suyunus, 2011).

METODE PENELITIAN

Dalam tulisan ini perlu dibedakan an- tara peneliti dengan periset. Peneliti adalah saya yang sedang melakukan penelitian ini. Periset adalah mereka, para dosen (infor- man) yang pemikirannya menjadi fokus penelitian ini. Penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang ala san penolakan (informan) terhadap pemi- kiran riset akuntansi non-positif. Oleh sebab itu peneliti akan memasuki kehidupan pe- mikiran para informan secara mendalam, agar bisa memahami pemikiran mereka (Sugiyono, 2008).

Pengumpulan data dan informan

Selama dua minggu peneliti berada di kota Jogjakarta, dan muncul di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM untuk berjumpa dengan informan. Selain itu, peneliti sedang melanjutkan studi di Malang, tepatnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB). Peneliti berhasil menemui tiga orang guru besar yang mengawal perkembangan Riset Akuntansi Multiparadigma (RAM). Peneliti juga mengumpulkan data di kota Surabaya, tepatnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UA), dengan menemui 3 orang informan. Berikut ini peneliti sajikan para informan yang peneliti temui di Jogja, Malang dan Surabaya selama beberapa waktu. Walaupun masih ada per- debatan, peneliti memilih untuk menuliskan insial nama mereka.

Aksesabilitas peneliti

Untuk memasuki dunia pemikiran in- forman merupakan hasil dari kolegialitas jangka panjang, dalam arti berhubungan Untuk memasuki dunia pemikiran in- forman merupakan hasil dari kolegialitas jangka panjang, dalam arti berhubungan

Wawancara secara mendalam

nitas akademik, khususnya jurusan akun- Dengan pedoman wawancara yang tansi. Aksesabilitas ini memang telah me-

telah peneliti siapkan, wawancara dilaku- lancarkan proses wawancara, namun pene-

kan secara bebas, dengan pertanyaan-per- liti tetap menjaga prosfesionalitas sebagai

tanyaan yang terbuka.

peneliti.

Tabel 3 Daftar Informan

No Nama Dosen di Alumni S-2 Alumni S-3

Sumber: Peneliti

Sepanjang proses wawancara, gerakan spo bagai langkah dalam riset seperti ini. ntan (gestures) dari para informan juga men

Peneliti suka membaca berbagai topik yang jadi data penting untuk proses selanjutnya.

amat berguna dalam riset ini. Beberapa Proses wawancara dilakukan dengan

bacaan yang disukai peneliti berkaitan bantuan alat perekam (MP3-Transcends)

dengan human interest, filsafat, psikologi, dan buku catatan (field notes).

spionase, kebudayaan, politik, olahraga, bahasa, dan lain-lain. Dalam beberapa

Hasil penelitian, artikel, buku, dan bahan

tahun terakhir peneliti banyak membaca

ceramah

artikel tentang pemikiran riset akuntansi Para informan yang berkaitan dengan

multiparadigma, buku-buku maupun arti- penelitian ini tentu juga menjadi data

kel tentang pemikiran para ilmuwan akun- penting. Kumpulan makalah yang dipresen-

tansi dan dan pemikir filsafat ilmu yang tasikan di SNA, artikel di majalah ilmiah,

beraneka ragam pemikirannya. makalah dalam ceramah, atau karya buku

Proses analisis dilakukan dengan meng tentu menjadi data penting dalam menye-

hubungkan antara tema satu dengan tema- lami pemikiran para informan.

tema jawaban lainnya. Dalam proses inilah Riset kualitatif sifatnya amat subyektif.

peneliti menjadi amat subyektif berdasar- Sehingga sering dikatakan bahwa alat atau

kan stock of knowledge-nya. Pemikiran ten- instrument utama dalam penelitian ini

tang berbagai paradigma riset di bidang adalah peneliti sendiri. Seorang peneliti

sosiologi (Burrell and Morgan, 1979; Saran- harus memiliki mempunyai stock of know-

takos, 1993: dan Neuman, 2011) menjadi ledge yang cukup untuk melakukan ber-

referensi penting dalam menganalisis.

