PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MENGGUNAKAN STRATEGI TALKING STICK BAGI SISWA KELAS IV MINU WARU II WARU SIDOARJO.

(1)

PENING MATA PEL MENG BAGI SISWA

UNIVERSITA FAK PROGRAM STUD

INGKATAN KETERAMPILAN BERBICAR ELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN IS

GGUNAKAN STRATEGITALKING STIC

WA KELAS IV MINU WARU II WARU SID

SKRIPSI

Oleh:

KIKI INDAH SURYANI NIM. D07212012

AS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SUR KULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UDIPENDIDIKAN GURU MADRASAH IB

MEI 2016

ARA ISLAM

ICK

IDOARJO

URABAYA N


(2)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

MENGGUNAKAN STRATEGITALKING STICK

BAGI SISWA KELAS IV MINU WARU II WARU SIDOARJO

SKRIPSI DiajukanKepada

Universitas Islam NegeriSunanAmpel Surabaya UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan

DalamMenyelesaikan Program Sarjana IlmuTarbiyah

Oleh:

KIKI INDAH SURYANI NIM. D07212012

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH MEI 2016


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Kiki Indah Suryani, D07212012, Peningkatan Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Menggunakan Strategi Talking Stick bagi Siswa Kelas IV MINU Waru II Waru Sidoarjo, Program

Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah (PGMI). Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Skripsi Mei 2016.

Kata Kunci: Keterampilan Berbicara, Sejarah Kebudayaan Islam, Strategi

Talking Stick

Guru terbiasa menyampaikan materi dengan metode pembelajaran secara konvensional yakni ceramah, sehingga peserta didik merasa kesulitan saat mengungkapkan kembali atau berbicara mengenai isi materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu, untuk meningkatkan keterampilan berbicara, peneliti mengambil tindakan pembelajaran melalui strategiTalking Stick.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana penerapan strategi Talking Stick dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016?. (2) Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam setelah menggunakan strategi

Talking Stick bagi siswa kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan strategi Talking Stick

dan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kolaboratif antara kuantitatif dan kualitatif dengan tujuan meningkatkan keterampilan berbicara. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik tes yang berupa tes lisan dan juga teknik non tes yang terdiri dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Model PTK yang digunakan yaitu model Kurt Lewin yang dalam satu siklus terdiri dari empat komponen, meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan strategiTalking Sticksudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi aktivitas guru yang mencapai nilai 83,3 dan hasil observasi aktivitas peserta didik mencapai nilai 66,7 pada siklus I kemudian mengalami peningkatan pada siklus II yakni data hasil observasi aktivitas guru mencapai nilai 91,7 dan hasil observasi aktivitas peserta didik mencapai nilai 91,7. (2) Keterampilan berbicara peserta didik sudah meningkat, pada siklus I sebanyak 9 peserta didik yang tuntas, pada siklus II menjadi 15 peserta didik yang tuntas. Nilai rata-rata yang dicapai secara klasikal pada siklus I sebesar 74 menjadi 87 pada siklus II dan dinyatakan tuntas. Sedangkan prosentase ketuntasan keterampilan berbicara pada siklus I masih mencapai 53% menjadi 88% pada siklus II dengan kategori baik.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR RUMUS ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. RumusanMasalah ……… 7

C. Tindakan yang Dipilih ………. 7

D. Tujuan Penelitian ……….……….... 8

E. Lingkup Penelitian ………... 8


(9)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Berbicara………. 12

1. Pengertian Keterampilan Berbicara ………. 12

2. Tujuan Keterampilan Berbicara ……..………. 14

3. Jenis-jenis Keterampilan Berbicara ………...…………... 17

4. Penilaian Keterampilan Berbicara ………..……….. 18

B. StrategiTalking Stick……….20

1. Pengertian StrategiTalking Stick………. 20

2. Tujuan StrategiTalking Stick………... 24

3. Langkah-langkah StrategiTalking Stick………..25

4. Kelebihan dan Kelemahan StrategiTalking Stick………26

C. Pembelajaran SejarahKebudayaan Islam ……….. 28

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ………. 28

2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ……… 29

3. Materi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW ………. 31

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian………... 36

B. Setting Penelitian dan Subyek Penelitian ………...……… 39

C. Variabel yang Diteliti ………...……… 39

D. Rencana Tindakan ……….. 40 E. Data dan Cara Pengumpulannya ……… 49


(10)

F. Teknik Analisis Data ... 51 G. Indikator Kinerja ………54 H. Tim Peneliti dan Tugasnya ……….… 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 57 B. Pembahasan ... 95

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 100 B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN SURAT TUGAS

SURAT KONSULTASI BIMBINGAN SURAT IZIN PENELITIAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengkategorian hasil data observasi aktivitas guru dan siswa

dalam proses pembelajaran di kelas ... 52

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar ... 54

Tabel 4.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 64

Tabel 4.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 69

Tabel 4.3 Hasil nilai peserta didik dalam kegiatan diskusi ... 73

Tabel 4.4 Hasil nilai peserta didik saat mengungkapkan kembali materi Isra’ Mikraj ... 74

Tabel 4.5 Hasil nilai keterampilan berbicara pada Siklus I ... 74

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I ... 75

Tabel 4.7 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 82

Tabel 4.8 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 87

Tabel 4.9 Hasil nilai peserta didik dalam kegiatan diskusi siklus II ... 91

Tabel 4.10 Hasil nilai peserta didik saat mengungkapkan kembali materi Isra’ Mikraj pada Siklus II ... 91

Tabel 4.11 Hasil nilai keterampilan berbicara pada Siklus II ... 92


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kurt Lewin ... 38

Gambar 4.1 Kegiatan Pendahuluan Siklus I ... 59

Gambar 4.2 Pengenalan materi dan pembagian kelompok Siklus I ... 60

Gambar 4.3 Diskusi kelompok dan penyampaian hasil diskusi Siklus I ... 60

Gambar 4.4 Siswa melakukan StrategiTalking StickSiklus I ... 61

Gambar 4.5 Kegiatan Penutup Siklus I ... 61

Gambar 4.6 Kegiatan Pendahuluan Siklus II ... 79

Gambar 4.7 Pengenalan materi dan pembagian kelompok Siklus II ... 80

Gambar 4.8 Diskusi kelompok dan penyampaian hasil diskusi Siklus II ... 80

Gambar 4.9 Siswa melakukan StrategiTalking StickSiklus II ... 81

Gambar 4.10 Kegiatan Penutup Siklus II ... 81

Gambar 4.11 Perbandingan Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan II ... 94 Gambar 4.12 Perbandingan Presentase Keterampilan Berbicara Siklus I dan II 94


(13)

DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Rumus Nilai Aktivitas Guru dan Peserta Didik ... 52 Rumus 3.2 Rumus Rata-Rata Nilai Keterampilan Berbicara ... 53 Rumus 3.3 Rumus Prosentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara ... 53


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambaran Umum MINU WARU II Lampiran 2 Lembar Validasi Siklus I

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 4 Hasil Nilai Siklus I

Lampiran 5 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I Lampiran 6 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Lampiran 7 Lembar Validasi Siklus II

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Lampiran 9 Hasil Nilai Siklus II

Lampiran 10 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II Lampiran 11 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Lampiran 12 Pedoman Wawancara untuk Siswa Lampiran 13 Pedoman Wawancara untuk Guru Lampiran 14 Foto Proses


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama secara umum adalah upaya untuk menjadikan manusia mampu mewujudkan tujuan penciptaannya. Manusia diciptakan agar mereka mengetahui hakikat Tuhannya, mengesakan, memurnikan ibadah kepada Tuhannya, dan mau menghambakan diri dengan menjalankan seluruh perintah dan menjauhi semua larangannya.1

Dalam sistem pendidikan di Indonesia, pendidikan agama Islam merupakan salah satu jenis pendidikan agama yang didesain dan diberikan kepada peserta didik yang beragama Islam dalam rangka untuk mengembangkan keberagamaan islam peserta didik.2

Pendidikan agama islam merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran

1

Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 277

2

Chabib Thoha, et,al,Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999), hlm. 4-5


(16)

2

Alqur’an dan sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti tercapainya insan -insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.3

Materi Pendidikan Agama Islam tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu ke-islaman semata, tetapi juga ilmu lain yang dapat membantu pencapaian keberagamaan islam secara komprehensif. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas: Al- Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Dengan mempelajari materi yang tercakup dalam ilmu-ilmu tersebut, diharapkan keberagamaan peserta didik akan berkembang dan meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam penelitian ini mata pelajaran yang dibahas adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam atau SKI. Sejarah Kebudayaan Islam atau SKI di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah islam pada masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai dengan masa Khulafaurrasyidin.

