PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYEBUTKAN “ORGANISASI PEMERINTAHAN PUSAT” MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS IV-D MINU WEDORO SIDOARJO.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYEBUTKAN “ORGANISASI PEMERINTAHAN PUSAT” MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS IV-D MINU
WEDORO SIDOARJO
SKRIPSI Oleh:
Nurul Kurniawati NIM: D07212029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA AGUSTUS 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
x ABSTRAK
Nurul Kurniawati. 2016. Peningkatan Kemampuan Menyebutkan “Organisasi Pemerintahan Pusat” Mata Pelajaran PKn Melalui Model Two Stay Two Stray Pada Siswa Kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo, Skripsi, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Uin Sunan
Ampel Surabaya, Sulthon Mas’ud, S.Ag. M.Pd.I
Kata Kunci: Kemampuan Menyebutkan, Organisasi Pemerintahan Pusat, Pembelajaran PKn, Two Stay Two Stray
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan menyebutkan materi organisasi pemerintahan pusat pada mata pelajaran PKn yang disebabkan karena siswa kesulitan mengomunikasikan materi berdasarkan pemahaman yang mereka miliki, siswa cenderung hiperaktif namun pasif dalam pembelajaran sehingga rata-rata siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Oleh karena itu perlu adanya model pembelajaran baru yang diterapkan dalam pembelajaran PKn, salah satunya adalah model Two Stay Two Stray.
Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dalam mata pelajaran PKn organisasi pemerintahan pusat pada siswa kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo? 2) Bagaimana peningkatan kemampuan menyebutkan organisasi pemerintahan pusat mata pelajaran PKn melalui model Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo?
Metode penelitian yang digunakan dalam PTK adalah kualitatif dan kuantitatif yang dikenal dengan mix mothod. Subjek penelitian terdiri dari 31 siswa kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo. Model PTK yang digunakan dikembangkan oleh Kurt Lewin, terdiri dari empat langkah pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, fotografi, penilaian proses dan tes tulis.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Penerapan model Two Stay Two Stray dilaksanakan melalui dua siklus. Sebelum dilaksanakan PTK peneliti melakukan pra siklus. Pada pra siklus ketuntasan belajar siswa mencapai 35% dengan kategori gagal, kemudian diadakan siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 42% dengan kategori gagal, dan ditingkatkan lagi di siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 90,32% dengan katergori sangat bagus. 2) Peningkatan kemampuan menyebutkan siswa meningkat dengan sangat baik. Hal ini terbukti pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 42% dengan kategori gagal dan rata-rata 67,93. Terjadi peningkatan pada siklus II kemampuan menyebutkan siswa mencapai 90,32% dengan kategori sangat baik dan nilai rata-rata kelas 83,94.
(7)
xv DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... viii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... ix
ABSTRAK ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xv
DAFTAR TABEL ... xx
DAFTAR GRAFIK ... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
BAB 1 : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tindakan yang Dipilih ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Lingkup Penelitian ... 7
F. Signifikansi Penelitian ... 8
(8)
xvi
A. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYEBUTKAN
1. Pengertian Peningkatan ... 11
2. Pengertian Kemampuan... 13
3. Faktor yang mempengaruhi Kemampuan ... 14
4. Pengertian Menyebutkan ... 17
5. Perlunya Kemampuan Menyebutkan dalam Pembelajaran ... 17
6. Cara Meningkatkan Kemampuan Menyebutkan pada siswa... 18
B. Organisasi Pemerintahan Pusat 1. Pengertian Organisasi ... 18
2. Unsur-Unsur Organisasi ... 20
3. Karakteristik-Karakteristik Perilaku Keorganisasian ... 21
4. Prinsip-Prinsip Organisasi ... 22
5. Tujuan Organisasi ... 24
6. Bentuk-Bentuk Organisasi... 25
7. Ranah-Ranah Pembelajaran... 27
8. Pemerintahan Pusat ... 33
C. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan di MI ... 37
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di MI ... 38
3. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan di MI... 39
4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan di MI ... 39
(9)
xvii
6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mapel PKn
Kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo ... 42
7. Manfaat Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan ... 43
D. Model Two Stay Two Stray 1. Pengertian Model Two Stay Two Stray ... 44
2. Tujuan Model Two Stay Two Stray ... 48
3. Ciri-Ciri Model Two Stay Two Stray ... 49
4. Sintak Model Two Stay Two Stray ... 49
5. Keunggulan Model Two Stay Two Stray ... 50
6. Kelemahan Model Two Stay Two Stray ... 51
E. Peningkatan Kemampuan Menyebutkan “Organisasi Pemerintahan Pusat” Mata Pelajaran PKn Melalui Model Two Stay Two Stray ... 52
BAB III : METODE PENELITIAN ... 55
A. Metode Penelitian ... 55
B. Setting Penelitian ... 58
C. Variabel yang Diselidiki ... 59
D. Rencana Tindakan ... 59
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 67
F. Teknik Analisis Data ... 73
G. Indikator Kinerja ... 77
H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 78 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(10)
xviii
A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray dalam Mata Pelajaran PKn
Organisasi Pemerintahan Pusat ... 80
1. Hasil Penelitian Siklus I ... 80
2. Hasil Penelitian Siklus II ... 95
B. Hasil Penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Menyebutkan Mata Pelajaran PKn Materi Organisasi Pemerintahan Pusat ... 108
BAB V : PENUTUP ... 136
A.Simpulan ... 136
B.Saran ... 137
DAFTAR PUSTAKA ... 140
PERNYATAAN KEASLIAN ... 143
RIWAYAT HIDUP ... 144 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(11)
xix
DAFTAR TABEL
2.1 Tujuh Dimensi yang Membentuk Kemampuan Intelektual ... 15
2.2 Perbandingan Taksonomi Bloom dan hasil revisi ranah kognitif ... 29
2.3 SK KD PKn Kelas IV Semester 1 ... 42
2.4 SK KD PKn Kelas IV Semester 2 ... 42
3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Deskriptif Kuantitatif ... 75
3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Deskriptif Kualitatif ... 76
4.1 Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 86
4.2 Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 89
4.3 Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II... 99
4.4 Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 103
4.5 Nilai Hasil Belajar Kemampuan Menyebutkan Pelajaran PKn Pra Siklus ... 109
4.6 Hasil Penilaian Proses Aktivitas Siswa Siklus I ... 111
4.7 Rubrik Penilaian Proses Aktivitas Siswa ... 112
4.8 Hasil Penilaian Tes Tulis Siswa Siklus I ... 114
4.9 Hasil Penilaian Akhir Siklus I Kemampuan Menyebutkan PKn dengan Menggunakan Model Two Stay Two Stray ... 116
4.10 Hasil Penilaian Proses Aktivitas Siswa Siklus II ... 119
4.11 Rubrik Penilaian Proses Aktivitas Siswa ... 121
4.12 Hasil Penelitian Tes Tulis Siswa Siklus II ... 123
4.13 Hasil Penilaian Akhir Siklus II Kemampuan Menyebutkan PKn dengan Menggunakan Model Two Stay Two Stray ... 125
(12)
xx
DAFTAR GRAFIK
Diagram 4.1 Perbandingan Persentase Kemampuan Menyebutkan
Siklus I dan Siklus II ... 139 Diagram 4.2 Perbandingan Persentase Aktivitas Guru dan Siswa
Siklus I serta Siklus II ... 140 Diagram 4.3 Rata-rata Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 141
(13)
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Profil Sekolah
Lampiran 2 Hasil Validasi RPP Siklus I Lampiran 3 Hasil Validasi Butir Soal Siklus I
Lampiran 4 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Guru Siklus I Lampiran 5 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 7 Lembar Kerja Kelompok Siklus I
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Lampiran 9 Lembar Kerja Kelompok Siklus II
Lampiran 10 Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Lampiran 11 Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Lampiran 12 Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Lampiran 13 Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Lampiran 14 Hasil Wawancara Sebelum PTK
Lampiran 15 Kisi-Kisi Butir Soal Jawaban Singkat Siklus I Lampiran 16 Kisi-Kisi Butir Soal Uraian Siklus I
Lampiran 17 Kisi-Kisi Butir Soal Jawaban Singkat Siklus II Lampiran 18 Kisi-Kisi Butir Soal Uraian Siklus II
Lampiran 19 Lembar Kerja Siswa Siklus I Lampiran 20 Lembar Kerja Siswa Siklus II
(14)
xxii PKn Pra Siklus
Lampiran 22 Hasil Penilaian Proses Aktivitas Siswa Siklus I Lampiran 23 Hasil Penilaian Tes Tulis Siklus I
Lampiran 24 Hasil Penilaian Akhir Siklus I
Lampiran 25 Hasil Penilaian Proses Aktivitas Siswa Siklus II Lampiran 26 Hasil Penilaian Tes Tulis Siklus II
Lampiran 27 Hasil Penilaian Akhir Siklus II Lampiran 28 Dokumentasi
Lampiran 29 Surat Tugas Skripsi Lampiran 30 Surat Izin Penelitian
Lampiran 31 Surat Izin Melakukan Penelitian Lampiran 32 Kartu Konsultasi
(15)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran. Selama ini pendidikan kita hanya terpaku pada apa yang ada di dalam buku. Padahal dengan adanya proses itulah makna pendidikan dapat benar-benar dirasakan. Sehingga yang terjadi dalam pendidikan bukan sekedar transfer ilmu, melainkan pembentukan akhlak dan moral siswa.
