PENINGKATAN KETERAMPILAN LARI ESTAFET MATA PELAJARAN PENJASKES MATERI ATLETIK MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION SISWA KELAS IV MINU SUMOKALI SIDOARJO.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN LARI ESTAFET MATA PELAJARAN PENJASKES MATERI ATLETIK

MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION

SISWAKELAS IV MINU SUMOKALI SIDOARJO SKRIPSI

Oleh :

RIZQIYAH MUTHOHAROH NIM: D37212074

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Rizqiyah Muthoharoh. Penelitian Tindakan Kelas, 2016. Peningkatan Keterampilan Lari Estafet Mata Pelajaran Penjaskes Materi Atletik melalui Model Explicit Instruction Siswa Kelas IV MINU Sumokali

Sidoarjo. Skripsi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, Pembimbing Sihabuddin, M.Pd.I, M.Pd

ABSTRAK

Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo menunjukkan bahwa keterampilan lari estafet siswa dalam kategori rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara penelitian dengan guru kelas IV, dari 21 siswa hanya 47,6% yang tuntas dalam keterampilan lari estafet. Penyebabnya adalah keterampilan lari estafet diajarkan tanpa menggunakan media ataupun model khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung mempraktikkan sesuai dengan imajinasi sendiri tanpa ada gambaran dari guru. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu melalui model

Explicit Instruction.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu 1. Untuk mengetahui penerapan Model Explicit Instruction dalam pembelajaran lari estafet siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan lari estafet melalui Model Explicit Instruction pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat bagian pokok, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016, dengan jumlah 21 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 3 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu non tes (penilaian performance) menggunakan rubik penilaian keterampilan lari estafet, observasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi aktivitas guru dan siswa, wawancara menggunakan format panduan wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran lari estafet melalui model Explicit Instruction selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran penjaskes sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 77, sedangkan perolehan nilai akhir aktivitas siswa sebesar 65 kemudian pada siklus II dari perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 85, sedangkan perolehan nilai akhir aktivitas siswa sebesar 78. Setelah ada perbaikan pada siklus III perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 88 dan perolehan nilai aktivitas siswa sebesar 83 maka mengalami peningkatan. 2. Prosentase ketuntasan belajar siswa kelas IV setelah diterapkan model

Explicit Instruction pada siklus I mengalami peningkatan 19.06% dari 47,6%

menjadi 66,66%. Prosentase ketuntasan belajar pada siklus II mengalami peningkatan 19,34% dari 66,66% menjadi 86%. Dan Prosentase ketuntasan belajar pada siklus III juga mengalami peningkatan 23,74% dari 86% menjadi 90.4%. Pada siklus III ini prosentase ketuntasan belajar siswa kategori sangat


(8)

baik dinyatakan telah memenuhi indikator kinerja. Rata-rata pada siklus I sebesar 69,5, siklus II sebesar77,14 dan siklus III sebesar 82,8.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

MOTTO ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tindakan yang Dipilih ... 5

D. Tujuan penelitian ... 6

E. Lingkup Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian keterampilan ... 9

B. Pengertian Lari ... 10

C. Tujuan Lari ... 11

D. Keterampilan Lari Estafet ... 11

E. Indikator dalam Peningkatan Keterampilan Lari ... 12

F. PENJASKES ... 17

G. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ... 19

H. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 19

I. Materi Atletik ... 20

J. Pengertian Model Explicit Instruction ... 22

K. Tujuan dan Ciri Model Explicit Instruction ... 23

L. Langkah-langkah Model Explicit Instruction ... 24

M. Kelemahan dan Kelebihan Model Explicit Instruction ... 28 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(10)

C. Variabel yang di Teliti ... 33

D. Rencana Tindakan ... 33

E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya ... 37

F. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

H. Analisis Data ... 41

I. Indikator Kinerja ... 43

J. Tim Penelitian ... 43

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Pra Tindakan ... 46

2. Siklus I ... 47

3. Siklus II ... 55

4. Siklus III ... 63

BAB V PENUTUP a. Simpulan ... 72

b. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan rohani.1

Pendidikan jasmani telah dilaksanakan sejak dini, di dalam keluarga oleh orang tuanya. segi positif secara langsung berusaha memupuk perkembangan jasmani anak-anak, seperti kesehatan ketangkasan, dan keberanian dan segi preventif secara tidak langsung menjaga supaya perkembangan dan kesehatan jasmani anak itu jangan sampai terganggu.2

Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampialan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.3

1

Ega Trisna Rahayu, Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani,(Bandung: ALFABETA, 2013),Hal.1.

2

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 151-152.

3


(12)

2

Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembangan kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, memberikan ruang pada siswa untuk berfikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengekplorasikan dan mengelaborasikan keterampilannya.4

Tinjauan pokok dari pendidikan jasmani adalah gerak, dan dari gerak tersebut akan memberikan efek positif bagi fisik maupun mental seseorang. Selain itu kegiatan dalam pendidikan jasmani harus diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya diharuskan untuk menguasai bahan ajar dan memiliki keterampilan teknik edukatif, tetapi guru juga dituntut untuk memiliki kepribadian dan integrasi pribadi yang dapat diandalkan sehingga dapat menjadi panutan bagi peserta didik, keluarga, maupun masyarakat.5

Fakta yang terjadi di lapangan saat ini banyak terdapat guru pendidikan jasmani yang tidak sesuai dengan bidangnya. Hal ini dapat dikarenakan terbatasnya tenaga pendidik pendidikan jasmani di daerah tersebut. Sehingga guru yang berlatar belakang pendidikan bukan dari pendidikan jasmani mengajar penjaskes di sekolah.6

Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetap pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan

4

Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 19. 5

Syaiful Sagala, Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 99.

6

Saparuddin, pendidikan olahraga dikutip http://sgo1983.blogspot.co.id/2015/04/pentingnya-latar-belakang-yang-sesuai.html diakses tanggal 27 November 2015


(13)

3

perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditunjukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila serta pembiasaan pola hidup sehat, memiliki pengetahuan, pemahaman terhadap gerakan manusia.7

Dalam usaha meningkatkan keterampilan berlari. Guru berusaha untuk mencari model yang tepat dalam menyampaikan pengajaran kepada siswa. Salah satu ialah memberikan kegiatan pembelajaran yang baik, karena memberikan pembelajaran bisa dilihat dari cara siswa tersebut menghadapi dan memecahkan masalah, adanya perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik, dan pengalaman.

Berdasarkan pengalaman peneliti dan wawancara dengan siswa kelas VI MINU Sumokali Sidoarjo diperoleh informasi bahwa siswa masih

7


(14)

4

mengalami kesulitan dalam mempraktikkan lari estafet materi atletik mata pelajaran penjaskes sehingga dalam kategori rendah. Hasil pengamatan nilai uji kompetensi 1 siswa kelas IV semester genap tahun ajaran 2015/2016 masih banyak siswa yang belum bisa mempraktikkan materi tersebut. Hal ini di sebabkan oleh keterampilan lari estafet diajarkan tanpa menggunakan media ataupun model khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung mempraktikkan sesuai dengan imajinasi sendiri tanpa ada gambaran dari guru. penerapan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan.

Problem menonjol yang dialami siswa pada saat ini adalah ketika mendapatkan tugas lari estafet pada materi atletik. Hal ini bisa dilihat dari KKM mata pelajaran penjaskes kelas IV MINU Sumokali ditetapkan sebesar 80 dan prosentase keberhasilan yang harus dicapai minimal 80%, tetapi KKM tersebut sulit terpenuhi. Terbukti dari pencapaian hasil belajar siswa yang hanya sebesar 47,6% dengan rata-rata kelas sebesar 62,85.8

Dengan demikian perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran untuk mengatasi masalah-masalah di atas. Penggunaan modelexplicit

Instructiondiharapkan dapat meningkatkan keterampilan lari estafet mata

pelajaran penjaskes di sekolah dasar sumokali sidoarjo.

Kesesuaian model explicit Instructiondengan karakteristik siswa yaitu

menjadikan siswa lebih mudah memahami materi karena setelah disampaikan

8

Hasil wawancara dengan Subiyanto yaitu guru Penjaskes di MI Sumokali Sidoarjo pada tanggal 01 Desember 2015


(15)

5

teori, siswa langsung diminta untuk praktik. Kesesuaian model explicit

Instruction dengan materi pembelajaran yaitu bahan atau kajian yang

diajarkan pada program pembelajaran akan diukur sampai sejauh mana kedalaman yang harus dicapai, sehingga model yang diberikan akan menyatu dengan materi pembelajarannya. Atas dasar latar belakang permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul sebagai berikut:

“ Peningkatan Keterampilan Lari Estafet Mata Pelajaran Penjaskes Materi Atletik Melalui Model Explicit Instruction Siswa Kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo”.