3

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 16


(17)

3

Masalah belajar peserta didik pada mata pelajaran SKI menjadi sorotan penting. Hal ini karena mata pelajaran SKI memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan islam yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Dengan demikian pendidik dalam menyampaikan materi SKI harus menerapkan proses pembelajaran yang menjadikan peserta didik aktif, kreatif dan mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan peserta didik serta antar peserta didik. Dalam proses pembelajaran melibatkan peran serta guru, bahan ajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.4

Di dalam pendidikan guru memegang peranan sangat penting untuk memajukan pendidikan nasional. Ini berarti guru memahami benar kedudukan model pembelajaran yaitu sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar-mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu, guru seyogyanya memiliki 4


(18)

4

kemampuan untuk melakukan interaksi belajar-mengajar yang baik. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur kelas.5

Selama ini guru terbiasa menyampaikan materi dengan metode ceramah dan menuliskan ringkasannya di papan tulis, sedangkan peserta didik hanya memperhatikan penjelasan guru kemudian mencatat dan menghafalkannya. Dari hasil wawancara dengan Ibu Nur Lailatul Qodriyah, S. Pd selaku guru Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV pada hari Rabu, 11 November 2015 menjelaskan bahwa jumlah siswa kelas IV adalah 17 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki. KKM dari mata pelajaran SKI ini adalah 75. Siswa dinyatakan tuntas apabila telah mencapai minimal nilai 75. Namun, dalam kenyataannya materi Isra’ Mikraj ini jumlah siswa yang tuntas hanya 7 siswa dan 10 siswa lainnya belum tuntas, sehingga prosentase ketuntasannya mencapai 41%.

Pada umumnya siswa juga mengalami hambatan ketika mereka diberikan tugas oleh guru untuk mengemukakan pendapat di depan kelas. Mereka mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru, kurang membiasakan diri untuk berbicara di depan umum, kurangnya rasa percaya diri pada siswa, dan kurang mampu mengembangkan keterampilan bernalar dalam berbicara. Kesulitan-kesulitan tersebut membuat mereka tidak mampu mengungkapkan pikiran dan gagasan

5

Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hlm. 63


(19)

5

dengan baik, sehingga siswa menjadi enggan untuk berbicara menuangkan ide kreatifnya.

Keterampilan berbicara sangatlah penting untuk dimiliki setiap siswa, keterampilan ini memerlukan latihan secara terus menerus. Tanpa dilatih, seorang yang pendiam akan terus-menerus berdiam diri dan tidak akan berani untuk menyuarakan pendapatnya. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.

Setiap siswa diharapkan memiliki keterampilan berbicara agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara lisan, serta memiliki kegemaran berbicara kritis dan kreatif. Secara umum dengan adanya keterampilan berbicara siswa mampu mengomunikasikan ide atau gagasan, dan pendapat, secara lisan ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, dan lain sebagainya.

Dengan belajar berbicara, siswa MI tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan dalam melisankan ide atau gagasan yang dimiliki, tetapi siswa diharapkan mampu mempertanggungjawabkan gagasannya. Siswa juga harus dapat menyusun, pengungkapan bahasa secara benar dan baik, sehingga gagasan yang dilisankan menjadi suatu tuturan yang utuh.


(20)

6

Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa, selain keterampilan mendengarkan, menulis, dan membaca. Dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan berbicara lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa tersebut. Hal itu disebabkan keterampilan berbicara menghendaki penguasaan secara spesifik untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang kritis dan kreatif, serta harus menguasai lambang-lambang bunyi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka guru perlu melakukan perbaikan pembelajaran SKI diharapkan mampu meningkatkan keterampilan peserta didik salah satunya yakni keterampilan berbicara. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan mencoba menerapkan strategi-strategi pembelajaran yang lebih berorientasi pada keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Pada PTK ini, strategi Talking Stickmerupakan strategi yang didesain untuk mewujudkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Talking Stick adalah strategi pembelajaran dengan menggunakan bantuan tongkat. Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan dan mengungkapkan kembali dengan semampu mereka materi Isra’ Mikraj mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.


(21)

7

Setelah melakukan kajian berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul : “PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MENGGUNAKAN STRATEGITALKING STICKBAGI SISWA KELAS IV MINU WARU II WARU SIDOARJO”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan strategi Talking Stick dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam setelah menggunakan strategi Talking Stick bagi siswa kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016?

C. Tindakan yang dipilih

Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini sehubungan dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, bahwasannya tingkat keterampilan berbicara siswa terhadap materi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAWyang masih rendah adalah dengan menerapkan strategi Talking Stick dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materiIsra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.


(22)

8

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat menentukan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan strategi Talking Stick dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam setelah menggunakan strategi Talking Stick bagi siswa kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016

E. Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Penerapan strategi Talking Stick (tongkat berbicara) untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik dalam materi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

2. Keterampilan berbicara yang diperoleh peserta didik materi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada:


(23)

9

Kompetensi Inti :

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar :

4.2 Menceritakan kembali peristiwa penting di dalam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Indikator :

4.1.1 Mendiskusikan peristiwa penting di dalam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

4.1.2 Mengungkapkan kembali peristiwa penting di dalam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti, pembaca, dan khalayak umum. Diantara manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai kajian keilmuan untuk dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan pengelolaan dan pengembangan proses pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.


(24)

10

b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi para peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang terkait dengan persoalan ini.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik

Bagi peserta didik dapat meningkatkan konsentrasi, motivasi belajar, lebih semangat, tidak bosan, aktif, kreatif, memiliki rasa ingin tahu tinggi, perhatian dan minat terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga dapat membantu peserta didik dalam memahami materi serta meningkatkan kualitas, hasil belajar, dan keterampilan siswa.

b. Bagi guru

Bagi guru atau calon guru dapat memberikan informasi serta wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan strategi dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa yakni dengan menggunakan strategi Talking Stick (tongkat berbicara). Selain itu merupakan salah satu alternatif dalam pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dan mempercepat proses pembelajaran.


(25)

11

c. Bagi sekolah

Memberikan kontribusi bagi sekolah, khususnya dalam rangka perbaikan proses pembelajaran serta memperkaya wawasan tentang penerapan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar peserta didik. d. Bagi peneliti

Menambah pengalaman tentang berbagai masalah yang dapat timbul dalam proses pembelajaran dan cara menyelesaikan sebagai bekal menuju lapangan pekerjaan.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Berbicara

1. Pengertian Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan hidup manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia akan berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa sebagai alat utamanya. Dengan demikian maka keterampilan berbicara perlu distimulasi sejak anak usia dini karena pada usia ini merupakan usia emas yang berarti bahwa saat yang tepat untuk menerima berbagai stimulasi.

