PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALLY PADA SISWA KELAS V MINU NGINGAS WARU SIDOARJO.
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN
MATEMATIKA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY
VISUALIZATION INTELLECTUALLY PADA SISWA KELAS V
MINU NGINGAS WARU SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
NIKMATUR ROCHMAH NIM. D77213083
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA PEBRUARI 2017
(2)
117
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tengan dibawah ini : Narna
NIild
: Niknatur Rochmah
r D??213083
Pmgramstudi ;PendidikanGuruMadrasatrlbtidaiyatl
Menyatakan dengan sebenanrya bahua PTK yang saya trrlis
ini
benanbenarmerupakan hasil karya saya sendiri,
h*an
memrpakan penganrbilatihan trilisanatau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikimn saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbuleti ahu dapat dibuktikan bahuira PTK
ini
hasiljiplakan, maka saya bersedia menerima saksi ataq perbuatan tersebut"
Surabayq 20 Jantrari 201?
Yang membuat pe"rtryahan
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Nikmatur Rochmah. 2017. Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Somatic Auditory Visualization Intellectually
Pada Siswa Kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Wahyuniati, M.Si
Permasalahan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran selama ini yang dialami oleh siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo membuat siswa terlihat sering mengantuk, lemas, jenuh, malas mencatat materi, dan tidak menjelaskan penjelasan dari guru, sehingga motivasi belajar siswa rendah. Dari 30 siswa, hanya 40% siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo ? (2) Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran
Matematika setelah diterapkan model Somatic Auditory Visualization
Intellectually?. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) Untuk mengetahui penerapan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo. (2) Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika setelah diterapkan model Somatic Auditory Visualization Intellectually.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian pada siklus I dilaksanakan tanggal 7 Desember 2016 dan siklus II pada tanggal 14 Desember 2016.
Hasil penelitian pada siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus I nilai aktivitas siswa sebesar 71,5 kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 94,6. Sedangkan nilai aktivitas guru pada siklus I memperoleh nilai 73,5, pada siklus II meningkat menjadi 94,1. Motivasi belajar siswa pada siklus I diperoleh prosentase 73,3%. Pada siklus II meningkat menjadi 93,3% .
Kata Kunci : Motivasi Belajar, Matematika, Model Somatic Auditory Visualization Intellectually
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR DIAGRAM ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR RUMUS ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Tindakan Penelitian ... 6
E. Lingkup Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A.Motivasi Belajar ... 10
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 10
2. Jenis-Jenis Motivasi ... 12
3. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ... 14
(8)
5. Indikator Adanya Motivasi Belajar ... 18
6. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah ... 21
B. Matematika ... 24
1. Pengertian Matematika ... 24
2. Karakteristik Matematika ... 25
3. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 29
4. SK dan KD Mata Pelajaran Matematika SD/MI Kelas V ... 30
C.Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 32
1. Pengertian Model Somatic Auditory Visualization Intellectually .... 32
2. Karakteristik Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 33
3. Langkah - Langkah Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 37
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 39
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A.Metode Penelitian ... 41
B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 44
C.Variabel Yang Diselidiki ... 45
D.Rencana Tindakan ... 45
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 50
1. Instrumen Pengumpulan Data ... 50
2. Teknik Pengumpulan Data ... 51
F. Analisis Data Penelitian ... 58
G.Indikator Kinerja ... 60
H.Tim Peneliti dan Tugasnya ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 63
(9)
2. Peningkatan Motivasi Belajar Setelah Diterapkannya Model
Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 99
B. Pembahasan ... 104
BAB V PENUTUP A.Simpulan ... 113
B. Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 115
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 117
RIWAYAT HIDUP ... 118
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 SK dan KD Matematika kelas V semester 1 ... 31
2.2 SK dan KD Matematika kelas V semester 2 ... 31
3.1 Pedoman Wawancara Siswa ... 52
3.2 Observasi Aktivitas Guru ... 53
3.3 Observasi Aktivitas Siswa ... 54
3.4 Butir-Butir Angket ... 56
3.5 Skala Prosentase Hasil Angket Motivasi Belajar ... 59
4.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 74
4.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 78
4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 91
4.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 95
4.5 Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I ... 99
4.6 Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus II ... 102
4.7 Nilai Kelompok dan Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 109
4.8 Nilai Kelompok dan Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 110
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin ... 43
4.1 Kegiatan awal pembelajaran ... 66
4.2 Guru menjelaskan materi menggunakan media ... 67
4.3 Guru menuliskan materi dipapan tulis ... 69
4.4 Guru membagikan lembar kerja kelompok ... 69
4.5 Siswa berdiskusi bersama kelompoknya ... 70
4.6 Guru membimbing siswa dalam berdiskusi ... 71
4.7 Siswa menuliskan diskusinya di papan tulis ... 71
4.8 Siswa menanggapi hasil diskusi kelompok lain ... 72
4.9 Guru membimbing siswa pada jawaban yang benar ... 73
4.10 Siswa mengisi angket motivasi belajar ... 73
4.11 Kegiatan awal pembelajaran ... 85
4.12 Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa ... 86
4.13 Guru membagikan lembar kerja kelompok ... 87
4.14 Siswa berdiskusi bersama kelompoknya ... 87
4.15 Guru membimbing siswa dalam berdiskusi ... 88
4.16 Siswa melakukan permainan ... 88
4.17 Siswa menuliskan diskusinya dipapan tulis ... 89
4.18 Siswa mempresentasikan hasil diskusinya ... 89
(12)
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II ... 104 4.2 Hasil Observasi Guru Siklus I dan II ... 105 4.3 Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 106
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lembar Instrumen Validasi Dokumen RPP dan Soal Siklus I ... 119
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 124
Lembar Instrumen Validasi Dokumen RPP dan Soal Siklus II ... 132
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 137
Lembar Instrumen Validasi Angket Motivasi Belajar ... 144
Angket Motivasi Belajar Siklus I ... 145
Angket Motivasi Belajar Siklus II ... 157
Lembar Kerja Kelompok Siklus I ... 169
Lembar Kerja Kelompok Siklus II ... 177
Pedoman Wawancara Siswa Siklus I ... 185
Pedoman Wawancara Siswa Siklus I ... 187
Profil Sekolah ... 189
Visi Misi Sekolah ... 192
Sejarah MINU Ngingas ... 193
Surat Tugas Dosen ... 195
Surat Izin Penelitian ... 196
Surat Keterangan Penelitian ... 197
Surat Pernyataan ... 198
(14)
DAFTAR RUMUS
Rumus Halaman
3.1 Nilai Motivasi Belajar ... 59 3.2 Prosentase Motivasi Belajar ... 59 3.3 Nilai Observasi ... 60
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.1 Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.2
Motivasi pada dasarnya adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk didalamnya kegiatan belajar. Secara lebih khusus motivasi belajar adalah segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik.3
Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, tidak akan mungkin dapat melakukan aktivitas belajar dengan baik. Begitupun sebaliknya, aktivitas belajar akan terwujud apabila ada motivasi belajar dalam diri siswa.
