Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kinerja Mengajar Guru Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah Dasar se-Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang T2 942016703 BAB II

(1)

9 BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. Akreditasi Sekolah

2.1.1. Pengertian Akreditasi Sekolah

Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap kearah yang diharapkan sesuai Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu dilakukan pengembangan dan sekaligus membangun sistem pengendalian mutu pendidikan melalui empat program yang terintegrasi, yaitu standarisasi, evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Standarisasi pendidikan haruslah dimaknai sebagai upaya penyamaan arah pendidikan secara nasional yang memiliki keleluasaan dan sekaligus keluwesan dalam implementasinya. Standar pendidikan harus dijadikan acuan oleh pengelola pendidikan, yang menjadi pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas dalam mencapai standar nasional yang ditetapkan.

Menurut Asmani (2011:184), akreditasi adalah proses penilaian dengan indikator tertentu berbasis fakta. Asesor melakukan pengamatan dan penilaian sesuai realitas, tanpa ada manipulasi.

Akreditasi sekolah, baik terhadap kelayakan maupun kinerja dilakukan sebagai bentuk


(2)

10

akuntabilitas publik yang dilakukan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Sebagai implikasinya, hanya sekolah yang telah terakreditasi yang berhak mengeluarkan ijasah atau sertifikasi kelulusan). Dari pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa akreditasi merupakan alat regulasi diri (self regulation) agar sekolah mengenal kekuatan dan kelemahan serta melakukan upaya terus menerus untuk meningkatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses akreditasi adalah penilaian dan pengembangan mutu suatu sekolah secara kelanjutan. Akreditasi dalam makna hasil menyatakan bahwa suatu sekolah telah memenuhi standar kelayakan pendidikan yang telah ditentukan. Hal tersebut dipertegas oleh Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 BAB XVI Pasal 60 tentang akreditasi yang berbunyi :

1. Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. 2. Akreditasi terhadap program dan satuan

pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

3. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.

4.Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2 dan 3 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerntah.

Akreditasi sekolah juga didasarkan pada keputusan Menteri Pendidikan Nomor 087/U/2002


(3)

11

tanggal 4 Juni 2002 tentang Akreditasi Sekolah dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 039/0/2003 tanggal 8 April 2003 tentang Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASN). BASN merupakan satu-satunya badan akreditasi yang ditunjuk dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk mengakreditasi sekolah.

2.1.2. Tujuan Akreditasi Sekolah

Akreditasi Sekolah dilaksanakan dalam rangka: 1. Memberi informasi kepada pihak terkait bahwa sebuah sekolah atau sebuah program dalam suatu sekolah telah atau belum memenuhi suatu standar kelayakan dan kinerja yang telah ditentukan.

2. Membantu sekolah melakukan evaluasi diri dan menentukan kebijakan sendiri dalam upaya peningkatan mutu.

3. Membimbing calon peserta didik , orang tua dan masyarakat untuk mengindentifikasi sekolah bermutu yamg dapat memenuhi kebutuhan individual terhadap pendidikan termasuk mengindentifikasi sekolah yang memiliki prestasi dalam suatu bidang tertentu yang mendapat pengakuan dari masyarakat.

4. Membantu sekolah dalam menentukan dan mempermudah kepindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah yang lain , pertukaran guru dan kerjasama yang saling menguntungkan.


(4)

12

5. Membantu mengindentifikasi sekolah dan program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah atau donatur dalam bentuk investasi atau bentuk bantuan lain.

Untuk sekolah sebagai institusi, hasil akreditasi memiliki makna yang penting, karena dapat digunakan sebagai:

1. Acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan rencana pengembangan sekolah.

2. Umpan balik pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan program sekolah. 3. Pendorong motivasi untuk sekolah agar

terus meningkatkan mutu sekolahnya secara bertahap, terencana dan kompetitif di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, bahkan Regional dan Internasional.

4. Bahan informasi bagi sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral, tatanan dan pendanaan.

2.1.3. Fungsi Akreditasi Sekolah

Dengan menggunakan instrumen yang komprehensif dan dikembangkan berdasarkan standar mutu yang ditetapkan, hasil akreditasi


(5)

13

diharapkan dapat memetakan secara utuh profil sekolah. Hasil akreditasi sekolah berfungsi untuk:

1. Pengetahuan, yakni sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur yang terkait, mengacu pada standar yang ditetapkan beserta indikator-indikatornya.

