EVALUASI KESESUAIAN PELAKSANAAN PROBITY AUDIT PADA BPKP PUSAT DENGAN PEDOMAN PROBITY AUDIT PENGADAAN BARANGJASA PEMERINTAH
Muhammad Fuddloilulhaq Politeknik Keuangan Negara STAN [email protected]
Fadlil Usman Politeknik Keuangan Negara STAN [email protected]
INFORMASI ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima Pertama Probity audit is an independence assessment activity to ensure the [08 Maret 2017]
goods/services procurement processes been consistently and appropriately implemented with the principle of upholding integrity,
Dinyatakan Diterima uprightness, honesty, and fulfill certain regulation aimed for improving [05 Juni 2017]
the accountability for the use of public sector fund. Probity audit is simultaneously carried out with the goods/services procurement
KATA KUNCI: process. This study is to evaluate the suitability of the implementation probity audit; BPKP; pengadaan barang/jasa;
of probity audit conducted by BPKP Headquarter as agency that audit sector publik
initiated the implementation of probity audit in Indonesia compared with the Probity audit Guidelines for Procurement of Goods/Services as criteria. The results of this study indicate that the implementation of probity audit conducted by BPKP Headquarter has been implemented adequately, but there are activities that do not fit the criteria, especially in the activities of the determination of the scope of the audit, the preparation of working papers and the follow-up monitoring of the audit results.
Probity audit merupakan kegiatan penilaian yang independen untuk memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa telah dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan prinsip penegakan integritas, kebenaran, kejujuran, dan memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku yang bertujuan meningkatkan akuntabilitas penggunaan dana sektor publik. Probity audit dilakukan secara real time yaitu bersamaan dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kesesuaian pelaksanaan probity audit yang dilakukan oleh BPKP Pusat selaku instansi yang menginisiasi pelaksanaan probity audit di Indonesia dibandingkan dengan kriteria berupa Pedoman Probity audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan probity audit yang dilakukan oleh BPKP Pusat sudah dilaksanakan secara memadai, namun masih terdapat hal yang belum sesuai dengan kriteria terutama dalam kegiatan penentuan ruang lingkup audit, penyusunan kertas kerja dan pemantauan terhadap tindak lanjut hasil audit.
1. PENDAHULUAN probity audit pengadaan barang/jasa yang diinisiasi oleh BPKP selaku Pembina APIP relatif belum dapat
1.1. Latar Belakang
mengurangi jumlah tindak pidana korupsi dalam Sebagaimana diatur dalam ketentuan pengadaan
kegiatan pengadaan barang/jasa secara signifikan. barang/jasa pemerintah pasal 116 Peraturan Presiden
Pada pertengahan tahun 2016 mencuat kasus Nomor 54 Tahun 2010, Kementerian/Lembaga/
pengadaan e-KTP pada Kementerian Dalam Negeri, Institusi
padahal pada tahun 2015 sudah dilakukan probity melakukan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat
dan Pemerintah
Daerah
diwajibkan
audit pada tahap persiapan pemilihan dalam Komitmen (PPK) dan Unit Layanan Pengadaan
pengadaan e-KTP tersebut.
(ULP)/Pejabat Pengadaan di lingkungan masing- Berdasarkan data yang telah diuraikan, penulis masing. Pengawasan terhadap pengadaan barang dan
menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan probity audit jasa dimaksudkan untuk mendukung pemerintah guna
pengadaan barang/jasa masih kurang optimal terbukti memberantas penyalahgunaan wewenang dan praktik
dengan masih adanya kasus korupsi pada pengadaan KKN
barang/jasa yang sudah dilakukan probity audit. Pengawasan
dalam proses
pengadaan
barang/jasa.
Dengan mengacu pada Pedoman Probity audit menciptakan sistem pengendalian intern atas
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, seharusnya pengadaan barang/jasa termasuk menugaskan Aparat
pelaksanaan probity audit dapat memberikan Pengawasan
keyakinan memadai bahwa kegiatan pengadaan melakukan audit pengadaan barang/jasa yang
Intern Pemerintah (APIP)
untuk
barang/jasa sudah dilaksanakan sesuai dengan dilakukan secara real time atau dikenal dengan probity
ketentuan perundangan yang berlaku sehingga dapat audit.
meminimalisir terjadinya korupsi dalam pengadaan Probity audit menurut Peraturan Kepala Badan
barang/jasa.
Pengawasan dan Pembangunan
Atas dasar permasalahan di atas penulis tertarik 362/K/D4/2012 tentang Pedoman Probity audit
Nomor PER-
untuk melakukan penelitian untuk mengetahui lebih Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bagi Aparat
jauh bagaimana pelaksanaan probity audit pada Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) merupakan
kantor pusat BPKP selaku instansi yang menyusun kegiatan penilaian (independen) untuk memastikan
pedoman probity audit pengadaan barang/jasa dan bahwa
instansi yang menjadi pionir dalam melaksanakan dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan prinsip
proses pengadaan
barang/jasa
telah
probity audit pengadaan barang/jasa. Penelitian yang penegakan integritas, kebenaran, dan kejujuran serta
dilakukan merupakan penelitian yang bersifat memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku yang
evaluasi, yaitu sebuah kegiatan pengumpulan data bertujuan meningkatkan akuntabilitas penggunaan
atau informasi untuk dibandingkan dengan kriteria dana sektor publik. Berbeda dengan audit pengadaan
kemudian diambil kesimpulan (Arikunto, 2014). Untuk barang/jasa yang biasa dilakukan oleh Badan
kriteria utama yang dipakai dalam penelitian ini yaitu Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) atau
Badan Pengawasan dan Inspektorat yang dilaksanakan setelah proses
Peraturan
Kepala
Pembangunan Nomor PER-362/K/D4/2012 tentang pengadaan barang/jasa selesai atau (post audit),
Pedoman Probity audit Pengadaan Barang/Jasa kegiatan probity audit ini dilaksanakan bersamaan
Pengawasan Intern dengan proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa
Pemerintah (APIP) yang menjadi acuan bagi atau segera setelah proses pengadaan barang/jasa
pelaksanaan penugasan probity audit di Indonesia. terjadi (real time audit/current audit) sehingga dapat
segera ditindaklanjuti oleh pejabat pengadaan untuk
1.2. Rumusan Masalah
perbaikan proses pengadaan barang/jasa yang sedang Berdasarkan latar belakang masalah pada berjalan.