B. Rumusan masalah

Dari permasalahan diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan Model Explicit Instructiondalam pembelajaran lari

estafet siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan lari estafet melalui Model Explicit

Instruction pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas IV MINU

Sumokali Sidoarjo?

C. Tindakan yang dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah pemahaman peserta didik pada materi atletik yaitu melalui model explicit instructionkarena

model explicit instructionmemberi variasi baru pada proses pembelajaran


(16)

6

aktif sehingga dapat memberikan peningkatan keterampilan lari estafet pada materi atletik.

D. Tujuan penelitian

Berkaitan dengan permasalahan di atas, tujuan yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan Model Explicit Instructiondalam

pembelajaran lari estafet siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui peningkatan keterampialnlari estafet melalui Model

Explicit Instruction pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas IV MINU

Sumokali Sidoarjo.

E. Lingkup penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

a. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan keterampilan lari estafet pada materi atletik.

b. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas IV di MINUSumokali Sidoarjo.

c. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015-2016 dan dibatasi pada Kompetensi Dasar mengenai materi Atletik. d. Standar Kompetensi

Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

e. Kompetensi Dasar


(17)

7

sederhana, serta nilai semangat, percaya diri dan disiplin. Indikator

a) Menjelaskan atletik lari estafet dengan tepat b) Mempraktikkan atletik lari estafet dengan tepat

F. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Lari Estafet Mata Pelajaran Penjaskes Materi Atletik Melalui Model Explicit

Instruction Siswa Kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo” dapat di pilah menjadi

dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori model

explicit instruction (pengajaran langsung) pada pembelajaran Penjaskes

materi atletik.

2. Manfaat secara praktis dipilah menjadi tiga yaitu bagi siswa, bagi guru, dan bagi sekolah.

a. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini siswa dapat mempraktikkan gerak dasar atletik lari estafet dengan tepat.

b. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini guru dapat membantu siswa dapat mempraktikkan gerak dasar atletik lari estafet. Selain itu dapat memudahkan guru untuk melanjutkan materi selanjutnya.


(18)

8

c. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini MINU Sumokali sidoarjo dapat mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses pembelajaran penjaskes materi atletik , khususnya peningkatan keterampilan, keaktifan, pemahaman, kreatif, cerdas, agamis dan prestasi belajar.

d. Penulis

Bagi penulis membawa wawasan dan pengetahuan lebih dalam dan sebagai latihan dalam bentuk karya ilmiah yang berupa tulisan serta sebagai landasan megajar Penjaskes.


(19)

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Lari Estafet

1. Pengertian keterampilan

Mengatakan keterampilan yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreativitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.keterampilan/ kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada.

Keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa melalui proses belajar yang intensif dan bukanlah merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir. sehingga untuk menjadi seorang yang terampil dengan memiliki keahlian khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat memahami dan mengaplikasikannya.

Gordon mengemukakan keterampilan merupakan sebuah kemapuan dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat.


(20)

10

Definisi keterampilan menurut Gordon ini cenderung mengarah pada aktivitas psikomotor. Kemampuan psikomotorik terkait erat dengan keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara saraf dengan otak.1

2. Pengertian lari

Lari adalah salah satu cabang olahraga tertua di dunia. Sebelum menjadi sebuah cabang olahraga, lari sudah dikenal oleh peradaban-peradaban manusia kuno.Lari merupakan cabang olahraga atletik yang paling populer. Olahraga ini banyak yang meminatinya diseluruh penjuru dunia, karena modal awal dari segala olahraga. Cabang-cabang lari sangat banyak macamnya dari yang berjarak pendek, jarak jauh.

Lari estafet atau lari sambung merupakan salah satu cabang olahraga lari. Lari sambung pada dasarnya adalah melakukan gerak lari secepat mungkin dengan membawa tongkat. Pada lari sambung terjadi perpindahan tongkat dalam regu. Satu regu lari sambung beranggotakan empat pelari, yaitu pelari pertama, pelari kedua, pelari ketiga, pelari dan keempat. Jumlah pelari estafet bisa 2, 4, 8 otang atau lebih asalkan jumlahnya genap. Pada perlombaan resmi biasanya jumlah pelari estafet sebanyak 4 orang. Lari estafet yang sering dilombahkan berjarak 4 x 100 meter dan 4 x 400 meter.2

1

Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Bumiayu: AR-RUZZ MEDIA, 2013). Hal.84

2


(21)

11

3. Tujuan lari

Tujuannya adalah melatih kerjasama dalam ketepatan dan kecepatan berlari sehingga hasil akhir dapat tercapai dengan baik.

4. Keterampilan lari estafet

Keterampilan lari estafet adalah kemampuan siswa dalam memberi dan menerima tongkat. Berlari itu adalah satu kaki melontarkan tubuh ke depan, lalu kemudian kaki lain menahan tubuh kita jatuh lalu kemudian melontarkan kembali tubuh kita ke depan. Hal tersebut terus di ulang ulang dengan cepat sedemikian sehingga terjadi lah sebuah hal yang kita sebut dengan berlari. Keterampilan berlari pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajari di sekolah. Keretampilan berlari merupakan suatu olahraga yang tumbuh berkembang bersamaan dengan kegiatan alami manusia. Berlari, melompat, melempar merupakan gerakan-gerakan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau beranting. Dalam satu regu lari sambung terdapat empat orang pelari, yaitu pelari pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari lain, yaitu

Pelari pertama, kedua, ketiga dan keempat. Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari yang lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari sebelumnya ke


(22)

12

pelari berikutnya.3 Sehingga keterampilan berlari estafet yang diajarkan jelas dan sesuai dengan praktik di lapangan.

5. Indikator dalam peningkatan keterampilan berlari

Pada dasarnya proses berlari sambung dilaksanakan secara bergantian atau berantai. Karena melibatkan beberapa aktivitas, baik jasmani maupun rohani. Sehingga proses berlari sambung ada beberapa aspek perkembangan fisik dapat disimpulkan menjadi suatu indikator yang diharapan untuk peningkatan keterampilan berlari sambung pada siswa kelas IV MI Sumokali Sidoarjo.

Perkembangan intelegensi seorang bayi selalu berhubungan dengan motorik kasar dan motorik halus. Aspek Perkembangan Fisik Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan fisik. Keterampilan motorik ini yaitu keterampilan motorik kasar serta halus. Keterampilan motorik anak yang masih berusia 4-5 tahun biasanya banyak mengalami perkembangan jika dibandingkan dengan motorik kasar. Kemudian, setelah usia 5 tahun barulah terjadi perkembangan motorik halus. Di usia 4 tahun, anak-anak sendiri masih menyukai gerakan- gerakan sederhana seperti melompat, berjingkrak-jingkrak atau berlari ke sana kemari. Pada usia 5 tahun, anak-anak biasanya lebih berani mengambil resiko dan lebih percaya diri untuk melakukan ketangkasan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan lain sebagainya.4

3

Giri Wiarto, ATLETIK, (Surakarta: GRAHA ILMU, 2013). Hal. 14-16. 4


(23)

13

Teknik Pergantian Tongkat Estafet. lari estafet mengenal dua cara pergantian tongkat, yaitu:

a. Teknik penerimaan tongkat dengan cara melihat (visual)

Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari sambil menolehkan kepala untuk melihat tongkat yang diberikan oleh pelari sebelumnya. Penerimaan tongkat dengan cara melihat biasanya dilakukan pada nomor 4 x 400 meter.

b. Teknik penerimaan tongkat dengan cara tidak melihat (non visual) Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari tanpa melihat tongkat yang akan diterimanya. Cara penerimaan tongkat tanpa melihat biasanya digunakan dalam lari estafet 4 x 100 meter. Dilihat dari cara menerima tongkat, keterampilan gerak penerima tongkat tanpa melihat lebih sulit dari pada dengan cara melihat. Dalam pelaksanaannya, antara penerima dan pemberi perlu melakukan latihan yang lebih lama melalui pendekatan yang tepat.

