Bahan Ajar

(1)

BAHAN AJAR MEKANISME PEMBELAAN DIRI

Dalam menghadapi suatu bahaya (termasuk bila ia dalam keadaan stress) maka manusia akan selalu memberi tanggapan (response). Anggapan yang diberikan itu sebenarnya merupakan suatu mekanisme pembelaan . Tiap orang mempunyai pola mekanisme yang berbeda. Secara garis besar ada 4 macam mekanisme pembelaan, yaitu :

1. Narsistik

2. Imatur (immature) 3. Nerotik

4. Matur (mature)

Mekanisme pembelaan yang dipakai oleh seseorang tergantung pada banyak faktor yang antara lain tergantung pada kepribadian dan lingkungan sosial tempat ia berada.

Freud mengetahui keberadaan beberapa mekanisme pertahanan, tetapi tulisannya ditujukan terutama pada represi, yang dianggapnya sebagai mekanisme pertahanan yang utama, paling penting , dan paling sering digunakan. Penelitian pertama dan menyeluruh tentang mekanisme pertahanan ditulis oleh anaknya Anna Freud dalam bukunya The Ego and the Mechanisms of Defense, dimana ia menyatakan bahwa setiap orang, normal atau neurotik, menggunakan mekanisme pertahanan yang karakteristik dan berulang . la juga menekankan bahwa ego harus merupakan pusat terapi psikoanalisis, disamping mengungkapkan derivat dorongan yang direpresi. Pengamatannya bahwa "terdapat kedalaman pada permukaan " mencerminkan pengertiannya tentang kompleksitas apek pertahanan dari ego.

Pada masing-masing fase perkembangan libido, komponen dorongan spesifik membangkitkan pertahanan ego yang karakteristik . Sebagian contohnya, fase ana adalah berhubungan dengan pembentukan reaksi, seperti yang dimanifestasikan oleh perkembangan rasa malu dan muak dalam hubungan dengan impuls dan kenikmatan anal.

Pertahanan dapat dikelompokkan secara hirarkis menurut derajat relatif maturitas yang berhubungan dengan pertahanan . Pertahanan narsistik adalah yang paling primitif dan digunakan oleh anak-anak dan orang yang mengalami


(2)

gangguan psikotik . Pertahanan imatur adalah terlihat pada remaj'a dan beberapa pasien obsesif-kompulsif dan pasien histerikal dan pada orang dewasa dalam stres. Dan pertahanan matur adalah mekanisme adaptasi yang normal dan sehat dari kehidupan dewasa. Pengelompokan tersebut adalah tidak kaku dalam batas-batasnya, dan beberapa tumpang tindih mekanisme dapat terjadi di antara kelompok yang berbeda .

Mekanisme Pembelaan Narsistik

Suatu mekanisme pembelaan yang berorientasi pada pemuasan id. Mekanisme pembelaan macam ini biasanya terdapat pada penderita skizofrenia

Contoh mekanisme pembelaan narsistik adalah : a. Denial (penyangkalan)

Suatu mekanisme pembelaan dengan cara menofak atau tidak mau menerfma kenyataan (realita) yang dihadapinya. Penghindaran penyadaran aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Represi menahan afek dan dorongan yang dihasilkannya, tetapi penyangkalan dapat digunakan pada keadaan normal maupun patologis

b. Proyeksi

Suatu mekanisme pembelaan dengan cara melakukan proyeksi emosi, tingkah laku atau kekurangannya pada obyek lain. Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan ditanggapi seakan- akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tenang kenyataan eksternal, biasanya waham kejar.,dan termasuk persepsi perasaan diri sendiri dalam orang lain dari tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotik). Impuls mungkin berasal dari id atau super ego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami transformasi dalam proses, jadi, menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido homoseksual diubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima.

c. Distorsi

Suatu mekanisme pembelaan dengan menggunakan sikap tingkah laku atau pikiran yang aneh-aneh yang tidak sesuai dengan logika dan realita,


(3)

sehingga timbul faham dan halusinasi atau ilusi. Kenyataan eksternal ibentuk kembali secara kasar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan internal - termasuk keyakinan megalomanik yang tidak realistik, halusinasi. Waham pemenuhan harapan - dan digunakan untuk mempertahankan perasaan superior atau hak yang bersifat waham

d. Idealisasi primitif

Objek eksternal yang dipandang sebagai "baik" atau 'jahaf adalah diberkati secara tidak realistik oleh kekuatan yang besar . Sangat sering , objek "baik" dipandang sebagai maha kuasa atau ideal "baik" dipandang sebagai mahakuasa atau ideal, dan keburukan pada obyek "jahat" sangat dibesarkan

e. Identifikasi proyektif

Aspek yang tidk diinginkan dari diri diendapkan kepada orang lain sehingga orang memproyeksikan merasa bersatu dengan obyek proyeksi. Aspek yang keluar dimodifikasi oleh dan ditutupi dari resipien. Pertahanan memungkinkan seseorang untuk menjauhi dan membuat dirinya sendiri mengerti dengan mengeluarkan tekanan pada orang lain untuk mengalami perasaan yang serupa dengan perasaannya

f. Pembelaan

Objek eksternal dibagi menjadi "baik" dan "jahat" disertai oleh pergeseran suatu objek yang tiba-tiba dari satu kategori ekstrim kepada kategori lainnya. Pembalikan perasaan yang tiba-tiba dan lengkap dan konseptualisasi tentang seseorang mungkin terjadi. Osilasi faerulang yang ekstrim antara konsep diri yang bertentangan adalah manifestasi lain dari mekanisme.

Mekanisme Pembelaan Immature

Suatu mekanisme pembelaan yang dilakukan dengan sikap kekanak-kanakan (tidak dewasa). Mereka yang menggunakan mekanisme pembelaan ini sikapnya nampak kekanak-kanakan , sikap dan tingkah lakunya seperti anak kecil.

Ada beberapa macam mekanisme pembelaan yang immature ini, antara lain : a. Acting out

Orang mengungkapkan harapan atau impuls bawah sadar dengan memerankannya untuk menghindari menjadi disadari dari afek yang


(4)

menyertai. Khayalan bawah sadar dihidupkan secara impulsif dalam perilaku , dengan demikian memuaskan impuls, bukannya melarang impuls. Memerankan merupakan pengalahan kronis kepada impuls untuk menghindari ketegangan yang akan terjadi dari penundaan pengungkapan b. Blocking

Mekanisme pembelaan dengan cara berdiam diri atau mematung . Inhibisi sementara atau transien dari pikiran terjadi pada penghambatan (blocking). Afek dan impuls mungkin juga terlibat. Penghambatan sangat menyerupai represi tetapi berbeda di mana ketegangan timbul jika impuls, afek, atau pikiran dihalangi

c. Hipokondriasis

Mekanisme pembelaan yang dilakukan dengan mengalihkan pada keluhan-keluhan fisik (somasi). Umumnya keluhan fisik yang diungkapkan adalah untuk menghindari tanggung jawab. Celaan yang timbul dari kehilangan, kesepian, atau impuls agresif yang tidak dapat diterima kepada orang lain adalah diubah menjadi celaan terhadap diri sendiri dan keluhan nyeri , penyakit somatik, dan neurastenia. Semua penyakit mungkin juga diperberat atau ditekankan secara berlebihan untuk mendapatkan penghindaran dan regresi. Pada hipokondriasis , tanggung jawab dapat dihindari , rasa bersalah dapa dielakan, dan impuls instinktual ditangkis. Karena Introyeksi hipokondriakal adalah bertentangan dengan ego, orang yang terkena mengalami disforia dan penderitaan.

d. Introyeksi

Mekanisme pembelaan dengan cara menirukan atau memasukkan obyek yang dicintai. Walaupun penting bagi stadium perkembangan seseorang, introyeksi juga memiliki fungsi pertahanan yang khusus. Proses introyeksi melibatkan internalisasi kualita obyek jika digunakan sebagai pertahanan, ia dapat menghalangi perbedaan antara subjek dan objek. Melalui introyeksi suatu objek yang dicintai, kesadaran akan perpisahan yang menyakitkan atau ancaman kehilangan akan dihindari introyeksi objek yang ditakuti berperan untuk menghindari kecemasan jika karakteristik agresif dari objek diinternalisasikan, jadi menempatkan agresi dalam pengendalian dirinya sendiri. Contoh klasik adalah identifikasi dengan agresor. Suatu identifikasi dengan korban juga dapat terjadi, dengan jalan


(5)

mana kualitas menghukum diri sendiri dari objek diambil dan ditegakkan dalam diri seseorang sebagai gejala atau sifat karakter.

