MODUL SISTEM PEMADAM KEBAKARAN UNTUK MATA PELAJARAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI SMK DARUNNAJAH BANJARMANGU.

(1)

DARUNNAJAH BANJARMANGU

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Oleh :

AKBAR RIDHO SUPANGAT NIM.08502241024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015


(2)

(3)

(4)

iv Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Akbar Ridho Supangat

NIM : 08502241024

Program Studi : Pendidikan Teknik Elektronika

Judul Tugas Akhir Skripsi : Modul Sistem Pemadam Kebakaran untuk Mata Pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di SMK Darunnajah Banjarmangu

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana atau gelar lainnya di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis oleh orang lain, kecuali tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Juni 2015 Yang Menyatakan

Akbar Ridho S NIM.08502241024


(5)

v

DARUNNAJAH BANJARMANGU Oleh:

Akbar Ridho Supangat NIM. 08502241024

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul pembelajaran Sistem Pemadam Kebakaran dan tingkat kelayakan modul pembelajaran Sistem Pemadam Kebakaran sebagai modul pembelajaran mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) pada Jurusan TeknikBroadcastingdi SMK Darunnajah Banjarmangu.

Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development. Objek penelitian ini adalah Modul Pembelajaran Sistem Pemadam Kebakaran. Tahap penyusunan modul meliputi 1). Potensi dan masalah, 2). Pengumpulan data, 3). Desain produk, 4). Validasi desain, 5). Revisi desain, 6). Uji coba produk, dan 7). Revisi produk. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan Angket. Adapun validasi media pembelajaran melibatkan dua ahli materi pembelajaran dan dua ahli media pembelajaran dan 30 siswa untuk diminta tanggapannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul pembelajaran Sistem Pemadam Kebakaran ini terdiri dari bagian lembar sampul, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, glossary, mekanisme pembelajaran, pendahuluan, petunjuk penggunaan modul, kegiatan belajar 1, kegiatan belajar 2, rangkuman, latihan soal, umpan balik, tindak lanjut, kunci jawaban dan daftar pustaka. Hasil validasi isi oleh ahli materi pembelajaran memperoleh tingkat validitas dengan persentase 87.5% dengan kategori sangat layak, validasi konstruk oleh ahli media pembelajaran memperoleh tingkat validitas dengan persentase 82.925% dengan kategori sangat layak. Sedangkan tanggapan siswa di SMK Darunnajah Banjarmangu mendapatkan validitas sebesar 76.77% dengan kategori sangat layak.


(6)

vi MOTTO

“Perjalanan hidup sama seperti perjalanan di jalan raya, Selalu ada tujuan saat berjalan”

(Myself)

“Imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan.” (Albert Einstein)

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan

untuk berhasil ” (Mario Teguh)

“Stay Hungry, Stay Foolish” (Steve Jobs, Apple.Inc)

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Skripsi ini Saya persembahkan kepada :

Bapak, Ibu, adik-adik dan seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang sangat membangun.

Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi, Bpk Drs. Muhammad Munir,M.Pd, Dosen Penasehat Akademik, Bpk Slamet,M.Pd yang selalu membimbing dan memotivasi untuk semangat dalam belajar dan penyelesaian Tugas Akhir Skripsi

ini

Rekan-rekan sahabat Kelas A 2008 Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY. Terimakasih atas dukungan, bantuan, inspirasi dan semangat kalian dalam

penyelesaihan Tugas Akhir Skripsi ini.

Rekan- rekan Sahabat dari seluruh civitas akademik di Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dan laporan dengan judul ” Modul Sistem Pemadam Kebakaran untuk Mata Pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di SMK Darunnajah Banjarmangu”.

Penulis menyadari sepenuhnya keberhasilan tugas akhir skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik itu secara langsung mapun tidak langsung. Dengan kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesarnya kepada :

1. Bapak Dr. Moch Bruri Triyono selaku Dekan Fakulatas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Muhammad Munir, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta sekaligus dosen Pembimbing tugas akhir skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini.

3. Orang Tua yang telah memberikan kesempatan untuk menggapai cita-cita. 4. Para Dosen, Teknisi Lab, dan Staff Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika

yang telah memberikan bantuan hingga terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.

5. Bapak Suyitno, S.Pd, selaku Kepala sekolah SMK Darunnajah Banjarmangu. 6. Bapak Feri Setiawan,S.Kom selaku guru Jurusan Teknik Audio Video SMK

Darunnajah Banjarmangu.

7. Seluruh siswa kelas XI Jurusan Teknik Broadcasting SMK Darunnajah Banjarmangu atas partisipasi dan bantuannya dalam ujicoba instrumen penelitian.

8. Seluruh teman-teman mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika Universitas Negeri Yogyakarta dan Himpunan Mahasiswa Elektronika dan Informatika yang telah memberikan bantuan dan semangatnya.


(8)

viii

sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang sangat membangun sangat dibutuhkan guna menyempurnakan laporan tugas akhir skripsi ini. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, Juni 2015


(9)

ix

HALAMAN SAMPUL... i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

ABSTRAK... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI... 8

A. Deskripsi Teoritis ... 8

1. Modul... 8

a. Pengertian Modul ... 8

b. Tujuan Modul... 9

c. Karakteristik Modul ... 11


(10)

x

g. Manfaat Penggunaan Modul ... 29

h. Proses Pengembangan Modul ... 30

i. Kelayakan Modul Pembelajaran ... 31

2. Sistem Pemadam Kebakaran ...38

a. Definisi Kebakaran ... 38

b. Unsur-Unsur Terjadinya Kebakaran... 39

c. Klasifikasi Kebakaran ... 39

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan ... 47

C. Keranga Pikir... 50

D. Pertanyaan Penelitian ... 52

BAB III METODE PENELITIAN... 53

A. Metode Penelitian ... 53

1. Pengertian Penelitian dan Pengembangan ... 53

2. Langkah Penelitian dan Pengembangan ... 53

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 65

1. Waktu penelitian ... 65

2. Tempat penelitian ... 65

C. Objek Penelitian ... 65

D. Instrumen Penelitian ... 66

1. Instrumen Kelayakan untuk Ahli Materi ... 67

2. Instrumen Kelayakan Untuk Ahli Media ... 68

3. Instrumen Untuk Penilaian Guru ... 69


(11)

xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 77

A. Deskripsi Langkah Penyusunan Modul... 77

1. Potensi dan Masalah ... 77

2. Pengumpulan Data ... 79

3. Desain Produk ... 80

4. Validasi Desain ... 88

5. Revisi Desain ... 88

6. Uji Coba Produk ... 89

7. Revisi Produk ... 90

B. Analisis Kelayakan Modul ... 90

1. Hasil Uji Validasi Ahli Materi ... 91

2. Hasil Uji Validasi Ahli Media ... 93

3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 96

4. Tanggapan siswa ... 86

C. Pembahasan ...100

1. Bagaimana penyusunan Modul Sistem Pemadam Kebakaran untuk mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SMK Darunnajah Banjarmangu? ...100

2. Bagaimana kelayakan Modul Sistem Pemadam Kebakaran untuk mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SMK Darunnajah Banjarmangu? ...102


(12)

xii

C. Saran ...105 DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN ... 108


(13)

xiii

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir ...51

Gambar 2. MetodeReseartch And DevelopmentMenurut Sugiyono...54

Gambar 3. Langkah-Langkah Penyusunan Modul ...57

Gambar 4. Desain lembar sampul...61

Gambar 5. Sampul Modul ...82

Gambar 6. Diagram Batang Persentase Hasil Uji Validasi Ahli Materi...93

Gambar 7. Diagram Batang Persentase Hasil Uji Validasi Ahli Media ...95


(14)

xiv

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran K3 ...59

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrument Untuk Ahli Materi ...68

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrument Untuk Ahli Media ...69

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrument Untuk Siswa ...70

Tabel 5. Skor Pernyataan ...71

Tabel 6. Kategori Kelayakan BerdasarkanRating Scale...76

Tabel 7. Daftar Buku Pedoman kriteria Pembuatan Modul...80

Tabel 8. Daftar Buku Acuan Pembuatan Isi Materi Modul ...80

Tabel 9. Hasil Uji Validasi Ahli Materi...92

Tabel 10. Persentase Hasil Uji Validasi Ahli Materi ...92

Tabel 11. Hasil Uji Validasi Ahli Media ...94

Tabel 12. Persentase Hasil Uji Validasi Ahli Media ...95

Tabel 13. Tabel Hasil Tanggapan oleh Siswa...97


(15)

xv

Lampiran 1. Surat Keputusan Dekan Fakultas Teknik UNY ...109

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian...110

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Provinsi DIY ...111

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Provinsi Semarang...112

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Kabupaten Banjarnegara ...114

Lampiran 6. Surat Pernyataan Validasi Instrumen Penelitian ...115

Lampiran 7. Lembar Validasi oleh Ahli Materi ...116

Lampiran 8. Lembar Validasi oleh Ahli Media...122

Lampiran 9. Lembar Tanggapan oleh Siswa ...128

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ...134

Lampiran 11. Analisis Butir Pertanyaan...135

Lampiran 12. Daftar Nilai Kelas XI ...136

Lampiran 13. Silabus Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...137


(16)

1

A. Latar Belakang

Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan mencetak tenaga kerja terampil dan terdidik yang siap kerja. Terdapat berbagai macam jurusan yang dapat dipilih seorang siswa sesuai dengan minatnya, seperti jurusan broadcasting, akutansi, komputer dan jaringan. Program keahlian yang ditawarkan SMK pada umumnya disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Melalui pendidikan di SMK seseorang diharapkan memiliki kompetensi tertentu dan kecakupan hidup yang dapat digunakan sebagai bekal di masa depan.