1
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), 1. 2
Ibid, 6. 3
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), 320
(16)
2
Motivasi belajar sangat dibutuhkan siswa dalam proses belajar, terutama pada pembelajaran Matematika yang dianggap siswa merupakan mata pelajaran yang sangat sulit, sehingga membuat siswa tidak senang dan bergairah dalam mempelajari Matematika. Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hirearkis, dan logis. Ciri keabstrakan matematika yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap matematika.4
Matematika yang diciptakan oleh manusia terdahulu, memberi ilham bagi paradigma pembelajaran yang bersifat konstruktivistik sebagai bentuk implikasi sejarah Matematika dalam pembelajaran. Siswa-siswi diperbolehkan menggunakan usahanya sendiri dalam menyelesaikan masalah Matematika. Bahkan siswa-siswi diberi kebebasan dalam menggunakan bahasa dan lambangnya sendiri. Paradigma semacam ini menjadi suatu kecenderungan dalam pembelajaran matematika realistik atau matematika konstruktivis. 5
Pembelajaran matematika di SD / MI merupakan salah satu kajian yang sangat menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik antara hakikat anak dan hakikat Matematika. Untuk itu diperlukan adanya jembatan yang dapat menyatukan perbedaan tersebut. Anak usia SD/ MI sedang mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya, hal ini karena
4
Heru, dkk, Pendidikan Matematika SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2012), 19. 5
(17)
3
tahap berfikir mereka masih belum formal, bahkan para siswa SD/ MI di kelas-kelas rendah sebagian dari mereka masih berada pada tahap pra konvesional.6
Siswa SD/ MI umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Menurut piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Ia mengemukakan bahwa kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD/ MI masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra.7 Oleh karena itu, untuk memudahkan pembelajaran Matematika yang abstrak, siswa memerlukan model pembelajaran yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Dalam Matematika, setiap konsep yang abstrak dan baru dipahami siswa sebaiknya diberi penguatan, agar dapat diingat siswa. Untuk keperluan inilah, maka dibutuhkan pembelajaran dengan melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja.8
Pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo mengalami kesulitan dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Matematika terutama pada materi bangun datar. Hal tersebut didasarkan atas hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Matematika kelas V. Siswa terlihat sering mengantuk, lemas, jenuh, malas mencatat materi, dan tidak
6
Karso, dkk, Pendidikan Matematika 1, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2011), 14. 7
Heruman, Model Pembelajaran Matematika, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 1. 8
(18)
4
mendengarkan penjelasan dari guru. Situasi tersebut menyebabkan ketidak nyamanan dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa kurang dapat merespon balik umpan yang diberikan oleh guru dikarenakan kurang fokus dalam mengikuti pelajaran tersebut. Akibatnya, tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik.9
Beberapa siswa mengatakan, ketika mereka mengikuti proses pembelajaran merasa bosan jika di dalam kelas hanya diminta untuk mencatat, menghafal, dan mengerjakan soal.10 Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kreatifitas dalam mengelola pembelajaran sehingga membuat pembelajaran tersebut menjadi sangat membosankan. Dalam wawanacara dengan guru mata pelajaran Matematika kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo, dari jumlah seluruh siswa kelas V sebanyak 30 siswa, terdapat 18 siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah dengan prosentase 60 % dan siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi sebanyak 12 siswa dengan prosentase 40 %. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dilihat dari kebiasan belajar siswa didalam kelas, seperti respon siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, seringnya siswa melakukan tanya jawab mengenai pelajaran baik dengan guru maupun siswa lain, adanya hasrat siswa untuk mempelajari materi pelajaran
9
Sutamah, S.Pd, guru mata pelajaran Matematika kelas V MINU Ngingas Waru, Sidoarjo, 24 Oktober 2016.
10
(19)
5
yang sedang berlangsung, serta mampu menyelesaikan tugas yang dibeerikan ada saat pembelajaran berlangsung.11
Siswa merasa jenuh dalam pembelajaran Matematika yang diberikan, sehingga membuat motivasi belajar siswa menjadi berkurang. Hal ini
menjadikan peneliti mencoba menerapkan model Somatic Auditory
Visualization Intellectually yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat mengondisikan siswa untuk terbiasa belajar dengan bergerak dan berbuat (Somatic), belajar dengan
berbicara dan mendengar (Auditory), belajar dengan mengamati dan
menggambarkan (Visualization), serta belajar dengan memecahkan masalah dan merenung (Intellectually).
Berdasarkan masalah diatas, menjadi pendorong utama bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Peningkatan Motivasi Belajar Mata
Pelajaran Matematika Melalui Model Somatic Auditory Visualization IntellectuallyPada Siswa Kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
11
Sutamah, S.Pd, guru mata pelajaran Matematika kelas V MINU Ngingas Waru, Sidoarjo, 24 Oktober 2016.
(20)
6
1. Bagaimana penerapan Model Somatic Auditory Visualization
Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo ?
2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika setelah diterapkan model
Somatic Auditory Visualization Intellectually?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan Model Somatic Auditory Visualization
Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika setelah diterapkan model Somatic Auditory Visualization Intellectually.
D. Tindakan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tindakan yang dipilih oleh peneliti untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran
Matematika adalah dengan menggunakan model Somatic Auditory
(21)
7
pembelajaran Matematika yang kurang disukai oleh siswa, karena dengan model tersebut, siswa dapat belajar dengan bergerak dan berbuat (Somatic),
belajar dengan berbicara dan mendengar (Auditory), belajar dengan
mengamati dan menggambarkan (Visualization), serta belajar dengan
memecahkan masalah dan merenung (Intellectually).