2. Akuntabilitas, yakni sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah kepada publik, apakah layanan yang dilaksanakan dan diberikan oleh sekolah telah memenuhi harapan atau keinginan masyarakat.

3. Pembinaan dan pengembangan, yakni sebagai dasar bagi sekolah, pemerintah dan masyarakat dalam upaya peningkatan atau pengembangan mutu sekolah.

2.1.4. Prinsip-Prinsip Akreditasi Sekolah

Prinsip-prinsip yang dijadikan pijakan dalam melaksanakan akreditasi sekolah adalah obyektif, efektif, komprehensif, memandirikan, dan keharusan yang didalamnya mengandung penerapan prinsip keadilan.

1. Obyektif

Akreditasi sekolah pada hakikatnya merupakan kegiatan penilaian tentang kelayakan dan kinerja penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukkan oleh suatu sekolah. Berbagai aspek terkait dengan kinerja atau kelayakan diperiksa untuk


(6)

14

memperoleh gambaran kondisi yang sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan sehingga digunakan indikator-indikator yang dikaitkan dengan kriteria-kriteria yang diinginkan sebagai dasar penilaian.

2. Efektif

Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan akreditasi harus mampu memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait, seperti kepala sekolah dalam rangka melakukan perencanaan atau peningkatan mutu, dan pihak pemerintah maupun masyarakat dalam kelayakan dan kinerja sekolah.

3. Komprehensif

Pelaksanaan akreditasi sekolah bukan hanya berfokus pada penilaian aspek-aspek tertentu saja, tetapi meliputi berbagai aspek yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian hasil yang diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan dan kinerja sekolah tersebut. Kelayakan dan kinerja ini terutama ditinjau dari misi utamanya yaitu membangun generasi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri, serta dapat menjalani hidup bersama orang lain.

4. Memandirikan

Kewenangan melakukan akreditasi sekolah ada pada lembaga eksternal di luar sekolah yang secara


(7)

15

teknis bersifat mandiri. Namun demikian, proses akreditasi mencakup kegiatan evaluasi diri oleh sekolah dengan menggunakan instrumen yang disediakan oleh lembaga eksternal tersebut. Hasil evaluasi diri dapat digunakan untuk menentukan tingkat kelayakan sekolah dibandingkan standar kelayakan nasional yang dijadikan pagu. Dengan mnengetahui kelayakan sekolah, selanjutnya sekolah yang belum mencapai tingkat minimal dari standar mutu, melakukan pembinaan secara terus menerus sehingga mencapai standar itu. Dengan demikian proses akreditasi akan berdampak pada sekolah yang bersangkutan untuk dapat mengetahui kekuatan dan kelemahanya, dan berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu kelayakan dan kinerjanya secara mandiri.

5. Keharusan

Akreditasi dilakukan untuk setiap sekolah, baik sekolah swasta maupun negeri. Sekolah yang akan diakreditasi mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada Badan Akreditasi Sekolah. Sekolah yang belum siap dapat mengajukan permohonan untuk menunda pelaksanaan akreditasi sampai batas waktu tertentu. Meskipun pada akhirnya setiap sekolah akan terakreditasi, namun sebelum dilakukan akreditasi tersebut sekolah melakukan persiapan dan mengajukan permohonan kepada


(8)

16

Badan Akreditasi Sekolah untuk dilakukan akreditasi.

6. Komponen-Komponen yang Dinilai dalam Akreditasi Sekolah

Mengingat yang diakreditasi adalah sekolah yang merupakan sistem dari berbagai komponen dan saling terkait dalam pencapaian komponen sekolah, maka sesuai Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/V/2002 tanggal 14 Juni 2004 tentang Akreditasi Sekolah, Komponen sekolah yang menjadi bahan penilaian adalah yang dikembangkan dari kualitas sekolah yaitu kurikulum dan proses belajar mengajar, manajemen sekolah, organisasi/kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat dan lingkungan/ kultur sekolah. Setiap komponen terdiri atas berbagai aspek dan indikator. Kurikulum dan proses belajar mengajar terdiri 40 indikator utama dan 15 indikator tambahan. Semua indikator tersebut merupakan butir dari instrumen evaluasi diri yang harus dijawab sekolah untuk menunjukkan bahwa sekolah siap diakreditasi.