e. Pasif-Agresif

Mekanisme pembelaan berupa sikap melakukan pemusuhan dengan cara diam- diam atau secara pasif menyerang orang lain. Agresi kepada orang lain diekspresikan secara tidak langsung melalui pasivitas , masokisme, dan berbalik menentang diri sendiri. Manifestasi perilaku pasif-agresif adalah kegagalan , penundaan , dan penyakit yang lebih mempengaruhi orang lain dibandingkan diri sendiri.

f. Regresi

Mekanisme pembelaan dengan cara bersikap kembali seperti pada waktu fase anak-kanak, sehingga sikapnya tiak lagi sesuai dengan keadaannya sekarang. Melalui regresi, orang berusaha untuk kembali ke fase fungsi libido yang lebih awal untuk menghindari ketegangan dan konflik yang ditimbulkan pada tingkat perkembangan sekarang. Ini mencerminkan kecenderungan dasar untuk mendapatkan pemuasan instinktual pada periode yang kurang berkembang . Regresi juga merupakan fenomena normal, karena sejumlah tertentu regresi adalah diperlukan untuk relaksasi, tidur, dan orgasme dalah hubungan seksual. Regresi dianggap penyerta yang penting dari proses kreatif

g. Fantasi Skizoid

Mekanisme pembelaan yan diperlihatkan dengan cara melamun. Melalui khayalan, orang menuruti kemunduran autistik untuk memecahkan konflik dan mendapatkan pemuasan . Keintiman interpersonal adalah dihindari, dan eksentrisitas berperan untuk menolak orang lain. Orang tidak sepenuhnuya percaya pada khayalan atau ingin memerankannya

h. Somatisasi

Mekanisme pembelaan dengan cara mengalihkan situasi yang dihadapi pada eluhan-keluhan fisik (seperti hipokondriasis) tetapi rasa sakit yang dikeluhkan meliputi badan atau seluruh tubuh. Asal psikis diubah menjadi gejala tubuh dan orang cenderung bereaksi dengan manifestasi somatik bukannya manifestasi psikis. Pada desomatisasi, respon somatisasi infantil digantikan oleh pikiran dan afek pada resomatisasi, orang beregresi kepada bentuk somatik yang febih awal saat berhadapan dengan konflik


(6)

yang terpecahkan. i. Identifikasi

Identifikasi yang berperan penting dalam perkembangan ego, juga dapat digunakan sebagai mekanisme pertahanan dalam keadaan tertentu. Identifikasi dengan objek cinta dapat berperan sebagai pertahanan terhadap kecemasan atau rasa sakit yang menyertai perpisahan dari atau kehilangan objek, baik nyata atau ancaman, jika identifikasi terjadi karena rasa bersalah, orang beridentifikasi untuk menghukum dirinya sendiri dengan kualitas atau gejala orang yang merupakan sumber perasaan bersalah. Mekanisme identifikasi pada agresor, pertama kali dijelaskan oleh Anna Freud, dapat juga dimasukkan sebagai mekanisme pertahanan

j. Proyeksi

Seseorang menempatkan perasaannya dan harapannya sendiri kepada orang lain karena perasaan internal atau afek menyakitkan yang tidak dapat ditoleransi. Secara karakteristik ditemukan pada keadaan psikotik, khususnya sindroma paranoid, proyeksi juga banyak digunakan dalam kondisi normal. Dalam psikosis, proyeksi mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan ekstemal, biasanya bersifat waham kej'ar, dan termasuk persepsi perasaan diri sendiri kepada orang lain dan memerankan persepsi selanjutnya

Mekanisme Pembelaan Neurotik

Suatu mekanisme pembelaan yang dilakukan dengan sikap dan tingkah laku neurotik (dengan keluhan cemas, khawatir , was-was dan ketakutan ). Beberapa mekanisme pembelaan neurotik, antara lain ialah :

a. Controlling

Mekanisme pembelaan yang ditunjukkan dengan tingkah laku suka mengawasi mengontrol atau memantau orang lain dan lingkungan untuk kepentingan diri sendiri. Tingkah laku yang diperlihatkan itu mengandung maksud untuk menutupi kekurangan yang ada pda dirinya sendiri, disamping untuk mendapatkan kepuasan tersendiri bagi dirinya. Terdapat usaha bertebihan untuk menangani atau mengatur peristiwa atau objek dalam lingkungan untuk menekan kecemasan dan untuk memecahkan


(7)

konflik dalam diri. b. Isolasi

Mekanisme pembelaan dengan cara mengasingkan diri. Orang yang memakai mekanisme pembelaan suka menyendiri bila menghadapi bahaya atau sedang stres. Isolasi adalah pembelaan atau pemisahan gagasan dari afek yang menyertainya tetapi direpresi. Isolasi sosial adalah tidak adanya objek hubungan.

c. Displacement

Mekanisme pembelaan dengan cara memindahkan obyek emosi atau kemarahannya pada orang lain. Suatu emosi atau dorongan katheksis dari gagasan atau objek adlah dipindahkan kepada orang lain yang menyerupai aslinya dalam aspek atau kualitasnya. Pengalihan memungkinkan perwakilan simbolik gagasan atau objek asli dengan cara yang kurang katheksis atau yang menimbulkan lebih sedikit ketegangan dibandingkan aslinya

d. Intelektualisasi

Mekanisme pembelaan dengan cara memperhatikan intelektualitasnya. Mereka yang memakai mekanisme ini akan banyak bicara untuk memperiihatkan intelektualitasnya. Sangat mirip dengan rasionalisasi, intelektualisasi adalah pemakaian berlebihan proses intelektual untuk menghindari ekspresi atau pengalaman afektif. Tekanan yang tidak semestinya dipusatkan pada benda mati untuk menghindari keintiman dengan orang. perhatian diberikan pada kenyataan eksternal utnuk menghindari ekspresi perasaan internal, dan penekanan secara berlebihan diberikan pada perincian yang tidak relevan untuk menghindari merasakan keseluruhan.

e. Represi

Mekanisme pembelaan dengan cara menghindari dari konflik yang dihadapi tanpa disadari . Suatu saat konflik yang disimpan dalam bawah sadar ini akan dapat muncul ke permukaan dan dapat mengganggu kehidupannya. Suatu gagasan atau perasaan dapat dibuang atau ditahan dari kesadaran melalui represi. Represi primer adalah mengekang gagasan dan perasaan sebelum mereka mencapai kesadaran ; represi sekunder adalah mengeluarkan dari kesadaran apa yang pernah dialami


(8)

pada tingkat sadar. Hal yang direpresi tidak benar-benar dilupakan, sehingga perilaku simbolik dapat ditemukan. Represi adalah berbeda dari supresi dengan mempengaruhi inhibisi impuls yang disadari sampai titik yang hilang dan tidak hanya menunda penghargaan tujuan. Persepsi instink dan perasaan yang disadari adalah dihalangi.

f. Disosiasi

Modifikasi sementara tetapi drastik dari karakteri seseorang atau identitas pribadi seseorang yang terjadi untuk menghindari ketegangan emosional. Keadaan fugu dan reaksi konversi histerik adalah manifestasi yang sering dari disosiasi. Disosiasi juga ditemukan pada perilaku fobik-balik (counterphobic), gangguan identitas disosiatif, pemakaian perangsang farmakologis , dan kegembiraaan religius.

g. Eksternalisasi

Istilah umum yang lebih sering ibandingkan proyeksi, eksternalisasi dimaksudkan sebagai kecenderungan untuk merasakan kepribadian sendiri, termasuk impuls instintual, konflik , mood, sikap, dan gaya berpikir, pada dunia luar dan pada elemen objek luar

h. Inhibisi

Dalam inhibisi, pembatasan atau penolakan fungsi ego terjadi secara disadari, sendirian atau kombinasi, untuk menghilangkan kecemasan yang ditimbulkan konflik dengan impuls instinktual, superego, atau kekuatan atau tokoh dalam lingkungan.

i. Rasionalisasi

Penjelasan rasionalisasi adalah ditawarkan oleh orang untuk membenarkan sikap, keyakinan, atau perilaku yang tidakdapat diterima. Motif yang mendasari biasanya ditentukan secara instinctual

j. Pembentukan reaksi

Impuls yang tidak dapat diterima diubah menjadi kebalikannya. Pembentukan reaksi adalah karakteristik dari neurosis obsesional, tetapi dapat terjadi pada bentuk neurosis lainnya. Jika mekanisme sering digunakan pada stadium perkembangan ego yang awal, ia dapat menjadi sifat karakter secara permanen, seperti pada karakter obsesional.

k. Seksualisasi


(9)

dimiliki sebelumnya atau yang dimilikinya dengan deraj'at lebih kecil untuk menangkas kecemasan yang berhubungan dengan impuls atau turunannya yang dilarang

Mekanisme Pembelaan yang Mature

Ketika mekanisme pembelaan yang telah diuraikan di atas mekanisme pembelaan yang tidak matang, oleh karena rtu sedapat mungkin harus dihindari.