SMK merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan menciptakan lulusan yang berkompeten, namun pada kenyataannya untuk mewujudkannya masih banyak mengalami kendala. Kurangnya sarana prasarana penunjang proses pembelajaran, keterbatasan waktu pembelajaran di sekolah, ketergantungan belajar siswa, pembelajaran masih bersifat konversional, pemahaman konsep materi pembelajaran yang masih kurang, serta permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut dapat mengakibatkan kurangnya minat belajar siswa sehingga membuat prestasi siswa yang cenderung rendah. Oleh sebab itu diperlukan suatu pembenahan untuk mendukung kegiatan pembelajaran siswa sehingga dapat meningkatkan mutu lulusan SMK.

Seperti halnya juga pada SMK Darunnajah Banjarmangu, terdapat beberapa permasalahan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan


(17)

pengamatan, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, antara lain: pembelajaran dikelas kurang menarik, siswa lebih banyak ditugaskan untuk mencatat materi pembelajaran, siswa cenderung belajar hanya pada saat akan dilakukan tes, belum terdapat media pembelajaran cetak, siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa berbeda-beda dalam kecepatan belajar ada yang cepat memahami, lambat memahami materi, kurangnya kemandirian belajar siswa, serta dilihat dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran K3 sebagian besar siswa belum mencapai nilai KKM yaitu 75, hasil belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 136.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dikembangkan bentuk-bentuk pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan individu siswa. Dalam pembelajaran yang bersifat individual siswa diakui perbedaan individualnya yang menyangkut cara belajar siswa, kecepatan belajar, peran aktif siswa serta sikap mandiri siswa dalam mempelajari mata pelajaran. Salah satu langkah relevan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memberikan media pendukung pembelajaran siswa. Media pembelajaran menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Media pendidikan dapat diberikan dalam bentuk alat peraga atau visual seperti gambar atau tulisan. Penggunaan media dapat disesuaikan dengan kondisi siswa dan materi yang akan diajarkan.

Media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau perlengkapan yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka


(18)

berkomunikasi dengan siswa. Ada bebagai jenis media yang saat ini telah digunakan dalam kegiatan pembelajaran, antara lain media cetak, media visual, media audio serta media penunjang pembelajaran lainnya. Media cetak tergolong media yang paling umum digunakan dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah. Seperti halnya modul, diktat, job sheet, serta hand out, yang pada dasarnya merupakan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran di SMK baik teori maupun praktik. Ada berbagai media pembelajaran yang bersifat individual dan mandiri diantaranya yang sesuai adalah menggunakan modul. Materi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu tentang Sistem Pemadam Kebakaran, pada Kompetensi Dasar Melaksanakan Sistem Pemadam Kebakaran, Standar Kompetensi Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja karena kurangnya materi tentang Sistem Pemadam Kebakaran, sehingga dibutuhkan salah satu bahan ajar untuk membantu siswa dalam mempelajari Sistem Pemadam Kebakaran. Salah satu bahan ajar tersebut dalam bentuk modul.

Sistem pemadam kebakaran sangat penting karena setiap tempat memiliki potensi terjadinya kebakaran baik pada bangunan gedung, komplek perumahan dan juga hutan, yang semuanya itu terjadi akibat ulah manusia, kurangnya pengetahuan tentang kebakaran dan tidak tersedianya peralatan pemadam kebakaran yang memadai. Kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa harta benda, manusia dan juga kerusakan lingkungan. Tingkat kedisiplinan yang masih rendah tentang pentingnya menyediakan sarana/ alat pencegahan/ penanggulangan kebakaran. Kebakaran ada berbagi jenis dan


(19)

berbeda pula cara pemadamannya harus tepat apabila salah akan mengakibatkan bertambahnya kerusakan, oleh sebab itu siswa harus mengetahuinya dengan baik. Penerapan modul pembelajaran sistem pemadam kebakaran dirasa sesuai untuk mengedepankan pemahaman konsep keselamatan dan kesehatan kerja serta meningkatkan kemampuan individual dan minat belajar mandiri siswa.

Guna menunjang kualitas pembelajaran dan kemandirian siswa maka diperlukan pengembangan media yang dapat membantu guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang permasalahan maka pengembangan dan implementasi modul sistem pemadam kebakaran, diharapkan dapat mengatasi permasalahan pada mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SMK Darunnajah Banjarmangu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka identifikasi masalah yang dapat penulis sampaikan adalah:

1. Kegiatan pembelajaran masih kurang menarik minat belajar siswa. 2. Siswa cenderung belajar saat akan dilakukan tes.

3. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

4. Kemampuan siswa berbeda-beda dalam kecepatan belajar.

5. Kurangnya kemandirian dalam kegiatan belajar siswa, pada mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).


(20)

7. Belum tersedia modul pembelajaran untuk menunjang kegiatan pembelajaran siswa, khususnya modul system pemadam kebakaran pada mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

8. Kurangnya pengetahuan siswa tentang jenis kebakaran dan peralatan pemadam kebakaran yang memadai.

C. Batasan Masalah

Dengan belum tersedianya modul, maka perlu sekali dikembangkan Modul Sistem Pemadam Kebakaran untuk mendukung kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Oleh sebab itu, penelitian ini hanya akan dibatasi pada penyusunan Modul Sistem Pemadam Kebakaran dan kelayakan untuk mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja di SMK Darunnajah Banjarmangu, Kompetensi Dasar Melaksanakan Prosedur Sistem Pemadam Kebakaran, Standar Kompetensi Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

D. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian pengembangan ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penyusunan Modul Sistem Pemadam Kebakaran untuk mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SMK Darunnajah Banjarmangu?

2. Bagaimana kelayakan Modul Sistem Pemadam Kebakaran untuk mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SMK Darunnajah Banjarmangu?


(21)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menyusunan Modul Sistem Pemadam Kebakaran untuk mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SMK Darunnajah Banjarmangu.

2. Mengetahui kelayakan Modul Sistem Pemadam Kebakaran sebagai media pembelajaran untuk mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SMK Darunnajah Banjarmangu.

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan harapan mampu memberikan manfaat dan kontribusi baik secara teoritis maupun praktis, yakni sebagai berikut:

a. BagiPenulis

Melalui penelitian ini peneliti akan memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian dan mencoba memberi rekomendasi pengembangan bahan ajar dalam bentuk modul sehingga meningkatkan keterampilannya. b. BagiGuru dan Pihak Sekolah

Memberi alternatif bahan ajar berupa modul sistem pemadam kebakaran yang inovatif sehingga dapat memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar serta memberikan gambaran tentang tingkat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).


(22)

c. Bagi Siswa

Melalui modul sistem pemadam kebakaran akan membantu siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajarnya, sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran sekaligus mampu memaknai hal-hal yang mereka peroleh karena terjadi interaksi langsung dengan objek yang dipelajarinya.

d. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi ataupun kajian yang lebih mendalam mengenai pentingnya pemilihan media pembelajaran yang tepat demi memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa.


(23)

8 A. Deskripsi Teoritis

1. Modul

a. Pengertian Modul

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik mencangkup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri. Modul dapat digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing individu secara efektif dan efisien. Menurut Vembriarto (1975:22) suatu modul adalah suatu praktek pengajaran yang membuat satu unit konsep dari pada bahan pelajaran. Pengajaran modul itu merupakan suatu penyelenggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya.Modul ini disajikan dalam bentuk yang bersifat self-instruction. Masing-masing siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya masing-masing.

Modul menurut Depdiknas merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematik dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Pengertian modul menurut Badan Pendidikan Pelatihan Keuangan (2008) modul yang didefinisikan sebagai uraian


(24)

terkecil bahan ajar yang akan memandu fasilitator/ pelatih menyampaikan bahan belajar dalam proses pembelajaran yang sesuai dan terperinci. Modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik (Prastowo,2011:106). Sedangkan menurut Nasution (2008:205) modul merupakan suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Jadi dengan modul siswa akan dapat belajar secara mandiri untuk membantu siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

b. Tujuan Modul

Pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya didasakan atas modul (Nasution,2008:205). Menurut Nasution (2008:205) pengajaran modul memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing.

2) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut caranya masing-masing, oleh sebab mereka menggunakan teknik yang


(25)

berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.

3) Memberi pilihan dari sejumlah besar topik dalam rangka suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahwa pelajar tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.

4) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul remedial, ulangan-ulangan atau variasi dalam cara belajar.

Selain itu, tujuan pembuatan modul menurut Prastowo (2011:108-109) antara lain:

1) Agar peserta didik dapat belajar tanpa atau dengan bantuan pendidik (yang minimal).

2) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran.

3) Melatih kejujuran peserta didik.

4) Mengakomodasi sebagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik. Bagi peserta didik yang kecepatan belajar tinggi, maka mereka dapat lebih cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat pula, dan sebaliknya bagi yang lambat, maka mereka dipersilahkan untuk mengulangi kembali.

5) Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.


(26)

c. Karakteristik Modul

Setiap jenis media pembelajaran pastinya memiliki karateristik tertentu. Begitu pula dengan modul juga memiliki beberapa karateristik, seperti yang dituliskan Prastowo (2011:110), antara lain: 1) Modul dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri.

2) Merupakan pembelajaran yang utuh dan sistematis. 3) Mengandung tujuan, bahan atau kegiatan dan evaluasi. 4) Disajikan secara komulatif (dua arah).

5) Diupayakan untuk mengganti beberapa peran pengajar. 6) Cakupan bahasa terfokus dan terukur.

7) Serta mementingkan aktifitas belajar pemakai.

Menurut Vembriarto (1975:35-40), modul memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

1) Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruksional. Pengajaran modul menggunakan paket pelajaran yang memuat satu konsep atau unit daripada bahan pelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran modul menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai macam pengindraan, melalui pengalaman mana siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar itu. Siswa diberi kesempatan belajar menurut irama dan kecepatannya masing-masing. Anggapan dasar yang mendasari pengembangan modul ialah bahwa belajar itu merupakan proses yang harus dilakukan oleh siswa itu sendiri. Anggapan dasar ini


(27)

mengandung implikasi luas terhadap penyusunan bahan pelajaran. Tipe media belajar yang dipergunakan dan kesempatan bagi perbedaan-perbedaan individual dalam belajar.

2) Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual. Pada pengajaran klasikal, perbedaan-perbedaan individual itu tidak mungkin mendapat pelayanan yang semestinya dari guru, pengajaran cenderung bersifat menyamaratakan. Perbedaan-perbedaan perorangan yang mempunyai pengaruh penting terhadap peruses belajar yaitu perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, dalam latar belakang akademik dan dalam gaya belajar. Dengan demikian pembelajaran menggunakan modul mengikuti perkembangan masing-masing individu dan menurut kemampuan masing-masing individu.

3) Menurut rumusan tujuan pengajaran secara eksplisit. Tiap-tiap modul memuat rumusan tujuan pengajaran secara spesifik dan eksplisit. Di dalam modul dijelaskan tujuan secara spesifik dan eksplisit agar siswa mengetahui apa tujuan ia belajar. Rumusan tujuan yang demikian sangat berguna bagi penyusun modul, guru dan para siswa untuk mengarahkan dalam hal proses mengajar dan belajar serta mencapai tujuan belajar.

4) Adanya asosiasi, struktur dan urutan pengetahuan. Proses asosiasi ini terjadi karena dengan modul itu, siswa dapat melihat bedanya mendengar suara guru dan membaca teks, juga melihat


(28)

diagram-diagram dari buku modulnya. Materi pelajaran pada buku-buku modul itu dapat disusun mengikuti struktur pengetahuan secara hirarki. Dengan demikian urutan kegiatan belajar dapat tersusun secara teratur.

5) Penggunaan berbagai macam media (multimedia). Siswa memiliki perbedaan dalam kepekaanya terhadap berbagai macam media pengajaran. Dengan modul, siswa dapat terarahkan dalam penggunaan berbagai macam media dalam belajar. Sebab itu pengajaran modul menggunakan berbagai macam media dalam pengajarannya yaitu:

a) Bahan cetakan, misal: buku modul, buku pelajaran, dll b) Bahan visual, misalnya: diagram, foto, slides, film, dll c) Bahan audio, misalnya tape,

d) Tiruan atau benda yang sebenarnya.

e) Interaksi langsung antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan guru.

6) Partisipasi aktif dari pada siswa. Penyelidikan membuktikan, bahwa teknik ceramah hanya mampu mengikat perhatian sekitar 10% dari jumlah siswa dalam kelas. Sebaliknya dalam pengajaran modul, siswa secara aktif berpartisipasi dalam proses belajar. Modul memang disusun sedemikian rupa sehingga bahan pengajaran didalamnya itu bersifatself-intrukstional.


(29)

7) Adanya reinforment langsung terhadap respon siswa. Dalam pengajaran modul secara langsung mendapatkan konfirmasi atas jawaban kegiatan yang benar. Dengan modul siswa juga mendapatkan koreksi langsung dan mencobakan hasil pekerjaannya dengan model jawaban yang benar yaitu terdapat dalam kunci jawaban. Kegiatan tersebut tidak terjadi pada pengajaran klasikal biasa.

8) Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya. Banyak modul yang digunakan untuk mengevaluasikan penguasaan hasil belajar siswa sebelum siswa melanjautkan pada kegiatan belajar berikutnya dalam urutan modul-modul yang harus dikuasai. Rumusan tujuan pengajaran yang spesifik dalam modul itu dapat diubah menjadi item-item tes untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dengan mengubah tujuan pengajaran menjadi item-item tes. Permasalahan tersebut dapat ditentukan dengan pasti apakah yang harus dikuasai oleh siswa apabila mereka telah menyelesaikan kegiatan belajar dalam modul.

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi penggunanya, maka modul harus mencangkup beberapa karateristik tertentu, seperti halnya menurut Badan Pendidikan Pelatihan Keuangan (2009) karateristik untuk pengembangan modul antara lain:


(30)

1) Self intruksional

Self intruksional yaitu seseorang atau siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tiadak tergantung pada pihak lain, karena siswa diharapkan mampu belajar sendiri.Untuk memenuhi karakterSelf intruksional, maka modul harus:

a) Merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan jelas.

b) Mengemas materi pembelajaran kedalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan peserta diklat belajar secara tuntas,

c) Menyedikan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi bembelajaran.

d) Menyajikan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan peserta diklat memberikan respond dan mengukur penguasaanya.

e) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkunan peserta diklat.

f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif. g) Menyajikan rangkuman pembelajaran

h) Menyajikan instrumen penilaian/ assesament, yang memungkinkan peserta didik melakukanself assesament. i) Menyajikan instrument yang dapat digunakan peserta diklat


(31)

j) Menyajikan umpan balik atas penilaian peserta diklat, sehingga peserta diklat mengetahui tingkat penguasaan materi.

k) Menyediakan informasi tentang rujukan/ pengayaan/ referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.

2) Self Contain

Self Contain yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta diklat mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari stu unit kompetensi, harus dilakukan dengtan hati-hati dan memperhatiakan keluasaan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta diklat.

3) Stand Alone

Stand Alone atau berdiri sendiri yaitu modul yang dikembangkan tidak bergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Dengan menggunakan modul, peserta diklat tidak tergantung dan harus menggunakan media lain untuk mempelajari atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta diklat masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain multimedia yang digunakan,


(32)

maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.

4) Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknolohi. Modul dikatakan adaptif apabila modul tersebut menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan modul hendaknya tetap up to date. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

5) User Friendly

Modul hendaknya juga mengikuti kaidah user friendly atau bersahabat dengan pemakainya. Setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentukuser friendly.

d. Prosedur Penyusunan Modul

Penyusunan modul hendaknya direncanakan secara matang sehingga dapat terperoleh modul yang efektif sehingga informasi materi belajar dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh siswa. Penyusunan modul memerlukan persiapan yang matang untuk


(33)

mendapatkan modul yang efektif dalam mengkomunikasikan pesan yang disampaikan. Tujuannya adalah agar modul yang disusun memenuhi beberapa sifat yang telah dijelaskan sebelumnya. Menurut Vembriarto (1975:63-71) langkah-langkah dalam penyusunan modul adalah sebagai berikut:

1) Perumusan tujuan-tujuan

Tujuan pada suatu modul merupakan spesifikasi kualifikasi yang seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah dia berhasil menyelesaikan modul pembelajaran. Dalam suatu modul perlu dijelaskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dimaksud tersebut dapat disusun berdasarkan silabus mata pelajaran.

2) Penyusunancriterion item

Pengajaran di sekolah bertujuan memberikan pengetahuan, menenamkan sifat dan memberikan ketrampilan kepada siswa. Hasil pengajaran itu terlihat pada tingkah laku siswa, tujuan pengajaran (tujuan intruksional khusus) dalam modul itu dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.Untuk mengetahui secara objektif apakah siswa telah berhasil menguasai tujuan pengajaran atau tidak, maka harus digunakan tes valid untuk mengukur prestasi siswa dalam hal tingkah laku yang dipersyaratkan sebagai tujuan yang harus dicapai oleh siswa.


(34)

3) Analisa sifat-sifat dan spesifikasientri behavior

Biasanya siswa memulai mengerjakan tes dalam modul setelah memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang ada hubungannya dengan apa yang telah dimiliki sebelumnya yang dibawanya dalam situasi belajar yang baru itu disebut entry behavior.

4) Urutan pengajaran dan pemilihan media

Pemilihan dan urutan media sangat penting untuk menyusun dan menyajikan bahan dan sumber-sumber pengajaran secara optimal. Yang dimaksud dengan media itu meliputi: buku pengajaran, foto, film, perlengkapan belajar, tepe dan sumber-sumber lainnya. Dengan media yang tepat pembelajaran modul akan dapat berjalan lebih efektif.

5) Tryoutmodul

Kriteria yang terbaik untuk mengevaluasi efektifitas modul adalah sejauh mana siswa telah menguasai tujuan-tujuan yang tercantum dalam modul yang bersangkutan.Jadi evaluasi terhadap perbuatan siswa itu dapat menilai sejauh mana sistem penyampaian modul itu meningkatkan prestasi siswa. Hasil eriterion test yang dicapai oleh siswa pada diakhir pengajaran merupakan informasi yang diperlukan untuk memperbaiki diskrepansi apa yang dicapai oleh siswa dengan apa yang seharusnya dicapai dan sangat berguna bagi siswa maupun bagi penyusun modul.


(35)

6) Evaluasi modul

Tujuan evaluasi modul ialah untuk mengetahui efektifitas modul. Untuk itu sekelompok siswa diminta mempelajari materi modul dan tingkah lakunya dalam proses belajar. Meskipun modul itu telah dites secara luas memperlihatkan kemantapan, namun penyusun modul tetap harus menguji keefektifitasan modul. Tujuannya adalah agar diadakan revisi apabila tujuan-tujuan modul tersebut tidak dapat dicapai oleh siswa dengan memuaskan

Sedangkan menurut Nasution (2008:217) penyusunan modul atau pengembangan modul dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.

2) Urutan tujuan-tujuan itu menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul itu.

3) Tes diagnostik juga untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai persyaratan unyuk memempuh modul itu.

4) Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa. 5) Kegiatan-kegiatan direncanakan untuk membantu dan

membimbing siswa untuk mencapai kompetensi-kompetensi seperti yang dirumuskan dalam tujuan.


(36)

6) Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa hingga bagaimanakah ia menguasai tujuan-tujuan modul itu.

7) Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu siswa memerlukannya.

