Rubrik Resensi Buku pada Harian Umum Solopos: Kajian Wacana Tekstual dan Kontekstual (Edisi Bulan Januari-Maret 2011)

RUBRIK RESENSI BUKU PADA HARIAN UMUM SOLOPOS: KAJIAN WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL (EDISI BULAN JANUARI-MARET 2011) SKRIPSI

Oleh

Rizqi Nur Farida K1207029 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

commit to user

ii

RUBRIK RESENSI BUKU PADA HARIAN UMUM SOLOPOS: KAJIAN WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL (EDISI BULAN JANUARI-MARET 2011)

SKRIPSI Ditulis dan dimajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni

Oleh

Rizqi Nur Farida K1207029 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tin Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 7 Juli 2011

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd NIP 19620407 198703 1 003

NIP 19540520 198503 1 002 NIP 19540520 198503 1 002

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tin Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Disahkan pada: hari

tanggal

Tim Penguji Skripsi Nama Terang

tanda tangan

Ketua

: Dr. Andayani, M.Pd

Sekretaris : Atikah Anindyarini, S.S, M.Hum

Anggota I

: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd

Anggota II

: Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd

Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001 Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001

commit to user

ABSTRAK

Rizqi Nur Farida. RUBRIK RESENSI BUKU PADA HARIAN UMUM

SOLOPOS: KAJIAN WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL

(EDISI BULAN JANUARI-MARET 2011), Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan dan menjelaskan pola aspek tekstual rubrik resensi buku yang dimuat pada harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011, (2) mendeskripsikan dan menjelaskan pola aspek kontekstual rubrik resensi buku yang dimuat pada harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011, dan (3) mendeskripsikan dan menjelaskan realisasi fungsi wacana yang disampaikan dalam rubrik resensi buku yang dimuat pada harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen dan narasumber Sumber dokumen yang digunakan, yaitu resensi-resensi yang dimuat dalam harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011. Selanjutnya narasumber atau informan yakni kepala bagian pusat dokumentasi, guru, dan siswa. Sampel dokumen diambil dengan menggunakan Time Sampling, yakni mulai bulan Januari sampai Maret 2011. Sedangkan pemilihan informan diambil dengan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis dokumen dan wawancara mendalam. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi sumber dan teori. Teknik analisis datanya menggunakan model analisis mengalir atau flow model of analysis ..

Hasil akhir yang diperoleh berdasarkan analisis penulis adalah (1) aspek- aspek yang membangun keutuhan WRB meliputi aspek gramatikal (referensi, substitusi, elipsi, dan konjungsi), aspek leksikal (repetisi, sinonim, dan antonim), serta aspek situasi dan sosial teks WRB. (2) aspek-aspek kontekstual yang terdapat pada WRB meliputi konteks sosial-kultural yang menjadi dasar pemahaman makna wacana dan aspek dari segi konteks situasi sebagai pembatas atau penjelas makna wacana secara komprehensif. Konteks situasi ini meliputi konteks fisik, epistemis, dan konteks sosial yang dipertimbangkan dari berbagai segi penafsiran (personal, temporal, dan analogi). (3) WRB melaksanakan fungsi transaksional bahasa, karena yang dipentingkan adalah ‘isi’ komunikasi dalam wacana tersebut. Lebih jelasnya, wujud realisasi fungsi wacana terdiri dari fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi representasi, fungsi personal, dan fungsi imajinatif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. ( QS Al-Mujadilah:11)

Qayyidul ‘ilma bil khitabah, ikatlah ilmu dengan menuliskannya. (pepatah Arab)

Lebih baik pernah merasakan kegagalan dan kecewa daripada tidak pernah merasakannya sama sekali, jangan hitung berapa kali kita jatuh, tapi hitunglah berapa kali kita bangkit . (penulis)

Man jadda wa jada, man shabara zhafira. (pepatah Arab)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibu Suwarti dan Bapak Samiran, orang tuaku tersayang, yang tak pernah lelah berkeringat dan berdoa untuk putra-putrinya.

2. Dua bodyguardku tersayang; mas Azis dan dik Raffli.

3. Keluarga kecilku, mbak Yayah, mbak Bekti & mas Rindra.

4. Sahabat-sahabatku tersayang yang tak pernah ragu meminjamkan bahunya untukku, KEJORA (Ifah, Lilik, Rini, dan Puji)

5. Semua keluarga dan sahabat yang selalu mendoakan dan membantuku dalam segala hal

6. Biru langit Cinta-Nya 6. Biru langit Cinta-Nya

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Puji serta syukur penulis panjatka ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat pencapaian gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak kendala yang penulis hadapi, namun seiring berlalunya waktu serta usaha yang tidak kenal lelah, kendala yang muncul dapat teratasi. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terimakasih sebesar- besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah memberikan persetujuan skripsi;

3. Dr. Andayani, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

4. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., selaku pembimbing I dan Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar;

5. Dra. Raheni Suhita, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS; 5. Dra. Raheni Suhita, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS;

commit to user

ix

6. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS yang secara tuluss memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;