Ada beberapa macam mekanisme pembelaan yang mature, antara lain : a. Altruisme

Mekanisme pembelaan pada orang yang mampu mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan orang lain tetapi tanpa merugikan diri sendiri. Orang menjalani pengalaman yang dilakukan untuk orang lain dengan cara yang konstruktif dan secara instinktual memuaskan orang lain. Altruisme termasuk pembentukan reaksi yang ringan dan konstruktif. Altruisme dibedakan dari penyerah altruistik (altruistic surender), di mana penyerah dari pemuasan langsung atau dari kebutuhan instinktual terjadi untuk memenuhi kebutuhan orang lain dengan merugikan diri sendiri dan dimana kepuasan dapat dinikmati hanya melalui introyeksi yang dilakukan untuk orang lain.

b. Antisipasi

Mekanisme pembelaan dengan cara melakukan antisipasi pada masa depan. Mereka yang memakai mekanisme ini mampu menghadapi kecemasan dengan membuat rencana yang positif. Kecemasan atau ketakutannya diantisipasi dengan cara membuat program yang jelas dan positif. la mampu menggunakan waktu sebaik-baiknya. Umumnya kecemasan yang dihadapinya adalah sesuatu yang belum terjadi. Antisipasi realistik atau perencanaan untuk masa depan adanya ketidaknyamanan dalam diri berarti perencanaan yang cermat atau antisipasi afektif yang mengkhawatirkan atau prematur tetapi realistik adanya kejadian menakutkan dan kemungkinan hasil yang mengecewakan.

c. Aseitisme

Mekanisme pembelaan pada mereka yang mampu mengendalikan diri bila mendapatkan musibah atau kegembiraan. Orang yang memiliki


(10)

mekanisme ini tidak akan terlalu kecewa bila mendapatkan musibah dan tidak akan terialu gembira bila mendapatkan kesenangan. Efek yang menyenangkan dari pengalaman dihilangkan. Terdapat elemen moral dalam menentukan nilai kesenangan tertentu. Pemuasan didapatkan dari penolakan , dan pertapaan diarahkan menentang semua kesenangan dasar yang dirasakan secara sadar.

d. Humor

Mekanisme pembelaan yang ditunjukkan dengan cara membuat humor agar orang lain tertawa. Humor yang dibuatkan selalu humor yang tanpa menyinggung dan menyakiti hati orang lain. Humor memungkinkan ekspresi perasaan dan pikiran secara jelas tanpa ketidaknyamanan atau imobilisasi pribadi dan tidak menghasilkan efek yang tidak menyenangkan bagi orang lain. Ini memungkinkan orang untuk mentoleransi tetapi masih memuaskan pada apa yang terlalu menakutkan untuk dipikul ; humor berbeda dari kejenakaan, yaitu suatu bentuk pengalihan yan gmengalihkan perhatian dari masalah afektif.

e. Sublimasi

Mekanisme pembelaan yang ditunjukkan dengan kemampuan mengganti dorongan instink yang tidak baik dengan kegiatan-kegiatn lain yang bermanfaat (positif). Kecemasan atau kekecewaan yang dihadapi sudah terjadi, sehingga harus dilakukan sublimasi. Pemuasan impuls dan penundaan tujuan adalah dicapai, tetapi tujuan atau sasaran diubah dari yang mungkin ditolak secara sosial menjadi yang diterima secara sosial. Sublimasi memungkinkan instink disalurkan, bukannya dihambat atau dialihkan . Perasaan dikenali , dimodifikasi, dan diarahkan kepada sasaran atau tujuan yang penting, dan terjadi pemuasan instinktual yang ringan f. Supresi

Mekanisme pembelaan dengan cara melupakan kekecewaan atau kegagalan yang dihadapi dengan penuh kesadaran . Di sini harus mampu menerima realita dengan ikhlas untuk kemudian melepaskannya. Karena ikhlas dan penuh kesadaran maka orang akan tetap berada dalam keadaan homeostasis, dan dengan demikian orang akan berada dalam keadaan sehat bebas dari simtom-simtom gangguan menal atau bahkan gangguan fisik. Keputusan yang disadari atau setengah disadari untuk


(11)

menunda perhatian pada terjadinya impuls atau konflik yang disadari. Masalah dapat semata-mata dihalangi, tetapi tidak dihindari. Rasa tidak nyaman adalah dirasakan tetapi ditekan.

Mekanisme pembelaan yang dewasa (mature) ml perlu dikembangkan dan disebar luaskan pada setiap orang karena mekanisme ini akan membawa orang pada kondisi sehat. Memang tidak mudah untuk memiliki mekanisme pembelaan yang tewasa ini. Orang harus berlatih dan berupaya dengan tekun agar memilikinya. Ada nece-apa cara agar orang mampu bereaksi terhadap stresor yang dihadapinya nengan mekanisme pembelaan yang dewasa . Upaya itu antara lain dengan neiakukan hal-hal sebagai berikut :

Pertama, memusatkan perhatian pada yang ada, pada yang telah dimiliki (pekerjaan apabsaja) dan lakukanlah sebaik mungkin. Hindari situasi yang memperburuk keadaan dengan memikirkan hal-hal masa lalu dan menghawatirkan masa depan

Kedua, buatlah daftar masalah yang dihadapi dan pecahkan (selesaikan) setiap masalah itu satu persatu menurut kala prioritas. Atasi dulu satu masalah sebelum menangani masalah lainnya

Ketiga, bila telah ditetapkan suatu pemecahan masalah, maka lakukanlah dengan segera. Jangan membuang-buang energi dengan was-was.

Keempat, usahakanlah agar hidup ini lebih produktif . Hindari adanya kekosongan waktu, sebab waktu yang kosong itu dapat menambah keresahan dan ketegangan

Kelima, hindari cara berfikir untuk selalu menyalahkan orang lain, sebab hal ini akan menimbulkan frustasi berkepanjangan, dan rasa permusuhan terhadap semua orang yang terlibat.

Keenam, luangkanlah waktu setiap hari untuk beistirahat beberapa saat sebagai usaha untuk menenangkan fisik dan mental. Dalam waktu istirahat ini pikirkanlah hal-hal yang menggembirakan atau tidak bepikir sama sekali.


(12)

Ketujuh, ciptakanlah rasa aman dan damai dengan cara mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan sehari-hari. Pertahankanlah hal ini sebaik mungkin, misalnya jam kerja, waktu makan, tidur dan kegiatan-kegiatan lain.

Kedelapan, atasi setiap masalah sebelum masuk tidur . Masalah yang belum ada alternatif pemecahannya atau bahkan masalah yang dapat teratasi akan selalu mengganggu tidur, akibatnya di keesokan harinya tak mungkin bangun dalam keadaan segar.

Kesembilan, biasakanlah untuk menerima dan menghadapi situasi kritis yang mungkin selalu terjadi dan tak mungkin untuk dihindari

Kesepuluh, dalam keadaan kecemasan yang dirasakan terlalu berat, berfikirlah rasional dan carilah pertolongan pada ahlinya (psikiater). Hindarilah berpikir yang irrasional yang dapat membawa pada hal-hal yang akan menambah parah gangguan yang diderita.

Dalam masyarakat tradisional, bila ada seseorang yang mengalami gangguan baik fisik naupun mental dan belum diketahui penyebabnya maka gangguan yang terjadi itu dihubung-hubungkan dengan ketakutan supernatural, sehingga timbullah seperti stigma. Stigma yang dikaitkan dengan timbulnya gangguan mental karena sebab adanya kekuatan supernatural itu, tidak hanya terdapat pada mereka yang berpendidikan tinggi. Umumnya mereka yang mempunyai stigma adalah mereka yang ttdak mempunyai pegangan yang jelas dalah hidupnya, artinya mereka tidak beragama dengan baik . Umumnya mereka mudah gelisah dan bingung, tidak mengerti kemana harus mencari pertolongan

Ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu tentang kemampuan seseorang memaki mekanisme pembelaan yang dewasa itu adalah mereka yang terpenuhi kebutuhan dasarnya (terutama dalam masa The Formative of Years) sebagai manusia. Kebutuhan dasar itu sering disebut sebagai basic needs dari Maslow


(13)

Stadium Siklus Kehidupan

Erikson menggmbarkan delapan stadium siklus kehidupan. Stadium ditandai oleh satu atau lebih krisis internal, yang didefinisikan sebagai titik balik (turning point) suatu periode dimana seseorang berada di dalam kerentanan yang meningkat. Idealnya , suatu krisis diatasi secara berhasil , dan orang mendapatkan kekuatan dan mampu untuk pindah ke stadium selanjutnya.