Ketika Paradigma Positif Mendampingi Paradigma Non-Positif … -- Suyunus 417

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dua, pada saat BSB menjadi Dekan FEB UB,

Kepak Sayap Rajawali Akuntansi Multi-

dia berhasil memindahkan pengelolaan pro-

paradigma

gram S-2 dan S-3 dari payung Universitas Rajawali adalah nama burung yang

(Pasca Sarjana) ke Fakultas. Putusan yang kerap di jadikan simbol kekuatan atau ke-

pertama membuat lahan pengembangan kuasaan. Dia menjadi simbol kekuatan

RAM tersedia, sedangkan putusan yang karena pendidikan anak-anak burung ter-

kedua membuat pengelolaan dan pengem- sebut memang membuat mereka menjadi

bangan pendidikan akuntansi semakin lelu- burung yang kuat. Dia menjadi simbol

asa, dalam arti inovatif dan tidak terjebak kekuasaan karena kemampuan terbangnya

oleh birokrasi yang rumit. Berikut adalah yang mengarungi angin dan jauh tinggi di

penuturan BSB:

atas langit dengan mata yang memandang

di sini saya omong-omong sama ITY. Ya

penuh dengan kekuasaan atas angkasa,

pemikiran dia juga, ya… bagus juga.

lautan dan daratan di sekitarnya. Rajawali

Karna waktu ITY datang, saya kan PD

akuntansi merujuk pada para periset akun-

1 di sini, banyak berinteraksi sama dia

tansi yang mengembangkan akuntansi de-

waktu itu. Saya berinteraksi dan saya

liat ngan riset-risetnya. .. pemikiran mereka juga harus

ditampung gitu lho, jadi saya segera

Ada dua nama yang berperan besar di

(mengambil) S3, dan setelah saya

awal perkembangan Riset Akuntansi Multi-

pulang dari S3.. di sini mau merintis

paradigma (RAM). Dua nama itu adalah

pendirian S3. Tadinya cuman kan, yang

ITY dan BSB 3 . Mereka berdua adalah pen-

ada kan, cuma saya dengan dia…

cetus ide RAM dan strategy maker yang ber-

kemudian datang EGS 4 , ya kita

sama-sama memulai pengembangan RAM.

ngomong-ngomong bertiga gitu, ya dia

Pertama, BSB yang 10 tahun lebih senior

(S3) harus dibuat lain.. karena sumber

dari ITY telah banyak membangun Jurusan

daya. (FN 2011 1115 BS-pendirian S-3

Akuntansi di UB dan menjadi pengelola

Multiparadigma).

jurusan dan fakultas, hingga akhirnya men- BSB juga pernah mengungkapkan bah- jadi Dekan FEB UB. Dia dikenal sebagai

wa strategi pendirian PDIA berdasarkan pribadi yang tenang, tidak bicara jika tidak

sumber daya. Saat itu, dari tiga orang yang perlu, santun dalam bertutur kata dan suka

merupakan pendiri PDIA, ada dua orang berolahraga.

yang orientasi risetnya non-positivistik, dan Ada dua hal penting yang merupakan

seorang dengan orientasi riset positif. EGS keputusan strategisnya sebagai pengayom

yang bergabung kemudian telah memper- di FEB UB. Pertama, ketika BSB berbincang

kuat kelompok non-positif dalam memba- dengan ITY yang mengungkapkan pikiran-

ngun RAM.

nya tentang pengembangan fakultas, khu- Sebelum mereka mendirikan S-3, tentu susnya di jurusan akuntansi yang menye-

saja mereka juga telah membuka program pakati pengembangan RAM tersebut. Ke-

S-2. Saat pendirian itu, baru ada ITY yang merupakan inisiator dan satu-satunya doktor. Bersama dengan empat orang kole-

3 Mereka peneliti anggap berpengaruh dalam mengem-

ga dosen lainnya mereka mendirikan pro-

bangkan RAM, melalui pendirian Program S-3 di JAFEB UB. Tetapi yang “membidani” kelahiran pemikiran RAM adalah tim yang terdiri dari lima orang dosen muda Jurusan

4 EGS, tadinya adalah dosen di salah satu perguruan tinggi Akuntansi di FEB UB, ketika membangun Program S-2

swasta di Malang. dia alumni dari University of Akuntansi. Salah satu diantara mereka ITY, sebagai pencetus

Wollongong. Kemudian dia pindah ke FEB UB dan dia ikut ide RAM dan kala itu merupakan satu-satunya Ph.D . Empat

membangun S-3 Multiparadigma bersama BSB, dan ITY. orang lainnya masih bergelar Master.