7. Redaktur dan PT Solopos terima kasih atas waktu dan bantuannya dalam memperoleh data penelitian;

8. Keluarga yang senantiasa mendoakan, memberi dorongan, dan bimbingan kepada penulis;

9. Rekan-rekan Bastind ’07 dan keluarga besar SKI FKIP UNS;

10. Berbagai pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutka satu per satu.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari betul bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Pengelompokkan Deskripsi Data Penelitian Wacana Resensi Buku di Solopos ........................................................................... 64

2. Jenis dan Bentuk Pemarkah Gramatikal pada Analisis Wacana Rubrik Resensi Buku di Solopos................................................................ 100

3. Jenis dan Bentuk Pemarkah Leksikal pada Analisis Wacana Rubrik Resensi Buku di Solopos................................................................ 112

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Resensi Buku Solopos edisi Januari-Maret 2011.................................................................................... 144

2. Data Hasil Wawancara................................................................................ 149

3. Surat Keputusan Dekan FKIP..................................................................... 158

4. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi.................................................. 159

5. Surat Permohonan Izin Research.................................................................160

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana utama untuk memenuhi kebutuhan, salah satu fungsi utama bahasa adalah sebagai sarana komunikasi. Setiap orang bahkan setiap masyarakat selalu terlibat dalam aktivitas komunikasi, baik secara aktif maupun pasif dan baik dalam komunikasi lisan maupun komunikasi tulis. Secara garis besar sarana komunikasi verbal dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni sarana komunikasi berupa bahasa lisan dan sarana komunikasi bahasa tulis.

Salah satu sarana komunikasi bahasa tulis yang perkembangannya cukup pesat dewasa ini yaitu media massa atau surat kabar yang sekaligus menjadi salah satu bentuk sarana manusia dalam mengungkapkan gagasan dan pengetahuannya yang berupa informasi. Media massa merupakan salah satu jenis wadah komunikasi tidak langsung yang diperlukan untuk menjangkau masyarakat yang kompleks dan luas, yang tidak memungkinkan dilakukan komunikasi langsung antara penutur dan petutur. Media massa sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Sebagai salah satu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik (Sobur, 2009:30- 31). Melalui media massa, informasi dan gagasan dapat didistribusikan secara efektif dan meluas kepada masyarakat. Melalui media massa pula masyarakat dapat berkomunikasi secara “bebas” dan dapat berperan pasif maupun aktif,

sehingga mereka mampu menciptakan wacana-wacana dengan berbagai bentuk, sifat, dan tujuan yang siap dikonsumsi oleh masyarakat secara luas.

Salah satu produk media komunikasi massa cetak yang menggunakan bahasa sebagai pengungkap pesan yang disampaikan serta digunakan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan hiburan adalah resensi buku dalam surat kabar. Bahasa dalam resensi buku termasuk dalam ragam tulis yang berupa wacana. Ragam bahasa tersebut mengandung daya informatif dan persuasif yang mengharuskan penulisnya memilih kata-kata yang dimengerti oleh pembaca Salah satu produk media komunikasi massa cetak yang menggunakan bahasa sebagai pengungkap pesan yang disampaikan serta digunakan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan hiburan adalah resensi buku dalam surat kabar. Bahasa dalam resensi buku termasuk dalam ragam tulis yang berupa wacana. Ragam bahasa tersebut mengandung daya informatif dan persuasif yang mengharuskan penulisnya memilih kata-kata yang dimengerti oleh pembaca

commit to user

secara umum. Wujud uraian dalam resensi termasuk sebuah wacana karena di dalamnya terdiri dari kumpulan atau rentetan kalimat yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan (Alwi, 1993:471).

Selain itu, berdasarkan ulasan atau pembicaraan yang diutarakan, resensi buku termasuk jenis wacana berita provokatif yang sifatnya menginformasikan sekaligus membujuk serta bersifat monolog. Setiap wacana dalam wadah media apapun selalu memiliki kekhasan, baik dari sudut pandang linguistik maupun nonlinguistik. Demikian juga wacana resensi buku yang memiliki kekhasan dalam pengungkapan bahasa yang bersifat persuasif dengan berbagai manfaat yang terkandung di dalamnya.

Melalui wacana resensi buku pembaca dapat mengetahui identitas buku, ringkasan atau sinopsis buku tersebut. Selain itu pembaca juga akan mendapat informasi tentang ulasan isi buku yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pembaca dalam memutuskan perlu dan harus memiliki dan membaca buku tersebut atau tidak. Resensi buku juga dapat digunakan sebagai upaya memperkenalkan buku dan promosi kepada masyarakat secara luas yang belum mengetahui terbitnya buku tersebut. Diharapkan setelah membaca resensi buku tersebut pembaca tergerak hatinya untuk membaca dan memiliki buku tersebut.

Wacana resensi buku merupakan salah satu bentuk wacana persuasif yang di dalamnya terdapat komunikasi lengkap karena mempunyai unsur-unsur pengirim, penerima, dan pesan yang diikat oleh tujuan tertentu. Judul resensi yang dibuat berbeda dari judul buku, sampul halaman buku, dan teks ulasan buku disuguhkan sebagai sarana untuk memberikan kesan kepada pembaca. Bahasa wacana resensi buku juga bisa dipakai oleh script writer untuk mengekspresikan gagasan atau juga sebagai sarana persuasif.