Stadium Erikson tidak terpaku dengan waktu. Perkembangan adalah berkesinambungan; Kendatipun stadium tertentu menguasai suatu waktu tertentu, orang mungkin mempunyai masalah sisa yang dibawa dari satu stadium ke stadium selanjutnya atau mungkin di dalam stres berat dan beregresi ke stadium yang lebih awal secara keseluruhan atau sebagian . Batasan waktu yang dituliskan dibawah ini mencerminkan suatu perkiraan yang disetujui oleh sebagian besar peneliti dalam bidang ini.

Stadium I. Kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar (basic trust versus basic mistrust), (sejal lahir sampai kira-kira usia 1 tahun). Kepercayaan lawan ketidakpercayaan adalah krisis pertama yang harus dihadapi oleh seorang bayi. Erikson menulis di dalam "Growth and Crisis of the Healthy Personality".

Untuk komponen pertama dari kepribadian yang sehat saya menunjuk rasa kepercayaan dasar yang saya piker merupakan suatu sikap pada seseorang dan dunia / yang didapatkan dari pengalaman dalam tahun pertama kehidupan. Kepercayaan adalah harapan bahwa kebutuhan seseorang akan diperhatikan dan dunia atau pengasuhnya dapat dipercaya

Periode ini bertepatan dengan stadium perkembangan oral dari Freud, di mana Tiulut merupakan zona tubuh yang paling sensitif . Menemukan puting payudara, nenghisap, dan memasukkan makanan memenuhi kebutuhan primer bayi. Perhatian yang penuh dari ibu terhadap kebutuhan tersebut yang menimbulkan kepercayaan, selanjutnya meletakkan dasar untuk harapan positif bayi di masa mendatang terhadap dunia . Erikson menambahkan istilah "sensorik" pada stadium oral dari Freud (disebutnya sebagai oral - sensorik) karena orang tua juga mengikuti indera bayi penglihatan, pengecapan, pembauan, raba, dan pendengaran. Melalui interaksi tersebut, bayi mengembangkan perasaan kepercayaan bahwa keinginannya akan dipuaskan, atau, jika ibunya tidak


(14)

memperhatikan, bayi mengembangkan rasa ketidakpercayaan bahwa mereka tidak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

KRISIS ORAL. Pada setengah bagian kedua tahun pertama, terjadi krisis oral. Pada saat tersebut gigi bayi tumbuh, dan dorongan untuk menggigit terjadi. Bayi berkembang dari semata-mata pasif menjadi semakin aktif. Tetapi, jika bayi menggigit terfalu aktif. Tetapi, jika bayi menggigit tertalu aktif, puting payudara dilepaskan. Respon ibu sebagian adalah dipengaruhi oleh perilaku anak, dan bayi belajar bahwa ia harus mengontrol dorongan untuk menggigit. Sebagia akibatnya, bayi belajar bahwa ia harus mengontrol dorongan untuk menggigit. Sebagai akibatnya, bayi belajar sahwa mereka dapat dipengaruhi lingkungan, dan mereka mulai mengembangkan rasa dalam dirinya sendiri sebagai individu yang terpisah dari lingkungan. Di dalam kuftur sekarang ini, penyapihan dari payudara atau botol dimulai pada akhir fase ini. Erikson percaya bahwa perpisahan adalah dasar dari rasa sedih, nostalgia, atau kerinduan . Tetapi, jika kepercayaan dasar adalah kuat, anak mengembangkan pengertian harapan, optimisme , dan kepercayaan diri.

Seorang ibu atau pengganti ibu yang mencintai dan penuh kasih sayang yang memberikan perawatan yang konsisten dan dengan kualitas yang baik memberikan dasar untuk perkembangan kepercayaan. Menurut Erikson, pencapaian sosial dari bayi adalah kemauannya untuk membiarkan ibunya di luar jangkauan penglihatannya tanpa kecemasan atau kemarahan yang tidak semestinya. Hal tersebut terjadi karena ibu menjadi suatu kepastian inti (inner certainty) di dalam gambaran mental bayi. Konsep yang sejalan adalah konsep dari Jean Piaget mengenai keabadian objek (object permanence) di mana kemampuan anak untuk mempertahankan citra mental seseorang atau objek, bahkan jika orang atau objek tersebut tidak terlihat dan dengan konsep Margaret Mahler tentang keteguhan objek (object conctancy), di mana anak mempunyai gambaran mental tentang ibunya sebagai yang dapat dipercaya dan stabil. (Fase perkembangan tersebut terjadi pada usia 24 sampai 36 bulan, menurut mahler).

Stadium 2. Otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu ( autonomy versus shame and doubt) (kira-kira usia 1 tahun sampai 3 tahun). Otonomi merupakan rasa penguasaan anak terhadap dirinya sendiri dan terhadap dorongan dan desakannya . Anak yang baru belajar berjalan mendapatkan rasa bahwa mereka terpisah dari yang lainnya. "Saya, " "kamu", dan "milikku" adalah kata-kata yang sering digunakan oleh anak-anak selama periode ini. Anak memiliki pilihan


(15)

mempertahankan atau melepaskan, bekerja sama atau keras kepala. Periode ini bertepatan dengan stadium perkembangan anal dari Freud. Bagi Erikson , periode ini adalah waktu untuk anak menahan fesesnya (holding in) atau mengeluarkan fese (letting go); kedua perilaku tersebut mempunyai pengaruh pada ibu.

Anak-anak dalam tahun kedua dan ketiga kehidupannya belajar untuk berjalan sendirian, makan sendiri, mengontrol sfinger anal, dan untuk berbicara. Maturasi muskular tersebut menentukan sifat stadium perkembangan ini. Jika orang tua mengijinkan anak untuk berfungsi secara otonom dan bersikap membantu tanpa bersikap overprotektif, anak mendapatkan kepercayaan diri dan merasa bahwa mereka dapat mengontrol dirinya sendiri dan dunianya. Tetapi , jika anak dihukum karena bersikap otonom atau dikontrol secara berlebihan, mereka merasa marah dan dipermalukan. Jika orang tua menunjukkan persetujuan tentang kontrol diri sendiri, harga diri anak meningkat , dan ras kebanggaan berkembang. Kontrol yang berlebihan dari orang tua atau anak yang kehilangan kontrol diri, disebut juga impotensi muskular dan anal oleh Erikson, menyebabkan rasa ragu-ragu dan malu. Rasa malu menyatakan secara tidak langsung bahwa seseorang dipandang benci oleh dunia luar. Hal ini menggali perasaan anak yang merasa kecil saat berdiri tegak untuk pertama kalinya. Karena merasa kecil, anak mudah merasa malu oleh pengalaman pengasuhan orang tua yang kurang.

Stadium 3. Inisiatif lawan rasa bersalah (Initiative versus guilt) . (Usia 3 tahun sampai 5 tahun) . Stadium ini berhubungan dengan fase falik-oedipal dari Freud . Selama periode ini, anak mengembangkan rasa ingin tahu tentang seksual yang dimanifestasikan dengan terlibat dalam permainan seks kelompok atau menyentuh genitalianya sendiri atau teman sebayanya. Jika orang tua tidak membuat masalah tentang dorongan masa anak-anak tersebut (Erikson memberi contoh ini : "Jika kamu memegangnya, nanti dipotong oleh dokter:), dorongan akhirnya ditekan dan tampak kembali selama masa remaja sebagai bagian dari pubertas. Jika orang tua tertalu banyak mempermasalahkan dorongan tersebut, anak dapat menjadi terhambat secara seksual.

Saat mendekati akhir tahun ketiga, mereka mampu untuk memulai aktivitas morotik maupun intelektual. Apakah inisiatif diperkuat adalah tergantung pada berapa banyak kebebasan yan gdiberikan pada anak dan bagaimana baiknya keingintahuan intelektual mereka dipuaskan. Jika anak dibuat untuk merasa tidak mampu tentang perilaku atau minatnya, mereka mungkin keluar dari periode ini


(16)

dengan rasa bersalah tentang aktivitas yang berasal dari inisiatif diri sendiri. Konflik di sekitar inisiatif diri sendiri. Konflik di sekitar inisiatif dapat menghalangi anak yang sedang berkembang untuk mengalami potensi sepenuhnya dan dapat mengganggu perasaan ambisi mereka, yang berkembang selama stadium ini.