Berbicara adalah suatu kegiatan berbahasa yang melahirkan ujaran dan ide untuk disampaikan (didengar) orang lain6. Berbicara merupakan sebuah keterampilan yang memerlukan latihan secara terus menerus. Tanpa dilatih, seorang yang pendiam akan terus-menerus berdiam diri dan tidak akan berani untuk menyuarakan pendapatnya. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.7

6

Bambang Marhiyanto,Pintar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Gitamedia Press, 2008), hlm. 138

7


(27)

13

Dalam keterampilan berbicara seseorang harus memperhatikan unsur situasi atau konteks, dan paralinguistik yang nantinya sangat membantu proses komunikasi. Kelancaran proses komunikasi dalam suatu ujaran bergantung pada bahasa atau lambang-lambang bunyi. Agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik, pembicara hendaklah menuangkan gagasannya kedalam bahasa yang tepat dan jelas.

Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberikan tugas oleh guru untuk mengemukakan pendapat di depan kelas. Mereka mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru, kurang membiasakan diri untuk berbicara di depan umum, kurangnya rasa percaya diri pada siswa, dan kurang mampu mengembangkan keterampilan bernalar dalam berbicara. Kesulitan-kesulitan tersebut membuat mereka tidak mampu mengungkapkan pikiran dan gagasan dengan baik, sehingga siswa menjadi enggan untuk berbicara menuangkan ide kreatifnya.

Dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan berbicara lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa tersebut. Hal itu disebabkan keterampilan berbicara menghendaki penguasaan secara spesifik untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang kritis dan kreatif, serta harus menguasai lambang-lambang bunyi.

Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang bersangkutan. Di


(28)

14

samping itu, diperlukan juga penguasaan masalah dan atau gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara.8

Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.9

Dari beberapa pengertian yang sudah disebutkan dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan suatu proses untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.

2. Tujuan Keterampilan Berbicara

Tujuan berbicara secara umum adalah karena adanya dorongan keinginan untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain (yang diajak berbicara). Sedangkan tujuan secara khusus ialah mendorong orang untuk lebih bersemangat, mempengaruhi orang lain agar mengikuti atau menerima pendapat (gagasannya), menyampaikan sesuatu informasi

8

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm. 276

9

Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 241


(29)

15

kepada lawan bicara, mneyenangkan hati orang lain, member kesempatan lawan bicara untuk berpikir dan menilai gagasannya.

Tujuan pembelajaran keterampilan berbicara yang diharapkan adalah agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara lisan, serta memiliki kegemaran berbicara kritis dan kreatif. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan berbicara yaitu siswa mampu mengomunikasikan ide atau gagasan, dan pendapat, secara lisan ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, dan lain sebagainya.

Pembelajaran dalam melatih keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang dicita-citakan. Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut:

a. Kemudahan Berbicara

Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara hingga mampu mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun dihadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. Para peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.


(30)

16

b. Kejelasan

Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik. Dengan latihan berdiskusi yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan berbicara tersebut dapat dicapai.

c. Bertanggung Jawab

Latihan berbicara yang bagus, menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya.

d. Membentuk Pendengaran yang Kritis

Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama program ini. Di sini peserta didik perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara.

e. Membentuk Kebiasaan

Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Tujuan keterampilan berbicara seperti yang dikemukakan di atas akan dapat dicapai jika program pengajaran dilandasi prinsip-prinsip


(31)

17

yang relevan, dan pola KBM yang membuat para peserta didik secara aktif mengalami kegiatan berbicara.10

3. Jenis-jenis Keterampilan Berbicara

Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah.

a. Diskusi

Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara mereka/ kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut. Macam-macam diskusi diantaranya seminar, sarasehan, symposium, lokakarya, sanggar kerja, santiaji, muktamar, konferensi, diskusi panel, diskusi kelompok.

10

Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 242-243


(32)

18

b. Percakapan

Percakapan adalah dialog antara dua orang atau lebih. Membangun komunikasi melalui bahasa lisan (melalui telepon, misalnya) dan tulisan (di chat room). Percakapan ini bersifat interaktif yaitu komunikasi secara spontan antara dua atau lebih orang .

c. Pidato

Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal.

d. Ceramah

Ceramah merupakan suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu.

4. Penilaian Keterampilan Berbicara

Penilaian keterampilan berbicara dapat dilakukan pada saat kegiatan pelajaran yang disebut proses, dan setelah kegiatan pembelajaran yang disebut penilain hasil. Dalam penilaian proses guru mencatat kekurangan dan kemajuan yang diperoleh siswa. Hasil penilaian ini harus disampaikan kepada siswa secara lisan, secara motivasi siswa dalam berbicara, sasaran yang dicapai harus jelas. Informasi yang dicatat dalam penilaian merupakan umpan balik yang tidak ternilai bagi siswa.


(33)

19

Mengingat kemampuan berbicara memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif. Penilaian yang mengukur dan menilai suatu kegiatan saja, tetapi hendaknya berlanjut dan bertujuan meningkatkan keterampilan berbicara pada kegiatan berikutnya.

Faktor-faktor yang dinilai dalam berbicara diantaranya: a. Faktor Kebahasaan, yang mencakup :

1) Pengucapan vocal 2) Penempatan tekanan

3) Pilihan kata / ungkapan atau diksi 4) Variasi kata

5) Sruktur kalimat 6) Ragam kalimat

b. Faktor Nonkebahasaan, yang mencakup : 1) Keberanian dan semangat

2) Kelancaran

3) Gerak-gerik dan mimik 4) Penguasaan topik

5) Penalaran atau pemahaman / pengungkapan materi wacana.

Keberhasilan suatu kegiatan tentu memerlukan penilaian. Pengajaran keterampilan berbicara merupakan salah satu kegiatan dalam pembelajaran. Untuk menilai keterampilan berbicara seseorang sekurang-kurangnya harus ada enam yang diperhatikan, yaitu:


(34)

20

a. Lafal, yaitu ketepatan pengucapan dengan kata yang diucapkan b. Struktur bahasa, yaitu ketepatan susunan kalimat yang diucapkan c. Kosakata, yaitu penggunaan kosakata yang tepat, dan penguasaan

kosakata yang luas.

d. Kefasihan, yaitu ketepatan pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, serta tekanan suku kata.

e. Pemahaman, yaitu pemahaman terhadap topik yang dipelajari atau yang diucapkan.11

Hal-hal tersebut merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur penting terhadap keberhasilan kita dalam semua bidang kehidupan.

B. StrategiTalking Stick

1. Pengertian StrategiTalking Stick a. Strategi

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan

11

Teuku Alamsyah, dkk.Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala Banda Aceh : 2007), hlm. 158.


(35)

21

guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.12

Strategi pembelajaran adalah cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran, dan pengelolaaan kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung terciptanya efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Startegi pembelajaran menentukan pendekatan yang dipilih guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan suatu konsep yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.13

Pemilihan strategi pembelajaran tidak terlepas dari kurikulum yang digunakan dan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik terutama terkait dengan pengalaman awal dan pengetahuan peserta didik, minat peserta didik, gaya belajar peserta didik, dan perkembangan peserta didik. Strategi pembelajaran juga dapat

12

Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 139

13


(36)

22

diklasifikasikan berdasarkan cara komunikasi guru dengan peserta didik, yakni strategi tatap muka dan pembelajaran jarak jauh.14

b. Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah strategi yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Carol Locust pernah berkata :

“The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.”15

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan

14

Ibid, hlm.146

15

Miftahul Huda,Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 224.