2.1.5. Pelaksanaan Akreditasi Sekolah

Siapa pelaksana akreditasi sekolah? Hal ini perlu dipertanyakan, mengingat hasil akreditasi harus menggambarkan keadaan sekolah yang benar-benar menunjukkan kinerja yang pantas untuk


(9)

17

melaksanakan layanan pendidikan bagi masyarakat. Jika BAS merupakan badan independen, maka pelaksananya juga harus orang independen. Dalam arti tidak mempunyai kepentingan dengan sekolah, guna menghindarkan faktor subyektifitas dalam penentuan hasilnya.

Disamping Tim BAS baik tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota, pelaksana lain yang memiliki peranan penting dalam penentuan sekolah yang berhak mendapatkan sertifikasi akreditasi adalah Tim Assesor.

Tugas tim, melakukan visitasi guna melakukan pengamatan secara langsung, klarifikasi, verifikasi dan validasi atau cek ulang terhadap data dan informasi kuantitatif maupun kualitatif dengan membandingkan data dan informasi dalam evaluasi diri dengan kondisi nyata sekolah melalui pengamatan lapangan, observasi kelas dan wawancara.

Hasil visitasi tim assesor diajukan kepada BAS. Selanjutnya penetapan hasil akreditasi bergantung pada rapat pleno yang harus dihadiri sekurangnya 50 persen plus satu anggota BAS. Sekolah yang dianggap layak, berhak mendapatkan sertifikat yang dinyatakan dalam peringkat akreditasi sekolah yang terdiri tiga klasifikasi, A = Amat Baik, B = Baik dan C = Cukup.

Sekolah yang hasil akreditasinya kurang dari C, dinyatakan tidak terakreditasi. Ketentuan hasil akreditasi ini hanya berlaku selama empat tahun.


(10)

18

Setelah itu, sekolah bersangkutan harus mengajukan permohonan untuk diakreditasi kembali paling akhir enam bulan sebelum masa berlakunya akreditasi berakhir. Sedangkan sekolah yang tidak terakreditasi, tidak memiliki kewenangan sebagai sekolah penyelenggara ujian akhir dan tidak berhak menerbitkan ijasah/sertfikat.

2.1.6. Manfaat Akreditasi Sekolah

Sebuah sekolah yang dikatakan telah terakreditasi berarti telah memperoleh pengakuan dalam dunia pendidikan. Pengakuan tersebut memiliki manfaat yaitu:

1. Manfaat bagi siswa

Akreditasi dapat menumbuhkan rasa percaya diri kepada siswa bahwa ia memperoleh pendidikan yang baik. Harapannya, sertifikat dari sekolahnya yang terakreditasi merupakan bukti bahwa ia menerima pendidikan yang berkualitas.

2. Manfaat bagi guru

Akreditasi merupakan suatu dorongan bagi guru, karena secara moral merupakan hal yang baik, guru senang bekerja disekolah yang diakui sebagai sekolah yang baik. Karena guru bekerja keras untuk memperoleh dan mempertahankan akreditasi, maka mereka memiliki suatu rasa untuk memenuhinya.


(11)

19 3. Manfaat bagi orang tua

Selain para siswa, orang tua juga akan mendapatkan rasa percaya diri terhadap sekolah. Mereka mengetahui bahwa anak-anaknya menerima pendidikan yang berkualitas dari sekolah yang baik.

4. Manfaat bagi kepala sekolah

Akreditasi sangat bermanfaat bagi kepala sekolah sebagai acuan untuk menerapkan kepemimpinan yang esensial dalam komunitas sekolah dengan membangun dan memelihara visi, misi, arah, fokus, dan melalui proses pembuatan keputusan bagi siswa, orang tua, dan staf untuk mengembangkan potensi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah.