Teknik Pemberian dan Penerimaan Tongkat Estafet.

Prinsip lari sambung adalah berusaha membawa tongkat secepat-cepatnya yang dilakukan dengan memberi dan menerima tongkat dari satu pelari kepada pelari lainnya, agar dapat melakukan teknik tersebut, pelari harus menguasai keterampilan gerak lari dan keterampilan memberi serta menerima tongkat yang dibawanya.

Dalam beberapa lari sambung, seringkali suatu regu dikalahkan oleh regu lainnya hanya karena kurang menguasai keterampilan gerak


(24)

14

menerima dan memberikan tongkat dari satu pelari kepada pelari yang lainnya. Bahkan, seringkali suatu regu didiskualifikasi hanya karena kurang tepatnya penerimaan dan pemberian tongkat.

lari estafet mengenal dua cara pemberian dan penerimaan tongkat, yaitu:

a. Teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari bawah. Teknik ini dilakukan dengan cara pelari membawa tongkat dengan tangan kiri. Sambil berlari atlet akan memberikan tongkat tersebut dengan tangan kiri. Saat akan memberi tongkat, ayunkan tongkat dari belakang ke depan melalui bawah. Sementara itu, tangan penerima telah siap dibelakang dengan telapak tangan menghadap ke bawah. Ibu jari terbuka lebar, sementara jari-jari tangan lainnya dirapatkan.

b. Teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari atas. Teknik ini dilakukan dengan cara mengayunkan tangan dari belakang ke depan, kemudian dengan segera meletakan tongkat dari atas pada telapak tangan penerima. Pelari yang akan menerima tongkat mengayunkan tangan dari depan ke belakang dengan telapak tangan menghadap ke atas. Ibu jari di buka lebar dan jari-jari tangan lainnya rapat.

Ada sebuah cara yang dilakukan dalam olahraga lari estafet agar tongkat estafet tidak jatuh saat diberikan pada peserta lain. Yaitu pelari yang memegang tongkat estafet memegang tongkat estafet


(25)

15

dengan tangan kiri dan memberikannya juga dengan tangan kiri. Sedangkan si penerima tongkat bersiap menerima tongkat dengan tangan kanan.

Suatu regu lari estafet yang terdiri dari pelari-pelari yang baik hanya akan dapat memenangkan perlombaan jika mampu melakukan pergantian tongkat estafet dengan cepat dan sempurna. Cara menempatkan pelari-pelari tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pelari ke-1 ditempatkan didaerah start pertama dengan lintasan di tikungan.

b) Pelari ke-2 ditempatkan didaerah start kedua dengan lintasan lurus.

c) Pelari ke-3 ditempatkan didaerah start ketiga dengan lintasan ditikungan

d) Pelari ke-4 ditempatkan di daerah start keempat dengan lintasan lurus dan berakhir di garis finish


(26)

16

Latihan Memberi dan Menerima Tongkat Estafet

Tujuan: melatih kerjasama dalam ketepatan dan kecepatan berlari sehingga hasil akhir dapat tercapai dengan baik.

Cara Melakukannya:

1. Buatlah beberapa regu estafet (masing-masing terdiri dari 4 pelari atau siswa) dan masing-masing pelari atau siswa ditempatkan dengan jarak 50 meter.

2. Setelah ada aba-aba ”bersiap” pelari pertama segera

menempatkan posisinya (sikap startjongkok).

3. Setelah ada aba-aba ”ya”, pelari tersebut berlari secepat-cepatnya menuju pelari atau atlet kedua yang sudah siap untuk menerima tongkat.

4. Setelah keempat pelari menyelesaikan tugasnya dan pelari terakhir (keempat) masuk ke garis finish tanpa membuat kesalahan maka regu yang tiba di garis finish pertama keluar sebagai pemenang.5

Dari aspek di atas, penulis menyimpulkan kriteria indikator keterampilan berlari sambung yakni:

a. Gerakan lengan yang diayun depan belakang di atas pinggang b. Gerakan yang cepat

c. Gerakan pemberian/penerimaan tongkat

d. Pendataran telapak kaki menggunakan ujung telapak kaki

e. Posisi badan condong kedepan

Dari indikator di atas merupakan titik tolak penentu model yang akan digunakan, sehingga metode yang dipilih sesuai dengan indikator

5


(27)

17

yang diharapkan. Selain itu indikator berfungsi sebagai acuan dalam pembatas bahasan peneliti, agar tidak mengalami perluasan dalam bahasan.

B. PENJASKES

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitasemosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan rohani.

Pengertian Pendidikan Jasmani Kata fisik atau jasmani (physical)

menunjukkan pada tubuh atau badan (body). Kata fisik seringkali digunakan

sebagai referensi dalam berbagai karakteristik jasmaniah, seperti kekuatan fisik (physical strenght), perkembangan fisik (physical development),

kecakapan fisik (physical prowess), kesehatan fisik (physical health). dan

penampilan fisik (physical appearance).

Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh karena itu, jika

kata pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk

frase atau susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical

education), yakni menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas

yang mengembangkan dan memelihara tubuh manusia. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan


(28)

18

emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.

a. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Permaian dan Olahraga meliputi: olahtaga tradisional, permainan. Ekplorasi gerak lokomotor dan non lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti rounders, kipper, sepak bola, bola basket, bola voli, enis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan bela diri, serta aktivitas lainnya.

b) Aktivitas Pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. c) Aktivitas Senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan

tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai serta aktivitas lainnya.

d) Aktivitas Ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.

e) Aktivitas Air meliputi: permainan air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

f) Aktivitas Luar Kelas meiputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.


(29)

19

g) Kesehatan meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, perawatan tubuh agar tetap sehat, mencegah dan merawat cidera serta mengatur waktu istirahat dan berperan aktif kegiatan P3K dan UKS.

b. Tujuan Pendidikan Jasmani

a) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. b) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang

lebih baik.

c) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

d) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

e) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.

f) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

g) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang


(30)

20

sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.6

C. Materi Atletik

Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat. Kata ini berasal dari bahasa Yunani "athlon" yang berarti "kontes". Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM. Olahraga atletik mula-mula dipopulerkan oleh bangsa Yunani kira-kira pada abad ke-6 SM. Orang yang berjasa mempopulerkannya adalah Iccus dan Herodicus. Atletik yang terkenal sudah lain dari pada yang dilakukan oleh bangsa yunani kuno. Sedangkan pada atletik di Indonesia dikenal lewat bangsa belanda yang selama tiga setengah abad telah menjajah negeri ini. Namun demikian atletik tiada dikenal secara luas. Induk organisasi untuk olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Kemudian sederajat atlet dari berbagai cabang atletik mulai bermunculan seiring dengan bertambahnya event-event kejuaraan atletik baik nasional maupun internasiaonal.7

a. Lari Estafet

Lari estafet atau lari sambung merupakan salah satu cabang olahraga lari. Jumlah pelari estafet bisa 2, 4, 8 otang atau lebih asalkan jumlahnya genap. Pada perlombaan resmi biasanya jumlah pelari estafet

6Ega Trisna Rahayu, Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani,(Bandung:ALFABETA,2013),Hal. 17-19.

7


(31)

21

sebanyak 4 orang. Lari estafet yang sering dilombahkan berjarak 4 x 100 meter dan 4 x 400 meter.

a) Cara Memberi dan Menerima Tongkat Estafet

Pada lari estafet, pengoperan tongkat estafet harus dilakukan dalam suatu petak yang berukuran panjang 20 meter. Pelari A berlari cepat menuju pelari B untuk memberikan tongkat estafet. Pelari B berada dalam sikap standing start (start berdiri) didekat garis permulaan

petak. Pada jarak 4-5 meter dari garis (tanda x), pelari B melihat ke belakang. Setelah pelari A yang memegang tongkat estafet dengan lengan kirinya mendekati tanda x, pelari B lari secepat-cepatnya dan tidak boleh melihat ke belakang. Pada saat A mengejar, ia akan memberi aba-aba “ya” sambil mengulurkan lengan kirinya ke depan. Saat itu pula B mengulurkan lengan kanannya ke belakang dengan ibu jari dibuka terpisah dari jari lainnya. Ketika tongkat estafet menyentuh tangan B, tongkat itu harus digenggamnya agar tidak jatuh. Saat berikutnya tongkat estafet itu harus sudah berpindah ke tangan kiri.