Anak mampu untuk bergerak secara mandiri dan aktif pada akhir stadium ini. Bermain dengan teman sebayanya, anak belajar bagaimana untuk berinteraksi dengan orang lain. Jika fantasi yang agresif telah ditangani dengan tepat (tidak dihukum maupun didorong), anak mengembangkan rasa inisiatif dan ambisi.

Pada akhir stadium inisiatif lawan bersalah, kesadaran anak (superego dari Freud) ditegakkan. Anak belajar tidak hanya bahwa terdapat bata-batas terhadap perilaku sandiwara seseorang (sebagai contohnya, bahwa anak laki-laki tidak dapat tidur dengan ibunya atau tidak dapat membunuh ayahnya) tetapi juga dorongan agresif dapat diekspresikan dalam cara yang konstruktif, seperti kompetisi yang sehat, permainan, dan menggunakan mainan. Perkembangan suatu kesadaran menentukan sifat perasaan moral tentang benar dan salah. Tetapi, hukuman yang beriebihan dapat membatasi imajinasi dan inisiatif anak. Anak yang mengembangkan superego yang terlalu kuat. Anak dengan kualitas semua atau tidak sama sekali, dapat menuntut sebagai orang dewasa bahwa orang lain harus mematuhi peraturan moral mereka dan dengan demikian, dapat menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Jika krisis inisiatif diselesaikan dengan berhasil, rasa tanggung jawab, dapat diandalkan, dan disiplin diri berkembang.

Stadium 4. Industri lawan inferioritas (industry vsus inferiority). (Usia 6 tahun sampai 11 tahun sampai akhir masa remaja ). Mengembangkan rasa identitas adalah tugas utama dari periode ini, yang bertepatan dengan masa pubertas dan masa remaja. dentitas didefinisikan sebagai karakteristik yang membentuk seseorang dan ke mana tujuan mereka. Identitas yang sehat dibangun pada keberhasilan mereka melewati stadium yang lebih awal. Bagaimana keberhasilan mereka mendapatkan kepercayaan, otonomi, inisiatif, dan industri mempunyai banyak pengaruh dengan perkembangan rasa identitas.

Identifikasi dengan orang tua atau pengganti orang tua yang sehat mempermudah proses. Identitas berarti suatu rasa kekompakan inti dengan ide dan nilai-nilai kelompok sosial. Seorang remaja adalah suatu penundaan psikososial antara masa anak-anak dan masa remaja; selama penundaan


(17)

tersebut, berbagai peranan diuji. Remaja mungkin melakukan beberapa kesalahan awal sebelum memutuskan suatu pekerjaan atau dapat keluar dari sekolah, dan kembali di kemudian hari untuk menyelesaikan pendidikannya. Nilai moral mungkin berubah, tetapi akhirnya suatu sistem etika digabungkan ke dalam kerangka kerja organisasi yang logis.

KRISIS IDENTITAS. Suatu krisis identitas terjadi pada akhir masa remaja. Erikson menyebutnya sebagai suatu krisis normatif, karena meruapakan suatu peristiwa yang normal. Kegagalan untuk mengatasi stadium ini meninggalkan anak remaja tanpa identitas yang kokoh; orang menderita difusi identitas atau kebingungan peran, yang ditandai dengan tidak memiliki rasa diri dan oleh kebingungan tentang posisinya di dunia. Kebingungan peran (role confusion) dapat dimanifestasikan dalam kelainan perilaku tertentu seperti melarikan diri, kriminalitas, dan psikosis yang jelas. Masalah dalam identitas jenis kelamin (gender identity) dan peranan seksual menjadi tampak pada saat ini. Anak remaja mungkin bertahan terhadap kebingungan peran dengan bergabung dalam kelompok kecil atau pemujaan atau dengan mengidentifikasi dengan pahlawan-pahlawan rakyat.

Stadium 6. Keintiman lawan Absorpsi - diri atau isolasi (intimacy versus seff-absorption or isolation) . (Usia 21 tahun sampai 40 tahun). Periode ini dimulai dari masa remaja akhir sampai masa usia pertengahan awal. Erikson menyatakan bahwa konflik psikososial yang penting dapat timbul selama stadium ini dan, seperti pada stadium sebelumnya, keberhasilan atau kegagalan tergantung pada bagaimana baiknya dasar telah telah diletakkan dalam periode yang lebih awal dan bagaimana dewasa muda berinteraksi dengan lingkungan . Keintiman hubungan seksul, persahabatan, dan semua pergaulan yang dalam adalah tidak menakutkan orang dengan krisis identitas yang telah terpecahkan. Sebaliknya, orang yang mencapai tahun dewasa dalam keadaan kebingungan peran yang masih terjadi adalah tidak mampu untuk menjadi teriibat dalam hubungan yang kuat dan lama. Tanpa seorang teman atau pasangan perkawinan, seseorang dapat menjadi terabsorbsi dengan dirinya sendiri dan menuruti kata hatinya sendiri; sebagai akibatnya, suatu perasaan terisolasi dapat tumbuh sampai proporsi yang berbahaya.

Di dalam keintiman yang sesungguhnya terdapat hubungan satu sama lain. Kata tersebut mengingatkan stadium pertama dalam kehidupan. Jika anak


(18)

mencapai inisiatif dalam genitalitas, kenikmatan sensual pada masa anak-anak bergabung dengan ide orgasme genital, dan dewasa muda adalah mampu untuk bercinta dan membagi cinta dengan orang lain. Melalui krisis keintiman lawan isolasi , seseorang lebih nementingkan ekslusivitas ketergantungan yang lebih awal dan mendapatkan hubungan yang saling menguntungkan dengan kelompok sosial yang lebih luas dan bermacam-macam.

Erikson mengutip pandangan Freud bahwa seseorang yang normal harus mampu mencita dan bekerja (lieben und arbeiten). Demikian juga Erikson percaya oahwa pekerjaan yang berarti, pemanfaatan waktu luang, dan rekreasi di dalam hubungan yang penuh kasih sayang adalah suatu impian.

Stadium 7. Generativitas lawan stagnasi (generativity versus stagnation). (Usia 40 tahun sampai 65 tahun). Selama dasawarsa yang terentang dalam tahun-tahun pertengahan kehidupan, orang dewasa memilih antara generativitas dan stagnasi. Generativitas bukan hanya mempermasalahkan seseorang memiliki atau membesarkan anak-anak tetapi juga termasuk minat yang vital terhadap lingkungan di luar rumah dalam membentuk dan memimpin generasi yang akan datang atau memperbaiki masyarakat. Orang yang tanpa anak dapat bersifat generatif jika mereka mengembangkan rasa altruisme (mementingkan kepentingan orang lain) dan kreativitas. Tetapi sebagian besar orang jika mampu, ingin melanjutkan kepribadian dan energinya dalam menghasilkan dan perawatan keturunannya . Tetapi, menginginkan atau memiliki anak, tidak memastikan generativitas. Orang tua harus mencapai identitasnya sendiri secara berhasil untuk dapat benar-benar generatif.

Orang dewasa yang tidak mempunyai minat dalam memimpin atau membentuk generasi yang mendatang kemungkinan mencari secara obsesif keintiman yang tidak benar-benar intim. Orang tersebut kemungkinan menikah dan bahkan menghasilkan anak-anak tetapi semuanya dalam suatu kepompong masalah diri sendiri dan isolasi. Orang tersebut memanjakan dirinya sendiri seakan-akan mereka adalah anak-anak dan menjadi asyik dengan dirinya sendiri .Sebenarnya , orang tua yang tidak benar-benar yakin bahwa kehidupan didalam lingkungan tertentu adalah bermanfaat mungkin menemukan bahwa anak-anak mereka menyerap pesan tersebut hanya terlalu baik, hasilnya adalah tidak mempunyai cucu-cucu.


(19)

mengatasi tidak adanya kreativitas adalah berbahaya karena orang tidak mampu untuk menerima pada akhirnya tidak ada dan ide bahwa kematian adalah merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan.