5. Manfaat bagi sekolah

Sekolah yang terakreditasi, akan mendapatkan pengakuan sebagai sekolah yang baik, akreditasi juga memberikan manfaat bagi sekolah untuk meningkatkan dukungan dari masyarakat, pemerintah, maupun sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga, pendanaan, dan lain-lain.

Salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan pada setiap sekolah diantaranya adalah akreditasi. Akreditasi dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara nasional sesuai agenda yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Upaya ini diarahkan


(12)

20

agar setiap sekolah selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat yakni suatu jaminan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah sesuai dengan standar mutu pendidikan. Apabila setiap sekolah selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas akreditasi yang meliputi kurikulum dan proses belajar mengajar, manajemen sekolah, organisasi/kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat dan lingkungan/kultur sekolah dan upaya ini dilakukan secara terus menerus, maka diharapkan mutu pendidikan akan meningkat sehingga hasil penilaian akreditasi oleh BAN-SM pada sekolah diprediksi dapat berdampak pada profesionalisme guru dan kinerja guru.

2.2. Kinerja Guru

2.2.1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja. Smith dalam (Mulyasa, 2010:136) menyatakan bahwa kinerja adalah “…..output drive from processes, human or otherwise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa


(13)

21

kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau unjuk kerja.

Menurut teori manajemen, istilah kerja disebut juga performansi atau kinerja. Kinerja dapat berupa proses dan hasil kerja secara individual maupun organisasi. Hal ini berguna bagi pengukuran efektifitas pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana.

Dalam konsep penilaian kinerja guru, Handoko (2012) menjelaskan bahwa, “penilaian prestai kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan”. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.

Dessler (2010:513) mengkaitkan kinerja dengan prestasi kerja. pengertian kinerja hampir sama dengan prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja aktual dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerja

Kinerja dapat dikatakan sebagai perilaku kerja seseorang guna mencapai tujuan. Hasil yang dicapai menunjukkan efektifitas perilaku kerja yang bersangkutan. Perilaku kerja yang pada gilirannya


(14)

22

mempengaruhi hasilkerja yang dipengaruhi dua faktor yakni: (1) faktor dalam diri individu, seperti ketrampilan dan upaya yang dimiliki, dan (2) faktor diluar diri individu, seperti keadaan ekonomi, kebijakan pemerintah, terlambatnya bahan mentah dan sebagainya.

Mulyasa (2010:157) menjelaskan tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan:

“Penilaian tenaga pendidikan biasanya

difokuskan pada prestasi individu, dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga kependidikan sangat penting dalam mengambil keputusan berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusia

secara keseluruhan”.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian kinerja penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penilaian yang dilakukan dapat


(15)

23

menjadi masukan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu penilaian kinerja guru membantu guru dalam mengenal tugas-tugasnya secara lebih baik sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif mungkin untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru yang profesional.

Penilaian kinerja guru tidak dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif guna mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini menuntut perubahan pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara berkelanjutan

2.2.2. Kinerja Mengajar

Kinerja mengajar adalah prestasi yang diperlihatkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran (sikap, pengetahuan dan ketrampilan) kepada siswanya. Karena guru tersebut mempunyai kemampuan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar dan suasana interaksi edukatif di sekolah (Sudijono, 2011).

Expectency, dikatakan bahwa performance atau ability (kemampuan dasar) dan motivasi. Kemampuan dasar seseorang dapat diperoleh melalui tingkat atau jenjang pendidikan formal. Jenjang


(16)

24

pendidikan formal guru antara lain adalah Sekolah pendidikan Guru (SPG), Diploma 2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (D2 PGSD), Diploma 3 PGSD, S1 PGSD, S2 dan S3 keguruan.

Menurut Mathis dan Jackson (2006) penilaian kinerja guru (performace appraisal) merupakan proses evaluasi sebaerapa baik guru mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar yang terukur. Untuk mengukur kinerja atau prestasi seseorang dalam bekerja pada suatu organisasi dapat dilihat dari kontribusinya selam melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Dengan demikian kinerja dapat dijelaskan sebagai wujud keberhasilan yang dicapai oleh seseeorang/organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Penilaian tersebut hendaknya dapat memberikan suatu gambaran dan ukuran mengenai pencapaian suatu target atau tujuan tertentu. Hal ini dapat dilakukan apabila dalam menilai kinerja telah tersedia indikator yang reliable yang berhubungan dengan pekerjaan dan mempunyai standar yang terukur (Margono, 2010).