b) Berlatih Lari Estafet

(a) Siswa di bagi menjadi dua baris dengan jarak setiap baris lima meter. Semua siswa berada pada posisi start berdiri dengan kaki kanan di depan. Baris paling belakang memegang tongkat estafet di lengan kirinya. Jangan memegang pada pertengahan tongkat estafet! Setelah mendengar aba-aba “ya”, barisan siswa


(32)

22

yang memegang tongkat estafet berlari pelan dan mengulurkan lengan kirinya ke depan. Pada saat itu pula barisan depan mengulurkan lengan kanannya ke belakang. Telapak tangan menunjuk ke bawah, ibu jari terpisah dari jari lainnya. Sewaktu tongkat estafet menyentuh tangan barisan depan, segera barisan depan menggenggam tongkat dan memindahkan ke tangan kiri. (b) Caranya sama seperti bagian 1, tetapi jumlah barisan menjadi

empat baris dan jarak antarbaris menjadi 15 meter, serta kecepatan lari ditingkatkan.8

D. Pengertian Model Explicit Instruction

Rosenhina, dkk mengemukakan bahwa Explicit Intruction merupakan

suatu model pembelajaran secara langsung agarsiswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran.9

Arend dalam Trianto menjelaskan bahwa model Explicit

Intruction disebut juga dengan direct instruction merupakan salah satu

pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan

8

Tri Hananto Budi Santoso dkk, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, (Yudistira, 2007). Hal. 22-23.

9

Dini rosdiani, Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, (Bandung: Alfabeta, 2012). Hal. 2


(33)

23

baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.10

Kemudian Anurrahman mengemukakan bahwa Explicit Intruction atau

yang dikenal sebagai pengajaran langsung merupakan suatu model dimana kegiatan terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Model

Explicit Intruction merupakan suatu pendekatan atau model pembelajaran

yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif sehingga agar siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran dengan pola selangkah demi selangkah.11

E. Tujuan dan Ciri Model Explicit Instruction

Kardi, dkk ada beberapa ciri-ciri Model Explicit Intruction (pengajaran

langsung), yaitu sebagai berikut:

a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.

b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatanpembelajaran dan

10

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Surabaya: TIM Prestasi Pustaka, 2007), hal. 3.

11


(34)

24

c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.12

Selain itu, Weil dan Calho mengemukakan bahwa tujuan utama dari penggunaan model tersebut, yaitu untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa, sedangkan dampak pengajarannya adalah tercapainya ketuntasan muatan akademik dan keterampilan, meningkatnya motivasi belajar siswa serta meningkatkan kemampuan siswa.13

Ciri-ciri pada pengajaran langsung:

1) Proses pengajaran langsung didominasikan oleh keaktifan guru. 2) Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi. 3) Lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya

pembelajaran.

4) Materi ajar bersumber pada guru.14

E. Langkah-Langkah Model Explicit Instruction

Pada pelaksanaan Model Explicit Intruction (EI) dapat berbentuk ceramah, demontrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Hal ini digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Tekait hal tersebut, maka dalam penerapannya penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat, waktu

12

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Surabaya: TIM Prestasi Pustaka, 2007), hal. 5.

13

Ibid. hal. 1. 14

Dini rosdiani, Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. (Bandung: Alfabeta, 2012 ) hal. 7


(35)

25

yang digunakan. Dari uraian tersebut, maka seorang guru harus memahami langkah-langkah atau sintaks dari model tersebut.

Zainal Aqib menyatakan bahwa ada beberapa tahapan atau langkah dalam pengajaran langsung (Explicit Intruction), meliputi:

a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. b. Mendemontrasikan pengeatahuan dan keterampilan. c. Membimbing pelatihan.

d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. e. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.15

TAHAPAN-TAHAPAN MODEL EXPLICIT INTRUCTION

Fase Peran Guru

Fase I

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan TPK, informasi latar

belakang, pentingnya pelajaran,

mempersiapkan siswa untuk belajar. Fase 2

Mendemontrasikan pengeta-huan serta keterampilan

Guru mendemontrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kapada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.16

15

Zainal Aqib, Model-model,Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (INOVATIF), (Bandung, Yrama Widya, 2014), hal. 29-30.

16

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Perenada Media Grup, 2010), hal.2


(36)

26

Berdasarkan fase yang terdapat pada tabel 1, maka peneliti menyimpulkan bahwa pada tersebut terdiri dari fase persiapan, yang terdiri dari fase menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa yang mencakupi:

1. Guru memberikan tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.

2. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan oleh guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya dipapan tulis.

3. Kegiatan ini bertujuan menarik perhatian orang (siswa), memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.

Kemudian dilanjutkan dengan fase mendemontrasikan pengetahuan serta keterampilan yang mencakupi:

a. Melakukan presentasi atau demontrasi pengetahuan dan keterampilan. b. Pengajaran langsung berperan teguh pada asumsi, bahwa sebagaianbesar

yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain.

c. Mencapai pemahaman dan penugasan meliputi untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demontrasi.


(37)

27

Selanjutnya, fase pelatihan dan pemberian umpan balik meliputi: 4. Membimbing pelatihan mencakupi

a. Berlatih meliputi guru dapat mendemontrasikan sesuatu dengan benar-benar diperlukan latihan yang intensif, danmemperhatikan aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemontrasikan. b. Memberikan latihan terbimbing dalam hal ini ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan, yaitu sebagai berikut:

a) Menguasai siswa melakukan latihan singkat.

b) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar mengusai konsep / keterampilan yang dipelajari.

c. Dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa.

d. Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.

5. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik tahap ini disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan secara lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa.

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapanyang dilakukan denganmemberikan kesempatan latihan mandiri yang di hubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam


(38)

28

melakukan hal ini yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri, yaitu:

a. Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya.

b. Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa dirumah.

c. Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa dirumah.17

F. Kelemahan dan kelebihan Model Explicit Instruction

Kelebihan model explicit instruction :

a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. c. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau

kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.

d. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.

17


(39)

29

e. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.

f. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.

g. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.

Sedangkan kelemahan model explicit instruction :

a. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.

b. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.

c. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.

d. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur,


(40)

30

siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.

e. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.18

18

Dini rosdiani, Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 156-159.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitihan adalah penelitian tindakan kelas. Kata Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris Classroom

Action Research, yang berarti penelitian tindakan kelas.

PTK meliputi tiga kata yaitu “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas di berbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru/dosen yang sama.1

Di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat beberapa model atau desain penelitian yang digunakan ketika peneliti melakukan PTK. Desain-desain tersebut diantaranya adalah: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis Mc Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model Hopkins, (5) Model


(42)

32

McKernan, (6) Model Dave Ebbut. Dalam hal ini, peneliti disini melakukan PTK dengan menggunakan model Kurt Lewin.

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dan berbagai model

action research, terutama classroom action research. Konsep pokok action

research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1)

perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing),

dan (4) refleksi (reflecting). 2

Hubungan keempat komponen tersebut dipandang siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin

B. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting atau lokasi PTK ini adalah MINU Sumokali Sidoarjo kelas IV. Mata pelajaran Penjaskes, tahun pelajaran 2015/2016.

2


(43)

33

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo dengan jumlah siswa 21anak meliputi 9 laki-laki dan 12 perempuan. Sedangkan peneliti disini berperan sebagai observer.

C. Variabel yang Diteliti

Dalam penelitian tindakan kelas ini,variabel yang diselidiki adalah:

1. Variabel input : Siswa-siswi kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo 2. Variabel proses : Model Explicit Instruction

3. Variabel output : Peningkatan keterampilan lari estafet mata pelajaran Penjaskes materi Atletik.

D. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam empat tahap. Setiap tahap dilalui dengan prosedur dan langkah-langkah tersendiri.

1. Tahap perencanaan tindakan

Setiap kegiatan membutuhkan perencanaan, begitu juga dalam penelitian ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu :

a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan

b. Menentukan model Explicit Instructionyang digunakan untuk

menyelesaikan masalah. Berdasarkan masalah yang ada peneliti melaksanakan peningkatanketerampilan lari estafet mata pelajaran Penjaskes materi Atletik.