Stadium 8. Integritas lawan keputus-asaan dan isolasi (integrity versus despair). Usia tua adalah stadium kedelapan dari siklus kehidupan Erikson. Stadium kedelapan dari siklus kehidupan Erikson. Stadium digambarkan sebagai konflik antara integritas (rasa kepuasan yang dirasakan seseorang sebagai pencerminan kehidupan yang produktif) dan keputus-asaan (rasa bahwa kehidupan mempunyai sedikit tujuan atau arti). Masa dewasa akhir dapat merupakan suatu periode kesenangan-suatu waktu untuk bersenang-senang dengan cucu-cucu, untuk mengingat usaha besar seseorang, dan kemungkinan untuk melihat buah yang dihasilkan seseorang digunakan secara baik oleh generasi yang lebih muda. Integritas memungkinkan penerimaan tempat di dalam siklus kehidupan dan pengatahuan bahwa kehidupan seseorang adalah tanggung jawabnya sendiri. Terdapat suatu penerimaan tentang siapa dan di mana orang tua seseorang dan pengertian bagaimana mereka menjalani kehidupannya.

Tanpa keyakinan bahwa kehidupan seseorang telah berarti dan seseorang telah memberikan sumbangan, baik dengan menghasilkan anak-anak yang senang atau dengan memberi pada generasi selanjutnya, orang lanjut usia merasa takut akan kematian dan mempunyai rasa putus asa atau muak. Orang yang membenci orang lain atau orang yang merendahkan orang lain berada dalam keadaan putus asa.

Baru-baru ini, Erikson menulis tentang masalah orang yang berusia di atas 85 tahun yang harus menyeimbangkan otonomi dengan kebutuhan nyata untuk pertolongan (sebagai contohnya, bantuan fisik dan ekonomi). Setiap orang harus mengenali bahwa menjadi tua memerlukan persiapan yang aktif, yang harus dimulai pada stadium kehidupan yang lebih awal. Karena masyarakat belum disiapkan untuk memenuhi kebutuhan orang yang sangat lanjut usia, tanggung jawab terbesar tetap di tangan individu.

Didalam kata-kata kesimpulan tentang stadium ini dalam "Childhood and Society," Erikson menulis hal berikut ini : "anak-anak yang sehat tidak akan merasa takut akan kehidupan jika orang tuanya mempunyai integritas yang cukup untuk tidak merasa takut mati."


(20)

PSIKOPATOLOGI

Tiap stadium siklus kehidupan mempunyai hasil psikopatologi sendiri jika tidak diatasi dengan berhasil

Kepercayaan dasar.

Suatu gangguan pada kepercayaan dasar menyebabkan ketidakpercayaan dasar. Kepercayaan sosial pada bayi ditandai dengan kemudahan memberikan makan , kedalaman tidur, dan homeostasis fisiologis umum. Persiapan yang lama selama masa bayi dapat menyebabkan Hospitalisme atau depresi anaklitik. Di dalam kehidupan di kemudian hari kehilangan kepercayaan tersebut dapat dimanifestasikan dengan gangguan distimik, suatu gangguan depresif, atau rasa ketidakberdayaan . Orang yang mengembangkan dan mengandalkan pada pertahanan proyeksi-di mana , menurut Erikson, "kita membantu orang yang berarti dengan kejahatan yang sebenarnya berada di dalam diri kita mengalami rasa ketidakpercayaan sosial pada tahun-tahun pertama kehidupannya dan kemungkinan mengalami gangguan paranoid atau delusional. Ketidakpercayaan dasar adalah suatu penyumbang yang besar terhadap perkembangan gangguan kepribadian skizoid dan, pada kasus yang paling berat, pada perkembangan skizofrenia. Gangguan yang berhubungan dengan zat juga dapat dihubungkan dengan ketidakpercayaan sosial ; kepribadian tergantung - zat mempunyai kebutuhan ketergantungan - oral yang kuat dan menggunakan zat kimia untuk memuaskan dirinya sendiri karena mereka percaya bahwa manusia adalah tidak dapat dipercaya dan, yang paling buruk, adalah berbahaya. Jika tidak diasuh dengan tepat, bayi merasa kosong dan kelaparan bukan hanya untuk makanan tetapi juga untuk stimulasi sensual dan visual. Sebagai orang dewasa, mereka dapat menj'adi pencari getaran yang merangsang yang tidak melibatkan keintiman dan yang membantu menghindari perasaan depresi.

Otonomi

Saat anak berusaha untuk berkembang menjadi manusia yang otonom, stadium yang seringkali disebut "dua hal yang menakutkan" (the terrible twos), mengingat pada kesengajaan anak yang baru belajar berjalan pada stadium perkembangan. Jika rasa malu dan ragu-ragu melebihi otonomi, keraguan kompulsif dapat terjadi. Kekakuan kepribadian obsesif juga disebabkan dari


(21)

keragu-raguan yang meluap-luap.

Toilet training yang terlalu berlebihan yang sering dilakukan dalam masyarakat sekarang, yang memerlukan tubuh yang bersih, tepat waktu, dan wangi dapat menyebabkan kepribadian kompulsif yang berlebihan yang suka menyakitkan, sangat teliti, dan mementingkan diri sendiri. Dikenal sebagai kepribadian anal. Orang tersebut adalah pelit, tepat waktu, dan perfesionistik.

Terlalu banyak perasaan malu mnyebabkan anak merasa jahat atau kotor dan dapat membuka jalan untuk perilaku kenakalan. Sebagai akibatnya , anak berkata "jika hal itu adalah yang mereka pikirkan tentang saya , maka itulah yang akan saya lakukan. "Kepribadian paranoid merasa bahwa orang lain mencoba untuk menguasai mereka, suatu perasaan yang mungkin berasal selama stadiun otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu. Jika disertai dengan ketidakpercayaan, ditanam benih untuk waham-waham persekutorik. Gangguan impulsif dapat dijelaskan sebagai penolakan seseorang untuk dihalangi atau dikendalikan

Inisiatif

Erikson menyatakan, :Di dalam patologi, konflik di atas inisiatif diekspresikan dalam penyangkalan histerikal Hysterical denial), yang menyebabkan penekanan harapan atau pembatalan organ pelaksana dengan paralisis atau impotensi ; atau senang pamer yang terlalu berlebihan, di mana individu yang ketakutan, terlalu ingin untuk merendah , malahan sebenarnya menonjol dirinya. Di masa lalu, histeria biasanya merupakan bentuk regresi patologis yang umum didalam bidang ini, tetapi loncatan ke penyakit psikosomatis adalah tidak diketahui

Rasa bersalah yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai keadaan, seperti gangguan kecemasan umum dan fobia. Pasien merasa bersalah karena impuls normalnya, dan mereka menekan impuls tersebut, dengan menyebabkan pembentukan gejala .Inhibisi seksual dapat terjadi selama stadium inisiatif lawan rasa bersalah. Gangguan konversi atau kecemasan fobia dapat terjadi jika konflik oedipal tidak dipecahkan. Saat fantasi seksual diterima sebagai tidak dapat diwujudkan, anak dapat menghukum dirinya sendiri atas fantasi tersebut dengan melukai genitalianya. Di dalam penyerangan yang brutal terhadap superego yang sedang berkembang, mereka dapat menekan keinginannya dan mulai untuk menyangkalnya. Jika pola dibawa terus , paralisis, inhibisi, atau impotensi dapat


(22)

terjadi. Atau, dalam rasa takut tidak mampu untuk menikmati hidup seperti yang diharapkan orang lain, anak mungkin kembali kepenyakit psikosomatis.

Industri

Erikson menggambarkan industri sebagai suatu "rasa mampu untuk membuat sesuatu dan membuatnya baik dan bahkan secara sempurna. "Jika usaha anak dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tidak dapat dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tidak dapat dicapai atau mereka tidak bermanfaat, dan rasa inferioritas berkembang. Pada orang dewasa, perasaan inferioritas tersebut dapat menyebabkan hambatan kerja yang berat dan suatu struktur karakter yang ditandai dengan perasaan dapat menyebabkan dorongan kompensasi untuk mencari uang, kekuasaan, dan martabat. Pekerjaan dapat menjadi tujuan utama kehidupan, melebihi keintiman.

Identitas

Banyak gangguan pada masa remaja dapat dihubungkan dengan kebingungan identitas (identity confusion). Bahaya adalah difusi peran. Erikson menyatakan: Jika hal ini didasarkan pada rasa ragu-ragu yang kuat sebelumnya seperti pada identitas seksual seseorang. Peristiwa kejahatan dan psikotik seketika adalah tidak jarang. Jika didiagnosis dan diobati dengan tepat , peristiwa tersebut tidak mempunyai kepentingan fatal yang sama seperti pada usia lainnya. Hal ini terutama adalah ketidakmampuan untuk menentukan suatu identitas okupasional yang mengganggu orang muda. Untuk menjaga diri mereka bersama-sama, mereka kadang-kadang mengidentifikasi secara bertebihan dengan pahlawan kelompok dan masyarakat, sampai titik yang tampaknya kehilangan identitas sepenuhnya.