Proses pembelajaran di awali dengan interaksi positif antara guru dan peserta didik sangat menentukan keberhasilan belajar, sehingga peran guru disini sangat penting. Namun proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah kurang mendorong siswa untuk berfikir, otak siswa lebih sering dibebani dengan menghafal, dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya
1
Flavianus Darman, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2007), 1
(16)
dalam kehidupan sehari-hari, tanpa menyerap pengetahuan yang utuh. Sehingga peserta didik muncul sebagai pribadi yang pandai secara teoritis namun miskin aplikasi. Contonya sebagaian besar siswa belajar di dalam kelas saja, padahal pembelajaran di luar kelas sangat penting bagi siswa, dengan begitu siswa dapat menemukan pengetahuan sendiri dalam proses belajarnya.
Pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.
Mata Pelajaran PKn memiliki tugas penting dalam pembentukan pribadi anak bangsa, menjadi insan yang nasionalis, berwawasan luas, berakhlak mulia, berani, bertanggung jawab, kritis dalam bertindak, dan mengambil keputusan, juga benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan mata pelajaran PKn mengalami nasib yang sama seperti pelajaran yang lain yaitu yang diutamakan adalah hafalan konsep.
Pendidikan kewarganegaraan pada kelas IV-D mengkaji tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of the law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Kemampuan siswa-siswi mengenal lembaga-lembaga negara dalam pemerintahan pusat dapat
(17)
3
diperoleh siswa melalui membaca buku, mengunjungi langsung ke lembaga-lembaga yang ada di pemerintahan pusat. Sesuai dengan kurikulum satuan tingkat pendidikan, siswa kelas IV-D mampu mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, BPK, Oleh karena itu diharapkan siswa mampu menyebutkan lembaga-lembaga negara dengan susunan pemerintahan pusat seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK.2
Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menemukan permasalahan di MINU Wedoro Sidoarjo, pada kelas IV-D mata pelajaran PKn Organisasi Pemerintahan Pusat. Melalui observasi langsung di kelas, peneliti melihat guru PKn mengajar dengan suara lantang, namun metode yang digunakan ceramah dan penugasan. Siswa cenderung hiperaktif namun pasif dalam pembelajaran, siswa terlihat bosan sehingga lebih memilih untuk berbicara atau bermain dengan temannya, bahkan ada beberapa siswa yang izin keluar masuk kelas dengan alasan ke kamar mandi.
Pembelajaran seperti ini akan menciptakan pembelajaran yang tidak kondusif bagi siswa karena berpusat pada Teacher Centered. Akibatnya siswa tidak dapat memahami isi materi secara utuh, melainkan hanya mengandalkan hafalan yang bersifat statis tanpa mengembangkan pemikiran peserta didik. Padahal jika kita telaah lebih dalam, dalam materi tersebut siswa diharapkan mampu untuk menanggapi secara kritis fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya lembaga di pemerintahan pusat.
2
(18)
Hasil analisis peneliti terhadap masalah serta persoalannya adalah nilai evaluasi kemampuan menyebutkan siswa pada mata pembelajaran PKn kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo pada semester genap menunjukkan belum tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75. Sebagian besar siswa kurang menguasai pelajaran yang disampaikan guru tentang organisasi pemerintahan pusat. Hal tersebut terlihat dari data kemampuan menyebutkan siswa, dari jumlah 31 siswa, ada 18 siswa mendapat nilai dibawah KKM. Dengan demikian menunjukkan 40% siswa belum dapat mencapai nilai KKM. nilai terendah adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 100 dengan rata-rata kelas 63. Kemampuan menyebutkan siswa dikatakan tuntas jika memiliki persentase 75%.3 Hal ini yang menyebabkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo belum dapat menguasai materi pembelajaran PKn terutama dalam materi Organisasi Pemerintahan Pusat.
Sehubungan dengan permasalahan yang ditemukan di MINU Wedoro Sidoarjo, maka peneliti mengupayakan untuk memperbaiki pembelajaran lembaga Pemerintahan Pusat dengan Model Pembelajaran tipe Two Stay Two Stray ( Dua Tamu Dua Tinggal). Model pembelajaran Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain, demikian pula memilih model pembelajaran Two Stay Two Stray disini menjadi efektif jika suatu tujuan dan kompetensi pembelajaran telah
3
Yuli Yanti. Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IV D MINU Wedoro Sidoarjo, wawancara pribadi, Sidoarjo 2 Maret 2016.
(19)
5
diketahui. Pembelajaran Two Stay Two Stray merupakan pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi dan melatih untuk bersosialisasi dengan baik.4
Adapun penelitian yang terdahulu yang dapat di temukan dari hasil pencarian oleh Dyah Wiandari yang lebih menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan kemampuan menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, meningkatkan keaktifan belajar siswa, keterampilan kerja sama siswa, dan kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pada siklus I ke siklus II dengan nilai rata-rata siklus I yaitu 68,95 dan siswa yang tuntas KKM yaitu 11 siswa (57,90%) sedangkan siklus II nilai rata-ratanya 77,37 dan siswa yang tuntas KKM yaitu 16 siswa (84,20%).5
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Dalam PTK ini peneliti mengambil judul “Peningkatan Kemampuan Menyebutkan Organisasi Pemerintahan Pusat Mata Pelajaran PKn Melalui Model Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV-D Minu Wedoro Sidoarjo”
4
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 207
5
Dyah Wiandari, “Peningkatan Kemampuan Menyebutkan Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat pada Mapel PKN Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD” Laporan Penelitian (Tegal: Institute of Research Pubblishing Project, 2012)
(20)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diambil rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dalam mata pelajaran PKn organisasi pemerintah pusat pada siswa kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan menyebutkan organisasi pemerintahan pusat mata pelajaran PKn melalui model Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo?