(44)

34

c. Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran Penjaskes di kelas VI dengan menggunakan Model Explicit Instruction.

d. Menentukan materi pokok yang diajarkan, yaitu Atletik.

e. Menyiapkan sumber pembelajaran yaitu buku dan alat olahraga.

f. Mengembangkan non test berupa penilaian performent atletik lari estafetyang telah terselesaikan.

g. Mengembangkan format penilaian.

h. Menentukan alat observasi berupa lembar observasi, pedoman wawancara , gambar dan kriteria keberhasilan.

i. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan

Berdasarkan kriteria, peneliti ingin mengetahui apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Apabila sesuai maka tindakan perbaikan dihentikan. Apabila belum maka peneliti terus melakukan perbaikan di siklus berikutnya.

2. Tahap pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Awal (20 menit)

Fase1 : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswaexplicit instruction.


(45)

35

b) Mengecek kehadiran siswa.

c) Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu.

d) Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan hari ini yaitu tentang Atletik Lari Estafet.

e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti (65 menit)

Fase 2 mendemontrsikan pengetahuan serta keterampilan model

explicit instruction

Elaborasi

a) Guru menjelaskan materi dan memberikan materi atletik lari estafet.

b) Guru mengatur siswa agar berpasang-pasangan. c) Masing-masing kelompok antara 4-6 siswa.

Fase 3 membimbing pelatihan Eksplorasi

Melakukan tehnik dasar lari estafet:

1) Guru melakukan teknik dasar lari estafet pemanasan (warming

up) (berkelompok).

2) Guru melakukan start dari posisi berdiri menggunakan aba-aba (berkelompok).

3) Guru melakukan lari mengelilingi lapangan dengan langkah pendek (berkelompok).


(46)

36

Melakukan tehnik memberi/menerima tongkat yaitu:

1) Guru melakukan latihan pengoperan tongkat statis.

2) Guru melakukan latihan pengoperan tongkat dengan gerakan tangan sprint.

3) Guru melakukan latihan mengoperkan tongkat dengan lari perlahan.

4) Setelah berkelompok siswa mempraktikkan lari estafet dengan benar.

Fase 4 pemahaman dan memberikan umpan balik model explicit instruction

Konfirmasi

1) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk praktek/lisan.

2) Guru memberikan penilaian atau refleksi.

Fase 5 memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan model explicit instruction

3) Guru memberikan acuan agar siswa dapat melakukan ekplorasi dengan baik.

4) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum perpatisipasi aktif.

c. Kegiatan Penutup (20 menit)

a) Bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran. b) Menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya.


(47)

37

c) Siswa dan guru bersama-sama membaca do’a. d) Mengucapkan salam.

3. Tahap pengamatan

Pada tahap ini dilaksanakan pengambilan atau pengumpulan data hasil wawancara, observasi dan penilaian aspek psikomotorik.

a. Melakukan wawancara kepada guru dan siswa sesuai dengan pedoman wawancara guru dan siswa.

b. Melakukan observasi dari proses pembelajaran yang dilakukan melalui lembar pengamatan observasi guru dan siswa yang telah dipersiapkan.

4. Tahap refleksi

Pada tahap ini dilakukan:

a. Evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

b. Pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang RPP dan unjuk kerja siswa, dengan melihat hasil observasi guru dan siswa.

c. Perbaikan pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.

E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya

1. Sumber data

Ada dua sumber data dalam PTK, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.3 Data primer adalah data yang diperoleh dari


(48)

38

sekolah yang diteliti. Yang termasuk data primer adalah siswa, guru, orang tua, dankepala sekolah di MINU Sumokali Sidoarjo. Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari pihak-pihak yang tidak berkaiatan dengan sekolah. Seperti pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan. Dalam penelitian kali ini, data yang diperlukan untuk dianalisis adalah data primer, yaitu:

a. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini siswa dapat mempraktikkan gerak dasar atletik lari estafet dengan tepat.

b. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini guru dapat membantu siswa dapat Mempraktikkan gerak dasar atletik lari estafet. Selain itu dapat memudahkan guru untuk melanjutkan materi selanjutnya.

c. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini MINU Sumokali sidoarjo dapat mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses pembelajaran penjaskes materi atletik , khususnya peningkatan Keterampilan, keaktifan, pemahaman, kreatif, cerdas, agamis dan prestasi belajar.

d. Penulis

Bagi penulis membawa wawasan dan pengetahuan lebih dalam dan sebagai latihan dalam bentuk karya ilmiah yang berupa tulisan serta sebagai landasan megajar Penjaskes.


(49)

39

2. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, ada dua jenis data yang dikumpulkan peneliti, yakni:

a. Data Kuantitatif (nilai keterampilan siswa) dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif.

b. Data Kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode yang baru (afektif), aktivitas manusia mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif.4

3. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan peneliti, yakni: a. Non Tes (Penilaian Performance)

Dipergunakan untuk mendapatkan data tentang peningkatan keterampilan siswa dalam melakukan lari estafet.

b. Observasi

Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.Adapun instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa.

4


(50)

40

c. Wawancara

wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa dan teman sejawat tentang pembelajaran dengan model

explicit instruction. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan

informasi dimana pewancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

FORMAT PANDUAN WAWANCARA

1. Bagaimana keterampilan lari estafet pada mata pelajaran Penjaskes di kelas IV?

2. Model apa sajakah yang telah diterapkan oleh guru terkait dengan peningkatan keterampilan siswa dalam lari estafet? 3. Apa saja hambatan yang sering terjadi dalam pembelajaran di

luar kelas dalam upaya meningkatkan keterampilan berlari estafet pada siswa kelas IV?

4. Model apa yang pernah digunakan dalam upaya meningkatkan keterampilan berlari estafet pada siswa kelas IV?

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagaian. Dalam penelitian ini data dokumentasi merupakan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti meliputi data-data yang ada di dalam lembaga sekolah yang dihasilkan oleh peneliti setelah


(51)

41

penelitian, dan dokumen tentang rekap hasil belajar mata pelajaran penjaskes.

F. Instrument Pengumpulan Data

a. Instrumen observasi guru (terlampir) b. Instrumen observasi siswa (terlampir)

c. Instrument Non Test / Penilaian Performance (terlampir)

Instrument yang digunakan untuk menjelaskan tentang peningkatan keterampilan lari estafet adalah dengan menggunakan rubik penilaian performance.

d. Instrumen pengamatan Sikap/Perilaku (terlampir)

Instrument yang digunakan untuk menjelaskan tentang peningkatan keterampilan lari estafet adalah dengan menggunakan rubik penilaian performance.

G. Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu model dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data kualitatif. Analisis kualitatif dapat dilihat dari hasil lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi guru, dan keberhasilan atau kegagalan tindakan.

Cara menganalisis data dari hasil observasi aktivitas siswa dengan melihat respon positif atau negatif siswa terhadap peningkatan keterampilan berlari estafet dalam materi atletik pada mata pelajaran Penjaskes.


(52)

42

Cara menganalisis data dari hasil observasi aktivitas guru dengan melihat kesesuaian proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan RPP yang telah disiapkan dan kesulitan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara menganalisis hasil performance siswa ketika proses pembelajaran

berlangsung. Kemudian dilihat peningkatannya dari hasil pretest dan postest.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: untuk ketuntasan belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa yang telah tuntas belajar bila telah mencapai KKM 80 dan secara klasikal dikatakan tuntas belajar apabila prosentase mencapai 80%.

Untuk menghitung skor keterampilan berlari siswa digunakan rumus sebagai berikut :5

�������ℎ�� = ����� �����������ℎ

������������� 100

Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar (keterampilan berlari) digunakan rumus sebagai berikut :6

���������� = ������ ��� ������ �������

������ 100%

Untuk mengetahui rata-rata keterampilan berlari estafet kelas IV pada materi atletik digunakan rumus sebagai berikut :

5

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KTSP, (Jakarta: Kencana, 2010).

6

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011). hlm. 109.


(53)

43

����������= �����������������������

������������� 100%

H. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah keberhasilan guru dalam mengelola dan melakukan pembelajaran serta keberhasilan siswa dalam melakukan pembelajaran dan melakukan non testdengan praktek yang telah terselesaikan.

Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan model explicit instruction sekurang-kurangnya berkategori

baik.

2. Skor rata-rataketerampilan berlari estafet kelas IV pada materi atletik

menjadi ≥ 80.

3. Persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal belajar ≥ 80%.

4. Terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus I ke siklus II ≥ 20.

I. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini mengunakan kolaborasi. Antara guru seorang mata pelajaran penjaskes, guru sebagai kolaborator bersama peneliti dikelas sekaligus sebagai obsevator selama kegiatan penelitian tindakan kelas.