Menurut Chomsin Widodo dan Jasmadi (2008:44) langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penyusunan modul sebagai berikut:

1) Penentuan Standar Kompetensi

Standar kompetensi harus ditetapkan terlebih dahulu untuk mendapatkan sebuah pijakan dari sebuah proses belajar-mengajar, dimana kompetensi adalah kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik. Standar kompetensi harus dinyatakan dalan rencana kegiatan belajar-mengajar.

2) Analisis Kebutuhan Modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi. Penyusunsn modul merupakan proses pembuatan modul yang meliputi pengumpulan referensi, membuat serta mengembangkan garis-garis besar materi hingga pemeriksaan draf yang telah dihasilkan.


(37)

3) Penyusunan draf

Penyusunan draf pada dasarnya adalah sebuah kegiatan untuk menyusun dan mengorganisasikan materi pembelajaran untuk mencapai sebuah kompetensi tertentu atau bagian dari kompetensi menjadi sebuah kesatuan yang tertera secara sistematis. Dengan adanya draf modul ini dakan dapat dilakukan sebuah evaluasi terhadap modul yang nantinya akan diproduksi.

4) Uji coba

Uji coba merupakan kegiatan penerapan atau penggunaan modul kepada peserta didik secara terbatas.Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan penilaian modul, yaitu untuk mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta didik dalam menggunakan dan memahami modul. Mengetahui efisiensi waktu pembelajaran peserta didik saat menggunakan modul untuk mengetahui efektifitas modul, didalam mendukung peserta didik menguasai materi pembelajaran.

5) Validasi

Validasi merupakan proses permintaan pengesahan kesesuaian modul yang telah dibuat terhadap kebutuhan peserta didik. Proses validasi melibatkan pihak praktisi yang ahli dalam bidang yang terkait dengan modul.


(38)

6) Revisi

Perbaikan dilakukan setelah mendapat masukan dari proses uji coba dan validasi. Perbaikan dilakukan dengan maksud untuk menyempurnakan modul yangtelah dibuat, sehingga modul benar-benar telah siap untuk dipakai peserta didik.

e. Isi dan Komponen Modul

Dalam pembuatan modul perlu diperhatikan unsur/ komponen modul yang sesuai dengan karateristik modul. Menurut Vembriarto (1975:43-53) modul memiliki beberapa unsur, antara lain:

1) Rumusan tujuan pengajaran yang di ekplisit dan spesifik. Tujuan belajar tesebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Masing-masing tujuan tersebut itu melukiskan tingkah laku mana yang diharapkan dari siswa yang telah menyelesaikan tugasnya dalam mempelajari modul. Rumusan tujuan pengajaran itu tercantum pada bagian (a) lembar kegiatan siswa, untuk memberitahukan kepada mereka tingkah laku mana yang diharapkan dari mereka setelah mereka berhasil menyelesaikan modul itu. (b) petuntuk guru, untuk memberitahukan kepadanya tingkah laku atau pengetahuan siswa yang mana yang seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah mereka menyelesaikan modul yang bersangkutan.

2) Petunjuk untuk guru. Petunjuk guru ini memuat penjelasan tentang bagaimana pengajaran itu dapat diselenggarakan secara efisien.


(39)

Petunjuk guru juga memuat penjelasan tentang macam-macam kegiatan yang harus dilakukan oleh kelas, waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul yang bersangkutan, alat-alat pelajaran dan sumber yang digunakan, prosedur evaluasi dan jenis alat evaluasi yang digunakan.

3) Lembar kegiatan siswa. Lembar ini memuat materi pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa. Materi dalam lembaran kerja ini disusun secara khusus sedemikian rupa sehingga dengan mempelajari materi tersebut tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dalam modul itu dapat tercapai. Materi ini disusun selangkah demi selangkah secara teratur dan sistematik, sehingga siswa dapat mengikutinya dengan mudah dan tepat.

4) Lembaran kerja siswa. Materi pelajaran dalam lembaran kegiatan itu disusun sedemikian rupa sehingga siswa terlihat secara aktif dalam proses belajar. Dalam kegiatan lembar itu, tercantum pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab dan dipecahkan masalah tersebut.

5) Kunci lembar kerja. Materi dalam modul itu tidak saja disusun agar siswa senantiasa aktif memecahkan masalah-masalah melainkan juga dibuat agar siswa dapat mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Sebab itu pada setiap modul disertakan kunci lembar kerja.

6) Lembar evaluasi. Tiap-tiap modul disertai lembar evaluasi yang berupa tes danrating scale. Evaluasi guru tehadap tercapainya atau


(40)

tindaknya tujuan yang dirumuskan pada modul oleh siswa, ditentukan oleh hasil tes akhir yang terdapat pada lembar evaluasi tersebut dan bukannya ditentukan oleh jawaban-jawaban siswa yang tedapat pada lembar kerja.

7) Kunci lembar evaluasi. Tes dan rating scale yang tercantum pada lembaran evalusai itudisusun oleh penulis modul yang bersangkutan. Item-item tes disusun dan dijabarkan dari rumusan-rumusan tujuan pada modul. Sebab itu dari hasil jawaban siswa terhadap tes tesebut dapatlah diketahui tercapai atau tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul yang bersangkutan.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007:134) komponen modul meliputi:

1) Pedoman guru, berisi petunjuk-petunjuk agar guru mengajar secara efisien serta memberikan penjelasan tentang jenis-jenis kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, waktu untuk menyelesaikan modul, alat-alat pelajaran yang harus dipergunakan dan petunjuk evaluasinya.

2) Lembaran kegiatan siswa, membuat pelajaran yang harus dikuasai oles siswa. Susunan materi sesuai dengan tujuan intruksional yang akan dicapai, disusun selangkah demi selangkah sehingga mempermudah siswa belajar. Dalam lembaran kegiatan tercantum kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa misalnya melakukan percobaab, membaca kamus.


(41)

3) Lembar kerja, menyertai lembar kegiatan siswa yang dipakai untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah-masalah yang harus dipecahkan.

4) Kunci lembar kerja, berfungsi untuk mengevaluasi atau mengoreksi sendiri hasil pekerjaan siswa. Bila terdapat kekeliruan dalam pekerjaannya, siswa meninjau kembali pekerjaanya.

5) Lembaran tes, merupakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan tujuan yang telah dirumuskan dalam modul. Lembar tes berisi soal-soal guna menilai keberhasilan siswa dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul.

6) Kunci jawaban tes, merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang dilaksanakan oleh para siswa sendiri.

f. Element Modul

Menurut Azhar Arsyad (2005:88-90), terdapat enam elemen yang harus diperhatikan saat merancang modul, antara lain sebagai berikut:

1) Konsistensi

a) Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman dan usahakan tidak menggabungkan cetakan huruf dan ukuran huruf.

b) Usahakan konsistensi dalam jarak spasi. Apabila terdapat spasi yang tidak sama sering dianggap buruk dan tidak rapi.


(42)

a) Jika paragraph panjang sering sigunakan wajah satu kolom lebih sesuai, sebaliknya jika paragraph tulisan pendek-pendek wajah dua kolom akan sesuai.

b) Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel

c) Strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilabel secara visual.

3) Organisasi

a) Upayakan untuk selalu menginformasikan kepada siswa mengenai sejauh mana siswa mempelajari modul.

b) Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah dicerna/dipahami.

4) Daya tarik

Perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca.

5) Ukuran Huruf

a) Pilihlah ukuran huruf yang sesuai yang baik untuk teks adalah 12 poin.

b) Hindari penggunaan huruf capital untuk seluruh teks karena dapat membuaat proses membaca itu sulit, kecuali untuk judul, bab dan sub bab.

6) Ruang (spasi) Kosong

a) Gunakan ruang kosong tidak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Ruang kosong dapat berbentuk: ruang


(43)

sekitar judul, batas tepi atau marjin, spasi antar kolom dan permulaan paragraph.

b) Sesuaikan antar baris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan.

Perencanaan pembelajaran harus berupaya untuk membuat materi dengan media modul menjadi interaktif. Menurut Azhar arsyad (2005:90), petunjuk menyiapkan media modul yang interaktif adalah sebagai berikut:

1) Pertimbangkan hasil pengamatan dan analisis kebutuhan siswa dan siapkan latiahan yang sesuai dengan kebutuhan tesebut.

2) Pertimbangkan hasil analisis respon siswa, bagaimana siswa menjawab pertanyaan atau mengerjakan latihan, menyiapkan contoh-contoh atau menyarankan bacaan tambahan.

3) Siapkan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar sesuai kemampuan dan kecepatan siswa.

4) Guanakan beragam jenis latihan dan evaluasi seperti main peran, studi kasus, berlomba dan stimulasi.

Waktu penyerahan modul kepada subjek belajar disesuaikan dengan urgensinya. Dapat diserahkan ketika permulaan tatap muka. Dalam merancang modul sudah harus berpikir tentang sistempenggandaannya. Apakah cukup difotocopy, apakah perlu dicetak warna, apakah cukup ditulis tangan, apakah diketik manual, diketik computer dan sebagainya (Praptono dkk 2003:38)


(44)

g. Manfaat Penggunaan Modul

Manfaat penggunaan media modul menurut Azhar Arshad (2005:92) adalah sebagai berikut:

1) Dapat menghemat waktu

2) Dapat menggantikan catatan siswa

3) Memelihara kekonsistenan penyampaian materi oleh guru 4) Siswa dapat mengikuti struktur pelajaran dengan baik 5) Siswa akan mengetahui pokok yang diberikan oleh guru.

Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan media modul dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah dapat merangsang rasa ingin tahu dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar serta memelihara kekonsistenan penyampain materi pelajaran di kelas oleh guru sesuai dengan perancangan pengajaran seelain itu pula keuntungan penggunaan modul dapat menciptakan suasana belajar yang mandiri oleh siswa. Keuntungan lain dari penggunaan media modul dalam proses mengajar antara lain:

1) Untuk memperkenalkan informasi atau teknologi baru. 2) Untuk dapat memeriksa hasil pembelajaran siswa 3) Untuk mendorong keberanian siswa berprestasi


(45)

h. Proses Pengembangan Modul

Proses pengembangan modul adalah suatu petunjuk yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan suatu kegiatan dalam langkah awal mengembangkan media modul. Perencanaan pengembangan modul didasarkan pada standar kompetensi dan kopetensi dasar, Rayandra Asyhar (2012: 159).Perencanaan pengembangan modul didasarkan pada standar kompetensi dan kopetensi dasar.Dalam skenario penerapan media modul juga harus dicantumkan silabus.

Perancangan dan pengembangan perlu dilakukan untuk menghasilkan modul yang baik. Oleh karena itu, dalam menentukan prosedur pengembangan modul yang akan dikembangkan langkah yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari langkah-langkah Borg & Gall, Borg & Gall (1983: 775) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan ada 10 langkah, yaitu:

1) Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas dan lingkungan sekolah).

2) Melakukan perencanaan (perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran dan uji kelayakan terbatas).

3) Mengembangkan produk awal (pengembangan bahan pembelajaran, penyusunan, instrument evaluasi dan validasi ahli). 4) Melakukan uji lapangan permulaan (observasi dan kuisioner


(46)

5) Melakukan refisi terhadap produk utama (sesuai dengan saran-saran dan hasil uji lapangan permulaan).

6) Melakukan uji lapangan.

7) Melakukan revisi terhadap produk operasional. 8) Melakukan uji coba lapangan.

9) Melakukan revisi terhadap produk akhir.

10) Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk.

Selanjutnya langkah-langkah tersebut disederhanakan sesuai dengan kebutuhan peneliti penyederhanaan ini tentunya mengacu pada ketentuan pengembangan produk yang sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh Borg & Gall, penyederhanaan itu meliputi 5 pokok tahapan, yaitu:

1) Melakukan perencanaan 2) Mengembangkan produk awal 3) Melakukan validasi produk 4) Melakukan uji coba

5) Membuat produk akhir

i. Kelayakan Modul Pembelajaran 1) Pengertian Kelayakan

Kelayakan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah perihal (pantas, layak) yang dapat dikerjakan, kelayakan menurut kamus psikologi adalah suatu titik kematangan untuk meneriama dan mempraktikkan tingkah laku tertentu.


(47)

Kelayakan menyatakan layak sebagai hal patut, wajar atau sudah pantas, jadi kelayakan berarti kondisi atau keadaan sudah pantas (Purwadarminto, 1989: 940). Kelayakan suatu objek akan terbentuk jika telah memenuhi criteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut digunakan sebagai pembanding.Hasil perbandingan tersebut dapat ditentukan pengambilan keputusan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelayakan adalah pantas untuk dikerjakan atau digunakan setelah dilakukan perbandingan Kriteria yang ditentukan.

2) Kelayakan Modul Pembelajaran

Kelayakan modul pembelajaran adalah kepantasan suatu modul pembelajaran untuk digunakan sebagai media pembelajaran setelah mendapatkan penilaian dari expert judgement seta diujikan langsung kepada siswa.

Menurut Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan (2003), dalam Khomsin S. Widodo & Jasmadi (2008: 72) menyebutkan evaluasi untuk mendapatkan masukan tentang bahan ajar buku meliputi:

a) Konsistensi

1. Menggunakan kata, istilah dan kalimat yang konsisten 2. Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang konsisten 3. Menggunakan pola pengetikan dan tata letak yang


(48)

b) Format

1. Format halaman (vertikal atau horizontal) mudah untuk digunakan pembaca

2. Kolom (tunggal atau multi) pada halaman proposional dan sebanding dengan ukuran kertas yang digunakan

3. Lebar kolom memudahkan pembaca untuk membaca 4. Tata letak dan pengetikan yang mudah diikuti pembaca c) Daya Tarik

1. Warna sampul (gambar dan huruf) depan menarik 2. Huruf dan kalimat judul menarik perhatian

3. Warna kertas, gambar dan ilustrasi menarik perhatian 4. Warna kertas dan huruf menarik perhatian

5. Tata letak atau pola pengetikan menarik perhatian d) Organisasi

1. Pengorganisasian materi sistematis

2. Pengorganisasian antar bab/ sub bab logis dan sistematis 3. Pengorganisasian latihan dan tugas sistematis

e) Bentuk Huruf

1. Bentuk dan ukuran huruf mudah dibaca 2. Ukuran huruf yang digunakan proposional f) Spasi Kosong

1. Terdapat spasikkosong untuk menuliskan informasi singkat dan penting


(49)

2. Terdapat spasi kosong sebagai tanda jeda antar unit atau subunit pembahasan

3. Spasi kosong ditempatkan pada halaman/ tempat yang tepat g) Isi Materi

1. Terdapat rumusan tujuan kompetensi yang jelas 2. Menekankan pada pencapaian kompetensi yang sesuai 3. Terdapat panduan belajar yang mudah digunakan 4. Memuat pengetahuan sesuai dengan kompetensi 5. Memuat ketrampilan sesuai dengan unit kompetensi 6. Memuat sikap yang jelas untuk diperagakan

7. Bahasa mudah dimengerti

8. Tugas dan latihan cukup untuk membantu mencapai kompetensi

9. Tugas dan latihan sesuai dengan unit kompetensi

10. Materi pembelajaran sesuai dengan tingkat peserta didik 11. Memungkinkan peserta diklat melakukan inisiatif sendiri

dalam belajarnya

12. Memungkinkan peserta diklat belajar secara mandiri 13. Materi diorganisasikan dengan susunan yang sistematis 14. Terdapat bagianassessment(pengujian)

15. Instrumentassessmentmudah dimengerti 16. Instruksi padaassessmentmudah dimengerti


(50)

Sedangkan menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014:74) berpendapat bahwa komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian dan kegrafikan dengan komponen sebgai berikut : a) Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain :

(1) Kesesuaian dengan KI dan KD

(2) Kesesuaian dangan perkembangan anak (3) Kesesuaian dangan kebutuhan bahan ajar (4) Kebenaran substansi materi pembelajaran (5) Manfaat untuk menambah wawasan

(6) Kesesuaian dangan nilai moral dan nilai-nilai social b) Komponen kebahasaan, antara lain mencakup :

(1) Keterbacaan

(2) Kejelasan informasi

(3) Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar

(4) Kemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

c) Komponen penyajian antara lain mencakup

(1) Kejelasan Tujuan (indikator) yang ingin dicapai (2) Urutan sajian

(3) Pemberian motivasi, daya tarik

(4) Interaksi (pemberian stimulus dan respon) (5) Kelengkapan informasi


(51)

d) Komponen kegrafikan antara lain mencakup : (1) Penggunaan font; jenis dan ukuran

(2) Lay out atau tata letak (3) Ilustrasi , gambar, foto, (4) Desain tampilan

Dari Uraian kedua pendapat diatas dapat disimpulkan tentang komponen evaluasi kelayakan modul, dalam hal ini peneliti lebih condong dalam menggunakan teknik evaluasi Imas Kurniasih dan Berlin Sani dikarenakan lebih rinci setiap item komponen dengan pembagian komponen yang terdiri dari materi, media, dan tanggapan siswa yaitu :

Validasi ahli materi meliputi komponen : a) Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain :

(1) Kesesuaian dengan KI dan KD

(2) Kesesuaian dangan perkembangan anak (3) Kesesuaian dangan kebutuhan bahan ajar (4) Kebenaran substansi materi pembelajaran (5) Manfaat untuk menambah wawasan

(6) Kesesuaian dangan nilai moral dan nilai-nilai sosial b) Komponen kebahasaan, antara lain mencakup :

(1) Keterbacaan


(52)

(3) Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar

(4) Kemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

Validasi ahli media meliputi komponen : a) Komponen penyajian antara lain mencakup

(1) Kejelasan Tujuan (indicator) yang ingin di capai (2) Urutan sajian

(3) Pemberian motivasi, daya tarik

(4) Interaksi (pemberian stimulus dan respon) (5) Kelengkapan informasi

b) Komponen kegrafikan antara lain mencakup : (1) Penggunaan font; jenis dan ukuran

(2) Lay out atau tata letak (3) Ilustrasi , gambar dan foto (4) Desain tampilan

Dan tanggapan siswa meliputi komponen : a) Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain :

(1) Kesesuaian dangan kebutuhan bahan ajar (2) Manfaat untuk menambah wawasan

b) Komponen kebahasaan, antara lain mencakup : (1) Keterbacaan


(53)

(3) Kemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

c) Komponen penyajian antara lain mencakup (1) Urutan sajian

(2) Pemberian motivasi, daya tarik (3) Kelengkapan informasi

d) Komponen kegrafikan antara lain mencakup : (1) Penggunaan font; jenis dan ukuran

(2) Desain tampilan

2. Sistem Pemadam Kebakaran a. Definisi Kebakaran

Untuk memperoleh gambaran mengenai Alat Pemadam Api Ringan maka perlu dipahami definisi dari kabakaran itu sendiri, karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa APAR ini berfungsi untuk memadamkan kebakaran yang masih kecil. Adapun definisi kebakaran antara lain:

• Menurut Perda DKI No.3 tahun 1992

Definisi kebakaran secara umum adalah suatu peristiwa atau kejadian timbulnya api yang tidak terkendali yang dapat membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda.

• Menurut NFPA

Secara umum kebakaran didefinisikan sebagai: suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ; bahan


(54)

bakar yang mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energi atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, ciderabahkan kematian.