C. Tindakan yang Dipilih
Dari uraian rumusan masalah yang telah diambil, peneliti mencoba mengatasi masalah dengan menggunakan Model Two Stay Two Stray. Dimana siswa dituntun untuk memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Dengan diterapkannya model Two Stay Two Stray diharapkan siswa dapat menyebutkan organisasi pemerintahan pusat secara tertulis. Penggunaan model Two Stay Two Stray efektif sekali digunakan dalam pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan bersosialisasi dengan baik. Dari sini siswa akan aktif mengembangkan nalarnya serta berfikir lebih
(21)
7
kreatif. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan:
1. Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kegiatan sesuai dengan model Two Stay Two Stray.
2. Mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan model Two Stay Two Stray
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan model Two Stay Two Stray dalam meningkatkan kemampuan menyebutkan organisasi pemerintahan pusat mata pelajaran PKn pada siswa kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyebutkan organisasi pemerintahan pusat mata pelajaran PKn kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo.
E. Lingkup Penelitian
(22)
1. Pelaksanaan dalam penelitian ini menggunakan model Two Stay Two Stray untuk meningkatkan kemampuan menyebutkan organisasi pemerintahan pusat siswa kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo mata pelajaran PKn
2. Kemampuan menyebutkan organisasi pemerintahan pusat: Peserta didik mampu menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat seperti presiden, wakil presiden, dan para menteri beserta tugas-tugasnya
3. Model Pembelajaran (Two Stay Two Stray): merupakan model pembelajaran dengan sistem dua tinggal dua tamu, dimana siswa saling memberi kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Sehingga akan menimbulkan suasana pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan.
4. Standar Kompetensi : Mengenal Sistem Pemerintahan Pusat
Kompetensi Dasar : Menyebutkan organisasi pemerintahan pusat,
seperti Presiden, Wakil Presiden, dan para Menteri
Indikator : Menyebutkan organisasi pemerintahan pusat, seperti Presiden, Wakil presiden, dan para Menteri
Menyebutkan tugas-tugas organisasi pemerintahan pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden, dan para Menteri.
(23)
9
Adapun manfaat penelitian ini ada dua yaitu teoritis maupun praktis:
1. Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih, keilmuan, dan pemikiran bagi penelitian yang akan di lakukan menyangkut model pembelajaran PKn, serta mengkaji efektivitas penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar siswa, sehingga dapat menambah masukan maupun referensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Praktis
Secara praktis hasil penelitian tindakan kelas dapat memberikan manfaat pada beberapa pihak, yaitu:
a. Bagi peneliti
Sebagai masukan, pengalaman, refleksi peneliti ketika menjadi tenaga pendidik dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan bahan pembelajaran atau strategi yang cocok sesuai dengan mata pelajaran tertentu.
b. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan oleh para guru untuk menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray pada mata pelajaran yang
(24)
sesuai, supaya guru termotivasi untuk inovatif dalam mengolah pembelajaran.
c. Bagi siswa
Dapat meningkatkan motivasi dan semangat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung, dapat menghilangkan kejenuhan pada saat proses KBM berlangsung, terlebih meningkatkan hasil belajar peserta didik
d. Bagi sekolah
Dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik dan peserta didik, sebagai masukan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien khususnya mata pelajaran PKn materi pemerintah pusat di MINU Wedoro Sidoarjo.
(25)
11 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peningkatan Kemampuan Menyebutkan
1. Pengertian Peningkatan
Peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat dapat juga berarti pangkat, taraf dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti kemajuan, secara umum peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan juga diartikan penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.
Kata peningkatan biasanya digunakan untuk arti yang positif. Contoh peningkatan hasil belajar, peningkatan keterampilan menulis, peningkatan motivasi belajar. peningkatan dalam contoh diatas memiliki arti yaitu usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Suatu usaha untuk tercapainya suatu peningkatan biasanya diperlukan perencanaan dan eksekusi yang baik. Perencanaan dan eksekusi ini harus saling berhubungan dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan.
(26)
Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah peningkatan dapat berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari sebuah proses. Sedangkan kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya proses yang memiliki tujuan yang berupa peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan dapat ditandai dengan tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas pencapaian yang telah diharapkan.6
Menurut Adi D. Dalam kamus bahasanya istilah peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti berlapis-lapis dari sesuatu yang tersusun sedemikian rupa, sehingga membentuk susunan yang ideal. Sedangkan peningkatan adalah kemajuan dari seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan untuk menaikkan sesuatu untuk usaha kegiatan dalam memajukan ke arah yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk membantu pelajar (siswa) dalam meningkatakan proses pembelajaran sehingga
6
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu &Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), 24
(27)
13
dapat lebih mudah mempelajarinya. Pembelajaran dikatakan meningkat apabila terdapat perubahan dalam proses pembelajaran.
2. Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang mempunyai arti
dapat atau bisa. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan menurut Robbin kemampuan adalah kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjutnya, Robbin mengungkapkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.7
Beberapa definisi tentang kemampuan telah diungkapkan oleh para ahli. Menurut Stepen P Robbins dalam bukunya Perilaku Organisasi kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk melaksanakan tugas dalam pekerjaan tertentu.
Menurut Soelaiman kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik. Siswa dalam suatu kelas meskipun dimotivasi dengan baik tetapi tidak semua memiliki
7
(28)
kemampuan untuk bekerja dengan baik. Kemampuan dan keterampilan untuk mamainkan peranan utama dalam perilaku dan kinerja individu.
Sedangkan menurut Mc Shane Glinow kemampuan adalah kecerdasan-kecerdasan alami dan kapabilitas dipelajari yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas. Kecerdasan adalah bakat alami yang membantu siswa dalam mempelajari tugas-tugas tertentu lebih cepat dan mengerjakannya lebih baik.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.8
3. Faktor yang mempengaruhi Kemampuan
a. Kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar, dan memecahkan masalah. Melalui Tes IQ misalnya, dirancang untuk memastikan kemampuan intelektual umum seseorang. Ada tujuh dimensi yang paling sering dikutip dalam membentuk kemampuan intelektual, yaitu:
8
Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, ( Medan: Perdana Publishing, 2012), 72
(29)
15
Tabel 2.1
Tujuh Dimensi yang Membentuk Kemampuan Intelektual
Dimensi Penjelasan Contoh Pekerjaannya Kecerdasan
Numerik
Kemampuan untuk
berhitung dengan cepat dan tepat
Akuntan: menghitung pajak penjualan pada seperangkat barang Pemahaman
verbal
Kemampuan memahami apa yang dibaca dan di
dengar serta
menghubungkan kata satu dengan yang lain
Manajer Pabrik: Mengkuti kebijakan korporasi
Kecepatan Konseptual
Kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat
Penyelidik kebakaran: mengenali petunjuk-petunjuk untuk mendukung dukungan arson
Penalaran Induktif
Kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah kemudian memecahkan masalah itu
Peneliti Pasar: Meramaikan
permintaan akan suatu produk dalam kurun waktu berikutnya Penalaran
Deduktif
Kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen
Penyelia: memilih antara dua saran yang berlainan yang dikemukakan oleh karyawan
Visualisasi Ruang
Kemampuan
membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang diubah
Dekorator Interior: Mendekorasi suatu kantor
Ingatan Kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu
Marketer: mengingat nama-nama pelanggan
Selain kemampuan intelektual yang sering dihubungkan dengan IQ perlu juga dipertimbangkan kematangan EQ (Emotional Quotient) untuk keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Dahulu kecerdasan otak
(30)
atau IQ mempunyai nilai yang sangat penting, bahkan dalam dunia pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi tidak ditemukan pendidikan yang mengajarkan tentang integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijakan, keadilan, prinsip, kepercayaan, penguasaan diri dan sinergi yang merupakan kemampuan terpenting dalam EQ. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan yang mempertimbangkan kemampuan emosional karyawan dalam promosi atau pemilihan jabatan karena sudah dirasa keunggulan EQ dibandingkan dengan IQ.
b. Kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.kemampuan fisik memiliki makna penting khusus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang kurang menuntut keterampilan. Kemampuan fisik ini dianalogikan dengan kemampuan kreatifitas (CQ = Creativity Quotient). Misalnya, pekerjaaan yang keberhasilannya menuntut stamina, kecekatan tangan, kekuatan tungkai atau bakat-bakat serupa majemen untuk mengenali kapabilitas fisik seorang karyawan. Ada sembilan kemampuan fisik dasar, yaitu kekuatan dinamis, koordinasi tubuh, kekuatan statis, keluwesan extent, keluwesan dinamis, kekuatan, kekuatan tubuh, keseimbangan, dan stamina. Setiap individu berbeda-beda dalam hal sejauh mana mereka mempunyai masing-masing kemampuan tersebut.
(31)
17
c. Kemampuan Spiritual (Spiritual ability) selain kemampuan intelektual (IQ), kemampuan emosional (EQ), dan kemmapuan fisik perlu disertai dengan kemampuan spiritual (SQ) sehingga semua aktivitas yang dilakukan dapat dilandasi oleh iman yang kuat dan memadai.9
4. Pengertian Menyebutkan
Menyebutkan berasal dari kata “sebut” yang memiliki arti
mengucapkan, melafalkan, menceritakan dan mengatakan.10 Menyebutkan merupakan salah satu keterampilan yang penting bagi siswa karena dengan mengungkapkan pendapat, pikiran tentang isi teks yang terlihat akan mampu mengekspresikan pikiran atau mengungkapkan isi hatinya dan mengutarakannya pada orang lain (teman dan guru).
5. Perlunya Kemampuan Menyebutkan dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran, kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran adalah suatu hal yang sangat penting. Untuk melihat tingkat kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran dapat diketahui dari data nilai dimana penilaian adalah perwujudan dari penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diserap. Kemampuan adalah kompetensi mendasar yang penting untuk dimiliki siswa dalam mempelajari materi
9
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009),234
10
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu &Aplikasi Pendidikan (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), 25
(32)
tertentu dalam suatu mata pelajaran di jenjang tertentu. Selain itu guru juga membantu dalam proses pembelajaran agar siswa memiliki kemampuan untuk mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek. Menyebutkan juga termasuk kemampuan yang penting bagi siswa karena dengan mengungkapkan pendapat dan pikiran mereka sehingga mampu mengekpresikan dengan cara mengutarakan pada orang lain, baik teman maupun guru.
6. Cara Meningkatkan Kemampuan Menyebutkan pada Siswa
Untuk meningkatkan kemampuan pada siswa, guru bisa melakukan beberapa usaha dalam pembelajaran antara lain: (1) siswa dapat menyampaikan informasi organisasi pemerintahan pusat (2) siswa dapat menyebutkan organisasi pemerintahan pusat (3) siswa dapat mengajukan pendapat pribadi. Adanya model pembelajaran yang bervariasi, siswa tidak akan merasa bosan dalam pembelajaran berlangsung.
B. Organisasi Pemerintahan Pusat
1. Pengertian Organisasi
Dikatakan organisasi jika ada aktifitas atau kegiatan yang dikerjakan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama dan dilakukan oleh dua orang atau lebih. Jika suatu kegiatan dilakukan oleh satu orang maka bukan dikatakan sebagai organisasi. Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Organisasi
(33)
19
adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat di sekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti: pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran. Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai keterkaitan terus-menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup, akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara teratur.11
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut:
Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
11
(34)
Stephen P. Robbins menyetakan bahwa organisasi adalah kesatuan yang dioordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif terus menerus untuk mencapai tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
2. Unsur-Unsur Organisasi
Dari pengertian diatas menunjukkan bahwa organisasi memiliki empat unsur yaitu: sistem, pola aktivitas, sekelompok orang dan tujuan.
a. Organisasi Merupakan Suatu Sistem
Organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-subsistem atau bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain dalam melakukan aktivitasnya. Organisasi sebagai suatu sistem adalah sistem terbuka, dimana batas organisasi lentur dan menganggap bahwa faktor lingkungan sebagai input. Organisasi selalu peka dan berupaya untuk selalu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor lingkungan eksternal.
b. Pola Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi dalam pola tertentu. Urut-urutan pola aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dilaksanakan secara relatif teratur dan berulang-ulang.
(35)
21
c. Sekelompok Orang
Organisasi pada dasarnya merupakan kumpulan orang-orang. Adanya keterbatasan-keterbatasan pada manusia mendorongnya untuk membentuk organisasi. Kemampuan manusia baik fisik maupun dasa pikirnya terbatas, demikian juga waktu yang ada terbatas, sementara aktivitas yang harus dilakukan selalu meningkat maka mendorong manusia untuk membentuk sekelompok orang atau organisasi
d. Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu tujuan yang sifatnya abstrak dan berdimensi jangka panjang, yang menjadi landasan dan nilai-nilai yang melandasi organisasi itu didirikan.
3. Karakteristik-Karakteristik Perilaku Keorganisasian
Mempelajari perilaku keorganisasian dipusatkan pada tiga karakteristik yaitu:
a. Perilaku (Perilaku individu dan organisasi)
Fokus dari perilaku keorganisasian adalah perilaku individu dalam organisasi. Untuk dapat mamahami perilaku keorganisasian maka harus mampu memahami perilaku berbagai individu dalam organisasi
(36)
b. Struktur
Struktur berkaitan dengan hubungan yang bersifat tetap dalam organisasi, bagaimana pekerjaan itu diatur dalam bagan organisasi. Struktur organisasi berpengaruh besar terhadap perilaku individu atau orang-orang dalam organisasi serta efektifitas dari organisasi tersebut.
c. Proses
Proses organisasi berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara anggota arganisasi. Proses organisasi antara lain meliputi komunikasi, kepemimpinan, proses pengambilan keputusan, dan kekuasaan.12
4. Prinsip-Prinsip Organisasi
Menurut Roco Carzo, prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut:
a. Organisasi harus memiliki tujuan yang jelas
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa tujuan organisasi jelas agar terarah apa yang dicita-citakan orang-orang yang berada di organisasi tersebut.
12
Nyoman Sumardi, Otonomi Daerah Khusus dan Birokrasi Pemerintah, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Manajemen Pemerintah Indonesia, 2006), 310
(37)
23
b. Skala Hierarki
Skala Hierarki dapat diartikan sebagai perbandingan kekuasaan di setiap bagian yang ada. Kekuasaan yang terukur, jika jelas berapa banyak bawahan dan jenis pekerjaan apa saja yang menjadi titik tumpu sebuah organisasi. Artinya tidak sama antara kepala sekola dengan pembantu kepala sekolah dalam ukuran hirarki kekuasaan. Yang hanya bisa memerintah bawahan adalah atasan. Itu yang menjadi tolak ukur di manapun organisasi itu berdiri.
c. Kesatuan perintah/komando
Untuk sentralisasi organisasi, kesatuan perintah terletak di pucuk pemimpin tertinggi. Jika disekolah, maka kepala sekolahlah yang bisa memerintah seluruh komponen sekolah, tetapi untuk desentralisasi, pembantu kepala sekolah atau guru yang mempunyai peran mengomando bagian kekuasaan.
d. Pelimpahan wewenang
Dalam hal ini ada dua pelimpahan wewenang, yakni secara permanen yang ditandai dengan Surat Keputusan Tetap (SK), Secara sementara yang sifatnya dadakan, contoh kepala sekolah berhalangan menghadiri undangan rapat di Depdiknas tentang UN, yang berhak menggantikan adalah PKS yng sifatnya sementara.