Gangguan lain selama stadium identitas lawan difusi peran adalah gangguan konduksi, gangguan perilaku mengacu (distruptive behavior disorders), gangguan identitas jenis kelamin, gangguan skizofreniform, dan gangguan psikotik lainnya. Kemampuan untuk meninggalkan rumah dan hidup secara mandiri adalah tugas penting selama periode ini. Ketidakmampuan untuk terpisah dari orang tuanya dan ketergantungan yang lama dapat terjadi.


(23)

Keintiman

Keberhasilan membentuk perkawinan dan keluarga yang stabil tergantung pada kemampuan untuk menjadi intim. Tahun-tahun masa dewasa muda adalah penting untuk memutuskan apakah akan menikah dan dengan siapa. Identitas jenis kelamin menentukan objek pilihan, apakah heteroseksual atau homoseksual , tetapi membuat hubungan yang intim dengan orang lain adalah tugas yang utama. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tetap terisolasi dari orang lain karena rasa takut, kecurigaan, ketidakmampuan untuk mengambil risiko, atau tidak adanya kemampaun untuk mencinta.

Generativas

Dari kira-kira usia 40 sampai 65 tahun, yaitu periode masa dewasa pertengahan, gangguan spesifik adalah kurang jelas ditetapkan dibandingkan di dalam stadium lain yang digambarkan oleh Erikson. Orang setengah tua menunjukkan insidensi depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda, yang mungkin berhubungan dengan kekecewaan dan kegagalan harapan orang setengah tua saat mereka mengenang kembali masa lalu, mengingat bagaimana kehidupan mereka telah berjalan, dan menghadapi masa depan. Peningkatan penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya juga terjadi pada saat ini.

Integritas

Gangguan kecemasan seringkali berkembang pada lanjut usia. Di dalam rumusan Erikson, perkembangan tersebut mungkin berhubungan dengan tinjauan balik seseorang ke masa lalunya dengan rasa panik. Waktu telah berjalan , dan kesempatan telah dipergunakan. Penurunan fungsi fisik dapat berperan pada penyakit psikosomatik, hipokondriasis, dan depresi. Angka bunuh diri adalah paling tinggi setelah usia 65 tahun. Orang yang menghadapi kematian mungkin tidak dapat mentoleransi hal tersebut jika mereka belum bersikap generatif atau mampu membuat perlekatan yang erat di dalam kehidupannya. Integritas bagi Erikson drtandai dengan penerimaan tersebut tidak ada, oang memasuki keadaan keputus-asaan dan ketidakberdayaan yang dapat menyebabkan gangguan depresi yang berat.


(1)

mencapai inisiatif dalam genitalitas, kenikmatan sensual pada masa anak-anak bergabung dengan ide orgasme genital, dan dewasa muda adalah mampu untuk bercinta dan membagi cinta dengan orang lain. Melalui krisis keintiman lawan isolasi , seseorang lebih nementingkan ekslusivitas ketergantungan yang lebih awal dan mendapatkan hubungan yang saling menguntungkan dengan kelompok sosial yang lebih luas dan bermacam-macam.

Erikson mengutip pandangan Freud bahwa seseorang yang normal harus mampu mencita dan bekerja (lieben und arbeiten). Demikian juga Erikson percaya oahwa pekerjaan yang berarti, pemanfaatan waktu luang, dan rekreasi di dalam hubungan yang penuh kasih sayang adalah suatu impian.

Stadium 7. Generativitas lawan stagnasi (generativity versus stagnation). (Usia 40 tahun sampai 65 tahun). Selama dasawarsa yang terentang dalam tahun-tahun pertengahan kehidupan, orang dewasa memilih antara generativitas dan stagnasi. Generativitas bukan hanya mempermasalahkan seseorang memiliki atau membesarkan anak-anak tetapi juga termasuk minat yang vital terhadap lingkungan di luar rumah dalam membentuk dan memimpin generasi yang akan datang atau memperbaiki masyarakat. Orang yang tanpa anak dapat bersifat generatif jika mereka mengembangkan rasa altruisme (mementingkan kepentingan orang lain) dan kreativitas. Tetapi sebagian besar orang jika mampu, ingin melanjutkan kepribadian dan energinya dalam menghasilkan dan perawatan keturunannya . Tetapi, menginginkan atau memiliki anak, tidak memastikan generativitas. Orang tua harus mencapai identitasnya sendiri secara berhasil untuk dapat benar-benar generatif.

Orang dewasa yang tidak mempunyai minat dalam memimpin atau membentuk generasi yang mendatang kemungkinan mencari secara obsesif keintiman yang tidak benar-benar intim. Orang tersebut kemungkinan menikah dan bahkan menghasilkan anak-anak tetapi semuanya dalam suatu kepompong masalah diri sendiri dan isolasi. Orang tersebut memanjakan dirinya sendiri seakan-akan mereka adalah anak-anak dan menjadi asyik dengan dirinya sendiri .Sebenarnya , orang tua yang tidak benar-benar yakin bahwa kehidupan didalam lingkungan tertentu adalah bermanfaat mungkin menemukan bahwa anak-anak mereka menyerap pesan tersebut hanya terlalu baik, hasilnya adalah tidak mempunyai cucu-cucu.


(2)

mengatasi tidak adanya kreativitas adalah berbahaya karena orang tidak mampu untuk menerima pada akhirnya tidak ada dan ide bahwa kematian adalah merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan.

Stadium 8. Integritas lawan keputus-asaan dan isolasi (integrity versus despair). Usia tua adalah stadium kedelapan dari siklus kehidupan Erikson. Stadium kedelapan dari siklus kehidupan Erikson. Stadium digambarkan sebagai konflik antara integritas (rasa kepuasan yang dirasakan seseorang sebagai pencerminan kehidupan yang produktif) dan keputus-asaan (rasa bahwa kehidupan mempunyai sedikit tujuan atau arti). Masa dewasa akhir dapat merupakan suatu periode kesenangan-suatu waktu untuk bersenang-senang dengan cucu-cucu, untuk mengingat usaha besar seseorang, dan kemungkinan untuk melihat buah yang dihasilkan seseorang digunakan secara baik oleh generasi yang lebih muda. Integritas memungkinkan penerimaan tempat di dalam siklus kehidupan dan pengatahuan bahwa kehidupan seseorang adalah tanggung jawabnya sendiri. Terdapat suatu penerimaan tentang siapa dan di mana orang tua seseorang dan pengertian bagaimana mereka menjalani kehidupannya.

Tanpa keyakinan bahwa kehidupan seseorang telah berarti dan seseorang telah memberikan sumbangan, baik dengan menghasilkan anak-anak yang senang atau dengan memberi pada generasi selanjutnya, orang lanjut usia merasa takut akan kematian dan mempunyai rasa putus asa atau muak. Orang yang membenci orang lain atau orang yang merendahkan orang lain berada dalam keadaan putus asa.

Baru-baru ini, Erikson menulis tentang masalah orang yang berusia di atas 85 tahun yang harus menyeimbangkan otonomi dengan kebutuhan nyata untuk pertolongan (sebagai contohnya, bantuan fisik dan ekonomi). Setiap orang harus mengenali bahwa menjadi tua memerlukan persiapan yang aktif, yang harus dimulai pada stadium kehidupan yang lebih awal. Karena masyarakat belum disiapkan untuk memenuhi kebutuhan orang yang sangat lanjut usia, tanggung jawab terbesar tetap di tangan individu.

Didalam kata-kata kesimpulan tentang stadium ini dalam "Childhood and Society," Erikson menulis hal berikut ini : "anak-anak yang sehat tidak akan merasa takut akan kehidupan jika orang tuanya mempunyai integritas yang cukup untuk tidak merasa takut mati."


(3)

PSIKOPATOLOGI

Tiap stadium siklus kehidupan mempunyai hasil psikopatologi sendiri jika tidak diatasi dengan berhasil

Kepercayaan dasar.