pendahuluan di atas dapat dirumuskan permasalahan Sesuai dengan latar belakang dalam Pedoman
yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini Probity audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bagi
yaitu:
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), adanya
a. Apakah sarana dan prasarana dalam melaksanakan probity audit ini didasari dari banyaknya kasus korupsi
probity audit sudah memadai? di bidang pengadaan barang/jasa. Berdasarkan data
b. Apakah pelaksanaan probity audit yang penanganan tindak pidana korupsi dari Komisi
dilaksanakan oleh BPKP sudah sesuai dengan Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak tahun 2013
Pedoman Probity audit Pengadaan Barang/Jasa? sampai dengan tahun 2016 (data per 30 Juni 2016),
c. Apa saja kendala yang ditemui oleh tim audit dalam pengadaan barang/jasa menempati posisi kedua
melaksanakan penugasan probity audit? terbanyak setelah penyuapan dengan 44 kasus.
1.3. Tujuan Penelitian
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dalam Berdasarkan perumusan masalah yang telah proses pengadaan barang dan jasa yang selama ini
diuraikan di atas maka tujuan dari penelitian ini dilakukan pemerintah sangat rawan terjadinya
adalah:
penyimpangan. Bahkan setelah adanya kegiatan penyimpangan. Bahkan setelah adanya kegiatan
baik sehingga responden penelitian sulit untuk barang/jasa;
membedakan antara probity audit dengan internal
b. Untuk mengetahui kendala dan permasalahan yang audit. Mayoritas responden menganggap probity audit ditemui oleh tim audit dalam pelaksanaan probity
yang dilakukan merupakan jenis audit kepatuhan audit pengadaan barang/jasa.
(compliance audit) terhadap proses pengadaan
c. Memberikan usulan solusi pemecahan masalah barang/jasa yang biasa dilakukan oleh auditor intern. sebagai masukan dalam perbaikan pelaksanaan
Hal-hal yang membedakan probity audit dengan probity audit pengadaan barang/jasa.
internal audit berupa waktu pelaksanaan audit, dimana probity audit dilaksanakan secara real
1.4. Manfaat Penelitian
time/current audit dan internal audit dilaksanakan Penelitian yang dilakukan penulis mengenai setelah pekerjaan dilakukan (after event/post audit) evaluasi pelaksanaan probity audit yang dilakukan belum dipahami oleh responden. Kedua, periode audit oleh BPKP terhadap proses pengadaan barang dan jasa dinilai terlalu lama, dan cakupannya terlalu luas pemerintah mempunyai beberapa manfaat antara bahkan responden penelitian tersebut melakukan lain: probity audit dalam periode empat tahun. Ketiga,
a. Bagi Penulis pelaksanaan audit yang dilaksanakan secara real-time Untuk menambah pengalaman dan wawasan akan menyita banyak waktu audit karena akan dalam penyusunan suatu penelitian/karya ilmiah. dilaksanakan dalam frekuensi yang tinggi sehingga Serta mendalami ilmu tentang probity audit
dialihkan/dibagi kepada pengadaan barang/jasa pemerintah. akuntan atau perusahaan konsultan.
pelaksanaannya
perlu
b. Bagi BPKP Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan probity audit yang dilakukan oleh BPKP dengan
2. KERANGKA TEORI DAN
pedoman probity audit pengadaan barang/jasa serta
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
mengetahui kendala dan permasalahan yang ditemui
2.1. Pengertian Audit
oleh tim audit selama pelaksanaan probity audit Auditing didefinisikan sebagai: pengadaan barang/jasa.
c. Bagi Pembaca information to determine and report on the degree of
Accumulation and evaluation of evidence about
Untuk menambah wawasan dan referensi untuk correspondence between the information and pihak
established criteria. Auditing should be done by a memungkinkan adanya penelitian lebih lanjut.
yang tertarik
competent, independent person (Arens, Elder &
1.5. Tinjauan terhadap Penelitian Sebelumnya
Beasley, 2012).
Beberapa penelitian yang telah membahas Auditing juga didefinisikan sebagai suatu proses tentang probity audit
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti pemerintah antara lain Penelitian yang dilakukan oleh
pengadaan barang/jasa
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan John G. Walton (2013) dalam papernya yang berjudul
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan “Probity auditing Protocol – Securing value for money
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara and the integrity of public procurement processes ”
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang yang
telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya penyediaan barang/jasa untuk kepentingan publik
kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, yang semakin kompleks dan mahal diperlukan seorang
probity auditor yang independen yang mempunyai keleluasaan untuk dapat melakukan investigasi dan
2.2. Pengertian Audit Intern
melaporkan isu yang menjadi perhatian untuk Institute of Internal Audit (2016) mendefinisikan membuat rekomendasi dalam melakukan perbaikan
internal audit sebagai:
proses dalam proses pengadaan/pelelangan. Jika An independent, objective assurance and diaplikasikan maka probity audit dapat memberikan
consulting activity designed to add value and improve hasil berupa value for money yang dapat diterima
an organization's operations. It helps an organization semua pihak, serta memberikan keyakinan kepada
accomplish its objectives by bringing a systematic, peserta lelang (bidder) terhadap proses pelelangan di
disciplined approach to evaluate and improve the masa depan. Probity audit sudah diterapkan di
effectiveness of risk management, control, and Australia dan Selandia Baru di awal dekade 2000
governance processes.
seperti yang diungkapkan oleh Chew Ng dan Christine Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia Ryan dalam makalahnya yang berjudul “The Practice of
(AAIPI) dalam Standar Audit Internal Pemerintah Probity audits in One Australian Jurisdiction” pada
Indonesia (SAIPI) mendefinisikan audit intern sebagai Managerial Auditing Journal, Vol. 16. Makalah
kegiatan yang independen dan objektif dalam bentuk tersebut menghasilkan simpulan bahwa pada periode
pemberian keyakinan (assurance activities) dan pemberian keyakinan (assurance activities) dan
Tahun 2010 mengatur bagimana kegiatan pengadaan operasional sebuah organisasi (auditan). Kegiatan ini
barang/jasa harus dilakukan yaitu dimulai dari membantu organisasi (auditan) mencapai tujuannya
disusunnya Rencana Umum Pengadaan yang disusun dengan
cara menggunakan pendekatan yang oleh Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna sistematis
Anggaran (KPA). Kemudian PA/KPA akan menentukan meningkatkan efektivitas dari proses manajemen
dan teratur
cara pengadaan barang/jasa yang bisa dilakukan risiko, kontrol (pengendalian), dan tata kelola (sektor
melalui dua cara yaitu:
publik).