• Menurut David A Cooling

Kebakaran adalah sebuah reaksi kimia dimana bahan bakar dioksidasi sangat cepat dan menghasilkan panas.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan dimana unsur-unsur yang membentuknya terdiri dari bahan bakar, oksigen dan sumber panas yang membentuk suatu reaksi oksidasi dan menimbulkan kerugian materil dan moril.

b. Unsur-Unsur Terjadinya Kebakaran

Berdasarkan definisi kebakaran, maka suatu kebakaran terjadi ketika material atau benda yang mudah terbakar dengan cukup oksigen atau bahan yang mudah teroksidasi bertemu dengan sumber panas dan menghasilkan reaksi kimia. Untuk membentuk suatu kebakaran maka diperlukan adanya unsur-unsur yang satu sama lain saling mempengaruhi, tanpa adanya salah satu unsur pembentuknya maka kebakaran tidak akan terjadi.

c. Klasifikasi Kebakaran 1) Kategori kebakaran

Kategori kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar. Dengan adanya kategori


(55)

tersebut, akan lebih mudah dalam pemilihan media pemadaman yang dipergunakan untuk memadamkan kebakaran.

c) Kategori Kebakaran Berdasarkan Per-04/MEN/1980 1. Kelas A- Kebakaran bahan padat kecuali logam

2. Kelas B- Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar

3. Kelas C- Kebakaran instalasi listrik bertegangan 4. Kelas D- Kebakaran Logam

d) Klasifikasi kebakaran menurut NFPA 1 dibagi dalam 5 kelas, yaitu:

1. Kelas A

yaitu kebakaran pada material yang mudah terbakar, misalnya kebakaran kertas, kayu, plastic, karet, busa dan lain-lain

2. Kelas B

yaitu kebakaran bahan cair yang mudah menimbulkan nyala api

(flammable) dan cairan yang mudah terbakar (combustible) missal kebakaran bensin, solven, cat, alcohol, aspal, gemuk, minyak, gas LPG, dan gas yang mudah terbakar.

3. Kelas C

yaitu kebakaran listrik yang bertegangan 4. Kelas D


(56)

yaitu kebakaran logam, misalnya magnesium, titanium, sodium,lithium, potassium, dll.

5. Kelas K

Kebakaran pada peralatan memasak dimana termasuk medianya seperti minyak sayur-sayuran dan hewan, dan lemak.

Berdasarkan kategori-kategori tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa kategori kebakaran:

1. Kelas A – Kebakaran yang terjadi pada bahan padat bukan logamseperti kayu, kertas, plastik, dll

2. Kelas B – Kebakaran yang terjadi pada bahan cair dan gas sepertibensin, minyak tanah, elpiji, solar dan lain-lain

3. Kelas C–Kebakaran pada peralatan listrik bertegangan 4. Kelas D–Kebakaran yang terjadi pada bahan logam. 2) Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran

Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran adalah pengelompokan atashunian untuk disesuaikan dengan fasilitas penanggulangan kebakaran yang diperhitungkan.

a) Dalam SNI 03-3987-1995, klasifikasi bahaya kebakaran digolongkandalam 3 golongan, yaitu:

1. Bahaya Kebakaran Ringan

Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat hanya sedikit barang-barang jenis A yang dapat terbakar,


(57)

termasuk perlengkapan, dekorasi dan semua isinya. Tempat yang mengandung bahaya ini meliputi bangunan perumahan (hunian), pendidikan (ruang kelas), kebudayaan, kesehatan dan keagamaan.

Kebakaran berdasarkan perhitungan bahwa barang-barang dalam ruangan bersifat tidak mudah terbakar, atau api tidak mudah menjalar. Di sini juga termasuk barang-barang jenis B yang ditempatkan pada ruang tertutup dan tersimpan aman.

2. Bahaya Kebakaran Menegah

Bahaya kebakaran pada tempat dimana terletak barang-barangjenis A yang mudah terbakar dan jenis B yang dapat terbakar dalam jumlah lebih banyak dari pada yang terdapat di tempat yang mengandung bahaya kebakaran ringan. Tempat ini meliputi bangunan perkantoran, rekreasi, umum, pendidikan (ruang praktikum).

3. Bahaya Kebakaran Tinggi

Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat barang-barang jenis A yang mudah terbakar dan jenis B yang dapat terbakar, yang jumlahnya lebih banyak dari yang diperkirakan dari jumlah yang terdapat pada bahaya kebakaran menengah. Tempat ini meliputi bangunan


(58)

transportasi (terminal), perniagaan (tempat pameran hasilproduksi, show room), pertokoan, pasar raya, gudang. b) Sedangkan NFPA-10 menetapkan klasifikasi tingkat potensi

bahaya kebakaran terdiri dari: 1. Bahaya ringan

Bahaya ringan ditetapkan apabila benda padat dan bahan cairyang mudah terbakar memiliki jumlah sedikit. Contoh yang termasuk bahaya ringan adalah kantor, kelas, tempat ibadah, tempat perakitan,lobi hotel.

2. Bahaya sedang

Bahaya sedang ditetapkan apabila benda padat dan bahan cair yang mudah terbakar memiliki jumlah yang lebih dari klasifikasibahaya ringan. Contoh yang termasuk bahaya sedang adalah areamakan, gudang, pabrik lampu, pameran kendaraan, tempat parkir.

3. Bahaya tinggi

Bahaya tinggi ditetapkan apabila benda padat dan bahan cairyang mudah terbakar yang sedang digunakan, yang masih tersimpan,dan/atau sisa prosuk melebihi kapasitas.Contoh yang termasuk bahaya tinggi adalah bengkel, hangar, penggergajian kayu, pengecatan.


(59)

Kebakaran dapat dilakukan pemadaman dengan menghilangkan unsur-unsuryang dapat menyebabkan kebakaran terjadi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa unsur-unsur tersebut adalah sumber panas, oksigen, danbahan bakar. Unsur-unsur tersebut akan bereaksi secara kimia dan dapat menyebabkan kebakaran. Oleh karena itu, teori pemadaman api itu sendiri adalahdengan menghilangkan unsur dan terjadilah pemutusan reaksi sehingga kebakaran yang terjadi tidak semakin membesar. Dalam buku dasar-dasar penanggulangan kebakaran dijelaskan bahwa teknik-teknik pemadaman antara lain :

a) Cooling/Pendinginan

Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan menghilangkan panas serta mendinginkan permukaan dan bahan yang terbakar dengan bahan semprotan air sampai menmencapai suhu dibawah titik nyalanya. Atau dengan kata lain mengurangi/ menurunkan panas sampai benda yang terbakar mencapai suhu dibawah titik nyalanya (flash point). Pendinginan permukaan yang terbakar tersebut akan menghentikan proses terbentuknya uap.

b) Smothering/Penyelimutan

Kebakaran dapat juga dipadamkan dengan menghilangkan unsur oksigen atau udara. Menyelimuti bagian yang terbakar dengan karbondioksida atau busaakan


(60)

menghentikan suplay udara. Biasa juga dikenal dengan sistem pemadaman isolasi/ lokalisasi yaitu memutuskan hubungan udara luar dengan benda yang terbakar, agar perbandingan udara dengan bahan bakar tersebut berkurang.

c) Starvation/ Memisahkan bahan yang terbakar

Suatu bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan menutup aliran yang menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan suplay bahan bakar yang dapat terbakar. Yaitu mengurangi atau mengambil jumlah bahan-bahan yang terbakar menutupi aliran bahan yang terbakar.

d) Memutus Rantai Reaksi

Pemutusan rantai reaksi pembakaran dapat juga dilakukan secara fisik,kimia atau kombinasi fisik-kimia. Secara fisik nyala api dapat dipadamkan dengan peledakan bahan peledak ditengah-tengah kebakaran. Secara kimia pemadaman nyala api dapat dilakukan dengan pemakaian bahan-bahan yangdapat menyerap Hidroksit (OH) dari rangkaian reaksi pembakaran. Bahan-bahan tersebut dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Logam alkali berupa tepung kimia kering (dry chemical). 2. Ammonia berupa tepung kimia kering

3. Halogen yeng berupa gas dan cairan 4) Alat Pemadam Api Ringan


(61)

a) Definisi dan Bagian APAR

Adapun definisi Alat Pemadam Api Ringan adalah sebagai berikut:

1. Menurut (PER.04/MEN/1980).

Alat pemadam api ringan adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadinya kebakaran.

2. Menurut SNI 03-3987-1995

APAR adalah pemadam api ringan yang ringan, mudah dibawa/ dipindahkan dan dilayani oleh satu orang dan alat tersebut hanya digunakan untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran pada saat api belum terlalu besar.

Berdasarkan definsi-definsi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Alat Pemadam Api Ringan adalah salah satu alat pemadam api yang mudah dibawa/dipendahkan dan dapat dioperasikan oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadinya kebakaran dan sangat efektif digunakan pada kebakaran yang baru mulai.

b) Cara Bekerja APAR

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kebakaran terjadi dikarenakan adanya tiga unsur yaitu panas, udara dan bahan bakar dengan terjadinya reaksi kimia. Oleh karena itu,


(62)

untuk memadamkan kebakaran maka harus dilakukan pemutusan reaksi tersebut. Pada APAR pemadaman api tersebut juga prosesnya sama, yaitu menghilangkan salah satu unsur untuk terjadinya kebakaran. Proses tersebut dapat dilakukan dengan menghilangkan panas dari pembakaran bahan bakar, menghilangkan atau memindahkan oksigen atau dengan memberhentikan reaksi kimia.