Wacana resensi buku berusaha menampilkan bahwa komunikasi persuasif yang dituangkan dalam wacana bertujuan untuk mengubah perilaku, keyakinan, dan sikap. Namun seolah-olah semua perubahan tersebut bukan kehendak komunikator (script writer atau penulis naskah), akan tetapi atas kehendak Wacana resensi buku berusaha menampilkan bahwa komunikasi persuasif yang dituangkan dalam wacana bertujuan untuk mengubah perilaku, keyakinan, dan sikap. Namun seolah-olah semua perubahan tersebut bukan kehendak komunikator (script writer atau penulis naskah), akan tetapi atas kehendak

commit to user

komunikan atau pembaca sendiri. Dengan kata lain wacana resensi buku adalah suatu kepaduan, bukan merupakan suatu bagian karena ia diikat oleh suprastruktur bahasa yang unsurnya meliputi pengirim, penerima,dan pesan itu sendiri. Wacana resensi buku memusatkan diri pada situasi ujar yang berorientasi tujuan dan di dalam situasi tersebut penutur (penulis naskah) berusaha mengomunikasikan sebuah buku kepada pembaca, dengan tujuan agar pembaca tertarik dengan buku tersebut. Lebih jelasnya penulis naskah dalam wacana resensi buku bertujuan memberi efek tertentu pada pikiran pembaca untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara membuat pembaca mengetahui tuturannya agar tercapai efek persuasif dari wacana resensi buku.

Berdasarkan maksud dan tujuannya, wacana resensi buku yang berisi ulasan yang terbentuk dari rentetan kalimat yang membentuk kesatuan dalam bentuk paragraf tersebut lebih mudah dipahami, bersifat ringan dan dengan pilihan kata yang tepat. Dengan begitu diharapkan dapat membuat pembaca lebih mudah dalam menangkap pesan dan informasi yang disampaikan. Di dalam ulasan mengenai buku tersebut penulis naskah diartikan sebagai seseorang yang mengartikulasikan ujarannya dengan maksud untuk mengomunikasikan sesuatu kepada pembaca dan berharap lawan tuturnya dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan itu.

Berpijak dari uraian di atas dan mengingat bahwa wacana merupakan salah satu unsur kebahasaan yang paling tinggi maka kajian tentang wacana menjadi wajib dalam proses pembelajaran bahasa. Tujuannya, tidak lain adalah untuk membekali pemakai bahasa agar dapat memahami dan memakai bahasa dengan baik dan benar dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.

Kajian wacana berkaitan dengan pemahaman tentang tindakan manusia yang dilakukan dengan bahasa maupun tanpa bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa untuk memahami wacana dengan tepat diperlukan bekal pengetahuan kebahasaan, dan bukan kebahasaan. Pernyataan ini mengisyaratkan betapa luas ruang lingkup yang harus ditelusuri dalam kajian wacana. Jadi, banyak pengetahuan yang harus dipersiapkan pembelajar bahasa untuk mengkaji wacana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pijakan dari analisis wacana adalah melihat berfungsinya suatu bahasa sebagaimana ia diterapkan dalam proses komunikasi interaktif. Dengan demikian, orientasi teks tidak lagi dimaknai sebagai hal yang objektif, tetapi sepenuhnya bergantung kepada orientasi para pengguna bahasa. Mengedepankan analisis wacana sama artinya dengan membongkar proses pengungkapan dan perilaku dalam konteks yang sesungguhnya, atau menelaah bagaimana totalitas realitas direpresentasikan oleh teks atau pesan (tertulis maupun tidak tertulis).

Analisis wacana yang hendak penulis lakukan tidak berhenti pada aspek tekstual saja, tetapi juga pada konteks dan proses produksi serta konsumsi dari suatu teks. Studi mengenai hal ini memasukkan konteks karena bahasa selalu berada dalam konteks, tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, dan situasi. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Eriyanto dalam Sobur (2009:56,72) yang menyatakan bahwa wacana tidak hanya dari aspek kebahasaannya saja, tetapi juga bagaimana bahasa itu diproduksi dan ideologi di baliknya. Memandang bahasa semacam ini berarti meletakkan bahasa sebagai bentuk praktik sosial. Selanjutnya berdasarkan statusnya sebagai bahan penelitian yang bersifat linguistik, berbentuk discourse (wacana), serta didasari oleh sisi kemenarikan pesan dan cara penyampaiannya, maka wacana resensi buku adalah gejala kebahasaan yang harus diuraikan secara jelas dan komprehensif.

Paragraf yang membangun wacana resensi buku memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya dan keterkaitan tersebut membawa konsekuensi terjadinya hubungan bentuk dan makna antarkalimat dan atau antarparagraf yang dikembangkan dan dijelaskan oleh kalimat atau paragraf yang lainnya secara kohesif dan koheren. Pola dan sifat kohesif berkaitan dengan hubungan bentuk secara struktural, sedangkan pola koheren berkaitan dengan isi atau makna secara semantis. Sistem hubungan kohesi dan koherensi dalam wacana resensi buku inilah yang penting diuraikan.