(37)

23

berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

Strategi Talking Stick sekarang sudah digunakan sebagai strategi pembelajaran ruang kelas. Sebagaimana namanya, menurut Suprijono Talking Stick merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pembelajaran dengan strategi talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.16

Menurut Kauchack dan Eggan, Talking Stick termasuk dalam salah satu metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.17

16

Agus Suprijono,Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hlm. 109

17


(38)

24

Berdasarkan pendapat para ahli di atas strategiTalking Stickadalah strategi pembelajaran dengan bantuan tongkat atau stick secara bergilir dalam satu kelompok, dimana siswa yang memegang stick tersebut harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan.

Pembelajaran Talking Stick adalah pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

2. Tujuan StrategiTalking Stick

Strategi Talking Stick bertujuan meningkatkan cara belajar peserta didik menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial, mendorong peserta didik untuk mengemukakan pendapat, mengembangkan sikap saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan


(39)

25

menyampaikan pendapat bersama kelompok, meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok maupun individu, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama serta meningkatkan keterampilan yang dimiliki setiap peserta didik terutama keterampilan berbicara.

3. Langkah-langkah StrategiTalking Stick

Adapun sintak atau langkah-langkah strategi Talking Stick adalah sebagai berikut :

a. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 atau 6 orang. b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

c. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari

isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

f. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,


(40)

26

demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

g. Guru memberikan kesimpulan.

h. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun secara individu.

i. Guru menutup pembelajaran.18

4. Kelebihan dan Kelemahan StrategiTalking Stick

Kelebihan dan kelemahan strategiTalking Sticksebagai berikut: a. Kelebihan strategiTalking Stick,antara lain :

1) Menguji kesiapan siswa

2) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social

3) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

4) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

5) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen

6) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

7) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

18


(41)

27

8) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa

9) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan atau dipraktekkan. 10) Melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat 11) Menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri pada siswa 12) Memacu siswa agar lebih giat belajar

13) Siswa berani mengemukakan pendapat b. Kekurangan strategiTalking Stick,antara lain :

1) Membuat siswa senam jantung.

2) Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.

3) Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.

4) Tidak semua siswa siap menerima pertanyaan.19

19


(42)

28

C. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Kalimat sejarah kebudayaan islam terdiri dari tiga kata yaitu sejarah, kebudayaan, dan islam. Kata sejarah menurut istilah adalah ilmu yang berusaha menggali peristiwa-peristiwa masa lalu agar tidak dilupakan. Kebudayaan merupakan jalan hidup sebuah masyarakat yang mencakup keseluruhan spiritual, intelektual, sikap artistik, yang dihasilkan oleh masyarakat, termasuk tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukun, dan hubungan sosial. Sedangkan islam secara bahasa berarti tunduk dan patuh.

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah. Aspek Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.20

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah didalamnya juga mengarahkan peserta didik untuk mengenal dan memahami sejarah agama Islam yang kemudian dapat dijadikan pengalaman dan pembelajaran kepada peserta didik. Materi yang diajarkan

20

Permenag No: 2 Tahun 2008,Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah. (Jakarta: Depag, 2008),hlm. 18


(43)

29

meliputi sejarah Arab pra Islam, sejarah Rasulullah SAW, dan khulafaurrasyidin.

2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pentingnya mempelajari sejarah dijelaskan dalam Al-qur’an Surah Al-Hasyr ayat 18 yang berbunyi “wal tandzur nafsun maa qaddamat lighad” artinya, “perhatikanlah sejarahmu, untuk masa depanmu”.

Sebaik-baik kisah sejarah yang dapat diambil pelajaran dan hikmah berharga darinya adalah kisah-kisah yang terdapat dalam ayat-ayat

al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah SAW . Karena kisah-kisah tersebut disamping sudah pasti benar, bersumber dari wahyu Allah SWT, juga karena kisah-kisah tersebut memang disampaikan oleh Allah SWT untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat.

Artinya “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat). Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (Q.S. Yusuf/12:111)


(44)

30

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam

b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan

c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.21

21


(45)

31

Tujuan pembelajaran SKI merupakan acuan kendali dalam perumusan indikator dan materi pembelajaran agar tidak keluar dari tujuan yang telah ditetapkan.

3. Materi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

a. Pengertian Isra’ Mi’raj

Kata Isra’ berasal dari bahasa Arab, artinya “berjalan di malam hari”. Sedangkan pengertian Isra’ pada peristiwa ini adalah perjalanan

Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina (Baitul Maqdis) pada malam hari.

Menurut bahasa Mi’raj artinya “naik ke atas atau ke langit”. Berasal dari kata pokok “A’raja-Ya’ruju”. Sedangkan yang dimaksud dengan Mi’raj Nabi Muhammad SAW ialah perjalanan Rasulullah

SAW dari Masjidil Aqsa di Palestina, kemudian naik ke langit sampai ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah SWT. Di sini Nabi menerima perintah langsung dari Allah SWT tentang kewajiban shalat lima waktu bagi seluruh umat muslim.22

Isra’ Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh

Muhammad SAW dalam waktu satu malam saja.

b. Kisah Perjalanan Isra’ Mi’raj

Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun ke-11

dari kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M. Sebelum peristiwa Isra’

22M. As’ad Bashori,


(46)

32

Mi’raj, Nabi Muhammad SAW mengalami banyak cobaan diantaranya siksaan dari orang kafir Quraisy dan wafatnya Abu Thalib serta Khadijah. Itulah sebabnya untuk menghibur hati Nabi Muhammad SAW, Allah SWT memerintahkan untuk melakukan Isra’ Mi’raj menghadap kehadirat-Nya dengan menggunakan kendaraan Buraq dan didampingi oleh Malikat Jibril. Isra’ Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.23

Kisah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dijelaskan dalam Q.S Al-Isra’ ayat 1 yang berbunyi:

Artinya :

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad SAW) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kekuasaan) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

Selama dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad SAW

singgah di tempat-tempat bersejarah seperti berikut:

1) Bukit Sinai’ (Tursina), yaitu tempat Nabi Musa a.s. menerima kitab

Taurat

2) Madyan, yaitu tempat persembunyian Nabi Musa a.s. 3) Yatsrib, yang sekarang menjadi nama Madinah 23


(47)

33

4) Bethlehem, yaitu kota tempat kelahiran Nabi Isa a.s.

Kemudian beliau dibawa ke Masjidil Aqsa untuk mengerjakan shalat 2 rakaat.24

c. Kisah Perjalanan Mi’raj dan Proses Penerimaan Perintah Shalat

Dari Masjidil Aqsa Nabi Muhammad SAW bersama malaikat Jibril terus naik ke langit sampai ke Sidratul Muntaha melewati tujuh lapis langit untuk menghadap Allah SWT. Di setiap lapis langit, beliau singgah dan bertemu dengan para nabi, yaitu :

1) Di langit pertama bertemu dengan Nabi Adam a.s.

2) Di langit kedua bertemu dengan Nabi Yahya a.s. dan Nabi Isa a.s. 3) Di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf a.s.

4) Di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris a.s. 5) Di langit kelima bertemu dengan Nabi Harun a.s. 6) Di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa a.s. 7) Di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s.