Mengingat kemampuan daya padam dari APAR sangat terbatas, maka penggunaanya pada tahap awal saja, yaitu pada 5 menit pertama terjadinya kebakaran. Namun demikian tindakan pemadaman pada tahap 5 menit pertamasangatlah menentukan. Mengenai cara penggunaan APAR adalah dimulai daripangkal api yang paling tipis, yaitu dibelakang arah angin atau disamping kiri/kanan api (dasar-dasar penanggulangan kebakaran). Adapun cara kerjanya adalah ketika handle dari APAR ditekan, ada tekanan ke dalam tabung yang memaksa agent (bahan pemadam) yang ada di dalam tabung melewati pipapemindah dan keluar melalui mulut pancar dan memadamkan api

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang di buat tentang Modul Sistem Pemadam Kebakaran untuk Mata pelajaran K3 di SMK Darunnajah Banjarmangu dapat diperkuat dengan


(63)

beberapa referensi pendukung berupa penelitian yang relevan. Adapun penelitian yang relevan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Anifah Nurul (2011) yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Untuk Pencapaian Kompetensi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Program Keaahlian Tata Busana Di SMK N 4 Surakarta”. Hasil dari penelitian ini yaitu berupa: 1) modul pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang telah dikembangkan dengan menambah materi pada Sub kompetensi mengikuti prosedur tempat kerja dan memberikan umpan balik tentang K3, 2) modul pembelajaran K3, yang telah teruji/ berkualitas menurut ahli media, ahli materi dan guru Mata Diklat K3 menyatakan modul layak sehingga dapat digunakan sebagai media dalam membantu proses pembelajaran K3. Kualitas modul menurut siswa, siswa dapat memahami dan menyatakan modul baik digunakan dalam proses belajar mengajar pada Mata Diklat K3, 3) pencapaian hasil belajar siswa menggunakan modul pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan nilai rata-rata 70 dari jumlah siswa 35 dengan ketuntasan belajar yang dicapai adalah 100% yaitu dalam kategori sagat baik, sehingga modul pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja efektif untuk pembelajaran siswa Kelas X Program Keahlian Tata Busana di SMK N 4 Surakarta.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti Rohmiatun (2013) yang berjudul “Pengembangan Modul Pelaksanaan Prosedur Kesehatan, Keselamatan


(64)

Kerja Dan Lingkungan Hidup Di Laboratorium Busana SMK Ma’arif 2 Piyungan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pengembangan modul Pelaksanaan Prosedur Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup di Laboratorium Busana SMK Ma’arif 2 Piyungan menggunakan 5 tahap pengembangan yaitu: a) tahap analisis produk, b) pengembangan produk awal, c) validasi ahli dan revisi, d) uji coba kelompok kecil, e) uji coba kelompok besar dan produk akhir. (2) kelayakan modul pelaksanaan prosedur kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup di laboratorium busana SMK Ma’arif 2 Piyungan diperoleh dari hasil uji coba kelompok kecil dan uji besar. Dari hasil pengujian kelompok kecil menunjukkan nilai berada antara 390≤ S ≤ 480 dengan skor rata-rata 90 (76,7%). Sedangkan pada uji coba skala besar oleh 27 siswa menunjukkan nilai berada antara 2110 ≤ S ≤ 2592 dengan skor rata-rata 88,7 (69,75%). Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa modul dinyatakan “sangat layak” digunakan sebagai media pembelajaran.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ariyani Septi (2012) yang berjudul“Peningkatan Minat Belajar Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lingkungan Hidup (K3lh) Melalui Modul Pembelajaran Untuk Siswa Kelas X Di SMK Karya Rini Yhi Kowani Yogyakarta”. Hasil penelitian ini Minat belajar siswa dalam mata pelajaran K3LH dengan Modul Pembelajaran di SMK Karya Rini YHI Kowani Yogyakarta tergolong dalam kategori tinggi. Artinya siswa kelas X SMK Karya Rini YHI


(65)

Kowani Yogyakarta dalam pembelajaran K3LH sudah mempunyai ketertarikan, perhatian, rasa senang, dan termotivasi untuk belajar lebih dalam karena merasa pelajaran tersebut memiliki manfaat sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui cara hidup yang sehat dan aman.

C. Keranga Pikir

Kerangka berfikir yang digunakan peneliti adalah bahwa kurangnya sumber belajar yang dapat membantu pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan individu siswa.Kemampuan individual siswa dalam kecepatan belajaran berbedadengan menggunakan modul siswa dapat menyesuaikan dengan kemampuan individual masing-masing. Modul Sistem Pemadam Kebakaran adalah salah satu media pendidikan berupa modul yang dirancang dan disusun untuk keperluan dalam pembelajaran mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Standar Kopetensi Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kopetensi Dasar Melaksanakan Sistem Pemadam Kebakaran. Modul Sistem Pemadam Kebakaran dirancang dengan beberapa bagian antara lain berisi tentang materi sistem pemadam kebakaran, rangkuman materi, contoh soal, tugas, lembar kerja praktik dan evaluasi.

Modul Sistem Pemadam Kebakaran dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian pengembangan yang meliputi tahap penyusunan modul meliputi : (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4). Validasi desain, (5) Revisi desain dan (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk. Berikut Gambar 1 skema kerangka pikir:


(66)

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Produk berupa Modul Sistem Pemadam Kebakaran yang telah dihasilkan sebelum dimanfaatkan perlu dilakukan validasi dan uji coba terlebih dahulu. Uji coba ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan-masukan maupun koreksi tentang produk yang telah dihasilkan. Berdasarkan masukan-masukan dan koreksi tersebut, produk tersebut direvisi/diperbaiki. Kelompok penting yang dijadikan subjek uji coba produk yaitu para pakar dan pengguna. Para pakar ahli media pembelajaran dan ahli materi diminta untuk


(67)

mencermati produk yang telah dihasilkan, kemudian diminta untuk memberikan masukan-masukan tentang produk tersebut.Berdasarkan masukan-masukan dari para pakar ahli, produk berupa Modul Sistem Pemadam Kebakaran kemudian direvisi. Pengujian kepada pengguna dilakukan melalui proses pembelajaran.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana langkah-langkah penyusunan modul yang tepat untuk mendukung pembelajaran pada mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

2. Bagaimana kelayakan Modul Sistem Pemadam Kebakaran yang telah dibuat untuk mendukung pembelajaran pada mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja?


(68)

53 A. Metode Penelitian

1. Pengertian Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan salah satu metode penelitian yang telah banyak digunakan untuk menemukan suatu produk baru ataupun pengembangan produk yang telah ada. Seperti halnya yang diungkapkan Sugiyono (2010), metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Sedangkan menurut Borg dan Gall (1983), mendefinisikan bahwa penelitian dan pengembangan pendidikan yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan produk pendidikan. Hasil dari penelitian pendidikan bukan untuk mengembangkan produk akan tetapi menentukan pengetahuan baru atau menjawab pertanyaan praktis yang ditemukan dalam pembelajaran secara spesifik.

2. Langkah Penelitian dan Pengembangan

Pada proses penelitian dan pengembangan terdapat beberapa proses atau langkah-langkah yang harus dilakukan hingga menghasilkan produk baru. Berikut merupakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono.


(69)

Gambar 2. MetodeReseartch And DevelopmentMenurut Sugiyono

Penjelasan dari langkah-langkah siklus R & D dari Sugiyono adalah sebagi berikut:

a. Potensi dan Masalah

Pada langkah ini dilakukan survey, observasi maupun wawancara untuk mengetahui potensi dan masalah di SMK Darunnajah Banjarmangu berupa profil sekolah, jumlah siswa, daftar nilai siswa dan permasalahan saat pembelajaran.

b. Mengumpulkan Informasi

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan berbagai informasi berupa metode yang akan digunakan sesuai dengan potensi dan masalah yang terdapat di SMK Darunnajah Banajarmangu yang dapat digunakan sebagai bahan untuk penyusunan modul yang akan dibuat.


(70)

Pada tahap ini disusun bentuk permulaan atau desain awal dari modul yang dibuat. Dalam pelaksanaan langkah ini dengan menggunakan data-data yang telah terkumpul sebagai bahan dalam proses pembuatan produk. Data yang digunakan antara lain silabus, materi pembelajaran dan prosedur pembuatan modul.

d. Validasi Desain

Desain produk yang telah dibuat selanjutnya divalidasi kepada ahli materi, ahli media dan guru pengampu mata pelajaran. Proses ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau dengan maksud mendapatkan masukan dari kedua ahli tersebut sehingga didapat produk yang layak digunakan untuk pembelajaran.

e. Revisi Desain

Setelah desain modul divalidasi oleh ahli materi dan ahli media maka akan dapat diketahui kelemahanya. Kelemahan tersebut selanjutnya diperbaiki hingga didapat modul yang siap diuji cobakan kepada pengguna.

f. Uji Coba Produk

Setelah desain divalidasi dan direvisi, maka selanjutnya desain modul dibuat prototipe yang selanjutnya diuji cobakan kepada pengguna dengan maksud untuk mendapatkan masukan mengenai modul yang dibuat. Dalam proses ini tanggapan dilakukan oleh siswa SMK Darunnajah Banjarmangu Jurusan Broadcasting berikut juga dengan guru pengampu


(71)

mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja, instrumen pengumpulan data berupa angket atau kuisioner.

g. Revisi Produk

Data yang diperoleh dari ujicoba produk selanjutnya dianalisis untuk mengetahui persentase tanggapan siswa terhadap modul yang dibuat. Revisi produk dari tahap ini dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari uji coba produk.

h. Uji Coba Pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya modul dalam lingkungan pendidikan yang luas. Dalam operasinya, modul pembelajarannya harus dinilai kekurangan dan hambatan yang muncul guna perbaikan lebih lanjut.

i. Revisi Produk

Revisi pada tahap ini dilakukan setelah uji coba pemakaian dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. j. Pembuatan Produk Masal

Bila modul telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka modul tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan. Pembuatan modul masal dilakukan apabila modul yang telah diuju coba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal.