1. Melalui swakelola, yaitu pengadaan barang/jasa Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
dimana pekerjaanya direncanakan, dikerjakan adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan
dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah, yang
lain dan/atau kelompok masyarakat. terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan
2. Melalui Penyedia barang/Jasa, yaitu badan usaha Pembangunan
atau orang perseorangan yang memenuhi syarat Jenderal/Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada
(BPKP),
Inspektorat
dan mampu menyediakan barang/jasa yang Kementerian,
Inspektorat
Utama/Inspektorat
dibutuhkan.
Lembaga Pemerintah
Barang/Jasa Pemerintah harus Inspektorat/Unit
Non-Kementerian,
Pengadaan
prinsip-prinsip efisien, efektif, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga
transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif Negara, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan
dan akuntabel. Selain itu, kegiatan pengadaan Unit Pengawasan Intern pada Badan Hukum
mempertimbangkan, Pemerintah lainnya
barang/jasa
harus
memperhatikan dan berdasarkan hal-hal sebagai perundang-undangan.
berikut: Tata Nilai Pengadaan;
Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa; Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2.3. Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Penggunaan Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri; 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
Peran serta usaha kecil;
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Pelelangan/Seleksi kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Internasional;
Pengadaan Barang/Jasa yang Dibiayai dengan Dana Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari
Kementerian/Lembaga/Satuan
Kerja
Perangkat
Pinjaman/ Hibah Luar Negeri; perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
Keikutsertaan Perusahaan Asing Dalam Pengadaan seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Barang/Jasa;
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam Peraturan Konsep Ramah Lingkungan; dan Presiden tersebut meliputi barang, pekerjaan
Pengadaan Secara Elektronik. konstruksi, jasa konsultansi dan jasa lainnya. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa tersebut
2.4. Pengertian Probity audit
dilakukan melalui dua cara yaitu dengan swakelola Dalam makalahnya Walton (2013) mengatakan dan/atau pemilihan penyedia barang/jasa. Para pihak
bahwa “…probity carries with it the quality of strong yang terlibat dalam proses pengadaan barang/jasa
moral principles, honesty, integrity and decency ”. yaitu:
Probity memiliki makna kejujuran (honesty), integritas
1. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (integrity), dan kebenaran (uprightness). Konsep (PA/KPA)
probity tidak hanya digunakan untuk mencegah
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) terjadinya korupsi atau penyelewengan, akan tetapi
3. Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan
juga
untuk
memastikan bahwa proses
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan penyelenggaraan kegiatan sektor publik, seperti
5. Penyedia Barang/Jasa proses pengadaan barang/jasa, penjualan aset, dan Secara umum pengadaan barang/jasa dimulai
pemberian sponsor/hibah dilaksanakan secara wajar, dengan melakukan identifikasi kebutuhan akan
obyektif, transparan/terbuka, dan akuntabel. Terkait barang/jasa. Dari identifikasi ini maka dihasilkan daftar
dengan proses pengadaan barang/jasa, dan mengacu kebutuhan barang/jasa pemerintah. Adanya daftar
pada pengertian di atas, probity diartikan sebagai kebutuhan barang/jasa menunjukkan bahwa terdapat
’good process’ yaitu proses pengadaan barang/jasa barang/jasa yang dibutuhkan untuk menjalankan
prinsip-prinsip penegakan pemerintahan yang diadakan melalui suatu proses
dilakukan
dengan
integritas, kebenaran, dan kejujuran untuk memenuhi pengadaan barang/jasa yang diatur dalam Peraturan
ketentuan perundangan yang berlaku. Presiden Nomor 54 Tahun 2010.
Chew Ng dan Christine Ryan (2001) memberikan abstraksi tentang probity audit yaitu:
“…Probity audits refer to independent reviews of Ruang lingkup audit adalah setiap kegiatan government privatisations, contracting out projects
di lingkungan (government procurements), and expression of
pengadaan
barang/jasa
Kementerian/Lembaga/Institusi dan Pemerintah interests to ascertain whether procedures followed are
Provinsi/Kabupaten/Kota dalam satu tahun anggaran consistent with appropriate regulations, guidelines
atau lebih, antara lain: Satuan Kerja/SKPD, Kantor, and best practice principles of openness and
Teknis Pusat/Daerah, transparency ”.
BI/BHMN/BUMN/BUMD dan Badan Usaha Lainnya, Probity audit ini sudah diterapkan di Australia
barang/jasa. Kegiatan pada awal tahun 2000-an dan berfokus pada kegiatan
termasuk
pemanfaatan
pengadaan barang/jasa dimaksud dimulai dari audit pada kegiatan privatisasi, pelepasan aset dan
pemilihan penyedia, procurement (pengadaan barang/jasa) di sektor publik
perencanaan,
persiapan
pelaksanaan pemilihan penyedia, penandatanganan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
kontrak, pelaksanaan kontrak sampai dengan memadai bahwa dalam proses tersebut sudah
pemanfaatan barang/jasa.
dilakukan secara terbuka dan akuntabel.
Kriteria
yang
dapat digunakan untuk
menentukan
apakah
suatu paket pekerjaan
pengadaan barang/jasa dilakukan probity audit antara Audit pengadaan barang/jasa ini bertujuan untuk
2.5. Tujuan dan Sasaran Probity audit
lain:
Paket pekerjaan melekat risiko yang tinggi dan barang/jasa telah dilakukan oleh pelaksana pengadaan
meyakinkan bahwa
pelaksanaan
pengadaan
bersifat kompleks dan/atau di atas Rp100 Milyar. berdasarkan kejujuran, integritas dan kebenaran
Paket pekerjaan memiliki sejarah/latar belakang untuk menaati prinsip pengadaan sesuai ketentuan
yang kontroversial atau berhubungan dengan yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan,
permasalahan hukum.
adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Paket pekerjaan sangat sensitif secara politis. Sasaran probity audit adalah:
Paket pekerjaan yang berpotensi menimbulkan
1. Meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa
konflik kepentingan.
dilakukan secara benar sesuai dengan kebutuhan Paket pekerjaan berhubungan dengan kepentingan yang benar, baik segi jumlah, kualitas, waktu dan
masyarakat luas.