Penilaian kinerja mengajar yang dimaksudkan adalah penilaian prestasi guru terhadap pelaksanaan tugas pokoknya dalam kurun waktu tertentu dengan format penilaian tertentu pula. Ini terkait dengan kemampuan dan kemauan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya disekolah.


(17)

25

Kinerja mengajar seorang guru dapat dinilai dengan berbagai pendekatan. Salah satu metode yang dapat dikembangkan adalah behavioral approach atau pendekatan berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh seorang guru.

Guru yang memiliki kinerja mengajar yang tinggi adalah guru yang mengutamakan tugasnya. Sehingga secara continue akan mewujudkan dan meningkatkan prestasi kerja yang dimanifestasikan dalam bentuk kerja keras, disiplin, tekun dan berwawasan kedepan. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa guru yang memiliki kinerja mengajar tinggi akan mampu melaksankan pekerjaan secara maksimal (Masidjo, 2005).

Untuk mengetahui kinerja mengajar guru, secara langsung dapat diketahui dari pelaksanaan tugas dan kewajiban guru . Dalam Keputusan Mendikbud R.I. No 025/0/1995 tentang Petunjuk Teknis ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit, bahwa tugas dan kewajiban guru sebagai pengajar adalah sebagai berikut:

a. Mampu menyusun program pengajaran atau praktek.

b. Mampu menyajikan program pengajaran atau praktek.

c. Mampu melaksanakan evaluasi belajar atau praktek.

d. Mampu melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktek.


(18)

26

e. Mampu menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan. f. Mampu membimbing siswa dalam kegiatan

ekstrakurikuler.

g. Mampu melaksanakan bimbingan kepada guru muda dalam kegiatan proses belajar mengajar atau praktek bimbingan penyuluhan.

h. Mampu menyusun dan melaksanakan program bimbingan penyuluhan di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

i. Mampu melaksanakan kegiatan bimbingan karir siswa.

j. Mampu melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan

k. Melaksanakan tugas tertentu di sekolah, berkaitan dengan kegiatan administrasi sekolah dan administrasi kelas.

l. Mampu membuat karya tulis/karya ilmiah dibidang pendidikan.

m.Mampu membuat alat pelajaran/alat peraga.

n. Mampu menciptakn karya seni.

o.Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Dalam penelitian ini kinerja guru diukur menggunakan inventory yang disebut peak performance inventory (Silberman, 2006). Inventory disusun berdasarkan unsur-unsur dalam proses pengukuran kinerja guru meliputi: (1) tanggung jawab, (2) percaya diri, (3) kompetensi, (4) kondisi sekolah, dan (5) komunikasi.


(19)

27

Sekolah yang akan dilakukan akreditasi maka seluruh komponen yang terlibat di dalamnya termasuk guru akan meningkatkan kinerjanya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Apabila guru bekerja dengan baik dan dapat memenuhi instrumen akreditasi maka akan terjadi peningkatan kinerja. Penilaian akreditasi sekolah dapat membawa dampak yang positif terhadap guru untuk tumbuhnya kesadaran memberikan pelayanan yang terbaik dan berusaha mendukung pemenuhan standar yang ditetapkan.

Kinerja guru akan menjadi optimal bilamana diintegrasikan dengan komponen standar pendidik dan kependidikan meliputi: (1) Pengelolaan program pengajaran atau praktek; (2) menyajikan program pengajaran atau praktek; (3) melaksanakan evaluasi belajar atau praktek; (4) melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktek; (5) menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan; (6) Membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler; (7) menyusun dan melaksanakan program bimbingan penyuluhan di kelas yang menjadi tanggungjawabnya; (8) melaksanakan kegiatan bimbingan karier siswa; (9) melaksanakan kegiatan evaluasi; (10) melaksanakan tugas tertentu di sekolah; (11) membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan; (12) membuat alat peraga; (13) menciptakan karya seni; dan (14) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.