Sejak 13 Desember 2010, EGS juga menyandang jabatan Guru Besar Akuntansi.

gram S-2 yang pendekatan risetnya juga lahan subur untuk berkembang di FEB UB. multiparadigma.

ITY memang menjadi motor penggerak Dalam perjalanan pengembangan RAM

berjalannya RAM di UB. Ketua Jurusan di JAFEB UB, bukannya tanpa masalah. Hal

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini juga dirasakan dan dialami oleh BSB.

Universitas Brawijaya (JAFEB UB), Prof. Dr. Program RAM dirasakan menjadi menekan

Unti Ludigdo, mengatakan bahwa ada tiga karena setiap dosen diharapkan juga me-

faktor yang membawa keberhasilan penye- nguasai RAM; artinya setiap dosen di-

baran pemikiran RAM di tempat tersebut. harapkan mampu menguasi riset akuntansi

Pertama dari diri ITY sendiri yang kuat dengan empat paradigma tesebut, positif,

argumentasinya. Kekuatan tersebut terben- interpretif, kritis dan posmodernis. Mung-

tuk karena dalam masa studi di luar negeri, kin saja ini persepsi BSB, tapi perasaan sese

ITY tekun membaca dan berpikir. Kedua, orang tidak akan tumpul jika telah terasah

ITY konsisten penetrasinya. Dia tidak per- ketika mengamati keadaan sekitarnya. BSB

nah berhenti menyebarkan pemikirannya tidak setuju dengan proses memultipara

secara formal, maupun informal. Ketiga, digmakan para dosen, dan dia mengusul-

ada dukungan yang kuat dari teman- kan adanya dialog bukan pemaksaan ke-

temannya karena telah memahami pikiran

hendak oleh penguasa 5 .

ITY (lihat Suyunus, 2011).

iyaaaa.. awalnya sama pak, awalnya

Kehidupan relijiusnya ITY memantap-

sama.. wong itu.. kurikulum S3 itu

kan hati untuk menggabungkan antara

kami rancang bersama-sama… tapi

akuntansi dan Islam sehingga lahir karya-

terakhir-terakhir..eee… dia lalu artikan

nya tentang akuntansi Syariah (Triyuwono,

lain gitu ..tidak seperti awal. Namanya

2000). Pejalanan penyebaran pemikiran riset

proses pemikiran memang berjalan. Tapi..oo iyaa, makanya saya bilang,

akuntansi multiparadigma (RAM) bisa di-

jangan menggunakan

kuasa atau

katakan berawal dari hasil pemikiran dan

menggunakan kekerasan.. tapi dialog..

karyanya tersebut. Di samping mengawin-

nanti bersama dengan berlalunya

kan Islam dengan akuntansi, ITY juga

waktu.. nanti nemu sendiri…makanya

mengembangkan cara mengajar di kelas

kan saya selalu mengatakan dialog..

dan menyebarkan pemikiran RAM.

dialog..ee sonjo-sonjo (bahasa jawa)

Jika BSB dan ITY saling mendukung

sonjo itu saling

mengunjungi.....

RAM walaupun berbeda “keyakinan”, STR

kemudian.... omong-omongnya

itu

terkenal dalam posisinya sebagai positivist

bukan.... kalo orang desa itu kalo datang

di FEB UB. Pendapat dan tantangan beliau

itu, dia omongnya macem-macem gitu,

terhadap multiparadigma amat dirasakan

tapi di situ itu nanti… menemukan. Jadi bukan.. misalnya aku mengko

oleh para koleganya. Namun, kenyataannya

ndatangi pak MQ arep ngomong iki..

STR juga ikut membangun berkembangnya

bukan gitu….(FN 2011 1115 BS-

RAM di JAFEB UB. Dalam satu kesempatan

pendirian S-3 Multiparadigma)

STR mengatakan dengan gayanya,

“saya sudah terima multiparadigma.