nilai pengadaan yang menguntungkan negara. Paket pekerjaan untuk memenuhi pelayanan dasar
2. Meyakinkan bahwa
barang/jasa yang digariskan dalam Pedoman Nilai paket pekerjaan relatif besar dibandingkan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa telah diikuti
dengan nilai paket-paket pekerjaan yang lain. dengan benar sesuai ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
3. METODE PENELITIAN
3. Meyakinkan bahwa kuantitas, kualitas dan harga
3.1. Objek Penelitian
barang/jasa yang diperoleh melalui proses Objek yang dipilih untuk penelitian ini yaitu pengadaan telah sesuai dengan ketentuan dalam
kantor pusat BPKP selaku instansi penyusun pedoman kontrak serta diserahterimakan tepat waktu.
probity audit dan instansi yang menginisiasi
4. Meyakinkan bahwa barang yang diperoleh telah pelaksanaan probity audit. Pelaksanaan probity audit ditempatkan
pada kantor pusat BPKP dilaksanakan oleh dua dipertanggungjawabkan
direktorat yaitu Direktorat Pengawasan Bidang dimanfaatkan sesuai tujuan penggunaannya.
Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah 1 dan
Bidang Perekonomian pengadaan barang/jasa.
5. Mencegah penyimpangan dalam kegiatan
Direktorat
Pengawasan
Lainnya. Periode pelaksanaan probity audit yang
6. Mengidentifikasi kelemahan sistem pengendalian diteliti yaitu tahun 2015 dan 2016 karena pada tahun intern
tersebut sudah mulai dilaksanakan probity audit oleh penyempurnaan sistem tersebut.
atas pengadaan
barang/jasa
guna
BPKP Pusat pada tingkat Kementerian/Lembaga.
2.6. Ruang Lingkup Probity audit
3.2. Jenis Data
Penulis menggunakan pendekatan penelitian pelaksanaan pengadaan barang/jasa (real time) untuk
Probity audit diterapkan
selama
proses
kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang menghasilkan memastikan bahwa seluruh ketentuan telah diikuti
data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan dengan benar, jujur dan penuh integritas, sehingga
perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan dapat mencegah terjadinya penyimpangan dalam
kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian proses pengadaan barang/jasa. Audit dapat dilakukan
yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau mulai dari proses identifikasi kebutuhan sampai
perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, dengan barang/jasa dimanfaatkan atau hanya
kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu beberapa tahapan terpilih dari suatu proses
dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari pengadaan barang/jasa.
sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik mengumpulkan teori yang mendasari pelaksanaan (Creswell, 1994).
probity audit. Teori tersebut diambil dari makalah- Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis
jurnal, peraturan perundang- merupakan jenis penelitian studi kasus yaitu suatu
makalah dalam
undangan, pedoman, dan penelitian terdahulu yang pendekatan kualitatif yang penelitinya mengeksplorasi
diperoleh peneliti dari perpustakaan, internet, media kehidupan nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus)
cetak dan sumber lain yang relevan. atau beragam sistem terbatas (berbagai kasus),
2. Memetakan tahapan dan kegiatan probity audit melalui kumpulan data yang detail dan mendalam
Tahapan kedua yaitu dengan melakukan yang melibatkan berbagai macam sumber informasi
pemetaan tahapan dan kegiatan dalam tahapan atau
probity audit. Dalam pedoman probity audit pengamatan, wawancara, bahan audio visual, dan
sumber informasi
majemuk
(misalnya,
pengadaan barang/jasa pemerintah tidak diatur dokumen dan berbagai laporan), dan melaporkan
secara spesifik mengenai kegiatan dalam tahapan deskripsi kasus dan tema kasus (Creswell, 2014).
probity audit. Penulis mengidentifikasi alur proses Dengan menggunakan studi kasus pada BPKP Pusat
tahapan pelaksanaan probity audit berdasarkan diharapkan penulis dapat mendapatkan gambaran
Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) dan umum yang dapat mewakili pelaksanaan probity audit
Pedoman Probity audit Pengadaan Barang/Jasa yang dilakukan oleh BPKP Pusat.
Pemerintah dan mengkonsultasikannya dengan tim Data yang digunakan dalam penelitian ini
Probity audit Pengadaan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
penyusun Pedoman
Pemerintah pada Deputi yang digunakan yaitu berupa data yang diperoleh
Barang/Jasa
Penyelenggaraan Keuangan Daerah di BPKP. Tahapan langsung dari obyek penelitian yang berupa hasil
dan kegiatan probity audit dapat dilihat pada wawancara, hasil observasi, dokumen kertas kerja,
lampiran 1.
dan lain-lain. Data sekunder yaitu data yang diperoleh
3. Melakukan pembobotan per tahapan dan kegiatan melalui survei literatur berupa studi pustaka, standar
probity audit
atau pedoman di instansi/negara lain, best practices, Setelah tahapan dan kegiatan diidentifikasi, penulis serta analisis data lain yang relevan dengan penelitian.
melakukan pembobotan pada masing-masing tahapan Dengan dukungan data tersebut penulis berharap
dan kegiatan dalam tahapan audit. Dengan melakukan dapat menyajikan gambaran proses kegiatan pada
pembobotan dapat diketahui tingkat signifikansi obyek penelitian secara memadai.