(38)
e. Pembagian Pekerjaan
Pembagian pekerjaan sangat diperlukan untuk menutupi ketidakmampuan setiap orang untuk mengerjakan semua pekerjaan yang ada dalam organisasi. Perlu adanya spesialisasi pekerjaan yang disesuaikan dengan keahlian masing-masing. Kegiatan-kegiatan itu perlu dikelompokkan dan ditentukan agar lebih efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
f. Rentang pengendalian
Jenjang atau rentang pengendalian berkaitan dengan jumlah bawahan yang harus dikendalikan seorang atasan. Oleh sebab itu tingkat-tingkat kewenangan yang ada harus dibatasi seminimal mungkin sehingga tidak semua merasa menjadi atasan.
g. Fungsional
Bahwa seorang dalam organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenang nya, kegiatannya, hubungan kerjanya, serta tanggung jawabnya dalam pencapaian tujuan organisasi.
h. Pemisahan
Prinsip pemisahan ini berkaitan dengan beban tugas individu yang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain. Kecuali ada hal-hal tertentu diluar kuasa manusia, misal sakit.
(39)
25
i. Keseimbangan
Prinsip ini berhubungan dengan keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Keseimbangan antara beban tugas, imbalan, waktu bekerja dan hasil pekerjaan
j. Flesibilitas
Suatu pertumbuhan dan perkembangan organisasi tergantung pada dinamika kelompok. Keseimbangan penugasan dengan imbalan perlu diperhatikan dengan baik dalam memenuhi tujuan organisasi.
k. Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat berarti bagi sebuah organisasi. Semua aktivitas dijalankan oleh pemimpin. Pemimpin juga bertanggung jawab atas kemajuan dan kemunduran organisasi. Seluruh fungsi-fungsi manajemen akan dikendalikan sepenuhnya oleh pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan dianggap sebagai inti dari organisasi ataupun manajemen.
5. Tujuan Organisasi
Tujuan dari organisasi antara lain:
a. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemandirian, dan sumber daya yang dimilikinya dalam mencapai tujuan
(40)
b. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dilakukan bersama-sama
c. Mengembangkan sumber daya dan teknologi bersama-sama
d. Wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja
e. Wadah mengelola lingkungan bersama-sama
f. Wadah mencari keuntungan bersama-sama
g. Wadah penggunaan kekuasaan dan pengawasan
h. Wadah mendapatkan penghargaan (motif penghargaan)
i. Wadah menambah pergaulan
j. Wadah memanfaatkan waktu luang.13
6. Bentuk-Bentuk Organisasi
Ada beberapa bentuk-bentuk organisasi, antara lain:
a. Organisasi Pola Lini (Lini Organization)
Dalam bentuk garis komando terbentang lurus dari atas (pucuk pimpinan) sampai kepada pelaksana di bawah, dan garis pertanggung jawaban baik secara ketat menurut hirarki dari bawah, melalui unsur-unsur di tengah sampai ke atas. Dalam pola organisasi ini terdapat garis wewenang yang berhubungan
13
Mulyadi, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), 218
(41)
27
langsung dengan vertikal antara bawahan dan atasan. Misalnya di sekolah bahwa kepala sekolah mempunyai wewenang penuh pada sekolah, ia juga harus bertanggung jawab segala penyelenggara pendidikan misalnya pelaksanaan pembelajaran, ketatausahaan, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, dan perlengkapan yang ada di sekolah.
b. Organisasi Berpola Staf (Staf Organization)
Dalam pola ini semua hak, kekuasaan, dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada secara bertingkat dibawahnya. Setiap unit memperoleh sebagian hak dalam menentukan kebijaksanaan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum dan pucuk pimpinan atau pimpinan tertinggi. Hak tersebut tentunya berkenaan dengan bidang tugasnya masing-masing. Masing-masing pimpinan mempunyai hak penuh atas bagian yang dipimpinnya juga mempertanggung jawabkannya kepada pimpinan tertinggi.
c. Organisasi Pola Lini dan Staf (Line and Staf Organization)
Pola ini merupakan gabungan dari kedua pola organisasi tersebut di atas. Yaitu menempatkan menempatkan pucuk pimpinan sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi,
(42)
namun tidak semua hak/tanggung jawab tersebut dilimpahkan sepenuhnya pada bagian/unit kerja yang ada.14
7. Ranah-Ranah Pembelajaran
Pada tahun 1956 Benyamin S. Bloom mengembangkan konsep Taksonomi Bloom bersama dengan rekannya, Krathwohl. Taksonomi Bloom membuat suatu klasifikasi berdasarkan urutan keterampilan berpikir dalam suatu proses yang semakin lama semakin tinggi tingkatannya. Mula-mula Taksonomi Bloom terdiri dari ranah kognitif dan afektif. Bloom tidak menambahkan psikomotor. Akhirnya pada tahun 1966 Simpson menambahkan ranah psikomotor melengkapi apa yang telah dibuat oleh Bloom.
Tujuan pendidikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Salah satu murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi Taksonomi Bloom. Ada perubahan kata kunci dalam revisi ini. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hierarki dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukkan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
a. Ranah Kognitif 14
(43)
29
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Berikut hasil revisi Anderson pada ranah kognitif:
1) Mengingat (remembering)
Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat yaitu menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan dan pengenalan. Kata operasional yang digunakan adalah mengurutkan, menamai, menempatkan, mengulangi menemukan kembali.
2) Memahami (understanding)
Pada level atau tingkatan kedua ini diartikan sebagai kemampuan memahami materi tertentu. Kata-kata operasional yang digunakan adalah menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan.
3) Menerapkan (applying)
Pada level atau tingkatan ketiga ini menerapkan dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan informasi dalam situasi nyata atau kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru. Kata-kata operasional
(44)
yang digunakan adalah melaksanakan, menjalankan, melakukan, mempraktekkan, memilih, menyusun, memulai.
4) Menganalisis (analysis)
Menganalisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian, bentuk dan pola. Kata-kata operasional yang digunakan adalah menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengintegrasikan
5) Mengevaluasi (evaluation)
Mengevaluasi kemampuan untuk menilai manfaat suatu benda atau hal-hal untuk tujuan tertentu. Kata-kata operasional yang digunakan adalah mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan,
6) Berkreasi (creation)
Berkreasi berarti menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang sebelumnya kurang jelas. Kata-kata operasional yang digunakan adalah merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperindah, menggubah.15
15
Loren W. Anderson, Taxonomi Learning and Teaching, and Assessing (Longman: New York, 2001), 58
(45)
31
Tabel 2.2
Perbandingan Taksonomi Bloom dan hasil revisi ranah kognitif
Taksonomi Bloom Taksonomi Bloom hasil revisi
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisa Menganalisis
Sintesa Mengevaluasi
Evaluasi Berkreasi
b. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks :
1) Penerimaan (Receiving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. Dan kemampuan untuk menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang lain. Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama seseorang.
(46)
2) Responsive (Responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas.