Dengan menerapkan model Somatic Auditory Visualization
Intellectualy diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika. Model Somatic Auditory Visualization
Intellectually juga akan memberikan variasi baru pada proses pembelajaran.
E. Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada pada siswa di kelas V di MINU Ngingas Waru Sidoarjo. Terdapat beberapa masalah yang peneliti temukan. Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut akan dibatasi pada hal-hal berikut :
1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru
Sidoarjo.
2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Matematika materi bangun
datar pada kelas V.
(22)
8
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritos, Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa pelajaran Matematika pada siswa kelas V di MINU Ngingass Waru Sidoarjo melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually.
Penelitian Tindakan Kelas ini juga dapat menjadi referensi bagi penulisan karya ilmiah selanjutnya. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di kegiatan pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif, menyenangkan dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran Matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V di MINU Ngingas Waru.
2) Siswa mendapat pengalaman belajar sehingga pembelajaran
menjadi bermakna. b. Bagi Guru
(23)
9
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bagi guru untuk dapat mengembangkan program pembelajaran matematika yang lebih aktif dan menarik.
c. Bagi Sekolah
Dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang inovatif, sekolah mempunyai sumber daya manusia professional.
d. Bagi Peneliti selanjutnya
1) Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
2) Memberikan sumbangan dalam keilmuan untuk memperbaiki dan
mengembangkan kualitas pendidikan, khususnya yang
bersangkutan dengan model Somatic Auditory Visualization
(24)
BAB II KAJIAN TEORI
A.Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata “motif’ diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif”, maka motivasi
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.1 Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.2
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.3
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi, sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan
1
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2012), 73.
2
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, 9.
3
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana, 2013), 4.
(25)
11
internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umunya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.4
Apabila hati dan pikiran seseorang bersih dari hal-hal yang dilarang maka motivasi itu akan mudah muncul sehingga ia akan mudah juga dalam melakukan sesuatu perbuatan tertentu tanpa harus memikirkannya terlebih dahulu. Salah satunya adalah adanya motivasi dalam belajar, dengan hati bersih maka ilmu akan mudah diterima dan ilmu tersebut dapat melekat dipikiran dan hatinya sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Adapun ayat yang berkenaan dengan motivasi dalam islam terutama motivasi untuk menuntut ilmu atau motivasi belajar :
Surat Al-Mujadilah : 11
َ ليق
إ
ِ
إ و
َك ل ۖ
ََّإ
َح سف ي
إوح سفا ف
َسلا ج لإ
َف
إوح َس ف ت
َك ل
َ ليق
إ
ِ
إ
إون مآ
َ ي ََإ
ا هُآ
َ ي
َ نول ع ت
ا ب
ََّإ و
َ ۖ
َ تا ج
َ لعلإ
إوتوآ
َ ي ََإ و
َكنم
إونَ مآ
َ ي ََإ
ََّإ
َع فر ي
إوُنا ف
إوُنإ
َريب خ
Artinya :
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat tinggi kedudukan orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu. Orang-orang yang beriman diangkat kedudukannya oleh Allah dan Rasul-Nya, sedangkan orang-orang yang berilmu diangkat kedudukannya karena mereka dapat memberi banyak
4
(26)
12
manfaat kepada orang lain. Ilmu disini tidak terbatas pada ilmu-ilmu agama saja, tetapi termasuk di dalamnya ilmu-ilmu keduniaan. Apapun ilmu yang dimiliki seseorang bila ilmu itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, ilmu itu tergolong salah satu dalam tiga pusaka yang tidak akan punah meskipun pemiliknya telah meninggal dunia. Tiga pusaka dimaksud adalah sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakan kepada orang tuanya.
2. Jenis-Jenis Motivasi Belajar
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi belajar, maka pada pokoknya motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua jenis, antara lain : a. Motivasi belajar intristik, merupakan motivasi yang tercakup di dalam
situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa, motivasi yang timbul dalam diri siswa sendiri. Misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, dan mengembangkan sikap untuk berhasil.5
b. Motivasi belajar ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adnaya perangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar karena tau besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik sehingga akan dipuji oleh oleh orang lain.6
Indikator motivasi belajar ekstrinsik :
5
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007), 162.
6
(27)
13
1) Pemberian hadiah bagi siswa yang aktif dalam kelas atau
mendapatkan nilai yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
2) Pemberian pujian bagi siswa yang mempunyai prestasi dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
Dalam islam, terdapat tiga jenis motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitasnya, antara lain :
a. Motivasi materi atau kebendaan (al-quwwah al-madiyyah) yang meliputi tubuh manusia dan alat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya. Contohnya, uang, mobil, rumah atau barang-barang lainya adalah alat yang dapat mendorong naluri manusia untuk memilikinya dengan melakukan aktivitas tertentu sehingga semuanya tadi bisa dia peroleh.
b. Motivasi emosional atau non-materi (al-qudwah al-ma’nawiyah) yang berupa kondisi kejiwaan yang senantiasa dicari dan ingin dimiliki oleh seseorang. Contohnya, perlawanan yang dilakukan seseorang kepada orang lain yang telah merusak nama baiknya adalah perbuatan yang didorong oleh kondisi kejiwaan atau psikologis seseorang.
c. Motivasi spiritual (al-quwwah ar-ruhiyyah), yang berupa kesadaran seseorang , bahwa dirinya mempunyai hubungan dengan Allah SWT. Contohnya, motivasi para sahabat ketika bersama Rasulullah SAW pergi berjihad ke medan perang badar. Jumlah pasukan kaum muslimin waktu
(28)
14
itu hanya 300 lebih, sedangkan pasukan kaum Quraisy lebih dari 100 orang.7
Motivasi dalam belajar terdapat dalam sebuah hadits yang berbunyi :
َ ة لسم و
َ لسم
َك
َ ل ع
َرة ضير ف
َلعلإ
َب ل ط
Artinya:
“Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim
perempuan”.
Berdasarkan hadits diatas, telah dijelaskan bahwa setiap muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu, sehingga hadits tersebut menjadi motivasi bagi kaum muslimin untuk menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya.
3. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorangpun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berati tidak ada kegiatan belajar. Agar peran motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.8 Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut :
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan
sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan.
7
Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor : AlAzhar Press, 2010), 94 -97.
8
(29)
15
b. Semua siswa mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis tertentu yang harus mendapat kepuasan, murid-murid yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan di dalam motivasi dan disiplin.
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar, karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri murid sendiri.
d. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan murid-murid yang juga berminat tinggi dan antusias pula, demikian murid yang antusias akan mendorong motivasi siswa lain.
e. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan motivasi yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.9
f. Setiap siswa mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan. Ada siswa yang karena kegagalannya justru menimbulkan dorongan, ada siswa yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan, tergantung pada stabilitas emosinya masing-masing.
g. Tekanan kelompok siswa kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
9
(30)
16
h. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan teknik pengajaran tertentu motivasi siswa dapat ditunjukkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif10
i. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga dihari-hari mendatang.
j. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. Tinggi rendahnya motivasi belajar dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari mata pelajaran itu.11
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab mengapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak
mempunyai motivasi untuk belajar. Motivasi mendorong dan
mempengaruhi timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta merubah kelakuan.12 Berikut fungsi motivasi dalam belajar antara lain :
a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar.
10
Ibid,166.
11
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 121.
12
(31)
17
Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka memuaskan rasa ingin taunya dari sesuatu yang ingin dipelajari. Sesuatu yang belum dikenal itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tau . Anak didik pun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu objek. Disini, anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tau tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah perbuatan dalam belajar. b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tidak terbendung, yang kemudian terjelmah dalam bentuk gerak psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik
(32)
18
dalam belajar. Segala sesuatu yang menggangu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh.13
5. Indikator Adanya Motivasi Belajar
Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat motivasi belajar seseorang antara lain :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar pada umumya disebut motivasi berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan untuk memperoleh kesempurnaan. Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha
menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda
pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini merupakan upaya pribadi.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu. Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena jika tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dia akan mendapat malu dari pengajarnya, di olok-olok temannya, bahkan di hukum orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa keberhasilan
13
(33)
19
anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.
c. Adanya harapan dan cita-cita dimasa yang akan datang
Teori harapan didasarkan pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaannya sendiri tentang gambaran hasil tindakan yang dilakukan.14 Contohnya siswa yang menginginkan nilai yang tinggi akan belajar dengan baik, sehingga membuat nilai siswa tersebut menjadi tinggi.
d. Adanya penghargaan dalam belajar
Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap perilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan
seperti “bagus”, “hebat” disamping akan menyenangkan siswa,
pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, apalagi jika penghargaan verbal itu diberikan di depan orang banyak.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai.
14
(34)
20
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
Motif individu untuk melakukan sesuatu, misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan. Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.15
6. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi sangat bermacam-macam. Ada beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah, antara lain :
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk menccapai angka atau nilai yang baik. Sehingga biasanya siswa dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak
15
(35)
21
akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaaan tersebut.16
c. Saingan atau kompetensi
Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa, baik persaingan individu maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertarukan harga diri merupakan salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
e. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi. Tetapi jangan terlalu sering karena bisa membosankan siswa. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya jika akan ulangan harus terlebih dahulu diberitahukan kepada siswanya.17
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
16
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 92.
17
(36)
22
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
g. Pujian
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
h. Hukuman
Hukuman sebagai Reinforcement yang negatif tetapi jika
diberikan secara tepat dan bijak menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.18
j. Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau
18
(37)
23
minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan menjadi alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.19
B.Matematika
1. Pengertian Matematika
Kata "Matematika" berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga
mathematikos yang diartikan sebagai "suka belajar ilmu matematika” telah
banyak dikenal orang pada masa prasejarah. Banyak ditemukan berbagai tulisan matematika di berbagai wilayah yang merupakan sisa peninggalan zaman prasejarah. Matematika tubuh dan berkembang karena proses berpikir. Oleh karena itu logika merupakan dasar untuk terbentuknya matematika. Logika adalah bayi matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa logika.20
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,
19
Ibid,95.
20
(38)
24
serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.21
2. Karakteristik Matematika
a. Memiliki objek kajian yang abstrak
Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun setiap objek abstrak adalah matematika. Sementara beberapa
matematikawan menganggap objek matematika itu “konkret” dalam
pikiran mereka, maka kita dapat menyebut objek matematika secara lebih tepat sebagai objek mental atau pikiran. Ada empat objek kajian matematika, yaitu:
1) Fakta
Fakta adalah pemufakatan atau konvensi dalam matematika yang biasanya ddiungkapkan lewat simbol tertentu. Contohnya,
simbol “2” secara umum telah dipahami sebagai simbol untuk
bilangan dua, cukup dengan menggunakan simbol “2”.22
2) Operasi dan relasi
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan antara dua atau lebih elemen. Contohnya operasi antara lain
“penjumlahan”, “perpangkatan”, “gabungan”, “irisan”, dan lain-lain.
Sedangkan relasi antara lain “sama dengan”, “lebih kecil”, dan lain -lain.
21
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, 185.
22
Sumardyono, Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika,
(39)
25
3) Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan. Contohnya
“segitiga” adalah nama suatu konsep. Dengan konsep itu kita dapat
membedakan mana yang merupakan contoh segitiga.23
4) Prinsip
Prinsip adalah objek matematika yang komplek, yang terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atau pun operasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Contohnya sifat komunitatif dan sifat asosiatif dalam aritmatika merupakan suatu prinsip.24
b. Bertumpu pada kesepakatan
Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan. Contohnya lambang
bilangan yang digunakan sekarang “1,2,3, dan seterusnya” merupakan
contoh sederhana sebuah kesepakatan dalam matematika25 c. Berpola pikir deduktif
23
Ibid,32.
24
Ibid,36.
25
(40)
26
Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang bersifat deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan ke hal yang bersifat khusus. Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat sederhana. Contohnya, seorang siswa telah memahami
konsep dari “lingkaran”. Ketika berada di dapur ia dapat menggolongkan
mana peralatan dapur yang berbentuk lingkaran dan mana yang bukan lingkaran26.
d. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada siste-sistem yang berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan lainnya. Sistem-sistem aljabar dengan sistem-sistem geometri dapat dipandang lepas satu sama lainnya. Di dalam sistem
aljabar terdaat pula beberapa sistem lain yang lebih “kecil” yang
berkaitan satu dengan lainnya.