pengaruh tiap tahapan dan kegiatan terhadap keseluruhan proses probity audit. Tahapan yang
mendapatkan nilai kurang baik belum tentu Metode analisis data yang digunakan penulis
3.3. Metode Analisis Data
berpengaruh siginigfikan terhadap keseluruhan proses dalam melakukan evaluasi kesesuaian probity audit
probity audit. Kelemahan dari pembobotan semacam terhadap
ini yaitu adanya unsur subjektivitas sehingga penilaian Barang/Jasa mengadopsi instrumen penelitian yang
Pedoman Probity
audit
Pengadaan
bobot dari masing-masing tahapan dan kegiatan harus digunakan
dikonsultasikan dengan pihak yang ahli dan penelitiannya pada tahun 2014 yang berjudul
oleh Albar Wajid
Fayardi
dalam
mengetahui seluk beluk kegiatan yang diteliti. “Evaluasi Pelaksanaan Audit Investigatif pada Badan
Probity audit terdiri dari tiga tahapan utama yaitu Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Studi
(i) tahap persiapan, (ii) tahap pelaksanaan, dan (iii) Kasus: Deputi Bidang Investigasi)” yaitu dengan
tahap pelaporan. Untuk kepentingan evaluasi probity menggunakan Matrik Kumpulan Data dan Matrik
audit terhadap pedoman probity audit pengadaan Penilaian Pelaksanaan Probity audit. Dalam penelitian
barang/jasa maka dilakukan pembobotan yang tersebut penilaian meliputi tiga aspek yaitu aspek
dilakukan berdasarkan tingkat peranan tahapan dan substansi, format, dan pengarsipan. Namun dalam
kegiatan terhadap keberhasilan probity audit. Penulis penelitian ini hanya digunakan aspek substansi dan
melakukan konsultasi kepada tim penyusun pedoman pengarsipan saja karena dalam pedoman probity audit
probity audit untuk melakukan pembobotan terhadap tidak secara spesifik mewajibkan memakai format
tahapan audit maupun kegiatan dalam tahapan audit. tertentu dalam tiap tahapan auditnya.
Dengan melakukan pembobotan dapat diketahui Penulis membuat kerangka pemikiran yang
tingkat signifikansi pengaruh tiap tahapan dan menggambarkan langkah-langkah penulisan untuk
kegiatan terhadap keseluruhan proses probity audit. mengumpulkan dan menganalisis data dalam
Sehingga tahapan yang mendapatkan nilai kurang baik penelitian supaya penelitian lebih terarah dan
belum tentu berpengaruh siginigfikan terhadap mendapatkan simpulan yang berkualitas. Kerangka
keseluruhan proses probity audit. Kelemahan dari pemikiran yang disusun oleh penulis yaitu sebagai
pembobotan semacam ini yaitu adanya unsur berikut.
subjektivitas sehingga penilaian bobot dari masing-
1. Studi literatur masing tahapan dan kegiatan harus dikonsultasikan Tahapan pertama yang dilakukan penulis yaitu
dengan pihak yang ahli dan mengeahui seluk beluk studi literatur. Dalam studi literatur penulis dengan pihak yang ahli dan mengeahui seluk beluk studi literatur. Dalam studi literatur penulis
dalam pembahasan.
4. Menentukan kriteria per tahapan audit
7. Scoring per tahapan audit dalam Matrik Penilaian Langkah berikutnya penulis mengidentifikasi
Pelaksanaan Probity audit
kriteria dari masing-masing kegiatan dalam tahapan
akan membandingkan pelaksanaan probity audit yang diambil dari Pedoman
Selanjutnya penulis
kondisi tersebut dengan kriteria. Evaluasi dilakukan Probity audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
dengan melakukan scoring terhadap masing-masing Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI),
tahapan dalam pelaksanaan probity audit mulai tahap dan peraturan atau Standard Operating Procedure
persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dengan (SOP) yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan
aspek substansi dan pengawasan di BPKP. Kriteria tersebut digunakan
mempertimbangkan
dari masing-masing sebagai acuan dan digunakan sebagai perbandingan
pengarsipan/dokumentasi
tahapan tersebut. Aspek penilaian yang digunakan dengan kondisi yang sebenarnya terjadi untuk dinilai
penulis dalam melakukan evaluasi yaitu dengan kesesuaian dan ketidaksesuaiannya.
menilai
aspek
substansi dan
5. Pengumpulan data (wawancara, observasi dan pengarsipan/dokumentasi. Aspek substansi yaitu reviu dokumen)
aspek yang menilai sejauh mana kegiatan dalam Data yang dikumpulkan oleh penulis merupakan
probity audit dilaksanakan disesuaikan dengan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara,
pedoman dan standar yang berlaku. Sedangkan aspek observasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data
pengarsipan/dokumentasi yaitu penilaian untuk ini merupakan teknik triangulasi yaitu teknik
mengukur sejauh mana auditor mendokumentasikan pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
dan mengarsipkan setiap kegiatan dalam proses berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
pelaksanaan probity audit.
dilakukan menggambarkan maupun dokumentasi (Sugiyono, 2015). Wawancara
yang telah ada baik melalui wawancara, observasi
Scoring
yang
terhadap suatu kondisi dilakukan kepada Pejabat Fungsional Auditor (PFA)
penilaian
kualitatif
berdasarkan pengamatan di suatu organisasi. Teknik yang pernah melaksanakan probity audit pada kantor
scoring yang digunakan mengadopsi dari penelitian pusat BPKP di tingkat anggota tim, ketua tim,
yang dilakukan Albar Wajid Fayardi (2014) yang pengendali teknis, serta tim penyusun pedoman
menggunakan metode penilaian dari Suharsimi probity audit. Teknik wawancara yang digunakan oleh
Arikunto (2014). Kriteria penilaian aspek per kegiatan penulis yaitu dengan menggunakan pedoman
probity audit disajikan dalam tabel 1. wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan
Tabel 1 Kriteria Penilaian Aspek Per Kegiatan Probity (Arikunto, 2014). Selain itu, data dikumpulkan dari
audit
observasi terhadap probity audit yang sedang berjalan
Nilai dan reviu dokumen berupa kertas kerja yang
No
Aspek
1. Aspek Substansi
merupakan dokumentasi proses pelaksanaan kegiatan - Substansi tidak dilaksanakan probity audit. Penulis juga melakukan diskusi dengan
1 tim penyusun pedoman probity audit . Penulis tidak
- Sebagian kecil substansi terpenuhi
2 melakukan diskusi dengan tim peer review, karena
- Sebagian besar substansi terpenuhi
3 untuk probity audit pada BPKP Pusat peer review
- Seluruh substansi terpenuhi
2. Aspek pengarsipan
belum dilaksanakan karena keterbatasan sumber daya - Dokumen tidak diarsipkan BPKP yang menguasai probity audit.