(20)

28

2.3. Kajian Penelitian yang Relevan

Tinjauan penelitian terdahulu merupakan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Para peneliti tersebut memfokuskan kajian pustaka yang berbeda-beda namun orientasi kajiannya tetap pada akreditasi sekolah.

Barokah (2006) meneliti Pengaruh Akreditasi Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA se-Kabupaten Banjarnegara. Dari pengujian hipotesis tentang pengaruh Akreditasi Sekolah terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa variabel mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Determinasi berganda sebesar = 0,958, secara statistik berarti sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 95,80%. Sisa-nya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian.

Srihani (2006) meneliti Dampak Akreditasi Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses akreditasi SD Negeri Donohudan 3 dilaksanakan sesuai dengan prosedur/ tahap-tahap yang telah ditentukan oleh BASNAS. Proses akreditasi dimulai dari pelaksanaan evaluasi diri oleh sekolah, pengajuan akreditasi oleh sekolah, penentuan kelayakan visitasi oleh BAS, pelaksanaan visitasi oleh tim asessor, penetapan hasil akreditasi oleh BAS, dan


(21)

29

penerbitan hasil akreditasi oleh BAS. Dari proses akreditasi yang dilaksanakan SD Negeri Donohudan 3, diperoleh hasil nilai/score 80 dengan status terakreditasi B (Baik). Dampak dari pelaksanaan akreditasi ini menunjukkan adanya peningkatan mutu pendidikan bagi sekolah yang telah terakreditasi. Hal ini dapat diukur dari indikator mutu, diantaranya mutu input dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa baru yang berasal dari TK, mutu proses dibuktikan dengan meningkatnya prosentase kehadiran siswa, mutu output dibuktikan dari menurunnya prosentase angka kelulusannya. Mutu guru dibuktikan dari meningkatkan angka kehadiran kedisiplinan dari tertib administrasi. Mutu sarana dan prasarana dibuktikan dengan meningkatnya kelengkapan sarana sekolah, dan mutu biaya dibuktikan dengan meningkatnya bantuan dari partisipasi masyarakat.

Parwanto (2012) meneliti Akreditasi Sekolah dan Mutu Pendidikan (Studi Kasus di SDN Bulakrejo 02 Sukoharjo). Hasil penelitian menyimpulkan: (1) Proses pelaksanaan akreditasi sekolah di SD Negeri Bulakrejo 02 dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh BASNAS yaitu melaksanakan evaluasi diri, pengajuan akreditasi, penentuan kelayakan visitasi, pelaksanaan akreditasi, penetapan hasil akreditasi dan penerbitan hasil akreditasi, (2) Mutu pendidikan pasca akreditasi menunjukkan adanya indikasi perubahan positif. Hal ini ditunjukkan


(22)

30

adanya perubahan dan peningkatan pada: mutu input, proses, output, mutu guru, sarana prasarana, dan mutu biaya. Mutu output di SD Negeri Bulakrejo 02 dipengaruhi adanya peningkatan penyelenggaraan layanan pendidikan yang bermutu baik guru, proses belajar mengajar, maupun manajemen sekolahnya. mutu output untamanya angka kelulusan sekolah dalam lima tahun terakhir ini stabil 100%, juga dapat dilihat dari data prosentasi rata – rata nilai UAS.

Kajian penelitian yang relevan di atas meneliti tentang aspek akreditasi, kinerja guru, dan profesionalisme guru. Barokah meneliti pengaruh akreditasi terhadap prestasi belajar siswa. Slamet meneliti pengaruh kompetensi supervisi manajerial dan supervisi akademik terhadap kinerja guru dan Parwanto meneliti tentang akreditasi sekolah dan mutu pendidikan.