(72)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Research and Development berdasarkan tahapan yang didasarkan dari sugiyono. Pada metode yang ditunjukan pada Gambar 2. Langkah-Langkah Penggunaan MetodeReseartch And Developmentberakhir sampai produksi masal. Metode tersebut biasanya digunakan untuk produksi masal. Pada penelitian ini agar tidak terlalu luas cangkupannya maka dibatasi pada revisi produk setelah ujicoba produk. Langkah-langkah penyusunan modul pembelajaran pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Langkah-Langkah Penyusunan Modul

Dari desain penelitian pengembangan pada gambar 3 diatas dilakukan langkah-langkah penelitian dan pengembangan modul pembelajaran pada penelitian ini yaitu:

1. Potensi dan masalah

Tahap ini merupakan tahap awal dilakukan penelitian.Informasi mengenai potensi dan masalah didapat dari wawancara dan observasi


(73)

pembelajaran di kelas. Wawancara dan observasi ini khusus dilakukan di SMK Darunnajah Banjarmangu untuk mengetahui informasi dan permasalahan dalam pembelajaran di SMK Darunnajah Banjarmangu. 2. Pengumpulan Data

Potensi dan masalah yang ditentukan, selanjutnya dianalisis untuk merumuskan langkah yang paling relevan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data dan studi literature untuk menunjang terwujudnya suatu produk yang diharapkan. Dalam pelaksanaan tahap ini yaitu dengan mengumpulkan data-data sebagai bahan dalam proses pembuatan produk. Data yang digunakan antara lain, silabus sistem pemadam kebakaran, standar kompetansi dan kompetensi dasar, materi atau buku-buku mengenai sistem pemadam kebakaran dan prosedur pembuatan media pembelajaran berupa modul.

3. Desain Produk

Desain modul dikembangkan bentuk permulaan dari produk yang dibuat. Dalam pelaksanaan tahap ini yaitu dengan menggunakan data-data yang telah terkumpul sebagai bahan dalam proses pembuatan produk. Berikut ini adalah tabel kompetensi dasar yang terdapat pada silabus mata pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


(74)

Tabel 1.Standar Kompetensi dan Kopetensi Dasar mata pelajaran K3

Standar Kompetensi Kopetensi Dasar

3.Menerapkan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) 3.1 Mendiskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

3.2 Melaksanakan prosedur sistem pemadam kebakaran

3.3 Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan

Berdasarkan Tabel 1 dilakukan identifikasi kebutuhan untuk penyusunan modul sistem pemadam kebakaran. Langlah-langkah penyusunan isi dan komponen modul meliputi:

a. Perumusan butir-butir materi

Perumusan butir-butir materi menyesuaikan dengan Kopetensi Dasar Melaksanakan Prosedur Sistem Pemadam Kebakaran. Penyusunan Modul Sistem Pemadam Kebakaran ini memuat materi sebagai berikut:

1) Dasar Terjadinya Api

a) Segitiga Api dan Penyebab Kebakaran b) Faktor Terjadinya Kebakaran

c) Klasifikasi Kebakaran 2) Media Pemadam Kebakaran


(75)

- Media pemadam jenis padat - Media pemadam jenis cair - Media pemadam jenis gas b) Teknik Pemadam Kebakaran

- Penanggulangan kebakaran

- Jenis aplikasi media pemadam kebakaran - Teknik pemadaman

b. Komponen Modul

Setelah perumusan butir-butir materi, selanjutnya dilakukan penyusunan komponen modul untuk menyusun dan mengorganisasi materi pembelajaran sistem pemadam kebakaranuntuk mencapai kopetensi dasar menjadi sebuah kesatuan yang tertata secara sistematis. Penyusunan komponen modul sistem pemadam kebakaran sebagai berikut:

1) Lembar sampul

Berisi judul modul yang menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul. Modul yang disusun berjudul Sistem Pemadam Kebakaran. Berikut gambar 4 desain lembar sampul:


(76)

Gambar 4. Desain lembar sampul 2) Kata pengantar

Berisi informasi gambaran secara garis besar tentang isi modul sistem pemadam kebakaran.

3) Daftar isi, gambar dan tabel

Berisi topik-topik modul dan petunjuk nomor halaman yang memuat seluruh isi modul sistem pemadam kebakaran. 4) Glossary

Glossary atau daftar istilah merupakan daftar kata-kata sulit yang sering muncul dalam isi modul yang disusun sesuai dengan urutan abjad.


(77)

5) Mekanisme pembelajaran

Mekanisme pembelajaran modul menunjukan urutan proses penggunaan modul sistem pemadam kebakarandari mulai sampai dengan selesai.

6) Pendahuluan

Bagian ini berisi informasi mata pelajaran, kopetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran modul sistem pemadam kebakaran.

7) Petunjuk penggunaan modul

Petunjuk penggunaan modul berisi deskripsi singkat mengenai isi materi modul, petunjuk untuk guru dan petunjuk untuk siswa.

8) Kegiatan belajar 1

Berisi materi yang disajikan pada kegiatan belajar 1 meliputi tujuan pembelajaran tentang dasar terjadinya api, materi dasar terjadinya api dan aktivitas pembelajaran.

9) Kegiatan belajar 2

Berisi materi yang disajikan pada kegiatan belajar 2 meliputi tujuan pembelajaran tentang media pemadam kebakaran, materi media pemadam kebakaran dan aktivitas pembelajaran.


(1)

12. Jenis kebakaran kelas A tetapi yang terbakar barang berharga sangat efektif jika dipadamkan menggunakan media pemadam kebakaran jenis

a. Tipe basah c. Busa e. Clean agent

b. Air d. Powder

13. Jenis kebakaran bahan cair berbahaya jika dipadamkan menggunakan media pemadam kebakaran jenis

a. Tipe kering c. Busa e. Clean agent

b. Air d. Powder

14. Berikut merupakan teknik memadamkan kebakaran kecuali

a. Starvation c.Cooling e. Breaking chain reaction b. Smothering d. Reaction


(2)

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Cocokanlah jawaban siswa dengan kunci jawaban latihan soal kegiatan belajar 2 yang terdapat pada bagian belakang modul ini. Jika jawaban sudah sesuai dengan kunci jawaban, maka siswa dapat meneruskan dengan kegiatan belajar selanjutnya. Akan tetapi, jika masih belum sesuai dengan kunci jawaban, siswa harus mengulangi kegiatan belajar 2 ini, terutama bagian yang dianggap belum dikuasai.

Rumus perhitungan:

Tingkat penguasaan = jumlah jawaban benar X 100 14

kriteria penilaian:

90 100 : sangat baik 80 89 : baik

65 79 : cukup < 56 : kurang

Apabila tingkat penguasaan siswa 80 artinya penguasaan siswa baik atau sangat baik, maka siswa dapat melanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan siswa 79 maka disarankan untuk mempelajari kembali kegiatan belajar 2, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.


(3)

Kunci Jawaban Latihan Soal Kegiatan Belajar 2

Media Pemadam Kebakaran

1. a 2. b 3. a 4. c 5. d 6. a 7. a 8. d 9. a 10. e 11. e 12. e 13. b 14. d


(4)

PENUTUP

Dengan meggunakan modul ini diharapkan siswa dapat mencapai kompetensi puncak dan dapat menampilkan potensi maksimumnya sehingga tujuan pencapaian kompetensi dapat terlaksana. Seperti diterangkan dimuka bahwa tujuan akhir dari modul proses pembelajaran dengan menggunakan modul ini, diharapkan siswa memiliki kemampuan, membahas tentang sistem pemadam kebakaran. Untuk itu kepada para siswa dan pengguna modul ini disarankan untuk membaca literatur lain agar pemahaman materi ini menjadi lebih baik dan lengkap.

Setelah menggunakan modul ini diharapkan siswa dapat melanjutkan materi selanjutnya yaitu Pertolongan pada kecelakaan kerja sebagai rangkaian dari modul yang terintegrasi dalam kompetensi dasar menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. Demikian semoga modul ini benar-benar dapat bermanfaat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amare, Agen Pemadam.(2012). Alat Pemadam Api.Diambil pada tanggal 12 maret 2014, dari Agenpemadam.amare.co.id

Amiruddin, Ahmad. (2009). Kebakaran dan Listrik. Diambil pada tanggal 12 maret 2014, dari http://teknologi.kompasiana.com/

Arum, Putri. (2014). Kebakaran gunung meletus. Diambil pada tanggal 16 maret 2014, dari wordpress.com

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Klasifikasi dan Media Pemadam Kebakaran.Diambil pada tanggal 16 maret 2014, dari Puribooks.com

Dinamika,tri. (2014). Sumber Panas Listrik. Diambil pada tanggal 12 maret 2014, dari News.tridinamika.com

Fire, Erro.(2014). Erro Fire Type EG-01,5. Diambil pada tanggal 16 maret 2014, dari http://www.tabungAPAR.com

Gunnebo. (2014). Merokok. Diambil pada tanggal 16 maret 2014, dari gunnebo-indolokbaktiutama.com

Industry, Gas Depo.(2006). Jenis Alat Pemadam Api dan Kegunaannya. Diambil pada tanggal 22 maret 2014, dari http://gasdepo.co.id/jenis-alat-pemadam-api-dan-kegunaannya

Jerusalem, Mohammad Adam dan Khayati, Enny Zuhni.(2010). Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Juliwa, Out Door. (2014). Bahan Bakar Kayu. Diambil pada tanggal 16 maret 2014, dari wordpress.com


(6)

Obendon. (2014). Taman terdapat oksigen. Diambil pada tanggal 12 maret 2014, dari obendon.com

Proteksindo, Global Mitra. (2014).Alat Pemadam Kebakaran Gunnebo Jenis Foam. Diambil pada tanggal 12 maret 2014, dari alatpemadamkebakaran.com Protection, Badger Fire. (2009). Material Safety Data Sheets. Diambil pada

tanggal 12 maret 2014, dari www.badgerfire.com

Redley, John. (2006). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. Erlangga

SEDAYA.(2006). Fire Blanket (Selimut Api) . Diambil pada tanggal 13 maret 2014, dari http://www.ptsedaya.com/

Suma mur, (1989).Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Masagung.