1 Sumber: diolah dari Albar Wajid Fayardi (2014) dan
- Dokumen diarsipkan
6. Melakukan analisis data dalam Matrik Kumpulan
Arikunto (2014)
Data Pengolahan data dilakukan dengan memilah data
Hasil dari penilaian tersebut dituangkan dalam hasil wawancara dengan mereduksi data dari transkrip
Matrik Penilaian Pelaksanaan Probity audit yang wawancara. Reduksi data merupakan kegiatan untuk
merupakan instrumen yang digunakan penulis untuk merangkum,
melakukan penilaian terhadap tahapan dan kegiatan memfokuskan pada hal-hal penting, untuk dicari tema
probity audit. Dari instrumen tersebut penulis menilai dan polanya (Sugiyono, 2015). Data transkrip dari
prosentase capaian pelaksanaan kegiatan dengan narasumber (pengendali teknis, ketua tim, anggota
membagi jumlah nilai yang diperoleh dari penilaian tim dan tim penyusun pedoman probity audit)
pengarsipan/dokumentasi kemudian di-triangulasi-kan dengan data hasil
aspek substansi
dan
dengan nilai maksimal dari kegiatan atau tahapan observasi dan data hasil reviu dokumen untuk
dalam probity audit. Kemudian prosentase capaian dianalisis dan dicari simpulan dari masing-masing
tersebut dikalikan dengan bobot pada per masing- kegiatan yang dievaluasi. Pengolahan data dari tiga
masing tahapan dan kegiatan untuk mendapatkan skor teknik pengumpulan data berupa wawancara,
tahapan atau kegiatan.
Matriks Penilaian Pelaksanaan Probity audit dilakukan oleh BPKP pusat yaitu oleh Direktorat dapat dilihat pada lampiran 2.
Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
8. Melakukan konfirmasi dan wawancara mendalam Wilayah I dan Direktorat Pengawasan Instansi Dari hasil pengolahan data penulis mendapatkan
Pemerintah Bidang Perekonomian Lainnya pada tahun simpulan sementara hasil penelitian yang berisi
2015 dan 2016 dilakukan secara parsial atas kesesuaian dan ketidaksesuaian
keseluruhan proses pengadaan barang/jasa. Probity dievaluasi dengan
kondisi yang
audit dilaksanakan atas dasar permintaan dari auditan pengolahan data tersebut penulis mengkonfirmasi
sehingga BPKP tidak bisa menentukan pada tahapan hasil evaluasi kepada narasumber penelitian untuk
mana saja dalam proses pengadaan barang/jasa yang mendapatkan tanggapan dan menggali penyebab dari
akan dilakukan probity audit.
permasalahan yang ditemukan atas ketidaksesuaian dengan kriteria.
4.2. Evaluasi Probity audit pada BPKP Pusat dengan
9. Menyusun simpulan dan saran
Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nilai total pelaksanaan probity audit per tahapan Pembahasan yang dilakukan penulis dalam dan kegiatan akan dibandingkan dengan nilai
penelitian ini yaitu dengan melakukan evaluasi atas maksimum pada masing-masing tahapan dan kegiatan
tiga tahapan probity audit yang terdiri dari tahap untuk mendapatkan prosentase capaian kesesuaian
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan. pelaksanaan probity audit. Selanjutnya, prosentase
Evaluasi tersebut dilakukan dengan melakukan capaian kesesuaian pelaksanaan probity audit
dilakukan penilaian capaian kesesuaian pelaksanaan tersebut akan diinterpretasi menggunakan skala
kegiatan pada setiap tahapan dan kegiatan audit interval untuk menentukan tingkat capaian kesesuaian
dengan kriteria yang digunakan yaitu Pedoman Probity pelaksanaan probity audit. Skala interval ditentukan
audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Standar berdasarkan hasil diskusi dan konsultasi antara
Audit Internal Pemerintah Indonesia (SAIPI). Rincian peneliti dengan tim penyusun pedoman probity audit.
hasil evaluasi terhadap kesesuaian probity audit pada Interpretasi Capaian Kesesuaian Pelaksanaan Probity
BPKP Pusat dengan Pedoman Probity audit Pengadaan audit dapat dilihat pada tabel 2.
Barang/Jasa Pemerintah dapat dilihat pada Matrik Penilaian Evaluasi Pelaksanaan Probity audit Pada
Tabel 2 Interpretasi Capaian Kesesuaian Pelaksanaan
BPKP Pusat pada lampiran 3.
Probity audit Bedasarkan hasil evaluasi terhadap kesesuaian No
Capaian
Tingkat Pelaksanaan
probity audit dengan Pedoman Probity audit
1. 0-50
Tidak Memadai
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah yang
2. 51-70
Kurang Memadai
dilaksanakan oleh BPKP Pusat secara keseluruhan
3. 71-90
Memadai
mendapatkan nilai 0,9000 dari bobot 1,0000. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa probity audit yang Sumber: Hasil konsultasi dengan tim penyusun
4. 91-100
Sangat Memadai
dilaksanakan oleh BPKP Pusat telah dilakukan secara pedoman probity audit
“memadai” dengan capaian sebesar 90,00%. Terjadinya
terhadap pekerjaan Penarikan simpulan dilakukan dengan melakukan
penyimpangan
pengadaan barang/jasa yang diaudit yaitu karena interpretasi terhadap prosentase capaian kesesuaian
adanya penyimpangan yang dilakukan di luar sistem probity audit yang dilakukan oleh BPKP Pusat terhadap
pengadaan barang/jasa sehingga tidak terdeteksi oleh Pedoman Probity audit Pengadaan Barang/Jasa.
probity audit. Dua poin kendala dalam pelaksanaan Simpulan penelitian dida patkan dengan melihat
probity audit ini yaitu Probity audit yang dilakukan prosentase
BPKP tidak dilakukan pada keseluruhan tahapan menggambarkan tingkat kesesuaian pelaksanaan
capaian secara
keseluruhan
yang
proses pengadaan barang/jasa, dan Probity audit probity audit yang dilakukan oleh BPKP. Kemudian
tidak dapat menghilangkan korupsi pada pengadaan penulis akan memberikan saran terhadap hasil
barang/jasa terutama pada korupsi/penyimpangan di evaluasi yang kurang maksimal agar dapat menjadi
luar sistem pengadaan barang/jasa (seperti terjadinya perbaikan untuk pelaksanaan probity audit di
kolusi).
kemudian hari.