Peneliti dan kolaborator bertugas penuh dalam pelaksanaan penelitianbaik dalam kegiatan awal perencanaan, tindakan, dan observasi dan


(54)

44

memenuhi hasil yang diinginkan dalam sebuah proses penelitian tindakan kelas.

1. Guru Penjaskes Nama : Subiyanto

Status : Guru mata pelajaran penjaskes

Tugas : bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan. 2. Peneliti

Nama : Rizqiyah Muthoharoh Status : Mahasiswi

Tugas : Menyusun perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi, pelaksana kegiatan, mengamati dan mengisi lembar observasi siswa, melakukan diskusi dengan guru kolaborator, dan menyusun laporan hasil penelitian.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, diantarannya adalah dengan melalui observasi, wawancara dan penilaian non test. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa saat melakukan proses kegiatan pembelajaran (KMB) di kelas untuk meningkatkan keterampilan lari estafet melalui model explicit

instruction.

Sedangkan teknik wawancara digunakan untuk mewawancarai beberapa informan di MINU Sumokali Sidoarjo yaitu Kepala Sekolah sebagai pemegang penuh atas mutu ketulusan dari sekolah yang dipimpinnya, guru yang mengajar di kelas IV dan beberapa siswa. Wawancara dilakukan di saat para informan tersebut mempunyai waktu luang untuk diwawancarai, yaitu pada saat jam istirahat dari aktivitas pembelajaran atau pada sudah jam belajar belajar mengajar sudah selasai serta para siswa sudah waktunya jam pulang.

Selain menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara, penggalian data juga dilakukan melalui penilaian non test. Penilaian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keterampilan lari estafet , penelitian dilakukan mulai pada tahap pra siklus yang digunakan untuk


(56)

46

mengetahui kondisi awal dari keterampilan lari estafet, juga pada tahap siklus I, II dan III untuk mengetahui peningkatan keterampilan lari estafet.

Adapun untuk penyajian data pada penelitian ini, peneliti akan membagi menjadi empat bagian tahapan pelaporan yaitu pada:

1. Tahap pra siklus 2. Tahap siklus I 3. Tahap siklus II 4. Tahap siklus III

Berikut ini penyajian data pada tiap-tiap tahapannya:

1. Pra Tindakan

Tahap pra tindakan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan sebelum penelitian melakukan proses penelitian tindakan kelas. Tahap ini dilakukan dengan cara wawancara terhadap guru pendidikan jasmani dan kesehatan Kelas IV MINU Sumokali. Hasil wawancara dengan guru pendidikan jasmani dan kesehatan Kelas IV yaitu bapak Subiyanto menunjukkan bahwa metode yang digunakan adalah ceramah, penugasan dan sering tidak menggunakan media yang sesuai. Problem menonjol yang dialami siswa pada saat ini adalah ketika mendapatkan tugas lari estafet pada materi atletik. Hal ini bisa dilihat dari KKM mata pelajaran penjaskes kelas IV MINU Sumokali ditetapkan sebesar 80 dan prosentase keberhasilan yang harus dicapai minimal 80%,


(57)

47

tetapi KKM tersebut sulit terpenuhi. Terbukti dari pencapaian hasil belajar siswa yang hanya sebesar 47,6% dengan rata-rata kelas sebesar 62.85.1

Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa tingkat keterampilan berlari estafet pada pra siklus masih ada tindakan perbaikan dalam pembelajaran Penjaskes sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan pertama yang dilakukan peneliti adalah dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar observasi akrtivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa, menyiapkan tongkat yang diperlukan untuk menujang proses pembelajaran terutama pada materi Atletik lari estafet.

b. Pelaksanaan tindakan

Siklus I dilaksanakan pada, tanggal 12 April 2016, jam pelajaran ke 1-3 pukul 07.00-09.30 WIB dengan pembelajaran Penjaskes materi Atletik Lari Estafet dengan model explicit instruction. Kegiatan

pembelajaran diawali dengan siswa mempersiapkan baris didepan kelas dan bersalaman dengan guru.

1

Hasil wawancara dengan subiyanto yaitu guru Penjaskes di MI Sumokali Sidoarjo pada tanggal 01 Desember 2015


(58)

48

Gambar 4.1

Siswa baris di depan kelas dan bersalaman dengan guru Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa kemudian siswa menjawabnya dengan serentak dilanjutkan berdoa.

Gambar 4.2

Guru mengucapkan salam dan memimpin doa

Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu guru bertanya “siapa yang tahu apa pengetian lari estafet..?” kemudian siswa menjawab lari sambung..”. Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan hari ini yaitu tentang Atletik Lari Estafet lalu menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Gambar 4.3


(59)

49

Pada kegiatan inti guru menjelaskan dan memberikan materi atletik lari estafet.

Gambar 4.4

Guru menjelaskan dan memberikan materi atletik lari estafet. Setelah itu guru membagikan siswa masing-masing 1-4 siswa. Setiap kelompok diminta untuk melakukan tehnik dasar lari estafet yakni pemanasan, start dari posisi berdiri, melakukan lari mengelilingi lapangan dengan langkah pendek, melakukan lari start, lari dan finish.

Gambar 4.5 Melakukan pemanasan

Saat melakukan tehnik memberi/menerima tongkat melakukan latihan pengoperan tongkat statis, melakukan pengeoperan tongkat dengan gerakan tangan sprint, melakukan latihan mengoperkan tongkat dengan lari perlahan.


(60)

50

Gambar 4.6

Siswa dan guru memperagakan cara menerima dan memberi tongkat estafet

Ketika siswa sudah bisa melakukan cara memberi dan menerima tongkat estafet. Pada tiap-tiap kelompok mempraktikan lari estafet dengan benar dan siswa mempraktikkan lari estafet.

Gambar 4.7

Siswa mempraktikkan lari estafet

Dalam kegiatan penutup seorang guru bisa mengetahui keterampilan berlari estafet pada masing-masing siswa. Setelah itu guru melakukan umpan balik positif yang sudah melakukan ekplorasi dengan baik, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi.


(61)

51

Gambar 4.8

Guru melakukan umpan balik

kemudian menyampaikan materi selanjutnya dan guru mengakhiri dengan doa dan salam.

Gambar 4.9

Guru mengakhiri dengan doa dan salam

Setelah guru menutup pembelajaran siswa dipersilahkan untuk keluar dari kelas dan siswa menjawab salam dari guru.

c. Observasi

Pada kegiatan observasi penelitian bagaimana peningkatan model

explicit instruction yang dilakukan di kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo,

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Hasil lembar observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.


(62)

52

Perolehan hasil pengamatan lembar observasi aktivitas guru pada siklus I adalah sebesar 77. Dalam hal mengajar, guru mampu mengondisikan siswa. Guru mengajar sesuai RPP yang ada. Guru menggunakan media pembelajaran agar memudahkan siswa memahami dalam pembelajaran. Guru juga baik dalam memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa termotivasi dalam belajar meskipun belum seluruh siswa yang termotivasi. Pada bagian evaluasi Guru membuat alat evaluasi berupa tabel penilaian untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana siswa dapat meningkatkan keterampilan lari estafet dengan baik.

2) Hasil lembar observasi terhadap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Persiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat dikatakan cukup baik, baik secara fisik, alat perlengkapan belajar ataupun performance siswa. Siswa juga kompak dalam menjawab salam dari guru. Dengan dipimpin oleh ketua kelas, semua siswa berdoa bersama dengan baik.

Siswa terlihat tidak bersemangat ketika guru menanyakan pelajaran semester lalu. Siswa tidak tahu mengenai tujuan pembelajaran yang dicapai, karena guru menginformasikan kepada mereka.


(63)

53

Perolehan hasil pengamatan aktivitas siswa siklus I. Dalam pengamatan aktivitas siswa belum beraktivitas secara maksimal dalam pembelajaran. Hal itu bisa dilihat dari kegiatan siswa di kelas dan skor perolehan siswa mencapai 65 dalam kategori cukup baik. Hal ini disebabkan siswa kurang cepat dalam mempraktikkan lari estafet. Siswa kurang percaya diri dan bekerjasama.

Pada aktivitas guru pada siklus I menunjukkan skor nilai 77 (cukup baik) sedangkan aktivitas siswa pada siklus I yaitu sebesar skor nilai 65 (cukup baik). Hal ini dapat menunjukkan bahwa aktivitas siswa di kelas masih rendah. Aktivitas siswa masih rendah dikarenakan siswa kurang aktif dalam bekerjasama.