Perbedaan nilai ini cepat diselesaikan

Walaupun saya sudah memberi

oleh mereka dengan melakukan silaturahmi

argumentasi agar kurikulum kita

dan dialog, sehingga RAM tetap memiliki

jangan seperti sekarang 6 . Tapi ya

Dalam konteks ini, pada saat itu, tahun 2011, penyandang 6 Kurikulum S-3 PDIA di FEB UB akhirnya berubah sejak jabatan Dekan, Kajur Akuntansi, KPS S-1, KPS S-3 di FEB UB

tahun ajaran 2012/2013/ Pendapat STR merupakan salah adalah dosen akuntansi dengan orientasi riset non-positif.

Tetapi pemicunya adalah Itu sebabnya Prof BSB mengingatkan tentqang pendekatan

satu

pertimbangannya.

kedatangan para doktor muda dari berbagai tempat dialog, bukan pendekatan kekuasaan

studinya, dan mereka memiliki “kepentingan” untuk ikut berkiprah juga.

Ketika Paradigma Positif Mendampingi Paradigma Non-Positif … -- Suyunus 419

sudahlah, teman-teman sudah setu-

mana orientasi paradigma riset akuntansi-

ju”.

nya.

SWD tidak menolak kehadiran riset Menurut peneliti perkembangan RAM akuntansi non-positif, dalam arti dia mene- di JAFEB UB justru disebabkan adanya rima kehadiran riset kualitatif tetapi tidak sikap oposan seperti sikap STR. Dengan

ingin mempertanyakannya untuk meng- adanya dua “kubu” yang saling berargu- hindari argumentasi yang menurutnya me- mentasi, maka ada kecenderungan kedua rupakan stratagem 7 . SWD juga tidak ber- pihak itu berusaha untuk saling memahami

usaha berpihak pada pemikiran riset kuanti dengan cara mempelajari paradigma yang tatif maupun kualitatif; tetapi orientasi dia lain dan berdiskusi. STR juga pernah me- adalah riset akuntansi positif. Alasannya nyampaikan hal berikut ini kepada peneliti;

karena academic life experience dia berada di “ saya sudah tidak ada masalah

riset akuntansi positif. Selain itu, tentu ada

dengan multiparadigma, dan saya

sudah mulai mempelajarinya, tapi

kebijakan jurusan akuntansi yang ingin

saya belum pernah diberi bimbingan

lebih mengembangkan akuntansi dengan

yang kualitatif”.

menggunakan pendekatan riset akuntansi positif. Dalam salah satu kesempatan SWD

Walaupun STR menyampaikan dengan

mengatakan

gayanya yang oratoris, peneliti mengang-

…Ya ndak papa, ndak masalah. Kalo

gap bahwa dia setuju dengan RAM, dan dia

kita sudah bicara ilmiah, apapun itu

memilih untuk menjalani satu paradigma

tergantung komunitas. Hanya saja

saja; paradigma positif sebagaimana halnya

kalau saya menjadi tim untuk mem-

BSB.

bimbing mahasiswa fakultas hukum ya saya frustasi. Menurut saya kalau

Mendengarkan Suara Rajawali Lain

itu memaparkan undang-undang ini

Para akademisi akuntansi FEB UGM ini, itu itu, menurut saya itu bukan dikenal cukup memiliki pengaruh di kala- disertasi. Tapi itu tergantung komuni-

tasnya,.. ya sudah kalau begitu. Saya..

ngan akademisi akuntansi di Indonesia.

ndak bisa memberi banyak. Baca saja

Maksudnya, apa yang menjadi keyakinan

disertasinya AT 8 , pengalaman dia

mereka segera diikuti oleh para akademisi

menjadi tokoh ini ini ini, menurut

di Indonesia, termasuk paradigma yang

saya itu memoir,..memoir itu bukan

dianut oleh akademisi di Universitas itu.

penelitian ilmiah... tapi itu pandangan

Menurut peneliti, hal ini amat di dukung

saya.