4.2.1. Evaluasi Tahap Persiapan Audit
4. HASIL PENELITIAN Tahap persiapan merupakan tahapan paling awal
4.1. Realisasi Penugasan Probity audit pada BPKP dari pelaksanaan probity audit. Tahapan persiapan Pusat
audit ini terdiri dari kegiatan permintaan audit, Realisasi
penetapan sasaran, ruang lingkup dan metodologi, dilaksanakan pada kantor pusat BPKP pada periode
alokasi sumber daya, penyusunan program kerja audit tahun 2015 sampai dengan 2016 dapat dilihat pada
dan penerbitan surat tugas. Berdasarkan hasil evaluasi lampiran 3. Dari lampiran 3 tersebut dapat dilihat
kesesuaian probity audit dengan Pedoman Probity bahwa pelaksanaan penugasan probity audit yang
audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
dilakukan secara “memadai”.
capaian sebesar 89,29%. Hasil tersebut menunjukkan
c. Alokasi sumber daya
bahwa tahap persiapan yang dilakukan oleh BPKP Alokasi sumber daya yang dilakukan oleh BPKP Pusat telah dilaksanakan secara “memadai”.
meliputi tiga sub-kegiatan yaitu pembentukan tim
a. Permintaan Audit audit, anggaran waktu dan anggaran biaya. Evaluasi Pedoman probity audit tidak mengatur secara
dari masing-masing sub kegiatan tersebut adalah spesifik mengenai probity audit yang dilakukan atas
sebagai berikut.
dasar permintaan auditan. Namun dalam pedoman
1) Pembentukan tim audit
probity audit mengatur
Dalam SAIPI diatur bahwa dalam melaksanakan digunakan dalam menentukan proyek-proyek yang
kriteria-kriteria yang
suatu penugasan audit harus dilaksanakan oleh tim dilakukan probity audit, karena tidak semua proyek
yang secara kolektif memiliki kompetensi yang pengadaan barang/jasa dilakukan probity audit.
diperlukan. Sehingga auditor yang dtugaskan harus Kriteria
pendidikan formal, mempertimbangkan
tersebut dipakai
pengetahuan, keahlian dan keterampilan, kompetensi permintaan
lain dan pengelaman sesuai dengan kebutuhan audit. memperhatikan ketersediaan sumber daya berupa
audit. Selain
Tim audit yang dibentuk dalam merencanakan anggaran dana, waktu dan auditor dalam memenuhi
penugasan probity audit sudah mempertimbangkan permintaan audit. Kegiatan penelaahan permintaan
kriteria probity auditor yang diatur dalam Pedoman audit secara substantif sudah memenuhi kriteria
Probity audit yaitu memenuhi syarat formal berupa: dalam
Berpendidikan minimal Sarjana Strata Satu (S1); didokumentasikan dengan baik dalam notulen-
pedoman probity
Memiliki Sertifikat Keahlian bidang Pengadaan notulen rapat.
Barang/Jasa; dan
Memiliki Sertifikat Jabatan Auditor. pelaksanaan probity audit terhadap standar dan
Berdasarkan hasil
evaluasi
kesesuaian
Independensi tim audit pedoman yang berlaku, kegiatan Permintaan Audit
Kontrak
kerja
(menandatangani fakta integritas). mendapatkan nilai 0,0400 dari bobot sebesar 0,0400
Syarat formal tersebut secara kolektif tim sudah dengan capaian nilai sebesar 100,00%. Capaian
terpenuhi dan didokumentasikan dengan memadai tersebut menunjukkan bahwa kegiatan Permintaan
dalam kartu penugasan (formulir KM-5). Namun Audit telah dilakukan secara “sangat memadai”.
kemampuan auditor dalam kegiatan pengadaan
b. Penetapan sasaran, ruang lingkup dan metodologi barang/jasa harus terus dilakukan updating karena Dalam kegiatan penetapan sasaran, ruang
peraturan tentang pengadaan barang/jasa terus lingkup dan metodologi yang dilakukan oleh BPKP
berubah.
secara substansi sudah memenuhi sebagian besar
evaluasi kesesuaian kriteria dalam SAIPI. Dalam penetapan sasaran ini,
Berdasarkan
hasil
pelaksanaan probity audit terhadap standar dan BPKP melibatkan pihak luar yaitu auditan sehingga
pedoman yang berlaku, kegiatan Pembentukan Tim dalam
Audit mendapatkan nilai 0,0300 dari bobot sebesar menetapkan pemahaman secara tertulis dengan
merencanakan penugasan BPKP
harus
0,0300 dengan capaian nilai sebesar 100,00%. Capaian mereka tentang tujuan, ruang lingkup, tanggung
tersebut menunjukkan bahwa kegiatan Pembentukan jawab masing-masing, dan harapan lainnya, termasuk
Tim Audit telah dilakukan secara “sangat memadai”. pembatasan distribusi hasil penugasan audit dan akses ke catatan penugasan. Pemahaman secara tertulis
2) Anggaran waktu
tersebut dituangkan dalam notulen hasil rapat antara Waktu yang dilokasikan oleh BPKP dalam BPKP dengan auditan dalam paparan mengenai objek,
melaksanakan probity audit menyesuaikan dengan ruang lingkup, dan waktu pelaksanaan proses
jadwal pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh pengadaan barang/jasa. Namun masih terdapat
auditan. Sehingga membutuhkan waktu yang panjang penugasan probity audit yang belum menentukan
jika harus melakukan probity audit untuk keseluruhan ruang lingkup audit pada tahap persiapan audit, dan
proses pengadaan barang/jasa. Akibatnya, probity belum dicantumkan dalam Surat Tugas sehingga akan
audit yang bisa dipenuhi BPKP dilakukan secara parsial membuat alokasi waktu dan dana yang direncanakan
yaitu hanya beberapa tahap dalam proses pengadaan untuk melakukan audit menjadi kurang efektif dan
barang/jasa saja.
efisien. Pembatasan ruang lingkup ini harus diungkapkan Berdasarkan
dalam persiapan audit. Namun, terdapat penugasan pelaksanaan probity audit terhadap standar dan
probity audit yang belum mengungkapkan hal ini pedoman yang berlaku, kegiatan Permintaan Audit
dalam persiapan audit. Ruang lingkup ditentukan saat mendapatkan nilai 0,0525 dari bobot sebesar 0,0700
tim audit sudah turun ke lapangan. Sehingga waktu dengan capaian nilai sebesar 75,00%. Capaian tersebut
yang dialokasikan pada persiapan audit kurang efektif. Kondisi tersebut disebabkan karena kurangnya yang dialokasikan pada persiapan audit kurang efektif. Kondisi tersebut disebabkan karena kurangnya
mengidentifikasi titik-titik krusial yang berpotensi BPKP
terjadi ketidakpatuhan terhadap peraturan terkait memberikan pemahaman kepada auditan terhadap
pengadaan barang/jasa. Program Kerja Audit (formulir pembatasan ruang lingkup tersebut. Pengalokasian
KM-6) yang disusun oleh tim audit didokumentasikan waktu audit didokumentasikan dengan memadai
dengan memadai dalam Kertas Kerja Audit dan dalam formulir KM-4.