3) Hasil unjuk kerja siswa tentang keterampilan lari estafet pada mata pelajaran Penjaskes melalui model explicit instruction pada siklus I.

a) Nilai di atas KKM

Siswa yang mendapat nilai di atas KKM (80) terdapat 14 siswa antara lain NF (80), ANF (80), BA (85), FRH (80), K (85), MA (80), MCS (85), MFA (80), NM (85), MNN (80), NS (80), AFA (80), AH (80).

b) Nilai di bawah KKM

Siswa yang nilai dibawah KKM sebanyak 7 antara lain DP (55), DOS (50), DS (55), NS (60), ZAR (75), SK (55), RG (50).


(64)

54

Bahwa hasil unjuk kerja siswa rata-rata siswa pada siklus I sebesar 69,5. Hal ini bisa dikatakan cukup baik karena pada siklus I belum memenuhi KKM yang telah disepakati sebesar 80. Namun peneliti tidak boleh putus asa dari siklus I ini karena masih ada 7 siswa yang mendapat di bawah KKM. Sedangkan prosentase ketuntasan siswa mendapat skor 66,66%. Peneliti mengupayakan peningkatan pada siklus II.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model explicit instruction untuk meningkatkan keterampilan lari estafet

pada siswa kelas IV siklus I menujukkan adanya peningkatan dari kondisi sebelumnya (pra tindakan). Tetapi pada siklus I masih terdapat kekurangan yang menyebabkan keterampilan lari estafet pada mata pelajaran Penjaskes kurang maksimal. Setelah berdiskusi dengan guru mata pelajaran Penjaskes kelas IV, diperoleh simpulan mengenai hal-hal yang menyebabkan keterampilan lari estafat siswa kurang maksimal antara lain:

a) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan model explicit instruction, sehingga siswa kurang


(65)

55

b) Masih banyak siswa yang malas untuk mempraktikkan lari estafet dengan tepat.

c) Siswa kurang percaya diri, kurang cepat saat berlari, kurang bekerjasama, terlihat pada siswa ditunjuk untuk mempraktikkan lari estafet dalam Atletik di lapangan masih ragu-ragu.

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan untuk upaya perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a) Mengkondisikan siswa dalam menggunakan model explicit instruction

sehingga siswa antusias dalam pembelajaran.

b) Lebih memotivasi siswa agar berperan aktif dalam mempelajari dan mempraktikkan serta lebih percaya diri, lebih cepat berlari, lebih berkerjasama lari estafet di lapangan.

c) Menyiapkan alat dan tempat yang sesuai dengan kemampuan siswa.

3. Siklus II

a. Perencanaan

1) Mengkondisikan siswa dalam menggunakan model explicit

instruction sehingga siswa antusias dalam pembelajaran.

2) Lebih memotivasi siswa agar berperan aktif dalam mempelajari dan mempraktikkan serta lebih percaya diri, lebih cepat berlari, lebih berkerjasama lari estafet di lapangan.


(66)

56

b. Penerapan

Siklus II dilaksanakan pada, tanggal 19 April 2016, jam pelajaran ke 1-3 pukul 07.00-09.30 WIB dengan pembelajaran Penjaskes materi Lari Estafet dengan model explicit instruction. Kegiatan pembelajaran

guru mengawali dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa.

Gambar 4.10

Guru membuka salam dan doa serta mengecek kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu

ketika guru mengangkat tangan sambil mengatakan yakni “siapa yang tahu pengertian lari estafet.. ?”. seketika siswa langsung menjawab kaliamat dari guru jawaban” saya, lari sambung ..” guru bertanya kembali “teknik apa saja yang dilakukan dalam lari estafet..? kemudian siswa menjawab “ teknik menerima dan pengoperan tongkat ..” kemudian Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan hari ini yaitu tentang Atletik Lari Estafet lalu menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.


(67)

57

Gambar 4.11

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Pada kegiatan inti guru menjelaskan dan memberikan materi atletik lari estafet.

Gambar 4.12

Guru menjelaskan materi atletik lari estafet

Setelah itu guru membagikan siswa masing-masing 1-4 kelompok. Setiap kelompok diminta untuk melakukan tehnik dasar lari estafet yakni pemanasan, start dari posisi berdiri, melakukan lari mengelilingi lapangan dengan langkah pendek, melakukan lari start, lari dan finish.

Gambar 4.13


(68)

58

Selanjutnya melakukan tehnik memberi/menerima tongkat guru melakukan latihan pengoperan tongkat statis, guru melakukan pengeoperan tongkat dengan gerakan tangan sprint dan guru melakukan latihan mengoperkan tongkat dengan lari perlahan.

Gambar 4.14

Memperagakan cara menerima dan memberi tongkat estafet dengan benar

Setelah berkelompok, setiap kelompok mempraktikan lari estafet dengan benar. Ketika siswa mempraktikkan lari estafet, guru menilai praktek setiap siswa dan siswa mulai bisa mempraktikkan lari estafet dengan baik.

Gambar 4.15

Siswa mempraktikkan lari estafet

Dalam kegiatan inilah seorang guru bisa mengetahui keterampilan berlari estafet pada masing-masing siswa. Setelah itu guru melakukan


(69)

59

umpan balik positif yang sudah melakukan ekplorasi dengan baik, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi kemudian menyampaikan materi selanjutnya dan guru mengakhiri dengan doa dan salam.

c. Observasi

Pada kegiatan observasi penelitian bagaimana peningkatan model

explicit instruction yang dilakukan di kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo,

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Hasil lembar observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Perolehan hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II mendapat skor perolehan 85 dengan kategori baik. Guru mampu menguasai kelas dengan baik. Guru mampu memusatkan perhatian siswa pada saat proses pembelajaran. Motivasi yang diberikan mampu membuat siswa siswi bersemangat kembali pada proses belajar mengajar. Pada saat evaluasi, guru mampu mengukur pemahaman siswa dengan lembar unjuk kerja siswa yang telah tersedia dan menyiapkan alat dan tempat yang sesuai dengan kemampuan siswa.

2) Hasil lembar observasi terhadap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.


(70)

60

siswa. Siswa juga kompak dalam menjawab salam dari guru. Dengan dipimpin oleh ketua kelas, semua siswa berdoa bersama dengan baik.

Siswa terlihat bersemangat ketika guru menanyakan pelajaran semester lalu. Siswa tahu mengenai tujuan pembelajaran yang dicapai, karena guru menginformasikan kepada merekadengan penuh perhatian dan baik.

Pada perolehan skor aktivitas siswa yaitu 78 dalam kategori cukup baik dengan prosentase keberhasilan siswa Secara keseluruhan aktivitas siswa pada siklus II ini sudah menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari data di atas hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I 65. Pada siklus II peningkatan ini adalah karena perhatihan dan minat siswa pada pembelajaran sehingga mempengaruhi siswa aktif dan terkondisi dengan baik pada mata pelajaran penjaskes.

Aktivitas guru dapat dilihat pada siklus II mendapat skor nilai 85 (baik) sedangkan pada aktivitas siswa pada siklus II yaitu sebesar skor nilai 78 (cukup baik). Pada aktivitas siswa menunjukkan bahwa aktivitas di kelas sudah mengalami peningkatan. Peningkatan pada aktivitas siswa ini sudah dikatakan cukup baik karena siswa mulai berjalan dengan aktif dalam bekerjasama. Guru mampu menyiapkan alat dan tempat yang sesuai dengan kemampuan siswa.


(71)

61

3) Hasil unjuk kerja siswa tentang keterampilan lari estafet pada mata pelajaran Penjaskes melalui model explicit instruction pada siklus II.

a. Nilai di atas KKM

Siswa yang mendapat nilai di atas KKM (80) terdapat 18 siswa antara lain NF (80), ANF (85), DOS (80), FRH (95), K (95), MA (90), MCS (100), MFA (90), NM (85), MNN (90), NS (85), NM (90), MN (80), SK (90), ZAR (90), AFA (85), AH (100), RGV (85).

b. Nilai di bawah KKM

Siswa yang nilai dibawah KKM sebanyak 3 antara lain DP (70), DS (65), NS (70).