Aspek-aspek keutuhan atau aspek-aspek yang mempertalikan kalimat- kalimat dalam wacana resensi buku perlu dilukiskan secara jelas. Uraian yang lebih jelas mendalam akan ditekankan pada peran aspek-aspek tersebut dalam mempersatukan bagian-bagian secara utuh dan bertalian, sehingga wacana Aspek-aspek keutuhan atau aspek-aspek yang mempertalikan kalimat- kalimat dalam wacana resensi buku perlu dilukiskan secara jelas. Uraian yang lebih jelas mendalam akan ditekankan pada peran aspek-aspek tersebut dalam mempersatukan bagian-bagian secara utuh dan bertalian, sehingga wacana

commit to user

tersebut mudah dimengerti dan dipahami pembaca. Melalui kajian tentang masalah ini, pada akhirnya diharapkan akan diperoleh penjelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan wacana resensi buku, meliputi struktur, kohesi, koherensi, serta konteks yang menyertainya.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tergerak untuk melakukan penelitian mengenai analisis wacana rubrik resensi yang terdapat dalam media massa cetak atau surat kabar. Media massa yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah media massa cetak atau surat kabar harian umum Solopos. Selain karena dalam media massa tersebut tersedia rubrik resensi buku yang di setiap dua minggunya, wacana resensi buku sendiri termasuk jarang ditemui di surat kabar yang lain. Alasan selanjutnya memilih harian umum Solopos karena media massa ini cukup familiar di kalangan masyarakat Surakarta dan sekitarnya. Di setiap dua minggunya harian ini memuat satu resensi yang disajikan redaktur dengan beragam jenis buku. Selanjutnya dengan alasan efisiensi waktu penulis membatasi jumlah data yakni resensi buku yang terbit pada bulan Januari-Maret 2011.

Berdasarkan latar belakang di atas maka sangatlah beralasan bagi peneliti untuk meneliti resensi yang dimuat dalam harian umum Solopos, maka judul penelitian ini adalah RUBRIK RESENSI PADA HARIAN UMUM

SOLOPOS: KAJIAN WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL (Edisi Bulan Januari-Maret 2011)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aspek tekstual rubrik resensi buku yang dimuat pada harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011?

2. Bagaimanakah aspek kontekstual rubrik resensi buku yang dimuat pada harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011?

3. Bagaimanakah realisasi fungsi wacana yang disampaikan dalam rubrik resensi buku yang dimuat pada harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011? 3. Bagaimanakah realisasi fungsi wacana yang disampaikan dalam rubrik resensi buku yang dimuat pada harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011?

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis sampaikan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dri penelitian ini dalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan:

1. pola aspek tekstual rubrik resensi buku yang dimuat pada harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011.

2. pola aspek kontekstual rubrik resensi buku yang dimuat pada harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011.

3. realisasi fungsi wacana yang disampaikan dalam rubrik resensi buku yang dimuat pada harian umum Solopos edisi Januari-Maret 2011?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat teoretis

a. Memperkaya ilmu pengetahuan terutama dalam bidang keterampilan berbahasa khususnya analisis wacana.

b. Memperkaya ilmu pengetahuan terutama dalam bidang keterampilan berbahasa khususnya resensi buku.

c. Memperkaya kajian tentang resensi buku yang terdapat dalam media massa atau surat kabar.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pembaca Dari hasil penelitian ini diharapkan pembaca dapat memahami struktur, pola tektual dan kontekstual sebuah resensi sehingga dapat lebih bisa memahami sebuah teks.

b. Bagi pemerhati bahasa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan khazanah baru bagi para pemerhati bahasa dalam kajian wacana dalam surat kabar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan guru dalam memanfaatkan media dan menentukan materi ajar yang tepat dalam pembelajaran resensi buku

d. Bagi siswa Siswa dapat memanfaatkan media massa cetak untuk menimba ilmu pengetahuan mengenai resensi buku dengan membaca resensi-resensi yang dimuat dalam surat kabar.

e. Bagi penerbit media massa Dari hasil penelitian ini diharapkan redaksi media massa yang bersangkutan meningkatkan kualitas resensi buku yang dimuat dalam medianya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Resensi

Kata resensi berasal dari bahasa Belanda, yaitu rescensie. Dari bahasa Inggris menyebutnya review, sedangkan dalam bahasa Latin menyebutnya redevire atau recensere yang artinya „melihat kembali, menimbang, atau menilai. Rohmadi (2008:16) berpendapat, bahwa dalam pemakaian bahasa Indonesia, resensi merupakan timbangan sebuah buku, pembicaraan buku. Tindakan meresensi buku dapat berarti memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi buku, membahas atau mengkritik buku

Dalam KBBI resensi mempunyai pengertian 1) pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; 2) ulasan. Lebih lanjut Keraf (1984:274) menjelaskan bahawa resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada pembaca apakah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan Widyamartaya (2004:85) yang mengatakan bahwa resensi termasuk kegiatan mengapresiasi karya sastra atau tulis, sama seperti kritik, ulasan umum, dan ulasan khusus. Hanya saja kegiatan resensi menitikberatkan pada tujuan untuk membantu calon pembaca dalam menyikapi suatu karya sastra atau tulis.