oleh aktivitas penyelenggaraan S-2 dan S-3 SWD berusaha konsekuen untuk me- akuntansi di FEB UGM serta tingginya nganggap bahwa di manapun posisi riset kredibilitas para akademisi UGM dalam seseorang, akan menghadapi komunitas setiap pertemuan ilmiah, termasuk SNA. yang mengakui keilmiahan dan ketidak Peneliti berhasil menemui SWD (angka

tan 1973), sebagai informan yang pertama. Beliau cukup dikenal sebagai akuntan

pendidik yang amat memperhatikan bahasa 7 Stratagem adalah argumen yang digunakan untuk membela Indonesia. SWD amat piawai dalam mata- pendapat yang sebenarnya lemah atau tidak dapat

dipertahankan secara logis. Tujuannya untuk memaksakan

kuliah Statistik. Filosofi tentang pengguna-

kehendak, menjatuhkan bicara atau membuat yang keliru

an alat analisis (statistik) dalam riset amat seolah-olah benar (Suwardjono, 2010,72). dikuasai SWD. Sebagai alumni dari sebuah

8 AT adalah salah satu tokoh (ketua) partai di era orde baru

perguruan tinggi di Amerika Serikat (Kent

yang meneruskan studi di universitas “Y”. setahu peneliti

State Univ), tentu sudah bisa diduga, ke-

dia adalah alumni dari fakultas teknik (S-1), bukan dari fakultas sosial dia adalah alumni dari fakultas teknik (S-1), bukan dari fakultas sosial

Jika laporan penelitian adalah seperti

akuntansi positif, maka cara atau epis-

tulisan AT, maka menurut pendapat

temologi positif adalah yang ilmiah. Sebagai

beliau tulisan itu bukanlah suatu

konsekuensinya, cara riset yang lain tentu

disertasi

karena

tak memenuhi

tidak ilmiah. SWD sepaham dengan cupli- kaidah-kaidah untuk tulisan yang

disebut science. Dengan lugas ditanya

kan berikut.

kan apa bedanya disertasi dengan If we agree that the meaning of the word

yang disebut “scientific” comes from science (natural dengan investigation report (Field science) in the sense of emulating natural Note, 2012 0111 U”X”-SWD 1). science, then anything else that does not

tulisan

wartawan

follow natural science study may be called

Beberapa catatan lainnya adalah dijelas

“unscientific”. It does not mean that

kannya istilah escapism dan pemberontakan.

unscientific approach is useless or meaningless. When it comes to social

SWD tidak mengharapkan terjadinya pela-

phenomena or policy making, unscientific

rian (escapism) dari riset akuntansi positif

approach may be shown or even proven to

kuantitatif ke riset akuntansi non positif-

be useful, fruitful, and meaningful

kualitatif hanya karena seseorang tidak

(Suwardjono, 2006)

paham dengan statistik (Sugiyono, 2008). Jika ini terjadi, maka escapism merupakan

Buku-buku riset yang dibaca SWD alasannya. Menurut SWD seseorang tidak tentu buku riset yang yang membahas sekedar memilih (paradigma) orientasi posi- mengenai riset kuantitatif dan riset kuali- tif atau non positif, riset kuantitatif atau tatif. Salah satunya SWD menyebutkan

9 buku Social Research karangan Neuman riset kualitatif; tetapi seseorang melakukan

pemberontakan.

(2003). Peneliti bisa memahaminya, karena Menarik sekali pandangan SWD ten- buku Burrell and Morgan (1979) tidak tang pemberontakan yang terjadi ketika populer di kalangan mereka, tetapi artikel seseorang memilih paradigma. Idenya ada- Chua (1986), dan Gioia and Pitre (1990) lah periset hendaknya menguasai metode yang banyak merujuk pada pikiran para riset yang standar dulu (positif) sampai ahli riset sosial amat populer di kalangan periset tersebut menjadi expert dan puas mereka, para dosen Jurusan Akuntansi di dengan metode tersebut. Kemudian peneliti FEB UGM. tersebut bisa melakukan perluasan metode Walaupun SWD menerima kehadiran dengan memilih metode baru; itu yang di- riset akuntansi non-positif dengan segala katakan bahwa memilih paradigma merupa konsekuensinya, dia masih punya satu per- kan bentuk dari pemberontakan (Suwar- tanyaan penting yaitu; apa bedanya laporan djono, 2006). Perubahan paradigm ini biasa- riset non-positif dengan laporan jurnalistik nya terjadi karena tujuan riset yang ber- yang ditulis dengan baik setelah melakukan beda, sehingga cara risetnya juga berbeda investigasi dengan cermat pula. Peneliti