Suatu gangguan pada kepercayaan dasar menyebabkan ketidakpercayaan dasar. Kepercayaan sosial pada bayi ditandai dengan kemudahan memberikan makan , kedalaman tidur, dan homeostasis fisiologis umum. Persiapan yang lama selama masa bayi dapat menyebabkan Hospitalisme atau depresi anaklitik. Di dalam kehidupan di kemudian hari kehilangan kepercayaan tersebut dapat dimanifestasikan dengan gangguan distimik, suatu gangguan depresif, atau rasa ketidakberdayaan . Orang yang mengembangkan dan mengandalkan pada pertahanan proyeksi-di mana , menurut Erikson, "kita membantu orang yang berarti dengan kejahatan yang sebenarnya berada di dalam diri kita mengalami rasa ketidakpercayaan sosial pada tahun-tahun pertama kehidupannya dan kemungkinan mengalami gangguan paranoid atau delusional. Ketidakpercayaan dasar adalah suatu penyumbang yang besar terhadap perkembangan gangguan kepribadian skizoid dan, pada kasus yang paling berat, pada perkembangan skizofrenia. Gangguan yang berhubungan dengan zat juga dapat dihubungkan dengan ketidakpercayaan sosial ; kepribadian tergantung - zat mempunyai kebutuhan ketergantungan - oral yang kuat dan menggunakan zat kimia untuk memuaskan dirinya sendiri karena mereka percaya bahwa manusia adalah tidak dapat dipercaya dan, yang paling buruk, adalah berbahaya. Jika tidak diasuh dengan tepat, bayi merasa kosong dan kelaparan bukan hanya untuk makanan tetapi juga untuk stimulasi sensual dan visual. Sebagai orang dewasa, mereka dapat menj'adi pencari getaran yang merangsang yang tidak melibatkan keintiman dan yang membantu menghindari perasaan depresi.

Otonomi

Saat anak berusaha untuk berkembang menjadi manusia yang otonom, stadium yang seringkali disebut "dua hal yang menakutkan" (the terrible twos), mengingat pada kesengajaan anak yang baru belajar berjalan pada stadium perkembangan. Jika rasa malu dan ragu-ragu melebihi otonomi, keraguan kompulsif dapat terjadi. Kekakuan kepribadian obsesif juga disebabkan dari


(4)

keragu-raguan yang meluap-luap.

Toilet training yang terlalu berlebihan yang sering dilakukan dalam masyarakat sekarang, yang memerlukan tubuh yang bersih, tepat waktu, dan wangi dapat menyebabkan kepribadian kompulsif yang berlebihan yang suka menyakitkan, sangat teliti, dan mementingkan diri sendiri. Dikenal sebagai kepribadian anal. Orang tersebut adalah pelit, tepat waktu, dan perfesionistik.

Terlalu banyak perasaan malu mnyebabkan anak merasa jahat atau kotor dan dapat membuka jalan untuk perilaku kenakalan. Sebagai akibatnya , anak berkata "jika hal itu adalah yang mereka pikirkan tentang saya , maka itulah yang akan saya lakukan. "Kepribadian paranoid merasa bahwa orang lain mencoba untuk menguasai mereka, suatu perasaan yang mungkin berasal selama stadiun otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu. Jika disertai dengan ketidakpercayaan, ditanam benih untuk waham-waham persekutorik. Gangguan impulsif dapat dijelaskan sebagai penolakan seseorang untuk dihalangi atau dikendalikan

Inisiatif

Erikson menyatakan, :Di dalam patologi, konflik di atas inisiatif diekspresikan dalam penyangkalan histerikal Hysterical denial), yang menyebabkan penekanan harapan atau pembatalan organ pelaksana dengan paralisis atau impotensi ; atau senang pamer yang terlalu berlebihan, di mana individu yang ketakutan, terlalu ingin untuk merendah , malahan sebenarnya menonjol dirinya. Di masa lalu, histeria biasanya merupakan bentuk regresi patologis yang umum didalam bidang ini, tetapi loncatan ke penyakit psikosomatis adalah tidak diketahui

Rasa bersalah yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai keadaan, seperti gangguan kecemasan umum dan fobia. Pasien merasa bersalah karena impuls normalnya, dan mereka menekan impuls tersebut, dengan menyebabkan pembentukan gejala .Inhibisi seksual dapat terjadi selama stadium inisiatif lawan rasa bersalah. Gangguan konversi atau kecemasan fobia dapat terjadi jika konflik oedipal tidak dipecahkan. Saat fantasi seksual diterima sebagai tidak dapat diwujudkan, anak dapat menghukum dirinya sendiri atas fantasi tersebut dengan melukai genitalianya. Di dalam penyerangan yang brutal terhadap superego yang sedang berkembang, mereka dapat menekan keinginannya dan mulai untuk menyangkalnya. Jika pola dibawa terus , paralisis, inhibisi, atau impotensi dapat


(5)

terjadi. Atau, dalam rasa takut tidak mampu untuk menikmati hidup seperti yang diharapkan orang lain, anak mungkin kembali kepenyakit psikosomatis.

Industri

Erikson menggambarkan industri sebagai suatu "rasa mampu untuk membuat sesuatu dan membuatnya baik dan bahkan secara sempurna. "Jika usaha anak dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tidak dapat dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tidak dapat dicapai atau mereka tidak bermanfaat, dan rasa inferioritas berkembang. Pada orang dewasa, perasaan inferioritas tersebut dapat menyebabkan hambatan kerja yang berat dan suatu struktur karakter yang ditandai dengan perasaan dapat menyebabkan dorongan kompensasi untuk mencari uang, kekuasaan, dan martabat. Pekerjaan dapat menjadi tujuan utama kehidupan, melebihi keintiman.

Identitas

Banyak gangguan pada masa remaja dapat dihubungkan dengan kebingungan identitas (identity confusion). Bahaya adalah difusi peran. Erikson menyatakan: Jika hal ini didasarkan pada rasa ragu-ragu yang kuat sebelumnya seperti pada identitas seksual seseorang. Peristiwa kejahatan dan psikotik seketika adalah tidak jarang. Jika didiagnosis dan diobati dengan tepat , peristiwa tersebut tidak mempunyai kepentingan fatal yang sama seperti pada usia lainnya. Hal ini terutama adalah ketidakmampuan untuk menentukan suatu identitas okupasional yang mengganggu orang muda. Untuk menjaga diri mereka bersama-sama, mereka kadang-kadang mengidentifikasi secara bertebihan dengan pahlawan kelompok dan masyarakat, sampai titik yang tampaknya kehilangan identitas sepenuhnya.

Gangguan lain selama stadium identitas lawan difusi peran adalah gangguan konduksi, gangguan perilaku mengacu (distruptive behavior disorders), gangguan identitas jenis kelamin, gangguan skizofreniform, dan gangguan psikotik lainnya. Kemampuan untuk meninggalkan rumah dan hidup secara mandiri adalah tugas penting selama periode ini. Ketidakmampuan untuk terpisah dari orang tuanya dan ketergantungan yang lama dapat terjadi.


(6)

Keintiman

Keberhasilan membentuk perkawinan dan keluarga yang stabil tergantung pada kemampuan untuk menjadi intim. Tahun-tahun masa dewasa muda adalah penting untuk memutuskan apakah akan menikah dan dengan siapa. Identitas jenis kelamin menentukan objek pilihan, apakah heteroseksual atau homoseksual , tetapi membuat hubungan yang intim dengan orang lain adalah tugas yang utama. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tetap terisolasi dari orang lain karena rasa takut, kecurigaan, ketidakmampuan untuk mengambil risiko, atau tidak adanya kemampaun untuk mencinta.

Generativas

Dari kira-kira usia 40 sampai 65 tahun, yaitu periode masa dewasa pertengahan, gangguan spesifik adalah kurang jelas ditetapkan dibandingkan di dalam stadium lain yang digambarkan oleh Erikson. Orang setengah tua menunjukkan insidensi depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda, yang mungkin berhubungan dengan kekecewaan dan kegagalan harapan orang setengah tua saat mereka mengenang kembali masa lalu, mengingat bagaimana kehidupan mereka telah berjalan, dan menghadapi masa depan. Peningkatan penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya juga terjadi pada saat ini.

Integritas

Gangguan kecemasan seringkali berkembang pada lanjut usia. Di dalam rumusan Erikson, perkembangan tersebut mungkin berhubungan dengan tinjauan balik seseorang ke masa lalunya dengan rasa panik. Waktu telah berjalan , dan kesempatan telah dipergunakan. Penurunan fungsi fisik dapat berperan pada penyakit psikosomatik, hipokondriasis, dan depresi. Angka bunuh diri adalah paling tinggi setelah usia 65 tahun. Orang yang menghadapi kematian mungkin tidak dapat mentoleransi hal tersebut jika mereka belum bersikap generatif atau mampu membuat perlekatan yang erat di dalam kehidupannya. Integritas bagi Erikson drtandai dengan penerimaan tersebut tidak ada, oang memasuki keadaan keputus-asaan dan ketidakberdayaan yang dapat menyebabkan gangguan depresi yang berat.