mendapatkan persetujuan oleh pengendali teknis. Berdasarkan
evaluasi kesesuaian pelaksanaan probity audit terhadap standar dan
pelaksanaan probity audit terhadap standar dan pedoman yang berlaku, kegiatan penganggaran waktu
pedoman yang berlaku, kegiatan Penyusunan Program audit mendapatkan nilai 0,0225 dari bobot sebesar
Kerja Audit mendapatkan nilai 0,0750 dari bobot 0,0300 dengan capaian nilai sebesar 75,00%. Capaian
sebesar 0,0750 dengan capaian nilai sebesar 100,00%. tersebut menunjukkan bahwa kegiatan penganggaran
Capaian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan waktu audit telah dilakukan secara “memadai”.
Penyusunan Program Kerja Audit telah dilakukan
3) Anggaran biaya
secara “sangat memadai”.
Biaya yang dipakai
e. Penerbitan Surat Tugas
melaksanakan penugasan probity audit yaitu berasal Surat tugas yang diterbitkan BPKP mengikuti SOP dari dana BPKP sendiri yaitu dengan menggunakan slot
yang diatur di internal BPKP. Dalam mengusulkan draft anggaran non-PKPT yang merupakan slot anggaran
Surat Tugas, tim audit harus melampirkan dokumen untuk
persiapan audit seperti formulir KM-4, KM-5, KM-6 direncanakan sebelumnya dalam PKPT. Hal tersebut
dan cost sheet. Kemudian surat tugas diterbitkan oleh untuk menjaga independensi auditor BPKP dalam
pejabat yang berwenang (minimal eselon II) melaksanakan penugasan probity audit.
disesuaikan dengan tingkat jabatan pihak yang Penulis menemukan terdapat pengalokasian
meminta dilakukannya probity audit. anggaran yang belum mengidentifikasi ruang lingkup
evaluasi kesesuaian di tahap persiapan audit. Karena ruang lingkup audit
Berdasarkan
hasil
pelaksanaan probity audit terhadap standar dan belum diidentifikasi, anggaran yang dialokasikan
pedoman yang berlaku, kegiatan Penerbitan Surat hanya sebatas estimasi, padahal di lapangan anggaran
Tugas mendapatkan nilai 0,0250 dari bobot sebesar yang diajukan tidak menggambarkan kebutuhan tim.
0,0250 dengan capaian nilai sebesar 100,00%. Capaian Proses pengajuan dana audit ini didokumentasikan
tersebut menunjukkan bahwa kegiatan Penerbitan dengan memadai dalam cost sheet atau form
Surat Tugas telah dilakukan secar a “sangat memadai”. Pengajuan Surat Perjalanan Dinas. Berdasarkan
4.2.2. Evaluasi Tahap Pelaksanaan Audit
pelaksanaan probity audit terhadap standar dan Tahap pelaksanaan merupakan tahapan paling pedoman yang berlaku, kegiatan penganggaran biaya
inti dari pelaksanaan probity audit. Tahapan ini terdiri audit mendapatkan nilai 0,0225 dari bobot sebesar
dari kegiatan pembicaraan pendahuluan dengan 0,0300 dengan capaian nilai sebesar 75,00%. Capaian
auditan (entry meeting), pelaksanaan audit program tersebut menunjukkan bahwa kegiatan penganggaran
rinci dan daftar uji, penyusunan kertas kerja audit, waktu biaya t elah dilakukan secara “memadai”,
supervisi pelaksanaan audit, komunikasi hasil audit walaupun
dan tindak lanjut hasil audit. Berdasarkan hasil mengidentifikasi ruang lingkup di tahap persiapan
evaluasi kesesuaian probity audit dengan Pedoman audit.
Probity audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dilaksanakan oleh BPKP Pusat, tahap pelaksanaan
d. Penyusunan Program Kerja Audit mendapatkan nilai 0,5500 dari bobot 0,6000 dengan Program kerja audit yang disusun oleh tim audit
capaian sebesar 91,67%. Hasil tersebut menunjukkan sudah sesuai dengan apa yang diatur dalam SAIPI yaitu
bahwa tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh BPKP mencakup
Pusat telah dilaksanakan secar a “sangat memadai”. menganalisis, mengevaluasi dan mendokumentasikan
a. Pembicaraan pendahuluan dengan auditan (entry informasi selama penugasan, termasuk metodologi
meeting)
yang digunakan. Selain itu program kerja audit harus Kegiatan ini merupakan tahapan pertama yang direviu dan disetujui sebelum pelaksanaannya dan
dilakukan tim audit saat turun ke lapangan. Sesuai setiap penyesuaian harus mendapatkan persetujuan
dengan apa yang diatur dalam pedoman probity audit segera.
pengadaan barang/jasa, dalam kegiatan entry meeting Program Kerja Audit telah disusun dengan
yang dilakukan oleh tim BPKP, tim audit dan auditan mengikuti langkah-langkah atau prosedur yang sudah
saling memperkenalkan diri dan membahas mengenai ditetapkan dalam pedoman probity audit. Namun
tujuan, ruang lingkup, waktu, metodologi audit serta tidak semua prosedur yang diatur di pedoman
mekanisme pelaporan audit. Selain itu dalam entry digunakan, penggunaan prosedur audit disesuaikan
meeting juga dibahas mengenai mekanisme dan meeting juga dibahas mengenai mekanisme dan
2) Bentuk dan isi informasi harus dirancang secara berupa pelanggaran terhadap prosedur dan ketentuan
tepat sehingga sesuai dengan kondisi masing- pengadaan
masing penugasan atau jenis audit intern. didokumentasikan dalam bentuk notulen-notulen
barang/jasa.
Kegiatan
ini
Informasi harus menggambarkan catatan penting rapat.
audit intern yang Berdasarkan
mengenai
penugasan
dilaksanakan oleh auditor sesuai dengan Standar pelaksanaan probity audit terhadap standar dan
Audit dan kesimpulan auditor. Kuantitas, jenis, dan pedoman yang berlaku, kegiatan pembicaraan