Positivism cannot do what non-positivism

sempat mencatat secara relektif ketika ber-

can do. Non-positivism has its own

bincang dengan SWD, dalam field note

features and merits. It is true (at least we

sebagai berikut;

agree) that cars are the best for travelling Pertanyaan mendasarnya adalah; kita

and bycycles would be futile. It is so with harus sepakat dulu dengan apa yang

confronting one paradigm to another disebut sebagai binatang akuntansi.

especially if the purpose is to win the Kemudian kita memilih orientasi kita.

claim of truth (Suwardjono, 2006) SWD memang tidak ingin terjebak

dalam monism, bahwa harapan para kaum

9 Edisi terbaru terbit tahun 2011

positivism , metode (cara) inilah satu-satunya

Ketika Paradigma Positif Mendampingi Paradigma Non-Positif … -- Suyunus 421

yang ilmiah. Tetapi dia punya pendapat wa ekspertis mereka adalah di orientasi tentang anything goes, sepertinya semua bisa

riset positif. Jika mereka memaksakan diri diteliti, semua boleh. Dia kuatir jika nanti-

untuk mau membimbing mahasiswa de- nya akan dihasilkan karya kontemporer,

ngan orientasi riset kualitatif tentu akan bukan karya ilmiah, padahal maksudnya

kacau hasilnya, karena itu bukan expertise melakukan riset akuntansi. Orang bisa ter-

para dosen di lingkungan pak MFS. Karena jebak, sehingga menjadi seniman kontem

ekspertis di riset akuntansi positif, maka porer, bukan melakukan hal yang ilmiah

ada pertanyaan yang ada di kepala MFS. (Suwardjono, 2006).

Mungkin dia menganggap sebagai kelema- Pengaruh pandangan institusi terhadap

han

individu dosen juga diungkapkan MFS,

Secara pribadi, kalo sudah gini njur

salah satu dosen muda di FEB UGM. MFS

ngopo ? Seperti disertasi saya, sesudah

lulus dari UGM tahun 1998, lalu melanjut-

selesai ya harus dicari kenapa begitu.

kan ke The University of Western Australia (S-

Saya harus interview juga; itu untuk

2), kemudian melanjutkan lagi ke The Uni- memuaskan saya. versity of Bradford di Inggris (S-3). MFS me-

Kelemahan yang kedua, berkaitan de- nerima kehadiran riset akuntansi multi-

ngan pertanyaan tentang apakah social paradigma. MFS mengatakan bahwa ke-

science sama dengan natural science. Jika benaran (Truth) menurut para positivist dan

telah telah dilakukan uji validitas dan hasil- kebenaran menurut non-positivist selalu di-

nya valid; apakah ini memang valid betul lihat dari sudut pandangnya masing-ma-

sebagaimana yang terjadi pada data di sing sehingga ontologi dan epistemologinya

natural science . Pertanyaan ini selalu ada di memang ada tempatnya sendiri-sendiri..

benak MFS.

Kalo s aya kembali ke itu ya….

Dulu sebelum MFS sampai pada tahap

filosofinya kan, orang mendefinisikan

skripsi, masih banyak topik skripsi yang

truth itu apa. Artinya begini, kalo

judulnya tentang internal control, sistem

orang positivist itu kan jelas, kalo truth

dan prosedur dan semacamnya. Setelah

adalah out there, di sana… ya positivist kan. Ya mau tidak mau yaaa harus

para dosen berdatangan dari Amerika, ma-

seperti itu. Lalu kalau orang inter-

ka muncul cara riset baru yang kemudian

pretif yaaa, the truth around us, harus

menjadi bahan ajar bagi mahasiswa. Sejarah

diinterpretasikan gitu. Jadi sebenar-

di jurusan akuntansi FEB UGM telah men-

nya kalo saya pribadi itu ya ndak

catat perubahan cara riset yang besar

masalah ya. Karena memang kalo

setelah empat orang dosen mudanya pulang

bahasa pak MQ 10 yang memang

dari Amerika, tepatnya dari Temple Uni-

secara ontology sudah beda dan secara

versity , Philadelphia di sekitar tahun 1995

epistemology sudah beda. ., ya itu ya

atau 1996.

nggak mungkin ketemu.