Setelah melewati tujuh langit tersebut, Nabi diajak ke Baitul Makmur, tempat malaikat melaksanakan tawaf, kemudian ke Sidratul Muntaha. Ketika sampai ke Sidratul Muntaha, Rasulullah SAW diperkenankan menghadap Allah SWT secara langsung tanpa didampingi malaikat Jibril dan beliau menerima perintah langsung dari

24


(48)

34

Allah SWT tentang kewajiban shalat lima waktu bagi seluruh umat muslim.

d. Tanggapan Masyarakat Mekah terhadap Isra’ Mi’raj

Berita Isra’ dan Mi’raj ini menggemparkan masyarakat Makkah. Bagi kaum kafir Quraisy, peristiwa Isra’ Mi’raj dijadikan alat untuk mengolok-olok Nabi Muhammad SAW. Bahkan, ada yang menuduh bahwa Nabi Muhammad SAW sudah gila.

Bagi kaum muslimin, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW merupakan ujian keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT serta untuk mempertebal semangat dalam menyiarkan agama Islam.25

e. Hikmah Perjalanan Isra’ Mi’raj

Ada beberapa hikmah yang dapat dijadikan pelajaran dan nasihat dalam kehidupan sehari-hari dari peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah:

1) Dapat memperkuat keimanan karena yakin bahwa apapun yang Allah SWT kehendaki bisa terjadi, karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

2) Memantapkan hati dalam beribadah sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT. Ibadah yang utama dalam Islam adalah shalat. Perintah shalat diterima langsung oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT pada peristiwa Isra’ Mi’raj.

25


(49)

35

3) Harus mencintai dan bangga kepada Nabi Muhammad SAW karena bukan hanya Nabi-nya umat islam, tetapi juga pemimpin umat seluruh dunia.

4) Sebagai bukti bahwa besarnya Islam bukan karena kekuasaan, tetapi karena dakwah yang disampaikan dengan hikmah penuh kelembutan, kasih sayang dan dengan suri tauladan.26

26

Kementerian Agama Republik Indonesia,Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014), hlm. 71-72


(50)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam rangka melakukan perbaikan mutu pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti terjun ke lapangan secara langsung pada saat guru dan peserta didik melakukan proses pembelajaran, yaitu menggunakan bentuk kolaboratif dengan guru sebagai mitra kerja peneliti.

PTK dalam bahasa Inggris diartikan dengan Classroom Action Research, disingkat CAR. Terdiri dari tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian pula yang dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Penelitian, yaitu kegiatan mencermati suatu objek menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti

2. Tindakan, yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan


(51)

✁ ✂

3. Kelas, yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru. Kelas bukan wujud ruang tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.27

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.28 Penelitian ini menggunakan strategi Talking Stick (Tongkat Bicara) untuk mendukung kegiatan interaksi edukatif berproses guna mengembangkan keterampilan berbicara peserta didik dalam mengenal peristiwa penting dalam Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin karena di dalam model penelitian Kurt Lewin apabila pelaksanaan pada siklus satu gagal dan tujuan pembelajaran belum tercapai maka harus diulangi lagi dari awal namun untuk siklus berikutnya ini tidak mengubah semua kegiatan dari awal, tetapi hanya mengubah pada langkah-langkah kegiatan intinya saja.

Kurt Lewin mengemukakan suatu model penelitian tindakan yang berbentuk siklus. Hal ini didasarkan bahwa tindakan yang diberikan tidak hanya diberikan satu kali, tetapi dapat beberapa kali. Kurt Lewin, yang

✄☎

Samsu Sumadayo,Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 21

28

Rochiati Wiriaatmadja,Metode Penelitian Tindakan Kelas,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 11.


(52)

8

menyatakan bahw 1) perencanaan ( (observing), dan 4 Secara keselur siklus PTK yang dibawah ini.

29

Eni Purwati, dkk,Penelitia

38

hwa dalam satu siklus terdiri atas empat langka n (planning), 2) aksi atau tindakan (Acting

n 4) refleksi (reflecting).29

luruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut m ng digambarkan dalam bentuk spiral. Seper

Gambar 3.1

Siklus PTK Model Kurt Lewin

elitian Tindakan Kelas Paket 5,(Surabaya: LAPIS PGM

38

gkah pokok, yaitu: ng), 3) observasi

membentuk suatu perti pada gambar


(53)

✆9

B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MINU WARU II Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 3 bulan, mulai dari tahap persiapan pada bulan Januari 2016 sampai dengan tahap laporan akhir pada bulan Maret 2016.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2015-2016, dengan jumlah dalam satu kelas 17 peserta didik yaitu 7 siswa laki-laki dan 10 siswi perempuan.

C. Variabel yang Diteliti

Pada penelitian ini menggunakan variabel penerapan strategiTalking Stick untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo. Didalam variabel tersebut terdapat beberapa variabel yakni:

1. Variabel Input : siswa kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo 2. Variabel Proses : penerapan strategiTalking Stick

3. Variabel Output : keterampilan berbicara siswa materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW


(54)

✝ ✞

D. Rencana Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model penelitian tindakan Kurt Lewin. Pada setiap siklus meliputi empat komponen yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan atau tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.

Model Kurt Lewin dipilih oleh penulis karena apabila pada awal pelaksanaan terdapat kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali dan memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Jika sampai pada siklus pertama dan siklus kedua belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.

SIKLUS I

1. Perencanaan(Planning)

Peneliti menyusun perencanaan awal mengenai tindakan yang sesuai dengan studi pendahuluan yang sudah dilakukan. Peneliti merencanakan beberapa hal yaitu:

a. Mencari guru yang akan dijadikan kolaborasi, yang faham tentang mata pelajaran yang akan menjadi sumber PTK.

b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran.

c. Membuat instrumen pembelajaran seperti RPP, lembar materi, lembar observasi, rubrik penilaian, khususnya pedoman observasi sebagai alat pengumpul data untuk mengumpulkan informasi tentang efek yang ditimbulkan dari perlakuan atau tindakan oleh penulis.


(55)

✟ ✠

2. Pelaksanaan(Acting)

Tahap ini peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan strategi Talking Stick(Tongkat Bicara).

Adapun kegiatan yang dilakukan guru sebagai berikut:

a. Guru melakukan apersepsi dan motivasi, agar peserta didik siap menerima materi yang akan diajarkan dengan penuh semangat.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

c. Guru memperkenalkan strategi Talking Stick yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran sesuai langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP I

d. Guru melakukan pembelajaran dengan menerapkan strategi Talking Stick sesuai langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP I, sebagai berikut:

1) Kegiatan Pendahuluan

a) Guru mengucapkan salam “assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh” dan “membaca basmalah” secara bersama-sama. b) Guru menanyakan kabar siswa-siswi “Bagaimana kabarnya

hari ini?”


(56)

✡ ☛

d) Guru mengajak siswa-siswi bernyanyi “satu-satu aku cinta Allah, dua-dua cinta rasulullah, tiga-tiga cinta ibu bapak, satu dua tiga kuncinya masuk syurga” secara bersama-sama.

e) Guru mengaitkan pengalaman siswa melalui lagu yang telah dinyanyikan terhadap materi yang akan dipelajari

f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

(1) Setelah melihat gambar, siswa mampu mendiskusikan peristiwa penting Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan tepat.

(2) Melalui strategi Talking Stick, siswa mampu mengungkapkan kembali peristiwa penting Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW dengan baik.

2) Kegiatan Inti Mengamati

a) Siswa mengamati dan memperhatikan ilustrasi gambar tentang materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW.

Menanya

a) Siswa bertanya seputar materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW.

Mengeksplorasi

a) Siswa membentuk menjadi 3 kelompok, dengan cara berhitung 1 hingga 3 secara berulang-ulang hingga siswa terakhir.