Pada siklus II ini dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa rata-rata siswa sebesar 77,14 dan mengalami peningkatan yang semula pada siklus I sebesar 69,5. Pada siklus II ini 18 siswa mampu mendapatkan nilai diatas KKM. Hal ini dikatakan baik dibanding siklus I. Karena di siklus I siswa belum kondusif saat proses pembelajaran, masih kurang aktif dalam bekerjasama dan kurang percaya diri. Namun hal yang diharapkan pada siklus II ini siswa sudah bisa terkondisi dengan baik saat menggunakan model explicit instruction sehingga siswa


(72)

62

mempraktikkan lari estafet dengan baik. Alat dan tempat yang siapkan sesuai dengan kemampuan siswa.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model explicit instruction untuk meningkatkan keterampilan lari estafet

pada siswa kelas IV siklus II menujukkan adanya peningkatan dari kondisi sebelumnya siklus I. Tetapi pada siklus II masih terdapat kekurangan yang menyebabkan keterampilan lari estafet pada mata pelajaran Penjaskes kurang maksimal. Setelah berdiskusi dengan guru mata pelajaran Penjaskes kelas IV, diperoleh simpulan mengenai hal-hal yang menyebabkan keterampilan lari estafat siswa kurang maksimal antara lain: a. Masih banyak siswa yang belum bisa menerima dan memberi tongkat

dengan tepat.

b. Siswa kurang cepat dan tanggap saat mendengar aba-aba dari guru. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan untuk upaya perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a. Siswa dapat menerima dan memberi tongkat dengan tepat.

b. Siswa dapat melakukan dengan cepat dan tanggap saat mendengar aba-aba dari guru.

c. Siswa diberikan reward agar bisa bersemangat kembali saat melakukan proses pembelajaran.


(73)

63

4. Siklus III

a. Perencanaan

1. Siswa dapat menerima dan memberi tongkat dengan tepat.

2. Siswa dapat melakukan dengan cepat dan tanggap saat mendengar aba-aba dari guru.

3. Siswa diberikan reward agar bisa bersemangat kembali saat melakukan proses pembelajaran.

b. Penerapan

Siklus III dilaksanakan pada, tanggal 24 Mei 2016, jam pelajaran ke 1-3 pukul 07.00-09.30 WIB dengan pembelajaran Penjaskes materi Lari Estafet dengan model explicit instruction.Kegiatan pembelajaran diawali

dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa. Guru memberi ice breaking kepada siswa “Tepuk semangat”. Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu guru bertanya kembali saat pembelajaran kemarin semua mengenai keterampilan estafet sehingga siswa mampu menjawab dan mempraktikkan. Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan hari ini yaitu tentang Atletik Lari Estafet lalu menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kemudian guru menjelaskan dan memberikan materi atletik lari estafet siswa sangat meperhatikan karna di siklus ini siswa berharap berhasil saat mempraktikkan lari estafet.


(74)

64

Gambar 4.16

Guru menjelakan materi lari estafet

Setelah itu guru membagikan siswa dengan berkelompok siswa putra dan siswi putri masing-masing 1-4 kelompok. Setiap kelompok diminta untuk melakukan tehnik dasar lari estafet yakni pemanasan , start dari posisi berdiri, melakukan lari mengelilingi lapangan dengan langkah pendek, melakukan lari start , lari dan finish.

Gambar 4.17

Siswa melakukan pemanasan

Selanjutnya melakukan tehnik memberi/menerima tongkat melakukan latihan pengoperan tongkat statis, melakukan pengeoperan tongkat dengan gerakan tangan sprint, melakukan latihan mengoperkan tongkat dengan lari perlahan.


(1)

BAB V

PENUTUP

Berdasakan hasil analisis data dalam penelitian ini tentang peningkatan

keterampilan lari estafet melalui model explicit instruction, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

a. Simpulan

1. Penerapan pembelajaran lari estafet melalui model explicit instruction

selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran penjaskes sangat baik. Hal ini

dapat dilihat pada siklus I aktivitas guru memperoleh nilai akhir 77

(cukup baik) dan kegiatan aktivitas siswa mendapatkan nilai akhir 65

(cukup baik). Pada siklus II aktivitas guru 85 (baik) dan aktivitas siswa

mengalami kenaikan menjadi 78 (cukup baik). Kemudian pada siklus III

aktivitas guru mendapat nilai akhir 88 (baik) dan akitivitas siswa

mengalami kenaikan menjadi 83 (baik). Berdasarkan

peningkatan-peningkatan yang terjadi antara siklus I, siklus II dan siklus III, maka

penerapan model explicit instruction telah dilaksanakan dengan baik.

2. Terdapat peningkatan keterampilan lari estafet siswa kelas IV MINU

Sumokali Sidoarjo sesudah menerapkan model explicit instruction.

Model explicit instruction dapat meningkatkan keterampilan lari estafet.

Hal ini dapat dilihat pada hasil wawancara dengan guru mata pelajaran

Penjaskes pada pra siklus prosentase ketuntasan belajar siswa adalah


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

belajar sebesar 66,66% (terjadi peningkatan 26.66%). Namun prosentase

yang didapat pada siklus I lebih baik dibanding dengan prosentase pra

siklus, nilai pada siklus I belum sesuai dengan indikator yang ditentukan

sehingga diperbaiki pada siklus II yang mendapatkan prosentase

ketuntasan belajar tinggi sebesar 86% (terjadi peningkatan 19,34%)

sehingga pada siklus II ini belum dikatakan berhasil dan belum mencapai

indikator yang telah ditentukan. Oleh karena itu diperbaiki pada siklus III

yang mendapatkan prosentase ketuntasan belajar tinggi sebesar 90,4%

(terjadi peningkatan 23,74%). Rata-rata pada siklus I sebesar 69,5, siklus

II sebesar77,14 dan siklus III sebesar 82,8. Oleh sebab itu sudah

dikatakan berhasil dan mencapai indikator yang telah diharapkan dengan

baik.

b. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian diatas, peneliti dapat mengajukan

saran-saran sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam keterampilan lari estafet,

sebaiknya guru membuat rencana perangkat pembelajaran mengenai

materi yang akan disampaikan dengan cakupan metode pembelajaran,

strategi pembelajaran, dan model pembelajaran. Selain itu sumber belajar

yang akan digunakan harus direncanakan. Dengan cara itu agar siswa


(3)

74

b. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lari

estafet khususnya sering-sering terjadinya timbal balik antara guru dan

siswa. Selain itu guru sesering mungkin memotivasi siswa.

c. Pembelajaran di kelas hendaknya menggunakan kominasi kerja

kelompok, saling bertukar pendapat. Tujuannya agar siswa termotivasi

dengan teman satu kelompoknya dan siswa bisa mempraktikkan dengan


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Budi Santoso , Tri Hantono dkk, 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan, (Yudistira,)

Dini rosdiani, 2012. Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani

dan Kesehatan, (Bandung, Alfabeta)

Ega Trisna Rahayu, 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani,(Bandung:

ALFABETA)

Ekawarna, 2013. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Referensi)

Hamzah B. Uno dkk., 2012. Menjadi Peneiti PTK yang Profesional, (Jakarta:

Bumi Aksara)

Hanafiah Nanang dkk, 2009. Konsep Strategi Pembelajara, (Bandung: PT Refika

Aditama)

Hasan Maimunah, 2009. Pendidikan anak usia dini, (Yogyakarta: DIVA Press).

Kunandar, 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru, 6, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada)

Magun Sigit Wardoyo, 2013. Penelitian Tindakan Kelas, (Purbalingga: GRAHA

ILMU)

Purwanto Ngalim, 1995. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya)

Rusman, 2011. Model-model Pembelajaran, (Jakarta:Rajawali Pers), hal. 19.

Sagala Syaiful , 2010. Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,

(Bandung: Alfabeta)

Saparuddin, 2015. pendidikan olahraga dikutip

http://sgo1983.blogspot.co.id/2015/04/pentingnya-latar-belakang-yang-sesuai.html diakses tanggal 27 November 2015.

Somadayo Samsu, 2013. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), 1, (Yogyakarta: Graha

Ilmu)

Sudjana Nana, 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT


(5)

Sukidin, Basrowi, Suranto, 2007. Menejemen Tindakan kelas, (Jember: Insan

Cendekia)

Trianto, 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.

(Surabaya: TIM Prestasi Pustaka)

Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada KTSP, (Jakarta : Kencana)

Wiarto Giri, 2013. ATLETIK,( Surakarta: GRAHA ILMU, )

Wiyani Novan Ardi, 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan, (Bumiayu: AR RUZZ MEDIA)

Zainal Aqib, 2014. Model-model,Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id