Yang diungkapkan oleh MFS tentang MFS juga menjelaskan bahwa meski-

riset yang dulu juga dialami oleh IRF, pun secara institusi dia positivist, tapi secara

seorang dosen senior yang dikenal sebagai pribadi dia bisa menerima kehadiran kedua

sosok dosen sederhana dan amat relijius. orientasi riset tersebut. Tapi mengapa me-

Peneliti mengenalnya sejak masa kuliah reka tidak mau membimbing riset dengan

dulu. Dia adalah dosen untuk mata kuliah pendekatan kualitatif? Dia mengatakan bah-

auditing. Ciri khasnya adalah selalu me- makai sepatu sandal dan selalu tersenyum.. Menurut pandangan peneliti, IRF merupa-

kan pribadi yang menyenangkan karena

10 Ini adalah nama kecil peneliti, begitu para informan

memanggil peneliti

suka membantu. IRF tidak mempermasalah suka membantu. IRF tidak mempermasalah

dan Pengalaman-Pengalaman (Hartono, mulai mempertanyakan manfaat riset akun-

2004), Mengingat posisi JGH yang strategis, tansi dengan topik masalah pasar modal.

peneliti membicarakan tentang arah JAFEB IRF mengatakan bahwa saat ini dia mulai

UB yang membangun School of Thought. mendorong mahasiswa S-1 untuk menulis

Pada dasarnya, JGH senang dan meng- tentang internal control, sistem akuntansi,

hargai sekali keberanian dan pilihan teman- overhead cost dan sebagainya, yang dipikir-

teman di UB untuk berbeda, tidak ikut- kan lebih bermanfaat untuk perusahaan

ikutan sehingga ada posisi yang baik bagi yang diteliti. Ini adalah topik dan cara riset

JAFEB UB sebagai suatu pilihan tempat jaman dulu yang dimaksudkan oleh MFS.

studi bagi banyak orang. Di lain sisi teman- Salah satu dari empat dosen muda

teman di UB tidak terjebak untuk ikut- UGM yang lulus dari Temple University

ikutan sebagaimana yang dijelaskan dalam adalah JGH. peneliti berhasil menemui JGH

salah teori keperilakuan yang disebut Teori di ruang kerjanya. Saat itu JGH menduduki

Adjusting and Anchoring (Warsono, 2011). posisi sebagai direktur MAKSI (S-2). Dia

Mendengar pendapat JGH, peneliti yakin alumni UGM (S-1), Western Michigan Uni-

bahwa dia juga memahami bahwa di UB, versity (S-2), dan Temple University (S-3).

orientasi para dosennya berada tidak hanya Dalam perbincangan itu, peneliti mencatat

di paradigma positif saja, melainkan juga penjelasan JGH sebagai berikut:

berada di paradigma non-positif.

“Intinya kami menerima itu sebagai

Sementara ini, mereka di JAFEB UGM

sesuatu yang saling melengkapi da-

tidak atau belum mengarah ke school of

lam akuntansi”. JGH mengatakan

thought . Mereka hanya “kumpulan orang”

bahwa dirinya ingin melihat, mencari

yang berpikir untuk mencari solusi dan

tahu akuntansi dari sisi yang nyata,

menjelaskan pada masyarakat mengenai

sehingga hasil (riset) nya dapat di gunakan oleh praktisi untuk men-

fenomena (akuntansi) yang tampak. JGH

jelaskan dan memprediksi. Menurut

mengatakan bahwa mereka meneliti realitas

JGH itu saja amat banyak masalah

yang tampak dipermukaan, sedangkan

yang bisa diangkat, dan tidak ada

teman-teman di JAFEB UB mengarah pada

habisnya, sehingga mereka (UGM)

realitas yang ada di bawah permukaan.

fokus ke sana, lalu aku bertanya,

Tentu lebih sulit untuk meneliti sesuatu

apakah semua begitu berpikirnya?

yang tidak tampak dipermukaan. Kedua

Lalu kata JGH, ya tidak semua begitu.

pendekatan riset ini saling melengkapi.