Sementara itu, Suherli (2001:21) berpendapat bahwa resensi disrtikan sebagai suatu tulisan yang memberikan penilaian terhadap suatu karya buku (fiksi dan nonfiksi), pementasan film, atau musik dengan mengungkapkan segi keunggulan dan kelemahan secara objekstif. Keraf mengemukakan bahwa bagi seorang penulis pertimbangan buku bertolak dari tujuan untuk membantu para pembaca dalam menentukan perlu tidaknya menikmati suatu hasil karya seni. (1984:274). Lebih lanjut, Widyamartaya berpendapat bahwa penulis resensi melakukan interpretasi atas isi buku suatu hasil karya yang dibacanya setelah menganalisisnya menurut berbagai sudut pandang atau pengalaman.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selain itu, dalam menulis resensi penulis berusaha menyesuaikan dengan selera pembaca, maka bukan menjadi suatu hal yang aneh jika resensi yang dipublikasikan oleh sebuah majalah mungkin tidak sama dengan yang dipublikasikan oleh majalah lain. Lebih jauh juga disebutkan bahwa pertimbangan-pertimbangan buku yang ditulis harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan para pembacanya (Keraf, 1984:274).

Adapun tujuan dituliskannya sebuah resensi menurut Rohmadi (2008:16) yakni untuk (1) memberikan informasi yang komprehensif dalam sebuah buku, (2) mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan permasalahan yang muncul dalam sebuah buku, (3) memberikan pertimbangan kepada pembaca tentang pantas atau tidaknya sebuah buku dibaca, (4) menjawab pertanyaan tentang siapa penulisnya, mengapa ia menulis, dan bagaimana hubungan buku-buku sejenisnya, dan (5) untuk segolongan pembaca resensi yang membaca agar mendapat timbangan memilih buku. Masih dari sumber yang sama dijelaskan bahwa bidang garapan resensi dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) buku (baik fiksi maupun nonfiksi); (b) pementasan seni, seperti film, sinetron, tari, drama,musik,dll; (c) pameran seni seperi seni lukis dan seni patung.

Rohmadi (2008:17-18) juga menyebutkan bahwa dalam meresensi sebuah buku hendaknya memperhatikan unsur-unsur berikut ini:

1) Membuat judul

2) Menyusun data buku, meliputi judul buku, pengarang dan penerjemah (jika buku terjemahan), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.

3) Membuat pembukuan dengan cara, yang pertama yakni memperkenalkan pengarangnya kemudian membandingkan dengan buku sejenis. Setelah itu selanjtnya memaparkan sosok pengarang yang dilanjutkan dengan merumuskan tema buku, memperkenalkan penerbit, dan yang terakhir membuka dialog.

4) Tubuh dan isi resensi, yang meliputi sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangkan buk, tinjauan buku, dan adanya kesalahan cetak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5) Penutup resensi Resensi merupakan suatu bentuk tulisan yang berisi tinjauan terhadap kualitas suatu buku. Resensi ditulis untuk menarik minat baca masyarakat agar mereka membaca buku yang dikupas. Unsur persuasif sering ditonjolkan dalam resensi. Unsur ini merupakan cara penulis mendorong timbulnya keinginan para pembaca terhadap buku tersebut. Selain itu, meresensi berfungsi sebagai pengantar apresiai yang dapat menjadi pemandu bagi pembaca dalam menikmati sebuah buku. Berikut langkah-langkah dalam menyusun resensi yang diungkapkan Rohmadi (2008:18-19):

1) Mengenali buku yang akan diresensi Langkah yang pertama dimulai dari menentukan tema buku yang akan diresensi, disertai deskripsi isi buku. Selanjutnya mengenali penerbit buku, dimana diterbitkan, dan tebal (jumlah bab dan halaman). Setelah itu dilihat siapa pengarangnya, nama, latar belakang pendidikan reputasi dan prestasi, buku atau karya lain yang pernah dihasilkan dan alas an penulis menulis buku yang diresensi, dan yang terakhir memilah buku termasuk golongan buku: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, bahasa, atau sastra.

2) Membaca buku yang akan diresensi secara cermat dan teliti.

3) Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan

menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.

4) Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.

5) Menentukan sikap dan menilai hal-hal berikut: Langkah yang pertama yakni mengenai organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antara sistematika, dan bagaimana dinamikanya. Selanjutnya mengenai isi pernyataan; bagaiman bobot ide, analisis, penyajian data, dan kreativitas pemikiran, dan terakhir mengenai bahasa; bagaimana penerapan EYD, kutipan, dan kesalahan cetak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Hakikat Wacana

a. Pengertian Wacana

Definisi wacana yang dikemukakan para ahli bahasa sampai saat ini masih beragam. Terdapat perbedaan antara pendapat satu dan yang lain dalam memaparkan wacana. Istilah wacana (discourse) yang berasal dari bahasa Latin, discursus (lari ke sana kemari atau lari bolak-balik), digunakan baik dalam arti terbatas maupun luas. Rahardjo, 2010, secara terbatas mengungkapkan, istilah tersebut menunjuk pada aturan-aturan dan kebiasaan- kebiasaan yang mendasari penggunaan bahasa baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Secara lebih luas, istilah wacana menunjuk pada bahasa dalam tindakan serta pola-pola yang menjadi ciri jenis-jenis bahasa dalam tindakan.