(57)

☞ ✌

b) Peserta didik diberi nama kelompok, kelompok pertama yaitu kelompok “pandai”, kelompok 2 diberi nama kelompok “pintar”, dan kelompok 3 diberi nama kelompok “cerdas”. c) Setiap kelompok menerima LK dari guru. (LK Terlampir) d) Setiap kelompok membaca wacana yang telah disediakan di

dalam buku dan berdiskusi tentang materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW.

e) Perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.

f) Kelompok lain saling menanggapi perwakilan kelompok yang sedang menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.

g) Semua siswa membentuk lingkaran besar dan bersiap-siap untuk menjalankan strategiTalking Stick.

h) Siswa yang memegang tongkat tersebut harus berbicara dan berani mengungkapkan kembali materi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW sesuai dengan instruksi dari guru.

i) Siswa yang lain saling menanggapi. Mengasosiasi

a) Siswa yang memegang tongkat tersebut harus berbicara dan berani mengungkapkan pendapatnya sesuai dengan instruksi, guru memberi penguatan terhadap jawaban siswa.


(58)

✍✍

Mengkomunikasi

a) Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan seputar materi yang belum mereka pahami.

b) Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi pada hari ini. 3) Kegiatan Penutup

a) Guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan mengajak mereka berfikir tentang apa yang sudah mereka dapatkan dalam proses pembelajaran.

b) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW.

c) Guru mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran dan memberikan penguatan.

d) Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya “Masyarakat Yastrib Sebelum Nabi Muhammad SAW Hijrah”.

e) Guru memberi semangat pada siswa untuk selalu giat belajar. f) Guru dan siswa mengakhiri pembelajaran dengan

mengucapkan hamdalah secara bersama-sama.

g) Guru mengucapkan salam “assalamu’alaikum warahmatullahhi wabarokatuh”


(59)

✎ ✏

3. Pengamatan(Observing)

Tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses perbaikan pembelajaran Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan strategi Talking Stick (Tongkat Bicara) di kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo.

Hal yang dilakukan pengamat adalah:

a. Mengamati perilaku peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Mengamati keterampilan berbicara tiap peserta didik terhadap penguasaan materi Isra’ Mikrajpada saat pembelajaran.

c. Mengamati aktivitas guru. 4. Refleksi(Reflecting)

a. Mencatat hasil observasi: mencatat kendala yang telah terjadi pada siklus I dengan penerapan strategiTalking Stick.

b. Mengevalusasi hasil observasi: mengevaluasi kendala yang telah terjadi pada siklus I dengan penerapan strategi Talking Stick. Pada tahap ini peneliti dapat melakukan evaluasi dengan berdiskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan di siklus I. c. Menganalisis hasil pembelajaran: pada tahap ini peneliti menganalisis

hasil pembelajaran apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah yang telah ditetapkan dalam RPP.


(60)

✑6

d. Menentukan kelemahan-kelemahan pada strategi Talking Stick untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya.

e. Evaluasi tindakan siklus I. Peneliti melakukan evaluasi, yang mana agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus I seperti apakah kegiatan siklus I sudah berhasil menerapkan strategi Talking Stick dengan baik dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik kelas IV materiIsra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW. Setelah pelaksanan siklus I dengan empat tahapan tersebut berdasarkan evaluasi dan analisis, peneliti menyatakan meningkatkan atau tidaknya keterampilan berbicara siswa kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo. Jika meningkat maka tidak perlu melanjutkan siklus II. Namun apabila pada pelaksanaan siklus I yang telah diketahui hambatan dan kekurangan pada proses pembelajaran maka perlu adanya pengulangan yakni dengan melanjutkan ke siklus II. Pada umunya kegiatan siklus II memiliki banyak tambahan, karena siklus II ada untuk memperbaiki siklus I yang belum berhasil.

SIKLUS II

Siklus II merupakan pengulangan dari siklus I dengan melakukan perbaikan dari masalah yang ada pada siklus I. Siklus II meliputi:

1. Perencanaan(Planning)

Pada tahap perencanaan siklus II peneliti menyusun rencana pembelajaran kembali berdasarkan dari kekurangan yang ada pada siklus


(61)

✒ ✓

I mengenai keterampilan berbicara dengan menggunakan strategiTalking Stick. Pada siklus II peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran yang telah direvisi dari siklus I, instrumen untuk penialain serta menganalisis proses dan hasil tindakan seperti lembar observasi untuk guru dan siswa, mempersiapkan sarana prasaran yang dibutuhkan. Berikut rancangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang direvisi dari siklus I (Format rencana pembelajaran siklus II terlampir).

2. Pelaksanaan(Acting)

Pada tahap pelaksanaan siklus II peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi Isra’ Mikraj dengan menerapkan strategi Talking Sticktidak jauh berbeda. Rencana kegiatan pelaksanaan (RPP) yang dilakukan berdasarkan hasil refleksi atau evaluasi siklus I.

3. Pengamatan(Observing)

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung pada siklus II untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan strategi Talking Stick pada kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo. Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut:

a. Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II.

b. Mencatat semua masalah atau kekurangan saat pembelajaran dengan mengunakan strategiTalking Stickpada siklus II.


(62)

✔8

c. Meneliti data yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar observasi yang meliputi lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar kerja siswa.

d. Mengamati peningkatan keterampilan berbicara terhadap materi Isra’ Mikraj yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK pada siklus II.

4. Refleksi(Reflecting)

Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus II. Peneliti melakukan evaluasi, dan membandingkan peningkatan keterampilan berbicara pada siklus I, yang mana agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus II seperti apakah kegiatan siklus II dapat meningkatkan keterampilan berbicara kelas IV pada materi Isra’ Mikraj. Setelah pelaksanan siklus II dengan empat tahapan tersebut berdasarkan evaluasi dan analisis, peneliti menyatakan meningkatkan atau tidaknya keterampilan berbicara siswa. Jika meningkat, maka tidak perlu melanjutkan ke siklus-siklus selanjutnya. Namun apabila pada pelaksanaan siklus II yang telah diketahui kembali adanya hambatan dan kekurangan pada proses pembelajaran maka perlu adanya pengulangan yakni dengan melanjutkan ke siklus-siklus selanjutnya. Pada umumnya kegiatan siklus selanjutnya akan memiliki banyak tambahan, karena siklus selanjutnya ada untuk memperbaiki siklus I dan II yang belum berhasil.


(63)

✕9

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber Data

Sumber data PTK ini adalah : a. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang keterampilan berbicara siswa selama proses kegiatan belajar mengajar

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi strategi Talking Stick (Tongkat Bicara) terhadap keterampilan berbicara siswa pada materi Isra’Mikraj Nabi Muhammad SAW dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan agar bisa mendapatkan data yang yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

a. Observasi

Merupakan proses pengamatan atau pengindraan langsung terhadap kondisi, situasi, proses, dan perilaku saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan penerapan materi dengan menggunakan strategi Talking Stick yang dilaksanakan guru.(Lembar observasi aktivitas guru dan siswa terlampir).


(64)

✖ ✗

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan respon. Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat siswa mengenai proses belajar mengajar yang dialami. (Format Wawancara Terlampir).

c. Tes

Tes merupakan alat ukur yang sistematik untuk melihat tingkat keberhasilan keterampilan berbicara seperti perilaku yang mempengaruhi keterampilan berbicara. Tes digunakan peneliti untuk mendapat data keterampilan berbicara dengan materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW kelas IV MINU WARU II Waru Sidoarjo dengan menerapkan strategiTalking Stick.(Rubrik Penilaian Terlampir) d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah laporan tertulis tentang suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa tersebut. Dokumen terdiri atas surat, dokumen resmi, foto. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada lembaga sekolah sebagai penunjang data.