Kajian Kepustakaan di atas memilliki persamaan dengan penelitian ini dalam hal akreditasi sekolah dan memiliki perbedaan dalam hal profesionalisme dan kinerja guru SD di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Dengan demikian peneliti masih mempunyai kesempatan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh akreditasi terhadap profesionalisme guru dan kinerja guru khususnya di UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Penelitian terdahulu menemukan bahwa akreditasi memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Peneliti


(23)

31

berpendapat bahwa program peningkatan akreditasi yang mendukung standar standar nasional pendidikan juga dapat berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme guru. Berdasarkan penelitian terdahulu akreditasi juga diharapkan mendorong supervisi manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah untuk mendorong kinerja guru.

2.4. Model Penelitian

Pengembangan model penelitian memberikan gambaran mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitaian untuk melihat perbedaan yang terjadi antar variabel. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Model Penelitian

Status Akreditasi

A

Status Akreditasi

B Kinerja

Mengajar Guru


(24)

32

Keterangan:

Hasil akreditasi A dan hasil akreditasi B pada sekolah di UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang dijadikan dasar untuk mengetahui perbedaan kinerja mengajar guru.

2.5. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang ada. Hipotesis yang dikembangkan pada penelitian ini adalah: Terdapat perbedaan kinerja mengajar guru antara sekolah yang mendapat hasil akreditasi A dan sekolah yang mendapat hasil akreditasi B di UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.


(1)

27 Sekolah yang akan dilakukan akreditasi maka seluruh komponen yang terlibat di dalamnya termasuk guru akan meningkatkan kinerjanya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Apabila guru bekerja dengan baik dan dapat memenuhi instrumen akreditasi maka akan terjadi peningkatan kinerja. Penilaian akreditasi sekolah dapat membawa dampak yang positif terhadap guru untuk tumbuhnya kesadaran memberikan pelayanan yang terbaik dan berusaha mendukung pemenuhan standar yang ditetapkan.

Kinerja guru akan menjadi optimal bilamana diintegrasikan dengan komponen standar pendidik dan kependidikan meliputi: (1) Pengelolaan program pengajaran atau praktek; (2) menyajikan program pengajaran atau praktek; (3) melaksanakan evaluasi belajar atau praktek; (4) melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktek; (5) menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan; (6) Membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler; (7) menyusun dan melaksanakan program bimbingan penyuluhan di kelas yang menjadi tanggungjawabnya; (8) melaksanakan kegiatan bimbingan karier siswa; (9) melaksanakan kegiatan evaluasi; (10) melaksanakan tugas tertentu di sekolah; (11) membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan; (12) membuat alat peraga; (13) menciptakan karya seni; dan (14) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.


(2)

28

2.3. Kajian Penelitian yang Relevan

Tinjauan penelitian terdahulu merupakan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Para peneliti tersebut memfokuskan kajian pustaka yang berbeda-beda namun orientasi kajiannya tetap pada akreditasi sekolah.

Barokah (2006) meneliti Pengaruh Akreditasi Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA se-Kabupaten Banjarnegara. Dari pengujian hipotesis tentang pengaruh Akreditasi Sekolah terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa variabel mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Determinasi berganda sebesar = 0,958, secara statistik berarti sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 95,80%. Sisa-nya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian.

Srihani (2006) meneliti Dampak Akreditasi Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses akreditasi SD Negeri Donohudan 3 dilaksanakan sesuai dengan prosedur/ tahap-tahap yang telah ditentukan oleh BASNAS. Proses akreditasi dimulai dari pelaksanaan evaluasi diri oleh sekolah, pengajuan akreditasi oleh sekolah, penentuan kelayakan visitasi oleh BAS, pelaksanaan visitasi oleh tim asessor, penetapan hasil akreditasi oleh BAS, dan


(3)

29 penerbitan hasil akreditasi oleh BAS. Dari proses akreditasi yang dilaksanakan SD Negeri Donohudan 3, diperoleh hasil nilai/score 80 dengan status terakreditasi B (Baik). Dampak dari pelaksanaan akreditasi ini menunjukkan adanya peningkatan mutu pendidikan bagi sekolah yang telah terakreditasi. Hal ini dapat diukur dari indikator mutu, diantaranya mutu input dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa baru yang berasal dari TK, mutu proses dibuktikan dengan meningkatnya prosentase kehadiran siswa, mutu output dibuktikan dari menurunnya prosentase angka kelulusannya. Mutu guru dibuktikan dari meningkatkan angka kehadiran kedisiplinan dari tertib administrasi. Mutu sarana dan prasarana dibuktikan dengan meningkatnya kelengkapan sarana sekolah, dan mutu biaya dibuktikan dengan meningkatnya bantuan dari partisipasi masyarakat.