Di dalam masing-masing sistem berlaku konsistensi, artinya bahwa dalam setiap sistem tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu teorema atau pun definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal lain nilai kebenarannya.27
e. Memiliki simbol yang kosong dari arti
26
Ibid, 39.
27
(41)
27
Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol baik yang berupa huruf latin, huruf Yunani, maupun simbol-simbol khusus lainnya. Simbol-simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika yang biasanya disebut model matematika. Model matematika dapat berupa persamaam, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu ada pula model matematika yang berupa gambar seperti bangun-bangun geometrik, grafik, maupun diagram.
Contohnya seperti “x+y = z” tidak selalau berarti bahwa “x,y, dan z” adalah huruf. Secara sederhan, bilangan-bilangan yang biasa digunakan dalam pembelajaran bebas dari arti atau makna real. Jadi, secara umum, simbol matematika sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuau bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu.28
f. Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan kososngnya arti dari simol-simbol
matematika, maka bila kita menggunakannya kita seharusnya memperhatikan pula semesta pembicaraannya. Semeste pembicaraan bisa sempit bisa juga luas. Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan, maka simbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula. Benar salahnya atau ada tidaknya penyelesaian suatu soal atau masalah, juga ditentukan oleh semesta pembicaraan yang digunakan.29
3. Tujuan Pembelajaran Matematika
28
Ibid,41.
29
(42)
28
Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwasannya mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.30
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika SD/MI Kelas V
30
(43)
29
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI, matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang harus diselenggarakan mulai dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran Matematika kelas V SD/MI memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Pada kelas V semester I dan II Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar terdiri dari :31
Tabel 2.1
SK dan KD Matematika kelas V semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan, dan penaksiran
1.2 Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB
1.3 Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat 1.4 Mneghitung perpangkatan dan akar sederhana 1.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
operasi hitunh KPK dan FPB
Geometri dan Pengukuran
2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah
2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam
2.2 Melakukan operasi hitung satuan waktu 2.3 Melakukan pengukuran sudut
2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan
2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang 3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas
bangun datar
4. Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
4.1 Menghitung volume kubus dan balok
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok
31
(44)
30
Tabel 2.2
SK dan KD Matematika kelas V semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dari desimal serta sebaliknya
5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan
5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan
dan skala
Geometri dan
Pengukuran
6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana
6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
bangun datar dan bangun ruang sederhana
C.Model Somatic Auditory Visualization Intellectualy
1. Pengertian Model Somatic Auditory Visualization Intellectually
Model SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectually)
dikemukakan oleh Dave Meier. Direktur Center for Accelerated Learning di Lake Geneva, Wisconsin. Model SAVI merupakan suatu model pembelajaran dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera. Unsur-unsur yang terdapat dalam SAVI adalah Somatik, auditori, visual, dan intelektual. Keempat unsur ini harus ada dalam peristiwa pembelajaran, sehingga belajar bisa optimal.32
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah
32
(45)
31
SAVI sendiri adalah pendekatan Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan, Auditory bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi argumentasi,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemostrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga, dan
Intellectually yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan
kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui nalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.33
2. Karakteristik Model Somatic Auditory Visualization Intellectually a. Somatic
Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tumbuh (soma). Istilah somatik sama artinya dengan kinestetik. Belajar somatik berat belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibat secara langsung.34 Belajar somatik sesuai untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, para pelajar kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghapal informassi dengan mengasosiasikan gerakan sesuai dengan
33
Ngalimun, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016), 166.
34
(46)
32
fakta. Jadi para pelajar kinestetik mengutamakan belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.35
Belajar somatik memerlukan usaha yang dapat merangsang pembelajaran untuk melibatkan tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang dapat membuat pembelajar bangkit dan aktif secara fisik. Namun tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas aktif dan pasif secara fisik, dapat membantu keberhasilan seseorang dalam pembelajaran.36
Belajar somatik dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika, misalnya :
1) Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempelajari langkah demi langkah seperti menyebutkan ada berapa sisi yang terdapat dalam kubus.
2) Menggunakan alat bantu (kerangka yang terbuat dari karton) saat belajar untuk menimbulkan rasa ingin tau.
3) Menjalankan pelatian belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan lain-lain).
4) Melakukan tinjauan lapangan, gambar dan bicarakan apa yang
dipelajari. b. Auditory
35
Bobi DePorte, Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan , (Bandung : Kaifa, 2002), 168.
36
(47)
33
Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran, merupakan cara belajar strandar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari seseoran mampu membuat beberapa area penting didalam otak menjadi aktif.37
Belajar auditori yang bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Hal tersebut dapat diterapkan oleh guru pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Siswa yang memiliki cara belajar auditori harus diberikan suasana belajar yang mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari dan mengikutsertakan keterlibatan indera pendengaran mereka secara aktif. 38
Belajar auditori dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika, antara lain :
1) Menyanyikan konsep kunci atau meminta siswa mengarang lagu
mengenai konsep tersebut.
2) Setelah pembelajaran selesai, minta siswa memberitahukan teman di sebelahnya satu hal yang dia pelajari.
3) Gunakan pengulangan, minta siswa menyebutkan kembali konsep dan
kunci petunjuk.
4) Gunakan musik sebagi aba-aba untuk kegiatan rutin.
37
Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook, 95. 38
(48)
34
c. Visualization
Belajar Visual adalah belajar dengan menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, menggunakan media dan alat peraga. Di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap orang lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan. Pembelajar visual lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar.39
Belajar visual dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, antara lain :
1) Dorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan
peta, diagram, dan warna.
2) Gunakan bahasa ikon dalam presentasi dengan menciptakan simbol visual atau ikon yang mewakili konsep kunci.