(65)

✘ ✙

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keaktivan suatu strategi dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini peneliti menganalisis tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dengan cara memberikan evaluasi berupa tes yang berbentuk tes lisan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam berbicara materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW dan evaluasi non tes yang berbentuk observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengajar dan siswa dalam proses pembelajaran.

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang berupa kata-kata dan simbol sehingga mudah dipahami. Untuk data observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar pengamatan dengan model empat pilihan dengan ketentuan nilai: 4 = Sangat Baik; 3 = Baik; 2 = Cukup; 1 = Kurang. Kemudian dianalisis secara kuantitatif, dengan menghitung presentasi dari lembar observasi siswa dan guru.30

Data kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil pengukuran dapat diproses dengan dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh presentase. Selanjutnya data kuantitatif tersebut ditafsirkan

✚✛


(66)

✜ ✢

dalam bentuk kalimat yang bersifat kualitatif. Berikut rumus untuk menghitung nilai aktivitas guru dan siswa:

Rumus :

= 100...(rumus 3.1) Keterangan :

NA = Nilai Akhir

F = Skor yang diperoleh N = Skor maksimal

Berikut tabel pengkategorian hasil data observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas:

Tabel 3.1

Pengkategorian hasil data observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas

Presentasi Kriteria

≥90 Sangat Baik

80–89 Baik

60–79 Cukup

40–59 Kurang

<40 Sangat Kurang

Untuk mengetahui tingkat ketuntasan keterampilan berbicara siswa, maka guru memberikan penskoran terlebih dahulu dari setiap penilaian baik dalam penilaian sikap maupun penilaian performance dengan ketentuan nilai: 4 = Sangat Baik; 3 = Baik; 2 = Cukup; 1 = Kurang. Selanjutnya, menghitung


(67)

✣ ✤

rata-rata nilai peserta didik dan prosentase ketuntasan keterampilan berbicara menggunakan rumus.

Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rata-rata nilai peserta didik dalam berbicara materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW.31

Rumus:

= ...(rumus 3.2) Keterangan :

: Nilai rata-rata

: Jumlah semua nilai siswa : Jumlah siswa

Rumus untuk menghitung ketuntasan belajar siswa dalam berbicara materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:32

Rumus:

= 100%...(rumus 3.3) Keterangan:

P : Prosentase yang akan dicari f : Jumlah siswa yang tuntas belajar N : Jumlah siswa seluruhnya

✥✦

Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 109.

✥✧


(68)

★ ✩

Analisis data kuantitatif ini dilaksanakan pada setiap siklus di tahapan refleksi. Hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya. Hasil penilaian yang telah diperoleh tersebut dikelompokkan ke dalam bentuk penskoran nilai siswa. Dengan kriteria tingkat keberhasilan belajar yang dikelompokkan ke dalam lima kategori berikut:33

Tabel 3.2

Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar

Persentase Nilai Huruf Kualifikasi

90% - 100 % A Sangat Baik

80% - 89% B Baik

65% - 79% C Cukup

55% - 64% D Kurang

< 55% TL Tidak Lulus/Gagal

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperbaiki proses belajar mengajar dikelas. Indikator kinerja harus realistik dan data dapat diukur (jelas cara pengukurannya).34

Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditentukan dalam satu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%. Kondisi setelah penilaian diharapkan tingkat keterampilan siswa dalam materi Isra’ Mikraj Nabi

✪ ✪

Purwanto, M. Ngalim,Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 82.

34


(69)

✫✫

Muhammad SAW pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat meningkat.

Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW dapat meningkat. Diukur dari prosentase ketingkatan berbicara siswa sebelum menggunakan strategi Talking Stick dan sesudah menggunakan strategiTalking Stick.

2. Peserta didik dikatakan tuntas dalam berbicara secara individu, apabila telah mencapai nilai minimal 75 sesuai dengan KKM yang telah ditentukan oleh sekolah.

3. Meningkatnya prosentase ketuntasan keterampilan berbicara≥ 80%.

4. Meningkatnya keterampilan berbicara secara klasikal dengan rata-rata menjadi≥80

5. Meningkatnya aktivitas peserta didik dan guru mencapai nilai akhir≥80.

H. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi. Disini yang menjadi kolaborator adalah guru yang bersangkutan. Selain menjadi kolaborator guru juga berperan sebagai observator bersama-sama dengan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Mereka bertanggung jawab


(70)

✬6

penuh pada penelitian tindakan kelas ini. Peneliti dan kolaborator terlibat sepenuhnya dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya. Adapun tim peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Guru kolaborasi

Nama : Nur Lailatul Qodriyah, S. Pd sebagai guru kelas IV dan sekaligus pengajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MINU Waru II Waru Sidoarjo

Tugas : Bertanggung jawab atas semua jenis kegiatan pembelajaran, mengamati pelaksanaan pembelajaran, dan terlibat dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

2. Peneliti

Nama : Kiki Indah Suryani Status : Mahasiswa

Tugas : Menyusun perencanaan tindakan, observasi, refleksi, pelaksana kegiatan, mengamati dan mengisi lembar observasi siswa, melakukan diskusi dengan guru kolaborator, dan menyusun laporan hasil penelitian.


(71)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian kami lakukan di MINU Waru II Waru Sidoarjo, pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV materi tentang Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, adapun guru yang mengajar mata pelajaran tersebut adalah Ibu Nur Lailatul Qodriyah, S. Pd. Akan tetapi pada proses pembelajaran peserta didik kurang dapat menguasai pelajaran dan tidak dapat mengungkapkan kembali dari isi materi yang telah dipelajari. Hal ini menyebabkan kurang maksimalnya hasil pembelajaran khususnya dalam aspek keterampilan berbicara setiap peserta didik.

Dengan demikian peneliti memberi solusi untuk meningkatkan keterampilan berbicara tentang materi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menggunakan strategi Talking Stick. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, guru tersebut belum mendengar dan mengetahui tentang strategi Talking Stick, dan penggunaaan strategi Talking Stick pada peserta didik MINU Waru II Waru Sidoarjo merupakan yang pertama kali dilakukan.


(72)

58

Hasil penelitian ini diuraikan dalam beberapa poin sebagaimana dipaparkan berikut ini:

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Peneliti menyusun perencanaan awal mengenai tindakan yang sesuai dengan studi pendahuluan yang sudah dilakukan. Peneliti merencanakan beberapa hal yaitu:

1) Mencari guru yang akan dijadikan kolaborasi, yang faham tentang mata pelajaran yang akan menjadi sumber PTK.

2) Mempersiapkan perangkat pembelajaran.

3) Membuat instrumen pembelajaran seperti RPP, lembar materi, lembar observasi, rubrik penilaian, pedoman observasi sebagai alat pengumpul data untuk mengumpulkan informasi tentang efek yang ditimbulkan dari perlakuan atau tindakan oleh penulis. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pada hari Jum’at tanggal 18 Maret 2016 pukul 07.15 – 08.25 WIB di kelas IV MINU Waru II dengan jumlah 17 peserta didik, 10 peserta didik perempuan dan 7 peserta didik laki-laki. Pada pelaksanaan ini peneliti bertindak sebagai guru dan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV MINU Waru II bertindak sebagai observer. Adapun


(73)

59

proses belajar mengajar mengacu pada RPP menggunakan strategi Talking Stickyang telah dipersiapkan yakni :

1) Kegiatan Pendahuluan

Gambar 4.1

Kegiatan Pendahuluan siklus I

Pada kegiatan pendahuluan peneliti yang bertindak sebagai guru melaksanakan sesuai dengan RPP. Peneliti mengucapkan salam, menanyakan kabar siswa, memeriksa kehadiran siswa, memberikan apersepsi dengan mengaitkan pengalaman yang dimiliki siswa dengan materi Isra’ Mikraj, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti peneliti yang bertindak sebagai guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran strategi Talking Stick. Adapun langkah awal dengan menyampaikan prosedur


(74)

60

strategi Talking Stick kepada siswa-siswi, kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan materi menggunakan ilustrasi gambar dilanjutkan pembagian kelompok menjadi 3 kelompok yang terdiri 5 hingga 6 siswa setiap kelompoknya.