Sementara itu, Mirhosseini mengungkapkan bahwa wacana adalah aspek representasional teks. Selanjutnya dijelaskan wacana tidak hanya mewakili dunia sebagaimana adanya, mereka juga proyektif, merupakan kemungkinan dunia yang berbeda dari dunia nyata, dan terikat ke proyek- proyek untuk mengubah dunia dalam arah tertentu (Mirhosseini, 2006:2). Suyitno (2000:37) menyebutkan ciri-ciri wacana dengan menjelaskan bahwa wacana merupakan komunikasi pikiran yang teratur, terurai, dan memiliki relasi semantik antara kata/kalimat satu dengan yang lain.

Wacana sebagai istilah dalam bidang analisis adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa (Sobur, 2009:92). Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Lebih lanjut dalam sumber lain Harimurti dalam Sumarlam berpendapat bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Sumarlam, 2010:5). Tampak dalam definisi tersebut, hal yang terpenting di dalam wacana menurut Harimurti adalah keutuhan atau kelengkapan maknanya. Adapun Wacana sebagai istilah dalam bidang analisis adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa (Sobur, 2009:92). Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Lebih lanjut dalam sumber lain Harimurti dalam Sumarlam berpendapat bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Sumarlam, 2010:5). Tampak dalam definisi tersebut, hal yang terpenting di dalam wacana menurut Harimurti adalah keutuhan atau kelengkapan maknanya. Adapun

commit to user

bentuk konkretnya dapat berupa apa saja, yang penting makna, isi, dan amanatnya lengkap.

Selain itu, Mulyana (2005:1) juga mengatakan bahwa unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan lengkap adalah wacana. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang cukup banyak. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan unsur kebahasaan yang kompleks dan lengkap atau satuan kebahasaan yang tinggi, selain itu juga dapat dikatakan sebagai unsur bahasa yang bersifat pragmatis.

David Crystal dalam Sumarlam (2010:7) menyatakan bahwa analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana ditemukan pada wacana-wacana seperti perkacapan, wawancara, komentar, dan pidato. Pendapat tersebut cenderung menganggap wacana sebagai ungkapan lisan atau dilisankan. Pendapat tersebut sedikit berbeda dengan yang dikemukakan oleh Brown dan Yule yang menyatakan bahwa wacana terealisasikan sebagai teks, dan karenanya kata teks dipakai untuk menyebut istilah teknis yang mengacu pada rekaman verbal tindak komunikasi. Teks juga dapat dikatakan sebagai representasi yang relatif lengkap dari suatu wacana (Wijana, 1996:9).

Hal tersebut berbeda dengan pendapat yang diungkapkan Samsuri dalam Sumarlam (2010:8) yang sama menyatakan bahwa wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan. Wacana mungkin bersifat transaksional jika yang dipentingkan ialah isi komunikasi itu, tetapi mungkin bersifat interaksional jika merupakan komunikasi timbal balik.

Sementara Soenjono Dardjowidjojo dalam Sumarlam (2010:10) memberikan pengertian wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan yang Sementara Soenjono Dardjowidjojo dalam Sumarlam (2010:10) memberikan pengertian wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan yang

commit to user

menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain membentuk satu kesatuan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisi suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat dan lazim disebut wacana. Unit yang dimaksud dapat berupa paragraf, teks bacaan, undangan, percakapan dan lain- lain. Analisis wacana berusaha mencapai makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan atau oleh penulis dalam wacana tulisan. Analisis wacana banyak menggunakan pola sosiolinguistik, suatu cabang ilmu bahasa yang menelaah bahasa di dalam masyarakat.

Berdasar dari pengertian di atas tampak bahwa unsur pembentuk wacana berupa suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat, baik lisan maupun tulisan seperti paragraf, teks bacaan, undangan, percakapan, dan cerpen. Karena analisis wacana menggunakan pola-pola sosisolinguistik maka secara tidak langsung pemahaman makna juga melibatkan konteks dan situasi untuk sampai pada makna yang sama atau paling tidak mendekati makna yang dimaksud oleh pembicara atau penulis. Selanjutnya dengan berdasar pertimbangan segi-segi perbedaan dan persamaan yang terdapat pada beberapa pendapat di atas, maka secara ringkas pengertian wacana dapat dirumuskan sebagai berikut. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan atau secara tertulis yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait, dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu. Secara singkat, hakikat wacana ialah satuan bahasa yang lebih luas daripada kalimat, mengandung amanat lengkap dan utuh serta memiliki aspek pengutuh wacana yang bersifat kontekstual.