3) Gantungkan gambar berisi informasi penting disekitar ruangan pada saat menyajikan materi.
d. Intellectually
Belajar intelektual adalah belajar dengan memecahkan masalah dan perpikir. Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar
39
(49)
35
dalam pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Aspek intelektual dalam pembelajaran dapat terlatih jika pembelajar terlibat dalam aktivitas seperti memecahkan masalah, melahirkan gagasan yang kreatif, mengajarkan perencanaan yang strategis, mencari dan menyaring informasi, serta merumuskan pertanyaan.40
3. Langkah-langkah model Somatic Auditory Visualization Intellectually Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran Somatic Auditory Visualization Intellectually dalam pembelajaran :
a. Somatic
1) Rancanglah sebuah proyek yang dapat mendorong siswa untuk
bergerak ditempat-tempat yang berbeda.
2) Biarkanlah siswa berdiri dan berjalan ketika mereka tengah
mendengarkan, menonton, dan berpikir.
3) Mintalah siswa untuk menulis dalam sebuah kartu tentang apa yang mereka pelajari. 41
4) Sesekali mintalah mereka memperagakan gagasan mereka.
5) Cobalah meminta mereka untuk membuat oret-oretan setiap mereka mengerjakan.
b. Auditory
40
Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan), 99.
41
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), 284.
(50)
36
1) Mintalah siswa untuk menjelaskan apa yang telah mereka pelajari dari orang lain.
2) Mintalah siswa untuk membaca buku atau handout dengan suara keras.
3) Libatkan siswa dalam diskusi dan jajak pendapat denga siswa-siswa lain.
c. Visualization
1) Tugaskan siswa untuk membaca satu atau dua paragraf, kemudian mintalah mereka untuk membuat rangkuman dari materi yang telah mereka baca.42
2) Mintalah siswa untuk terus mencatat setiap penjelasan penting yang disampaikan diruang kelas.
3) Buatlah semacam versi ikon setiap konsep yang dijelaskan, lalu pastikan bahwa siswa bisa mengingat ikon tersebut untuk materi selanjutnya.
d. Intellectualy
1) Setiap menyelesaikan suatu pengalaman belajar, mintallah siswa untuk duduk sejenak merefleksikan apa yang telah dipelajari dan menghubungkannya dengan apa yang telah diketahui.
2) Cobalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan probling mengenai
materi pelajaran yang telah diajarkan dan mintalah siswa untuk berpikir tentang pemecahannya.
42
(51)
37
3) Buatlah semacam daftar materi atau pokok-pokok pelajaran yang
memungkinkan siswa untuk menyusunnya dalam kategori-kategori.43
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually
Dalam model pembelajaran Somatic Auditory Visualization
Intellectually yang diterapkan dalam pemebelajaran, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model terebut antara lain :
a. Membuat siswa tidak hanya duduk di kursi dan diam, tetapi membuat mereka beraktivitas dengan menggunakan sebagian besar indra dan pikiran.
b. Pembelajaran tidak hanya terpusat oleh guru.
c. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena banyak aktivitas yang
dilakukan sehingga akan terhindar dari rasa bosan.
d. Lebih leluasa dalam menggunakan berbagai media dan metode.
Selain mempunyai kelebihan, model Somatic Auditory Visualization Intellectually juga mempunyai kelemahan. Kelemahan antara lain :
a. Pembelajaran yang melibatkan beberapa indra dan pikiran membutuhkan
kemampuan yang lebih sehingga kemungkinan penerapan kedua pokok tersebut akan mengalami kesulitan.
b. Sarana dan prasarana yang digunakan akan lebih banyak.
c. Pembelajaran membutuhkan persiapan yang lebih matang di segala aspek.
43
(52)
38
d. Membutuhkan pengaturan kelas yang lebih baik oleh guru agara siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.44
44
(53)
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang biasa dikenal dalam bahasa inggris yaitu Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran dikelas, upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di kelas.1
Metode yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah metode penelitian kominasi atau mix mettode. Penelitian kombinasi adalah penenlitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif secara berurutan. Pada tahap awal penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif.2
Pola penelitian PTK ini dinamakan pola kolaboratif, hal ini karena inisiatif untuk melaksanakan PTK tidak dari guru, akan tetapi dari pihak luar yang berkeinginan untuk memecahkan masalah pembelajaran. Masalah yang
1
M. Basrowi, dkk, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor : Gralia Indonesia, 2008), 25.
2
(54)
40
hendak dilaksanakan dalam pola ini bukanlah masalah yang secara langsung dan praktis dihadapi oleh guru, akan tetapi masalah yang bersifat umum yang ditentukan oleh peneliti. Walaupun gagasan dan masalah penelitian muncul bukan dari guru akan tetapi penelitian ini sangat bermanfaat untuk guru. Dengan adanya penelitian ini, guru bersangkutan akan memiliki pengalaman dalam melakukan tindakan sesuai dengan masalah yang diteliti.3
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan guru bersangkutan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan seperti biasa, siswa dibiarkan melakukan apa saja sesuai dengan kegiatan kesehariannya di sekolah seperti tidak ada penelitian. Sebagai upaya peningkatan motivasi belajar mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo semester 1 tahun ajaran 2016/2017, peneliti menggunakan model pembelajaran
Somatic Auditory Visualization Intellectually.
Adapun model yang digunakan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahap yaitu, Planning
(Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting
(refleksi). Keempat komponen tersebut membentuk satu siklus atau satu kesatuan yang berkesinambungan.
3
(55)
41
Gambar 3.1
Prosedur PTK model Kurt Lewin
1. Penggalian Data
Penggalian data merupakan kegiatan awal yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang situasi-situasi yang relevan dengan motivasi pembelajaran Matematika. Perekaman data ini berupa wawancara, kumpulan nilai peserta didik, dan observasi. Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut, dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian.
2. Perencanaan
Perencanaan berdasarkan pada hasil dari penggalian data yang telah dilakukan. Perencanaan mencakup tindakan yang akan dilaksanakan untuk
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Tindakan
Refleksi Tindakan
Refleksi Penggalian Data
(56)
42
memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan sebagai solusi dari permasalahan kurangnya motivasi belajar pada siswa.
3. Tindakan
Tindakan ini mencakup hal apa saja yang harus dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan yang akan dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakkan yang dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas didasarkan pada teoritik dan empirik agar hasil peningkatan kinerja dan hasil program menjadi optimal.
4. Pengamatan
Dalam kegiatan observasi, peneliti mengamati hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan terhadap siswa dan guru.