Gambar 4.2

Pengenalan materi dan pembagian kelompok siklus I

Setelah pembentukan kelompok, siswa berdiskusi tentang materi Isra’ Mikraj dengan LK yang telah disediakan kemudian menampilkan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain menanggapi.

Gambar 4.3


(1)

99

bersemangat dan percaya diri untuk mengungkapkan kembali materi Isra’

Mikraj Nabi Muhammad SAW, serta guru juga menyiapkan reward bagi

peserta didik terbaik. Terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah

siswa yang tuntas secara individu dalam mencapai nilai KKM 75

sebanyak 15 peserta didik yang tuntas, nilai rata-rata yang harus ≥80,

yakni pada siklus II ini telah mencapai 87, dan prosentase ketuntasan

keterampilan berbicara yang seharusnya sebesar ≥ 80%, yakni telah

mencapai 88%.

Dengan kata lain strategi Talking Stick mampu meningkatkan

keterampilan berbicara materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV MINU Waru II Waru

Sidoarjo. Dibuktikan dengan banyaknya peserta didik yang tuntas sesuai

KKM yakni dengan perolehan nilai secara individu sebesar >75, pada

siklus I hanya 9 peserta didik yang tuntas, sedangkan pada siklus II

sebanyak 15 peserta didik yang tuntas. Pada nilai rata-rata secara klasikal

pada siklus I mencapai 67, pada siklus II nilai rata-rata meningkat

menjadi 87. Dan indikator prosentase ketuntasan keterampilan berbicara

peserta didik >80% akhirnya pada siklus II meningkat dari 53% menjadi


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa penerapan strategi Talking Stick dalam rangka meningkatkan

keterampilan berbicara materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW pada

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV di MINU Waru II

Tahun Ajaran 2015/2016 sudah berjalan sangat baik sesuai dengan

langkah-langkah yang telah direncanakan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil

observasi aktivitas guru yang mencapai nilai 83,3 dan hasil observasi

aktivitas peserta didik yang mencapai nilai 66,7 pada siklus I kemudian

mengalami peningkatan pada siklus II yakni data hasil observasi aktivitas

guru mencapai nilai 91,7 dan hasil observasi aktivitas peserta didik

mencapai nilai 91,7

2. Bahwa keterampilan berbicara materi Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW

pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV di MINU Waru II

Waru Sidoarjo Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menggunakan strategi

Talking Stick dapat meningkat. Hal ini terbukti dari KKM yang harus dicapai setiap individu adalah 75 untuk dinyatakan tuntas dalam berbicara,

pada siklus I hanya 9 peserta didik yang tuntas, nilai rata-rata siswa secara


(3)

101

sebesar 53%, kemudian pada siklus II jumlah peserta didik yang dinyatakan

tuntas secara individu bertambah sebanyak 15 peserta didik, dengan nilai

rata-rata secara klasikal mencapai 87 dan prosentase ketuntasan berbicara

mencapai 88%.

B. Saran

1. Bagi Sekolah

Kepala sekolah hendaknya menyarankan guru dalam menggunakan

strategi yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pada pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam agar keterampilan berbicara siswa dapat

meningkat.

2. Bagi Guru

a. Guru hendaknya melakukan inovasi dalam PTK apabila

keterampilan berbicara siswa banyak yang belum tuntas, karena hal

tersebut dapat membantu guru dalam memecahkan rendahnya

tingkat keterampilan berbicara setiap siswa.

b. Penggunaan strategi Talking Stick dapat digunakan oleh guru

khususnya dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Sehingga siswa lebih

aktif dan percaya diri ketika mengungkapkan kembali isi dari materi


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Teuku, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. (Banda Aceh :

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh).

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta:

Ciputat Pers).

Bashori,M. As’ad. 2009.Sejarah Kebudayaan Islam. (Sidoarjo: Media Ilmu).

Hamdani. 2011.Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia).

Haraki, Abu Majdi. 2007.Misteri Isra’ Mi’raj. (Yogyakarta: DIVA Press).

Huda, Miftahul. 2014.Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar).

Isjoni. 2010.Cooperative Learning.(Bandung : Alfabeta).

Iskandarwassid, Dadang Sunendar. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa.

(Bandung: Remaja Rosdakarya).

Kementerian Agama Republik Indonesia. 2014. Sejarah Kebudayaan Islam.

(Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia).

Kunandar. 2013.Penilaian Autentik. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada)

Marhiyanto, Bambang. 2008. Pintar Bahasa Indonesia. (Surabaya: Gitamedia


(5)

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

(Yogyakarta: BPFE).

Permenag No: 2 Tahun 2008. Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi

Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah. (Jakarta: Depag).

Purwanto, M. Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajara.

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Purwati, Eni, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Paket 5. (Surabaya: LAPIS

PGMI).

Sani, Ridwan Abdullah. 2013.Inovasi Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara).

Semiawan, Conny, dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. (Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia).

Sudjana. 1988.Evaluasi Hasil Belajar.(Jakarta: Bumi Aksara).

Sudjana, Nana. 1998.Evaluasi Hasil Belajar. (Bandung: Pustaka Mertiana).

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya).

Sumadayo, Samsu. 2013.Penelitian Tindakan Kelas. (Yogyakarta: Graha Ilmu).

Suprijono, Agus. 2009.Cooperative Learning. (Yogyakarta: Pustaka Belajar).

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


(6)

Tarigan, Guntur. 2008.Berbicara. (Bandung: Angkasa).

Thoha, Chabib, et.al. 1999.Metodologi Pengajaran Agama. (Yogyakarta: Pustaka

Belajar).

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. (Jakarta:

Kencana).

Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT


Dokumen yang terkait

Penerapan metode Talking Stick untuk meningkatkan keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II MI Tarbiyatus Syarifah Sukodono Sidoarjo.

0 4 113

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALLY PADA SISWA KELAS V MINU NGINGAS WARU SIDOARJO.

0 0 128

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI ISRA’ MIRAJ NABI MUHAMMAD PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI MODEL COURSE REVIEW HOREY KELAS IV DI MINU NGINGAS WARU SIDOARJO.

1 2 88

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN OPERASI HITUNG PERKALIAN PADA SISWA KELAS II MINU WEDORO WARU SIDOARJO MELALUI MEDIA CONGKLAK.

3 9 111

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IIA DENGAN MEDIA ABACA FLASHCARD DI MINU WEDORO WARU-SIDOARJO.

1 8 136

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SKI MATERI PERISTIWA AKHIR HAYAT RASULULLAH MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS VA MINU BERBEK WARU SIDOARJO.

0 3 112

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V MINU NGINGAS WARU SIDOARJO.

0 0 108

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA BIG BOOK KELAS IV MINU WARU II SIDOARJO.

0 1 112

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI MUFRADAT MATA PELAJARAN BAHASA ARAB MELALUI MODEL MAKE A MATCH SISWA KELAS V MINU NGINGAS WARU SIDOARJO.

0 0 97

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GIVING QUESTION AND GETTING ANSWERS (GQGA) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV MINU WEDORO WARU SIDOARJO.

0 0 94