Parwanto (2012) meneliti Akreditasi Sekolah dan Mutu Pendidikan (Studi Kasus di SDN Bulakrejo 02 Sukoharjo). Hasil penelitian menyimpulkan: (1) Proses pelaksanaan akreditasi sekolah di SD Negeri Bulakrejo 02 dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh BASNAS yaitu melaksanakan evaluasi diri, pengajuan akreditasi, penentuan kelayakan visitasi, pelaksanaan akreditasi, penetapan hasil akreditasi dan penerbitan hasil akreditasi, (2) Mutu pendidikan pasca akreditasi menunjukkan adanya indikasi perubahan positif. Hal ini ditunjukkan


(4)

30

adanya perubahan dan peningkatan pada: mutu input, proses, output, mutu guru, sarana prasarana, dan mutu biaya. Mutu output di SD Negeri Bulakrejo 02 dipengaruhi adanya peningkatan penyelenggaraan layanan pendidikan yang bermutu baik guru, proses belajar mengajar, maupun manajemen sekolahnya. mutu output untamanya angka kelulusan sekolah dalam lima tahun terakhir ini stabil 100%, juga dapat dilihat dari data prosentasi rata – rata nilai UAS.

Kajian penelitian yang relevan di atas meneliti tentang aspek akreditasi, kinerja guru, dan profesionalisme guru. Barokah meneliti pengaruh akreditasi terhadap prestasi belajar siswa. Slamet meneliti pengaruh kompetensi supervisi manajerial dan supervisi akademik terhadap kinerja guru dan Parwanto meneliti tentang akreditasi sekolah dan mutu pendidikan.

Kajian Kepustakaan di atas memilliki persamaan dengan penelitian ini dalam hal akreditasi sekolah dan memiliki perbedaan dalam hal profesionalisme dan kinerja guru SD di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Dengan demikian peneliti masih mempunyai kesempatan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh akreditasi terhadap profesionalisme guru dan kinerja guru khususnya di UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Penelitian terdahulu menemukan bahwa akreditasi memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Peneliti


(5)

31 berpendapat bahwa program peningkatan akreditasi yang mendukung standar standar nasional pendidikan juga dapat berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme guru. Berdasarkan penelitian terdahulu akreditasi juga diharapkan mendorong supervisi manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah untuk mendorong kinerja guru.

2.4. Model Penelitian

Pengembangan model penelitian memberikan gambaran mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitaian untuk melihat perbedaan yang terjadi antar variabel. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Model Penelitian

Status Akreditasi

A

Status Akreditasi

B Kinerja

Mengajar Guru


(6)

32

Keterangan:

Hasil akreditasi A dan hasil akreditasi B pada sekolah di UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang dijadikan dasar untuk mengetahui perbedaan kinerja mengajar guru.

2.5. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang ada. Hipotesis yang dikembangkan pada penelitian ini adalah: Terdapat perbedaan kinerja mengajar guru antara sekolah yang mendapat hasil akreditasi A dan sekolah yang mendapat hasil akreditasi B di UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru MI Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga T2 942013013 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Guru Wiyata Bhakti Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung T2 942011090 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kinerja Mengajar Guru Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah Dasar se-Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kinerja Mengajar Guru Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah Dasar se-Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kinerja Mengajar Guru Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah Dasar se-Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang T2 942016703 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kinerja Mengajar Guru Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah Dasar se-Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang T2 942016703 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kinerja Mengajar Guru Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah Dasar se-Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang T2 942016703 BAB IV

0 0 8

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Klinis Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Di SMP Negeri 2 Pringapusabupaten Semarang T2 BAB II

0 0 18

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kinerja Mengajar Guru Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di SD Negeri Sumurboto Banyumanik Semarang T2 BAB II

0 0 20

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Sekolah Dasar Kabupaten Wonosobo T2 BAB II

0 1 27