5. Refleksi
Pada tahap Refleksi, peneliti mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh selama melakukan observasi. Dari hasil observasi tersebut, peneliti melakukan diskusi dengan guru, baik kekurangan maupun ketercapaian. Pembelajaran pada sisklus pertama sebagai pertimbangan perencanaan pada siklus berikutnya.
B.Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
(57)
43
Penelitian ini dilakukan di kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo, dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/ 2017.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang diamati dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 30 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
C.Variabel Yang Diselidiki
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Variabel penelitian merupakan faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.4 Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu :
a. Variabel input : Siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.
b. Variabel proses : Penerapan Model Somatic Auditory Visualization
Intellectually.
c. Variabel output : Peningkatan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika.
D.Rencana Tindakan
4
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan,( Jakarta : Kencana, 2010), 108.
(58)
44
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yaitu bentuk lingkaran yang terus menerus atau yang biasa kita sebut dengan siklus. Pada setiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Apabila hasil dari siklus yang pertama belum terlihat adanya peningkatan motivasi belajar siswa, maka dilanjutkan dengan siklus selanjutnya dan perencanaan pada siklus selanjutnya didasarkan pada hasil refleksi siklus sebelumnya. Berikut adalah tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti :
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Ada beberapa perencanaan pelaksanaan yang harus disusun peneliti sebelum melakukan penelitian, antara lain :
a. Menyusun perangkat pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model Somatic Auditory
Visualization Intellectually, RPP ini digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Serta membuat Lembar Kerja Kelompok yang akan digunakan dalam proses diskusi.
b. Menyusun pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan lembar observasi siswa. Pedoman observasi digunakan untuk mencatat hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran, serta digunakan
(59)
45
untuk mencatat segala aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Menyusun pedoman wawancara untuk mempermudah peneliti
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. d. Menyusun lembar angket motivasi belajar siswa. Lembar angket motivasi
belajar ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.
2. Tindakan
Pada tahap ini, tindakan yang dilaksanakan yaitu menerapkan pembelajaran Matematika dengan model Somatic Auditory Visualization Intellectually menggunakan RPP yang telah dibuat sebelumya. Berikut proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus I :
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengucapkan salam dan bertanya kabar siswa.
2) Guru meminta salah satu siswa untuk mempimpin doa bersama.
3) Guru mengecek daftar hadir siswa.
4) Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa.
5) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan berlangsung
(60)
46
2) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari
(Auditory).
3) Guru memperjelas dalam menerangkan materi dengan menggunakan
media bangun datar trapesium dan layang-layang. (Auditory dan Visualization).
4) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok (Somatic).
5) Siswa menerima lembar kerja pada masing-masing kelompok.
6) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menjawab soal di
lembar kerja (Auditory dan Intellectually).
7) Guru memberikan bimbingan kepada siswa saat berdiskusi.
8) Guru meminta beberapa kelompok untuk menuliskan hasil
diskusinya di papan dan menjelaskan hasil diskusinya (Visualization dan Intellectually).
9) Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi
temannya (Auditory).
10) Guru membimbing siswa pada jawaban yang benar.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi dari pembelajaran hari ini.
2) Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama.
(61)
47
Observasi dilakukan dengan pencatatan untuk mengumpulkan bukti
hasil tindakan dengan menggunakan model Somatic Auditory Visualization
Intellectually sehingga dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi. Observasi dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran sesuai dengan pedoman observasi yang telah dibuat.
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis dan evaluasi terhadap proses pelaksanaan tindakan yaitu mengenai kelemahan, masalah, hambatan, serta kekurangan dalam pelaksanaan keseluruhan langkah-langkah dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model
Somatic Auditory Visualization Intellectually, sehingga dapat diperbaiki dalam pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.
Hasil pada tahap refleksi digunakan sebagai dasar perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Jika ternyata dalam pelaksanaan siklus sebelumnya belum memenuhi indikator keberhasilan, maka tahap proses pelaksanaan tersebut diulang pada siklus berikutnya.
Siklus II
Kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus pertama. Tahapan pada siklus kedua sama dengan siklus pertama yaitu diawali dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada tahap refleksi, dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II serta melakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi dan
(62)
48
membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Matematika melalui
penerapan model Somatic Auditory Visualization Intellectually untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa setelah melaksanakan rangkaian kegiatan mulai dari siklus I hingga siklus II.
E.Data dan Cara Pengumpulannya 1. Instrumen Pengumpulan Data
a. Pedoman Wawancara
Digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang
pembelajaran dengan menggunakan model Somatic Auditory
Visualization Intellectually serta motivasi belajar siswa.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
c. Lembar Kerja Kelompok
Lembar ini dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan proses belajar mengajar siswa dalam memecahkan masalah dengan metode pembelajaran kelompok belajar.
(63)
49
1) Lembar observasi aktivitas guru, untuk mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2) Lembar observasi aktivitas siswa, untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
e. Angket Motivasi Belajar Siswa
Angket motivasi belajar siswa digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Somatic Auditory Visualization Intellectually. 2. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki relevasi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas. Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tersebut di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. 5
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data yang kaitannya dengan pembelajaran Matematika saat pelaksanaan, dan
sesudah pelaksanaan penelitian dengan menggunakan Model Somatic
5
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2008), 157.
(64)
50
Auditory Visualization Intellectually untuk mengetahui motivasi belajar siswa sesuai indikator yang sudah ditetapkan peneliti.
Berikut pedoman wawancara yang digunakan untuk mengambil data.
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara Siswa
No Tujuan Penelitian Pertanyaan
1. Untuk mengetahui penerapan model Somatic Auditory
Visualization Intellectualy dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.
Bagaima pendapatmu tentang cara guru menerapkan model Somatic Auditory
Visualization Intellectualy dalam pembelajaran Matematika ?
2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa mata pelajaran Matematika setelah penerapan model Somatic Auditory Visualization
Intellectually.
a. Apa yang kamu lakukan ketika guru memberikan penjelasan tentang materi pelajaran Matematika ?
b. Apa yang kamu lakukan saat presentasi sedang berlangsung ?
c. Apa yang kamu lakukan saat berdiskusi dengan teman kelompok ?
d. Bagaimana suasana kelas ketika pembelajaran Matematika berlangsung ?
b. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan, catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas
(65)
51
di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas.6
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi bertujuan untuk mengumpulkan data sebagai berikut :
1) Aktivitas guru pada proses pembelajaran dengan menggunakan model
Somatic Auditory Visualization Intellectually.
2) Aktivitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model
Somatic Auditory Visualization Intellectually. Berikut panduan observasi untuk guru dan siswa :
Tabel 3.2
Observasi Aktivitas Guru
No Kegiatan Skor Skor
1 2 3 4
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengucapkan salam dan bertanya kabar siswa.
b. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.
c. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
d. Guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswa bertanya jawab sesuai dengan materi yang akan diajarkan. e. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan berlangsung selama proses pembelajaran
b. Guru memberikan penjelasan tentang materi
6
(1)
109
N R A 88,8 85,2 87 Sangat Baik
K D A 88,8 88,9 88,8 Sangat Baik
Nabi Ibrahim Z W A 55,5 87 71,2 Baik
G R 55,5 85,2 70,3 Baik
M A K 55,5 87 71,2 Baik
S K A 55,5 88,9 72,2 Baik
M N D E 55,5 87 71,2 Baik
A A 55,5 85,2 70,3 Baik
Nabi Muhammad
S A S I 83,3 85,2 84,2 Sangat Baik
M A S 83,3 98,1 90,7 Sangat Baik
A M F 83,3 85,2 84,2 Sangat Baik
M R W 83,3 81,5 82,4 Sangat Baik
F I K P 83,3 88,9 86,1 Sangat Baik
M R H 83,3 87 85,1 Sangat Baik
Nabi Musa M A R A S 80,5 88,9 84,7 Sangat Baik
M N A 80,5 81,5 81 Sangat Baik
M F A M 80,5 83,3 81,9 Sangat Baik
A S M 80,5 83,3 81,9 Sangat Baik
F N U 80,5 83,3 81,9 Sangat Baik
K A R 80,5 83,3 81,9 Sangat Baik
Dari data diatas, terdapat 23 siswa yang termasuk dalam kriteria sangat baik, prosentasenya sebesar 76,7% dan 7 siswa termasuk dalam kriteria baik, prosentasenya sebesar 23,3%. Dapat disimpulkan bahwa pada siklus II ini terjadi peningkatan pada nilai rata-rata motivasi belajar dan kelompok. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang termasuk dalam kriteria sangat baik dan baik, serta tidak ada siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 atau termasuk dalam kriteria cukup dan kurang.
(2)
110
Tabel 4.9
Perbandingan Prosentase Nilai Kelompok dan Motivasi Belajar
B e
Berdasarkan data diatas, pada kriteria sangat baik prosentase yang diperoleh antara siklus I dan siklus II dari 46,7% mengalami kenaikan menjadi 76,7%. Kriteria kedua yaitu baik mengalami penurunan pada siklus II, dari 46,7% menjadi 23,3%, hal tersebut dikarenakan pada sisklus II nilai siswa sudah mengalami peningkatan dan hanya beberapa siswa yang memperoleh nilai baik. Kriteria ketiga, cukup mengalami penurunan dari 3,3% menjadi 0%, disebabkan pada siklus II tidak ada siswa yang memperoleh nilai cukup. Pada kriteria Nilai Rendah Motivasi Rendah terjadi penurunan pada siklus II sebesar 3,3 % menjadi 0%, hal tersebut terjadi terlihat dari nilai siswa yang tinggi dalam menyelesaikan masalah dan motivasi belajar siswa sangat tinggi, sehingga tidak ada siswa yang termasuk dalam kriteria kurang.
Kriteria Siklus I Siklus II
Sangat Baik 46,7 % 76,7 %
Baik 46,7 % 23,3 %
Cukup 3,3 % 0 %
(3)
BAB V PENUTUP
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan model Somatic Auditory Visualization Intellectually di kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo mengalami peningkatan pada proses pembelajaran, hai ini terlihat dari nilai aktivitas guru dan aktivitas siswa yang mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai aktivitas siswa sebesar 71,5 kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 94,6. Sedangkan nilai aktivitas guru pada siklus I memperoleh nilai 73,5, pada siklus II meningkat menjadi 94,1. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai aktivitas guru dan siswa sudah memenuhi indikator kinerja harus dicapai. 2. Berdasarkan analisis data, dapat diketahui nahwa model Somatic Auditory
Visualization Intellectually dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Mtematika. Terlihat dari prosentase motivasi belajar siswa sebelum siklus sebesar 40%, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 73,3% . Pada siklus II sebesar 93,3% sehingga telah mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan
(4)
112
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan
pertimbangan dalam penerapan model Somatic Auditory Visualization
Intellectually, diantaranya sebagai berikut :
1. Model Somatic Auditory Visualization Intellectually dapat diterapkan di dalam mata pelajaran lain dikarenakan mampu membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak membuat siswa bosan, serta pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru saja.
2. Dalam menerapkan model tersebut, guru dapat memilih materi yang tepat
untuk diterapkan pembelajaran menggunakan model Somatic Auditory
Visualization Intellectually.
3. Dalam menerapkan model tersebut, guru dapat memilih media pembelajaran
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Hafidz. 2010. Diskursus Islam Politik dan Spiritual. Bogor : Al-Azhar Press.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Basrowi, M. Dkk. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor : Gralia Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Standar Isi. Jakarta.
DePorte, Bobi. 2002. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa.
DePorter, Bobi. 2010. Quantum Teaching :Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Bandung : Kaifa.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Heru, dkk. 2012. Pendidikan Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka..
Heruman. 2007Model Pembelajaran Matematika. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Karso, dkk. 2011. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka. Kurniasih, Imas. 2014. Teknik dan Cara Mudah Membuat Penelitian Tindakan
Kelas. Kata Pena.
Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan). Bandung
(6)
Ngalimun, dkk. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Prawira, Purwa Atmaja. 2013. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Rose, Colin. 2009. Accelerated Learning For The 21st Century. Bandung : Nuansa.
Saepul.A. 2008. Matematika 1. Surabaya : LAPIS-PGMI.
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabeta.
Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta : PT.Bumi Aksara.
Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta : Kencana.
Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.