3) Nilai yang dianut (Value)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya keterikatan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan apresiasi”. Serta kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku.
4) Organisasi (Organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup. dan kemampuan membentuk sistem nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai.
(47)
33
5) Karakterisasi (characterization)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. dan kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan sosial.
c. Ranah Psikomototik
Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Keterampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.
1) Peniruan
Peniruan terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respon serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna
(48)
Manipulasi menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
3) Ketetapan
Ketetapan memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4) Artikulasi
Menekankan koordiansi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di antara gerakan-gerakan yang berbeda.
5) Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.16
8. Pemerintahan Pusat 16
(49)
35
a. Presiden
Suatu negara pasti memiliki sistem pemerintahan sendiri. Sistem pemerintahan di Indonesia adalah presidensil, dimana pemerintahan atau kepala negara dipegang oleh satu orang yaitu Presiden. Begitu juga ketika Presiden memerintah yaitu melakukan pembagian kekuasaan kepada MPR (Majelis Permusyawaratan Perwakilan). Paada materi kali ini diharapkan mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan sebagai berikut. Ada yang bertugas menjalankan Undang-Undang, yaitu lembaga legislatif, ada yang bertugas menjalankan Undang-Undang dan meberikan peradilan kepada rakyat yaitu lembaga yudikatif.
“Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di bawah majelis. Sebagai penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di bawah majlis, Presiden tidak bertanggung jawab pada DPR atau dibawah DPR. Presiden yang diangkat oleh MPR tunduk dan bertanggung jawab kepada majlis, serta wajib menjalankan putusan-putusan majlis.”
1) Bagaimana Menjadi Presiden
Untuk menjadi seorang Presiden, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden harus diusulkan oleh partai politik sebelum pemilu dimulai. Lalu siapa yang berhak memilih? Tentunya rakyat. Pemilu biasanya umur 17 tahun sudah bisa ikut
(50)
memilih. Setelah dipilih, presiden akan menjalani masa jabatannya selama lima tahun.
2) Tugas Presiden
Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, tugas presiden amat berat, di Istana Merdeka presiden melakukan tugas-tugas kenegaraan seperti menerima tamu-tamu dari negara asing, maka wakil presiden sementara mengambil alih tugas-tugas presiden. Selain menerima tamu asing atau melakukan kerja sama dengan negara lain, presiden juga tidak lupa mengunjungi kegiatan dalam negeri, memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membawa perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain, mengangkat duta konsul serta menerima penempatan duta negara lain, memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang.
Agar tugas-tugasnya berjalan dengan lancar, presiden dibantu oleh para menteri. Pada Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009-2014 ada 3 menteri koordinator, 21 menteri yang memimpin departemen, 10 menteri negara, dan 4 pejabat setingkat Menteri. Apabila Presiden ingin mengetahui tingkat kemajuan masalah pendidikan, beliau tinggal memanggil yang
(51)
37
terkait masalah pendidikan. dengan adanya Menteri-Menteri yang membantunya, Presiden mudah melakukan tugasnya.
b. Wakil Presiden
Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden dalam melaksanakan tugasnya. Jika sewaktu-waktu Presiden meninggal dunia, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatan yang telah ditentukan, maka Wakil Presiden menggantikan kedudukan Presiden sampai habis masa jabatannya. Tugas Wakil Presiden sama beratnya dengan tugas presiden.
Seperti Presiden, Wakil Presiden juga membawahi para Menteri. Jadi dalam menjalankan tugas-tugasnya Wakil Presiden dibantu oleh para Menteri. Tugas Wakil Presiden adalah mendampingi Presiden dalam menjalankan tugas-tugas kenegaraan di negara, membantau dan mewakili tugas Presiden dalam mengoordinasikan, menjalankan, dan mengevaluasi program kerja kebinet, melaksanakan tugas teknis pemerintahan sehari-hari, menyusun agenda kerja kabinet dan menetapkan fokus atau prioritas kegiatan pemerintahan yang pelaksanaannya dipertanggungjawabkan kepada Presiden, bertanggungjawab penuh membantu Presiden dalam urusan kenegaraan.
(52)
Menteri adalah orang-orang yang diangkat oleh Presiden untuk membantu memperlancar pekerjaan Presiden. Menteri dibagi tiga, yaitu Menteri Departemen, Menteri Negara, dan Menteri Koordinator. Menteri Departemen adalah menteri yang memimpin departemen. Departemen merupakan badan pelaksana pemerintah yang dibagi menurut bidangnya masing-masing. Seperti departemen pendidikan, departemen keuangan, departemen kehakiman, dan lain-lain.
Menteri Negara adalah menteri yang menangani bidang khusus yang tidak ditangani oleh Menteri Departemen. Bidang-bidang terssebut antara lain Bidang-bidang pemberdayaan perempuan, perumahan rakyat, lingkungan hidup, dan lain-lain
Sedangkan Menteri Koordinator bertugas untuk menghubungkan atau melakukan kerja sama antara satu menteri dengan menteri yang lainnya. Dengan melakukan kerja sama, maka tugas para Menteri dapat selesai dengan baik. Peraturan-peraturan yang dibuat juga bisa saling mendukung dan tidak bertabrakan.
Menteri memegang peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup, misalnya, ia bertugas mengawasi alam Indonesia agar tidak dicuri atau diambil seenaknya. Untuk itu menteri bisa mengeluarkan peraturan untuk
(53)
39
melindungi flora dan fauna Indonesia. Begitu juga dengan menteri-menteri lainnya.17
C. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan di MI
Pendidikan Kewarganegaraan membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik) dan antara individu-individu dengan negara. Menurut Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokrasi dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang diagonal.
Sementara Soedijarto mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik, demokratis. Jadi Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur dan moral yang berakar dari budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari sebagai individu, calon pendidik, anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
17
(54)
Menurut UU sisdiknas No 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan prosess pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.18
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta surat Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen. Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia.
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan sah meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan ciri khas Indonesia, menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam anak didik, mengubah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila terutama dalam menghadapi arus globalisasi dalam rangka pasar bebas dunia, memberikan motivasi agar
18
Flavianus Darman, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2007), 1
(55)
41
dalam langkah bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai, moral, dan norma Pancasila, menjadi warga negara yang baik serta mencintai bangsa dan negaranya.19
3. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Hakikat dari pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa dan diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan beragam dari segi agama, sosial, budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi pancasila dan UUD 1945.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan di MI
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan
19
(56)
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional
c. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, penghormatan dan perlindungan HAM
d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara
e. Konstitusi Negara meliputi: proklamasi, kmerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah di gunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi
f. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi
g. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan proses pancasila sebagai dasar
(57)
43
negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka
h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional dan mengevaluasi organisasi.20
5. Fungsi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di MI
Fungsi PKn sebagai sarana pembinaan watak bangsa (National Character Building) dan pemberdayaan warga negara (Depdiknas 2006), mengembangkan dan melestarikan nilai, moral pancasila secara dinamis dan terbuka dalam artian bahwa nilai moral mampu menjawab tantangan yang terjadi di masyarakat tanpa kehilangan jati diri bangsa yang merdeka dan berdaulat, mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945, membina pemahaman dan kesadaran terhadap hubungan antar warga Negara.