b. Jenis-jenis Wacana

Sumarlam mengemukakan, jenis wacana dapat diklasifikasikan menjadi berbagai bentuk menurut dasar pengklasifikasiannya. Misalnya berdasarkan bahasanya, media yang dipakai untuk mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan tujuan pemaparannya (Sumarlam, et. al, 2010:15). Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk Sumarlam mengemukakan, jenis wacana dapat diklasifikasikan menjadi berbagai bentuk menurut dasar pengklasifikasiannya. Misalnya berdasarkan bahasanya, media yang dipakai untuk mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan tujuan pemaparannya (Sumarlam, et. al, 2010:15). Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk

commit to user

mengungkapkannya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi: 1) wacana bahasa nasional (Indonesia), 2) wacana bahasa lokal atau daerah, 3) wacana bahasa internasional, 4) wacana bahasa lainnya

Wacana bahasa Indonesia adalah wacana yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarananya; wacana bahasa Jawa adalah wacana yang diungkapkan dengan menggunakan sarana bahasa Jawa; wacana bahasa Inggris merupakan wacana yang dinyatakan dengan bahasa Inggris, dan seterusnya. Apabila dilihat dari ragam bahasa Indonesia ragam baku dan wacana bahasa Indonesia takbaku; wacana bahasa Jawa dapat terdiri atas bahasa Jawa ragam ngoko (ragam bahasa Jawa yang kurang halus, ragam rendah), krama (ragam bahasa Jawa halus, ragam tinggi),dan campuran antara kedua ragam tersebut.

Berdasarkan media yang digunakan maka wacana dapat dibedakan atas wacana tulis, dan wacana lisan. Wacana tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui media tulis. Untuk dapat menerima atau memahami wacana tulis maka sang penerima atau pesapa harus membacanya. Di dalam wacana tulis terjadi komunikasi secara tidak langsung antara penulis dan pembaca. Sementara itu, wacana lisan berarti wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan. Untuk dapat menerima atau memahami wacana lisan maka sang penerima atau pesapa harus menyimak atau mendengarkannya. Di dalam wacana lisan terjadi komunikasi secara langsung antara pembicara dengan pendengar.

Dalam pendapat yang sama Kushartanti (2009:94), menyatakan jenis wacana tersebut dengan istilah wacana berdasar saluran komunikasi. Djajasudarma memberikan penjelasan yang mendalam pada kedua jenis wacana ini, yaitu:

1) Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya berupa:

a) Sebuah percakapan atau dialog yang lengkap dari awal sampai akhir.

b) Satu penggalan ikatan percakapan (rangkaian percakapan yang lengkap)

2) Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud antara lain: 2) Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud antara lain:

commit to user

a) Sebuah teks/bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea

yang mengungkapkan sesuatu secara beruntun dan utuh.

b) Sebuah alinea, merupakan wacana, apabila teks hanya terdiri atas sebuah alinea,dapat dianggap sebagai satu kesatuan misi korelasi dan situasi yang utuh.

c) Sebuah wacana (khusus bahasa Indonesia) mungkin dapat dibentuk oleh sebuah kalimat majemuk dengan subordinasi dan koordinasi atau sistem ellipsis. Berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya wacana dapat dibedakan

menjadi wacana monolog dan dialog. Wacana monolog artinya wacana yang disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara langsung. Wacana monolog bersifat searah dan termasuk komunikasi tidak interaktif. Contoh jenis wacana ini ialah orasi ilmiah, penyampaian visi dan misi, khotbah, dan sebagainya. Sedang wacana dialog, yaitu wacana atau percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung. Wacana dialog ini bersifat dua arah dan masing-masing partisipan secara aktif ikut berperan di dalam komunikasi tersebut sehingga disebut komunikasi interaktif. Pemakaian bahasa dalam peristiwa diskusi, seminar, musyawarah, dan kampanye dialogis merupakan contoh jenis wacana ini.

Berdasarkan bentuknya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yakni wacana prosa, puisi, dan drama. Wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa yang dapat berupa wacana tulis atau lisan. Contoh wacana prosa tulis misalnya cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), novel, artikel, dan undang-undang; sedangkan contoh prosa wacana lisan misalnya pidato, khotbah, dan kuliah. Wacana puisi ialah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi (Jawa:geguritan). Seeperti halnya wacana prosa, wacana puisi juga dapat berupa wacana tulis dan lisan. Puisi dan syair adalah contoh jenis wacana puisi tulis, sedangkan puitisasi atau puisi yang dideklamasikan dan lagu-lagu merupakan jenis wacana puisi lisan. Sedangkan yang dimaksud wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik berupa wacana tulis maupun Berdasarkan bentuknya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yakni wacana prosa, puisi, dan drama. Wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa yang dapat berupa wacana tulis atau lisan. Contoh wacana prosa tulis misalnya cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), novel, artikel, dan undang-undang; sedangkan contoh prosa wacana lisan misalnya pidato, khotbah, dan kuliah. Wacana puisi ialah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi (Jawa:geguritan). Seeperti halnya wacana prosa, wacana puisi juga dapat berupa wacana tulis dan lisan. Puisi dan syair adalah contoh jenis wacana puisi tulis, sedangkan puitisasi atau puisi yang dideklamasikan dan lagu-lagu merupakan jenis wacana puisi lisan. Sedangkan yang dimaksud wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik berupa wacana tulis maupun

commit to user

wacana lisan. Bentuk wacana drama tulis terdapat pada naskah sandiwara, sedangkan bentuk wacana drama lisan terdapat pada pemakaian bahasa dalam peristiwa pementasan drama, yakni percakapan antarpelaku dalam drama tersebut.

Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya, wacana diklasifikasikan menjadi lima macam, yaitu wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Wacana narasi atau wacana penceritaan disebut juga wacana penuturan yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi ini berorientasi pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis. Jenis wacana ini pada umumnya terdapat pada berbagai fiksi. Sedangkan wacana deskripsi yaitu wacana yang bertujuan melukiskan atau menggambarkan sesuatu menurut apa adanya. Selanjutnya wacana eksposisi yaitu wacana pembeberan, wacana yang tidak mementingkan waktu dan pelaku namun berorientasi pada pokok pembicaraan dan bagian-bagiannya diikat secara logis. Kemudian wacana argumentasi yang merupakan wacana berisi ide atau gagasan yang dilengkapi dengan data-data sebagai bukti, bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran ide atau gagasannya. Dan yang terakhir wacana persuasi yakni wacana yang isinya bersifat ajakan atau nasihat, biasanya ringkas dan menarik, bertujuan memengaruhi secara kuat pada pembaca atau pendengar agar melakukan nasihat atau ajakan tersebut.

Berpijak dari pendapat yang disampaikan oleh Sumarlam sebelumnya Mulyana memiliki pendapat yang sedikit berbeda. Wacana setidaknya dapat dipilah atas dasar beberapa segi, yaitu bentuk, media penyampaiannya, jumlah penutur, sifat, isi serta gaya, dan tujuannya (Mulyana, 2005:47-66). Pemilahan atas dasar segi lain jelas masih sangat terbuka. Itu artinya, wacana akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan pemakaiannya di dalam masyarakat bahasa. Berdasarkan bentuknya wacana dapat dipilah menjadi wacana naratif (menceritakan suatu kisah), wacana prosedural (memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan), wacana ekspositori (menjelaskan sesuatu secara informatif), Berpijak dari pendapat yang disampaikan oleh Sumarlam sebelumnya Mulyana memiliki pendapat yang sedikit berbeda. Wacana setidaknya dapat dipilah atas dasar beberapa segi, yaitu bentuk, media penyampaiannya, jumlah penutur, sifat, isi serta gaya, dan tujuannya (Mulyana, 2005:47-66). Pemilahan atas dasar segi lain jelas masih sangat terbuka. Itu artinya, wacana akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan pemakaiannya di dalam masyarakat bahasa. Berdasarkan bentuknya wacana dapat dipilah menjadi wacana naratif (menceritakan suatu kisah), wacana prosedural (memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan), wacana ekspositori (menjelaskan sesuatu secara informatif),

commit to user

wacana hortatori (memengaruhi agar tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan), wacana dramatik (berisi percakapan antarpenutur), wacana epistoleri (biasa digunakan dalam surat menyurat), dan wacana seremonial (digunakan dalam seremonial atau upacara). Berdasarkan media penyampaiannya, wacana dapat dipilah menjadi wacana tulis dan lisan. Berdasarkan jumlah penuturnya, wacana dapat dikelompokkan menjadi wacana monolog dan wacana dialog. Berdasarkan sifatnya, wacana dapat dibedakan menjadi wacana fiksi (dapat berupa puisi, prosa, dan drama) dan wacana nonfiksi. Berdasarkan isinya, wacana dapat dipilah berdasarkan nuansa atau muatan tentang hal yang disampaikan, contohnya wacana politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Hanya ada wacana iklan jika dilihat dari sudut pandang gaya dan tujuan.

Selain itu Chaer (1994:272-273) juga menyatakan pembagian wacana berdasarkan dari sudut pandang mana wacana itu dilihat. Berdasarkan sarananya wacana dapat dibagi menjadi wacana lisan dan wacana tulis. Berdasarkan penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian atau bentuk uraian atau bentuk puitik, wacana dibedakan menjadi wacana prosa dan wacana puisi. Kemudian dalam wacana prosa dikhususkan lagi menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi.

Berdasar dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa wacana dapat dikelompokkan berdasar sudut pandang yang digunakan. Sudut pandang yang digunakan untuk mengklasifikasikan wacana secara umum yakni berdasarkan bahasa, media atau sarana penyampaiannya, bentuk, cara dan tujuan pemaparannya , jumlah penutur, sifat, dan isinya. Wacana akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan pemakaiannya di dalam masyarakat bahasa sehingga pengklasifikasian dari sudut pandang lain masih sangat memungkinkan.

c. Fungsi Wacana

Fungsi wacana seringkali identik dengan fungsi bahasa. Dikatakan demikian karena wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang Fungsi wacana seringkali identik dengan fungsi bahasa. Dikatakan demikian karena wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang

commit to user