6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mapel PKn Kelas IV-D MINU Wedoro Sidoarjo
Tabel 2.3
SK KD PKn Kelas IV Semester 1
20
(58)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami sistem
pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan
1.1Mengenal lembaga-lembaga susunan pemerintah desa dan pemerintah kecamatan
1.2Menggambarkan struktur organisasi desa dan pemerintah kecamatan
2. Memahami sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi
2.1Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi 2.2Menggambarkan struktur
organisasi kabupaten, kota, dan provinsi
Tabel 2.4
SK KD PKn Kelas IV Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Mengenal sistem pemerintah tingkat pusat
3.1Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintah tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK, dll
3.2Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden, dan para Menteri
4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya
4.1Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya
4.2Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional
(59)
45
pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.21
Dari SK KD di atas maka kajian yang akan di bahas adalah Tabel 2.3 SK KD PKn Kelas IV Semester 2 yaitu Standar Kompetensi 3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat. Kompetensi Dasar 3.2 Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden, dan para Menteri.
7. Manfaat Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan
Manfaat mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pertama dapat memotivasi untuk memiliki sifat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, artinya setelah mengerti peran dan keadaan negara seharusnya menjadi warga negara yang cinta tanah air dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Kedua dapat memperkuat keyakinan dalam mengamalkan Pancasila dan ideologi negara yang terkandung di dalamnya, dapat disadari ataupun tidak dasar negara Pancasila mempunyai nilai-nilai luhur termasuk nilai moral kehidupan. Nilai moral tersebut seharusnya dijadikan sebagai pedoman untuk berpikir, bersikap, dan bertingkah laku. Nilai-nilai tersebut erat kaitannya dengan SDM atau
21
Opih Priyatna, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Siswa SD/MI Kelas IV (online)
http://bse.mahoni.com/data/SD_4/Pendidikan_Kewarganegaraan_Kelas_4_Opih_Priyatna _M_Riswanda_Eddy_Rosady_Mahmudin_2009.pdf, diakses 25 Maret 2016
(60)
Sumber Daya Manusia, kualitas SDM yang rendah merupakan indikasi dari gagalnya pendidkan kewarganegaraan.
Ketiga memiliki kesadaran dan kemampuan awal dalam usaha bela negara, Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis
bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara.” dan “Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.” Jadi sudah pasti mau tidak mau wajib ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman, gangguan, tantangan, dan hambatan baik yang datang dari dalam maupun yang datang dari luar
Keempat tau akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, dengan begitu dapat menempatkan diri sebagai bagian dari suatu negara, setika sudah mengerti kewajiban dan hak sebagai warga negara maka harus menjalankannya dengan penuh tanggung jawab sesuai peraturan.22
D. Model Two Stay Two Stray
1. Pengertian Model Two Stay Two Stray
Model Two Stay Two Stray (dua tinggal dua berkunjung) merupakan tipe dari pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran ini memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk berbagi. Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus
22
Aa Nurdiaman, Pendidikan Kewarganegaraan Berbangsa dan Bernegara, ( Jakarta: PT Gravindo Media Pratama, 2010), 54
(61)
47
memiliki pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu masalah. Menurut Thomson pembelajaran kooperatif turut menambah interaksi sosial dalam pembelajaran, sehingga siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.
Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud dari kelompok yang heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berlatar belakang berbeda. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Aplikasi dalam pembelajaran di kelas, model pembelajaran ini mengetengahkan realita kehidupan masyarakat yang dirasakan dan di alami oleh siswa dalam kesehariannya, dengan bentuk yang di sederhanakan dalam kehidupan kelas. Pembelajaran kooperatif memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus di peroleh dari guru, melainkan juga bisa dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.
Keberhasilan belajar menurut pembelajaran kooperatif bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh,
(62)
melainkan perolehan belajar akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstuktur dengan baik. Melalui belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang di pelajari.23
Menurut Roger dan David Johnson bahwa tidak semua kerja kelompok bisa di anggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur model pembelajaran yang harus di tetapkan:
a. Saling ketergantungan positif
Dalam berkelompok, setiap orang pasti saling ketergantungan karna untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pendidik perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan yang diinginkan
b. Tanggung jawab perseorangan
Pola penilaian yang yang dibuat menurut pembelajaran kooperatif, setiap peserta didik akan bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
c. Tatap muka
23
(63)
49
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi akan memberikan kepada peserta didik untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d. Komunikasi antar anggota
Peserta didik dibekali dengan berbagai keterampilan diantaranya keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan untuk berkelompok pendidik mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
e. Evaluasi proses kelompok
Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan peserta didik.24
Menurut Arend pembelajaran metode kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Peserta didik belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah
3) Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda-beda
24
(64)
4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.25
Pembelajaran Kooperatif memiliki kelebihan-kelebihan yaitu:
1) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
2) Siswa dapat berkomunikasi dengan temannya
3) Dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran
4) Dapat meningkatkan pemahaman dalam prestasi belajar
Keuntungan ini akan lebih apabila dilaksanakan dalam kelas kecil atau dengan jumlah siswanya sedikit, Lie dalam bukunya Cooperative Learning mengemukakan beberapa model pembelajaran kooperatif, antara lain: Mencari Pasangan, Bertukar Pasangan, Berpikir-Berpasangan-Berempat, Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor, Kepala Bernomor Terstruktur, Two Stay Two Stray, Keliling Kelompok, Kancing Gemerincing, Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, Tari Bambu, Jigsaw, dan Cerita Berpasangan.
Adapun beberapa cara menilai hasil pemahaman siswa dalam belajar kooperatif adalah:
1) Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai kelompok
25
(65)
51
2) Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar kooperatif berakhir
3) Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk menjelaskan pemecahan materi tugas
4) Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-rata kelompok.
2. Tujuan Model Two Stay Two Stray
Model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Model pembelajaran Two Stay Two Stray memiliki tujuan yaitu siswa diajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
(66)
Adapun proses kerja Model Two Stay Two Stray antara lain sebagai berikut:
a. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa
b. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain
c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka
d. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
4. Sintak Model Two Stay Two Stray
Sintak untuk menerapkan Model Two Stay Two Stray adalah:
a. Guru membagi siswa dalam lima kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari enam siswa
b. Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing
c. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan enam orang
d. Setelah selesai, Dua orang dari tiap kelompok bertamu ke kelompok lain sedangkan sisanya tinggal di tempat
(67)
53
e. Dua orang yang berkunjung ke kelompok lain bertugas mencari informasi sebanyak-banyaknya, sedangkan sisanya menjelaskan hasil diskusi pada tamu yang datang
f. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
g. Setiap kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka
h. Masing-masing kelompok menpresentasikan hasil kerja mereka
5. Keunggulan Model Two Stay Two Stray
Ada beberapa keunggulan dari metode Two Stay Two Stray:
a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
c. Lebih berorientasi pada keaktifan
d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
e. Menambah kekompakkan dan rasa percaya diri siswa
f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan
(68)
6. Kelemahan Model Two Stay Two Stray
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam berkelompok
c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana, dan tenaga)
d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis, berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompok harus ada siswa laki-laki dan perempuannya.
Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan dengan kemampuan sedang dan satu berkemampuan kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang
(69)
55
berkemampuan akademis tinggi diharapkan bisa membantu anggota yang lain.26
E. Peningkatan Kemampuan Menyebutkan Organisasi Pemerintahan Pusat Mata Pelajaran PKn Melalui Model Two Stay Two Stray
Peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Kata peningkatan biasanya digunakan untuk arti yang positif. Contoh peningkatan hasil belajar, peningkatan keterampilan menulis, peningkatan motivasi belajar. Peningkatan dalam contoh diatas memiliki arti yaitu usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan menurut Robbin kemampuan adalah kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan ada tiga, yakni kemampuan intelektual, kemampuan fisik, dan kemampuan spiritual. Menyebutkan merupakan salah satu keterampilan yang penting bagi siswa karena dengan mengungkapkan pendapat, pikiran tentang isi teks yang terlihat akan mampu mengekspresikan pikiran atau mengungkapkan isi hatinya dan mengutarakannya pada orang lain (teman dan guru).
Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok
26
(70)
orang untuk mencapai suatu tujuan. Pemerintahan Pusat meliputi Presiden, Wakil Presiden, dan Para Menteri. Presiden memiliki tugas yaitu sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, sedangkan yang membantu pekerjaan Presiden dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah para Menteri, jika sewaktu-waktu Presiden meninggal dunia, maka yang berhak menggantikannya adalah Wakil Presiden.
Organisasi Pemerintahan Pusat termasuk dalam ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaran di MI diantaranya Kekuasaan dan politik yang meliputi: pemerintahan desa, sistem politik, budaya politik, pemerintahan pusat, demokrasi, budaya politik, sistem pemerintahan, dan pers dalam masyarakat demokrasi, dengan mempelajari PKn diharapkan siswa dapat menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam siswa, memberikan nilai, moral, motivasi agar dalam langkah bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai, moral, dan norma Pancasila, menjadikan siswa mencintai negara, nasionalis, dan patriotik.
Peningkatan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran PKn dapat dilakukan dengan menggunakan model Two Stay Two Stray. Selama ini sekolah hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan saja. Guru hanya menggunakan sumber belajar Buku Paket dan LKS saja, sehingga pembelajaran cenderung kurang menarik dan monoton. Itulah yang mengakibatkan tidak tercapainya ketuntasan belajar siswa. Setelah melihat evaluasi siswa ternyata banyak siswa yang nilainya dibawah rata-rata. Dengan adanya kondisi kelas yang seperti itu, peneliti ingin memperbaiki
(1)
mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata mencapai 83,94 kemudian persentase ketuntasan nilai akhir kemampuan menyebutkan siswa sebesar 90,32% dengan kategori sangat baik. Pada siklus I dari 31 siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar sebanyak 13 dan 18 siswa belum tuntas, sedangkan pada siklus II yang berhasil mencapai ketuntasan belajar sebanyak 28 siswa dan yang belum tuntas 3 siswa. Demikian dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas ini berhasil meningkatkan kemampuan menyebutkan siswa mata pelajaran PKn materi organisasi pemerintahan pusat.
B. Saran
Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses pembeljaran PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan sebagai berikut:
1. Bagi lembaga pendidikan atau sekolah
a. Lembaga pendidikan atau sekolah harus mendukung serta mengevaluasi kinerja guru misalnya mengikutkan guru dalam pelatihan pembelajaran. memfasilitasi sharing atau kerja sama diantara rekan guru untuk memperkaya ide, lembaga pendidikan juga dapat saling mendukung dalam meningkatkan kualitas sekolah, guru, dan peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, lembaga pendidikan dapat saling berbagi solusi ketika menemukan hambatan
(2)
dalam kegiatan belajar mengajar, dengan begitu lembaga pendidikan atau sekolah mendukung penuh peningkatan siswa secara umum. b. Sebaiknya lembaga pendidikan atau sekolah dapat menunjang
fasilitas yang dibutuhkan guru dalam menunjang penerapan teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan suatu pembelajaran.
2. Bagi Guru
a. Seorang guru dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat memaksimalkan daya konsentrasi anak didik terhadap penjelasan yang dilakukan guru terkait dengan materi pelajaran. Guru diharapkan dapat menerapkan teknik pembelajaran yang sesuai dngan karakteristik siswa. Salah satunya model Two Stay Two Stray.
b. Guru idealnya mampu melakukan evaluasi diri dalam berlangsungnya proses belajar mengajar anak supaya dapat meningkatkan belajar siswa. Jika kondisi mengajar yang membosankan sering dilakukan guru maka target belajar tidak akan tercapai.
c. Seorang guru harus menarik perhatian, menyenangkan dan terampil dalam mengajar. Guru mampu mentrasfer ilmu pengetahuan kepada siswa dengan cara atraktif dan tidak membosankan. Guru menjadi motivator dan fasilitator bagi siswa serta mampu mengembangkan kreatifitas siswa.
(3)
3. Bagi Siswa
a. Siswa mampu menjalankan aturan model Two Stay Two Stray dengan baik
b. Siswa mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik terutama kemampuan menyebutkan sehingga siswa berani mengungkapkan pendapatnya.
c. Siswa dapat bekerja sama dan lebih percaya diri dalam menyampaikan informasi ke teman-temannya.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Aa Nur, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Gravindo Media Pratama)
Aip B, 2010, Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata Pelajaran, (Jakarta: CV. Trans Info Media)
Anni C, 2004, Psikologi Belajar (Semarang: Unnes Press)
Arsyad U, 2006, Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: Erlangga) Asis S, 2015, Pembelajaran Efektif ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Azuar J, 2014, Metode Penelitian Bisnis (Medan: UMSU Press)
Basrowi, 2008, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Bogor: Ghalia Indonesia) Burhan B, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta:Kencana Prenada Media Grup)
Dyah W, 2012, “Peningkatan Kemampuan Menyebutkan Organisasi
Pemerintahan Tingkat Pusat pada Mapel PKN Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD” Laporan Penelitian (Tegal: Institute of Research Pubblishing Project)
Etin S, 2005, Cooperative Learning (Jakarta: Bumi Aksara)
Flavianus D, 2007, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Transmedia Pustaka)
Hamzah B, 2012, Assesment Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara) Joko S, 2006, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta)
Kunandar, 2011, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Press)
Loren W, 2001, Taxonomi Learning and Teaching, and Assessing (Longman: New York
M. Fuad, 2006, Pengantar Bisnis ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka)
M. Ngalim P, 2012, Prinsip Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)
(5)
Miftahul H, 2013, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
M. Suardi, 2015, Belajar dan Pembelajaran ( Yogyakarta: CV Budi Utama) Mulyadi, 2001, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, (Jakarta:
Salemba Empat)
Nyoman S, 2006, Otonomi Daerah Khusus dan Birokrasi Pemerintah, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Manajemen Pemerintah Indonesia)
Opih P, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Siswa SD/MI Kelas IV (online) http://bse.mahoni.com/data/SD_4/Pendidikan_Kewarganegaraan_Kelas_4_ Opih_Priyatna_M_Riswanda_Eddy_Rosady_Mahmudin_2009.pdf, diakses 25 Maret 2016
Rahmat, 2006, PKN Pendidikan Kewarganegaraan ( Jakarta: Grasindo) Rido K, 2009, Penelitian Tindakan Kelas (Surabaya: LAPIS PGMI) Spencer K, Cooperative Learning (Los Angels: San Juan Capistrano)
Sudaryono, 2012, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu)
Sudjana, 1998, Evaluasi Hasil Belajar, (Bandung: Pustaka Martiana) Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta)
Suhaimi A, 2004, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta)
Suharsimi A, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya)
Syafaruddin, 2012, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Medan: Perdana Publishing)
Tim Guru I, 2010, Buku Pintar Pelajaran SD/MI 5 in, (Jakarta: Wahyu Media) Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007, Ilmu &Aplikasi Pendidikan
(Bandung: PT Imperial Bhakti Utama)
(6)
Veithzal R, 2009, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada)
Vita S, 2010, Rangkuman Pelajaran Lengkap IPS &PKN (Jakarta: Cmedia)
Yuli Yanti. Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IV D MINU Wedoro Sidoarjo, wawancara pribadi, Sidoarjo 2 Maret 2016